• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian - FEBRIANTO WIBOWO BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian - FEBRIANTO WIBOWO BAB II"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian

Keliat, dkk (2011) mengemukakan bahwa “perilaku kekerasan merupakan salah satu yang diekspresikan dengan melakukan ancaman mencidrai orang lain ataupun merusak lingkungan. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan emosi yang merupakan campuran perasaan frustasi dan benci atau marah. Hal ini didasari keadaan emosi secara mendalam dari setiap orang sebagai bagian penting dari keadaan emosional kita yang dapat diproyeksikan ke lingkungan, kedalam diri atau secara destruktif. (Barry, 1998 dalam Yosep, 2009) . Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik pada dirinya sendiri maupun oranglain, disertai dengan amuk dan gaduh gelisah yang tidak terkontrol’.

(2)

B. Rentang Respon

Kegagalan yang menimbulkan frustasi dapat menimbulkan respon pasif dan melarikan diri atau respon melawan dan menantang. Respon melawan dan menantang menrupakan respon yang maladaptif yaitu agresif-kekerasan. Dapat dilihat pada gambar II. 1.

Respon adaptif Respon Maladaptif

Gambar II. 1. Rentang Respon Neurobiologis

(Sumber : Stuart dan sundeen, 2006)

Perilaku yang ditampakan mulai dari yang rendah sampai tinggi yaitu :

1. Asertif

Mampu mengatakan rasa marah tanpa menyakiti orang lain 2. Frustasi

Merasa gagal mencapai tujuan yang disebabkan tujuan yang tidak realistis.

3. Pasif

Diam saja karena merasa tidak mampu mengungkapkan perasaan yang dialaminya.

(3)

4. Agresif

Tindakan dekstruktif terhadap lingkungan yang masih terkontrol (memperlihatkan permusuhan, keras dan menuntut, mendekatif orang lain dengan ancaman memberi kata-kata ancaman tanpa niat melukai). 5. Amuk

Tindakan dekstruktif dan permusuhan yang kuat dan tidak terkontrol (menyentuh orang lain secara menakutkan dan memberi kata-kata ancaman, melukai dari tingkat yang ringan sampai dengan kuat, merusak bisa mengendalikan diri).secara tertulis tanpa

Kegagalan yang meliputi frustasi dapat mengakibatkan respon pasif dan melarikan diri / respon melawan dan menentang. Repon melawan dan menetang merupakan respon yang maladaptif yaitu agresif kekerasan.

Perilaku yang ditampakkan dimulai dari yang rendah sampai yang tinggin yaitu :

1. Memperlihatkan permusuhan yang rendah. 2. Keras dan menurut.

3. Mendekati orang lain.

4. Memberi kata-kata ancaman tanpa nilai melukai. 5. Menyentuh orang lain dengan cara menakutkan. 6. Memberi kata-kata ancaman dengan rencana melukai.

(4)

C. Etiologi

1. Faktor predisposisi

Faktor predisposisi adalah faktor mendasari atau yang mempermudah terjadinya sebuah perilaku yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, nilai-nilai kepercayaan maupun keyakinan. Berbagai pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan faktor predisposisi artinya mungkin terjadi / mungkin tidak terjadi perilaku kekerasan.

a. Biologis / neurobiologis

Banyak pendapat, bahwa kerusakan system limbik lobus frontal, lobus temporal dan ketidakseimbangan neurotransmiter turut berperan dalam terjadinya perilaku kekerasan

1) ”Instictual drive theory” (teori dorongan naluri).

Teori ini menyatakan bahwa perilaku kekerasan disebabkan oleh suatu dorongan kebutuhan dasar yang sangat kuat.

2) ”Psychosomatic theory” (teori psikosomatik).

(5)

b. Psikologis

Kegalan yang dialami akan menimbulkan frustasi yang kemudian dapat timbul agresif atau amuk.

1)”Frustation Aggression theory” (teori agresif – frustasi).

