• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH SIBLING RIVALRY TERHADAP EFEKTIVITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA TEMAN SEBAYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH SIBLING RIVALRY TERHADAP EFEKTIVITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA TEMAN SEBAYA"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh :

Agnes Stefanny Gondo

201210230311388

FAKULTAS PSIKOLOGI

(2)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang

sebagai salah satu persyaratan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Psikologi

Oleh :

Agnes Stefanny Gondo

201210230311388

FAKULTAS PSIKOLOGI

(3)

Interpersonalpada Teman Sebaya

2. Nama Peneliti : Agnes Stefanny Gondo

3. NIM : 201210230311388

4. Fakultas : Psikologi

5. Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang

6. Waktu Penelitian : 16 Desember 2015 – 20 Januari 2016

Skripsi ini telah diuji oleh dewan penguji pada tanggal 29 Januari 2016.

Dewan Penguji

Ketua : Hudaniah, S.Psi, M.Si

Anggota Penguji : 1. Diana Savitri Hidayati, S.Psi, M.Psi 2. Yuni Nurhamida, S.Psi, M.Si 3. Siti Maimunah, S.Psi., M.M.,M.A

Pembimbing I Pembimbing II

Hudaniah, S.Psi, M.Si Diana Savitri Hidayati, S.Psi, M.Psi

Penguji I Penguji II

Yuni Nurhamida, S.Psi, M.Si Siti Maimunah, S.Psi., M.M.,M.A

Malang Januari 2016

Mengesahkan,

Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang

(4)

iv

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Agnes Stefanny Gondo

NIM : 201210230311388

Fakultas / Jurusan : Psikologi / Psikologi

Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah MalangMenyatakan bahwa skripsi /

karya ilmiah yang berjudul :

Pengaruh Sibling Rivalry terhadap Efektivitas Komunikasi Interpersonal pada Teman

Sebaya

1. Adalah bukan karya orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali dalam bentuk

kutipan yang digunakan dalam naskah ini dan telah disebutkan sumbernya.

2. Hasil tulisan karya ilmiah / skripsi dari penelitian yang saya lakukan merupakan hak

bebas royalti non eksklusif, apabila digunakan sebagai sumber pustaka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan

ini tidak benar, maka saya bersedia mendapat sanksi sesuai dengan Undang-undang yang

berlaku.

Malang, Januari 2016

Mengetahui

Ketua Program Studi Yang Menyatakan,

(5)

v

dan Hidayah-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh

Sibling Rivalry Terhadap Efektivitas Komunikasi Interpersonal pada Teman Sebaya”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana psikologi di Universitas

Muhammadiyah Malang. Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan

bimbingan dan petunjuk serta bantuan yang bermanfaat dari berbagai pihak. Oleh karena itu,

dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Dra. Tri Dayakisni, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas

Muhammadiyah Malang.

2. Ibu Hudaniah, S.Psi, M.Si selaku dosen pembimbing I dan Ibu Diana Savitri

Hidayati, S.Psi, M.Psi selaku dosen pembimbing II yang telah banyak meluangkan

waktu untuk memberikan bimbingan dan motivasi hingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

3. Ibu Siti Maimunah, S.Psi., M.M.,M.A selaku dosen wali yang telah memberi

dukungan hingga selesainya skripsi ini.

4. Para dosen dan staff TU Fakultas Psikologi yang telah banyak memberikan

pembelajaran serta proses pendewasaan.

5. Kepada kedua orang tua dan adik tercinta yang selalu memberikan dukungan, do’a dan kasih sayangnya sehingga penulis termotivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Sahabat-sahabatku Dilla, Disti, Lupita, Intan, dan Rika yang selalu memberikan

semangat, hiburan, cerita dan manfaat yang begitu luar biasa dalam penyelesaian

skripsi ini.

7. Sahabat dan orang terdekat Novia, Cita, Firly dan Rafi yang telah membantu selama

dalam proses penyelesaian skripsi ini.

8. Aris dan Andreas yang selama ini membantu dalam memberikan masukan dan

(6)

vi

kekurangan masing-masing.

10.Teman satu kos di Malang mbak Yenis yang selama ini memberikan bantuan selama

pengerjaan skripsi ini.

11.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan

bantuan pada penulis dalam menyelesaiakan skripsi ini, dan semoga menjadi amal

ibadah yang diterima oleh Allah SWT.

Penulis menyadari tiada satupun karya manusia yang sempurna, sehingga kritik dan saran

demi perbaikan skripsi ini sangat penulis harapkan. Meski demikian, penulis berharap

semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya dan pembaca pada umumnya.

Malang, Januari 2016

Penulis

(7)

vii

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

SURAT PERNYATAAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

ABSTRAK... 1

PENDAHULUAN ... 2

TINJAUAN TEORI ... 5

METODE PENELITIAN a. Rancangan Penelitian ... 8

b. Subjek Penelitian ... 9

c. Variabel dan Instrumen Penelitian ... 9

d. Prosedur Penelitian ... 10

HASIL PENELITIAN ... 11

DISKUSI ... 13

SIMPULAN DAN IMPLIKASI ... 16

(8)

viii

TABEL 1

Indeks Validitas Alat Ukur Penelitian ... 10

TABEL 2

Indeks Reliabilitas Alat Ukur Penelitian ... 10

TABEL 3

Deskripsi Subjek Penelitian ... 11

TABEL 4

Data Deskriptif Hasil Penelitian ... 12

TABEL 5

(9)

ix

LAMPIRAN 1

Blue Print Skala Sibling Rivalry dan Skala Efektivitas Komunikasi Interpersonal ... 19

LAMPIRAN 2

Skala Sibling Rivalry dan Skala Efektivitas Komunikasi Interpersonal ... 20

LAMPIRAN 3

Validitas dan Reliabilitas ... 25

LAMPIRAN 4

Uji Regresi Linier Sederhana ... 34

LAMPIRAN 5

Deskripsi Subjek Penelitian ... 35

LAMPIRAN 6

(10)

1

PENGARUH

SIBLING RIVALRY

TERHADAP EFEKTIVITAS

KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA TEMAN SEBAYA

Agnes Stefanny Gondo

Fakultas Psikologi, Univesitas Muhammadiyah Malang

agnezsg@gmail.com

Manusia membutuhkan dan berusaha terbuka dalam menjalin sebuah komunikasi atau hubungan dengan sesamanya. Efektivitas komunikasiInterpersonalatau berkomunikasi merupakan keharusan bagi manusia tak terkecuali bagi seorang remaja kepada teman sebayanya. Sibling rivalry merupakan perilaku antagonis atau permusuhan yang terjadi antar saudara kandung. Perilaku ini sering menjadi pola hubungan sosial untuk diterapkan dengan teman sebayanya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sibling rivalry terhadap efektivitas komunikasi Interpersonal pada teman sebaya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif prediktif. Pengambilan data menggunakan skala sibling rivalry dan skala efektivitas komunikasi Interpersonal.

Penelitian ini melibatkan 155 subjek SMP Muhammadiyah 06 DAU Malang usia remaja awal dengan teknik quota sampling dan menggunakan analisis regresi linier sederhana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh negatif yang signifikan antara sibling rivalry terhadap efektivitas komunikasi Interpersonal, dengan nilai R =

0,283; F = 13,317; p = 0,000, β = -0,240. Hal ini berarti semakin tinggi sibling rivalry

semakin rendah efektivitas komunikasi Interpersonal pada teman sebaya dan sebaliknya semakin rendah sibling rivalry maka semakin tinggi efektivitas komunikasi Interpersonalpada teman sebaya.

Kata kunci : Sibling rivalry, efektivitas komunikasi Interpersonal, teman sebaya

Humans need and attempt to extroverted a communication or relation with others. The effectiveness of Interpersonal communication (communicating) is a necessity for human beings including a teenager with their peers. Sibling rivalry is kind of antagonist behavior or hostility which occurs between siblings. This behavior frequently becomes the pattern of social relation to applied among peers. This study was aimed to determine the effect of sibling rivalry on effectiveness of Interpersonal communication in peer friends. This study using predictive quantitative approach. Sibling rivalry scale and effectiveness of Interpersonal communication scale were used in collecting the data. This research involved 155 subjects at SMP Muhammadiyah 06 DAU Malang with early adolescence ages by using quote sampling and simple linear regression technique. The results showed that there was significant negative effect between sibling rivalry on effectiveness Interpersonal communication, with a value of R = 0,283; F = 13,317; p = 0,000, β = -0,240. It means that the higher the sibling rivalry, the lower the effectiveness of Interpersonal communication in peer friends. Conversely, the lower sibling rivalry, the higher the effectiveness of Interpersonal communication in peer friends.

