A. Komponen Pengembangan Kurikulum 2013
Kurikulum adalah sejumlah pengalaman pendidikan kebudayaan, sosial, olahraga, dan kesenian yang disediakan oleh sekolah bagi murid murid di dalam dan di luar sekolah dengan maksud menolongnya untuk berkembang menyeluruh dalam segala segi dan merubah tingkah laku mereka sesuai dengan tujuantujuan pendidikan (Dr. Addamardasyi dan Dr. Munir Kamil).
Fungsi kurikulum dalam proses pendidikan adalah sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam hal ini, berarti bahwa sebagai alat pendidikan kurikulum memiliki komponenkomponen penting dan sebagai penunjang yang dapat mendukung operasinya secara baik. Komponen komponen pembentuk ini satu sama lainnya saling berkaitan. Adapun komponenkomponen pengembangan kurikulum, yaitu komponen tujuan, komponen isi, komponen metode, dan komponen evaluasi. Komponen satu sama lain ini saling berkaitan.
Adapun uraian dari masingmasing komponen tersebut ialah sebagai berikut:
1. Komponen Tujuan
tujuan yang pasti, hal tersebut akan membantu dalam proses pembuatan kurikulum yang sesuai dan juga membantu dalam pelaksanaan kurikulumnya agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai.
Tujuan pendidikan diklasifikasikan menjadi empat, yaitu: a. Tujuan Pendidikan Nasional
Dalam perspektif pendidikan nasional, tujuan pendidikan nasional dapat dilihat secara jelas dalam UndangUndang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa “ Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
b. Tujuan Institusional
Tujuan institusional adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap lembaga pendidikan. Dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2007 dikemukakan bahwa tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan dasar dan menengah dirumuskan sebagai berikut.
1) Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
2) Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
3) Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.
Tujuan kurikuler adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap bidang studi atau mata pelajaran.
d. Tujuan Instruksional atau Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran yang merupakan bagian dari tujuan kurikuler, dapat didefinisikan sebagai kemampuan yang harus dimiliki oleh anak didik setelah mereka mempelajari bahasan tertentu dalam bidang studi tertentu dalam satu kali pertemuan.
2. Komponen Isi
Isi program kurikulum adalah segala sesuatu yang diberikan kepada anak didik dalam kegiatan belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan. Isi kurikulum meliputi jenisjenis bidang studi yang diajarkan dan isi program dari masingmasing bidang studi tersebut.
3. Komponen Metode
Komponen metode atau strategi merupakan komponen yang cukup penting karena metode dan strategi yang digunakan dalam kurikulum tersebut menentukan apakah materi yang diberikan atau tujuan yang diharapkan dapat tercapai atau tidak. Dalam prakteknya, seorang guru seyogyanya dapat mengembangkan strategi pembelajaran secara variatif, menggunakan berbagai strategi yang memungkinkan siswa untuk dapat melaksanakan proses belajarnya secara aktif, kreatif dan menyenangkan, dengan efektivitas yang tinggi. Pemilihan atau pembuatan metode atau strategi dalam menjalankan kurikulum yang telah dibuat haruslah sesuai dengan materi yang akan diberikan dan tujuan yang ingin dicapai.
4. Komponen Evaluasi
Komponen evaluasi merupakan bagian dari pembentuk kurikulum yang berperan sebagai cara untuk mengukur atau melihat apakah tujuan yang telah dibuat itu tercapai atau tidak. Selain itu, dengan melakukan evaluasi, kita dapat mengetahui apabila ada kesalahan pada materi yang diberikan atau metode yang digunakan dalam menjalankan kurikulum yang telah dibuat dengan melihat hasil dari evaluasi tersebut. Dengan begitu, kita juga dapat segera memperbaiki kesalahan yang ada atau mempertahankan bahkan meningkatkan halhal yang sudah baik atau berhasil.
B.Empat Belas Prinsip Pengembangan Kurikulum 2013
Pelaksanaan pembelajaran pada pelaksanaan kurikulum 2013 memiliki karakteristik yang berbeda dari pelaksanaan kurikulum 2006. Berdasarkan hasil analisis terhadap kondisi yang diharapkan terdapat maka dipeloleh 14 prinsip utama pembelajaran yang perlu guru terapkan.
