• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KLASIFIKASI TIPOLOGI DESA DIKECAMATAN BUNTU PANE KABUPATEN ASAHAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS KLASIFIKASI TIPOLOGI DESA DIKECAMATAN BUNTU PANE KABUPATEN ASAHAN."

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KLASIFIKASI TIPOLOGI DESA

DIKECAMATAN BUNTU PANE

KABUPATEN ASAHAN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

DEWI ARISKA MANURUNG NIM. 309131009

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)

ABSTRAK

Dewi Ariska Manurung Nim.309131009.Analisis Klasifikasi Tipologi Desa Di Kecamatan Buntu Pane Kabupaten Asahan. Skripsi Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan 2015.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tipologi desa yang ada di Kecamatan Buntu Pane Kabupaten Asahan.

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Buntu Pane pada tahun 2014, Populasi dalam penelitian ini adalah seluruhdesa di Kecamatan Buntu Pane yang mencakup sembilan desa dan sekaligus menjadi sampel penelitian. Teknik pengumpul data yang digunakan pada penelitian ini menggunakan studi dokumentasi dengan alat pengumpul datanya berupa daftar isian sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No.12 Tahun 2007 dan teknik pengolahan data dilakukan melalui metode deskriptif kualitatif.

(3)

KATA PENGANTAR

Dengan kerendahan hati penulis ucapkan puji syukur Kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan Rahmat dan Karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul; “Analisis Klasifikasi Tipologi Desa Di Kecamatan Buntu Pane Kabupaten Asahan “sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.

Dalam penulisan skripsi ini banyak pihak yang memberikan bantuan, bimbingan,

arahan baik moral spiritual dan material sehingga skripsi ini dapat tersusun sampai selesai.

Maka pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang

sedalam-dalamnya kepada ;

1. Bapak Prof. Dr.Ibnu Hajar Damanik, M.Si selaku Rektor Unimed

2. Bapak Dr. H. Restu,M.S selaku Dekan FIS UNIMED

3. Bapak Drs. Ali Nurman, M.Si selaku Ketua Jurusan Pendidikan Geografi UNIMED

4. Ibu Dra.Asnidar,M.Si selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Geografi UNIMED

5. Ibu Dra.Nurmala Berutu.M.Pd selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak

memberikan bantuan kepada penulis berupa waktu, bimbingan, motivasi serta saran-saran

awal penulisan proposal sampai akhir skripsi ini dapat terselesaikan.

6. Bapak Drs. Muhammad Arif,M.Pd selaku Pembimbing Akademik yang telah

memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis selama dibangku perkuliahan.

7. Bapak/Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Geografi yang telah membekali penulis dengan

ilmu pengetahuan selama perkuliahan.

8. Teristimewa kepada kedua orang tua tercinta Ayahanda Alm. Kamaluddin Manurung dan

Ibunda Nurhayati yang telah mengasuh, membesarkan dan mendidik penulis dengan

penuh kasih sayang sehingga dapat menyelesaikan pendidikan ini, juga untuk doa,

motivasi, dan materi kepada penulis selama masa studi hingga saat ini.

9. Terimakasih untuk kakak Trisnani Mamy Manurung, Sri Mulyani Manurung dan abangda

Isnawan Surya Manurung dan Ibnu Fadlan Damanik, serta seluruh anggota keluarga

Salsabila Gunawan Br.Sianipar, Zaskia Putri Gunawan Br.Sianipar, Wandana Alfisyahri

Sitorus, Gusti Helmisyahri Sitorus dan Aziz Pratama Surya Manurung yang telah

(4)

10.Bapak Camat Kecamatan Buntu Pane beserta jajaran yang telah memberikan izin

penelitian kepada penulis.

11.Terima kasih kepada seluruh teman-teman stambuk 2009 kelas B Reguler, terkhusus

teman-teman diakhir-akhir masa penyelesaiaan skripsi ini Tiopanta Sitohang, Nurpita

Purba, Hilda Rizky Sipayung, abangda Taufik dan teman-teman lainnya yang tidak dapat

disebutkan satu persatu.

Akhir kata penulis menyadari sebagai manusia biasa, tentu dalam penulisan skripsi ini

masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan oleh karenanya dengan segala keterbukaan,

penulis harapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari bapak/ibu dosen. Semoga

skripsi ini bermanfaat dan berguna bagi kita semua.

