• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMODELAN PERIODIK DAN STOKASTIK CURAH HUJAN KOTA BANDAR LAMPUNG PERIODIC AND STOCHASTIC MODELING OF RAINFALL FROM BANDAR LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMODELAN PERIODIK DAN STOKASTIK CURAH HUJAN KOTA BANDAR LAMPUNG PERIODIC AND STOCHASTIC MODELING OF RAINFALL FROM BANDAR LAMPUNG"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

PEMODELAN PERIODIK DAN STOKASTIK CURAH HUJAN

KOTA BANDAR LAMPUNG

(Skripsi)

Oleh

RASIMIN

FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN TEKNIK SIPIL

UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

PEMODELAN PERIODIK DAN STOKASTIK CURAH HUJAN

KOTA BANDAR LAMPUNG

Oleh

RASIMIN

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA TEKNIK

FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN TEKNIK SIPIL

UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)

ABSTRAK

PEMODELAN PERIODIK DAN STOKASTIK CURAH HUJAN KOTA BANDAR LAMPUNG

Oleh

RASIMIN

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari model periodik dan stokastik seri data curah hujan harian. Studi ini dilakukan dengan menggunakan data curah hujan harian dengan panjang data 13 tahun (1987–2000) dari stasiun Pahoman, Sumber Rejo , dan Sumur Putri. Seri curah hujan yang digunakan diasumsikan bebas dari pengaruh yang bersifat trend.

Penelitian ini mengubah data hujan seri waktu menjadi sepektrum curah hujan menggunakan program FFT (Fast Fourier Transform). Keperiodikan dari data curah hujan harian dipresentasikan dengan menggunakan 512 data curah hujan yang bersifat periodik. Seri stokastik curah hujan dari data curah hujan ini diasumsikan sebagai selisih (kesalahan) antara data curah hujan dengan model periodik curah hujan. Berdasarkan data seri stokastik, komponen stokastik dihitung dengan menggunakan pendekatan autoregresif model. Model stokastik dipresentasikan dengan menggunakan autoregresif model orde dua.

(4)

Kota Bandar Lampung yang pengolahan model periodiknya menggunakan 512 data curah hujan, memberikan hasil pendekatan yang sangat signifikan.

(5)
(6)

ABSTRACT

PERIODIC AND STOCHASTIC MODELING OF RAINFALL FROM BANDAR LAMPUNG

RASIMIN

Aims of This research is to study the periodic and stochastic models in the series of daily rainfall data. The study was conducted using daily rainfall data with a data length of 13 years (1987-2000) from the station of Pahoman, Sumber rejo, and Sumur Putri. The series of rainfall is assumed to be free of the trend.

This study change the series of daily rainfall data into the sepektrum rainfall using FFT (Fast Fourier Transform). Periodicity of daily rainfall data were presented by using 512 rainfall data that is periodic. Stochastic series of rainfall data are assumed to be the difference (error) between the rainfall data with periodic rainfall model. Based on stochastic data series, stochastic component is calculated by using the approach of autoregressive models. Stochastic model presented by using a second order autoregressive models.

Results of this study is the correlation coefficient from three rainfall stations. In this study, the correlation coefficient (R) between the data and the periodic model is 0.9719, between stochastic data series and stochastic models is 0, 9974, and between data and periodic stochastic models is 0.9974. From these results it can be concluded that the periodic stochastic models of rainfall from Bandar Lampung periodic models using 512 rainfall data, the approach provides a very significant.

(7)

Ir. Idharmahadi Adha, M.T. NIP. 19590617 190803 1 003

Judul Skripsi : PEMODELAN PERIODIK DAN STOKASTIK CURAH HUJAN KOTA BANDAR LAMPUNG

Nama Mahasiswa : Rasimin

No. Pokok Mahasiswa : 0615011098

Jurusan : Teknik Sipil

Fakultas : Teknik

Menyetujui,

1. Komisi Pembimbing

Ir. Ahmad Zakaria, M.T., Ph.D. NIP. 19670514 199303 1 002

Ir. Kartini Susilowati, M.T. NIP. 19480421 198403 2 001

2. Ketua Jurusan Teknik Sipil

(8)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Ir. Ahmad Zakaria, M.T., Ph.D ...

Sekretaris : Ir. Kartini Susilowati, M.T. ...

Penguji

Bukan Pembimbing : Subuh Tugiono, S.T., M.T. ...

2. Dekan Fakultas Teknik

Dr.Ir. Lusmeilia Afriani, DEA.

NIP. 196505101993032008

(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Maja Kabupaten Pesawaran pada tanggal 27 Januari

1987, merupakan anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan bapak

Sudiharjo dan ibu Waliyem.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN 1 Sukajaya Punduh Pedada pada

tahun 2000, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Punduh Pedada

Pesawaran tahun 2003, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 5 Bandar

Lampung tahun 2006. Pada tahun 2006 penulis di terima sebagai mahasiswa

jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Penerimaan

Mahasiswa Baru (SPMB).

Selama menjadi mahasiswa penulis pernah menjadi Asisten Pratikum

HIDROLIKA I pada tahun 2009-2010 dan pernah aktif pada lembaga

kemahasiswaan FOSSI FT sebagai Aggota Bidang Kaderisasi tahun 2007-2008

dan Sebagai Sekretaris Umum pada tahun 2008-2009. BEM Fakultas Teknik

sebagai anggota Bidang Internal tahun 2007-2008. HMJ Teknik Sipil sebagai

(10)

Penulis pernah melakukan kerja praktik pada PT. TOTAL BANGUN

PERSADA.Tbk pada proyek pembangunan gedung pusat perkantoran

(11)

“ Syukurku terpanjatkan a

tas Robbku yang

Maha Agung, Kupersembahkan Tulisan

sederhana ini untuk almamater tercinta,

Kedua orang tua penulis Bapak Sudiharjo dan

Ibu Waliyem, Kakak Tursito dan Sumirah,

Adik Mujiati sebagai rasa terima kasih, Isteri

(12)

SANWACANA

Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah

Subhanahu Wa Ta’ala yang senantiasa memberikan Nikmat-Nya berupa

kecerdasan, kemauan, dan waktu luang, sehingga skripsi dengan judul “Pemodelan Periodik dan Stokastik Curah Hujan Kota Bandar Lampung” dapat

terselesaikan. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana

Teknik pada program reguler Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas

Lampung.

Penelitian yang dilakukan penulis adalah analisis data curah hujan harian dari tiga

stasiun hujan yang ada di Bandar Lampung yaitu stasiun hujan Pahoman, stasiun

hujan Sumbe Rejo, dan stasiun hujan Sumur Putri. Analisis yang dilakukan adalah

membuat data hujan sintetik menggunakan program sehingga diperoleh data yang

mendekati data hujan terukur dari stasiun hujan.

Dalam penyusunan skripsi ini tentu tidak terlepas dari bantuan, dorongan dan

saran–saran dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih

kepada :

1. Ibu Dr. Ir. Lusmeilia Afriani, D.E.A. selaku Dekan Fakultas Teknik,

(13)

2. Bapak Ir. Idharmahadi Adha, M.T., selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil

Fakultas Teknik, Universitas Lampung.

3. Bapak Ir. Ahmad Zakaria, M.T., Ph.D., selaku dosen pembimbing I, yang

telah banyak memberikan bimbingan, nasehat dan bantuan dalam penyusunan

skripsi ini.

4. Ibu Ir. Kartini Susilowati, M.T. selaku dosen pembimbing II, yang telah

banyak memberikan bimbingan, nasehat dan bantuan dalam penyusunan

skripsi ini.

5. Bapak Subuh Tugiono, S.T., M.T. selaku dosen penguji yang telah banyak

memberikan bimbingan, nasehat dan bantuan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Seluruh Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Lampung.

7. Ayah dan ibuku tercinta, kakk-kakku, dan adik-adikku tersayang yang telah

memberikan cinta dan kasih sayang serta dorongan material dan spiritual

dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Istriku tercinta yang memberikan motivasi dan penguatan ruhiyah dengan

penuh kelembutan dan kesabaran.

