• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PELAKSANAAN UJIAN NASIONAL TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS XII DI SEKOLAH SMA YASPIH RAJEG-TANGERANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PELAKSANAAN UJIAN NASIONAL TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS XII DI SEKOLAH SMA YASPIH RAJEG-TANGERANG"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam

Oleh:

Muhammad Sam’uddin 208011000005

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

SKRIPSI

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam

Oleh

Muhammad Samuddin 208011000005

Di Bawah Bimbingan

Prof. Dr. H. Ahmad Syafi’I Noor

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim.

Assalamu’aliakum warahmatullahi wabarakatuh

Alhamdulillahirobil „alamiin, Segala puji dan syukur kita panjatkan atas

kehadirat Allah SWT yang selalu melimpahkan rahmatnya dan beribu-ribu nikmatnya kepada seluruh hambanya. Shalawat serta salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, junjungan dan pemberi tauladan yang telah membawa cahaya kehidupan bagi ummatnya beserta kepada keluarganya, para sahabat dan para tabi‟ tabi‟in.

Skripsi ini bertemakan “Pengarug Pelaksanaan Ujian Nasional Terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas XII di Sekolah SMA YASPIH Rajeg-Tangerang.” Penulis menyadari bahwa muatan skripsi ini masih jauh dari sempurna, baik penyusunan, penulisan maupun isinya. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan pengetahuan, pengalaman dan kemampuan penulis miliki. Oleh karena itu, saran dan kritik untuk menuju perbaikan sangat penulis harapkan.

Dalam proses pembuatan skripsi ini, berbagai hambatan dan kesulitan penulis hadapi, namun berkat Rahmat, taufik, dan hidayah Allah SWT. dan berbagai dorongan, saran dan bimbingan dari semua pihak, akhirnya penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan lancer. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah membantu, diantaranya :

1. Prof. Dr. H. Rif‟at Syauqi Nawawi, MA. Selaku Dekan Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bahrissalim, MA. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah.

3. Drs. H. Sapiuddin Shiddiq, MA. Selaku Wakil Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah.

4. Prof. Dr. H. Ahmad Syafi‟I Noor, MA. Selaku dosen Pembimbing dalam

Penyusunan Skripsi Ini.

(8)

membekali dengan Ilmu pengetahuan serta membantu proses perkuliyahan penulis.

6. Seluruh Staf Perpustakaan Umum dan Tarbiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Serta perpustakaan yang diluar kampus UIN Syarif Hidayatullah atas semua bantuan untuk penulis dalam melengkapi literaturnya.

7. Kedua orang tua ku yang tercinta dan tersayang Bapak H. Uding Syamsudin dan Ibu Hj. Ernih yang tulus memberikan segalanya, baik hatinya, cintanya, kasihnya, sayangnya, perhatiannya, pikirannya, do‟anya, motivasinya, kritik dan sarannya, arahannya, senyumnya dan usahanya untuk mencukupi segala kebutuhan penulis. Juga tidak lupa untuk kakak-kakak tercinta yang dengan caranya masing-masing telah membantu, mendukung dan mengkritik penulis agar segera menyelesaikan kuliyahnya. 8. Rekan-rekan seperjuangan di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan khususnya di jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan 2008-2009, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih untuk semangat persaudaraan, perjuangan, kekeluargaannya ini tetap eksis dan talisilaturrahmi kita tetap terjalin. Amiin

9. Untuk sekolah SMA YASPIH khususnya para dewan guru SMA YASPIH kami haturkan banyak terima kasih atas motivasi dan dukungannya atas penelitian kami di sekolah SMA YASPIH, karena tanpa kalian penelitian skripsi kami tidak akan berjalan.

10. Kepada Kepala Sekolah SMA YASPIH Yaitu, Drs. Kamsono, M.Pd dan Kepada Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum yaitu, Abdul Haris, S.Sos, kami hanturkan banyak terimakasih atas dukungan, bantuan, serta motivasinya atas penelitian kami di sekolah SMA YASPIH.

11. Sahabat dan teman-teman seperjuangan dari pondok pesantren Daar El-Hikam, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas segala dorongan, motivasi, kritikan, saran, nasehat, dan anjurannya.

(9)

Motivasinya agar menjadi orang yang lebih baik lagi dimuka bumi ini, dan agar terselesainya penulisan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Amiin. 13. KH. Ahmad Sirojudin Jazuli. Selaku Pengasuh dan Pimpinan Pondok

Pesantren Manba‟ul „uluum Bogor.

14. Drs. KH. Ahmad Syahidduddin, Drs. KH. Odi Rosihuddin, MA. Drs. KH. Nahrul „Ilmi „Arif. Selaku Pengasuh dan Pimpinan Pondok Pesantren Daar El-Qolam Gintung-Jayanti-Tangerang. dan seluruh asatidz dan asatidzah Pondok Pesantren Daar El-Qolam Gintung- Jayanti-Tangerang.

Tidak ada yang dapat membalas kebaikan kalian semua, tidak juga penulis. Kepada mereka semuanya hanya seuntai do‟a dari lubuk hati yang dapat

penulis sampaikan “Jazakumullah Khairon Kastiroo wa barokallah fi hayatikum

wa salamatu fihayatikum, semoga Allah Ta‟ala membalas kebaikan mereka semua dengan kebaikan yang lebih baik di dunia ini dan kelak di akhirat nanti. Amiin

Alhamdulillahi robbil „alamiin.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Jakarta, 9 Muharram 1434 H. 23 November 2012 M.

(10)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ……… iii

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

DAFTAR ISI ……….. x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………. 1

B. Identifikasi Masalah ………... 5

C. Pembatasan Masalah ……….. 6

D. Perumusan Masalah ……….... 6

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ……….. 6

BAB II KAJIAN TEORI A. Sejarah Perkembangan Ujian Nasional ... 7

B. Aspek-Aspek Pelaksanaan Ujian Nasional 1. Kebijakan-Kebijakan Pemerintah Terhadap Ujian Nasional ... 11

2. Hubungan Ujian Nasional Dengan Kurikulum Serta Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ……… ... 12

3. Materi dan Bentuk Ujian Nasional ………... 16

4. Dampak Ujian Nasional Terhadap Peningkatan Mutu Pendidikan di Sekolah ……... ... 16

5. Standar Kelulusan Ujian Nasional ………. 17

C. Pelaksanaan Ujian Nasional Terhadap Motivasi Belajar Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Pengaruh Pelaksanaan Ujian Nasional ... 18

2. Pengertian Motivasi ………... 20

3. Jenis Motivasi ………... 22

4. Fungsi Motivasi ……… 23

5. Cara Mengembangkan Motivasi ………... 24

6. Pengertian Belajar………... 25

7. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Belajar ……… 27

8. Tujuan Belajar ………... 27

(11)

10. Cara Mengembangkan Motivasi Belajar... 29

11. Strategi Motivasi Peserta Didik ………. 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ………..…………. 35

B. Metodologi Penelitian ………... 35

C. Populasi dan Sample Penelitian ……….... 36

D. Rumusan Hipotesa ... 37

E. Variable Penelitian ……….... 38

F. Tekhnik Pengumpulan Data ………. 39

G. Validitasi dan Reabilitas Penelitian ……….. 40

H. Tekhnik Analisis Data ……….. 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil Sekolah SMA YASPIH Tangerang …...………... 43

B. Analisis Data ………. 48

C. Pengujian Hipotesis ... 77

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 88

BAB V PENUTUP A. Simpulan ... 90

B. Implikasi ... 91

C. Saran ... 91

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ujian Nasional adalah kegiatan pengukuran dan penilaian kompetensi peserta didik secara nasional untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah. Pelaksanaan Ujian Nasional (UN) dalam beberapa tahun ini menjadi satu masalah yang cukup ramai dibicarakan dan menjadi kontraversi dalam banyak seminar atau perdebatan.

Ujian Nasional sesungguhnya bisa diibaratkan seperti jamu, rasanya pahit namun bermanfaat bagi tubuh. Ujian Nasional memang seakan dipaksakan oleh pemerintah dalam rangka akselerasi peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia. Sedangkan kondisi pendidikan di Indonesia hari ini masih jauh dari menggembirakan. Hal ini dapat dilihat dari minimnya sarana pendidikan, kualitas guru yang kurang memadai serta kesiapan sekolah-sekolah di daerah yang masih memprihatinkan.

Dengan demikian, pesatnya suatu kemajuan serta arus globalisasi, dan persaingan yang semakin ketat sehingga kebutuhan akan kependidikan sangatlah penting bagi setiap kalangan untuk menghadapi masa depan dan meraih cita-cita yang diharapkan.

(13)

pendidikan dapat diartikan sebagai suatu usaha yang terus menerus dan dinamis yang mengarah kepada pendewasaan individu baik jasmani maupun rohani.