Medan, Maret 2015

Penulis

(5)

DAFTAR ISI

Hal

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... i

LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN... ii

KATA PENGANTAR ... iii

C. Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional ... 28

D. Teknik Pengumpulan Data ... 32

(6)

BAB IV DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN

A. Kondisi Fisik Wilayah Penelitian ... 34

B. Kondisi Non Fisik Wilayah Penelitian ... 39

C. Kondisi Sarana dan Prasarana ... 45

BAB V HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian ... 49

B. Pembahasan ... 117

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 129

B. Saran ... 129

DAFTAR PUSTAKA ... 131

(7)

iii

DAFTAR GAMBAR

No. Uraian Hal

1. Kerangka Berpikir... ... 27

2. Peta Kabupaten Asahan... ... 35

3. Peta Kecamatan Buntu Pane... ... 36

4. Bentuk Aktivitas Ekonomi Masyarakat... ... 63

5. Salah Satu Lembaga Pendidikan Formal Sekolah Dasar Yang AdaDi Kecamatan Buntu Pane... ... 68

6. Salah Satu Lembaga Pendidikan Formal Sekolah Dasar Yang AdaDi Kecamatan Buntu Pane... ... 69

7. Fasilitas Kesehatan Yang Tersedia Di Kecamatan Buntu Pane... ... 81

8. Fasilitas Kesehatan Yang Tersedia Di Kecamatan Buntu Pane... ... 82

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan salah satu negara sedang berkembang yang

mengalami perubahan, baik kota-kota besar maupun daerah-daerah belakangnya

(hinterland), dalam hal ini adalah pedesaan. Pengembangan daerah perdesaan

merupakan suatu strategi pembangunan yang bertujuan untuk meningkatkan tata

kehidupan sosial ekonomi penduduk, karena itu pola pengembangannya diarahkan

pada peningkatan produktivitas masyarakat desa dengan cara memodernisasikan

sumber daya manusia yang dapat meningkatkan pendapatan perdesaan.

Desa diibaratkan sebuah sumber yang memercikkan “segala potensi alam”

yang dikelola oleh masyarakat untuk memenuhi segala kebutuhannya. Petani

berharap banyak dari alam, penambang berburu isi bumi dari alam,pelaut

(nelayan) pergi berlayar mendapatkan hasil tangkapan dari alam. Warga kota

mengharapkan hasil alam dari desa (dari sektor pertanian) berupa bahan makanan

(food) dan bahan mentah (raw material), dan semua bermula dari wilayah desa

dan pesisir (Hasid, 2010).Di luar dari segenap urgensi keberadaan dan potensi

alam yang dimilikinya, desa masih identik dengan ketertinggalan, karena akses

dasar masih begitu minim, sehingga membuat orang-orang tak berdaya untuk

mengaktualisasikan segenap potensi yang dimilikinya (Sajogyo dan

(9)

Pengembangan daerah perdesaan diharapkan mampu menggeser

kedudukannya dari masyarakat tradisional ke masyarakat yang ikut ambil bagian

di dalam kegiatan ekonomi. Sumber daya manusia yang beragam, suku, agama,

tradisi, budaya serta bahasanya merupakan aset sosio kultural geografis yang

penting dikembangkan sebagai aset kearifan lokal dalam pembangunan wilayah

dan pengelolaan sumber daya serta lingkungan (Sugiharto,2007).

Secara umum di Indonesia dan Sumatera Utara pada khususnya, dapat

dilihat bahwa kondisi wilayah perdesaan memang masih jauh tertinggal dari

wilayah perkotaan baik dari kualitas infrastruktur, komunikasi dan informasi,

ketersediaan fasilitas umum serta pelayanan publik. Selain itu terjadinya

penyebaran fasilitas sarana dan prasarana umum yang tidak merata atau hanya

tersedia di beberapa desa semakin memperburuk kondisi desa-desa yang

tertinggal. Kondisi ini mengakibatkan lahirnya berbagai kesenjangan baik dari

aspek kesejahteraan, pendidikan, wawasan, informasi dan lain sebagainya. Pada

saat yang bersamaan seiring waktu masyarakat sangat membutuhkan adanya

peningkatan kesejahteraan, peningkatan wawasan, kualitas pendidikan dan

layanan lainnya yang tidak didapat secara layak di desanya, sehingga mendorong

mereka untuk mendekati perkotaan atau berpindah ke wilayah perkotaan.

Dalam Pembangunan suatu wilayah, perencanaan adalah suatu hal yang

utama sebab dengan perencanaan yang tepat akan menimbulkan dampak positif

terhadap daerah itu sendiri. Perencanaan yang tepat adalah sebuah perencanaan

yang dibuat atas dasar potensi atau keunggulan yang dimiliki daerah tersebut.

