• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kepemimpinan Dinas Kesehatan dalam Menigkatkan Kesejahteraan Lanjut Usia (Lansia) di Kota Bandung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kepemimpinan Dinas Kesehatan dalam Menigkatkan Kesejahteraan Lanjut Usia (Lansia) di Kota Bandung"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

KEPEMIMPINAN DINAS KESEHATAN DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN LANJUT USIA (LANSIA) DI KOTA BANDUNG

LAPORAN KKL

Diajukan Sebagai Laporan Kuliah Kerja Lapangan di Dinas Kesehatan Kota Bandung

Pada Prodi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia

Disusun Oleh : Devi Gunawan Kusnadi

41707839

PRODI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

(2)
(3)

SURAT KETERANGAN PENYERAHAN HAK EKSKLUSIF

Bahwa yang bertanda tangan dibawah ini, penulis dan pihak perusahaan tempat penelitian, bersedia:

”bahwa hasil penelitian dapat dionlinekan sesuai dengan peraturan yang berlaku, untuk kepentingan riset dan pendidikan”.

Bandung, 21 juni 2013

Penulis,

(4)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. Identitas Diri

a. Nama : Devi Gunawan Kusnadi

b. Tempat Tanggal Lahir : Bandung, 03 November 1988

c. Alamat : Jl. Cipaku 1 No. 38 Rt 03/02 Kelurahan Ledeng Kecamatan Cidadap

d. Status Perkawinan : Belum Kawin

e. Nama Ayah : Dedih Kusnadi (Alm)

f. Pekerjan Ayah : Pegawai Negeri Sipil

g. Nama Ibu : Karmilah (Alm)

h. Pekerjaan Ibu : Pegawai Negeri Sipil

I. Alamat Orang Tua : Jl. Cipaku 1 No. 38 Rt 03/02 Kelurahan Ledeng Kecamatan Cidadap

2. Pendidikan Formal

a. SDN Panorama 1 : 1995-2001 Berijazah

b. SMPN 12 Bandung : 2001-2004 Berijazah

c. SMA Kartika Bandung : 2004-2007 Berijazah

(5)

3. Pendidikan Non Formal

a. Elva Musik : 2008

Bandung, Oktober 2012

(6)

iv

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang KKL ... 1

1.2 Kegunaan KKL ... 3

1.3 Metode KKL ... 4

1.3.1 Studi Pustaka ... 4

1.3.2 Observasi ... 5

1.4 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan KKL ... 5

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Kepemimpinan ... 8

2.1.1 Syarat-syarat Kepemimpinan ... 9

2.1.2 Fungsi-fungsi Kepemimpinan ... 12

2.1.3 Teknik-teknik Kepemimpinan ... 14

2.1.4 Gaya Kepemimpinan ... 16

2.2 Pengertian Kesahatan ... 17

2.3 Pengertian Lanjut Usia (Lansia) ... 18

2.4 Pengertian Kesejahteraan ... 21

BAB III HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN KKL 3.1 Hasil Kegiatan KKL ... 23

3.2 Pembahasan KKL ... 28

3.2.1 Pemimpin Dalam Memberikan Perintah ... 29

3.2.2 Kepemimpinan Dalam Mempengaruhi Pekerjaan Orang Lain ... 31

(7)

v

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

(8)

vi

DAFTAR TABEL

(9)

vii

DAFTAR GAMBAR

(10)

viii LAMPIRAN

Form Aktivitas Harian KKL ... 38

Surat Berita Acara Bimbingan KKL ... 40

Surat Permohonan Pelaksanaan KKL ... 42

Surat Keterangan Kesatuan Bangsa (Kesbang)... 43

Surat Telah Diterima Pelaksanaan KKL ... 44

Surat Keterangan Telah Selesai Pelaksanaan KKL ... 45

(11)

ii

KATA PENGANTAR

Assalammualaikum Warahmatullahi Wabarakatu.

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan kehidupan dan anugerah yang tak terhingga, atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Lapotan Kuliah Kerja Lapangan yang berjudul

“Kepemipinan Dinas Kesehatan Dalam Meningkatkan Kesejahteraan

Lanjut Usia (Lansia) Di Kota Bandung)”

Maksud dari Laporan Kuliah Kerja Lapangan ini adalah sebagai syarat kelulusan pada mata Kuliah Kerja Lapangan program studi Ilmu Pemerintahan di Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia Bandung.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Laporan Kuliah Kerja Lapangan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun akan selalu penulis harapkan sebagai masukan yang berguna bagi kesempurnaan karya selanjutnya.

Dalam Laporan Kuliah Kerja Lapangan ini, penulis mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik berupa moril maupun berupa materil. Dengan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia.

2. Nia Karniawati, S.IP.,M.Si, selaku Ketua Program Studi Ilmu Pemerintahan di Universitas Komputer Indonesia.

3. Rino Adibowo, S.IP. selaku pembimbing Kuliah Kerja Lapangan penulis, yang telah memberikan bimbingan, saran serta motivasinya kepada Penulis.

4. Tatik Rohmawati, S.IP.,M.Si, Selaku Dosen wali penulis pada Program Studi Ilmu Pemerinthan di Universitas Komputer Indonesia

(12)

iii

6. Seluruh aparatur di Dinas Kesehatan Kota Bandung.

7. Kedua Orang Tua penulis, yang selalu menginspirasi penulis.

8. Keluarga Besar Ibu Karmilah (Alm), semoga kesehatan dan kebahagian selalu menyertai kita.

9. Keluarga ke dua penulis Human, terimakasih karena kalian penulis bertahan.

10. Teman-teman penulis di Program Studi Ilmu Pemerintahan 2007-2009. 11. Seluruh teman-teman penulis. You’ll Never Walk Alone.

Akhir kata, semoga Allah SWT selalu melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya untuk membalas kebaikan semua pihak yang telah membantu terselesaikan Kuliah Kerja Lapangan ini, dan semoga Laporan Kuliah Kerja Lapangan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bandung, Oktober 2012

(13)

36

DAFTAR PUSTAKA Buku-Buku

Sukoco Heru Dwi. (1995). Introduction To Social Work Practice. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Efendi. (2009). Karakteristik Lansia. Jakarta : Pustaka setia.

Handayaningrat, Soewarno. (1982). Administrasi Pemerintahan Dalam Pembangunan Nasional. Jakarta : PT. Gunung Agung.

Kartono, Kartini. (1994). Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta : CV. Rajawali.

Karyadi. (1991). Teknik Kepemimpinan. Jakarta : Bumi Aksara.

Karyadi. (1984). Kepemimpinan (Leadership). Jakarta : Bumi Aksara.

Mujiono, Imam. (2002). Kepemimpinan dan Keorganisasian. Yogyakarta : UII Press.

Siagian. P. (1982). Organisasi, Kepemimpinan dan Prilaku Organisasi. Jakarta : Gunung Agung.

Thoha, Miftah. (2003). Kepemimpinan Dalam Manajemen. Jakarta : Gunung Agung.

Sani, Abdul. (1987). Manajemen Organisasi. Jakarta : PT. Pustaka Sinar Harapan.

Dokumen-Dokumen

Undang-Undang RI Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia.

(14)

37

Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan.

Undang-Undang No.6 Tahun 1974 tentang Kesejahteraan Sosial.

Peraturan Daerah Kota Bandung No. 10 Tahun 2009 tentang Kesehatan dan Kesejahteraan.

Peraturan Daerah Kota Bandung No. 10 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

Rujukan Elektronik

(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Kuliah Kerja Lapangan (KKL)

Pembangunan nasional pada hakekatnya adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia. Pembangunan manusia Indonesia seluruhnya berarti siapapun wajib ikut melaksanakan pembangunan dan berhak mendapatkan manfaatnya. Pemerintah Indonesia telah melaksanakan berbagai kegiatan pembangunan, salah satunya adalah pembangunan di bidang kesehatan yang merupakan bagian integral dari pembangunan nasional.

