1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa.
Menurut Chaplin (2004) adolescence adalah periode antara pubertas dan
kedewasaan, usia yang diperkirakan 12 sampai 21 tahun bagi anak perempuan yang
lebih cepat matang dibandingkan anak laki-laki, dan antara 13 hingga 22 tahun bagi
anak laki-laki.
Banyak pendapat tentang rentangan usia dalam masa remaja. Hurlock (1987) menyatakan bahwa “rentangan usia remaja antara 13 - 18 tahun, yang dibagi dalam dua periode, yaitu masa remaja awal 13 - 16/17 tahun dan masa remaja akhir 16/17 -
18 tahun. WHO menetapkan usia 10 - 20 tahun sebagai batasan usia remaja,
sedangkan di Indonesia sendiri batasan usia remaja adalah 11 - 24 tahun dan belum
menikah (Sarwono, 2003). Menurut Konopka, masa remaja merupakan periode
kehidupan yang penting dalam siklus perkembangan individu dan merupakan masa
transisi yang dapat diarahkan kepada perkembangan masa dewasa yang sehat,
ditandai dengan berkembangnya sikap dependen kepada orangtua ke arah
independen, minat seksualitas, kecenderungan untuk merenung atau memperhatikan
diri sendiri, dan isu-isu moral (dalam Yusuf, 2009).
Menurut William Kay (dalam yusuf, 2009) remaja mempunyai tugas–tugas
perkembangan yang harus dicapai. Tugas-tugas perkembangan tersebut adalah
menerima fisik sendiri berikut keragaman kualitasnya, mencapai kemandirian
emosional dari orang tua atau figur-figur yang mempunyai otoritas, mengembangkan
keterampilan komunikasi interpersonal dan belajar bergaul dengan teman sebaya atau
orang lain, baik secara individual maupun kelompok, menemukan manusia sebagai
model yang dijadikan identitasnya, menerima dirinya sendiri dan memiliki
kepercayaan terhadap kemampuannya sendiri, memperkuat self-control (kemampuan
mengendalikan diri) atas dasar skala nilai, prinsip-prinsip atau falsafah hidup,
2
Keberhasilan remaja dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya
tersebut mengantarkannya ke dalam suatu kondisi penyesuaian sosial, yang
diantaranya adalah problematika penerimaan sosial. Penerimaan sosial itu sendiri
banyak dipengaruh oleh lingkungan ataupun teman-teman sebaya. Apa bila semua itu
berjalan dengan baik maka remaja yang bersangkutan dapat merasa bahagia,
harmonis dan dapat menjadi orang yang produktif, namun sebaliknya apabila gagal,
maka remaja akan mengalami ketidakbahagian atau kesulitan dalam kehidupannya.
Penerimaan sosial adalah individu dinilai positif oleh orang lain, mau
berpartisipasi aktif dalam kegiatan sosial, dan memiliki sikap bersahabat dalam
berhubungan dengan orang lain. Dengan kata lain seseorang dapat diterima secara
positif oleh lingkungan sekitarnya dan mau berperan serta dalam kegiatan-kegiatan
sosial dalam masyarakat Hurlock (dalam Yusuf, 2009)
Remaja yang mengalami penerimaan sosial akan cenderung disukai teman
dan bahagia serta berhasil dalam kehidupannya. Sedangkan remaja yang mengalami
penolakan sosial maka cenderung sedikit memiliki teman, murung dan sedih
(Mappiare, 1982). Remaja yang diterima akan mendapatkan dukungan dari
masyarakat untuk mengembangkan sosialisasinya dan memiliki kesempatan lebih
luas untuk melakukan aktivitas-aktivitas sosial. Apabila lingkungan sosial tersebut
memfasilitasi atau memberikan peluang terhadap remaja secara positif, maka remaja
akan mencapai perkembangan sosial secara matang.
