DILEMBAGAPEMASYARAKATAN ANAKWANITA
TANGERANG
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Saijana Jlmu Sosial Islam (S.Sos.l)
Oleh
W ARTI SASMIATI 103052028685
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SY ARIF I-IIDA Y ATULLAH
DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN ANAK WANITA
TANGERANG
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S. Sos. I)
Disusun oleh:
Warti Sasmiati
103052028685
Di bawah bimbingan:
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SY ARIF I-IIDA Y ATULLAH
JAKARTA
1429 H/ 2008 M
'
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
I. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata I (SI) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarifl-Iidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan jiplakan dari karya orang lain, rnaka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif 1-Iidayatullah Jakarta.
Jakarta, 27 Desember 2007
Skripsi berjudul METODE PEMBINAAN MENTAL NARAPIDANA ANAK DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN ANAK WANITA TANGERANG telah diajukan dalam sidang munaqosyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 2 Januari 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S. Sos. I) pada program Bimbingan dan Penyuluhan Islam.
Ketua Merangkap Anggota,
Dr. Murodi, M.A. NIP. 150 254 102
Penguji I
Sidang Munaqosyah
Anggota,
Pembimbing,
Jakarta, 3 Januari 2008
Anggota,
Ora. Nasicha M.A. NIP. 150 276 298
セ@
Ors. M. uthfi Jamal M.A . NIP. 150 268 782
Warti Sasmiati
Metode Pembinaan Mental Spiritual Narapidaua Anak di Lembaga Pemasyarakatan Anak Wanita Tangerang
Narapidana merupakan salah satu contoh manusia yang melakukan tindakan negatif berupa tindak kejahatan melanggar hukum dan norma-nonna yang berlaku di masyarakat. Untuk itu, mereka hendaknya dibina dan dibimbing dalam menumbuh kembangkan mentalnya, mengembalikan harga dirinya dan menghargai manusia serta menumbuhkan kesadaran bahwa perbuatan yang pernah dilakukan telah menjerurnuskan dirinya ke dalam Rumah Tahanan Negara atau Lem baga Pemasyarakatan. Sebab pad a dasarnya mereka adalah orang yang juga menginginkan dapat hid up berdampingan secara wajar.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui metode yang digunakan pembimbing dalam pembinaan mental narapidana anak di Lembaga Pemasyarakatan Anak Wanita Tangerang.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode observasi dengan pendekatan kualitatif yang menghasilkan data deskriptif. Data diperoleh dengan cara observasi, wawancara, dan kepustakaan. Subjek yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah I orang petugas LAPAS yakni Kepala Seksi Bimbingan Narapidana dan Giat Keija, 2 orang pembimbing, dan 3 orang narapidana anak (anak didik) dengan kriteria I orang yang baru masuk LAPAS, I orang yang sudah lama di LAP AS dan I orang yang akan keluar dari LAP AS.
Bismillahirrahmaanirrahim.
Alhamdulillahirabbil'alamin, penulis panjatkan puji dan syukur mendalam ke hadirat Allah SWT., karena atas izin dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan hasil karya tulisan ini dengan judul "Metode Pembinaan Mental Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Anak Wanita Tangerang". Shalawat se1ta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi besar akhir zaman, pemilik akhlak mulia, pembawa risalah lslami kepada umat manusia yaitu Muhammad SAW.
Penulis sadari tiada kesuksesan apapun tanpa motivai dan dorongan orang Jain. Dengan kerendahan dan ketulusan hati, penulis menyampaikan penghargaan setinggi-tingginya dan menghaturlcan terimakasih kepada semua pihak, baik secara langsung ataupun tidak telah membantu menyelesaikan skripsi
ini:
I. Bapak Dr. l-l. Murodi, MA selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi beserta Pembantu Dekan.
2. Bapak Drs. M. Lutfi, MA selaku Ketua dan ibu Drs. Nasicha, MA selaku sekretaris J urusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam yang telah banyak membantu dalam kelancaran dan kemudahan studi dan proses skripsi penulis. 3. Ibu Nurul Hidayati, M. Pd. Selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
semua'.
9. Kepada sahabat "Teleutabis" Diah dan Vina, juga !in yang selalu bersama-sama penulis dalam suka maupun duka dan banyak memberikan nasehat dan motivasi, semoga pertemanan kita tak akan putus. Sahabat-sahabat kelas BPI angkatan 2003 seperti Fitri, Taher Shaleh, H. Samsul, Pizaro, Ubay Neonet, Abel, Hasyim, Jaya, Dinay dan semua teman-teman kelas terimakasih atas support dan kebersamaannya selama ini, banyak sekali pengalaman dan pelajaran yang insya Allah menajadi manfaat untuk penulis.
I 0. Kelurga besar mahasiswa Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam, para senior BPI K' Jawa, K' Endut, K' Ablenk, K' Duplax, serta K' Decky, K' Hafidz, dan K' Oji yang telah mengenalkan dan mengikutsertakan penulis dalam kegiatan pembinaan di LAPAS sampai saat ini. Seluruh teman-teman Jurusan BPI angkatan 2004 dan 2005.
I I. Dan semua pihak yang telah ikut membantu hingga tesusunnya karya ini yang tidak dapat penul is sebutkan satu persatu.
Akhirnya, hanya kepada Allah SWT., penulis berserah diri, semoga semua bentuk perhatian, bantuan dan partisipasi yang sudah diberikan mendapatkan pahala yang setimpal dariNya. Dan harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang Bimbingan dan Penyuluhan Islam baik bagi diri penulis maupun pembaca pada umumnya.
Amin ya robbal 'alamin
ABSTRAK ... . ) KATA PENGANTAR ... . ll
DAFTARISI ... . v
BAB I PENDAHULUAN ... . A. Latar Belakang Masalah ... . B. Pembatasan dan Pernmusan Masalah... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6
D. Metodologi Penelitian ... 7
E. Tinjauan Pustaka ... ... .... ... ... ... ... 11
F. Sistematika Penulisan... 13
BAB II TINJAUAN TEORITIS... 14
A. Metode Pembinaan Mental... 14
I. Pengertian Metode, Pembinaan, dan Mental ... 14
2. Metode Pembinaan Mental... 19
B. Narapidana... 22
1. Pengertian Narapidana... 22
2. Kondisi Mental Narapidana ... 23
3. Faktor Penyebab Te1jadinya Perbuatan Narapidana ... 25
C. Anak ... 27
1. Pengertian Narapidana... 27
ANAK WANITA TANGERANG... 30
A. Sejarah Singkat Lembaga ... 30
B. Visi, Misi, Ttijuan, Sasaran, dan Motto... 32
C. Dasar Hukum ... 33
D. Struktur Organisasi... 33
E. Tugas Pokok dan Fungsi ... 36
F'.
Program Kegiatan Pembinaan ... 37j G. Sarana dan Prasarana... 40
H. Kegiatan Harian Warga Binaan Pemasyarakatan ... 41
BAB IV ANALISA DATA... 44
A. Gambaran Um um Narapidana ... 44
B. Penggunaan Metode Pembinaan Mental Narapidana... 47
C. Temuan Lapangan... 57
BAB V PENUTUP ... 59
A. Kesimpulan... 59
B. Saran... 60
A. Latar Belakang Masalah
PENDAHULUAN
Manusia itu senantiasa hidup dalam suatu lingkungan, baik lingkungan fisik, psikis, atau spiritual yang clilahirkan. Dan dalam hubuangan timbal balik itu tcntulah terjadi saling mempengaruhi antara manusia dan Iingkungannya pada umumnya.
Dan rnasyarakat modern yang serba kompleks sebagai kemajuan teknologi, rnekanisasi, industrialisasi dan urbanisasi memunculkan banyak masalah sosial. Maka usaha adaptasi atau penyesuaian diri terhadap masyarakat yang sangat kompleks itu menjadi tidak mudah. Kesulitan mengadakan adaptasi dan acijustment menyebabkan banyak kebimbangan, kebingungan dan kecemasan serta konflik, baik konflik eksternal terbuka maupun yang internal dalam batin sendiri yang tersembunyi dan tertutup sifatnya. Sebagai dampaknya orang lalu mengembangkan pola tingkah iaku menyimpang dari norma-norma umum, dengan jalan berbuat semau sendiri demi keuntungan sendiri dan kepentingan pribadi, kemudian mengganggu dan merugikan orang lain.
tiga kutub yaitu keluarga; sekolah dan masyarakat. Perilaku menyimpang ini bila dibiarkan berkepanjangan dan tidak ditangani secara sungguh-sungguh dapat menimbulkan gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat yang pada gilirannya berakibat pada tindakan kriminalitas atau kejahatan karena telah melanggar hukum dan norma-nonna agama.
