• Tidak ada hasil yang ditemukan

BENTUK PENYAJIAN DAN MAKNA MUSIK RITUAL MENJAMU LAUT YANG DILAKUKAN OLEH NELAYAN DI BELAWAN SUMATERA UTARA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BENTUK PENYAJIAN DAN MAKNA MUSIK RITUAL MENJAMU LAUT YANG DILAKUKAN OLEH NELAYAN DI BELAWAN SUMATERA UTARA."

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BENTUK PENYAJIAN DAN MAKNA MUSIK RITUAL

MENJAMU LAUT YANG DILAKUKAN

OLEH NELAYAN DI BELAWAN

SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

OLDAH WITTYANI SITANGGANG

NIM. 2103340042

JURUSAN SENDRATASIK

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Oldah Wittyani Sitanggang NIM.2103340042. Bentuk Penyajian dan Makna Musik Ritual Menjamu Laut Yang Dilakukan Oleh Nelayan Di Belawan Sumatera Utara

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Bagaimana Bentuk Penyajian dan Makna Musik Ritual Menjamu Laut Yang Dilakukan Oleh Nelayan Di Belawan Sumatera Utara.

Penelitian ini berdasarkan kepada landasan teoritis yang menjelaskan pengertiaan dari Bentuk penyajian,makna lagu, makna musik ritual, yang dilakukan oleh Nelayan Sumatera Utara yang notabene adalah suku Melayu , yang kemudian dianalisis secara sistematis untuk memperdalam atau menginterpretasi data secara spesifik dalam rangka menjawab pertanyaan peneliti.

Penelitian ini dilaksanakan di Kampung Nelayan Indah yang berada di Jalan Besar Medan Belawan Kel. Nelayan Indah. Waktu dan proses penelitian dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus 2016. Sampel penelitian ini adalah ketua adat 1 orang, pawang laut 1 orang. Masyarakat setempat yang juga adalah nelayan 4 orang, pemusik 8 orang Jadi total sampel ada 14 orang. Penelitian ini menggunakan metode deskripsi kualitatif dengan tehnik pengumpulan data berupa observasi, wawancara, dokumentasi dan studi kepustakaan.

Hasil penelitian ini menyatakan bahwa ritual menjamu laut merupakan ritual penting yang wajib dilakukan oleh nelayan dikarenakan ini adalah bentuk doa meminta keslamatan kepada penghuni laut agar mereka tidak celaka ketika melakukan aktifitas dalam mencari nafkah di laut. Lagu yang digunakan pada saat ritual menjamu laut adalah lancang kuning, tanjung katung, selendang delima. Musik yang digunakan ketika ritual menjamu laut ini adalah berupa tabuhan gendang yang dimainkan secara bersama-sama. Makna musik yang terkandung adalah makna nada, rasa, tujuan dan secara simbolik mengandung makna spritual, interaksi kepada Tuhan. Tujuan para nelayan melaksanakan ritual jamuan laut ini adalah untuk memperoleh rizki yang halal dan aman di laut dan mewujudkan rasa keserdehanaan.

(7)
(8)
(9)

iv

DAFTAR ISI

ABSTRAK...i

KATA PENGANTAR...ii

DAFTAR ISI ...iv

BAB I PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Identifikasi Masalah ...4

C. Pembatasan Masalah ...5

D. Rumusan Masalah ...5

E. Tujuan Penelitian ...6

F. Manfaat Penelitian ...6

BAB II LANDASAN TEORITIS ...10

A. Landasan Teoritis ...10

1. Teori Bentuk Penyajian ...11

2. Teori Makna ...12

3. Teori Lagu ...14

4. Teori Ritual ...14

B. Kerangka Konseptual ...16

C. Skema Kerangka Konseptual...19

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...20

(10)

v

B. Populasi Dan Sampel Penelitian ...20

C. Metode Penelitian ...20

D. Teknik Pengumpulan Data ...23

1. Studi Kepustakaan ...23

2. Observasi Lapangan ...26

3. Wawancara ...27

4. Dokumentasi ...28

5. Teknik Analisis Data ...27

BAB IV HASIL PENELITIAN...30

A. Bentuk Penyajian Rituan Menjamu Laut...30

B. Tahapan Penyajian Ritual Menjamu Laut...34

C. Tahapan Penyajian Musik Ritual Menjamu Laut...35

D. Makna Lagu Ritual Menjamu Laut...86

E. Makna Musik Ritual Menjamu Laut...99.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...101

A. Kesimpulan...101

B. Saran...102

DAFTAR PUSTAKA...104

(11)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara kepulauan yang terbukti dari ujung barat

sampai ujung timur terdiri dari kepulauan besar dan kecil dan lebih banyak

kawasan perairan, maka dari itu Indonesia disebut sebagai negara maritim.