Ada pun 14 prinsip itu adalah:
pembelajaran guru membangkitkan rasa ingin tahu siswa terhadap suatu fenomena atau fakta lalu mereka merumuskan ketidaktahuannya dalam bentuk pertanyaan. Jika biasanya kegiatan pembelajaran dimulai dengan penyampaian informasi dari guru sebagai sumber belajar, maka dalam pelaksanaan kurikulum 2013 kegiatan inti dimulai dengan siswa mengamati fenomena atau fakta tertentu. Oleh karena itu guru selalu memulai dengan menyajikan alat bantu pembelajaran untuk mengembangkan rasa ingin tahu siswa dan dengan alat bantu itu guru membangkitkan rasa ingin tahu siswa dengan bertanya.
2. Dari guru sebagai satusatunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka sumber; pembelajaran berbasis sistem lingkungan. Dalam kegiatan pembelajaran membuka peluang kepada siswa sumber belajar seperti informasi dari buku siswa, internet, koran, majalah, referensi dari perpustakaan yang telah disiapkan. Pada metode proyek, pemecahan masalah, atau inkuiri siswa dapat memanfaatkan sumber belajar di luar kelas. Dianjurkan pula untuk materi tertentu siswa memanfaatkan sumber belajar di sekitar lingkungan masyarakat. Tentu dengan pendekatan ini pembelajaran tidak cukup dengan pelaksanaan tatap muka dalam kelas.
3. Dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan penggunaan pendekatan ilmiah; pergeseran ini membuat guru tidak hanya menggunakan sumber belajar tertulis sebagai satusatunya sumber belajar siswa dan hasil belajar siswa hanya dalam bentuk teks. Hasil belajar dapat diperluas dalam bentuk teks, disain program, mind maping, gambar, diagram, tabel, kemampuan berkomunikasi, kemampuan mempraktikan sesuatu yang dapat dilihat dari lisannya, tulisannya, geraknya, atau karyanya.
5. Dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu; mata pelajaran dalam pelaksanaan kurikulum 2013 menjadi komponen sistem yang terpadu. Semua materi pelajaran perlu diletakkan dalam sistem yang terpadu untuk menghasilkan kompetensi lulusan. Oleh karena itu guru perlu merancang pembelajaran bersamasama, menentukan karya siswa bersamasama, serta menentukan karya utama pada tiap mata pelajaran bersamasama, agar beban belajar siswa dapat diatur sehingga tugas yang banyak, aktivitas yang banyak, serta penggunaan waktu yang banyak tidak menjadi beban belajar berlebih yang kontraproduktif terhadap perkembangan siswa. 6. Dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju
pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi; di sini siswa belajar menerima kebenaran tidak tunggul. Siswa melihat awan yang sama di sebuah kabupaten. Mereka akan melihatnya dari tempatnya berpijak. Jika ada sejumlah siswa yang melukiskan awan pada jam yang sama dari tempat yangberjauhan, mereka akan melukiskannya berbedabeda, semua benar tentang awan itu, benar menjadi beragam.
7. Dari pembelajaran verbalisme menuju keterampilan aplikatif; pada waktu lalu pembelajaran berlangsung ceramah. Segala sesuatu diungkapkan dalam bentuk lisan guru, fakta disajikan dalam bentuk informasi verbal, sekarang siswa harus lihat faktanya, gambarnya, videonya, diagaramnya, teksnya yang membuat siswa melihat, meraba, merasa dengan panca indranya. Siswa belajar tidak hanya dengan mendengar, namun dengan menggunakan panca indra lainnya.
dimaksud bisa keterampilan membacan, menulis, berbicara, mendengar yang mencerminkan keterampilan berpikirnya. Keterampilan bisa juga dalam bentuk aktivitas dalam menghasilkan karya, sampai pada keterampilan berkomunikasi yang santun, keterampilan menghargai pendapat dan yang lainnya.
9. Pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan siswa sebagai pembelajar sepanjang hayat; ini memerlukan guru untuk mengembangkan pembiasaan sejak dini untuk melaksanakan norma yang baik sesuai dengan budaya masyarakat setempat, dalam ruang lingkup yang lebih luas siswa perlu mengembangkan kecakapan berpikir, bertindak, berbudi sebagai bangsa, bahkan memiliki kemampuan untuk menyesusaikan dengan dengan kebutuhan beradaptasi pada lingkungan global. Kebiasaan membaca, menulis, menggunakan teknologi, bicara yang santun merupakan aktivitas yang tidak hanya diperlukan dalam budaya lokal, namun bermanfaat untuk berkompetisi dalam ruang lingkup global.
