UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
MEDAN
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KONTRIBUSI PENDAPATAN IBU DALAM KELUARGA DI
KOTA MEDAN
SKRIPSI
Diajukan oleh :
Dwi Syafrina 070501038 Ekonomi Pembangunan
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
ABSTRACT
The purpose of this research is to analyze the factors that affect contribution of women income to the total family income. The independent variables that used in this research are Education, Work time, Total of family and Total of worker in family. This research was located in Medan, Sumatera Utara.
Data that used in this research is primary data with 90 respondences as sample. Research method that used in this study is Ordinary Least Squared (OLS), by using Eviews 5.1.
The result of the research shows that the average of contribution of women income is 55,6 % to the total family’s income. As partial, all of the independent variables are significant in influencing the dependent variable at alpha 1 %. And simultaneously, all of the independent variables are significant in influencing the dependent variable at alpha 1 %.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kontribusi pendapatan ibu dalam pendapatan keluarga. Adapun variabel bebas dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan, jam kerja, jumlah tanggungan keluarga dan jumlah anggota keluarga yang bekerja. Penelitian ini dilakukan di Kota Medan, Sumatera Utara.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dengan sampel sebanyak 90 orang. Metode penelitian yang digunakan dalam analisis ini adalah Ordinary Least Squared (OLS), dengan menggunakan Eviews 5.1.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata kontribusi ibu bekerja dalam pendapatan keluarga adalah sebesar 55,6 % . Secara parsial semua variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap variabel Kontribusi Pendapatan Ibu dalam Pendapatan Keluarga pada alpha 1 %. Dan secara bersama-sama, semua variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap variabel Kontribusi Pendapatan Ibu dalam Pendapatan Keluarga pada alpha 1 %
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmad dan karunia-Nya, kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini, dengan judul “ Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kontribusi Pendapatan Ibu dalam Keluarga di Kota Medan”.
Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu pelaksanaan akademis untuk memenuhi syarat perkuliahan dijenjang studi strata-1 dalam rangka meraih gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penyusunan skripsi ini, yang di sebabkan keterbatasan yang penulis miliki. Untuk itu, penulis memohon maaf serta meminta kritik dan saran yang membangun dari seluruh pihak yang membaca dan membantu serta memotivasi penulis agar lebih baik dimasa yang akan datang.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada seluruh pihak yang telah membantu penulis baik secara moril maupun materil dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini, yaitu:
Syafriadi, terima kasih atas kasih sayangnya, doa serta dukungan moril, dan materil yang tidak pernah putus diberikan kepada penulis.
2. Bapak Drs.Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec selaku Ketua Departemen Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution selaku Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara.
5. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D selaku Ketua Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara.
6. Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara dan selaku dosen pembanding penulis yang telah memberikan kritik,saran, dan masukan bagi penulis dalam penyusunan skripsi ini.
7. Ibu Dr. Murni Daulay, SE, M.Si selaku dosen pembimbing penulis yang telah membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini, memberikan saran dan masukannya serta petunjuk yang sangat berarti bagi penulis. 8. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D selaku dosen pembanding I
penulis yang telah memberikan kritik, saran, dan masukan bagi penulis dalam penyusunan skripsi ini.
10. Seluruh staf pengajar (dosen) Departemen Ekonomi Pembangunan yang telah memberikan pendidikan yang sangat bermanfaat bagi penulis yang dapat digunakan pada masa yang akan datang serta seluruh karyawan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah banyak membantu penulis selama menjalani perkuliahan.
11. Sahabat-sahabat penulis Niken Fidyah Ramadhani, Wenny Nurul Hikmah Harahap, Aliza Basrah Lubis dan Hafadh Abdillah Ritonga atas doa dan motivasi serta bantuannya yang telah diberikan kepada penulis baik dalam penyusunan skripsi ini maupun selama perkuliahan dan atas hari-harinya yang telah menemani penulis.
12. Ibu-Ibu yang telah bersedia menjadi responden dan mengisi kuisioner secara jujur.
13. Kepada seluruh pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungannya secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan skripsi ini.
Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan masukan bagi seluruh pihak yang membaca dan memerlukan skripsi ini.
Wassalammualaikum Wr.Wb
Medan, 1 Maret 2011
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRACT ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 5
1.3 Hipotesis ... 6
1.4 Tujuan Penelitian ... 7
1.5 Manfaat Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9
2.1 Tenaga Kerja ... 9
2.1.1 Angkatan Kerja ... 10
2.1.2 Bukan Angkatan Kerja ... 14
2.2 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja ... 20
2.3 Partisipasi Wanita Dewasa Ini ... 22
2.4 Pendapatan Keluarga ... 23
2.5 Tingkat Pendidikan Ibu ... 25
2.5.1 Kaitan Tingkat Pendidikan Ibu terhadap Kontribusi Pendapatan Ibu dalam Keluarga ... 26
2.6 Jam Kerja ... 27
2.6.1 Kaitan jam Kerja terhadap Kontribusi Pendapatan Ibu dalam Keluarga ... 30
2.7 Jumlah Tanggungan Keluarga ... 31
2.7.1 Kaitan jumlah tanggungan keluarga terhadap Kontribusi Pendapatan Ibu dalam Keluarga ... 32
2.8 Jumlah Anggota Keluarga yang Bekerja ... 33
BAB III METODE PENELITIAN ... 35
3.1 Ruang Lingkup Penelitian ... 35
3.2 Jenis dan Sumber Data ... 35
3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 36
3.4 Populasi dan Sampel ... 36
3.5 Pengolahan Data ... 37
3.6 Metode Analisis Data ... 37
3.7 Test of Goodness of Fit (Uji Kesesuaian) ... 39
3.7.1 Koefisien Determinasi (R-Squared) ... 39
3.7.2 Uji t-statistik ... 40
3.8 Uji Penyimpangan asumsi klasik ... 44
3.8.1 Uji Normalitas ... 44
3.8.2 Uji Linieritas ... 45
3.8.3 Heteroskedastisitas ... 45
3.8.4 Multikolnearity ... 46
3.9 Defenisi Operasional ... 46
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 48
4.1 Gambaran Umum Wilayah Kota Medan ... 48
4.1.1 Lokasi dan Letak Geografis Kota Medan ... 48
4.1.2 Kondisi Iklim ... 49
4.2 Komposisi Penduduk Kota Medan ... 49
4.2.1 Keadaan Penduduk Bersarkan Kecamatan dan Jenis Kelamin ... 49
4.2.2 Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan .. 52
4.2.3 Keadaan Penduduk Berdasarkan Status Pekerjaan ... 53
4.3 Karakteristik Responden ... 54
4.3.1 Kontribusi Ibu dalam Pendapatan Keluarga ... 55
4.3.2 Tingkat Pendidikan Ibu ... 56
4.3.3 Jam Kerja ... 57
4.3.4 Jumlah Tanggungan Keluarga ... 57
4.3.5 Jumlah Anggota keluarga yang Bekerja ... 58
4.3.6 Motivasi dan Alasan Wanita Bekerja ... 59
4.4 Analisis Hasil dan Pembahasan ... 60
4.6 Test of Goodness of Fit (Uji Kesesuain) ... 62
4.6.1 Koefisien Determinasi ... 62
4.6.2 Uji Partial test (Uji t-satistik) ... 63
4.6.3 Uji Keseluruhan (Uji F-satistik) ... 68
4.7 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ... 69
4.7.1 Uji Normalitas ... 69
4.7.2 Uji Linieritas ... 69
4.7.3 Heterokedastisitas ... 70
4.7.4 Multikolinearity ... 71
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 72
5.1 Kesimpulan ... 72
5.2 Saran ... 73 DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Halaman
2.1 Perbedaan Primary dan Secondary Market ... 18
2.2 Perbedaan Pasar Tenag Kerja Terdidik dan Tidak Terdidik ... 20
4.1 Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin Kota Medan 2008 ... 50
4.2 Persentase Penduduk 10 Tahun Ke Atas menurut Tingkat Pendidikan Kota Medan Tahun 2008-2009... 53
4.3 Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Status Pekerjaan Kota Medan 2008 ... 54
4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Kontribusi Ibu dalam Pendapatan Keluarga di Kota Medan ... 55
4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 56
4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Jam Kerja ... 57
4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga ... 58
4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga yang Bekerja ... 59
4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Motivasi Bekerja ... 60
4.10 Distribusi Responden Berdasarkan Alasan Bekerja ... 60
DAFTAR GAMBAR
Gambar Judul Halaman
2.1 Komposisi Penduduk dan Tenaga Kerja ... 16
3.1 Kurva Uji t-statistik ... 42
3.2 Kurva Uji F-statistik ... 43
4.1 Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin Kota Medan 2008 ... 51
4.2 Kurva t-statistik variabel Tingkat Pendidikan (X1) ... 63
4.3 Kurva t-statistik variabel Jam Kerja (X2) ... 65
4.4 Kurva t-statistik variabel Jumlah Tanggungan Keluarga (X3) ... 66
4.5 Kurva t-statistik variabel Jumlah Anggota Keluarga yang Bekerja (X4) ... 67
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Judul 1 Data Responden 2 Hasil Regresi 3 Uji Normalitas 4 Uji Linieritas
ABSTRACT
The purpose of this research is to analyze the factors that affect contribution of women income to the total family income. The independent variables that used in this research are Education, Work time, Total of family and Total of worker in family. This research was located in Medan, Sumatera Utara.