Menurut teori ini perilaku kekerasan terjadi sebagai hasil dari akumulasi frustasi. Frustasi terjadi apabila keinginan individu untuk mencapai sesuatu gagal atau terhambat, keadaan tersebut dapat mendorong individu berperilaku agresif karena perasaan frustasi akan berkurang melalui berperilaku kekerasan.

2)”Behavioral theory” (trori perilaku).

Kemarahan adalah proses belajar, hal ini dapat dicapai apabila tersedia fasilitas atau situasi yang mendukung.

3)”Existential theory” (teori eksistensi).

Bertingkahlaku adalah kebutuhan dasar manusia, apabila kebutuhan tersebut tidak dapat dicapai melalui berperilaku konstruktif, maka andividu akan memenuhinya melalui berperilaku dekstruktif.

c. Perilaku

Reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan,

(6)

d. Sosial budaya

Norma / nilai budaya yang mendukung mengungkapkan rasa marah secara verbal yang asertif sehingga membantu individu mengungkapkan kemarahannya dengan cara yang baik.

1) ”Social environment theory” (teori lingkungan sosial).

Lingkungan sosial akan mempengaruhi sikap individu dalam mengeksprsesikan marah. Norma budaya dapat mendukung individu untuk berespon asertif atau agresif.

2) ”Social Learning theory” (teori belajar sosial).

Perilaku kekerasan dapat dipelajari secara langsung maupun melalui proses sosialisasi.

2. Faktor Presipitasi

(7)

3. Mekanisme koping

Perawat perlu mengidentifikasi mekanisme koping klien, sehingga dapat membantu klien untuk mengembangkan mekanisme koping yang konstruktif dalam mengekspresikan marahnya. Mekanisme koping yang umum digunakan adalah mekanisme pertahanan ego seperti displacement, proyeksi, represi, dan reksi formasi.

a. Displacement

Displacement adalah melepaskan perasaan tertekannya bermusuhan, pada objek yang tidak begitu berbahaya seperti pada mulanya yang membangkitkan emosi itu.

b. Proyeksi

Proyeksi adalah menyalahkan orang lain mengenai keinginannya yang tidak baik.

c. Represi

Represi adalah menekan perasaan yang menyakitkan atau konflik ingatan dari kesadaran yang cenderung memperluas mekanisme ego lainnya.

d. Reaksi formasi

(8)

4. Perilaku

Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara lain : a. Menyerang atau menghindar (Fight or flight)

Pada keadaan ini respons fisiologis timbul karena kegiatan sistem saraf otonom beraksi terhadap sekresi ephinephrin yang menyebabkan tekanan darah meningkat, takikardi, wajah merah, pupil melebar, mual, peristaltik gaster menurun, pengeluaran urin dan saliva meningkat, konstipasi, kewaspadaan juga meningkat disertai ketegangan otot, seperti rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh menjadi kaku dan disertai reflek yang cepat.

b. Menyatakan secara asertif (Asseartivenes)

Peralaku yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresekan kemarahannya yaitu dengan perilaku pasif, agresif dan asertif. Perilaku asertif adalah cara yang terbaik untuk mengekspresikan marah karena individu dapat mengekspresikan rasa marahnya tanpa menyakiti orang lain secara fisik maupun psikologis. Disampimg itu perilaku ini dapat juga untuk pemgembangan diri klien.

c. Memberontak ( acting out)

(9)

d. Perilaku kekeraasan

Tindakan kekerasaan atau amuk yang ditunjukan kepada diri sendiri, orang lain maupun lingkungan.

D. Psikopatologi

Sumber : Beck, Rawlin dan Williams (1996)

Adapun beberapa hal yang menyebabkan munculnya gangguan jiwa pada perilaku kekerasan yang dipengaruhi oleh faktor predesposi dan faktor presipitasi (Yosep, 2007) .

