• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pembinaan Posyandu Terhadap Kualitas Pelayanan Posyandu Di Kabupaten Pakpak Bharat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Pembinaan Posyandu Terhadap Kualitas Pelayanan Posyandu Di Kabupaten Pakpak Bharat"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMBINAAN POSYANDU TERHADAP KUALITAS PELAYANAN POSYANDU DI KABUPATEN PAKPAK BHARAT

SKRIPSI

Oleh :

DENNI BOANG MANALU NIM : 081000225

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENGARUH PEMBINAAN POSYANDU TERHADAP KUALITAS PELAYANAN POSYANDU DI KABUPATEN PAKPAK BHARAT

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

DENNI BOANG MANALU NIM : 081000225

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi Dengan Judul :

PENGARUH PEMBINAAN POSYANDU TERHADAP KUALITAS PELAYANAN POSYANDU DI KABUPATEN PAKPAK BHARAT

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh :

DENNI BOANG MANALU NIM. 081000225

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 11 Juni 2011 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima

Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

Siti Khadijah Nasution SKM, MKes Prof. dr. Aman Nasution, MPH NIP. 19730803 199903 2 001 NIP. 140019774

Penguji II Penguji III

dr. Heldy B.Z., MPH dr. Fauzi, SKM NIP. 19520601 198203 1 003 NIP. 140052649

Medan, Juni 2011 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan,

(4)

ABSTRAK

Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dengan dukungan teknis dari petugas kesehatan. Berdasarkan data dari profil Dinas Kesehatan Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2009 cakupan bayi/balita melakukan penimbangan sebanyak 48,56% dan kunjungan ibu hamil ke posyandu sebanyak 50,34%.

Jenis penelitian ini merupakan penelitian survei dengan metode explanatory yang bertujuan untuk menjelaskan pengaruh pembinaan posyandu terhadap kualitas pelayanan posyandu di Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2010. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh posyandu yang berada di Kabupaten Pakpak Bharat dengan jumlah 89 posyandu, dan yang menjadi sampel penelitian adalah 89 posyandu. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner, observasi dan dianalisis menggunakan uji regresi linear berganda.

Hasil penelitian menunjukkan dari 89 posyandu, kualitas pelayanan posyandu 55 buruk (61,8%), 30 sedang (33,7%), dan 4 baik (4,5%). Berdasarkan regresi linear berganda diperoleh variabel rapat koordinasi berkala pokja posyandu (ρ=0,026), kunjungan bimbingan dan fasilitas (ρ=0,009) dan pemberian penghargaan (ρ=0,000) yang berpengaruh dan merupakan model determinan terhadap kualitas pelayanan posyandu. Variabel yang tidak mempunyai hubungan signifikan dengan variabel tingkat kualitas pelayanan posyandu adalah variabel menghadiri rapat (ρ=0,724).

Berdasarkan hasil penelitian, diharapkan kepada institusi Pembina Posyandu agar dapat memberikan pembinaan dan mengkoordinasikan peran kader Posyandu, dan kepada Kepala Desa dalam pembinaan penyelenggaraan/ pengelolaan Posyandu untuk meningkatkan kualitas posyandu.

(5)

ABSTRACT

Posyandu is one kind of forms of Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) which is organized and managed from, by, for and joint society with technical supports from health workers. Based on the data from Health Office Pakpak Bharat regency 2009, coverage infant/toddler do the weighing is 48.56% and visiting pregnant women to Posyandu is 50,34%.

This kind of research a survey research with explanatory method that supposed to explain impact of Posyandu development in Pakpak Bharat regency 2010. The population in this study were all Posyandu which at Pakpak Bharat regency that have 89 Posyandu. The data collected by questionnaire, observation and analysis by multiple linear regression test.

The result of the research showed that 89 respondents, the quality service of Posyandu was bad by 55 (61,8%), moderate 30 (33,7%), and good 4 (4,5%). Based on multiple linear regression test showed that the coordination periodical meeting of Posyandu’s variable (p=0.026), coaching visit and facilities (ρ=0.009) and awards (ρ=0.000) and determinant of model facility towards the quality service of Posyandu. Variable which doesn’t have significancy relation with the degree of quality service of Posyandu’s variable is the attending meeting (p=0,724).

It is expected to Posyandu developer intitution to provide guidance and coordinate posyandu participation of volunteer, and the village chief in coaching administration / management to increase posyandu quality service.

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Persetujuan ... i

Abstrak ... ... ii

Daftar Riwayat Hidup... iv

Kata Pengantar ... v

2.2.1. Pengertian Posyandu ... 7

2.2.2. Tujuan posyandu ... 8

2.2.3. Kegiatan Posyandu ... 9

2.2 Pemerintahan Desa ... 12

2.3. Kader Posyandu ... 14

2.4. Kualitas Pelayanan Posyandu ... 15

2.5. Dukungan Pendampingan dan pembinaan oleh tenaga profesional dan Tokoh Masyarakat ... 19

2.6 Pembinaan Posyandu ... 20

2.7 Kerangka Konsep Penelitian ... 25

BAB III METODE PENELITIAN ... 26

3.1. Jenis Penelitian ... 26

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 26

3.3. Populasi dan Sampel ... 27

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 27

3.5. Definisi Operasional ... 27

3.5.1. Pembinaan Puskesmas (variabel bebas) ... 27

3.5.2. Kualitas Pelayanan Posyandu (variabel terikat) ... 29

3.6. Aspek Pengukuran ... 29

3.6.1. Aspek Pengukuran Variabel Bebas ... 29

3.6.2. Aspek Pengukuran Variabel Terikat ... 31

(7)

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 32

4.1. Gambaran Lokasi Penelitian... 32

4.1.1. Letak Geografis ... 32

4.1.2. Keadaan Demografis ... 32

4.2. Analisa Univariat ... 35

4.2.1. Gambaran Karakteristik Responden dan Pembinaan Posyandu ... 35

4.2.2. Gambaran Kualitas Pelayanan Posyandu ... 49

4.3. Hasil Uji Statistik Bivariat ... 54

4.4. Hasil Uji Statistik Multivariat... 56

4.5. Hasil Wawancara ... 58

4.6. Hasil Observasi ... 59

BAB V PEMBAHASAN... 62

5.1. Pengaruh Variabel Pembinaan tentang Rapat Koordinasi Berkala Pokja Posyandu terhadap Kualitas Pelayanan Posyandu ... 62

5.2. Pengaruh Variabel Pembinaan tentang Kunjungan Bimbingan dan Fasilitas terhadap Kualitas Pelayanan Posyandu ... 65

5.3. Pengaruh Variabel Pembinaan tentang Menghadiri Rapat yang Diselenggarakan Masyarakat terhadap Kualitas Pelayanan Posyandu ... 67

5.4. Pengaruh Variabel Pembinaan tentang Pemberian Penghargaan terhadap Kualitas Pelayanan Posyandu ... 69

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 71

6.1. Kesimpulan ... 71

6.2. Saran ... 72 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN :

1. Kuesioner Penelitian

2. Master Data Hasil Penelitian 3. Hasil Pengolahan Statistik 4. Surat Keterangan Izin Penitian

(8)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1. Tabel Indikator Posyandu ... 18 Tabel 3.1. Aspek Pengukuran Variabel Bebas ... 30 Tabel 3.2. Aspek Pengukuran Variabel Terikat ... 31 Tabel 4.1. Distribusi Penduduk menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di

Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2009 ... 33 Tabel 4.2. Distribusi Penduduk menurut Luas Wilayah, Jumlah Desa, Jumlah

Penduduk, Jumlah Rumah Tangga dan Kepadatan Penduduk menurut Kecamatan di Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2009 ... 33 Tabel 4.3. Distribusi Penduduk Usia di atas Sepuluh Tahun menurut Tingkat Pendidikan di

Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2009 ... 34 Tabel 4.4.. Distribusi Sarana Kesehatan Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2009

... 34 Tabel 4.5. Distribusi Tenaga menurut Jenis Tenaga Kesehatan di Kabupaten

Pakpak Bharat Tahun 2009 ... 35 Tabel 4.6.. Distribusi Responden menurut Golongan Umur, Tingkat

Pendidikan Kepala Desa... 36 Tabel 4.7. Distribusi Posyandu berdasarkan pembinaan posyandu melalui

Rapat Koordinasi Berkala Pokja Posyandu ... 37 Tabel 4.8. Distribusi Posyandu berdasarkan pembinaan posyandu melalui Kunjungan

Bimbingan ... 38 Tabel 4.9. Distribusi Posyandu berdasarkan pembinaan posyandu melalui Menghadiri

Rapat ... 39 Tabel 4.10. Distribusi Posyandu berdasarkan pembinaan posyandu melalui

Pemberian Penghargaan ... 40 Tabel 4.11. Distribusi Responden menurut Golongan Umur, Tingkat

Pendidikan Kader Posyandu ... 41 Tabel 4.12 Distribusi Posyandu berdasarkan pembinaan posyandu melalui

Rapat Koordinasi Berkala Pokja Posyandu ... 43 Tabel 4.13 Distribusi Pembinaan Posyandu dalam Pelaksanaan

Rapat Koordinasi Berkala Pokja Posyandu ... 44 Tabel 4.14. Distribusi Posyandu berdasarkan pembinaan posyandu melalui Kunjungan

Bimbingan ... 45 Tabel 4.15. Distribusi Pembinaan Posyandu dalam Pelaksanaan

Kunjungan Bimbingan ... 45 Tabel 4.16. Distribusi Posyandu berdasarkan pembinaan posyandu melalui Menghadiri

Rapat ... 46 Tabel 4.17. Distribusi Pembinaan Posyandu dalam Pelaksanaan

Menghadiri Rapat ... 47 Tabel 4.18. Distribusi Posyandu berdasarkan pembinaan posyandu melalui

Pemberian Penghargaan ... 48 Tabel 4.19. Distribusi Pembinaan Posyandu dalam Pelaksanaan

Pemberian Penghargaan ... 48 Tabel 4.20. Distribusi Posyandu berdasarkan Kualitas

(9)

Tabel 4.21. Distribusi Posyandu berdasarkan Kategori Kualitas

Pelayanan Posyandu ... 54

Tabel 4.22. Hasil Uji Statistik Korelasi Pearson ... 56

Tabel 4.23. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ... 58

Tabel 4.24. Fasilitas Posyandu... 59

(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Pengaruh Pembinaan Posyandu terhadap

(11)

ABSTRAK

Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dengan dukungan teknis dari petugas kesehatan. Berdasarkan data dari profil Dinas Kesehatan Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2009 cakupan bayi/balita melakukan penimbangan sebanyak 48,56% dan kunjungan ibu hamil ke posyandu sebanyak 50,34%.