9. Teman-temanku yang selalu memberikan masukan dan dukungan selama

pengerjaan skripsi ini : Aziz Bastha, Arie Wibowo, Syamroni, Ratna, Eka F,

Zulya, Phohan, Imam R, Fadli, dan Beni Sumarlin serta rekan-rekan

mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Unila angkatan 2006 pada khususnya serta

angkata lain yang tidak mungkin penulis sebutkan satu per satu.

10.Segenap pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak terdapat

(14)

bersifat membangun. Semoga skripsi ini dapat berguna bagi kita semua, terutama

rekan–rekan mahasiswa Fakultas Teknik dan bagi pengembangan ilmu

pengetahuan di Indonesia.

Bandar Lampung, April 2013

Penulis

(15)

“Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula)”

(Q.S. Ar - Rahman : 6o)

“Dan orang

-orang yang sabar karena mencari keridhaan Tuhannya, mendirikan shalat, dan

menafkahkan sebagian rezki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau

terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang-orang itulah yang

mendapat tempat kesudahan (yang baik)”

(Q.S. Ar-

Ra’d : 22)

”sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”

(Q.S. Al-Insyirah : 6)

"Barangsiapa menunjukkan suatu kebaikan, maka dia akan mendapat pahala sama dengan

pahala orang yang melakukan kebaikan itu”

(HR. Muslim).

(16)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini Saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang

pernah dilakukan orang lain, dan sepanjang pengetahuan Saya juga tidak terdapat

karya atau pendapat yang dituliskan atau diterbitkan orang lain kecuali yang

secara tertulis diacu dalam naskah ini sebagaimana disebutkan dalam daftar

pustaka. Selain itu Saya menyatakan pula, bahwa skripsi ini dibuat oleh Saya

sendiri.

Apabila pernyataan pula, maka Saya bersedia dikenai sanksi sesuai dengan hukum

yang berlaku.

Bandar Lampung, 15 April 2013

(17)

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Daur hidrologi ... 13

2. Tampilan program FFT ... 20

3. Tampilan program Fourier ... 21

4. Tampilan program auto regresif ... 21

5. Curah hujan seri waktu selama 13 tahun dari setasiun Pahoman ... 24

6. Curah hujan seri waktu selama 13 tahun dari setasiun Sumber Rejo .... 25

7. Curah hujan seri waktu selama 13 tahun dari setasiun Sumur Putri ... 25

8. Sepektrum curah hujan seri waktu tahun 1987 dari setasiun Pahoman ... 26

9. Sepektrum curah hujan seri waktu tahun 1987 dari setasiun Sumber Rejo ... 26

10. Sepektrum curah hujan seri waktu tahun 1987 dari setasiun Sumur Putri ... 26

11. Model periodik curah hujan harian Pahoman 1987 (512 hari) ... 28

12. Model periodik curah hujan harian Pahoman 1987 (64 hari) ... 28

13. Model periodik curah hujan harian Sumber Rejo 1987 (512 hari) ... 29

14. Model periodik curah hujan harian Sumber Rejo 1987 (64 hari) ... 29

15. Model periodik curah hujan harian Sumur Putri 1987 (512 hari) ... 29

16. Model periodik curah hujan harian Sumur Putri 1987 (64 hari) ... 30

17. Model stokastik curah hujan harian Pahoman 1987 (512 hari) ... 31

18. Model stokasik curah hujan harian Pahoman 1987 (64 hari)... 31

19. Model stokastik curah hujan harian Sumber Rejo 1987 (512 hari) ... 31

(18)

ix

21. Model stokastik curah hujan harian Sumur Putri 1987 (512 hari) ... 32

22. Model stokastik curah hujan harian Sumur Putri 1987 (64 hari) ... 32

23. Model periodik stokastik curah hujan harian Pahoman 1987 (512 hari) ... 33

24. Model periodik stokastik curah hujan harian Pahoman 1987 (64 hari) ... 34

25. Model periodik stokastik curah hujan harian Sumber Rejo 1987 (512 hari) ... 34

26. Model periodik stokastik curah hujan harian Sumber Rejo 1987 (64 hari) ... 34

27. Model periodik stokastik curah hujan harian Sumur Putri 1987 (512 hari) ... 35

28. Model periodik stokastik curah hujan harian Sumur Putri 1987 (64 hari) ... 35

29. Koefisien korelasi model periodik stasiun Pahoman ... 36

30. Koefisien korelasi model periodik stasiun Sumber Rejo ... 36

31. Koefisien korelasi model periodik stasiun Sumur Putri... 37

32. Koefisien korelasi model Periodik dan Stokastik stasiun Pahoman ... 37

33. Koefisien korelasi model Periodik dan Stokastik stasiun Sumber Rejo 38 34. Koefisien korelasi model Periodik dan Stokastik stasiun Sumur Putri .. 38

35. Koefisien korelasi model periodik stokastik stasiun Pahoman ... 39

36. Koefisien korelasi model periodik stokastik stasiun Sumber Rejo ... 39

(19)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 2

C. Batasan Masalah ... 2

D. Tujuan Penelitian ... 2

E. Manfaat Penelitian ... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 3

A. Hujan ... 3

B. Tipe Hujan ... 4

C. Parameter Hujan ... 5

D. Pengukuran Hujan ... 6

E. Kualitas Data ... 7

F. Model Hidrologi ... 9

G. Konsep Dasar Model Hidrologi ... 11

H. Modek Periodik dan Stokastik Curah Hujan ... 13

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 20

A. Wilayah Studi ... 20

B. Pengumpulan Data Hujan ... 20

(20)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 24

A. Data Curah Hujan Harian ... 24

B. Spektrum Curah Hujan Harian ... 25

C. Model Periodik Curah Hujan Harian ... 27

D. Model Stokastik Curah Hujan Harian ... 30

E. Model Periodik dan Stokastik Curah Hujan Harian ... 33

F. Koefisien Korelasi ... 36

V. PENUTUP ... 42

A. Kesimpulan ... 42

B. Saran ... 43

DAFTAR PUSTAKA ... 44

(21)

vii

DAFTAR TABEL

Halaman

(22)

PEMODELAN PERIODIK DAN STOKASTIK CURAH HUJAN

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari model periodik dan stokastik seri data curah hujan harian. Studi ini dilakukan dengan menggunakan data curah hujan harian dengan panjang data 13 tahun (1987–2000) dari stasiun Pahoman, Sumber Rejo , dan Sumur Putri. Seri curah hujan yang digunakan diasumsikan bebas dari pengaruh yang bersifat trend.

Penelitian ini mengubah data hujan seri waktu menjadi sepektrum curah hujan menggunakan program FFT (Fast Fourier Transform). Keperiodikan dari data curah hujan harian dipresentasikan dengan menggunakan 512 data curah hujan yang bersifat periodik. Seri stokastik curah hujan dari data curah hujan ini diasumsikan sebagai selisih (kesalahan) antara data curah hujan dengan model periodik curah hujan. Berdasarkan data seri stokastik, komponen stokastik dihitung dengan menggunakan pendekatan autoregresif model. Model stokastik dipresentasikan dengan menggunakan autoregresif model orde dua.

Hasil dari penelitian ini adalah nilai koefisien korelasi rata-rata tiga stasiun curah hujan.Untuk penelitian ini, koefisien korelasi rata-rata (R) antara data dan model periodik adalah sebesar 0,9719, antara seri data stokastik dan model stokastik adalah sebesar 0,9974, dan antara data dan model periodik stokastik adalah sebesar 0,9974. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa model periodik stokastik dari curah hujan Kota Bandar Lampung yang pengolahan model periodiknya menggunakan 512 data curah hujan, memberikan hasil pendekatan yang sangat signifikan.

Kata kunci : Model, Periodik, Stokastik, Hujan

ABSTRAC

Aims of This research is to study the periodic and stochastic models in the series of daily rainfall data. The study was conducted using daily rainfall data with a data length of 13 years (1987-2000) from the station of Pahoman, Sumber rejo, and Sumur Putri. The series of rainfall is assumed to be free of the trend.