Agama memberikan aturan hidup dalam bertingkah laku dan apabila dijalankan secara benar-benar dan konsistcn, maka akan melahirkan kehidupan yang tenang. Dengan kata lain yaitu agama merupakan solusi guna penanggulangan penyirnpangan manusia khususnya kaum remaja. Ketenangan terse but berangkat dari meningkatnya kesadaran beragama.;
Terlihat jelas ada perbedaan antara orang-orang yang acuh tak acuh kepada agamanya. Agama memberikan bimbingan hidup dari hal-hal yang sekecil-kecilnya sampai kepada hal-hal yang sebesar-besarnya mulai dari kehidupan prabadi, masyarakat dan hubungan dengan Allah SWT., bahkan hubungan dengan alam semesta dan makhluk hidup yang lainnya.2 Jika bimbingan itu benar-benar dijalankan akan terjamin kebahagiaan dan ketenteraman batin dalam hidup ini. Bimbingan merupakan kegiatan yang
1
Sya1nsu Yusuf, Aiental !Jygiene- Penge111banga11 Kesehatan Mental da/0111 Kajian
Psiko!ogi dan Agama, (Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2004), Cet. Ke-1, h.87.
2
Zakiah Dar adj at, Perana11 Aga1ua dala111 Kesehalan !vlenta!, (Jakarat: CV. I-Iaji
bersumber pada kehidupan manusia. Kenyataan menunjuldcan bahwa manusia di dalam hidupnya silih berganti menghadapi persoalan atau problem.3
Agama merupakan sesuatu yang amat mulia yang dimiliki oleh setiap insan. Karena ia adalah modal hakiki untuk menggapai kebahagiaan dunia dan kenikmatan akhirat. Seseorang yang memegang teguh dan memelihara nilai-nilai ajaran agama akan te1jauh dari pengaruh setan. Seseorang tidak akan mungkin terjerumus ke dalam lembah hitam (kejahatan) kecuali bila hubungannya kepada Allah SWT melemah. Kala itu, bimbingan agama dan hati nurani tidak Iagi berpengaruh. Seluruh sensitifitasnya akan musnah dan gairah agamanya akan mati akibat menyelisihi perintah Allah SWT dan menyimpang dari jalan yang Iurus yang waj ib ditapakinya.
Terlihat jelas ada perbedaan antara orang-orang yang acuh tak acuh kepada agamanya. Agama mcmbcrikan bimbingan hidup dari hal-hal yang sekecil-kecilnya sampai kepada hal-hal yang sebesar-besarnya mulai dari kehidupan prabadi, masyarakat dan hubungan dengan Allah SWT., bahkan hubungan dengan alam semesta dan makhluk hidup yang lainnya."1 Jika bimbingan itu benar-benar dijalankan akan teijamin kebahagiaan dan ketenteraman batin dalam hidup ini. Bimbingan merupakan kegiatan yang
3
Bin10 Walgito, Bimbingan dan Pentuluhan di Sekolah, (Yogyakarta: Pencrbit Andi
Offset, 1993), cet. Ke-7, h. 7.
4
Zakiah Daradjat, Peranan Aga111a da!r1111 Kesehatan /14ental, (Jakarat: CV. Haji
bersumber pada kehidupai1 manusia. Kenyataan rnenunjukkan bahwa manusia di dalarn hidupnya silih berganti menghadapi persoalan atau problem.5
Narapidana merupakan salah satu contoh manusia yang melakukan tindakan negatif berupa tindak kejahatan melanggar hukurn dan norma-nonna yang berlaku di masyarakat.
Perbuatan melanggar hukum tersebutlah yang menjadikan masyarakat selama ini menganggap status narapidana sebagai seko!ompok orang yang bermasalah yang perlu dijauhkan dan diasingkan. Persepsi seperti inilah yang menjadikannya rnengalami berbagai bentuk gangguan penyakit mental (jiwa) sepe1ii stress, perasaan takut dan rnenclerita, putus asa, kehilangan makna diri, clan sebagainya. Dari sekian banyak masalah, masalah mental rnerupakan salah satu masalah yang sangat krusial. I-larapan clan masa depan rnereka !enyap begitu saja.
Untuk itu, sebagai makhluk Tuhan rnereka juga harus diperhatikan
secara vvajar dan san1a, dala1n arti 1nereka perlu din1anusiakan sesuai dengan
kodrat rnereka sebagai manusia, mereka juga terrnasuk orang-orang yang harus mendapat birnbingan dan pertolongan agar rnereka dapat kembali kepada jalan yang benar dengan taqwa clan iman, serta agar rnereka dapat menyelesaikan segala problem yang sedang dihadapi dan membantu mengarahkannya ke jalan yang lebih baik. Sebab pada dasarnya mereka itu
5
Bin10 Walgito, Bin1bingan dan Pcnluluhan di Sckolah, (Yogyakarta: Penerbit Andi
adalah orang yang juga menginginkan dapat hidup berdampingan secara wajar.
Dalam upaya menyiarkan ajaran agama Islam haruslah dilakukan bimbingan dengan cara-cara yang tepat dan atas dasar perencanaan yang sebaik-baiknya. Untuk itu narapidana sebagai manusia yang berrnasalah dengan hukum hendaknya dibina dan dibimbing dalam menumbuh kembangkan mentalnya, mengembalikan harga dirinya dan menghargai manusia serta menumbuhkan kesadaran bahwa perbuatan yang pernah dilakukan telah menjerumuskan dirinya ke dalam Rumah Tahanan Negara atau Lembaga Pemasyarakatan.
Di dalam Lembaga Pemasyarakatan Tangerang pelaksanaan pembinaan keagamaan dikoordinasi melalui seksi bimbingan pemasyarakatan, kemudian secara tkhnis pelaksanaan kegiatannya ditangani oleh pengurus bimbingan rohani Islam dan beke1jasama dengan berbagai pihak yang berada di luar lembaga.
wanita menjadi sesuatu yang rnenarik untuk dikaji secara rnendalarn. Sehingga penulis rnenjadikan sebagai kajian dan penulisan dalarn skripsi denganjudul
" METODE PEMBINAAN MENTAL NARAPIDANA ANAK WANITA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN TANGERANG."
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah I. Pembatasau Masalah
Sebagaimana diketahui, selama ini kegiatan bimbingan/ pembinaan mental merupakan unsur utarna dari Lembaga Pemasyarakatan dalam melakukan rehabilitasi terhadap narapidana. Dalarn skripsi ini, penulis membatasi masalah pada pelaksanaan pembinaan mental narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Anak Wanita Tangerang.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka rnasalah dalam penelitian ini dirumuskan mengenai Bagaimana Metode yang digunakan pembirnbing dalam pembinaan mental bagi narapidana anak di Lembaga Pemasyarakatan Anak Wanita Tangerang?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian I. Tujuan Penelitian
2. Manfaat Penelitian a. Akademis
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan acuan para juru dakwah lebih khususnya calon penyuluh atau konselor dalam membantu memberikan bimbingan/pembinaan mental yang lebih baik kepada narapidana, dan 111enan1bah khasanah keiln1uan 1nengenai
karya ilmiah tentang Metode Pembinaan Mental Narapidana serta menguji dan memperdalam lagi tentang teori konseling.
b. Praktis
Diharapkan dapat membantu lembaga pemerintahan dalam pengembangan pembinaan mental yang lebih baik dan lebih tepat. Dalam ha! ini khususnya Lembaga Pemasyarakatan terhadap narapidana.
D. Metodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian
2. Pendekatan Penelitian
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian dengan pendekatan kualitatif yaitu dengan melakukan penelitian yang menghasilkan data deskriptifberupa kata-kata tertulis atau lisan dengan informasi dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Hal ini dilakukan karena tema yang diambil adalah suatu komunitas sosial yang mengharuskan data cliperoleh langsung di lapangan atau pengamatan langsung6•
3. Metode Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, metode yang digunakan adalah metode observasi yakni aktivitas pengamatan meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera7• Adapun sumber utama penelitian ini adalah objek lapangan, dalam ha! ini adalah Pembinaan Mental Spiritual para penghuni/narapidana Lembaga Pemasyarakatan Anak Wanita Tangerang.
4. Instrument Penelitian
Melihat metode yang digunakan adalah observasi atau pengamatan langsung ke lapangan, malrn instrument penelitiannya adalah peneliti itu sendiri karena ia menjadi segalanya dari keseluruhan proses penelitian8.
6
Lexy J. Moleong, Jvfetodologi Penelitian Kua/itatif, (Bandung: PT. Rc1naja Rosdakarya,
2005), Cel. Ke-21, h. 4
7
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitiall- Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka
Cipta, 1996), h. 145
8
5. Telmik Pencatatan Data
Adapun teknik pencatatan data yang digunakan dalan1 penclitian
ialah teknik k.01nunikasi langsung dan tidak langsung, dengan instrun1ent.
pemgumpulan data diantaranya:
a. Observasi, yaitu aktifitas pengamatan meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan se!uruh alat indera. Terkait dengan masalah bagaimana upaya dan metode-metode yang digunakan pembimbing dalam pembinaan mental spiritual narapidana anak wanita di Lembaga Pemasyarakatan Anak Wanita Tangerang.
b. Wawancara, yaitu dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi. Peneliti melakukan wawancara kepada para pembimbing dan narapidana serta instansi terkait yang berada di Lembaga Pemasyarakatan Anak Wanita Tangerang, untuk memperoleh kelengkapan data sebelumnya penulis terlebih dahulu menyusun pertanyaan tentang permasalahan yang berkaitan dengan objek penelitian sebagai pedoman wawancara yang dijadikan acuan pada saat wawancara berlangsung. Teknik ini dibantu menggunakan tape recorder untuk merekam basil yang diperlukan, dan mencatat informasi yang didapatkan ketika itu.