(11)

Komunikasi antar pribadi atau secara ringkas disebut sebagai berkomunikasi merupakan keharusan bagi manusia. Manusia membutuhkan dan senantiasa berusaha membuka serta menjalin sebuah komunikasi atau hubungan dengan sesamanya. Selain itu, ada sejumlah kebutuhan di dalam diri manusia yang hanya dapat dipuaskan lewat berkomunikasi dengan sesamanya. Oleh karena itu penting bagi kita untuk menjadi terampil dalam berkomunikasi (Supratiknya, 1995). Dengan berkomunikasi seseorang dapat membina hubungan baik dengan orang lain di sekitarnya. Menurut Lake (1986) hubungan yang baik tergantung pada komunikasi yang baik. Hubungan baik disini merupakan hubungan yang membuat kedua belah pihak saling berbagi persoalan yang terjadi dalam kehidupan, dengan melakukan komunikasi orang mampu mengalami, memahami serta menanggapi hal-hal yang dirasakan oleh orang lain dan manfaat seperti itulah yang sangat diperlukan oleh remaja dalam berkomunikasi dengan teman sebayanya.

Hal ini sesuai dengan pendapat dari Papalia (Ling & Dariyo, 2002) mengungkapkan bahwa remaja lebih banyak bergaul dan menghabiskan waktunya bersama teman-teman sebayanya. Selain itu, teman-teman sebaya merupakan faktor penting yang membantu remaja mengatasi perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya. Pengaruh dari teman sebaya ini dapat berupa hal positif maupun negatif (Rubin, Bukowski, & Parker, dalam King 2013). Salah satu aspek kunci dalam memiliki hubungan teman sebaya yang positif yaitu dengan memiliki salah satu atau lebih sahabat karib, sedangkan beberapa teman sebaya dan sahabat dapat memberikan pengaruh negatif kepada perkembangan remaja, pada awal masa remaja (13-16 tahun) merupakan tingkat keterlibatan teman sebaya yang lebih tinggi (Nation & Heflinger, dalam King 2013). Selain itu pada usia remaja ini seringkali membangun interaksi dengan teman sebayanya dalam bentuk geng, interaksi pertemanan ini seringkali menimbulkan sebuah konflik, sehingga dapat mempengaruhi perkembangan emosi remaja tersebut (Firmanto, 2013). Remaja membutuhkan rasa diterima di lingkungan teman sebayanya, seperti yang dijelaskan oleh Mappiare (1982) bahwa pada periode perkembangannya ini remaja sangat takut dikucilkan oleh teman sebayanya, hal inilah yang menyebabkan remaja sangat intim dan bersikap perasaan terikat dengan teman sebayanya.

Hasil penelitian dari Rusda (1991) menyebutkan bahwa remaja yang mampu diajak berbicara atau berdiskusi tentang berbagai hal, terbuka dan cocok sebagai tempat curahan hati, menduduki urutan kedua untuk alasan dipilihnya remaja tersebut menjadi teman bergaul yang menyenangkan di sekolah, dengan prosentase pemilih sebesar 10,87%, sehingga kemampuan remaja dalam berkomunikasi secara efektif dengan teman sebaya merupakan salah satu faktor penting yang turut menentukan diterimanya remaja tersebut di kelompok teman sebayanya.

(12)

oleh pasangan komunikasinya, sehingga tidak akan terjadi kesalahpahaman diantara kedua belah pihak yang dapat memicu timbulnya perselisihan. Dimana perselisihan yang mungkin terjadi justru akan merenggangkan dan memperburuk hubungan remaja tersebut dengan teman sebayanya (Lake, 1986). Rendahnya efektivitas komunikasi yang terjadi pada remaja dengan teman sebayanya ini diduga disebabkan karena adanya perilaku sibling rivalry ketika di rumah.

Beberapa penelitian menemukan bahwa dimensi hubungan antar saudara kandung berpengaruh terhadap perilaku antisosial dalam hubungan dengan teman sebaya. Remaja yang memiliki hubungan antar saudara kandung dengan konflik yang tinggi cenderung lebih agresif terhadap teman sebayanya, dimana salah satu perilaku agresif dapat ditunjukkan dalam bentuk verbal seperti dalam hal berkomunikasi (Criss & Shaw, dalam Lerner & Steinberg 2009). Hal ini sesuai dengan pendapat dari Hurlock (1999) bahwa aspek yang paling serius dari perselisihan saudara adalah hubungan buruk ini sering menjadi pola hubungan sosial yang akan dibawa anak keluar rumah untuk diterapkan dalam hubungannya dengan teman sebaya.

Menurut Bee & Boyd (Rahmawati, 2013) menyampaikan bahwa ketika orang tua memutuskan memiliki lebih dari satu anak, maka akan ada kehadiran sibling dalam kehidupan anak pertama.

Sibling dalam konsep psikologi diartikan sebagai saudara laki-laki atau perempuan yang tinggal bersama dalam satu pengasuhan orang tua yang sama. Secara umum kehadiran sibling baru umumnya terjadi ketika seorang ibu melahirkan adik baru bagi kakak. Tentunya kehadiran adik baru bagi seorang kakak biasanya disambut dengan perasaan senang oleh kakak karena dianggap sebagai teman atau mainan baru, namun seiring berjalannya waktu seringkali kakak merasa bosan dan adik tidak lagi di anggap sebagai mainan yang menyenangkan.

Kehadiran seorang adik atau saudara akan memberikan kontribusi bagi perkembangan sosial dan emosional seorang anak, serta hampir tidak akan pernah bisa dihindari adanya persaingan antar saudara kandung atau yang sering disebut sebagai sibling rivalry. Menurut Reber & Reber (2010) sibling rivalry merupakan sebuah istilah popular bagi interaksi yang sering kali agresif dan suka menimbulkan pertengkaran di antara saudara-saudara kandung. Reaksi Sibling rivalry

dapat dilakukan dengan cara memukul, menggigit, menendang, mendorong, mencubit, menghakimi, menyindir/mengejek, menertawakan, mengancam dan mengabaikan (Hurlock, 1999 ; Daly & Perez, 2009). Sibling rivalry pada kenyataannya tidak hanya dialami pada masa kanak-kanak namun juga terjadi pada masa remaja yakni antara usia 13-15 tahun. Rentang usia dimana anak Sekolah Menengah Pertama (SMP) memasuki fase remaja awal. Pada masa ini emosi remaja awal masih labil dan belum terkendali seperti marah, gembira atau kesedihannya masih dapat berubah-ubah silih berganti dalam tempo yang cepat (Nurihsan & Agustin, 2013). Selain itu Hurlock (2007) mengungkapkan bahwa pada masa remaja merupakan fase penuh konflik dan fase penuh penentangan, tidak terkecuali kepada saudara kandungnya.

(13)

dapat berlanjut pada fase remaja, dan apabila masalah ini tidak diatasi maka akan berdampak pada fase dewasa anak nantinya (Arif , 2013).

Menurut Palombo & Meyer (2014) studi menunjukkan bahwa perhatian orang tua menjadi salah satu faktor yang paling penting dalam persaingan antar saudara. Ibu dan ayah dapat memberikan kontribusi negatif bagi perkembangan anak-anak mereka melalui perlakuan yang berbeda. Dalam satu studi perlakuan yang berbeda dan favoritisme yang dirasakan dikaitkan dengan tingginya tingkat permusuhan di antara saudara kandung, dan banyak lagi perlakuan orang tua dari salah satu orang tua tertentu menyebabkan lebih intensnya persaingan antar saudara (Meunier, Roskam, Stievenart, Moortele, Browne, & Wade dalam Palombo & Meyer : 2014). Selain itu salah satu faktor penyebab terjadinya sibling rivalry menurut Hurlock (1999) yaitu sikap orang tua, jenis kelamin, perbedaan usia, jumlah saudara, pola asuh, pengaruh orang luar dan urutan kelahiran dimana keluarga yang memiliki anak lebih dari satu, tentunya semua anak diberi peran menurut urutan kelahiran dan mereka diharapkan memerankan peran tersebut.

Sibling rivalry sering dianggap sebagai hal biasa yang tidak perlu dikhawatirkan, padahal banyak menimbulkan dampak negatif yang akan mempengaruhi perkembangan anak selanjutnya seperti menyebabkan perilaku agresif terutama kepada saudara maupun dengan yang lain. Selain itu sibling rivalry juga memiliki dampak positif seperti anak mampu memahami tindakan dan pikiran orang lain selama mereka konflik serta menciptakan kesadaran dan kepedulian terhadap diri sendiri dan dalam hubungan sosial (Thompson, 2004).

Berdasarkan uraian diatas menunjukkan bahwa sibling rivalry yang dilakukan pada masa remaja awal terjadi dikarenakan pada fase ini remaja memiliki emosi yang labil dan belum terkendali. Jarak usia yang saling berdekatan antar saudara juga dapat menimbulkan sibling rivalry yang lebih tinggi dibandingkan dengan jarak usia yang lebih besar (Hurlock, 1999). Pada fase ini remaja cenderung menghabiskan banyak waktu bersama teman sebayanya ketika berada di luar rumah. Perilaku sibling rivalry ini akan mempengaruhi hubungan sosial remaja ketika berada di luar rumah dengan teman sebayanya dalam bentuk agresi verbal seperti berkomunikasi. Hal ini dikarenakan teman sebaya memiliki usia yang saling berdekatan sama halnya dengan saudara kandung, sehingga remaja memiliki efektivitas komunikasi Interpersonal yang rendah dengan teman sebayanya. Salah satu bentuk rendahnya efektivitas komunikasi Interpersonal pada teman sebaya dapat ditunjukkan seperti tidak memiliki rasa empati, tidak terbuka, tidak memiliki sikap mendukung, tidak memiliki sikap positif dan tidak memiliki sifat kesetaraan (Devito, 2011). Oleh sebab itu diperlukan efektivitas komunikasi Interpersonal yang baik, sehingga komunikasi antara kedua belah pihak berjalan dengan baik dan pesan yang disampaikan sesuai dengan tujuan yang diinginkan.

