• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nn

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Nn"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Guru memiliki peran yang sangat penting dalam menuntut keberhasilan pendidikan. Di kelas guru merupakan subyek utama dalam kegiatan pembelajaran. Guru adalah salah satu komponen utama dalam sistem pendidikan yang sangat mempengaruhi hasil pendidikan. Korelasi antara guru dengan subjek didik, adalah relasi kewibawaan. Relasi kewibawaan bukan menimbulkan rasa takut pada subjek didik. Bukan pula pada relasi kekuasaan dimana subjek didik harus selalu tunduk, akan tetapi relasi yang menumbuhkan kesadaran pribadi untuk belajar. Guru adalah bagian dari masyarakat yang mempunyai tugas unik dalam pendidikan, peranan guru tidak dapat dilepoas karena guru berperan sebagai agen pembaruan, mengarahkan subjek didik dan juga masyarakat mencapai sesuatu yang telah ditentukan oleh masyarakat itu sendiri. Dalam hubungan ini guru berperan untuk menunjang lestarinya nilai-nilai yang perlu dipertahankan dan mencari nilai-nilai baru yang perlu digali.

(2)

kurikulum di kelas perlu mendapat perhatian serius. Pekerjaan profesional berbeda dengan pekerjaan lainnya karena suatu profesi memerlukan melakukan berbagai upaya kemampuan dan keikhlasan khusus yang bersifat profesional adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang khusus dipersiapkan untuk itu. Adapun secara umum ciri-ciri dari suatu profesi adalah sebagai berikut:

a. memiliki sesuatu keahlian khusus b. merupakan suatu panggilan hidup

c. memiliki teori-teori yang baku secara universal

d. mengabdi diri untuk masyarakat dan bukan untuk diri sendiri

e. dilengkapi dengan kecakapan diagnostik dan kompetensi yang aplikasi f. memiliki otonomi dalam melaksanakan pekerjaan

g. memiliki kode etik

h. memiliki klaen yang khusus

i. mempunyai organisasi profesional yang kuat

j. mempunyai hubungan dengan profesi pada bidang-bidang lain.

(3)

3

guru yang tidak sesuai dan layak mengajar, serta 25. 571 (9,0%) yang sama sekali tidak mempunyai kesesuaian dan kelayakan untuk mengajar. Pada tingkat SLTA, ijazah tertinggi yang dimiliki guru SLTA Negeri dan swasta secara nasional menunjukan bahwa dari 346.783 orang guru terdapat 13.819 guru berijazah PGLP/A/d2, 74.941 guru berijazah D3 / sarjana 211.791 guru 1.087 guru berijazah pasca sarjana (Pusat Statistik Pendidikan Baltbang diknas, 2000: 95).

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kondisi guru di Indonesia masih dalam taraf yang harus ditingkatkan profesionalismenya sebagai akibat kurang kualitas, kurang layak, kurang sesuai, dan masih banyak guru bidang studi tertentu yang merangkap atau mengajar bidang studi lain ( Tilaar, 1999: 95).

Dalam era disentaralisasi seperti tertuang dalam UU No. 32 tahun 2004 desentarlisasi adalah penyerahan wewenang pemerintah dari daerah otonom dalam kerangka NKRI pemerintah pusat hanya menangani kewenangan yang bersifat pengarahan, perumusan kebijakan, pengawasan. Daerah di tuntut melahirkan kebijakan-kebijakan sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan daerah, karena daerah tersebut yang mengetahui kondisi daerahnya, permasalahan, kebutuhan dan aspirasi masyarakat, sehingga dapat menyusun rencana, perumusan kebijakan dan menentukan langkah-langkah pelaksanannya.

(4)

pendidikan kabupaten di tuntut untuk melahirkan kebijakan-kebijakan yang terkait dengan pengembangan profisionalisme guru sesuai dengan kebutuhan dan kondisi guru di wilayah tersebut. Berdasarkan pada pemikiran dan kondisi di atas, maka masing-masing daerah perlu melakukan berbagai upaya pengembangan profesionalisme guru sesuai dengan kebutuhan, kondisi dan latar belakang daerahnya, sehingga tujuan peningkatan profesionalisme guru dapat menyentuh seluruh lapisan guru sehingga pada akhirnya semua guru akan menikmati upaya peningkatan Profesionalismenya. Di samping itu para guru secara mandiri perlu berupaya meningkatkan profesionalismenya secara terus menerus tanpa harus menunggu dukungan dari luar.