Jenis penelitian ini merupakan penelitian survei dengan metode explanatory yang bertujuan untuk menjelaskan pengaruh pembinaan posyandu terhadap kualitas pelayanan posyandu di Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2010. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh posyandu yang berada di Kabupaten Pakpak Bharat dengan jumlah 89 posyandu, dan yang menjadi sampel penelitian adalah 89 posyandu. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner, observasi dan dianalisis menggunakan uji regresi linear berganda.

Hasil penelitian menunjukkan dari 89 posyandu, kualitas pelayanan posyandu 55 buruk (61,8%), 30 sedang (33,7%), dan 4 baik (4,5%). Berdasarkan regresi linear berganda diperoleh variabel rapat koordinasi berkala pokja posyandu (ρ=0,026), kunjungan bimbingan dan fasilitas (ρ=0,009) dan pemberian penghargaan (ρ=0,000) yang berpengaruh dan merupakan model determinan terhadap kualitas pelayanan posyandu. Variabel yang tidak mempunyai hubungan signifikan dengan variabel tingkat kualitas pelayanan posyandu adalah variabel menghadiri rapat (ρ=0,724).

Berdasarkan hasil penelitian, diharapkan kepada institusi Pembina Posyandu agar dapat memberikan pembinaan dan mengkoordinasikan peran kader Posyandu, dan kepada Kepala Desa dalam pembinaan penyelenggaraan/ pengelolaan Posyandu untuk meningkatkan kualitas posyandu.

(12)

ABSTRACT

Posyandu is one kind of forms of Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) which is organized and managed from, by, for and joint society with technical supports from health workers. Based on the data from Health Office Pakpak Bharat regency 2009, coverage infant/toddler do the weighing is 48.56% and visiting pregnant women to Posyandu is 50,34%.

This kind of research a survey research with explanatory method that supposed to explain impact of Posyandu development in Pakpak Bharat regency 2010. The population in this study were all Posyandu which at Pakpak Bharat regency that have 89 Posyandu. The data collected by questionnaire, observation and analysis by multiple linear regression test.

The result of the research showed that 89 respondents, the quality service of Posyandu was bad by 55 (61,8%), moderate 30 (33,7%), and good 4 (4,5%). Based on multiple linear regression test showed that the coordination periodical meeting of Posyandu’s variable (p=0.026), coaching visit and facilities (ρ=0.009) and awards (ρ=0.000) and determinant of model facility towards the quality service of Posyandu. Variable which doesn’t have significancy relation with the degree of quality service of Posyandu’s variable is the attending meeting (p=0,724).

It is expected to Posyandu developer intitution to provide guidance and coordinate posyandu participation of volunteer, and the village chief in coaching administration / management to increase posyandu quality service.

(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Posyandu diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat sehingga

pembentukan, penyelenggaraan dan pemanfaatannya memerlukan peran serta aktif

masyarakat dalam bentuk partisipasi penimbangan balita setiap bulannya, sehingga

dapat meningkatkan status gizi balita. Kegiatan ini membutuhkan partisipasi aktif

ibu-ibu yang memiliki anak balita untuk membawa balita-balita mereka ke posyandu

sehingga mereka dapat memantau tumbuh kembang balita melalui berat badannya

setiap bulan (Depkes RI, 2006).

Posyandu dibentuk oleh masyarakat desa/kelurahan dengan tujuan untuk

mendekatkan pelayanan kesehatan dasar, terutama Kesehatan Ibu dan Anak (KIA),

Keluarga Berencana (KB), imunisasi, gizi, dan penanggulangan diare kepada

masyarakat setempat. Satu posyandu melayani sekitar 80-100 balita. Dalam keadaan

tertentu, seperti lokasi geografis, perumahan penduduk yang terlalu berjauhan, dan

atau jumlah balita lebih dari 100 orang, dapat dibentuk posyandu baru (Depkes RI,

2006).

Secara kuantitas, perkembangan jumlah posyandu sangat menggembirakan,

karena di setiap desa ditemukan sekitar 3-4 posyandu. Pada saat posyandu

dicanangkan pada Tahun 1986 jumlah posyandu tercatat sebanyak 25.000 posyandu,

pada Tahun 2005 meningkat menjadi 238.699 posyandu (Depkes RI, 2006), dan pada

(14)

kualitas masih ditemukan banyak masalah, antara lain kelengkapan sarana dan

keterampilan kader yang belum memadai (Depkes RI, 2006).

Menurut Depkes RI (2001) meningkatkan kualitas pelayanan posyandu

merupakan tujuan khusus dari revitalisasi posyandu yang salah satunya yaitu

meningkatkan pengelolaan dalam pelayanan posyandu. Tujuan dari revitalisasi

posyandu tersebut yaitu meningkatkan kemampuan/pengetahuan dan keterampilan

teknis serta dedikasi kader di posyandu, memperluas sistem posyandu dengan

meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan di hari buka dan kunjungan rumah,

menciptakan iklim kondusif untuk pelayanan dengan pemenuhan sarana dan

prasarana kerja posyandu, meningkatkan peran serta masyarakat dan kemitraan dalam

penyelenggaraan dan pembiayaan kegiatan posyandu dan memperkuat dukungan

pembinaan dan pendampingan teknis dari tenaga profesional dan tokoh masyarakat,

termasuk unsur Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).

Kualitas merupakan inti kelangsungan hidup sebuah lembaga. Gerakan

revolusi mutu melalui pendekatan manajemen mutu terpadu menjadi tuntutan yang

tidak boleh diabaikan jika suatu lembaga ingin hidup dan berkembang (Assauri,

2003).

Peningkatan kualitas pelayanan merupakan indikator kinerja bagi pelayanan

posyandu yang mencakup pelayanan kesehatan ibu dan anak, KB, pemberantasan

penyakit menular dengan imunisasi, penanggulangan diare dan gizi serta adanya

penimbangan balita. Sasaran penduduk posyandu adalah ibu hamil, ibu menyusui,

(15)

Kabupaten Pakpak Bharat pada Tahun 2009 mempunyai 8 buah puskesmas,

sebanyak 89 posyandu terdiri dari 64 buah (71,91%) posyandu pratama dan 25 buah

(28,09%) posyandu madya, posyandu purnama dan mandiri belum ada (Dinkes

Pakpak Bharat, 20010).

Kegiatan rutin posyandu diselenggarakan dan dimotori oleh kader posyandu

dengan bimbingan teknis dari petugas kesehatan. Jumlah minimal kader untuk setiap

posyandu sebanyak 5 orang sesuai dengan jumlah kegiatan utama yang dilaksanakan

oleh posyandu dengan sistem layanan 5 meja atau 5 langkah kegiatan, yaitu: (1)

Pendaftaran; (2) Penimbangan; (3) Pencatatan/pengisian Kartu Menuju Sehat (KMS);

(4) Penyuluhan; dan (5) Pelayanan kesehatan sesuai kewenangannya (Depkes RI,

2006).

Partisipasi masyarakat Pakpak Bharat dalam kegiatan posyandu masih rendah,

dapat dilihat dari profil Dinas Kesehatan Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2009 di

mana dari 5.016 balita yang ada sedangkan balita yang datang ke posyandu untuk

melakukan penimbangan hanya berjumlah 2.436 (48,56%), sedangkan target

pencapaian diharapkan sebesar 90%. Kunjungan ibu hamil yang datang ke posyandu

untuk mendapatkan pelayanan pemeriksaan adalah sekitar 50,34%, sementara

pencapaian target yang diharapkan adalah sebesar 95% (Dinkes Pakpak Bharat,

2009).

Peningkatan kualitas pelayanan posyandu dapat dilakukan dari berbagai aspek

pelayanan seperti peningkatan fasilitas sarana dan prasarana, sumber daya manusia,

dan kegiatan pelaksanaan posyandu. Pelayanan posyandu yang berkualitas harus

(16)

kelangsungan posyandu sebagai unit pelayanan kesehatan dasar masyarakat,

khususnya dari kelompok paling rentan ibu dan anak. Meskipun posyandu merupakan

unit pelayanan kesehatan dasar berbasis masyarakat yang berada di desa/kelurahan,

namun karena peran posyandu sangat menentukan terhadap gambaran kondisi ibu

dan anak secara nasional, maka disetiap daerah perlu dilakukan pemantauan kegiatan

melalui Revitalisasi Posyandu. Frekuensi dan jenis kegiatan Revitalisasi Posyandu

yang dipantau ditetapkan atas kebutuhan masing-masing daerah. Pada tingkat

operasional (desa/kelurahan, kecamatan), pemantauan dilakukan secara bulanan,

dengan melaksanakan kunjungan lapangan atau dengan mempelajari laporan yang

disampaikan oleh posyandu di wilayah kerjanya (Depkes RI, 2001).

