ANALISIS KLASIFIKASI TIPOLOGI DESA
DIKECAMATAN BUNTU PANE
KABUPATEN ASAHAN
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
DEWI ARISKA MANURUNG NIM. 309131009
JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
ABSTRAK
Dewi Ariska Manurung Nim.309131009.Analisis Klasifikasi Tipologi Desa Di Kecamatan Buntu Pane Kabupaten Asahan. Skripsi Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan 2015.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tipologi desa yang ada di Kecamatan Buntu Pane Kabupaten Asahan.
Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Buntu Pane pada tahun 2014, Populasi dalam penelitian ini adalah seluruhdesa di Kecamatan Buntu Pane yang mencakup sembilan desa dan sekaligus menjadi sampel penelitian. Teknik pengumpul data yang digunakan pada penelitian ini menggunakan studi dokumentasi dengan alat pengumpul datanya berupa daftar isian sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No.12 Tahun 2007 dan teknik pengolahan data dilakukan melalui metode deskriptif kualitatif.
KATA PENGANTAR
Dengan kerendahan hati penulis ucapkan puji syukur Kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan Rahmat dan Karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul; “Analisis Klasifikasi Tipologi Desa Di Kecamatan Buntu Pane Kabupaten Asahan “sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.
Dalam penulisan skripsi ini banyak pihak yang memberikan bantuan, bimbingan,
arahan baik moral spiritual dan material sehingga skripsi ini dapat tersusun sampai selesai.
Maka pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang
sedalam-dalamnya kepada ;
1. Bapak Prof. Dr.Ibnu Hajar Damanik, M.Si selaku Rektor Unimed
2. Bapak Dr. H. Restu,M.S selaku Dekan FIS UNIMED
3. Bapak Drs. Ali Nurman, M.Si selaku Ketua Jurusan Pendidikan Geografi UNIMED
4. Ibu Dra.Asnidar,M.Si selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Geografi UNIMED
5. Ibu Dra.Nurmala Berutu.M.Pd selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak
memberikan bantuan kepada penulis berupa waktu, bimbingan, motivasi serta saran-saran
awal penulisan proposal sampai akhir skripsi ini dapat terselesaikan.
6. Bapak Drs. Muhammad Arif,M.Pd selaku Pembimbing Akademik yang telah
memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis selama dibangku perkuliahan.
7. Bapak/Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Geografi yang telah membekali penulis dengan
ilmu pengetahuan selama perkuliahan.
8. Teristimewa kepada kedua orang tua tercinta Ayahanda Alm. Kamaluddin Manurung dan
Ibunda Nurhayati yang telah mengasuh, membesarkan dan mendidik penulis dengan
penuh kasih sayang sehingga dapat menyelesaikan pendidikan ini, juga untuk doa,
motivasi, dan materi kepada penulis selama masa studi hingga saat ini.
9. Terimakasih untuk kakak Trisnani Mamy Manurung, Sri Mulyani Manurung dan abangda
Isnawan Surya Manurung dan Ibnu Fadlan Damanik, serta seluruh anggota keluarga
Salsabila Gunawan Br.Sianipar, Zaskia Putri Gunawan Br.Sianipar, Wandana Alfisyahri
Sitorus, Gusti Helmisyahri Sitorus dan Aziz Pratama Surya Manurung yang telah
10.Bapak Camat Kecamatan Buntu Pane beserta jajaran yang telah memberikan izin
penelitian kepada penulis.
11.Terima kasih kepada seluruh teman-teman stambuk 2009 kelas B Reguler, terkhusus
teman-teman diakhir-akhir masa penyelesaiaan skripsi ini Tiopanta Sitohang, Nurpita
Purba, Hilda Rizky Sipayung, abangda Taufik dan teman-teman lainnya yang tidak dapat
disebutkan satu persatu.
Akhir kata penulis menyadari sebagai manusia biasa, tentu dalam penulisan skripsi ini
masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan oleh karenanya dengan segala keterbukaan,
penulis harapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari bapak/ibu dosen. Semoga
skripsi ini bermanfaat dan berguna bagi kita semua.
