• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sibling Rivalry 1. Pengertian sibling rivalry - Aditya Anang Jatmiko BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sibling Rivalry 1. Pengertian sibling rivalry - Aditya Anang Jatmiko BAB II"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sibling Rivalry

1. Pengertian sibling rivalry

Sibling dalam konsep psikologi diartikan sebagai saudara laki-laki atau perempuan yang tinggal bersama dalam satu pengasuhan orang tua yang sama. Sibling dapat merupakan saudara kandung, saudara tiri atau saudara adopsi. Hubungan antar sibling adalah hubungan yang abadi, sibling berbagi banyak hal dengan sesama sibling dan menerima atau menolak nilai-nilai yang sama dari orang tua yang sama (Bee dan Boyd dalam Rahmawati, 2013).

Pengertian sibling rivalry menurut Shaffer (dalam Nopijar, 2007) adalah suatu kompetisi, kecemburuan dan kebencian antara saudara kandung, yang seringkali muncul saat hadirnya saudara yang lebih muda.Sibling rivalry menunjukkan persaingan, kecemburuan, dan kemarahan antar saudara kandung baik laki-laki maupun perempuan, dengan dua atau lebih anak yang ada dalam keluarga.

Sibling rivalry merupakan suatu bentuk dari persaingan antara

(2)

dapat membahayakan bagi penyesuaian pribadi dan sosial seseorang (Putri dan Hendriyani, 2013).

Potter dan Perry (2005) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan usia anak prasekolah adalah anak-anak yang memasuki usia 3 tahun hingga 6 tahun dan biasanya mengikuti program prasekolah atau kindergarten.

2. Dampak Sibling Rivalry

Dampak sibling rivalry ada tiga yaitu dampak pada diri sendiri, pada saudara kandung dan pada orang lain (Hurlock, 1989).

a. Dampak sibling rivalry pada diri sendiri yaitu adanya tingkah laku regresi, self efficacy rendah.

b. Dampak sibling rivalry terhadap saudara yaitu agresi, tidak mau berbagi dengan saudara, tidak mau membantu saudara dan mengadukan saudara.

c. Selain dampaknya kepada diri sendiri dan dampak kepada saudara, sibling rivalry juga berdampak pada orang lain. Ketika pola hubungan

antara anak dan saudara kandungnya tidak baik maka sering terjadi pola hubungan yang tidak baik tersebut akan dibawa anak kepada pola hubungan sosial diluar rumah.

3. Penyebab Sibling Rivalry

(3)

1. Masing-masing anak bersaing untuk menentukan pribadi mereka, sehingga ingin menunjukkan pada saudara mereka.

2. Anak merasa kurang mendapatkan perhatian, disiplin dan mau mendengarkan dari orang tua mereka.

3. Anak-anak merasa hubungan dengan orang tua mereka terancam oleh kedatangan anggota keluarga baru/ bayi.

4. Tahap perkembangananak baik fisik maupun emosi yang dapat mempengaruhi proses kedewasaan dan perhatian terhadap satu sama lain.

5. Anak frustasi karena merasa lapar, bosan atau letih sehingga memulai pertengkaran (memukul, mencubit, menendang, berteriak.

6. Kemungkinan, anak tidak tahu cara untuk mendapatkan perhatian atau memulai permainan dengan saudara mereka.

7. Dinamika keluarga dalam memainkan peran.

8. Pemikiran orang tua tentang agresi dan pertengkaran anak yang berlebihan dalam keluarga adalah normal.

9. Tidak memiliki waktu untuk berbagi, berkumpul bersama dengan anggota keluarga.

10. Orang tua mengalami stres dalam menjalani kehidupannya. 11. Anak-anak mengalami stres dalam kehidupannya.

12. Cara orang tua memperlakukan anak dan menangani konflik yang

(4)

4. Segi Positif Sibling Rivalry

Meskipun sibling rivalry mempunyai pengertian yang negatif tetapi ada segi positifnya, antara lain (Lusa, 2010):

1. Mendorong anak untuk mengatasi perbedaan dengan mengembangkan

beberapa keterampilan penting.

2. Cara cepat untuk berkompromi dan bernegosiasi. 3. Mengontrol dorongan untuk bertindak agresif.

Oleh karena itu agar segi positif tersebut dapat dicapai, maka orang tua harus menjadi fasilitator.

