DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU – BUKU
Ali ,Mahrus, 2011, Dasar - Dasar Hukum Pidana, Jakarta : Sinar Grafika.
Asis, H. Abd. 2014. Hukum Acara Pidana Suatu Pengantar (Edisi Pertama). Jakarta : Karisma Putra Utama.
Chazawi, Adawi. 2002. Pelajaran Hukum Pidana Bagian I, Jakarta : Rajawali Grafindo Persada
_______________2005. Stelsel Pidana, Tindak Pidana , Teori-Teori Pemidanaan Dan Batas Berlakunya Hukum, Jakarta : Rajawali Grafindo Persada.
Ekaputra, Muhammad. 2013. Dasar-Dasar Hukum Pidana. Medan : USU Press.
Hamzah, Andi. 1983. Pengantar Hukum acara Pidana Indonesia. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Harahap, Yahya. 2001. Pembahasan, Permasalahan, dan Penerapan KUHAP : Penyidikan dan Penuntutan Edisi Kedua. Jakarta : Sinar Grafika.
______________2013. Permasalahan, dan Penerapan KUHAP : Penyidikan dan Penuntutan Cetakan Kesebelas. Jakarta : Sinar Grafika.
Huda, Chairul. 2011. Dari „Tiada Pidana Tanpa Kesalahan‟ menuju kepada „Tiada Pertanggung Jawaban Pidana Tanpa Kesalahan‟. Jakarta : Kencana
Husein, Harun M. 1994. Surat Dakwaan:Tekhnik Penyusunan, Fungsi dan Permasalahannya. Jakarta : Sinar Grafika.
Iliyas, Amir. 2012. Asas-Asas Hukum Pidana. Yogyakarta : Rangkang Education.
Kanter, E.Y. dan S.R. Sianturi. 2002. Asas – Asas Hukum Pidana Di Indonesia Dan Penerapannya. Jakarta : Storia Grafika.
Lamintang, P.A.F. 1997. Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia (cetakan ketiga). Bandung : Citra Aditya Bakti.
______________ 2011. Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia (cetakan Keempat). Bandung : Citra Aditya Bakti.
Moeljatno. 2002. Azas-Azas Hukum Pidana. Bandung : Rineka Cipta.
Pawennai, Mulyati. 2015. Hukum Pidana. Jakarta : Mitra Wacana Media.
Prasetyo, Teguh dan Abdul Halim Barkatullah. 2005. Politik Hukum Pidana: Kajian Kebijakan Kriminalisasi dan Dekriminalisasi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Prodjodikoro, Wirjono. 1989. Asas-Asas Hukum Pidana Di Indonesia (Cetakan ke Tujuh). Bandung : PT Refika Aditama.
____________ 2008. Tindak- Tindak Pidana Tertentu di Indonesia. Bandung : Eresco.
Prodjomidjojo Martiman. 1995. Memahami Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia 1. Jakarta : Pradnya Paramita.
Rahardjo, Satjipto. 1982. Ilmu Hukum. Bandung : Alumni.
Simons, Kitab Pelajaran Hukum Pidana (Titel Asli: Leerboek van Het Nederlandse Strafrecht) Diterjemahkan oleh PAF Lamintang, Bandung, Pioner Jaya, 1992, hlm 127.
Soesilo, R. 1995. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Serta Komentar-Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal. Bogor: Politeia. Sofyan, Andi. 2014. Hukum Acara Pidana Suatu Pengantar (Edisi Pertama).
Jakarta : Karisma Putra Utama.
Subekti, R dan Tjitrosoedibio. 2005. Kamus Hukum. Jakarta : Pradnya Paramita.
Sudarto. 1990. Hukum Pidana I. Semarang : Yayasan Sudarto Fakultas hukum Universitas Diponegoro Semarang.
B. PERATURAN PERUNDANG – UNDANGAN Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)
http://pembelajaranhukumindonesia.blogspot.com/2011/09/deelneming.ht ml?m%3D1&ei=kfoR0_3A&lc=idID&s=1&m=154&host=www.google.co.id&ts =1471081773&sig=AKOVD64WowTBN1sMjFwRkfR EG6GqPnFntw, Diakses tanggal 13 Agustus 2016 Pukul 17.11 Wib.
http://www.kamusbesarbahasaindonesia/online/kamus/gratis.php?hasil=su kses_id_11 #hasil, diakses pada tanggal 25 juli 2016 pukul 22.30 wib.
www.kamushukum.com/KH_entris.php?af_in, diakses pada tanggal 25 juli 2016 pukul 23.00 wib.
http://translate.google.co.id/translate?hl=id&sl=nl&u=http://www.elfri.be/ Strafrecht/afpersing.htm&ei=AjlfSunEGI2pkAWXobyoCg&sa=X&oi=, diakses pada tanggal 25 juli 2016 pukul 23.30 wib.
https://zulfanlaw.wordpress.com/2008/07/10/dasar-pertimbangan-hakim-dalam-menjatuhkan-putusan-bebas-demi-hukum/,diakses tanggal 13, Agustus 2016, pukul 18.43. Wib.
https://sesukakita.wordpress.com/2012/05/28/surat-dakwaan/#more-1006,Diakses tanggal 14, Agustus, 2016, Pukul 21.34.Wib.
http://elroomey.blogspot.co.id/2014/12/pleger-doen-pleger-uitlokker-medepleger_30.html, diakses tanggal 27,September,,2016, pukul 11.26.Wib.
http://panduanhukum.blogspot.co.id/2012/05/fungsidandasarpembuatansur at.html?m=1,diakses pada Tanggal 21 Januari 2017 Pukul 00.51 Wib.
BAB III
PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA PEMERASAN DENGAN MENGGUNAKAN SENJATA TAJAM YANG
DILAKUKAN SECARA BERSAMA-SAMA (Analisis Kasus Putusan Pengadilan Negeri Sibolga Nomor
266/Pid.b/2014/Pn.Sbg)
A. Pengaturan Tentang Tindak Pidana Pemerasan dengan Menggunakan Senjata Tajam yang Dilakukan Secara Bersama-sama dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).
Seperti yang kita ketahui bersama bahwa dasar hukum yang berlaku
di Indonesia dan paling banyak digunakan untuk memutus suatu perkara
pidana adalah Kitab Undang-Undang HuKum Pidana yang selanjutnya akan
Penulis sebut sebagai KUHP. Dalam sebagian besar kasus yang tejadi dalam
ruang lingkup hukum pidana, hakim mengadili terdakwanya menggunakan
Pasal yang terdapat dalam KUHP.
Peraturan hukum positif utama yang berlaku di Indonesia adalah KUHP,
dimana KUHP sendiri merupakan kodifikasi dari hukum pidana dan berlaku
untuk semua golongan penduduk, yaitu golongan timur asing, bumiputera, dan
Eropa. Dengan demikian dapat dikatakan ada suatu bentuk kesamaan atau
keseragaman dalam peraturan hukum pidana yang berlaku di Indonesia.51
Sejak adanya UU No 73 tahun 1958 yang menentukan berlakunya
UU no 1 tahun 1946 tentang peraturan hukum pidana untuk seluruh
Indonesia, hukum pidana materiil Indonesia menjadi seragam untuk seluruh
tanah air. Menurut Pasal VI UU no 1 tahun 1946, nama resmi dari KUHP
awalnya adalah “Wetboek Van strafrecht voor Nederlandsch-Indie” yang
diubah menjadi “Wetboek van Strafrecht” atau dapat pula disebut sebagai
“Kitab UndangUndang Hukum Pidana”52
KUHP mempunyai aturan yang digunakan dalam tindak pidana pemerasan
yang dilakukan secara bersama-sama, dimana yang disoroti oleh hukum pidana
tidak hanya mengenai tindak pidana pemerasannya saja, melainkan juga
mengenai kebersamaan beberapa orang untuk melakukan tindak pidana tersebut.
Terdapat 2 pasal yang bisa dikenakan dalm kasus tersebut, yaitu :
a. Pasal 368 ayat (1) KUHP
b. Pasal 55 ayat (1) KUHP.
Berikut bunyi redaksional dari kedua pasal tersebut:
Pasal 368 ayat (1) KUHP :
“Barangsiapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau
orang lain secara melawan hukum, memaksa seorang dengan kekerasan atau ancaman kekerasan, untuk memberikan barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang itu atau orang lain, atau supaya memberi hutang maupun menghapuskan piutang, diancam, karena pemerasan dengan pidana penjara paling lama
sembilan tahun”
Pasal 55 ayat (1) KUHP :
“dipidana sebagai pembuat (dader) sesuatu perbuatan pidana: Ke-1. Mereka yang melakukan, yang menyuruh lakukan dan yang turut serta melakukan perbuatan;Ke-2. Mereka yang dengan memberi atau menjanjikan sesuatu, dengan menyalah gunakan kekuasaan atau martabat, dengan kekerasan, ancaman, atau penyesatan, atau dengan memberi kesempatan, sarana atau keterangan, sengaja menganjurkan orang lain
supaya melakukanperbuatan”.
