• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Ibu dan Balita Dengan Kejadian Diare Pada Balita Usia 1 - 4 Tahun di Lingkungan Listrik Atas Kelurahan Gundaling I Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo Tahun 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Ibu dan Balita Dengan Kejadian Diare Pada Balita Usia 1 - 4 Tahun di Lingkungan Listrik Atas Kelurahan Gundaling I Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo Tahun 2016"

Copied!
148
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuisioner

Lampiran 2. Surat Izin Penelitian Dinas Kesehatan Kab. Karo

Lampiran 3. Surat Izin Penelitian Puskesmas Berastagi

Lampiran 4. Surat Keterangan Selesai Penelitian

Lampiran 5. Master Data

Lampiran 6. Output Penelitian

(2)

97

KUESIONER

HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) IBU DAN BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA

USIA 1-4 TAHUN DI LINGKUNGAN LISTRIK ATAS KELURAHAN GUNDALING I KECAMATAN

(3)

KUESIONER PHBS IBU DAN BALITA

INDIKATOR PHBS PERSYARATAN Ya Tidak

Menggunakan Air Bersih (Tesis Asti Nuraeni FIK UI, 2012)

Sumber air bersih berasal dari mata air terlindungi, air sumur gali, air PDAM, air hujan dan air berasal dalam kemasan Jika sumber air bersih dari mata air, tempat penampungan mata air terlindungi, terbebas dari vektor pengganggu dan sumber pencemar Ibu mencuci peralatan makan dan minum dengan sabun dan air bersih sebelum digunakana

Ibu mencuci botol susu balita dengan sabun dan air bersih sebelum digunakan Ibu membersihkan tempat penampungan air bersih setiap hari sebelum digunakan

Ibu menampung air bersih pada wadah yang tertutup

Ibu memasak air untuk minum keluarga sampai mendidih

Jenis jamban di rumah adalah jamban cemplung atau jamban tangki

septik/leher angsa

Seluruh anggota keluarga menggunakan jamban

Balita buang air besar (BAB) menggunakan jamban

Jika tidak, balita BAB di parit atau pekarangan rumah

Jamban selalu tersedia air bersih yang cukup

(4)

98

INDIKATOR PHBS PERSYARATAN Ya Tidak

Cuci Tangan Pakai Sabun (Depkes RI, 2012) dan (Proverawati, 2012)

Ibu mencuci tangan dengan sabun Ibu mencuci tangan dengan air bersih mengalir

Ibu membersihkan telapak tangan tangan dan sela-sela jari saat cuci tangan dengan sabun

Ibu mencuci tangan pakai sabun setelah buang air besar (BAB)

Ibu mencuci tangan pakai sabun setelah menceboki balita BAB

Ibu mencuci tangan pakai sabun sebelum menyiapkan susu untuk balita Ibu mencuci tangan pakai sabun sebelum menyiapkan/ menyuapi makanan untuk balita

Ibu mencuci tangan pakai sabun sebelum menyiapkan makanan

Ibu mencuci tangan pakai sabun setelah bersin, batuk, membuang ingus, berkebun dan setelah pulang berpergian Ibu mencuci tangan setelah memegang hewan peliharaan

Balita ibu mencuci tangan sebelum makan atau memegang makanan

Balita ibu mencuci tangan setelah bermain

INDIKATOR PHBS PERSYARATAN Ya Tidak

Pemberian ASI Eksklusif

Sewaktu balita berusia 0-6 bulan hanya diberikan ASI saja tanpa MP-ASI

Menimbang Balita Setiap Bulan

(Tesis Asti Nuraeni FIK UI, 2012)

(5)

Makan Buah dan Sayuran Setiap Hari

(Pedoman Umum Gizi Seimbang, 2014)

Balita ibu mau mengkonsumsi buah-buahan dan sayuran

Balita ibu makan 3 kali sehari

Setiap makan balita diberikan sayur-sayuran

Setiap hari balita mengonsumsi buah-buahan

Konsumsi sayur-sayuran balita setiap makan ≥ 1 5 porsi atau 150 gr per hari Konsumsi buah-buahan balita setiap hari ≥ 3 porsi atau 150 gr

Melakukan Aktivitas Fisik Setiap Hari

Untuk usia 1 tahun

Sudah dapat melakukan aktivitas fisik dengan kedua kakinya seperti berjalan dengan berpegangan pada sesuatu, memanjat, memberi makan dirinya sendiri, mencuci tangan dan bermain dengan orang lain.

Untuk usia 2 tahun

Mampu menaiki dan menuruni anak tangga dengan kaki bergantian, menemukan cara untuk menggunakan benda sekitar seperti membuka pintu, membuka wadah tertutup, melempar bola dan meloncat.

Untuk usia 3 tahun

Mampu dan dapat mengikuti instruksi mudah dari Ibu misalnya membereskan mainan sendiri, membuang sampah pada tempatnya, bermain lempar tangkap bola dan menendang bola.

Untuk usia 4 tahun

(6)

100

BCG

1 Polio 1

DPT/HB 1

2 Polio 2

DPT/HB 2

3 Polio 3

DPT/HB 3

4 Polio 4

Campak 9

KUESIONER KEJADIAN DIARE

DIARE Ya Tidak

(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)

59 Agusta 32 31-35 SMA IRT Joy Laki-laki

UI : Umur Ibu MAB : Kategori Menggunakan Air bersih KUI : Kategori Umur Ibu JBN : Kategori Menggunakan Jamban Sehat

PND : Pendidikan Ibu CTPS : Kategori Cuci Tangan Pakai Sabun Ibu dan Balita PKJ : Pekerjaan Ibu ASI : Pemberian ASI eksklusif

NB : Nama Balita TMB : Menimbang Balita Setiap Bulan

(14)

108

Sumber air bersih berasal dari mata air terlindungi, air sumur gali, air PDAM, air hujan dan air berasal dalam kemasan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 65 100,0 100,0 100,0

Jika sumber air bersih dari mata air, tempat penampungan mata air terlindungi, terbebas dari vektor pengganggu dan sumber pencemar

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 65 100,0 100,0 100,0

Ibu membersihkan tempat penampungan air bersih setiap hari sebelum digunakan

Frequency Percent Valid Percent

Ibu menampung air bersih pada wadah yang tertutup

(15)

Ibu memasak air untuk minum keluarga sampai mendidih

Jenis jamban di rumah adalah jamban cemplung atau jamban tangki septik/leher angsa

Frequency Percent Valid Percent

Seluruh anggota keluarga menggunakan jamban

(16)

110

Balita buang air besar (BAB) menggunakan jamban

Frequency Percent Valid Percent

Jamban selalu tersedia air bersih yang cukup

Frequency Percent Valid Percent

Kategori Menggunakan Jamban Sehat

N Valid 65

Ibu mencuci tangan dengan air bersih mengalir

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ya 65 100,0 100,0 100,0

Ibu membersihkan telapak tangan dan sela-sela jari saat cuci tangan dengan sabun

(17)

ibu mencuci tangan pakai sabun setelah buang air besar (BAB)

Ibu mencuci tangan pakai sabun setelah menceboki balita BAB

Frequency Percent Valid Percent

Ibu mencuci tangan pakai sabun sebelum menyiapkan susu untuk balita

Frequency Percent Valid Percent

Ibu mencuci tangan pakai sabun sebelum menyiapkan/menyuapi makanan untuk balita

Frequency Percent Valid Percent

Ibu mencuci tangan pakai sabun sebelum menyiapkan makanan

Frequency Percent Valid Percent

Ibu mencuci tangan pakai sabun setelah bersin, batuk, membuang ingus, berkebun dan setelah pulang berpergian

Ibu mencuci tangan setelah memegang hewan peliharaan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

(18)

112

Tidak 31 47,7 47,7 100,0

Total 65 100,0 100,0

Balita ibu mencuci tangan sebelum makan atau memegang makanan

Frequency Percent Valid Percent

Balita ibu mencuci tangan setelah bermain

Frequency Percent Valid Percent

Kategori Cuci Tangan Pakai Sabun

Frequency Percent Valid Percent

Menimbang Balita Setiap Bulan

(19)

Balita ibu mau mengonsumsi buah-buahan dan sayuran

Frequency Percent Valid Percent

Balita ibu makan 3 kali sehari

Frequency Percent Valid Percent

Setiap makan balita diberikan sayur-sayuran

Frequency Percent Valid Percent

Setiap hari balita mengonsumsi buah-buahan

Frequency Percent Valid Percent

Konsumsi sayur-sayuran balita setiap makan > 1,5 porsi atau 150 gr per hari

Frequency Percent Valid Percent

Konsumsi buah-buahan balita setiap hari > 3 porsi atau 150 gr

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

(20)