Pembangunan kesehatan pada dasarnya meliputi semua segi kehidupan, baik fisik maupun mental. Sebagai ujung tombak pelaksanaan pembangunan di bidang kesehatan masyarakat adalah puskesmas atau pusat kesehatan masyarakat yang langsung berada di tengah-tengah masyarakat.

Menurut Undang-Undang RI Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia yang menyatakan bahwa upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia diarahkan agar lanjut usia tetap dapat diberdayakan sehingga berperan dalam kegiatan pembangunan dengan memperhatikan fungsi, kearifan, pengetahuan, keahlian, keterampilan, pengalaman, usia dan kondisi fisiknya, serta terselanggarakannya pemeliharaan tarap kesejahteraan sosial lanjut usia. Sedangkan menurut peraturan daerah Kota Bandung No. 10 Tahun 2009 bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia.

(16)

2

usia di posbindu (pos pembinaan terpadu) dan di panti wredha, dengan pembinaan puskesmas dan sistem rujukannya sampai dengan tingkat pelayanan spesialistis lanjut usia (Geriatri) yang sedang dikembangkan.

Kepedulian dan serta peran aktif dari keluarga dan para lanjut usia, pihak pemerintah, swasta dan masyarakat pada umumnya merupakan pendukung utama sehingga dapat terwujud lanjut usia yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehat, mandiri dan produktif, yang merupakan potensi pembangunan yang handal mengingat lanjut usia kaya dengan pengalaman, wawasan kearifannya. Bila lanjut usia tidak sehat, selain tidak produktif juga akan menjadi beban bagi diri, keluarga, masyarakat dan pemerintah.

Keberhasilan suatu pembangunan di bidang kesehatan khususnya dalam meningkatkan kesejahteraan lanjut usia (lansia) tak lepas dari peran kepemimpinan pemerintah yang yang cerdas dan pemikiran kreatif mencakup kebijakan yang telah ditetapkan dan untuk menggerakkan, mempengaruhi orang lain dan bekerjasama dengan masyarakat untuk mencapai suatu tujuan yang diharapkan dalam meningkatkan kesejahteraan lanjut usia (lansia). Memahami peningkatan kesejahteraan lanjut usia adalah interaksi antara konsumen dan provider. Konsumen di sini adalah masyarakat, keluarga atau juga individu-individu sebagai sasaran dari pelayanan kesehatan. Sementara provider adalah para tenaga kesehatan yang langsung bekerja melayani masyarakat yang membutuhkan pelayanan akan kesehatan. Interaksi ini bukan hanya faktor konsumen dan provider yang harus diketahui tetapi juga faktor sosial budaya dan pengorganisasian dari interaksi tersebut. Hasil akhir dari interaksi ini adalah adanya pemahaman bersama (konsumen dan provider) akan kebutuhan kesehatan, hal ini penting karena fakta di lapangan pada umumnya interaksi yang terjadi hanya merupakan suatu keinginan belum dianggap sebagai suatu kebutuhan.

(17)

3

bidang kesehatan. Untuk dapat melakukan pekerjaan dalam rangka penanganan masalah lanjut usia harus disusun suatu rencana dengan baik, penilaian dan kriteria keberhasilan, maka disusunlah suatu target. Dalam penyusunan atau penetapan target pada Dinas Kesehatan Kota Bandung khususnya bagi program lanjut usia didasarkan pada berat ringannya masalah, kemampuan yang dimiliki dan jumlah penduduk.

1. Permasalahan yang dihadapi kurangnya pelayanan kesehatan dari pemerintah kepada para lanjut usia.

2. Jumlah para lanjut usia (lansia) semakin lama semakin banyak.

3. Kurangnya kesadaran akan pentingnya kesehatan bagi para lanjut usia. Berdasarkan ketiga masalah di atas mengenai para lanjut usia (lansia), penyusun ingin mengetahui bagaimana kepemimpinan Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung dalam mengatasi permasalah – permasalahan di atas, maka penyusun tertarik untuk menyusun laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) dengan judul “Kepemimpinan Dinas Kesehatan Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Lanjut Usia (Lansia) di

Kota Bandung “.

1.2 Kegunaan Kuliah Kerja Lapangan (KKL)

Sesuatu yang dikerjakan tentunya mempunyai maksud, tujuan dan juga diharapkan membawa manfaat baik khususnya bagi diri penyusun sendiri maupun bagi orang lain. Berkaitan dengan hal tersebut maka Laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ini diharapkan berguna bagi pihak-pihak lain. Adapun kegunaan KKL ini antara lain:

1. Bagi penyusun KKL ini dapat berguna untuk menambah wawasan dan pengetahuan penyusun mengenai Kepemimpinan Dinas Kesehatan Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Lanjut Usia (Lansia) di Kota Bandung

(18)

4

Pemerintahan yang akan melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan (KKL). Mengenai Kepemimpinan Dinas Kesehatan Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Lanjut Usia (Lansia) di Kota Bandung.

3. Secara praktis Penyusun Mengharapkan Laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ini dapat bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan penyusun mengenai bagaimana Kepemimpinan Dinas Kesehatan Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Lanjut Usia (Lansia) di Kota Bandung. Serta diharapkan Laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ini, dapat bermanfaat sebagai masukan bagi pihak-pihak yang berkepentingan khususnya Dinas Kesehatan Kota Bandung dalam menyelesaikan permasalahan sosial khususnya lanjut usia (lansia) di Kota Bandung.

1.3 Metode Kuliah Kerja Lapangan (KKL)

Sesuai dengan masalah yang ditulis pada usulan Kuliah Kerja lapangan (KKL) khususnya yang berhubungan dengan yang terjadi sekarang maka dasar-dasar yang digunakan adalah dengan mencari kebenaran dalam penulisan berdasarkan suatu metode, maka metode tersebut dapat lebih mengarahkan penulis dalam melakukan penulisan ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

Laporan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ini memiliki tujuan untuk mendeskripsikan Kepemimpinan Dinas Kesehatan Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Lanjut Usia (Lansia) di Kota Bandung, untuk mengkaji bagaimana Kepemimpinan Dinas Kesehatan Kota Bandung dan demi sebuah keseimbangan suatu laporan yang penulis buat, maka penulis tidak hanya akan mengumpulkan data dari Dinas Kesehatan Kota Bandung mengenai bagaimana kepemimpinan Kepala Dinas Kesehatan dalam meningkatkan kesejahteraan Lanjut Usia (Lansia) di Kota Bandung.

1.3.1 Studi Pustaka

(19)

5

mengenai kepemimpinan, dan untuk menambah data yang penyusun perlukan, penyusun mencari dan mengkaji website-website kedua hal tersebut dari internet, dan beberapa data yang penyusun dapatkan dari hasil Kuliah Kerja Lapangan di Dinas Kesehatan Kota Bandung.

1.3.2 Observasi

Observasi yang dilakukan penyusun yakni dengan cara mengamati para aparatur Dinas Kesehatan Kota Bandung dan mempelajari program kerja Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung selama penyusun melakukan Kuliah Kerja Lapangan di Dinas Kesehatan Kota Bandung, dan penyusunpun mengamati para lanjut usia (lansia) yang berada di beberapa panti werdha di Kota Bandung.