Pembinaan posyandu dapat dilakukan dengan berbagai bentuk, antara lain:

(1) Rapat koordinasi berkala pokja posyandu, yang bertujuan untuk membahas

kemajuan dan kendala penyelenggaraan posyandu; (2) Kunjungan bimbingan dan

fasilitas yang bertujuan untuk melihat operasionalisasi kegiatan posyandu,

mengetahui kendala yang dihadapi dan memberikan saran penyelesaian dan

perbaikannya, baik dalam aspek administratif maupun teknis medis; (3) Menghadiri

rapat/pertemuan yang diselenggarakan masyarakat, khususnya yang membahas

masalah posyandu dengan tujuan untuk memberikan dukungan moril dalam

penyelenggaraan posyandu; (4) Memberikan penghargaan kepada pengurus dan kader

posyandu yang berpartisipasi dalam bentuk pemberian tanda penghargaan, bantuan

pelatihan, studi banding ke posyandu lain atau pemberian seragam posyandu (Depkes

(17)

Pembinaan posyandu di Kabupaten Pakpak Bharat dilakukan oleh Puskesmas

dan Dinas Kesehatan. Puskesmas melakukan kunjungan ke posyandu setiap bulannya

dan melakukan pertemuan lintas sektor sekecamatan dan lintas program secara

kesinambungan. Sedangkan ditingkat kabupaten Dinas Kesehatan melakukan

pelatihan kader secara berkala.

Penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan pembinaan oleh Widodo

(2008) menyimpulkan bahwa karakteristik, pembinaan kader dan perilaku kader

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap peran kader posyandu. Menurut

penelitian Dalimunte (2007) bahwa pembinaan puskesmas dari 4 variabel yang

diteliti yaitu pemeriksaan pencatatan dan pelaporan, kunjungan ke lokasi posyandu,

rapat posyandu dan pelatihan kader, hanya satu variabel yaitu pemeriksaan pencatatan

dan pelaporan yang berpengaruh terhadap keaktifan kader posyandu.

Keberhasilan suatu organisasi untuk mencapai tujuannya memerlukan

mekanisme kerja yang terarah (Depkes, 2004). Pencapaian tujuan organisasi

sebagaimana dikemukakan oleh Fayol (dalam Saydam, 2000) dilakukan melalui

fungsi manajemen yaitu proses perencanaan, pengorganisasian, pengkomandoan,

pengkoordinasian dan pengendalian untuk mencapai tujuan organisasi yang telah

ditentukan.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka penulis berminat untuk

mengadakan penelitian yang terkait dengan pengaruh pembinaan posyandu terhadap

(18)

1.2. Perumusan Masalah

Bagaimana pengaruh pembinaan posyandu terhadap kualitas pelayanan

posyandu di Kabupaten Pakpak Bharat.

1.3. Tujuan Penelitian

Menjelaskan pengaruh pembinaan posyandu terhadap kualitas pelayanan

posyandu di Kabupaten Pakpak Bharat.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan kepada seluruh penanggungjawab posyandu Kabupaten

Pakpak Bharat dalam hal peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat,

khususnya kualitas pelayanan posyandu.

2. Memberikan sumbangan pemikiran dalam hal pengembangan pembinaan

posyandu di Kabupaten Pakpak Bharat pada umumnya.

3. Sebagai bahan pengembangan ilmu pengetahuan kesehatan masyarakat

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Posyandu

2.1.1. Pengertian Posyandu

Posyandu merupakan salah satu bentuk UKBM yang dikelola dan

diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat. Posyandu dibutuhkan

dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat

dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan

kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi (Depkes

RI, 2006).

Dalam upaya menurunkan angka kematian bayi maupun anak balita dan

angka kelahiran guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, telah

dikembangkan suatu pendekatan keterpaduan, yang dalam pelaksanaannya di tingkat

desa dilakukan melalui posyandu. Keterpaduan adalah penyatuan dan penyerasian

dinamis kegiatan dari program KIA, KB, gizi, imunisasi dan penanggulangan diare,

untuk saling mendukung dalam mencapai tujuan dan sasaran yang disepakati

bersama. Keterpaduan dalam posyandu dapat berupa keterpaduan dalam aspek

sasaran, aspek lokasi kegiatan, aspek petugas penyelenggara, aspek dana dan lain

sebagainya (Nasution, 1997).

Posyandu dapat melaksanakan fungsi dasarnya sebagai unit pemantau tumbuh

kembang anak, serta menyampaikan pesan kepada ibu sebagai agen pembaharuan dan

(20)

memelihara anak secara baik, yang mendukung tumbuh kembang anak sesuai

potensinya (Depdagri RI, 2001).

Setiap desa/kelurahan hendaknya dikembangkan wadah posyandu, idealnya

satu posyandu dapat melayani sekitar 80-100 balita (120 KK) atau sesuai dengan

kemampuan petugas dan keadaan setempat seperti: keadaan geografis, jarak antara

kelompok rumah, jumlah kepala keluarga dalam satu kelompok, jadi jumlah

posyandu di setiap desa/kelurahan tidak sama.

Bentuk susunan organisasi unit pengelola posyandu di desa ditetapkan melalui

kesepakatan dari para anggota pengelola posyandu. Tugas dan tanggung jawab

masing-masing unsur pada setiap kepengurusan, disepakati dalam unit/kelompok

pengelola posyandu bersama masyarakat setempat, namun pada hakekatnya susunan

kepengurusan itu sifatnya fleksibel tergantung kondisi setempat. Dalam tatanan

kehidupan masyarakat di desa, unit pengelola posyandu mempunyai kewajiban

melaporkan keberadaannya kepada kepala desa/lurah. Oleh karena itu, kepala

desa/lurah berkewajiban membina keberadaan unit pengelola posyandu, karena

kegiatan posyandu pada dasarnya adalah untuk kepentingan pemajuan perkembangan

kualitas sumber daya masyarakat (SDM) dini di daerahnya (Depdagri, 2001).

2.1.2. Tujuan Posyandu

Posyandu diselenggarakan dengan tujuan sebagai berikut:

1. Tujuan umum

Menunjang percepatan penurunan AKI dan AKB di Indonesia melalui upaya

(21)

2. Tujuan Khusus

a. Meningkatnya peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan upaya

kesehatan dasar, terutama yang berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB.

b. Meningkatnya peran lintas sektor dalam penyelenggaraan posyandu, terutama

yang berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB.

c. Meningkatnya cakupan dan jangkauan pelayanan kesehatan dasar, terutama

yang berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB (Depkes RI, 2006).

2.1.3. Kegiatan Posyandu

Kegiatan Posyandu harus dilaksanakan pada tingkat lokal dengan mengikuti

arahan dari atas dan sesuai dengan keinginan institusi-institusi pada tingkat

administrasi yang lebih tinggi. Khususnya Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa

(LKMD) dan Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) secara langsung terlibat

dalam posyandu. LKMD dipimpin oleh kepala desa, sebagai mitra pemerintah dalam

pengembangan masyarakat desa, bertanggung jawab untuk mengorganisasikan

program. Di sisi lain, PKK sebagai organisasi semi-formal yang bertujuan

mengaktifkan peran perempuan dalam proses pembangunan, harus menjamin

partisipasi perempuan secara sukarela sebagai kader kesehatan sekaligus sebagai

penerima pelayanan (Sciortino, 1999).

LKMD bertanggung jawab untuk mengarahkan program-program kesehatan

masyarakat, dan dalam pelaksanaannya, program ini dipercayakan kepada anggota

PKK. Mereka ini oleh kepala desa dalam kapasitasnya sebagai ketua LKMD, dipilih

(22)

Dalam posyandu, para pemimpin PKK dusun bertindak sebagai relawan atau

kader. Mereka terlibat di dalamnya seperti pengelola, pendidik, pelaksana dan

administrator. Sebagai pengelola mereka harus mengorganisir pertemuan bulanan dan

memastikan bahwa para ibu akan hadir ketika staf puskesmas datang (Sciortino,

1999).

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tenaga puskesmas merupakan

perpanjangan tangan kader dalam bidang medis, dengan melaksanakan untuk mereka

tugas-tugas yang memerlukan pengetahuan medis spesifik yang tidak dimiliki oleh

kader. Secara formal, staf puskesmas dianggap hanyalah pembantu, sedangkan

tanggung jawab atas pelaksanaan posyandu tetap dipegang oleh kader (Sciortino,

1999).

Penyelenggaraan dilakukan oleh kader yang terlatih di bidang kesehatan,

berasal dari PKK, tokoh masyarakat, pemuda dan lain-lain dengan bimbingan tim

pembina Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD) tingkat kecamatan

(Syafrudin, dkk, 2009).

Menurut Efendy (1998), kegiatan posyandu merupakan kegiatan nyata yang

melibatkan partisipasi masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan dari masyarakat,

oleh masyarakat dan untuk masyarakat, yang dilaksanakan oleh kader-kader

kesehatan yang telah mendapatkan pendidikan dan pelatihan dari puskesmas

mengenai pelayanan kesehatan dasar.