Medan, Maret 2015
Penulis
DAFTAR ISI
Hal
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... i
LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN... ii
KATA PENGANTAR ... iii
C. Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional ... 28
D. Teknik Pengumpulan Data ... 32
BAB IV DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN
A. Kondisi Fisik Wilayah Penelitian ... 34
B. Kondisi Non Fisik Wilayah Penelitian ... 39
C. Kondisi Sarana dan Prasarana ... 45
BAB V HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian ... 49
B. Pembahasan ... 117
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 129
B. Saran ... 129
DAFTAR PUSTAKA ... 131
iii
DAFTAR GAMBAR
No. Uraian Hal
1. Kerangka Berpikir... ... 27
2. Peta Kabupaten Asahan... ... 35
3. Peta Kecamatan Buntu Pane... ... 36
4. Bentuk Aktivitas Ekonomi Masyarakat... ... 63
5. Salah Satu Lembaga Pendidikan Formal Sekolah Dasar Yang AdaDi Kecamatan Buntu Pane... ... 68
6. Salah Satu Lembaga Pendidikan Formal Sekolah Dasar Yang AdaDi Kecamatan Buntu Pane... ... 69
7. Fasilitas Kesehatan Yang Tersedia Di Kecamatan Buntu Pane... ... 81
8. Fasilitas Kesehatan Yang Tersedia Di Kecamatan Buntu Pane... ... 82
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan salah satu negara sedang berkembang yang
mengalami perubahan, baik kota-kota besar maupun daerah-daerah belakangnya
(hinterland), dalam hal ini adalah pedesaan. Pengembangan daerah perdesaan
merupakan suatu strategi pembangunan yang bertujuan untuk meningkatkan tata
kehidupan sosial ekonomi penduduk, karena itu pola pengembangannya diarahkan
pada peningkatan produktivitas masyarakat desa dengan cara memodernisasikan
sumber daya manusia yang dapat meningkatkan pendapatan perdesaan.
Desa diibaratkan sebuah sumber yang memercikkan “segala potensi alam”
yang dikelola oleh masyarakat untuk memenuhi segala kebutuhannya. Petani
berharap banyak dari alam, penambang berburu isi bumi dari alam,pelaut
(nelayan) pergi berlayar mendapatkan hasil tangkapan dari alam. Warga kota
mengharapkan hasil alam dari desa (dari sektor pertanian) berupa bahan makanan
(food) dan bahan mentah (raw material), dan semua bermula dari wilayah desa
dan pesisir (Hasid, 2010).Di luar dari segenap urgensi keberadaan dan potensi
alam yang dimilikinya, desa masih identik dengan ketertinggalan, karena akses
dasar masih begitu minim, sehingga membuat orang-orang tak berdaya untuk
mengaktualisasikan segenap potensi yang dimilikinya (Sajogyo dan
Pengembangan daerah perdesaan diharapkan mampu menggeser
kedudukannya dari masyarakat tradisional ke masyarakat yang ikut ambil bagian
di dalam kegiatan ekonomi. Sumber daya manusia yang beragam, suku, agama,
tradisi, budaya serta bahasanya merupakan aset sosio kultural geografis yang
penting dikembangkan sebagai aset kearifan lokal dalam pembangunan wilayah
dan pengelolaan sumber daya serta lingkungan (Sugiharto,2007).
Secara umum di Indonesia dan Sumatera Utara pada khususnya, dapat
dilihat bahwa kondisi wilayah perdesaan memang masih jauh tertinggal dari
wilayah perkotaan baik dari kualitas infrastruktur, komunikasi dan informasi,
ketersediaan fasilitas umum serta pelayanan publik. Selain itu terjadinya
penyebaran fasilitas sarana dan prasarana umum yang tidak merata atau hanya
tersedia di beberapa desa semakin memperburuk kondisi desa-desa yang
tertinggal. Kondisi ini mengakibatkan lahirnya berbagai kesenjangan baik dari
aspek kesejahteraan, pendidikan, wawasan, informasi dan lain sebagainya. Pada
saat yang bersamaan seiring waktu masyarakat sangat membutuhkan adanya
peningkatan kesejahteraan, peningkatan wawasan, kualitas pendidikan dan
layanan lainnya yang tidak didapat secara layak di desanya, sehingga mendorong
mereka untuk mendekati perkotaan atau berpindah ke wilayah perkotaan.
Dalam Pembangunan suatu wilayah, perencanaan adalah suatu hal yang
utama sebab dengan perencanaan yang tepat akan menimbulkan dampak positif
terhadap daerah itu sendiri. Perencanaan yang tepat adalah sebuah perencanaan
yang dibuat atas dasar potensi atau keunggulan yang dimiliki daerah tersebut.