Data that used in this research is primary data with 90 respondences as sample. Research method that used in this study is Ordinary Least Squared (OLS), by using Eviews 5.1.
The result of the research shows that the average of contribution of women income is 55,6 % to the total family’s income. As partial, all of the independent variables are significant in influencing the dependent variable at alpha 1 %. And simultaneously, all of the independent variables are significant in influencing the dependent variable at alpha 1 %.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kontribusi pendapatan ibu dalam pendapatan keluarga. Adapun variabel bebas dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan, jam kerja, jumlah tanggungan keluarga dan jumlah anggota keluarga yang bekerja. Penelitian ini dilakukan di Kota Medan, Sumatera Utara.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dengan sampel sebanyak 90 orang. Metode penelitian yang digunakan dalam analisis ini adalah Ordinary Least Squared (OLS), dengan menggunakan Eviews 5.1.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata kontribusi ibu bekerja dalam pendapatan keluarga adalah sebesar 55,6 % . Secara parsial semua variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap variabel Kontribusi Pendapatan Ibu dalam Pendapatan Keluarga pada alpha 1 %. Dan secara bersama-sama, semua variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap variabel Kontribusi Pendapatan Ibu dalam Pendapatan Keluarga pada alpha 1 %
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Pada masa pembangunan sekarang ini sumber daya manusia merupakan faktor produksi yang penting karena manusia merupakan pelaku dan sekaligus tujuan pembangunan. Produktivitas sumber daya manusia akan mempengaruhi faktor-faktor produksi yang lain seperti sumber daya alam, pembentukan modal, teknologi dan kewirausahaan. Penggunaan sumber daya alam dalam proses pembangunan suatu saat nanti akan mencapai titik jenuh karena sifatnya yang terbatas ( scarcity ). Dengan peningkatan produktivitas dan kualitas sumber daya manusia, sumber daya alam yang jumlahnya terbatas dapat diolah oleh manusia dengan berbagai keahlian yang dimiliki untuk memenuhi tuntutan pembangunan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Peran dan partisipasi seluruh masyarakat Indonesia tanpa memandang dari kelompok manapun sangatlah dibutuhkan demi kelancaran pembangunan. Tidak terkecuali peran wanita. Jumlah penduduk wanita yang besar sekarang ini sebagai Sumber Daya Manusia merupakan salah satu bagian dari modal dasar pembangunan bangsa.
dalam GBHN yang dikenal dengan kebijakan Peran Ganda Perempuan. Kebijakan ini didasarkan pada asumsi bahwa selama ini kaum perempuan, “ hanya ” berperan sebagai istri dan ibu, dianggap tidak dapat memberikan kontribusi apapun dalam pembangunan. Oleh karenanya perempuan didorong untuk berpartisipasi aktif di sektor publik, sekaligus tetap harus menjalankan fungsinya sebagai istri dan ibu ( Nursyahbani, 1999 ).
Menurut Pujiwati dalam Handayani, M.Th dan Ni Wayan Putu Artini ( 2009 ) mempelajari peranan wanita, pada dasarnya menganalisis dua peranan
wanita. Pertama, peran wanita dalam status atau posisi sebagai ibu rumah tangga yang melakukan pekerjaan yang secara tidak langsung menghasilkan pendapatan, tetapi memungkinkan anggota rumah tangga yang lain melakukan pekerjaan mencari nafkah. Kedua, peranan wanita pada posisi sebagai pencari nafkah (tambahan atau pokok) dalam hal ini wanita melakukan pekerjaan produktif yang langsung menghasilkan pendapatan.
dilakukan dengan alasan agar dapat membagi waktu antara pekerjaan dan mengurus keluarga.
Namun, sejalan dengan kemajuan pembangunan nasional secara keseluruhan serta faktor-faktor sosial di masyarakat terdapat kecenderungan meningkatnya peranan wanita dalam ikut mencari nafkah bagi keluarga. Partisipasi wanita dewasa ini bukan hanya untuk membantu perekonomian keluarga tetapi dalam bentuk menyatakan fungsinya yang juga dapat turut serta berpartisipasi bagi pembangunan dalam masyarakat di Indonesia secara langsung. Wanita tidak hanya ikut bekerja di sektor pertanian, peternakan dan kerajinan melainkan juga memasuki sektor industri, bisnis bahkan sektor pemerintahan dan dunia politik. Wanita tidak hanya ditempatkan sebagai posisi buruh melainkan juga diberi kesempatan menduduki posisi yang membutuhkan kemampuan dan profesionalitas yang tinggi. Hal ini mengakibatkan adanya perubahan atau pergeseran peranan antara pria dan wanita dalam rumah tangga. Dimana kegiatan wanita dalam rumah tangga tidak hanya terbatas dalam sektor dometik dan reproduksi. Wanita banyak melakukan kegiatan ekonomi bersama-sama dengan pria diluar rumah.
Partisipasi wanita dalam pembangunan nasional sebagai salah satu potensi yang besar sangatlah dibutuhkan, walaupun tingkat partisipasinya relatif rendah dalam suatu pekerjaan daripada laki-laki namun untuk saat ini Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja ( TPAK ) wanita mengalami peningkatan . Demikian juga hal yang terjadi di kota Medan. Pada tahun 2004 TPAK wanita Kota Medan sebesar 40,89 % dan meningkat menjadi 47,14 % pada Agustus 2008.
Melalui wanita yang bekerja berarti terjadi penambahan pendapatan bagi keluarga. Penambahan pendapatan ini merupakan kontribusi atau sumbangan pendapatan ibu yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehingga kesejahteraan keluarga dapat dicapai. Selain itu memberikan nilai tambah (added value) bagi kehidupan mereka dalam keluarga maupun dalam masyarakat.
Banyak faktor yang mempengaruhi kontribusi pendapatan ibu dalam keluarga antara lain yaitu tingkat pendidikan, jam kerja, jumlah tanggungan keluarga dan jumlah anggota keluarga yang bekerja.
Faktor lainnya yang dapat mempengaruhi kontribusi pendapatan ibu bekerja dalam keluarga adalah jam kerja. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Widiandarini (2001: 58) terhadap curahan jam kerja wanita dan pria di luar sektor petanian menunjukkan bahwa curahan jam kerja wanita lebih besar ( 877,04 jam setahun ) dibanding pria ( 657,14 jam setahun ). Besarnya curahan jam kerja wanita pada kegiatan di luar sektor pertanian menunjukkan bahwa wanita mempunyai peranan cukup besar sebagai the secondary worker yaitu dalam membantu kepala rumah tangga memenuhi kebutuhan rumah tangga.
Jumlah anggota keluarga menentukan jumlah kebutuhan keluarga. Semakin banyak anggota keluarga berarti relatif semakin banyak pula jumlah kebutuhan keluarga yang harus dipenuhi sehingga cenderung lebih mendorong ibu rumah tangga untuk ikut bekerja guna memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya. Namun, berbeda halnya apabila jumlah anggota keluarga yang bekerja mengalami peningkatan. Artinya pendapatan keluarga meningkat karena sumber pendapatan bertambah sehingga kontribusi pendapatan ibu menurun.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penulisan skripsi dengan judul “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kontribusi Pendapatan Ibu dalam Keluarga di Kota Medan”.
1.2Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
2. Bagaimana pengaruh tingkat pendidikan terhadap kontribusi pendapatan ibu dalam keluarga di kota Medan?
3. Bagaimana pengaruh jam kerja terhadap kontribusi pendapatan ibu dalam keluarga di kota Medan?
4. Bagaimana pengaruh jumlah tanggungan keluarga terhadap kontribusi pendapatan ibu dalam keluarga di kota Medan?
5. Bagaimana pengaruh jumlah anggota keluarga yang bekerja terhadap kontribusi pendapatan ibu dalam keluarga di kota Medan?
1.3 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap perumusan masalah, dimana tingkat kebenarannya masih perlu dibuktikan atau di uji secara empiris. Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka penulis membuat hipotesis sebagai berikut:
1. Tingkat pendidikan memiliki pengaruh positif terhadap kontribusi pendapatan ibu dalam keluarga di kota Medan, ceteris paribus.
