• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENAMBAHAN BENZILADENIN PADA PELAPIS KITOSAN TERHADAP MUTU DAN MASA SIMPAN BUAH JAMBU BIJI ‘CRYSTAL’

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENAMBAHAN BENZILADENIN PADA PELAPIS KITOSAN TERHADAP MUTU DAN MASA SIMPAN BUAH JAMBU BIJI ‘CRYSTAL’"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENGARUH PENAMBAHAN BENZILADENIN PADA PELAPIS KITOSAN TERHADAP MUTU DAN MASA SIMPAN

BUAH JAMBU BIJI ‘CRYSTAL’ Oleh

Dian Wahyu Kusuma

Jambu biji ‘Crystal’ adalah satu dari kultivar jambu biji yang ada di Indonesia. Jambu biji ‘Crystal’ memiliki harga cukup tinggi di pasaran. Masa simpan buah yang pendek menjadikan kerusakan pascapanen yang cepat. Cara untuk

mempertahankan kesegaran dan mutu buah adalah dengan melapisi buah. Gunanya adalah untuk mencegah penguapan air, sehingga dapat memperlambat kelayuan dan laju respirasi.

Bahan yang dapat digunakan untuk perendaman buah adalah zat pengatur tumbuh (ZPT) yang salah satunya dari golongan sitokinin yaitu benziladenin (BA). Perendaman buah jambu biji ‘Crystal’ dalam larutan BA yang lebih lama, BA diharapkan dapat masuk ke dalam buah secara merata. Lama perendaman dapat diatasi dengan cara menambahkan BA ke dalam bahan pelapis yaitu kitosan. Diharapkan dengan mengaplikasikan BA ke dalam larutan pelapis kitosan, BA secara perlahan akan masuk ke dalam buah selama penyimpanan, sehingga dapat mempertahankan mutu dan memperlama masa simpan buah jambu biji ‘Crystal’. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) pengaruh penambahan

benzilaedenin pada bahan pelapis kitosan terhadap masa simpan dan mutu buah jambu biji ‘Crystal’, dan (2) mendapatkan perlakuan konsentrasi benziladenin terbaik pada bahan pelapis kitosan terhadap masa simpan dan mutu buah jambu biji ‘Crystal’.

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hortikultura, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Februari hingga Maret 2012. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan perlakuan yang disusun secara faktorial 3 x 4. Faktor pertama adalah perlakuan buah tanpa apa pun (K0), tanpa kitosan dalam asam asetat 0,5% (K1), dan kitosan 2,5% (K2). Faktor kedua adalah BA dalam tiga taraf konsentrasi, yaitu 0 ppm (B0), 25 ppm (B1), 50 ppm (B2) dan 100 ppm (B3). Sebagai

(2)

ii

Hasil penelitian menunjukkan (1) Perlakuan kitosan 2,5% dapat memperpanjang masa simpan buah jambu biji ‘Crystal’ secara nyata 2,83 dan 6,12 hari lebih lama dibandingkan perlakuan kontrol (air) dan asam asetat 0,5%, (2) penambahan BA konsentrasi 25, 50 dan 100 ppm nyata mempersingkat masa simpan buah jambu biji ‘Crystal’, tetapi tidak menyebabkan penurunan mutu buah, dan (3)

penggunaan asam asetat 0,5% sebagai pelarut kitosan 2,5% tidak ada efek buruknya, tetapi perendaman dengan asam asetat 0,5% berpengaruh buruk terhadap mutu dan masa simpan buah jambu biji ‘Crystal’.

(3)

iii

ABSTRACT

EFFECT OF ADDITION BENZILADENINE (BA) ON CHITOSAN COATING OF THE QUALITY AND SELF

LIFE FRUIT GUAVA ‘CRYSTAL’ By

Dian Wahyu Kusuma

‘Crystal’ is one of guava cultivars in Indonesia '. Guava of 'Crystal' has expensive price in the market. The Short self life of fruit makes a fast post harvest damage. The way to maintain the freshness and quality of the fruit is by coating the fruit. The use was to prevent water evaporation and reduce so the damage can be slowed.

The material used for soaking the fruit was a plant growth regulators of

benziladenine (BA). By soaking guava ‘Crystal’ in a solution of BA, the hormon is expected to infiltrate into the fruit slowly and evenly. A longer soaking can be accomplished by adding BA to the coating material of chitosan. By applying BA to the chitosan coating solution, the BA will slowly infiltrate into the fruit during storage, so it can maintain quality and prolong the shelf life of guava ‘Crystal’. This research was aimmed at (1) studying the effects of the addition of BA on the application of chitosan coating on quality and shelf life of guava ‘Crystal’, and (2) obtaining the best concentration of BA added to the chitosan coating to maintain the quality and prolong the shelf life of guava ‘Crystal’.

This research was conducted in the Laboratory of Horticulture, Faculty of

Agriculture, University of Lampung during February─March 2012. This research used a completely randomized design, with treatments arranged in a factorial 3 x 4. The first factors were fruits without any treatment but water (K0), without chitosan but in acetic acid 0,5% (K1), and 2,5% chitosan (K2). The second factors were the concentrations of BA in four levels: 0 (B0), 25 (B1), 50 (B2)and 100 ppm (B3). For the control, three guava were directly observed at the first day of application. The observed variables were shelf life, fruit weight loss, fruit firmness, soluble solid (ºBrix), and free acid content.

The results showed that (1) the addition of 2,5% chitosan coating were

(4)
(5)

ABSTRACT

EFFECT OF ADDITION BENZILADENINE (BA) ON CHITOSAN COATING OF THE QUALITY AND SELF

LIFE FRUIT GUAVA ‘CRYSTAL’ By

Dian Wahyu Kusuma

‘Crystal’ is one of guava cultivars in Indonesia '. Guava of 'Crystal' has expensive price in the market. The Short self life of fruit makes a fast post harvest damage. The way to maintain the freshness and quality of the fruit is by coating the fruit. The use was to prevent water

evaporation and reduce so the damage can be slowed.

The material used for soaking the fruit was a plant growth regulators of benziladenine (BA). By soaking guava ‘Crystal’ in a solution of BA, the hormon is expected to infiltrate into the fruit slowly and evenly. A longer soaking can be accomplished by adding BA to the coating material of chitosan. By applying BA to the chitosan coating solution, the BA will slowly infiltrate into the fruit during storage, so it can maintain quality and prolong the shelf life of guava ‘Crystal’.

This research was aimmed at (1) studying the effects of the addition of BA on the application of chitosan coating on quality and shelf life of guava ‘Crystal’, and (2) obtaining the best concentration of BA added to the chitosan coating to maintain the quality and prolong the shelf life of guava ‘Crystal’.

This research was conducted in the Laboratory of Horticulture, Faculty of Agriculture, University of Lampung during February─March 2012. This research used a completely randomized design, with treatments arranged in a factorial 3 x 4. The first factors were fruits without any treatment but water (K0), without chitosan but in acetic acid 0,5% (K1), and 2,5% chitosan (K2). The second factors were the concentrations of BA in four levels: 0 (B0), 25 (B1), 50 (B2)and 100 ppm (B3). For the control, three guava were directly observed at the first day of application. The observed variables were shelf life, fruit weight loss, fruit firmness, soluble solid (ºBrix), and free acid content.

The results showed that (1) the addition of 2,5% chitosan coating were significantly able to prolong the shelf life Guava ‘Crystal’ of 2,83 and 6,12 days longer than control and acetic acid 0,5% (2) the addition of BA concentrations of 25, 50 and 100 ppm shortened

significantly the shelf life of guava ‘Crystal’, but did not influence its quality, and (3) the using of 0,5% acetic acid as a solvent in 2,5% chitosan did not cause a bad affect, but soaking in 0,5% acetic acid as a main solution adversely affected the fruit quality and shelf life of

guava ‘Crystal’.