Adapun, dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dirumuskan bahwa fungsi dan tujuan pendidikan nasional adalah berfungsi mengembangkan kemampuan dan martabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab (bab II, pasal 3). Untuk menjamin pendidikan yang bermutu, Indonesia menetapkan standar nasional pendidikan, yang merupakan kriteria minimal tentang system pendidikan diseluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia (PP No 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 1 ayat 1). Fungsi Standar Nasional Pendidikan adalah penyusunan strategi dan rencana pengembangan sesudah diperoleh data-data dari evaluasi belajar secara nasional seperti Ujian Nasional.1

Sehingga sebagai realisasi fungsi dan tujuan pendidikan, Nurudin memberikan pandangannya tentang bagaimana upaya pemerintah meningkatkan kualitas pendidikan sebagai berikut:

Sebagai upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas dan pengendalian mutu pendidikan di Indonesia, baik pada tingkat mikro disekolah/ madrasah maupun secara makro di kabupaten/ Kota, Propinsi dan Nasional di selenggarakan melalui Ujian Nasional (UN) untuk jenjang SMP/ MTs dan SMA/ MA/ SMK. Ujian Nasional berfungsi sebagai metode seleksi kelulusan siswa, selain itu UN dapat memetakan mutu pendidikan baik antar unit analisis (Sekolah/ Madrasah, Kabupaten/ Kota. Propinsi) maupun antar tahun, sehingga dapat dijadikan masukan pembinaan mutu pendidikan.2

Oleh karena itu, pelaksanaan Ujian Nasional di Indonesia dalam meningkatkan mutu pendidikan bukan hal yang baru. Hal ini dikarenakan ujian Nasional sudah dilaksanakan meskipun dengan nama berbeda. Pada tahun 1945-1970 Ujian Nasional disebut dengan Ujian Negara. Adapun pada tahun

1

Nurudin,dkk. Ujian Nasional Di Madrasah “ Persepsi Dan Aspirasi Masyarakat”. (Jakarta: Gaung Persada Press, 2007), Cet-1. h. 1.

(14)

2000, Ujian Negara berubah menjadi Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional

(EBTANAS). Pada tahun 2001-2004 berubah nama lagi yakni Ujian Akhir Nasional (UAN). Perubahan terjadi kembali pada tahun 2006 dan masih berlaku sampai saat ini dengan nama Ujian Nasional. Sehingga dapat dipahami bahwa pelaksanaan kebijakan UAN atau UN bukan hal yang baru. Namun kebijakan pemerintah menerapkan kebijakan UAN (Ujian Akhir Nasional) sebagai standarisasi nilai kelulusan secara nasional tiap tahun berubah. Sehingga kebijakan tersebut menjadi polemik bagi masyarakat pendidikan Indonesia.3

Permasalahan yang menjadi polemik dalam UN adalah pada tahap standarisasi nilai kelulusan yang ditetapkan oleh pemerintah tiap tahun. Standar kelulusan UAN pada awalnya adalah 3,01 setelah berganti UN (Ujian Nasional) standar nilai kelulusan meningkat menjadi 4,26 pada tahun 2005/2006, sedangkan untuk tahun ajaran 2006/2007 standar kelulusan ditingkatkan menjadi 5,00 dan seterusnya. Pemerintah berharap standarisasi nilai tiap tahun yang meningkat akan mampu mengangkat mutu pendidikan Indonesia. Namun pada kenyataannya proses standarisasi nilai mengalami masalah. Seperti hanya pada mata pelajaran tertentu yakni Bahasa Indonesia, Matematika, bahasa Inggris.hal itu membuat siswa hanya fokus pada mata pelajaran tersebut dan mengabaikan mata pelajaran yang tidak masuk dalam UN. Demi lulus dalam UN, siswa, guru, dan sekolah ada yang melakukan kecurangan. Karena jika mereka tidak lulus harus mengulang di kelas tiga atau mengikuti ujian persamaan (paket C).

Oleh karena itu, dalam pengamatan pemerhati pendidikan UN dianggap kesalahan interpretasi kebijakan dalam memahami evaluasi standar pendidikan nasional. Menurut Deni Hadiani (perekayasa pendidikan Litbang Diknas), bahwa ada 2 hal yang harus diperhatikan pemerintah terkait dengan UN. Yakni sebagai berikut:

Pertama, kesalahpahaman interpretsasi terhadap UU Nomor 20 tahun 2003. Kedua, UN belum mampu mencerminkan keadilan peserta didik, hal tersebut dapat di lihat dari masih tingginya disparitas mutu pendidikan antar satu sekolah dengan sekolah lainnya sehingga dapat berakibat pada persaingan tidak sehat antar sekolah, bahkan pihak sekolah berkecendrungan

(15)

melakukan kecurangan-kecurangan demi mencapai target standar kelulusan UN.4

Selain itu, ada gugatan warga Negara (citizen lawsuit) terkait kebijakan ujian nasional sebagai penentu kelulusan. Gugatan tersebut dibawa ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat untuk diproses. Hasilnya dimenangkan oleh pihak penggugat. Dalam pandangan wakil ketua komisi X DPR Anwar Arifin, menyatakan bahwa DPR dalam menyikapi keberadaan ujian nasional cenderung lebih setuju jika fungsinya hanya pemitaan guna ditindak lanjuti untuk peningkatan mutu pendidikan masih sangat timpang sehingga mata pelajaran tertentu diujikan untuk penentu kelulusan oleh pemerintah, maka siswa akan sangat dirugikan.

Dengan demikian Ujian Nasional (UN) dilihat dari peraturan menteri pendidikan Nasional RI Nomor 20 Tahun 2005 Pasal 4, ada beberapa yang menjadi pertimbangan yakni: a) penentuan kelulusan peserta didik dari suatu satuan pendidikan, b) seleksi jenjang pendidikan berikutnya, c) pemataan mutu satuan dan/ program pendidikan, d) akreditasi satuan pendidikan, dan e) pembinaan dan pemberian bantuan satuan pada satuan pendidikan dalam upaya peningkatan mutu pendidikan.5

Peraturan MENDIKNAS di atas, menurut penulis merupakan beberapa hal yang ideal dalam dunia pendidikan. Pertanyaan yang muncul kemudian adalah apakah Ujian Nasional yang di lakukan lebih dari tiga hari, dengan enam mata pelajaran (Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Fisika, Kimia, Biologi) utuk program IPA, adapun dengan program IPS yaitu, (Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, ekonomi, geografi, dan sosiologi) dapat dijadikan standar mutu pendidikan Indonesia?

Bila penulis lihat secara konseptual akademik, “bahwa evaluasi hasil belajar peserta didik harus dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan”. Dalam peran pendidikan, bahwa Pendidik memiliki kewajiban utama dalam memperbaiki mutu pembelajarannya sendiri dengan melakukan sesuatu refleksi mandiri (internal evaluation) sebagai suatu upaya yang didorong oleh motivasi diri untuk selalu memperbaiki khasanah mutu pembelajarannya sendiri.

4 Ibid. 5

(16)

Namun, bila ditinjau dari tujuan Pendidikan Islam, pendidikan diciptakan untuk keseimbangan pertumbuhan kepribadian manusia secara menyeluruh, dengan cara melatih jiwa, akal pikiran, perasaan, dan fisik manusia. Dengan demikian, pendidikan harus mengupayakan tumbuhnya seluruh potensi manusia, baik yang bersifat spiritual, intelektual, daya khayal, fisik, ilmu pengetahuan, maupun bahasa, baik secara perorangan maupun kelompok, dan mendorong tumbuhnya seluruh aspek tersebut agar mencapai kebaikan dan kesempurnaan. Tujuan akhir pendidikan terletak pada terlaksananya pengabdian yang penuh kepada Allah SWT. Baik pada tingkat perseorang, kelompok maupun kemanusiaan dalam arti yang seluas-luasnya.6

Dengan adanya pelaksanaan Ujian Nasional ini, diharapkan siswa-siswi memiliki daya penggerak dari dalam untuk melakukan motivasi belajar yang seimbang antara materi ujian nasional dengan yang tidak di ujikan dalam ujian nasional agar tujuan pendidikan nasional tercapai dengan sebaik mungkin. Lalu bagaimana dengan siswa-siswi SMA YASPIH? Apakah dengan adanya pelaksanaan Ujian Nasional siswa-siswi termotivasi untuk lebih giat belajar?

Dengan melihat permasalahan tersebut penulis tertarik untuk mengadakan penelitan pada siswa kelas XII yang akan mengikuti Ujian Nasional tahun depan, dan menerapkan ide dalam skripsi yang berjudul: Pengaruh Ujian Nasional Terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas XII di Sekolah SMA YASPIH Rajeg – Tangerang.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas diadakan identifikasi masalah sebagai berikut :

1. Lemahnya motivasi belajar disaat awal tahun ketika ada bimbingan belajar unuk menghadapi persiapan Ujian Nasional.

6

(17)

2. Bagaimana peranan guru SMA YASPIH Rajeg-Tangerang, dalam menyeimbangkan pelajaran yang tidak di ujikan dalam ujian nasional pada saat Ujian Nasional akan dilaksanakan.

C. Pembatasan Masalah

Dari sekian masalah yang penulis kemukakan dalam identifikasi masalah diatas, maka penulis membatasi masalah pada:

1. Sejauh mana tingkat motivasi belajar siswa di saat adanya pelaksanaan Ujian Nasional.

2. Faktor-faktor apa saja yang membuat peranguh motivasi belajar Siswa di saat Ujian Nasional dilaksanakan.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan masalah, maka penulis merumuskan masalah yaitu, Adakah pengaruh pelaksanaan ujian Nasional terhadap motivasi belajar siswa dikelas XII ?