10. 10. Pembelajaran yang menerapkan nilainilai dengan memberi keteladanan (ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan mengembangkan kreativitas siswa dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani); di sini guru perlu menempatkan diri sebagai fasilitator yang dapat menjadi teladan, meberi contoh bagaimana hidup selalu belajar, hidup patuh menjalankan agama dan prilaku baik lain. Guru di depan jadi teladan, di tengah siswa menjadi teman belajar, di belakang selalu mendorong semangat siswa tumbuh mengembangkan pontensi dirinya secara optimal.
waktu secara integratif. Pembelajaran tidak hanya memanfaatkan waktu dalam kelas.
12. Pembelajaran menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru, siapa saja adalah siswa, dan di mana saja adalah kelas. Prinsip ini menadakan bahwa ruang belajar siswa tidak hanya dibatasi dengan dinding ruang kelas. Sekolah dan lingkungan sekitar adalah kelas besar untuk siswa belajar. Lingkungan sekolah sebagai ruang belajar yang sangat ideal untuk mengembangkan kompetensi siswa. Oleh karena itu pembelajaran hendaknya dapat mengembangkan sistem yang terbuka.
13. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (tIK) untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran; di sini sekolah perlu meningkatkan daya guru dan siswa untuk memanfaatkan TIK. Jika guru belum memiliki kapasitas yang mumpuni siswa dapat belajar dari siapa pun. Yang paling penting mereka harus dapat menguasai TIK sebabab mendapatkan pelajaran dengan dukungan TIK atau tidak siswa tetap akan menghadapi tantangan dalam hidupnya menjadi pengguna TIK. Jika sekolah tidak memfasilitasi pasti daya kompetisi siswa akan jomplang daripada siswa yang memeroleh pelajaran menggunakannya.
14. Pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya siswa; citacita, latar belakang keluarga, cara mendapat pendidikan di rumah, cara pandang, cara belajar, cara berpikir, keyakinan siswa berbedabeda. Oleh karena itu pembelajaran harus melihat perbedaan itu sebagai kekayaan yang potensial dan indah jika dikembangkan menjadi kesatuan yang memiliki unsur keragaman. Hargai semua siswa, kembangkan kolaborasi, dan biarkan siswa tumbuh menurut potensinya masingmasing dalam kolobarasi kelompoknya
a. Filosofis
1) Filosofi pendidikan yang berbasis pada nilainilai luhur, nilai akademik, kebutuhan peserta didik dan masyarakat
2) Kurikulum berorientasi pada pengembangan kompetensi
Dari aspek filosofis, Nampak terlihat jelas bahwa rancangan kurikulum ini berlandaskan pada filsafat pragmatis, yang kemudian dalam pendidikan dikenal aliran progresif. Aliran ini menentang dan menolak otoritarisme dan absolutism dalam pendidikan, sebagai implikasi dari fahamnya adalah bahwa pendidikan haruslah dirancang sesuai kebutuhan subjek didik dan kebutuhan masyarakat dan lingkungan.
b. Yuridis
1) RPJM 201202014 Sektor Pendidikan • Perubahan metodologi pembelajaran • Penataan kurikulum
Menurut hemat Penulis, produk pemikiran tentang landasan filosofis tadi adalah hasil pemikiran dari orangorang yang memiliki wewenang dalam menentukan kebijakan dalam pendidikan di Indonesia. Lalu kemudian, lahirlah RPJM yang di dalamnya memuat aturan untuk mereformulasi metodologi pembelajaran dalam sekolah. Sesuai dengan landasan filosofis, maka meode pembelajaran yang akan digunakan adalah model student sentries, yaitu model pembelajaran yang terfokus pada siswa. Hal ini akan kita temukan pada poin rasionalitas penambahan jam pelajaran, di mana di dalamnya terdapat suatu ide tentang perubahan proses pembelajaran (dari siswa diberi tahu menjadi siswa mencari tahu). Model pembelajaran semacam ini kita kenal dengan metode pembelajaran inkuiri. Strategi pembelajaran inkuiri ini berangkat dari asumsi bahwa sejak manusia lahir ke dunia, menusia memiliki dorongan untuk menemukan sendiri pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentang keadaan alam di sekelilingnya merupakan kodrat manusia sejak ia lahir ke dunia.