1.4 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Kuliah Kerja Lapangan

Lokasi Kuliah Kerja Lapangan yang diambil penyusun yakni di Dinas Kesehatan Kota Bandung yang beralamat di jalan Supratman Nomor 73, Kota Bandung. Adapun penjadwalan yang penyusun lalui untuk Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ini melewati beberapa tahapan yang harus dilaksanakan oleh penyusun, tahapan tersebut dibuat dan telah ditentukan sebelumnya, oleh Proram Studi Ilmu pemerintahan, Universitas Komputer Indonesia. Seperti melakukan observasi tempat Kuliah Kerja Lapangan (KKL), Pengajuan Judul, mengurus surat ijin dan lain sebagainya, yakni sebagai berikut:

Waktu Pelaksanaan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) :

1. Sosialisasi Kuliah Kerja Lapangan pada bulan Mei 2012. 2. Observasi Kuliah Kerja Lapangan pada bulan Mei - Juli 2012.

3. Pengajuan Judul dan Lokasi Kuliah Kerja Lapangan pada bulan Juni 2012.

4. Pengajuan surat ke tempat Kuliah Kerja Lapangan pada bulan Juni 2012.

(20)

6

6. Penyusunan Laporan Kuliah Kerja Lapangan pada bulan September – November 2012.

7. Pengumpulan Laporan Kuliah Kerja Lapangan pada bulan November 2012.

8. Persiapan Seminar Kuliah Kerja Lapangan pada bulan Desember - Januari 2012.

(21)

7

Tabel 1.1 Jadwal KKL

Waktu

Kegiatan

Tahun 2012 Tahun 2013

Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb

Sosialisai KKL

Observasi lokasi KKL Pengajuan Judul dan Lokasi KKL

Pengajuan surat ke tempat KKL

Pelaksanaan KKL

Penyusunan Laporan KKL

Pengumpulan Laporan KKL

Persiapan Seminar Laporan KKL

(22)

8 BAB II LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian Kepemimpinan

Tugas seorang pemimpin pada dasarnya adalah menggerakkan, membimbing dan mengawasi jalannya pekerjaan yang dilakukan oleh para pegawai pada masing-masing bagian atau unit kerja, agar hasil pelaksanaan kerja yang dilakukan pegawainya mencapai hasil yang optimal dalam rangka pencapaian tujuan organisasi.

Soewarno Handayaningrat dalam bukunya Pengantar Ilmu Administrasi dan Manajemen, mengemukakan pengertian kepemimpinan sebagai berikut :

“Kepemimpinan adalah sebagai suatu proses dimana pimpinan digambarkan memberikan perintah atau pengarahan, bimbingan atau mempengaruhi pekerjaan orang lain dalam memilih dan mencapai tujuan yang telah ditentukan atau ditetapkan” (Handayaningrat, 1984 :64).

Menurut penulis kepemimpinan dapat diartikan sebagai dasar kemampuan, bakat, serta kelebihan dari seorang pemimpin diharapkan dapat mempengaruhi dan mengendalikan pengikutnya untuk mencapai tujuan bersama. Adapun istilah “pemimpin” berasal dari kata Leader yang artinya orang yang memimpin dan “kepemimpinan” dari kata leadership yaitu kemampuan seseorang pemimpin untuk mempengaruhi orang lain. Sedangkan menurut M. Karyadi dalam bukunya Kepemimpinan (Leadership), mengatakan pengertian kepemimpinan sebagai berikut :

Kepemimpinan adalah sebagai suatu seni kemampuan untuk mempengaruhi perilaku manusia dan kemampuan untuk mengendalikan orang-orang dalam organisasi agar supaya mereka sesuai dengan perilaku yang dinginkan oleh pimpinan oeganisasi. (Karyadi, 1984 : 64).

(23)

9

dapat mempengaruhi dan mengendalikan pengikutnya untuk mencapai tujuan bersama. Sementara itu kepemimpinan menurut Miftah Thoha dalam bukunya Kepemimpinan Dalam Manajemen mengemukakan pengertian kepemimpinan sebagai berikut :

2.1.1 Syarat-syarat Kepemimpinan

Dalam kepemimpinan ada syarat-syarat yang harus dimiliki oleh seseorang apabila ia ingin mejadi pemimpin, syarat-syarat tersebut merupakan hal yang pokok yang harus dimiliki seorang pemimpin agar dalam memimpin ia mempunyai kekuasaan dan wibawa sebagai seorang pemimpin.

Menurut Stogdill dalam bukunya Personal Factor Associated with Leadership yang dikutip oleh Kartini Kartono dalam bukunya Pemimpin dan Kepemimpinan mengatakan bahwa pemimpin itu harus mempunyai kelebihan, yaitu:

1. Kapasitas meliputi: kecerdasan, kewaspadaan, kemampuan berbicara dan kemampuan menilai.

2. Ilmu pengetahuan yang luas

3. Tanggungjawab, mandiri, berinisiatif, tekun, ulet, percaya diri, agresif, dan punya hasrat untuk unggul.

4. Partisipasif aktif, memiliki sosialbilitas tinggi, mampu bergaul, kooperatif, atau suka bekerja sama, mudah menyesuaikan diri, punya rasa humor.

5. Status meliputi kedudukan sosial-ekonomi yang cukup tinggi, populer, tenar.

(Kartono, 1994:31).

(24)

10

1. Kemampuan untuk melihat organisasi secara keseluruhan 2. Kemampuan untuk mendelegasikan wewenang

3. Kemampuan untuk memerintahkan kesetiaan 4. Kemampuan untuk membuat keputusan (Kencana, 1998:75).

Berdasarkan pendapat di atas menurut penulis bahwa untuk menjadi seorang pemimpin diperlukan kemampuan untuk melihat organisasi secara keseluruhan, bisa mendelegasikan wewenang, bisa membuat pengikutnya setia serta dapat membuat keputusan. Selanjutnya menurut Abdul Sani dalam bukunya Manajemen Organisasi mengemukakan adanya beberapa syarat yang harus dimiliki oleh seorang pemimipin suapaya dalam memimpinnya bawahannya lebih efektif yaitu:

1. “Kemampuan pengawasan dalam kedudukan atau pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen, terutama pengarahan dan pengawasan pekerjaan orang lain (para bawahan).

2. Kebutuhan akan prestasi dalam pekerjaan, mencakup pencarian tanggungjawab dan keinginan untuk sukses.

3. Kecerdasan, mencakup kebijaksanaan, pemikiran, kreatif dan daya pikir.

4. Ketegasan atau kemampuan untuk membuat keputusan-keputusan dan memecahkan masalah-masalah dengan cakap dan tepat.

5. Kepercayaan diri atau pandanngan terhadap dirinya sebagai kemampuan untuk menghadapi masalah-masalah.

6. Inisiatif atau kemampuan untuk bertindak tidak tergantung mengembangkan serangkaian aktivitas dan menemukan cara-cara baru atau inovasi”

(Sani, 1987:250).

(25)

11

1. “Energi jasmani dan mental dalam artian pemimpin memiliki tenaga jasmani dan rohani yang luar biasa: yaitu mempunyai daya tahan, keuletan, kekuatan atau tenaga yang istimewa yang tampaknya tidak pernah akan habis.

2. Kesadaran akan tujuan dan arah yaitu ia memiliki keyakinan yang teguh akan kebenaran dan kegunaan dari semua perilaku yang dikerjakan; dia tahu kemana arah yang akan ditujunya, serta memberikan manfaat bagi diri sendiri maupun kelompok yang dipimpinnya.

3. Antusiasme dalam melakukan pekerjaan dan tujuan yang akan dicapai itu harus sehat, berarti, bernilai, memberikan harapan-harapan yang menyenangkan, memberikan sukses, dan menimbulkan semangat serta spirit de corps.

4. Keramahan dan kecintaan ialah pemimpin harus mempunyai rasa kasih sayang, cinta, simpati yang tulus, disertai kesediaan berkorban bagi pribadi-pribadi yang disayangi.