This study change the series of daily rainfall data into the sepektrum rainfall using FFT (Fast Fourier Transform). Periodicity of daily rainfall data were presented by using 512 rainfall data that is periodic. Stochastic series of rainfall data are assumed to be the difference (error) between the rainfall data with periodic rainfall model. Based on stochastic data series, stochastic component is calculated by using the approach of autoregressive models. Stochastic model presented by using a second order autoregressive models.

Results of this study is the correlation coefficient from three rainfall stations. In this study, the correlation coefficient (R) between the data and the periodic model is 0.9719, between stochastic data series and stochastic models is 0, 9974, and between data and periodic stochastic models is 0.9974. From these results it can be concluded that the periodic stochastic models of rainfall from Bandar Lampung periodic models using 512 rainfall data, the approach provides a very significant.

Keywords: Model, Periodic, Stochastic, Rainfall

(23)

I. PENDAHULUAN

Di alam hujan dipengaruhi oleh parameter iklim seperti suhu udara, kelembaban, dan arah angin, yang memiliki sifat periodik dan stokastik. Pengaruh parameter hujan yang bersifat periodik dan stokastik besarnya bervariasi terhadap besarnya curah hujan, variasi perbandingan besarnya parameter periodik dan stokastik dapat ditentukan dengan menggunakan pemodelan yang menggunakan data curah hujan sebagai data masukkan. Pemodelan yang dimaksud adalah pemodelan periodik dan stokastik curah hujan dengan mengurai data hujan menjadi komponen-komponen periodik dan stokastik, diasumsikan bahwa hujan adalah sebagai sebuah fungsi dari variasi periodik dan stokastik dari iklim. Selanjutnya analisis periodik dan stokastik hujan seri waktu akan menghasilkan sebuah model yang akan menghitung bagian periodik dan stokastik.

Hasil dari penelitian ini adalah model periodik dan stokastik curah hujan harian sintetik di Kota Bandar Lampung, yang menampilkan karakteristik curah hujan harian seri waktu sebagai data sintetik curah hujan harian.

II. METODE PENELITIAN

2.1.Hujan

Presipitasi adalah turunnya air dari atmosfer ke permukaan bumi yang bisa berupa hujan, hujan salju, kabut, embun, dan hujan es. Di daerah tropis hujan memberikan sumbangan terbesar sehingga seringkali hujanlah yang dianggap presipitasi (Triatmodjo, 2008). Sedangkan menurut Sosrodarsono (1976) presipitasi adalah nama umum dari uap yang mengkondensasi dan jatuh ke tanah dalam rangkaian proses siklus hidrologi, biasanya jumlah selalu dinyatakan dengan dalamnya presipitasi (mm). Jika uap air yang jatuh berbentuk cair disebut hujan (rainfall) dan jika berbentuk padat disebut salju (snow).

2.2.Model Periodik dan Stokastik Curah Hujan

Model stokastik adalah model yang terdiri dari satu atau lebih unsur, yang menyusun hubungan antara masukan dan keluarannya mengikutsertakan pengertian kesempatan kejadian (chance of occurence) dan memperkenalkan konsep probabilitas (Harto, 1993). Model periodik dan stokastik curah hujan didefinisikan sebagai model yang masukannya (data hujan harian) dipangaruhi oleh parameter-parameter iklim seperti suhu udara, arah angin, kelembaban udara dan lain-lain. Sehingga data hujan besifat periodik dan stokastik (Zakaria, 2008).

Prosedur matematika yang diambil untuk memformulasikan model yang diprediksi akan didiskusikan selanjutnya. Tujuan yang paling prinsip dari analisis ini adalah untuk menentukan model yang realistis untuk menghitung dan menguraikan data hujan seri waktu menjadi berbagai komponen frekuensi, amplitudo, dan fase hujan yang bervariasi.

Secara umum, data seri waktu dapat diuraikan menjadi komponen deterministik, yang mana ini dapat dirumuskan menjadi nilai nilai yang berupa komponen yang merupakan solusi eksak dan komponen yang bersifat stokastik, yang mana nilai ini selalu dipresentasikan sebagai suatu fungsi yang terdiri dari beberapa fungsi data seri waktu. Data seri waktu Xt, dipresentasikan sebagai suatu model yang terdiri dari beberapa fungsi sebagai berikut: (Rizalihadi, 2002; Bhakar, 2006; dan Zakaria, 2008),

(24)

dimana,

Tt = komponen trend, t = 1, 2, 3, ..., N Pt = komponen periodik

St = komponen stokastik

Komponen trend menggambarkan perubahan panjang dari pencatatan data hujan yang panjang selama pencatatan data hujan, dan dengan mengabaikan komponen fluktuasi dengan durasi pendek. Apabila data hujan yang digunakan, diperkirakan tidak memiliki trend.

Sehingga persamaan (1) dapat dipresentasi-kan sebagai berikut,

[2]

Persamaan (2) adalah persamaan pendekatan untuk mensimulasikan model periodik dan stokastik dari data curah hujan harian.

2.2.1. Metode spektral

Metode spektrum merupakan salah satu metode transformasi yang umumnya dipergunakan di dalam banyak aplikasi. Metode ini dapat dipresentasikan sebagai persamaan Transformasi Fourier sebagai berikut, (Zakaria, 2003; Zakaria, 2008): hujan dalam domain frekuensi. tn adalah variabel seri dari waktu yang mempresentasikan panjang data ke N, fm variabel seri dari frekuensi.

Berdasarkan pada frekuensi curah hujan yang dihasilkan dari Persamaan (4), amplitudo sebagai fungsi dari frekuensi curah hujan dapat dihasilkan. Amplitudo maksimum dapat ditentukan dari amplitudo amplitudo yang dihasilkan sebagai amplitudo signifikan. Frekuensi curah hujan dari amplitudo yang signifikan digunakan untuk mensimulasikan curah hujan harian sintetik atau buatan yang diasumsikan sebagai frekuensi curah hujan yang signifikan. Frekuensi curah hujan signifikan yang dihasilkan dipergunakan untuk menghitung frekuensi sudut dan menentukan komponen priodik curah hujan harian dengan menggunakan Persamaan (4).

2.2.2. Komponen periodik

Komponen periodik P(t) berkenaan dengan suatu perpindahan yang berosilasi untuk suatu interval tertentu (Kottegoda 1980). Keberadaan P(t) diidentifikasikan dengan menggunakan metode Transformasi Fourier. Bagian yang berosilasi menunjukkan keberadaan P(t), dengan menggunakan periode P, beberapa periode puncak dapat diestimasi dengan menggunakan analisis Fourier. Frekuensi frekuensi yang didapat dari metode spektral secara jelas menunjukkan adanya variasi yang bersifat periodik. Komponen periodik P(fm) dapat juga ditulis dalam bentuk frekuensi sudut ωr . Selanjutnya dapat diekspresikan sebuah persamaan dalam bentuk Fourier sebagai berikut, (Zakaria, 1998):

(25)

̂ ∑

Ar, Br = koefisien komponen Fourier, k = jumlah komponen signifikan.

2.2.3. Komponen stokastik

Komponen Stokastik dibentuk oleh nilai yang bersifat random yang tidak dapat dihitung secara tepat. Stokastik model, dalam bentuk model autoregresif dapat

ditulis sebagai fungsi matematika sebagai berikut,

Untuk mendapatkan parameter model dan konstanta bilangan random dari model stokastik di atas dapat dipergunakan metode kuadrat terkecil (least squares method).

2.2.4. Metode kuadrat terkecil (least squares method)

Di dalam metode pendekatan kurvanya, sebagai suatu solusi pendekatan dari komponen-komponen periodik P(t), dan untuk menentukan fungsi P ˆ(t) dari Persamaan (5), sebuah prosedur yang dipergunakan untuk mendapatkan model komponen periodik tersebut adalah metode kuadrat terkecil (Least squares method). Dari Persamaan (5) dapat dihitung jumlah dari kuadrat error antara data dan model periodik (Zakaria, 1998) sebagai berikut, Jumlah Kuadrat Error :

∑{ ̂ }

[8]

Dimana J adalah jumlah kuadrat error yang nilainya tergantung pada nilai koefisien komponen fourier (Ar dan Br). Selanjutnya koefisien J hanya dapat menjadi minimum bila memenuhi pe

Dengan menggunakan metode kuadrat terkecil, didapat komponen Fourier Ar dan Br. Berdasarkan koefisien Fourier ini dapat dihasilkan persamaan sebagai berikut,

a. curah hujan harian rerata,

(26)

b. amplitudo dari komponen harmonik,

√ [11]

c. fase dari komponen harmonik,

( ) [12]

Rerata dari curah hujan harian, amplitudo dan fase dari komponen harmonik dapat dimasukkan ke dalam sebuah persamaan sebagai berikut, berdasarkan data curah hujan harian dari stasiun curah hujan .