Diterima atau tidaknya remaja oleh teman-temannya sangat mempengaruhi
sikap dan tingkah lakunya. Para ahli sepakat tentang adanya kebutuhan yang khas
bagi remaja. Kebutuhan itu berkaitan dengan psikologis dan sosiologis yang
mendorong remaja untuk bertingkah laku yang khas, seperti kebutuhan akan kasih
sayang, kebutuhan akan keikutsertaan dan diterima dalam kelompok, kebutuhan
untuk berdiri sendiri, kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan akan pengakuan dari
orang lain, kebutuhan untuk dihargai dan kebutuhan memperoleh falsafah hidup
(Mappiare, 1982).
Terpenuhinya kebutuhan penerimaan sosial akan memberi rasa puas dan
senang sehingga memberikan kehidupan sosiopsikologis yang baik bagi remaja.
3
akan memperkuat citra diri dan penilaian diri yang positif bagi remaja, sebaliknya
adanya penolakan sosial akan mengurangi penilaian positif bagi remaja (Mappiare,
1982).
Sebuah studi baru juga menemukan bahwa ditolak oleh orang lain membuat
detak jantung menurun dan mengganggu system saraf otonom seperti pencernaan.
Penelitian telah menunjukkan bahwa otak memproses rasa sakit fisik dan sosial di
beberapa daerah yang sama (Mandal, 2010).
Hasil penelitian oleh Rusda (1999) tentang Kondisi-kondisi Yang
Mempengaruhi Penerimaan Sosial Remaja Di sekolah, menyebutkan bahwa remaja
yang mampu diajak berbicara atau berdiskusi tentang berbagai hal, terbuka, dan
cocok sebagai tempat curahan hati; menduduki urutan kedua untuk alasan dipilihnya
remaja bergaul yang menyenangkan di sekolah, dengan prosentase sebesar 10,7%.
Sehingga dikatakan bahwa kemampuan berkomunikasi secara efektif yang dimiliki
remaja dengan teman sebayanya merupakan salah satu faktor penting yang
menentukan diterimanya remaja dalam kelompok teman sebaya.
Kata komunikasi berasal dari bahasa latin communico yang dalam bahasa
Inggris berarti to share. Dalam hal ini dapat diartikan bahwa komunikasi adalah
proses memberi dan menerima dari pihak yang satu kepada pihak lain. Komunikasi
adalah suatu proses pemberian, penyampaian atau pertukaran gagasan, pengetahuan
dan lain-lain yang dapat dilakukan melalui percakapan, tulisan atau tanda-tanda
Schramm dan Robert (dalam Liliweri, 2001). Dalam Human Communication (2005)
komunikasi diklasifikasikan menjadi komunikasi antarpribadi, komunikasi
kelompok, komunikasi massa dan komunikasi publik. Komunikasi yang paling
sering kita lakukan dalam interaksi dengan sesama ialah dalam konteks komunikasi
antarpribadi.
Komunikasi interpersonal atau yang disebut sebagai komunikasi antar
pribadi, didefinisikan Devito (dalam Effendi, 1997) sebagai proses pengiriman dan
penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau diantara sekelompok kecil
orang-orang, dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika. Semakin positif
4
yang kita lakukan dengan orang tersebut. Jika orang saling menyukai ia akan
mengembangkan komunikasi yang menyenangkan dan efektif. Orang akan merasa
senang dan nyaman jika berada diantara orang-orang yang disukai. Sebaliknya akan
merasa tegang dan resah bila berada diantara orang-orang yang tidak disukai serta
ingin mengakhirinya (Rakhmat, 2005).
Perasaan senang selama proses komunikasi inilah yang merupakan tanda
bahwa komunikasi yang dilakukan dikatakan efektif, sebab menurut Rakhmat (2005)
komunikasi interpersonal dikatakan efektif bila pertemuan komunikasi merupakan
hal yang menyenangkan bagi komunikan.