Masyarakat yang berada dalam negara maritim terdiri atas pedagang,

pelaut-pelaut dengan berbagai macam bentuk perahu besar dan kecil.

Masyarakat yang hidup dalam lingkungan yang berkaitan dengan laut

dikenal sebagai masyarakat nelayan yang berada di desa-desa pantai atau dalam

ruang lingkup yang lebih besar dapat disebut masyarakat pesisir. Salah satu

wilayah pesisir di Sumatera Utara adalah Belawan, yang adalah bagian dari

Sumatera Utara. Belawan berada pada ketinggan 1 meter dari permukaan laut,

dengan temperatur suhu antara 32°C, iklim tropis yang dipengaruhi oleh musim

hujan dengan rata-rata 2600 mm pertahun. Umumnya penduduk daerah ini

adalah suku asli melayu dan bermata pencaharian sebagai nelayan.

Masyarakat nelayan di Belawan berdasarkan teknologi penangkapan ikan

dapat dibagi dua yaitu nelayan dengan memakai sampan (tenaga motor tempel)

dan nelayan dengan sampan (tanpa motor tempel). Berdasarkan kepemilikannya

nelayan dapat dibagi dua yaitu nelayan yang memiliki sampan sendiri dan

(12)

2

Penangkapan ikan yang dilakukan oleh para nelayan sangat tergantung

pada keadaan musim sehingga terkenal dua musim yaitu musim angin barat dan

musim angin timur. Dalam 1 tahun ada 2 musim yaitu musim timur dari akhir

bulan Maret sampai awal bulan Agustus keadaan pasang tidak terlampau tinggi,

arus tidak terlampau deras dan gelombang tidak terlampau besar jadi biasa-biasa

saja. Pada musim inilah nelayan banyak mendapat ikan, sedangkan pada Musim

Barat, dari( bulan Agustus sampai awal bulan Maret), umumnya gelombang

besar, pasang tinggi, arus deras, curah hujan selalu terjadi. Pada puncaknya

disebut dengan pasang Perdani, yaitu pasang paling besar atau tinggi yang

terjadi satu kali setahun. Keadaan ini umumnya nelayan sangat jarang ke laut

karena takut bahaya, jadi produksi ikan pada bulan ini sedikit.

Selain kedua musim dalam satu kali setahun tadi maka terdapat lagi

pengaruh musim bulanan yaitu pada bulan purnama dan pada bulan gelap. Pada

bulan purnama atau bulan terang arus laut akan deras dan pasang akan tinggi.

Sebaliknya pada bulan gelap, gelombang akan kecil, arus tidak bergerak yang

disebut dengan istilah pasang mati. Pada kedua sifat ini nelayan akan kurang

mendapatkan hasil tangkapannya, karena umumnya nelayan tidak turun melaut,

kalaupun mereka melaut hanya di bahagian pingir-pinggir pantai saja. Oleh

karena itu, nelayan yang turun ke laut dan memperoleh hasil tangkapan ikan

yang banyak yaitu pada keadaan laut normal berada pada waktu pasang tidak

terlampau besar.

Jika laut dirasa sudah tidak aman lagi contohnya seperti : banyaknya

(13)

3

berkurang maka biasanya masyarakat melayu diperairan melaksanakan upacara

jamu laut. Saat ini sudah sangat jarang masyarakat pesisir yang

melaksanakannya bahkan ritual ini hampir punah keberadaanya. Itu dikarenakan

karena faktor masalah ekonomi dan kepercayaan agama yang menganggap ritual

ini tidak sesuai dengan hukum agama. Upacara Jamu Laut, suatu

penyelenggaraan upacara selamatan yang berhubungan dengan kehidupan di

laut. Dengan kata lain, dalam upacara Jamu Laut juga terkandung suatu

perjamuan makan yang ditujukan kepada para makhluk halus, penghuni dan

penguasa laut, sehingga akan memperoleh imbalan keselamatan dan berkah

darinya.