5. Mengatasi Sibling Rivalry

Beberapa hal yang perlu diperhatikan orang tua untuk mengatasi sibling rivalry, sehingga anak dapat bergaul dengan baik, antara lain

(Lusa, 2010):

1. Tidak membandingkan antara anak satu sama lain. 2. Membiarkan anak menjadi diri pribadi mereka sendiri. 3. Menyukai bakat dan keberhasilan anak-anak Anda.

4. Membuat anak-anak mampu bekerja sama daripada bersaing antara satu sama lain.

5. Memberikan perhatian setiap waktu atau pola lain ketika konflik biasa terjadi.

6. Mengajarkan anak-anak Anda cara-cara positif untuk mendapatkan

(5)

7. Bersikap adil sangat penting, tetapi disesuaikan dengan kebutuhan anak. Sehingga adil bagi anak satu dengan yang lain berbeda.

8. Merencanakan kegiatankeluarga yang menyenangkan bagi semua orang.

9. Meyakinkan setiap anak mendapatkan waktu yang cukup dan kebebasan mereka sendiri.

10. Orang tua tidak perlu langsung campur tangan kecuali saat tanda-tanda akan kekerasan fisik.

11. Orang tua harus dapat berperan memberikan otoritas kepada anak-anak, bukan untuk anak-anak.

12. Orang tua dalam memisahkan anak-anak dari konflik tidak menyalahkan satu sama lain.

13. Jangan memberi tuduhan tertentu tentang negatifnya sifat anak.

14. Kesabaran dan keuletan serta contoh-contoh yang baik dari perilakuorang tua sehari-hari adalah cara pendidikananak-anak untuk menghindari sibling rivalry yang paling bagus.

6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sibling Rivalry

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya sibling rivalry pada seorang anak faktor-faktor tersebut antara lain:

1. Usia anak saat hadirnya adik dalam keluarga

Sibling rivalry biasanya muncul ketika selisih usia saudara

(6)

munculnya sibling rivalry adalah jarak usia antara 1-3 tahun dan muncul pada usia 3-5 tahun kemudian muncul kembali pada usia 8-12 tahun, dan pada umumnya, sibling rivalry lebih sering terjadi pada anak yang berjenis kelamin sama dan khususnya perempuan (Setiawan, 2013).

Usia anak saat hadirnya adik dalam keluarga merupakan faktor penting dalam munculnya sibling rivalry pada anak. Semakin muda usia anak saat hadirnya adik, maka semakin besar kemungkinan anak tersebut mengalami sibling rivalry. Konflik dan tingkah laku agresi akan cenderung berkembang dan sering terjadi pada anak usia rentang 1-3 tahun (Anderson, 2006).

Sibling rivalry dapat berkembang apabila rentang usia anak

antara 1-3 tahun. Konflik dan tingkah laku agresi akan cenderung berkembang dan sering terjadi pada anak dengan rentang usia yang sekitar 1-3 tahun. Jika jarak usia kedua anak sangat kecil (kurang dari satu setengah tahun) maka ibu dapat membagi perhatian yang hampir sama terhadap kedua anak dan anak yang lebih tua masih menerima perhatian dan kasih sayang penuh dari ibunya. Jika jarak usia anak lebih besar dari tiga tahun, anak yang lebih tua akan mengembang ketertarikannya pada hal-hal lain di rumah dan perasaan cemburu akan kehadiran adik baru akan berkurang (Priatna dan Yulia, 2006).

(7)

memperlakukan mereka. Apabila usia mereka berdekatan biasanya hubungannya tidak kooperatif, tidak ramah dan saling bersaing mendapatkan kasih sayang. Ketika orang tua memiliki anak yang berdekatan usianya maka orang tua cenderung memperlakukan antara keduanya dengan sama. Anak yang lebih tua cenderung akan dipilih orang tua untuk menjadi contoh (model) untuk adiknya dan orang tua biasanya memaksakan hal tersebut. Sebaliknya, anak yang lebih muda harus meniru dan mematuhi anak yang lebih tua. Hubungan saudara kandung yang terbaik yaitu dimana tidak ada perbedaan usia diantara mereka yaitu anak kembar. Anak kembar biasanya lebih banyak mengungkapakan kasih sayang dan tidak seagresif hubungan suadara kandung yang memiliki perbedaan usia (Hurlock, 2011).