Menurut Tubbs dan Moss (dalam Rakhmat, 2005), komunikasi yang efektif
terjadi paling tidak menimbulkan lima hal yaitu : pertama, adanya penerimaan yang
cermat dari isi stimuli seperti yang dimaksudkan oleh komunikator; Kedua, dalam
berkomunikasi mengupayakan agar orang lain merasa diterima dan diakui oleh
lingkungan; Ketiga, dengan berkomunikasi orang lain akan terpengaruh oleh
pendapat, sikap dan tindakan komunikator sehingga orang lain bertindak seperti atas
kehendak sendiri; Keempat, dapat memuaskan kebutuhan sosial individu untuk
diterima, diakui dan dicintai oleh orang lain yang tercapai dengan pemeliharaan
hubungan sosialnya; Kelima, ada hasil komulatif dari proses komunikasi yang berupa
tindakan, untuk itu agar tercapai tindakan yang sesuai ataupun searah dengan maksud
komunikator diperlukan komunikasi yang efektif.
Efektivitas dalam berkomunikasi juga diperlukan remaja agar pesan yang
ingin disampaikan oleh remaja tersebut tidak disalah artikan oleh pasangan
komunikasinya sehingga tidak akan terjadi kesalahpahaman diantara kedua belah
pihak yang dapat memicu perselisihan. Dimana perselisihan yang mungkin terjadi
tersebut justru akan merenggangkan dan memperburuk hubungan remaja tersebut
dengan teman sebaya. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari Lake (1986) yang
menyatakan bahwa hubungan yang baik tergantung pada komunikasi yang baik.
Manfaat komunikasi seperti itulah yang sangat diperlukan oleh remaja dalam
berinteraksi dengan teman sebayanya. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan
5
dan diterima dalam kelompok merupakan hal yang sangat penting, sejak remaja
melepaskan diri dari keterikatan keluarga dan berusaha memantapkan
hubungan-hubungan dengan teman lawan jenisnya. Jika seorang remaja mempunyai masalah
pribadi, maka mereka lebih sering membicarakannya dengan teman-teman
sebayanya. Oleh karena itu, pada tahapan usia perkembangannya remaja lebih sering
menempatkan teman sebaya sebagai pasangan dalam melakukan komunikasi
interpersonal. Hal ini disebabkan karena remaja merasa bahwa mereka meiliki
banyak kesamaan dengan teman sebayanya tersebut.
Menurut Fritz Heider (dalam Rakhmat, 2005), “kita cenderung menyukai
orang, dan kita ingin mereka memiliki sikap yang sama dengan kita, dan jika kita
menyukai orang, kita ingin mereka memilih sikap yang sama dengan kita”. Kita
ingin memiliki sikap yang sama dengan orang yang kita sukai, agar seluruh unsur
kognitif kita konsisten. Anda resah jika orang yang anda sukai menyukai apa yang
anda benci.
Hasil penelitian Marika (2007), tentang Tingkat Kesepian pada Siswa SMA
Negeri 3 Semarang Ditinjau dari Efektivitas Komunikasi Orang Tua dan Remaja,
menyebutkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara efektivitas
komunikasi orangtua dan remaja dengan tingkat kesepian pada siswa SMAN 3
Semarang. Sumbangan efektif yang diberikan variabel efektivitas komunikasi
orangtua dan remaja terhadap variabel tingkat kesepian adalah 23,7%. Yang artinya
jika semakin tinggi efektivitas komunikasi interpersonal maka tingkat kesepian
semakin rendah.
Penelitian tersebut sesuai dengan apa yang dijelaskan oleh Mappiare (1982)
bahwa pada periode perkembangan ini remaja sangat takut kesepian dan dikucilkan
oleh teman sebayanya. Hal inilah yang menyebabkan remaja sangat intim, bersikap
perasaan dan terikat dengan teman sebayanya. Oleh sebab itu, remaja membutuhkan
rasa diterima di lingkungan teman sebayanya.
Dalam rangka untuk membina hubungan baik yang dapat membuatnya
6
untuk mampu memiliki efektivitas komunikasi interpersonal yang tinggi dengan
orang lain.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pada periode
perkembangan ini remaja dituntut untuk mampu mengadakan komunikasi
interpersonal yang efektif dengan tujuan agar dirinya dapat diterima dengan baik
dilingkungan sosialnya. Maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang ”Hubungan
antara Efektivitas Komunikasi Interpersonal dengan Penerimaan Sosial pada
Remaja”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada uraian latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam
penelitian ini yaitu: Apakah ada hubungan antara efektivitas komunikasi
interpersonal dengan penerimaan sosial pada remaja?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara efektivitas komunikasi interpersonal dengan
penerimaan sosial pada remaja.