E. Tujuan dan manfaat penelitian

1. Tujuan Penelitian

Dengan melihat pokok permasalahan yang telah dirumuskan maka ada beberapa tujuan yang ingin dicapai dari penelitian yang penelitian yang penulis lakukan yaitu : untuk mengetahui pengaruh Ujian Nasional terhadap motivasi belajar Pendidikan Agama Islam.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Akademis

Penulis berharap agar skripsi ini memberikan manfaat khusus dibidang pendidikan dan menjadi kontribusi bagi para mahasiswa/ mahasiswi terutama jurusan Pendidikan Agama Islam.

b. Manfaat praksis

(18)
(19)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Sejarah Perkembangan Ujian Nasional

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun2003 yang menyatakan bahwa dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional dilakukan evaluasi sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

Pada tannggal 16 April 2012 diselenggarakannya Ujian Nasional untuk tingkatan Sekolah Menengah Atas. Pelaksanaan Ujian Nasional SMA ini lebih terasa heboh dibandingkan pelaksanaan Ujian Nasional untuk tingkatan SMP dan SD. Dalam beberapa jejaring sosial banyak sekali anak SMA yang membahas Ujian Nasional, mulai dari deg-degan, contekan, dan sebagainya. Jelas rasanya adik-adik SMA yang hendak Ujian Nasional merasa sangat deg-degan sama halnya yang penulis alami 4 tahun lalu.

Perkembangan Ujian Nasional dari zaman ke zaman di Indonesia mengalami banyak metamorfosa. Telah beberapa kali ganti formatnya, seperti yang akan dibahas oleh penulis di bawah ini :

Pertama, pada tahun 1945-1971 sistem ujian dinamakan sebagai Ujian Negara. Hampir berlaku untuk semua mata pelajaran, semua jenjang yang ada di Indonesia, yang berada pada satu kebijakan pemerintah pusat.

(20)

membuat kebijakan-kebijakan umum terkait dengan ujian yang akan dilaksanakan oleh pihak sekolah.

Ketiga, pada tahun 1980-2000, untuk mengendalikan, mengevaluasi, dan mengembangkan mutu pendidikan, Ujian sekolah diganti lagi menjadi Evaluasi Belajat Tahap Akhir Nasional (EBTANAS). Dalam EBTANAS ini, dikembangkan perangkat ujian paralale untuk setiap mata pelajaran yang diujikan. Sedangkan yang menyelenggarakan dan monitoring soal dilaksanakan oleh daerah masing-masing.

Keempat, kemudian pada tahun 2001-2004 EBTANAS diganti lagi menjadi Ujian Akhir Nasional (UNAS). Hal yang menonjol dalam peralihan dari EBTANAS menjadi UNAS adalah dalam penentuan kelulusan siswa, yaitu ketika masih menganut sistem Ebtanas kelulusan berdasarkan nilai 2 semester raport terakhir dan nilai EBTANAS murni, sedangkan dalam kelulusan UNAS ditentukan oleh mata pelajaran secara individual.

Kelima, yaitu pada waktu tahun 2005-2009 Terjadi perubahan sistem yaitu pada target wajib belajar pendidikan (SD/MI/SD-LB/MTs/SMP/SMP-LB/SMA/MA/SMK/SMA-LB) sehingga nilai kelulusan ada target minimal.

Keenam, yaitu tahun 2010-Sekarang, UNAS diganti menjadi Ujian Nasional (UN). Untuk UN tahun 2012, ada ujian susulan bagi siswa yang tidak lulus UN tahap pertama. Dengan target, siswa yang melaksanakan UN dapat mencapai nilai standar minimal UN sehingga mendapatkan lulusan UN dengan baik.

Berikut diatas adalah beberapa perubahan dari masa ke masa jati diri Ujian Nasional di Indonesia. Dibalik banyaknya perubahan, semua hal tersebut adalah untuk meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia. Karena Ujian Nasional sampai saat ini menjadi faktor yang menjadi tolak ukur keberhasilan dari suatu jenjang pendidikan, terlepas dari beberapa hal yang menjadi kekurangan dari sistem Ujian Nasional tersebut.

(21)

MA, yaitu: Bahasa Indonesia, PPKN, Bahasa Inggris, IPS, dan matematika. Dengan nama EBTANAS adalah mengetahui tingkat pencapain hasil belajar siswa secara nasional, yang diwujudkan dalam bentuk nilai EBTANAS murni (NEM). EBTANAS di laksanakan menggunakan berbagai paket soal yang berbeda dengan tingkat kesukarannya. Penyelenggaraan EBTANAS sepenuhnya dilakukan oleh sekolah. Kelulusan siswa ditentukan dengan cara mengkombinasikan hasil penilaian yang dilakukan oleh sekolah (ujian sekolah) dan NEM.

Pada dasarnya, perubahan hasil Ujian Nasional akan sangat bermanfaat sebagai alat pengendalian mutu pendidikan secara nasional. Namun dalam pelaksanaannya sering bermunculan masalah-masalah, antara lain: sekolah-sekolah berlomba mencapai NEM atau nilai kelulusan yang tinggi melalui berbagai upaya yang kurang terpuji.1

Hal ini berdampak pada motivasi yang dikembangkan oleh sekolah adalah meraih predikat sekolah efektif dengan pencapaian NEM digunakan sebagai ukuran standar pencapain hasil belajar siswa. Sehingga NEM digunakan sebagai indikator keberhasilan utama pencapaian mutu pendidikan yang sekaligus sebagai determinan penting untuk meraih predikat sekolah efektif. Kesemuanya itu, pada akhirnya akan mengancam realibilitas, validitas, dan generalitas hasil ujian nasional.2

Sehingga pada tahun 1965-1971 Ujian Negara diubah dengan tujuannya untuk menentukan kelulusan, sehingga siswa dapat melanjutkan ke sekolah negeri atau perguruan negeri apabila ia lulus Ujian Negara. Sedangkan yang tidak lulus ujian neggara tetap memperoleh ijazah dan dapat melanjutkan ke Sekolah/ PT. Swasta. Bahkan Ujian Negara disiapkan seluruhnya oleh pusat. Hanya ada satu set naskah ujian untuk seluruh wilayah Indonesia, menggunakan soal bentuk uraian dan jawaban singkat.

Pemeriksaan hasil ujian dilakukan ditingkat kabupaten/ kota dengan pemeriksa yang handal dan terpercaya. Kriteria batas kelulusan ditetapkan oleh pusat dengan ambang nilai 6 untuk setiap mata ujian. Sumber dana kegiatan ujian Negara pada tahun tersebut ditanggung seluruhnya oleh pemerintah pusat. Dengan

1

Nurudin,dkk,Ujian Nasional di Madrasah Presepsi dan Aspirasi Masyarakat (Jakarta: Gunung Persada Press, 2007) cet. ke 1, h. 15.

2

(22)

standar kelulusan yang cukup tinggi pada saat itu mengakibatkan presentasi kelulusan cukup rendah, tetapi mutu kelulusan tinggi.

Kelebihan dari Ujian Negara pada saat itu adalah: (1) dapat mendorong siswa giat belajar dan guru mengajar dengan baik; (2) nilai ujian setiap siswa/ sekolah/ daerah memiliki makna yang sama dan komparabel. Sedangkan kekurangan dari ujian nasional antara tahun 1967-1971, (1) biaya distribusi bahan ujian cukup tinggi; (2) resiko kebocoran soal cukup tinggi; dan (3) tingkat drop out siswa juga tinggi.3

Oleh karena pada tahun 1972-1979 Ujian Negara (UN) berganti istilah menjadi ujian sekolah, tujuannya adalah untuk menentukan tamat atau menyatakan bahwa siswa telah menyelesaikan program pada satuan pendidikan. Seluruh bahan ujian disiapkan oleh sekolah atau kelompok sekolah. Mutu soal sangat bervariasi, tergantung mutu sekolah/ kelompok sekolah. Bentuk soal yang digunakan pun berbeda antar sekolah.

Sehingga penanggung jawab atas penyelenggaraan ujian adalah sekolah/ kelompok sekolah. Pelaksanaan ujian pada masa ini sama dengan pelaksanaan ujian pada masa sebelumnya yaitu hanya dilakukan satu kali dalam satu tahun pelajaran yang dilakukan pada akhir tahun pelajaran. Pemerintah pusat menerbitkan pedoman penilaian yang bersifat umum. Pemeriksaan hasil Ujian dilakukan di tingkat sekolah.

Adapun kriteria tamat ditentukan oleh masing-masing sekolah dengan tidak mengenal istilah Lulus/ Tidak Lulus, akan tetapi menggunakan istilah TAMAT. Biaya ujian sepenuhnya ditanggung jawab oleh siswa. Presentasi siswa cukup tinggi bahkan dapat dikatakan semua siswa lulus, namun mutu lulusan tidak data diperbandingkan.