Dalam rangka peningkatan sumber daya manusia, peningkatan mutu pendidikan khususnya pada tingkat Sekolah Menengah telah menjadi kebijakan pemerintah yang harus di wujudkan sebaik-baiknya.

Di daerah Lampung khususnya di kota Bandar Lampung, para guru sekolah Menengah secara rutin diberi pembinaan, baik melalui penataran-penataran atau pelatihan-pelatihan terutama yang berkaitan dengan peningkatan mutu pembelajaran dan kurikulum berbasis kopetensi.

Pembelajaran berbasis kompetensi adalah program dimana hasil belajar atau kompetensi yang diharapkan dicapai siswa, sistem pencapaian dan indikator mencapai hasil belajar, dirumuskan secara tertulis sejak perencanaan dimulai

“Mc. Asahan (1998)”. Lebih lanjut dinyatakan bahwa komponen pokok

(5)

5

a) Kompetensi yang akan dicapai;

b) Strategi yang akan dicapai untuk mencapai kompetensi;

c) Sistem evaluasi atau pengujian yang digunakan untuk menentukan keberhasilan siswa dalam mencapai kopetensi.

Kompentensi yang harus di kuasai oleh siswa perlu di rumuskan dengan

jelas dan specific menurutnya “perumusan tersebut hendaknya didasarkan

atas prinsip relevansi dan konsistensi antara kompetensi dengan materi yang di pelajari, waktu yang tersedia dan kegiatan serta lingkungan belajar yang

di gunakan”.Kebijakan tersebut memberi isyarat bahwa evaluasi merupakan

kompenen penting dalam proses kegiatan belajar mengajar di sekolah memerlukan perhatian khusus untuk di benahi.

(6)

penyusunan strategi evaluasi akan dapat hasil evaluasi yang biasa, dan pada giliran informasi yang tidak diterimapun tidak akurat. Selanjutnya bahwa guru dalam melakuakn evaluasi adalah untuk mendapatkan informasi yang dapat digunakan dalam memberikan penilaian tentang kegiatan yang di lakukan.

Menurut S. Hand Hasan, dkk (1993) jenis keputusan yang di ambil guru tidak dapat dilepaskan dari fungsi evaluasi. Berdasarkan fungsi tersebut guru dapat menentukan tujuan evaluasi yang dilakukan.

Fungsi evaluasi tersebut adalah : formatif, sumatif, penempatan/ pengelompokan, diagnostic. Penelitian ini lebih memfokuskan fungsi evaluasi formatif yang dilakukan guru. Hal ini dengan pertimbangan alat evaluasi formatif yang umunya di gunakan guru adalah merupakan alat yang belum di bakukan, sehingga perlu kiranya diteliti apakah alat evaluasi mampu dibuat dan dilaksanakan oleh guru, dan apakah alat evaluasi buatan guru memiliki standar baku.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

1. peranan dinas pendidikan dalam pembinaan profesionalisme guru 2. peranan MGP dalam pembinaan profesionalisme guru

(7)

7

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan indetifikasi masalah diatas penulis membatasi masalah pada “

Peranan MGMP dalam menunjang profesionalisme guru PKn pada SMA Negeri di Bandar Lampung”

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

“bagaimanakah peranan MGMP terhadap Peranan pembinaan

profesionalisme guru PKn pada SMA Negeri 1 di Bandar Lampung.

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah menjelaskan pengaruh sistem pembinaan professional Guru melalui pola MGMP terhadap aktivitas pembelajaran di Sekolah Menengah Atas Bandar Lampung Tahun 2009.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Sebagai masukan bagi kepala sekolah dan pejabat dinas pendidikan untuk meningkatkan mutu pendidikan wawasan untuk guru.

(8)

3) Sebagai masukan bagi guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran.

F. Ruang Lingkup Penelitian

1. Ruang Lingkup Objek

Ruang Lingkup objek penelitian ini adalah peranan MGMP dalam pembinaan profesionalisme guru PKn pada SMA Negeri Bandar Lampung.

2. Ruang Lingkup Subjek

Ruang lingkup dalam penelitian ini aalah seluruh guru PKn SMA Negeri yang ikut tergabung dalam MGMP di Bandar Lampung.