Selanjutnya apabila di kaji kata-perkata dalam pasal tersebut sebagai
berikut:
Pasal 55 : (1) dihukum sebagai orang yang melakukan peristiwa
pidana: Dalam bahasa aslinya yaitu Belanda pelaku kejahatan disebut sebagai
Dader, yang disebut sebagai dader disini adalah pelaku. namun terdapat kerancuan mengenai siapa yang sebenarnya disebut sebagi pelaku. Menurut
memori penjelasan mengenai pembentukan Pasal 55 KUHP, yang harus
dipandang sebagai dader bukan saja mereka “yang telah menggerakkan orang
lain untuk melakukan tindakan pidana”, melainkan juga “mereka yang telah
menyuruh melakukan” dan “mereka yang telah turut melakukan suatu tindakan
pidana”.
Petikan Pasal 55 KUHP dalam bahasa aslinya berbunyi :
“Als daders van een strafbaar feit worden gestraf” Diartikan bahwa pembentuk
undang-undang tersebut tidak memberikan penjelasan tentang siapa yang
seharusnya disebut sebagai pembuat dalam suatu tindak pidana. Para pembuat
undang-undang tersebut mungkin telah merasa bahwa siapa yang pantas
diisebut sebagai pelaku telah jelas adanya, namun dalam kenyataanya hal ini
sangatlah sulit diterapkan dalam menentukan siapa sebenarnya yang telah
melakukan suatu perbuatan pidana.53
Dalam ketentuan yang dimaksud dalam Pasal 55 KUHP terdapat
beberapa jenis orang yang masuk dalam kualifikasi pelaku yaitu:
1) Orang yang melakukan atau dalam Bahasa Belanda disebut dengan
pleger ialah seseorang yang dengan sendirian telah melakukan
perbuatan yang pada intinya mewujudkan segala elemen yang
terdapat dari suatu peristiwa pidana.
2) Orang yang menyuruh melakukan perbuatan itu, dalam Bahasa
Belanda disebut sebagai doen plegen. Disini sedikitnya terdapat dua
orang yang melakukan, yang satu berlaku sebagai pleger dan yang
satu berlaku sebagai doen plegen. Jadi bukan doen plegen sendiri
yang melakukan tindak pidana yang diinginkannya tetapi ia menyuruh
pleger untuk melakukannya. Kebanyakan orang berlaku sebagai doen plegen agar apabila perbuatan pidana yang ia maksud pada akhirnya
diketahui oleh orang lain dan harus dijatuhi hukuman pidana, ia tidak
merasakan imbas dari pemidanaan tersebut. Ada pula orang yang
sengaja menjadi doen plegen dan menyuruh seorang pleger yang tidak
dapat dihukum karena dinilai tidak dapat mempertanggung jawabkan
perbuatannya, yang antara lain sering tejadi dalam kasus antara lain :
a) Seorang doen plegen menyuruh pleger untuk melakukan suatu
perbuatan pidana, dimana karena keadaan jiwanya perbuatan yang
dilakukan oleh pleger tidak dapat dipertanggung jawabkan menurut
Pasal 44 KUHP.
b) Seorang doen plegen memaksa dengan ancaman yang disertai
kekerasan kepada pleger untuk melakukan suatu perbuatan pidana.
Disini keadaan pleger terdesak dan ia dalam keadaan overmacht,
jawabkan karena ia melindungi dirinya dengan adanya Pasal 48
KUHP.
c) Doen plegen yang mempunyai kekuasaan karena jabatannya
menyuruh pleger untuk melakukan suatu perbuatan. Dalam hal ini
seorang bawahan, terlebih bagi seorang militer wajib menjalankan
segala perintah dari atasannya. Disini doen plegen berharap
perbuatan yang dilakukannya tidak dapat dipidana karena yang
melakukan bukan ia sendiri melainkan melalui plegernya, dan si
pleger akan membela diri dengan anggapan ia sedang melakukan
perintah jabatan.
3) Orang yang turut melakukan (medepleger) Turut melakukan dalam arti
kata bersama-sama melakukan. Dalam hal ini sedikitnya harus ada
tiga orang yang melakukan suatu perbuatan pidana. Seorang sebagai
doen pleger yang menyuruh seorang pleger untuk melakukan tindakan
pidana yang diinginkannya, kemudian si pleger mengajak orang lain
yang akan turut serta melakukan atau disebut sebagai medepleger ini.
Medepleger harus turut serta bersama pleger dalam melakukan perbuatan pidana secara langsung, jadi dalam peristiwa konkretnya
ia turut serta melakukannya. Bukan sekedar membantu pelaksanaan
persiapan perbuatan, karena bila demikian yang terjadi, maka
terdapat pengistilahan tersendiri yang disebut sebagai membantu
4) Orang yang dengan pemberian, salah memakai kekuasaan, memakai
kekerasan dengan sengaja membujuk orang lain untuk melakukan
perbuatan pidana. Orang itu harus secara sengaja membujuk orang
lain, salah satu upayanya dapat dilakukan dengan memberikan suatu
imbalan tertentu, atau dengan kekuasaannyaia dapat menyuruh orang
lain untuk melakukan perbuataan pidana tersebut. Dalam hal ini terdapat
dua orang yaitu si pembujuk dan si terbujuk. Apabila tindakan yang
dilakukannya terbukti sebagai suatu tindak pidana dan oleh
Pengadilan diproses kasusnya, maka si pembujuk tidak dapat dihukum
atas perbuatannya tersebut, namun si terbujuk dapat dikenai pidana.
Hal ini terjadi karena pembujukan dan persetujuan atas hal yang
dibujukkan harusnya melalui kesepakatan antara kedua belah pihak.
Sehingga pihak terbujuk dinilai telah menyetujui perbuatan yang
disuruhkan oleh sipembujuk kapadanya dan ia harus mempertanggung
jawabakan persetujuan dan perbuatannya tersebut. Sedangkan hal-hal
yang banyak digunakan untuk membujuk adalah :
a) Dengan pemberian atau janji. Yang tidak harus dalam wujud
konkret seperti uang atau barang, namun dapat pula berupa
kata-kata yang menjanjikan suatu perbuatan yang akan dilakukan oleh
si pembujuk apabila si terbujuk telah berhasil melakukan apa
yang diinginkan oleh si pembujuk kepadanya.
b) Menggunakan kekuasaan atau pengaruh. Dimana tidak dibatasi oleh
berupa kekuasaan yang timbul dari suatu hubungan misalnya
dalam hubungan keluarga antara seorang suami kepada istrinya
atau seorang ibu kepada anaknya.
c) Tipu daya. Dalam hal ini ada pembatasan dalam hal tipu daya yang
digunakan. Sehingga yang dibujuk tidak dapat mempertanggung
jawabkan perbuatannya. Karena ia telah ditipu oleh si pembujuk
dan ia tidak menyadari bahwa apa yang telah dilakukannya
merupakan suatu perbuatan pidana.
d) Memberi kesempatan, daya upaya, atau keterangan. Model ini dalam
bahasa Belanda disebut sebagai uitlokking. Dalam hal ini terdapat
kemiripan dengan medeplichtig, dimana sama-sama melibatkan orang
lain dalam melakukan suatu perbuatan pidana. Perbedaannya adalah
apabila dalam kasus dengan medeplechtigh yang melakukan adalah
sipelaku sendiri namun dengan menggunakan fasilitas atau bantuan
dari orang lain. Maka pada kasus yang terjadi dengan uitlokking,
yang memberi kesempatan atau fasilitas adalah si pelaku, namun
ia menyarankan atau memberi kesempatan kepada orang lain untuk
melakukannya, sedangkan inisiatif melakukan tetap ada di diri si
pelaku sendiri.54
Mengenai hal ini Profesor Pompe dalam buku P.A.F. Lamintang
berpendapat bahwa “yang harus dipandang sebagai pelaku itu adalah semua
yang disebutkan dalam Pasal 55 KUHP. Hal mana telah dikuatkan oleh
Komentar-Memori penjelasan di mana telah dikatakan bahwa semua orang yang telah
disebutkan dalam Pasal 55 KUHP adalah pelaku”.55 Sedangkan Profesor
Langemeijer berpendapat mengenai Pasal 55 KUHP sebagi berikut “apabila
orang mendengar perkataaan pelaku, maka menurut pengertiannya yang
umum di dalam tata bahasa, teringatlah orang mula-mula pada orang-orang
yang secara sendirian telah memenuhi seluruh rumusan delik. Adalah sudah
jelas bahwa Undang-Undang tidak pernah mempunyai maksud untuk
memandang mereka yang telah menyuruh lakukan atau mereka yang
menggerakkan orang lain untuk melakukan suatu tindak pidana itu sebagi
pelaku dalam pengertian seperti yang dimaksud di atas. Sebab apabila mereka
itu harus pula melaksanakan sendiri tindakan pelaksanaanya”.56 Pendapat
Profesor Pompe dan Langemeijer ini tentulah berbeda, sehingga untuk
menghindarkan pemberian arti yang berbeda-beda terhadap perkataan dader
dalam Pasal 55 KUHP, Profesor Langemeijer menyarankan agar digunakan
digunakan istilah pleger atau orang yang melakukan. Dan hal ini telah
dilakukan, dengan pengistilahan pleger dalam pengertian pelaku dalam Pasal 55
KUHP.