114

Total 65 100,0 100,0

Kategori Makan Sayur dan Buah Setiap Hari

Frequency Percent Valid Percent

Melakukan Aktivitas Fisik Setiap Hari

N Valid 65

Missing 0

Melakukan Aktivitas Fisik Setiap Hari

Frequency Percent Valid Percent

Umur Balita * Kejadian Diare Crosstabulation

(21)

Status Gizi Balita

Status Gizi * Kejadian Diare Crosstabulation

(22)

116

Status Imunisasi Balita * Kejadian Diare pada Balita Crosstabulation

Status Imunisasi * Kejadian Diare Crosstabulation

(23)

% of Total 41,5% 58,5% 100,0%

Kategori Menggunakan Air Bersih * Kejadian Diare Crosstabulation

Menggunakan Air Bersih 33,3% 66,7% 100,0%

% within Kejadian Diare 59,3% 84,2% 73,8%

% of Total 24,6% 49,2% 73,8%

Buruk Count 11 6 17

Expected Count 7,1 9,9 17,0

% within Kategori

Menggunakan Air Bersih 64,7% 35,3% 100,0%

% within Kejadian Diare 40,7% 15,8% 26,2%

% of Total 16,9% 9,2% 26,2%

Total Count 27 38 65

Expected Count 27,0 38,0 65,0

% within Kategori

Menggunakan Air Bersih 41,5% 58,5% 100,0%

(24)

118

Kategori Menggunakan Jamban Sehat * Kejadian Diare Crosstabulation

(25)

Linear-by-Linear

Kategori Cuci Tangan Pakai Sabun * Kejadian Diare Crosstabulation

(26)

120

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Memberikan ASI Eksklusif *

Kejadian Diare 65 100,0% 0 ,0% 65 100,0%

Memberikan ASI Eksklusif * Kejadian Diare Crosstabulation

(27)
(28)

122

Kategori Makan Sayur dan Buah Setiap Hari * Kejadian Diare Crosstabulation

Melakukan Aktivitas Fisik Setiap Hari * Kejadian Diare Crosstabulation

(29)

Diare Tidak Diare Diare

Aktivitas Fisik Setiap Hari 41,3% 58,7% 100,0%

% within Kejadian Diare 96,3% 97,4% 96,9%

% of Total 40,0% 56,9% 96,9%

Tidak Count 1 1 2

Expected Count ,8 1,2 2,0

% within Melakukan

Aktivitas Fisik Setiap Hari 50,0% 50,0% 100,0%

% within Kejadian Diare 3,7% 2,6% 3,1%

% of Total 1,5% 1,5% 3,1%

Total Count 27 38 65

Expected Count 27,0 38,0 65,0

% within Melakukan

Aktivitas Fisik Setiap Hari 41,5% 58,5% 100,0%

(30)

124

DOKUMENTASI PENELITIAN

Gambar Lampiran 1. Lokasi Penelitian Lingkungan Listrik Atas

(31)

Gambar Lampiran 3. Sarana Air Bersih (Mata Air)

(32)

126

(33)

DAFTAR PUSTAKA

---., 2015. Aktivitas Fisik yang Dianjurkan Untuk Anak Usia 1-5 Tahun.

https://www.ibudanbalita.com/diskusi/aktivitas-fisik-yang-dianjurkan-untuk-anak-usia-1-5-tahun(diakses pada 12 April 2016).

---., 2015. Aktivitas Fisik Untuk Anak Balita 1-3 Tahun. http://artikelkesehatananak.com/aktivitas-fisik-untuk-anak-balita-1-3-tahun.html.(diakses pada 15 April 2016)

---.,2015. Kenapa Aktivitas Fisik Baik Untuk Anak Balita. http://balitapedia.com/alasan-kenapa-aktifitas-fis.

(diakses pada 12 April 2016)

---.,2015. Tumbuh Kembang Balita Usia 1-3 Tahun. http://www.nutriclub.com/artikel/tumbuh-kembang-balita-usia-1-3-tahun (diakses pada 12 April 2016).

Anggraeni, Reni., 2010. Klasifikasi Status Gizi Balita Berdasarkan Indeks Antropometri (BB/U) Menggunakan Jaringan Saraf Tiruan. Skripsi Mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Universitas Gunadarma. Jakarta.

Chandra, B., 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. EGC. Jakarta.

Chomaria, N., 2015. Tumbuh Kembang Anak Usia 0-5 Tahun. Cinta. Surakarta.

Depkes RI., 1990. PERMENKES No. 416 Tahun 1990 Tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air. Jakarta.

---., 2004. Buku Panduan Hygiene Sanitasi. Labuhan Batu.

---.,2009. Panduan Penyelenggaraan Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia. Jakarta.

(34)

99

---., 2009. Seri Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Rumah Tangga. Pusat Promosi Kesehatan. Jakarta.

Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara., 2013. Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara 2012.

Dinas Kesehatan Kabupaten Karo., 2014. Profil Kesehatan Kabupaten Karo 2013.

---., 2015. Profil Kesehatan Puskesmas Berastagi 2014.

---., 2016. Profil Kesehatan Pos Kesehatan Desa LingkunganListrik Atas Kelurahan Gundaling I 2015.

Hermawan, Arief., 2006. Jaringan Saraf Tiruan Teori dan Aplikasi. Andi. Yogyakarta.

Irianto, Kus dan Kusno Waluyo., 2004. Gizi dan Pola Hidup Sehat Cetakan I. Yrama Widya. Bandung.

Irmawati., 2015. Bayi dan Balita Sehat dan Cerdas. PT Elex Media Komputindo. Jakarta.

Kemenkes RI., 2011. PERMENKES NO. 2269/MENKES/PER/XI/2011 Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Jakarta.

---., 2013. PERMENKES NOMOR 42 TAHUN 2013 tentang Penyelenggaraan Imunisasi. Jakarta.

---., 2014. Info Datin (Pusat Data dan Informasi) Perilaku Mencuci Tangan Pakai Sabun di Indonesia Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia 15 Oktober. Jakarta.

---., 2014. PERMENKES NO. 3 Tahun 2014 tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat. Jakarta.

(35)

---., 2015. Profil Kesehatan Indonesia 2014. Jakarta

Maryunani, Anik., 2012. Inisiasi Menyusui Dini ASI Eksklusif dan Manajemen Laktasi. Trans Info Media. Jakarta.

Medise, Bernie Endaryani., 2013. Olahraga Anak Usia 1-4 Tahun. http://kompas.com/IkatanDokterAnakIndonesia/Olahraga-Anak-Usia-1-4-Tahun. (diakses pada 12 April 2016)

Muliawan, Taufik Azwin., 2009. Hubungan Antara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada Tatanan Rumah Tangga dengan Kejadian Diare pada Anak Umur 6-12 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Kersana Kabupaten Brebes tahun 2008. Skripsi Mahasiswa Fakultas Ilmu Keolahragaan UNNES. Semarang.

Notoatmodjo, Soekidjo., 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Rineka Cipta. Jakarta.

---., 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.

Nuraeni, Asti., 2012. Hubungan Penerapan PHBS Keluarga dengan Kejadian Diare Balita di Kelurahan Tawangmas Kota Semarang. Tesis Mahasiswa Program Magister Fakultas Ilmu Keperawatan UI. Depok.

Peraturan Pemerintah No. 33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif.

Proverawati, Atikah dan Eni Rahmawati., 2012. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Nuha Medika. Yogyakarta.

Purba, Elly Tetty., 2013. Pengetahuan dan Sikap Orang Tua Tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Rumah Tangga di Kelurahan Tomuan Kecamatan Siantar Timur tahun 2012. Skripsi Mahasiswa Fakultas Keperawatan USU. Medan.

(36)

101

Purwanto., 2011. Dampak Senam Aerobik Terhadap Daya Tahan Tubuh dari Penyakit. Jurnal Media Ilmu Keolahragaan Indonesia. Universitas Negeri Semarang Volume 1 (1).

Safira, Sarah., 2015. Hubungan Kepadatan Lalat, Personal Hygiene dan Sanitasi Dasar dengan Kejadian Diare pada Balita di Lingkungan I Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan Marelan Kota Medan Tahun 2015. Skripsi Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat USU. Medan.

Sembiring, Sabariah., 2014. Pengaruh Karakteristik, Sanitasi Dasar dan Upaya Pencegahan Terhadap Kejadian Diare pada Balita (1- < 5 tahun) di Kelurahan Sei Sekambing C II Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Kota Medan Tahun 2014. Tesis Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat USU. Medan.

Sitinjak, Lely Herlina., 2011. Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan Kejadian Diare Di Desa Pardede Onan Kecamatan Balige Tahun 2011.

Skripsi Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat USU. Medan.

Siswatiningsih. 2001., Kaitan Antara Status Gizi dengan Kejadian Infeksi pada Balita di Kabupaten Jepara Tahun 2000. Skripsi Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat UNDIP. Semarang.