Upacara Jamu Laut terdiri dari lima tahapan, masing-masing tahapan

merupakan pokok utama dari seluruh rangkaian penyelenggaraan upacara yang

mereka adakan. Kelima tahapan tersebut tersusun secara berurutan sedemikian

rupa. Pertama, upacara pemancangan panji-panji (bendera). Kedua, setelah

seminggu upacara pertama dilakukan upacara penyembelihan hewan berupa

seekor kerbau jantan jika tidak ada bisa digantikan dengan kambing jantan atau

ayam ingkung yang diiringi shalawat nabi. Ketiga, pada hari yang bersamaan

dengan upacara penyembelihan dilanjutkan dengan upacara mengantar dan

menenggelamkan sesajen dan kepala binatang yang disembelih ke tengah laut.

Keempat, penetapan pantangan-pantangan atau nasihat-nasihat atau

aturan-aturan yang dibacakan oleh panglima laut. Kelima, atau yang terakhir

(14)

4

Selain kelima tahapan di atas yang menjadi pokok ritual menjamu laut

dalam pelaksanaanya diselingi dengan kesenian daerah setempat, kegiatan

gotong royong membersihkan lingkungan, dan kata-kata arahan dari tokoh

setempat. Dari lima tahapan di atas penulis akan meneliti semua tahapan yaitu

pada acara ucapan syukur setelah pemberian sesajen kepada penghuni laut

selesai dilaksanakan.Yang memegang berperan penting dalam pelaksanaan ritual

upacara menjamu laut adalah pawang laut karena pawang laut yang paling tahu

waktu penyelenggaraan ritual menjamu laut ini. Tujuan upacara Jamu Laut juga

tersirat hubungan menciptakan harmonis demi menjamin hubungan solidaritas

sosial dalam sistem organisasi sosial masyarakat nelayan setempat, baik antara

individu sebagai anggota warga kelompok masyarakat dengan komunitas tempat

hidupnya maupun antara berbagai generasi. Secara ekologis, upacara Jamu Laut

mencipta kembali kesadaran manusia yang selama ini berusaha memonopoli

sumberdaya alam semaksimal mungkin perlu diistirahatkan, sehingga masa

tenggang tersebut merupakan peluang pula bagi alam.

Masyarakat Melayu memiliki corak musik tradisional khususnya pada

ritual menjamu laut. Mantera penjamuan laut berupa senandung melayu seperti

pemanggilan arwah-arwah penunggu laut. Beberapa lagu yang biasa dimainkan

sewaktu syukuran penjamuan laut yaitu pada tahapan ke lima diantaranya,

lancang kuning, tanjung katung, selendang delima. Menjadi hal yang menarik

untuk dapat diselidiki bagaimana senandung ini bisa menjadi lagu syukuran

ritual upacara menjamu laut dan lagu-lagu syukuran jamuan laut tersebut

(15)

5

syukur kepada penguasa laut karena telah diberikan rizki berlimpah dari hasil

laut untu menghidupi anak cucu mereka. Disini penulis juga tidak hanya mencari

apa makna syair lagu yang dinyanyikan namun juga mencari makna musik yang

yang terkandung dalam ritual upacara menjamu laut.

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk menjadikannya sebagai

topik untuk itu penulis mengambil judul “Bentuk Penyajian dan Makna Musik Pada Ritual Menjamu Laut di Belawan Sumatera Utara”

B. Identifikasi Masalah

Dari berbagai asumsi serta uraian latar belakang diatas dapat

diidentifikasikan menjadi beberapa pokok pikiran permasalahan dari

penelitian ini

Ali dalam Fidya (2012:5) mengatakan bahwa : “ Kepentingan karya ilmiah sesuatu masalah, yang perlu diperhatikan masalah penulisan sedapat mungkin diusahakan tidak terlalu luas akan menghasilkan analisis yang sempit dan sebaiknya bila ruang lingkup masalah dipersempit maka diharapkan analisis secara luas dan mendalam ”Dengan adanya suatu identifikasi masalah, penulis akan mencapai sasaran yang tepat. Untuk itu dari uraian latar belakang yang ada diatas, penulis membuat identifikasi masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana Bentuk penyajian dari Ritual Menjamu Laut yang ada di

Belawan Sumatera Utara?

