• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja Karyawan Penyadap Karet Di PT Perkebunan Nusantara II. Studi Kasus : Kebun Limau Mungkur, Desa Lau Barus Baru, Kecamatan STM Hilir, Kabupaten Deli Serdang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja Karyawan Penyadap Karet Di PT Perkebunan Nusantara II. Studi Kasus : Kebun Limau Mungkur, Desa Lau Barus Baru, Kecamatan STM Hilir, Kabupaten Deli Serdang"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1. Karakteristik Karyawan Penyadap Karet di Kebun Limau Mungkur

(2)

Lampiran 2. Produksi Karyawan Penyadap Karet (Kg)

Sumber: Data Primer (diolah), 2015

(3)

Lampiran 3. Hari Kerja Pria Karyawan Penyadap Karet (HKP)

Hari Kerja Pria (HKP)

(4)

Lampiran 4. Produktivitas Kerja Karyawan Penyadap Karet (Kg/HKP)

Produktivitas Kerja Karyawan Penyadap Karet (Kg/HKP)

(5)

Lampiran 5. Upah Karyawan Penyadap Karet di Kebun Limau Mungkur

Res Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agt Total

Rata-rata 1 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 13000000 1625000 2 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 13000000 1625000 3 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 13000000 1625000 4 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 13000000 1625000 5 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 13000000 1625000 6 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 13000000 1625000 7 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 13000000 1625000 8 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 13000000 1625000 9 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 13000000 1625000 10 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 13000000 1625000 11 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 13000000 1625000 12 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 13000000 1625000 13 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 13000000 1625000 14 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 13000000 1625000 15 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 13000000 1625000 16 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 13000000 1625000 17 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 13000000 1625000 18 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 13000000 1625000 19 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 13000000 1625000 20 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 13000000 1625000 21 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 13000000 1625000 22 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 13000000 1625000 23 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 13000000 1625000 24 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 13000000 1625000 25 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 13000000 1625000 26 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 13000000 1625000 27 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 13000000 1625000 28 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 13000000 1625000 29 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 13000000 1625000 30 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 13000000 1625000 31 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 1625000 13000000 1625000 32 1347268 1347268 1347268 1347268 1347268 1347268 1347268 1347268 10778144 1347268 33 1354020 1354020 1354020 1354020 1354020 1354020 1354020 1354020 10832160 1354020 34 1347268 1347268 1347268 1347268 1347268 1347268 1347268 1347268 10778144 1347268 35 1333761 1333761 1333761 1333761 1333761 1333761 1333761 1333761 10670088 1333761 Tot 55757317 55757317 55757317 55757317 55757317 55757317 55757317 55757317 446058536

(6)

Lampiran 6. Premi Karyawan Penyadap Karet di Kebun Limau Mungkur Total 6525780 7819245 5563798 6626273 5273724 5926404 6469285 8025834 52230343

(7)

Lampiran 7. Hasil Analisis Regresi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja Karyawan Penyadap

a. All requested variables entered.

b. Dependent Variable: Produktivitas Kerja

Model Summaryb

a. Predictors: (Constant), Premi, Pengalaman Bekerja, Jumlah Tanggungan, Tingkat Pendidikan, Umur,

Upah

b. Dependent Variable: Produktivitas Kerja

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 2016.259 6 336.043 49.715 .000a

Residual 189.262 28 6.759

(8)

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

Correlations

Collinearity

Statistics

B Std. Error Beta Zero-order Partial Part Tolerance VIF

1 (Constant) 12.474 18.613 .670 .508

Umur .085 .107 .071 .792 .435 .343 .148 .044 .383 2.610

Tingkat Pendidikan -.011 .231 -.004 -.046 .963 -.016 -.009 -.003 .514 1.944

Jumlah Tanggungan .003 .561 .000 .006 .995 .128 .001 .000 .572 1.748

Pengalaman Bekerja .002 .162 .001 .012 .990 .135 .002 .001 .210 4.765

Upah -1.053E-5 .000 -.118 -.958 .346 -.007 -.178 -.053 .202 4.942

Premi .0001 .000 .945 15.244 .000 .941 .945 .844 .798 1.253

(9)
(10)
(11)
(12)

DAFTAR PUSTAKA

Amron, L. 2009.

Andrianto, R.A. 2014. Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja pada Home Industri Sepatu Kota Surabaya.

Jurnal. Surabaya.

Analisis Faktor - Faktor yang Berpengaruh Terhadap Produktivitas Tenaga Kerja pada Outlet Telekomunikasi Seluler Kota Makassar. Jurnal. Makassar.

Anonymous. 2015. Tekno Ekonomi Agribisnis Karet. Diakses pada tanggal 12 Maret 2015.

Direktorat Jenderal Perkebunan, 2010. Budidaya Tanaman Karet (Hevea brasiliensis). Kementerian Pertanian. Jakarta.

Gomes, F.C. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia. Andi.Yogyakarta.

Keputusan Gubsu. 2015. Penetapan Upah Minimum Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015. Sumatera Utara

Kussriyanto, Bambang. 1986.Meningkatkan Produktivitas Karyawan, Edisi II, Penerbit LPPM dan PT. Pusataka Binaan. Jakarta.

Manullang. 1984. Manajemen Personalia. Ghalia Indonesia: Jakarta.

Manurung, S. 2013. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja Karyawan Pemanen dan Pemupuk di PT. Perkebunan Nusantara IV Sawit Langkat. Skripsi. Medan.

Panggabean, Mutiara. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Prawirosentono, Suryadi. 2008. Kebijakan Kinerja Karyawan. Yogyakarta: BPFE. PT. Perkebunan Nusantara II. 2015. Rencana dan Realisasi Produksi Lateks. Deli

Serdang.

, 2015. Daftar Karyawan Penyadap Karet. Deli Serdang.

(13)

Singodimedjo, Markum. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia.

SMMAS. Surabaya.

Sugiyono.2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Alfabeta. Bandung.

Sumarsono, S. 2004. Metode Riset Sumber Daya Manusia. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Supangat, A. 2010. Statiska dalam Kajian Deskriptif, Alternatif, dan Nonparametrik. Kencana. Jakarta.

Sutrisno, Edy. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Pertama, Cetakan Ketiga. Kencana. Jakarta.

Tjiptoherijanto, P dan Nagib, L. 2008. Pengembangan Sumber Daya Manusia : diantara Peluang dan Tantangan. LIPI. Jakarta.

Tohardi, Ahmad. 2002. Pemahaman Praktis Manajemen Sumber Daya Manusia. Penerbit CV. Mandar Maju. Jakarta.

Wignjososoebroto, Sritomo. 2008. Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu, Teknik Analisis Untuk Peningkatan Produktivitas Kerja. Prima Printing.Surabaya. Wijaya, Tony. 2011. Cepat Menguasai SPPS 19 untuk Olah Data dan Interpretasi

(14)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penelitian dilakukan di PTPN II Kebun Limau Mungkur, Desa Lau Barus Baru, Kecamatan STM Hilir, Kabupaten Deli Serdang. Penentuan daerah penelitian ini dilakukan secara purposive (sengaja). Adapun pertimbangan dalam penentuan daerah penelitian adalah produksi lateks pada daerah penelitian cenderung mengalami penurunan bila dibandingkan dengan kebun PTPN II yang lain.

Tabel 3.1. Produksi Lateks PT. Perkebunan Nusantara II

Tahun

Produksi (kg kk)

Kebun Limau Mungkur Kebun Batang Serangan

2010 293.990 1.495.010

2011 229.886 656.114

2012 185.257 722.624

2013 92.256 447.584

Sumber : PT. Perkebunan Nusantara II, 2014

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa produksi lateks di PTPN II Kebun Limau Mungkur mengalami penurunan sedangkan di Kebun Batang Serangan produksinya naik turun (fluktuatif).

3.2. Metode Penentuan Sampel

(15)

Di PTPN II Kebun Limau Mungkur memiliki V afdeling. Afdeling I,III,IV dan V konsentrasi komoditinya adalah sawit, sedangkan afdeling II komoditinya karet dan sebagiannya sawit. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 35 penyadap karet dan sampel yang digunakan sebanyak populasi yang ada yaitu 35 penyadap.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan responden dengan menggunakan kuesioner yang telah dipersiapkan terlebih dahulu serta pengamatan di lapangan. Sedangkan data sekunder diperoleh dari PTPN II Kebun Limau Mungkur dan referensi yang berhubungan.

3.4. Metode Analisis Data

Untuk masalah (1), dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif untuk melihat produktivitas kerja karyawan penyadap karet. Produktivitas dihitung dari perbandingan output dan input, dimana output adalah hasil lateks (kg) dan input adalah lamanya bekerja (HKP).

Untuk masalah (2), dianalisis dengan metode analisis Regresi Linier Berganda untuk menganalisis bagaimana pengaruh umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, pengalaman bekerja, upah, dan premi terhadap produktivitas kerja karyawan penyadap karet.

(16)

3.5. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik

3.5.1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah dalam model regresi, variabel terikat dan variabel bebas atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah model regresi yang berdistribusi normal (Wijaya, 2011).