2. Jam kerja memiliki pengaruh positif terhadap kontribusi pendapatan ibu dalam keluarga di kota Medan, ceteris paribus.
3. Jumlah tanggungan keluarga memiliki pengaruh positif terhadap kontribusi pendapatan ibu dalam keluarga di kota Medan, ceteris paribus.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui berapa besar rata-rata kontribusi pendapatan ibu dalam keluarga di kota Medan
2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh tingkat pendidikan terhadap kontribusi pendapatan ibu dalam keluarga di kota Medan.
3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh jam kerja terhadap kontribusi pendapatan ibu dalam keluarga di kota Medan.
4. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh jumlah tanggungan keluarga terhadap kontribusi pendapatan ibu dalam keluarga di kota Medan.
5. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh jumlah anggota keluarga yang bekerja terhadap kontribusi pendapatan ibu dalam keluarga di kota Medan. 1.5 Manfaat penelitian
1. Memberikan wawasan dan ilmu pengetahuan, khususnya bagi peneliti sendiri untuk memahami secara mendalam akan kontribusi pendapatan ibu bekerja terhadap pendapatan keluarga.
2. Memberikan gambaran kepada masyarakat mengenai kontribusi pendapatan ibu dalam keluarga di kota Medan.
4. Sebagai masukan bagi Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi ( Disnakertrans ) dan Dinas Sosial , dimana hasil penelitian ini diharapkan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tenaga Kerja
Badan Pusat Statistik mendefinisikan bekerja adalah melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan dan lamanya bekerja paling sedikit satu jam secara terus menerus dalam seminggu yang lalu ( maksudnya seminggu sebelum pencacahan ).
Tenaga kerja didefinisikan sebagai penduduk dalam usia kerja ( working-age population ). Sedangkan pengertian tenaga kerja yang dimuat
dalam Undang-undang No. 25 Tahun 1997 Tentang Ketenagakerjaan, yaitu setiap orang laki-laki atau wanita yang sedang dalam dan / atau akan melakukan pekerjaan, baik di dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Menurut Dumairy (1997) yang tergolong sebagai tenaga kerja adalah penduduk yang mempunyai umur didalam batas usia kerja. Tujuan dari pemilihan batas umur tersebut, supaya definisi yang diberikan sedapat mungkin menggambarkan kenyataan yang sebenarnya. Setiap negara memilih batas umur yang berbeda karena situasi tenaga kerja pada masing-masing negara juga berbeda, sehingga batasan usia kerja antar negara menjadi tidak sama. Di Indonesia, batas umur minimal untuk tenaga kerja yaitu 15 tahun tanpa batas maksimal.
Undang-Undang No. 25 Tahun 1997 Tentang Ketenagakerjaan. Berlakunya Undang_Undang ini mulai tanggal 1 Oktober 1998.
Pemilihan umur 15 tahun sebagai batas umur minimal adalah berdasarkan kenyataan penduduk umur 15 tahun di Indonesia sudah bekerja atau mencari kerja terutama di desa-desa. Demikian juga Indonesia tidak menetapkan batasan umur maksimal tenaga kerja karena belum adanya jaminan sosial nasional. Hanya sebagian kecil penduduk yang menerima tunjangan hari tua, yaitu pegawai negeri dan sebagian pegawai swata. Bagi golongan ini pun pendapatan yang diterima tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari sehingga mereka yang telah mencapai umur pensiun masih tetap bekerja untuk mencukupi kebutuhannya, sehingga mereka tetap digolongkan sebagai tenaga kerja ( Simanjuntak, 1998 ).
Tenaga kerja ( man power ) terdiri dari angkatan kerja ( labor force ) dan bukan angkatan kerja ( non labor force ).
2.1.1 Angkatan Kerja
Angkatan kerja ( labor force ) adalah bagian penduduk yang mampu dan bersedia melakukan pekerjaan. Arti dari mampu adalah mampu secara fisik dan jasmani, kemampuan mental dan secara yuridis mampu serta tidak kehilangan kebebasan untuk memilih dan melakukan pekerjaan serta bersedia secara aktif maupun pasif melakukan dan mencari pekerjaan ( Sumarsono, 2009 ).
Angkatan kerja dapat dibedakan menjadi dua sub kelompok yaitu : 1. Bekerja terbagi menjadi 2 kelompok, yaitu :
pekerjaan dengan maksud untuk memperoleh penghasilan atas keuntungan dan lamanya bekerja paling sedikit 2 hari. Dan mereka yang selama seminggu tidak melakukan pekerjaan atau bekerja kurang dari dua hari, tetapi mereka adalah orang-orang yang bekerja dibidang keahliannya seperti dokter serta pegawai pemerintahan atau swasta yang sedang tidak masuk kerja karena sakit, cuti, mogok, dan sebagainya. b. Setengah menganggur , yakni mereka yang kurang dimanfaatkan dalam
bekerja dilihat dari segi jam kerja, produktivitas kerja dan pendapatan. Setengah menganggur dapat digolongkan berdasarkan jumlah jam kerja, produktivitas kerja dan pendapatan dalam 2 kelompok yaitu setengah menganggur kentara yakni mereka yang bekerja kurang dari 35 jam seminggu dan setengah menganggur tidak kentara yakni mereka yang produktivitas kerja dan pendapatannya rendah.
2. Penggangguran ( unemployment ) adalah suatu keadaan dimana seseorang yang tergolong dalam kategori angkatan kerja tetapi tidak memiliki pekerjaan dan secara aktif sedang mencari pekerjaan ( Sumarsono, 2009 ). Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja atau para pencari kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang ada yang mampu
menyerapnya. Atau dengan kata lain terjadinya ketidakseimbangan ( inbalance ) antara penawaran tenaga kerja dengan permintaan tenaga kerja.
Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen.
Menurut sebab-sebab terjadinya, pengangguran dapat digolongkan menjadi 6 jenis ( Arfida, 2003 ) yaitu :
a. Pengangguran Friksional adalah pengangguran yang terjadi karena kesulitan temporer dalam mempertemukan pencari kerja dan lowongan kerja yang ada. Kesulitan temporer ini dapat berbentuk tenggang waktu yang diperlukan selama proses/prosedur pelamaran dan seleksi , kurangnya informasi dan kurangnya mobilitas pencari kerja. Semakin maju suatu perekonomian suatu daerah atau negara akan meningkatkan kebutuhan akan sumber daya manusia yang memiliki kualitas yang lebih baik dari sebelumnya. Pengangguran friksional adalah sesuatu yang tidak bisa dielakkan walaupun secara teoritis jangka waktu pengangguran tersebut dapat dipersingkat melalui penyediaan informasi pasar kerja yang lebih lengkap.
b. Pengangguran Musiman adalah keadaan menganggur yang terjadi karena pergantian musim. Contohnya seperti petani yang menanti musim tanam. Diluar musim panen dan turun ke sawah banyak orang yang tidak mempunyai kegiatan ekonomis, mereka hanya sekedar menunggu musim yang baru. Selama masa menunggu tersebut mereka digolongkan sebagai penganggur musiman.
d. Pengangguran Struktural adalah pengangguran yang terjadi karena perubahan dalam struktur atau komposisi perekonomian. Perubahan struktur yang demikian memerlukan perubahan dalam keterampilan tenaga kerja yang dibutuhkan sedangkan pihak pencari kerja tidak mampu menyesuaikan diri dengan keterampilan baru tersebut. Misalnya dalam suatu pergeseran dari ekonomi yang dominan agraris menjadi ekonomi yang dominan industri.
e. Pengangguran Teknologi. Dalam perkembangan industri, teknologi yang dipakai dalam proses produksi selalu berubah. Laju perubahan itu semakin hari semakin cepat. Di berbagai industri elektronika perubahan teknologi merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Perubahan teknologi produksi membawa dampak kesempatan kerja ke berbagai arah. Kekuatan subtitutif dan kekuatan mengubah spesifikasi jabatan yang ditimbulkan membawa dampak negatif bagi kesempatan kerja berupa pengangguran. Sebagai contoh dapat disebutkan adanya perubahan lokomotif tenaga uap menjadi lokomotif diesel sehingga tidak lagi dibutuhkan tukang api. Bila tukang api tidak cepat menguasai keterampilan yang baru, maka kemungkinan ia tergusur oleh perubahan teknologi.
agregat disini diartikan secara mendasar, bukan sementara bulanan atau tahunan, tetapi merupakan kondisi yang berlaku dalam jangka panjang.
Pengangguran memiliki dampak-dampak negatif baik terhadap perekonomian maupun bagi individu dan masyarakat ( Sumarsono,2009 ), antara lain :
1. Pengangguran menyebabkan masyarakat tidak dapat memaksimumkan pendapatan nasional . Karena pendapatan nasional yang dicapai lebih rendah daripada pendapatan nasional potensial.
2. Pengangguran menyebabkan pendapatan pajak pemerintah berkurang. 3. Pertumbuhan tidak menggalakkan pertumbuhan ekonomi.
