SKRIPSI
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERAN SERTA SUAMI
DALAM MENDUKUNG PEMBERIAN ASI EKSLUSIF DI KECAMATAN LIMA PULUH
KABUPATEN BATUBARA TAHUN 2014
OLEH :
AFRIANCE GINTING 111021021
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
i
HALAMAN PENGESAHAN
Judulskripsi : FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PERAN SERTA SUAMI DALAM MENDUKUNG
PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI
KECAMATAN LIMA PULUH KABUPATEN BATU BARA TAHUN 2015
NamaMahasiswa : AfrianceGinting
NomorIndukMahasiswa : 111 021 021
Program Studi : IlmuKesehatanMasyarakat
Peminatan : KependudukandanKesehatanReproduksi
Tanggal Lulus : 4 Agustus 2015
DisahkanOleh KomisiPembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. HeruSantosa, M.S,Ph.D Maya Fitria, S.K.M, M.Kes
NIP. 19581110 198403 1 001 NIP. 19761005200912 2 003
Medan, November 2015 FakultasKeshatanMasyarakat
Universitas Sumatera utara Dekan
ABSTRAK
Peran serta suamidalammendukungpemberian ASI eksklusifadalahsesuatu yang diberikansuami kepada ibu post-partum maupun yang sedangmenyusuisampaibayiberumur 6 bulantanpamakanantambahan.Berdasarkan Data Susennas 2010 menunjukan bahwa baru 33,6% bayi di Indonesia mendapatkan ASI eksklusif, tidakadabedanyadenganpencapaiandi Negara lain di Asia Tenggara , pencapaianinimemangkurangdapatdibanggakan. Gunameningkatkancakupan Air SusuIbu (ASI) eksklusif di Indonesia yang masihdibawah 50%, Ketua Pembina Sentra Laktasi Indonesia, menekankanpentingnyaperansuamidalammembantu istrinya dalammemberikan ASI ekslusif.
Penelitianinibertujuanuntukmengetahui factor-faktor yang mempengaruhiperansertasuamidalammendukungpemberian ASI eksklusif di Kecamatan Lima Puluh.Jenispenelitianinibersifat deskiptif-analatikcross-sectional.Populasidalampenelitianiniadalahseluruhsuami yang memilikibayiberumur 0 – 6 bulan di Kecamatan Lima Puluhsebanyak 90 orang suami.Sampelpenelitianiniadalahseluruhsuami di kecamatan Lima PuluhKecamatan Lima Puluhsebanyak 90 orang suamidenganmenggunakan total
populasi.Pengumpulan data
melaluiwawancaradenganmenggunakankuesioner.Analisis data meliputianalisisunivariatdanbivariatdenganmenggunakanuji chi square.
Hasilpeneilitianinimenunjukanbahwadari 90 orang suamihanya 20 orang (22,2%) suami yang berperansertabaikdalammendukungpemberian ASI eksklusif. Ditemukanjugaadapengaruhantaratingkatpengetahuan (p=0,018), dansikap (p=0,684) demikianjugaditemukantidakadapengaruhantaraumur (p=0.977), pendidikan (p=0.331), pekerjaan (p=0.642), tradisi (p=0.684),danpenolongpersalinan (p=0.675)
Diharapkankepadapetugaskesehatan agar
dapatmemberitahukankepadasuamiakanpentingnyaperansertasuamidalammendukung pemberian ASI eksklusifmelaluipenyuluhanlangsungataupunsecaraindividu.
iii ABSTRACT
The role of the husban in supporting exclusif breastfeeding is something that
given to the mother’s husband or post-partum who are breastfeeding until 6 months old baby without additional food. Based on 2010 data show that the new susennas 33.6% in Indonesian infants were exlusively breastfed, it makes no difference to the achievement of others countries in Sountheast Asia, this achievement is the take. In order to improve the coverage ofbreast milk (ASI) Exlusively in Indonesia, which is still below 50%, Trustees Indonesian Lactation Center, emphasized the important role in helping her husband in exclusive breastfeeding.
This study aims to identify factors-factors that affect the participation of the husband in supporting Exclusive Breastfeeding in the District Lima Puluh. This research is descriptively-analitik cross-sectional. The population in this study are all husband who had infants aged 0-6 months in District Lima Puluh as many as 90 people a husband. Sampless were taken throughout the husband in the District Lima Puluh as many as 90 people a husband by using the total population. The collection of data trough interviews using questionnaires. Data analysis included univariate and bivariate analysis using the chi-square test.