Uji normalitas data dalam penelitian dengan cara memperhatikan penyebaran data (titik-titik) pada Normal P-Plot of Regression Standardized Residual dan dengan melihat Grafik Histogram dari residualnya.

Persyaratan dari uji normalitas data (Wijaya, 2011) adalah :

1. Jika output Grafik Histogram menunjukkan pola distribusi normal, maka mengindikasikan model regresi memenuhi asumsi normalitas.

2. Jika Normal P-Plot menunjukkan penyebaran data (titik-titik) di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah diagonal maka mengindikasikan model regresi memenuhi asumsi normalitas.

3.5.2. Uji Multikolinieritas

(17)

3.5.3. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam suatu model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lain. Menurut Wijaya (2011), untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas, dapat diketahui dengan melihat penyebaran data pada grafik

scatterplot yaitu :

1. Dengan melihat apakah penyebaran data (titik-titik) pada scatterplot

membentuk pola tertentu yang teratur seperti bergelombang, melebar kemudian menyempit, maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. 2. Jika penyebaran data pada scatterplot tidak terdapat pola yang jelas, serta

titik-titik menyebar di atas dn di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka mengindikasikan tidak terjadi heteroskedastisitas.

Berikut persamaan untuk pengujian masalah (2) : Y = a0 + a1X1 + a2X2 + a3X3 + a4X4 + a5X5 + a6X6

Keterangan :

+ µ

Y = Produktivitas kerja karyawan penyadap karet (Kg/HKP/bulan) a0

= Tingkat pendidikan (tahun) 3

X

= Jumlah tanggungan (jiwa) 4

X

(18)

3.6. Uji Kesesuaian Model (Test of Goodness of Fit)

3.6.1. Koefisien Determinasi (R2

Koefisien determinasi (R ) 2

) merupakan besaran untuk menunjukkan tingkat kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih dalam bentuk persen (%) atau menunjukkan seberapa besar persentase y yang dapat dijelaskan oleh variasi x. Besarnya nilai R2 yaitu antara nol sampai dengan satu (0 < R2 ≤). Semakin dekat R2

3.6.2. Uji Serempak (Uji F)

dengan nilai satu, maka semakin cocok garis regresi untuk meramalkan y (Supangat, 2010).

Digunakan untuk menunjukkan apakah keseluruhan variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen. Untuk menguji

Secara serempak hipotesis yang digunakan adalah :

Ho = Umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, pengalaman bekerja, upah dan premi berpengaruh tidak nyata terhadap produktivitas kerja karyawan penyadap karet.

H1

Sedangkan kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut :

= Umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, pengalaman bekerja, upah,

premi berpengaruh nyata terhadap produktivitas kerja karyawan penyadap karet.

1. Apabila F hitung signifikan < signifikansi α = 5%, maka H0 ditolak dan H1

2. Apabila F hitung signifikan > signifikansi α = 5%, maka H diterima

0 diterima dan H1

(19)

3.6.3. Uji Parsial (Uji - t)

Uji t dilakukan untuk melihat signifikansi dari pengaruh variabel bebas secara individual terhadap variabel terikat dengan menganggap variabel bebas lainnya adalah konstan.

a. H0

H

= Umur tidak berpengaruh nyata terhadap produktivitas kerja karyawan penyadap karet.

1

b. H

= Umur berpengaruh nyata terhadap produktivitas kerja karyawan penyadap karet.

0

H

= Tingkat pendidikan tidak berpengaruh nyata terhadap produktivitas kerja karyawan penyadap karet.

1

c. H

= Tingkat pendidikan berpengaruh nyata terhadap produktivitas kerja karyawan penyadap karet.

0

H

= Jumlah tanggungan tidak berpengaruh nyata terhadap produktivitas kerja karyawan penyadap karet.

1

d. H

= Jumlah tanggungan berpengaruh nyata terhadap produktivitas kerja karyawan penyadap karet.

0

H

= Pengalaman bekerja tidak berpengaruh nyata terhadap produktivitas kerja karyawan penyadap karet.

1

e. H

= Pengalaman pendidikan berpengaruh nyata terhadap produktivitas kerja karyawan penyadap karet

0

H

= Upah tidak berpengaruh nyata terhadap produktivitas kerja karyawan penyadap karet.

(20)

f. H0

H

= Premi tidak berpengaruh nyata terhadap produktivitas kerja karyawan penyadap karet.

1

Sedangkan kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut :

= Premi berpengaruh nyata terhadap produktivitas kerja karyawan penyadap karet.

1. Apabila t hitung signifikan > signifikansi α = 5%, maka H0 diterima dan H1

2. Apabila t hitung signifikan < signifikansi α = 5%, maka H ditolak

0 ditolak dan H1

3.7. Definisi dan Batasan Operasional diterima

Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan dalam penafsiran penelitian ini, maka perlu dibuat definisi dan batasan operasional sebagai berikut :

3.7.1. Definisi

1. Produktivitas kerja adalah perbandingan hasil yang dicapai dari peranan tenaga kerja per satuan waktu. Produktivitas kerja ini diukur dalam kg/HKP/bulan.

2. Karyawan penyadap adalah seorang pekerja yang bekerja menyadap karet di bawah perintah orang lain (jiwa).

3. Umur adalah usia karyawan penyadap karet (tahun).

4. Pendidikan adalah pendidikan formal karyawan penyadap karet yaitu jenjang pendidikan SD, SMP, SMA/sederajat (0-12) (tahun).

(21)

6. Pengalaman bekerja adalah lama waktu atau masa kerja yang telah ditempuh karyawan penyadap karet dalam melaksanakan pekerjaanya menjadi profesi penyadap karet (tahun).

7. Upah adalah pendapatan pokok yang diterima karyawan penyadap karet setiap bulan (Rp/bulan).

8. Premi adalah pendapatan yang diperoleh pekerja apabila hasil pekerjaan telah melampaui batas ketentuan yang telah ditetapkan (Rp/bulan).

3.7.2. Batasan Operasional

1. Lokasi penelitian adalah di PTPN II Kebun Limau Mungkur, Desa Lau Barus Baru, Kecamatan STM Hilir, Kabupaten Deli Serdang.

(22)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum PT. Perkebunan Nusantara II (Persero)

4.1.1. Sejarah Berdirinya PT. Perkebunan Nusantara II (Persero)

PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) yang disingkat dengan PTPN II (Persero) adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak pada bidang usaha agroindustri. PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) didirikan pada tanggal 11 Maret 1996, yang berkedudukan dan berkantor pusat di Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara didirikan sesuai Akta No. 35 dibuat dihadapan harun Kamil, SH Notaris Jakarta. Perseroan didirikan atas dasar SK Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 188/KMK.061/116 tanggal 11 Maret 1996 tentang Penempatan Modal pada PT. Perkebunan Nusantara II (Persero).

(23)

Wilayah perkebunan tersebar di Sumatera Utara dan Papua, terdiri dari perkebunan kelapa sawit, perkebunan tebu, perkebunan tembakau, dan perkebunan karet.

Untuk menghadapi tantangan bisnis global, maka PTPN II ke depan akan terfokus terhadap pengelolaan bisnis perkebunan dan bisnis non perkebunan dengan memanfaatkan aset-aset non produktif serta ekstensifikasi usaha perkebunan melalui Agro Wisata, Agro Bisnis, dan Agro Industri. Seluruh unit usaha diintegrasikan dalam beberapa Strategic Business Unit yaitu 5 Distrik Perkebunan, 1 Distrik Rumah Sakit, 2 Unit Penelitian, dan 1 Unit Bengkel.

Areal yang dimiliki oleh PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) tersebar di wilayah Sumatera Utara dan Papua, dengan total luas areal 123.131,33 Ha, pada sebaran wilayah sebagai berikut :

1. Wilayah Sumatera Utara = 117.169,47 Ha

(termasuk luas areal kerja sama operasi dengan PT Langkat Nusantara Kepong (LNK) seluas 23.402,92 Ha)

2. Wilayah Irian Jaya = 5.961,86 Ha

Dari areal PTPN II seluas 123.131,33 Ha, sudah memiliki sertifikat HGU seluas 87.063,62 Ha, sementara yang masih dalam proses pembuatan surat permohonan HGU seluas 3.111,77 Ha, sedangkan 16.619,84 Ha digarap oleh masyarakat.

(24)

4.1.2. Visi dan Misi PT. Perkebunan Nusantara II (Persero)

Visi dan Misi PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) adalah sebagai berikut :

Visi : Dari perusahaan perkebunan menjadi perusahaan multi usaha berdaya saing tinggi

Misi : 1. Mengoptimalkan seluruh potensi sumber daya dan usaha 2. Memberikan kontribusi optimal,

3. Menjaga kelestarian dan pertambahan nilai

4.2. Gambaran Umum PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Kebun Limau Mungkur

Kebun Limau Mungkur adalah satu unit produksi PT Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa yang terletak di Desa Lau Barus Baru Kecamatan Senembah Tanjung Muda (STM) Hilir Kabupaten deli Serdang Provinsi Sumatera Utara.