Pasal 368 Ayat (1) KUHP :
“Barang siapa dengan maksud hendak menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan melawan hukum memaksa orang lain dengan kekerasan maupun ancaman kekerasan, supaya orang itu memberikan barang yang sama sekali atau sebagiannya termasuk kepunyaan orang itu sendiri, kepunyaan orang lain, atau supaya orang itu membuat hutang atau menghapus piutang dihukum penjara paling lama sembilan tahun”
Kejadian ini disebut sebagai afpersing atau pemerasan dengan
kekerasan. Dimana hal yang dilakukan oleh orang yang dikatakan sebagai
pemeras adalah:
a. Memaksa orang lain. Yaitu melakukan tekanan kepada orang lain,
sehingga orang itu melakukan sesuatu yang berlawanan dengan
kehendaknya sendiri.
b. Memberikan barang yang sama sekali atau sebagiannya termasuk
kepunyaan orang itu sendiri, kepunyaan orang lain, atau supaya orang itu
membuat hutang atau menghapus piutang. Disini yang disebut sebagai
barang adalah segala sesuatau yang berwujud dan tidak selalu mempunyai
nilai ekonomis. Hewan juga merupakan hal yang dapat disebut sebagai
barang dalam pengertian ini, karena hewan dapat digunakan sebagai
objek perbuatan pidana pemerasan oleh seseorang kepada orang lain.
Sedangkan daya listrik daan gas dapat dimasukkan dalam kategori barang
karena walaupun tidak berwujud secara nyata dan dapat dipegang secara
langsung, namun gas dan daya listrik dapat dialirkan melalui suatu
media untuk dipindahkan. Jadi terdapat kemungkinan dimana seseorang
memeras orang lain untuk memberikan gas yang kemudian dimasukkan
dalam suatu tabung, atau untuk memberikan aliran listriknya kepada si
pemeras tersebut. Sedangkan pengertian miliknya sendiri atau sebagian milik
orang lain dapat diartikan sebagai barang yang mempunyai dua pemilik, dan
kemudian salah seorang pemiliknya memaksa pemilik yang satunya
kepemilikkan barang itu mutlak miliknya dan tidak perlu ia bagi dengan
orang lain. Hal ini pada kasus konkret sering terjadi pada pembagian warisan,
dimana ahli waris saling berebut untuk dapat menguasai barang objek
warisan secara tunggal dan mutlak dalam kekuasaannya, sehingga ia
memeras pihak lainnya untuk meyerahkan barang tersebut dalam
kekuasaanya sendiri.
c. Memaksa orang lain dengan. Dalam hal memaksa ia telah memaksakan
kehendak kepada orang lain untuk melakukan apa yang diperintahkannya,
hal ini dapat dikatakan sebagai melawan hak dari orang yang dipaksanya
tersebut. Melawan hak sendiri merupakan suatu perbuatan yang melawan
hukum, karena seseorang tidak dapat begitu saja memaksakan suatu hal
kepada orang alian, karena hal ini melanggar hak asasi dari korbannya
tersebut.
d. Menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan. Melakukan kekerasan
artinya mempergunakan tenaga atau kekuatan jasmani yang tidak kecil
secara tidak sah, misalnya dengan memukul tangan, menyepak, menendang
dan berbagai perbuatan fisik yang lain baik secara tangan kosong atau
dengan segala macam senjata. Kekerasan dapat pula dipersamakan
dengan membuat orang lain dalam keadaan tidak berdaya, yang artinya
tidak mempunyai kekuatan atau tenaga sama sekali, sehingga tidak dapat
mengadakan perlawanan sedikitpun. Misalnya dengan mengikat tangan dan
kaki menggunakan tali atau dengan mengurung korbannya di kamar,
tersebut. Orang yang tidak berdaya itu masih dapat mengetahui apa yang
terjadi atas dirinya.
1. Tindak Pidana yang Dilakukan Secara Bersama-sama/Penyertaan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).
a. Pengertian Penyertaan
Kata “penyertaan” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti proses,
cara, perbuatan menyertakan atau perbuatan ikut serta (mengikuti). Kata
“penyertaan” berarti turut sertanya seseorang atau lebih pada waktu seorang lain
melakukan suatu tindak pidana.
Sementara menurut Moeljatno berpendapat bahwa ada penyertaan apabila
bukan satu orang yang tersangkut dalam terjadinya perbuatan pidana akan tetapi
beberapa orang. Tersangkutnya dua orang atau lebih dalam suatu tindak pidana
dapat terjadi dalam hal :
1) Beberapa orang bersama-sama melakukan suatu delik, atau ;
2) Mungkin hanya seorang saja yang berkehendak (berniat) dan
merencanakan delik, tetapi delik tersebut tidak dilakukannya tetapi ia
mempergunakan orang lain untuk mewujudkan delik tersebut, atau ;
3) Mungkin seorang saja yang melakukan delik sedang orang lain orang itu
dalam mewujudkan delik.
Pengertian lain dari deelneming/penyertaan adalah tindak pidana yang
dilakukan oleh lebih dari satu orang, artinya ada orang lain dalam jumlah tertentu
yang turut serta, turut campur, turut berbuat membantu melakukan agar suatu
tindak pidana itu terjadi, atau dalam kata lain, orang yang lebih dari satu orang
pertanggungjawaban dan peranan masing-masing peserta dalam peristiwa pidana
tersebut.57
Masalah deelneming atau keturutsertaan itu oleh pembentuk
undang-undang telah diatur dalam pasal-pasal 55 dan 56 KUHP. Akan tetapi apa yang
disebut deder itu telah disebutkan oleh pembentuk undang-undang dalam pasal 55
KUHP, sehingga lebih tepatnya kira apabila pembicaraan mengenai
ketentuan-ketentuan pidana dalam pasal-pasal 55 dan 56 KUHP itu disebut sebagai suatu
pembicaraan mengenai masalah pelaku (dader) dan keturutsertaan (deelneming)
daripada disebut semata-mata sebagai pembicaraan mengenai keturutsertaan saja
yakni seperti yang biasanya yang dilakukan oleh penulis Belanda.
Untuk mengetahui kejelasan mengenai apa yang telah dikatakan diatas
baiklah kita melihat rumusan-rumusan ketentuan pidana dalam pasal-pasal 55 dan
56 KUHP menurut rumusannya:
Ketentuan pidana dalam pasal 55 KUHP berbunyi :
1. Dihukum sebagai Pelaku-pelaku dari suatu tindak pidana yaitu :
a. Mereka yang Melakukan, Menyuruh Melakukan atau Turut Melakukan;
b. Mereka yang dengan pemberian-pemberian,janji-janji, dengan
menyalahgunakan kekuasaan atau keterpandangan, dengan kekerasan,
ancaman atau dengan menimbulkan kesalahpahaman atau dengan
memberikan kesempatan, sarana-sarana atau keterangan-keteranga, dengan
57
Http://pembelajaranhukumindonesia.blogspot.com/2011/09/deelneming.html?m%3D1&
sengaja telah menggerakkan orang lain untuk melakukan tindak pidana yang
bersangkutan.
2. Mengenai mereka yang disebutkan terakhir ini, yang dapat
dipertanggungjawabkan terhadap mereka itu hanyalah tindakan-tindakan yang
dengan sengaja telah mereka gerakkan untuk dilakukan orang lain,berikut
akibat-akibatnya.
Sedangkan ketentuan pidana pada pasal 56 KUHP berbunyi :
1. Dipidana sebagai pembantu kejahatan :
a. Mereka yang sengaja memberi bantuan pada waktu kejahatan dilakukan;
b. Mereka yang sengaja memberi kesempatan, sarana atau keterangan
untuk melakukan kejahatan.