(6)

PENGARUH PENAMBAHAN BENZILADENIN PADA PELAPIS KITOSAN TERHADAP MUTU DAN MASA SIMPAN

BUAH JAMBU BIJI ‘CRYSTAL’ (Skripsi)

Oleh

DIAN WAHYU KUSUMA

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(7)

PENGARUH PENAMBAHAN BENZILADENIN PADA PELAPIS KITOSAN TERHADAP MUTU DAN MASA SIMPAN

BUAH JAMBU BIJI ‘CRYSTAL’ (Skripsi)

Oleh

DIAN WAHYU KUSUMA

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar ... Halaman 1. Buah jambu biji ‘Crystal’ di awal pengamatan ... 12 2. Kondisi buah jambu biji ‘Crystal’ di akhir pengamatan ... 16

3. Hasil SEM (scanning electron microscope) permukaan jambu biji ‘Crystal’ kontrol (kiri) dan kitosan 2,5% (kanan)

...

24

4. Kondisi kulit Buah jambu biji ‘Crystal’ kontrol (kiri) dan kitosan 2,5% (kanan) ... 24

5. Perubahan kondisi permukaan buah jambu biji ‘Crystal’ pada perlakuan kontrol selama penyimpanan (hari); Angka didalam kotak menunjukkan

hari simpan ... 45

6. Perubahan kondisi permukaan buah jambu biji ‘Crystal’ pada perlakuan BA 25 ppm selama penyimpanan (hari); Angka didalam kotak menunjukkan hari simpan ... 45

7. Perubahan kondisi permukaan buah jambu biji ‘Crystal’ pada perlakuan BA 50 ppm selama penyimpanan (hari); Angka didalam kotak menunjukkan hari simpan

... 46

8. Perubahan kondisi permukaan buah jambu biji ‘Crystal’ pada perlakuan BA 100 ppm selama penyimpanan (hari); Angka didalam kotak menunjukkan hari simpan 46 9. Perubahan kondisi permukaan buah jambu biji ‘Crystal’ pada perlakuan asam asetat

0,5% selama penyimpanan (hari); Angka didalam kotak menunjukkan hari simpan ... 47

10. Perubahan kondisi permukaan buah jambu biji ‘Crystal’ pada perlakuan asam asetat 0,5% + BA 25 ppm selama penyimpanan (hari); Angka didalam kotak menunjukkan hari simpan ... 47

11. Perubahan kondisi permukaan buah jambu biji ‘Crystal’ pada perlakuan asam asetat 0,5% + BA 50 ppm selama penyimpanan (hari); Angka didalam kotak menunjukkan hari simpan ... 48

12. Perubahan kondisi permukaan buah jambu biji ‘Crystal’ pada perlakuan asam asetat 0,5% + BA 100 ppm selama penyimpanan (hari); Angka didalam kotak menunjukkan hari simpan ... 48

13. Perubahan kondisi permukaan buah jambu biji ‘Crystal’ pada perlakuan kitosan 2,5% selama penyimpanan (hari); Angka didalam kotak menunjukkan hari simpan

(9)

14. Perubahan kondisi permukaan buah jambu biji ‘Crystal’ pada perlakuan kitosan 2,5% + BA 25 ppm selama penyimpanan (hari); Angka didalam kotak menunjukkan hari simpan ... 50

15. Perubahan kondisi permukaan buah jambu biji ‘Crystal’ pada perlakuan kitosan 2,5% + BA 50 ppm selama penyimpanan (hari); Angka didalam kotak menunjukkan hari simpan ... 51

(10)

DAFTAR ISI

3.5.5 Ekstraksi sari buah dan pengukuran asam bebas ... 18

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 19

(11)

5.1 Kesimpulan ... 29

5.2 Saran ... 29

DAFTAR PUSTAKA ... 30

LAMPIRAN... 33

(12)

Rasa syukur selalu ditujukan kepada Allah

subhanahu wa ta’ala

Kupersembahkan karyaku ini untuk Ibunda Eni

Rikarti, Ayahanda Mahyuddin, Yunda Irma

Damayanti, Wiwik Widayanti, Nuridayanti dan

adinda tersayang Indah Mustika Sari, Nadya

(13)

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah

lagi Maha Penyayang.

Dan (ingatlah), ketika Rabbmu mengeluarkan

keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan

Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka

(seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Rabbmu?"

Mereka menjawab: "Betul (Engkau Rabb kami), kami

menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar

di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya

kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah

terhadap ini (keesaan Allah)",

(Al A

’raf

7: 172)

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada

kemudahan, maka apabila kamu telah selesai (dari

sesuatu urusan), kerjakanlah dengan

sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada

Rabbmulah hendaknya kamu ber

harap’

(14)

Apakah kamu tiada mengetahui, bahwa kepada Allah

bersujud apa yang ada di langit, di bumi, matahari,

bulan, bintang, gunung, pohon-pohonan,

binatang-binatang yang melata dan sebagian besar daripada

manusia? Dan banyak di antara manusia yang telah

ditetapkan azab atasnya. Dan barangsiapa yang

dihinakan Allah maka tidak seorangpun yang

memuliakannya. Sesungguhnya Allah berbuat apa yang

Dia kehendaki.

(Al Hajj 22 : 18)

Demi matahari dan cahayanya di pagi hari, dan bulan

apabila mengiringinya, dan siang apabila

menampakkannya, dan malam apabila menutupinya,

dan langit serta pembinaannya, dan bumi serta

penghamparannya, dan jiwa serta penyempurnaannya

(ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa

itu (jalan) kefasikan dan ketakwaan. Sesungguhnya

beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan

sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya

(15)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di dusun Sukabandung, kecamatan Tegineneng, kabupaten Pesawaran pada 1 Oktober 1989. Penulis adalah anak ke empat dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Mahyuddin dan Ibu Eni Rikarti.

Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SDN 1 Haduyang, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung-Selatan pada tahun 2001. Pada tahun yang sama Penulis melanjutkan ke sekolah lanjutan tingkat pertama di SMPN 1 Natar, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan dan lulus pada tahun 2004. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah menengah atas di SMAN 1 Natar, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan pada tahun 2007. Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Hortikultura, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung pada tahun 2007 melalui jalur Penelusuran Kemampuan Akademik dan Bakat (PKAB); sejak tahun 2008 PS Hortikultura bergabung dengan PS Agronomi, Jurusan Ilmu Tanah, dan Jurusan Proteksi Tanaman menjadi PS Agroteknologi.

(16)

vii Penulis menjadi asisten praktikum pada mata kuliah Pembiakan Vegetatif, dan pada tahun ajaran 2011/2012 menjadi asisten praktikum pada mata kuliah Teknik Laboratorium Produk Hortikultura (AGT 412), serta Produksi Tanaman Buah (AGT 302).

(17)

(18)

SANWACANA

Puji dan syukur Penulis panjatkan ke hadirat Allah subhanahu wa ta’ala atas rahmat dan karunia-Nya Penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul “Pengaruh Penambahan Benziladenin Pada Pelapis Kitosan Terhadap Mutu dan Masa Simpan Buah Jambu Biji ‘Crystal’”. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah Muhammad shallallahu ’alaihi wa sallam.

Ucapan terima kasih yang tulus Penulis sampaikan kepada pihak yang telah membimbing dan membantu kelancaran akan terselesaikannya skripsi ini, yaitu 1. Bapak Prof. Dr. Ir. Soesiladi Esti Widodo, M.Sc. selaku Pembimbing Utama

yang telah mendidik, memberikan banyak arahan dan saran, motivasi, tausyiah, bimbingan serta fasilitas yang diberikan selama penelitian hingga penulisan skripsi ini selesai;

2. Ibu Ir. Zulferiyenni, M.T.A. selaku anggota Komisi Pembimbing atas saran, nasihat, motivasi, tausyiah, dan bimbingan selama penelitian dan penulisan skripsi ini;

3. Bapak Prof. Dr. Ir. Muhammad Kamal, M.Sc. selaku Penguji atas saran dan bimbingan yang telah diberikan;

(19)

xi 5. Bapak Dr. Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M.P. selaku Ketua Program Studi

Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung;

6. Bapak Prof. Dr. Ir.Wan Abbas Zakaria, M.S. selaku Dekan Fakultas Pertanian, Universitas Lampung;

7. Ayahanda Mahyuddin, ibunda Eni Rikarti, yunda Irma Damayanti, Wiwik Widayanti, Nuridayanti dan adinda Indah Mustika Sari, dan juga Nadya Amalia atas doa, bantuan, kasih sayang, kesabaran, motivasi, serta dukungan dalam semua hal kepada Penulis;