(14)

Efektivitas Komunikasi Interpersonal

Komunikasi menurut Rakhmat (2014) adalah usaha untuk membuat satuan sosial dari individu dengan menggunakan bahasa atau tanda untuk mencapai tujuan. Sedangkan menurut Pareek (1991) komunikasi adalah pengiriman suatu pesan yang berorientasikan tujuan melalui suatu medium atau media dari seseorang kepada orang lain yang menerima pesan tersebut. Komunikasi merupakan tindakan oleh satu orang atau lebih yang mengirim dan menerima pesan dan ada kesempatan untuk melakukan umpan balik (Devito, 2011).

Komunikasi Interpersonal adalah pemberian pesan-pesan yang berorientasikan tujuan antara dua orang atau lebih melalui suatu medium atau media (Pareek, 1991). Sedangkan menurut Maulana & Gumelar (2013) komunikasi Interpersonal yaitu komunikasi antara komunikator dengan komunikan, komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal atau nonverbal sedangkan efektivitas merupakan kemampuan dalam mencapai tujuan yang pasti. Jadi efektivitas komunikasi Interpersonal yaitu kemampuan individu dalam mengirimkan suatu pesan melalui bahasa, tulisan maupun media kepada orang lain untuk mencapai tujuan serta mendapatkan umpan balik.

Faktor-faktor yang mempengaruhi Efektivitas Komunikasi Interpersonal

Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas komunikasi Interpersonalmenurut (Rakhmat, 2014):

a. Persepsi Interpersonal

Persepsi Interpersonal adalah persepsi tentang manusia, perilaku kita dalam komunikasi Interpersonal tergantung pada persepsiInterpersonal.

b. Konsep diri

Dalam kenyataan tidak ada orang yang sepenuhnya berkonsep diri negatif atau positif tetapi untuk efektivitas komunikasi Interpersonal sedapat mungkin kita memperoleh banyak mungkin tanda-tanda konsep diri positif.

c. Atraksi Interpersonal

Kesukaan pada orang lain, sikap positif dan daya tarik seseorang disebut sebagai atraksi Interpersonal. Dengan mengetahui siapa tertarik dengan siapa atau siapa menghindari siapa, kita dapat meramalkan arus komunikasi Interpersonal yang dapat terjadi.

d. HubunganInterpersonal

Makin baik hubungan Interpersonal, makin terbuka orang untuk mengungkapkan dirinya, makin cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya, sehingga makin efektif komunikasi yang berlangsung di antara komunikan.

Karakteristik Efektivitas Komunikasi Interpersonal

Menurut Devito (2011) menguraikan bahwa tanda-tanda dari keefektifan komunikasi Interpersonal atau antar pribadi apabila dilihat dari sudut pandang humanistik adalah sebagai berikut :

a. Keterbukaan (openness)

(15)

1. Adanya kesediaan komunikator untuk membuka diri kepada orang yang diajaknya berinteraksi mengungkapkan informasi yang biasanya disembunyikan, asalkan pengungkapan diri ini patut.

2. Kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang. 3. Aspek ketiga menyangkut “kepemilikan” perasaan dan pikiran.

Terbuka dalam pengertian ini adalah mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang

dilontarkan adalah memang “milik” individu dan ia bertanggung jawab atasnya. b. Empati (empathy)

Kemampuan seseorang untuk mengetahui apa yang dialami orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain itu melalui kacamata orang lain itu.

c. Sikap Mendukung (supportivenness)

Hubungan antar pribadi yang efektif adalah hubungan dimana terdapat sikap mendukung. Kita memperlihatkan sikap mendukung dengan bersikap :

1. Deskriptif bukan evaluatif

Bila anda mempersepsikan suatu komunikasi sebagai permintaan akan informasi atau uraian mengenai suatu kejadian tertentu, umumnya tidak merasakan sebagai ancaman. Anda tidak ditantang dan tidak perlu membela diri. Di pihak lain komunikasi yang bernada menilai seringkali membuat kita bersikap defensif. 2. Spontan bukan Strategik

Orang yang spontan dalam komunikasinya dan terus terang serta terbuka dalam mengutarakan pikirannya biasanya bereaksi dengan cara yang sama terus terang dan terbuka. Sebaliknya bila kita merasa bahwa seseorang menyembunyikan perasaannya yang sebenarnya bahwa dia mempunyai rencana dan strategi tersembunyi kita bereaksi dengan defensif.

3. Provisional bukan sangat yakin

Bersikap provisional artinya bersikap tentatif dan berpikiran terbuka serta bersedia mendengar pandangan yang berlawanan.

d. Sikap Positif (positiveness)

Mengkomunikasikan sikap positif dalam komunikasi antarpribadi ada dua cara yaitu : 1. Menyatakan sifat positif

Sikap positif mengacu pada sedikitnya dua aspek dan komunikasi antarpribadi. Pertama, komunikasi antarpribadi terbina jika orang memilliki sikap positif terhadap diri mereka sendiri. Kedua, perasaan positif untuk situasi komunikasi pada umumnya sangat penting untuk interaksi yang efektif.

2. Secara positif mendukung orang yang menjadi teman kita berinteraksi

Sikap positif dapat dijelaskan lebih jauh dengan istilah stroking (dorongan). Dorongan (stroking) dapat verbal dan non verbal. Dorongan positif umumnya berbentuk pujian atau penghargaan. Sebaliknya dorongan negatif bersifat menghukum dan menimbulkan kebencian.

e. Kesetaraan (equality)

(16)

SIBLING RIVALRY

Sibling rivalry merupakan perilaku antagonis atau permusuhan yang terjadi antarsaudara kandung dan seringkali ditandai dengan perselisihan atau perkelahian dalam memperebutkan waktu, perhatian, cinta dan kasih sayang orang tua yang diberikan pada masing-masing anaknya (Boyle, 1999). Sedangkan menurut Reber & Reber (2010) sibling rivalry merupakan sebuah istilah popular bagi interaksi yang sering kali agresif dan suka menimbulkan pertengkaran di antara saudara-saudara kandung.

Jadi sibling rivalry yaitu perilaku antagonis yang ditandai dengan permusuhan atau perselisihan antara saudara kandung dalam memperebutkan waktu, cinta, perhatian dan kasih sayang orang tua, sehingga menimbulkan sebuah pertengkaran.

Faktor-Faktor Penyebab Sibling Rivalry

Menurut Hurlock (1999) faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya sibling rivalry yaitu:

a. Sikap orang tua. Sikap orang tua yang tampak menyukai salah satu daripada yang lain dapat menimbulkan perasaan bahwa orangtua pilih kasih dan hal itu membuat perasaan benci terhadap saudara kandung.

b. Urutan kelahiran. Jika peran yang diberikan bukan peran yang dipilihnya sendiri maka kemungkinan terjadi perselisihan besar sekali dan dapat menyebabkan memburuknya hubungan orang tua anak maupun hubungan antar saudara kandung.

c. Jenis kelamin. Anak perempuan dengan saudara perempuan akan terjadi iri hati yang lebih besar daripada antara anak perempuan dengan saudara kandung laki-laki atau anak laki-laki dengan saudara kandung laki-laki.

d. Perbedaan usia. Bila perbedaan usia antar saudara itu besar, baik jenis kelamin sama ataupun berlainan, hubungan terjalin akan lebih ramah, dan saling mengasihi daripada jika usia antar saudara kandung berdekatan.

e. Jumlah saudara. Jumlah saudara kecil cenderung menghasilkan hubungan yang lebih banyak perselisihan daripada jumlah saudara yang besar.

f. Pola asuh. Hubungan antar saudara kandung tampak jauh lebih rukun dalam keluarga yang menggunakan pola asuh otoriter dibandingkan dengan keluarga yang mengikuti pola asuh permisif.

g. Pengaruh orang luar. Ada tiga faktor yang memberi pengaruh terhadap hubungan antar saudara kandung, yaitu kehadiran orang diluar rumah, tekanan orang luar pada anggota keluarga, dan perbandingan anak dengan saudara kandungnya oleh orang luar.

Menurut Boyle (1999) sibling rivalry sendiri dapat menimbulkan kompetisi antar saudara kandung dalam sebuah keluarga yang memperebutkan dalam hal :

a. Waktu yaitu sebuah kebersamaan yang diluangkan oleh sesama individu

b. Perhatian yaitu aktifitas yang dilakukan oleh individu dengan kesadaran penuh dan pemusatan tenaga psikis pada individu lain.

(17)

Situasi ini dapat dilihat jika dalam sebuah keluarga memiliki anak tunggal maka waktu, perhatian, cinta dan kasih sayang orang tua hanya tertuju pada satu anak namun, jika dalam keluarga memiliki anak dua atau lebih maka akan dibagi menjadi sejumlah anak yang dimiliki keluarga tersebut.