Secara geografis Kebun Limau Mungkur berada pada posisi 98օ Bujur Timur dan 3օ

Sebagai salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak disektor agribisnis, Kebun Limau Mungkur juga dilengkapi dengan sarana pabrik yang mengelola komoditi karet. Kebun Limau Mungkur juga dilengkapi dengan sarana pabrik yang mengelola bahan mentah karet menjadi sheet.

Lintang Utara dengan ketinggian 47 meter di atas permukaan laut dan keadaan topografis rata-rata sampai berbukit serta memiliki jenis tanah pedsolik merah kuning dengan tanah kelas-II.

(25)

yang bermaksud merubah status lahan produktif dari milik negara menjadi milik perseorangan yang mengajukan gugatan perdata ke Pengadilan Negeri Lubuk Pakam dengan register perkara No.01/Pdt.G/1999/PN-LP/1998, dan PTP Nusantara II dinyatakan kalah pada perkara tersebut. Selanjutnya PTP Nusantara II memohon untuk mengadakan Peninjauan Kembali terhadap perkara tersebut, dan melalui Surat Keputusan Mahkamah Agung RI Nomor 308/PK/Pdt/2004 tanggal 12 Mei 2005 permohonan tersebut dikabulkan dan PTP Nusantara II dimenangkan.

Meskipun lahan tersebut telah dimenangkan oleh PTP Nusantara II, namun proses penerbitan sertifikat atas areal 922 Ha belum juga terealisasi sampai dengan saat ini, sehingga masih banyak sekolompok masyarakat mencoba menguasai secara paksa dengan upaya merusak dan meracuni tanaman kelapa sawit yang telah ada, bahkan telah berani terang-terangan menggarap di areal tersebut.

(26)

Tabel 4.1. Luas Areal Statement Kebun Limau Mungkur Tahun 2014

No Uraian Luas Areal (Ha) Total

Afdeling

I II III IV V

1 Kelapa sawit 726,60 412,24 335,36 589,70 639,18 2.703,08

2

Karet - 170,50 - - - 170,50

Jumlah 726,60 582,74 335,36 589,70 639,18 2.873,58 3 Areal

Lain-Lain

Emplasment - 9,49 - - 4,36 13,85

Lapangan bola - 1,00 - - 1,22 2,22

Tanah wakaf - 1,00 - - 2,30 3,30

Jalan - 18,00 - - 12,24 30,24

Kebun - - - - 4,89 4,89

Jurang/rawa - 62,54 - - - 62,54

Areal disvestasi

- - - - 78,16 78,16

Jumlah - 92,03 - - 103,17 195,20

Total 726,60 674,77 335,36 589,70 742,35 3.068,78

Sumber : PT. Perkebunan Nusantara II, Kebun Limau Mungkur, 2014

(27)

Seluruh luas areal di afdeling IV dikuasai oleh masyarakat sekitar dan di afdeling I sekitar 242,3 Ha. Total luas areal yang dikuasai masyarakat sekitar seluas 922 Ha.

4.2.1. Visi dan Misi Kebun Limau Mungkur

Visi dari Kebun Limau Mungkur adalah menjadikan Kebun Limau Mungkur sebagai salah satu Unit Kebun terbaik di PTP Nusantara II. Sedangkan misi adalah memanfaatkan seluruh potensi SDA dan SDM sebagai kekuatan dalam meningkatkan produktivitas.

4.3. Struktur Organisasi Kebun Limau Mungkur

(28)

STRUKTUR ORGANISASI

PT. PERKEBUNAN NUSANTARA II (PERSERO) KEBUN LIMAU MUNGKUR

Gambar 4.1. Struktur Organisasi PTPN II Kebun Limau Mungkur

4.3.1. Tanggung Jawab dan Wewenang Jabatan Karyawan Pimpinan Kebun Limau Mungkur

1. Manajer kebun

Tanggung jawab :

a. Menjamin pelaksanaan seluruh standard sistem manajemen termasuk SMK3, ISPO dan lainnya.

b. Berfungsi sebagai manajemen representative dalam pelaksanaan ISPO. c. Melaksanakan Tata Kelola Perusahaan yang baik.

(29)

e. Menjamin kelancaran dan hasil kerja di bidangnya.

f. Mengambil keputusan yang berhubungan dengan tugas utamanya, yang tidak menyimpang dari kebijakan perusahaan.

g. Membuat laporan pada Direksi tentang pelaksanaan tugas setiap bulan serta memberikan saran-saran perbaikan sistem dan prosedur.

h. Menyimpan dan mengamankan seluruh dokumen yang bersifat rahasia. Wewenang :

a. Melaksanakan pembinaan terhadap sumber daya manusia di bagiannya. b. Membuat usulan dan gagasan dalam rangka penyusunan perencanaan strategi

perusahaan.

c. Menyelenggarakan administrasi dan laporan pengelolaan aset yang ada.

d. Mengadakan pengawasan dan pengendalian seluruh kegiatan pengelolaan kebun.

e. Mengevaluasi laporan pertanggungjawaban keuangan unit usaha di wilayahnya.

f. Mengkoordinir dan mengevaluasi kebutuhan barang, jasa dan uang kerja unit-unit usaha di wilayahnya.

g. Memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan alokasi dana Bina Lingkungan (Community Development dan Usaha Kecil dan Menengah).

h. Menilai, mengusulkan promosi, mutasi, demosi serta pengiriman pelatihan intern maupun ekstern, dan tindakan indisipliner di wilayahnya.

(30)

2. Kepala Dinas Tanaman

Tanggung jawab :

a. Mempertanggungjawabkan seluruh tugas pokok dan tugas tambahan dalam rangka pengelolaan bidang tanaman di afdeling I s/d V Kebun Limau Mungkur kepada manajer Kebun Limau Mungkur.

Wewenang :

a. Mengusulkan kepada manajer kebun tentang kepegawaian di dinas tanaman : penerimaan/pengangkatan karyawan, pemindahan, kenaikan pangkat/jabatan berdasarkan prestasi dan pemberhentian karyawan dengan berpedoman pada ketentuan yang berlaku.

b. Meminta pertanggungjawaban kepada asisten-asisten Afd I s/d V, terutama pemakaian tenaga kerja, biaya, barang/bahan di Afd I s/d V dengan berpedoman pada ketentuan yang berlaku.

c. Mengangkat dan menghentikan kegiatan di Afd I s/d V, dengan tetap berpedoman pada petunjuk dan pembinaan dari manejer kebun.

d. Menilai, mengusulakan promosi, mutasi, demosi serta pengiriman pelatihan intern maupun ekstern, dan tindakan indisipliner di wilayahnya.

3. Asisten Tanaman (Ass. Afdeling)

Tanggung jawab :

a. Menyusun pedoman/norma kerja dan standard penggunaan tenaga kerja, bahan dan alat untuk mendapatkan produktivitas yang optimal pada tanaman. b. Melaksanakan pengawasan di bidang pemeliharaan tanaman dan produksi

(31)

c. Mengawasi, mengevaluasi, menganalisa dan memberi saran/usul guna meningkatkan produktivitas tanaman.

d. Membantu Kepala Dinas Tanaman dalam urusan administrasi, teknis dan manajemen.

e. Menjamin pelaksanaan seluruh standard sistem manajemen termasuk SMK3, ISO 9000 series dan lainnya.

f. Melaksanakan tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Govervance).

g. Membuat laporan kepada Kepala Dinas Tanaman tugas bidang setiap bulan serta memberikan saran-saran perbaikan sistem dan prosedur.

h. Menjaga dan memelihara aset perusahaan yang ada di bawah tanggung jawabnya.

i. Menyelesaikan pekerjaan yang ditugaskan Kepala Dinas Tanaman. Wewenang :

a. Menyusun rencana kerja lapangan tentang kuantitas dan kualitas pemeliharaan tanaman serta produksinya secara teratur.

b. Menilai prestasi kerja dan mengusulkan konduite karyawan pelaksana bawahannya.

c. Melakukan pembinaan terhadap sumber daya manusia yang berada di bawah koordinasi kerjanya dalam rangka menyusun tugas yang diembanya.

d. Melakukan monitoring, analisa dan evaluais kinerja diurusannya. e. Melaksanakan pengawasan melekat di urusannya.

(32)

4. Asisten Keuangan

Tanggung jawab :

a. Menyusun Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) bidang keuangan, SDM/UMUM.

b. Melaporkan pelaksanaan kegiatan keuangan, SDM/UMUM dan pengolahan kepada manajer.

c. Melaksanakan tata kelola perusahaan yang baik (Good Coporate Govervance).

d. Melaksanakan standard sistem manajemen yang berlaku. e. Menjamin kelancaran dan hasil kerja di bidangnya.

f. Membuat laporan kepada manajer tentang pelaksanaan tugas bidang dinas sipil setiap bulan serta memberikan saran-saran perbaikan sistem dan prosedur.

g. Menyimpan dan mengamankan seluruh dokumen yang bersifat penting dan rahasia.