Posyandu dapat melayani semua anggota masyarakat, terutama: bayi (0-1

tahun), anak balita (1-4 tahun), ibu hamil, ibu menyusui, serta pasangan usia subur

(23)

masyarakat dan ditentukan oleh masyarakat sendiri, dengan demikian kegiatan

posyandu dapat dilaksanakan di pos pelayanan yang telah ada, rumah penduduk,

kepala dusun, tempat pertemuan RT/RK atau di tempat khusus yang dibangun

masyarakat. (Syafrudin, dkk, 2009).

Penyelenggara posyandu dilakukan dengan “Sistem Lima Meja”. Dengan

demikian upaya yang dapat dilakukan di Posyandu meliputi antara lain :

1. Pemeliharaan kesehatan bayi dan anak balita, melalui:

a. Penimbangan bulanan bayi dan anak balita.

b. Perbaikan gizi.

c. Pencegahan terhadap penyakit (terutama imunisasi dasar).

d. Pengobatan penyakit, khususnya penanggulangan diare.

e. Penyuluhan (kelompok dan perorangan) kepada ibu atau pengasuh bayi/anak

balita.

2. Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, ibu menyusui dan PUS:

a. Perbaikan gizi (terutama anemia gizi).

b. Pencegahan terhadap penyakit (termasuk imunisasi TT).

c. Pengobatan Penyakit .

d. Pelayanan kontrasepsi (terutama pil KB).

(24)

2.2. Pemerintahan Desa

Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh

Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan mengurus

kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat

yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik

Indonesia. Pemerintah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah Kepala Desa

dan Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa (Peraturan

Pemerintah RI No. 72 Tahun 2005).

Kewenangan Desa diperkuat dengan PP Nomor 72 tahun 2005 tentang Desa.

Lebih jauh PP ini menetapkan wewenang kepala desa yang salah satu diantaranya

adalah membina kehidupan masyarakat desa dan mengkoordinasikan pembangunan

desa secara partisipatif. Kepala desa juga berkewajiban meningkatkan kesejahteraan

masyarakat, melaksanakan urusan yang menjadi kewenangan desa, dan

memberdayakan masyarakat.

Departemen Dalam Negeri telah menyiapkan beberapa aturan mengenai

pelimpahan urusan Kabupaten/kota ke Kelurahan dan Desa. Aturan tersebut antara

lain Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 36 tahun 2007 tentang Pelimpahan

Urusan Pemerintahan Kabupaten/Kota kepada Lurah. Ditetapkan bahwa pelimpahan

urusan pemerintahan kepada Lurah disesuaikan dengan kebutuhan kelurahan dengan

memperhatikan prinsip efisiensi dan peningkatan akuntabilitas. Pelaksanaan urusan

pemerintahan yang dilimpahkan oleh Bupati/Walikota tersebut disertai dengan

(25)

yang dilimpahkan oleh Bupati/Walikota kepada lurah merupakan urusan wajib dan

urusan pilihan.

Tugas dan tanggungjawab Lurah/Kepala Desa Pokja Posyandu, yaitu:

1. Memberikan dukungan kebijakan, saran dan dana untuk penyelenggaraan

Posyandu.

2. Mengkoordinasikan penggerakan masyarakat untuk dapat hadir pada hari buka

posyandu.

3. Mengkoordinasikan peran kader Posyandu, pengurus Posyandu dan tokoh

masyarakat untuk berperan aktif dalam penyelenggaraan posyandu.

4. Menindak lanjuti hasil kegiatan Posyandu bersama LKMD.

5. Melakukan pembinaan untuk terselenggaranya kegiatan Posyandu secara teratur

(Depkes RI, 2006)

Pokjanal Posyandu desa/kelurahan mempunyai tugas dan fungsi:

1. Mengelola berbagai data dan informasi yang berkaitan dengan kegiatan

Posyandu di desa/kelurahan.

2. Menyusun rencana kegiatan tahunan dan mengupayakan adanya sumber-sumber

pendanaan untuk mendukung kegiatan pembinaan Posyandu.

3. Melakukan analisis masalah pelaksanaan program berdasarkan alternatif

pemecahan masalah sesuai dengan potensi dan kebutuhan desa/kelurahan.

4. Melakukan bimbingan, pembinaan, fasilitasi, pemantauan, dan evaluasi terhadap

pengelolaan kegiatan dan kinerja kader Posyandu secara berkesinambungan.

5. Menggerakkan dan mengembangkan partisipasi, gotong royong, dan swadaya

(26)

6. Mengembangkan kegiatan lain sesuai dengan kebutuhan.

7. Melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan kepada Kepala Desa/Lurah dan Ketua

Pokjanal Posyandu Kecamatan (Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 54 Tahun

2007).

2.3. Kader Posyandu

Kader adalah warga masyarakat setempat yang terpilih atau ditunjuk oleh

mayarakat dengan kata lain kader kesehatan merupakan wakil dari warga setempat,

yang membantu masyarakat dalam masalah kesehatan agar diperoleh kesesuaian

antara fasilitas pelayanan dan kebutuhan masyarakat yang bersangkutan. Kader

sebagai pembaharu diharapkan mampu membawa nilai baru yang sesuai dengan nilai

yang ada di daerahnya, dengan menggali segi-segi positifnya. Untuk dapat berperan

sebagaimana yang diharapkan dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat,

maka dibutuhkan para kader yang dipercayai oleh masyarakat (Depkes RI, 2006).

Untuk dapat melaksanakan peran dan fungsinya maka pengertian kader secara

lebih jelas adalah tenaga sukarela yang berasal dari masyarakat dan mendapat

kepercayaan dari masyarakat setempat. Setelah mendapat pelatihan mereka terpanggil

untuk memelihara dan mengembangkan kegiatan yang ada dan mengatasi masalah

yang timbul di masyarakat (Depkes RI, 2006).

Untuk keadaan tertentu, karena kesibukan yang dimiliki, tidak mudah mencari

anggota masyarakat yang bersedia aktif secara sukarela sebagai kader posyandu.

Untuk mengatasinya kedudukan dan peranan kader posyandu dapat digantikan oleh

(27)

posyandu dengan mendapat imbalan khusus dari dana yang dikumpulkan oleh dan

dari masyarakat (Depkes RI, 2006).

Menurut Depkes RI (2006) kriteria kader ialah: (1) Berusia dewasa; (2) Sehat

jasmani dan rohani; (3) Dapat membaca dan menulis huruf latin; (4) Diterima dan

dipilih oleh masyarakat; (5) Berminat dan mampu melaksanakan tugas sebagai kader

posyandu; (6) Mengusai bahasa Indonesia dan bahasa daerah setempat dengan benar;

(7) Memahami tatacara, adat, budaya, kepercayaan, kebiasaan dan etika masyarakat

setempat.

2.4. Kualitas Pelayanan Posyandu

Pengertian kualitas (mutu) menurut Azwar (1996) adalah yang menunjuk pada

tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, yang disatu pihak

dapat memuaskan para pemakai jasa pelayanan, dan dipihak lain tata cara

penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik serta standar yang telah ditetapkan.

Menurut Azwar (1993), beberapa batasan tentang mutu pelayanan:

1. Mutu adalah tingkat kesempurnaan dari penampilan sesuatu yang sedang diamati

(Winston Dictionary, 1956).

2. Mutu adalah sifat yang dimiliki oleh suatu program (Donabedian, 1980)

3. Mutu adalah totalitas dari wujud serta ciri-ciri dari statu barang atau jasa yang

dihasilkan, yang didalamnya terkandung sekaligus pengertian akan adanya rasa

aman dan/atau terpenuhinya kebutuhan para pengguna barang atau jasa yang

dihasilkan tersebut (Din ISO 8402, 1986).

(28)

Unsur-unsur yang memengaruhi kualitas (mutu) suatu pelayanan dapat

diamati dari persepsi penyedia pelayanan, penyelenggara pelayanan maupun

pengguna pelayanan. Azwar (1996) terdapat 4 unsur yang memengaruhi kualitas

pelayanan kesehatan, yaitu:

1. Unsur masukan

Yang dimaksud dengan unsur masukan ialah hal yang diperlukan

terselenggaranya pelayanan kesehatan, meliputi unsur tenaga (man), dana

(money) dan sarana (material). Apabila tenaga dan sarana (kuantitas dan kualitas)

tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan akan berpengaruh pada kualitas

pelayanan serta ketersediaan dana yang tidak sesuai dengan kebutuhan dapat

mempengaruhi kualitas pelayanan.

2. Unsur Lingkungan

Yang dimaksud dengan unsur lingkungan adalah keadaan sekitar yang

memengaruhi pelayanan kesehatan, meliputi unsur kebijakan, organisasi dan

manajemen yang baik serta berjalan seimbang sehingga akan memberikan

suasana kerja yang baik. Keadaaan ini akan membuat petugas pelayanan memiliki

jaminan dari pekerjaan yang akan dilaksanakannya.

3. Unsur Proses

Yang dimaksud dengan unsur proses adalah semua tindakan yang dilakukan pada

pelayanan kesehatan. Pelaksanaan pelayanan memerlukan suatu panduan berupa

prosedur tetap sehingga kualitas pelayanan dapat diukur, dievaluasi, serta

dipertanggungjawabkan. Tindakan tersebut secara umum dapat dibedakan atas

(29)

apabila kedua tindakan ini tidak disesuaikan dengan standar yang telah

ditetapkan, maka sulit diharapkan baiknya kualitas pelayanan.