2) INPRES nomor 1 tahun 2012
berdasarkan nilainilai budaya bangsa untuk membentuk daya saing karakter bangsa
c. Konseptual 1) Relevansi
2) Model kurikulum berbasis kompetensi 3) Kurikulum lebih dari sekedar dokumen 4) Proses pembelajaran
5) Penilaian
Secara umum, kurikulum 2013 berlandaskan pada tiga hal, yaitu aspek filosofis, yuridis, dan konseptual. Hasil analisa Penulis memberika suatu kesimpulan umum bahwa kurikulum ini akan melakukan perubahan dalam hal materi, metode pembelajaran, pengembangan kompetensi, relevansi dengan kodisi masyarakat tiap satuan pendidikan, proses pembelajaran (input, proses, output), dan sistem evaluasi dan penilaian.
Selanjutnya akan dibahas masalah strategi pengembangan kurikulum ini, kirakira langkahlangkah dan strategi pengembangan pendidikan di Indonesia.
D. IMPLEMENTASI KTSP KURIKULUM 2013
Kurikulum 2013 diluncurkan secara resmi pada tanggal 15 Juli 2013. Sedangkan implementasinya telah diterapkan pada tahun pelajaran 2013/2014 di sekolahsekolah tertentu atau masih terbatas. Dulu dan sekarang, kita sudah mengenal dengan yang namanya KTSPatau Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang mulai diberlakukan sejak tahun ajaran 2007/2008. Kalau kita cermati bersama, perbedaan paling mendasar antara Kurikulum 2013 dengan KTSP. Dalam KTSP, kegiatan pengembangan silabus merupakan kewenangan satuan pendidikan, namun dalam Kurikulum 2013 kegiatan pengembangan silabus beralih menjadi kewenangan pemerintah, kecuali untuk mata pelajaran tertentu yang secara khusus dikembangkan di satuan pendidikan yang bersangkutan.
pembelajaran berpusat pada siswa. Siswa mencari pengetahuan bukan menerima pengetahuan. Pendekatan ini mempunyai esensi yang sama dengan Pendekatan Keterampilan Proses (PKP). Masalah pendekatan sebenarnya bukan masalah kurikulum, tetapi masalah implementasi yang tidak jalan di kelas. Bisa jadi pendekatan ilmiah yang diperkenalkan di Kurikulum 2013 akan bernasib sama dengan pendekatanpendekatan kurikulum terdahulu bila guru tidak paham dan tidak bisa menerapkannya dalam pembelajaran di kelas.
Berikut ini adalah perbedaan antara Kurikulum 2013 dengan KTSP
No Kurikulum 2013 KTSP
hal tentang alternatif prosedur dalam rangka mendesain (designing), menerapkan (impelementation), dan mengevaluasi (evaliatoon) suatu kurikulum. Oleh karena itu, model pengembangan kurikulum harus dapat menggambarkan suatu proses sistem perencanaan
pembelajaran yang dapat memenuhi berbagai kebutuhan dan standar keberhasilan dalam pendidikan.
2. Macam – macam model pengembangan kurikulum: a. The administrative model
The administrative model atau line staff adalah pengembangan kurikulum yang pelaksanaannya dimulai dari para pejabat tingkat atas pembuat keputusan atau kebijakan berkaitan dengan
pengembangan kurikulum. Dengan wewenang administrator pendidikan yakni dirjen, direktur, dan kepala kantor wilayah
pendidikan serta kebudayaan kemudian membentuk suatu tim yang terdiri dari pejabat di bawahnya, dan para tokoh dari dunia kerja dan perusahaan. Tugas tim atau komisi ini adalah merumuskan konsep konsep dasar, landasanlandasan, kebijaksanaan, dan strategi utama dalam pengembangan kurikulum. Selanjutnya menyususn kurikulum secara operasional berkaitan dengan memilih dan menyususn
sekuens bahan pengajaran, memilih strategi pengajaran dan evaluasi, serta menyusun pedomanpedoman pelaksanaan kurikulum tersebut bagi guruguru.
b. The grass roots model
Model pengembangan grass roots ini merupakan lawan dari model adminitratif. Inisiatif dan pengembangan kurikulum model yang pertama, yang digunakan dalam sistem pengelolaan
sekolah mengadakan upaya pengembangan kurikulum.model grass roots memungkinkan terjadinya kopetisi di dalam meningkatkan mutu dan sistem pendidikan, yang pada gilirannya akan melahirkan manusiamanusia yang lebih mandiri dan kreatif.
c. Beauchamp’s system
Model pengembangan kurikulum beauchamp’s system, dikembangkan oleh Beauchamp seorang ahli kurikulum, dan beliau mengemumakan lima hal dalam pengembangan kurikulum:
1. Menetapkan arena atau lingkup wilayah.
Yakni yang dicakup oleh kurikulum, baik dari tingkat sekolah; kecamatan; kabupaten; propinsi; ataupun seluruh negara.