4. Pengangguran dapat menyebabkan kehilangan mata pencaharian dan pendapatan.
5. Pengangguran dapat menyebabkan kehilangan keterampilan. 6. Pengangguran dapat juga menyebabkan ketidakstabilan politik.
7. Pengangguran dapat menyebabkan timbulnya penyakit sosial di masyarakat. 2.1.2 Bukan Angkatan Kerja
Bukan angkatan kerja adalah bagian dari tenaga kerja yang sesungguhnya tidak terlibat di dalam kegiatan produktif yaitu yang memproduksi barang dan jasa. Jadi yang dimaksud dengan bukan angkatan kerja yaitu bagian dari tenaga kerja yang tidak mampu mencari pekerjaan, yang termasuk dalam golongan ini adalah ( Simanjuntak, 1998 ) :
1. Golongan yang bersekolah ( pelajar dan mahasiswa ), yaitu mereka yang kegiatannya hanya atau terutama sekolah
3. Golongan lain-lain. Yang termasuk golongan lain-lain ini ada 2 macam, yaitu penerima pandapatan, yaitu mereka yang tidak melakukan suatu kegiatan ekonomi tetapi memperoleh pendapatan seperti tunjangan pensiun, bunga simpanan, atau sewa atas milik. Dan mereka yang hidupnya tergantung dari orang lain, misalnya karena lanjut usia, cacat, dalam penjara, atau sakit kronis.
Gambar 2.1
Komposisi Penduduk dan Tenaga Kerja (Sumber : Payaman S. 1998)
Penduduk
2.1.3 Pasar Kerja
Pasar kerja merupakan keseluruhan aktivitas dari para pelakunya dalam usaha untuk mempertemukan pencari kerja dengan lowongan pekerjaan atau bagaimana mempertemukan penawaran tenaga kerja ( rumah tangga ) dengan permintaan tenaga kerja ( unit usaha ).
Bentuk pasar kerja berbeda dengan pasar barang dan pasar modal. Masalah-masalah yang terjadi di pasar kerja tidak sepenuhnya dapat diselesaikan melalui mekanisme pasar. Hal ini diakibatkan oleh kompleksnya faktor – faktor yang mempengaruhi penyediaan ataupun permintaan tenaga kerja di dalam pasar kerja. Adapun pelaku-pelaku dalam pasar kerja ( Simanjuntak, 1998 ) antara lain :
1. Rumah tangga sebagai pencari kerja yang bertujuan untuk memperoleh pendapatan guna membiayai kebutuhan hidupnya menurut ukuran yang diinginkannya.
2. Pengusaha di dalam tujuannya untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya membutuhkan tenaga kerja. Permintaan tenaga kerja merupakan permintaan turunan ( derived demand ) dari permintaan barang dan jasa oleh konsumen. Artinya semakin besar jumlah barang dan jasa yang diminta oleh konsumen maka semakin besar pula permintaan akan tenaga kerja oleh pengusaha.
Pasar tenaga kerja dibedakan dalam 2 golongan yaitu : ( 1 ) pasar tenaga kerja utama atau primary labor market ; dan ( 2 ) pasar kerja biasa atau secondary labor market. Perbedaan primary dan secondary labor market dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.
Tabel 2.1
Perbedaan Primary dan Secondary Labor Market
Primary Labor Market Secondary Labor Market
Skala perusahaan besar Skala perusahaan kecil
Manajemen perusahaan baik Manajemen perusahaan kurang baik Tingkat pendidikan dan
keterampilan karyawan umumnya tinggi
Tingkat pendidikan dan keterampilan karyawan umumnya rendah
Produktivitas kerja karyawan tinggi Produktivitas kerja karyawan rendah
Upah tinggi Upah rendah
Jaminan sosial yang baik Jaminan sosial yang kurang baik Lingkungan pekerjaan yang
menyenangkan
Lingkungan pekerjaan yang kurang menyenangkan
Disiplin kerja karyawan tinggi Disiplin kerja karyawan rendah Tingkat absensi rendah Tingkat absensi tinggi
Jumlah perpindahan karyawan biasanya kecil
Karyawan sering berpindah-pindah pekerjaan
Sumber : Sumarsono,2009.
1. Pasar tenaga kerja terdidik adalah pasar tenaga kerja yang membutuhkan persyaratan dengan kualifikasi khusus yang biasanya diperoleh melalui jenjang pendidikan formal dan membutuhkan waktu yang lama serta biaya pendidikan yang cukup besar. Sehingga dalam pemenuhannya baik pengusaha maupun tenaga kerjanya sendiri membutuhkan waktu yang relatif lama karena masing-masing mencari penyesuaian dengan yang diinginkan.
Tabel 2.2
Perbedaan Pasar Tenaga Kerja Terdidik dan Tidak Terdidik
Pasar Tenaga Kerja Terdidik Pasar Tenaga Kerja Tidak Terdidik
Produktivitas kerja tinggi Produktivitas kerja rendah Penghasilan tinggi Penghasilan rendah Setiap lowongan pekerjaan selalu
dikaitkan dengan persyaratan pendidikan bagi calon yang akan mengisinya
Setiap lowongan pekerjaan tidak perlu dikaitkan dengan persyaratan pendidikan bagi calon yang akan mengisinya
Penyediaan tenaga kerja harus melalui sistem sekolah yang lama sehingga elastisitas tenaga kerja kecil
Penyediaan tenaga kerja tidak harus melalui sistem sekolah dan elastisitas tenaga kerja besar
Tingkat partisipasi kerja lebih tinggi Tingkat partisipasi kerja rendah Tenaga kerja biasanya berasal dari
keluarga relatif mampu
Tenaga kerja biasanya berasal dari keluarga kurang mampu
Proses pengisian lowongan kerja dibutuhkan waktu lebih lama dalam seleksi
2.2 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja ( TPAK )
Jumlah partisipasi angkatan kerja dalam suatu negara atau daerah pada suatu waktu tertentu tergantung dari jumlah penduduk usia kerja. Menurut Payaman Simanjuntak ( 1998 ), perbandingan antara jumlah angkatan kerja dengan penduduk usia kerja dalam kelompok yang sama ini disebut Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja atau Labour Force Participation Rate (LFPR).
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dapat dinyatakan untuk seluruh penduduk dalam usia kerja dan dapat pula dinyatakan untuk satu kelompok penduduk tertentu seperti kelompok laki-laki, kelompok wanita , di kota, di desa, kelompok tenaga terdidik, kelompok umur 10-14 tahun di desa dan lain-lain. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi TPAK yaitu :
1. Jumlah penduduk yang masih bersekolah. Semakin besar jumlah penduduk yang bersekolah semakin kecil jumlah angkatan kerja dan semakin kecil TPAK. Jumlah penduduk yang bersekolah dipengaruhi oleh tingkatan penyediaan fasilitas pendidikan dan kondisi serta tingkat penghasilan keluarga.
2. Jumlah penduduk yang mengurus rumah tangga. Semakin banyak anggota dalam tiap-tiap keluarga yang mengurus rumah tangga maka semakin kecil TPAK.
3. Struktur umur. Penduduk berumur muda umumnya tidak memiliki tanggung jawab yang begitu besar sebagai pencari nafkah untuk keluarga, hal ini disebabkan mereka sebagian besar masih sekolah. Penduduk dalam kelompok umur 25-55 tahun terutama laki-laki dituntut untuk lebih banyak ikut mencari nafkah, sehingga TPAKnya relatif besar. Lebih lanjut lagi penduduk diatas 55 tahun sudah mulai menurun kemampuannya untuk bekerja, sehingga TPAK umumnya rendah.
TPAK dan dilain pihak peningkatan upah membuat harga waktu menjadi relatif mahal. Pekerjaan menjadi lebih menarik dan menggantikan waktu senggang ( substitution effect ).
5. Tingkat pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka akan semakin banyak waktu yang disediakan untuk bekerja. Terutama bagi para wanita dengan semakin tinggi pendidikan kecenderungan untuk bekerja semakin besar, dengan kata lain TPAK juga akan semakin besar.
6. Kegiatan ekonomi. Program pembangunan, disatu pihak menuntut keterlibatan banyak orang dan dilain pihak dapat menumbuhkan harapan-harapan yang baru. Harapan untuk dapat ikut menikmati hasil pembangunan tersebut dinyatakan dalam peningkatan partisipasi kerja. Jadi semakin bertambah adanya kegiatan ekonomi maka TPAK akan semakin besar. ( Simanjuntak, 1998).
2.3 Partisipasi Wanita Dewasa Ini
Kata partisipasi dalam kamus populer, berasal dari bahasa Belanda yaitu participate yang artinya hal ikut serta atau pengikutsertaan. Jadi partisipasi kerja
wanita adalah keikutsertaan wanita dalam menyumbangkan tenaganya di pasar kerja.