4. Unsur Keluaran.

Unsur keluaran adalah yang menunjukkan pada penampilan pelayanan kesehatan

yang diselenggarakan (performance). Penampilan yang dimaksud disini banyak

macamnya. Pertama, penampilan aspek medis. Kedua, penampilan aspek non

medis. Secara umum disebutkan apabila keduanya penampilan ini tidak sesuai

dengan standar yang telah ditetapkan maka berarti pelayanan kesehatan

diselenggarakan bukan yang berkualitas.

Menurut Depdagri RI (2001), kegiatan posyandu dapat diukur dari aspek

asupan (input), proses, luaran (output), dan dampak (outcome) sebagai berikut:

a. Indikator asupan (input):

1. Jumlah Posyandu yang telah lengkap sarana dan obat-obatnya.

2. Jumlah kader yang telah dilatih dan aktif bekerja.

3. Jumlah kader yang mendapat akses untuk meningkatkan ekonominya.

4. Adanya dukungan pembiayaan dari masyarakat setempat, pemerintah dan

lembaga donor untuk kegiatan Posyandu.

b. Indikator proses:

1. Meningkatnya frekuensi pelatihan kader Posyandu.

2. Meningkatnya frekuensi pendampingan dan pembinaan Posyandu.

3. Meningkatnya jenis pelayanan yang dapat diberikan.

4. Meningkatnya partisipasi masyarakat untuk Posyandu.

(30)

c. Indikator luaran (output):

1. Meningkatkan cakupan bayi dan balita yang dilayani.

2. Pencapaian cakupan seluruh balita.

3. Meningkatnya cakupan ibu hamil dan ibu menyusui yang dilayani.

4. Meningkatnya cakupan kasus yang dipantau dalam kunjungan rumah.

d. Indikator dampak (outcome):

1. Meningkatnya status gizi balita.

2. Berkurangnya jumlah anak yang berat badannya tidak cukup naik.

3. Berkurangnya prevalensi penyakit anak (cacingan , diare, ISPA).

4. Berkurangnya prevalensi anemia ibu hamil dan ibu menyusui.

5. Mantapnya pola pemeliharaan anak secara baik di tingkat keluarga.

6. Mantapnya kesinambungan Posyandu.

Menurut Depkes (2006), seperangkat indikator yang digunakan sebagai

penentu tingkat perkembangan pelayanan posyandu sebagaimana tertera pada

tabel 2.1.

Tabel 2.1 Tabel Indikator Posyandu

No Indikator Pratama Madya Purnama Mandiri

1. Frekuensi penimbangan <8 >8 >8 >8

2. Rerata kader tugas <5 ≥5 ≥5 ≥5

3. Rerata cakupan D/S <50% <50% ≥50 ≥50

4. Cakupan kumulatif KIA <50% <50% ≥50 ≥50

5. Cakupan kumulatif KB <50% <50% ≥50 ≥50

6. Cakupan kumulatif Imunisasi <50% <50% ≥50 ≥50

7. Program tambahan - - + +

(31)

2.5 Dukungan Pendampingan dan Pembinaan oleh Tenaga Profesional dan Tokoh Masyarakat.

Tugas kader Posyandu untuk mengelola dan melayani masyarakat untuk

mendukung peningkatan kualitas SDM dini merupakan tugas yang berat dan

dilakukan secara sukarela. Berkaitan dengan hal tersebut, mengingat berbagai

keterbatasan yang dimiliki kader, maka keberhasilannya akan sangat tergantung dari

seberapa jauh upaya pelaksanaan tugas kader mendapatkan dukungan pendampingan

maupun bimbingan tenaga professional terkait maupun dari para tokoh masyarakat.

Secara teknis pendampingan dapat dilakukan oleh tenaga profesional pada

saat posyandu buka, yakni melalui pelayanan pada meja II, III, IV, dengan cara

meningkatkan keterampilan kader dalam menimbang, mencatat hasil penimbangan

pada kartu KMS maupun register dan memahami hasil penimbangan, serta

melakukan penyuluhan perorangan tentang hal-hal yang perlu diketahui oleh para ibu

baik untuk dirinya maupun untuk anaknya.

Secara teratur pembinaan harus dilakukan oleh pengelola Posyandu di desa

untuk memajukan penyelenggaraan Posyandu. Selain itu, pembinaan juga dilakukan

oleh Dinas/Instansi yang peduli dan terkait dengan kegiatan program Posyandu,

seperti Pokjanal Posyandu Kecamatan, unsur Puskesmas (Bidan di Desa/Polindes),

Dinas Pendidikan, BKKBN, Kepala Desa/Lurah, Tim Penggerak PKK, dan organisasi

kemasyarakatan lainnya yang mengelola Posyandu. Pembinaan dapat dilakukan

secara sendiri atau dalam kesatuan Tim yang dibentuk untuk pembinaan Posyandu,

(32)

2.6. Pembinaan Posyandu

Istilah pembinaan menurut Kamus Besar Indonesia (2008) yaitu

mengusahakan supaya lebih baik (maju, sempurna, dan sebagainya). Menurut

Saydam (2000), pengertian pembinaan berarti pembaharuan, penyempurnaan atau

usaha, tindakan atau kegiatan yang dilaksanakan secara berdaya guna dan berhasil

guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik.

Peraturan pemerintah No. 7 tahun 1987 bab VIII Pasal 18 menyebutkan

bahwa pembinaan teknis diantaranya meliputi kegiatan pengawasan, pengendalian,

dan penilaian pelaksanaan upaya kesehatan. Pembinaan teknis ini dimaksudkan untuk

menciptakan adanya keseragaman serta untuk menjamin hasil guna dan daya guna

yang optimal.

Pembinaan posyandu dilaksanakan secara terpadu melalui kelompok kerja

posyandu (pokja posyandu) yang ada di desa/kelurahan. Tujuan dilakukannya

pembinaan adalah agar posyandu dapat menyelenggarakan berbagai kegiatannya

sehingga tujuan didirikannya posyandu dapat dicapai. Pembinaan yang dilakukan

meliputi: peningkatan pengetahuan, keterampilan pengurus dan kader posyandu serta

pembinaan administrasi yang mencakup penyelenggaraan dan keuangan (Depkes RI,

2006).

Bantuan pemerintah dapat berupa fasilitas, bimbingan teknis, pemenuhan

sarana/prasarana dasar, seperti: bantuan vaksin, obat-obatan, dacin, sarung

timbangan, dan sebagainya. Maka fungsi pembinaan dari pemerintah tetap ada. Oleh

karena itu fungsi pembinaan dari pemerintah itu perlu dikoordinasikan dan

(33)

Kelembagaan yang mengkoordinasikan fungsi pembinaan dari pemerintah,

yang diorganisasikan melalui wadah kelompok kerja operasional posyandu (pokjanal

posyandu). Di desa/kelurahan dikoordinasikan melalui pokja posyandu. Fungsi

pembinaan meliputi 3 aspek manajemen, yaitu aspek program, aspek kelembagaan

dan aspek personil atau sumber daya manusia pengelola posyandu (Depkes RI, 2006).

Pembinaan posyandu dapat dilakukan dengan berbagai bentuk, antara lain:

1. Rapat koordinasi berkala pokja posyandu, yang bertujuan untuk membahas

kemajuan dan kendala penyelenggaraan posyandu.

Dalam melaksanakan kegiatan, posyandu berkoordinasi dengan puskesmas,

dan tenaga medis/paramedis yang bertugas pada saat posyandu berlangsung. Rapat

koordinasi membutuhkan data dan laporan yang mendukung monitoring pelaksanaan

program, seperti kunjungan rutin ke posyandu dan rapat bulanan ke puskesmas.

Diperlukan laporan kegiatan yang terorganisir dengan baik seperti format laporan

yang sudah standar dan adanya kesepakatan jadwal pelaporan (MDGs, 2009).

Menurut penelitian Rita Prasetyowati mengenai (1998) mengenai hubungan antara

aspek manajemen yang dilakukan petugas koordinator Penyuluhan Kesehatan

Masyarakat (PKM) dengan tingkat perkembangan posyandu Di Kabupaten Dati II

Tegal Tahun 1997/1998 menyatakan ada hubungan yang bermakna antara aspek

perencanaan, penggerakan, pelaksanaan, pengendalian, pengawasan, dan penilaian

dengan tingkat perkembangan posyandu. Untuk itu koordinator PKM melakukan

rencana kerja bulanan, rapat kerja bulanan yang rutin dan terjadwal serta

(34)

mengefektifkan kelompok kerja posyandu, dan forum komunikasi antar lintas

sektoral terkait.

Menurut hasil penelitian Dana, dkk (2005) bahwa pembinaan posyandu

posyandu belum sepenuhnya dilakukan oleh petugas kesehatan, hal tersebut

dikarenakan kurangnya kesadaran dan kemauan sendiri, tetapi karena disuruh oleh

atasan.

Untuk meningkatkan pemanfaatan posyandu perlu koordinasi lintas sektoral,

karena jajaran pemerintah yang terlibat dalam posyandu masih terbatas dari petugas

puskesmas. Instansi lain seperti petugas kecamatan ataupun instansi yang lainnya

belum terlibat dalam kegiatan posyandu. Instansi lain di kecamatan yang tergabung

dalam tim Pokjanal sangat dibutuhkan keterlibatannya dalam pembinaan posyandu

baik melalui lembaga PKK maupun melalui pembinaan terhadap kepala desa/lurah,

kepala dusun ataupun kelian banjar. Tim Pokjanal Posyandu juga perlu secara aktif

terlibat dalam kegiatan posyandu, serta dapat memfasilitasi kegiatan posyandu dan

penentuan jadwal posyandu. (Widiastuti, 2006).