Perencanaan juga akan menjadi bahan dalam membuat sebuah kebijakan
Konsep perencanaan wilayah merupakan tindak lanjut dari kegiatan
perencanaan yang dilakukan karena adanya perbedaan kepentingan,
permasalahan, ciri dan karateristik dari masing-masing daerah/wilayah yang
menuntut adanya campur tangan pihak pemerintah pada tingkat wilayah.
Perecanaan wilayah dilakukan sebagai upaya untuk mengantisipasi permasalahan
dimasing-masing wilayah dan mengupayakan keseimbangan pembangunan antar
wilayah. Peran utamanya adalah mengatasi secara langsung persoalan-persoalan
yang berkenaan dengan pembangunan ditingkat wilayah.
Kabupaten Asahan merupakan salah satu Kabupaten yang terdapat di
Sumatera Utara dan berada di kawasan Pantai Timur Sumatera Utara. Secara
geografis Kabupaten Asahan berada pada 2003’00” LU - 3010’00" LU, 99001’ BT
-100000’BT dengan ketinggian 0 – 1.000 m di atas permukaan laut. Kabupaten
Asahan menempati area seluas 371.945 Ha (3.719,45 km2)yang terdiri dari 13
Kecamatan dan 176 Desa/Kelurahan Definitif.Konsentrasi pembangunan
perekonomian Kabupaten Asahan masih tetap mengarah kepada pembangunan
pertanian, infrastruktur, pendidikan, kesehatan dan bidang perekonomian lainnya
(http://pemkab-asahan.go.id) (diakses pada tanggal 21 November 2013
pukul22:47 WIB).
Kabupaten Asahan merupakan salah satu sentra perkebunan di Sumatera
Utara. Melihat hal tersebut seharusnya Kabupaten Asahan mampu mewujudkan
pembangunan yang merata di setiap wilayah. Akan tetapi, hal tersebut sulit untuk
terwujud karena adanya kendala yang dihadapi pemerintah Kabupaten Asahan
dalam hal penyediaan sarana dan prsarana, penumbuhan usaha agroindustri di
terbatasnya anggaran pembangunan. (http://pemkab-asahan.go.id) (diakses pada
tanggal 21 November 2013 pukul22:47 WIB).
Salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Asahan adalah Kecamatan
Buntu Pane, memiliki luas wilayah 15.719 Ha (157,19 Km2), dan ketinggian
16-72 meter di atas permukaan laut. Secara administratif Kecamatan Buntu Pane
terbagi atas delapan (8) desa dan satu (1) kelurahan, yaitu Desa Lestari, Desa
Buntu Pane, Desa Ambalutu, Desa Prapat Janji, Desa Sionggang, Desa Karya
Ambalutu, Desa Perkebunan Sei Silau,Desa Mekar Sari dan Kelurahan Sei Silau
Timur. (Kecamatan Buntu Pane dalam angka 2013)
Desa dan kelurahan yang terdapat di Kecamatan Buntu Pane Kabupaten
Asahan merupakan desa yang mulai berkembang apabila dilihat dari
perkembangannya dan ketersediaan pelayanan umum serta sarana dan prasarana
yang ada. Namun hal ini tidak di alami oleh semua desa, dalam arti pembangunan
desa di Kecamatan Buntu Pane ini masih belum merata dan hanya terpusat pada
desa-desa tertentu saja, hal ini tentu saja secara kasat mata akan menunjukkan
adanya kesenjangan sosial dan kesenjangan pembangunan yang terjadi.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Katalog BPS Kecamatan Buntu Pane dalam
angka Tahun 2013 menunjukkan bahwa seluruh desa yang ada di Kecamatan
Buntu Pane termasuk klasifikasi desa swasembada atau desa yang sudah
tergolong maju, akan tetapi berdasarkan hasil pengamatan di lapangan pada
penelitian pendahuluan menunjukkan adanya desa-desa yang masih terpencil dan
memiliki akses mobilitas yang tidak memadai seperti kondisi jalan yang buruk
dan tidak bisa dilalui sepanjang tahun ditambah jauhnya jarak yang harus
sarana dan prasarana umum di desa-desa terpencil seperti puskesmas atau klinik,
sekolah, mulai dari sekolah dasar sampai sekolah menengah serta masih adanya
desa yang belum mendapat pasokan listrik. Sejalan dengan hal tersebut, penelitian
ini dilakukan untuk mengetahui tipologidesa-desa di KecamatanBuntu pane
berdasarkan tingkat perkembangannya serta membandingkan data tipologi desa
yang telah diperoleh dengan hasil penelitian pengklasifikasian tipologi desa di
Kecamatan Buntu Pane ini.