Subarjo, Dedi., 2004. Obesitas Primer pada Anak. Kiblat Buku Utama. Bandung.

Sunarti., 2015. Faktor-Faktor yang Memegaruhi Kejadian Diare pada Anak Balita (1- <5) Tahun di Kota Padangsidimpuan tahun 2015. Tesis Mahasiswa Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat USU. Medan.

Suraatmaja, Sudaryat., 2010. Kapita Selekta Gastroenterologi Anak. Sagung Seto. Jakarta.

Sustainable Cocoa Production Program (SCPP)., 2014. Gizi Rumah Tangga dan Pengolahan Makanan. Swisscontact. Jakarta.

Water and Sanitation Program., 2009. Informasi Pilihan Jamban Sehat Water and Sanitation Program East Asia and The Pacific (WSP-EAP). Jakarta.

(37)

Windratie., 2014. Berapa Banyak Ukuran Porsi Makan Balita. http://m.cnnindonesia.com/gaya-hidup/2015092810280.

(diakses pada 13 April 2016)

(38)

BAB 3

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian dalam bentuk survei analitik dengan metode pendekatan cross-sectional. Rancangan cross sectional adalah suatu rancangan penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor risiko dengan faktor efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach). Artinya tiap subjek penelitian hanya diobesrvasi sekali saja.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1 Tempat Penelitian

Lokasi penelitian berada di Listrik Atas Kelurahan Gundaling 1 Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari - April 2016.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh balita usia 1 - 4 tahun yang bertempat tinggal di Listrik Atas Kelurahan Gundaling I Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo tahun 2016 yaitu sebanyak 171 balita.

3.3.2 Sampel

(39)

n =

dimana

N : besar populasi n : besar sampel

d : tingkat ketepatan (0,1)

n =

63 09 65

Dari hasil perhitungan dengan rumus diatas, maka diperoleh jumlah sampel 65 balita. Karena jumlah ibu yang mempunyai balita usia 1 - 4 tahun tersebar di 3 lingkungan Listrik Atas, maka yang dijadikan sampel 65 ibu rumah tangga yang mempunyai balita usia 1 - 4 tahun, pengambilan sampel dilakukan dengan cara simple random sampling. Pengambilan sampel dengan cara membuat urutan nomor - nomor subjek sebanyak 171 balita, kemudian dilakukan pengundian dengan gulungan kertas sebanyak 65 balita.

3.4. Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Data Primer

(40)

56

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari data kasus diare pada balita 1 - 4 tahun dari Puskesmas Kecamatan Berastagi, Pos Kesehatan Desa Listrik Atas, buku, jurnal, serta literatur-literatur yang mendukung penelitian.

3.4.3 Teknik Pengumpulan Data

Melakukan wawancara langsung kepada responden yaitu ibu yang memiliki balita usia 1 - 4 tahun bertempat tinggal di Lingkungan Listrik Atas Kelurahan Gundaling 1 Kecamatan Berastagi mengenai kejadian diare pada balita menggunakan alat bantu kuesioner.

Melakukan wawancara langsung kepada responden yaitu ibu yang memiliki balita bertempat tinggal di Lingkungan Listrik Atas Kelurahan Gundaling 1 mengenai PHBS yang berhubungan dengan kejadian diare yaitu penggunaan air bersih, penggunaan jamban sehat, kebiasaan cuci tangan pakai sabun serta pemberian ASI eksklusif.

Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Kuesioner

Lembar observasi Alat tulis

Kamera

Teknik Pengolahan Data

(41)

Editing yaitu melakukan pengecekan termasuk kelengkapan dan kejelasan isi kuesioner

Coding yaitu mengubah hasil kuesioner dalam bentuk kode

Skoring yaitu masing-masing variabel diberi nilai agar mudah untuk dikelompokkan jawabannya dan mengkategorikan responden sesuai dengan jumlah nilai jawaban yang dijawabnya.

Entry yaitu memasukkan data hasil kuesioner ke dalam program komputer, yaitu dengan menggunakan program SPSS.

Cleaning yaitu kegiatan pengecekan kembali data-data yang sudah dimasukkan apakah ada kesalahan atau tidak.

Variabel dan Definisi Operasional

3.5.1 Variabel

Penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu: Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kejadian diare pada balita di Lingkungan Listrik Atas Kelurahan Gundaling 1 Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo.

Variabel Independen

Variabel independen dalam penelitian ini adalah penggunaan air bersih, penggunaan jamban sehat, kebiasaan cuci tangan pakai sabun, pemberian ASI eksklusif, menimbang balita setiap bulan, makan sayur dan buah setiap hari, melakukan aktivitas fisik setiap hari, status imunisasi serta status gizi balita.

(42)

58

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) keluarga adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga di Lingkungan Listrik Atas Kelurahan Gundaling 1 Kecamatan Berastagi dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan terutama perilaku yang dapat mencegah terjadinya penyakit diare pada balita.

Menggunakan air bersih adalah air bersih yang dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari seperti untuk memasak, mandi, mencuci alat-alat dapur, mencuci pakaian dan sebagainya di Lingkungan Listrik Atas Kelurahan Gundaling 1. Menggunakan jamban sehat adalah rumah tangga di Lingkungan Listrik Atas Kelurahan Gundaling 1 menggunakan jamban yang merupakan milik pribadi dengan jenis jamban leher angsa, memiliki septic tank dan memenuhi syarat kesehatan.

Mencuci tangan pakai sabun adalah salah satu tindakan sanitasi dengan membersihkan tangan dan jari jemari menggunakan air mengalir dan sabun oleh ibu maupun balita di Lingkungan Listrik Atas.

Pemberian ASI eksklusif adalah upaya pemberian ASI saja kepada bayi selama 6 bulan tanpa adanya pemberian makanan tambahan.

Menimbang balita setiap bulan adalah upaya menimbang balita yang dilakukan setiap bulan mulai umur 1 tahun sampai 5 tahun di Posyandu.

(43)

Melakukan aktivitas fisik setiap hari adalah setiap gerakan tubuh yang meningkatkan pengeluaran tenaga/energi dan pembakaran energi pada balita. Seperti berlari, bermain, berjalan pada kelompok umur 1 - 4 tahun dalam waktu ≥ 30 menit sehari.

Status gizi adalah keadaan dari tubuh yang diakibatkan oleh keseimbangan antara asupan makanan dan penggunaan zat gizi.

Status imunisasi adalah keadaan balita mendapatkan imunisasi lengkap atau tidak lengkap dan sesuai dengan jadwal imunisasi yang tertulis pada KMS balita.

Diare merupakan suatu keadaan pada balita umur 1 - 4 tahun mengalami buang air besar lembek dan cair atau dapat berupa air saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya ( > 3 kali sehari) dalam satu bulan terakhir.

Balita usia 1 - 4 tahun adalah usia balita dihitung pada bulan April 2016 berusia 1 - 4 tahun.

Umur balita adalah lama hidup balita yang diukur berdasarkan ulang tahun terakhir yang telah dilalui dalam satuan usia yaitu usia 1 - 4 tahun pada waktu dilakukan penelitian

Jenis kelamin balita adalah pertanda gender seseorang laki-laki atau perempuan.

Metode Pengukuran

3.6.1 Pengukuran Menggunakan Air Bersih

(44)

60

Berdasarkan jumlah pertanyaan maka skor tertinggi adalah 14. Berdasarkan skoring maka penggunaan air bersih dikategorikan menjadi :

Baik : apabila dari jawaban responden memiliki skor ≥ 11 atau nilai ≥ 75% dari

total skor seluruh pertanyaan.

Buruk : apabila dari jawaban responden memiliki skor < 11 atau memiliki nilai sama dengan < 75% dari total skor seluruh pertanyaan.

Pengukuran Menggunakan Jamban Sehat

Pengukuran variabel menggunakan jamban sehat dengan jumlah pertanyaan 6 buah. Skala pengukuran yang digunakan adalah ordinal dengan menggunakan Skala Guttman tingkatan jawaban “ya” diberi nilai 2 dan “tidak” diberi nilai 1.

Berdasarkan jumlah pertanyaan maka skor tertinggi adalah 12. Berdasarkan skoring maka penggunaan air bersih dikategorikan menjadi :

Baik : apabila dari jawaban responden memiliki skor ≥ 9 atau nilai ≥ 75% dari total skor seluruh pertanyaan.

Buruk : apabila dari jawaban responden memiliki skor < 9 atau memiliki nilai sama dengan < 75% dari total skor seluruh pertanyaan.

3.6.3 Pengukuran Mencuci tangan pakai sabun

Pengukuran variabel mencuci tangan pakai sabun dengan jumlah pertanyaan 12 buah. Skala pengukuran yang digunakan adalah ordinal dengan menggunakan Skala Guttman tingkatan jawaban “ya” diberi nilai 2 dan “tidak” diberi nilai 1.