5. Integritas ialah pemimpin harus mempunyai sifat terbuka, kejujuran, ketulusan hati serta sejiwa dan seperasaan dengan anak buahnya.

6. Penguasaan teknis, pemimpin harus mempunyai kemahiran teknis tertentu, agar ia mempunyai kewibawaan dan kekuasaan untuk memimpin kelompoknya.

7. Ketegasan dalam pengambilan keputusan, adalah pemimpin harus harus dapat mengambil keputusan secara tepat, tegas dan tepat, sebagai hasil dari kearifan dan pengalamannya 8. Kecerdasan adalah kemampuan pemimpin untuk melihat dan

memahami dengan, mengerti sebab dan akibat kejadian, menemukan hal-hal yang krusial dan cepat menemukan cara penyelesaiannya dalam waktu singkat. Kecerdasan dan originalitas yang disertai dengan imajinasi tinggi dan rasa humor, dapat dengan cepat mengurangi ketegangan dan kepedihan-kepedihan tertentu yang disebabkan oleh masalah-masalah sosial yanmg gawat dan konflik-konflik ditengah masyarakat.

9. Keterampilan mengajar ialah pemimpin harus mampu menuntun, mendidik, mengarahkan, mendorong dan menggerakan anak buahnya untuk berbuat sesuatu yang baik. 10. Kepercayaan (faith) adalah pemimpin harus memiliki

keprcayaan terhadap anak buahnya” (Kartono, 1994:37)

(26)

12

2.1.2 Fungsi-fungsi Kepemimpinan

kepemimpinan yang efektif hanya akan terwujud apabila dijalankan sesuai dengan fungsinya. Fungsi kepemimpinan itu berhubungan langsung dengan situasi sosial dalam kehidupan kelompok atau organisasi masing-masing, yang mengisyaratkan bahwa setiap pemimpin berada di dalam dan bukan di luar situasi itu. Fungsi kepemimpinan merupakan gejala sosial, karena harus diwujudkan dalam intraksi antar individu di dalam situasi sosial suatu kelompok atau organisasi karena fungsi kepemimpinan sangat mempengaruhi maju mundurnya suatu organisasi, tanpa ada penjabaran yang jelas tentang fungsi pemimpin mustahil pembagian kerja dalam organisasi dapat dapat berjalan dengan baik. Menurut Sondang P. Siagian dalam bukunya Teori dan Praktek Kepemimpinan mengatakan beberapa fungsi kepemimpinan sebagai berikut:

1. Pimpinan sebagai penentu arah dalam usaha pencapaian tujuan

2. Pemimpin sebagai wakil dan juru bicara organisasi dalam hubungan dengan pihak-pihak di luar organisasi

3. Pemimpin sebagai komunikator yang efektif

4. Pemimpin sebagai mediator, khususnya dalam hubungan ke dalam, terutama dalam menangani situasi konflik

5. Pemimpin sebagai integrator yang efektif, rasional, objektif dan netral.

(Siagian, 1999:47)

Berdasarkan uraian di atas mengenai fingsi-fungsi kepemimpinan menurut Siagian fungsi kepemimpinan inti dari pencapaian suatu tujuan kelompok atau organisasi. Sedangkan menurut Hamdani Nawawi dalam bukunya Kepemimpinan yang Efektif menyebutkan ada lima fungsi kepemimpinan. Kelima fungsi kepemimpinan itu adalah:

(27)

13

1) Fungsi instruktif

Fungsi ini berlangsung dan bersifat komunikasi satu arah, pemimpin sebagai pengambil keputusan berfungsi memerintahkan pelaksanaannya pada orang-orang yang dipimpin. Pemimpin sebaga komunikator merupakan pihak yang menentukan apa (isi perintah), bagaimana (cara mengerjakan perintah), bilamana (waktu memulai, melaksanakan dan melaporkan hasilnya), dan dimana (tempat mengerjakan perintah) agar keputusan dapat diwujudkan secara efektif. Fungsi orang yang dipimpin hanyalah melaksanakan perintah. Inisiatif tentang segala sesuatu yang ada kaitannya dengan perintah itu, sepenuhnya merupakan fungsi pemimpin.

2) Fungsi konsultatif

Fungsi ini berlangsung dan bersifat komunikasi dua arah. Pada tahap pertama dalam usaha menetapkan keputusan, fungsi pemimpin sebagai konsultan untuk mendengarkan pendapat, saran serta pertanyaan dari bawahannya, mengenai keputusan yang akan diambil oleh pemimpin. 3) Fungsi partisipasi

Dalam fungsi ini pemimpin menjalankan serta mengaktifkan orang-orang yang dipimpinnya, baik dalam keikutsertaan mengambil keputusan maupun dalam melaksanakannya. Setiap anggota kelompoknya memperoleh kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam melaksanakan kegiatan yang dijabarkan dari tugas-tugas pokok, sesuai dengan posisi atau jabatan masing-masing. Pemimpin juga tidak hanya ikut dalam proses pembuatan keputusan dalam fungsi ini pemimpin ikut serta dalam proses pelaksanaannya.

(28)

14

4) Fungsi delegasi

Fungsi ini pemimpin sebagai pemegang wewenang tertinggi harus bersedia dan dapat mempercayai oran-orang lain, sesuai dengan posisi atau jabatannya, apabila diberi atau mendapat pelimpahan wewenang.

5) Fungsi pengendalian

Fungsi pengendalian bermaksud bahwa kepemimpinan yang sukses dan efektif mampu mengatur aktivitas anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif, sehingga memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal. Sehubungan dengan itu bahwa fungsi pengendalian dapat diwujudkan melalui kegiatan bimbingan, pengarahan, koordinasi dan pengawasan.

Dengan bimbingan dan pengarahan, koordiansi dan pengawasan, pemimpin berusaha mencegah terjadinya kekeliruan atau kesalahan setiap unit atau perseorangan dalam melaksanakan volume dan beban kerjanya atau perintah dari pimpinannya. Pengendalian dilakukan dengan cara mencegah anggota berfikir dan berbuat sesuatu yang cenderung merugikan kepentingan bersama.

2.1.3 Teknik-teknik Kepemimpinan

Untuk mempengaruhi orang lain dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, maka seorang pemimpin perlu menggunakan teknik-teknik kepemimpinan. Karyadi dalam bukunya yang berjudul Teknik-teknik Kepemimpinan mengemukakan Teknik-teknik-Teknik-teknik kepemimpinan sebagai berikut :

1. Teknik menyiapkan orang-orang supaya mau menjadi pengikut. 2. Teknik memperlakukan orang-orang sebagai manusia, bukan

sebagai alat.

3. Teknik untuk menjadi tauladan bagi pengikut (Karyadi, 1991 : 70).

(29)

15

“Teknik kepemimpinan adalah kemampuan atau keterampilan tehnik memimpin dalam menerapkan teori-teori kepemimpinan dalam organisasi tertentu meliputi konsep-konsep pemikirannya, perilaku serta peralatan yang digunakan” (Kartono, 2001 : 3).

Dari pendapat Kartono tentang teknik kepemimpinan, penulis dapat menyimpulkan dalam teknik kepemimpinan seorang pemimpin harus memiliki konsep dalam memimpin organisasi dalam memimpin organisasi serta dapat memanfaatkan berbagai jenis peralatan yang ada pada lingkungan kerjanya. Menurut Kartini Kartono dalam bukunya Pemimpin dan Kepemimpinan mengartikan teknik kepemimpinan sebagai berikut :

“Teknik kepemimpinan sebagai keterampilan teknis serta sosial pemimpin dalam menerapkan teori-teori kepemimpinan pada praktek kehidupan serta organisasi tertentu dan melingkupi konsep-konsep pemikiran, perilaku sehari-hari dan semua peralatan yang dipakainya” ( Kartono, 1985:62).