This indicated that the research outputs of 90 husbands only 20 (22.2%) husband who participate both in favor of exclusif breastfeeding. It also found no effect between the level of knowledge (p=0.018), and attitude (p=0.684). likewise found no influence of age (p=0.977), education (p=0.331), employment (p=0.642), tradition (p=0.684), and birth attendants (p=0.675).
Expected to health workes in order to tell husband of the importance of the role of the husband in supporting exlusive breastfeeding throug direct or individual conseling.
KATA PENGANTAR
PujidansyukurpenulispanjatkankepadaTuhan Yang
MahaEsaatasrahmatdankarunia-Nyasehinggapenulisdapatmenyelesaikanskripsi yang
berjudul“Faktor-faktor yang
mempengaruhiperansertasuamidalammendukungpemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Lima PuluhKabupatenBatu Bara 2014”.
Dalampenyusunandanpenulisanskripsiinipenulisbanyakmenemuikesulitandanha
mbatannamunberkatbimbingan,
bantuandanmotivasidariberbagaipihakakhirnyaproposalinidapatterselesaikan.Untukitu
kritikdan saran masihsangatdiperlukan demi
kesempurnaanskripsiini.Olehsebabitupadakesempataninidengansegalakerendahanhati
penulismenyampaikanucapanterimakasihkepada:
1. Bapak Dr. Drs Surya Utama, M.S
selakuDekanFakultasKesehatanMasyarakatUniversitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. HeruSantosa, M.S,
Ph.DselakuKepalaDepartemenKependudukandanBiostatistikaFakultasKesehatan
MasyarakatUniversitas Sumatera Utara sekaligusDosen Pembimbing I
ataskritikdan saran demi kesempurnaanpenulisanSkripsiini.
3. Ibu Maya Fitria, SKM, M.KesSelakuDosenPembimbing II Skripsi yang
telahmeluangkanwaktusertapenuhkesabarandankebijaksanaanmemberikanbimbin
gan, kritikdan saran kepadapenulis.
4. Ibu dr. riaMasriani, M.SiSelakuDosenPenguji I yang
telahmeluangkanwaktuuntukmengujidanmemberikanmasukanserta saran
dalampembuatanSkripsiini
5. Bapak DRS. Abdul JalilAmriArma, M.KesSelakuDosenPenguji II yang
telahmeluangkanwaktuuntukmengujidanmemberikanmasukanserta saran
v
6. Bapak dr. H. Heldy BZ, MPH selaku Pembimbing Akademik yang selalu
memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis selama melaksanakan
perkuliahan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
7. Seluruh Dosen dan Staf Administrasi di Departemen Kependudukan dan
Biostatistika Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
8. Orangtuaku tercinta Alm. L. Ginting dan Alm. St. R. Sipayung, S.Pd yang telah
memberikan dukungan moril dan doa disetiap langkah penulis serta kakakku
tersayang Ita Ernalem Ginting, SP, kakak ipar saya Janrika Sinuraya, SP dan
abang tersayang Vandapotan Enobrin Ginting, SP, dan Alm. Daniel Edi Suranta
Ginting beserta keluarga besar yang telah memberikan dukungan moril dan
spritual kepada penulis.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, karena itu
peneliti terbuka untuk menerima saran dan kritik demi tercapainya penulisan yang
lebih baik lagi. Akhir kata, peneliti berharap kiranya proposal ini dapat memberikan
manfaat bagi berbagai pihak.