8. Sahabat seperjuangan selama penelitian dan penulisan skripsi: Icha Maretha, Ahmad Komaruddin, S.P., Ayu Septika, S.P., dan Enggalih Melratri, S.P., atas kebersamaan, kerjasama, bantuan, saran, motivasi, dan dukungan yang telah diberikan;

9. Teman-teman Hortikultura 2007 Ridho Hardiyan, S.P., Tambat Arifin, S.P., Anggi Setiawan, S.P., Bagus Prambudi, S.P., Ecca Desta, S.P., Putu Eka Aditya, Annisa Ayu Fitri, S.P., Suvi Ethika Sari, S.P., Wendi Saputi, S.P., Mey Hardiani, S.P., Prita Karianti, S.P., Susiwi Hayatina, S.P., Lia Kristanti, S.P., Sumarmi, S.P., Purdiana, S.P., Khusnul Khotimah, S.P., Fitri,S.P., Arum Jayanti, S.P., Mey Hardiani B, S.P., Nurrahmi, S.P., Yunita Ayu Safitri, S.P., Eka Permata Sari, S.P., Fadhlina S, S.P.,Widiarti, Nely Merina, Ria, Hasyiatun, teman-teman Agronomi 2007, dan adik-adik Program Studi Agroteknologi atas bantuan, dukungan, persahabatan, dan kebersamaan selama ini;

(20)

xii Fitrah Fatahillah, S.IKom, Nadya Amalia Nst,S.I.Kom, Meylina

Fitrianti,S.I.Kom, Anggun Tiara Safitri,S.I.Kom, Agnes Lisdiani, Esty Indriani Safitri,S.Pd, Nunung Cahyawati, Dzul, Mega, Gea, Fitri. Adik-adik Teknokra Lutfi Yulisa, Bina Mandiri Zen. Rudiansyah, Inayati Sofiah, Indarti, Aprohan, Puji, Rika, Rukuan, Vina, untuk persahabatan dan kekeluargaan ini. 11.Kanda Yunda alumni Teknokra Asep Unik, Muhajir Utomo, M.Thoha BS

Jaya, Anshori Djausal, Yuswanto, Budisantoso Budiman, Fadhila Sari, Maulana Mukhlis, Syafaruddin, Juwendra, Eva Danayanti, Yudi N, Abdul Gafur, Suci Gizela P, Rio AN, Reza, Padli Ramdan, Anas, Edi Prasetyo, Siswoyo, Andri Kurniawan, Dwi Kuswatuti, Arif Febrianto, Ari Beni Santoso, Nur Amalia Zuhra, Asih Budi Ariyanti, Dera Teresia Putri, Fatoni Latif, Supendi, Ricky P Marli, Sri Nurmayanti, Fera Nova, Weni Gusvina, Ni’matus Shaumi, atas bimbingannya selama belajar di UKPM Teknokra Universitas Lampung.

12.Mas Mariko serta semua pihak yang tidak dapat Penulis sebutkan satu per satu atas bantuan selama Penulis melakukan penelitian dan menyelesaikan skripsi ini.

Semoga keberkahan dan rahmat Allah subhanahu wa ta’ala selalu dilimpahkan atas keikhlasan bantuan yang telah diberikan kepada Penulis.

Bandar Lampung, 21 Desember 2012 Penulis,

(21)

PENGARUH PENAMBAHAN BENZILADENIN PADA PELAPIS KITOSAN TERHADAP MUTU DAN MASA SIMPAN

BUAH JAMBU BIJI ‘CRYSTAL’

Oleh

DIAN WAHYU KUSUMA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN

Pada

Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(22)

Judul Skripsi : PENGARUH PENAMBAHAN BENZILADENIN PADA PELAPIS KITOSAN TERHADAP MUTU DAN MASA SIMPAN BUAH JAMBU BIJI ‘CRYSTAL’

Nama Mahasiswa : Dian Wahyu Kusuma

Nomor Pokok Mahasiswa : 0714012006 Program Studi/Jurusan : Agroteknologi

Fakultas : Pertanian

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Soesiladi Esti Widodo, M.Sc. Ir. Zulferiyenni, M.T.A. NIP 19600501 198403 1 002 NIP 19620207 199010 2 001

2. Ketua Program Studi Agroteknologi

(23)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Prof. Dr. Ir. Soesiladi Esti Widodo, M.Sc.

Sekretaris : Ir. Zulferiyenni, M.T.A.

Penguji

Bukan Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Muhammad Kamal, M.Sc.

2. Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP 19610826 198702 1 001

(24)

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

Buah jambu biji merupakan tanaman buah yang banyak digemari masyarakat. Di Indonesia buah jambu biji ada beberapa kultivar, satu di antaranya adalah

‘Crystal’. Kultivar‘Crystal’ memiliki harga cukup tinggi di pasaran.

Pascapanen merupakan kegiatan penting dalam agribisnis. Meski panen berlimpah bila penanganan pascapanen kurang baik, maka hasil yang diperoleh kurang memuaskan. Untuk produk pertanian yang bersifat mudah rusak dan waktu penyimpanan tidak tahan lama, diperlukan penanganan pascapanen yang tepat.

Buah jambu biji merupakan buah klimakterik. Ciri buah klimakterik adalah adanya peningkatan respirasi yang tinggi dan mendadak (respiration burst) yang menyertai atau mendahului pemasakan, melalui peningkatan CO2 dan etilen

(25)

2 Cara untuk mempertahankan kesegaran dan mutu buah adalah dengan melapisi buah, untuk mencegah penguapan air, sehingga dapat memperlambat kelayuan dan laju respirasi. Salah satu cara untuk melapisi buah adalah dengan pemberian kitosan dan sitokinin. Berdasarkan hasil penelitian oleh Widodo et al. (2007), aplikasi kitosan dalam pelarut asam asetat 0,5% mampu memperpanjang masa simpan dan mempertahankan mutu buah duku hingga 11,23 hari. Begitu halnya dengan penelitian Widodo et al. (2010), kitosan mampu memperpanjang masa simpan buah jambu biji. Apikasi 2,5% kitosan pada buah jambu biji mampu meningkatkan masa simpan 7-8 hari lebih lama bila dibandingkan tanpa kitosan. Hasil yang diharapkan adalah kitosan dapat mempertahankan mutu dan meningkatkan masa simpan buah jambu biji.

Kitosan mampu menghambat pertumbuhan jamur saat pascapanen, karena kitosan menghambat perkembangan spora, mengubah morfologi jamur, serta menginduksi enzim yang dapat digunakan sebagai pelindung buah. Kitosan dapat diaplikasikan pada buah dan sayur dengan cara dicelup atau disemprotkan. Buah dan sayur yang dilapisi kitosan dapat bertahan hingga 14 hari (Yanti et al. 2009).

(26)

3 Penelitian ini dilakukan untuk menjawab rumusan masalah berikut.

1. Apakah penambahan benziladenin pada bahan pelapis kitosan efektif untuk memperpanjang masa simpan dan mempertahankan mutu buah jambu biji

‘Crystal’ ?

2. Apakah terdapat konsentrasi benziladenin terbaik yang ditambahkan pada bahan pelapis kitosan untuk memperpanjang masa simpan dan

mempertahankan mutu buah jambu biji ‘Crystal’ ?

1.2Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi dan perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. mengetahui pengaruh penambahan benziladenin pada bahan pelapis kitosan terhadap masa simpan dan mutu buah jambu biji ‘Crystal’, dan

2. mendapatkan perlakuan konsentrasi benziladenin terbaik pada bahan pelapis kitosan terhadap masa simpan dan mutu buah jambu biji ‘Crystal’.

1.3 Kerangka Pemikiran

Buah jambu biji merupakan golongan buah klimakterik. Proses respirasi dan transpirasi masih berlangsung pada buah jambu biji usai dipanen. Proses pemasakan buah klimakterik tidak dapat dihentikan, namun dapat dihambat dengan berbagai perlakuan untuk memperpanjang masa simpan dan

(27)

4

Buah jambu biji ‘Crystal’, sebagaimana pada buah jambu biji lainnya, memiliki masa simpan pendek karena proses biokimia terus berlangsung di dalam produk sejak di pohon hingga pascapanen. Kerusakan yang dijumpai pada buah jambu biji adalah timbulnya bercak coklat pada buah yang merupakan akibat dari laju respirasi dan transpirasi yang tinggi. Untuk mempertahankan mutu dan

memperpanjang masa simpan buah jambu biji ‘Crystal’ diperlukan penanganan pascapanen yang tepat.