Berdasarkan penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa teknik kepemimpinan sangat perlu untuk di mengerti oleh seorang pemimpin, karena dengan teknik kepemimpinan, pemimpin dapat mengerti posisi dan peranannya di dalam organisasi. Lebih jelas lagi S. Pamuji dalam bukunya Kepemimpinan Pemerintahan di Indonesia, merinci teknik-teknik kepemimpinan sebagai berikut:

1. Teknik pematangan dan penyiapan pengikut 2. Teknik human relation

3. Teknik menjadi teladan

4. Teknik persuasi dan pemberian perintah

5. Teknik penggunaan sistem komunikasi yang cocok 6. Teknik penyediaan fasilitas

(Pamuji, 1995:114)

(30)

16

2.1.4 Gaya Kepemipinan

Gaya kepemimpinan merupakan cara pemimpin menjalankan tugas kepemimpinannya, baik berupa perencanaan, perumusan, ajakan, himbauan, maupun perintah-perintah lainnya. Pamudji memberikan gambaran tentang gaya kepemimpinan pemerintah Indonesia, yaitu :

“Gaya kepemimpinan adalah bicara tentang bagaimana seorang pemimpin menjalankan tugas kepemimpinannya, misalnya gaya apa yang dipakai dalam merencanakan, merumuskan, dan menyampaikan perintah-perintah atau ajakan kepada yang diperintah. Gaya kepemimpinan pemerintahan angat dipengaruhi oleh paham-paham yang dianut mengenai kekuasaan dan wewenang sikap mana yang harus diambil terhadap hak dan martabat manusia. Gaya kepemimpinan sangat dipengaruhi oleh karakteristik pemimpin dan situasi yang dihadapinya. Gaya kepemimpinan seorang pemimpin dalam situasi tertentu dapat berbeda dengan gaya kepemimpinannya yang diterapkan dalam situasi yang lain” (Pamudji, 1995 : 22).

Dari pendapat Pamudji di atas menurut penulis seorang pemimpin harus memiliki gaya kepemimpinan yang dapat mempengaruhi orang lain dengan gaya kepemimpinannya. Selanjutnya Pamudji membagi 3 (tiga) dalam kepemimpinan di Indonesia sebagai berikut :

1. “Gaya motivasi yaitu pemimpin dalam menggerakkan orang-orang dengan mempergunakan motivasi baik yang berupa imbalan ekonomis dengan memberikan hadiah-hadiah (Reward), baik yang bersifat positif maupun yang berupa ancaman hukuman atau bersifat negatif.

2. Gaya kekuasaan yaitu pemimpin yang cenderng menggunakan kekuasaan untuk menggerakkan orang-orang. Cara bagaimana ia menggunakan kekuasaan akan menentukan gaya kepemimpinannya.

3. Gaya Autokratik

Yaitu pemimpin yang menggantungkan pada kekuasaan formalnya, organisasi di pandang sebagai milik pribadi, mengidentifikasikan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi. b. Gaya Partisipatif

(31)

17

c. Gaya Bebas

Yaitu kepemimpinan yang hanya pengikutnya menghindari diri dari penggunaan paksaan atau tekanan.

3. Gaya Pengawasan,

yaitu kepemimpinan yang dilandaskan kepada perhatian seorang pemimpin terhadap perilaku kelompok”

(Pamudji, 1995 : 123).

2.2 Pengertian Kesehatan

Sehat merupakan suatu keadaan yang dinamis dimana individu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan internal (psikologis, intelektual, spiritual dan penyakit) dan eksternal (lingkungan fisik, sosial dan ekonomi) dalam mempertahankan kesehatannya.

Kesehatan menurut UU No. 23 Tahun 1992 Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Sedangkan kesehatan menurut peraturan daerah Kota Bandung Nomor : 10 Tahun 2009 Kesehatan adalah merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan dari badan, jiwa dan sosial yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia.

Sehat menurut Paune

“Sehat adalah fungsi efektif dari sumber-sumber perawatan diri (self care Resouces) yang menjamin tindakan untuk perawatan diri ( self care actions) secara adekuat. Self care Resouces : mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap. Self care Actions merupakan perilaku yang sesuai dengan tujuan diperlukan untuk memperoleh, mempertahankan dan meningkatkan fungsi psikososial dan spiritual” (Paune, 1983).

Dari pendapat Paune di atas tentang pengertian sehat penyusun dapat menyimpulkan fungsi efektif dari sumber-sumber perawatan diri tidak dapat dipisahkan dari kesehatan yang mempunyai keterikatan dan sehat sangat berpengaruh terhadap kehidupan dan prilaku manusia. Selanjutnya sehat menurut Pender sebagai berikut :

(32)

18

sedangkan penyesuaian diperlukan untuk mempertahankan stabilitas dan integritas struktural” (Pender, 1982).

Berdasarkan pengertian kesehatan yang dikemukakan Pender menurut penulis kesehatan individu dapat diperoleh melalui kepuasan dalam berhubungan denga orang lain.

2.3 Pengertian Lanjut Usia (Lansia)

Lanjut Usia (lansia) adalah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih, baik secara fisik berkemampuan untuk melakukan aktifitas sehari-hari maupun yang karena masalah kesehatannya tidak lagi mampu melakukan aktifitas sehari-hari, sehingga tidak lagi berperan dalam pembangunan pada umumnya. Lanjut Usia (lansia) menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 tentang lanjut usia (lansia) adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan dan sosial. Pengertian dan pengelolaan lanjut usia (lansia).

Secara umum kesehatan pada seorang lanjut usia diawali dengan terjadinya masalah pada usia 45 tahun atau lebih dan bertambahnya resiko masalah kesehatan lanjut usia sering terjadi pada usia lebih 60 tahun, maka sesuai kebijakan dalam pelayanan kesehatan, pelayanan kepada lanjut usia diutamakan kepada sasaran sebagai berikut :

a. Usia 45-59 tahun sebagai kelompok pra lanjut usia, agar dapat mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya.

b. Usia 60-69 tahun sebagai kelompok lanjut usia, agar dapat

mempertahankan kesehatan dan mencegah bertambahnya resiko kesehatan yang ada.

(33)

19

1. Perubahan Yang Terjadi Pada Lanjut Usia (Lansia)

Suatu proses yang tidak dapat dihindari yang berlangsung secara terus-menerus dan berkesinambungan yang selanjutnya yang menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis dan biokemis. Pada jaringan tubuh dan akhirnya mempengaruhi fungsi dan kemampuan badan secara keseluruhan (Depkes RI, 1998). Menurut Setiabudhi (1999), perubahan yang terjadi pada lansia yaitu :

Perubahan yang terjadi pada sel seseorang menjadi lansia yaitu adanya perubahan genetika yang mengakibatkan terganggunya metabolism protein, gangguan metabolism Nucleic acid dan deoxyribonucleic (DNA), terjadi ikatan DNA dengan protein stabil yang mengakibatkan gangguan genetika, gangguan kegiatan enzim dan sistem pembuatan enzim, menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah dan hati, terjadinya pengurangan parenkim serta adanya penambahan lipofisim.

1. Perubahan yang terjadi di sel otak dan saraf berupa jumlah sel menurun dan fungsi digantikan sel yang tersisa, terganggunya mekanisme perbaikan sel, control inti sel terhadap sitoplasma menurun, terjadinya perubahan jumlah dan struktur mitokondria, degenerasi lisosom yang mengakibatkan hoidrolisa sel, berkurangnya butir nissil, pengumpulan kromatin dan penambahan lipofisin.