Pada awalnya alasan umum perempuan bekerja adalah untuk membantu perekonomian keluarga. Kondisi ekonomi nasional yang semakin tidak menentu serta naiknya harga-harga kebutuhan pokok sementara pendapatan keluarga yang cenderung tidak meningkat akan berakibat pada terganggunya stabilitas perekonomian keluarga.
Namun, sejalan dengan kemajuan pembangunan nasional secara keseluruhan terdapat kecenderungan meningkatnya peranan wanita dalam ikut mencari nafkah bagi keluarga. Partisipasi wanita dewasa ini bukan hanya untuk membantu perekonomian keluarga tetapi dalam bentuk menyatakan fungsinya yang juga dapat turut serta berpartisipasi bagi pembangunan dalam masyarakat di Indonesia secara langsung. Wanita tidak hanya ikut bekerja di sektor pertanian, peternakan dan kerajinan melainkan juga memasuki sektor industri, bisnis bahkan sektor pemerintahan dan dunia politik.
Peningkatan peranan wanita dalam pembangunan nasional pada dasarnya adalah upaya peningkatan peranan, kemampuan, kemandirian dan kualitas wanita sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari upaya peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM).
2.4 Pendapatan Keluarga
mereka. Kebutuhan yang harus dipenuhi adalah kebutuhan pokok atau kebutuhan dasar yaitu kebutuhan yang sangat penting guna kelangsungan hidup, baik yang terdiri dari kebutuhan atau konsumsi individu ( makan, perumahan, pakaian ) maupun keperluan pelayanan sosial tertentu ( air minum, sanitasi, transportasi, kesehatan dan pendidikan ).
Pendapatan suami tidak sepenuhnya mencerminkan pendapatan keluarga. Karena pendapatan keluarga juga dapat berasal dari pendapata istri atau anggota keluarga lainnya yang bekerja, penerimaan dari kekayaan, dan sebagainya. Tinggi rendahnya pendapatan keluarga dapat dipengaruhi oleh pendapatan suami, namun pendapatan istri belum tentu dipengaruhi oleh tinggi rendahnya pendapatan suami ( Elfindri dan Nasri Bachtiar, 2004 ).
Menurut Susanto dalam Sumarsono ( 2009 ) Pekerja wanita dihadapkan pada kenyataan bahwa produktivitas wanita dalam usahanya berpartisipasi di luar rumah dibatasi oleh sektor domestiknya, sehingga mempengaruhi ibu rumah tangga untuk memasuki berbagai jenis pekerjaan yang ada di pasar kerja. Keterlibatan ibu rumah tangga dalam mencari nafkah menentukan besar kecilnya pendapatan keluarga, yang berarti pula menentukan tingkat hidup, status sosial ekonomi serta tingkat hidup dari keluarganya. Peranan wanita dalam rumah tangga diukur atau dilihat dari seberapa besar kontribusi pendapatan keluarga, semakin bernilai sumbangan pendapatan yang diberikan istri, semakin berarti.
1. Bahwa peran wanita sebagai penunjang ekonomi menjadi penting dengan bertambah miskinnya keluarga
2. Sumbangan pendapatan pekerja wanita pada anggaran rumah tangga dapat dikatakan semakin miskin keluarga semakin tinggi persentase sumbangannya
Kedua konsep tersebut menjelaskan bahwa aktivitas kerja wanita dalam menghasilkan pendapatan maupun kontribusinya semakin tampak, apabila tingkat ekonomi keluarga rendah.
2.5 Tingkat Pendidikan Ibu Bekerja
Peningkatan kualitas sumber daya manusia menjadi perhatian semua pihak dalam menghadapi era globalisasi sekarang ini. Pendidikan memegang peranan penting bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia agar dapat menghadapi persaingan bebas.
Investasi pendidikan merupakan kegiatan yang dapat meningkatkan nilai stock manusia. Dimana nilai stock manusia setelah mengikuti pendidikan, dengan
Proses pendidikan yang diterapkan oleh suatu negara tidak jarang berpengaruh terhadap percepatan penawaran angkatan kerja. Seperti halnya penerapan wajib belajar pendidikan dasar jelas-jelas telah menunda penawaran angkatan kerja. Demikian juga dengan semakin terbatasnya fasilitas pendidikan lanjutan, maka secara potensial kelompok yang tidak dapat melanjutkan pendidikan, baik disengaja maupun tidak, akan semakin besar.
Meningkatnya pendidikan wanita dari tahun ke tahun bersamaan dengan semakin menurunnya jumlah anak yang dilahirkan, pada gilirannya waktu efektif untuk kegiatan yang berkaitan dengan home production menjadi berkurang menyebabkan nilai waktu pasar menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan periode sebelumnya ( Elfindri dan Nasri Bachtiar, 2004 ).
2.5.1 Kaitan Tingkat Pendidikan Ibu Bekerja terhadap Kontribusi Pendapatan Ibu dalam Keluarga
Semakin tinggi tingkat pendidikan, maka semakin besar alternatif untuk memperoleh pekerjaan. Menurut Payaman Simanjuntak ( 1998 ) , dengan semakin tingginya tingkat pendidikan seseorang, nilai waktu semakin bertambah mahal. Orang yang waktunya relatif mahal cenderung menggantikan waktu senggangnya untuk bekerja (substitution effect). Pengaruh ini terutama lebih nyata di kalangan wanita, wanita berpendidikan tinggi umumnya tidak tinggal diam di rumah untuk mengurus rumah tangga, tetapi akan masuk dalam pasar kerja.
2.6 Jam Kerja
terhadap total waktu kerja angkatan kerja. Curahan waktu kerja tergantung pada jenis pekerjaan yang dilakukan. Ada jenis-jenis kegiatan yang memerlukan curahan waktu yang banyak dan berkelanjutan, tapi sebaliknya ada pula jenis-jenis kegiatan yang memerlukan curahan waktu kerja yang terbatas ( Nurmanaf, 2006 ).
Secara umum wanita mempunyai peran baik sebagai ibu rumah tangga maupun sebagai pencari nafkah, dilakukan dalam kehidupan sehari-hari yang tercermin dalam curahan waktu kerja wanita. Menurut Putri ( 2007 ) curahan waktu kerja wanita secara garis besar dibagi menjadi dua yaitu: curahan waktu kerja untuk kegiatan ekonomi ( mencari nafkah ) dan kegiatan non ekonomi yaitu kegiatan dasar, kegiatan sosial, dan kegiatan rumah tangga.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Widiandarini ( 2001 ) terhadap curahan jam kerja wanita dan pria di luar sektor petanian menunjukkan bahwa curahan jam kerja wanita lebih besar ( 877,04 jam setahun ) dibanding pria ( 657,14 jam setahun ). Besarnya curahan jam kerja wanita pada kegiatan di luar sektor pertanian menunjukkan bahwa wanita mempunyai peranan cukup besar dalam rumah tangga, yaitu dalam membantu kepala rumah tangga memenuhi kebutuhan rumah tangga.
tangga seperti mengurus suami, mengurus anak dan mengelola keuangan keluarga serta mencari nafkah ( Arif, 2009 ).
Menurut Arif ( 2009 ) alokasi waktu bagi ibu rumah tangga yang memiliki peran ganda tersebut meliputi berbagai kegiatan yaitu kegiatan mencari nafkah, kegiatan mengelola rumah tangga, kehidupan dalam bermasyarakat ( kelembagaan ) dan kegiatan untuk waktu luang. Maksud dari kegiatan-kegiatan tersebut adalah :
1. Kegiatan untuk mencari nafkah adalah kegiatan yang dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan penghasilan atau keuntungan.
2. Kegiatan dalam rumah tangga. Menurut Pudjiwati dalam Arif ( 2009 ) , wanita melakukan pekerjaan rumah tangga ( house work ) yang tetap merupakan pekerjaan seorang wanita sesuai dengan masyarakat tempat dimana ia tinggal yaitu : memasak, mencuci, mengasuh anak dan sebagainya. Dan waktu yang dicurahkan untuk pekerjaan rumah tangga oleh wanita di pedesaan adalah intensif dan banyak, khususnya dari golongan ekonomi lemah yang pekerjaannya memerlukan banyak waktu dan energi.
3. Yaitu waktu yang dipakai untuk beristirahat misalnya tidur, mandi, makan, mengunjungi sanak keluarga, rekreasi dan sebagainya. Untuk mandi, makan dan tidur adalah waktu luang karena merupakan kebutuhan pokok setiap individu.
makan , mandi dan lain-lain yang bersifat personal. Sisanya dipakai untuk bekerja ( untuk memperoleh barang konsumsi ) dan untuk waktu senggang. Jadi dasarnya setiap penambahan barang konsumsi ( melalui penambahan waktu kerja ) berarti juga mengurangi waktu senggang.