Untuk meningkatkan nilai ekonomis buah, masa simpan harus diperpanjang dan kesegaran buah harus dipertahankan. Caranya adalah dengan menggunakan pelapisan buah. Pelapisan buah yang digunakan diantaranya adalah kitosan dan sitokinin. Berdasarkan penelitian Widodo et al. (2010), pelapisan kitosan 2,5% dapat meningkatkan masa simpan pada buah jambu biji ‘Mutiara’ dan ‘Crystal’ 7-8 hari lebih lama bila dibandingkan tanpa kitosan.

(28)

5

1.4 Hipotesis

Dari kerangka pemikiran yang telah dikemukakan, didapatkan hipotesis berikut. 1. Penambahan konsentrasi benziladenin pada pelapis kitosan 2.5% dan

benziladenin dapat memperpanjang masa simpan dan mempertahankan mutu buah jambu biji ‘Crystal’ lebih baik dibandingkan kontrol;

(29)

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perubahan Sifat Fisik dan Kimia Buah Jambu Biji

Buah jambu biji mengalami perubahan sifat fisik dan kimia selama waktu penyimpanan. Perubahan sifat fisik buah jambu biji meliputi perubahan susut bobot, warna kulit buah dan tingkat kekerasan buah. Penurunan susut bobot sebesar 35,6%, 18,4%, dan 11,4% berturut-turut pada penyimpanan buah jambu biji pada suhu 26, 20, dan 5 °C setelah penyimpanan 17 hari (Agustin dan Osman, 1988). Penyoklatan pada buah jambu biji ‘Taiwan’ pada suhu penyimpanan 5 °C terjadi setelah 2 minggu penyimpanan (Agustin dan Osman, 1988). Kekerasan buah jambu biji menurun pada tahap buah matang-hijau, matang optimal, dan masak (Ochoa dan Leon, 1990).

Perubahan sifat kimia buah jambu biji selama penyimpanan meliputi perubahan nilai °Brix, asam bebas dan kandungan asam askorbat. Nilai °Brix buah jambu biji pada penyimpanan 26 ± 2 °C meningkat seiring bertambahnya hari

penyimpanan yang diamati hingga hari ke-13 (Augustin dan Osman, 1988). Asam bebas pada buah jambu biji akan terus menurun seiring perubahan

(30)

7

optimum daripada buah masak. Kandungan asam askorbat pada buah jambu biji yang disimpan pada suhu 3-4 dan 11 °C berbeda nyata, sedangkan buah jambu biji yang disimpan pada suhu 7, 11, dan 20 °C kandungan asam askorbatnya tidak berbeda nyata (Ochoa dan Leon, 1990).

2.2 Kitosan

Kitosan yang merupakan salah satu bahan alami yang dihasilkan dari proses deasetilasi kepiting atau eksokeleton udang (Wilson dan El Ghaouth, 1993 dalam Pamekas, 2007) diketahui mampu melindungi buah dan sayuran melalui dua mekanisme, yaitu fisik dan kimiawi. Secara fisik, kitosan membentuk lapisan film yang membungkus permukaan produk dan mengatur pertukaran gas dan kelembapan. Secara kimiawi, kitosan bersifat fungisidal dan merangsang katahanan jaringan tanaman pada saat pascapanen. Dari hasil penelitian, penggunaan kitosan dilaporkan mampu menghambat pemasakan buah (Nurrachman, 2004).

Pemberian kitosan 2,5% pada buah stroberi menunjukkan adanya peningkatan kemampuan penghambatan terhadap pertumbuhan mikroba (Harianingsih, 2010). Begitu juga halnya dengan penelitian Widodo et al. (2010), pelapisan kitosan 2,5% dapat memperpanjang masa simpan pada buah jambu biji 7-8 hari lebih lama bila dibandingkan tanpa kitosan.

(31)

8

bahan kimia yang terkadang berbahaya bagi lingkungan dan manusia. Kitosan membuat mekanisme pertahanan luar pada tumbuhan (seperti vaksin pada manusia), menstimulasi pertumbuhan dan merangsang enzim tertentu (sintesa fitoaleksin, chitinase, pectinnase, glucanase dan lignin). Bahan pengontrol organik baru ini menawarkan pendekatan sebagai alat biokontrol (Kusumawati, 2009). Sifat dan penampilan kitosan dipengaruhi oleh perbedaan kondisi, seperti jenis pelarut, konsentrasi, waktu, dan suhu proses ekstraksi. Kitosan berwarna putih atau cokelat. Sifat kitosan hanya dapat larut dalam asam encer, seperti asam asetat dan asam sitrat.

Menurut Du et al. (1997) adanya gugus karboksil dalam asam asetat akan

memudahkan pelarutan kitosan karena terjadinya interaksi hidrogen antara gugus karboksil dengan gugus amina dari kitosan. Kitosan dapat diperoleh dari berbagai macam bentuk seperti struktur yang tidak teratur, bentuknya kristalin atau

semikristalin. Selain itu juga, kitosan dapat berbentuk padatan amorf warna putih dengan struktur kristal tetap sebagaimana bentuk awal kitin (polimer alami) murni. Kitin memiliki sifat biologi dan mekanik yang tinggi di antaranya biorenewable,dan biodegradable. Kelarutan kitosan dalam larutan asam serta

viskositas larutannya bergantung pada derajat deasetilasi dan derajat degradasi polimer.

Pelapisan dengan kitosan mampu menghambat laju respirasi pada buah mangga hingga 6 minggu (Abbasi et al., 2009). Hal ini didukung pula oleh hasil

(32)

9

antara 4.940 hingga 9.887 log CFU/g (Harianingsih, 2010). Penggunaan konsentrasi kitosan secara tepat mampu memperpanjang masa simpan buah dan mempertahankan mutu buah. Nurrachman (2004) menyebutkan bahwa pelapisan dengan menggunakan kitosan dapat menyerap uap air dan kemampuan ini meningkat dengan semakin tingginya penggunaan kitosan 1,5 %.

Kitosan bukan hanya mampu membentuk lapisan tipis permeabel terhadap gas yang mampu menghambat pemasakan buah, tapi juga dilaporkan mampu berfungsi sebagai biofungisida. Karena peran gandanya, kitosan diklaim 100% aman bagi kesehatan. Walaupun demikian, informasi ilmiah tentang

penggunaannya sebagai pelapis buah (fruit coating) pada buah-buah tropis masih sulit diperoleh (Widodo, 2009).

2.2Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh

Pertumbuhan dan perkembangan tanaman tidak hanya dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti lingkungan, namun juga hormon yang ada di dalamnya.

(33)

10

Benziladenin merupakan golongan sitokinin sintetik yang mampu menunda penuaan, laju respirasi dan pemasakan pada buah jeruk (Bhardwaj et al.,2010). Penggunaan benziladenin pada bahan pangan masih menuai kontroversi karena benziladenin pada konsentrasi tertentu diketahui bersifat toksik (racun). Environmental Protection Agency (2007) melaporkan penggunaan konsentrasi benziladenin di bawah 182 g per hektar per musim aman dikonsumsi seperti pada buah pir.

(34)

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perubahan Sifat Fisik dan Kimia Buah Jambu Biji

Buah jambu biji mengalami perubahan sifat fisik dan kimia selama waktu penyimpanan. Perubahan sifat fisik buah jambu biji meliputi perubahan susut bobot, warna kulit buah dan tingkat kekerasan buah. Penurunan susut bobot sebesar 35,6%, 18,4%, dan 11,4% berturut-turut pada penyimpanan buah jambu biji pada suhu 26, 20, dan 5 °C setelah penyimpanan 17 hari (Agustin dan Osman, 1988). Penyoklatan pada buah jambu biji ‘Taiwan’ pada suhu penyimpanan 5 °C terjadi setelah 2 minggu penyimpanan (Agustin dan Osman, 1988). Kekerasan buah jambu biji menurun pada tahap buah matang-hijau, matang optimal, dan masak (Ochoa dan Leon, 1990).