Kelebihan ujian sekolah menurut Nuruddin, dkk. adalah: (1) dapat menurunkan tingkat drop out siswa; (2) tidak ada tekanan (pressure) bagi sekolah dalam hal kelulusan; (3) dan sekolah memiliki otoritas yang tinggi dalam penentuan kelulusan. Sedangkan kekurangan ujian sekolah ini adalah. (1) nilai hasil ujian antar sekolah tidak dapat dibandingkan; (2) hasil ujian sekolah tidak dapat dilakukan pemetaan sekolah ada tingkat daerah dan nasional; dan (3) hasil ujian tidak dapat dijadikan sebagai alat seleksi.4

3

. Ibid., h. 16

4

(23)

B. Aspek-Aspek Pelaksanaan Ujian Nasional

1. Kebijakan-Kebijakan Pemerintah Terhadap Ujian Nasional

Dalam konteks penyelenggaraan sistem Pendidikan Nasional,penulis mengungkapkan bahwa pelaksanaan Ujian Nasional terkandung pula kepentingan yang terkait dengan pengukuran.

Pengukuran merupakan salah satu teknik yang paling banyak digunakan dalam penilaian terhadap pencapaian kompetensi lulusan satuan pendidikan, keberhasilan sekolah dalam mengantarkan peserta didik mencapai tujuan kurikulum dan tujuan pendidikan Nasional, dan untuk dijadikan dasar dalam membuat pemetaan mutu sekolah. Meskipun bahwa indikator mutu pendidikan itu cukup banyak, namun pada umumnya diakui bahwa keberhasilan peserta didik dalam ujian (pengukuran hasil belajar) dianggap sebagai indikator utama.5

Terkait dengan mutu pendidikkan ini, kita semua menginginkan adanya peningkatan mutu pendidikan, dan Ujian Nasional dipandang sebagai salah satu upaya dalam meningkatkan mutu pendidikan secara nasional

Di dalam upaya mencapai tujuan pendidikan nasional telah ditetapkan standar pendidikan yang bersifat nasional seperti diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP). Lingkungan SNP meliputi: (1) standar isi; (2) standar proses; (3) standar kompetensi kelulusan; (4) standar pendidik dan tenaga kependidikan; (5) standar sarana dan prasarana; (6) standar pengelolaan; (7) standar pembiyayaan; dan (8) standar penilaian pendidikan. Dengan penetapan SNP ini diharapkan pendidikan nasional dapat meningkatkan mutunya.6

Dalam sebuah penetapan standar nasional pendidikan sebagaimana telah di kemukakan di atas merupakan langkah awal untuk berupaya mendongkrak mutu pendidikan. Pengukuran terhadap ketercapaian standar nasional terutama pada standar kompetensi kelulusan merupakan salah satu upaya mencapai standar itu. Pengukuran terhadap standar kelulusan ini secara nasional dilakukan melalui ujian nasional.

Adapun dalam pengukuran terhadap kompetensi lulusan ini secara nasional dilakukan melalui Ujian Nasional, yaitu yang pelaksanaannya berpijak pada PP Nomor 19 tahun 2005 dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

5

Ibid., h. 139.

6

(24)

Nomor 20 tahun 2005. Meskipun demikian, masih disadari bahwa dalam pelaksanaan ketentuan-ketentuan sebagaimana tertuang dalam peraturan-peraturan tersebut disadari masih dihadapi berbagai kendala dan masalah. Sesuai dengan peraturan menteri tersebut, Ujian Nasional (UN) dilaksanakan untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran yang ditentukan dari kelompok mata pelajaran Ilmu pengetahuan dan Teknologi, dalam rangka pencapaian standar nasional pendidikan.7

2. Hubungan Ujian Nasional Dengan kurikulum Serta pembelajaran

Pendidikan Agama Islam

Dari hasil penelitian dan berbagai kajian telah dilakukan, baik oleh instansi pemerintah maupun oleh lembaga-lembaga independen, yang terkait dengan persepsi dan respon masyarakat tentang ujian yang diselenggarakan secara nasional (Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional (EBTANAS)- sebelum tahun 2003, UAN- tahun 2003, 2004, dan 2005 serta UN- tahun 2006). Khususnya yang berkenaan dengan kurikulum dan pembelajaran disekolah dapat dipaparkan beberapa kesimpulan sebagai berikut:

a. Evaluasi Dampak Ebtanas terhadap Kegiatan Belajar Mengajar

Penelitian ini dilaksanakan di 5 provinsi dengan responden kepala sekolah, guru, siswa, dan orang tua siswa. Penelitian tersebut menyimpulkan bebrapa hal sebagai berikut:

1) Pembelajaran rutin yang dilaksanakan disekolah tidak menjamin para siswa berhasil dalam Ebtanas.

2) Materi, waktu, dan strategi belajar yang diberikan disekolah tidak memadai untuk menghadapi Ebtanas.

3) Ada beberapa materi yang di Ebtanas-kan tidak sesuai dengan materi yang diajarkan di sekolah.

4) Guru dipandang sebagai salah satu faktor yang turut mempersiapkan siswa menghadapi Ebtanas, khususnya guru-guru di daerah.

5) Pembelajaran yang lebih banyak terfokus pada latihan soal-soal yang ditujukan untuk mempersiapkan siswa menghadapi Ebtanas disekolah mengakibatkan penguasaan konsep/ teori tentang materi dari suatu mata pelajaran agak terabaikan.

7

(25)

6) Waktu/ jam belajar tambahan yang dipersipakan sekolah untuk siswa dalam menghadapi berkisar antara 4-6 jam per minggu dan lebih dari 6 jam perminggu.

7) Tujuan bahwa Ebtanas dijadikan salah satu faktor pemicu motivasi belajar bagi siswa yang telah terpenuhi, namun tidak untuk masalah kecemasan siswa.

8) Sumber belajar.

9) Selain usaha siswa sendiri, keberhasilan siswa dalam Ebtanas lebih banyak dipengaruhi oleh tambahan jam belajar disekolah.

10) Ebtanas diperlukan untuk untuk mengukur keberhasilan siswa belajar dan keberhasilan guru mengajar.

11) Diperlukannya alat penilaian yang memiliki standar nasional untuk melihat mutu pendidikan di Indonesia. Ebtanas salah satunya, tetapi perlu disempurnakan dan Nilai Evaluasi Murni (NEM) bukanlah satun-satunya indikator untuk mengukur mutu sekolah/ pendidikan. 12) Pembelajaran di sekolah tidak hanya ditujukan untuk meningkatkan

nilai NEM, tetapi yang lebih penting meningkatkan penguasaan konsep.materi pembelajaran.

13) Nilai Evaluasi Murni (NEM) tidak dijadikan satu-satunya patokan kelanjutan studi.

14) Nilai Evaluasi Murni (NEM) dapat dijadikan ukuran keberhasilan pengelolaan pendidikan di sekolah, sehingga dapat memotivasi pengelolan sekolah bekerja lebih baik.

15) Materi yang di Ebtanas-kan harus sesuai dengan kurikulum yang diberlakukan.

16) Mutu tes Ebtanas harus terjamin dan andal sehingga berdampak pada kinerja guru dalam pembelajaran dikelas, memotivasi belajar siswa, dan mendorong pengelola sekolah untuk mengelola sekolah menjadi lebih baik.8

b. Studi Respon Masyarakat Terhadap Penyelenggaraan Ujian Akhir Nasional Tahun ajaran 2003/ 2004.

1) Ujian Akhir Nasional diperlukan sebagai: (1) alat pengendali mutu pendidikan secara nasional, (2) alat pemicu bagi sekolah dan siswa untuk meningkatkan mutu pendidikan, (3) memberi dorongan agar siswa belajar lebih keras.

2) Ada indikasi bahwa Ujian Akhir Nasional yang dijadikan indikator mutu pendidikan hanya terkait dengan aspek kognitif semata dan mengabaikan aspek afektif dan psikomotorik. Hal ini memicu kontroversi bahwa hanya siswa-siswa yang memiliki kemampuan kognitif yang memadai saja yang dapat lulus, sedangkan siswa yang

8

(26)

memiliki kemampuan afeksi dan psikomotor yang memadai tidak diperhatikan bila tidak lulus UAN.9

c. Pendapat beberapa kalangan, yaitu: Koalisi Pendidikan yang terdiri dari Lembaga Advokasi Pendidikan (LAP), National Education Watch (NEW), Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), The Center for the Betterment Indonesia (CBI), Kelompok Kajian Studi Kultural (KKSK), Federasi Guru Independen Indonesia (FGII), Forum Aksi Guru Bandung (FAGI-Bandung), For-Kom Guru Kota Tangerang (FKGKT), Lembaga Bantuan Hukum (LBH-Jakarta), Jakarta Teachers and Education Club (ITEC), dan Indonesia Corruption Watch (ICW), antara lain dipaparkan sebagai berikut: 1) UAN hanya mengukur satu aspek kompetensi kelulusan yakni aspek

kognitif. Padahal menurut penjelasan pasal 35 ayat 1 UU Sisdiknas, Kompetensi lulusan seharusnya mencakup tiga aspek yaitu aspek sikap (apektif), pengetahuan (kognitif), dan keterampilan (psikomotorik). Dalam kaitannya dengan mutu pendidikan, UAN hanya melakukan evaluasi terhadap peserta didik. Padahal, menurut pasal 57 UU Sisdiknas, mutu pendidikan seharusnya didasarkan pada evaluasi yang mencakup peserta didik, lembaga dan program pendidikan.