3. Ruang Lingkup Wilayah Penelitian

ruang lingkup wilayah penelitian ini yaitu SMA Negeri sebandar lampung

4. Ruang Lingkup Penelitian

(9)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Pengertian Profesi Guru

Secara etimologi, Profesi berasal dari bahasa inggris profesion atau bahasa latin profecus, yang artinya mengakui, menyatakan, mampu atau ahli dalam melaksanakan pekerjaan tertentu ada beberapa istilah yang berkaitan dalam profesionalisme yaitu okupasi,profesi dan amatir maka para profesional adalah para ahli di dalam bidangnya yang telah memperoleh pendidikan atau pelatihan yang khusus untuk pekerjaan itu. Dalam kamus besar bahasa Indonesia profesional artinya bersangkutan dengan profesi, memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya, profesional, mutu kualitas dan tidak tanduk yang merupakan ciri suatu profesi orang profesional.

(10)

2. Guru Sebagai Profesi

Jabatan guru sebagai suatu profesi masih sering dipertanyakan, setidaknya masih ada yang beranggapan bahwa guru bukanlah suatu profesi. Dedy Supriyadi (1999) menyatakan bahwa guru sebagai suatu profesi di Indonesia baru dalam tarap sedang tumbuh (Emerging Profesion) yang tingkat kematanganya belum sampai pada yang telah di capai oleh profesi-profesi lainya, sehingga guru dikatakan sebagai profesi-profesi yang setengah-setengah atau semi profesional.

Pekerjaan profesional berbeda dengan pekerjaan lainnya karna suatu profesi memerlukan kemampuan dan keikhlasan khusus dalam melaksanakan profesi dengan kata lain pekerjaan yang bersifat profisional adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang khusus di persiapkan untuk itu.

(11)

9

Menpan No. 26 tahun 1989, yang menentukan bahwa guru mendapat tunjangan fungsional sebagai pengajar.

Bahkan sekarang dalam Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (sisdiknas) pasal 39 ayat 2 dinyatakan bahwa: pendidik merupakan profesional; yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan bimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat terutama bagi pendidikan bagi perguruan tinggi. Selanjutnya pada ayuat 3 dikatakan bahwa : pendidik yang mengajar pada suatu pendidikan dasar dan menengah disebut guru dan pendidik yang mengajar pada perguruan tinggi adalah Dosen.

Dari uraian di atas dapatlah dikatakan bahwa guru adalah suatu profesi, dimana profesionalisme guru masih perlu ditingkatkan terus menerus. Pengembangan profesionalisme guru di akui sebagai hal yang fundamental guna meningkatkan mutu pendidikan. Perkembangan profesionalisme adalah proses dimana guru dan kepala sekolah belajar, meningkatkan dan menggunakan pengetahuan, keterampilan dan nilai secara tepat.

(Ray Bolam, 2002 :103) menyatakan bahwa defenisi pengembangan profesional adalah :

a. Suatu proses yang terus menerus tanpa henti dari kegiatan pendidikan, latihan dan support.

(12)

c. Secara proaktif terlibat dalm menentukan mutu : guru yang profesional, kepala sekolah dan pimpinan sekolah lainya.

d. Bertuajuan terutama pada peningkatan belajaran dan pengembangan profesionalisme pengetahuan, keterampilan nilai.

e. Membantu mereka untuk menetapkan dan mengimplementasikan perubahan nilai dalam prilaku mengajar dan kepemimpinan.

f. Sehingga mereka dapat mengajar lebih efektif.

g. Dengan demikin tercapai keseimbangan antara kebutuhan individual, sekolah dan nasional.

Profesi guru memiliki tugas melayani masyrakat dalam bidang pendidikan. Tuntutan profesi ini adalah memberikan layanan yang optimal dalam bidang pendidikan kepada masyarakat. Secara khusus guru dituntut untuk memberikan layanan professional kepada peserta didik agar tujuan pembelajaran tercapai. Untuk merncapai tujuan itu diperlukan guru-guru professional. (Usman, 2002 : 15) menyatakan guru professional adalah orang yang memilki kemampuan dan keahlian khusus di biadang keguruan sehingga ia mampu melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal.

3. Karkteristik Profesional Guru

(13)

11

1. Kolektor

Guru harus bias membedakan mana nilai yang baik dan nilai yang buruk.

2. Inspirator

Guru harus dapat memberikan petunjuk (ilham) bagaiman cara belajar yang baik.