Berdasarkan Pasal 55 dan Pasal 56 KUHP, dapatlah diketahui bahwa
menurut KUHP itu dibedakan dalam dua kelompok yaitu:58
1. Pertama, kelompok orang-orang yang perbuatannya disebabkan oleh Pasal
55 ayat (1), yang dalam hal ini disebut dengan para pembuat
(mededader), adalah mereka:
a. Yang melakukan (plegen), orangnya disebut dengan pelaku atau pleger.
b. Yang menyuruh melakukan (doen plegen), orangnya disebut dengan
penyuruh atau doen pleger;
c. Yang turut serta melakukan (medeplegen), orangnya disebut dengan
pelaku turut serta atau medepleger
d. Yang sengaja menganjurkan (uitlokken), orangnya disebut dengan penganjur
atau uitlokker
2. Kedua, yakni orang yang disebut dengan pembantu (medeplichtige)
kejahatan, yang dibedakan menjadi dua:
a. Pemberian bantuan pada saat pelaksanaan kejahatan; dan
b. Pemberian bantuan sebelum pelaksanaan kejahatan.
2. Bentuk-bentuk Penyertaan /Deelneming
Bentuk-bentuk deelneming atau keturutsertaan yang ada dalam
ketentuan-ketentuan pidana dalam pasal-pasal 55 dan 56 KUHP itu adalah :
a. Mereka yang melakukan (Pleger)
Plegen adalah orang yang melaakukan sendiri perbuatan yang memenuhi
rumusan delik yaitu orang yang bertanggug jawab(peradilan Indonesia). Orang
yang mempunyai kekuasaan/kemampuan untuk mengakhirikeadaan yang
terlarang, tetapi membiarkan keadaan yang dilarang berlangsung (peradilan
Belanda). Orang yang berkewajiban melarang orang terlarang (Pompe).
Kedudukan pleger dalam Pasal 55 : Janggal karena pelaku bertanggung jawab
atas perbuatannya(pelaku tunggal) Dapat dipahami : (Pasal 55 menyebut
siapa-siapa yang disebut sebagai pembuat, Jadi pleger masuk didalamnya). Mereka
yang bertanggung jawab yang bertanggungjawab sebagai pembuat (Pompe).
Mereka yang termasuk Golongan ini adalah pelaku tinddak pidana yang
melakukan perbuatannya sendiri, baik dengan alat maupun tidak memakai
ada dalam suatu perumusan karakteristik delik pidana dalam setiap pasal. Ada
pembuat materil dan ada pembuat formil yang secara berbeda59.
b. Orang Yang Menyuruh Melakukan (Doen Pleger)
Orang yang menyuruh melakukan berarti orang yang berniat atau
berkehendak untuk melakukan suatu tindak pidana namun tidak melakukannya
sendiri, tetapi melaksanakan niatnya dengan menyuruh orang yang tidak mampu
mempertanggungjawabkan perbuatannya. Orang yang disuruh melakukan disebut
manus manistra.
Orang yang disuruh melakukan perbuatan tersebut atau manus manistra
tidak dapat dimintai pertanggungjawaban atas perbuatan yang disuruhkan tersebut
sehingga tidak dapat dihukum. Hal ini sesuai dengan yurisprudensi Mahkamah
Agung Putusan Nomor 137 K/ Kr/ 1956 tanggal 1 Desember 1956.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa seseorang hanya dapat
dikatakan sebagai orang yang menyuruh melakukan apabila orang yang disuruh
adalah orang yang tidak dapat bertanggungjwab atas perbuatan yang disuruhkan.
Menurut Prof. Simons sebagaimana dalam buku P.A.F. Lamintang60,
untuk adanya suatu doen Plegen seperti yang dimaksudkan di dalam pasal 55 ayat
1 angka 1 KUHP itu, orang yang disuruh melakukan itu haruslah memenuhi
beberapa syarat tertentu, antara lain :
1) Apabila orang yang disuruh melakukan suatu tindak pidana itu adalah
seorang yang ontoerekeningsvatbaar seperti yang dimaksud dalam pasal
44 KUHP.
2) Apabila orang yang disuruh melakukan suatu tindak pidana yang
mempunyai suatu dwaling atau suatu kesalapahaman mengenai salah satu
unsur dari tindak pidana yang bersangkutan.
3) Apabila orang yang disuruh melakukan suatu tindak pidana itu sama
sekali tidak mempunyai unsur schuld, baik dolus maupun culpa, ataupun
apabila orang tersebut tidak memenuhi unsur opzet seperti yang
disyaratkan oleh undang-undang bagi tindak pidana tersebut.
4) Apabila orang disuruh melakukan suatu tindak pidana itu tidak
memenuhi unsur oogmerk, padahal unsur tersebut telah disyaratkan
didalam rumusan undang-undang mengeai tindak pidana tersebut diatas.
5) Apabil orang disuruh melakukan suatu tindak pidana itu telah
melakukannya dibawah pengaruh suatu overmacht atau dibawa pengaruh
suatu keadaan yang memaksa, dan terhadap mana paksaan orang tersebut
tidak mampu memberikan suatu perlawanan.
6) Apabila orang yang disuruh melakukan suatu tindak pidana dengan itikad
baik telah melaksanakan suatu perintah jawaban tersebut diberikan oleh
seorang atasan yang tidak berwenang memberikan perintah semacam itu.
7) Apabila orang yang disuruh melakukan suatu tindak pidana itu tidak
mempunyai suatu hoedanigheid atau suatu sifat tertentu, seperti yang
disyaratkan oleh undang-undang yakni sebagai suatu sifat yang harus
c. Orang Yang Turut Melakukan (Made Pleger)
Menurut MvT WvS Belanda diterangkan bahwa turut serta melakukan ialah
setiap orang yang sengaja turut berbuat dalam melakukan suatu tindak pidana.
Ada 2 pandangan mengenai turut serta melakukan yaitu pandangan yang
sempit yang dianut oleh Van Hamel dan Trapman yang berpendapat bahwa turut
sera melakukan terjadi apabila perbuata masing-masing peserta memuat semua
unsur tindak pidana pandangan ini lebih condong pada ajaran objektif . Sedangkan
pandangan yang kedua adalah pandangan luas mengenai pembuat peserta tidak
mensyaratkan bahwa perbuatan pelaku peserta harus sama dengan perbuatan
seorang pembuat perbuatanya tidak perlu memenuhi semua rumusan tindak
pidana memenuhi semua rumusan tindak pidana. Sudalah cukup memenuhi
sebagian saja dari rumusan tindak pidana asalkan kesengajaannya sama dengan
kesengajaan dari pembuat pelaksananya.
Pandangan ini lebih mengarah pada ajaran subjektif pandangan luas ini
adalah pandangan yang lebih modern dari pada pandangan lama yang lebih
sempit.
Hoge raad dalam arrest-nya ini telah meletakkan dua kriteria tentang adanya bentuk pembuat peserta, yaitu :
1) Antara para peserta ada kerjasama di insyafi.
2) Para peserta telah sama-sama melaksanakan tindak pidana yang
dimakudkan.
Jadi, perbedaan antara pembuat peserta dengan pembuat pelaksana
adalah perbuatan penyelesaian tindak pidana, sedangkan perbuatan pembuat
peserta adalah sebagian dari perbuatan pelaksana tindak pidana terdapat
perbedaan juga antara pembuat pelaksana dengan pembuat pesert, adalah dalam
hal tindak pidana yang mensyaratkan subjek hukum atau pembuatnya harus
berkualitas tertentu.
Orang yang dengan sengaja turut berbuat atau turut mengerjakan sesuatu
yang dilarang menurut undang-undang :
Turut mengerjakan sesuatu :
1) Mereka yang memenuhi rumusan delik
2) Salah satu memenuhi semua rumusan delik.
3) Masing-masing hanya memenuhi sebagian rumuusan delik
Syarat :
1) Adanya kerja sama secara sadar (bewuste semenwerking)
2) Adanya kerjasama secara fisik (gazamenlijke uitvoering /physieke
samenwerking).
d. Orang yang sengaja membujuk (Uitlokker).
Orang yang sengaja membujuk diatur dalam Pasal 55 ayat (1) sub. 2 (dua)
KUHP. Beberapa pakar berpendapat bahwa uitlokker termasuk deelneming yang
berdiri sendiri.
Secara umum orang yang sengaja membujuk dapat diartikan sebagai
perbuatan yang menggerakkan orang lain melakukan suatu perbuatan terlarang
Orang yang sengaja membujuk dengan orang yang menyuruh melakukan
memiliki persamaan yaitu sama-sama menggerakkan orang lain untuk melakukan
kehendaknya. Sedangkan perbedaannya adalah pada medepleger orang yang
disuruh melakukan tidak dapat dipertanggungjwabkan sedangkan dalam uitlokker
orang yang disuruh melakukan dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Perbedaan antara medepleger dengan uitlokker adalah pada medepleger cara
membujuk tidak ditentukan sedangkan dalam uitlokker cara membujuk
ditentukan.
Menurut Laden Marpaung unsur-unsur yang ada didalam uitlokker
yaitu:61
1) Kesengajaan pembujuk ditujukan kepada dilakukannya delik atau tindak
pidana tertentu oleh yang dibujuk.