2) UAN mengabaikan muatan kurikulum yang menganut prinsip kemajukan potensi daerah dan peserta didik. Sebab menurut pasal 36 ayat 2 UU Sisdiknas, kurikulum harus dikembangkan dengan menggunakan prinsip kemajemukan (diversifikasi) potensi daerah dan potensi peserta didik. UAN juga telah merampas pendidikan guru dan sekolah untuk melakukan evaluasi hasil belajar dan menentukan kelulusan peserta didik. Menurut pasal 58 ayat 1 dan pasal 61 ayat 2 UU Sisdiknas, evaluasi hasil belajar dan penentuan kelulusan peserta didik dilakukan oleh pendidik/ guru dan satuan pendidikan.sekolah.10

d. Studi Dampak Ujian Akhir Nasional

Studi ini dilakukan di 6 provinsi. Hasil studi memperlihatkan beberapa hal sebagai berikut:

1) Siswa menjadi lebih semangat belajar, rajin mencari sumber bacaan, dan rajin masuk sekolah.

9

Ibid., h. 144.

10

(27)

2) Guru lebih giat mengajar, meningkatkan motivasi berprestasi dan disiplin siswa.

3) Orang tua lebih memperhatikan proses pembelajaran anak dan memberiikan dorongan untuk belajar.11

e. Studi Puslit Kebijakan Balitbang Depdiknas.

Pelaksanaan Ujian Akhir Nasional memiliki dampak positif: meningkatkan motivasi belajar siswa, mendorong guru untuk mengajar sebaik mungkin, mendorong sekolah untuk terus menerus melakukan perbaikan-perbaikan terhadap PBM dan kinerja, meningkatkan pemahaman dan kesadaran orang tua dan masyarakat tentang fungsi ujian dan perlunya keseriusan belajar bagi siswa dalam persiapan menghadapi ujian.

f. Kajian komprenshif tentang bentuk, fungsi, dan makna

Kajian yang di ikuti oleh lebih dari 30 orang yang terdiri atas berbagai pakar dan praktisi dari berbagai unsur terkait dan mempunyai beberapa hal yang di perhatikan sebagai berikut :

1) Ujian Nasional tetap diperlakukan sebagai upaya memperbaiki mutu pembelajaran.

2) Ujian Nasional tetap diperlukan dalam kerangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional sebagai bentuk akuntabilitas publik. Dalam penelitian pelaksanaan ujian nasional di sekolah ini terlihat bahwa: Apakah ujian nasional mengabaikan muatan kurikulum prinsip kemajemukkan potensi daerah dan potensi siswa. Dan Apakah pembelajaran rutin disekolah akan menjamin keberhasilan siswa dalam menghadapi Ujian Nasional. Sedangkan dalam hal mata pelajaran yang di ujikan dalam ujian nasional, apakah sebaiknya ditambahkan pelajaran Agama.12

11

Ibid., h. 15

12

(28)

3. Materi dan Bentuk Ujian Nasional

Persepsi kepala sekolah dan guru terhadap materi dan metode pembelajaran di sekolah memadai untuk menghadapi Ujian Nasional. Dari beberapa hasil kajian yang terkait dengan materi ujian nasional, antara lain: (1) Pemilihan mata pelajaran yang diujikan secara nasional sebaiknya dapat mendorong peserta didik untuk menguasai pengetahuan dan keterampilan kompetitif, (2) Materi ujian nasional sebaiknya dikembangkan oleh lembaga mandiri diluar Depdiknas dan dikerjakan oleh orang-orang yang memahami kondisi lapangan/ sekolah dan perlu dihindari “pengkultusan” terhadap mata pelajaran tertentu yang dijadikan mata ujian Nasional, (3) materi Ujian Nsional tidak hanya mengukur satu aspek kompetensi kelulusan, yakni asek kognitif, dan tidak mengabaikan muatan kurikulum yang menganut prinsip kemajemukan potensi daerah dan peserta didik.13

4. Dampak Ujian Nasional Terhadap Peningkatan Mutu Pendidikan di

Sekolah

Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang mulai digalakkan pemerintah untuk mengganti kurikulum 1994 ternyata bertolak belakang dengan Ujian Nasional yang justru sedang dipertahankan oleh pemerintah. Dalam konteks pembelajaran, KBK mengukur kelulusan tak hanya berdasarkan pengetahuan siswa, tetapi juga pada perubahan perilaku, termasuk keseluruhan proses untuk menggiring siswa mengaplikasikan pengetahuannya.

Sebaliknya, Ujian Nasional (UN) lebih mengukur kemampuan siswa berdasarkan nilai yang dicapai pada saat pelaksanaan ujian, tanpa melihat rangkaian proses pembelajaran sebelumnya. “Sebagai bagian dari pemetaan mutu pendidikan nasional, Ujian Nasional (UN) sebetulnya lebih merupakan external evaluation.14

13

Ibid., h. 151.

14

(29)

Oleh karena itu, Ujian Nasional (UN) sebaiknya tidak digunakan kalau hanya untuk mengukur kemampuan individual siswa siswi, termasuk kelulusannya. Kelulusan siswa-siswi itu lebih pantas di ukur dengan ujian yang di adakan oleh guru dengan mengacu pada prinsip-prinsip kurikulum berbasis kompetensi (KBK). Kompetensi siswa yang sebenarnya itu akan tampak jika dilakukannya sebuah penilaian yang mengacu pada sebuah kurikulum yang ada seperti KBK.

5. Standar Kelulusan Ujian Nasional

Secara Yuridis Standar Kelulusan Ujian Nasional dapat dilihat pada PP No. 19/2005 dan permendiknas No. 20/2005 yang isinya menyatakan hal-hal sebagai berikut:

a. Hasil Ujian Nasional digunakan sebagai salah satu pertimbangan untuk : (a) pemetaan mutu program dan/ atau satuan pendidikan; (b) dasar seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya; (c) penentuan kelulusan peserta didik dari program dan/ atau satuan pendidikan; (d) pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam upayanya untuk meningkatkan mutu pendidikan (PP No. 19/2005 Pasal 68).

b. Hasil Ujian Nasional di gunakan sebagai salah satu pertimbangan untuk : (a) penentuan kelulusan peserta didik dari suatu satuan pendidikan; (b) seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya; (c) pemetaan mutu satuan dan/ atau program pendidikan; (d) Akreditasi satuan Pendidikan; (e) pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam upaya peningkatan mutu pendidikan (Permendiknas No. 20/2005 Pasal 4).

(30)

bersangkutan sesuai dengan kriteria yang dikembangkan oleh BNSP dan di tetapkan dengan peraturan menteri (PP No. 19/ 2005 Pasal 72).

d. (1) Peserta didik dinyatakan lulus ujian nasional apabila memiliki nilai lebih besar dari 4,25 untuk setiap mata pelajaran yang di ujikan dengan nilai rata-rata nilai ujian Nasional lebih besar dari 4,50; (2) Pemerintah daerah dan/ atau satuan pendidikan dapat menetapkan batas kelulusan di atas nilai sebagaimana dimaksud pada ayat (1); (3) peserta didik yang dinyatakan lulus Ujian Nasional dan ujian sekolah berhak memperoleh ijazah; (4) ijazah diterbitkan oleh sekolah/ madrasah penyelenggara dengan menggunakan blangko ijazah yang disediakan oleh Departemen; (5) peserta Ujian Nasional diberi surat keterangan Hasil Ujian Nasional yang diterbitkan oleh sekolah/ Madrasah penyelenggara; (6) penerbit surat Keterangan Hasil Ujian Nasional sebagaiman dimaksud pada ayat (5) di atur dalam Prosedur Operasi Standar. (Permendiknas No. 20/2005 Pasal 18).15

C. Pengaruh Pelaksanaan Ujian Nasional Terhadap Motivasi Belajar

Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Pengaruh Pelaksanaan Ujian Nasional

Dalam segala perbuatan tentu akan ada pengaruh/ dampak yang ditimbulkan. Oleh karena itu, pengaruh diartikan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak.16

Adapun definisi pelaksanaan menurut kamus besar bahasa indonesia adalah proses, cara, perbuatan melaksanakan (rancangan, keputusan, dsb).17

Dari berbagai pengertian tentang pengaruh pelaksanaan di atas, penulis dapat memahami bahwa di setiap pelaksanaan harus di landaskan dengan niat yang tinggi demi tercapainya sebuah tujuan tertentu dan setelah itu maka muncullah dampak pengaruhnya yaitu tergantung pada niat pelaksanaannya

15

Ibid., h. 162

16

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

(Jakarta: Balai Pustaka, 1988), h. 664.

17

(31)

tersebut. Misalnya seorang muslim yang hendak melaksanakan ibadah sholat, maka dari situ ia harus benar-niat niat demi tercapainya suatu tujuan, dan dari niatnya itulah akan muncul dampak pengaruhnya setelah ia melaksanakan ibadah sholat.

Sedangkan ujian dapat dikatakan “kegiatan yang dilakukan untuk mengukur pencapain kompetensi peserta didik sebagai pengakuan prestasi belajar dan atau penyelesain dari suatu satuan pendidikan.18

Selain itu ujian diartikan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “Ujian adalah hasil menguji; hasil memeriksa; sesuatu yang dipakai untuk menguji mutu

sesuatu (kepandaian, kemampuan, hasil belajar, dan sebagainya)”.19

Dari beberapa pengertian ujian tersebut, penulis dapat menarik sebuah pendapat bahwa Ujian Nasional (UN) adalah salah satu bentuk evaluasi pendidikan dan penilaian hasil belajar siswa pada jenjang pendidikan tertentu untuk menilai hasil belajar secara nasional dengan menetapan mata pelajaran yang diujikan pada Ujian Nasional dan siswa harus mampu mencapai standar kelulusan yang telah ditetapkan pemerintah.