6. Teknik Pengolahan Data
Setelah data diperoleh, langkah selanjutnya adalah pengolahan data dengan proses editting yaitu mempelajari kembali berkas-berkas data yang telah terkumpul, sehingga keseluruhan berkas itu dapat diketahui dan dapat dinyatakan baik serta dapat disiapkan untuk proses selanjutnya.
Teknik yang dilakukan dari hasil pencatatan data adalah sebagai berikut:
a. Data dan inforn1asi yang didupat 1nelalui observasi yakni 1ncnga1nati
objek penelitian secara langsung menggunakan seluruh ala! indera kemudian penulis mengumpulkan data secara akurat, dengan mencatat fenornena (kejadian) dan perilaku yang terlibat dalam objek.
b. Data dan informasi yang diperoleh rnelalui wawancara yakni peneliti rnenyalin hasil wawancara ke dalam catatan lapangan kemudian memberikan tanggapan pada bagian-bagian penting.
c. Dan data yang didapatkan melalui dokumentasi, yakni digunakan sebagai bahan dan kerangka analisis dalam menimbang dan menguraikan hasil penelitian ke dalarn skripsi ini.
7. Subjek dan Objek Penelitian
adalah Metode Pembinaan Mental Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Anak Wanita Tangerang.
8. Waktu dan Tempat Penelitian
Penulis melakukan penelitian pada bulan April sampai dengan selesai. Adapun tempat penelitian ini di Lembaga Pemasyarakatan Anak Wanita Tangerang yang beralamat di JJ. Daan Mogot No. 28 Kelurahan Tanah Tinggi- Kodya Tangerang dengan nomor telepon (021) 552344 l
9. Tclmik Analisis Data
Dalam menganalisis data hasil observasi dan wawancara, penulis menginterpretasikan catatan lapangan yang ada kemudian menyimpulkannya, setelah itu menganalisa kategori-kategori yang tampak pada data tersebut. Di mana seluruh data yang penulis peroleh dari hasil pengamatan clan wawancara, lebih dahulu penulis kelompokkan sesuai dengan persoalan yang telah ditetapkan lalu menganalisanya secara sistematis.
E. Tinjauan Pustaka
Dalam menyusun skripsi ini, ada beberapa judul skripsi mahasiswa/ i sebelumnya yang oleh penulis jadikan sebagai tinjauan pustaka. Namun perlu dipertegas perbedaan antara masing-masing judul clan masalah yang dibahas, antara lain:
1. Pelaksanaan Pembinaan Robani Ishun Terhadap Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Cipinang- Jakarta Timnr.
F. Sistematika Penulisan
Pembahasan di dalam sekripsi 1111 dibagi ke dalam lima bab
penyusunan; sebagai berikut:
BAB I. PENDAHULUAN. Berisi kerangka umum penulisan skripsi, yaitu latar belakang masalah, pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II. LANDASAN TEORITIS. Mengenai Metode Pembinaan Mental
(Pengertian n1etode, pengertian pen1binaan, dan pengertian
mental), Metode Pembinaan Mental, Narapidana, Anak (Pengertian Anak dan Ciri-ciri Anak) dan Lembaga Pemasyarakatan.
BABIII. GAMBARAN UMUM LEMBAGA PEMASYARAKATAN ANAK WANITA TANGERANG. Berisi sejarah berdiri, Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, dan Motto, Dasar Hukum, Struktur Organisasi, Tugas Pokok dan Fungsi, Program Kegiatan Pembinaan, Sarana dan Prasarana, dan Kegiatan Harian Warga Binaan Pemasyarakatan.
BAB IV. ANALISIS DAN TEMUAN LAPANGAN. Yakni Gambaran Urnum Subjek, Metode yang dilakukan Pembimbing dalam Pembinaan Mental Narapidana Anak di Lembaga Pemasyarakatan Anak Wanita Tangerang, dan Temuan Penelitian.
TINJAUAN TEORITIS
A. Metode Pembinaan Mental Spiritual
1. Pengertian
Untuk mengetahui pengertian metode pembinaan mental, terlebih
dalmlu hams memahami dan mempelajari arti perkata secara terpecah.
a. Metode
Metode adalah "Cara teratur yang digunakan untuk
melaksanakan suatu peke1j aan agar tercapai sesuai dengan yang
dikehendaki cara ke1ja yang bersistem untuk memudahkan
pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang dikehendaki
a tau ditentukan." 1
Dalam pengertian harfiahnya, "Metode adalah jalan yang hams
dilakukan untuk mencapai suatu tttjuan. Akan tetapi pengertian hakiki
dari metode adalah segala sarana yang digunakan untuk mencapai
tttj uan yang diinginkan baik sarana terse but secara fisik maupun non
fisik".2
1
Tin1 Penyusunan l(an1us Pusat Pe1nbinaan dan Pengen1bangan Bahasa, Kan1us Besar
Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, J 998), Cet. Ke-l, Edisi Tiga, h. 740.
2
Sedangkan menurut Arif Burhan, me!ode adalah menunjukkan
pada proses, prinsip serta prosedur yang digunakan untuk mendekati
masalah dan mencarijawaban atas masalah tersebut.3
Dari berbagai pengertian tentang metode di atas, maka dapat
penulis pahami bahwa metode adalah suatu cara atau jalan yang harus
dilalui dalam melaksanakan proses bimbingan agar tercapai tujuan
yang diharapkan.
b. Pembinaan
Kata pembinaan berasal clari bahasa arab "bina" artinya
bangunan. Setelah dibakukan ke dalam bahasa Indonesia, jika diberi
awalan "pe-" dan akhiran "an" menjacli pembinaan yang mempunyai
arti pembaruan, penyempurnaan usaha, tindakan dan kegiatan yang
dilakukan secara berclaya guna dan berhasil guna untuk rnemperoleh
hasil yang lebih baik. 4
Arti kata "pembinaan" clari segi terminologi, yaitu:
1. Pembinaan adalah suatu upaya, usaha kegiatan yang terns menerus untuk mempelajari, meningkatkan, menyempurnakan, mengarahkan, mengembangkan kemarnpuan untuk mencapai tujuan agar sasaran pembinaan marnpu menghayati dan mengamalkan ajaran Islam sebagai pola kehidupan sehari-hari baik clalarn kehidupan pribadi, keluarga maupun kehidupan sosial masyarakat. 5
2. Pembinaan adalah segala upaya pengelolaan berupa merintis, meletakkan dasar, melatih, membiasakan, memelihara, mencegah, mengawasi, menyantuni, mengarahkan, serta mengembangkan
3 Arif Burhan, Pengantar Metode Kua/itatif, (Surabaya: Usaha Nasional, J 992), h. J 7.
4
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarat:
Balai Pustaka, J 994), Cet. Ke-2, h. J J 7.
5
kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan, meWl,judkan manusia sejahtera dengan mengadakan dan menggunalrnn segala daya dan dana yang dimiliki. 6
Sedangkan yang dimaksud pembinaan dalam Undang-undang
No. 32 tahun I 999 tentang syarat dan tata cara hak warga binaan
adalah kegiatan untuk meningkatkan kualitas ketaqwaan kepada Tuhan
Yang Maha Esa, intelektual sikap dan perilaku, profesional, kesehatan
j asmani dan ruhani narapidana dan anak didik pemasyarakatan. 7
Jadi, pembinaan dapat dipahami sebagai suatu kegiatan
membangun yang dilakukan secara berdaya guna untuk memperoleh
hasil yang lebih baik terhadap warga binaan pemasyarakatan yang
bertujuan agar mereka (warga binaan) menyadari kesalahan,
memperbaiki diri dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga
dianggap berguna serta berperan aktif bagi pembangunan bangsa dan
negara.
Pembinaan hampir sama juga dengan bimbingan dan
penyuluhan. Bimbingan secara harfiah dapat diartikan sebagai
memajukan, memberi jalan atau menuntun orang lain ke arah tujuan
yang bermanfaat bagi hidupnya di masa kini dan masa mendatang.8
Dan juga dapat disebut sebagai suatu proses membantu individu
6
Badan Penasehat Perkawinan, Perselisihan, dan Perceraian BP-4, Jvfe111bina Ke!uarga
Bahagia dan Sejahtera, (Jakarta: BP-4, 1994), h.3.