Perubahan sifat kimia buah jambu biji selama penyimpanan meliputi perubahan nilai °Brix, asam bebas dan kandungan asam askorbat. Nilai °Brix buah jambu biji pada penyimpanan 26 ± 2 °C meningkat seiring bertambahnya hari

penyimpanan yang diamati hingga hari ke-13 (Augustin dan Osman, 1988). Asam bebas pada buah jambu biji akan terus menurun seiring perubahan

(35)

7

optimum daripada buah masak. Kandungan asam askorbat pada buah jambu biji yang disimpan pada suhu 3-4 dan 11 °C berbeda nyata, sedangkan buah jambu biji yang disimpan pada suhu 7, 11, dan 20 °C kandungan asam askorbatnya tidak berbeda nyata (Ochoa dan Leon, 1990).

2.2 Kitosan

Kitosan yang merupakan salah satu bahan alami yang dihasilkan dari proses deasetilasi kepiting atau eksokeleton udang (Wilson dan El Ghaouth, 1993 dalam Pamekas, 2007) diketahui mampu melindungi buah dan sayuran melalui dua mekanisme, yaitu fisik dan kimiawi. Secara fisik, kitosan membentuk lapisan film yang membungkus permukaan produk dan mengatur pertukaran gas dan kelembapan. Secara kimiawi, kitosan bersifat fungisidal dan merangsang katahanan jaringan tanaman pada saat pascapanen. Dari hasil penelitian, penggunaan kitosan dilaporkan mampu menghambat pemasakan buah (Nurrachman, 2004).

Pemberian kitosan 2,5% pada buah stroberi menunjukkan adanya peningkatan kemampuan penghambatan terhadap pertumbuhan mikroba (Harianingsih, 2010). Begitu juga halnya dengan penelitian Widodo et al. (2010), pelapisan kitosan 2,5% dapat memperpanjang masa simpan pada buah jambu biji 7-8 hari lebih lama bila dibandingkan tanpa kitosan.

(36)

8

bahan kimia yang terkadang berbahaya bagi lingkungan dan manusia. Kitosan membuat mekanisme pertahanan luar pada tumbuhan (seperti vaksin pada manusia), menstimulasi pertumbuhan dan merangsang enzim tertentu (sintesa fitoaleksin, chitinase, pectinnase, glucanase dan lignin). Bahan pengontrol organik baru ini menawarkan pendekatan sebagai alat biokontrol (Kusumawati, 2009). Sifat dan penampilan kitosan dipengaruhi oleh perbedaan kondisi, seperti jenis pelarut, konsentrasi, waktu, dan suhu proses ekstraksi. Kitosan berwarna putih atau cokelat. Sifat kitosan hanya dapat larut dalam asam encer, seperti asam asetat dan asam sitrat.

Menurut Du et al. (1997) adanya gugus karboksil dalam asam asetat akan

memudahkan pelarutan kitosan karena terjadinya interaksi hidrogen antara gugus karboksil dengan gugus amina dari kitosan. Kitosan dapat diperoleh dari berbagai macam bentuk seperti struktur yang tidak teratur, bentuknya kristalin atau

semikristalin. Selain itu juga, kitosan dapat berbentuk padatan amorf warna putih dengan struktur kristal tetap sebagaimana bentuk awal kitin (polimer alami) murni. Kitin memiliki sifat biologi dan mekanik yang tinggi di antaranya biorenewable,dan biodegradable. Kelarutan kitosan dalam larutan asam serta

viskositas larutannya bergantung pada derajat deasetilasi dan derajat degradasi polimer.

Pelapisan dengan kitosan mampu menghambat laju respirasi pada buah mangga hingga 6 minggu (Abbasi et al., 2009). Hal ini didukung pula oleh hasil

(37)

9

antara 4.940 hingga 9.887 log CFU/g (Harianingsih, 2010). Penggunaan konsentrasi kitosan secara tepat mampu memperpanjang masa simpan buah dan mempertahankan mutu buah. Nurrachman (2004) menyebutkan bahwa pelapisan dengan menggunakan kitosan dapat menyerap uap air dan kemampuan ini meningkat dengan semakin tingginya penggunaan kitosan 1,5 %.

Kitosan bukan hanya mampu membentuk lapisan tipis permeabel terhadap gas yang mampu menghambat pemasakan buah, tapi juga dilaporkan mampu berfungsi sebagai biofungisida. Karena peran gandanya, kitosan diklaim 100% aman bagi kesehatan. Walaupun demikian, informasi ilmiah tentang

penggunaannya sebagai pelapis buah (fruit coating) pada buah-buah tropis masih sulit diperoleh (Widodo, 2009).

2.2Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh

Pertumbuhan dan perkembangan tanaman tidak hanya dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti lingkungan, namun juga hormon yang ada di dalamnya.

(38)

10

Benziladenin merupakan golongan sitokinin sintetik yang mampu menunda penuaan, laju respirasi dan pemasakan pada buah jeruk (Bhardwaj et al.,2010). Penggunaan benziladenin pada bahan pangan masih menuai kontroversi karena benziladenin pada konsentrasi tertentu diketahui bersifat toksik (racun). Environmental Protection Agency (2007) melaporkan penggunaan konsentrasi benziladenin di bawah 182 g per hektar per musim aman dikonsumsi seperti pada buah pir.

(39)

11

III. METODE

3.1 Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hortikultura, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Di Laboratorium Polimer, Pusat Penelitian Fisika-LIPI Bandung, Jawa Barat dilakukan scanning electron microscope (SEM) untuk menggambarkan kondisi permukaan kulit luar buah jambu biji ‘Crystal’ pada sampel perlakuan kontrol dan kitosan 2,5%. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari hingga Maret 2012.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah jambu biji ‘Crystal’ (Gambar 1) yang diperoleh dari PT. Nusantara Tropical Fruit (PT. NTF) di Way

(40)

12 Jepara, Kabupaten Lampung Timur, kitosan, asam asetat 0,5%, benziladenin (BA), akuades, fenolftalein, dan NaOH 0,1 N.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah refraktometer ‘Atago’, penetrometer, blender, sentrifius ‘Heraeus Sepatech’, erlenmeyer, labu ukur, lemari es, pipet tetes, dan timbangan.

3.3 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan yang disusun secara faktorial (3 x 4). Faktor pertama adalah pelapisan dengan tiga taraf, yaitu kontrol (K0), perlakuan asam asetat 0,5% (K1), dan kitosan 2,5%

(K2). Faktor kedua adalah pemberian zat pengatur BA yang terdiri dari empat

taraf, yaitu 0 ppm (B0), 25 ppm (B1), 50 ppm (B2), dan 100 ppm (B3).

Masing-masing perlakuan terdiri atas 3 ulangan. Sebagai pembanding, tiga buah jambu

biji ‘Crystal’ langsung diamati pada awal penelitian.

(41)

13 Seluruh data yang diperoleh dianalisis dengan ANOVA. Analisis data dilanjutkan dengan uji orthogonal contrast (Tabel 1) dan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf nyata 5% SAS (System for Windows V6.12).

Pendugaan data yang hilang dilakukan dengan rumus sebagai berikut (Gomes dan Gomez, 2010).

Keterangan :

X = dugaan data yang hilang t = banyaknya perlakuan r = banyaknya ulangan

Bo = jumlah nilai pengamatan dari ulangan di mana terdapat data yang hilang. To = jumlah nilai pengamatan dari perlakuan di mana terdapat data yang hilang. Go = jumlah umum dari semua pengamatan.

Tabel 1. Perbandingan orthogonal contrast*

Contrast** K0B0 K0B1 K0B2 K0B3 K1B0 K1B1 K1B2 K1B3 K2B0 K2B1 K2B2 K2B3

(42)

14

3.4 Pelaksanaan Penelitian

3.4.1 Pembuatan larutan benziladenin (BA)

Pada penelitian ini, larutan benziladenin dibuat dengan cara melarutkan stok BA 500 mg/L dengan HCl 1% 8 ml, lalu ditambah aquades hingga 1000 ml larutan. Larutan asam asetat 0,5% + BA dibuat dengan cara melarutkan larutan stok BA 25 ppm (50 ml), 50 ppm (100 ml), 100 ppm (200 ml) ke dalam larutan asam asetat 0,5% sebanyak 5 ml ditambahkan akuades hingga volume 1000 ml.