2) Membujuk dengan cara yang ditentukan dalam pasal 55 ayat (1) sub dua
KUHP yaitu dengan pemberian, perjanjian, salah memakai kekuasaan,
menyalah gunakan kekuasaan, kekerasan, ancaman, tipu daya, dan
memberiikan kesempatan, ikhtiar atau keterangan.
3) Orang yang dibujuk sungguh-sungguh telah terbujuk untuk melakukan
tindak pidana tertentu
4) Orang yang terbujuk benar-benar melakukan tindak pidana, atau
setidak-tidaknya percobaan atau poging.
e. Membantu Melakukan Tindak Pidana (Medeplichtgheid).
Medeplichtgheid merupakan suatu onzelfstandige deelneming atau suatu
penyertaan yang berdiri sendiri yang berarti bahwa apaka seorang
Medeplichtgheid itu dapat dihukum atau tidak, hal mana bergantung pada
kenyataan, yaitu apakah pelakunya sendiri telah melakukan suatu tindak pidana
atau tidak.
Membantu atau Medeplichtgheid diatur dalam Pasal 56 KUHP sebagai
pembantu melakukan kejahatan dihukum :
1) Mereka dengan sengaja membantu waktu kejahatan dilakukan.
2) Mereka dengan sengaja memberikan kesempatan,ikhtiar atau keterangan
untuk melakukan kejahatan.
Dari rumusan Pasal 56 KUHP Dapat diketahui,bahwa pemberian bantuan
seperti yang dimaksudkan diatas haruslah diberikan dengan opzettelijk atau
haruslah diberikan dengan sengaja.
Dalam Pasal 57 KUHP, perlu dikatakan bahwa untuk menentukan
hukuman bagi pembantu hanya diperhatikan perbuatan dengan sengaja
memperlancar atau memudahkan bagi pelaku untuk mengakibatkan dari suatu
tindak pidana.
Membantu bersifat memberiikan bantuan atau memberiikan sokongan
kepada pelaku. Berarti orang yang membantu tidak melakukan tindak pidana
hanya memberiikan kemudahan bagi pelaku.
Unsur membantu dalam hal ini memiliki dua unsur yaitu unsur objektif
memudahkan terjadinya suatu tindak pidana. Kemudian unsur subjektif terpenuhi
apabila pelaku mengetahui dengan pasti bahwa perbuatannya tersebut dapat
mempermudah terjadinya tindak pidana.
B. Pertanggungjawaban Pidana dalam Tindak Pidana Pemerasan dengan Menggunakan Senjata Tajam yang Dilakukan Secara Bersama-sama (Analisis Putusan Pengadilan Negeri Sibolga Nomor 266/Pid.b/2014/PN.Sbg)
1. POSISI KASUS a. Kronologis
Pada hari Minggu tanggal 08 Juni 2014 sekitar pukul 03.30 Wib, saat
korban David Perdana Sianturi mengemudikan becak motornya dengan membawa
ke lima teman-temannya yang bernama Rince, Erdon, Alfaris, Putra, Ges dan
Raju ke dalam Terminal Sibolga dengan tujuan mencari kedai tempat menonton
bola, dan pada saat itu setelah berada didalam Terminal Sibolga tidak ada kedai
yang buka, sehingga para bermaksud keluar dan hendak meninggalkan terminal
Sibolga, namun tiba-tiba datang terdakwa I Aryono Manurung alias BEJO
dengan membawa 1 (Satu) buah parang berukuran panjang dengan ukuran
kurang lebih 30 (tiga puluh) cm mengejar becak motor yang dikemudikan
David Perdana Sianturi dan langsung menodongkan sebilah parang tersebut
keleher David Perdana Sianturi sambil menyuruh mematikan becak dan
mengeluarkan semua barang-barang para korban, lalu David Perdana Sianturi
langsung memarikan becak motornya dan menjawab ”ngak ada bang”, kemudian
terdakwa I Aryono Manurung alias Bejo mengancam lagi ”ini parang nanti
korban lalu terdakwa I mengambil barang milik Erdon berupa kaca mata dan
barang milik Alfaris berua sepatu, setelah itu datang terdakwa II Patar Agus
Kristanto Simanjuntak langsung mengambil Hand Phone samsung dari saku
celana korban David Perdana Sianturi, lalu mengambil 1 (satu) unit HP Nokia
warna hitam milik saksi Putra Ges, serta mengambil kemeja dan sepatu
milik Rince, sedangkan terdakwa III. Rudi Rizky Agustian Sinaga alias
Bajingan mengambil uang Rp. 10.000,-(sepuluh ribu rupiah) dan Topi milik saksi
Alfaris, setelah para terdakwa mengambil semua barang-barang milik para
korban lalu terdakwa I Aryono Manurung alias Bejo mengatakan ”kalian
tunggu disini, jangan macam-macam kalian nanti kubakar becak kalian”, dan
setelah itu terdakwa-terdakwa langsung pergi meninggalkan terminal Sibolga dan
para korban setelah 5 (lima) menit kemudian David Perdana Sianturi pulang ke
Pintu Angin untuk memanggil dan mengadukan kejadian tersebut ke bang
Ramces, selanjutnya para korban dengan didampingi Bang Ramces
mengadukan kejadian tersebut kepada Polres Kota Sibolga. Perbuatan terdakwa
tersebut sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal 368 ayat (1)
KUHP.
b. Dakwaan
Dalam putusan ini, jaksa menguraikan tuntutannya sebagai berikut:
Bahwa para terdakwa I Aryono Manurung alias Bejo, terdakwa II.
Patar Agus Kristanto Simanjuntak dan terdakwa III Rudi Rizky Agustian
Sinaga alias Bajingan pada hari Minggu tanggal 08 Juni 2014, sekira pukul
bertempat di Jalan SM Raja Kelurahan Pancuran Gerobak Kecamatan
Sibolga Kota, Kota Sibolga, atau setidak-tidaknya pada suatu tempat yang
termasuk dalam wilayah hukum Pengadilan Negeri Sibolga, ”Barang siapa
dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau orang secara melawan
hukum, memaksa seseorang dengan kekerasan atau ancaman kekerasan untuk
memberikan barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan
orang itu atau orang lain, atau supaya membuat utang maupun menghapuskan
piutang, diancam karena pemerasan”, perbuatan terdakwa tersebut sebagaimana
diatur dan diancam pidana dalam pasal 368 ayat (1) KUHP.
c. Tuntutan
Tuntutan pidana yang diajukan oleh Penuntut Umum yang pada
pokoknya sebagai berikut :
1) Menyatakan terdakwa I Aryono Manurung Alias Bejo, terdakwa II
Patar Agus Kristanto Simanjuntak dan terdakwa III Rudi Rizky Agustian
Sinaga Alias Bajingan terbukti secara sah dan meyakinkan menurut
hukum melakukan “Pemerasan” melanggar pasal 368 ayat(1) Jo pasal 55
ayat (1) ke-1 KUHP sebagaimana dalam dakwaan ;
2) Menjatuhkan pidana penjara terhadap terdakwa I Aryono Manurung
Alias Bejo, terdakwa II Patar Agus Kristanto Simanjuntak dan terdakwa
III Rudi Rizky Agustian Sinaga Alias Bajingan dengan pidana
penjara masing-masing selama 3 (tiga) tahun dikurangi selama
3) Menyatakan barang bukti berupa :
a) 1 (satu) bilah parang bergagang kayu panjang sekira 50cm; Dirampas
untuk dimusnahkan;
b) 1(satu) pasang sepatu warna merah merk Nike;
c) 1(satu) unit hand phone merk Samsung warna Silver;
d) 1(satu) unit hand phone merk Nokia warna hitam;
e) 1(satu) buah kaca mata hitam; Dikembalikan kepada yang pemiliknya
yang berhak melalu saksi korban David Perdana Sianturi ;
4) Menetapkan agar terdakwa I Aryono Manurung Alias Bejo, terdakwa II
Patar Agus Kristanto Simanjuntak dan terdakwa III Rudi Rizky Agustian
Sinaga Alias Bajingan dibebani membayar ongkos perkara
masing-masing sebesar Rp 2.000.- (dua ribu rupiah); Setelah mendengar
pembelaan Para Terdakwa yang pada pokoknya menyatakan
berkeberatan atas tuntutan pidana yang diajukan oleh Penuntut
Umum tersebut, untuk itu Para Terdakwa memohon keringanan dan
Para Terdakwa telah menyatakan penyesalannya serta berjanji tidak
akan mengulanginya lagi, atas pembelaan Para Terdakwa tersebut
Penuntut Umum bertetap pada tuntutan pidananya.