3. Infomator

Guru harus dapat memberikan informasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, selain sejumlah bahan pelajaran yang telah di programkan dalam kurikulum.

4. Organisator

Guru harus memiliki kegiatan pengelolaan, kegiatan akademik, menyusun tata tertip sekolah, menyusun kalender akademik dan sebagainya.

5. Motivator

Guru hendaknya dapat mendorong anak didik agar bergairah dan aktif belajar.

6. Inisiator

Guru harus dapat menjadi pencetus ide-ide kemajuan dalam pendidikan dan pengajaran.

7. Fasilitator

(14)

8. Pembimbing

Dalam hal ini kehadiran guru disekolah adalah untuk membimbing anak didik menjadi anak dewasa yang pandai.

9. Demonstrator

Guru disini dapat dijadikan alat peraga, yang apabila ada bahan yang sukar di pahami anak didik hendaknya guru harus berusaha membantunya , dengan cara memperagakan apa yang diajarkan secara dikdatis, sehingga apa yan guru inginkan sejalan dengan pemahaman anak didik.

10.Pengelola Kelas

Guru hendakya harus dapat mengelolah kelas dengan baik dan mengelolah program belajar.

11.Mediator

Guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan dalam berbagai bentuk dan jenisnya, baik media non material maupun materiil.

12.Supervisor

Guru hendaknya dapat membantu memperbaiki, dan menilai secara kritis terhadap proses pengajaran.

13.Evaluator

(15)

13

Sedangkan menurut petunjuk Depdiknas (2004), bahwa berdasarkan pada prinsip-prinsip meningkatkan kualitas professional guru, maka dapat disebutkan karakteristis professional guru sebagai berikut :

1. Guru orang yang memiliki keahlian (expertise) yakni : a. Menguasai pembelajaran materi pembelajaran di sekolah;

b. Menguasai konsep keilmuan yang relevan dengan materi pembelajaran di sekolah;

c. Menguasai strategi pembelajaran di sekolah;

d. Konstributif (mampu berperan) terhadap tercapainya tujuan pembelajaran dan tujuan pendidikan nasional.

2. Guru adalah orang yang memiliki sifat kolegialisme (kesejawatan), yakni:

a. Mampu membagi ide (gagasan) baik untuk pengembangan mampu untuk kepentingan praktek;

b. Berbagi pengalaman baik yang diperoleh dari pembelajaran di sekolah maupun dari pengalaman mengikuti kegiatan diluar sekolah;

c. Berkerjasama dalam pengembangan ilmunya dan peningkatan proses belajar mengajar;

d. Bersifat energi, yakni guru yang mampu membangun kekuatan pembelajaran dengan pemamfaatan lingkungan, sumber daya manusia dan masyarakat;

(16)

3. Guru adalah orang yang cepat menjadi model warga Negara yang baik dan cerdas, yakni:

a. Memiliki kepekaan sosial, memeliki kepedulian terhadap lingkungan;

b. Menjadi tanggung jawab sebagai warga negara;

c. Menjadi tauladan bagi keluarga, sekolah dan masyarakat; d. Bersedia membimbing dari belakang;

e. Menghormati Negara dan berbagai lambing Kenegaraan Republik Indonesia;

f. Bersikap demokratis dan menghargai kesejahteraan.

4. Guru adalah mereka yang menjujung tinggi kode etik, guru yang : a. Menaati seluruh peraturan yang berlaku baik tertulis maupun yang

tidak tertulis;

b. Bersifat taat azas, mematuhi aturan yang berbuat sesuai dengan keTuhan yang disepakati dalam setiap situasi atau keadaan;

c. Dapat menjadi contoh sebagai warga Negara bertanggung jawab; d. Memilki kesetia kawanan (solidaritas) sebagai guru.

4. Tinjauan Tentang Sistem Pembinaan Professional Guru

(17)

15

pembinaan prfesional-KBK melalui penataran dan sistem professional-KBK melalui penataran dan pelatihan.

Pelatihan Terintegrasi Bebasis Kompetensi (PTBK) bagi guru dilaksanakan dalam dua model, yaitu pelatihan klasikal dan menggunakan wahana pertemuan MGMP.