Perencanaan juga akan menjadi bahan dalam membuat sebuah kebijakan

(10)

Konsep perencanaan wilayah merupakan tindak lanjut dari kegiatan

perencanaan yang dilakukan karena adanya perbedaan kepentingan,

permasalahan, ciri dan karateristik dari masing-masing daerah/wilayah yang

menuntut adanya campur tangan pihak pemerintah pada tingkat wilayah.

Perecanaan wilayah dilakukan sebagai upaya untuk mengantisipasi permasalahan

dimasing-masing wilayah dan mengupayakan keseimbangan pembangunan antar

wilayah. Peran utamanya adalah mengatasi secara langsung persoalan-persoalan

yang berkenaan dengan pembangunan ditingkat wilayah.

Kabupaten Asahan merupakan salah satu Kabupaten yang terdapat di

Sumatera Utara dan berada di kawasan Pantai Timur Sumatera Utara. Secara

geografis Kabupaten Asahan berada pada 2003’00” LU - 3010’00" LU, 99001’ BT

-100000’BT dengan ketinggian 0 – 1.000 m di atas permukaan laut. Kabupaten

Asahan menempati area seluas 371.945 Ha (3.719,45 km2)yang terdiri dari 13

Kecamatan dan 176 Desa/Kelurahan Definitif.Konsentrasi pembangunan

perekonomian Kabupaten Asahan masih tetap mengarah kepada pembangunan

pertanian, infrastruktur, pendidikan, kesehatan dan bidang perekonomian lainnya

(http://pemkab-asahan.go.id) (diakses pada tanggal 21 November 2013

pukul22:47 WIB).

Kabupaten Asahan merupakan salah satu sentra perkebunan di Sumatera

Utara. Melihat hal tersebut seharusnya Kabupaten Asahan mampu mewujudkan

pembangunan yang merata di setiap wilayah. Akan tetapi, hal tersebut sulit untuk

terwujud karena adanya kendala yang dihadapi pemerintah Kabupaten Asahan

dalam hal penyediaan sarana dan prsarana, penumbuhan usaha agroindustri di

(11)

terbatasnya anggaran pembangunan. (http://pemkab-asahan.go.id) (diakses pada

tanggal 21 November 2013 pukul22:47 WIB).

Salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Asahan adalah Kecamatan

Buntu Pane, memiliki luas wilayah 15.719 Ha (157,19 Km2), dan ketinggian

16-72 meter di atas permukaan laut. Secara administratif Kecamatan Buntu Pane

terbagi atas delapan (8) desa dan satu (1) kelurahan, yaitu Desa Lestari, Desa

Buntu Pane, Desa Ambalutu, Desa Prapat Janji, Desa Sionggang, Desa Karya

Ambalutu, Desa Perkebunan Sei Silau,Desa Mekar Sari dan Kelurahan Sei Silau

Timur. (Kecamatan Buntu Pane dalam angka 2013)

Desa dan kelurahan yang terdapat di Kecamatan Buntu Pane Kabupaten

Asahan merupakan desa yang mulai berkembang apabila dilihat dari

perkembangannya dan ketersediaan pelayanan umum serta sarana dan prasarana

yang ada. Namun hal ini tidak di alami oleh semua desa, dalam arti pembangunan

desa di Kecamatan Buntu Pane ini masih belum merata dan hanya terpusat pada

desa-desa tertentu saja, hal ini tentu saja secara kasat mata akan menunjukkan

adanya kesenjangan sosial dan kesenjangan pembangunan yang terjadi.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Katalog BPS Kecamatan Buntu Pane dalam

angka Tahun 2013 menunjukkan bahwa seluruh desa yang ada di Kecamatan

Buntu Pane termasuk klasifikasi desa swasembada atau desa yang sudah

tergolong maju, akan tetapi berdasarkan hasil pengamatan di lapangan pada

penelitian pendahuluan menunjukkan adanya desa-desa yang masih terpencil dan

memiliki akses mobilitas yang tidak memadai seperti kondisi jalan yang buruk

dan tidak bisa dilalui sepanjang tahun ditambah jauhnya jarak yang harus

(12)

sarana dan prasarana umum di desa-desa terpencil seperti puskesmas atau klinik,

sekolah, mulai dari sekolah dasar sampai sekolah menengah serta masih adanya

desa yang belum mendapat pasokan listrik. Sejalan dengan hal tersebut, penelitian

ini dilakukan untuk mengetahui tipologidesa-desa di KecamatanBuntu pane

berdasarkan tingkat perkembangannya serta membandingkan data tipologi desa

yang telah diperoleh dengan hasil penelitian pengklasifikasian tipologi desa di

Kecamatan Buntu Pane ini.