(45)

Baik : apabila dari jawaban responden memiliki skor ≥ 18 atau nilai ≥ 75% dari total skor seluruh pertanyaan.

Buruk : apabila dari jawaban responden memiliki skor < 18 atau memiliki nilai sama dengan < 75% dari total skor seluruh pertanyaan.

3.6.4 Pengukuran Pemberian ASI Eksklusif

Pengukuran variabel pemberian ASI Eksklusif pada balita sewaktu usia 0 - 6 bulan dengan kriteria sebagai berikut :

Ya diberikan ASI Eksklusif, jika balita sewaktu usia 0 - 6 bulan hanya diberi ASI saja tanpa adanya pemberian makanan tambahan

Tidak diberikan ASI Eksklusif, jika balita sewaktu usia 0 - 6 bulan tidak hanya diberi ASI saja juga diberikan makanan tambahan selain ASI.

3.6.5 Pengukuran Menimbang Balita Setiap Bulan

Pengukuran variabel penimbangan balita setiap bulan dengan kriteria sebagai berikut:

Ya, jika ibu menimbang balita setiap bulan ke Posyandu

Tidak, jika ibu tidak menimbang balita atau kadang-kadang menimbang balita setiap bulan ke Posyandu

3.6.6 Pengukuran Makan Buah dan Sayuran Setiap hari

Pengukuran variabel makan buah dan sayuran setiap hari dengan jumlah pertanyaan 6 buah. Skala pengukuran yang digunakan adalah ordinal dengan menggunakan Skala Guttman tingkatan jawaban “ya” diberi nilai 2 dan “tidak”

(46)

62

Baik : apabila dari jawaban responden memiliki skor ≥ 9 atau nilai ≥ 75% dari

total skor seluruh pertanyaan.

Buruk : apabila dari jawaban responden memiliki skor < 9 atau memiliki nilai sama dengan < 75% dari total skor seluruh pertanyaan.

3.6.7 Pengukuran Melakukan Aktivitas Fisik Setiap Hari

Pengukuran variabel melakukan aktivitas fisik setiap hari sesuai dengan umur dan aktivitas fisik yang mampu dilakukan

Melakukan aktivitas fisik setiap hari, jika anak aktif sehari seperti bermain, berlari, berjalan sesuai dengan kelompok umur dan aktivitas fisik yang dilakukan Tidak melakukan aktivitas fisik setiap hari, jika anak tidak aktif dan tidak sesuai dengan kelompok umur dan aktivitas fisik yang dilakukan misalnya belum dapat berjalan.

Pengukuran Status Gizi

Pengukuran status gizi balita menggunakan standar antropometri indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U) dengan rumus Z-skor yaitu :

Z

-skor

=

(47)

Hasil perhitungan Z-skor disesuaikan dengan kategori tabel antropometri BB/U

Status imunisasi berdasarkan Kartu Menuju Sehat (KMS) dikategorikan lengkap dan tidak lengkap.

a. Lengkap : apabila semua jenis imunisasi dilakukan sesuai dengan umur (bulan)

b. Tidak Lengkap : apabila satu jenis imunisasi tidak dilakukan

3.6.10 Pengukuran Kejadian Diare

Untuk mengetahui adanya kejadian diare yang diderita balita responden selama satu bulan terakhir dengan kriteria sebagai berikut :

Mengalami penyakit diare, jika balita BAB dengan frekuensi lebih dari 3 kali dalam sehari dengan konsistensi cair dalam satu bulan terakhir.

Tidak mengalami diare, jika balita tidak BAB dengan frekuensi lebih dari 3 kali dalam sehari dengan konsistensi cair dalam satu bulan terakhir.

Metode Analisis Data

Analisis Univariat

(48)

64

cuci tangan pakai sabun, pemberian ASI eksklusif, menimbang balita setiap bulan, makan buah dan sayuran setiap hari, imunisasi serta melakukan aktivitas fisik setiap hari).

Analisis Bivariat

Analisis bivariat merupakan analisis lanjutan untuk melihat hubungan antara variabel dependen (kejadian diare pada balita usia 1 - 4 tahun) dan variabel independen (karakteristik balita yaitu umur, jenis kelamin, status gizi dan status imunisasi), (perilaku hidup bersih dan sehat yaitu penggunaan air bersih, penggunaan jamban sehat, cuci tangan pakai sabun, pemberian ASI eksklusif, menimbang balita setiap bulan, makan buah dan sayuran setiap hari, imunisasi serta melakukan aktivitas fisik setiap hari). Dasar pengambilan keputusan penerimaan hipotesis berdasarkan tingkat signifikan dan menggunakan uji Chi Square atau Exact Fisher jika salah satu kolom nilai expected kurang dari 5 (nilai α) sebesar 95%. Jika nilai p > α (0 05) maka hipotesis penelitian (Ha) ditolak dan

(49)

BAB 4

HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Lingkungan Listrik Atas dipimpin oleh Kepala Lingkungan. Luas Lingkungan Listrik Atas adalah 4 km2 yang terdiri dari 3 lingkungan. Berdasarkan data terakhir Desember 2015, jumlah penduduk di lingkungan ini sebanyak 1.982 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 990 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 992 jiwa. Jumlah kepala keluarga sebanyak 350 KK sedangkan jumlah balita sebanyak 171 orang. Lingkungan ini memiliki 2 perangkat kesehatan yaitu Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) dan klinik bidan swasta, namun tidak aktif. Untuk imunisasi setiap bulan di lingkungan ini dilakukan 2 kali dalam satu bulan di dua lokasi yaitu Lingkungan Lembah Kemakmuran dan Simpang Listrik Atas. Pelaksanaan imunisasi hanya dilakukan oleh seorang bidan yang bertugas di Poskesdes, para kader Posyandu dan dibantu petugas dari Puskesmas UPT Kecamatan Berastagi. Lingkungan Listrik Atas berada di Kelurahan Gundaling 1 Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo dengan batas wilayah sebagai berikut : Utara : berbatasan dengan Lingkungan IX Kolam Renang

Selatan : berbatasan dengan Lingkungan Listrik Bawah Barat : berbatasan dengan Tugu Berastagi

(50)

66

4.2 Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk mendapatkan gambaran distribusi frekuensi karakteristik responden meliputi umur, pendidikan, dan pekerjaan. Selain itu juga untuk mengetahui karakteristik balita seperti jenis kelamin, umur, status imunisasi dan status gizi. Adapun jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 65 orang. Analisis univariat digunakan untuk memperoleh gambaran distribusi berdasarkan variabel yang diteliti yaitu variabel dependen (kejadian diare pada balita) dan variabel independen (status imunisasi, status gizi, penggunaan air bersih, penggunaan jamban sehat, cuci tangan pakai sabun, pemberian ASI eksklusif, penimbangan balita setiap bulan, makan sayur dan buah setiap hari serta melakukan aktivitas fisik minimal 30 menit dalam sehari).

4.2.1 Karakteristik Ibu

Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Ibu di Lingkungan Listrik Atas Kelurahan Gundaling 1 Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo Tahun 2016

No Karakteristik Ibu Jumlah Persentase

(%) Umur

21-25 12 18,5

26-30 20 30,8

31-35 18 27,7

36-40 11 16,9

41 - 45 4 6,2

Total 65 100

Pendidikan

SMP 11 16,9

SMA 49 75,4

Sarjana 5 7,7

(51)

Pekerjaan

Ibu Rumah Tangga (IRT) 34 52,3

Petani 17 26,2

Pedagang 4 6,2

Wiraswasta 7 10,8

PNS 3 4,6

Total 65 100

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa karakteristik ibu menurut umur di Lingkungan Listrik Atas paling banyak adalah kelompok umur 26-30 tahun yaitu 20 orang (30,8%). Sedangkan kelompok umur paling sedikit terdapat pada kelompok umur 41 - 45 tahun sebanyak 4 orang (6,2%). Jumlah responden dengan kelompok umur terbanyak kedua adalah umur 31-35 tahun sebanyak 18 orang (27,7%), pada kelompok umur 21-25 tahun sebanyak 12 orang (18,5%) dan pada kelompok umur 36-40 tahun sebanyak 11 orang (16,9%).

Karakteristik ibu berdasarkan pendidikan pada tabel 4.1 cukup baik dengan pendidikan terakhir SMA sebanyak 49 orang (75,4%), diikuti dengan yang memiliki pendidikan terakhir SMP sebanyak 11 orang (16,9%) dan sampai jenjang Sarjana sebanyak 5 orang (7,7%).

(52)

68

4.2.2 Karakteristik Balita

Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Balita di Lingkungan Listrik Atas Kelurahan Gundaling 1 Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo Tahun 2016

No Karakteristik Balita Jumlah Persentase

(%)

Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa jumlah balita pada penelitian ini dengan jenis kelamin laki-laki lebih banyak yaitu 40 orang (61,5%) dan perempuan sebanyak 25 orang (38,5%).