Merasa kuat

Menantang

Berkepanjangan

Merasa tidak kuat

Melarikan diri

Mengingkari marah

Marah tidak terungkap

Marah pada diri sendiri Persepsi psikosomatik

Ancaman atau kebutuhan

Stress

Cemas

Marah

Mengungkapkan secara verbal

Menjaga kebutuhan orang lain

Ketegangan menurun

Rasa marah teratasi

Muncul rasa bermusuhan

Rasa bermusuhan menahun

Gambar II. 2.Psikopatologis

(10)

1.Faktor Predisposisi

Ada beberapa teori yang berkaitan dengan timbulnya perilaku kekerasan yaitu :

- Faktor Psikologis

Psichoanalytical theory : teori ini mendukung bahwa perilaku

agresif merupakan akibat dari Instructual drives. Freud berpendapat bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh dua insting, pertama insting hidup yang diekspresikan dengan seksualitas ; dan kedua : insting kematian yang diekspresikan dengan agresifitas.

- Faktor Sosial Budaya

Ini mengemukakan bahwa agresif tidak berbeda dengan respon-respon yang lain. Agresif dapat dipelajari melalui observasi atau imitasi, dan semakin sering mendapatkan penguatan maka semakin besar kemungkinan untuk terjadi. Jadi seseorang akan berespon terhadap keterbangkitan emosionalnya secara agresif sesuai dengan respon yang dipelajarinya. Kultur dapat pula mempengaruhi perilaku kekerasan, adanya norma dapat membantu mendefinisikan ekspresi agresif mana yang diterima atau tidak dapat diterima sehingga dapat membantu individu untuk mengekspresikan marah dengan cara yang asertif.

- Faktor biologis

(11)

bahwa adanya pemberian stimulus elektris ringan pada hipotalamus (yang berada ditengah sistem limbik).

2.Faktor Presipitasi

Secara umum seseorang akan berespon dengan marah apabila merasa dirinya terancam. Ancaman tersebut dapat berupa injury secara psikis, atau lebih dikenal dengan adanya ancaman terhadap konsep diri seseorang, ketika sesorang merasa terancam, mungkin dia tidak menyadari sama sekali apa yang menjadi sumber kemarahannya. Oleh karena itu, baik perawat maupun klien harus bersama-sama mengidentifikasikannya. Ancaman dapat berupa internal ataupun eksternal, contoh stressor eksternal : serangan secara psikis, kehilangan hubungan yang dianggap bermakna dan adanya kritikan dari orang lain, sedangkan contoh dari stressor internal : merasa gagal dalam bekerja, merasa kehilangan seseoranga yang dicintai, dan ketakutan terhadap penyakit yang diderita. Bila dilihat dari sudut pandang perawat-klien, maka faktor yang mencetuskan terjadinya perilaku kekerasan terbagi dua yaitu :

- Klien : kelemahan fisik, keputusasaan, ketidak berdayaan, kurang percaya diri.

(12)

3.Tanda dan gejala

Tanda dan gejala yang mucul pada perilaku kekerasan atau agresifitas dilihat dari tingkah laku klien yaitu :

a) Menyatakan perilaku kekerasan

b) Mengatakan perasaan jengkel atau kesal c) Sering memaksakan kehendak

d) Merampas atau memukul e) Tekanan darah meningkat f) Wajah merah, Pupil melebar g) Mual

h) Kewaspadaan meningkat disertai ketegangan otot.

4.Penatalaksanaan medis a.) Terapi Somatik

Menurut (Depkes RI, 2000) menerangkan bahwa terapi Somatik adalah terapi yang diberikan kepada klien dengan gangguan jiwa dengan tujuan mengubah perilaku yang maladaptife menjadi perilaku adaktif dengan melakukan tindakan yang ditujukan pada kondisi fisik klien, tetapi target terapi adalah perilaku klien .

b.) Terapi kejang listrik

(13)

ditempatkan pada pelipis klien. Terapi ini ada awalnya untuk menangani skizofrenia membutuhkan 20-30 kali terapi biasanya dilaksanakan adalah tiap 2-3 hari sekali (seminggu 2 kali).