Dampak Sibling Rivalry

Thompson (2004) sibling rivalry banyak menimbulkan dampak negatif yang akan mempengaruhi perkembangan selanjutnya seperti menyebabkan perilaku agresif terutama kepada saudara maupun dengan yang lain. Selain itu sibling rivalry juga memiliki dampak positif seperti mampu memahami tindakan dan pikiran orang lain selama mereka konflik serta menciptakan kesadaran dan kepedulian terhadap diri sendiri dan dalam hubungan sosial.

Hubungan antara Sibling Rivalry dengan Efektivitas Komunikasi Interpersonal pada Teman Sebaya

Dalam hal ini perilaku sibling rivalry yang terjadi pada remaja dapat mempengaruhi efektivitas komunikasi Interpersonal dengan teman sebayanya. Ketika di dalam rumah seorang remaja yang memiliki perilaku sibling rivalry cenderung akan berpengaruh pada komunikasi Interpersonal dengan teman sebayanya ketika berada di luar rumahnya. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh (Criss & Shaw, dalam Lerner & Steinberg 2009) bahwa remaja yang memiliki hubungan antar saudara kandung dengan konflik yang tinggi cenderung lebih agresif terhadap teman sebayanya, dimana salah satu perilaku agresif dapat ditunjukkan dalam bentuk verbal seperti dalam hal berkomunikasi

Hipotesis

“Ada pengaruh antara sibling rivalry terhadap efektivitas komunikasi Interpersonal pada teman

sebaya.”

METODE PENELITIAN

Rancangan Penelitian

(18)

Subjek Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah Siswa SMP Muhammadiyah 06 DAU Malang yang berjumlah 250 orang. Sesuai dengan tabel Morgan subjek dalam penelitian ini sebesar 152 dan dibulatkan menjadi 155 subjek dengan taraf kesalahan sebesar 5%. Sampel dalam penelitian ini yaitu Siswa SMP Muhammadiyah 06 DAU Malang kelas VII, VIII, X dan memiliki saudara kandung. Pengambilan subjek menggunakan teknik quota sampling. Quota sampling dilakukan dengan menetapkan terlebih dahulu jumlah individu yang akan diteliti dan sesuai dengan karakteristik atau persyaratan yang ditetapkan sebelumnya, apabila jumlah sampel sudah sesuai quota yang telah ditetapkan maka kegiatan penelitian segera dihentikan (Winarsunu, 2009).

Variabel dan Instrumen Penelitian

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah efektivitas komunikasi Interpersonal karena dipengaruhi oleh perilaku sibling rivalry. Efektivitas komunikasi Interpersonal yaitu respon subjek dalam mengirimkan sebuah pesan yang disampaikan dalam bentuk bahasa, tulisan maupun media dengan tujuan dan mendapatkan umpan balik. Sedangkan variabel bebas dari penelitian ini yaitu sibling rivalry karena mempengaruhi efektivitas komunikasi Interpersonal pada teman sebaya. Sibling rivalry yaitu respon subjek berupa perilaku antagonis antar saudara kandung yang ditandai dengan permusuhan atau perselisihan dalam memperoleh perhatian orang tua, sehingga akan menimbulkan pertengkaran diantara kedua belah pihak.

Metode pengumpulan data yang digunakan penelitian ini yaitu menggunakan skala Likert, dimana akan disajikan daftar pernyataan tertulis yang telah disusun sebelumnya dan akan responden jawab. Dalam penyusunannya skala likert ini berisikan poin yang menunjukkan sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Item pernyataan terdiri dari item-item yang bersifat favourable, yaitu item yang mendukung terhadap indikator variabel yang diungkap dan item-item yang bersifat unfavourable, yaitu item yang tidak mendukung terhadap indikator variabel yang diungkap. Penelitian ini menggunakan dua macam skala yaitu skala sibling rivalry dan efektivitas komunikasi Interpersonal. Skala sibling rivalry

disusun berdasarkan teori dari Boyle (1999) yang berjumlah 4 aspek yaitu : waktu, perhatian, cinta dan kasih sayang orang tua. Skala ini disusun sendiri oleh peneliti yang terdiri dari 28

item. Untuk efektivitas komunikasi Interpersonal disusun berdasarkan teori dari Devito (2011) yang berjumlah 5 aspek yaitu : keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap positif dan kesetaraan. Skala diadaptasi dari skala efektivitas komunikasi Interpersonal yang disusun oleh Prasetyawati (2005) yang berjumlah 40 item.

Berdasarkan hasil try out diperoleh bahwa uji validitas skala efektivitas komunikasi Interpersonalmenunjukkan dari 40 item yang diujicobakan terdapat 15 item gugur dan 25 item

(19)

Tabel 1. Indeks Validitas Alat Ukur Penelitian

Skala Jumlah item yang

diujikan

Skala Sibling Rivalry

40

Tabel 2. Indeks Reliabilitas Alat Ukur Penelitian

Alat Ukur Alpha Keterangan

Skala Efektivitas

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa kedua instrumen yang digunakan dalam penelitian ini reliabel jika dibandingkan dengan syarat nilai cronbach alpha diatas 0,06 dan

item-item dalam penelitian data dapat dikatakan valid jika memiliki korelasi item skor total ≥

0,3 (Azwar, 2013). Dengan demikian skala tersebut dapat digunakan dalam penelitian.

Prosedur dan Analisa Data Penelitian

Secara umum penelitian yang dilakukan oleh peneliti memiliki tiga prosedur yaitu sebagai berikut:

Tahap persiapan diawali dengan menyusun proposal kemudian membuat instrumen penelitian dan mempersiapkan pelaksanaan try out setelah instrumen penelitian berupa skala selesai disusun dan diadaptasi oleh peneliti. Selanjutnya melaksanakan try out skala kepada 40 subjek pada tanggal 08 dan 10 Desember 2015 untuk memperoleh validitas dan reliabilitas instrumen. Pada tahap pelaksanaan diawali dengan pengambilan data kepada siswa-siswi di SMP Muhammadiyah 06 DAU-Malang. Penyebaran skala dilakukan pada tanggal 16 dan 17 Desember 2015 kepada siswa-siswi di SMP Muhammadiyah 06 DAU-Malang sebanyak 155 subjek dimana satu subjek diberi dua skala sekaligus dan langsung diisi secara bersamaan yaitu skala sibling rivalry sebanyak 16 item dan skala efektivitas komunikasi Interpersonal sebanyak 25 item, setelah itu dilakukan skoring hasil pengambilan data.

(20)

HASIL PENELITIAN

Deskripsi Data

Penelitian ini dilakukan pada Siswa SMP Muhammadiyah 06 DAU Malang. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 155 orang. Berikut tabel deskripsi subjek penelitian.

Tabel 3. Deskripsi Subjek Penelitian

Variabel Frekuensi Presentase (%)

(21)

S1

Tabel 4. Data Deskriptif Hasil Penelitian

Variabel Frekuensi Presentase (%)

Sibling Rivalry

Pada tabel 4 disajikan data deskriptif hasil penelitian yang mana pada variabel sibling rivalry

diperoleh data sebanyak 32 orang dengan persentase sebesar 20,6 % berada pada kategori tinggi, sedangkan sebanyak 85 orang dengan persentase sebesar 54,8 % berada pada kategori sedang dan sebanyak 38 orang dengan persentase sebesar 24,5 % berada pada kategori rendah. Pada variabel efektivitas komunikasi Interpersonal diperoleh data sebanyak 45 orang dengan persentase sebesar 29,0 % berada pada kategori tinggi, sedangkan sebanyak 66 orang dengan persentase sebesar 42,6 % berada pada kategori sedang dan sebanyak 44 orang dengan persentase sebesar 28,4 % berada pada kategori rendah.

Hasil penelitian menunjukkan nilai koefisien R = 0,283, F = 13,317 dengan signifikansi atau p = 0,000 (p<0,05), sehingga dapat dikatakan bahwa ada pengaruh signifikan sibling rivalry

(22)

Tabel 5. Koefisien Regresi

Pada tabel 5 menunjukkan nilai konstan a dan b dimana nilai a = 84,207 ; b = -0,240, dengan signifikansi sebesar 0,000, sehingga persamaan regresi dalam penelitian ini adalah : Y = 84,207 - 0,240X. Koefisien regresi variabel sibling rivalry sebesar -0,240 artinya jika sibling rivalry

mengalami kenaikan sebesar 1 nilai maka variabel efektivitas komunikasi Interpersonal akan mengalami penurunan sebesar 0,240. Koefisien bernilai negatif, ini menunjukkan bahwa ada pengaruh negatif yang signifikan variabel sibling rivalry terhadap variabel efektivitas komunikasi Interpersonal.

DISKUSI

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan bahwa ada pengaruh negatif yang signifikan antara

sibling rivalry terhadap efektivitas komunikasi Interpersonal pada teman sebaya. Hasil tersebut membuktikan hipotesis penelitian yang telah diajukan terbukti atau diterima (R = 0,283; F = 13,317; p = 0,000). Hasil penelitian ini menunjukkan ada pengaruh negatif yang signifikan yaitu semakin tinggi sibling rivalry semakin rendah efektivitas komunikasi Interpersonalpada teman sebaya dan sebaliknya semakin rendah sibling rivalry maka semakin tinggi efektivitas komunikasi Interpersonalpada teman sebaya.