Menurut Supriyanto (1998) yang mengutip pendapat Dana, dkk (2005) bahwa

penilaian kebutuhan posyandu merupakan penilaian mengenai informasi tentang

kegiatan pelaksanaan program atau hasil kerja dengan suatu kriteria atau tujuan yang

telah ditetapkan, yang hasilnya dapat digunakan untuk memperbaiki,

mempertahankan atau mengakhiri program. Dalam pengambilan keputusan, penilaian

merupakan sumber informasi yang digunakan untuk perencanaan yang lebih baik di

(35)

2. Kunjungan bimbingan dan fasilitas yang bertujuan untuk melihat operasionalisasi

kegiatan posyandu, mengetahui kendala yang dihadapi dan memberikan saran

penyelesaian dan perbaikannya, baik dalam aspek administratif maupun teknis

medis.

Kegiatan posyandu akan berjalan dengan baik jika didukung dengan fasilitas

yang memadai. Fasilitas yang disediakan hendaknya harus cukup dan sesuai dengan

tugas dan fungsi yang harus dilaksanakan serta ada tersedianya waktu, tempat yang

tepat, sesuai dan layak untuk menunjang kegiatan posyandu. (Siagian, 1998).

Kunjungan bimbingan berupa pengawasan yang dilakukan pada posyandu

untuk mendeteksi penyimpangan dan kemudian memberikan solusi dan tindak lanjut

yang berakhir pada perbaikan kegiatan. Pengawasan yang dilakukan mengacu pada

ketepatan pelaksanaan sesuai dengan prosedur minimal yang telah ditetapkan.

Pengawasan posyandu yang terbatas akan berpengaruh pada pengelolaan posyandu

dalam peningkatan cakupan kegiatannya. Supervisi petugas puskesmas merupakan

bimbingan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan (Saripawan &Hasan

Basri, 2007).

3. Menghadiri rapat/pertemuan yang diselenggarakan masyarakat, khususnya yang

membahas masalah posyandu dengan tujuan untuk memberikan dukungan moril

dalam penyelenggaraan posyandu.

Dalam peningkatan kualitas pelayanan posyandu, petugas puskesmas,kader

bersama dengan tokoh-tokoh masyarakat secara bersama-sama agar berusaha

memecahkan permasalahan mengenai posyandu dalam setiap kesempatan pertemuan,

(36)

masyarakat sekitar (social support) dalam kegiatan posyandu, akan membantu

meningkatkan informasi tentang kualitas pelayanan posyandu di masyarakat (Jazid,

1991).

Menurut pendapat Widagdo (2006) Peranan pemimpin dan tokoh masyarakat

akan sangat penting dalam pertemuan-pertemuan, sebab dalam setiap kesempatan

selalu menjelaskan manfaat program posyandu. Para pimpinan masyarakat hendaknya

aktif dalam mengajak warga masyarakat untuk mengelola kegiatan posyandu

sehingga akan meningkatkan kualitas pelayanan di posyandu.

4. Memberikan penghargaan kepada pengurus dan kader posyandu yang

berpartisipasi dalam bentuk pemberian tanda penghargaan, bantuan pelatihan,

studi banding ke posyandu lain atau pemberian seragam posyandu (Depkes RI,

2006).

Menurut Suryatim (2001) pemberian penghargaan terhadap loyalitas kader

akan sangat membantu untuk mempertahankan keaktifan kader posyandu, sehingga

akan membuat kinerja kader semakin meningkat.

Pelatihan bagi kader bertujuan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan

sekaligus dedikasi kader agar timbul kepercayaan diri untuk melaksanakan tugas

sebagai kader posyandu dalam melayani masyarakat, baik di posyandu maupun saat

melakukan kunjungan rumah (Depdagri & Otda, 2001).

Pelatihan bagi kader sangat diperlukan dari petugas kesehatan yang berguna

untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kader dalam melaksanakan tugas

(37)

2.7. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian dan studi kepustakaan, maka kerangka konsep

penelitian pengaruh pembinaan posyandu terhadap kualitas pelayanan posyandu

secara skematis dapat digambarkan sebagai berikut:

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual Pengaruh Pembinaan Posyandu terhadap Kualitas Pelayanan Posyandu

Kualitas Pelayanan Posyandu Pembinaan Posyandu

1.Rapat koordinasi berkala pokja posyandu

(38)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian survei, bertujuan untuk membuat

penilaian terhadap suatu kondisi, dan hubungannya antara variabel yang diteliti.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini explanatory yaitu menjelaskan pengaruh

pembinaan posyandu terhadap kualitas pelayanan posyandu di Kabupaten Pakpak

Bharat (Singarimbun, 1995).

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi yang digunakan untuk penelitian ini adalah di Kabupaten Pakpak

Bharat. Pemilihan lokasi dengan pertimbangan yaitu hasil cakupan kegiatan

pelayanan di posyandu belum mencapai nilai standar yang diharapkan, antara lain

partisipasi masyarakat (D/S) atau balita yang dibawa ke posyandu untuk ditimbang

dan kunjungan ibu hamil juga masih rendah masing-masing sebesar 48,56% dan

50,34%. Sementara target pencapaian masing-masing 90% dan 95% berdasarkan

Peraturan Menteri Kesehatan RI Tahun 2008.

Penelitian ini pelaksanaannya mulai tanggal 14 Februari sampai dengan

(39)

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh posyandu yang berada di

Kabupaten Pakpak Bharat yaitu 89 posyandu, dan yang menjadi sampel penelitian

adalah 89 posyandu. Untuk menilai pembinaan yang dilakukan oleh institusi pembina

posyandu (Pemerintahan Desa), maka sebagai populasi sasaran adalah satu orang

kader posyandu yang mewakili setiap posyandu dan paham terhadap segala aktivitas

yang dilaksanakan di posyandu, serta mengetahui kondisi dan perkembangan

posyandu. Penilaian kader terhadap pembinaan posyandu didukung oleh penilaian

Kepala Desa.

3.4. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder, yaitu:

1. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan responden, yang

berpedoman pada kuesioner penelitian yang telah dipersiapkan terlebih dahulu.

2. Data sekunder diperoleh dari laporan-laporan resmi terutama data di Posyandu

wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Pakpak Bharat tentang kegiatan

posyandu.

3.5. Definisi Operasional

Berdasarkan kerangka konsep yang telah dibuat maka variabel penelitian ini

dapat didefinisikan sebagai berikut :

3.5.1 Pembinaan Posyandu (variabel bebas)

Pembinaan posyandu yang dalam hal ini diukur dari 4 indikator, yaitu:

1. Rapat koordinasi berkala pokja posyandu adalah penilaian kader yang didukung

(40)

dilakukan kader bersama kepala desa untuk meningkatkan pelaksanaan kegiatan

posyandu.

2. Kunjungan bimbingan adalah penilaian kader terhadap bimbingan yang diberikan

kepala desa dalam peningkatan program kerja posyandu.

3. Menghadiri rapat adalah penilaian kader terhadap keterlibatan kepala desa untuk

kesinambungan program posyandu.

4. Pemberian penghargaan adalah pemberian penghargaan terhadap keterlibatan

kader dalam kegiatan program posyandu.

Pembinaan posyandu dapat dikategorikan, yaitu 3 kategori antara lain:

1. Kategori baik adalah persepsi kader yang didukung oleh persepsi Kepala Desa

mengenai rapat koordinasi berkala pokja posyandu, kunjungan bimbingan,

menghadiri rapat dan pemberian penghargaan dalam melaksanakan kegiatan

pengelolaan posyandu secara keseluruhan telah terpenuhi.

2. Kategori cukup adalah persepsi kader yang didukung oleh persepsi Kepala Desa

mengenai rapat koordinasi berkala pokja posyandu, kunjungan bimbingan,

menghadiri rapat dan pemberian penghargaan dalam melaksanakan kegiatan

pengelolaan posyandu secara keseluruhan hanya sebagian saja terpenuhi.

3. Kategori kurang adalah persepsi kader yang didukung oleh persepsi Kepala Desa

mengenai rapat koordinasi berkala pokja posyandu, kunjungan bimbingan,

menghadiri rapat dan pemberian penghargaan dalam melaksanakan kegiatan

pengelolaan posyandu sangat sedikit sekali atau secara keseluruhan tidak

(41)

3.5.2. Kualitas Pelayanan Posyandu (variabel terikat)

Kualitas pelayanan posyandu adalah hasil yang diukur dengan standart baik

atau tinggi, seperti pelaksanaan kegiatan dari ketersediaan fasilitas, proses kegiatan

posyandu, dan indikator pelayanan posyandu.

Aspek pengukuran terhadap kualitas pelayanan posyandu berdasarkan hasil

penilaian terdiri dari 3 kategori sebagai berikut:

1. Kategori baik apabila penampilan posyandu lengkap fasilitas sarana dan

obat-obatan, dan kegiatan peningkatan pengelolaan posyandu dengan melaksanakan

pelatihan kader, pembinaan dan pelatihan tambahan, serta capaian kinerja sesuai

dengan indikator pelayanan posyandu.

2. Kategori sedang apabila penampilan posyandu sebagian tersedia fasilitas sarana

dan obat-obatan, dan kegiatan peningkatan pengelolaan posyandu melaksanakan

pelatihan kader, pembinaan dan pelatihan tambahan, serta sebagian besar capaian

kinerja sesuai dengan indikator pelayanan posyandu.