Karakteristik balita berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui lebih banyak balita yang berumur pada interval >3-4 tahun yaitu 27 orang (41,5%). Jumlah yang paling sedikit terdapat pada interval umur 1-2 tahun sebanyak 13 orang (20,0%).

(53)

Karakteristik berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui status imunisasi dengan kategori lengkap sebanyak 40 orang (61,5%) dan status imunisasi dengan kategori tidak lengkap sebanyak 25 orang (38,5%).

4.2.3 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Ibu dan Balita

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Ibu dan Balita terdiri dari 7 variabel yaitu menggunakan air bersih, menggunakan jamban sehat, cuci tangan pakai sabun, pemberian ASI eksklusif, menimbang balita setiap bulan, makan sayur dan buah setiap hari serta melakukan aktivitas fisik setiap hari. Gambaran responden yang melakukan PHBS berdasarkan jawaban responden dapat dilihat dari tabel 4.3 dan 4.4 berikut ini;

Tabel 4.3 Distribusi Responden Melakukan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Ibu dan Balita dengan Kategori Baik dan Buruk di Lingkungan Listrik Atas Kelurahan Gundaling 1 Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo Tahun 2016

(54)

70

Menggunakan air bersih adalah air bersih yang dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari seperti untuk memasak, mandi, mencuci alat-alat dapur, mencuci pakaian dan sebagainya. Berasal dari mata air terlindungi, air PDAM, air sumur gali, air hujan dan air berasal dalam kemasan. Pertanyaan pada kuesioner menggunakan air bersih terdiri dari 7 pertanyaan. Gambaran tentang menggunakan air bersih berdasarkan jawaban responden dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut ini:

Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Penggunaan Air Bersih di Lingkungan Listrik Atas Kelurahan Gundaling 1 Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo Tahun 2016

No Pernyataan Ya Tidak Total

n (%) n (%) n (%)

1. Sumber air bersih berasal dari mata air terlindungi, air sumur gali, air PDAM, air hujan dan air berasal dalam kemasan

65 100 0 0 65 100

2. Jika sumber air bersih dari mata air, tempat penampungan mata air terlindungi, terbebas dari vektor pengganggu dan sumber pencemar

65 100 0 0 65 100

3. Ibu mencuci peralatan makan dan minum dengan sabun dan air penampungan air bersih setiap hari sebelum digunakan

40 61,5 25 38,5 65 100

(55)

No Kategori n (%) n (%) n (%)

6. Ibu menampung air bersih pada wadah yang tertutup

50 76,9 15 23,1 65 100 7. Ibu memasak air untuk minum

keluarga sampai mendidih

65 100 0 0 65 100

(56)

72

4.2.3.2 Menggunakan Jamban Sehat

Menggunakan jamban sehat adalah rumah tangga menggunakan jamban milik sendiri dengan jenis jamban leher angsa, memiliki septic tank dan memenuhi syarat kesehatan. Pertanyaan pada kuesioner menggunakan jamban sehat terdiri dari 7 pertanyaan. Gambaran tentang menggunakan jamban sehat berdasarkan jawaban responden dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut ini:

Tabel 4.6 Distribusi Responden Penggunaan Jamban Sehat di Lingkungan Listrik Atas Kelurahan Gundaling 1 Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo Tahun 2016

No Pernyataan Ya Tidak Total

n (%) n (%) n (%)

1. Tersedia jamban di rumah 60 92,3 5 7,7 65 100 2. Jenis jamban di rumah adalah

jamban cemplung atau jamban tangki septic/leher angsa

60 92,3 5 7,7 65 100

3. Seluruh anggota keluarga menggunakan jamban

49 70,8 16 29,2 65 100 4. Balita buang air besar (BAB)

menggunakan jamban

45 69,2 20 30,8 65 100 5. Jamban selalu tersedia air

bersih tang cukup

58 89,2 7 10,8 65 100 6. Jamban dibersihkan setiap hari 50 76,9 15 23,1 65 100

Berdasarkan tabel 4.6 dapat diketahui kepemilikan jamban keluarga (92,3%) karena semua kelurga mempunyai jamban di rumah. Seluruh anggota keluarga juga belum menggunakan jamban (7,7%), terutama balita buang air besar menggunakan jamban (69,2%). Kurangnya penyediaan air bersih di jamban (10,8%) dan jamban tidak dibersihkan setiap hari (23,1%) masih terlihat.

(57)

menggunakan jamban sehat dapat dilihat pada Tabel 4.3. Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa dalam menggunakan jamban sehat masih banyak responden dikategorikan buruk sebanyak 21 orang (32,3%). Meskipun lebih banyak responden dikategorikan baik sebanyak 44 orang (67,7%).

4.2.3.3 Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)

Mencuci tangan pakai sabun adalah salah satu tindakan sanitasi dengan membersihkan tangan dan sela jari-jemari menggunakan air mengalir dan sabun. Pertanyaan kuesioner cuci tangan pakai sabun terdiri dari 10 pertanyaan yang dilakukan oleh ibu dan 2 pertanyaaan untuk balita. Gambaran tentang cuci tangan pakai sabun berdasarkan jawaban responden dapat dilihat pada tabel 4.7 dan tabel 4.8 berikut ini:

Tabel 4.7 Distribusi Ibu Cuci Tangan Pakai Sabun di Lingkungan Listrik Atas Kelurahan Gundaling 1 Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo Tahun 2016

(58)

74

No Kategori Ya Tidak Total

n (%) n (%) n (%)

8. Ibu mencuci tangan pakai sabun sebelum menyiapkan makanan (83,1%). Namun membersihkan telapak tangan dan sela-sela jari saat cuci tangan dengan sabun masih rendah (73,8%). Kebiasaan ibu mencuci tangan setelah buang air besar (83,1%) dan setelah menceboki balita buang air besar (67,7%) sudah setelah memegang hewan peliharaan (47,7%).

(59)

Berdasarkan tabel 4.8 dapat diketahui balita yang mencuci tangan sebelum makan atau memegang hewan (38,5%) namun kesadaran ibu mengajarkan balita cuci tangan pakai sabun setelah bermain masih rendah (27,7%).

Pada variabel cuci tangan pakai sabun berdasarkan jumlah skor responden dengan perhitungan jawaban pertanyaan mengenai penggunaan air bersih dapat dikategorikan menjadi buruk dan baik. Gambaran tentang menggunakan jamban sehat dapat dilihat pada tabel 4.3. Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui cuci tangan pakai sabun pada ibu lebih banyak dikategorikan baik yaitu 34 orang (52,3%) dan dikategorikan buruk 31 orang (47,7%).

4.2.3.4 Pemberian ASI Eksklusif

Pemberian ASI eksklusif adalah upaya pemberian ASI saja kepada bayi mulai dari usia 0-6 bulan tanpa adanya pemberian makanan tambahan. Pertanyaan kuesioner pemberian ASI eksklusif terdiri dari 1 pertanyaan. Pada variabel pemberian ASI eksklusif dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu ya dan tidak. Gambaran tentang pemberian ASI eksklusif berdasarkan jawaban responden dapat dilihat pada tabel 4.4.

Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui cakupan balita yang mendapat ASI eksklusif hanya 4 orang (6,2%). Balita yang tidak mendapat ASI eksklusif lebih banyak yaitu 61 orang (93,8%).

4.2.3.5 Menimbang Balita Setiap Bulan

(60)

76

dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu ya dan tidak. Gambaran tentang menimbang balita setiap bulan berdasarkan jawaban responden dapat dilihat pada tabel 4.4.

Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui cakupan balita yang ditimbang setiap bulan sebanyak 59 balita (90,8%) dan balita yang tidak ditimbang setiap bulan sebanyak 6 balita (9,2%).

4.2.3.6 Makan Sayur dan Buah Setiap Hari

Makan sayur dan buah setiap hari adalah mengonsumsi sayuran dan buah-buahan 300-400 gr per orang per hari bagi anak balita. Sekitar dari dua pertiga dari jumlah anjuran konsumsi sayuran dan buah-buahan tersebut adalah porsi sayur. Pertanyaan kuesioner makan sayur dan buah setiap hari terdiri dari 6 pertanyaan. Gambaran tentang makan sayur dan buah berdasarkan jawaban responden dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut ini:

Tabel 4.9 Distribusi Responden Balita Makan Sayur dan Buah Setiap Hari di Lingkungan Listrik Atas Kelurahan Gundaling 1 Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo Tahun 2016

No Pernyataan Ya Tidak Total

n (%) n (%) n (%)

1. Balita ibu mau mengonsumsi buah-buahan dan sayuran

59 90,8 6 9,2 65 100

2. Balita ibu makan 3 kali sehari

59 90,8 6 9,2 65 100

3. Setiap makan balita diberikan sayur-sayuran balita setiap hari ≥ 3 porsi atau lebih dari 150 gr

(61)

Berdasarkan tabel 4.9 dapat diketahui balita mau mengonsumsi sayur dan buah (90,8%). Balita yang makan tiga kali sehari (90,8%), namun balita yang mau mengonsumsi sayuran (83,1%) dan yang mau mengonsumsi buah-buahan lebih banyak (86,2%). Konsumsi sayur-sayuran pada balita dengan porsi ≥ 1 5 porsi atau 150 gr (81,5%) dan konsumsi buah-buahan setiap hari ≥ 3 porsi atau 150 gr (83,1%).