Medan, November2015
Penulis
DAFTAR ISI
1.4.3 Bagi Penelitian Selanjutnya ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9
2.5 Keunggulan ASI Terhadap Susu Lainnya ... 14
2.6 Faktor-faktor yang berhubungan dengan peran serta suami dalammendukung Pemberian ASI Eksklusif ... 15
2.6.1 Faktor Internal ... 17
2.6.2 Faktor Eksternal ... 20
2.7 Kerangka Konsep Penelitian ... 21
vii 4.1 GambaranUmumKecamatan Lima Puluh ………. .... 32
4.1.1 Geografis ……….. 32
4.1.2 Batas Wilayah ………... 32
4.1.3 FasilitasKesehatan ……… 32
4.1.4 GambaranKesehtan ………... 33
4.1.5 Gambaranpenduduk ……….. 33
4.2 AnalisisUnivariat ……… 34
4.3 AnalisisBivariat. ... 37
4.3.1 PengaruhPengetahuanSuamiterhadapPeran Serta Suami .. 37
4.3.2 PengaruhUmurSuamiterhadapPeran Serta Suami ... 38
4.3.3 PengaruhPendidikanSuamiterhadapPeran Serta Suami 39 4.3.4 PengaruhPekerjaanSuamiterhadadapPeran Serta Suami 39 4.3.5 PengaruhSikapSuamiterhadapPeran Serta Suami ... 40
4.3.6 PengaruhTradisiSuamiterhadapPeran Serta Suami ... 41
4.3.7 PengaruhPenolongPerslinanterhadapPeran Serta Suami 42 BAB V PEMBAHASAN 5.1. PengaruhPengetahuanSuamiterhadapPeran Serta SuamidalamMendukungPemberian ASI eksklusif ... 43
5.2. PengaruhUmurSuamiterhadapPeran Serta SuamidalamMendukungPemberian ASI eksklusif ... 44
5.3. PengaruhPendidikanSuamiterhadapPeran Serta SuamidalamMendukungPemberian ASI eksklusif ... 45
5.4. PengaruhPekerjaanSuamiterhadapPeran Serta SuamidalamMendukungPemberian ASI eksklusif ... 46
5.5. PengaruhSikapSuamiterhadapPeran Serta SuamidalamMendukungPemberian ASI eksklusif ... 47
5.6. PengaruhTradisi/kebudayaanSuamiterhadapPeran Serta SuamidalamMendukungPemberian ASI eksklusif ... 48
5.7. PengaruhPenolongPersalinanterhadapPeran Serta SuamidalamMendukungPemberian ASI eksklusif ... 49
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 50
6.2. Saran ... 51
DAFTAR PUSTAKA ... 52
DAFTAR TABEL
Hal 1. Tabel 4.1 DistribusiPendudukMenurutDesa/Kelurahan di Kecamatan
Lima PuluhTahun 3013 ……….. 33 2. Tabel 4.2 DistribusiPendudukMenurutKelompokUmur di Kecamatan
Lima PuluhTahun 2013 ……….. 34
3. Tabel 4.3 DistribusiRespondenMenurutPengetahuan di Kecamatan Lima PuluhTahun2013 ... 34 4. Tabel 4.4 DistribusiRespondenMenurutUmur di Kecamatan Lima
PuluhTahun 2013 ... 35 5. Tabel 4.5 DistribusiRespondenMenurutPendidikan di Kecamatan
Lima PuluhTahun2013 ... 35 6. Table 4.6 DistribusiRespondenMenurutPekerjaan di Kecamatan
Lima PuluhTahun2013 ... 35 7. Tabel 4.7 DistribusiRespondenMenurutSikap di Kecamatan Lima
PuluhTahun 2013 ... 36 8. Tabel 4.8 DistribusiRespondenMenurutTradisi/Kebudayaan
diKecamatan Lima PuluhTahun 2013 ……… 36 9. Tabel 4.9 DistribusiRespondenMenurutPenolongPersalinan
diKecamatan Lima PuluhTahun 2013 ……… 36 10. Tabel 4.10 DistribusiRespondenMenurutPeran Serta Suami di
Kecamatan Lima PuluhTahun 2013 ……… 37 11. Tabel 4.11 PengaruhPengetahuanSuamiterhadapPeran Serta Suami
dalamMendukungPemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Lima Puluh
Tahun 2013 ... 37 12. Tabel 4.12 PengaruhUmurSuamiterhadapPeran Serta Suamidalam
MendukungPemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Lima Puluh
Tahun 2013 ………. 38
13. Tabel 4.13 PengaruhPendidikanSuamiterhadapPeran Serta Suami dalamMendukungPemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Lima Puluh
Tahun2013 ... 39 14. Tabel 4.14 PengaruhPekerjaanSuamiterhadapPeran Serta Suami
dalamMendukungPemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Lima Puluh
Tahun2013 ... 39 15. Tabel 4.15 PengaruhSikapSuamiterhadapPeran Serta Suamidalam
MendukungPemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Lima Puluh
Tahun 2013 ……… 40
16. Tabel 4.16 PengaruhTradisi/KebudayaanSuamiterhadapPeran Serta SuamidalamMendukungPemberian ASI Eksklusif di