Penelitian dari Jennifer & Kristen (2007) juga menyebutkan bahwa kecemburuan antar saudara memiliki hubungan negatif terhadap kepuasan dalam berkomunikasi. Ini menunjukkan bahwa jika seorang remaja mengalami sibling rivalry maka akan berpengaruh pada penurunan dalam hal berkomunikasi. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Canary & Cupach (1988) bahwa konflik antar saudara memiliki hubungan negatif dengan kepuasan dalam berkomunikasi. Selain itu perselisihan antar saudara ini cenderung akan berdampak pada hubungan sosial remaja tersebut ketika berada di luar rumah. Hal ini sejalan juga dengan pendapat dari Hurlock (1999) bahwa aspek yang paling serius dari perselisihan saudara adalah hubungan buruk ini sering menjadi pola hubungan sosial yang akan dibawa anak keluar rumah untuk diterapkan dalam hubungannya dengan teman sebaya. Selain itu beberapa penelitian yang menemukan bahwa dimensi hubungan antar saudara kandung berpengaruh terhadap perilaku antisosial dalam hubungan dengan teman sebaya. Remaja yang memiliki hubungan antar saudara kandung dengan konflik yang tinggi cenderung lebih agresif terhadap teman sebayanya, dimana salah satu perilaku agresif dapat ditunjukkan dalam bentuk verbal seperti dalam hal berkomunikasi (Criss & Shaw, dalam Lerner & Steinberg 2009).

(23)

dari mereka dan tetap mendukung dalam menyelesaikan konflik diantara mereka (Sailor, 2014).

Hasil penelitian ini juga selaras dengan penelitian sebelumnya dari Etika (2013), namun penelitian ini mencakup konteks secara luas yakni dalam hal penyesuaian sosial, hasilnya dapat diketahui bahwa ada hubungan negatif antara sibling rivalry dengan penyesuaian sosial. Penelitian Nuswantari (Etika, 2013) tentang hubungan antara sibling rivalry dengan perilaku asertif pada remaja juga menunjukkan hubungan yang negatif artinya semakin tinggi sibling rivalry, maka semakin rendah perilaku asertif pada remaja, dimana perilaku asertif merupakan kemampuan seseorang untuk mengungkapkan pendapat, saran serta keinginan yang dimilikinya secara langsung, jujur dan terbuka kepada orang lain, namun tetap menjaga perasaan pihak lain. Hal serupa juga disampaikan oleh Bank (Etika, 2013) bahwa hubungan tidak harmonis antar saudara kandung (sibling rivalry) akan mengalami kesulitan dalam melakukan penyesuaian sosial seperti hubungan yang buruk dengan teman sebaya, perilaku antisosial, kesulitan belajar dan menunjukkan tanda psikopatologi seperti cemas, depresi dan ketakutan. Jika suasana hubungan antar saudara yang penuh persahabatan, saling menghormati, penuh kasih sayang memudahkan untuk tercapainya penyesuaian sosial yang lebih baik. Selain itu kemampuan penyesuaian sosial seseorang dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain kondisi fisik, perkembangan, pengalaman, pembelajaran, konflik, lingkungan rumah, hubungan dengan orang tua, hubungan dengan saudara, masyarakat dan sekolah (Sunarto dalam Etika, 2013).

Selain kurang memberikan perhatian, cinta, waktu dan kasih sayang orang tua kepada anak mereka dengan setara, cara berkomunikasi antara orang tua dengan anak menjadi salah satu penyebab timbul sibling rivalry. Salah satunya dengan membeda-bedakan cara berbicara orang tua kepada salah satu dari anak mereka, seperti ketika orang tua berbicara dengan nada tinggi dalam menolak keinginan salah satu dari anak mereka sedangkan saudara yang lain tidak. Hal ini akan memberikan persepsi pada anak bahwa orang tua berlaku tidak adil padanya, sehingga timbul rasa iri hati dan perselisihan dengan saudara kandungnya. Usia yang saling berdekatan antar saudara kandung juga sering menjadi salah satu pemicu timbulnya sibling rivalry.Sibling rivalry yang dilakukan pada usia remaja awal cenderung akan berdampak pada teman sebayanya dalam bentuk agresi verbal salah satunya berkomunikasi. Dikarenakan teman sebaya memiliki usia yang saling berdekatan sama halnya dengan saudara kandung mereka, disisi lain remaja juga lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman sebayanya. Oleh sebab itu remaja yang memiliki sibling rivalry akan membuat remaja tersebut memiliki efektivitas komunikasi Interpersonal yang rendah dengan teman sebayanya. Remaja yang memiliki keterampilan seperti hobi dapat menjadi salah satu alternatif cara untuk mencegah terjadinya sibling rivalry, hal ini sesuai dengan pendapat bahwa keterampilan yang dimiliki oleh remaja akan membuat hubungan saudara kandung menjadi positif (Lerner & Steinberg, 2009).

Selain didapat hasil bahwa hipotesis peneliti terbukti atau diterima, terdapat penemuan variabel

(24)

dari Hurlock (1999) mengungkapkan bahwa bila perbedaan usia antar saudara itu besar, baik jenis kelamin sama ataupun berlainan, hubungan terjalin akan lebih ramah, dan saling mengasihi daripada jika usia antar saudara kandung yang berdekatan. Untuk jumlah saudara,

sibling rivalry yang tinggi terdapat pada subjek yang memiliki jumlah saudara 1, hasil ini sesuai dengan pendapat dari Hurlock (1999) bahwa jumlah saudara kecil cenderung menghasilkan hubungan yang lebih banyak perselisihan daripada jumlah saudara yang lebih besar.

Jenis kelamin laki-laki dengan saudara laki-laki cenderung memiliki sibling rivalry yang tinggi daripada jenis kelamin lainnya. Namun hasil ini tidak sesuai dengan pendapat Hurlock (1999) yang mengungkapkan bahwa anak perempuan dengan saudara perempuan akan terjadi iri hati yang lebih besar daripada antara anak perempuan dengan saudara kandung laki-laki atau anak laki-laki dengan saudara kandung laki-laki. Subjek yang memiliki sibling rivalry tinggi terdapat pada subjek yang ayahnya bekerja pada pegawai swasta, hal ini disebabkan karena pekerjaan swasta lebih terikat dengan lembaga atau perorangan, sehingga waktu yang dihabiskan oleh seorang ayah cenderung lebih banyak berada di luar rumah daripada di dalam rumah dan tidak memiliki banyak waktu untuk berkumpul dengan keluarga. Sedangkan pekerjaan wiraswasta biasanya lebih banyak menghabiskan waktu di rumah dan tidak terikat oleh waktu serta lembaga/perorangan. Subjek yang memiliki seorang ibu tidak bekerja atau Ibu rumah tangga memiliki sibling rivalry yang tinggi. Sebenarnya ibu yang tidak bekerja atau bukan sebagai wanita karir memiliki banyak waktu untuk merawat anaknya terutama dapat memahami mengenai informasi dalam pencegahan terjadinya sibling rivalry, sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan keluarganya. Sedangkan untuk pendidikan ayah dan ibu subjek yang memiliki

sibling rivalry tinggi terdapat pada orang tua yang menempuh pendidikan terakhir SMA. Menurut Notoatmojo (2003) bahwa pendidikan dan kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Sebenarnya orang tua yang memiliki tingkat pendidikan SMA sudah termasuk pada tingkat pendidikan tinggi dibandingkan dengan pendidikan SMP maupun SD. Kebanyakan orang tua memiliki peran yang cukup dan baik dalam mencegah terjadinya sibling rivalry dan hal ini dapat ditunjang dengan usaha orang tua dalam memperoleh berbagai informasi karena dengan pendidikan SMA sudah dapat menerima dan memahami informasi, sehingga mudah diterapkan dalam keluarganya.

Sibling rivalry merupakan sebuah kondisi yang umum terjadi pada suatu keluarga dengan anak lebih dari satu, dimana hal tersebut dapat memicu terjadinya kecemburuan, perselisihan, dan pertengaran dalam memperebutkan perhatian, waktu, cinta, dan kasih sayang orang tua yang diberikan kepada anak-anak mereka. Oleh karena itu peran bagi orang tua disini sangat penting dalam memberikan perhatian, waktu, cinta, dan kasih sayang mereka dengan setara, sehingga tidak menimbulkan sibling rivalry. Meskipun sibling rivalry merupakan kejadian yang terjadi pada keluarga dengan anak lebih dari satu, dan jika hal ini tidak segera diatasi maka akan menimbulkan dampak negatif termasuk dalam hal efektivitas komunikasi Interpersonal, sesuai dengan hasil penelitian ini yang menyebutkan bahwa sibling rivalry memiliki pengaruh negatif terhadap efektivitas komunikasi Interpersonal pada teman sebaya. Dalam hal ini pada siswa SMP khususnya usia remaja awal cenderung lebih banyak menghabiskan waktu bersama teman sebayanya, oleh sebab itu diperlukan adanya efektivitas komunikasi Interpersonal agar pesan yang ingin disampaikan oleh remaja kepada teman sebayanya sesuai dengan tujuan dan tidak disalahartikan oleh lawan bicaranya tersebut.