2. Perubahan yang terjadi di otak lansia adalah terjadi trofi yang berkurang 5 sampai 10% yang ukurannya kecil terutama di bagian prasagital, frontal, pariental, jumlah neuron berkurang dan tidak dapat diganti dengan yang baru, terjadi pengurangan neurotransmitter, terbentuknya struktur abnormal di otak dan akumulasi pigmen organic mineral.

3. Perubahan jaringan yaitu terjadinya penurunan sitoplasma protein, peningkatan metaplastik protein seperti kolagen dan elastin.

2. Tipe Lanjut Usia (Lansia)

(34)

20

(Nugroho, 2000 dalam Maryam dkk, 2008). Tipe tersebut dijabarkan sebagai berikut :

1. Tipe arif bijaksana

Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan dan menjadi panutan.

2. Tipe mandiri

Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam mencari pekerjaan, bergaul dengan teman dan memenuhi undangan.

3. Tipe tidak puas

Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik dan banyak menuntut.

3. Karakteristik Lanjut Usia (Lansia)

Lanjut Usia (Lansia) memilki karakteristik sebagai berikut : berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan pasal 1 ayat (2) No. 13 tentang kesehatan), kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga kondisi maladaptif, lingkungan tempat tinggal bervariasi.

Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia. Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun.

(35)

21

lingkungan. Efendi dalam bukunya Karakteristik Lanjut Usia (Lansia) mengemukakan pengertian lansia sebagai berikut :

“ Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara individual” (Efendi, 2009).

Penetapan usia 65 tahun ke atas sebagai awal masa lanjut usia (lansia) dimulai pada abad ke-19 di Negara Jerman. Usia 65 tahun merupakan batas minimal untuk kategori lansia. Namun, banyak lansia yang masih menganggap dirinya berada pada masa usia pertengahan. Usia kronologis biasanya tidak memiliki banyak keterkaitan dengan kenyataan penuaan lansia. Setiap orang menua dengan cara yang berbeda-beda, berdasarkan waktu dan riwayat hidupnya. Setiap lansia adalah unik, oleh karena itu perawat harus memberikan pendekatan yang berbeda antara satu lansia dengan lansia lainnya.

2.4 Pengertian Kesejahteraan

kesejahteraan sosial adalah suatu tindakan yang mengarah kepada kondisi sosial masyarakat yang menjamin kehidupan masyarakat dalam lingkungan untuk hidup dengan rasa nyaman, aman, dan tentram untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.

Menurut UU No.6 Thn 1974 yaitu suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial, material maupun spritual yang diliputi rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketentraman lahir dan batin, yang memungkinkan setiap warga negara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga, serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak atau kewajiban manusia sesuai dengan pancasila.

(36)

22

“Kesejahteraan sosial mencakup semua bentuk intervensi sosial yang secara pokok dan langsung untuk meningkatkan keadaan yang baik antara individu dan masyarakat secara keseluruhan. Kesejahteraan sosial mencakup semua tindakan dan proses secara langsung yang mencakup semua tindakan dan proses secara langsung yang mencakup tindakan dan pencegahan masalah sosial, pengembangan sumber daya manusia dan peningkatan kualitas hidup” (Dwi Heru Sukoco, 1995).

(37)

23 BAB III

HASIL KEGITAN DAN PEMBAHASAN KKL

3.1 Hasil Kegiatan KKL

Hasil kegitan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) di Dinas Kesehatan Kota Bandung adalah merekap data tentang jumlah Lanjut Usia (Lansia) dan tingkat kepuasan para lansia tentang pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Pemerintah Kota Bandung khususnya oleh Dinas Kesehatan Kota Bandung pada tahun 2009 sampai tahun 2011, semakin bertambahnya jumlah lansia di Kota Bandung ini menunjukkan bahwa semakin banyak pula permasalahan yang muncul pada para lansia.

Dalam mengatasi permasalahan yang muncul pada para lansia yang semakin banyak jumlahnya, kepemimpinan Kepala Dinas Kesehatan dan para aparatur kerjanya khususnya Seksi Pelayanan Khusus (Yankesus) di sini sangat dibutuhkan perannya dalam menyusun rencana dan strategi untuk membuat program kegiatan pelayanan kesehatan khusus lansia. Berikut gambar tabel jumlah lansia di Kota Bandung tahun 2009 sampai

(38)

24

Hasil kegiatan selanjutnya yaitu membuat grafik perkembangan jumlah lanjut usia (lansia) di Kota Bandung dari tahun 2009 sampai tahun 2011, perkembangan jumlah lansia ini untuk dievaluasi dengan terusnya bertambah jumlah lansia maka Pemerintah Kota Bandung Khususnya Dinas Kesehatan Kota Bandung harus memberikan pelayanan kesehatan yang baik dan optimal untuk meningkatkan kesejahteraan para lansia, berikut gambar grafik perkembangan jumlah lansia di Kota Bandung tahun 2009 sampai tahun 2011 :

Gambar 3.1

Perkembangan Jumlah Penduduk Usia Lanjut di Kota Bandung

Sumber : Seksi Pelayanan Kesehatan Khusus (Yankesus) Dinas Kesehatan Kota Bandung.

(39)

25

Pelayanan Kesehatan Khusus (Yankesus) membuat program atau kegiatan upaya kesehatan masyarakat dan khususnya Lanjut Usia (Lansia) tahun 2012, di dalam program atau kegiatan ini terdapat sub kegiatan seperti :

1. Sosialisasi Kegiatan Yankes Dasar 2. Sosialisasi , Advokasi, Evaluasi AMP 3. Pertemuan BPB

4. Supervisi Kegiatan Yankes Dasar.

(40)

26

Gambar 3.2

Kegiatan Bidang Bina Yankesus Tahun 2012

PROGRAM/KEGIATAN SUB KEGIATAN

Program Upaya Kesehatan Masyarakat:

Kegiatan Peningkatan Pelayanan dan Penanggulangan Masalah Kesehatan

1. Sosialisasi Kegiatan Yankes Dasar

2. Sosialisasi , Advokasi, Evaluasi AMP

3. Pertemuan BPB

4. Supervisi Kegiatan Yankes Dasar

Kegiatan Penanggulangan Gizi Buruk Bantuan Provinsi (Banprov 2011)

-

Kegiatan Penunjang Operasi Katarak Bagi Masyarakat miskin (Maskin)

-

Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Lansia :

Kegiatan Pelayanan Pemeliharaan Kesehatan

-

(41)

27

Bentuk sosialisasi kegiatan pelayanan kesehatan (yankes) dalam kegiatan meningkatkan pelayanan dan penanggulangan masalah kesehatan yaitu pembinaan kesehatan terhadap lansia dilaksanakan secara berkala, peran serta masyarakat termasuk swasta dan partisipasi dari lansia itu sendiri, lansia itu sendiri sangat membutuhkan perhatian dari keluarga dan masyarakat di sekitar lingkungannya untuk mendorong agar terus memelihara kesehatan dan memahami pentingnnya kesehatan bagi lansia. Hasil dari sosialisasi pelayanan kesehatan ini adalah meningkatnya kesadaran para lansia untuk membina kesehatannya, Meningkatnya Kesehatan lansia agar dapat mencapai mutu kehidupan yang berkualitas dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan Masyarakat.