D. Manfaat penelitian 1. Secara teoritis
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan informasi
bagi pengembangan teori dibidang psikologi, khususnya psikologi
komunikasi, perkembangan dan pendidikan.
2. Secara praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan informasi pada
remaja dalam menjalin hubungan komunikasi yang efektif dengan teman
HUBUNGAN ANTARA EFEKTIVITAS KOMUNIKASI
INTERPERSONAL DENGAN PENERIMAAN SOSIAL PADA REMAJA
SKRIPSI
Oleh : Fristy Yuswanita
05810112
FAKULTAS PSIKOLOGI
HUBUNGAN ANTARA EFEKTIVITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN PENERIMAAN SOSIAL PADA REMAJA
SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang sebagai salah satu persyaratan untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi
Oleh : Fristy Yuswanita
05810112
FAKULTAS PSIKOLOGI
LEMBAR PERSETUJUAN
1. Judul Skripsi : Hubungan antara Efektivitas Komunikasi Interpersonal
dengan Penerimaan Sosial pada Remaja.
2. Nama Peneliti : Fristy Yuswanita
3. Nim : 05810112
4. Fakultas : Psikologi
5. Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang
6. Waktu Penelitian : 10 – 14 Oktober 2011
7. Tanggal Ujian : 11 November 2011
Malang, November 2011 Pembimbing I
Dra. Tri Dayakisni, M.Si
Pembimbing II
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi ini telah diuji oleh dewan penguji
Pada tanggal 11 November 2011
Dewan Penguji
Ketua Penguji : Dra. Tri Dayakisni, M.Si ( )
Anggota Penguji : 1. Hudaniah, M.Si., Psi ( )
2. Dr. Diah Karmiyati ( )
3. Yuni Nurhamida, S. Psi., M.Si ( )
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Malang
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Fristy Yuswanita
Nim : 05810112
Fakultas / Jurusan : Psikologi
Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang
Menyatakan bahwa skripsi/karya ilmiah yang berjudul :
Hubungan antara Efektivitas Komunikasi Interpersonal dengan Penerimaan
Sosial pada Remaja
1. Adalah bukan karya orang lain baik sebagian maupun keseluruhan
kecuali dalam bentuk kutipan yang digunakan dalam naskah ini dan
telah disebutkan sumbernya.
2. Hasil tulisan skripsi/karya ilmiah dari penelitian yang saya lakukan
merupakan Hak bebas Royalti non eksklusif, apabila digunakan sebagai
sumber pustaka.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila
pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia mendapat sanksi sesuai dengan
undang-undang yang berlaku.
Mengetahui Malang, November 2011
Ketua Program Studi
Dra. Cahyaning Suryaningrum, M.Si
Yang menyatakan
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji syukur kehadirat Allah SWT, yang senantiasa memberikan petunjuk dan rahmatNya. Atas kemurahanNya juga sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, yang berjudul “Hubungan Antara Efektivitas Komunikasi Interpersonal Dengan Penerimaan Sosial Pada remaja”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk penyelesaian program pendidikan Sarjana (S1)
pada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.
Dalam penyusunan skripsi ini banyak sekali pihak-pihak yang ikut terlibat
membantu, baik lembaga maupun perorangan. Dengan kesempatan ini, izinkanlah
penulis untuk menyatakan rasa terima kasih yang terdalam atas segala bantuan yang
telah diberikan baik secara langsung maupun tidak langsung, sehingga karya ini
dapat selesai. Rasa terima kasih yang terdalam penulis sampaikan kepada:
1. Bapak Drs. Tulus Winarsunu, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Malang atas kesempatan yang telah diberikan.
2. Ibu Dra. Tri Dayakisni, M.Si, selaku dosen pembimbing I dan ibu Hudaniah,
M.Si., Psi selaku dosen pembimbing II. Terima kasih atas kesabaran dan
waktu yang telah diluangkan untuk memberikan bimbingan, memberikan
masukan dan pengarahan mulai dari awal hingga terselesaikannya karya ini.