2. Bagaimana Makna dari lagu Ritual Menjamu Laut yang ada di Belawan

Sumatera Utara?

3. Bagaimana Makna musik dari Ritual Menjamu Laut yang ada di

(16)

6

4. Alat musik apa saja yang digunakan pada dari Ritual Menjamu Laut yang

ada di Belawan Sumatera Utara?

5. Siapa saja yang berperan penting pada dari Ritual Menjamu Laut yang

ada di Belawan Sumatera Utara?

C. Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya cakupan masalah, keterbatasan waktu, dana, dan

kemampuan penulis, maka peneliti merasa perlu mengadakan pembatasan

masalah untuk mempermudah pemecahan masalah yang dihadapi dalam

penelitian ini. Pembatasan masalah tersebut sesuai dengan pendapat Sukardi

(2003:30) yang mengatakan bahwa :

“Dalam merumuskan masalah ataupun membatasi permasalahan dalam suatu penelitian sangatlah bervariasi dan tergantung pada kesenangan peneliti.Oleh karena itu perlu hati-hati dan jeli dalam mengevaluasi rumusan permasalahan penelitian, dan dirangkum kedalam beberapa pertanyaan yang jelas”.

Berdasarkan pendapat diatas dan pada latar belakang masalah maka penulis membatasi masalah sebagai berikut”

1. Bagaimana Bentuk penyajian Ritual Menjamu Laut yang ada di

BelawanSumatera Utara?

2. Bagaimana Makna Lagu dari Ritual Menjamu Laut yang ada di Belawan

Sumatera Utara ?

3. Bagaimana Makna musik dari Ritual Menjamu Laut yang ada di Belawan

(17)

7

D. Rumusan Masalah

Menurut pendapat Burngin (2001:55) mengatakan bahwa “ Permasalahan

yang diajukan hendaknya berbentuk kalimat dan diformulasikan dalam kalimat

yang jelas tetapi tidak bertele-tele. Rumusan masalah juga diajukan sejelas

mungkin agar variabel-variabel penelitian ataupun hubungan antara variabel itu

terlihat dengan mudah dan kemudian tidak menimbukan interprestasi lain

terhadap rumusan sebagai berikut.”

Sesuai dengan identifikasi masalah, pembatasan masalah dan rumusan

masalah maka dapat disimpulkan suatu pertanyaan“ Bagaimana “Bentuk

Penyajian dan Makna Musik Pada Ritual Menjamu Laut di Belawan Sumatera

Utara”

E. Tujuan penelitian

Setiap kegiatan selalu mengarah pada tujuan, tanpa ada tujuan yang jelas

maka arah kegiatan yang akan dilakukan tidak tau apa yang ingin dicapai dalam

kegiatan tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Ridwan (2004:25) yang

mengatakan bahwa : “Tujuan penelitian merupakan keinginan-keinginan peneliti

atas hasil pencapaiannya dengan mengetengahkan indikator-indikator apa yang

hendak ditemukan yang berkaitan dengan variabel-variabel penelitian.”

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan penelitian

tidak lain untuk mengetengahkan indikator–indikator apa yang hendak

ditemukan dalam penelitian terutama yang berkaitan dengan variabel-variabel

(18)

8

tercapainya tujuan yang telah diterapkan. Maka tujuan yang hendak dicapai

penulis adalah :

1. Untuk mengetahui Bentuk Penyajian pada Ritual Menjamu Laut yang ada di

Belawan Sumatera Utara.

2. Untuk mengetahui Makna dari Lagu pada Ritual Menjamu Laut yang ada di

Belawan Sumatera Utara.