4) Fakta-Fakta Hukum 1) Keterangan Saksi
a) Saksi David Perdana Sianturi dibawah sumpah pada pokoknya
Telah terjadi tindak pidana pencurian didahului dengan
kekerasan atau ancaman kekerasan yang terjadi terhadap saksi pada
hari Minggu tanggal 08 Juni 2014 sekira pukul 03.30 Wib, Jl. SM.
Raja, Kel. Panc. Gerobak, Kec. Sibolga Kota, Kota Sibolga(tepatnya
di dalam Terminal Sibolga), yang melakukan tindak pidana
pencurian didahului dengan kekerasan atau ancaman kekerasan
tersebut adalah Aryono Manurung alias Bejo, Patar Agus Kristanto
Simanjuntak, Rudi Rizky Agustian Sinaga alias Bajingan.
Barang milik saksi yang telah dicuri adalah 1 (satu) unit
hand phone Samsung warna hitam dan alat yang digunakan Para
Terdakwa untuk melakukan pencurian didahului dengan kekerasan
atau ancaman kekerasan tersebut adalah 1 (satu) buah parang
berukuran panjang dengan ukuran ± 30 cm.
Para Terdakwa melakukan pencurian didahului dengan
kekerasan atau ancaman kekerasan tersebut adalah dengan cara
salah seorang teman Hariono Manurung Als. Bejo yang tidak saksi
kenal mengejar becak motor yang saksi kemudikan pada saat di
dalam Terminal Sibolga dengan menggunakan 1 (satu) buah parang
berkuran panjang dengan ukuran ± 30 cm dan langsung menodongkan
parang tersebut tepat ke leher saksi dan laki-laki tersebut
mengatakan“matikan becak mu dan keluarkan semua barang - barang
kalian” dan saya menjawab “gak ada bang” kemudian laki-laki
setelah itu 3 (tiga) orang lainnya langsung datang ikut membantu
dan menggeledah seluruh kantong saksi dan kelima orang teman
saksi yang saksi bawa dan mengambil semua barang-barang
berupa hand phone, uang, baju, sandal, kaca mata, topi, dan sepatu
saksi dan kelima teman-teman saksi tersebut.
Kerugian yang saksi alami akibat pencurian didahului dengan
kekerasan atau ancaman kekerasan tersebut adalah Rp 600.000,-(enam
ratus ribu rupiah), yang ikut menjadi korban pencurian didahului
dengan kekerasan atau ancaman kekerasan tersebut adalah Rince,
Erdon, Alfaris, Putra Ges, dan Raju; Terhadap keterangan saksi,
Para Terdakwa memberikan pendapat yang menyatakan tidak
berkeberatan;
b) Saksi Alparis Sitanggang dibawah sumpah pada pokoknya
menerangkan sebagai berikut:
Bahwa telah terjadi tindak pidana pencurian didahului
dengan kekerasan atau ancaman kekerasan yang terjadi terhadap
saksi pada hari Minggu tanggal 08 Juni 2014 sekira pukul 03.30 Wib,
Jl. SM. Raja, Kel. Panc. Gerobak, Kec. Sibolga Kota, Kota
Sibolga(tepatnya di dalam Terminal Sibolga), yang melakukan
tindak pidana pencurian didahului dengan kekerasan atau ancaman
kekerasan tersebut adalah Aryono Manurung alias Bejo, Patar Agus
Barang milik saksi yang telah dicuri adalah topi, sepatu kain
merk Nike warna merah, uang sebesar Rp 10.000,-(sepuluh ribu)
Bahwa alat yang digunakan Para Terdakwa untuk melakukan
pencurian didahului dengan kekerasan atau ancaman kekerasan
tersebut adalah 1 (satu) buah parang berukuran panjang dengan
ukuran ± 30 cm dan cara Para Terdakwa melakukan pencurian
didahului dengan kekerasan atau ancaman kekerasan tersebut
adalah dengan cara salah seorang teman Hariono Manurung Als.
Bejo yang tidak saksi kenal mengejar becak motor yang saksi
kemudikan pada saat di dalam Terminal Sibolga dengan
menggunakan 1 (satu) buah parang berkuran panjang dengan ukuran ±
30 cm dan langsung menodongkan parang tersebut tepat ke leher
saksi David Perdana Sianturi dan laki-laki tersebut
mengatakan“matikan becak mu dan keluarkan semua barang - barang
kalian”dan saya menjawab“gak ada bang” kemudian laki-laki
tersebut mengatakan lagi “ini parang, nanti putus kepala kalian”
setelah itu 3 (tiga) orang lainnya langsung datang ikut membantu
dan menggeledah seluruh kantong saksi dan kelima orang teman
saksi yang saksi bawa dan mengambil semua barang-barang
berupa hand phone, uang, baju,sandal, kaca mata, topi, dan sepatu.
Kerugian yang saksi alami akibat pencurian didahului dengan
kekerasan atau ancaman kekerasan tersebut adalah Rp
didahului dengan kekerasan atau ancaman kekerasan tersebut adalah
Rince, Erdon, Putra Ges, Raju, dan David; Terhadap keterangan
saksi, Para Terdakwa memberikan pendapat yang menyatakan
tidak berkeberatan;
c) Saksi Erdon Pertemuan Hutahaean dibawah sumpah pada
pokoknya menerangkan sebagai berikut :
Telah terjadi tindak pidana pencurian didahului dengan
kekerasan atau ancaman kekerasan yang terjadi terhadap saksi pada
hari Minggu tanggal 08 Juni2014 sekira pukul 03.30 Wib, Jl. SM.
Raja, Kel. Panc. Gerobak, Kec. Sibolga Kota, Kota Sibolga (tepatnya
di dalam Terminal Sibolga), yang melakukan tindak pidana
pencurian didahului dengan kekerasan atau ancaman kekerasan
tersebut adalah Aryono Manurung alias Bejo, Patar Agus Kristanto
Simanjuntak, Rudi Rizky Agustian Sinaga alias Bajingan.
Barang milik saksi yang telah dicuri adalah kaca mata hitam
dan alat yang digunakan Para Terdakwa untuk melakukan
pencurian didahului dengan kekerasan atau ancaman kekerasan
tersebut adalah 1 (satu) buah parang berukuran panjang dengan
ukuran ± 30 cm dan cara Para Terdakwa melakukan pencurian
didahului dengan kekerasan atau ancaman kekerasan tersebut
adalah dengan cara salah seorang teman Hariono Manurung Als.
kemudikan pada saat di dalam Terminal Sibolga dengan
menggunakan 1 (satu) buah parang berkuran panjang dengan ukuran ±
30 cm dan menodongkan parang tersebut tepat ke leher saksi
David Perdana Sianturi dan laki-laki tersebut mengatakan“matikan
becak mu dan keluarkan semua barang - barang kalian”dan saya
menjawab“gak ada bang”kemudian laki-laki tersebut mengatakan
lagi “ini parang, nanti putus kepala kalian” setelah itu 3 (tiga)
orang lainnya langsung datang ikut membantu dan menggeledah
seluruh kantong saksi dan kelima orang teman saksi yang saksi
bawa dan mengambil semua barang-barang berupa hand phone,
uang, baju,sandal, kaca mata, topi, dan sepatu.
Kerugian yang saksi alami akibat pencurian didahului dengan
kekerasan atau ancaman kekerasan tersebut adalah Rp
105.000,-(seratus lima ribu rupiah) dan yang ikut menjadi korban pencurian
didahului dengan kekerasan atau ancaman kekerasan tersebut adalah
Rince, Alfaris, Putra Ges, Raju, dan David; Terhadap keterangan
saksi, Para Terdakwa memberikan pendapat yang menyatakan
tidak berkeberatan;
d) Saksi Prince Alex Orlando Parhusip dibawah sumpah pada
pokoknya menerangkan sebagai berikut:
Telah terjadi tindak pidana pencurian didahului dengan
kekerasan atau ancaman kekerasan yang terjadi terhadap saksi pada
Raja, Kel. Panc. Gerobak, Kec. Sibolga Kota, Kota Sibolga(tepatnya
di dalam Terminal Sibolga), yang melakukan tindak pidana
pencurian didahului dengan kekerasan atau ancaman kekerasan
tersebut adalah Aryono Manurung alias Bejo, Patar Agus Kristanto
Simanjuntak, Rudi Rizky Agustian Sinaga alias Bajingan, barang
milik saksi yang telah dicuri adalah 1(satu) pasang sepatu kain merk
Mogul dan 1(satu) buah baju kemeja.
Alat yang digunakan Para Terdakwa untuk melakukan
pencurian didahului dengan kekerasan atau ancaman kekerasan
tersebut adalah 1 (satu) buah parang berukuran panjang dengan
ukuran ± 30 cm dan cara Para Terdakwa melakukan pencurian
didahului dengan kekerasan atau ancaman kekerasan tersebut
adalah dengan cara salah seorang teman Hariono Manurung Als.