1. Model Klasikal

Model klasikal adalah pelatihan yang diselengarakan secara kelas dimana peserta di kelompokan berdasarkan hasil tes kompetensi. Model ini lebih efektif untuk meningkatkan kemampuan guru, namun memerlukan biaya yang besar dan guru harus meninggalkan tempat kerja. Oleh karena itu model ini di fokuskan bagi guru-guru yang lokasi sekolahnya di dearah terpencil, sehingga sulit atau bahkan tidak mungkin mengikuti pola MGMP yang dilaksanakan bahkan setiap minggu sekali.

Model klasikal juga di fokuskan untuk menghasilkan nara sumber pada pertemuan MGMP. Oleh karna itu diupayakan beberapa guru yang mendapatkan skor tes kompetensi bagus dan tinggi di kota dapat ikut pola klasikal, dengan harapan nantinya akan menjadi nara sumber pada pola MGMP di daeranya.

2. Pola PTBK Forum MGMP

(18)

pekerjaannya. Di samping itu pembahasan kompetensi di forum MGMP lebih muda dikaitkan dengan konteks lingkungan guru bekerja.

Dalam jangka panjang, forum MGMP akan sangat penting sebagi wahana peningkatan prifesionalisme guru, oleh karna itu PTBK yang dilaksnakan melalui wahana MGMP dapat menjadi pemicu pengmbangan efektifitas MGMP di masa yang akan dating.

PTBK yang dilaksanakan pada pertemuan MGMP pada dasarnya pelatihan untuk meningkatkan kompetinsi guru yang tidak dapat mengikuti PTBK secara klasikal wajib ikut dalm forum MGMP. Kehadiran wajib guru disesuiakan dengan hasil tes. Guru wajib hadir untuk topic-topik yang belum dikuasai dalam tes kompetensi, sedangkan untuk topic yang sudah dikuasai, boleh hadir dan boleh tidak. Karna itu dalam kegiatan PTBK melalui MGMP harus :

1) Dilaksanakan minimal 3 atau 6 kali dalam setahun

2) Pada setiap unit MGMP dibuat jadwal yang jelas dengan memuat : (a) tanggal, jam dan tempat untuk setiap pertemuan, (b) topic yang dibahas untuk setiap pertemuan, (c) nara sumber untuk setiap pretemuan dan, (d) peserta yang wajib hadir untuk setiap pertemuan.

(19)

17

topik, (c) keterlaksanaan kegiatan pelatiahn untuk setiap pertemuan, dan (d) kendala yang terjadi.

4) Laporan tersebut disusun oleh penanggung jawab PTBK di setiap unit MGMP dengan rangkap tiga dan disampaikan kepada : (a) dinas pendidikan kabupaten/kota, (b) dinas pendidikan provinsi, dan (d) kendala yang terjadi.

5) Sebagai pihak penanggung jawab, dinas pendidikan kabupaten/kota perlu melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan PTBK melalui forum MGMP, sehingga dapat melakukan pembenahan agar berjalan lebih baik dan mengatasi masalah yang mungkin terjadi.

Dengan penataran KBK, diharapkan kemampuan guru memahami konsep dasar mengejar akan lebih baik, sehingga guru dapat secara ril melaksanakan tugasnya dalam proses belajar mengajar dengan baik.

Sebagaimana paendapat Burhan, (1980) bahwa “penataran guru

merupakan usaha yang dilakukan secara sadar dan berencana untuk meningkatkan mutu para tenaga kependidikan dibidang pengetahuan, kemampuan, keterampilan, sikap, dan kepribadian agar lebih mampu

dan mantap dalam melaksanakn tugasnya”.

(20)

kecenderungan lebih mantap dalam profesinya sebagia guru di banding dengan rekan-rekan yang belum ditatar.

Dalam tugasnya sehari-hari para guru dibina oleh kepala sekolah dan pemilik sekolah sebagai supervisor. Sistem pembinaan yang saat ini telah dilaksanakan di SMA adalah sistem pembinan professional guru melalui kelompok kesejawatan. Dengan sistem ini diharapkan pembinaan akan lebih efektif, karena unsure-unsur didalam tersebut biasa saling berkerja sama dan saling melengkapi dengan menerapkan penataran teman sejawat guru. Kelompok kesejawatan juga merupakan wadah kegiatan dimana anggota sejawat bias saling asah, asaih, dan asuh untuk meningkatkan kualitas dari masing-masing.