5.Konsep dasar asuhan keperawatan prilaku kekerasan a. Pengkajian

1) Pengumpulan data

Pengkajian merupakan langkah awal dari proses dan merupakan proses yang sistematis untuk mengumpulkan data, menganalisis data dan menentukan diagnosa keperawatan ( Keliat, 1998). Adapun data yang diperoleh pada klien dengan prilaku kekerasan adalah sebagai berikut : menyatakan melakukan prilaku kekerasan, mengatakan perasaan jengkel / kesal, sering memaksakan kehendak, merampas atau memukul, Tekanan darah meningkat, Wajah memerah, pupil melebar, mual, kewasapadaan meningkat disertai ketegangan otot, pandangan mata tajam, sering menyendiri, harga diri rendah merasa keinginan tercapai. Dari data tersebut didapatkan beberapa rumusan masalah :

a.) Resiko mencederai diri sendiri dan orang lain

(14)

Rasa marah yang diekspresikan secara destruktif, misalnya dengan perilaku agresif dan menantang biasanya cara tersebut justru menjadikan masalah berkepanjangan dan dapat menimbulkan amuk yang ditunjukkan pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan.

Perilaku yang submisif seperti menekan perasaan marah karena merasa tidak kuat, individualkan berpura-pura tidak marah atau melarikan diri dari rasa marahnya, sehingga rasa marah tidak terungkap. Kemarahan demikian akan menimbulkan rasa bermusuhan yang lama, dan pada suatu saat dapat menimbulkan kemarahan yang destruktif yang diajukan pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan

E. Manifestasi Klinis

1.Emosi : Tidak adekuat, tidak aman, rasa terganggu, marah (dendam), jengkel.

2.Intelektual : Mendominasi, bawel, sarkasme, suka berdebat, meremehkan.

3.Fisik : Muka merah, pandangan tajam, nafas pendek, berkeringat, sakit fisik, penyalahgunaan obat, peningkatan titik didih. 4.Sosial : Kemarahan, kebenaran diri, keraguan, nekat, tidak

(15)

F. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

Asuhan keperawatan dilakukan dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang meliputi 4 tahapan yaitu : pengkajian, perencanaan/intervensi, pelaksanaan/implementasi dan evaluasi, yang masing-masing berkesinambungan serta memerlukan kecakapan ketrampilan profesional tenaga keperawatan.

Proses keperawatan klien marah adalah sebagai berikut (Keliat, dkk,1996) : a. Pengumpulan data

1. Aspek biologis

Respons fisiologis timbul karena kegiatan system saraf otonom bereaksi terhadap sekresi epineprin sehingga tekanan darah meningkat, takhikardi, muka merah, pupil melebar, pengeluaran urine meningkat. Ada gejala yang sama dengan kecemasan seperti meningkatnya kewaspadaan, ketegangan otot seperti rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh kaku, dan refleks cepat. Hal ini disebabkan oleh energi yang dikeluarkan saat marah bertambah. 2. Aspek emosional

Individu yang marah merasa tidak nyaman, merasa tidak berdaya, jengkel, frustasi, dendam, ingin memukul orang lain, mengamuk, bermusuhan dan sakit hati, menyalahkan dan menuntut.

3. Aspek intelektual

(16)

beradaptasi dengan lingkungan yang selanjutnya diolah dalam proses intelektual sebagai suatu pengalaman. Perawat perlu mengkaji cara klien marah, mengidentifikasi penyebab kemarahan, bagaimana informasi diproses, diklarifikasi, dan diintegrasikan.

4. Aspek sosial

Meliputi interaksi sosial, budaya, konsep rasa percaya dan ketergantungan. Emosi marah sering merangsang kemarahan orang lain. Klien seringkali menyalurkan kemarahan dengan mengkritik tingkah laku yang lain sehingga orang lain merasa sakit hati dengan mengucapkan kata-kata kasar yang berlebihan disertai suara keras. Proses tersebut dapat mengasingkan individu sendiri, menjauhkan diri dari orang lain, menolak mengikuti aturan.