3.4.2 Pembuatan larutan asam asetat 0,5%

Larutan asam asetat 0,5% dibuat dengan cara melarutkan 5 ml asam asetat ke dalam akuades hingga 500 ml kemudian ditambahkan lagi hingga 1000 ml. Perlakuan asam asetat 0,5% +BA 25 ppm dibuat dengan cara melarutkan asam asetat 5 ml ke dalam pelarut akuades 500 ml lalu dicampurkan 50 ml BA 25 ppm, kemudian ditambahkan akuades hingga volume 1000 ml. Perlakuan asam asetat 0,5% +BA 50 ppm dibuat dengan cara melarutkan asam asetat 5 ml ke dalam pelarut akuades 500 ml lalu dicampurkan 100 ml BA 50 ppm, kemudian

ditambahkan akuades hingga volume 1000 ml. Perlakuan asam asetat 0,5% + BA 100 ppm dibuat dengan cara melarutkan asam asetat 5 ml ke dalam pelarut

akuades 500 ml lalu dicampurkan 200 ml BA 100 ppm, kemudian ditambahkan akuades hingga volume 1000 ml.

3.4.3 Pembuatan kitosan 2,5%

(43)

15 hingga larutan homogen. Kemudian ditambahkan akuades hingga volumenya 1000 ml dan diaduk hingga kitosan larut dengan sempurna (tidak terdapat gumpalan).

Perlakuan kitosan 2,5% + BA 25 ppm dibuat dengan cara melarutkan asam asetat pekat 5 ml ke dalam 500 ml akuades, lalu ditambah 50 ml larutan stok BA 25 ppm lalu diaduk. Selanjutnya 25 g kitosan dimasukkan ke dalam larutan tersebut dan diaduk hingga larutan homogen, kemudian ditambahkan akuades hingga 1000 ml.

Perlakuan kitosan 2,5% + BA 50 ppm dibuat dengan cara melarutkan asam asetat pekat 5 ml ke dalam 500 ml akuades, lalu ditambah 100 ml larutan stok BA 50 ppm lalu diaduk. Selanjutnya 25 g kitosan dimasukkan ke dalam larutan tersebut dan diaduk hingga larut merata, kemudian ditambahkan akuades hingga 1000 ml. Perlakuan kitosan 2,5% + BA 100 ppm dibuat dengan cara melarutkan asam asetat pekat 5 ml ke dalam 500 ml akuades, lalu ditambah 200 ml larutan stok BA 100 ppm lalu diaduk rata. Selanjutnya 25 g kitosan dimasukkan ke dalam larutan tersebut dan diaduk hingga larutan homogen, kemudian ditambahkan akuades hingga 1000 ml.

Di Laboratorium, buah jambu biji ‘Crystal’ disortir berdasarkan tingkat

kemasakan yang seragam. Bobot buah jambu biji ‘Crystal yang digunakan rata -rata 300 g. Buah jambu biji ‘Crystal’ diberi perlakuan sesuai dengan perlakuan perendaman dan pelapisan buah. Perendaman selama 60 menit diperlakukan pada perlakuan K0B1, K0B2, K0B3, K1B1, K1B2, dan K1B3. Pelapisan kitosan

(44)

16 larutan pelapis kitosan 2,5% hingga merata, dikering-anginkan kemudian

ditiriskan. Setelah itu buah diletakkan di atas styrofoam. Semua buah yang telah diberi perlakuan disimpan didalam ruangan, dengan kondisi suhu ruang harian rata-rata 28 ± 0,1 oC.

Pengamatan dilakukan setiap hari dengan cara melihat, mencatat kondisi

perubahan warna dan mengambil foto (lihat lampiran). Apabila pada permukaan kulit buah jambu biji telah muncul bintik hitam hampir 50% (Gambar 2) atau telah keriput, maka pengamatan dihentikan kemudian dilakukan penimbangan bobot buah dan pengukuran kekerasan buah. Selanjutnya daging buah ditimbang sebanyak 50 g lalu ditambahkan 50 ml akuades kemudian diekstrak untuk

mendapatkan sampel kandungan padatan terlarut (˚Brix), lalu ditambahkan 50 ml

akuades, kemudian diekstrak untuk mendapatkan sampel kandungan asam bebas.

(45)

17

3.5 Peubah Pengamatan

Pengamatan dilakukan pada awal dan akhir pengamatan (saat sampling) terhadap peubah masa simpan, susut bobot buah, kekerasan buah, kandungan padatan

terlarut (˚Brix), dan asam bebas.

3.5.1 Masa simpan

Buah jambu biji ‘Crystal’ yang telah diberi perlakuan, diamati perubahan kondisi fisik buah jambu biji , yaitu perubahan warna kulit buah jambu biji dan diambil fotonya setiap hari. Masa simpan buah dihitung dari hari pertama buah mulai disimpan (setelah diperlakukan) hingga buah terdapat bintik hitam atau keriput.

3.5.2 Susut bobot buah

Susut bobot buah dihitung dari bobot awal buah sebelum diberi perlakuan dikurangi bobot akhir buah saat sampling, dibagi bobot buah awal dan dikalikan 100%.

3.5.3 Kekerasan buah

(46)

18 3.5.4 Kandungan padatan terlarut (oBrix)

Kandungan padatan terlarut dilakukan dengan menggunakan refraktometer

‘Atago’ pada sari buah jambu biji tanpa pengenceran.

3.5.5 Asam bebas

Sampel sari buah ditimbang 50 gram daging buah kemudian diblender dengan 50 ml akuades (1:1 b/v). Lalu ditambahkan lagi 50 ml akuades, diblender kemudian disentrifius pada 2500 rpm selama 15 menit hingga larutan terpisah dari

endapannya. Cairan yang didapat dimasukkan ke labu ukur 250 ml, lalu

(47)

19

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan kitosan 2,5% secara nyata mampu

memperpanjang masa simpan buah jambu biji ‘Crystal’ 2,83 dan 6,12 hari lebih

lama dibandingkan perlakuan air dan asam asetat 0,5% (Tabel 2). Aplikasi BA 25 dan 100 ppm nyata mempersingkat masa simpan buah jambu biji ‘Crystal’

dibandingkan kontrol, namun tidak bebeda dengan aplikasi BA 50 ppm (Tabel 2). Perlakuan kitosan 2,5% yang dikombinasikan dengan Benziladenin (BA) secara umum tidak berbeda nyata dalam memperpanjang masa simpan buah jambu biji

‘Crystal’ dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Hasil tersebut didukung dengan Tabel 3 (contrast nomor 1) bahwa penggunaan asam asetat 0,5% sebagai pelarut di dalam kitosan 2,5% tidak ada pengaruh sama sekali terhadap masa simpan buah jambu biji ‘Crystal’. Akan tetapi, perlakuan asam asetat 0,5% dengan perendaman dan kombinasi perlakuan asam asetat 0,5% dengan BA mempercepat masa simpan buah jambu biji ‘Crystal’(Tabel 2).

Penelitian Widodo et al. (2010) menunjukkan bahwa aplikasi kitosan 2,5% dapat

(48)

20

Tabel 2. Tanggapan masa simpan buah jambu biji 'Crystal' terhadap perlakuan benziladenin (BA), asam asetat 0,5% dan kitosan 2,5%

Perlakuan Masa simpan (hari)*

Pelapis:

*Nilai selajur yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut Uji

BNJ α 5%.

(49)

21

Namun, dengan peningkatan konsentrasi BA hingga 100 ppm, masa simpannya secara nyata menurun dibandingkan dengan kontrol.