Lebih lanjut dalam upaya meningkatkan mutu guru maka kecenderungan berperestasi guru dalam mengemban tugas perlu diketahui, sebab dengan mengetahui kecenderungan tersebut pemantauan terhadap langkah pembinaan dapat dilakukan. Seorang guru dikatan punya motifasi kerja bila dalam hatinya selalu ada keinginan untuk maju, berprestasi, berkarya lebih baik, bertangung jawab dan disiplin. Sebagai mana pendapat Handoyo (1991) “guru

dituntut untuk memiliki motifasi tinggi dalam menunaikan tugasnya”.

(21)

19

tugasnya akan tepengaruh, yang pada giliranya efektivitas pengajaran dapat tercapai. Seperti dikatakan Loekheed (1990) ada tiga hal yang menentuka efektivitas pengajaran yakni ; pengetahuan mengenai subyect mater, keterampilan mendidik, dan motivasi kerja guru.

5. Kerangka Pikir

Penelitian ini sebenarnya akan melihat dampak atau pengaruh pelaksanaan sistem pembinaan professional guru melalui kegiatan-kegiatan yang mengarah pada pembentukan dan pengembangan tenaga kependidikan terhadap kemampuan guru dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Penulis menduga bahwa variable dalam penelitian ini berkorelasi, dan ini berarti peneliti dapat melihat pengaruhnya.

Untuk lebih memperjelas keterkaitanya dalam diagram seperti berikut :

SISTEM PEMBINAAN PROFESIANAL GURU

Sistem/Pola MGMP

AKTIVITAS PEMBELAJARAN

(22)

6. Hipotesis

Hipotesis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :

“ada pengaruh yang siknifikan sistem pembinaan professional guru

melalui pola MGMP terhadap aktivitas pembelajaran di Sekolah

(23)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Jenis penelitian adalah diskriktif, dalam hal ini penulis berusaha memberikan gambaran keadaan yang terjadi pada saat ini secara sistematis dan faktual dan perlu di carikan solusinya, adapun sifat penelitian ini adalah expost facto, artinya panelitian tidak memberikan perlakuaan lagi pada variable bebasnya, yaitu system pembinaan profisional guru melalui MGMP, penulis hanya melihat dampak atau pengaruhnya saja pada aktivitas pembelajaran di sekolah sebagi variable terikatnya.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Dalam penelitian ini yang menjadi populusi adalah guru bidang studi PKn SMA di Bandar Lampung yang berjumlah 34 orang dalam penelitian ini sebanyak 20%.

2. Sampel

(24)

hetrogen, maka pengambilan sample yang benar dalah sebanyak-banyaknya. Namun apabila keadaan populusinya homogen, maka pengambilan sampelnya cukup beberapa saja. Juga melihat pada ketentuan, apabila populasi kurang 100 lebih baik diambil semua. Sample dalam penelitian ini sebanyak 20 % dari 34 orang guru, dan ditentukan dengan teknik purposif random sampling.

C. Variabel Penelitian

Variable yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel yang mempengaruhi atau disebut juga varibel bebas (X) Peranan MGMP.

2. Varibel yang dipengaruhi atau disebut dengan variable terikat (Y) profesionalisme Guru.

D. Devinisi Operasional Variabel dan Indikatornya

(25)

22

nara sumber dan perserta untuk setiap pertemuan, ketersedian bahan latihan untuk setiap topik, keterlaksanaan kegiatan pelatihan untuk setiap pertemuan, dan kendala yang terjadi.

2. Aktifitas pembelajaran di sekolah adalah semua kegiatan yang dilakukan di sekolah, seperti yang dikatakan Loekheed (1990) ada tidak yang menentukan efektivitas pengajaran yakni: pengetahuan tentang sunyect mater, keterampilan mendidik, dan motifasi kerja guru.

E. Instrumen Penelitian

1. Uji Validitas

Dalam penelitian ini untuk menentukan validitas sistem soal dilakukan dengan kontrol langsung terhadap teori-teori yang melahirkan indikator-indikator yang dipakai. Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Logical Validity, yaitu dengan mengkonsultasikan pada pakar. Berdasarkan konsultasi tersebut diadakan revisi sesuai dengan keperluan.

2. Uji Reliabilitas

(26)

F. Teknik Pengumpualn Data

1. Teknik Pokok

Teknik pokok yang digunakan adalah angket atau kuesioner diguanakan untuk mengetahui pelaksanaan system pembinaan profesional guru melalui pola MGMP, dan aktivitas pembelajaran di sekolah.