5. Aspek spiritual

(17)

meningkat. Aspek emosi : tidak adekuat, tidak aman, dendam, jengkel. aspek intelektual : mendominasi, bawel, sarkasme, berdebat, meremehkan. aspek sosial : menarik diri, penolakan, kekerasan, ejekan, humor.

b. Klasifiaksi data

Data yang didapat pada pengumpulan data dikelompokkan menjadi 2 macam yaitu data subyektif dan data obyektif. Data subyektif adalah data yang disampaikan secara lisan oleh klien dan keluarga. Data ini didapatkan melalui wawancara perawat dengan klien dan keluarga. Sedangkan data obyektif yang ditemukan secara nyata. Data ini didapatkan melalui obsevasi atau pemeriksaan langsung oleh perawat. c. Analisa data

(18)

G. Pohon Masalah

Resiko Mencederai Diri Sendiri, orang lain dan lingkungan

Gangguan Konsep diri : Harga diri rendah

Akibat

Masalah Utama

Penyebab Gambar II. 3. Pohon masalah Perilaku Kekerasan

(Sumber : Keliat,2006)

H. Penatalaksanaan Medis - Chlopromazin 3x 100 mg - Trihexipenidyle 2x 2 mg

- Haloperidol 3x5 mg. (Tjay,Tan dan Kirana R. 2007)

I. Masalah Keperawatan

Masalah keperawatan pada perilaku kekerasan menurut Keliat, B. A, 2006 meliputi :

1. Resiko Mencederai Diri Sendiri, orang lain dan lingkungan 2. Perilaku kekerasan

3. Gangguan Konsep diri : Harga diri rendah

J. Diagnosa Keperawatan 1. Perilaku kekerasan

(19)

3. Resiko Mencederai Diri Sendiri, orang lain dan lingkungan

J. Fokus Intervensi

1. Perilaku Kekerasan Tujuan Umum

Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya Kriteria Hasil :

Rencana Keperawatan :

a. Klien mau membalas salam b. Klien mau berjabat tangan c. Klien mau menyebutkan nama d. Klien mau tersenyum

e. Klien mau mengetahui nama perawat

a. Bina hubungan saling percaya : salam terapeautik, empati, sebut nama perawat dan jelaskan tujuan interaksi.

b. Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai

c. Bicara dengan sikap tenang, rileks, dan tidak menantang

(20)

e. Beri rasa aman dan sikap empati f. Lakukan kontak singkat tapi sering.

TUK II : Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan Kriteria Hasil :

Rencana Keperawatan :

a. Klien mengungkapkan perasaannya

b. Klien dapat mengungkapkan penyebab perasaan marah (dari diri sendiri, lingkungan, atau orang lain)

a. Beri kesempatan mengungkapkan perasaan

b. Bantu klien mengungkapkan perasaan c. Bantu klien mengungkapkan perasaan

jengkel/ kesal.

d. Dengarkan ungkapan rasa kesal / marah dan perasaan bermusuhan klien dengan sikap tenang.

TUK III : Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan Kriteria Hasil : a. Klien dapat mengungkapkan perasaan saat

marah

(21)

Rencana Keperawatan: marah / kesal yang dialami.

a. Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat jengkel / kesal b. Observasi tanda perilaku kekerasan

c. Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel /kesal yang dialami klien.

TUK IV : Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.

Kriteria Hasil :

Rencana Keperawatan :

a. Klien dapat mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan

b. Klien dapat bermain peran sesuai perilaku kekerasan yang biasa dilakukan

c. Klien dapat mengetahui cara yang biasa dilakukan untuk menyelesaikan masalah

a. Anjurkan klien mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan

(22)

c. Tanyakan ”Apakah dengan cara yang dilakukan masalah selesai ?”

TUK V : Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan Kriteria Hasil :

Rencana Keperawatan :

Klien dapat menjelaskan akibat dari cara yang digunakan oleh klien: akibat pada klien sendiri, akibat pada orang lain, akibat pada lingkungan

a. Bicarakan akibat / kerugian dari cara yang dilakukan.

b. Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang digunakan.

c. Tanyakan apakah ingin mempelajari cara baru yang sehat.