Wewenang :

a. Melaksanakan fungsi pengawasan di wilayah kerjanya dan memberikan saran/rekomendasi utuk perbaikan.

b. Melaksanakn tugas lain yang diberikan oleh manajer sesuai bidang tugasnya. c. Menilai prestasi kerja dan mengusulkan konduite karyawan pelaksana

bawahannya.

d. Menilai, mengusulakn promosi, mutasi, demosi serta pengiriman pelatihan intern maupun ekstern dan tindakan indisipliner di urusannya.

(33)

f. Menggunakan sumber daya di bagiannya sesuai dengan kegiatan dan anggaran yang telah ditetapkan RKAP.

5. Asisten Teknik

Tanggung jawab :

a. Melaksanakan inspeksi secara teratur. b. Mengawasi kinerja bidang dinas sipil.

c. Melaksanakan konsultasi teknis kepada dinas/unit usaha. d. Melaksanakan tata kelola perusahaan yang baik.

e. Melaksanakan standard sistem manajemen yang berlaku. f. Menjamin kelancaran dan hasil kerja urusannya.

g. Membina kerja sama yang baik dengan bidang lain, sehingga tugas-tugas dan kebijaksanaan yang digariskan dapat terlaksana dengan baik.

h. Memonitor, mengevaluasi dan memberi tindakan perbaikan terhadap pelaksanaan pekerjaan bidang teknik dinas sipil.

i. Membuat laporan kepada manajer tentang pelaksanaan tugas bidang dinas sipil setiap bulan serta memberikan saran-saran perbaikan sistem dan prosedur.

j. Menyelesaikan pekerjaan yang ditugaskan manajer.

k. Menyimpan dan mengamankan seluruh dokumen ya ng bersifat penting dan rahasia.

Wewenang :

a. Melaksanakan pembinaa terhadap sumber daya manusia di bidangnya.

(34)

c. Mengkoordinir dan mengevaluasi kebutuhan bahan dan alat-alat di bidangnya.

d. Mengelola seluruh SDM dan seluruh aset bidang meliputi peralatan kerja, bangunan barang-barang lainnya untuk digunakan dalam proses produksi. e. Menilai prestasi kerja dan mengusulakan konduite karyawan pelaksana

bawahannya.

f. Melaksanakan pengawasan melekat di bidangnya.

g. Menggunakan sumber daya di bagiannya sesuai dengan kegiatan dan anggaran yang telah ditetapkan RKAP.

6. Asisten Umum

Tanggung jawab :

a. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan seluruh tugas-tugas bidang UMUM kepada manajer.

b. Melaksanakan tata kelola perusahaan yang baik.

c. Melaksanakan standard sistem manajemen yang berlaku. d. Menjamin kelancaran dan hasil di bidangnya.

e. Membuat laporan kepada manajer tentang pelaksanaan tugas setiap bulan serta memberikan saran-saran perbaikan sistem dan prosedur.

f. Menyimpan dan mengamankan seluruh dokumen yang bersifat penting dan rahasia.

Wewenang :

(35)

b. Mempersiapkan adminsitrasi dan keterangan/data/dokumen yang dibutuhkan berkenaan dengan sumber daya manusia.

c. Memberikan usul dan saran kepada manajer baik diminta maupun tidak diminta.

d. Menilai prestasi kerja dan mengusulkan konduite karyawan pelaksana bawahannya.

e. Melakukan pembinaan terhadap sumber daya manusia yang berada di bawah koordinasi kerjanya, dalam rangka mensukseskan tugas yang diembannya. f. Melakukan monitoring, analisa dan evaluasi kinerja di urusannya.

g. Melakukan pengawasan melekat di bidangnya.

h. Menggunakan sumber daya di bagiannya sesuai dengan kegiatan dan anggaran yang telah ditetapkan RKAP.

7. Mandor - I

Tanggung jawab :

a. Membina, mengorganisasi dan menggerakkan seluruh mandor dan seluruh tenaga kerja untuk melaksanakan kerja harian dengan baik.

b. Membantu asisten melaksanakan pengawasan di bidang pemeliharaan tanaman dan produksi.

c. Membantu, mengevaluasi dan memberi saran/usul guna meningkatkan produktivitas tanaman.

(36)

8. Mandor - II

Tanggung jawab :

a. Mengorganisasi dan menggerakkan seluruh tenaga penyadap untuk melaksanakan sadapan sesuai dengan aturan.

b. Membantu mandor-I melaksanakan pengawasan di bidang sadapan untuk mencapai target produksi.

c. Mengawasi, mengevaluasi dan memberi saran/usul guna meningkatkan produktivitas tanaman.

d. Menyelesaikan pekerjaan yang ditugaskan asisten afdeling.

9. Penyadap Karet

Tanggung jawab :

a. Menyadap batang pohon karet dengan ketentuan yang telah ditetapkan. b. Mengambil hasil sadapan dari mangkuk yang telah disediakan.

c. Membawa hasil sadapan ke pabrik.

(37)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Umur

Umur adalah usia karyawan penyadap karet yang diukur dalam satuan tahun. Adapun distribusi karyawan sampel menurut kelompok umur pada karyawan penyadap karet dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 5.1. Distribusi Karyawan Sampel Menurut Kelompok Umur

Umur (Tahun) Jumlah Persentase

20 – 24 1 2,857

25 – 29 4 11,42

30 – 34 8 22,85

35 – 39 11 31,42

40 – 44 8 22,85

45 – 49 2 5,71

≥ 50 1 2,857

Total 35 100%

Sumber: Lampiran 1, 2015

Berdasarkan hasil survey di lapangan, sebagian besar karyawan penyadap karet berada pada umur 35 – 39 tahun sebesar 31,42 % yang artinya karyawan tersebut masih memiliki fisik yang kuat dalam mencapai hasil produksi yang telah ditentukan.

5.2. Tingkat Pendidikan

(38)

tahun. Adapun distribusi karyawan sampel berdasarkan tingkat pendidikan pada karyawan penyadap karet dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 5.2. Distribusi Karyawan Sampel Menurut Kelompok Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan (Tahun) Jumlah Persentase

SD (1 – 6) 10 28,57

SMP (7 – 9) 12 34,28

SMA (10 – 12) 13 37,14

Total 35 100%

Sumber: Lampiran 1, 2015

Berdasarkan hasil wawancara dan survey bila dilihat dari tingkat pendidikan formal, sebagian besar pendidikan terakhir karyawan penyadap karet adalah SMA (37,14 %).

5.3. Jumlah Tanggungan

Jumlah tanggungan adalah banyaknya tanggungan karyawan penyadap karet yang masih dibiayai. Adapun distribusi karyawan sampel berdasarkan jumlah tanggungan pada karyawan penyadap karet dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 5.3 Distribusi Karyawan Sampel Menurut Kelompok Jumlah Tanggungan

Jumlah Tanggungan Jumlah Persentase

0 – 1 11 31,42

2 – 3 22 62,85

> 3 2 5,71

Total 35 100%

(39)

Berdasarkan Tabel Distribusi Karyawan Sampel Menurut Kelompok Jumlah Tanggungan di atas, diketahui bahwa besar karyawan penyadap karet (responden) memiliki jumlah tanggungan sebanyak 2 – 3 orang atau sebesar 62,85 %.

5.4. Pengalaman Bekerja

Pengalaman bekerja adalah lama waktu atau masa kerja yang telah ditempuh karyawan penyadap karet dalam melaksanakan pekerjaannya sebagai penyadap karet. Adapun distribusi karyawan sampel berdasarkan pengalaman bekerja pada karyawan penyadap karet dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 5.4. Distribusi Karyawan Sampel Menurut Kelompok Pengalaman

Bekerja

Pengalaman Bekerja Jumlah Persentase

1 – 5 3 8,571

6 – 10 26 74,28

11 – 15 2 5,714

> 16 4 11,42

Total 35 100%

Sumber: Lampiran 1, 2015

Berdasarkan data yang diperoleh, dapat dilihat pada tabel di atas bahwa sebagian besar karyawan penyadap karet memiliki pengalaman bekerja selama 16 – 10 tahun (74,28 %).

5.5. Upah

(40)

Tabel 5.5. Distribusi Karyawan Sampel Menurut Kelompok Upah

Upah Jumlah Persentase

> Rp 1.500.000 (Karyawan Kontrak)

31 88,57

< Rp 1.500.000 (Karyawan Tetap)

4 11,42

Total 35 100%

Sumber: Lampiran 1, 2015

Berdasarkan data yang diperoleh, dapat dilihat pada tabel di atas bahwa sebagian besar karyawan penyadap karet memiliki upah di atas Rp 1.500.000 (88,57 %).

5.6. Premi

(41)

Tabel 5.6. Distribusi Karyawan Sampel Menurut Kelompok Premi

Premi Jumlah Persentase

< Rp 100.000 5 14,285

Rp 100.000-200.000 13 37,142

> Rp 200.000 17 48,57

Total 35 100%

Sumber: Lampiran 1, 2015

Berdasarkan data yang diperoleh, dapat dilihat pada tabel di atas bahwa sebagian besar karyawan penyadap karet memiliki premi di atas Rp 200.000 (48,57 %).