3. Untuk mengetahui Makna Musik pada Ritual Menjamu Laut yang ada di

Belawan Sumatera Utara.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian merupakan kegunaan dari penelitian yang merupakan

sumber informasi dalam mengembangkan penelitian selanjutnya. Berdasarkan

tujuan penelitian yang dikemukakan peneliti ini dapat member manfaat sebagai

berikut:

1. Sebagai informasi bagi pembaca

2. Menambah wawasan tambahan bagi penulis dan pembaca, khususnya bagi

masyarakat atau lembaga dibidang seni.

3. Membantu pelaku seni tradisi untuk memperkenalkan tradisi mereka agar

dikenal oleh masyarakat

4. Sebagai bahan referensi dan acuan bagi penelitian berikutnya yang relevan

dengan topik penelitian ini.

(19)

9

6. Menambah perbendaharaan perpustakaan Jurusan Sendratasik Universitas

(20)
(21)

101

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kegiatan menulis dan mendata tentang ritual menjamu laut di Belawan

Sumatera Utara memiliki banyak hal yang telah dicatat. Catatan yang telah

dituangkan dalam penulisan merupakan hasil dari penelitian yang dilakukan

memiliki kesimpulan yang telah dirangkum untuk memahami secara singkat isi

dari hasil penelitian yang dilakukan.

Beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian dan

pembahasan sebagai berikut :

1. Bentuk Penyajian ritual menjamu laut di Belawan memiliki 5 tahapan yaitu

penyelenggaraan upacara yang diadaakan yaitu proses pemancangan panji

dan pembuatan balai, penyembelihan hewan, menguras pantai dan

mengantar persembahan, barzanji (ikrar,doa, pengumuman hari pantang ),

makan bersama dan syukuran. Dalam proses pemasangan panji-panji dan

pembuatan balai berisi semua persiapan yang harus disiapkan sebelum

ritual. Selanjutnya proses penyembelihan hewan dan mengantar

persembahan merupakan kegiatan inti. Selanjutnya kegiatan doa,

pengumuman hari pantang dan makan bersama merupakan penutup acara

yang ditandai dengan masyarakat bernyanyi bersama lagu yang

dinyanyikan diantaranya Lancang Kuning, Tanjung Katung, dan syair

selendang delima dan menari bersama inilah tanda ritual menjamu laut

(22)

102

2. Makna syair lagu dari ritual menjamu laut yaitu pertama lagu lancang

kuning mengisyaratkan kehidupan nelayan dilaut dan permohonan

keslamatan bagi masyarakat Belawan Sumatera Utara. Lagu yang kedua

yaitu Tanjung Katung yaitu mengisyaratkan untuk saling berbelas kasih

antar sesama mahluk hidup. Kemudian syair dari selendang delima

mengisyaratkan sejarah kehidupan Puteri Hijau yang adalah Mambang

Laut juga harus selalu diingat untuk tidak lupa mengucap syukur kepada

Mambang Laut

3. Makna Musik dalam menjamu laut adalah musik yang dilagukan menjadi

satu musik , lagu yang dimainkan diantaranya lancang kuning, tanjung

katung, memiliki makna perasaan : yang termasuk di dalam ritual

menjamu laut adalalah rasa gembira. Kegembiraan dapat dilihat dari

masyarakat yang ikut menari-nari ketika lagu-lagu dipedengarkan, makna

tujuan : ritual menjamu laut memiliki makna tujuan agar memperoleh

keselamatan ketika mencari rezeki di laut, dan makna nada yaitu ketika

seseorang mendengar nada yang dimainkan maka akan memahami makna

yang didalamnya karena masyarakat telah mengetahui isi lagu tersebut.

B. Saran

Beberapa kesimpulan dari hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat

diajukan saran-saran sebagai berikut :

1. Untuk pemusik yang mengiringi ritual jamuan laut di Belawan Sumatera Utara

agar memperbaiki kualitas permainan alat musik dan tidak menghilangkan

(23)

103

2. Untuk masyarakat Belawan diharapkan membantu dalam melestarikan dan

mempertahankan tradisi agar terjaga kelestariannya.