Tipologi desa merupakan salah satu cara untuk mengenal desa berdasarkan

karakter desa menurut potensinya. Menentukan tipologi desa di Kecamatan Buntu

Pane ini dilakukan agar mengetahui perbedaan tipe-tipe desa berdasarkan tingkat

perkembangannya. Dimana tipologi desa dalam kaitannya dengan pembangunan

merupakan indikasi tahap pembangunan desa, sehingga penelaahan tipologi desa

menjadi hal yang penting untuk mengetahui potensi desa bagi keperluan

pengembangan wilayah.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi

identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah; (1) termasuk kedalam tipologi

apa saja desa-desa yang ada di Kecamatan Buntu Pane (2) bagaimanakah tingkat

perkembangan desa-desa di Kecamatan Buntu Pane (3) apa saja potensi dan

kendala yang di hadapi dalam perkembangan desa-desa di Kecamatan Buntu Pane

(4) apa sajakah faktor penyebab perbedaan tipologi desa di Kecamatan Buntu

Pane (5) bagaimana cara mengatasi kesenjangan sosial dan ekonomi desa yang

(13)

C. Pembatasan Masalah

Melihat luasnya permasalahan yang tercakup dalam identifikasi, maka

penelitian ini dibatasi pada klasifikasi tipologi desa di Kecamatan Buntu Pane,

termasuk di dalamnya kelurahan sebagai wilayah setingkat desa.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah, maka yang menjadi rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah bagaimana klasifikasi tipologi desa yang ada di

Kecamatan Buntu Pane Kabupaten Asahan.

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui klasifikasi

tipologi desa di Kecamatan Buntu Pane Kabupaten Asahan.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah, khususnya pemerintah daerah untuk

melengkapi ilmu pengetahuan yang terkait dengan kewilayahan, dan

pengembangan wilayah pedesaan di Kecamatan Buntu Pane.

2. Menambah pengetahuan penulis dalam mempelajari serta mengetahui tentang

pengembangan wilayah.

(14)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan, maka dapat

disimpulkan bahwa:

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No.12 Tahun 2007diketahui bahwa

dari delapan desa dan satu kelurahan yang ada di Kecamatan Buntu Pane yang

termasuk ke dalam tipe desa Swakarya hanya Desa Prapat Janji Dan Kelurahan

Sei Silau Timur dan berdasarkan tingkat perkembangannya termasuk desa yang

berkembang, sedangkan Desa Lestari, Desa Buntu Pane, Desa Ambalutu, Desa

Sionggang, Desa Karya Ambalutu, Desa Perkebunan Sei Silau dan Desa Mekar

Sari termasuk pada tipe desa Swadaya dan berdasarkan tingkat perkembangannya

merupakan desa yang lamban berkembang. Dari 10 aspek yang ada hanya

perkembangan penduduk yang memperoleh persentasecapaian tertinggi mencapai

76,6% dan yang terendah adalah kedaulatan politik masyarakat yang hanya

mencapai 36,6% dari total skor maksimal.

B. Saran

1. Diharapkan kepada pemerintah baik pemerintah pada tingkat kecamatan,

kabupaten maupun provinsi agar lebih memperhatikan desa-desa di

Kecamatan Buntu Pane dengan melakukan pembangunan infrastruktur yang

(15)

serta memberikan pelatihan kerja agar masyarakat dapat memiliki keahlian

yang dapat digunakan sebagai cara untuk mengurangi angka pengangguran di

Kecamatan Buntu Pane.Dibidang pendidikan diharapkan agar dilakukan

pembangunan sekolah mulai TK sampai pada tingkat menengah, serta

memberikan fasilitas belajar kepada lembaga pendidikan yang ada agar dapat

berfungsi dan membantu siswa belajar di luar aktivitas sekolah. Membangun

fasilitas kesehatan seperti klinik atau puskesmas untuk memudahkan proses

pengobatan masyarakat disaat sakit agar tidak perlu menempuh jarak yang

jauh, memfasilitasi lembaga-lembaga kemasyarakatan yang ada pada setiap

desa melalui mengaktifkan kembali lembaga-lembaga yang ada seperti

LKMD, karang taruna dan sebagainya dan memberikan peran serta tanggung

jawab untuk melakukan kegiatan kelembagaan, serta merangkul masyarakat

dengan cara mengajak masyarakat untuk aktif dan terlibat pada setiap

musyawarah rencana pembangunan desa.