(25)

Interpersonal. Hal ini disebabkan oleh banyaknya faktor lain yang dapat mempengaruhi efektivitas komunikasi Interpersonal dengan kontribusi yang lebih besar yaitu sebesar 92%, seperti persepsi Interpersonal, konsep diri, atraksi Interpersonal dan hubungan Interpersonal (Rakhmat, 2014).

SIMPULAN DAN IMPLIKASI

Berdasarkan hasil analisa data yang dilakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa ada pengaruh negatif yang signifikan antara sibling rivalry terhadap efektivitas komunikasi Interpersonal pada teman sebaya. Artinya semakin tinggi sibling rivalry maka efektivitas komunikasi Interpersonal pada teman sebaya semakin rendah, dan sebaliknya semakin rendah sibling rivalry maka efektivitas komunikasi Interpersonal pada teman sebaya akan semakin tinggi. Hal ini dibuktikan dengan hasil analisa yang memunculkan nilai R sebesar 0,283 dengan nilai p sebesar 0,000. Selain itu sumbangan efektif dari sibling rivalry terhadap efektivitas komunikasi Interpersonalsebesar 8%. Sedangkan 92% sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor yang lain.

Implikasi dari penelitian ini meliputi : 1. Bagi orang tua

Diharapkan bagi orang tua yang memiliki anak usia remaja atau SMP dan memiliki saudara kandung adik/kakak yaitu dengan cara berkomunikasi yang baik kepada anak, seperti tidak membeda-bedakan anak satu dengan yang lainnya, tidak berbicara dengan nada tinggi atau kasar kepada salah satu dari mereka, sehingga anak tidak menganggap orang tua tidak berlaku adil dan terhindar dari sibling rivalry diantara mereka. Selain itu diharapkan bagi orang tua untuk dapat memberikan perhatian, cinta, waktu dan kasih sayang yang setara sesuai porsinya kepada masing-masing anak.

2. Bagi subjek

Untuk remaja yang memiliki keterampilan bermain bola atau menggambar dapat digunakan sebagai media. Dengan menggambar subjek dapat menuangkan isi hatinya pada kertas sedangkan bermain bola subjek dapat melatih dirinya dalam interaksi sosial, kompetisi, aturan main atau dengan keterampilan yang lainnya, sehingga sibling rivalry

dapat dicegah dan tidak mempengaruhi efektivitas komunikasi Interpersonal pada teman sebayanya.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya diharapkan untuk lebih memperluas usia subjek penelitian agar hasil yang didapatkan bukan hanya untuk remaja awal namun juga untuk dewasa. Peneliti selanjutnya juga dapat menggunakan variabel lain yang dapat mempengaruhi efektivitas komunikasi Interpersonal atau variabel lain yang dapat dipengaruhi oleh

(26)

REFERENSI

Arif, F. (2013). Mengatasi sibling rivalry dalam keluarga melalui konseling rational emotive behavior dengan teknik reframing pada siswa kelas VII E Mts NU Ungaran. Skripsi.

Jurusan Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang.

Alwisol. (2009). Psikologi kepribadian. (Ed. revisi). Malang : UMM Press.

Azwar, S. (2013). Metode penelitian. Yogyakarta : Pustaka Belajar.

Boyle, W.A. (1999). Sibling rivalry and why everyone should care about this age old problem.

Diakses pada tanggal 09 Oktober 2015 dari

http://www.angelfire.com/md/imsystem/sibriv2.html.

Daly, L & Perez, L. (2009). Exposure to media violence and other correlate of aggressive behavior in preschool children. Journal of Early Childhood Research & Practice, 11, 2.

Devito, J.A. (2011). Komunikasi antar manusia. Edisi Kelima. (diterj. Agus Maulana). Tangerang: Karisma Piblishing Group.

Canary, D.J & Cupach, W. R. (1988). Relational and episodic characteristics associated with conflict tactics. Journal of Social and Personal Relationships, 5, 305-325.

Etika. (2013). Hubungan sibling rivalry dengan kemampuan penyesuaian sosial. Skripsi. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Firmanto, A. (2013). Buku belajar psikologi perkembangan. Malang : Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.

Hurlock, B.E. (1999). Psikologi perkembangan : Suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.

(2007). Perkembangan anak. Jilid II. Jakarta : Erlangga.

Jennifer, L.B & Kristen, A.S. (2007). Jealousy expression and communication satisfaction in adult sibling relationships. Journal of Communication Reaserch Reports, 24, 1.

King, L.A. (2013). Psikologi umum. Jakarta : Salemba Humanika.

Lake, T. (1986). Kesepian. Jakarta: Arcan.

Lerner, R.M & Steinberg, L. (2009). Adolescent psychology. Canada : Hoboken.

Ling, Y. & Dariyo, A. (2002). Interaksi sosial di sekolah dan harga diri pelajar SMU : Phronesis.

Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan.

(27)

Maulana & Gumelar. (2013). Psikologi komunikasi dan persuasi. Jakarta : Akademia Permata.

Notoatmojo. (2005). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : Rhineka Cipta.

Palombo, E & Meyer, M.D.E. (2014). Sibling communicaton in emerging adulthood : young women’s articulations of relationships, identity and conflict. Vol. XXX.

Pareek, U. (1991). Perilaku Organisasi : Pedoman ke Arah Pemahaman Proses Antar Pribadi dan Motivasi Kerja. Jakarta : PT Pustaka Binaman Pressindo.

Prasetyawati, E. (2005). Hubungan antara harga diri dengan efektivitas komunikasi

Interpersonal pada remaja. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.

Rakhmat, J. (2014). Psikologi komunikasi (Ed. revisi). Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Rahmawati, A. (2013). Sibling rivalrypada anak usia dini. Jurnal Ilmiah Pendidikan, Sejarah dan Sosial Budaya, Vol. 15, No. 1.

Reber & Reber. (2010). Kamus Psikologi. Edisi ketiga. Yogyakarta : Pustaka Belajar.

Roscoe, B., Goodwin, M., & Kennedy, D. (1987). Sibling violence and agonistic interactions experienced by early adolescents. Journal of Family Violence. 2, 121-138.

Rusda, U. (1999). Kondisi-kondisi yang mempengaruhi penerimaan remaja di sekolah. Skripsi. Fakultas Psikologi UMM.

Sailor, D. H. (2014). Influence on sibling relationship. Diakses pada tanggal 10 Januari 2015 dari http://www.education.com/reference/article/influences-sibling-relationships.

Sulistinganah. (2013). Meningkatkan kemampuan komunikasi antar teman sebaya menggunakan bimbingan kelompok berbasis permainan. Skripsi. Jurusan bimbingan dan konseling fakultas ilmu pendidikan Universitas Negeri Semarang.

Supratiknya, A. (1995). Komunikasi antar pribadi : Tinjauan psikologis. Yogyakarta : Kanisius.

Thompson, J. A. (2004). Implicit Belief about Relationship Impact the Sibling Jealousy Experience. Thesis. Faculty of North Carolina State University.

(28)

BLUEPRINT SKALA EFEKTIVITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL

No. Indikator Item-Item

Favourable Unfavourable

1. Keterbukaan

Kesediaan komunikator untuk membuka diri dan jujur kepada orang yang diajaknya berinteraksi.

- 1, 2

2. Empati

Kemampuan seseorang untuk mengetahui apa yang dialami orang lain pada saat tertentu.

3, 5 4

3. Sikap Mendukung

Berpikiran terbuka dan bersedia mendengar pandangan yang berlawanan.

6, 8, 10, 12 7, 9, 11, 13

4. Sikap Positif

Perilaku yang mendorong untuk menghargai keberadaan dan kepentingan orang lain.

14, 17, 19 15, 16, 18, 20

5. Kesetaraan

Terdapat pengakuan secara diam-diam bahwa kedua belah pihak bernilai dan berharga serta upaya untuk memahami perbedaan daripada menjatuhkan pihak lain.

21, 24 22, 23, 25

Jumlah 11 item 14 item

25 item

BLUEPRINT SKALA SIBLING RIVALRY

No. Indikator Item-Item

Favourable Unfavourable

1. Waktu

Sebuah kebersamaan yang diluangkan oleh sesama individu.

1, 2, 3, 4 -

2. Perhatian

Aktifitas yang dilakukan oleh individu dengan kesadaran penuh dan pemusatan tenaga psikis pada individu lain.

5, 6, 7, 8 -

3. Cinta

Ungkapan atau gambaran perasaan yang terdalam kepada sesama individu.

9, 10, 11 -

4. Kasih Sayang

Suatu sikap saling mengasihi antar sesama individu.

12, 13, 14, 15, 16 -

Jumlah 16 item -

(29)

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

Jln. Raya Tlogomas No. 246 Telp. (0341) 464318 Pes. 134 Fax. (0341) 460782

Malang 65144

Kepada : Yth. Saudara/i Di tempat

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Saya Agnes Stefanny Gondo, mahasiswa tingkat akhir Fakultas Psikologi Universitas

Muhammadiyah Malang angkatan 2012 yang sedang mengadakan penelitian untuk memenuhi

salah satu persyaratan wajib dalam menyelesaikan Program Sarjana. Sehubungan dengan hal

itu, saya mengharapkan bantuan dari Saudara/i untuk memberikan informasi yang tepat sebagai

data penelitian dalam bentuk pengisihan skala.