Namun pada kelanjutannya, pengertian Ujian Nasional mengalami perubahan orentasi sehingga dijadikan sebagai salah satu, bahkan satu-satunya penentu keberhasilan atau kelulusan anak didik. Dengan memasang satu angka khusus sebagai batas minimal kelulusan.

Memang kita menyadari bahwa setiap sekolah telah memperoleh acuan kompetensi dasar yang harus diberikan kepada anak didik ketika menyelenggarakan proses pembelajaran. Tetapi perlu disadari bahwa lingkungan juga mempunyai kontribusi yang sangat besar di dalam menentukan keberhasilan belajar anak.

18

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005 Standar Nasional Pendidikan, h. 64.

19

(32)

2. Pengertian Motivasi

Belajar dan motivasi selalu mendapat perhatian khusus bagi mereka yang belajar dan mengajar. Di dalam sehari-hari dijumpai orang dengan penuh antusias dan ketekunan dalam melaksanakan berbagai kegiatan belajar, sedangdi pihak lain ada yang tidak bergairah dan bermalas-malas. Kenyataan tersebut tentu mempunyai sebab-sebab yang perlu diketahui lebih lanjut untuk kepentigan motivasi belajar.

Di dalam segala perbuatan, tentu kita ada motivasi atau butuh motivasi, kenapa kita melakukan itu. Biasa motivasi itulah yang membuat kita mampu menghadapi resiko dari segala perbuatan tersebut. Melihat hal tersebut kita perlu memahami arti motivasi itu sendiri.

Menurut penulis pribadi, motivasi adalah sesuatu yang menggerakkan seseorang baik secara fisik atau mental untuk melakukan belajar. Sesuai dengan asal katanya yaitu MOTIF yang berarti sesuatu yang memberikan dorongan atau tenaga untuk melakukan sesuatu.

Motivasi adalah Karakteristik psikologi manusia yang memberi kontribusi pada tingkat komitmen seseorang. Hal ini termasuk fakor-faktor yang menyebabkan, menyalurkan dan mempertahankan tingkah laku manusia dalam arah tekad tertentu.

Motivasi menurut Ngalim Purwanto, bahwa motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motivasi adalah perasaan atau pikiran yang mendorong seseorang melakukan pekerjaan atau menjalankan kekuasaan terutama dalam berperilaku.20

Artinya dalam pandangan Ngalim Purwanto, penulis dapat memahami bahwa segala motivasi itu timbul dari sebuah perasaan dan pikiranlah yang mempunyai kekuasaan atas perbuatan yang di ambil. Misalnya pada tubuh jasmaniah dan rohaniah seorang siswa yang butuh makan dan kemaunnya pada makan.

20

(33)

Adapun Mc. Donalds memandang motivasi adalah suatu perubahan

energy dalam diri seseorang yang ditandai dengan adanya “feeling” dan di

dahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Untuk Pengertian yang dikemukakan oleh Mc.Donald ini mengandung tiga element/ ciri pokok dalam motivasi itu, yakni motivasi itu mengawalinya terjadinya perubahan energy, ditandai dengan adanya feeling dan dirangsang karena adanya tujuan.21

Dari paparan di atas, penulis dapat memahami bahwa motivasi merupakan sebuah daya penggerak secara pisik yang ada pada diri manusia atau seorang murid agar dapat melakukan berbagai kegiatan, pengalman dan lainnya. Motivasi dalam belajar itu mendorong dan menumbuhkan minat belajar untuk mencapai suatu tujuan. Dari sini peserta didik akan bersungguh-sunguh belajar karena termotivasi mencari sebuah prestasi, dapat memecahkan maslah, dan sebagainya. Oleh karena itu motivasi harus selalu melekat pada diri murid, karena jika tidak ada motivasi maka proses pembelajaran pun akan terbengkalai atau tidak akan mencapai sesuai akademis pada sekolah bahkan di perguruan tinggi. Ibaratnya sebuah mobil bisa berjalan karena membutuhkan bahan bakar dan sebagainya.

Dalam pandangan tentang motivasi menurut Mukiyat, yang telah penulis pahami bahwasannya, motivasi yang pertama adalah Setiap perasaan yang sangat mempengaruhi keinginan (needs) seseorang sehingga orang itu di dorong untuk bertindak, dan motivasi ini tergolong pada sebuah motivasi eknstrinsik, misalnya siswa belajar karena ingin naik kelas. Kedua motivasi adalah Pengaruh kekuatan yang menimbulkan perilaku, dalam hal ini menyangkut kebutuhan untuk melakukan eksplorasi, dan untuk menaruh minat. Ketiga yaitu suatu proses dalam diri seseorang yang menentukan gerakan atau tingkah laku kepada tujuan-tujuan tertentu. Motivasi ini ada pada jasmaniah dan rohaniah seorang murid.

Oleh karena itu, dari pendapat para pakar pendidikan di atas, jelaslah yang di hadapi guru adalah mempelajari bagaimana melaksanakan motivasi secara efektif. Guru harus senantiasa mengingat bahwa setiap motif yang baru, harus tumbuh dari keadaan anak sendiri, yaitu dari motif-motif yang telah di miliki, dorongan-dorongan dasarnya, sikap-sikapnya, minatya, penghargaanya, cita-citanya, tingkah lakunya, hasil belajar dan sebagainya.

21

(34)

Motivasi sebagai proses, mengantarkan murid kepada pengalaman-pengalaman yang memungkinkan mereka dapat belajar. Sebagai proses, motivasi mempunyai fungsi antara lain:

1) Memberi semangat dan mengaktifkan murid agar tetap berminat dan siaga. 2) Memusatkan perhatian anak pada tugas-tugas tertentu yang berhubungan

dengan pencapaian belajar.

3) Membantu memenuhi kebutuhan akan hasil jangka pendek dan hasil jangka panjang.22

Oleh karena itu, di sini menurut penulis dari pendapat mereka dapat di pahami bahwa, motivasi tumbuh didorong oleh kebutuhan (need) seseorang. seperti kebutuhan menjadi orang kaya maka seorang berusaha mencari penghasilan sebanyak-banyaknya dengan jalan berdagang, berbisnis, dan berkembang dalam diri seorang berusaha menekan pengeluaran biaya pribadi, rumah tangga dan memperbanyak pemasukan keuangan dan menabung di bank, aktifitas mendapat uang dalam kegiatan hidup sehari-hari menjadi prioritas.

.

3. Jenis Motivasi

Jenis motivasi dalam belajar dibedakan dalam dua jenis, masing-masing adalah;

a) Motivasi Ekstrinsik,

Di dalam metode Motivasi Ekstrinsik penulis dapat memahami bahwa metode ini merupakan sebuah aktifitas belajar yang muncul atau tumbuh dari dorongan dan kebutuhan seseorang tidak secara mutlak berhubungan dengan kegiatan belajarnya sendiri. Karena jika kita melihat pada bentuk motivasi belajar ekstrinsik itu adalah pertama, belajar memenuhi kewajiban. Kedua, belajar semata hanya menghindari dari sebuah hukuman. Ketiga, belajar hanya menginginkan sebuah pemberian hadiah, pujian, tuntutan jabatan demi memenuhi syarat menjadi pangkat yang lebih tinggi. dan Keempat, belajar hanya karena kegengsian pada diri.

22

(35)

b) Motivasi Intrinsik.

Adapun dengan metode motivasi Intrinsik adalah merupakan kegiatan belajar di mulai dan di teruskan, berdasarkan penghayatan sesuatu kebutuhan dan dorongan yang secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar.

Misalnya belajar karena ingin memecahkan suatu permasalahan, ingin tahu mekanisme sesuatu berdasarkan hukum dan rumus-rumus, ingin menjadi dokter yang handal. Keinginan ini menurut penulis adanya perwujudan dalam upaya kesungguhan seseorang untuk mendapatkannya dengan usaha kegiatan belajar, melengkapi literatur, melengkapi catatan, melengkapi informasi, pembagian waktu belajar, dan keseriusannya dalam belajar.

Kegiatan belajar ini memang diminati dan dibarengi dengan perasaan senang, dorongan tersebut terus mengalir dari dalam diri seorang akan kebutuhan belajar, ia percaya tanpa belajar yang keras hasilnya tidak maksimal.23

Menurut penulis inti dari sebuah motivasi intrinsik itu adalah suatu motivasi atau needs dalam diri untuk mencapai sebuah tujuan yang dapai dicapai atau diraih itu satu-satu jalannya adalah belajar, dorongan atau needs belajar itu muncul atau juga tumbuh pada diri subyek belajar.

4. Fungsi Motivasi

Mempunyai Motivasi dalam diri sangatlah berperan dalam belajar. Dengan motivasi inilah siswa menjadi tekun dalam proses belajar, dan dengan motivasi itu pulalah kwalitas hasil belajar siswa juga kemungkinannya dapat diwujudkan. Siswa ataupun bagi para pembelajar yang dalam proses belajar mempunyai motivasi yang kuat dan jelas pasti akan tekun dan berhasil belajarnya.