Bejo yang tidak saksi kenal mengejar becak motor yang saksi
kemudikan pada saat di dalam Terminal Sibolga dengan
menggunakan 1 (satu) buah parang berkuran panjang dengan ukuran ±
30 cm dan langsung menodongkan parang tersebut tepat ke leher
saksi David Perdana Sianturi dan laki-laki tersebut
mengatakan“matikan becak mu dan keluarkan semua barang - barang
kalian”dan saya menjawab“gak ada bang” kemudian laki-laki
tersebut mengatakan lagi “ini parang, nanti putus kepala kalian”,
setelah itu 3 (tiga) orang lainnya langsung datang ikut membantu
saksi yang saksi bawa dan mengambil semua barang-barang
berupa hand phone, uang, baju, sandal, kaca mata, topi, dan sepatu.
Kerugian yang saksi alami akibat pencurian didahului dengan
kekerasan atau ancaman kekerasan tersebut adalah Rp
105.000,-(seratus lima ribu rupiah), yang ikut menjadi korban pencurian
didahului dengan kekerasan atau ancaman kekerasan tersebut adalah
Rince, Alfaris, Putra Ges, Raju, dan David. Saksi Putra Ges Warasi
dibawah sumpah pada pokoknya menerangkan sebagai berikut:
Tindak pidana pencurian didahului dengan kekerasan atau
ancaman kekerasan yang terjadi terhadap saksi pada hari Minggu
tanggal 08 Juni 2014 sekira pukul 03.30 Wib, Jl. SM. Raja, Kel.
Panc. Gerobak, Kec. Sibolga Kota, Kota Sibolga(tepatnya di dalam
Terminal Sibolga), yang melakukan tindak pidana pencurian
didahului dengan kekerasan atau ancaman kekerasan tersebut
adalah Aryono Manurung alias Bejo, Patar Agus Kristanto
Simanjuntak, Rudi Rizky Agustian Sinaga alias Bajingan.
Barang milik saksi yang telah dicuri adalah 1 (satu) unit
hand phone Nokia warna hitam dan 1(satu) buah baju kemeja, alat
yang digunakan Para Terdakwa untuk melakukan pencurian
didahului dengan kekerasan atau ancaman kekerasan tersebut
adalah 1 (satu) buah parang berukuran panjang dengan ukuran ± 30
cm, cara Para Terdakwa melakukan pencurian didahului dengan
salah seorang teman Hariono Manurung Als. Bejo yang tidak saksi
kenal mengejar becak motor yang saksi kemudikan pada saat di
dalam Terminal Sibolga dengan menggunakan 1 (satu) buah
parang berkuran panjang dengan ukuran ± 30 cm dan langsung
menodongkan parang tersebut tepat ke leher saksi David
Perdana Sianturi dan laki-laki tersebut mengatakan“matikan becak
mu dan keluarkan semua barang - barang kalian”dan saya
menjawab“gak ada bang” kemudian laki-laki tersebut mengatakan
lagi “ini parang, nanti putus kepala kalian”, setelah itu 3 (tiga)
orang lainnya langsung datang ikut membantu dan menggeledah
seluruh kantong saksi dan kelima orang teman saksi yang saksi
bawa dan mengambil semua barang-barang berupa hand phone,
uang, baju, sandal, kaca mata, topi, dan sepatu.
Kerugian yang saksi alami akibat pencurian didahului dengan
kekerasan atau ancaman kekerasan tersebut adalah Rp
105.000,-(seratus lima ribu rupiah), yang ikut menjadi korban pencurian
didahului dengan kekerasan atau ancaman kekerasan tersebut
adalah Rince, Alfaris, Putra Ges, Raju, dan David; Terhadap
keterangan saksi, Para Terdakwa memberikan pendapat yang
menyatakan tidak berkeberatan;
2). Keterangan Terdakwa62
Terdakwa membenarkan keterangan para saksi.
3). Barang Bukti63
Penuntut Umum mengajukan barang bukti sebagai berikut:
a) 1(satu) bilah parang bergagang kayu panjang sekira 50cm
b) 1(satu) pasang sepatu warna merah merk Nike
c) 1(satu) unit hand phone merk Samsung warna Silver
d) 1(satu) unit hand phone merk Nokia warna hitam
e) 1(satu) buah kaca mata hitam.
3). Pembuktian
Jaksa Penuntut umum dalam pembuktian unsur-unsur tindak pidana
menyebutkan sebagai berikut bahwa Para Terdakwa telah didakwa
oleh Penuntut Umum dengan dakwaan tunggal sebagaimana diatur
dalam Pasal 368 ayat(1) KUHP jo Pasal 55 ayat(1) ke-1 KUHP yang
unsur-unsurnya adalah sebagai berikut :
a). Barang Siapa;
b). Dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau orang secara
melawan hokum
c). Memaksa seseorang dengan kekerasan untuk memberikan
barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian adalah
kepunyaan orang itu ata orang lain, atau supaya membuat
utang maupun menghapuskan piutang;
63
d). Orang yang melakukan, yang menyuruh melakukan dan turut
serta melakukan perbuatan ;
Menimbang, bahwa terhadap unsur-unsur tersebut Majelis Hakim
mempertimbangkan sebagai berikut :
a) Barang Siapa;
Menimbang, bahwa mengenai unsur ke-1 tersebut di atas yaitu “barang
siapa” Majelis akan mempertimbangkan sebagai berikut, bahwa yang
dimaksud dengan “barang siapa”disini adalah orang atau pribadi yang
merupakan subyek hukum yang melakukan suatu perbuatan pidana atau
subyek pelaku dari pada suatu perbuatan pidana Menimbang, bahwa di dalam
persidangan Para Terdakwa telah menerangkan bahwa ia adalah orang atau
pribadi yang beridentitas seperti apa yang disebutkan dalam surat dakwaan
Penuntut Umum Menimbang, bahwa untuk menetapkan apakah benar Para
Terdakwa subyek pelaku dari pada suatu perbuatan pidana dalam perkara ini
perlu dibuktikan apakah Para Terdakwa tersebut benar telah melakukan
suatu rangkaian tingkah laku perbuatan sebagaimana yang didakwakan. jika
benar Para Terdakwa melakukan suatu rangkaian tingkah laku perbuatan
yang memenuhi semua unsur-unsur dari pasal Undang-undang hukum
pidana yang didakwakan, maka dengan sendirinya unsur “barang siapa”
tersebut telah terpenuhi bahwa Para Terdakwa adalah pelaku dari
perbuatan pidana dalam perkara ini Menimbang, bahwa untuk itu Majelis
akan melihat unsur-unsur berikutnya apakah telah terpenuhi adanya oleh
b) Dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau orang secara
melawan hukum
Menimbang, bahwa mengenai unsur yang ke-2 tersebut di atas yaitu
“Dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau orang secara melawan
hukum”Majelis akan mempertimbangkan sebagai berikut Menimbang, bahwa
berdasarkan keterangan saksi-saksi dan keterangan Para Terdakwa, yang
pada pokoknya menerangkan bahwa terdakwa I Aryono Manurung alias
Bejo, terdakwa II Patar Agus Kristanto Simanjuntak dan terdakwa III Rudi
Rizky Agustian Sinaga alias Bajingan telah melakukan pencurian Minggu
tanggal 08 Juni 2014 sekira pukul 03.30 Wib, Jl. SM. Raja, Kel. Panc.
Gerobak, Kec. Sibolga Kota, Kota Sibolga (tepatnya di dalam Terminal
Sibolga), dengan cara awalnya Para Terdakwa melihat 6 (enam) orang
laki-laki mengendarai becak motor masuk ke dalam Terminal kemudian
terdakwa I Aryono Manurung alias Bejo mengejar becak motor tersebut
sambil mengancam dengan parang, setelah becak berhenti terdakwa I
Aryono Manurung alias Bejo, terdakwa II Patar Agus Kristanto Simanjuntak
dan terdakwa III Rudi Rizky Agustian Sinaga alias Bajingan mendekati
becak tersebut lalu menyuruh semua penumpang turun dari becak sambil
terdakwa I Aryono Manurung alias Bejo mengarahkan parang tepat dileher
pengemudi betor, sehingga akibat perbuatan para terdakwa para korban
merasa dirugikan
Menimbang, bahwa oleh karena itu menurut penilaian Majelis
secara melawan hukum”telah terpenuhi secara hukum oleh perbuatan Para
Terdakwa.