Perlu diketahui bahwa pengisian skala ini hanya digunakan untuk kepentingan

penelitian ilmiah dan tidak dipergunakan untuk maksud lain. Peneliti mengharapkan kepada

Saudara/i untuk tidak perlu ragu-ragu dalam memberikan informasi melalui jawaban atas

pernyataan yang disediakan. Jawablah dengan jujur dan sesuai dengan kenyataan yang

sebenarnya. Data atau informasi yang terkumpul akan digunakan untuk keperluan skripsi. Saya

menjamin kerahasiaan jawaban yang Saudara/i berikan.

Atas kesediaan Saudara/i dalam membantu kelancaran penelitian ini, saya ucapkan

terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Hormat saya,

Peneliti

(30)

Petunjuk Pengisian Skala

1. Isi identitas Saudara/i terlebih dahulu.

2. Jawablah pernyataan-pernyataan di bawah ini dengan memberikan tanda centang (√)

yang menunjukkan tingkatan kesesuaian dengan keadaan, perasaan, dan pikiran saudara dari keempat pilihan yang disediakan yaitu :

(SS) : Jika Anda Sangat Setuju dengan pernyataan tersebut

(S) : Jika Anda Setuju dengan pernyataan tersebut

(TS) : Jika Anda Tidak Setuju dengan pernyataan tersebut

(STS) : Jika Anda Sangat Tidak Setuju dengan pernyataan tersebut

Contoh :

NO. PERNYATAAN SS S TS STS

1. Orang tua lebih peduli terhadap

saudara daripada saya. √

3. Tidak ada jawaban benar atau salah, dan jawablah semua pernyataan, sehingga tidak ada yang terlewatkan.

Identitas Responden

Nama (inisial) :

Umur :

Jenis Kelamin : L / P *

Kelas :

Anak ke : …… dari…… bersaudara

Prestasi yang pernah dicapai :

Pekerjaan Orang Tua : Bapak : ……… Ibu : ………

Pendidikan Orang Tua : Bapak : ……… Ibu : ………

No. Kakak Usia Pekerjaan/Sekolah Adik Usia Pekerjaan/Sekolah

1. L / P * L / P *

2. L / P * L / P *

3. L / P * L / P *

4. L / P * L / P *

5. L / P * L / P *

(31)

Skala Efektivitas Komunikasi Interpersonal

No. Pernyataan

Jawaban

SS S TS STS

1. Saya tidak berterus terang pada teman tentang apa yang saya rasakan.

2. Ketika saya mempunyai masalah, saya menyembunyikannya dari teman. 3. Saya menghibur teman yang bersedih.

4. Saya tidak peduli terhadap permasalahan teman, sehingga kurang terjalin keakraban diantara kami. 5. Saya mendengarkan ketika teman sedang

mengungkapkan perasaannya.

6. Saya bersedia untuk mendengarkan pendapat teman yang berbeda, sehingga diskusi berjalan dengan baik. 7. Dalam musyawarah saya tetap mempertahankan

pendapat saya meskipun dapat menghambat kesepakatan bersama.

8. Menurut saya sesama teman harus saling menghargai satu sama lain, sehingga tercipta suasana akrab di kelas. 9. Tanpa saya sadari, saya meremehkan pendapat teman,

sehingga mereka menjauhi saya.

10. Saya tidak memotong pembicaraan ketika teman sedang berbicara.

11. Cara saya berbicara membuat teman merasa tersinggung.

12. Saya memberi kesempatan pada teman untuk

mengungkapkan pendapatnya, sehingga tercipta suasana menyenangkan dalam diskusi.

13. Saya meyakini pendapat sayalah yang paling benar meskipun menghambat jalannya diskusi.

14. Saya bertegur sapa dengan teman ketika bertemu di jalan.

15. Saya gugup ketika mengikuti diskusi, sehingga pembicaraan saya sulit dimengerti.

16. Berbicara dengan teman hanya menimbulkan perselisihan.

17. Saya tersenyum ketika bertemu teman di jalan.

18. Saya sulit tersenyum kepada orang yang belum saya kenal, sehingga pembicaraan terkesan kurang akrab. 19. Saya mendengarkan dan memperhatikan ketika teman

mengungkapan pendapat.

(32)

SS S TS STS

21. Dalam bergaul, saya tidak membedakan latar belakang teman, sehingga persahabatan berlangsung akrab. 22. Dalam bergaul saya membedakan latar belakang teman,

sehingga teman-teman jengkel dengan sikap saya. 23. Dalam mengerjakan tugas kelompok, saya tidak

menghargai pendapat teman yang salah.

24. Dalam mengerjakan tugas kelompok, saya menghargai semua pendapat teman, sehingga terjalin kerjasama baik.

(33)

Skala Sibling Rivalry

Penggambaran situasi dalam pernyataan-pernyataan di bawah ini dibandingkan diri saya dengan saudara kandung.

No. Pernyataan Jawaban

SS S TS STS

1. Orang tua lebih banyak meluangkan waktu untuk berdiskusi dengan adik/kakak saya tentang pelajaran di sekolahnya.

2. Orang tua lebih meluangkan waktunya untuk mengantar dan menjemput adik/kakak saya di sekolah.

3. Ketika saya sedih orang tua tidak menghampiri dan menghibur saya.

4. Ketika saya dan adik/kakak saya sakit orang tua lebih menjaga dan menemani adik/kakak saya.

5. Orang tua lebih menyiapkan / menghidangkan makanan yang disukai adik/kakak saya.

6. Orang tua membelikan snack makanan yang lebih banyak untuk adik/kakak saya.

7. Ketika saya dan adik/kakak saya tidak di rumah, orang tua lebih menanyakan kabar tentang adik/kakak saya. 8. Orang tua lebih memperhatikan makanan yang

dikonsumsi adik/kakak saya.

9. Ketika ada barang yang rusak di rumah orang tua lebih menyalahkan saya.

10. Orang tua lebih mengunggulkan prestasi adik/kakak saya.

11. Orang tua lebih marah kepada saya ketika saya dan adik/kakak saya berbuat salah.

12. Ketika saya dan adik/kakak saya mendapatkan nilai jelek, orang tua lebih marah pada saya.

13. Orang tua membelikan pakaian yang lebih banyak kepada adik/kakak saya daripada saya.

14. Orang tua lebih mendengarkan keluh kesah adik/kakak 15. Ketika saya dan adik/kakak saya bertengkar orang tua

lebih membela saudara saya.

(34)
(35)

Y27 123.050 168.510 .195 .886

Y28 122.925 160.225 .442 .882

Y29 122.400 165.272 .515 .881

Y30 123.275 164.051 .396 .883

Y31 122.525 163.794 .542 .881

Y32 123.100 161.221 .566 .880

Y33 122.400 164.195 .638 .880

Y34 122.575 156.353 .762 .876

Y35 122.250 168.910 .320 .884

Y36 122.750 162.244 .596 .880

Y37 122.425 165.789 .446 .882

Y38 123.050 166.049 .239 .887

Y39 122.525 167.999 .293 .884

(36)
(37)
(38)
(39)

TAHAP II

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

N of Items

.930 17

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance

if Item Deleted

Corrected

Item-Total

Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

X1 34.000 100.667 .648 .926

X3 34.350 102.695 .658 .926

X5 34.600 101.887 .466 .931

X7 34.275 100.563 .511 .930

X8 34.550 101.792 .595 .927

X10 34.625 100.292 .811 .923

X11 35.225 110.128 .196 .934

X12 34.450 97.485 .798 .922

X13 34.325 100.071 .657 .926

X14 34.925 101.712 .631 .927

X18 34.750 98.859 .776 .923

X20 34.175 101.635 .462 .932

X21 34.750 99.987 .659 .926

X23 34.900 100.246 .704 .925

X25 34.650 97.464 .869 .921

X26 34.900 100.195 .707 .925

(40)

TAHAP III

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

N of Items

.934 16

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance

if Item Deleted

Corrected

Item-Total

Correlation

Cronbach's

Alpha if Item

Deleted

X1 32.475 97.640 .658 .930

X3 32.825 99.635 .669 .930

X5 33.075 99.353 .449 .937

X7 32.750 97.474 .522 .935

X8 33.025 98.846 .598 .932

X10 33.100 97.426 .811 .927

X12 32.925 94.584 .803 .927

X13 32.800 97.087 .664 .930

X14 33.400 98.862 .629 .931

X18 33.225 96.128 .769 .928

X20 32.650 98.387 .479 .936

X21 33.225 97.153 .658 .930

X23 33.375 97.317 .708 .929

X25 33.125 94.779 .860 .926

X26 33.375 97.522 .695 .930

(41)

HASIL TRYOUT SKALA EFEKTIVITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL untuk membuka diri dan jujur kepada orang yang diajaknya berinteraksi.