7
Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, UU No. 32 tahun 1999, Syarat dan Tata Cara Hak
Warga Binaan pemasyarakatan, (Jakarta: UU RI No. 32, 1999)
8
8.
melalui usahanya sendiri untuk menemukan dan mengembangkan
kemampuannya agar memperoleh kebahagiaan pribadi dan
kemanfaatan sosial.9 Sedangkan penyuluhan mengandung arti
menerangi, menasehati atau memberi kejelasan kepada orang lain,
memahami atau mengerti tentang ha! yang clialaminya.10 Jadi menurut penulis bahwa pengertian pembinaan hampir sama dengan pengertian
birnbingan clan penyuluhan yang sama-sama berusaha membentuk
manusia untuk menjadi yang lebih baik clan dapat beradaptasi dengan
baik terhadap lingkungannya, sehingga dapat melaksanakan
tugas-tugas clan tanggung jawabnya dengan tepat, benar dan be1jalan dengan
lancar.
c. Mental
Mental dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai
"suatu ha! yang berhubungan dengan batin dan watak manusia yang
bukan bersifat badan clan bukan tenaga". 11
J.P Chapin mendefinisikan mental dalam bukunya "Kamus Lengkap Psikologi" yang dite1jemahkan Kartini Kartono sebagai :
"(!) Menyinggung masalah pikiran, aka!, ingatan atau proses-proses yang berasosiasi dengan pikkiran, akal, ingatan (2)
(Strukturalisme) menyinggung isi kesadaran (3) (Fungsionalisme)
9
Abu Ahmad, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Semarang: Toha Putra, 1977), h.
10 I-IM. Ari fin, Pedon1a11 Pelaksanaan Bilnbingan dan Pe11J'U!uhan Aga111a, (Jakarta:
Golden Terayon Press, 1998), Cet. Ke-6, h. I.
11 Tiin Penyusun l(a1nus Pusat Pe1nbinaan dan Penge111bangan Bahasa,
menyinggung perbuatan atau proses (4) (Psikoanalisis) menyinggung ketidaksadaran, pra-kesadaran, clan kesadaran (5) Menyinggung proses-proses khusus misalnya kesiagaan, sikap, impuls, clan proses intelektual ( 6) Menyinggung proses tersembunyi, yang clipertentangkan clengan proses terbuka (7) Menyinggung segaal sesuatu yang bersumber pacla sebahagian hasil dari sebab musabab mental seperti gangguan mental".12
Dalam istilah lain H.M. Arifin menyatakan bahwa "arti mental adalah sesuatu kekuatan yang abstrak (tidak tampak) serta tidak dapat clilihat oleh pancaindera tentang wujucl dan zatnya, melainkan yang tampak aclalah hanya gejalanya saja clan gejala inilah yang mungkin clapat clijaclikan sasaran penyeliclikan Ilmujiwa atau lainnya".13
Zakiah Daracljat, mengemukakan bahwa mental sering cligunakan sebagai ganti clari kata personality (kepribadian) yang berarti bahwa mental aclalah semua unsur-unsur jiwa termasuk pikiran, emosi, sikap (attitude) dan perasaan dalam keseluruhan clan kebulatannya akan rnenentukan corak tingkah laku, cara menghadapi
suatu hal yang n1enekan pcrasaan n1cngccewakan, n1enggcn1birakan,
clan sebagainya.14
Jadi kata mental adalah sesuatu yang ticlak clapat dilihat, diraba secara lahiriah dan tidak muclah untuk cliukur karena ia sesuatu yang abstrak. Namun pacla prinsipnya mental itu satu kekuatan yang utuh 12
JP. Chaplin, (pene1jemah: Kartini Kartono), Kamus Lengkap Psikologi, (Jakarta: PT.
Raja Grafindo, 2004), Cet. Ke-9, h. 297.
13
HM. Arifin, Psikologi dan Beberapa Aspek Kehidupan Ruhaniah Manusia, (Jakarat:
Bulan Bintang, 1997), Cet. Ke-2, h. 17.
14
dan terbentuk dalam suatu wujud kegiatan yang merupakan gambaran
yang j elas antara suasana yang sedang mereka lakukan, sehinga ha] ini
dapat terlihat dalam wujud tingkah laku seseorang dalam bentuk yang
wajar atau tidak.
Setelah melihat pengertian dari metode, pembinaan dan mental
dapat disimpulkan bahwa metode pembinaan mental adalah suatu
usaha membangun atau memperbaharui unsur-unsur jiwa termasuk
pikiran, emosi, sikap dan perasaan menjadi lebih baik sehingga semua
itu dapat ditampilkan dalam bentuk tingkah laku yang wajar.
2. Metode Pembinaan Mental
Dalam Penggunaan metode perlu sekali diperhatikan bagaimana
hakikat meode itu, karena hakikat metocle merupakan pecloman pokok
yang mula-mula harus clijaclikan bahan pertimbangan dalam pemilihan clan
penggunaannya.15
Ada beberapa metocle yang lazim digunakan dalam pembinaan
mental spiritual bagi narapiclana, karena mereka beracla clalam kesulitan
mental-spiritual yang disebabkan oleh faktor-faktor kejiwaan seperti:
tekanan batin (depresi mental), gangguan perasaan (emotional
distrubance ), dan kenakalan perilaku. Mereka ticlak bisa mengaclakan konsentrasi berpikir clan lain-lain dalam gangguan batin yang
membutuhkan pertolongan.
Dalam dunia bimbingan, metode-metode yang digunakan dalam
membimbing atau membina rohani Islam adalah sebagai berikut 16:
a. Wawancara
Wawancara adalah salah satu cara memperoleh fakta-fakta
kejiwaan yang dapat dijadikan bahan pemetaan tentang kehidupan
kejiwaan manusia. Metode ini sangat efektif bila dilaksanakan dengan
sungguh dan adanya rasa kebersamaan yang tinggi serta saling
menghargai dan mempercayai sesama manusia.
b. Metode Pembinaan secara Berkelompok
Metode ini adalah suatu pembinaan yang dilakukan secara
berkelompok. Metode ini dilakukan bila peserta binaan dalam jumlah
yang banyak, yang tidak dimungkinkan untuk melaksanakan metode
wawancara secara intensif. Metode ini biasanya dipraktekkan dalam
bentuk ceramah, diskusi dan lain-lain.
Dalam melaksanakan metode pembinaan kelompok ini
hendaknya pembina dapat menguasai betul keadaan atau membawa
suasana peserta binaan yang banyak sebagai proses pembinaan
be1j alan Ian car.
c. Metode N on-dirktif
Metode ini dibagi dalam dua macam, yaitu :
1) Edukatif yaitu cara mengungkapkan tekamn perasaan yang
menghambat perkembangan belajar dengan mengorek tunas
16
perasaan/sumber pernsaan yang menyebabkan hambatan dan
ketegangan.
2) Clien Centered yaitu earn untuk mengungkapkan tekanan batin
dengan sistem memancing klien, misalnya dengan satu atau dua
pertanyaan yang terarnh pada masalah.
d. Metode Psikoanalitis
Metode ini dipergunakan untuk mengungkapkan segala tekanan
batin yang sudah tidak disadari lagi. Manusia yang mengalami
kegagalan usaha dalam mengejar cita-cita atau keinginan dan
harapannya, menyebabkan timbulnya tekanan batin semakin
menumpuk. Bila tumpukan itu gaga! dise!esaikan maka akan
mengendap pada lapisanjiwa bawah sadar.
e. Metode Direktif
Metode ini Iebih bersifat n'lengarnhkan pada peserta binaan
untuk berusaha mengatasi masalah atau kesulitan yang dihadapi.
Dalam ajarnn Islam misalnya, metode Galan, earn) yang
ditempuh dalam melaksanakan pembinaan mental spiritual salah
satunya adalah clengan metocle spiritualisasi (tazkiyah al-nafs,
pembentukan jiwa Islam). Spiritualisasi ini merupakan misi atau tugas
pokok dari risalah-risalah para Nabi dan rasul, tujuan hidup yang
utama bagi orang yang bertaqwa dan padanya bergantung keselamatan
Allah.17 Sebagaimana clijelaskan clalam surah Asy-Syam/91 ayat 7-10
berikut ini:
"Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu Octlan) kefasikan dan ketakwaannya, sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan ji"wa itu, dan
sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. "
(Q.S:Asy-Syam:7-10)
B. Narapidana
I. Pengertian Narapidana
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, narapiclana aclalah orang
yang seclang menjalani lmkuman karena tinclak piclana.18 Narapiclana atau
terpiclana aclalah orang yang seclang menjalani hukuman di Lembaga
Pemasyarakatan karena clipiclana berclasarkan putusan pengaclilan yang
telah memperoleh kekuatan hukum tetap (KUHP Ps. 1/32).19 Hacli Setia
Tunggal membeclakan antara terpiclana clan narapiclana. Menurutnya
terpiclana ialah "seseorang yang clipiclana berclasarkan putusan pengaclilan
yang telah memperoleh kekuatan hukum yang tetap". Seclangkan
17
Yahya Jaya, Spiritualisasi Jslan1-da!an1 i\4enl11nb11hke111bangkan Kepribadian dan
Kesehatan Mental, (Jakarta: Ruhama, 1994), Cet. Ke-1, h. 7.