TUK VI : Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon terhadap kemarahan.

Kriteria Hasil : a. Klien dapat menyebutkan contoh pencegahan perilaku kekerasan secara fisik : tarik naafs dalam, pukul kasur dan bantal

(23)

Rencana Keperawatan :

untuk mencegah perilaku kekerasan

c. Klien dapat menyebutkan cara bicara (verbal) yanga baik dalam mencegah perilaku kekerasan : meminta dengan baik, menolak dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik

d. Klien dapat menyebutkan kegiatan ibadah yang biasa dilakukan

e. Klien dapat mendemonstrasikan cara ibadah yang dipilih

f. Klien mempunyai jadwal untuk melatih melatpih cara pencegahan fisik, verbal / sosial, spiritual, dan obat yang telah dipelajari sebelumnya

g. Klien mengevaluasi kemampuannya dalam melakukan cara fisik, verbal / sosial, spiritual, dan obat sesuai jadwal yang telah disusun

a. Tanyakan kepada klien ”Apakah ia ingin mempelajari cara baru yang sehat

(24)

sehat.

c. Secara fisik : tarik nafas dalam jika sedang kesal, berolah raga, memukul bantal / kasur atau pekerjaan yang memerlukan tenaga.

d. Secara verbal : katakan bahwa anda sedang marah atau kesal / tersinggung e. Secara sosial : lakukan dalam kelompok

cara-cara marah yang sehat, latihan asertif, latihan manajemen perilaku kekerasan. f. Secara spiritual : berdo’a, sembahyang,

memohon kepada Tuhan untuk diberi kesabaran.

TUK VII : Klien dapat mengidentifikasi cara mengontrol perilaku kekerasan.

Kriteria Hasil :

Rencana Keperawatan :

a. Klien mampu memilih cara yang mau dilatih b. Klien mengetahui manfaat dari cara yang telah

dipilih.

a. Bantu memih cara yang paling tepat.

(25)

c. Beri reinforcment positif atas keberhasilan yang dicapai dalam simulasi

d. Anjurkan menggunakan cara yang telah dipilih saat jengkel. Marah.

TUK VIII : Klien mendapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol perilaku kekerasan

Kriteria Hasil :

Rencana Keperawatan :

Keluarga dapat mendemonstrasikan cara merawat klien

a. Identifikasi kemampuan keluarga merawat klien dari sikap yang telah dilakukan keluarga selama ini

b. Jelaskan peran serta keluarga keluarga dalam merawat keluarga

c. Jelaskan cara-cara merawat klien :

1) Cara mengontrol perilaku marah secara konstruktif.

2) Sikap tenang, bicara tenang bicara tenang dan jelas.

3) Membantu klien mengenal penyebab ia marah.

(26)

e. Bantu keluarga mengungkapkan perasaanya setelah melakukan demonstrasi.

TUK IX : Klien dapat menggunakan obat yang benar (sesusai program)

Kriteria Hasil :

Rencana Keperawatan :

a. Klien apat menyebutkan jenis, dosis, dan waktu minum obat serta manfaat dari obat itu (prinsip 5 benar : benar orang, obat, dosis, waktu dan cara pemberian)

b. Klien mampu mendemonstrasikan kepatuhan minum obat sesuai dengan jadwal yang ditentukan

c. Klien mempunyai jadwal untuk melatih cara pencegahan dengan minum obat

d. Klien mengevaluasi kemampuannya dalam mematuhi minum obat

a. Jelaskan jenis-jenis obat yang diminum klien pada klien dan keluarga

(27)

dokter.

c. Jelaskan prinsip 5 benar minum obat (nama klien, obatmdosis, cara dan waktu). d. Anjurkan klien melaporkan pada perawat /

dokter jika merasakan efek yang tidak menyenangkan.

e. Beri pujian jika klien minum obat yang benar.

b. Gangguan Konsep diri : Harga diri rendah

TUK I: Klien dapat membina hubungan saling percaya Kriteria Hasil :

Rencana Keperawatan :

a. Klien mau membalas salam b. Klien mau berjabat tangan c. Klien mau menyebutkan nama d. Klien mau tersenyum

e. Klien mau mengetahui nama perawat

a. Bina hubungan saling percaya : salam terapeautik, empati, sebut nama perawat dan jelaskan tujuan interaksi.