3. Ibu Hudaniah, M.Si., Psi selaku dosen wali Psikologi Kelas C angkatan 2005
yang selalu memberikan pengarahan dan motivasi selama awal perkuliahan
sampai akhir.
4. Semua dosen Fakultas Psikologi yang memberikan ilmu yang bermanfaat dan
segenap staf karyawan Kajur yang telah membantu segala keperluan
administrasi.
5. Bapak Dr. Agung Pramono, M.Pd selaku kepala sekolah SMA Selamat Pagi
Indonesia atas kesempatan yang diberikan serta bapak dan ibu guru yang
telah membantu dan adik – adik SMA Selamat Pagi Indonesia terima kasih
atas partisipasinya dalam pengumpulan data.
6. Ayahandaku Wahyudi Siswanto, Ibundaku Yuliati terima kasih atas doa,
selama ini kudapat. Semoga bukan hanya karya ini yang dapat
membahagiakan kalian, tetapi semua yang terbaik dariku, dan semoga Allah
senantiasa memberikan yang terbaik pula untuk kalian
7. Adikku, Vida Yusmarita, S.E terima kasih atas doa, dukungan dan
bantuannya hingga karya ini terselesaikan.
8. Segenap keluarga besar Maksum dan Marsum, terima kasih atas doa dan
dukungannya.
9. Sahabatku Fie-fie, Triq, Ifha dan Raty, Terima kasih atas persahabatan yang
terbina, doa dan Supportnya. Serta teman – teman seperjuangan Psikologi
kelas C dan seluruh angkatan 2005 terima kasih atas kebersamaannya dan
pertemanannya.
10.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam proses
penyusunan skripsi ini.
Dengan segala keterbatasan yang ada, penulis menyadari bahwa karya tulis
ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, kritik dan saran yang membangun sangat
penulis harapkan guna menjadikan karya ini dan karya yang lain menjadi lebih baik.
Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya dan pembaca pada
umumnya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Malang, November 2011
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
INTISARI ... iii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR LAMPIRAN ... vii
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C.Tujuan Penelitian ... 6
D.Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Efektivitas Komunikasi Interpersonal ... 7
1. Pengertian Komunikasi Interpersonal ... 7
2. Pengertian Efektivitas Komunikasi Interpersoanl ... 8
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Efektivitas Komunikasi Interpersonal ... 9
4. Karakteristik Efektivitas Komunikasi Interpersonal ... 12
B. Penerimaan Sosial ... 15
1. Pengertian Penerimaan Sosial ... 15
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Penerimaan Sosial ... 15
3. Ciri-ciri Penerimaan Sosial ... 17
4. Kategori Penerimaan Sosial ... 18
C.Remaja ... 19
1. Pengertian Remaja ... 19
2. Ciri-ciri Remaja ... 20
3. Tugas-tugas Perkembangan Remaja ... 21
D.Hubungan Antara Efektivitas Komunikasi Interpersonal Dengan Penerimaan Sosial Pada Remaja ... 22
E. Kerangka Pemikiran ... 26
BAB III METODELOGI PENELITIAN A.Rancangan Penelitian ... 27
B. Variabel Penelitian ... 27
1. Identifikasi variabel penelitian ... 27
2. Definisi operasional variabel penelitian ... 28
C.Populasi dan Sampel ... 28
D.Lokasi dan Waktu Penelitian ... 29
E. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data ... 30
1. Jenis data ... 30
2. Metode pengumpulan data ... 30
F. Prosedur Penelitian ... 33
a. Validitas ... 34
b. Reliabilitas ... 36
H.Teknik Analisis Data ... 38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Deskripsi Data ... 40
1. Deskripsi Efektivitas Komunikasi Interpersonal ... 40