3. Untuk generasi muda diharapkan peduli terhadap kekayaan tradisi yang ada di

(24)

104

DAFTAR PUSTAKA

Banoe,Ponoe.2003.Kamus Musik,Jakarta :Kanisius

Burngin, Burhan.2001. Metode Penelitian Sosial.Jakarta. Bumi Aksara

Djamari.1993. Religi dan Ritual.Jakarta:Bumi Aksara

Fidya. 2015.Karya Ilmiah.Jakarta : Karya ilmiah. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Girsang,Rosenta.2014. Tinjauan Bentuk dan Makna Lagu Taur-Taur Sibuat Gulom di Desa Binalang Kecamatan Purba Kabupaten Simalungun. Medan : Skripsi Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Hakim,Thursan.2004.Teori Musik. Jakarta: Bumi Aksara

Hornbostel.2002. A Text Book of European Musical Instrument. France : Phd

Jones.1974.Music Theory.Jakarta. Gramedia

Kamien,Roger.2004.Music: An appreciation USA: Mc Grow Hill. Inc

Kartono,dkk.2004.Berkreasi seni.Jakarta : Ganeca Exact

Koentjaningrat.2004. Kebudayaan dan Pembangunan . Jakarta : Gramedia

Maryeani.2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung, Alfabet.

Miller .2008. Kamus Musik. Jakarta:Kanisius

Muliadi, Rahmad. 2012. Tinjauan Musik pada Iringan Tari Guel disangganr cicimpala di desa Bener Kalifah Kecamatan Bandar Kabupaten Bener Meriah Nangroe Aceh Darussalam. : Skripsi Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Nurjayani,2013. Teori Musik.Jakarta:Gramedia

Nuhri,Ansyah. 2013. Skripsi. Kajian Terhadap Komposisi Musik Iringan Silat Gondang Porang di Sanggar Silat Keluarga Jaya Lintau di Kota Tanjung Balai.:Skripsi Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Palmer.1976. Semantika 2 . Bandung: PT. Refika Aditama

Pateda,Mansoer.2001 Semantik Resikal. Jakarta : PT. Renika Cipta

Riduan,2004 .Metode dan Tehnik Menyusun Proposal Penelitian. Jakarta:

Alfabeta

Riduan,2010 .Metode dan Tehnik Menyusun Proposal Penelitian. Jakarta: Alfabeta

(25)

105

Sarwono.2006. Studi Kepustakaan.Jakarta.Gramedia

Sastrinda ,Azzarista.2012. Musik Pengiring Tari Munalo dalam upacara Adat Perkawinan Di Kecamatan Bukit Simpang Tiga Kabupaten Bener Meriah. : Skripsi Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Soeharto,M.1992. Kamus Musik Jakarta . Gramedia Widia Sarana Indonesia

Soeharto.2001. Musik Dalam Mencerdaskan Anak. Jakarta :Cakrawala.

Sugiono.2009. Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif, kualitas dan

R&D.Bandung. Alfabet

Sri, Larassati. 2014. Bentuk Lagu dan Bentuk Penyajian Kidung Dewa yadnya Pada Upacara Peribatan Purnama dan Tilem Umat Hindu Bali di Pura Agung Raksa Buana Medan. : Skripsi Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Sumardi.2007. Musik Tradisional. Jakarta: Gramedia

Sukardi.2003. Metodologi Penelitian Kependidikan. Jakarta. Bumi Aksara.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran dewan komisaris, proporsi dewan komisaris independen, kompetensi komite audit, kepemilikan saham institusional, dan

Konektivitas Komunitas Makrozoobentos Antara Habitat Mangrove, Lamun dan Terumbu Karang di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta [Skripsi].. Institut Pertanian

[r]

[r]

Penggunaan FRP sebagai perkuatan pada tulangan pengekang yang tidak standar (sengkang lingkaran) memberikan peningkatan kapasitas aksial sebesar 58% dari kolom

Dengan berkembangnya teknologi komputer maka penulis tertarik untuk membuat website demam berdarah dengan menggunakan program PHP (Hypertext Preprocessor) bersama dengan HTML

Analisis Kelayakan Pembangunan Bandar Udara Notohadi Negoro Jember Ditinjau dari Segi Finansial ; Dwi Candra Septinine, 021 910 301 050; 2007: 64 halaman; Jurusan Teknik Sipil

 Setiap kolompok diminta untuk menggelompokan gambar-gambar yang berhubungan dengan materi energi dan penggunaannya sesuai dengan tugas yang ada di lembar kerja