2. Teknik Panjang

Sebagai tindak lanjut dalam penelitian ini adalah wawancara dan dokumentasi. Teknik tersebut digunakan untuk mendapatkan data pelengkap berupa informasi-informasi yang hasilnya dianalisis secara kulitatif.

G. Teknik Analisis Data

Sebagai tindak lanjut dari pengumpulan data adalah menganalisis data. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah dengan mendeskripsikan data kualitatif dan data kuantitatif, setelah data diperoleh dari masing-masing responden ditabulasikan, langkah selanjutnya adalah menggolongkan data tersebut dan disajikan dalam bentuk persentase untuk menarik kesimpulan.

(27)

24

Keterangan : : Chi – Kaudrat : jumlah Baris : Jumlah Kolom

: frokuensi yang diharapkan

: Banyak data yang diharapkan terjadi (Sudjana, 1996 : 280)

Dengan kreteria uji sebagai berikut :

a. Jika X2 besar atau sama dengan X2 tabel dengan taraf signifikan 5 % maka hipotesis diterima.

b. Jika X2 lebih kecil atau sama dengan X2 tabel dengan taraf signifikan 5 % maka hipotesis ditolak.

Untuk menguji hipotesis ke 2 dan mengetahui tingka keeratan antara pelaksanaan sistem pembinaan profesional guru dengan kemampuan evaluasi guru SMPN 28 Perum Bukit Kemiling :

Keterangan :

C : koefisien kontingensi X2 : Chi Kaudrat

n : Sample

(28)

Agar harga C yang diperoleh dapat diginakan untuk menelai derajat asosiasai faktor-faktor, maka harga C dibandingkan dengan koefisien kontengensi maksimum. Harga C maksimum dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

(29)

PERANAN MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) PEBINAAN PROFESIONALISME GURU

PKn Di SMA NEGERI 1 DI BANDAR LAMPUNG

OLEH SUNDARI

Skripsi

Sebagi Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi PPkn

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

(30)

PEBINAAN PROFESIONALISME GURU PKn Di SMA NEGERI 1

DI BANDAR LAMPUNG

OLEH SUNDARI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

(31)

ii

3. Ruang Lingkup Wilayah Penelitian ... 8

4. Ruang Lingkup Penelitian ... 8

II . TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori ... 9

1.Peranan ... 9

2. Hakekat Guru ... 9

3. Tujuan, Fungsi, dan Prinsip Pembinaan ... 10

(32)

iii

B. Populasi dan Sampel ... 28

1.Populasi ... 28

2. Sampel ... 28

C. Variabel Penelitian ... 29

D. Devinisi Operasional Variabel dan Indikatornya ... 29

E. Instrumen Penelitian ... 31 A.Langkah-Langkah Penelitian... 35

Referensi

Garis besar

Nn

Dokumen terkait

sumber data adalah perannya dalam pertumbuhan, perkembangan dan kemajuan sastra Jawa modern. Adapun alasan pemilihan cerkak DPBLL sebagai objek penelitian adalah

Menyusun kubus menyerupai stupa, digunakan untuk , mengenalkan warna mengenalkan jumlah motorik halus konsentrasi Harga Rp.45.000,- Menara Balok Digunakan untuk :

Merancang dan mengimplementasikan seni gamelan jawa ke dalam sajian desain multimedia dan mengimplementasikan sebagai media informasi dan pembelajaran interaktif

Urutan pengerjaan pembuatan huruf/angka pada bidang plesteran terdiri dari: melukis huruf/angka pada permukaan, menyiapkan permukaan, melekatkan adukan pada permukaan,

Melaksanakan  Algoritma  berarti  mengerjakan  langkah‐langkah  di  dalam  Algoritma  tersebut.  Pemroses  mengerjakan  proses  sesuai  dengan  algoritma  yang 

Lembaga keuangan syariah boleh melakukan penjadwalan kembali (rescheduling) terhadap tagihan murabahah bagi nasabah yang tidak bisa menyelesaikan pembiayaanya sesuai

Faktor teknis adalah segala persyaratan yang harus dipenuhi dalam kegiatan pembenihan ikan kerapu macan yang berhubungan langsung dengan aspek teknis dalam

Melalui Keputusan Menteri ESDM Nomor 255K/30/MEM/2020 tentang Pemenuhan Kebutuhan Batubara Dalam Negeri Tahun 2021, pemerintah telah menetapkan persentase minimal