Berdasarkan hasil simulasi yang didapat dari model periodik curah hujan harian, dapat dihitung komponen stokastik curah hujan harian. Komponen stokastik merupakan selisih antara data curah hujan harian dengan hasil simulasi curah hujan yang didapat dari model periodik. Selanjutnya Parameter stokastik dapat dicari dengan menggunakan metode kuadrat terkecil (least squares method).

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1.Spektrum Curah Hujan Harian

Berdasarkan data hujan seri waktu tersebut, spektrum data curah hujan harian seri waktu dihasilkan dengan menggunakan metode FFT (Fast Fourier Transfrom). Spektrum data curah hujan harian masing-masing stasiun hujan dipersentasikan pada Gambar 3.1, Gambar 3.2, dan Gambar 3.3.

Dari Gambar 3.1. ditunjukkan bahwa besarnya periodik maksimum dari curah hujan harian adalah 1,5483 mm untuk periode 365,2 hari atau satu tahun, pada stasiun Sumur Putri besarnya periodik maksimum dari curah hujan ditunjukkan pada Gambar 3.2 sebesar 0,9598 mm, dan pada stasiun Sumber Rejo sebesar 2,6315 mm. Jika dilihat dari nilai periodik maksimum curah hujan antar stasiun memiliki nilai yang tidak jauh berbeda dan juga bentuk grafik memiliki pola yang sama, kondisi ini dimungkinkan karena adanya faktor-faktor periodik yang mempengaruhi hujan memiliki kesamaan antar stasiun hujan yang ada. Nilai periodik maksimum curah hujan juga menunjukkan bahwa komponen tahunan dari keperiodikan curah hujan adalah sangat dominan. Spektrum di atas dipresentasikan dalam periodik curah hujan sebagai fungsi waktu dari periode dan dihasilkan menggunakan metode FFT dan Matlab.

Gambar 3.1. Spektrum curah hujan seri waktu tahun 1987 dari 4 stasiun Pahoman

(27)

.

Gambar 3.3. Spektrum curah hujan seri waktu tahun 1987 dari stasiun Sumur Putri.

3.2.Model Periodik Curah Hujan Harian

Untuk menghitung komponen periodik dari curah hujan seri waktu, metode transformasi fourier dapat digunakan untuk menghasilkan dan mendapatkan frekuensi-frekuensi curah hujan periodik. Untuk curah hujan harian dengan panjang satu tahun, panjang data 512 hari dari data curah hujan harian dipergunakan untuk mendapatkan frekuensi-frekuensi curah hujan periodik. Frekuensi yang dihasilkan dapat ditentukan dengan menggunakan sebuah algoritma yang diusulkan oleh Cooley dan Tukey (1965) dimana jumlah data N dianalisis sebagai pangkat dari 2, contohnya N= 2k. dengan menggunakan spektrum curah hujan harian akan diperoleh model periodik curah hujan harian sintetik seperti ditunjukkan pada Gambar 3.4 - 3.9. selisih antara model periodik dan data curah hujan terukur diasumsikan sebagai komonen stokastik curah hujan. Model stokastik curah hujan harian dapat dihitung dan dipersentasikan pada Gambar 3.10 - 3.15.

Gambar 3.4. Model periodik curah hujan harian Pahoman 1987 (512 hari).

Gambar 3.5. Model periodik curah hujan harian Pahoman 1987 (64 hari).

Gambar 3.6. Model periodik curah hujan harian Sumber Rejo 1987 (512 hari).

Gambar 3.7. Model periodik curah hujan harian Sumber Rejo 1987 (64 hari).

(28)

Gambar 3.8. Model periodik curah hujan harian Sumur Putri 1987 (512 hari).

Gambar 3.9. Model periodik curah hujan harian Sumur Putri 1987 (64 hari).

3.3.Model Stokastik Curah Hujan Harian

Pada Gambar 3.10 - 3.15, memberikan besarnya model stokastik yang berfluktuasi seperti pada stasiun Pahoman (1987) berfluktuasi atara -8 mm sampai dengan 8 mm. Pada stasiun Sumur Putri dan Sumber Rejo juga memiliki fluktuasi nilai model stokastik atara -8 mm sampai dengan 8 mm, fluktuasi yang sama antar setasiun ini menunjukkan bahwa kemiripan pada spektrum curah hujan harian dan pada model periodik juga berpengaruh pada model stokastiknya.

Gambar 3.10. Model stokastik curah hujan harian Pahoman 1987 (512 hari).

Gambar 3.11. Model stokastik curah hujan harian Pahoman 1987 (64 hari).

Gambar 3.12. Model stokastik curah hujan harian Sumber Rejo 1987 (512 hari).

(29)

Gambar 3.14. Model stokastik curah hujan harian Sumur Putri 1987 (512 hari).

Gambar 3.15. Model stokastik curah hujan harian Sumur Putri 1987 (64 hari).

3.4.Model Periodik dan Stokastik Curah Hujan Harian

Model yang dihasilkan dalam penelitian ini merupakan hasil dari penjumlahan model periodik dan model stokastik. Perbandingan antara model periodik dan model stokastik dengan data hujan terukur dipresentasikan pada Gambar 3.16 – 3.21.

Gambar 3.16. Model periodik stokastik curah hujan harian Pahoman 1987 (512 hari).

Gambar 3.17. Model periodik stokastik curah hujan harian Pahoman 1987 (64 hari).

Gambar 3.18. Model periodik stokastik curah hujan harian Sumber Rejo 1987 (512 hari).

Gambar 3.19. Model periodik stokastik curah hujan harian Sumber Rejo 1987 (64 hari).

(30)

Gambar 3.20. Model periodik stokastik curah hujan harian Sumur Putri 1987 (512 hari).

Gambar 3.21. Model periodik stokastik curah hujan harian Sumur Putri 1987 (64 hari).

3.5.Koefisien Korelasi

Besarnya selisih antara model periodik dengan data terukur dan selisih antara model periodik dan stokastik dengan data terukur dapat diketahui dengan melihat besarnya koefisien korelasinya. Koefisien korelasi dari penelitian ini dipresentasikan dalam Gambar di bawah ini.

Gambar 3.22. Rata-rata koefisien korelasi model periodik stasiun Pahoman, Sumber Rejo, dan Sumur Putri.

Gambar 3.23. Rata-rata koefisien korelasi model stokastik stasiun Pahoman, Sumber Rejo, dan Sumur Putri

Gambar 3.24. Rata-rata koefisien korelasi model periodik stokastik stasiun Pahoman,Sumber Rejo, dan Sumur Putri

(31)

Pemodelan periodik dan stokastik curah hujan harian ini lebih kompleks dibandingkan dengan curah hujan bulanan yang dilakukan oleh Rizalihadi (2002) dan juga yang dilakukan oleh Bhakar dkk (2006) yang hanya memasukkan beberapa parameter periodik dan stokastik hujan harian. Pemodelan ini juga memberikan gambaran prilaku stokastik dari komponen stokastik yang merupakan selisih antara data hujan harian ( data terukur) dengan model periodik, komponen tersebut dapat dipresentasikan dalam harian sehingga lebih detail, berbeda dengan hasil yang diperoleh Bhakar dkk (2006) yang hanya mempresentasikan dalam bentuk curah hujan bulanan.

Penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya oleh Zakaria (2010) pada stasiun hujan Purajaya Lampung Barat dengan menggunakan 253 data hujan seri waktu diperoleh nilai koefisien korelasi model periodik stokastik sebesar 0,9989. Pada penelitian ini besarnya koefisien korelasi model periodik stokastiknya adalah 0,99987 menggunakan 512 data hujan seri waktu. Jika dibandingkan antara keduanya memiliki perbedaan yang sangat kecil meskipun menggunakan jumlah data dan stasiun yang berbeda, sehingga model periodik dan stokastik ini dapat digunakan juga pada wilayah lain yang memiliki data hujan yang baik.

IV. KESIMPULAN

Sepektrum curah hujan dari data curah hujan seri waktu dapat digunakan sebagai masukan untuk menghasilkan program periodik dan stokastik curah hujan buatan dengan menggunakan metode FFT dan kuadrat terkecil, curah hujan harian sintetik seri waktu dapat diperoleh secara signifikan dengan memasukkan komponen stokastik curah hujan. Model curah hujan harian sintetik yang dihasilkan menjadi sangat akurat dengan koefisien korelasi rata-rata model periodik adalah 0,9719, koefisien korelasi model stokastik adalah 0,9974 dan koefisien korelasi model periodik stokastik adalah 0,9999 dan Dari nilai koefisien korelasi dapat disumpulkan bahwa metode FFT sangat baik untuk menghasilkan curah hujan harian sintetik.

DAFTAR PUSTAKA

Bhakar, S.R., Singh, Raj Vir, Chhajed, Neeraj, and Bansal, Anil Kumar. 2006. Stochastic modeling of monthly rainfall at kota region, ARPN Journal of Engineering and Applied Sciences, Vol.1 (3): 36-44.

Cooley, James W. Tukey, John W. 1965. An Algorithm for the machine calculation of Complex Fourier Series. Mathematics of Computation. pp. 199-215.

Harto Br, Sri. 1993. Analisis Hidrologi, P.T Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Kottegoda, N.T. 1980. Stochastic Water Resources Technology. The Macmillan Press Ltd., London. p. 384.

Rizalihadi, M. 2002. The generation of synthetic sequences of monthly rainfall using autoregressive model, Jurnal Teknik Sipil Universitas Syah Kuala, Vol. 1 (2) : 64-68.

Triatmodjo, Bambang. (2008). Hidrologi Terapan, Beta Offset, Yogyakarta.

Zakaria, A. 1998. Preliminary study of tidal prediction using Least Squares Method, Thesis (Master), Bandung Institute of Technology, Bandung, Indonesia.

Zakaria, A. 2003. Numerical Modelling of Wave Propagation Using Higher Order Finite Difference Formulas. Thesis (Doktor). Curtin University of Technology. 247 hlm.

Zakaria, Ahmad. 2005a. Aplikasi Program FTRANS. Jurusan Teknik Sipil. Fakultas Teknik. Universitas Lampung.

Zakaria, Ahmad. 2005b. Aplikasi Program ANFOR. Jurusan Teknik Sipil. Fakultas Teknik. Universitas Lampung.

Zakaria, A. 2008. The generation of synthetic sequences of monthly cumulative rainfall using FFT and least squares method, Prosiding Seminar Hasil Penelitian & Pengabdian kepada masyarakat

(32)

1

I.PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris yang didukung dengan iklim tropis yang

memiliki curah hujan yang tinggi. Sebagai negara pertanian butuh

langkah-langkah pemerintah dalam meningkatkan produk pertanian dengan membuat

bendungan dan irigasi. Pembangunan irigasi membutuhkan banyak data, salah

satu data yang sangat penting adalah data curah hujan seri waktu.

Di alam hujan dipengaruhi oleh parameter iklim seperti suhu udara, kelembaban,

dan arah angin, yang memiliki sifat periodik dan stokastik. Pengaruh parameter

hujan yang bersifat periodik dan stokastik besarnya bervariasi terhadap besarnya

curah hujan, variasi perbandingan besarnya parameter periodik dan stokastik

dapat ditentukan dengan menggunakan pemodelan yang menggunakan data curah

hujan sebagai data masukan. Pemodelan yang dimaksud adalah pemodelan

periodik dan stokastik curah hujan dengan mengurai data hujan menjadi

komponen-komponen periodik dan stokastik, penguraian data hujan untuk

membandingkan data hujan dengan pemodelan. Pemodelan ini dimaksudkan

untuk mencari karakteristik curah hujan seri waktu sebagai data sintetik curah

(33)

2

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana model periodik dan

stokastik curah hujan di kota Bandar Lampung

C. Batasan Masalah

Penelitian ini mempunyai batasan masalah sebagai berikut :

1. Data curah hujan yang digunakan, hanya data curah hujan harian selama 512

hari antara tahun 1987 sampai dengan tahun 2000.

2. Data yang digunakan hanya dari beberapa stasiun curah hujan di Kota Bandar

Lampung

3. Hasil penelitian dibuat hanya untuk mensimulasikan/memodelkan data curah

hujan harian selama 512 hari

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan model periodik dan

stokastik curah hujan harian sintetik di Kota Bandar Lampung

E. Manfaat Penelitian

(34)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Hujan

Presipitasi adalah turunnya air dari atmosfer ke permukaan bumi yang bisa berupa

hujan, hujan salju, kabut, embun, dan hujan es. Di daerah tropis hujan

memberikan sumbangan terbesar sehingga seringkali hujanlah yang dianggap

presipitasi (Triatmodjo, 2008). Sedangkan menurut Sosrodarsono (1976)

presipitasi adalah nama umum dari uap yang mengkondensasi dan jatuh ke tanah

dalam rangkaian proses siklus hidrologi, biasanya jumlah selalu dinyatakan

dengan dalamnya presipitasi (mm). Jika uap air yang jatuh berbentuk cair disebut

hujan (rainfall) dan jika berbentuk padat disebut salju (snow).

Atmosfer bumi mengandung uap air, meskipun jumlah uap air sangat kecil

dibanding gas-gas lain di atmosfer, tetapi merupakan sumber air tawar terpenting

bagi kehidupan di bumi. Air berada di udara dalam bentuk gas (uap air), zat cair

(butir-butir air), dan kristal-kristal es. Kumpulan butir-butir air dan kristal-kristal

es tersebut mempunyai ukuran yang sangat halus (diameter 2-40 mikron)

membentuk awan yang melayang di udara, awan terbentuk sebagai hasil

pendinginan dari udara basah yang bergerak ke atas. Proses pendinginan terjadi

karena menurunnya suhu udara secara adiabatis dengan bertambahnya ketinggian.

(35)

berfungsi sebagai inti kondensasi yang dapat mempercepat proses pendinginan,

dengan demikian ada dua syarat penting terjadinya hujan yaitu massa udara harus

mengandung cukup uap air dan massa udara harus naik ke atas sedemikian

sehingga menjadi dingin (Triatmodjo, 2008).

B. Tipe Hujan

Hujan terjadi karena udara basah yang naik ke atmosfer mengalami pendinginan

sehingga terjadi proses kondensasi, naiknya udara keatas dapat terjadi secara

siklonik, orografik, dan konvektif. Hujan dapat dibedakan berdasarkan cara naik

udara ke-atas yaitu : (Triatmodjo, 2008)

1. Hujan konvektif

Di daerah tropis pada musim kemarau udara yang berada di dekat permukaan

tanah mengalami pemanasan yang intensif. Pemanasan tersebut menyebabkan

rapat massa berkurang, udara basah naik ke atas dan mengalami pendinginan

sehingga terjadi kondensasi dan terjadi hujan. Hujan yang terjadi karena proses ini

disebut hujan konvektif. Biasanya terjadi setempat, mempunyai intensitas yang

tinggi dan durasi singkat.

2. Hujan siklonik

Jika massa udara panas yang relatif ringan bertemu dengan massa udara dingin

yang relatif berat, maka udara panas akan bergerak di atas udara dingin. Udara

yang bergerak ke atas tersebut akan mengalami pendinginan dan kemudian

terkondensasi dan terbentuk awan dan hujan. Hujan yang terjadi disebut hujan

(36)

3. Hujan orografis

Udara lembab yang tertiup angin dan melintasi daerah pegunungan akan naik dan

mengalami pendinginan sehingga terbentuk awan dan hujan. Sisi gunung yang

dilalui awan tersebut banyak mendapatkan hujan, sedang sisi yang lain (sisi yang

berlawanan arah) dilalui udara kering. Daerah tersebut tidak tetap tergantung pada

musim (arah angin). Hujan ini terjadi di pegunungan dan merupakan pemasok air

tanah, danau, bendungan, dan sungai.