Tabel 3. Uji orthogonal contrast pada peubah masa simpan buah jambu biji 'Crystal'

No. Contrast Masa simpan (hari)*

1. Asam asetat 0,5% vs Kitosan 2,5% 4,67 vs 13,00 (0,0001) 2. Perendaman vs Celup-cepat 5,83 vs 9,87 (0,0001) 3. Tanpa BA vs BA 9,00 vs 7,65 (0,0002) 4. BA pelapis air vs BA pelapis asam 7,22 vs 4,44 (0,0001) * Nilai di dalam tanda kurung adalah nilai Pr>F contrast.

Buruknya efek BA 100 ppm ini (Tabel 2) berbeda dengan penelitian pada jeruk (Bhardwaj et al., 2010) dan sayur (Pratiwi, 2008) yang melaporkan efek baik dari perlakuan BA pada konsentrasi yang lebih rendah, yaitu 40-50 ppm. Sudah diketahui umum bahwa pada tingkatan efek fisiologis, cara kerja (mode of action) sitokinin, auksin, dan etilen saling terkait (Davies, 1987), khususnya antara sitokinin dan etilen. Hal itu karena di dalam biosintesis keduanya melibatkan beberapa senyawa yang sama, misalnya senyawa S-Adenosyl methionine (SAM). SAM terlibat langsung di dalam biosintesis etilen dan pada saat yang bersamaan, SAM juga adalah pendonor gugus metil dalam biosintesis sitokinin (Davies, 1987). Sayangnya, dibandingkan hormon lainnya, pemahaman tentang biosintesis sitokinin masih memerlukan waktu yang panjang. Oleh karena itu, diduga

(50)

22

menggunakan buah fase matang (mature) hijau sebagaimana pada penelitian

Septika (2012) menghendaki buah pisang ‘Cavendish’ stadium III, untuk

diaplikasikan hormon BA dalam menunda pemasakan buah.

Perendaman buah jambu biji ‘Crystal’ di dalam larutan asam menyebabkan buah mengalami non-enzimatic browning. Kandungan asam askorbat yang tinggi pada buah jambu biji ‘Crystal’ berperan dalam reaksi non-enzimatic browning selama penyimpanan. Asam askorbat teoksidasi ke dalam dehydroascorbic acid (DHAA) yang kemudian bereaksi dengan asam amino sehingga menghasilkan warna coklat (Kacem et al. 1987, dalam Tien et al., 2001).

Nilai kekerasan buah jambu biji ‘Crystal’ semakin menurun selama masa

penyimpanan. Nilai kekerasan buah pada awal pengamatan adalah 19,79 kg/cm² (Lihat keterangan di Tabel 4), lalu menurun hingga 12,00─16,97 kg/cm² (Tabel 4). Hasil penelitian menunjukkan bahwa buah jambu biji ‘Crystal’ dengan

aplikasi kitosan 2,5% memiliki nilai kekerasan buah yang sama dengan perlakuan asam asetat 0,5% dan air (Tabel 4). Pemberian hormon 25, 50,100 ppm dan kontrol juga menunjukkan nilai kekerasan buah yang sama. Hal ini bisa terjadi karena penghentian pengamatan buah dilakukan pada saat yang sama, yaitu pada saat buah mengalami bercak cokelat 50% pada permukaannya atau sudah keriput, sehingga kekerasan buah tidak berbeda.

(51)

23

Tabel 4. Tanggapan kekerasan dan susut bobot buah jambu biji 'Crystal' terhadap perlakuan benziladenin (BA), asam asetat 0,5% dan kitosan 2,5%*

Perlakuan kekerasan buah

* Nilai selajur yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut

Uji BNJ pada taraf α 5 %, ** Nilai kekerasan buah pada awal penelitian adalah 19,79 kg/cm2.

(52)

24

Gambar 3. Hasil SEM (scanning electron microscope) permukaan buah jambu biji ‘Crystal’ kontrol (kiri) dan kitosan 2,5% (kanan)

menggunakan pelapis kitosan mampu menghambat laju respirasi pada buah mangga hingga 6 minggu (Abbasi et al., 2009). Buah jambu biji ‘Crystal’ tampak mengkilap saat diberi kitosan 2,5% yang akan meningkatkan mutu penampakan buah (Gambar 4).

Gambar 4. Kondisi kulit Buah jambu biji ‘Crystal’ kontrol (kiri) dan kitosan 2,5% (kanan)

(53)

25

dibandingkan dengan kontrol dan kitosan (Tabel 2, Tabel 3 contrast 1 dan 4). Susut bobot buah jambu biji ‘Crystal’dengan perlakuan kitosan 2,5% sama dengan kontrol (Tabel 4). Hal ini mengindikasikan bahwa kitosan 2,5% tidak efektif dalam menurunkan susut bobot buah jambu biji ‘Crystal’, karena secara alamiah pada permukaan buah jambu biji ‘Crystal’sudah ada lapisan lilin (Gambar 3), laju transpirasi diduga tidak berbeda, tetapi respirasi diduga menurun sehingga masa simpan berbeda. Menurut Pratiwi (2008) pelapisan kitosan pada buah

Tabel 5. Uji orthogonal contrast pada peubah kekerasan dan susut bobot buah jambu biji ‘Crystal’* * Nilai di dalam tanda kurung adalah nilai Pr>F contrast.

manggis memiliki Sifat selektif permeabel terhadap gas-gas seperti CO2 dan O2

tetapi hanya sedikit dalam menahan penguapan air. Du et al. (1997) pada buah

pear ‘Shinko’ dan buah kiwi membuktikan bahwa pelapisan kitosan tidak

(54)

26

Susut bobot buah jambu biji ’Crystal’ yang diberi perlakuan BA 25 dan 50 ppm tidak berbeda dengan perlakuan kontrol, namun berbeda dengan perlakuan BA 100 ppm (Tabel 4) yang mampu menurunkan susut bobot. Fenomena ini serupa dengan efek BA 0 ppm hingga 50 ppm terhadap masa simpan, sebagaimana dikemukakan sebelumnya. Penambahan BA hingga 100 ppm diduga merangsang produksi etilen (Davies, 1987), dan justru menyebabkan pendeknya masa simpan. Pendeknya masa simpan ini (6,84 hari) secara langsung tampak dengan rendahnya susut bobot buah. Hasil berbeda dilaporkan oleh Alam et al. (2010) yang

melaporkan bahwa penggunaan benziladenin secara nyata justru meningkatkan susut bobot buah pepaya. Perbedaan kandungan benziladenin didalam buah jambu

biji ‘Crystal’ diduga memberikan efek fisiologis yang berbeda dengan penelitian Alam et al. (2010) pada buah pepaya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai padatan terlarut buah jambu biji

’Crystal’ pada perlakuan kitosan 2,5% tidak berbeda nyata dengan perlakuan asam asetat 0,5% dan air (Tabel 6). Penambahan BA tidak berbeda nyata dibandingkan dengan kontrol terhadap kandungan padatan terlarut. Sebagian besar pati didalam buah jambu biji ’Crystal’ sudah terdegradasi menjadi gula, sehingga nilai °Brix dan asam cenderung tidak berbeda nyata (Tabel 6, Tabel 7 contrast nomor 1, 2, 3, dan 4). Nilai padatan terlarut buah we ‘Crystal’ pada awal pengamatan sebelum buah diberi perlakuan adalah 9,83%, lalu berubah hingga 8,06 ─10,45% (Tabel 6).

(55)

27

Tabel 6. Tanggapan ºBrix, asam bebas, dan tingkat kemanisan buah jambu biji

‘Crystal’ terhadap berbagai perlakuan benziladenin dan asam asetat 0,5% dan kitosan 2,5%*

* Nilai selajur yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut

uji BNJ pada taraf α 5 %;**

(56)

28

Tabel 7. Uji orthogonal contrast pada peubah ºBrix, asam bebas dan tingkat kemanisan buah jambu biji 'Crystal'*

Contrast** ºBrix (%) Asam Bebas kitosan 2,5%; (2) perendaman vs celup-cepat; 3) tanpa BA vs BA; (4) BA pelapis air vs BA pelapis asam; *** Nilai °Brix/asam bebas;

dibandingkan dengan kontrol. Pada tingkat kemanisan buah jambu biji ’Crystal’, perlakuan yang diterapkan tidak berbeda nyata dengan kontrol (Tabel 16).