2. Jenis kelamin

Anak laki-laki akan menunjukkan lebih banyak penurunan tingkah laku akibat kehadiran adik dalam keluarga dibandingkan dengan anak perempuan. Kakak perempuan akan menunjukkan lebih banyak perbuatan positif dibandingkan laki-laki. Perbuatan positif tersebut seperti lebih perhatian kepada adik, dan lebih mandiri. Sementara itu, sibling rivalry lebih tinggi pada pasangan kakak/adik dengan jenis kelamin yang sama dibandingkan dengan kakak/adik dengan jenis kelamin yang berbeda (Anderson, 2006).

(8)

Anderson, 2006). Sementara sibling rivalry lebih tinggi pada pasangan kakak/adik dengan jenis kelamin yang sama dibandingkan dengan kakak/adik dengan jenis kelamin berbeda. Pada kakak/adik dengan jenis kelamin yang sama, sibling rivalry cenderung tinggi pada pasangan kakak-adik laki-laki (Bee & Boyd, 2007).

Walker (dalam Putri, 2013) mengatakan jika sebuah penelitian membuktikan bahwa sibling rivalry terjadi biasanya karena adanya persamaan jenis kelamin pada anak dan perbedaan usia anak yang terlalu dekat, namun ia juga mengatakan jika faktor lain yang mempengaruhi sibling rivalry yaitu adalah kepribadian anak, respon orang tua pada anak, nasehat yang diberikan orang tua pada anak serta waktu berkumpul keluarga, ruang gerak dan kebebasan pada setiap anak.

(9)

proses konflik tersebut orang tua ikut campur untuk mengakhiri konflik tersebut lalu orang tua biasanya akan dituduh membela salah satu, hal tersebut yang biasanya lebih merusak hubungan persaudaraan dan hubungan keluarga itu sendiri (Hurlock, 2011).

3. Urutan anak dalam keluarga

Anak sulung adalah anak yang biasanya dianggap memiliki beban paling berat karena harus bisa menjadi panutan, menjaga, serta harus mengalah kepada adiknya. Kondisi ini sering membuat anak sulung protes terhadap orang tuanya. Anak tengah umumnya mempunyai kepribadian tengah yang ambigu antara anak sulung dan anak bungsu. Anak tengah biasanya terdorong untuk menyamai atau melebihi kakaknya tetapi juga ada ketakutan akan dilampaui adiknya. Anak bungsu atau anak terakhir biasanya sebagai anak yang paling dimanja atau disayang oleh orang tuanya (Anderson, 2006).

(10)

cemburu yang dimulai sekitar 2 tahun dan semakin meningkat dengan bertambahnya usia anak (Hurlock, 2011).

4. Kepribadian dan temperamen anak

Anak yang lebih aktif dan impulsif cenderung akan mempunyai masalah tingkah laku dan akan berhubungan dengan banyak kecemburuan, pertengkaran serta konflik dengan saudara. Namun terkadang anak dengan temperamen yang tinggi memiliki konflik dengan saudaranya. Kondisi tersebut dikarenakan anak yang memiliki temperamen yang tinggi tidak mesti memiliki raksi agresi yang tinggi pula (Anderson, 2006).

Kepribadian dan temperamen anak dapat mempengaruhi reaksi anak akibat kehadiran adik dalam keluarga dan dapat mempengaruhi besarnya sibling rivalry yang terjadi pada anak. Anak yang lebih aktif dan impulsive cenderung akan mempunyai masalah tingkah laku dan akan berhubungan dengan banyaknya kecemburuan, pertengkaran serta konflik dengan saudara (Priatna dan Yulia, 2006).

5. Lingkungan sekitar tempat tinggal

(11)

akan tinggi terhadap orang lain termasuk saudara kandungnya (Anderson, 2006).

Orang yang berada pada luar rumah juga dapat mempengaruhi hubungan antara saudara kandung. Terdapat tiga cara orang luar dapat mempengaruhi hubungan antar saudara kandung yaitu : kehadiran orang luar di rumah, tekanan orang luar pada anggota keluarga dan perbandingan anak dengan saudaranya oleh orang luar rumah. Orang lain diluar rumah tersebut dapat memperburuk suasana ketegangan di dalam rumah pada antara saudara kandung. Dimana ketika anak dibanding-bandingkan dengan saudaranya oleh orang lain (Hurlock, 2011).