Kecamatan Lima PuluhTahun2013 ... 41 17. Tabel 4.17 PengaruhPenolongPersalinanterhadapPeran Serta Suami
dalamMendukungPemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Lima Puluh
ix
DAFTAR LAMPIRAN
HALAMAN
Lampiran 1 Kuesioner ………. 54
Lampiran 2 Master Data ……….. 61
Lampiran 3 Pengolahan Data SPSS ………. 64
ABSTRAK
Peran serta suamidalammendukungpemberian ASI eksklusifadalahsesuatu yang diberikansuami kepada ibu post-partum maupun yang sedangmenyusuisampaibayiberumur 6 bulantanpamakanantambahan.Berdasarkan Data Susennas 2010 menunjukan bahwa baru 33,6% bayi di Indonesia mendapatkan ASI eksklusif, tidakadabedanyadenganpencapaiandi Negara lain di Asia Tenggara , pencapaianinimemangkurangdapatdibanggakan. Gunameningkatkancakupan Air SusuIbu (ASI) eksklusif di Indonesia yang masihdibawah 50%, Ketua Pembina Sentra Laktasi Indonesia, menekankanpentingnyaperansuamidalammembantu istrinya dalammemberikan ASI ekslusif.
Penelitianinibertujuanuntukmengetahui factor-faktor yang mempengaruhiperansertasuamidalammendukungpemberian ASI eksklusif di Kecamatan Lima Puluh.Jenispenelitianinibersifat deskiptif-analatikcross-sectional.Populasidalampenelitianiniadalahseluruhsuami yang memilikibayiberumur 0 – 6 bulan di Kecamatan Lima Puluhsebanyak 90 orang suami.Sampelpenelitianiniadalahseluruhsuami di kecamatan Lima PuluhKecamatan Lima Puluhsebanyak 90 orang suamidenganmenggunakan total
populasi.Pengumpulan data
melaluiwawancaradenganmenggunakankuesioner.Analisis data meliputianalisisunivariatdanbivariatdenganmenggunakanuji chi square.
Hasilpeneilitianinimenunjukanbahwadari 90 orang suamihanya 20 orang (22,2%) suami yang berperansertabaikdalammendukungpemberian ASI eksklusif. Ditemukanjugaadapengaruhantaratingkatpengetahuan (p=0,018), dansikap (p=0,684) demikianjugaditemukantidakadapengaruhantaraumur (p=0.977), pendidikan (p=0.331), pekerjaan (p=0.642), tradisi (p=0.684),danpenolongpersalinan (p=0.675)
Diharapkankepadapetugaskesehatan agar
dapatmemberitahukankepadasuamiakanpentingnyaperansertasuamidalammendukung pemberian ASI eksklusifmelaluipenyuluhanlangsungataupunsecaraindividu.
iii ABSTRACT
The role of the husban in supporting exclusif breastfeeding is something that
given to the mother’s husband or post-partum who are breastfeeding until 6 months old baby without additional food. Based on 2010 data show that the new susennas 33.6% in Indonesian infants were exlusively breastfed, it makes no difference to the achievement of others countries in Sountheast Asia, this achievement is the take. In order to improve the coverage ofbreast milk (ASI) Exlusively in Indonesia, which is still below 50%, Trustees Indonesian Lactation Center, emphasized the important role in helping her husband in exclusive breastfeeding.
This study aims to identify factors-factors that affect the participation of the husband in supporting Exclusive Breastfeeding in the District Lima Puluh. This research is descriptively-analitik cross-sectional. The population in this study are all husband who had infants aged 0-6 months in District Lima Puluh as many as 90 people a husband. Sampless were taken throughout the husband in the District Lima Puluh as many as 90 people a husband by using the total population. The collection of data trough interviews using questionnaires. Data analysis included univariate and bivariate analysis using the chi-square test.
This indicated that the research outputs of 90 husbands only 20 (22.2%) husband who participate both in favor of exclusif breastfeeding. It also found no effect between the level of knowledge (p=0.018), and attitude (p=0.684). likewise found no influence of age (p=0.977), education (p=0.331), employment (p=0.642), tradition (p=0.684), and birth attendants (p=0.675).