18 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1988), Cet. Ke-1, h. 608.
19
narapidana adalah "terpidana yang menj alani pidana hilang kemerdekaan
di Lembaga Pemasyarakatan". 20
Sedangkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12
Talmn 1995 tentang Pemasyarakatan Pasal 1 ayat 7 disebutkan yang
dimaksud narapidana adalah "terpidana yang menjalani pidana hilang
kemerdekaan di Lembaga Pemasyarakatan." 21
2. Kondisi Mental Narapidana
Umumnya para narapidana adalah mereka yang mempunyai
gangguan mental. Tidak mampunya melakukan adjustment (penyesuaian diri) itu selalu tidak konfrom tindakannya dengan norma-norma dan
kebiasaan sosial. Mereka banyak mengalami ketegangan dan tekanan
batin, baik disebabkan oleh sanksi batin sendiri ataupun oleh sanksi-sanksi
sosial.
Gangguan mental yang dalam bahasa diartikan ; spiritual crisis
(Fritjof Copra), soul pain (lvlichael Kourney), darurat spiritual (Cristina Grof) dan aliasi spiritual dapat berpengaruh pada seluruh kondisi kehidupan seseorang, seperti : perasaan, pikiran, kecerdasan, dan
kesehatan badan yang kurang seimbang (balance). Di antara bentuk-bentuk dari gangguan mental adalah :
20 Hadi Setia Tunggal,
UV Pen1asyarakatan Beser/a Pareturan Pelaksanaannya, (Jakarta:
Harvindo, 2000), h.3.
21
a. Perasaan : Misalnya cemas, takul, iri, clengki, sedih tak bcralasan, marah oleh hal-hal remeh, bimbang, merasa diri rendah, sombong, riya, was-was, pntus asa, tertekan (frustasi), pesimis, apatis, dan sebagainya.
b. Kelakuan : nakal, pendusta, menganiaya diri atau orang lain, menyakiti badan orang lain atau hatinya, dan berbagai kelakuan menyimpang lainnya.
c. Pikiran : kemampuan berpikir berkurang, sukar memusatkan perhatian, mudah lupa, tidak dapat melanjutkan rencana yang telah dibuat.
d. Kesehatan tubuh : pe1yakit jasmani yang tidak disebabkan oleh gangguan padajasmani.2
Dalam perspektif Psikologi Islam, semua itu te1jadi clisebabkan
karena menta!itas clan spiritualitas mereka yang clalam keadaan sakit yang
parah. Indikasi yang paling hakiki dari gejala itu adalah telah menghilang
dan memudarnya potensi dan kecerdasan fitrah illahiyah mereka tidak lagi
dapat membedakan antara yang hak clan yang batil secara aplikatif dan
empirik. Dan penyakit itu tidak akan pernah clapat diterapi dengan ala!
terapi apapun kecuali kembali kepada terapi illahiayah, yakni Al-Qur'an
dan As-Sunnah.23 Sebagaimana dijelaskan dalam surah Al-Israa/17: 82
berikut ini:
.
Qセセ@
u1
,..セエォゥQ@
,.. ,..セ[@
,..u:,
セZ_Mlゥ@
"'" ,..c:;:,
Zセ[L@
,..セ@
,..01;:)1;:,..
,..:r;;:,
"Dan Kami menurunkan dari Al-Qur'an sebagai penyembuh dan rahmat bagi orang-orang yang percaya, dan Al-Qur 'an itu tidak akan menambah apapun bagi orang-orang yang berbuat aniaya, kecuali hanya
kerugian." (QS. Al-Israa/17: 82)
22
Zakiah Daradjat, lslcun dan Kesehatan lV!ental, (Jakarta: Gunung Agung, 1993 ), Cet.
Ke-2, h. 9.
3. Faktor Penyebab Terjadinya Perbuatan Kejahatan Narapidana
Mengutip perkataan Bang Napi (dalam acara berita kriminal siang
SERGAP RCTI) "Kejahatan terjadi bukan karena faktor pelakunya
melainkan adanya kesempatan"
Kriminalitas atau kejahatan bisa dilakukan oleh siapa saja, baik
pria, wanita, anak-anak, dewasa maupun lanjut usia. Tindakkannya pun
bisa dilakukannya secara setengah sadar, dorongan paksaan yang kuat oleh
obsesi-obsesi maupun secara tidak sadar. Kejahatan itu bukan merupakan
bawaan sejak lahir (herediter).
Kriminal atau kejahatan adalah tingkah laku yang melanggar
hukum dan melangar norma-norma sosial, sehingga masyarakat
menentangnya.
Pada abad ke-19 dan abad ke-20 para sosiolog mendefinisikan
patologi sosial sebagai sebuah tingkah laku yang bertentangan dengan
norma yang kebaikan, stabilitas lokal, pola kesederhanaan, moral hak
milik, soliadritas kekeluargaan, hidup rukun bertetangga, disiplin,
kebaikan clan hukum formal. Dan yang disebut masalah sosial adalah :
a. Semua bentuk tingkah laku yang melanggar/memperkosa adat istiadat masyarakat clan adat istiadat itu diperlukan untuk menjamin kesejahteraan hidu bersama.
b. Situasi sosial yang dianggap oleh sebagian besra di warga masyarakat sebagai mengganggu, tidak dikehendaki, berbahaya, dan merugikan orang banyak.24
Orang yang melakukan tindakan kriminal didorong di antaranya
oleh ambisi dengan kemampuan pribadinya. Misalnya saja pada masa
26
tidak rnernpunyai kemarnpuan untuk men ca pain ya dengan j alan yang
wajar, rnendorong individu untuk rnelakukan kejahatan.
Faktor lain yang mernbuat narapidana rnelanggar hukurn yaitu,
rnereka cenderung berkepribadian defesien moral yaitu suatu kondisi
individu yang hidupnya delinquen (nakal, jahat) selalu rnelakukan kejahatan dan tingkah laku a-sosial atau anti sosial. Pribadinya cenderung
psikotis clan mengalami regresi, clengan penyimpangan-penyimpangan
relasi manusia. Ia selalu melanggar hukum, norma clan stanclar sosial.
Para narapiclana yang clefisien moral itu, pacla umumnya ticlak bisa
cliperbaiki lagi. Mereka rneajacli recidivist-recidivist yang selalu melakukan krimalitas clengan menuruti instink-instink clan impuls-impuls, kebiasaan-kebiasaan animalistik yang primitif clan renclah.
Selain sebab clefisien moral, juga terclapat motif yang menclorong
mereka melakukan kejahatan dan kedursilaan antara lain aclalah:
a. Untuk memuaskan kecenderungan keserakahan b. Meningkatkan agresivitas dan clorongan seksual
c. Hasrat ingin berkumpul clengan kawan senasib dan sebayanya, clan kesukaan untuk meniru-niru
d. Kecenclerungan pembawaan yang patologis atau abnormal
C. Anak
I. Pengertian Anak
Berbicara mengenai anak selalu dikaitkan dengan batasan umur itu
sendiri. Dalam ha! ini para ahli berbeda pendapat dalam menentukan
batasan umur seorang anak yang dihubungkannya dengan kecakapam1Ya,
di bawah ini terdapat beberapa pendapat tentang penge1iian anak:
a. J. P. Chaplin dalam Kamus Lengkap Psikologi te1jemahan Kartini
Kartono; child (anak, kanak-kanak) adalah seorang anak yang belum
mencapai tingkat kedewasaan. Bergantung pada sifat referensinya,
istilah tersebut bisa berarti seorang individu di antara kelahiran dan
masa pubertas, atau seorang individu di antara kanak-kanak (masa
pertumbuhan, masa kecil) dan masa pubertas.
b. W. J. S. Purwadanninta dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia
berpendapat anak merupakan "turunan keclua", turunan yang
dilahirkan clari sepasang pria clan wanita clalam sebuah ikatan
perkawinan clan menyatakan bahwa anak, manusia yang masih kecil;
misalnya anak itu barn berunmr enam tahun.
c. M. Noor HS., clalam Himpunan lstilah Psikkologi; anak merupakan
masa periocle perkembangan clari masa bayi hingga menjelang masa
pubertas.
Anak merupakan buah hati keclua orang tuanya yang clapat
menyenangkan hati, clan memberikan kebahagiaan serta sebagai perhiasan
pada kehidupan rumah tangga karena suclahlah lengkap kebahagiaan
" Dan orang-orang yag berkata: anugerahkanlah kami istri dan keturunan kami sebagaipenyenang hati (kami) danjadikanlah kami
imam mereka bagi anak-anak yang bertaqwa." (QS. Al-Furqon :71)
Se lama setahun a tau dua tahun terakhir dari masa anak-anak te1j adi
perubahan fisik yang menonj ol dan ha! ini jug a mengakibatkan perubahan
dalam sikap, nilai, dan perilaku dengan menjelang berakhirnya periode ini
dan anak mempersiapkan cliri secara fisik dan psikologis untuk memasuki
masa remaJa.