Selanjutnya Ken Suratiyah (1997) membagi waktu kerja wanita ini menjadi :
1. Kegiatan sehari-hari yang berkaitan dengan rumah tangga.
2. Kegiatan mencari nafkah untuk kebutuhan rumah tangga.
3. Kegiatan sosial masyarakat.
4. Kegiatan individual masyarakat.
Sedangkan Neoklasikal teori tentang house hold function menyatakan bahwa terdapat tiga alokasi waktu dari waktu yang tersedia bagi ibu rumah tangga yaitu :
1. Bekerja di rumah.
2. Bekerja di luar rumah ( diantaranya mencari nafkah ).
3. Waktu istirahat.
Ketiga alokasi waktu tersebut dapat menghasilkan tiga macam komoditi antara lain :
2. Hasil kerja di luar rumah ( market work ) berupa upah yang digunakan untuk membeli keperluan hidup sehari-hari.
3. Utility yang diperoleh dari waktu istirahat.
Banyak faktor yang mempengaruhi alokasi waktu seseorang. Alokasi waktu bagi setiap anggota keluarga dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain : keadaan sosial ekonomi keluarga, pemilihan aset produktif, tingkat upah, karakteristik yang melekat pada setiap anggota keluarga yang dicirikan dengan faktor umur, tingkat pendidikan atau keahlian yang dimiliki anggota keluarga yang lain.
Pertambahan pendapatan cenderung untuk mengurangi jam kerja (income effect). Dengan meningkatnya status ekonomi (pertambahan pendapatan) seseorang cenderung untuk meningkatkan konsumsinya dan akan lebih banyak menikmati waktu senggangnya. Hal ini berarti mereka telah mengurangi jam kerja untuk keperluan tersebut ( Sumarsono, 2009 ).
2.6.1 Kaitan Jam Kerja terhadap Kontribusi Pendapatan Ibu dalam Keluarga
Menurut Mubyarto dalam Sumarsono ( 2009 ) tingkat pencurahan jam kerja adalah persentase banyaknya jam kerja yang dicurahkan terhadap jumlah jam kerja yang tersedia. Jam kerja dan pendapatan merupakan variabel yang sulit untuk dipisahkan. Pendapatan/upah diperoleh seseorang dari suatu pekerjaan melalui pencurahan jam kerja untuk bekerja yang menghasilkan barang dan jasa.
bekerja dalam seminggu bagi setiap orang tidak sama. Hal itu tergantung pada keadaan masing-masing buruh, alasan ekonomi adalah yang paling dominan, untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari atau untuk menambah penghasilan keluarga.
Menurut Payaman Simanjuntak ( 1998 ), bahwa waktu yang tersedia dipergunakan untuk mengelola rumah tangga, untuk bekerja dan ada pula waktu untuk senggang. Bagi masyarakat di desa waktu senggang pada umumnya digunakan untuk menambah penghasilan keluarga dengan jalan bekerja sambilan. Misalnya pada hari minggu atau pada hari libur, maka waktunya digunakan untuk mencari tambahan pendapatan misalnya dengan menerima pencucian dan setrika pakaian dari tetangga atau menjual hasil kebunnya di pasar. Hal-hal seperti ini memang tidak berlangsung setiap hari, tetapi bisa menambah pendapatan keluarga sehingga meningkatkan kesejahteraan keluarga.
2.7 Jumlah Tanggungan Keluarga
Menurut Irawati dalam Arif ( 2009 ) jumlah anggota rumah tangga mencerminkan pengeluaran rumah tangga. Dalam penelitian tersebut menunjukkan bahwa semakin banyak tanggungan anggota rumah tangga, maka semakin banyak jumlah jam kerja yang dicurahkan oleh wanita pedesaan ibu rumah tngga untuk mencari nafkah.
pendidikan, kesehatan dan biaya hidup lainnya. Jumlah anggota yang ditanggung baik yang tinggal bersama dalam satu rumah maupun tinggal ditempat lain tetapi masih menjadi tanggung jawab rumah tangga tersebut.
2.7.1 Kaitan Jumlah Tanggungan Keluarga terhadap Kontribusi Pendapatan Ibu dalam Keluarga
Bila dihubungkan dengan tingkat partisipasi maka total penghasilan keluarga berpengaruh terhadap keputusan anggota keluarga untuk bekerja. Hal ini diterangkan oleh Payaman Simanjuntak ( 1998 ) bahwa, bagaimana suatu keluarga mengatur siapa yang bekerja, bersekolah dan mengurus rumah tangga pada dasarnya tergantung pada tingkat penghasilan dan jumlah tanggungan dari keluarga yang bersangkutan.
Jumlah anggota keluarga menentukan jumlah kebutuhan keluarga. Semakin banyak anggota keluarga berarti semakin banyak pula jumlah kebutuhan keluarga yang harus dipenuhi. Begitu pula sebaliknya, semakin sedikit anggota keluarga berarti semakin sedikit pula kebutuhan yang harus dipenuhi keluarga. Setiap individu mempunyai kebutuhan sendiri. Sehingga dalam keluarga yang jumlah anggotanya banyak, kebutuhan-kebutuhannya akan banyak.
Wanita yang telah menikah, yang suaminya mempunyai pendapatan lebih rendah dari batas garis kemiskinan dan mempunyai jumlah tanggungan keluarga yang banyak cenderung untuk masuk ke dalam pasar kerja. Pada negara berkembang seperti Indonesia persentase rumah tangga yang pendapatannya lebih rendah dari tingkat subsisten, secara relatif cukup banyak. Oleh sebab itu banyak wanita yang masuk ke dalam pasar kerja terutama disebabkan oleh tingkat kemiskinan yang mendasar dan bertujuan untuk mencapai tingkat pendapatan di atas tingkat subsisten ( Elfindri dan Nasri Bachtiar, 2004 ).
2.8 Jumlah Anggota Keluarga yang Bekerja
Keputusan untuk bekerja adalah suatu keputusan yang mendasar tentang bagaimana menghabiskan waktu ( Sumarsono,2009 ). Keputusan untuk bekerja di pasar kerja tidak hanya ditentukan oleh keputusan individu. Dalam suatu rumah tangga keputusan seseorang untuk bekerja dapat dipengaruhi oleh anggota keluarga yang lain. Besar kecilnya upah salah satu anggota keluarga dapat mempengaruhi keputusan anggota keluarga lain untuk masuk ke pasar kerja.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini menganalisis besarnya kontribusi dan faktor-faktor yang mempengaruhi kontribusi pendapatan ibu bekerja dalam keluarga yang terjadi di kota Medan. Pemilihan lokasi di kota Medan diambil dengan alasan bahwa banyak terdapat wanita yang berstatus kawin yang bekerja di luar sektor pertanian baik di sektor formal maupun informal.
3.2 Jenis dan Sumber Data
1. Data Primer, yaitu data yang diperoleh dari pengamatan secara langsung di lapangan terhadap objek yang diteliti yaitu wanita berstatus kawin yang bekerja ( responden ). Dalam penelitian ini, data primer yang dibutuhkan antara lain identitas responden, kontribusi pendapatan ibu terhadap pendapatan keluarga, tingkat pendidikan ibu, jumlah tanggungan keluarga, jam kerja ibu dan jumlah anggota keluarga yang bekerja dengan menggunakan kuisioner yang telah disiapkan oleh penulis.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah :
1. Wawancara, yaitu salah satu teknik pengumpulan data dan informasi dengan cara menanyakan masalah yang ingin diteliti kepada ibu yang bekerja ( responden ) secara langsung.
2. Kuisioner adalah salah satu teknik pengumpulan data dan informasi dengan cara menyebarkan angket ( daftar pertanyaan ) kepada responden yang dijadikan sampel penelitian.
3.4 Populasi dan Sampel
Populasi adalah kelompok elemen yang lengkap, yang biasanya berupa orang, objek, atau transaksi, atau kejadian dimana kita tertarik untuk mempelajarinya atau menjadi objek penelitian ( Kuncoro, 2001 ). Dalam penelitian ini populasi terdiri dari wanita berstatus kawin yang bekerja serta memiliki suami dan anak, berusia ≥ 15 tahun dan berdomisili di kota Medan yang bekerja di luar sektor pertanian.
Jumlah sampel yang diambil sebesar 90 orang dan dikelompokkan berdasarkan pekerjaan yaitu :
1. Karyawan ( Pegawai Negeri Sipil / Pegawai Swasta ) dan buruh sebanyak 30 orang
2. Pedagang dan wiraswasta sebanyak 30 orang
3. Jasa sebanyak 30 orang
Responden dipilih dengan cara acak ( random ).
3.5 Pengolahan data
Dalam mengolah data, penulis menggunakan program komputer Eviews 5.1 dengan terlebih dahulu melakukan pemindahan data yang diperoleh ke dalam software Microsoft Excel untuk mempermudah penginputan data pada proses selanjutnya.