Pada variabel makan sayur dan buah setiap hari berdasarkan jumlah skor responden dengan perhitungan jawaban pertanyaan mengenai makan sayur dan buah setiap hari pada balita dapat dikategorikan menjadi baik dan buruk. Gambaran tentang menggunakan jamban sehat dapat dilihat pada tabel 4.3.

Berdasarkan Tabel 4.3 dapat diketahui makan sayur dan buah setiap hari pada balita lebih banyak dalam kategori baik yaitu 54 orang (83,1%) dan dalam kategori buruk sebanyank 11 orang (16,9%).

4.2.3.7 Melakukan Aktivitas Fisik Setiap Hari

(62)

78

4.2.3.8 Kejadian Diare

Kejadian diare pada balita adalah penyakit diare yang dialami balita dalam satu bulan terakhir. Gambaran mengenai kejadian diare dapat dilihat dalam tabel 4.10 berikut ini:

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Kejadian Diare di Lingkungan Listrik Atas Kelurahan Gundaling 1 Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo Tahun 2016

No Kejadian diare n (%)

1. Ya 27 41,5

2. Tidak 38 58,5

Total 65 100

Berdasarkan tabel 4.10 dapat diketahui balita yang terkena diare selama satu bulan terakhir sebanyak 27 orang (41,5%) dan balita yang tidak terkena diare sebanyak 38 orang (58,5%).

Tabel 4.11 Distribusi Kejadian Diare Berdasarkan Kategori Umur Balita di Lingkungan Listrik Atas Kelurahan Gundaling 1 Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo Tahun 2016

Umur Balita Kejadian Diare

n (%)

1-2 tahun 7 25,9

>2-3 tahun 12 44,4

>3-4 tahun 8 29,7

Total 27 100

Berdasarkan tabel 4.11 dapat diketahui penderita diare tertinggi terdapat pada balita dengan kategori umur > 2 - 3 tahun (44,4%), disusul balita dengan kategori umur > 3 - 4 tahun (29,7%) dan kategori umu 1-2 tahun (25,9%).

4.3 Analisis Bivariat

(63)

exact fisher. Adanya hubungan yang bermakna antara variabel independen dengan variabel dependen ditunjukkan dengan nilai p < 0,05.

4.3.1 Hubungan Status Gizi pada Balita dengan Kejadian Diare

Analisis hubungan antara status gizi balita dengan kejadian diare pada balita usia 1 - 4 tahun di Lingkungan Listrik Atas Kelurahan Gundaling 1 Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo Tahun 2016 dapat dilihat pada tabel 4.12 berikut:

Tabel 4.12 Hubungan antara Status Gizi pada Balita dengan Kejadian Diare pada Balita Usia 1 - 4 Tahun di Lingkungan Listrik Atas Kelurahan Gundaling 1 Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo Tahun 2016

No Status Gizi Kejadian Diare

p value

Ya Tidak Jumlah

n (%) n (%) n (%)

1. Gizi Kurang 2 50,0 2 50,0 4 100

1,000

2. Gizi Baik 25 41,0 36 59,0 61 100

Total 27 41,5 38 58,5 65 100

Berdasarkan tabel 4.12 dapat diketahui bahwa balita dengan gizi kurang mengalami diare sebanyak 2 orang (50,0%) dan balita dengan gizi baik mengalami diare sebanyak 25 orang (41,0%). Hasil analisis statistik menggunakan

exact fisher pada variabel status gizi diperoleh p > 0,05, ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara status gizi dengan kejadian diare pada balita.

4.3.2 Hubungan Status Imunisasi pada Balita dengan Kejadian Diare

(64)

80

Tabel 4.13 Hubungan antara Status Imunisasi pada Balita dengan Kejadian Diare pada Balita Usia 1 - 4 Tahun di Lingkungan Listrik Atas Kelurahan Gundaling 1 Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo Tahun 2016

No Status Imunisasi Kejadian Diare

p

Berdasarkan tabel 4.13 dapat diketahui bahwa balita dengan status imunisasi lengkap mengalami diare sebanyak 8 orang (24,2%) dan balita dengan stattus imunisasi tidak lengkap mengalami diare sebanyak 19 orang (54,9%). Hasil analisis statistik menggunakan chi square pada variabel status status imunisasi diperoleh p < 0,05, ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara status imunisasi dengan kejadian diare pada balita.

4.3.3 Hubungan Menggunakan Air Bersih dengan Kejadian Diare

Analisis hubungan antara menggunakan air bersih dengan kejadian diare pada balita usia 1 - 4 tahun di Lingkungan Listrik Atas Kelurahan Gundaling 1 Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo Tahun 2016 dapat dilihat pada Tabel 4.14 sebagai berikut:

Tabel 4.14 Hubungan antara Menggunakan Air Bersih dengan Kejadian Diare pada Balita Usia 1 - 4 Tahun di Lingkungan Listrik Atas Kelurahan Gundaling 1 Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo Tahun 2016

(65)

Berdasarkan tabel 4.14 dapat diketahui keluarga yang menggunakan air bersih dengan kategori baik dan balita menderita diare sebanyak 16 balita (26,1%) dan kategori buruk dengan balita yang menderita diare sebanyak 11 balita (15,4%). Hasil analisis statistik menggunakan chi square pada variabel menggunakan air bersih diperoleh p < 0,05, ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara menggunakan air bersih dengan kejadian diare pada balita.

4.3.4 Hubungan Menggunakan Jamban Sehat dengan Kejadian Diare

Analisis hubungan antara menggunakan jamban sehat dengan kejadian diare pada balita usia 1 - 4 tahun di Lingkungan Listrik Atas Kelurahan Gundaling 1 Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo Tahun 2016 dapat dilihat pada Tabel 4.15 sebagai berikut:

Tabel 4.15 Hubungan antara Menggunakan Jamban Sehat dengan Kejadian Diare pada Balita Usia 1 - 4 Tahun di Lingkungan Listrik Atas Kelurahan Gundaling 1 Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo Tahun 2016

No Menggunakan

(66)

82

4.3.5 Hubungan Mencuci Tangan dengan Air Bersih dan Sabun dengan

Kejadian Diare

Analisis hubungan antara mencuci tangan pakai sabun dengan kejadian diare pada balita usia 1 - 4 tahun di Lingkungan Listrik Atas Kelurahan Gundaling 1 Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo Tahun 2016 dapat dilihat pada Tabel 4.16 sebagai berikut:

Tabel 4.16 Hubungan antara Mencuci Tangan Pakai dengan Air Bersih dan Sabun dengan Kejadian Diare pada Balita Usia 1 - 4 Tahun di Lingkungan Listrik Atas Kelurahan Gundaling 1 Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo Tahun 2016 sebanyak 22 orang (71,0%). Hasil analisis statistik menggunakan chi square pada variabel menggunakan air bersih diperoleh p < 0,05, ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara cuci tangan pakai sabun dengan kejadian diare pada balita.

4.3.6 Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan Kejadian Diare

(67)

Tabel 4.17 Hubungan antara Pemberian ASI Eksklusif dengan Kejadian Diare pada Balita Usia 1 - 4 Tahun di Lingkungan Listrik Atas Kelurahan Gundaling 1 Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo Tahun 2016

No Pemberian

Berdasarkan tabel 4.17 dapat diketahui balita yang mendapat ASI eksklusif dan menderita penyakit diare sebanyak 1 orang (25%) dan balita yang tidak mendapat ASI eksklusif dan mengalami kejadian diare sebanyak 26 orang (42,6%). Hasil analisis statistik menggunakan exact fisher pada variabel pemberian ASI eksklusif diperoleh p > 0,05, ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian diare pada balita.