Expected to health workes in order to tell husband of the importance of the role of the husband in supporting exlusive breastfeeding throug direct or individual conseling.
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang
Menurut Reza Oscar ( Komunitas Ayah ASI Lampung ) Istilah suami siap antar
jaga ( SIAGA ), kiranya tepat disematkan pada calon ayah yang setia mendampingi
istrinya pada masa kehamilan dan persalinan. Peran suami juga dianggap penting,
karena orang terdekat yang turut andil dalam kesuksesan melindungi istri dan
anaknya pada masa tersebut. Tidak terbatas Siaga dalam kehamilan dan persalinan,
support suami dalam hal menyusui sang buah hati tidak kalah pentingnya. Terutama
dukungan dalam pemberian Air Susu Ibu ( ASI ) secara Eksklusif (Romanto, 2013 ).
Guna meningkatkan cakupan Air Susu Ibu ( ASI ) eksklusif di Indonesia yang
masih dibawah 50 %, ketua pembina sentra laktasi indonesia, dr Utami Roesli SpA
menekankan pentingnya peran suami dalam membantu istrinya memberikan ASI
eksklusif. Dikatakan Utami, dukungan yang di berikan suami bisa memunculkan
hormon oksitoksin yang sangat penting mengalirkan ASI dari alveoli kesaluran ASI.
“Keberadaan hormon ini sangat dipengaruhi oleh kondisi psikis ibu. Disinilah peran
serta suami sangat dibutuhkan. Karena pikiran–pikiran negatif atau rasa kurang
percaya diri pada ibu bisa mempengaruhi kelancaran aliran ASI, meskipun produksi
ASI – nya tetap baik,” menurutnya para suami dapat berperan dalam menumbuhkan
rasa percaya istrinya bahwa dia pasti bisa memberikan ASI secara eksklusif untuk
anaknya (Roesli, 2012 ).
WHO, UNICEF, dan Departemen Kesehatan Republik Indonesia melalui SK
xi
rekomendasi pemberian ASI esklusif selama 6 bulan.Dalam rekomendasi tersebut,
dijelaskan bahwa untuk mencapai pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan yang
optimal, bayi harus diberi ASIselama 6 bulan pertama.Selanjutnya,demi tercukupinya
nutrisi bayi, maka ibu mulai memberikan makanan pendamping ASI dan ASI hingga
bayi berusia 2 tahun atau lebih (WHO, 2004).
Berdasarkan pengumpulan data yang dilakukan Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia (2012) tentang pemberian makanan pada bayi untuk semua anak terakhir
yang dilakukan ibu dalam kurun waktu dua tahun sebelum survei menunjukan bahwa
hanya 27% bayi umur 4-6 bulan mendaopat ASI eksklusif (tanpa tambahan makanan
atau lain). Selain ASI 8% bayi pada umur yang sama diberi susu lain 8% diberi air
putih. Pemberian ASI eksklusif kepada bayi berusia 4-6 bulan dalam SDKI 2012
lebih tinggi dibandingkan hasil SDKI 2007 (masing-masing 27% dan 17%). Sebagian
besar proses mulai menyusui dilakukan pada kisaran waktu 1-6 jam setelah bayi lahir
tetapi masih ada 11,1% proses mulai disusui dilakukan setelah 48 jam. Pemberian
kolostrum cukup baik, dilakukan oleh 74,7% ibu kepada bayinya. (SDKI, 2012)
Cakupan pemberian ASI eksklusif pada tahun 2005 adalah 3,17 %, tahun 2006
adalah 12,3 %, pada tahun 2007 adalah 22,4 % dan tahun 2008 sebesar 42,3 %
walaupun sudah terjadi peningkatan dan angka cakupan ditahun 2008 sudah lebih
meningkat dari angka cakupan, namun pencapaian menurut kriteria world Health
organization ( WHO ) masuk dalam kategori tidak mencukupi ( Depkes, 2008 )
Menurut data dari Departemen Kesehatan (2005), sebanyak 95,9% bayi di
Indonesia pernah mendapat ASI pada tahun 2002, 39,5% diantaranya mendapat ASI
eksklusif Selama 6 bulan, sedangkan 55,1% bayi mendapatkannya selama 4 bulan.