3.6 Metode Analisis Data
Dalam menganalisis besarnya pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat digunakan model ekonometrika dengan meregresikan variabel-variabel yang ada dengan menggunakan metode kuadrat terkecil biasa ( Ordinary Least Square ). Variabel-variabel tersebut ditransformasikan kedalam bentuk
fungsi, yaitu :
Kemudian fungsi tersebut ditransformasikan ke dalam model persamaan regresi linier berganda sebagai berikut :
Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3+ β4X4 + μ ……….. ( 2 )
Bentuk hipotesis diatas secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut:
1 X
Y
∂∂ > 0 Artinya jika terjadi kenaikan pada tingkat pendidikan ibu (X1),
maka Kontribusi ibu dalam pendapatan keluarga (Y) mengalami kenaikan, ceteris paribus.
2 X
Y
∂∂ > 0 Artinya jika terjadi kenaikan pada jam kerja ibu (X2), maka
3 X
Y
∂∂ > 0 Artinya jika terjadi kenaikan pada jumlah tanggungan keluarga (X3), maka Kontribusi ibu dalam pendapatan keluarga (Y)
mengalami kenaikan, ceteris paribus.
4 X
Y
∂∂ < 0 Artinya jika terjadi kenaikan pada Jumlah anggota keluarga yang bekerja (X4), maka Kontribusi ibu dalam pendapatan
keluarga (Y) mengalami penurunan, ceteris paribus.
Untuk menghitung besarnya kontribusi pendapatan ibu bekerja terhadap pendapatan keluarga digunakan rumus sebagai berikut :
KYa =
KYa = Kontribusi pendapatan ibu bekerja ( persen ) Yb = Pendapatan ibu rumah tangga ( rupiah ) T = Total pendapatan keluarga ( rupiah ) ( Sumber : Payaman, S. :1998 )
3.7 Test of Goodness of Fit (Uji Kesesuaian)
3.7.1. Koefisien Determinasi (R-Square)
semakin besar ( mendekati 1 ) maka dapat dikatakan bahwa variabel bebas mempunyai pengaruh yang besar terhadap variabel terikat. Sebaliknya jika R2 semakin kecil ( mendekati 0 ) maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas kecil terhadap variabel terikat. Nilai R2 dapat diperoleh dengan rumus:
R2 =
R2 = Koefisien determinasi
y
i = Derivasi nilai dari rata-rata Yx
i=
Derivasi nilai dari rata-rata X 3.7.2. Uji t-statistikUji t-statistik merupakan suatu pengujian secara parsial yang bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing koefisien regresi signifikan atau tidak terhadap variabel terikat dengan menganggap variabel lainnya konstan.
Dalam uji ini digunakan hipotesis sebagai berikut:
H0 : bi = b ... ………b = 0 (tidak ada pengaruh)
Ha : bi ≠b ... b ≠ 0 (ada pengaruh)
Dimana bi adalah koefisien variabel bebas ke-i nilai parameter hipotesis,
nilai t-hitung > t-tabel maka pada tingkat kepercayaan tertentu H0 ditolak ( Ha
diterima ), hal ini berarti bahwa variabel bebas yang diuji berpengaruh secara nyata (signifikan) terhadap variabel terikat. Sebaliknya, bila nilai t-hitung < t-tabel pada tingkat kepercayaan tertentu H0 diterima (Ha ditolak), hal ini berarti bahwa
variabel bebas yang diuji tidak berpengaruh secara nyata (tidak signifikan) terhadap variabel terikat. Nilai t-hitung diperoleh dengan rumus:
t-hitung =
(
)
Sbib bi −
Dimana:
bi = Koefisien variabel bebas ke-i
b = Nilai hipotesis nol
Sbi = Simpangan baku dari variabel bebas ke-i
Kriteria pengambilan keputusan:
H0 : b = 0 H0 diterima ( t* < t-tabel ) artinya variabel bebas secara
parsial tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat.
Ha : b ≠ 0 Ha diterima ( t* > t-tabel ) artinya variabel bebas secara
3.7.3. Uji F-statistik
Uji F-statistik ini dilakukan untuk menguji signifikansi pengaruh dari semua variabel bebas secara keseluruhan terhadap variabel terikat. Disamping menguji berarti tidaknya variabel-variabel bebas secara bersamaan, uji F juga sekaligus menguji koefisien determinasi ( R2 ) yang dihasilkan. Dengan demikian, hasil uji F yang signifikan akan menyebabkan nilai R2 yang diperoleh secara statistik tidak sama dengan nol ( R2≠0 ). Pengujian ini menggunakan hipotesis sebagai berikut:
H0 :b1 = b2 = b3= b4... n = 0 (tidak ada pengaruh)
Ha : b1 ≠b2 ≠b3≠b4... n ≠0 (ada pengaruh)
Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai F-statistik dengan F-tabel. Jika F-hitung > F-tabel maka H0 ditolak, yang berarti variabel bebas
F-hitung =
(
( )
)
(
n k)
Rk R
−
− 2 −
2
1
1
Dimana :
R2 = Koefisien determinasi
k = Jumlah variabel bebas dan konstanta.
n = Jumlah sampel
Kriteria pengambilan keputusan :
H0 : b1 = b2 = b3= b4= 0 H0 diterima ( F* < F-tabel ) artinya variabel
bebas secara keseluruhan atau bersama-sama tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat.
Ha : b1 ≠b2 ≠b3≠b4 ≠0 Ha diterima ( F* > F-tabel ) artinya variabel
3.8 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik
3.8.1 Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk memastikan term of error ( μ ) tersebar normal. Dalam asumsi OLS adalah nilai rata-rata dari faktor pengganggu ( μ ) adalah 0. Jika term of error ( μ ) tersebut tersebar normal maka koefisien Ordinary Least Square ( β ) juga tersebar normal. Dengan demikian variabel
terikat ( Y ) juga normal, hal ini disebabkan adanya hubungan linier antara μ, β, dan Y. Untuk menguji apakah normal atau tidaknya faktor pengganggu, maka perlu dilakukan uji normalitas dengan menggunakan Jarque Berra Test ( JB test ).
Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai Jarque Berra ( JB ) dengan Chi-Square tabel. Dengan kriteria pengambilan keputusan :
1. H0 diterima ( JB > Chi-Square tabel) artinya term of error ( μ ) dan Y
tersebar tidak normal.
2. Ha diterima ( JB ≤ Chi-Square tabel) artinya term of error ( μ ) dan Y
tersebar normal.
3.8.2 Uji Linieritas
Salah satu uji yang digunakan untuk menguji linieritas adalah Ramsey’s Regression Spesification Error Test ( RESET ). Uji ini dikembangkan oleh
Ramsey pada tahun 1969. Ramsey mengembangkan suatu uji yang disebut dengan general test of specification error.
3.8.3 Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas adalah suatu keadaan dimana masing-masing kesalahan penganggu mempunyai varian yang berlainan. Uji ini dimaksudkan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain adalah tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Heteoskedastisitas lazim juga disebut sebagai ketimpangan data yang besar antar variabel. Untuk mendeteksi ada tidaknya gejala heteroskedastisitas maka dilakukan uji White Test. Adapun langkah-langkah White Test, antara lain :
1. Membuat regresi dari model yang ada dan mendapatkan residualnya
2. Hitung nilai Chi-Square nya dengan rumus :
χ
2= n R
2Dimana :
n = Jumlah observasi
3. Bandingkan nilai Chi-Square hitung dengan Chi-square table nya
Kriteria pengambilan keputusan :
χ
2hitung <
χ
2tabel : Tidak terjadi heteroskedastisitasχ
2hitung >
χ
2tabel : Terjadi heteroskedastisitas3.8.4 Multikolinearity
Multikolinearity adalah alat untuk mengetahui suatu kondisi apakah terdapat korelasi variabel independen diantara satu sama lainnya. Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearity dapat dilihat dari nilai R2, F-hitung, t-hitung, dan standart error.
Gejala multikolinearity ditandai dengan munculnya : • Standard error tidak terhingga dan R2 yang sangat tinggi.
• Tidak ada satupun t-statistik yang signifikan baik pada α = 1%, α = 5%, ataupun α = 10%
• Membandingkan R2 regresi pertama dengan R2 regresi variabel-variabel independen
3.9 Definisi Operasional
2. Tingkat pendidikan ibu yaitu pendidikan formal yang pernah ditempuh ibu, dihitung dalam tahun (waktu yang digunakan responden dalam menempuh pendidikan formal).
3. Jam kerja adalah lama waktu yang dihabiskan ibu untuk bekerja di luar sektor domestik ( mengurus pekerjaan rumah seperti memasak, mencuci, dll ) dihitung dalam satuan jam selama satu bulan .