4.3.7 Hubungan Menimbang Balita Setiap Bulan dengan Kejadian Diare

Analisis hubungan antara menimbang balita setiap bulan dengan kejadian diare pada balita usia 1 - 4 tahun di Lingkungan Listrik Atas Kelurahan Gundaling 1 Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo Tahun 2016 dapat dilihat pada Tabel 4.18 sebagai berikut:

Tabel 4.18 Hubungan antara Menimbang Balita Setiap Bulan dengan Kejadian Diare pada Balita Usia 1 - 4 Tahun di Lingkungan Listrik Atas Kelurahan Gundaling 1 Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo Tahun 2016

(68)

84

Berdasarkan tabel 4.18 dapat diketahui bahwa balita yang ditimbang setiap bulan mengalami diare sebanyak 23 orang (38,3%) dan balita yang tidak ditimbang setiap bulan mengalami diare sebanyak 4 orang (80,0%). Hasil analisis statistik menggunakan exact fisher pada variabel menimbang balita setiap bulan diperoleh p > 0,05, ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara menimbang balita setiap bulan dengan kejadian diare pada balita.

4.3.8 Hubungan Makan Sayur dan Buah Setiap Hari dengan Kejadian Diare

Analisis hubungan antara makan sayur dan buah setiap hari dengan kejadian diare pada balita usia 1 - 4 tahun di Lingkungan Listrik Atas Kelurahan Gundaling 1 Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo Tahun 2016 dapat dilihat pada Tabel 4.19 sebagai berikut:

Tabel 4.19 Hubungan antara Makan Sayur dan Buah Setiap Hari dengan Kejadian Diare pada Balita Usia 1 - 4 Tahun di Lingkungan Listrik Atas Kelurahan Gundaling 1 Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo Tahun 2016

No Makan Sayur dan

(69)

4.3.9 Hubungan Melakukan Aktivitas Fisik Setiap Hari dengan Kejadian

Diare

Analisis hubungan antara melakukan aktivitas fisik setiap hari dengan kejadian diare pada balita usia 1 - 4 tahun di Lingkungan Listrik Atas Kelurahan Gundaling 1 Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo Tahun 2016 dapat dilihat pada Tabel 4.20 sebagai berikut:

Tabel 4.20 Hubungan antara Melakukan Aktivitas Fisik Setiap Hari dengan Kejadian Diare pada Balita Usia 1 - 4 Tahun di Lingkungan Listrik Atas Kelurahan Gundaling 1 Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo Tahun 2016

No Melakukan

Aktivitas Fisik Setiap Hari

Kejadian Diare

p value

Ya Tidak Jumlah

N (%) n (%) n (%)

1. Ya 26 41,3 37 58,7 63 100

1,000

2. Tidak 1 50,0 1 50,0 2 100

Total 27 41,5 38 58,5 65 100

(70)

BAB 5 PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden

Responden adalah ibu yang memiliki balita berusia 1 - 4 tahun bertempat tinggal di Lingkungan Listrik Atas Kelurahan Gundaling 1 Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo. Karakteristik responden paling banyak memilki rentang umur 26 - 30 tahun, dengan status pekerjaan Ibu Rumah Tangga (IRT) dan pendidikan terakhir adalah SMA. Karakteristik balita paling banyak memiliki rentang umur > 3 - 4 tahun dan berjenis kelamin laki-laki.

5.2 Kejadian Diare

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa kejadian diare dalam satu bulan terakhir sebanyak 41,5%. Balita yang terkena diare lebih sedikit dibandingkan balita yang tidak terkena diare yaitu 58,5%. Menurut Profil Kesehatan Indonesia tahun 2014 angka insiden kejadian diare pada balita secara nasional 6,7% (kisaran provinsi 3,3% - 10,2%). Kejadian diare di Lingkungan Listrik Atas termasuk dalam kategori sedang.

(71)

Menurut Sander (2005), penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan. Tiga faktor dominan adalah sarana air bersih, pembuangan tinja dan limbah. Ketiga faktor ini akan berinteraksi bersama dengan perilaku buruk manusia.

5.3 Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Diare pada Balita Usia 1 - 4

Tahun di Lingkungan Listrik Atas Kelurahan Gundaling 1 Tahun 2016

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa tidak ada hubungan antara status gizi pada balita usia 1 - 4 tahun dengan kejadian diare di Lingkungan Listrik Atas tahun 2016.

Dalam penelitian ini diketahui bahwa status gizi balita lebih banyak dengan kategori baik. Berdasarkan standart antropometri penilaian status gizi anak berat badan menurut umur (BB/U) rata-rata balita di Lingkungan Listrik Atas berada pada ambang batas - 2 SD sampai dengan 2 SD termasuk kategori baik. Hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh pengetahuan ibu yang sudah baik dalam hal pemberian asupan gizi pada balita. Dari hasil wawancara langsung yang dilakukan sebagian besar ibu memberikan makanan dengan berbagai macam kandungan gizi seperti nasi, ikan, ayam, tempe, tahu maupun sayur-mayur. Lingkungan Listrik Atas juga tidak ditemukan balita dengan status gizi lebih dan gizi buruk yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan balita dimasa yang akan datang.

(72)

88

terhadap umur (TB/U) dan berat badan terhadap tinggi badan (BB/TB). Tetapi indeks BB/U merupakan indikator yang paling umum digunakan karena mempunyai kelebihan yaitu lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat umum, baik untuk mengatur status gizi akut dan kronis, berat badan dapat berfluktuasi, sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan kecil dan dapat mendeteksi kegemukan (over weight) (Anggraeni, 2010).

Dalam penelitian Siswatiningsih (2001) menyatakan bahwa antara keadaan gizi buruk dan penyakit infeksi terdapat kaitan yang erat, sehingga sulit mengatakan terjadi gizi buruk akibat adanya penyakit infeksi atau sebaliknya. Anak gizi buruk mempunyai risiko > 3 kali mengalami diare dibandingkan dengan anak normal. Semakin rendah status gizi seseorang, maka semakin rentan sakit dan meningkatkan morbiditas.

5.4 Hubungan Status Imunisasi dengan Kejadian Diare pada Balita Usia 1 - 4

Tahun di Lingkungan Listrik Atas Kelurahan Gundaling 1 Tahun 2016

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara status imunisasi pada balita usia 1 - 4 tahun dengan kejadian diare di Lingkungan Listrik Atas tahun 2016.

(73)

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Abdaie (2004) menunjukkan adanya kaitan antara kelengkapan imunisasi dengan kejadian diare akut. Hal tersebut juga sesuai dengan penelitian Rahma (2012) yang menemukan adanya hubungan signifikan antara status imunisasi batita terhadap kejadian diare. Dalam penelitian Olyfta (2010) menyebutkan faktor yang paling dominan mempengaruhi kejadian diare adalah status imunisasi campak.

Dalam penelitian Mano (2014) menunjukkan adanya hubungan antara kelengkapan imunisasi dengan kejadian diare pada anak balita. Alasan orang tua tidak melengkapi imunisasi karena ibu cemas dengan efek samping imunisasi seperti demam dan bengkak.

5.5 Hubungan Menggunakan Air Bersih dengan Kejadian Diare pada Balita

Usia 1 - 4 Tahun di Lingkungan Listrik Atas Kelurahan Gundaling 1

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa ada hubungan antara menggunakan air bersih dengan kejadian diare pada balita usia 1 - 4 tahun di Lingkungan Listrik Atas tahun 2016.

(74)

90

sebelum digunakan kemungkinan berpengaruh terhadap kejadian diare pada balita.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Sitinjak (2011) di Desa Pardede Onan menyatakan bahwa ada hubungan secara signifikan menggunakan air bersih dengan kejadian diare. Demikian juga dengan penelitian Nilton dkk (2008) yang menyatakan kejadian diare lebih tinggi terjadi pada kelompok yang tidak menggunakan/tidak memanfaatkan sarana air bersih. Penelitian Safira (2015) juga menunjukkan adanya hubungan sanitasi dasar termasuk sarana air bersih dengan kejadian diare pada balita di Lingkungan 1 Kelurahan Paya Pasir.

5.6 Hubungan Menggunakan Jamban Sehat dengan Kejadian Diare pada

Balita Usia 1 - 4 Tahun di Lingkungan Listrik Atas Kelurahan Gundaling 1

Tahun 2016

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa ada hubungan antara penggunaan jamban sehat dengan kejadian diare pada balita usia 1 - 4 tahun di Lingkungan Listrik Atas tahun 2016.

(75)

Kemungkinan hal tersebut menyebabkan terjadinya penyakit diare pada balita di Lingkungan Listrik Atas.

Penelitian ini sejalan dengan Sitinjak (2011) menyatakan bahwa ada hubungan menggunakan jamban dengan kejadian diare. Penelitian Yusnani (2008) menyatakan bahwa ada hubungan memanfaatkan jamban dengan kejadian diare. Dalam penelitian Wulandari (2009) menyatakan ada hubungan jenis tempat pembuangan tinja dengan kejadian diare.