2. Ciri-ciri Anak
Orang tua, penclidik dan ahli psikologi memberikan berbagai label
kepada periode ini dan label-label ini mencerminkan ciri-ciri penting dari
periode akhir masa kanak-kanak ini.
Label yang digunakan orang tua usia yang menyulitkan; suatu
rnasa di rnana anak ticlak mau lagi mrenuruti perintah clan di mana dia
lebih bayak clipengaruhi oleh teman-teman sebaya claripada orang tua clan
anggota keluarga Iain. Usclia tidak rapih; anak cenclerung tidak
memperdulikan dan ceroboh clalam penampilan dan kamarnya juga sangat
berantakan. U sia bertengkar; suatu usia di mana banyak te1jadi
pertengkaran antara keluarga dan suasana rumah yang tidak
menyenangkan bagi semua anggota keluarga.
untuk keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa dan
mempelajari pelbagai keteramp[ilan penting tertentu, baik keterampilan
kurikuler maupun ekstra kurikuler. Periode kritis; dalam dorongan
berprestasi, suatu masa di mana anak membentuk kebiasaaan untuk
mencapai sukses, tidak sukses, atau sangat sukses.
Label yang digunakan ahli psikologi. Usia berkelompok; suatu
masa di mana perhatian utama anak tertuju pada keinginan diterima oleh
teman-teman sebaya sebagai anggota kerlompok, terutama kelompok yang
bergengsi dalam pandangan teman-teman sebayanya. Usia penyesuaian
diri; usia kreatif; suatu masa dalam kehidupan di mana akan ditentukan
apakah anak-anak menj adi konformis a tau pencipta karya yang barn dan
optimal. Usia bermain; luasnya minat dan kegiatan bermain dan bukan
GAMBARAN UMUM LEMBAGA
PEMASYARAKATAN ANAK WANTA TANGERANG
A. Sejarah Singlrnt Lembaga
Lembaga Pemasyarakatan Anak Wanita Tangerang (selanjutnya
disebut LPA WT) adalah salah satu Unit Pelaksana Teknis Departemen dan
HAM RI yang bertugas melaksanakan system Pemasyarakatan yang dalam
pelasanaan tugas sehari-hari bertanggungjawab langsung ke Kantor Wilayah
Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Provinsi Banten.
LPA WT ini berdomisili atau terletak di Jalan Daan Mogot No. 28 C
Kelurahan Tanah Tinggi - Kodya Tangerang Perovinsi Banten dengan nomor
telepon (021) 5523441 berkapasitas 100 orang dan memiliki urutan sejarah
yang sangat kompleks.
Di awali pada 1928 didirikan Lembaga Pemasyarakatan oleh
pemerintah Hindia Belanda dengan tujuan untuk pengasingan anak-anak Indo
Belanda yang melakukan pelanggaran atau kenakalan, agar tidak membuat
malu pemerintah Belanda yang dikelola oleh yayasan bernama L.O.G.
Kemudian tahun 1934 dari pengelolaan pemerintah Belanda diserahkan
kepada Yayasan swasta yang bernama Pro Yuven Tute lalu tahun 1942
diserahkan kepada pemerintah Jepang, dipergunakan untuk rumah tahanan
perang (terutama anak-anak dan wanita Belanda) yang akan dipulangkan ke
Akademik Militer Tangerang yang dikenal dcngan salah satu pahlawannya
yaitu Daan Magat.
Pada tahun 1950 setelah Indonesia merdeka lalu diambil alih oleh pemerintah RI dan diserahkan atau dikelola oleh yayasan yang bernama Pra Yuwgan dan pada tahun 1962 diambil alih kembali oleh pemerintah RI dan pengelolaannya oleh Departemen Kehakiman yang diberi nama Rumah Pendidikan Negara (RPN).
Dengan lahirnya "Sistem Pemasyarakatan" ini, maka nama RPN
diganti menjadi Lembaga Pemasyaraktan Anak Wanita Tangerang pada tahun
1864 dan pernah juga dipergunakan untuk Kampus Akademi Ilmu Pemasyarakatan (AKIP). Kemudian tahun 1977 dengan adanya surat Keputusan Menteri Kehakiman RI tentang Struktur Organisasi Departemen
Kehakiman namanya berubah menjadi LPA WT
Akhirnya pada tahun 1985 dengan adanya surat Keputusan Menteri Kehakiman tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja LAPAS (Lembaga
Pemasyarakatan), maka namanya berubah menjadi LAPAS Klas II B Anak
Wanita Tangerang. (Keputusan Menteri Kehakiman R.I No: MO!- PR. 07. 03
Tahunl 995, tanggal 26 Februari 1985 tentang Struktur Organisasi). Selanjutnya m1tuk "Tembok LAPAS: Hendalmya diartikan sebagai tembok
fisik saja, sedangkan secara psikologis tidak ada lagi yang membatasi
narapidana dengan masyarakat."1
1
B. Visi, Misi, Tujuan, Sasaran dan Motto
1. Visi
Memulihkan kesatuan hubungan hidup, kehidupan dan
penghiclupan Waga Binaan Peamasyarakatan (selanjuitnya clisingkat
WBP) LP A WT sebagai individu, anggota masyarakat dan makhluk Tuhan
Yang Maha Esa (membangun mausia mandiri).2
2. Misi
Melaksanakan perawatan tahanan pembinaan dan pembirnbingan
WBP LP A WT dalam kerangka penegakkan lmkurn pencegahan dan
penanggulangan kejahatan serta perlindungan hale asasi manusia.3
3. Tujuan
Mernbentuk WBP LP A WT agar rnenjadi manus1a seutulmya,
menyaclari kesalahannya, memperbaiki diri clan tidak mengulangi tindak
pidana, sehingga dapat cliterirna kembali oleh lingkungan rnasyarakat,
dapat aktif berperan dalarn pernbangunan dan dapat hidup wajar sebagai
warga yang baik dan bertanggungjawab.4
4. Sasaran
Sasaran pembinaan dan pembimbingan WBP LP A WT adalah
rneningkatkan kualitas WBP yang pada awalnya sebagian atau seluruhnya
dalarn kondisi kurang diantaranya, yaitu:5
2
Ibid
3
Ibid
4
a. Kualitas ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
b. Kualitas intelektual.
c. Kualitas sikap dan perilaku.
d. Kualitas profesionalisme atau keterampilan.
e. Kualitas kesehatan jasmani dan rohani.
5. Motto
"/Jerpikir Bersama, !Jeke1ja !Jersm11a, Be1jala11 /Jersm11a, 1\iaj11
/Jersama, Berhasil Bersama. "6
C. Dasar Hukum
Adapun yang dij adikan dasar-dasar hukum LP A WT di antaranya: 7
I. Landasan Idiologi 2. Landasan Kontitutional
3. Landasan Operasional
D. Struktur Organisasi
: Pancasila
: UUD 1945 GBHN
- KUHP
Struktur organisasi pada LP A WT ini menggambarkan tentang
rnekanisme pola hubungan yang menunjukkan kedudukan, tugas wewenang
dan tanggung jawab yang berbeda dalam suatu organisasi. Untuk bagan
struktur organisasi LP A WT ini adalah berbentuk piramida. 8
6
Ibid
Piramida adalah bentuk pokok yang paling sederhana dan yang paling
mudah dibuat. Menurut Keputusan Menteri Kehakiman RI No:
M.Ol-PR.07.03 Tahun 1985, Pasal: 45. LPAWT terdiri dari (adapun strnktur
orgamsas1 LPA WT lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran di akhir
halaman) :
1. Sub Bagian Tata Usaha
Men1pu11yai tugas 111elalcukan urusan tata usaha da11 ru111ah tangga
LAP AS.
Pasal 47 : Untuk menyelenggarakan tugas tersebut pada pasal 64 Seksi
Bagian Tata Usaha mempunyai fungsi, yaitu sebagai berikut:
a. Melakukan urusan kepegawaian dan keuangan.
b. Melakukan urusan surat menyurat, perlengkapan serta
rumah tangga.
2. Seksi Bimbingan Narapidana atau Anak Didik dan Kegiatan Ke1ja
Mempunyai tugas memberikan bimbingan pemasyarakatan bagi
narapidana (anak didik) dan bimbingan kerja
Pasal 51 : Untuk menyelenggarakan tugas tersebut pada pasal 50, Seksi
Bimbingan Narapidana atau Anak Didik dan Kegiatan Kerja
mempunyai fungsi, sebagai berikut:
a. Melakukan registrasi dan membuat statistic sidik jari serta
memberikan bimbingan pemasyarakatan bagi narapidana
(anak diidik).
b. Mengurus kesehatan dan memberikan perawatan bagi
c. Melakukan pengawalan, penerimaan, penempatan dan
pengeluai:an narapidana (anak didik).
d. Melakuakn pemeriksaan terhadap pelanggaran keamanan
e. Membuat laporan harian dan berita acara pelaksanaan
pengamanan.