- 2, 6 2 1, 3, 5, 7 4, 8 6

2. Empati

Kemampuan seseorang untuk mengetahui apa yang dialami orang lain pada saat tertentu.

11, 13 12 3 9, 15 10, 14, 16 5

3. Sikap Mendukung

(42)
(43)

UJI REGRESI LINIER SEDERHANA

Model Summary

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 .283a .080 .074 8.569

a. Predictors: (Constant), Sibling_Rivalry

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1

Regression 977.766 1 977.766 13.317 .000b

Residual 11233.330 153 73.420

Total 12211.097 154

a. Dependent Variable: E_K_I

b. Predictors: (Constant), Sibling_Rivalry

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) 84.207 2.555 32.952 .000

Sibling_Rivalry -.240 .066 -.283 -3.649 .000

(44)

DESKRIPSI SUBJEK PENELITIAN

Statistics

Kategori_SR Kategori_EKI

N

Valid 155 155

Missing 0 0

Mean 1.96 2.01

Median 2.00 2.00

Mode 2 2

Std. Deviation .673 .760

Minimum 1 1

Maximum 3 3

Percentiles

25 2.00 1.00

50 2.00 2.00

75 2.00 3.00

KATEGORISASI SIBLING RIVALRY

Kategori_SR

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Rendah 38 24.5 24.5 24.5

Sedang 85 54.8 54.8 79.4

Tinggi 32 20.6 20.6 100.0

Total 155 100.0 100.0

KATEGORISASI EFEKTIVITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL

Kategori_EKI

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Rendah 44 28.4 28.4 28.4

Sedang 66 42.6 42.6 71.0

Tinggi 45 29.0 29.0 100.0

(45)

Interval

Sibling Rivalry Kategori

Efektivitas Komunikasi Interpersonal

29,58 – 44,16 Rendah 28,41 – 42, 63

44,17 – 58,75 Sedang 42,64 – 56,86

58,76 – 73,33 Tinggi 56,87 – 71,08

DISTRIBUSI FREKUENSI

Pekerjaan_Ayah

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Swasta 58 37.4 37.4 37.4

Wiraswasta 97 62.6 62.6 100.0

Total 155 100.0 100.0

Pekerjaan_Ibu

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Swasta 18 11.6 11.6 11.6

Wiraswasta 36 23.2 23.2 34.8

IRT 101 65.2 65.2 100.0

Total 155 100.0 100.0

Pendidikan_Ayah

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

SD 54 34.8 34.8 34.8

SMP 33 21.3 21.3 56.1

SMA 50 32.3 32.3 88.4

S1 12 7.7 7.7 96.1

S2 6 3.9 3.9 100.0

(46)

Pendidikan_Ibu

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

SD 51 32.9 32.9 32.9

SMP 40 25.8 25.8 58.7

SMA 49 31.6 31.6 90.3

S1 13 8.4 8.4 98.7

S2 2 1.3 1.3 100.0

Total 155 100.0 100.0

Jenis_Kelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

P-P 41 26.5 26.5 26.5

LK-LK 41 26.5 26.5 52.9

P-LK 37 23.9 23.9 76.8

LK-P 36 23.2 23.2 100.0

Total 155 100.0 100.0

Jumlah_Saudara

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Jumlah_Saudara_1 93 60.0 60.0 60.0

Jumlah_Saudara_2 39 25.2 25.2 85.2

Jumlah_Saudara_3 23 14.8 14.8 100.0

Total 155 100.0 100.0

Urutan_Kelahiran

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Urutan_Kelahiran_1 65 41.9 41.9 41.9

Urutan_Kelahiran_2 52 33.5 33.5 75.5

Urutan_Kelahiran_3 27 17.4 17.4 92.9

Urutan_Kelahiran_4 11 7.1 7.1 100.0

(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)

TABULASI DATA SUBJEK

No.

Urutan Kelahiran

Perbedaan Usia

Jumlah Saudara

Jenis Kelamin

Pekerjaan Ayah

Pekerjaan Ibu

Pendidikan Ayah

Pendidikan Ibu

1 3 14 2 P-P Wiraswasta IRT SD SMP

2 3 3 2 P-LK Wiraswasta Wiraswasta SD SD

3 4 2 3 P-LK Swasta IRT SMP SD

4 1 5 2 P-P Swasta IRT SMP SMP

5 4 3 3 P-P Wiraswasta Wiraswasta SMP SMP

6 1 9 1 P-LK Wiraswasta Wiraswasta SMP SMP

7 3 6 2 P-P Wiraswasta IRT SD SD

8 1 10 1 P-LK Wiraswasta IRT SMA SMA

9 1 2 1 P-P Wiraswasta Swasta SMA SMA

10 2 12 1 P-P Swasta Swasta S1 S1

11 1 2 1 P-P Swasta IRT SMP SMA

12 2 4 2 P-P Swasta IRT SMP SMP

13 3 4 2 LK-P Wiraswasta Wiraswasta SD SD

14 3 4 2 LK-P Wiraswasta IRT SMP SMP

15 3 6 2 P-P Wiraswasta IRT SMA SMP

(61)

17 1 10 1 P-LK Wiraswasta IRT SMP SMP

18 3 2 3 LK-P Swasta IRT SMP SMP

19 3 6 2 LK-LK Wiraswasta Wiraswasta SMA SMA

20 1 7 1 P-P Wiraswasta IRT SMA SMA

21 3 2 2 P-P Wiraswasta IRT SMA SMA

22 4 5 3 LK-LK Wiraswasta Wiraswasta SMP SMP

23 1 6 1 LK-LK Swasta Swasta S1 S2

24 1 1 1 LK-LK Swasta IRT SMA SMA

25 2 3 1 P-LK Swasta Wiraswasta SMA SMA

26 2 8 2 P-LK Swasta Wiraswasta SD SD

27 1 3 1 P-P Swasta IRT SMA SMA

28 2 6 2 P-P Wiraswasta Wiraswasta SMA SMP

29 2 5 1 LK-LK Swasta IRT SD SMA

30 3 1 3 LK-P Wiraswasta IRT SMA SMA

31 2 5 3 P-LK Wiraswasta IRT SMA SMP

32 1 9 1 P-P Wiraswasta IRT SD SMP

33 3 2 3 P-LK Wiraswasta IRT SD SD

(62)

35 3 3 2 P-LK Swasta IRT SMP SMA

36 1 9 1 LK-P Swasta Wiraswasta S2 S2

37 1 3 1 LK-LK Wiraswasta Wiraswasta SMP SD

38 1 3 1 LK-LK Wiraswasta Wiraswasta SD SD

39 3 3 2 LK-P Swasta IRT SMA SMA

40 2 3 1 LK-P Wiraswasta IRT SMA SD

41 2 6 1 LK-P Swasta Wiraswasta S2 SMA

42 1 5 1 LK-LK Swasta Wiraswasta SMA SMA

43 1 4 1 LK-LK Wiraswasta Wiraswasta SMA SMA

44 2 2 3 P-LK Wiraswasta Wiraswasta SMA S1

45 1 3 1 P-LK Wiraswasta IRT SMP SMA

46 2 1 1 P-P Swasta IRT SMP SMP

47 2 2 2 P-P Wiraswasta IRT SMA SD

48 2 3 2 P-LK Wiraswasta Wiraswasta SD SD

49 2 3 1 LK-LK Wiraswasta IRT SMA SD

50 1 5 1 LK-P Wiraswasta IRT SD SMP

51 1 11 1 LK-P Wiraswasta IRT SMA SMA

Gambar

TABEL 5
Tabel 1. Indeks Validitas Alat Ukur Penelitian
Tabel 3. Deskripsi Subjek Penelitian
Tabel 4. Data Deskriptif Hasil Penelitian
+3

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh cooperative play terhadap sibling rivalry pada anak-anak pertengahan dan akhir.. Sampel (N=2) diambil

Manfaat – manfaat yang dapat diperoleh dalam pelaksanaan penelitian serta manfaat dari hasil penelitian tentang korelasi antara sibling rivalry yang ada didalam

Kesimpulan : Ada hubungan tingkat pengetahuan dan perilaku ibu dengan kejadian sibling rivalry pada anak usia 3-6 tahun di Desa Karangduren Kecamatan Sokaraja.. Kata

Bahwa hampir semua anak laki-laki dan perempuan menunjukkan sikap positif (tidak terjadi sibling) terhadap saudara kandungnya, namun jika dilihat dari kolom negatif (terjadi

Orang tua harus bisa bersikap adil dan bijaksana dalam menyelesaikan sibling rivalry yang terjadi, tidak hanya membela anak yang lebih muda dan tidak hanya menyalahkan atau..

Menurut peneliti anak yang yang tidak mengalami kejadian sibling rivalry bisa mempengaruhi perkembangan pada anak pra sekolah (3-6 tahun) di TK Kartika Chandra

Menurut peneliti anak yang yang tidak mengalami kejadian sibling rivalry bisa mempengaruhi perkembangan pada anak pra sekolah (3-6 tahun) di TK Kartika Chandra

Kegiatan lain yang dapat dilakukan untuk mengatasi sibling rivalry adalah dengan melakukan konseling realitas dan konseling kelompok Suciati & Srianturi, 2021; Turniati & Nusantoro,