2. Menetapkan personalia.
Yakni orang – orang yang mengambil andil dalam penegembangan kurikulum. Ada empat kategori orang yang turut berpartisipasi dalam pengembangan kurikulum, yaitu: para ahli pendidikan/ kurikulum yang ada pada pusat pengembangan kurikulum, para ahli pendidikan perguruan tinggi atau sekolah dan guruguru, para profesional dalam sistem pendidikan, dan tokoh masyarakat.
3. Organisasi dan prosedur pengembangan kurikulum.
Berkenaan dengan prosedur yang harus ditempuh dalam merumuskan tujuan, memilih isi pengalaman belajar, serta kegiaatan evaluasi, dalam menentukan keseluruhan desain kurikulum.
4. Implementasi kurikulum. (melaksanakan kerikulum) 5. Evaluasi kurikulum.
d. The demonstration model
Model pengembangan kurikulum idenya datang dari bawah (Grass Roots). Semula merupakan suatu upaya inovasi kurikulum dalam skala kecil yang selanjutnya digunkan dalam skala yang lebih luas, tetapi dalam prosesnya sering mendapat tantangan atau
keidaksetujuan dari pihakpihak tertentu. Menurut Smith, Stanley, dan Shores, ada dua bentuk model pengembangan ini. Pertama; sekelompok guru dari satu sekolah atau beberapa sekolah yang diorganisasi dan ditunjuk untuk melaksanakan suatu uji coba atau eksperimen suatu kurikulum. Kedua; dari bebrapa orang guru yang merasa kurang puas tentang kurikulum yang sudah ada, kemudian mereka mengadakan eksperimen, uji coba, dan mengadakan
pengembangan secara mandiri.
Ada beberapa kebaikan dalam penerapan model pengembangan ini, di antaranya adalah : 1) kurikulum ini akan lebih nyata dan praktis karena dihasilkan melalui proses yang telah diuji dan diteliti secara ilmiah; 2) perubahan kurikulum dalam skala kecil atau pada aspek yang lebih khusus kemungkinan kecil akan ditolak oleh pihak administrator, akan berbeda dengan perubahn kurikulum yang sangat luas dan kompleks;
3) hakikat model demonstrasi cerskala kecil akan terhindar dari kesenjangan dokumen dan pelaksanaan di lapangan; 4) model ini akan menggerakkan inisiatif, kreativitas guruguru serta
memberdayakan sumbersumber administrasi untuk memenuhi kebutuhan dan minat guru dalam mengembangkan program yang baru.
e. Roger’s interpersonal relations model.
perkembangan anak.
Ada empat langkah pengembangan kurikulum model Rogers. a) Pemilihan target dari sistem pendidikan
b) Partisipasi guru dalam pengalaman kelompok intensif.
c) Pengembangan pengalaman kelompok yang intensif untuk satu kelas atau unit pengajaran.
d) Partisispasi orang tua dalam kegiatan kelompok.
model ini berbeda dengan modelmodel lainnya yakni tidak ada suatu perencanaan kurikulum tertulis, tetapi yang ada hanyalah rangkaian kegiatan kelompok.
f. Model Hilda Taba
Hilda Taba mengikuti cara pengembangan kurikulum yang berlaku secara umum yang mengikut langkahlangkah sebagai berikut: 1. Menentukan tujuan pendidikan
2. Menseleksi pengalaman belajar
3. Organisasi bahan kurikulum dan legiatan belajar 4. Evaluasi hasil kurikulum
Untuk mengadakan pembaharuan kurikulum Hilda Taba
menganjurkan cara berlainan dengan yang lazim dilakukan dalam pengembangan kurikulum pada umumnya. Ia justru memulai satuan pelajaran untuk meningkat kepada kurikulum yang lengkap, setelah cukup jumlah satuan pelajaran yang diujicobakan.