Adapun kepastian dalam motivasi belajar, menurut M. Alisuf Sabri, mengatakan perlu adanya 3 fungsi motivasi adalah sebagai berikut:

1. Pendorong orang untuk berbuat dalam mencapai tujuan

2. Penentu arah perbuatan yakni ke arah tujuan yang hendak ingin dicapai 3. Penseleksi perbuatan sehingga perbuatan orang yang mempunyai motivasi 4. Senantiasa selektif dan tetap terarah kepada tujuan yang ingin dicapai.24

23

Ibid., h. 235.

24

(36)

Dapat di pahami dari fungsi motivasi belajar di atas, yang telah di paparkan oleh M. Alisuf Sabri adalah bahwasannya motivasi juga merupakan penentu hasil perbuatan, bukan hanya sebuah penentu terjadinya perbuatan. Di dalam Agama Islam arti motivasi juga bisa di artikan dengan “niat”, seperti yang di kemukakan oleh baginda Rasullah SAW. dalam sebuah hadis,

تاين اب امعااامنإ

,

امنإو

ا

ن ام إرم

.

Dari amirul mu‟minin abu hafsh umar bin khottob ibn nufail ibn abdul uzza ibn riyah ibn abdullah ibn qurth ibn razah ibn „ady ibn luuay ibn ghalib al-quraisy al-adawi ra. Dia berkata: saya mendengar rasulullah

SAW bersabda. “sesungguhnya amal itu tergantung dari niatnya, dan

setiap orang akan mendapatkan sesuatu (balasan perbuatan) sesuai dengan niatnya...” (HR: Muttapaqun „alaihi : Imam Bukhori dan Imam Muslim)

Dengan demikian guru dapat memotivasi siswanya dengan cara membangkitkan minat belajarnya dengan cara memberiikan dan menimbulkan harapan. Harapan akan tercapainya suatu hasrat atau tujuan dapat menjadi motivasi yang ditimbulkan guru ke dalam diri siswa. Salah satu pemberian harapan itu yakni dengan cara memudahkan siswa bahkan yang dianggap lemah sekalipun dalam menerima dan memahami isi pelajaran yakni melalui pemanfaatan media pembelajaran yang tepat guna.25

5. Cara-cara Mengembangkan Motivasi

Guru dapat menggunakan berbagai cara untuk menggerakkan atau membangkitkan motivasi belajar siswa, yaitu sebagai berikut:

a. Memberi angka, umumnya siswa ingin mengetahui hasil pekerjaannya, yakni berupa angka yang diberikan oleh guru. Siswa yang mendapatkan angka yang baik maka akan mendorong motivasi belajarnya menjadi lebih besar, dan mendapatkan hasil yang kecil akan menjadi pendorong agar belajar lebih baik.

b. Pujian, pemberian pujian kepada siswa atas hal-hal yang telah dilakukan dengan berhasil besar manfaatnya sebagai pendorong belajar. Pujian memberiikan rasa puas dan senang.

c. Hadiah, pemberian hadiah pada akhir tahun kepada para siswa yang mendapat atau menunjukkan hasil belajar yang baik.

d. Kerja Kelompok, dimana dalam melakukan kerja sama dalam belajar setiap anggota kelompok, kadang-kadang perasaan untuk mempertahankan nama baik kelompok menjadi pendorong yang kuat dalam perbuatan belajar.

25

(37)

e. Penilaian, penilaian secara continue akan mendorong siswa untuk belajar, oleh karena setiap siswa memiliki kecenderungan untuk memperoleh hasil yang baik.

f. Film Pendidikan, setiap siswa merasa senang menonton film, gambaran dan isi cerita film lebih menarik perhatian dan minat siswa dalam belajar. Para siswa mendapat pengalaman baru yang merupakan suatu unit cerita yang bermakna.26

Dari paparan Oemar Hamalik tentang cara mengembangkan motivasi belajar siswa, penulis dapat memahami bahwa dari beberapa point di atas seorang murid yang tadinya mempunyai rasa takut, pendiam, pemalas, dan sulit berkomunikasi dengan adanya pemberian angka, pujian, hadiah dan kerja kelompok itu akan membangkitkan minat belajar siswa, mudah berkomunikasi antar sesama temannya, dan dengan adanya sebuah film pendidikan murid akan lebih terdorong lagi dengan melihat peran dan inti pelajaran yang ditayangkan. Tidak lepas dari itu juga seorang murid harus adanya minat dalam belajar yang dilandasi dengan niat, agar semua tujuan akan tercapai.

Begitu juga pihak sekolah harus memberikan sarana dan prasarana pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, karena jika hanya seorang guru yang melaksanakannnya di khawatirkan adanya penurunan minat sang motivator untuk membangkitkan motivasi siswa, oleh karena itu pihak sekolah dan guru harus saling kerja sama demi tercapainya sebuah motivasi belajar.

26

(38)

6. Pengertian Belajar

Adapun pengertian belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat pundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan.27

Belajar diartikan oleh Skinner, seorang psikolog berpendapat bahwa seperti yang dikutip Barlow, dalam bukunya Educational Psychology; The teaching-learning Process, berpendapat bahwa belajar adalah proses adaptasi atau penyesuain tingkah laku yang berlangsung secara progessif.28

Belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu”29

Menurut Drs. Slameto, belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.30

Dari pandangan tentang belajar menurut Drs. Slameto, penulis dapat memahami bahwa pertama, perubahan itu terjadi secara sadar, artinya jika ia menyadari perubahan dalam belajarnya, misalnya ia menyadari suatu pengetahuan itu pasti akan bertambah. Kedua, perubahan yang bersifat secara terus menerus dan fungsional, misalnya seorang murid sedang belajar menulis, maka ia akan mengalami perubahan terus menerus. Ketiga, perubahan juga harus memiliki daya positif tinggi dan aktif dan menyadari bahwa perubahan itu bukan bersifat sementara. Keempat, dalam menacapai suatu perubahan belajar itu pasti ada sebuah tujuan dan aspek tingkah laku perubahan. Contohnya anak kecil yang berumur 6 tahun ingin belajar mengendarai sepeda, maka dari sini akan tampak suatu perubahan jika ia bisa menaikinya dan mengenadarainya.

Menurut Suyono dan Hariyanto mengungkapkan bahwasannya belajar adalah suatu upaya pembelajar untuk mengembangkan seluruh kepribadiannya, baik pisik maupun psikis. Belajar juga dimaksudkan untuk mengembangkan

27

Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan. (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2010): Cet Ke-15 hal, 87

28

Ibid., h.88

29

Baharudin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran,

(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media Grup, 2007), h. 13.

30

(39)

seluruh aspek intelegensi sehingga anak didik akan menjadi manusia yang utuh, cerdas secara intelegensi, cerdas secara emosi, cerdas psikomotornya, dan memiliki keterampilan hidup yang bermakna bagi dirinya.31

Dari beberapa definisi di atas yang berkeaitan dengan belajar, penulis mengungkapkan bahwa belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian.

Allah SWT. telah menurunkan Firmannya yang berkaitan dengan belajar, yang berbunyi :





























































“1. bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, 2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.,

3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,

4. yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam,

5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”

31

(40)

7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa di sekolah. Secara garis besarnya dapat dibagi dalam dua bagian yaitu faktor internal dan faktor eksternal siswa yaitu:

a. Faktor Internal siswa terdiri dari:

1) Faktor kondisi fisikologis terdiri dari kondisi kesehatan dan kondisi panca indera terutama penglihatan dan pendengaran.

2) Faktor kondisi psikologis yang akan mempengaruhi keberhasilan belajar siswa adalah faktor: minat, bakat, intelegensi, motivasi, kemampuan persepsi, ingatan, berfikir dan pengetahuan dasar yang dimiliki siswa.32 b. Faktor Eksternal siswa

1) Faktor lingkungan non sosial/ alami ialah seperti keadaan suhu, kelembaban udara, tempat letak gedung sekolah

2) Faktor lingkungan sosial baik berwujud manusia dan representasinya termasuk budayanya akan mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa 3) Faktor instrumental terdiri dari gedung, fisik kelas, sarana, alat pengajaran,

media pengajaran, guru dan kurikulum, materi pelajaran serta strategi belajar mengajar yang digunakan akan mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa.33

8. Tujuan Belajar

Menurut Winarno Surachmad, tujuan belajar di sekolah itu ditujukan untuk mencapai:

a. Pengumpulan pengetahuan

b. Penanaman konsep dan kecekatan.keterampilan c. Pembentukan sikap dan perbuatan

Tujuan belajar tersebut dalam dunia pendidikan kita sering kenal dengan tujuan pendidikan menurut Taksonomi Bloom yaitu tujuan belajar siswa diarahkan untuk mencapai tiga ranah yaitu kognitif, afektif, psikomotorik.

Dalam tujuan belajar kognitif untuk memperoleh pengetahuan fakta/ ingatan, pemahaman, aplikasi dan kemampuan berfikir analisis, sintesis dan evaluasi. Tujuan belajar afektif untuk memperoleh sikap, apresiasi, karakteristik dan tujuan psikomotorik untuk memperoleh keterampilan fisik yang berkaitan

32

Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. (Jakarta: Rineka Cipta, 2010) Cet. Ke-5, h. 54

33

(41)

dengan keterampilan gerak maupun keterampilan dasar ekpresi verbal dan non verbal.