2. Kepada seluruh masyarakat di Kecamatan Buntu Pane diharapkan agar dapat

senantiasa bersama-sama meningkatkan perannya dalam upaya pembangunan

setiapinfrastruktur yang ada di desadengan memberikan dan senantiasa

berpartisipasi baik moril maupun materil, dengan cara menggiatkan

kegiatan-kegiatan yang sederhana namun dapat memupuk rasa kebersamaan dan

kewarganegaraan yang kuat seperti kegiatan membersihkan lingkungan yang

terjadwal serta kegiatan sambatan atau gotong royong yang diswadaya

masyarakat sendiri, agar masyarakat terbiasa secara bersama-sama melakukan

pembangunan desa dan masyarakat juga bisa turut merasakan perkembangan

(16)

kesadaran akan penting menjaga dan tidak merusak fasilitas yang telah ada

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Bintarto, R. 1997. “Interaksi Desa Kota Dan Permasalahannya”. Jakarta: Ghalia Indonesia

BPS, 2013. Kecamatan Buntu Pane Dalam Angka 2013: BPS Kecamatan Buntu Pane

Daljoeni, N. 1998. Geografi Kota Dan Desa, Bandung : Alumni

Hasid, Zamruddin. 2010. “Desa Dan Pendekatan Pembangunan Yang Relevan”.

Jurnal. Volume 17, No. 3: Universitas Mulawarman.

Hernowo, Basah. 2002. “Kajian Pembangunan Ekonomi Desa Untuk Mengatasi

Kemiskinan di Jawa Barat”. Jurnal. Volume 6, No.1: Direktorat pemukiman dan perumahan.

http://asnawins.com/2013/03/tipologi-pedesaan.html(diakses pada 22 September 2013 pukul 17:40 WIB)

http://awanpwk09.com/2011/04/konsep-perencanaan-pengembangan-wilayah_28.html (diakses pada tanggal 21 november 2013 pukul 23:05 WIB)

http://geografi161.com/2008/10/desa-dan-kota.html (diakses pada 22 September 2013 pukul 17:55 WIB)

http://pemkab-asahan.go.id(diakses pada tanggal 21 November 2013 pukul 22:47 WIB)

http://www.answers.com/topic/typology-urban-planning-and-architecture (diakses pada 19 September 2013 pukul 14:30 WIB)

http://www.slideshare.net/mobile/septianraha/kota-desa.html(diakses pada

tanggal 22 September 2013 pukul 17.15 WIB)

Iskandar, Syaifuddin. 2010. “Karakteristik Dan Akar Masalah Kemiskinan (Kasus Pada 4 Tipologi Desa Di Kabupaten Sumbawa)”.Jurnal. Volume 11, No. 1: Universitas Samawa

(18)

Peraturan Menteri Dalam Negeri No.12 Tahun 2007 tentang perkembangan desa dan kelurahan tahunan

Rahmalia, Evi. 2003. “Analisis Tipologi dan Pengembangan Desa-Desa Pesisir

Kota Bandar Lampung”. Tesis. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Sajogyo, Putjiwati Sajogyo.1983. Sosiologi Pedesaan Jilid 2.Yogyakarta :UGM Press

Sitinjak, Firnando. 2011. “Klasifikasi Tipologi Desa di Kecamatan Medan Tembung”. Skripsi. Medan: Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan.

Sugiharto.2007. Pembangunan dan Pengembangan Wilayah.Medan: USU Press.

Undang-undang No.5 Tahun 1979 tentang pemerintah daerah

Werdiningsih, Endang. 2006. “Kajian Tipologi Wilayah Dan Karakteristiknya

Dalam Mendukung Program Pengembangan Kawasan Agropolitan (Studi

Kasus: Kab. Sambas)”. Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Wiraatmadja, Soekandar. 1973. Pokok-Pokok Sosiologi Pedesaan, Jakarta: CV.Yasaguna

Referensi

Dokumen terkait

Desa siaga atau kelurahan siaga aktif di Kabupaten Bone Bolango dalam menjalankan program desa siaga, belum semuanya mencapai program desa siaga aktif yang

Serangan hama dan penyakit yang mengganggu tanaman kakao Di Desa Lubuk Palas Kecamatan Silau Laut menurunkan produksi kakao rakyat, sulitnya mengatasi hama dan penyakit dan

Atau denga kata lain pendapatan lebih besar dari total biaya yang dikeluarkan maka usaha gula aren di Desa Buntu Pema di Kecamatan Curio Kabupaten Enrekang layak untuk

pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif. 2) Kesepakatan tentang urutan prioritas masalah. 3) Kesepakatan tentang UKBM yang hendak dibentuk baru atau diaktifkan.. kembali.

Berdasarkan hasil penelitian bahwa ada petani yang memanfaatkan atau memproduksi tegakan kayu manis, di Desa Buntu Barana Kecamatan Curio Kabupaten Enrekang ,