5.7 Hubungan Cuci Tangan Pakai Sabun dengan Kejadian Diare pada Balita

Usia 1 - 4 Tahun di Lingkungan Listrik Atas Kelurahan Gundaling 1 Tahun

2016

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa ada hubungan cuci tangan pakai sabun dengan kejadian diare pada balita usia 1 - 4 tahun di Lingkungan Listrik Atas tahun 2016

(76)

92

tersebut mendorong terjadinya rantai penularan penyakit diare dengan cepat pada balita.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Simbolon (2015), ada hubungan antara cuci tangan pakai sabun dengan kejadian diare pada balita. Kesadaran masyarakat dalam hal mencuci tangan pakai sabun tergolong masih sangat buruk. Dalam penelitian Nilton dkk (2008) menyatakan bahwa kejadian diare lebih banyak terjadi pada responden yang tidak cuci tangan pakai sabun di Desa Klopo Sepuluh Kecamatan Sukodono. Penelitian Safira (2015) juga menyatakan adanya hubungan personal hygiene yakni cuci tangan pakai sabun pada ibu terhadap kejadian diare pada balita.

5.8 Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan Kejadian Diare pada Balita

Usia 1 - 4 Tahun di Lingkungan Listrik Atas Kelurahan Gundaling 1 Tahun

2016

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa tidak ada hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian diare pada balita usia 1 - 4 tahun di Lingkungan Listrik Atas tahun 2016.

(77)

formula. Hal tersebut menyebabkan rendahnya persentase balita yang memperoleh ASI eksklusif.

Hasil penelitian tersebut tidak sejalan dengan penelitian Hardi (2012) menyatakan terdapat hubungan bermakna antara faktor pemberian ASI eksklusif dengan kejadian diare. Penelitian Nandari (2013) menyatakan balita yang tidak mendapat ASI eksklusif lebih banyak mengalami diare dibandingkan dengan balita yang mendapat ASI eksklusif. Hal tersebut membuktikan imunitas yang diperoleh dari ASI eksklusif dapat memberikan perlindungan dari berbagai macam infeksi pada balita. Selain itu penelitian Sembiring (2014) meyatakan pemberian ASI eksklusif berpengaruh terhadap kejadian diare di Kelurahan Sei Sekambing C II Medan.

5.9 Hubungan Menimbang Balita Setiap Bulan dengan Kejadian Diare pada

BalitaUsia 1 - 4 Tahundi Lingkungan Listrik Atas Kelurahan Gundaling 1

Tahun 2016

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh tidak ada hubungan menimbang balita setiap bulan dengan kejadian diare pada balita usia 1 - 4 tahun di Lingkungan Listrik Atas tahun 2016.

(78)

94

Menurut penelitian Purba (2013) di Kecamatan Siantar Timur masih ada orangtua yang belum memahami mengenai penimbangan bayi dan balitanya sampai usia 5 tahun karena orangtua hanya mengetahui bahwa membawa anaknya menimbang sampai batas usia 1 tahun yaitu batas akhir pemberian imunisasi.

5.10 Hubungan Makan Buah dan Sayuran Setiap Hari dengan Kejadian

Diare pada Balita Usia 1 - 4 Tahun di Lingkungan Listrik Atas Kelurahan

Gundaling 1 Tahun 2016

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh tidak ada hubungan makan buah dan sayuran setiap hari dengan kejadian diare pada balita usia 1 - 4 tahun di Lingkungan Listrik Atas tahun 2016.

Pada usia balita terutama usia 1 - 5 tahun sebagian anak agak sulit dalam menerima makanan terutama nasi dan lauk pauk. Anak balita lebih suka jajan seperti makanan ringan atau permen yang tidak terlalu berpengaruh dan tumbuh kembang balita. Dalam hal pemberian makanan pada balita dibutuhkan peranan dari orangtua terutama ibu untuk memperhatikan makanan yang harus selalu dikonsumsi balita.

Makanan yang diberikan kepada anak usia balita sebaiknya menggunakan sejumlah kecil garam, gula dan bumbu yang berbau tajam dengan menu yang bervariasi. Penyajian makanan diusahakan berupa potongan yang kecil-kecil agar mudah memasukkan ke mulut dan mengunyahnya (Irmawati, 2015).

5.11 Hubungan Melakukan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Diare pada

Balita Usia 1 - 4 Tahundi Lingkungan Listrik Atas Kelurahan Gundaling 1

(79)

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh tidak ada hubungan melakukan aktivitas fisik setiap hari dengan kejadian diare pada balita usia 1 - 4 tahun di Lingkungan Listrik Atas tahun 2016.

Dari hasil wawancara langsung dengan responden sebagian balita selalu bergerak aktif seperti berlari, melompat, berjalan. Hal tersebut berpengaruh terhadap sistem kekebalan tubuh balita dan menghindarkan balita dari berbagai macam penyakit infeksi.

Menurut penelitian Purwanto (2011), banyak melakukan aktivitas akan meningkatkan daya tahan tubuh terhadap terjadinya suatu penyakit. Aktivitas fisik yang teratur merupakan salah satu cara untuk menjaga sistem kekebalan tubuh. Berbagai penelitian mengkonfirmasikan pengaruh yang menguntungkan dari aktivitas latihan terhadap komponen-komponen sistem kekebalan tubuh. Aktivitas fisik yang teratur juga mengajarkan tubuh untuk mendistribusikan darah dengan lebih baik ke otot pada saat beraktivitas.

(80)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan

Balita yang mengalami kejadian diare dalam satu bulan terakhir di Lingkungan Listrik Atas Kelurahan Gundaling 1 Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo tahun 2016 sebanyak 27 balita atau sekitar 41,5%.

Angka reponden yang melaksanakan PHBS sebagai berikut; menggunakan air bersih dengan baik sebesar 73,8%, menggunakan jamban sehat dengan baik sebesar 67,7%, mencuci tangan dengan air bersih dan sabun dengan baik sebesar 52,3%, balita yang mendapatkan ASI eksklusif sebesar 6,2%, balita yang ditimbang setiap bulan sebesar 90,8%, balita yang makan buah dan sayuran setiap hari dengan baik sebesar 83,1%, serta balita yang melakukan aktivitas fisik setiap hari sebesar 96,9%.

Ada hubungan bermakna antara karakteristik balita yaitu status imunisasi dan tidak ada hubungan bermakna antara status gizi dengan kejadian diare pada balita usia 1 - 4 tahun di Lingkungan Listrik Atas Kelurahan Gundaling 1 Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo tahun 2016.

(81)

5. Tidak ada hubungan bermakna antara memberikan ASI eksklusif, menimbang balita setiap bulan, makan buah dan sayuran setiap hari serta melakukan aktivitas fisik setiap hari dengan kejadian diare pada balita usia 1 - 4 tahun di Lingkungan Listrik Atas Kelurahan Gundaling 1 Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo tahun 2016.

6.2 Saran

Diharapkan kepada pihak Dinas Kesehatan, Puskesmas dan Poskesdes agar meningkatkan penyuluhan tentang diare dan sosialisasi tentang perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) kepada masyarakat Lingkungan Listrik Atas khususnya kepada ibu yang memiliki balita. Terutama tentang penggunaan air bersih, penggunaan jamban sehat dan cuci tangan pakai sabun. Diharapkan kepada perangkat desa khususnya bidan desa untuk bekerja sama dengan masyarakat dalam menjaga kebersihan kamar mandi umum terutama tempat penampungan mata air untuk menghindari adanya kuman penyebab penyakit

Diharapkan kepada ibu untuk lebih memperhatikan status imunisasi pada balita, penggunaan air bersih dan penggunaan jamban sehat terutama pada balita untuk mencegah terjadinya penyakit diare.

Gambar

Gambar Lampiran 1. Lokasi Penelitian Lingkungan Listrik Atas
Gambar Lampiran 4. Jamban Leher Angsa Responden
Gambar Lampiran 5. Parit di Depan Rumah Responden
Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Ibu di Lingkungan Listrik Atas Kelurahan Gundaling 1 Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo Tahun 2016 No Karakteristik Ibu Jumlah Persentase
+7

Referensi

Dokumen terkait

Our first con- tribution is to provide a fast segmentation technique for dense and sparse point clouds to extract full objects from the scene by lever- aging the implicit range

Adapun yang menjadi fokus dari studi ini adalah mencari sedetail-detailnya tentang peran guru agama Islam dalam meningkatkan prestasi belajar peserta didik

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan Berkat dan Anugerah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

Alhamdulillah puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkah, rahmat, hidayah serta kasih sayang-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

Hasil ini tidak sejalan dengan hipotesis yang disusun oleh penulis yang menyatakan bahwa perguruan tinggi, metode pembelajaran, minat mata kuliah dan jurusan asal

Kesedaran dan kepekaan kita sebenarnya menjadi faktor utama yang menyumbang kepada pembangunan dan perkembangan di kalangan kanak-kanak terutamanya perkembangan mental dan

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDA AAN:. DIREKT

Perencanaan pembangunan daerah bagi sebuah daerah adalah kegiatan yang dilakukan pada setiap tahunnya oleh pemerintah tingkat satu ataupun dua, dalam proses perencanaan