C. Parameter Hujan

Jumlah hujan yang jatuh di permukaan bumi dinyatakan dalam kedalaman air

(biasanya mm), yang dianggap terdistribusi secara merata pada seluruh daerah

tangkapan air. Intensitas hujan adalah jumlah curah hujan dalam satuan waktu,

yang biasanya dinyatakan dalam mm/jam, mm/hari, mm/bulan dan sebagainya,

yang kemudian disebut hujan jam-jaman, hujan harian, hujan mingguan, hujan

bulanan dan sebagainya (Triatmodjo, 2008).

Menurut Sosrodarsono dalam buku hidrologi karya Bambang Triatmodjo (2008)

menjelaskan bahwa curah hujan tidak bertambah sebanding dengan waktu. Jika

durasi waktu lebih lama penambahan curah hujan lebih kecil dibandingkan

dengan penambahan waktu, karena hujan bisa berkurang atau berhenti seperti

ditunjukkan dalam Tabel 2.1.

Durasi hujan adalah hujan yang dihitung dari saat mulai hujan sampai hujan

berhenti, yang biasanya dinyatakan dalam jam. Intensitas hujan rerata adalah

(37)

Tabel 2.1. Keadaan hujan dan intensitas hujan

Keadaan Hujan Intensitas Hujan (mm)

1 Jam 24 Jam

Hujan sangat ringan <1 <5

Hujan ringan 1-5 5-20

Hujan normal 5-10 20-50

Hujan lebat 10-20 50-100

Hujan sangat lebat >20 >100

Sumber : buku hidrologi terapan karya Bambang Triatmodjo

Distribusi hujan sebagai fungsi waktu yang menggambarkan variasi kedalaman

hujan, dapat dinyatakan dalam bentuk diskret atau kontinyu yang disebut sebagai

hidrograf, yaitu histogram kedalaman hujan atau intensitas hujan.

D. Pengukuran Hujan

Dari beberapa jenis presipitasi, hujan adalah yang paling bisa diukur. Pengukuran

dapat dilakukan secara langsung dengan menampung air hujan yang jatuh, namun

tidak dapat dilakukan di seluruh wilayah tangkapan air akan tetapi hanya dapat

dilakukan pada titik-titik yang ditetapkan dengan menggunakan alat pengukur

hujan (Triatmodjo, 2008).

Alat pengukur hujan dapat dibedakan menjadi 2 macam :

(38)

0,0 mm sedangkan untuk kejadian tidak ada hujan dengan garis (-). Pada

pengukuran ini dilakukan setiap hari dengan pembacaan dilakukan pada pagi hari,

sehingga hujan tercatat adalah hujan selama satu hari atau hujan harian. Alat

penakar hujan biasa tidak dapat mengetahui kederasan (intensitas) hujan.

2. Alat penakar hujan otomatis

Alat ini mengukur hujan secara kontinyu sehingga dapat diketahui intensitas hujan

dan lama waktu hujan. Ada beberapa macam alat penakar hujan otomatis yaitu

alat penankar hujan jenis pelampung, alat penakar hujan jenis timba jungkit, alat

penakar hujan jenis timbangan.

E. Kualitas Data

Data hujan yang diperoleh dan dikumpulkan dari institusi pengelolanya, perlu

mendapatkan perhatian secukupnya. Beberapa kemungkinan kesalahan dapat

terjadi, kesalahan yang paling banyak dijumpai adalah kurang lengkapnya data,

banyaknya bagian-bagian data hilang, atau rusak (Harto, 1993).

Untuk menghadapi keadaan di atas, ada dua langkah yang dapat dilakukan

1. Membiarkan saja data yang hilang tersebut karena dengan cara apapun data

tersebut tidak dapat diketahui dengan tepat.

2. Bila dipertimbangkan bahwa data tersebut mutlak diperlukan, maka perkiraan

data tersebut dapat dilakukan dengan cara-cara yang dikenal.

Sampai saat ini paling tidak dikenal dua cara untuk memperkirakan data, yaitu

(39)

atau inversed squared distance (Simanton dan Osborne, 1980). (dalam buku

Analisis Hidrologi oleh Sri Harto Br, 1993)

1. Normal ratio method

Normal ratio method hanya boleh digunakan bila variasi ruang hujan (spatial, areal variation) tidak terlalu besar. Pengertian hujan normal adalah rata-rata hujan dengan jangka waktu pengukuran 15-20 tahun. Hal tersebut tidak selalu dapat

diperoleh, maka besaran tersebut dapat diturunkan dari besaran hujan selama

jangka waktu maksimum yang dapat tersedia dengan jumlah setasiun acuan yang

diajukan umumnya paling tidak tiga buah.

Cara ini didasarkan pada persamaan berikut ini :

(1)

dengan :

Px : hujan pada setasiun X yang diperkirakan,

Nx : hujan normal tahunan di setasiun X,

NA : hujan normal tahunan di setasiun A,

PA : Hujan di setasiun A yang diketahui,

n : jumlah setasiun referensi.

2. Reciprocal Method

Reciprocal Method merupakan cara yang dianggap memiliki kualitas lebih baik, dengan memanfaatkan jarak atar setasiun sebagai faktor koreksi (weighting

factor). Hal ini dapat dimengerti karena korelasi antara dua setasiun hujan makin kecil dengan makin jauhnya jarak antar setasiun tersebut. Setasiun pengukuran

(40)

Cara ini menggunakan persamaan berikut untuk mengetahui data yang hilang :

Model hidrologi menurut Sri Harto (1993) adalah sebuah sajian sederhana (simple

representation) dari sebuah sistem hidrologi yang kompleks. Sistem menurut

Dooge dalam buku Analisis Hidrologi oleh Sri Harto (1993) ditakrifkan sebagai

suatu struktur, alat, skema, atau prosedur baik riel maupun abstrak, yang dikaitkan

dalam satu referensi waktu tertentu sebuah masukan atau sebab, tenaga atau

informasi dengan keluaran, pengaruh atau tanggapan secara menyeluruh.

Dalam hidrologi terdapat beberapa macam klasifikasi model yang dapat

digunakan yang dikelompokkan menjadi tiga kategori berikut ini : (menurut

Dooge, 1968; Clarke, 1973; Nemec, 1973; dalam buku Analisis Hidrologi oleh Sri

Harto)

1. Model fisik (physical model), dibuat dengan skala tertentu untuk menirukan prototipenya

2. Model analog (analog model), disusun menggunakan rangkaian resistor kapasitor untuk memecahkan persamaan-persamaan diferensial yang

mewakili proses hidrologi

3. Model matematik (mathematical model) menyajikan sistem dalam rangkaian

persamaan, dan kadang-kadang dengan ungkapan-ungkapan yang menyajikan

(41)

Dalam model variabel dan parameter masukan atau keluaran dapat disajikan

dalam bentuk lumped maupun distributed. Variabel atau parameter disebut lumped apabila besaran yang diwakilinya tidak mempunyai variabilitas ruang.

Masukan berupa hujan rata-rata DAS misalnya merupakan masukan yang bersifat

lumped, sebaliknya variabel dan parameter yang distributed mengandung ruang

dan waktu (Harto, 1993). Menurut Clarke (1973) perbedaan atara variabel dan

parameter adalah : (dalam buku Analisis Hidrologi oleh Sri Harto Br, 1993)

1. Parameter adalah besaran yang menandai suatu sistem hidrologi yang

memiliki nilai tetap, tidak tergantung dengan waktu.

2. Variabel adalah besaran yang menandai suatu sistem, yang dapat diukur dan

memiliki nilai berbeda pada waktu yang berbeda.

Menurut Sri Harto Br dalam buku Analisis Hidrologi (1993) tujuan penggunaan

model dalam hidrologi adalah :

1. Peramalan (forecasting), termasuk didalamnya untuk sistem peringantan dan

manajemen. Pengertian peramalan di sini menunjukkan baik besaran maupun

waktu kejadian yang dianalisis berdasar cara probabilistik.