E. Tugas Pokok dan Fungsi
Adapun tugas pokok dan fungsi LP A WT adalah sebagai berikut:9
I. Lebih menitikberatkan pada bidang pendidikan, baik fonnal maupun
non-formal.
2. Pelatihan-pelatihan, kursus-kursus yang cenderung pada upaya
pembekalan atau penambahan ilmu pengrtahuan, bukan berorintasi pada
masalah produksi.
Dengan diberikan pelatihan-pelatihan dan kursus-kursus diharapkan dapat
dijadikan bekal bagi mereka di rnasyarakat luar guna memenuhi kebutuhan
ekonomi yang selama ini menjadi alasan untuk melakukan pelanggaran
hukum.
3. Lebih diutamakan pada pembinaan atau pendidikan dengan
mengedapankan pemenuhan hak-hak dan perlindungan anak serta
keberpihakan pacla anak.
Meskipun anak-anak di LPA WT telah melakukan pelanggaran hukum,
namun mereka masih tetap mendapatkan hak-hak mereka untuk tumbuh
berkembang, seperti halnya mereka berhak mendapatkan pendiclikan baik
itu formal maupun non formal, serta bimbingan dari para sipir LP A WT
layalrnya orang tua sendiri.
F. Program Kegiatan Pembinaan
Warga Binaan LPAWT, berdasarkan UU No. 12 Talrnn 1995 pasal 1
ayat 8a, 8b, 8c. terbagi dalam: 10
1. Analc Pidana: yaitu anak yang bedasarkan putusan pengadilan menj alani
pidana di LPA WT anak paling lama sampai berumur 18 (delapan belas)
tahun.
2. Anak Negara: yaitu anak yang bedasarkan putusan pengadilan diserahkan
pada Negara untuk dididik dan ditempatkan di LPA WT Anak paling lama
sampai berumur 18 (delapan belas) tahun.
3. Anak Sipil: yaitu anak yang atas peennintaan orang tua atau walinya
memperoleh penetapan pengadilan untuk diclidik di LP A WT Anak paling
lama sampai berumur 18 (clelapan belas) tahun.
Sesuai dengan ketentuan di atas (Anak Diclilc LP A WT yang masih berusia di bawah umur 18 tahun clan untuk menunjang program Pemerintal1
mengenai Wajib Belajar baik jasmani maupun rohani, maka pembinaan yang
cliberikan adalah:
1. Pembinaan kesaclaran beragama, cliantaranya:
a. Belajar membaca Al-qur'an.
b. Membentuk manusia yang beragama dengan mempelajari,
c. Belajar sopan santun, saling hormat menghormati dan saling
menghargai sesama Anak Didik.
d. Menciptakan rasa aman dan saling melindungi dengan cara
menempatkan Anak Didik di dalam satu paviliyw1 dan diawasi oleh
petugas paviliyun.
2. Pembinaan kesadaran berbangsa dan bernegara
3. Pembinaan kemampuan intelektual (kecerdasan), yalmi dengan pendidikan
formal (sekolah) untuk meningkatkan dan memberi bekal masa depan
Anak Didik dengan melalui pendidikan SD dan SLTP.
a. Pendidikan Sekolah Dasar (SD).
Di dalam LP A WT diselenggarakan pendidikan SD dan bernama SD
Istimewa III, merupakan perpaduan pelajaran SD biasa dan SD luar
biasa, keistimewaan tersebut terletak pada:
I) Jumlah murid.
2) Usia murid.
3) Permasalahan yang dihadapi.
4) Pelaksanaan pendidikan (misal: EBTANAS).
SD Istimewa III di bawah pengawasan dan bimbingan Kan. Dile. Bud.
Jakarta Baral di Cengkareng, status sama seperti SD swasta lainnya.
b. Pendidikan SLTP.
Bagi anak Didik yag telah memenuhi syarat (sudah tamat SD
berkemauan dan berkemampuan memadai serta sudah memenuhi
melanjutkan ke SL TP yang beraclacli LP AN Anak Pria Tangerang clengan pengawalan petugas.
c. Demikian juga apabila acla yang ingin melanjutkan ke SL TA. 4. Pembinaan kesaclaran lrnkum.
5. Pembinaan mengintegrasikan cliri clengan masyarakat: a. Kunj ungan keluarga.
b. Berkirim surat.
c. Kunjungan tamu ( organisasi) ke clalam LP A WT. cl. Cuti.
e. Kegiatan pramuka di luar tembok. f. Melakukan sholat led di luar tembok.
6. Pembinaan keterampilan clan non-formal laim1ya, yaitu: a. Belajar keterampilan menjahit, merencla clan memasak. b. Belajar keterampilan bercocok tanam.
c. Mengikuti kegiatan pramuka. cl. Perpustakaan.
e. Hiburan atau rekreasi clan olah raga.
7. Pembinaan clalam bentuk pelayanan, cliantaranya yaitu: a. Pemberian pelayanan perawatan (jasmani)
I) Mengolah clan menyajikan makanan untuk anak cliclik tiga kali clalam sehari.
3) Pemberian sarana kebersihan berupa sabun mandi, odol dan sikat
gigi satu kali dalam satu bulan, sabun cuci, shampoo setiap hari
sabtu, baju harian berwarna biru dua kali dalam satu tahun, baju
sekolah dan sebagainya.
4) Perlengkapan sholat.
5) Perlengkapan tidur.
6) Perlengkapan rnakan.
b. Pembentukan sifat disiplin (kedisiplinan), dengan melalui ape!
kegiatan pergantianjaga, ape! akan dan sebagainya.
1) Pembagian tugas tiap Anak Didik
2) Bertanggungjawab kepada barang-barang yang telah dibagikan.
G. Sarana clan Prasarana
Ada pun sarana dan prasarana yang dimiliki LP A WT diantaranya: 11
I. Bentuk bangunan dengan luas tanah 67.841,41 M yang terdiri dari:
a. Bangunan untuk kegiatan LPA WT.
b. Rumah dinas sebanyak dua buah.
c. Rumah jabatan sebanyak empat buah.
d. Lahan untuk halaman dan latihan bercocok tanam Anak Didik.
2. Bangunan-bangunan LP A WT terdiri dari:
Bangunan ini didirikan pada tahun 1926 dan sekarang sudah mengalami
perbaikan, namun bentuknya masih tetap.
09.00-11.30
5. Apel pagi.
6. Membersihkan Iingkungan.
7. Masuk pada kegiatan sesuai pembinaan yang tel ah diberikan lewat TPP.
8. Pendidikan:
a. Formal: SD Istimewa (bagi anak didik) b. Non-Formal:
I) Ke jar paket A (narapidana dewasa). 2) Pesantren.
3) NA (Narcotic Anonimous).
4) Kursus-kursus atau pelatihan-pelatihan keterampilan. c. Kegiatan keterarnpilan antara Iain:
1) Sul am, me1zjahit clan mote. 2) Salon.
3) Masak.
4) Cocok tanam bunga anggrek clan perkebunan sayur. (Pembinaan kegiatan keterampilan ini, beke1jasama dengan: Dinas Penclidikan dan Kebuclayaan, LSM (Lembaga Swaclaya Masyarakat) PLAN, dan perorangan).
d. Kegiatan keagamaan.
g. Shalat.
h. Apel siang.
1. Makan siang. 13.00-17.30
9. Pendidikan agama Islam.
I 0. Bersih-bersih lingkungan dan siram bunga.
11. Mandi dan makan sore.
ANALISA DATA
A. Gambaran Umum Narapiclana
Sebelumnya pada bab ini penulis memberikan gambaran secara unrnm
mengenai responden dalam ha! ini narapidana anak selanjutnya di sebut anak
didik, yang penulis dapat berdasarkan hasil wawancara pada tanggal 18
Januari 2008, di antaranya:
1. Nama : Febri (Nama Samaran)
Usia : 14 tahun
Kasus : Pecurian dengan status anak negara
Adalah anak remaja perempuan yang sejak ia masih berusia 8 tahun
telah ditinggalkan orang tua karena bercerai. Beruntung ia masih
mempunyai seorang paman dari ibunya di Balikpapan yang mau
mengasuhnya dan membesarkannya wa!aupun pamannya tersebut termasuk
orang yang jarang di rumah karena ia termasuk orang yang sibuk dengan
pekerjaannya. Meskipun clemikian segala kebutuhan yang diperlukan akan
segera dipenuhi oleh pamannya karena ia sudah dianggap seperti anak
kandungnya sendiri.
Ketika ia sudah menginjak kelas 2 SMP, ia dilaporkan oleh bibinya
melakukan tindakan pencurian handphone dan uang sebesar 1.900.000
rupiah milik pamannya sendiri yang cligunakan untuk membayar kos-kosan
mengenalkannya dengan NARK.OBA. Hingga suatu saat ketika ia di tes fisik
untuk masuk sebuah STM diketalmi jika ia merupakan seorang pemakai
NARK.OBA, kemudian ia diaporkan dan akhirnya pada tanggal 23 Agustus
2005 lalu mendekam di LPAWT.