Tipologi desa merupakan salah satu cara untuk mengenal desa berdasarkan
karakter desa menurut potensinya. Menentukan tipologi desa di Kecamatan Buntu
Pane ini dilakukan agar mengetahui perbedaan tipe-tipe desa berdasarkan tingkat
perkembangannya. Dimana tipologi desa dalam kaitannya dengan pembangunan
merupakan indikasi tahap pembangunan desa, sehingga penelaahan tipologi desa
menjadi hal yang penting untuk mengetahui potensi desa bagi keperluan
pengembangan wilayah.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi
identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah; (1) termasuk kedalam tipologi
apa saja desa-desa yang ada di Kecamatan Buntu Pane (2) bagaimanakah tingkat
perkembangan desa-desa di Kecamatan Buntu Pane (3) apa saja potensi dan
kendala yang di hadapi dalam perkembangan desa-desa di Kecamatan Buntu Pane
(4) apa sajakah faktor penyebab perbedaan tipologi desa di Kecamatan Buntu
Pane (5) bagaimana cara mengatasi kesenjangan sosial dan ekonomi desa yang
C. Pembatasan Masalah
Melihat luasnya permasalahan yang tercakup dalam identifikasi, maka
penelitian ini dibatasi pada klasifikasi tipologi desa di Kecamatan Buntu Pane,
termasuk di dalamnya kelurahan sebagai wilayah setingkat desa.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah, maka yang menjadi rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah bagaimana klasifikasi tipologi desa yang ada di
Kecamatan Buntu Pane Kabupaten Asahan.
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui klasifikasi
tipologi desa di Kecamatan Buntu Pane Kabupaten Asahan.
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah, khususnya pemerintah daerah untuk
melengkapi ilmu pengetahuan yang terkait dengan kewilayahan, dan
pengembangan wilayah pedesaan di Kecamatan Buntu Pane.
2. Menambah pengetahuan penulis dalam mempelajari serta mengetahui tentang
pengembangan wilayah.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan, maka dapat
disimpulkan bahwa:
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No.12 Tahun 2007diketahui bahwa
dari delapan desa dan satu kelurahan yang ada di Kecamatan Buntu Pane yang
termasuk ke dalam tipe desa Swakarya hanya Desa Prapat Janji Dan Kelurahan
Sei Silau Timur dan berdasarkan tingkat perkembangannya termasuk desa yang
berkembang, sedangkan Desa Lestari, Desa Buntu Pane, Desa Ambalutu, Desa
Sionggang, Desa Karya Ambalutu, Desa Perkebunan Sei Silau dan Desa Mekar
Sari termasuk pada tipe desa Swadaya dan berdasarkan tingkat perkembangannya
merupakan desa yang lamban berkembang. Dari 10 aspek yang ada hanya
perkembangan penduduk yang memperoleh persentasecapaian tertinggi mencapai
76,6% dan yang terendah adalah kedaulatan politik masyarakat yang hanya
mencapai 36,6% dari total skor maksimal.
B. Saran
1. Diharapkan kepada pemerintah baik pemerintah pada tingkat kecamatan,
kabupaten maupun provinsi agar lebih memperhatikan desa-desa di
Kecamatan Buntu Pane dengan melakukan pembangunan infrastruktur yang
serta memberikan pelatihan kerja agar masyarakat dapat memiliki keahlian
yang dapat digunakan sebagai cara untuk mengurangi angka pengangguran di
Kecamatan Buntu Pane.Dibidang pendidikan diharapkan agar dilakukan
pembangunan sekolah mulai TK sampai pada tingkat menengah, serta
memberikan fasilitas belajar kepada lembaga pendidikan yang ada agar dapat
berfungsi dan membantu siswa belajar di luar aktivitas sekolah. Membangun
fasilitas kesehatan seperti klinik atau puskesmas untuk memudahkan proses
pengobatan masyarakat disaat sakit agar tidak perlu menempuh jarak yang
jauh, memfasilitasi lembaga-lembaga kemasyarakatan yang ada pada setiap
desa melalui mengaktifkan kembali lembaga-lembaga yang ada seperti
LKMD, karang taruna dan sebagainya dan memberikan peran serta tanggung
jawab untuk melakukan kegiatan kelembagaan, serta merangkul masyarakat
dengan cara mengajak masyarakat untuk aktif dan terlibat pada setiap
musyawarah rencana pembangunan desa.