Angka bayi yang pernah mendapat ASI ini sedikit lebih rendah apabila dibandingkan
dengan tahun 1997 yang angkanya adalah sebesar 96,3%, sedangkan angka bayi yang
mendapat ASI eksklusif sampai 6 bulan lebih tinggi dengan angka 42,2 % pada tahun
1997 (Depkes, 2005).
ASI merupakan makanan bayi yang terbaik dan setiap bayi berhak mendapatkan
ASI, dan untuk mempromosikan pemberian ASI, maka kementerian kesehatan telah
menerbitkan suratkeputusan Menteri Kesehatan Nomor: 450/Menkes/SK/IV/2004
tentang pemberian ASI secara eksklusif pada bayi di Indonesia.
Pada tahun 2012 telah terbit Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 33 tentang
Pemberian ASI Eksklusif dan telah diikuti dengan diterbitkannya 2 (dua) peraturan
Menteri Kesehatan yaitu : Permenkes Nomor 15 tahun 2013 tentang tata cara
penyedian Fasilitas Khusus Menyusui Dan/Atau Memerah Air SusuIbu dan
PermenkesNomor 39 tahun 2013tentang Susu Formula Bayi dan Produk
lainnyaMenurut WHO/UNICEF, cara pemberian makanan pada bayi yang baik dan
benar adalah mulai segera menyusui dalam 1 jam setelah lahir, menyusui bayi secara
eksklusif sejak lahir samapai dengan umur 6 bulan, bayi mendapat makanan
pendamping ASI (MP-ASI) yang bergizi sesuai dengan kebutuhan tumbuh
kembangnya dan meneruskan menyusui sampai umur 24 bulan. (WHO, 2012)
Ketika bayi tumbuh dan berkembang di dalam kandungan, tubuh ibu memberikan
antibody melalui plasenta.Ini memberikan kekebalan pasif yang mampu melindungi
janin ibu dari serangan penyakit selama kehamilan. Namun, begitu bayi dilahirkan, ia
xiii
Sementara itu sistem kekebalan tubuh pada bayi yang baru lahir belum bekerja
secara sempurna.Oleh karena itu, pada tahun pertama hidupnya, bayi sangat rentan
terkena risiko infeksi. Dua pertiga dari system kekebalan tubuh bayi ada di bagian
perutnya, sehingga sangatlah penting untuk memperhatikan apa yang ia makan dan
minum. Itulah sebabnya mengapa bayi yang baru lahir sangat membutuhkan Air Susu
Ibu (ASI), terutama selama 6 bulan pertama.Sebagai seorang Ayah, Anda tentunya
ingin merawat dan melindungi istri dan anak Anda.Dengan membantu istri dalam
menyusui bayi, Anda telah melakukan sesuatu yang terbaik dalam memulai
perlindungan terhadap anak Anda.Adalah keinginan setiap orang untuk mempunyai
anak yang sehat, pintar, kreatif, emosi yang stabil, lucu dan bahagia. Tidak ada yang
bisa menjamin bahwa anak Anda akan seperti ini, namun hasil penelitian telah
menunjukkan bahwa bayi yang mendapatkan ASI tumbuh lebih sehat, lebih pintar,
lebih kreatif, lebih stabil, lebih lucu dan lebih bahagia (Lim, 2007).
Pada tahun 2006 WHO mengeluarkan standar pertumbuhan anak yang kemudian
diterapkan di seluruh dunia. Isinya adalah menekankan pentingnya pemberian ASI
saja kepada bayi sejak lahir sampai usia 6 bulan. Setelah itu, barulah bayi mulai
diberikan makanan pendamping ASI sambil tetap menyusui bayinya hingga usia
mencapai 2 tahun. Di indonesia, anjuran ini dipertegas dengan peraturan pemerintah
Nomor 33 tahun 2012 tentang pemberian ASI Eksklusif. Peraturan ini menyatakan
kewajiban ibu untuk menyusui bayinya secara eksklusif sejak lahir sampai berusia 6
bulan, upaya pemerintah ini lantas mendapat sambutan positif dari dunia
internasional. Majalah Time Healthland dalam edisi parenting edisi Februari 2012
bahkan sampai memuat headline „What the Us Can learn form Indonesia about
Breastfeeding’. Tapi nyatanya, realisasi dari peraturan pemerintah tersebut masih
kurang ( WHO, 2006 ).