Kandungan padatan terlarut buah jambu biji ’Crystal’ (Tabel 6) jika dibandingkan dengan kontrol ternyata tidak mampu memengaruhi tingkat kemanisan buah

(57)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka disimpulkan sebagai berikut.

1. Perlakuan kitosan 2,5% dapat memperpanjang masa simpan buah jambu biji

‘Crystal’ secara nyata 2,83 dan 6,12 hari lebih lama dibandingkan perlakuan kontrol (air) dan asam asetat 0,5%.

2. Penambahan BA konsentrasi 25, 50 dan 100 ppm nyata mempersingkat masa simpan buah jambu biji ‘Crystal’, tetapi tidak menyebabkan penurunan mutu buah.

3. Penggunaan asam asetat 0,5% sebagai pelarut kitosan 2,5% tidak ada efek buruknya, tetapi perendaman dengan asam asetat 0,5% berpengaruh buruk terhadap mutu dan masa simpan buah jambu biji ‘Crystal’.

5.2 Saran

(58)

30

DAFTAR PUSTAKA

Abbasi,N. A., Z. Iqbal., M. Maqbool dan I. A. Hafiz. 2009. Postharvest quality of mango (Mangifera indica) fruit as by affected by chitosan coating. Pak. J. Bot. 41(1): 343-357.

Agustin, M. A., dan A. Osman. 1988. Post-harvest storage of guava (Psidium guajava L. var. Taiwan). Pertanika 11(1): 45—50.

Alam, M. S., M. M. Hassain., M. I. Ara., Amanullah, dan M. F. Mandal. 2010. Effect of packaging materials and growth regulators on quality and shelf life of papaya. Bangladesh Research Publications Journal 3(3) :1052-1061.

Bhardwaj, R.L., L.K. Dhashora., dan S. Mukherjee. 2010. Effect of neem leaf extract and benzyladenine on post-harvest shelf life of orange (Citrus reticulate Blanco). J. Adv. Dev. Res. 32-37.

Davies, P. J. 1987. Plant Hormones and Their Role in Plant Growth and

Development. Martinus Nijhoff Publ., Dordrecht, The Netherlands. 681 pp. Du, J., H. Gemma, dan S. Iwahori. 1997. Effects of chitosan coating on the storage of

peace, japanese pear, and kiwi fruit. J. Japan. Soc. Hort. Sci. 66 (1) : 15-22. Environmental Protection Agency. 2007. 6-Benzyladenine: Exemption from the

Requirement of a tolerance. Federal Register, 72(54).

Gan, S. 2004. The Hormonal Regulation of Senescence. Springer Netherlands. 597-617 hlm.

Gomez K., dan A. A.Gomez. 2010. Prosedur Statistik untuk Penelitian. Universitas Indonesia. 698 hlm.

(59)

31 Jayachandran, K.S., D. Sriharini., dan Y.N. Reddy. 2007. Post-harvest application of

selected antioxidants to improve the shelf life of guava fruit. Acta Hort. (ISHS) 735:627-632http://www.actahort.org/ books/735/735_81. Diakses 10 Agustus 2012.

Kusumawati, N. 2009. Pemanfaatan limbah kulit udang sebagai bahan baku pembuatan membran ultrafiltrasi. Inotek. 13(2): 113-120.

Nurrachman. 2004 . Pelapisan Chitosan Mempengaruhi Sifat Fisik dan Kimia Buah Apel (Malus sylvestris L.). Skripsi. Universitas Mataram.

http://ntb.litbang.deptan.go.id/indo/2007/TPH/pelapisanchitosan.doc. Di akses 24 Mei 2011.

Ochoa, R. I. V, dan M. T. C. Leon. 1990. Changes in guavas of three maturity stages in response to temperature and relative humidity. HortScience 25(1): 86— 87.

Pamekas, T. 2007. Potensi ekstrak cangkang kepiting untuk mengendalikan penyakit pascapanen antraknosa pada buah cabai merah. Jurnal Akta Agrosia10(1): 72-75.

Pratiwi, H. H. 2008. Pengaruh Bahan Pelapis dan Sitokinin terhadap Kesegaran Cupat dan Umur Simpan Buah Manggis (Garcinia mangostana L.). Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 81 hlm. Http://repository.ipb.ac.id/bitstream/ handle/123456789/3113/A2008_Heliyana%20Hermawati%20Pratiwi.pdf?se quence=5. Diakses 20 November 2011.

Septika, A. 2012. Pengaruh Penambahan N6-Benziladenine (BA) pada Pelapis Chitosan terhadap Masa Simpan dan Mutu Buah Pisang cv.’Cavendish’. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 47 hlm.

Weaver, R. J. 1972. Plant Growth Substances In Agriculture. W. H. Freeman And Company. San Francisco. 594 hlm.

Widodo, S. E., D. K. Abdullah, K. Setiawan, dan Zulferiyenni. 2007. Teknologi modified atmosphere packaging buah duku berkitosan. Prosiding Seminar Nasional Hortikultura. Surakarta, 17 November 2007. Hlm 639-644. Widodo, S. E. dan Zulferiyenni. 2008. Aplikasi chitosan dalam teknologi

pengemasan beratmosfir-termodifikasi buah duku. Prosiding Seminar Nasional Pangan 2008: Peningkatan Keamanan Pangan Menuju Pasar Global. Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia dan Jurusan Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian UGM, Yogyakarta. Hlm.

(60)

32 Widodo, S. E. 2009. Kajian Fisiologis Teknologi Panen dan Pascapanen Buah.

Universitas Lampung. Bandar Lampung. 49 hlm.

Widodo, S.E., Zulferiyenni and R. Arista. 2010. Coating effect of chitosan and plastic wrapping on the shelf life and qualities of guava cv. ‘Mutiara’ and ‘Crystal’. International Seminar: Emerging Issue and technology developments in foods and ingredients. PATPI. September 29-30, 2010. Jakarta International Expo, Arena PRJ, Kemayoran, Jakarta.

Wilson, C.L. and A. El Ghaouth. 1993. Multifacted Biological Control Of

Postharvest Diseases Of Fruits and Vegetables. Pest Management Biological Based Technology. R.D. Lumsden andJ.L. Vaughn, eds. American Chemical Society Press. Washington DC. 181-185.

Yanti, S. D., P. T. Nugroho, R. Aprisa, dan E. Mulyana. 2009. The potential of chitosan as alternative biopesticide for postharvest plants. Asian Journal of Food and Agro-Industry. Special issue 241—248. Diakses 5 November 2011. http://www.ajofai.info/Abstract/The%20potential%

20of%20chitosan%20as%20an%20alternative%20biopesticide%20for%20po stharvest%20plants.pdf.

(61)

33

Gambar

Gambar 1.  Jambu biji ‘Crystal’ diawal pengamatan
Tabel 1. Perbandingan orthogonal contrast*
Gambar 2. Kondisi buah jambu biji ‘Crystal’ di akhir pengamatan
Tabel 2. Tanggapan masa simpan buah jambu biji 'Crystal' terhadap perlakuan benziladenin (BA), asam asetat 0,5% dan kitosan 2,5%
+6

Referensi

Dokumen terkait

Simpulan: Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna status kebersihan mulut orang yang memakai alat ortodontik cekat

1) Garis 4-1 ‟ menunjukkan penurunan tekanan yang terjadi pada refrigeran saat melewati suction line dari evaporator ke kompresor. 2) Garis1-1 ‟ menunjukkan terjadinya

Fenelitian ini menggurakan model Research and De*rlopmear (R&D) yang diadaptasi menjadi tiga tahap utarna yaitu: li tahap pendahuluan; 2) tahap Pengembangan; dan

[r]

polimer kationik. Adonan yang basah dicetak dalam lempeng yang terbuat dari stainless steel dengan ukuran 8x8 cm dengan tebal 6 mm. Pada percobaan ini digunakan reaktor dengan

Pada penelitian ini analisa yang digunakan sebagai alat untuk merumuskan atau memecahkan masalah dari hasil penelitian adalah Model Economic Production Quantity (EPQ)

Perangkat Daerah dan Peraturan Kepala BKPM Nomor 7 Tahun 2016 tentang Penetapan Hasil Pemetaan Urusan Pemerintahan Daerah Di Bidang Penanaman Modal serta Peraturan Menteri Dalam