9. Mengatasi Kesulitan Belajar

Anak yang memiliki keterlambatan membaca, mengalami kesulitan dalam mengartikan atau mengenali struktur kata-kata atau memahaminya. Mereka juga mengalami kesulitan lain seperti cepat melupakan apa yang dibacanya. Sebagian ahli berargumen bahwa kesulitan mengenali bunyi-bunyi bahasa merupakan dasar bagi keterlambatan kemampua membaca, dimana kemampuan ini penting sekali bagi pemahaman hubungan antara bunyi bahasa dan tulisan yang mewakilinya.

Menurut Harris & Sippay seorang ilmuan dari Amerika Serikat mengataka bahwa, 10%-15% anak sekolah mengalami kesulitan dalam membaca. Kesulitan ini merupakan penyebab kegagalan yang terbesar disekolah, karena anak dengan kesulitan membaca akan memiliki pandangan diri yang negative dan akan merasa kurang kompeten. Hal ini akan menyebabkan masalah perilaku dan kecemasan, yang tidak jarang kemudian di ikuti dengan kurangnya motivasi. Oleh karenanya, untuk mengidentifikasi anak disleksia perlu pemeriksaan menyeluruh dari segi biologis, kognitif serta prilaku.34

10. Cara Mengembangkan Motivasi Belajar

Di dalam mengembangkan motivasi, penulis mengungkapkan perlu adanya upaya-upaya yang dapat guru lakukan dalam mengembangkan motivasi terhadap bahan pelajaran yang diberikan, terutama Pendidikan Agama Islam di antaranya sebagai berikut, yaitu :

a. Penggunaan metode yang bervariasi, yaitu dapat menggairahkan belajar anak didik, supaya mendapatkan umpan balik dari anak didik.

b. Memberii tugas, yaitu guru dapat memberiikan tugas kepada anak didik sebagai bagian yang tak terpisahkan dari tugas belajar.

c. Memberiikan pujian, yaitu pujian dapat dimanfaatkan sebagai alat motivasi, guru dapat menggunakan pujian untuk menyenangkan peserta didik.

d. Pemberian Hukuman, guru harus dapat memahami prinsip-prinsip pemberian hukuman. Hukuman kalau diberikan secaara tepat dan bijaksana bisa menjadi alat motivasi.

e. Memberi ulangan, yaitu siswa akan giat belajar apabila mengetahui akan ada ulangan, oleh karena itu memberii ulangan adalah sarana motivasi.

34

(42)

Dari beberapa langkah di atas dapat dipahami, bahwa guru harus mampu memberikan motivasi belajar siswa, sebagai siswa tidak merasa terbebani dengan kurikulum/ perasaan tidak suka dengan materi yang di ajarkan oleh guru. Terkadang kita lupa bahwa murid di zaman sekarang penuh dengan pilihan-pilhan yang menyenangkan seperti halnya main game, facebookan, You Tube, dan sebagainya, sehingga kita perlu memanfaatkan itu semua sebagai potensi menguntungkan motivasi belajar siswa.

11. Strategi Memotivasi Belajar Peserta Didik

Sebelum melanjutkan pembahasan mengenai strategi memotivasi peserta didik belajar, perlu ditekankan sekali lagi bahwa kepribadian murid mempunyai peranan yang penting dalam motivasi atau dengan kata lain dorongan-dorongan dasar dan pengalamannya merupakan faktor-faktor yag berperan dalam situasi-situasi belajar.

Di dalam proses pembelajaran, khususnya peserta didik yang belajar itu tidak di tentukan oleh power dalam dirinya, atau stimulus-stimulus yang datang dari lingkungan, akan tetapi merupakan interaksi veedback dari determinan individu maupun lingkungan. Oleh karena itu kita memerlukan sebuah langkah strategi dalam pembelajaran agar murid tetap termotivasi belajarnya. Di bawah ini penulis coba mengemukakan beberapa prinsip strategi memotivasi dan perlu mendapat perhatian agar tercapai perbaikan-perbaikan dalam motivasi. Adapun dengan strateginya antara lain, yaitu;

Pertama, menjelaskan tujuan pembelajaran kepeserta didik.

Menurut penulis bahwa disetiap awal kegiatan pembelajaran, guru harus menawarkan kepada peserta didik beberapa tujuan yang akan di capai dari berbagai pokok pembahasan di setiap pembelajaran berlangsung, agar timbulnya sebuah motivasi/ minat belajar siswa lebih dalam, walaupun dalam pembelajaran konstruktivistik tujuan para murid itu pasti berbeda-beda tapi setidaknya guru sudah memberikan tujuan apa saja di awal pembelajaran.

(43)

tidaklah dominan satu aspek saja tetapi juga ada aspek yang lain. Misalnya penulis mengajar BTQ (Baca Tulis Al-Qur’an) dengan pokok bahasan membaca dan menulis, tidaklah dominan aspek kognitifnya saja tapi juga ada aspek psikomotorik, yang mana peserta didik perlu melakukan penulisan dan kegiatan yang melibatkan jiwa raganya untuk menyelesaikan masalah, begitu juga dengan aspek afektifnya, perlu ketelitian dalam hal menulis, kerapihan, dan kelancaran dalam membaca Al-Qur’an.

Kedua, hadiah dan pujian. Hadiah dilihat dari segi positif terhadap belajar diharapkan untuk, (1) meningkatkan kemungkinan dan intensitas tindakan perilaku yang mengarah ke objek tersebut (belajar juga disebut positi reinforcement), (2) menghasilkan pendekatan dan prilaku consummatory dan merupakan hasil pengambilan keputusan ekonomi, dan (3) mendorong persaan subjektif dari kesenangan dan hedonia. Hadiah sanga penting untuk kelangsungan hidup individu dan gen dan mendukung proses dasar seperti minum, makan, dan lainnya.35

Ketiga, hukuman. Peranan hukuman dalam proses belajar tidaklah semudah diperkirakan, dan pemberian hukuman terhadap suatu respon dapat menimbulkan akibat-akibat yang tidak terduga dan bermacam-macam. Pemberian hukuman terhadap suatu respon biasanya akan menyebabkan meghilangnya respon itu dengan segera.

Keempat, kompetesi. Beragam strategi untuk menumbuhkan motivasi belajar peserta didik, disamping yang telah dipaparkan diatas, strategi kompetesi juga merupakan taktik untuk memotivasi belajar. Dalam teorinya Mc. Clellend menyebutkan bahwa seorang terobsesi berprestasi tinggi dalam belajarya, maka ia akan berupaya mengatasi rintangan-rintangan berat yang menghambatnya dalam berbagai bentuk upaya dan kerja kerasnya dalam mencapai tujuan yang dicita-citakan, dia menggunakan berbagai keterampilan dan pengalamannya, rajin membaca buku, membeli buku, dan berupaya untuk mencapai kebutuhan berprestasi (need for achievement).

Dari penjelasan di atas mengenai kompetensi, penulis juga melakukan suatu pembelajar PBL yaitu suatu metode berbasis masalah yang mana metode ini

35

(44)

akan meningkatkan belajar murid karena di akan belajar langsung mengenai kehidupannya langsung. Penulis juga mengajar pelajaran akhlak tidak terpuji, disini murid akan menjelaskan apa saja dan memaparkan bagaimana solusinya. Dari hal ini akan munculnya sebuah kompetensi yang unggul karena siswa belajar langsung dengan sesuai permasalahan dalam kehidupannya.

Kelima, membangkitkan dorongan kepada anak didik untuk belajar.

Menurut penulis dapat di pahami bahwa kemampuan seorang guru untuk menjadikan dirinya sendiri ‘model’ yang mampu membangkitkan rasa ingin tahu dan kesanggupan dalam diri anak didi

Gambar

Tabel ke 1
Table ke 3
Table 6
Table.7
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kode Program 4.7 Fungsi Menampilkan Informasi Navigasi Augmented Reality 63 Kode Program 4.8 Fungsi dalam Pembuatan Manual Custom

Kedua, sebagai arsitektur islami, karena secara bahasa islami punya makna lebih dari sekedar bentuk atau benda, tetapi lebih pada nilai islam yang menjadi sumber

Dalam beberapa kasus, ketika Pelanggan bertransaksi langsung dengan pihak ketiga untuk mendapatkan layanan, atau saat Pelanggan menggunakan Situs untuk memesan kamar

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan antijamur metabolit sekunder yang dihasilkan oleh bakteri endofit asal akar tanaman kelapa sawit untuk

Pada gambar tersebut terlihat bahwa pada masing-masing perlakuan, bakteri tahan panas memiliki kelimpahan paling tinggi dengan kisaran 10 11 - 10 12 cfu/g tanah, diikuti

Meskipun tingkat pendidikan mereka tidaklah tinggi, tapi pengetahuan agama yang sudah mereka peroleh melalui lingkungannya, perilaku beragama para perempuan ngorek, mampu

Adapun judul dari tugas akhir ini adalah “Analisa Erosi dan Sedimentasi untuk Perkuatan Tebing dan Normalisasi Sungai Lawe Sigala-gala di Kabupaten

fungsi pernapasan. Pasien dengan distress berat akan mencari posisi yang paling membantu agar pasien mudah bernapas. Pertahankan polusi lingkungan minimum, misal : debu, asap.