2. Perkiraan (prediction), pengertian yang terkandung didalamnya adalah besaran kejadian dan waktu hipotetik.

3. Sebagai alat deteksi dalam masalah pengendalian. Dengan sistem yang telah

pasti dan keluaran yang telah diketahui maka masukan dapat dikontrol atau

diatur

4. Sebagai alat pengenal (identification tool) dalam masalah perencanaan

(42)

6. Perkiraan lingkungan akibat tingkat prilaku manusia yang berubah/meningkat

7. Penelitian dasar pada proses hidrologi

G. Konsep Dasar Pemodelan Hidrologi

1. Daur hidrologi

Konsep dasar yang digunakan dalam model hidrologi adalah daur hidrologi

(hydrologic cycle). Konsep ini merupakan konsep yang telah diterima sampai saat

ini, setelah melalui proses panjang sejak orang mulai berfikir tentang asal-usul air

yang terdapat di permukaan dan air yang ada di dalam tanah. Masing-masing

komponen aliran mempunyai sifat yang berbeda, sesuai dengan penelusuran air

(43)

Daur hidrologi secara skematik adalah sebagai berikut :

Gambar 2.1. Daur hidrologi

2. Evaluasi Kualitatif

Daerah aliran sungai (DAS, catchment, watershed, drainage basin) ditakrifkan

sebagai wilayah yang mengalirkan air ke sebuah sungai. Dalam penyusunan

model hidrologi, titik berat analisis dipusatkan pada proses pengalihragaman

(44)

(transformation) hujan menjadi debit melalui sistem DAS. Semua komponen yang

berpengaruh pada proses ini perlu diamati dan ditelaah dengan cermat. Baik

komponen hidrologi, meteorologi, geologi, secara kuantitatif memberikan

informasi sifat masing-masing komponen maupun hubungan antarkomponen dan

kemungkinan jangkau (range) nilai-nilai ekstrem yang terjadi di sistem DAS yang

dimaksud. Ditinjau dari jenis dan variabilitas sifat variabel DAS, dalam satu

waktu tertentu nilainya memiliki jangkauan yang sangat luas.

3. Kebutuhan dan Perkiraan

Dalam praktek di lapangan sangatlah sulit memilih model yang akan digunakan

untuk menganalisis suatu sistem DAS tertentu (Harto 1993), pada dasarnya

pemilihan model didasarkan kepada :

1. Dari mana dan dengan kondisi seperti apa model tersebut dikembangkan

2. Untuk tujuan apa model tersebut dikembangkan

3. Pendekatan mana (empiric, matematic, statistic) yang digunakan

4. Dalam batas-batas mana model tersebut masih berlaku

Pada dasarnya semua model dapat digunakan, asal sistem DAS yang dianalisis

memenuhi syarat-syarat yang ditentukan berlakuanya suatu model.

H. Model Periodik dan Stokastik Curah Hujan

Model stokastik adalah model yang terdiri dari satu atau lebih unsur, yang

menyusun hubungan antara masukan dan keluarannya mengikutsertakan

pengertian kesempatan kejadian (chance of occurence) dan memperkenalkan konsep probabilitas (Harto, 1993). Model periodik dan stokastik curah hujan

(45)

oleh parameter-parameter iklim seperti suhu udara, arah angin, kelembaban udara

dan lain-lain. Sehingga data hujan besifat periodik dan stokastik (Zakaria, 2008).

Prosedur matematika yang diambil untuk memformulasikan model yang

diprediksi akan didiskusikan selanjutnya. Tujuan yang paling prinsip dari analisis

ini adalah untuk menentukan model yang realistis untuk menghitung dan

menguraikan data hujan seri waktu menjadi berbagai komponen frekuensi,

amplitudo, dan fase hujan yang bervariasi.

Secara umum, data seri waktu dapat diuraikan menjadi komponen deterministik,

yang mana ini dapat dirumuskan menjadi nilai nilai yang berupa komponen yang

merupakan solusi eksak dan komponen yang bersifat stokastik, yang mana nilai

ini selalu dipresentasikan sebagai suatu fungsi yang terdiri dari beberapa fungsi

data seri waktu. Data seri waktu Xt, dipresentasikan sebagai suatu model yang

terdiri dari beberapa fungsi sebagai berikut: (Rizalihadi, 2002; Bhakar, 2006; dan

Zakaria, 2008),

(3)

dimana,

Tt = komponen trend, t = 1, 2, 3, ..., N

Pt = komponen periodik

St = komponen stokastik

Komponen trend menggambarkan perubahan panjang dari pencatatan data hujan

yang panjang selama pencatatan data hujan, dan dengan mengabaikan komponen

fluktuasi dengan durasi pendek. Apabila data hujan yang digunakan, diperkirakan

(46)

Sehingga persamaan (1) dapat dipresentasi-kan sebagai berikut,

(4)

Persamaan (2) adalah persamaan pendekatan untuk mensimulasikan model

periodik dan stokastik dari data curah hujan harian.

1. Metode spektral

Metode spektrum merupakan salah satu metode transformasi yang umumnya

dipergunakan di dalam banyak aplikasi. Metode ini dapat dipresentasikan sebagai

persamaan Transformasi Fourier sebagai berikut, (Zakaria, 2003; Zakaria, 2008):

Dimana P (tn) adalah data seri curah hujan dalam domain waktu dan P(fm) adalah

data seri curah hujan dalam domain frekuensi. tn adalah variabel seri dari waktu

yang mempresentasikan panjang data ke N, fm variabel seri dari frekuensi.

Berdasarkan pada frekuensi curah hujan yang dihasilkan dari Persamaan (4),

amplitudo sebagai fungsi dari frekuensi curah hujan dapat dihasilkan. Amplitudo

maksimum dapat ditentukan dari amplitudo amplitudo yang dihasilkan sebagai

amplitudo signifikan. Frekuensi curah hujan dari amplitudo yang signifikan

digunakan untuk mensimulasikan curah hujan harian sintetik atau buatan yang

diasumsikan sebagai frekuensi curah hujan yang signifikan. Frekuensi curah hujan

(47)

menentukan komponen priodik curah hujan harian dengan menggunakan

Persamaan (4).

2. Komponen periodik

Komponen periodik P(t) berkenaan dengan suatu perpindahan yang berosilasi

untuk suatu interval tertentu (Kottegoda 1980). Keberadaan P(t) diidentifikasikan

dengan menggunakan metode Transformasi Fourier. Bagian yang berosilasi

menunjukkan keberadaan P(t), dengan menggunakan periode P, beberapa periode

puncak dapat diestimasi dengan menggunakan analisis Fourier. Frekuensi

frekuensi yang didapat dari metode spektral secara jelas menunjukkan adanya

variasi yang bersifat periodik. Komponen periodik P(fm) dapat juga ditulis dalam bentuk frekuensi sudut ωr . Selanjutnya dapat diekspresikan sebuah persamaan

dalam bentuk Fourier sebagai berikut, (Zakaria, 1998):

̂

Persamaan (4) dapat disusun menjadi persamaan sebagai berikut,

(48)

Ar, Br = koefisien komponen Fourier,

k = jumlah komponen signifikan.

3. Komponen stokastik

Komponen Stokastik dibentuk oleh nilai yang bersifat random yang tidak dapat

dihitung secara tepat. Stokastik model, dalam bentuk model autoregresif dapat

ditulis sebagai fungsi matematika sebagai berikut,

(8)

Persamaan (6) dapat diuraikan menjadi,

(9)

dimana,

b = parameter model autoregressif.

ε = konstanta bilangan random

k = 1, 2, 3, 4, ..., p = orde komponen stokastik

Untuk mendapatkan parameter model dan konstanta bilangan random dari model

stokastik di atas dapat dipergunakan metode kuadrat terkecil (least squares

method).