4. Jumlah tanggungan keluarga merupakan banyaknya anggota rumah tangga yang tidak produktif maupun yang produktif dan mendapatkan penghasilan maupun yang tidak mendapatkan penghasilan yang secara ekonomis menjadi tanggungan rumah tangga wanita yang bekerja dan tinggal bersama dalam satu rumah maupun tinggal ditempat lain tetapi masih menjadi tanggungan keluarga dan dihitung dalam satuan orang (jiwa).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Wilayah Kota Medan
4.1.1 Lokasi dan Letak Geografis Kota Medan
Kota Medan merupakan pusat pemerintahan Daerah Tingkat I Sumatera Utara, terletak pada garis 2°27' - 2°47' Lintang Utara dan 98°35' - 98°44' Bujur Timur dengan ketinggian 2,5 - 37,5 meter di atas permukaan laut. Kota Medan berbatasan wilayah sebelah utara, selatan, barat, dan timur dengan Kabupaten Deli Serdang. Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu daerah yang kaya dengan sumber daya alam (SDA), khususnya di bidang perkebunan dan kehutanan. Karena secara geografis Medan didukung oleh daerah-daerah yang kaya sumber daya alam, seperti Deli Serdang, Labuhan Batu, Simalungun, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Karo, Binjai dan lain-lain. Kondisi ini menjadikan kota Medan secara ekonomi mampu mengembangkan berbagai kerjasama dan kemitraan yang sejajar, saling menguntungkan, saling memperkuat dengan daerah-daerah sekitarnya.
Posisi geografis Medan ini telah mendorong perkembangan kota dalam dua kutub pertumbuhan secara fisik, yaitu daerah Belawan dan pusat Kota Medan saat ini.
Kota Medan merupakan salah satu dari 30 Daerah Tingkat II di Sumatera Utara dengan luas daerah adalah 265,10 km2 dan terdiri dari 21 Kecamatan dan 151 kelurahan. Sebagian besar wilayah kota Medan merupakan dataran rendah yang merupakan tempat pertemuan dua sungai penting, yaitu Sungai Babura dan Sungai Deli.
4.1.2 Kondisi Iklim
Kota Medan tergolong ke dalam daerah beriklim tropis. Suhu minimum berkisar antara 22,9°C – 23,8°C dan suhu maksimum berkisar antara 30,5°C – 32,8°C. Kelembaban udara di wilayah kota Medan rata-rata 82 - 84%. Dan kecepatan angin rata-rata sebesar 1,38 m/sec sedangkan rata-rata total laju penguapan tiap bulannya 107,98 mm. Hari hujan di kota Medan pada tahun 2008 per bulan mencapai 16 hari dengan curah hujan rata-rata per bulan 176,08 mm 4.2 Komposisi Penduduk Kota Medan
4.2.1 Keadaan Penduduk Berdasarkan Kecamatan dan Jenis Kelamin
Tabel. 4.1
Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin Kota Medan Tahun 2008
No Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah
1 Medan Tuntungan 33.836 35.611 69.447
16 Medan Perjuangan 51.271 53.487 104.758
17 Medan Tembung 69.972 70.547 140.519
18 Medan Deli 74.547 74.188 148.735
19 Medan Labuhan 53.025 52.941 105.966
20 Medan Marelan 63.587 61.900 125.487
21 Medan Belawan 48.458 47.381 95.835
Kota Medan 1.039.707 1.062.398 2.102.105 Sumber : Medan Dalam Angka, 2009.
Gambar 4.1
4.2.2 Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tabel. 4.2
Persentase Penduduk 10 Tahun Ke Atas menurut Tingkat Pendidikan Kota Medan Tahun 2008-2009
Pendidikan 2008 2009
Tidak Punya Ijazah SD 1,51 1,00 Tidak/Belum Tamat SD 14,11 8,79
Tamat SD 17,98 20,81
Tamat SLTP 18,73 20,05
Tamat SLTA 27,89 27,56
Tamat SLTA Kejuruan 8,58 10,04
Tamat D1/D2 0,82 0,70
Tamat D3 2,48 3,19
Tamat D4/S1 7,92 7,85
Sumber : Statistik Kesejahteraan Rakyat , 2009.
4.2.2 Keadaan Penduduk Berdasarkan Status Pekerjaan
Tabel. 4.3
Penduduk yang Bekerja di Kota Medan berdasarkan Jenis Kelamin dan Status Pekerjaan Kota Medan Agustus 2008
Status Pekerjaan *)
Jenis Kelamin
Jumlah Laki-laki Perempuan
Jumlah 535.018 298.814 833.832
1 139.711 72.497 212.208
Sumber: Survey Angkatan Kerja Nasional, 2009 . Keterangan :
1. Berusaha sendiri
2. Berusaha dibantu buruh tidak tetap 3. Berusaha dibantu buruh tetap 4. Buruh/Karyawan/Pegawai 5. Pekerja bebas di Pertanian 6. Pekerja bebas di Non Pertanian 7. Pekerja tidak dibayar
4.3 Karakteristik Responden
diketahui bahwa keseluruhan responden tergolong penduduk usia produktif dengan kisaran umur 25 tahun sampai 60 tahun.
4.3.1. Kontribusi Ibu dalam Pendapatan Keluarga
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya kontribusi pendapatan dari ibu bekerja terhadap pendapatan keluarga. Sedangkan pendapatan keluarga yang dianalisis adalah pendapatan yang diperoleh dari pendapatan ibu dan pendapatan seluruh anggota keluarga. Dari hasil penelitian diperoleh data kontribusi pendapatan ibu bekerja (responden) terhadap pendapatan keluarga adalah sebagai berikut.
Tabel 4.4
Distribusi Responden Berdasarkan Kontribusi Ibu dalam Pendapatan Keluarga di Kota Medan
Kontribusi Jumlah Responden Persentase
0% - 24% 5 5,55
Sumber : Data Primer Diolah, 2010.
sangat berperan dalam mencukupi kebutuhan rumah tangga sehari-hari. Hal ini disebabkan antara lain semakin banyak kebutuhan yang diperlukan baik itu kebutuhan pokok atau sekunder sedangkan harga-harga barang kebutuhan sehari-hari yang semakin naik, padahal pendapatan yang diterima oleh kepala keluarga (suami) tidak dapat lagi mencukupi sebagian besar kebutuhan keluarga. Hal inilah yang menjadikan salah satu faktor pendorong bagi ibu untuk bekerja dengan tujuan menambah pendapatan keluarga.
4.3.2. Tingkat Pendidikan Ibu
Pendidikan merupakan salah satu bentuk investasi Sumber Daya Manusia yang juga mempengaruhi sikap seseorang dalam dalam mengambil keputusan. Dari hasil penelitian ini didapat bahwa lama pendidikan yang ditempuh responden terendah setingkat Sekolah Dasar dan tertinggi setingkat Universitas. Untuk lebih jelasnya lihat tabel berikut.
Tabel 4.5
Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pedidikan Responden
Lama Pendidikan ( tahun ) Jumlah Responden Persentase
0-6 2 2,22
7-9 4 4,44
10-12 47 52,22
13-15 9 10,00
≥16 28 31,11
Jumlah 90 100,00
Rata-rata 13,32 tahun
Berdasarkan tabel tersebut mayoritas responden berpendidikan selama 13,32 tahun atau setingkat lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) yang berarti motivasi untuk belajar dan pola pikirnya sudah meningkat.
4.3.3 Jam Kerja
Curahan jam kerja wanita dapat digolongkan menjadi dua, yaitu untuk kegiatan ekonomis dan non-ekonomis. Jam kerja untuk kegiatan ekonomis merupakan waktu yang dihabiskan responden untuk bekerja diluar sektor domestik untuk menghasilkan pendapatan selama satu bulan.
Tabel 4.6
Distribusi Responden Berdasarkan Jam Kerja Selama Satu Bulan
Jam Kerja ( Jam )
Berdasarkan tabel tersebut mayoritas responden menghabiskan waktu selama 176,13 jam selama satu bulan untuk menghasilkan pendapatan.
4.3.4 Jumlah Tanggungan Keluarga
tanggungan keluarga merupakan banyaknya anggota keluarga yang tidak produktif dan produktif, baik yang mendapatkan penghasilan maupun yang tidak memiliki penghasilan dan secara ekonomis masih menjadi tanggungan keluarga wanita yang bekerja baik yang tinggal dalam satu rumah maupun yang tinggal ditempat lain yang masih menjadi tanggungan keluarga dan diukur dalam satuan jiwa. Berikut tabel jumlah tanggungan keluarga di Kota Medan.
Tabel 4.7
Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga
Jumlah Tanggungan
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa setiap rumah tangga memiliki jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan rata-rata 5 orang tiap keluarga.
4.3.5 Jumlah Anggota Keluarga yang Bekerja
mengakibatkan kontribusi anggota keluarga terhadap pendapatan keluarga semakin merata.
Tabel 4.8
Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga yang Bekerja
Jumlah Anggota
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa setiap rumah tangga memiliki jumlah anggota keluarga yang bekerja rata-rata 2 orang tiap keluarga.
4.3.6. Motivasi dan Alasan Wanita Bekerja