c) Memaksa seseorang dengan kekerasan untuk memberikan barang
sesuatu yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang itu ata
orang lain atau supaya membuat utang maupun menghapuskan
piutang;
Menimbang, bahwa mengenai unsur yang ke-3 tersebut di atas
yaitu “Memaksa seseorang dengan kekerasan untuk memberikan barang
sesuatu yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang itu ata orang
lain, atau supaya membuat utang maupun menghapuskan piutang”Majelis akan
mempertimbangkan sebagai berikut Menimbang, bahwa berdasarkan
keterangan saksi-saksi dan keterangan Para Terdakwa, yang pada
pokoknya menerangkan bahwa terdakwa I Aryono Manurung alias Bejo,
terdakwa II Patar Agus Kristanto Simanjuntak dan terdakwa III Rudi Rizky
Agustian Sinaga alias Bajingan telah melakukan pencurian Minggu tanggal
08 Juni 2014 sekira pukul 03.30 Wib, Jl. SM. Raja, Kel. Panc. Gerobak, Kec.
Sibolga Kota, Kota Sibolga (tepatnya di dalam Terminal Sibolga), dengan
cara awalnya Para Terdakwa melihat 6 (enam) orang laki-laki mengendarai
becak motor masuk ke dalam Terminal kemudian terdakwa I Aryono
Manurung alias Bejo mengejar becak motor tersebut sambil mengancam
dengan parang, setelah becak berhenti terdakwa I Aryono Manurung alias
Bejo, terdakwa II Patar Agus Kristanto Simanjuntak dan terdakwa III Rudi
menyuruh semua penumpang turun dari becak sambil terdakwa I Aryono
Manurung alias Bejo mengarahkan parang tepat dileher pengemudi betor,
yaitu saksi David Perdana Sianturi, kemudian Para Terdakwa mengambil
barang-barang milik para korban berupa 1(satu) pasang sepatu, 1 (satu) buah
kaca mata hitam, 2(dua) unit hand phone merk Samsung dan merk Nokia dan
1(satu) buah kemeja, uang sebesar Rp 10.000,-(sepuluh ribu rupiah), 1(satu)
buah topi, 1 (satu) buah kemeja dan uang sebesar Rp 50.000,- (lima puluh
ribu rupiah), sehingga memaksa seseorang dengan kekerasan atau ancaman
kekerasan utuk memberikan barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian
adalah kepunyaan orang itu atau orang lain, atau supaya membuat utang mapun
menghapuskan pituang Menimbang, bahwa oleh karena itu menurut
penilaian Majelis Hakim, unsur ke-3 “Memaksa seseorang dengan
kekerasan untuk memberikan barang sesuatu yang seluruhnya atau
sebagian adalah kepunyaan orang itu ata orang lain, atau supaya membuat
utang maupun menghapuskan piutang” telah terpenuhi secara hukum oleh
perbuatan Para Terdakwa.
d) Orang yang melakukan, yang menyuruh melakukan dan turut
serta melakukan perbuatan
Menimbang, bahwa mengenai unsur yang ke-2 tersebut di atas
yaitu “Orang yang melakukan, yang menyuruh melakukan dan turut serta
melakukan perbuatan”Majelis akan mempertimbangkan sebagai berikut
Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan saksi-saksi dan keterangan
tanggal 08 Juni 2014 sekira pukul 03.30 Wib, Jl. SM. Raja, Kel. Panc.
Gerobak, Kec. Sibolga Kota, Kota Sibolga (tepatnya di dalam Terminal
Sibolga) terdakwa I Aryono Manurung alias Bejo, terdakwa II Patar Agus
Kristanto Simanjuntak dan terdakwa III Rudi Rizky Agustian Sinaga alias
Bajingan, bersama-sama telah melakukan pemerasan dan mengambil
barang milik para korban berupa 1(satu) pasang sepatu, 1(satu) buah kaca
mata hitam, 2(dua) unit hand phone merk Samsung dan merk Nokia dan
1(satu) buah kemeja, uang sebesar Rp 10.000,-(sepuluh ribu rupiah), 1(satu)
buah topi, 1(satu) buah kemeja dan uang sebesar Rp 50.000,-(lima puluh ribu
rupiah) ;Menimbang, bahwa oleh karena itu menurut penilaian Majelis
Hakim, unsur ke-4 “Orang yang melakukan, yang menyuruh melakukan
dan turut serta melakukan perbuatan”telah terpenuhi secara hukum oleh
perbuatan Para Terdakw Menimbang, bahwa oleh karena semuaunsur dari
Pasal 368 ayat(1) KUHP jo Pasal 55 ayat(1) ke-1 KUHP telahterpenuhi, maka
Para Terdakwa haruslah dinyatakan telah terbukti secara sah dan
meyakinkan melakukan tindak pidana sebagaimana didakwakan dalam
dakwaan.
5) Pertimbangan Hakim64
64
Pertimbangn hakim menyatakan, bahwa oleh karena semua unsur dari
Pasal 368 ayat(1) KUHP jo Pasal 55 ayat(1) ke-1 KUHP telah terpenuhi, maka
Para Terdakwa haruslah dinyatakan telah terbukti secara sah dan meyakinkan
melakukan tindak pidana sebagaimana didakwakan dalam dakwaan Tunggal.
Menimbang, bahwa dalam persidangan, Majelis Hakim tidak menemukan hal-hal
yang dapat menghapuskan pertanggungjawaban pidana, baik sebagai alasan
pembenar dan atau alasan pemaaf, maka Para Terdakwa harus
mempertanggungjawabkan perbuatannya. Menimbang, bahwa oleh karena Para
Terdakwa mampu bertanggung jawab, maka harus dinyatakan bersalah dan
dijatuhi pidana, bahwa untuk menjatuhkan pidana terhadap Para Terdakwa, maka
perlu dipertimbangkan terlebih dahulu keadaan yang memberatkan dan yang
meringankan Para Terdakwa.
Keadaan yang memberatkan :
a) Perbuatan Para Terdakwa meresahkan masyarakat;
b) Para Terdakwa merugikan saksi korban;
Keadaan yang meringankan :
a) Para Terdakwa mengakui terus terang perbuatannya sehingga
tidak mempersulit jalannya persidangan.
6) Amar Putusan65
Majelis dalam putusannya memutuskan sebagai berikut:
65
a) Menyatakan terdakwa I Aryono Manurung alias Bejo, terdakwa II
Patar Agus Kristanto Simanjuntak dan terdakwa III Rudi Rizky
Agustian Sinaga alias Bajingan tersebut diatas telah terbukti secara
sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “turut serta
melakukan pemerasan“ sebagaimana tersebut dalam dakwaan
Tunggal.
b) Menjatuhkan pidana kepada Para Terdakwa oleh karena itu
dengan pidana penjara masing-masing selama 2(dua) tahun.
c) Menetapkan masa penangkapan dan penahanan yang telah
dijalani Para Terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang
dijatuhkan.
d) Menetapkan Para Terdakwa tetap ditahan.
e) Menetapkan barang bukti berupa :
(1) 1(satu) bilah parang bergagang kayu panjang sekira 50cm
Dimusnahkan
(2) 1(satu) pasang sepatu warna merah merk Nike
(3) 1(satu) unit handphone merk Samsung warna silver
(4) 1(satu) unit handphone merk Nokia warna hitam
(5) 1(satu) buah kaca mata hitam, Dikembalikan kepada pemiliknya
yang berhak melalui saksi korban David Perdana Sianturi
f) Membebankan kepada Para Terdakwa membayar biaya perkara
2. ANALISIS KASUS
Dalam kasus ini hakim menjatuhkan hukuman/pidana kepada para
terdakawa, hukum pidana ialah hukum yang mengatur tentang
kepentingan-kepentingan dan hubungan-hubungan yang berwujud perintah dan larangan atau
yang mengatur tentang pelanggaran-pelanggaran dan kejahatan-kejahatan
terhadap kepentingan umum, perbuatan mana diancam dengan hukuman yang
merupakan suatu penderitaan atau siksaan. Sedangkan “pemidanaan” diartikan
sebagai penghukuman. Bapak Amir Ilyas dalam bukunya menjelaskan bahwa
“pemidanaan bisa diartikan sebagai tahapan penetapan sanksi dan juga tahap
pemberian sanksi dalam hukum pidana”.66
Sebagaiamana termuat dalam amar putusan yang merupakan suatu hal
yang sangat penting dalam menciptakan tujuan hukum itu sendiri. Keadilan,
kemanfaatan, dan kepastian hukum haruslah tersirat dalam suatu putusan. Putusan
itu sendiri ditujukan bagi siapa saja yang ikut andil dalam suatu kasus pidana oleh
karena guna menciptakan tujuan hukum itu sendiri. Secara yuridis berapapun
sanksi pidana yang dijatuhakan oleh hakim tidak menjadi permasalahan selama
tidak melebihi batas minimum dan maksimum sanksi pidana yang diancamkan
dalam pasal yang bersangkutan, melainkan yang menjadi persoalan adalah apa
yang mendasari atau apa alasan pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan
berupa sanksi pidana sehingga putusan yang dijatuhkan secara objektif dapat
diterima dan memenuhi rasa keadilan bagi masyarakat luas pada umumnya dan
bagi saksi korban dan juga terdakwa pada khususnya.