6. Faktor orang tua yang membanding-bandingkan anak

Setiap anak memiliki perbedaan, banyak diantaranya berkaitan dengan prestasi akademis atau mungkin sekedar “ia” lebih cekatan atau

(12)

Frekuensi kejadian sibling rivalry dapat dikurangi dengan cara orang tua menghindari membandingkan antar anak, memberikan penghargaan pada prestasi yang dicapai anak dan lebih banyak menghabiskan waktu bersama anak (Pappalia et al, 2002). Salah satu cara untuk meminimalisasi sibling rivalry yang dapat dilakukan oleh orang tua adalah dengan tidak membanding-bandingkan anak (Setiawan, 2013).

Perilaku orang tua yang sering membandingkan anak mereka biasanya terjadi pada usia kanak-kanak pertengahan. Pada usia tersebut, anak berpartisipasti pada aktivitas yang lebih besar, oleh karena itu orang tuacenderung untuk membandingkan sikap, kemampuan dan prestasi anak yang satu dengan anak yang lain, hal ini akan menyebabkan terjadinya peningkatan pada sibling rivalry (Anderson, 2006).

(13)

Favoritisme orang tua terhadap salah seorang anak dapat memicu dendam anak yang lain. Secara tidak sadar terkadang orang tua saling membandingkan antara anak satu dengan yang lainnya. Misalnya, ketika si adik mendapatkan nilai rapot bagus sedangkan kakaknya mendapatkan nilai rapot lebih rendah, dengan maksud memotivasi anak biasanya orang tua berkata “itu lho nilainya bagus seperti adikmu, masa kakak kalah sama adik…”. Hal tersebut akan secara tidak langsung menimbulkan kebencian dan dendam terhadap kakak kepada adik (Millman dan Schaever dalam Putri, 2013).

B. Anak Usia Dini

1. Pengertian Anak Usia Dini

Anak usia dini atau disebut juga dengan awal masa kanak-kanak adalah masa yang paling penting dalam sepanjang hidupnya. Sebab masa itu adalah masa pembentukan fondasi dan dasar kepribadian yang akan menentukan pengalaman anak selanjutnya. Menurut Rahman (2005) anak usia dini adalah anak usia 0 - 8 tahun. Hal tersebut karena pada usia itu anak mengalami lompatan perkembangan, kecepatan perkembangan yang luar biasa dibanding usia sesudahnya. Pada saat itu kesempatan yang sangat efektif untuk membangun seluruh aspek kepribadian anak dan merupakan usia emas (golden age) yang tidak akan terulang lagi.

(14)

Disebut masa pra sekolah karena anak mulai mempersiapkan diri memasuki dunia sekolah memalui kelompok bermain dan taman kanak-kanak (Gustian, 2001).

2. Perkembangan anak usia prasekolah

Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skiil) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Perkembangan menyangkut proses diferensiasi sel tubuh, jaringan tubuh, organ dan system organ yang berkembang sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Perkembangan ini termasuk perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya (Soetjiningsih, 1998).

Anak usia prasekolah (3-6 tahun) mulai diarahkan untuk belajar di taman kanak-kanak oleh orangtuanya. Menurut Gustian (2001), taman kanak-kanak mendesain program-programnya dengan tujuan agar anak mencapai kematangan dalam memasuki masa sekolah. Kematangan-kematangan tersebut menurut Gustian (2001) adalah sebagai berikut : 1) Kematangan fisik.

(15)

telah siap berada dalam kelas tanpa merasa letih sehingga anak memiliki kesiapan untuk menerima proses belajar mengajar di sekolah. 2) Kematangan emosional

Kematangan emosional menunjukan anak telah siap. secara mental untuk menjalani waktu-waktunya di sekolah. Ia harus siap berpisah dengan orang tuanya dalam jangka waktu yang cukup lama, mampu memilih kegiatan sendiri dan menyelesaikan kegiatan yang dipilihnya. Anak juga harus memiliki cukup keuletan untuk menyelesaikan tugas-tugasnya.

3) Kematangan intelektual.

Pada aspek ini anak sudah mulai dapat berpikir secara teratur. Hal ini terlihat dari kemampuannya untuk memahami sebab-akibat.

4) Kematangan sosial.

Kematangan sosial berkaitan dengan kemampuan untuk berhubungan dengan orang-orang yang ada disekolah seperti guru, dan rekan-rekannya. Anak harus mulai terbiasa untuk bergaul dan menjadi bagian dari kelompok.