2. Kepada seluruh masyarakat di Kecamatan Buntu Pane diharapkan agar dapat
senantiasa bersama-sama meningkatkan perannya dalam upaya pembangunan
setiapinfrastruktur yang ada di desadengan memberikan dan senantiasa
berpartisipasi baik moril maupun materil, dengan cara menggiatkan
kegiatan-kegiatan yang sederhana namun dapat memupuk rasa kebersamaan dan
kewarganegaraan yang kuat seperti kegiatan membersihkan lingkungan yang
terjadwal serta kegiatan sambatan atau gotong royong yang diswadaya
masyarakat sendiri, agar masyarakat terbiasa secara bersama-sama melakukan
pembangunan desa dan masyarakat juga bisa turut merasakan perkembangan
kesadaran akan penting menjaga dan tidak merusak fasilitas yang telah ada
DAFTAR PUSTAKA
Bintarto, R. 1997. “Interaksi Desa Kota Dan Permasalahannya”. Jakarta: Ghalia Indonesia
BPS, 2013. Kecamatan Buntu Pane Dalam Angka 2013: BPS Kecamatan Buntu Pane
Daljoeni, N. 1998. Geografi Kota Dan Desa, Bandung : Alumni
Hasid, Zamruddin. 2010. “Desa Dan Pendekatan Pembangunan Yang Relevan”.
Jurnal. Volume 17, No. 3: Universitas Mulawarman.
Hernowo, Basah. 2002. “Kajian Pembangunan Ekonomi Desa Untuk Mengatasi
Kemiskinan di Jawa Barat”. Jurnal. Volume 6, No.1: Direktorat pemukiman dan perumahan.
http://asnawins.com/2013/03/tipologi-pedesaan.html(diakses pada 22 September 2013 pukul 17:40 WIB)
http://awanpwk09.com/2011/04/konsep-perencanaan-pengembangan-wilayah_28.html (diakses pada tanggal 21 november 2013 pukul 23:05 WIB)
http://geografi161.com/2008/10/desa-dan-kota.html (diakses pada 22 September 2013 pukul 17:55 WIB)
http://pemkab-asahan.go.id(diakses pada tanggal 21 November 2013 pukul 22:47 WIB)
http://www.answers.com/topic/typology-urban-planning-and-architecture (diakses pada 19 September 2013 pukul 14:30 WIB)
http://www.slideshare.net/mobile/septianraha/kota-desa.html(diakses pada
tanggal 22 September 2013 pukul 17.15 WIB)
Iskandar, Syaifuddin. 2010. “Karakteristik Dan Akar Masalah Kemiskinan (Kasus Pada 4 Tipologi Desa Di Kabupaten Sumbawa)”.Jurnal. Volume 11, No. 1: Universitas Samawa
Peraturan Menteri Dalam Negeri No.12 Tahun 2007 tentang perkembangan desa dan kelurahan tahunan
Rahmalia, Evi. 2003. “Analisis Tipologi dan Pengembangan Desa-Desa Pesisir
Kota Bandar Lampung”. Tesis. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Sajogyo, Putjiwati Sajogyo.1983. Sosiologi Pedesaan Jilid 2.Yogyakarta :UGM Press
Sitinjak, Firnando. 2011. “Klasifikasi Tipologi Desa di Kecamatan Medan Tembung”. Skripsi. Medan: Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan.
Sugiharto.2007. Pembangunan dan Pengembangan Wilayah.Medan: USU Press.
Undang-undang No.5 Tahun 1979 tentang pemerintah daerah
Werdiningsih, Endang. 2006. “Kajian Tipologi Wilayah Dan Karakteristiknya
Dalam Mendukung Program Pengembangan Kawasan Agropolitan (Studi
Kasus: Kab. Sambas)”. Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Wiraatmadja, Soekandar. 1973. Pokok-Pokok Sosiologi Pedesaan, Jakarta: CV.Yasaguna