3. Kategori buruk apabila penampilan posyandu tidak lengkap fasilitas sarana dan

obat-obatan, dan kegiatan peningkatan pengelolaan posyandu tidak

melaksanakan pelatihan kader, pembinaan dan pelatihan tambahan, serta

(42)

3.6. Aspek Pengukuran

Aspek pengukuran dalam hal ini adalah pembinaan posyandu sebagai variabel

bebas (rapat koordinasi berkala pokja posyandu, kunjungan bimbingan, menghadiri

rapat dan pemberian penghargaan) dan kualitas pelayanan posyandu sebagai variabel

terikat.

3.6.1. Aspek Pengukuran Variabel Bebas

Aspek pengukuran pada variabel bebas (meliputi: rapat koordinasi berkala

pokja posyandu, kunjungan bimbingan, menghadiri rapat dan pemberian

penghargaan). Aspek pengukuran dapat dilihat pada Tabel 3.1. sebagai berikut :

Tabel 3.1. Aspek Pengukuran Variabel Bebas No Variabel Kategori

Jawaban

Variabel Skor

Skala Ukur 1. Rapat koordinasi

berkala pokja posyandu

1. Pernah

2. Kadang-kadang 3. Tidak pernah

4 3 3. Tidak pernah

3 3

3 Menghadiri rapat 1. Pernah

2. Kadang-kadang 3. Tidak pernah

3 3 3. Tidak pernah

(43)

3.6.2. Aspek Pengukuran Variabel Terikat

Aspek pengukuran variabel terikat meliputi keberhasilan pelaksanaan

posyandu dalam penimbangan dapat dilihat pada tabel 3.2.

Tabel 3.2. Aspek Pengukuran Variabel Terikat

3.7. Teknik Analisa Data

Analisa data menggunakan uji Regresi Linier Berganda pada α = 0,05, untuk

melihat secara bersamaan beberapa variabel bebas terhadap variabel terikat yaitu

mengetahui pengaruh pembinaan posyandu terhadap kualitas pelayanan posyandu di

Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2010.

Rumus :

Keterangan :

Y = Variabel dependen (Kualitas Pelayanan Posyandu) X = Variabel independen (Pembinaan Posyandu) α = Konstanta

Variabel Skor

Skala Ukur 1. Kualitas Pelayanan

(44)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Lokasi Penelitian 4.1.1. Letak Geografis

Kabupaten Pakpak Bharat sebagai hasil pemekaran dari Kabupaten Dairi,

terletak pada garis 2015'00''-3032'00" Lintang Utara dan 90000' - 98031' Bujur Timur,

dengan luas wilayah Kabupaten Pakpak Bharat adalah 1.218,30 km2 dan berada pada

ketinggian antara 700 – 1500 meter diatas permukaan laut. Kabupaten Pakpak Bharat

mempunyai batas-batas wilayah adalah sebagai berikut:

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Dairi

- Sebelah Timur dengan Kabupaten Toba Samosir

- Sebelah Selatan dengan Kabupaten Aceh Singkil dan Kabupaten Humbang

Hasundutan

- Sebelah Barat dengan Kabupaten Aceh Singkil.

Secara administrasi Kabupaten Pakpak Bharat dengan kondisi geografis, yang

terdiri dari 8 kecamatan dan 52 desa. Sebagai pusat pemerintahan Kabupaten Pakpak

Bharat terletak di Kecamatan Salak.

4.1.2. Keadaan Demografis

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Pakpak Bharat

Tahun 2010, jumlah penduduk Kabupaten Pakpak Bharat sebanyak 42.814 jiwa yang

terdiri dari laki-laki 21.144 jiwa dan perempuan 21.670 jiwa. Sebagian besar

penduduk (44,54%) pada kelompok umur 15-44 tahun. Secara rinci dapat dilihat pada

(45)

Tabel 4.1. Distribusi Penduduk menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2009.

No

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2010.

Jumlah rumah tangga sebanyak 8.436 kepala keluarga, bila dibandingkan

dengan luas Kabupaten Pakpak Bharat (1.218,30 Km2), maka rata-rata tingkat

kepadatan penduduknya mencapai 35 jiwa per km2. Secara rinci dapat dilihat pada

Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Distribusi Penduduk menurut Luas Wilayah, Jumlah Desa, Jumlah Penduduk, Jumlah Rumah Tangga dan Kepadatan Penduduk menurut Kecamatan di Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2009.

No Kecamatan

(46)

Tingkat pendidikan formal penduduk di Kabupaten Pakpak Bharat pada usia

sepuluh tahun keatas menunjukkan bahwa sebanyak 25,41% tamat SD dan sebanyak

18,52% tidak/ belum tamat SD. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3. Distribusi Penduduk Usia di atas Sepuluh Tahun menurut Tingkat Pendidikan di Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2009.

No Tingkat Pendidikan Jumlah %

1 Tidak/ belum pernah sekolah 2.794 12,37

2 Tidak/ belum tamat SD 4.184 18,52

3 Tamat SD 5.741 25,41

4 Tamat SLTP 3.734 16,53

5 Tamat SLTA 4.080 18,06

6 Akademi/ Diploma III 1.410 6,24

7 Universitas 648 2,87

Jumlah 22.591 100

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2010

Pembangunan sarana kesehatan di Kabupaten Pakpak Bharat diarahkan untuk

meningkatkan kualitas, jangkauan dan pemerataan pelayanan kesehatan. Situasi

sarana kesehatan di Kabupaten Pakpak Bharat seperti pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4. Distribusi Sarana Kesehatan Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2009.

No Jenis Sarana Kesehatan Jumlah

1. Rumah Sakit Umum 1

2. Puskesmas Perawatan 2

3. Puskesmas Non Perawatan 6

4. Puskesmas Keliling 9

5. Puskesmas Pembantu 25

6. Praktik Dokter Umum 1

7. Polindes 6

8. Poskesdes 50

9. Posyandu 89

10. Apotek 2

11 Toko Obat 3

Jumlah 194

(47)

Tenaga kesehatan yang bertugas pada berbagai sarana pelayanan kesehatan di

di Kabupaten Pakpak Bharat pada Tahun 2009 berjumlah 293 orang yang berstatus

sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS), Pegawai Tidak Tetap (PTT) dan tenaga honorer.

Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5. Distribusi Tenaga menurut Jenis Tenaga Kesehatan di Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2009.

No Jenis Tenaga Kesehatan Jumlah

1. Medis (dokter spesialis, dokter umum, dokter gigi) 28

2. Kesehatan Masyarakat (SKM) 12

3. Perawat (D-III Perawat dan SPK) 100

4. Bidan (D-III Bidan dan Bidan) 108

5. Farmasi (Apoteker, S-1 Farmasi, D-III Farmasi dan SMF) 13

6. Sanitasi (D-III Sanitasi dan APK) 8

7. Gizi (D-III Gizi dan D-1 Gizi) 8

8. Teknis Medis (TEM, Rontgen dan Analis) 16

Jumlah 293

Sumber: Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Pakpak Bharat Tahun 2010

4.2. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi dari variabel

independen dan dependen dalam penelitian yang meliputi: umur, pendidikan,

pekerjaan, rapat koordinasi berkala pokja posyandu, kunjungan bimbingan dan

fasilitas, menghadiri rapat dan pemberian penghargaan.

4.2.1. Gambaran Karakteristik Responden dan Pembinaan Posyandu 4.2.1.1.Karakteristik Kepala Desa

Berdasarkan hasil penelitian kareteristik Kepala Desa sebagian besar

responden berada pada kelompok umur dewasa madya (41-60 tahun) yaitu sebanyak

39 responden (75%). Jenis kelamin responden sebagian besar laki-laki yaitu sebanyak

(48)

Lanjut Tingkat Atas (SLTA) yaitu sebanyak 51 responden (98,1%). Gambaran

krakteristik responden pada penelitian dapat dilihat pada Tabel. 4.6.

Tabel 4.6 Distribusi Responden menurut Golongan Umur, Jenis Kelamin dan Tingkat Pendidikan Kepala Desa

No Karakteristik Responden Jumlah

F %

1. Golongan Umur

Umur Dewasa Muda (21-40) 13 25,0

Umur Dewasa Madya (41-60) 39 75,0

(Gunarsa, 1991)

Jumlah 52 100,0

2. Jenis Kelamin

Laki-laki 50 96,2

Perempuan 2 3,8

Jumlah 52 100,0

3. Pendidikan

Tamat SLTA 51 98,1

Tamat Akademi/ PT 1 1,9

Jumlah 52 100

4.2.1.2 Gambaran Pembinaan Posyandu menurut Penilaian Kepala Desa

Pembinaan posyandu yang dilakukan di Kabupaten Pakpak Bharat meliputi

rapat koordinasi berkala pokja posyandu, kunjungan bimbingan dan fasilitas,

menghadiri rapat dan pemberian penghargaan.