5.7. Produktivitas Kerja Karyawan Penyadap Karet di PTPN II Kebun Limau Mungkur

Produktivitas kerja karyawan penyadap karet dalam penelitian ini adalah perbandingan antara hasil yang dicapai yaitu hasil sadapan (lateks) dengan curahan waktu yang digunakan (HKP) dalam 1 bulan.

Karyawan penyadap karet di Kebun Limau Mungkur mulai bekerja pada pukul 06.00 s/d 13.00 WIB. Hasil sadapan ditampung di dalam mangkuk yang bervolume 500 cc. Pada pukul 09.00 s/d 10.00 karyawan penyadap mulai beristirahat sambil menunggu hasil sadapan penuh pada mangkuk. Setelah itu hasil sadapan dipindahkan ke dalam tong/drum dan dibawa ke pabrik untuk langsung diolah.

(42)

Tabel 5.7. Produktivitas Kerja Karyawan Penyadap Karet di PTPN II Kebun Limau Mungkur Tahun 2015

Bulan Produksi (Kg) HKP Produktivitas

(Kg/HKP)

Sumber: Lampiran 4, 2015

Tabel di atas memperlihatkan produktivitas kerja sebesar 748,13 Kg/ HKP/bulan. Kategori hasil produktivitas kerja karyawan penyadap ini masih tergolong rendah dibandingkan dengan standard perusahaan sebesar 760,30 Kg/HKP/bulan. Hasil produktivitas kerja tergolong rendah dikarenakan banyaknya ketidakhadiran atau absennya penyadap karet serta cuaca yang tidak menentu yang dapat mempengaruhi jadwal penyadapan.

5.8. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja Karyawan Penyadap Karet di PTPN II Kebun Limau Mungkur

Hasil penelitian terhadap 35 sampel penyadap karet memperlihatkan faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja karyawan penyadap karet di PTPN II Kebun Limau Mungkur.

(43)

metode Ordinary Least Square (OLS) atau metode kuadrat terkecil yang menggunakan alat bantu SPSS 16.0 baik secara serempak maupun secara parsial.

Namun sebelum melakukan analisis regresi, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik, yakni untuk mengetahui sejauh mana model estimasi produktivitas kerja penyadap mempunyai sifat-sifat yang tidak biasa, efisien dan konsisten hingga diperoleh model regresi terbaik.

Hasil Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dapat dilihat dari Grafik Histogram residualnya atau Grafik

Normal P-P Plot hasil pengolahan dengan SPSS seperti berikut :

(44)

Gambar 5.2. Grafik Normal P-P Plot Produktivitas Kerja Karyawan Penyadap Karet

Berdasarkan tampilan Grafik Normal P-P Plot di atas terlihat bahwa titik menyebar di sekitar garis diagonal serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Hal ini menunjukkan bahwa data model terdistribusi dengan normal.

b. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas dapat dilihat dari nilai Tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor) masing – masing variabel yaitu pada Tabel 9.

Tabel 5.8. Nilai Tolerance dan VIF Produktivitas Kerja Penyadap Karet

Variabel Colliniearity Statistics

Tolerance VIF

Umur 0,383 2,610

Tingkat Pendidikan 0,514 1,944

Jumlah Tanggungan 0,572 1,748

Pengalaman Bekerja 0,210 4,765

Upah 0,202 4,942

Premi 0,789 1,253

(45)

Mutikolinieritas tidak terjadi apabila nilai Tolerance > 0,1 dan nilai VIF < 10. Berdasarkan Tabel 9, dapat dilihat bahwa variabel umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, pengalaman bekerja, upah dan premi masing – masing memiliki nilai Tolerance sebesar 0,383; 0,514; 0,572; 0,210; 0,202 dan 0,789, dimana nilai Tolerance dari masing – masing variabel > 0,1. Sedangkan nilai VIF dari masing – masing variabel sebesar 2,610; 1,944; 1,748; 4,765; 4,942 dan 1,253, dimana masing – masing variabel < 10. Artinya dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak ada terjadinya multikolineritas di dalam model persamaan ini.

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas dapat dilihat dari Grafik Scatterplot hasil pengolahan SPSS 16.0 sebagai berikut :

(46)

Setelah dilakukan Uji Asumsi Klasik maka dapat diketahui hasil Regresi Linier Berganda produktivitas kerja karyawan penyadap karet sebagai berikut : Tabel 5.9. Hasil Regresi Produktivitas Kerja Karyawan Penyadap Karet

Variabel Koefisien Regresi

t Hitung Signifikan Probabilitas

error (α)

Sumber: Lampiran 7, 2015

Dari Tabel 10 diperoleh persamaan regresi sebagai berikut:

Y = 12,474 + 0,085X1 – 0,011X2 + 0,003X3 + 0,002X4 – 0,00001053X5 +

0,0001X

Keterangan: 6

Y = Produktivitas kerja karyawan penyadap karet (Kg/HKP/bulan)

X1

X

= Umur (tahun)

2

X

= Tingkat pendidikan (tahun)

3

X

= Jumlah tanggungan (jiwa)

4

X

= Pengalaman bekerja (tahun)

5

X

= Upah (rupiah/bulan)

(47)

Uji Kesesuaian Model (Test of Goodness of Fit)

a. Koefisien Determinasi (R2

Dari Tabel 10 diperoleh R )

2

sebesar 0,914 yang berarti 91,4% variabel terikat yaitu produktivitas kerja karyawan penyadap karet dapat dijelaskan oleh variasi variabel bebas yaitu umur (X1), tingkat pendidikan (X2), jumlah tanggungan (X3), pengalaman bekerja (X4), upah (X5) dan premi (X6

b. Uji F (Uji Serempak)

). Sedangkan sisanya 8,6% dijelaskan oleh variabel lain di luar model penelitian.

Dari Tabel 10 diperoleh nilai signifikansi F sebesar 0,000. Ini menunjukkan bahwa nilai signifikansi F lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05 (0,000 < 0,05). Oleh karena nilai signifikansi lebih kecil dari probabilitas 0,05, maka H0 ditolak dan H1

c. Uji t (Uji Parsial)

diterima yang artinya variabel umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, pengalaman bekerja, upah dan premi secara serempak berpengaruh nyata terhadap produktivitas kerja karyawan penyadap karet.

Dari Tabel 10 dapat diinterpretasikan pengaruh variabel umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, pengalaman bekerja, upah dan premi secara parsial terhadap produktivitas kerja karyawan penyadap karet sebagai berikut :

1. Pengaruh Umur terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Penyadap Karet

(48)

umur sebanyak 1 tahun, maka produktivitas kerja karyawan akan meningkat sebanyak 0,085 kg/HKP/bulan dengan asumsi variabel lain konstan.

Hal ini sesuai dengan pendapat Simanjuntak (1985) yang menyatakan bahwa semakin tua seseorang, tanggung jawabnya terhadap keluarga menjadi semakin besar sehingga produktivitas kerja semakin tinggi.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Andrianto (2014) yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivtas Tenaga Kerja pada Home Industri Sepatu Kota Surabaya di UKM Home Industrii Sepatu UD. Perkasa Surabaya” yang menyimpulkan bahwa faktor umur memiliki hubungan yang berbanding lurus (positif) terhadap produktivitas tenaga kerja.

Nilai signifikansi t variabel umur yang diperoleh adalah 0,435. Ini menunjukkan bahwa nilai signifikansi t lebih besar dari nilai probabilitas 0,05 (0,435 > 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan H1

Dalam penelitian ini faktor umur tidak terlalu mempengaruhi produktivitas kerja dikarenakan pihak perusahaan tidak menetapkan batasan umur untuk merekrut karyawan penyadap karet.

ditolak yang artinya variabel umur secara parsial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan penyadap karet.

2. Pengaruh Tingkat Pendidikan terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Penyadap Karet

(49)

produktivitas kerja karyawan akan menurun sebanyak 0,011 kg/HKP/bulan dengan asumsi variabel lain konstan.

Hasil penelitian ini bertentangan dengan teori Simanjuntak (1985) yang menyatakan bahwa pencapaian pendidikan akan membentuk dan menambah pengetahuan seseorang untuk mengerjakan sesuatu dengan lebih cepat dan tepat. Jadi, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin tinggi tingkat produktivitasnya.

Hasil penelitian ini juga bertentangan dengan hasil penelitian Manurung (2013) yang berjudul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja Karyawan Pemanen dan Pemupuk di PT. Perkebunan Nusantara IV Sawit Langkat” yang menyimpulkan bahwa tingkat pendidikan berhubungan positif dengan produktivitas tenaga kerja.

Nilai signifikansi t variabel tingkat pendidikan yang diperoleh adalah 0,963. Ini menunjukkan bahwa nilai signifikansi t lebih besar dari nilai probabilitas 0,05 (0,963 > 0,05), maka dapat disimpulkan H0 diterima dan H1

(50)

akan terasa sia-sia sehingga tidak memotivasi penyadap karet untuk lebih meningkatkan produktivitas kerjanya.