Bentuk dari pelayanan dalam memelihara kesehatan lansia yaitu dengan meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan masyarakat khususnya terhadap lansia yang berkualitas, menggerakkan dan memberdayakan lansia untuk hidup sehat dan meningkatkan sistem surveilans, monitoring dan informasi tentang kesehatan,tujuan dari surveilans ini seperti mengadakan kunjungan ke panti-panti lansia untuk melihat keadaan lansia di sana dan melihat perkembangan lansia tentang memberdayakan dan menjalankan pola hidup sehat seperti para lansia rutin melakukan olahraga untuk menjaga kebugaran badannya. Tujuan sistem monitoring seperti Pemerintah khususnya Dinas Kesehatan Kota Bandung memberikan gambaran tentang pemeliharaan kesehatan yaitu dengan pelaksanaan rujukan ke puskesmas, memeriksa aktivitas sehari-hari.

Bentuk penanggulangan gizi buruk terhadap lansia melayani kesehatan lansia dengan fasilitas yang berkualitas dan biayanya yang terjangkau. Dalam mencagah gizi buruk di kalangan lansia dengan memberikan penyuluhan pola hidup sehat dengan rajin berolahraga, makan makanan yang bergizi.

(42)

28

saat ini Dinas Kesehatan Kota Bandung belum mencapai target suksesnya dalam menanggulangi gizi buruk di kalangan lansia, disebabkan karena peran Pemerintah khususnya Dinas Kesehatan Kota Bandung tidak melaksananakan kegiatan dalam menanggulangi gizi buruk tidak secara rutin atau berkala.

Pada umur lansia pada umumnya secara fisik banyak mengalami penurunan fungsi-fungsi organ tubuh dan maupun panca indera, khususnya pada indera penglihatan, ada suatu pemasalahan pada kesehatan lansia seperti katarak, salah satu penyembuhan katarak yaitu dengan operasi katarak. Dalam rencana Dinas Kesehatan Kota Bandung yaitu Kegiatan Penunjang Operasi Katarak Bagi Masyarakat miskin termasuk para lansia di Kota Bandung. Tetapi Dinas Kesehatan belum melaksanakan kegiatan ini yang sebelumnya sudah direncanakan, maka sampai dengan saat ini hasil dalam mengatasi masalah kesehatan masyarakat yaitu penunjang operasi penyakit katarak belum memenuhi target sedikitpun peran Kepala Dinas Kesehatan kurang cepat dan tanggap dalam melakukan kegiatan dalam penanggulangan masalah operasi katarak ini.

Dengan adanya pembuatan program atau kegiatan upaya kesehatan masyarakat ini untuk meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat khususnya terhadap para lansia, kegiatan ini baik dilakukan rutin setiap tahunnya demi membangun Negara khususnya di bidang kesehatan.

3.2 Pembahasan KKL

(43)

29

3.2.1 Pemimpin Dalam Memberikan Perintah

Pemimpin pada dasarnya merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang dalam menggerakan orang lain agar mau bekerja dengan senang hati untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam kepemimpinan ada syarat-syarat yang harus dimiliki oleh seseorang yaitu kapasitas meliputi kecerdasan, kewaspadaan, kemampuan berbicara dan kemampuan menilai, ilmu pengetahuan yang luas, tanggungjawab, mandiri, berinisiatif, tekun, ulet, percaya diri,agresif dan punya hasrat untuk unggul.

Apabila ia ingin menjadi pemimpin, syarat-syarat tersebut merupakan hal yang pokok yang harus dimiliki seorang pemimpin agar dalam memimpin ia mempunyai kekuasaan dan wibawa sebagai seorang pemimpin, apabila seorang pemimpin tidak memiliki syarat-syarat kepemimpinan maka tujuan dan efektifitas kerja aparaturnya tidak akan berjalan dengan baik dan mendapatkan hasil yang sempurna.

Ini berkaitan dengan judul Kuliah Kerja Lapangan (KKL) penulis tentang Kepemimpinan Dinas Kesehatan Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Lanjut Usia (Lansia) di Kota Bandung, kepemimpinan Dinas Kesehatan kurang efektif dalam memberikan perintah kepada bawahannya dalam mengatasi masalah pelayanan kesehatan masyarakat khususnya bagi para lansia di Kota Bandung. Sebagai seorang pemimpin yang baik harus bias memecahkan masalah, masalah yang sering terjadi pada lansia yaitu :

1. Permasalahan dari aspek fisiologis 2. Permasalahan dari aspek psikologis

3. Permasalahan dari aspek social dan budaya.

(44)

30

1) Permasalahan dari aspek fisiologis

Terjadinya perubahan normal pada fisik lansia yang dipengaruhi oleh faktor kejiwaan, social, ekonomi dan medic.Perubahan tersebut akan terlihat pada jaringan dan organ tubuh seperti kulit menjadi kering dan keriput, rambut beruban dan rontok, penglihatan menurun sebagian atau menyeluruh, pendengaran berkurang, indra perasa menurun, daya penciuman berkurang, tinggi badan menyusut karena proses osteoporosis yang berakibat badan menjadi bungkuk, tulang keropos, masanya dan kekuatannya berkurang dan mudah patah, elastisitas paru berkurang, nafas menjadi pendek, terjadi pengurangan fungsi organ di dalam perut, dinding pembuluh darah menebaldan menjadi tekanan darah tinggi, otot jantung tidak bekerja efisien, adanya penurunan organ reproduksi, terutama pada wanita, otak menyusut dan reaksi menjadi lambat terutama pada pria serta seksualitas tidak terlalu menurun.

2) Permasalahan dari Aspek Psikolgis

Permasalahan dari aspek psikologis yaitu : 1. Kesepian (linoliness)

2. Duka cita (bereavement)

3. Depresi, pada lansia stres pada lingkungan sering menimbulkan depresi

4. Sindroma diagnose, merupakan suatu keadaan dimana lansia menunjukkan prilaku yang sangat mengganggu.

5. Gangguan cemas.

(45)

31

3) Permasalahan dari Aspek Sosial Budaya

Permasalahan social budaya lansia secara umum yaitu masih besarnya jumlah lansia yang berada di bawah garis kemiskinan makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga yang berusia lanjut kurang diperhatikan, dihargai, dihormati, berhubung terjadi perkembangan pola kehidupan keluarga yang secara fisik lebih mengarah pada bentuk keluarga kecil, akhirnya kelompok masyarakat industry yang memiliki cirri kehidupan yang lebih bertumpu kepada individu dan menjalankan kehidupan berdasarkan untung rugi lugas dan efisien yang secara tidak langsung merugikan kesejahteraan lansia, masih rendahnya kuantiras tenaga profesional dalam pelayanan kesehatan lansia dan masih terbatasnya sarana pelayanan pembinaan kesejahteraan lansia, serta belum membudayanya dan melembaganya kegiatan pembinaan kesejahteraan lansia.

Untuk membangun Negara khususnya di bidang kesehatan diperlukan pemimpin yang bijak, tepat dalam mengambil suatu keputusan dan cerdas dalam membuat strategi atau rencana organisasi demi mencapai tujuan dan cita-cita yang diharapkan bersama dengan hasil yang sempurna.

3.2.2 Kepemimpinan dalam Mempengaruhi Pekerjaan Orang Lain

Faktor keberhasilan seorang pemimpin dalam memimpin organisasinya tidak hanya dia mampu mengarahkan bawahannya tetapi pemimpin tersebut harus lebih mempunyai sikap bijaksana, mahir dalam manajemen, mempunyai jiwa sosial yang tinggi serta mempunyai kecakapan, dengan demikian pemimpin akan berhasil membawa kemajuan untuk organisasinya. Tanpa itu semua, pemimpin tidak akan dapat membuat kemajuan untuk organisasinya.