1. Rapat Koordinasi Berkala Pokja Posyandu

Distribusi responden terhadap pertanyaan melaksanakan rapat koordinasi

secara berkala dalam setahun, sebagian besar menjawab kadang-kadang sebanyak 46

responden (88,5%), responden yang menindak lanjuti hasil kegiatan posyandu

bersama LKMD adalah sebagaian besar menjawab tidak pernah sebanyak 31

responden (59,6%). Distribusi responden terhadap pertanyaan pelaksanaan

(49)

kegiatan posyandu adalah sebagian besar menjawab tidak pernah sebanyak 28

responden (53,8%), kegiatan posyandu di lakukan evaluasi sesuai dengan program

kerja posyandu sebagian besar responden menjawab tidak pernah sebanyak 26

responden (50%). Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7. Distribusi Posyandu berdasarkan pembinaan posyandu melalui Rapat Koordinasi Berkala Pokja Posyandu

No Uraian Jawaban F %

1. Apakah Bapak/Ibu pernah melaksanakan rapat koordinasi secara berkala dalam setahun?

a. Tidak pernah b. Kadang-kadang

2. Apakah Bapak/Ibu pernah menindaklanjuti hasil kegiatan posyandu bersama LKMD?

a. Tidak pernah b. Kadang-kadang

3. Apakah Bapak/Ibu melaksanakan pembinaan rapat koordinasi pernah membahas penyelesaian masalah dan kendala dalam kegiatan posyandu?

a. Tidak pernah b. Kadang-kadang

4. Apakah Bapak/Ibu dalam melaksanakan rapat koordinasi kegiatan posyandu di lakukan evaluasi sesuai dengan program kerja posyandu?

(50)

2.. Kunjungan Bimbingan

Distribusi responden terhadap pertanyaan mengikuti kegiatan posyandu serta

membimbing kader, sebagian besar menjawab kadang-kadang sebanyak 45 responden

(86,5%). Distribusi responden terhadap pertanyaan menyelenggarakan penyuluhan

kesehatan, KB, dan gizi kepada pengunjung posyandu adalah sebagaian besar

menjawab tidak pernah sebanyak 28 responden (53,8%), responden yang tidak pernah

memberikan motivasi kepada kader maupun pengunjung posyandu saat menghadiri

kegiatan posyandu adalah sebanyak 29 responden (55,8%). Secara rinci dapat dilihat

pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8. Distribusi Posyandu berdasarkan pembinaan posyandu melalui Kunjungan Bimbingan

No Uraian Jawaban F %

1. Apakah pernah Bapak/Ibu mengikuti kegiatan posyandu serta membimbing kader ?

a. Tidak pernah b. Kadang-kadang

2. Apakah Bapak/Ibu pernah menyelenggarakan penyuluhan kesehatan, keluarga berencana (KB), dan gizi kepada pengunjung posyandu?

a. Tidak pernah b. Kadang-kadang

3. Apakah Bapak/Ibu sebagai penanggungjawab posyandu pernah memberikan motivasi kepada kader maupun pengunjung posyandu saat menghadiri kegiatan posyandu?

(51)

3. Menghadiri Rapat

Distribusi responden terhadap pertanyaan melaksanakan rapat dengan

melibatkan tokoh masyarakat, tokoh agama dan LKMD dalam pembinaan posyandu,

sebagian menjawab kadang-kadang adalah sebanyak 36 responden (69,2%).

Distribusi responden terhadap pertanyaan membahas persiapan posyandu dan kader

pelaksana posyandu sebagian menjawab tidak pernah adalah sebanyak 26 responden

(50%), memberikan dukungan moril kepada kader dalam penyelenggaraan posyandu

sebagian menjawab tidak pernah sebanyak 30 responden (57,7%). Secara rinci dapat

dilihat pada Tabel 4.9.

Tabel 4.9. Distribusi Posyandu berdasarkan pembinaan posyandu melalui Pelaksanaan Menghadiri Rapat.

No Uraian Jawaban F %

1. Apakah Bapak/Ibu melaksanakan rapat dengan melibatkan tokoh masyarakat, tokoh agama dan LKMD dalam pembinaan

posyandu?

a. Tidak pernah b. Kadang-kadang

2. Dalam kegiatan rapat, apakah Bapak/Ibu pernah membahas persiapan posyandu dan kader pelaksana posyandu?

a. Tidak pernah b. Kadang-kadang

3. Apakah Bapak/Ibu memberikan dukungan moril kepada kader dalam penyelenggaraan posyandu?

(52)

4. Pemberian Penghargaan

Distribusi responden terhadap pertanyaan memberikan penghargaan kepada

kader yang aktif dalam kegiatan posyandu, sebagian menjawab kadang-kadang

adalah sebanyak 40 responden (76,9%), mengadakan pelatihan untuk menambah

pengetahuan kader sebagian besar menjawab tidak pernah adalah sebanyak 26

responden (50%). Distribusi responden terhadap pertanyaan memberikan

penghargaan kepada pengurus posyandu, sebagian besar menjawab tidak pernah

adalah sebanyak 24 responden (46,2%). Memberikan honor kepada kader posyandu

setiap bulan sebagian besar menjawab kadang-kadang adalah sebanyak 22 responden

(42,3%). Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.10.

Tabel 4.10. Distribusi Posyandu berdasarkan pembinaan posyandu melalui Pemberian Penghargaan.

No Uraian Jawaban F %

1. Apakah Bapak/Ibu pernah memberikan penghargaan kepada kader yang aktif dalam kegiatan posyandu?

a. Tidak pernah b. Kadang-kadang

2. Apakah Bapak/Ibu pernah mengadakan pelatihan untuk menambah pengetahuan kader?

a. Tidak pernah b. Kadang-kadang

3. Apakah Bapak/Ibu pernah memberikan penghargaan kepada pengurus posyandu?

(53)

4. Apakah Bapak/Ibu memberikan honor kepada kader posyandu setiap bulan?

a. Tidak pernah b. Kadang-kadang

4.2.1.3. Karakteristik Kader Posyandu

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden

berada pada kelompok umur dewasa muda (21-40 tahun) yaitu sebanyak 79

responden (88,8%). Tingkat pendidikan responden sebagian besar tamat SLTA yaitu

sebanyak 53 responden (59,6%). Sebagian responden bekerja sebagai petani yaitu

sebanyak 62 responden (69,7%). Gambaran karakteristik responden pada penelitian

dapat dilihat pada Tabel 4.11.

Tabel 4.11. Distribusi Responden menurut Golongan Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pekerjaan Kader Posyandu

No Karakteristik Responden Jumlah

F %

2. Tingkat Pendidikan

Tamat SD 9 10,1

Tamat SLTP 22 24,7

Tamat SLTA 53 59,6

Akademi/ PT 5 5,6

Jumlah 89 100,0

3. Jenis Pekerjaan

Tidak bekerja 8 9,0

Wiraswasta 18 20,2

Petani 62 69,7

PNS 1 1,1

(54)

4.2.1.4.Gambaran Pembinaan Posyandu menurut Penilaian Kader Posyandu Pembinaan posyandu yang dilakukan di Kabupaten Pakpak Bharat meliputi rapat koordinasi berkala pokja posyandu, kunjungan bimbingan dan fasilitas,

menghadiri rapat dan pemberian penghargaan.

1. Rapat Koordinasi Berkala Pokja Posyandu

Berdasarkan hasil penelitian, dari 89 posyandu yang diundang Kepala Desa

mengikuti rapat koordinasi secara berkala dalam setahun kadang-kadang yaitu

sebanyak 78 posyandu (87,6%), dan dari 86 posyandu diadakan rapat koordinasi

berkala sebagian besar dilaksanakan 1 kali dalam 1 tahun yaitu sebanyak 50

posyandu (58,1%). Berdasarkan hasil penelitian diketahui dari 86 posyandu upaya

menindaklanjuti hasil kegiatan posyandu bersama LKMD tidak pernah dilakukan

yaitu sebanyak 46 posyandu (53,5%).

Berdasarkan hasil penelitian, dari 86 posyandu ikut membahas penyelesaian

masalah dan kendala posyandu kadang-kadang dilakukan yaitu sebanyak 54

posyandu (62,8%). Dari 86 posyandu yang tidak pernah diadakan tindak lanjut

kegiatan posyandu dilakukan evaluasi sesuai dengan program kerja posyandu yaitu

Gambar

Tabel 2.1 Tabel Indikator Posyandu Pratama <8
Gambar 2.1.  Kerangka Konseptual Pengaruh Pembinaan Posyandu  terhadap Kualitas Pelayanan Posyandu
Tabel 3.1.   Aspek Pengukuran Variabel Bebas
Tabel 3.2.  Aspek Pengukuran Variabel Terikat
+7

Referensi

Dokumen terkait

pasien depresi juga beresiko terhadap terjadinya alcoholism, penyalah-gunaan obat, kejadian bunuh diri, gangguan..

Dalam hal ini maka yang menghubungkan antara pengawasan internal terhadap kinerja pemerintah daerah, Revrisond Baswir (2004:138) menyatakan bahwa Pelaksanaan

Ada sumber mata air dalam menyediakan air bersih untuk masyarakat Desa Jeru yaitu sumber mata air Parang Paeng desa Benjor.Tujuan dari pelaksanaan I b M ini adalah untuk

41. Melakukan tindakan tap sub dural *) 42. Melakukan tindakan bronchial lavage **) 43. Melakukan tindakan pemasangan EEG *) 44. Melakukan tindakan pemasangan BERA 45.

Atas dasar pandangannya tentang riba dengan berbagai kondisi objektif yang melingkupinya sebagaimana disebutkan di atas, Syahrur mengajukan tiga prinsip dasar sistem bank Islam,

Bagi Posyandu, diharapkan penelitian ini mampu memberikan informasi kepada kader posyandu flamboyan 2 tentang deteksi dini tanda dan gejala demam berdarah dengue serta

Bagaimana peran Desa/Kelurahan, peran petugas puskesmas, ketersediaan sarana, pembinaan kader posyandu, pelatihan kader posyandu, alignment, capability, trust,