3. Pengaruh Jumlah Tanggungan terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Penyadap Karet

Koefisien regresi jumlah tanggungan penyadap karet sebesar 0,003 dapat diartikan bahwa terdapat hubungan yang berbanding lurus (positif) antara jumlah tanggungan dengan produktivitas kerja karyawan penyadap karet. Ada kecenderungan bertambahnya jumlah tanggungan sebanyak 1 orang, maka produktivitas kerja karyawan akan meningkat sebanyak 0,003 kg/HKP/bulan dengan asumsi variabel lain konstan.

Hal ini sesuai dengan pendapat Simanjuntak (1985) yang menyatakan bahwa bagi karyawan berpenghasilan kecil (dalam penelitian ini adalah penyadap karet), jumlah tanggungan keluarga merupakan faktor penting untuk memotivasi peningkatan produktivitas kerja.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Andrianto (2014) yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivtas Tenaga Kerja pada Home Industri Sepatu Kota Surabaya di UKM Home Industrii Sepatu UD. Perkasa Surabaya” yang juga menyimpulkan bahwa faktor jumlah tanggungan memiliki hubungan yang berbanding lurus (positif) terhadap produktivitas tenaga kerja.

(51)

Dalam penelitian ini jumlah tanggungan tidak berpengaruh secara siginifikan karena karyawan penyadap karet rata-rata berada di umur 35-39 tahun. Umur ini masih dikatakan tergolong muda karena anak dari penyadap karet rata-rata masih berada di tingkat pendidikan SD dan biaya pendidikan dan kesehatan untuk tingkat SD masih tergolong gratis. Sehingga penyadap karet tidak terlalu memikirkan biaya untuk jumlah tanggungannya.

4. Pengaruh Pengalaman Bekerja terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Penyadap Karet

Koefisien regresi pengalaman bekerja penyadap karet sebesar 0,002 dapat diartikan bahwa terdapat hubungan yang berbanding lurus (positif) antara pengalaman bekerja dengan produktivitas kerja karyawan penyadap karet. Ada kecenderungan bertambahnya pengalaman bekerja sebanyak 1 tahun, maka produktivitas kerja karyawan akan meningkat sebanyak 0,002 kg/HKP/bulan dengan asumsi variabel lain konstan.

Hal ini sesuai dengan pendapat Manullang (1984) yang menyatakan bahwa pengalaman bekerja berhubungan positif dengan produktivitas kerja, dimana semakin lama pekerja terlibat dalam pelaksanaan tugasnya, maka pembentukan pengetahuan dan keterampilan akan semakin baik.

(52)

Nilai signifikansi t variabel pengalaman bekerja yang diperoleh adalah 0,990. Ini menunjukkan bahwa nilai signifikansi t lebih besar dari nilai probabilitas 0,05 (0,990 > 0,05), maka dapat disimpulkan H0 diterima dan H1

Pengalaman bekerja tidak berpengaruh secara signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan penyadap karet karena untuk mempelajari proses penyadapan, penyadap karet tidak memerlukan waktu yang sangat lama. Waktu yang diperlukan hanya berkisar dalam hitungan minggu untuk dapat menyadap dengan baik. Sehingga skill yang dimiliki karyawan penyadap karet rata-rata sama.

ditolak yang artinya variabel pengalaman bekerja secara parsial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan penyadap karet.

5. Pengaruh Upah terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Penyadap Karet

Koefisien regresi upah penyadap karet sebesar – 0,00001053 dapat diartikan bahwa terdapat hubungan yang berbanding terbalik (negatif) antara upah dengan produktivitas kerja karyawan penyadap karet. Ada kecenderungan bertambahnya upah sebesar Rp 10.000, maka produktivitas kerja karyawan akan menurun sebanyak 0,1053 kg/HKP/bulan dengan asumsi variabel lain konstan.

Hasil penelitian ini bertentangan dengan pendapat Kurniawan (2010) yang menyatakan bahwa besar kecilnya upah yang diberikan perusahaan kepada para pekerjanya akan memepengaruhi tinggi rendahnya tingkat produktivitas kerja karyawan. Jadi, semakin tinggi tingkat upah, maka semakin tinggi produktivitas kerja.

(53)

Kerja Karyawan Pemanen dan Pemupuk di PT. Perkebunan Nusantara IV Sawit Langkat” yang menyimpulkan bahwa tingkat upah berhubungan positif dengan produktivitas tenaga kerja.

Hal ini berbanding terbalik dengan produktivitas disebabkan karena karyawan penyadap karet didominasi oleh karyawan yang bersifat kontrak. Karyawan kontrak ini biasanya dikontrak selama 6 bulan dan 1 tahun. Karyawan kontrak diberikan upah sesuai dengan peraturan pengupahan yang ditetapkan oleh perusahaan sebesar Rp. 1.625.000. Apabila karyawan bekerja dengan semangat dengan mencapai/melebihi target perusahaan, maka upah yang diterima pun tetap Rp. 1625.000 dan sebaliknya, karyawan kontrak yang bermalas-malasan pun mendapat upah yang sama. Dalam kenyataannya, karyawan menganggap bahwa upah adalah sesuatu yang lumrah yang harus diberikan oleh perusahaan. Ternyata upah yang diterima karyawan penyadap karet masih di bawah UMK Deli Serdang sebesar Rp. 2.015.000 (Keputusan Gubsu, 2015) dan sehingga dalam faktor pengupahan penyadap karet cenderung tidak termotivasi untuk meningkatkan produktivitas kerjanya.

Nilai signifikansi t variabel upah yang diperoleh adalah 0,346. Ini menunjukkan bahwa nilai signifikansi t lebih besar dari nilai probabilitas 0,05 (0,346 > 0,05), maka dapat disimpulkan H0 diterima dan H1

Upah tidak mempengaruhi produktivitas kerja karyawan penyadap karet secara signifikan dikarenakan penyadap karet beranggapan bahwa upah

(54)

sehingga penyadap karet menganggap upah tidak dapat memotivasi untuk meningkatkan produktivitas kerja.

6. Pengaruh Premi terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Penyadap Karet

Koefisien regresi premi sebesar 0,0001 dapat diartikan terdapat hubungan yang berbanding lurus (positif) antara premi dengan produktivitas kerja karyawan penyadap karet. Ada kecenderungan bertambahnya premi Rp 10.000 maka produktivitas kerja karyawan penyadap karet akan bertambah sebanyak 1 kg/HKP/bulan dengan asumsi variabel lain konstan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan teori Prawirosentono (2008) bahwa dengan adanya pemberian premi (insentif) terhadap pekerja akan memberikan pengaruh positif pada peningkatan produktivitas tenaga kerja.

Hubungan ini berbanding lurus (positif) didukung dengan penelitian Manurung (2013) dimana apabila pekerja telah melampaui hasil kerja yang telah direncanakan perusahaan, maka pekerja berhak mendapatkan insentif (premi). Hal ini akan semakin mendorong pekerja untuk meningkatkan produktivitasnya.

Nilai signifikansi t variabel premi yang diperoleh adalah 0,000. Ini menunjukkan bahwa nilai signifikansi t lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05 (0,000 < 0,05), maka dapat disimpulkan H0 ditolak dan H1

(55)
(56)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Produktivitas kerja karyawan penyadap karet di PT. Nusantara II Kebun Limau Mungkur masih tergolong rendah.

2. Faktor umur tidak berpengaruh secara signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan penyadap karet di PT. Nusantara II Kebun Limau Mungkur.

3. Tingkat pendidikan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan penyadap karet di PT. Nusantara II Kebun Limau Mungkur. 4. Jumlah tanggungan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap produktivitas

kerja karyawan penyadap karet di PT. Nusantara II Kebun Limau Mungkur. 5. Pengalaman bekerja tidak berpengaruh secara signifikan terhadap produktivitas

kerja karyawan penyadap karet di PT. Nusantara II Kebun Limau Mungkur. 6. Upah tidak berpengaruh secara signifikan terhadap produktivitas kerja

karyawan penyadap karet di PT. Nusantara II Kebun Limau Mungkur.

7. Premi berpengaruh secara signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan penyadap karet di PT. Nusantara II Kebun Limau Mungkur.

6.2. Saran

Kepada Perusahaan

(57)

Kepada Karyawan Penyadap Karet

Tanpa premi, karyawan penyadap karet harus bisa tetap meningkatkan produktivitas kerjanya dan sebaiknya karyawan penyadap karet tidak sering absen agar produksi dapat tercapai.

Kepada Peneliti Selanjutnya

(58)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1. Tinjauan Pustaka

2.1.1. Karet

Karet (Hevea brasiliensis) merupakan salah satu komoditas perkebunan. Tanaman karet berasal dari Brasil. Tanaman ini merupakan sumber utama bahan karet alam dunia. Sebagai penghasil lateks, tanaman karet merupakan satu-satunya yang dikebunkan secara besar-besaran. Devisa negara yang dihasilkan dari komoditas karet ini cukup besar.