3. Model Perkembangan Kurikulum di Indonesia a) Kurikulum tahun 1964
Bersifat tradisonal yaitu pendidikan dan pengajaran dimaksudkan untuk memberi pelajaran kepada siswa dengan ciri khusus yakni: Tujuan pembelajaran hanya memberi bekal kepada siswa agar mampu melanjutkan kejenjang selanjutnya.
Organisasi kurikulumnya bervariasi
Khusus untuk sekolah kejuruan antara teori dan praktik dipisahkan. Mata pelajaran PAI masuk kedalam pelajaran budi pekerti.
b) Kurikulum tahun 1968
Mata pelajaran PAI yang awalnya masuk dalam pelajaran budi pekerti pada tahun 1968 resmi menjadi mata pelajaran sendiri yakni mata pelajaran PAI karna PKI dibubarkan, sehingga lebih mengarah kepada Pancasila sebagai dasar Negara RI.
c) Kurikulum tahun 1975
Adanya kurikulum yang mengajarkan bahwa pembelajran harus memperhatikan lingkungan yang ada disekitar dimana tempat pembelajaran dilaksanakan. Kurikulum 1975 mulai mengenal PPSI(Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional)
d) Kurikulum tahun 1984
Pola pembelajaran dua arah yakni siswa ikut aktif dalam mempelajari mata pelajaran tertentu. Kurikulum 1984 mengenal adanya sistem semester untuk jenjang SMP dan SMA sedangkan SD catur wulan (cawu).
e) Kurikulum tahun 1994
Ada pengembangan kurikulum pada tahun 1994 yakni: 1. Adanya penerapan muatan lokal
2. Konsep link dan match (keterkaitan dan kesepadanan) antara penddikan dengan dunia kerja.
3. Peningkatan wajib belajar yang awalnya 6 tahun menjadi 9 tahun.
f) Kurikulum tahun 1999
Karena adanya era reformasi maka Kurikulum 1999 disebut
Pengamalan Pancasila.
g) Kurikulum tahun 2004, Kurikulum Berbasis Kopetensi (KBK) Ciri khusus KBK yakni:
1. Lebih memgutamakan kemampuan 2. Menekankan bantuan alat
3. Evaluasi lebih menekankan kepada kemampuan atau percepatan masingmasing siswa.
4. Berbasis kinerja: lebih menekankan kinerja.
h) Kurikulum tahun 2006/2007, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
KTSP memberikan kebebasan pada masing – masing sekolah, KTSP memberikan kebebasan atau otonomi pada tingkat sekolah. Artinya kepada sekolah dan guru memiliki keluasan dalam mengembangkan kurikulum secara tepat dan proporsional.
F. KENDALA / HAMBATAN KTSP / K13
Kelemahan pertama, kurikulum 2013 bertentangan dengan
UndangUndang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional karena penekanan pengembangan kurikulum hanya didasarkan pada orientasi pragmatis. Selain itu, kurikulum 2013 tidak didasarkan pada evaluasi dari pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 sehingga dalam pelaksanaannya bisa membingungkan guru dan pemangku pendidikan.
pemerintah seolah melihat semua guru dan siswa memiliki
Kelemahan penting lainnya, pengintegrasian mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk jenjang pendidikan dasar. Dewan Pendidikan DIY menilai langkah ini tidak tepat karena rumpun ilmu mata pelajaranmata pelajaran itu berbeda.
G. FAKTORFAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN KURIKULUM Menurut Soetopo dan Soemanto, ada sejumlah faktor yang dipandang
mendorong terjadinya perubahan kurikulum pada berbagai Negara dewasa ini.
a. Bebasnya sejumlah wilayah tertentu di dunia ini dari kekuasaan kaum kolonialis. Dengan merdekanya Negaranegara tersebut, mereka menyadari bahwa selama ini mereka telah dibina dalam suatu sistem pendidikan yang sudah tidak sesuai lagi dengan citacita nasional merdeka. Untuk itu , mereka mulai merencanakan adanya perubahan yang cukup penting di dalam kurikulum dan sistem pendidikan yang ada.
b. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat sekali. Di satu pihak, perkembangan dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan yang diajarkan di sekolah menghasilkan diketemukannya teoriteori yang lama. Di lain pihak, perkembangan di dalam ilmu pengetahuan psikologi, komunikasi, dan lainlainnya menimbulkan diketemukannya teori dan caracara baru di dalam proses belajar mengajar. Kedua perkembangan di atas, dengan sendirinya mendorong timbulnya perubahan dalam isi maupun strategi pelaksanaan kurikulum.