(28)

c. Bicara dengan sikap tenang, rileks, dan tidak menantang

d. Jelaskan tentangf kontrak yang akan dibuat

e. Beri rasa aman dan sikap empati f. Lakukan kontak singkat tapi sering.

TUK II : Klien dapat mengidentifikasi kemampuan aspek positif yang dimiliki.

Kriteria Hasil :

Rencana Keperawatan :

Klien mengingat dan mengungkapkan kemampuan positif yang dimiliki klien kepada perawat

a. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien

b. Setiap bertemu klien hindari memberi penilaian yang negatif

c. Utamakan memberikan pujian realistis TUK III : Klien dapat menilai kemampuan yang masih dapat dilakukan Kriteria Hasil :

Rencana Keperawatan :

(29)

a. Diskusikan denga klien kemampuan yang digunakan selama sakit

b. Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya.

TUK IV : Klien dapat menetapkan (merencanakan) kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki

Kriteria Hasil :

Rencana Keperawatan :

Klien dapat memilih kegiatan yang masih dapat dilakukan selama di rumah sakit ( kegiatan mandiri, kegiatan dengan bantuan sebagian, kegiatan yang membutuhkan bantuan total).

a. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai dengan kemampuan :

1) Kegiatan mandiri

2) Kegiatan dengan bantuan sebagian 3) Kegiatan yang membutuhkan bantuan

total

(30)

c. Beri contoh dalam cara pelaksanaan kegiatan yang boleh dilakukan klien.

TUK V : Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuan lainnya.

Kriteria Hasil :

Rencana keperawatan:

a. Klien dapat mendemonstrasikan kegiatan yang telah dipilih

b. Klien dapat mengevaluasi kemampuanya dalam melakukan kegiatan yang telah dipilih

a. Beri kesempatan pada klien untuk

mencoba kegiatan yang telah

direncanakan

b. Beri pujian atas keberhasilan klien c. Diskusikan pelaksanaan di rumah

TUK VI : Klien dapat memanfaaatkan sistem pendukung yang ada pada keluarga

Kriteria Hasil :

Rencana keperawatan :

Klien dapat mendemonstrasikan cara merawat klien

(31)

tentang cara merawat klien dengan hargadiri rendah.

b. Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat

Gambar

Gambar II. 2.Psikopatologis
Gambar II. 3. Pohon masalah Perilaku Kekerasan

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Indra Lesmana Karim, upaya penanggulangan terhadap pengulangan tindak pidana penyalahgunaan narkotika oleh anak adalah melalui lingkungan yang terkecil

mengoptimalkan hal tersebut, pemerintah Jateng dapat mengawinkan tren pariwisata syari’ah dengan basis pariwisata religi.. Namun realitasnya, walaupun kuantitas okupasi

Edukasi pada program acara Asyik Belajar Biologi dalam Mata Pelajaran. IPA

Satu penyebab risiko dapat menyebabkan lebih dari satu kejadian risiko, selanjutnya didapatkan strategi mitigasi yang diusulkan yaitu melakukan perjanjian yang menuntut

Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian ijin yang khusus disediakan dan atau diberikan

4.11 Model hubungan antara variabel persepsi guru geografi terhadap eksistensi MGMP (X1) dan partisipasi guru geografi dalam kegiatan MGMP (X2) dengan kompetensi

Ledakan penduduk juga terjadi karena rumah tangga tidak direncanakan secara baik dan tidak melihat faktor sebab akibat, banyak rumah tangga yang berdiri tapi tidak

And also the researcher will took 3 topics that are about politics, sport, and business in this research, researcher interested in analyzing registers of linguistic form,