Luas areal perkebunan karet di Indonesia pada tahun 2009 mencapai 3,435,417 Ha dengan total produksi 2,440,346 ton. Jumlah petani yang terlibat dalam usaha budidaya karet ini ini adalah 2,075,954 KK dengan menyerap tenaga kerja sebanyak 195,325 orang. Volume ekspor komoditas karet pada tahun 2008 mampu menghasilkan devisa bagi negara sebesar US $ 6,056,572 dari total ekspor sebesar 2,295,456 ton (Ditjen Perkebunan, 2010).

2.1.2. Sumber Daya Manusia

Menurut Simanjuntak (1985), sumber daya manusia atau human resources

(59)

bernilai ekonomis, yaitu bahwa kegiatan tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Secara fisik, kemampuan bekerja diukur dengan usia. Dengan kata lain, orang dalam usia kerja dianggap mampu bekerja. Kelompok penduduk dalam usia kerja tersebut dinamakan tenaga kerja atau

manpower.

Manajemen sumber daya manusia lebih memfokuskan mengenai pengaturan peranan manusia dalam mewujudkan tujuan yang optimal. Pengaturan itu meliputi masalah perencanaan (human resources planning),

pengorganisasiaan, pengarahan, pengendalian, pengadaan, pengembangan, kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, kedisiplinan, dan pemberhentian tenaga kerja untuk membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat. Manajemen sumber daya manusia adalah ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat (Hasibuan, 2005).

2.1.3. Produktivitas Kerja

Produktivitas kerja karyawan sangat diperlukan di dalam perusahaan perkebunan. Menurut Hasibuan (2005), produktivitas kerja adalah perbandingan antara output dengan input, dimana output-nya harus mempunyai nilai tambah dan teknik pengerjaannya yang lebih baik.

Produktivitas kerja = output

input

(60)

3. Abilities

4. Attitudes, dan 5. Behaviours

Produktivitas secara umum diartikan sebagai hubungan antara keluaran (barang-barang atau jasa) dengan masukan (pegawai, bahan, uang). Produktivitas adalah ukuran efisiensi produktif. Produktivitas mempunyai arti ukuran yang relatif nilai atau ukuran yang ditampilkan oleh daya produksi. Tohardi (2002), mengemukakan bahwa produktivitas kerja merupakan sikap mental. Sikap mental yang selalu mencari perbaikan terhadap apa yang telah ada. Suatu keyakinan bahwa seseorang dapat melakukan pekerjaan yang lebih baik hari ini daripada hari kemarin dan hari esok lebih baik hari ini.

Ada tiga aspek utama yang perlu ditinjau dalam menjamin produktivitas yang tinggi, yaitu: (1) aspek kemampuan manajemen tenaga kerja, (2) aspek efisiensi tenaga kerja, (3) aspek kondisi lingkungan pekerjaan. Ketiga aspek tersebut saling terkait dan terpadu dalam suatu sistem dan dapat diukur dengan berbagai ukuran yang relatif sederhana (Singodimedjo, 2000). Dalam kaitannya dengan karyawan, maka produktivitas karyawan merupakan perbandingan antara hasil yang dicapai dengan peran serta karyawan per satuan waktu. Faktor manusia telah menjadi fokus penghargaan dunia sejak abad ke-18 yang populer dengan penerapan ilmu perilaku manusia, oleh karena itu produktivitas tidak dilihat sebagai konsep produksi dan ekonomi saja, yang melupakan kepentingan tenaga kerja dan lingkungan.

(61)

hubungannya dengan input yang berupa karyawan, modal, materi atau bahan baku dan peralatan.

Menurut Sutrisno (2009), mengemukakan bahwa produktivitas adalah perbandingan antara hasil yang dicapai dengan peran serta pegawai per satuan waktu. Peran serta tenaga kerja disini adalah penggunaan sumber daya serta efisiensi dan efektif.

Produktivitas kerja = output

input

Dimana output adalah hasil yang dicapai oleh pekerja dan input adalah satuan waktu (HKP). Perhitungan jumlah HKP tenaga kerja adalah sebagai berikut :

Jumlah HKP = JumlahorangxJumlahharikerjaxjumlahjamkerja

8 x 1 HKP

(62)

2.2. Landasan Teori

2.2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja

Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja yaitu : 1. Umur

Peningkatan tingkat partisipasi kerja dipengaruhi oleh faktor umur dan pada dasarnya dipengaruhi oleh dua hal yaitu :

(1) Semakin tinggi tingkat umur, semakin kecil proporsi penduduk yang bersekolah. Dengan kata lain proporsi penduduk yang sedang bersekolah dalam kelompok umur muda lebih besar dari pada proporsi penduduk yang sedang bersekolah dalam kelompok umur dewasa. Dengan demikian, TPK (tingkat proporsi kerja) pada kelompok umur dewasa lebih besar daripada TPK pada kelompok umur yang lebih muda (Simanjuntak, 1985). Jadi, semakin bertambah umur, maka produktivitas kerja semakin meningkat. Dengan demikian faktor umur berhubungan positif terhadap produktivitas kerja.

(2) Semakin tua seseorang, tanggung jawabnya terhadap keluarga menjadi semakin besar. Banyak penduduk dalam usia muda terutama yang belum kawin menjadi tanggungan orang tuanya, walaupun bukan sedang bersekolah. Sebaliknya orang yang lebih dewasa, terutama yang sudah kawin, pada dasarnya harus bekerja keras untuk menghidupi keluarganya (Simanjutak, 1985). Jadi, semakin tua umur seseorang, maka produktivitas kerja semakin meningkat. Dengan demikian faktor umur berhubungan positif terhadap produktivitas kerja.

2. Tingkat pendidikan

(63)

landasan untuk mengembangkan diri serta kemampuan memanfaatkan semua sarana untuk kelancaran tugas atau pekerjaan. Pencapaian pendidikan akan membentuk dan menambah pengetahuan seseorang untuk mengerjakan sesuatu dengan lebih cepat dan tepat. Jadi, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin tinggi tingkat produktivitasnya (Simanjuntak, 1985). Dengan demikian faktor tingkat pendidikan berhubungan positif terhadap produktivitas kerja.

3. Jumlah Tanggungan

Untuk menunjang kebutuhan hidup seorang karyawan, maka seorang karyawan termotivasi untuk meningkatkan kinerjanya untuk memenuhi kebutuhan hidup atau beban tanggungannya. Produktivitas dipengaruhi oleh banyak faktor seperti tingkat gizi, kesehatan, jumlah keluarga yang ditanggung karyawan. Namun bagi karyawan yang berpenghasilan kecil, kesehatan dan jumlah tanggungan keluarga merupakan faktor penting untuk memotivasi peningkatan produktivitas kerja (Simanjuntak, 1985). Jadi, semakin banyak jumlah tanggungan, maka produktivitas kerja semakin meningkat. Dengan demikian jumlah tanggungan berhubungan positif dengan produktivitas kerja.

4. Pengalaman Kerja

(64)

(Manullang, 1984). Kata “produktivitas kerja” dapat diartikan sebagai seseorang yang semakin lama dapat menguasai bidang pekerjaan yaitu berarti produktivitas kerjanya akan meningkat, dan sebaliknya apabila seseorang yang dengan masa kerja kurang berpengalaman biasanya produktivitas kerjanya rendah (Andrianto, 2014). Dengan demikian pengalaman kerja berhubungan positif terhadap produktivitas kerja.

5. Upah

Besar kecilnya upah yang diberikan perusahaan kepada para pekerjanya akan mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat produktivitas kerja karyawan. Saat seorang pekerja merasa nyaman dengan upah yang diterima, maka produktivitas dalam bekerja diharapkan akan meningkat. Upah yang nyaman dalam hal ini dapat diartikan upah yang wajar, yakni dapat memungkinkan pekerja memenuhi kebutuhannya secara manusiawi. Sehingga ketika penghasilan cukup, akan menimbulkan konsentrasi kerja dan mengarahkan kemampuan yang dimiliki untuk meningkatkan produktivitas (Kurniawan, 2010). Jadi, semakin tinggi tingkat upah, maka semakin tinggi produktivitas kerja. Dengan demikian tingkat upah berhubungan positif terhadap produktivitas kerja.

6. Premi

(65)

2.3.Penelitian Terdahulu

Penelitian yang berjudul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja Karyawan Pemanen dan Pemupuk di PT. Perkebunan Nusantara IV Sawit Langkat di Daerah Kecamatan Padang Tualang, Kabupaten Langkat” oleh Manurung (2013) menunjukkan hasil penelitian bahwa produktivitas tenaga kerja karyawan pemanen dan pemupuk rata-rata setiap bulan tinggi sebesar 34787,58 Kg/HKP dan 1,6 Ha/HKP. Produktivitas tenaga kerja pemanen dipengaruhi secara negatif dan tidak nyata oleh faktor umur. Sedangkan tingkat pendidikan, jumlah tanggungan dan pengalaman kerja dipengaruhi secara positif dan tidak nyata. Produktivitas tenaga kerja pemanen dipengaruhi secara positif dan nyata oleh premi. Produktivitas tenaga kerja pemupuk dipengaruhi secara positif dan tidak nyata oleh faktor umur, jumlah tanggungan, pengalaman kerja, tingkat pendidikan dan premi.