(46)

32

Berdasarkan pengamatan penulis selama melakukan praktek Kuliah Kerja Lapangan (KKL) di Dinas Kesehatan Kota Bandung, Kepala Dinas Kesehatan belum dapat sepenuhnya menerapkan fungsi dalam memimpin suatu organisasi dan para aparatur kerjanya masih banyak yang berleha-leha dalam melaksanakan tugasnya, ada beberapa fungsi dalam kepemimpinan yang merupakan faktor penting yang harus diketahui oleh seorang pemimpin yaitu fungsi identifikasi dan analisis pemimpin, fungsi penetapan tujuan dan perumusan kebijakan, fungsi membangun dan menggerakkan semangat.

3.2.3 Kepemimpinan Dalam Memberikan Bimbingan

Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada individu dari seorang yang ahli, namun tidak sesederhana itu untuk memahami pengertian dari bimbingan. Pengertian tetang bimbingan formal telah diusahakan orang setidaknya sejak awal abad ke-20, Sejak itu muncul rumusan tetang bimbingan sesuai dengan perkembangan pelayanan bimbingan, sebagai suatu pekerjaan yang khas yang ditekuni oleh para peminat dan ahlinya. Pengertian bimbingan yang dikemukakan oleh para ahli memberikan pengertian yang saling melengkapi satu sama lain.

Di dalam suatu organisasi, seorang pemimpin yang baik dapat membimbing atau memberikan pengarahan terhadap bawahannya sebelum melakukan tugas yang akan diberikan oleh pemimpin itu sendiri, tujuan bimbingan yakni agar tugas yang telah diberikan oleh pemimpinya berjalan dengan baik sesuai dengan rencana yang telah di buat. Kepala Dinas Kesehatan itu sendiri dalam membimbing bawahannya kurang merangsang semangat kerja aparaturnya karena suatu bimbingan merupakan salah satu faktor terpenting dalam suatu organisasi.

(47)

33 BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Kepemimpinan Dinas Kesehatan Kota Bandung dalam meningkatkan kesejahteraan Lanjut Usia (Lansia) pada umumnya belum berjalan secara optimal dan efektif, masih banyak para lansia yang mengeluh akan pelayanan kesehatan yang diberikan dan kurangnya perhatian lebih dari Pemerintah khususnya Dinas Kesehatan Kota Bandung. Peran aktif seorang pemimpin sangat dibutuhkan untuk membangun Negara di bidang kesehatan untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang muncul dan dihadapi oleh para lansia.

Kepemimpinan Dinas Kesehatan Kota Bandung yang penulis amati selama melaksanakan praktek Kuliah Kerja Lapangan (KKL), Kepala dinas Kesehatan belum maksimal dalam memimpin dan memberikan pengaruh terhadap bawahannya untuk semangat kerja, karena mengatasi permasalahan-permasalahan para lansia di Kota bandung masih belum menghasilkan hasil yang sempurna bahkan masih belum mencapai target seperti yang sudah direncanakan oleh Dinas Kesehatan Kota Bandung.

(48)

34

Berdasarkan hasil Kuliah Kerja Lapangan (KKL) dan penyusunan laporan yang telah penulis sampaikan pada bab-bab sebelumnya, mengenai Kepemimpinan Dinas Kesehatan Kota Bandung dapat disimpulkan beberapa hal-hal sebagai berikut:

1. Berdasarkan indikator Kepemimpinan Memberikan Perintah dalam meningkatkan kesejahteraan Lanjut Usia (Lansia) Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung belum dapat bekerja secara maksimal seperti halnya memberikan perintah kepada bawahannya untuk mengatasi masalah tentang lansia, gaya kepemimpinan Kepala Dinas Kesehatan

seperti

berupa perencanaan, perumusan, ajakan, himbauan,

maupun perintah-perintah lainnya kurang membawa dampak yang

lebih baik terhadap bawahannya dan khususnya untuk mengatasi permasalahan terhadap lansia.

2. Berdasarkan indikator Kepemimpinan Dalam Mempengaruhi Pekerjaan Orang Lain, Dinas Kesehatan Kota Bandung, dalam meningkatkan kesejahteraan Lanjut Usia (Lansia) yang penulis amati tidak dapat membawa dampak semangat terhadap bawahannya untuk melakukan suatu kegiatan yang sudah tersusun rencananya, para aparatur Dinas Kesehatan Kota Bandung khususnya di Seksi Pelayanan Kesehatan Khusus (Yankesus) masih berleha-leha dalam menjalankan tugas yang telah diberikan oleh Kepala Dinasnya.

3. Berdasarkan indikator Kepemimpinan Dalam Memberikan Bimbingan atau Pengarahan yang penulis amati selama melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) di Dinas Kesehatan Kota Bandung, Kepala dinas Kesehatan tidak begitu mementingkan suatu arahan atau bimbingan terhadap bawahannya, sehingga bawahannya dalam menjalankan tugasnya tidak optimal, suatu arahan atau bimbingan dari atasannya merupakan hal terpenting supaya rencana yang telah disusun mencapai target dan hasil dan tujuan yang sempurna.

(49)

35

Penyelesaian masalah meningkatkan kesejahteraan lansia bila dilakukan dengan proses yang baik dan tentunya dilakukan secara berkelanjutan dan berkesinambungan, baik pada proses input maupun pada proses meingkatkan kesejahteraan lansia, tentu tidak akan menutup kemungkinan menjadi suatu jawaban dalam penyelesaian permasalahan yang dihadapi para lansia di Kota Bandung, untuk memperbaiki kepemimpinan Kepala Dinas Kesehatan dan para aparaturnya, disini penulis akan memaparkan beberapa poin sebagai berikut:

1. Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung seharusnya berperan aktif dalam mengatasi permasalahan pelayanan kesehatan masyarakat khususnya Lanjut Usia (Lansia) di Kota Bandung dengan menyusun rencana yang baik untuk kedepannya dan melaksanakannya secara optimal..

2. Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung mesti merubah gaya kepemimpinannya dan bisa menjadi teladan bagi bawahannya, dalam merumuskan, penyusunan, memberikan himbauan atau ajakan, Kepala Dinas Kesehatan tidak mampu memberikan dampak dan hasil yang baik, para aparaturnya masih belum bisa bekerja secara efektif dalam mengatasi pelayanan kesehatan lansia.

Gambar

Tabel 1.1 Jadwal KKL
Table 3.1 Jumlah lansia tahun 2009-2011
Gambar 3.1  Perkembangan Jumlah Penduduk Usia Lanjut di Kota Bandung
Gambar 3.2 Kegiatan Bidang Bina Yankesus Tahun 2012

Referensi

Dokumen terkait

Arti statis: Organisasi adalah wadah kerjasama sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu.Arti dinamis: kreatif, selalu dinamis bergerak, mencari-mencari dan

Pengukuran sintetis pada sebuah website dengan memanfaatkan developer tools yang ada pada setiap web browser , dapat dijadikan sebagai sarana untuk mendapatkan

Di dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Pasal 1 Ayat (2) menegaskan bahwa Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintah oleh Pemerintah Daerah dan

Pencegahan dilakukan secara terintegrasi dalam satu “paket Pencegahan KPK”, yakni dalam rangka membangun Sistem Integritas Nasional (SIN) sesuai dengan fokus area pada

• Artikel di jurnal ilmiah internasional bereputasi, artikel di proseding, naskah pembicara kunci, atau buku.

Dengan hadirnya berbagai merek berdampak positif pada respon konsumen untuk memilih produk yang tersedia di pasar, hal ini menyebabkan menurunnya ekuitas

Telah diujikan pada ujian Proyek Akhir Ahli Madya pada tanggal 4 Februari 2013 dan dinyatakan LULUS pada Program Studi Teknik Mesin Universitas Muria

Saat ini di Desa Bukit Makmur adat yang digunakan adalah adat masyarakat pendatang.Adat yang telah ada lama kelamaan tergerus oleh pengaruh kaum pendatang yang membawa pengaruh bagi