4. Metode kuadrat terkecil (least squares method)

Di dalam metode pendekatan kurvanya, sebagai suatu solusi pendekatan dari

komponen-komponen periodik P(t), dan untuk menentukan fungsi P ˆ(t) dari

(49)

komponen periodik tersebut adalah metode kuadrat terkecil (Least squares

method). Dari Persamaan (5) dapat dihitung jumlah dari kuadrat error antara data dan model periodik (Zakaria, 1998) sebagai berikut, jumlah kuadrat error

∑{ ̂ }

(10)

Dimana J adalah jumlah kuadrat error yang nilainya tergantung pada nilai

koefisien komponen fourier (Ar dan Br). Selanjutnya koefisien J hanya dapat menjadi minimum bila memenuhi persamaan sebagai berikut,

(11)

Dengan menggunakan metode kuadrat terkecil, didapat komponen Fourier Ar dan

Br. Berdasarkan koefisien Fourier ini dapat dihasilkan persamaan sebagai berikut,

a. curah hujan harian rerata,

(12)

b. amplitudo dari komponen harmonik,

(13)

c. Fase dari komponen harmonik,

(14)

Rerata dari curah hujan harian, amplitudo dan fase dari komponen harmonik dapat

(50)

̂ ( )

(15)

Persamaan (13) adalah model periodik dari curah hujan harian dimana yang

periodik didapat berdasarkan data curah hujan harian dari stasiun curah hujan .

Berdasarkan hasil simulasi yang didapat dari model periodik curah hujan harian,

dapat dihitung komponen stokastik curah hujan harian. Komponen stokastik

merupakan selisih antara data curah hujan harian dengan hasil simulasi curah

hujan yang didapat dari model periodik. Selanjutnya Parameter stokastik dapat

(51)

III. METODE PENELITIAN

A. Wilayah Studi

Wilayah studi dari penelitian ini adalah di Kota Bandar Lampung, Propinsi

Lampung, Indonesia

B. Pengumpulan Data Hujan

Data hujan harian dari Kota Bandar Lampung diambil dari Badan Meteorologi

dan Geofisika Propinsi Lampung.

C. Melakukan Pemodelan

1. Menjalankan program F-TRANS (Fast Fourier Transform) untuk mengubah

curah hujan harian seri waktu menjadi spektrum curah hujan harian dan

fourier.inp (sebagai data masukan untuk menghasilkan model periodik pada

langkah ke-2). Tampilan program F-TRANS di tunjukkan pada Gambar 3.1.

2. Menjalankan program ANFOR untuk menghasilkan komponen model

periodik (frekuensi, amplitudo, fase, dan koefesien komponen fourier Ar dan

Br), model periodik curah hujan harian, dan signal.out (sebagai data masukan

(52)

langkah ke-3). Tampilan muka program ANFOR di tunjukkan pada Gambar

3.2.

3. Menjalankan program ARREG untuk menghasilkan komponen model

stokastik (e dan b), model stokastik, model periodik stokastik, dan koefisien

korelasi antara model dengan data sesungguhnya. Tampilan muka program

ARREG di tunjukkan pada Gambar 3.3.

4. Menampilkan hasil program F-TRANS, ANFOR, dan ARREG dalam bentuk

grafik.

5. Menganalisis hasil dan menarik kesimpulan.

(53)

Gambar 3.2. Tampilan program Fourier

(54)

Bagan alir percobaan

Mengubah data skunder menjadi data time series

Running program F-TRANS

Running program AFNOR

Running program ARREG (auto regresif)

Analisis hasil Mulai

Fourier input dan data spektrum kecepatan sudut Mengumpulkan data curah hujan harian

Model periodik dan data stokastik

Model periodik dan stokastik

(55)

42

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa :

1. Spektrum curah hujan dari data curah hujan seri waktu dapat digunakan

sebagai masukan untuk menghasilkan program periodik dan stokastik curah

hujan buatan.

2. Dengan menggunakan metode FFT dan kuadrat terkecil, curah hujan harian

sintetik seri waktu dapat diperoleh secara signifikan.

3. Dengan memasukkan komponen stokastik curah hujan, model curah hujan

harian sintetik yang dihasilkan menjadi sangat akurat dengan koefisien

korelasi rata-rata model periodik adalah 0,9719, koefisien korelasi model

stokastik adalah 0,9974 dan koefisien korelasi model periodik stokastik adalah

0,9999.

4. Dari nilai koefisien korelasi dapat disumpulkan bahwa metode FFT sangat

(56)

43

B. Saran

1. Penggunaan program FFT dan Kuadrat terkecil tergantung dengan data hujan

harian seri waktu, oleh sebab itu kualitas data hujan yang digunakan juga

harus baik.

2. Menggunakan banyak setasiun pengukuran hujan dalam satu wilayah akan

lebih baik karena menghasilkan gambaran hujan harian sintetik yang lebih

(57)

DAFTAR PUSTAKA

Bhakar, S.R., Singh, Raj Vir, Chhajed, Neeraj, and Bansal, Anil Kumar. 2006. Stochastic modeling of monthly rainfall at kota region, ARPN Journal of Engineering and Applied Sciences, Vol.1 (3): 36-44.

Cooley, James W. Tukey, John W. 1965. An Algorithm for the machine

calculation of Complex Fourier Series. Mathematics of Computation. pp. 199-215.

Harto Br, Sri. 1993. Analisis Hidrologi, P.T Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Kottegoda, N.T. 1980. Stochastic Water Resources Technology. The Macmillan Press Ltd., London. p. 384.

Rizalihadi, M. 2002. The generation of synthetic sequences of monthly rainfall using autoregressive model, Jurnal Teknik Sipil Universitas Syah Kuala, Vol. 1 (2) : 64-68.

Triatmodjo, Bambang. (2008). Hidrologi Terapan, Beta Offset, Yogyakarta.

Zakaria, A. 1998. Preliminary study of tidal prediction using Least Squares Method, Thesis (Master), Bandung Institute of Technology, Bandung, Indonesia.

Zakaria, A. 2003. Numerical Modelling of Wave Propagation Using Higher Order Finite Difference Formulas. Thesis (Doktor). Curtin University of Technology. 247 hlm.

Zakaria, Ahmad. 2005a. Aplikasi Program FTRANS. Jurusan Teknik Sipil. Fakultas Teknik. Universitas Lampung.

Zakaria, Ahmad. 2005b. Aplikasi Program ANFOR. Jurusan Teknik Sipil. Fakultas Teknik. Universitas Lampung.

Gambar

Gambar 3.2. Spektrum curah hujan seri waktu          tahun 1987 dari stasiun Sumber Rejo
Gambar 3.3. Spektrum curah hujan seri waktu tahun 1987 dari stasiun Sumur Putri.
Gambar 3.10. Model stokastik curah hujan harian  Pahoman 1987 (512 hari).
Gambar 3.16. Model periodik stokastik curah
+6

Referensi

Dokumen terkait

Dengan memasukkan komponen periodik dan stokastik secara bersamaan dalam satu pengolahan data, didapatkan model curah hujan harian sintetik yang lebih akurat dan hampir

Tabel 4.12 Perbandingan Kumulatif Bulanan Curah Hujan Harian Terukur dan Curah Hujan Hasil Pemodelan Sintetik (Periodik + Stokastik) Tahun 1990 dari Stasiun Hujan PH 016

Nilai koefisien korelasi rata-rata (R) antara data dengan model periodik curah hujan adalah sebesar 0,97305, antara seri data stokastik dan model stokastik adalah sebesar 0,99150,

Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari pola karakteristik curah hujan harian dan membuat model sintetik curah hujan harian di Kabupaten Pringsewu dengan menggunakan

Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari pola karakteristik curah hujan harian dan membuat model sintetik curah hujan harian di Kabupaten Pringsewu dengan menggunakan

Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari pola karakteristik curah hujan harian dan membuat model sintetik curah hujan harian di Kabupaten Pringsewu dengan menggunakan

Nilai koefisien korelasi rata-rata (R) antara data dengan model periodik curah hujan adalah sebesar 0,97305, antara seri data stokastik dan model stokastik adalah sebesar 0,99150,

Sepektrum curah hujan dari data curah hujan seri waktu dapat digunakan sebagai ma- sukan untuk menghasilkan program periodik dan stokastik curah hujan buatan dengan menggunakan