2. Deskripsi Penerimaan Sosial ... 41
B. Analisis Data ... 41
C.Pembahasan ... 42
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 46
B. Saran-saran ... 46
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Halaman
Tabel 3.1 : Sampel penelitian siswa SMA Selamat Pagi Indonesia ... 29
Tabel 3.2 : Skor skala Likert ... 31
Tabel 3.3 : Blue print skala Efektivitas Komunikasi Interpersonal ... 32
Tabel 3.4 : Blue print skala Penerimaan Sosial ... 33
Tabel 3.5 : Uji validitas item skala Efektivitas komunikasi interpersonal ... 36
Tabel 3.6 : Uji validitas item skala Penerimaan sosial ... 36
Tabel 3.7 : Reliabilitas skala efektivitas komunikasi interpersonal ... 37
Tabel 3.8 : Reliabilitas total skala efektivitas komunikasi interpersonal ... 38
Tabel 3.9 : Reliabilitas skala penerimaan sosial ... 38
Tabel 3.10 : Reliabilitas total skala penerimaan sosial ... 38
Tabel 3.11 : Tabel kerja product moment ... 39
Tabel 4.1 : Rumusan kategori efektivitas komunikasi interpersonal ... 40
Tabel 4.2 : Hasil Prosentase Variabel Efektivitas komunikasi interpersonal ... 40
Tabel 4.3 : Rumusan kategori penerimaan sosial ... 41
Tabel 4.4 : Hasil Prosentase Variabel penerimaan sosial ... 41
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Validitas dan reliabilitas
DAFTAR PUSTAKA
Alim, B. M. 2010. Definisi komunikasi interpersonal. Diakses 8 Juni 2011 dari http://www.psikologizone.com/definisi-komunikasi-interpersonal/06511922
Arikunto, S. 2006. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. Jakarta : Rineka Cipta
Azwar, S. 2006. Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Azwar, S. 2000. Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Chaplin, J. P. 2004. Kamus lengkappsikologi terjemah Kartino kartono. Jakarta : Rajawali Pers
Devito, J. A. 1997. Komunikasi antar manusia (Ed. Kelima). Jakarta : Profesional Books
Effendi, U. O. 2002. Dinamika komunikasi ilmu komunikasi teori dan praktek. Bandung : Remaja Rosdakarya
Hanafi, A. 1984. Memahami komunikasi antar manusia. Surabaya : Usaha Nasional
Hurlock, E. B. 1987. Perkembangan anak (jilid I). Jakarta : Erlangga
Kasiram, M. 2008. Metodologi penelitian kualitatif-kuantitatif. Malang : UIN Malang Press
Kerlinger. 2006. Azas-azas penelitian behavioral cetakan kesebelas. Yogyakarta : UGM Press
Lake, T. 1986. Psikologi popular kesepian. Jakarta : Arcan
Liliweri, A. 1997. Komunikasi antarpribadi. Bandung : Citra Aditya Bakti
Mandal, A. 2010. Social rejection can ‘brake’ your heart. Diakses 9 Juni 2011 dari
http://www.news-medical.net/news/20100929/Social-rejection-can-e28098brakee28099-your-heart.aspx
Marika, K. 2007. Tingkat kesepian pada siswa negeri 3 Semarang ditinjau dari efektivitas komunikasi orang tua dan remaja. Skripsi Universitas Diponegoro Semarang
Mulyana, D. 2005. Human communication. Bandung : Remaja Rosdakarya
Poerwati, E. 2000. Dimensi-dimensi riset ilmiah. Malang : UMM Press
Rakhmat, J. 2005. Psikologi komunikasi (Ed. Revisi). Bandung : Remaja Rosdakarya
Santrock, J. W. 2003. Adolescence perkembangan remaja. Jakarta : Erlangga
Sarwono, S. W. 2011. Psikologi remaja. Jakarta : Raja Grafindo Persada
Supratiknya, A. 1995. Komunikasi antarpribadi tinjauan psikologis. Yogyakarta : Kanisius
Soesilowindradini. Tt. Psikologi perkembangan masa remaja. Surabaya
Trenholm, S. 1986. Human communication theory. New-Jersey : Precentice Hall
Winarsunu, T. 2006. Statistik dalam penelitian psikologi dan pendidikan. Malang :
UMM Press