Berdasarkan penelitian Andrianto (2014) yang berjudul “Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja pada Home Industri Sepatu Kota Surabaya di UKM Home Industri Sepatu UD. Perkasa Surabaya” menunjukkan bahwa faktor usia, pengalaman kerja, beban tanggungan dan upah berpengaruh positip terhadap produktivitas kerja. Variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap variabel terikat Y (produktivitas kerja) adalah variabel upah.

(66)

tenaga kerja, sedangkan faktor keterampilan, pemberian insentif dan jenis kelamin tidak menunjukkan adanya perbedaan produktivitas tenaga kerja yang signifikan.

2.4.Kerangka Pemikiran

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas karyawan penyadap adalah umur, tingkat pendidikan, pengalaman bekerja, jumlah tanggungan, tingkat upah dan premi. Salah satu untuk meningkatkan kinerja pekerja, perusahaan perlu memberikan penghargaan yaitu salah satunya dengan cara memberikan premi.

Skema kerangka pemikiran faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas karyawan penyadap karet dapat dilihat sebagai berikut

: Menyatakan pengaruh

Gambar 2.1. Skema Kerangka Pemikiran Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Karyawan Penyadap Karet

Produktivitas Kerja Karyawan

Penyadap Karet Umur

Tingkat pendidikan Pengalaman

bekerja Jumlah tanggungan

Upah

(67)

2.5. Hipotesis Penelitian

(68)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Sektor Pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Sektor Pertanian mampu berperan sebagai salah satu sumber penting bagi surplus neraca perdagangan atau neraca pembayaran (sumber devisa), baik lewat ekspor hasil-hasil pertanian atau peningkatan produksi komoditi-komoditi pertanian menggantikan impor (subsitusi impor). Salah satu subsektor pertanian dari pertanian yang memberi kontribusi bagi devisa negara adalah perkebunan (Tambunan, 2003).

Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Ekspor Karet Indonesia selama 20 tahun terakhir terus menunjukkan adanya peningkatan dari 1.0 juta ton pada tahun 1985 menjadi 1.3 juta ton pada tahun 1995 dan 1.9 juta ton pada tahun 2004. Pendapatan devisa dari komoditi ini pada tahun 2004 mencapai US$ 2.25 milyar, yang merupakan 5% dari pendapatan devisa non-migas (Anonymous, 2015).

Pada tahun 1876, Henry A. Wickham, memasukkan biji karet yang berasal dari Amerika Serikat ke Ceylon (Sri Lanka), Malaya, dan beberapa biji ke kebun percobaan pertanian di Bogor. Di Indonesia perkebunan besar karet baru dimulai di Sumatera pada tahun 1902 dan di Jawa pada tahun 1906. Sejak saat itulah perkebunan karet mengalami perluasan yang cepat (Setyamidjaja, 1993).

(69)

mempunyai kriteria yang baik misalnya memiliki pengetahuan, keterampilan dan dapat memberikan kontribusi kepada perusahaan tersebut.

Berbicara mengenai karyawan, khususnya di PT. Perkebunan Nusantara II Kebun Limau Mungkur karyawan merupakan investasi yang paling penting bagi perusahaan dalam keberlangsungan aktivitas perusahaan tersebut. Saat ini jika tidak diperhatikan dapat dilihat secara garis besar bahwa perusahaan sering sekali mengalami banyak masalah seperti salah satunya produktivitas kerja yang rendah. Pada dasarnya perusahaan bukan saja mengharapkan karyawan yang mampu cakap dan terampil, tetapi yang terpenting mereka mau bekerja giat dan berkeinginan untuk mencapai hasil kerja yang optimal. Ini dibuktikan bahwa lebih besar pengeluaran yang dilakukan daripada pendapatan yang dihasilkan. Karyawan yang baik (terampil) dapat menghasilkan produktivitas yang tinggi.

Peningkatkan produksi dan produktivitas suatu perusahaan dipengaruhi oleh produksi dan produktivitas dari karyawan itu sendiri. Karyawan yang dimaksud adalah penyadap karet. Penyadap karet menyadap pohon karet dengan cara mengiris batang pohon dengan kedalaman tertentu, kemudian hasil sadapan dikumpulkan di wadah yang sudah disediakan. Sesudah hasil sadapan terkumpul dalam wadah maka diberikan larutan amoniak dan air agar hasil sadapan karet tersebut tidak terjadi penggumpalan.

(70)

Hasil produksi lateks di PTPN II Kebun Limau Mungkur adalah sebagai berikut : Tabel 1.1. Produksi Lateks PTPN II Kebun Limau Mungkur

Tahun Produksi (kg kk)

2010 293.990

2011 229.886

2012 185.257

2013 92.256

2014 111.552

Sumber : PT. Perkebunan Nusantara II, Kebun Limau Mungkur, 2015

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan permasalahan yang terjadi di PTPN II Kebun Limau Mungkur adalah produksi lateks cenderung mengalami penurunan yaitu pada tahun 2010 s/d 2013.

Salah satu aspek penting di dalam meningkatkan kemampuan serta pemanfaatan sumber-sumber yang relatif terbatas adalah mempergunakan sumber-sumber tersebut seefisien mungkin. Penggunaaan sumber (input) seefisien mungkin akan cenderung ke arah peningkatan produktivitas tenaga kerja. Produktivitas tenaga kerja adalah perbandingan antara hasil kerja yang dicapai dengan peran serta tenaga kerja persatuan waktu (Kussriyanto, 1986).

Berdasarkan teori produktivitas, dikemukakan bahwa tingkat produktivitas tenaga kerja dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, pendapatan, motivasi kerja, umur, lingkungan kerja, pelatihan kerja, manajemen kerja dan sarana dan prasarana yang tersedia (Simanjuntak, 1985).

(71)

rencana (target) yang telah ditentukan. Agar dapat meningkatkan produksinya maka diperlukan karyawan penyadap karet yang terampil. PT Perkebunan Nusantara II Kebun Limau Mungkur memiliki 35 karyawan penyadap karet yang dianggap dapat meningkatkan produksi karet (PT. Perkebunan Nusantara II

Sesuai dengan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian secara ilmiah untuk mengetahui produktivitas kerja karyawan penyadap karet di

, 2015).

1.2.Identifikasi Masalah

PT. Perkebunan Nusantara II Kebun Limau Mungkur.

1. Bagaimana produktivitas kerja karyawan penyadap karet di PTPN II Kebun Limau Mungkur ?

2. Bagaimana pengaruh faktor umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, pengalaman bekerja, upah dan premi terhadap produktivitas kerja karyawan penyadap karet di PTPN II Kebun Limau Mungkur ?

1.3.Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui produktivitas kerja karyawan penyadap karet di PTPN II Kebun Limau Mungkur.

(72)

1.4.Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin dicapai di dalam penelitian ini adalah:

1. Bagi penulis, untuk melatih dan mengembangkan kemampuan berfikir ilmiah sebagai penerapan teori yang diikuti selama perkuliahan.

2. Diharapkan dapat dipertimbangkan sebagai bahan masukan pada pihak PTPN II Kebun Limau Mungkur dalam meningkatkan produktivitas karyawan penyadap karet.

Gambar

Tabel 3.1. Produksi Lateks PT. Perkebunan Nusantara II
Tabel 4.1. Luas Areal Statement Kebun Limau Mungkur Tahun 2014
Gambar 4.1. Struktur Organisasi PTPN II Kebun Limau Mungkur
Tabel 5.1. Distribusi Karyawan Sampel Menurut Kelompok Umur
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hadirnya rumah sakit kusta sebagai area yang memfokuskan keberadaan dan perawatan pasien kusta, membuat profesi sebagai perawat pasien kusta menjadi unik bila

Anak-anak di rumah lakukanlah sholat berjamaah baik di masjid atau di rumah, di bawah ini ada tabel yang ditandatangani oleh orangtua dan guru, bahwa kalian telah menghafal

Two important asymmetric patterns detected are: (1) the transmission of the shock/ volatility return from the Singapore stock ex- change to the Indonesian stock exchange will

Dengan karakteristiknya, bahasa Jerman menuntut adanya kemampuan dan keterampilan yang cukup baik bagi para penggunanya, baik untuk kepentingan di lingkungan

Pokja Konstruksi pada Rumkit Bhayangkara Denpasar akan melaksanakan Pemilihan Langsung dengan pascakualifikasi untuk paket pekerjaan pengadaan Konstruksi Renovasi

Di era global ini media Internet telah menjadi terobosan baru yang di masa depan mungkin akan dapat mengambil alih fungsi semua media massa yang

Kepada peserta pelelangan yang keberatan, diberikan kesempatan untuk menyampaikan sanggahan khususnya mengenai ketentuan dan prosedur yang telah ditentukan dalam

Contoh (21) berupa kalirnat langsung interogatif yang tuturannya berposisi di belakang kalimat sitiran atau kalimat tiruannya.. Kalimat tiruannya terdiri dari sebuah