3. Nama : Lida
Usia : 16 Tahun
Kasus : Pemakai narkoba
Lida anak ke tiga dari empat bersaudara. Kedua orang tuanya sudah
meninggal. Ayahnya meninggal saat dia kelas dua SD kira-kira sekitar usia 8
tahun, sedangkan ibunya meninggal setelah Lida lulus SD. Dia dan tiga
saudaranya tinggal bersama neneknya. Lulus dari SD dia tidak dapat
melanjutkan pendidikannya karena faktor ekonomi. Kakak sulungnya
bekerja sebagai tukang ojek, sedangkan kakaknya yang kedua meninggal
karena kecelakaan, adiknya yang Iebih beruntung bisa melanjutkan
pendidikan hingga SMP hanya bisa membantu nenelmya beke1ja sebagai
pencari rumput.
Melihat kondisi ekonomi yang sulit diapun berpikir untuk mencari
pekerjaan, meskipun di usianya yang terbilang masih belum cukup untuk
beke1ja. Namun, dia dapatkan juga pekerjaan di sebuah club bilyard daerah
Depok, tapi ternyata tak bertahan lama dia dipecat. Kemudian dia beralih
sebagai pengamen dari sinilah perilakunya tidak terkontrol Iagi, sifatnya yang
pengaruh semua itulah yang pada akhirnya membawa dia terlibat dalarn aksi
pengroyokan yang dilakukan temannya, sehingga harus berurusan dengan
pihak berwajib dan rnernbuatnya pula ュ・Qセ。ャ。ョゥ@ akibat perbuatannya di dalarn
LPAWT.
B. Penggunaan Metode Pembinaan Mental Spiritual Narapidana Anak
Metode rnerupakan cara yang dapat mernperrnudah jalanan sesuatu
agar tercapai tujuan secara efektif dan efisien. Bimbingan rohani Islam
merupakan suatu bantuan kepada seorang atau kelompok berupa bantuan yang
banyak bersifat mental spiritual, sehingga dapat menolong dirinya dalam
memecahkan rnasalah dengan berdasarkan keimanan yang dimilikinya
Untuk rnengungkapkan potensi iman dan taqwa sehingga menjadi daya
dorong kernampuan pribadi anak bimbing yang berada dalarn kesulitan mental
spiritualnya baik disebabkan oleh faktor-faktor dalam dirinya sendiri maupun
faktor-faktor dari luar dirinya, maka anak bimbing perlu rnendapat pembinaan
dan didekati rnelalui suatu rnetode.
Metode pernbinaan mental spiritual yang dilaksanakan di LPA WT
(Lembaga Pemasyaraktan Anak Wanita Tangerang) melalui program kegiatan
keagarnaan pada umumnya memiliki kesamaan dengan lembaga-lembaga
yang lainnya (lembaga pendidikan maupun rehabilitasi). Hasil pengamatan
penulis, cara atau rnetode yang selama ini digunakan oleh para pembina di
I. Metode Wawancara
Salah satu cara memperoleh fakta-fakta kejiwaan yang dapat
dijadikan bahan pemetaan tentang bagaimana sebenarnya hidup kejiwaan
anak binaan pada saat tertentu yang memerlukan bantuan secara individual
(pribadi) dengan jalan melakukan tanya jawab yang dilakukan empat mata
antara pembina dan anak didik. Hal ini dimaksudkan agar dapat
memberikan jalan atau solusi terhadap persoalan anak didik, supaya
mereka mendapat tuntunan jalan yang baik serta dorongan agar
mendapatkan kesadaran serta keinsyafan dalam menjalani kehidupan ini,
dengan harapan dapat menjadi orang yang memiliki pegangan keagamaan
dan perilaku yang baik. Seperti yang diungkapkan Iida, berikut ini:
" ... awalnya saya ditanya sama pak Ustad Wawan, karnu barn disini? Terus juga ditanya tentang sebab kenapa saya masuk kesini, kasusnya apa, terns berapa lama saya menjalani masa hukuman di sini. Nah dari situ saya jadi mulai beranikan diri buat tanya-tanya sama ustad kalo-kalo ada yang
saya ngga ngerti ... " ungkapnya. 1
Di LP A WT ini, mereka anak didik yang mengalami ketidak
mengertian akan sebuah persoalan baik yang bersifat pribadi maupun yang
bersifat umum (lingkungan masyarakat dan keluarga) dapat berkonsultasi
dan bertanya kepada pembina. Pada metode ini bagi anak didik yang ingin
berkonsultasi datang sendiri kepada pembina atau aparat yang rnereka rasa
dekat dan nyaman sehingga dapat rnenanggapi keluh kesah yang mereka
alami. Layanan ini dilakukan oleh setiap pernbina yang ada di LPA WT,
contohnya Ustad Syarif Effendi (pembina narapi<lana dari yayasan Badan
Koordiasi Bimbingan Rohani Islam Nasional di singkat BKBRIN) dalam
memberikan konsultasi, beliau menuturkan:
"Setelah pengajian selesai biasanya ada sebagian dari mereka yang datang ke tempat duduk saya untuk bertanya mengenai materi yang disampaikan atau hal-hal di luar materi saat itu yang belum mereka paham
dan membingungkan atau bahkan ada yang meminta pendapat dan
nasehat tentang masalah yang mereka alami, biasanya mereka cerita tentang keluarganya. "2
Beberapa aparat LPA WT (Sipir) maupun pembina memang
menyediakan waktunya untuk menjadi fasilitator yang dituntut dapat
mengerti akan permasalahan anak didik. Kegiatan konsultasi ini hanya
bisa dilakukan setelah kegiatan pembinaan agama/pengajian selesai, waktu
yang digunakan kurang lebih hanya setengah jam. Namun, apabila ada
anak didik yang akan bebas atau keluar, mendapat kesempatan bahkan
dianjurkan untuk berkonsultasi dengan sipir LPA WT, guna mendapatkan
arahan-arahan sebagai bekal di luar (lingkungan masyarakat).
2. Metode Ceramah
Ceramah merupakan satu tehnik pembinaan atau bimbingan yang
memberikan uraian atau penjelasan secara lisan yang banyak diwarnai oleh
karaktristik dan gaya bicarn seorang da'i atau pembina. Dalam metode ini,
pembina memberikan materi bimbingan kepada anak didik berdasarkan
kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki dan dikuasai, dengan
menggunakan bahasa ya;1g lugas, j elas dan mudah dipahami serta sedikit
humor.
Dengan adanya sedikit canda atau diselingi satu game/permainan
yang memberikan suatu motivasi juga dapat menghilangkan kejenuhan
yang biasanya dirasakan oleh mad'u/anak didik pada saat penerimaan
materi yang disampaikan, sehingga akan menghalangi anak didik untuk
bisa memahami apa yang dijelaskan oleh pembmbing karena tebawa
suasana yang membosankan. Seperti yang diungkapkan Febri, berikut ini:
" ... ada diselingi canda-candanya dikit biar lebih ini gitu, kan
biasanya kadang suka ngantuk, biasanya kalau ceramahnya: iya! Kalian
gini-gini!, kalo diselingi tawa ada game-maenya gitu kan ngga ngantuk,
ngga bosen. "3
Metode ceramah sama halnya dengan mau 'idah hasanah atau
nasehat yang baik. Dari ceramah-ceramah yang selalu diikuti kemudian
dipahami menjadikan kita talm hal-hal apa yang diperbolehkan dan yang
dilarang agama, dan ini merupakan satu cara untuk bisa interospeksi diri.4
Pada metode ini tak banyak anak didik yang aktif, mereka hanya
mendengarkan penjelasan-penjelasan materi yang sedm1g dijelaskan
pembina. Namun, di LPA WT metode ceramah ini lebih sering digunakm1
pada saat bimbingan secara berkelompok, karena menurut pembina
3
metode ini lebih efektif. Seperti yang diungkapkan Ustad Syarif Effendi
mengenai a!asan penggunaan metode ini:
"Metode yang sering itu ya ceramah, karena ya itu tadi kalau kita
bikin khalaqoh (melingkar-lingkar) kekurangan tenaga pengajar, jadi selama ini yang paling dominan cuma ceramah, dakwah bi! lisan di
dalamnya sekali-kali mereka kita ajak dialog."5
Hal senada juga diungkapkan oleh Ustad Wawan, pembina dari
FUIT (Forum Ukhuwah Islam Tangerang) yakni: "yang jelas metode
ceramah sering digunakan, karena kita terdesak waktu se1ia banyaknya
jumlah peserta didik (narapidana anak) dengan guru yang ada, jadi sarana
yang terbatas. "6
Adapun materi ceramah atau bimbingan yang sering disampaikan
dalam pembinaan mental spiritual di LP A WT adalah tentang fiqh, aqidah
akhlak, Al-qur'an dan hadist, tajwid serta sejarnh kebudayaan Islam.
3. Metode Dialog a tau Tanya Jawab
U ntuk menghindari dan menghilangkan sikap pasif pada anak didik,
dalam pelaksanaan pembinaan mental spiritual melalui metode ceramah,