3. Karakeristik Anak Usia Prasekolah

Karakteristik anak usia prasekolah adalah sebagai berikut (Laili, 2005):

1) Usia.

(16)

masa usia prasekolah. Usia prasekolah merupakan usia yang paling penting dalam tahap perkembangan manusia, sebab usia tersebut merupakan periode diletakkannya dasar struktur kepribadian yang dibangun untuk sepanjang hidupnya. Oleh karena itu perlu pendidikan dan pelayanan yang tepat (Laili, 2005).

2) Jenis Kelamin.

Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa anak laki-laki memiliki motivasi belajar yang lebih rendah apabila dibandingkan dengan anak perempuan (Laela, 2008).

Untuk karakter anak usia prasekolah menurut Yusriana (2012) adalah sebagai berikut :

1) Memiliki rasa ingin tahu yang besar.

Anak usia prasekolah sangat ingin tahu tentang dunia sekitarnya. Pada usia 3-6 tahun anak sering membongkar pasang segala sesuatu untuk memenuhi rasa ingin tahunya. Anak juga mulai gemar bertanya meski dalam bahasa yang masih sangat sederhana.

2) Merupakan pribadi yang unik.

(17)

3) Suka berfantasi dan berimajinasi.

Fantasi adalah kemampuan membentuk tanggapan baru dengan pertolongan tanggapan yang sudah ada. Imajinasi adalah kemampuan anak untuk menciptakan obyek atau kejadian tanpa didukung data yang nyata.

Anak usia prasekolah sangat suka membayangkan dan mengembangkan berbagai hal jauh melampaui kondisi nyata.

4) Masa paling potensial untuk belajar.

Masa itu sering juga disebut sebagai “golden age” atau usia emas.

Karena pada rentang usia itu anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat di berbagai aspek.

5) Menunjukkan sikap egosentris.

Pada usia ini anak memandang segala sesuatu dari sudut pandangnya sendiri. Anak cenderung mengabaikan sudut pandang orang lain. Hal itu terlhat dari perilaku anak yang masih suka berebut mainan, menangis atau merengek sampai keinginannya terpenuhi.

6) Memiliki rentang daya konsentrasi yang pendek.

Anak usia prasekolah memiliki rentang perhatian yang sangat pendek. Pehatian anak akan mudah teralih pada hal lain terutama yang menarik perhatiannya.

7) Sebagai bagian dari makhluk sosial.

(18)
(19)

C. Kerangka Teori

Sumber : Yunanto (2012) Anak Usia

Prasekolah

Sibling rivalry Usia anak

Perkembangan Anak Usia Prasekolah

Jenis kelamin

Perlakuan orang tua yang

membedakan anak Urutan anak

Kepribadian

(20)

D. Kerangka Konsep

Variabel independen Variabel dependen

E. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: “terdapat

hubungan antara umur, jenis kelamin, urutan anak, kepribadian, lingkungan dan perilaku orang tua yang membedakan anak dengan perlakuan sibling rivalry”.

Usia anak

Sibling rivalry Jenis kelamin

Perlakuan orang tua yang membedakan anak

Urutan anak

Kepribadian

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Uji Kandungan Bakteri Escherichiacoli, Dan Coliform Pada Air Minum Isi Ulang Di Pondok

Dalam kasus ini, pegawai Bank yang melakukan penyalahgunaan deposito nasabah dan menimbulkan kerugian terhadap nasabahnya merupakan tanggung jawab dari Direksi karena

Setiap wahana terbang yang akan mengikuti kontes harus memiliki suatu fitur keamanan, di mana jika wahana terbang tidak dapat dikendalikan (Out of Control) dan/atau jika

Kata “terdapat” pada ayat 5 tidak ada dalam teks aslinya, karena yang ingin ditekankan tata hidup yang anggota – anggota jemaat harus taat, buka contoh yang diberikan

makanan yang dijajankan di lingkungan sekolah SD Inpres Bontomanai Makassar, maka ditemukan cara pengolahan yang kurang baik yaitu sebelum dilakukan pengelolahan pada

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Time Token Arends berpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada materi sistem

Sedangkan Haywood (1992) dalam (Aqmala, 2007:15) menyatakan bahwa terdapat delapan hal yang mempengaruhi efektivitas pelatihan, yaitu : (1) dukungan organisasi atas perubahan,

Dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa kemampuan khafidhoh (penghafal Al- qur’an) sudah berjalan dengan baik sekali hal ini berdasarkan perolehan