Dari berbagai sumber data yang ditemukan Mentri Kesehatan RI Nafsiah Mboi
dalam acara pembukaan pekan ASI sedunia 2012 di Balai Kartini jakarta rabu
19-9-2012, bahwa perkembangan cakupan pemberian ASI Eksklusif di indonesia masih
rendah dan menunjukan perkembengan yang sangat lambat. Data Susenas 2010
menunjukan bahwa baru 33,6% bayi kita mendapatkan ASI, tidak banyak perbedaan
dengan capaian dinegara lain di Asia Tenggara, pencapaian ini memang kurang dapat
dibanggakan. Sebagai perbandingan, cakupan ASI Eksklusif di india saja sudah
mencapai 46%, di Philippines 34%, di Vietnam 27%, dan Myanmar 24% (Harwono,
2012 ).
Di Indonesia, pada tahun 2007 angka kematian bayi adalah 35 per 1000 kelahiran
hidup. Karena itu, organisasi kesehatan dunia merekomendasikan semua bayi perlu
mendapatkan kolostrum (ASI hari pertama dan kedua) untuk melawan infeksi, dan
ASI eksklusif selama 6 bulan untuk menjamin kecukupan gizi bayi(Muryunani,
2012).
Berdasarkan data dan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 menunjukan,
pemberian ASI di Indonesia saat ini masih memprihatinkan. Persentase bayi yang
menyusu eksklusif sampai dengan 6 bulan hanya 15,3 persen. Hal ini disebabkan
kesadaran masyarakat dalam mendorong peningkatan pemberian ASI eksklusif masih
relatif rendah. Terutama ibu bekerja, sering mengabaikan pemberian ASI denngan
alasan kesibukan kerja.pada hal tidak ada yang bisa menandingi kualitas ASI, bahkan
xv
Berdasarkan data dari RISKESDAS (2013) dikatan bahwa di indonesia jumlah
bayi yang diberikan ASI eksklusif masih sangat memprihatinkan Khususnya di
provinsi Sumatera utara pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan masih
sangat rendah yaitu hanya 41,3 %, bila dibandingkan dengan NTB pemberian ASI
eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan sebanyak 79,7% bayi yang diberikan ASI
eksklusif. Persentase pemberian ASI eksklusif dalam 24 jam terakhir dan tanpa
riwayat diberikan makanan dan minuman selain ASI pada umur 6 bulan sebesar 30,2
persen. Inisiasi menyusu dini kurang dari satu jam setelah bayi lahir adalah 34,5
persen, tertinggi di Nusa Tenggara Barat, yaitu sebesar 52,9 persen dan terendah di
Papua Barat (21,7%)
Berdasarkan data survei awal yang didapat data jumlah KK 245 orang dan hanya
99 orang yang memiliki balita usia 0 – 6 bulan di Kecamatan Lima Puluh Kabupaten
Batu Bara Juni – Oktober 2014.
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah maka peneliti dapat membuat
suatu rumusan masalah: Faktor – faktor Apakah Yang Berhubungan Dengan Peran Serta Suami Dalam Mendukung Pemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batu Bara 2014.
1.3Tujuan Penelitian 1.3.1.Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan peran serta suami dalam
mendukung pemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batu
Bara 2014.
1.3.2.Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengaruh antara Tingkat Pengetahuan dengan peran serta
suami dalam pemberian ASI Eksklusif
2. Untuk mengetahui pengaruh antara Umur dengan peran serta suami dalam
pemberian ASI Eksklusif
3. Untuk mengetahui pengaruh antara Tingkat Pendidikan dengan peran serta
suami dalam pemberian ASI Eksklusif
4. Untuk mengetahui pengaruh antara Pekerjaan dengan peran serta suami dalam
pemberian ASI Eksklusif
5. Untuk mengetahui pengaruh antara Sikap dengan peran serta suami dalam
pemberian ASI Eksklusif
6. Untuk mengetahui pengaruh antara Tradisi dengan peran serta suami dalam
pemberian ASI Eksklusif
7. Untuk mengetahui pengaruh antara Penolong Persalinan dengan peran serta
suami dalam pemberian ASI Eksklusif
1.4Manfaat Penelitian 1.4.1. Bagi Kecamatan
Sebagai bahan masukan bagi camat untuk lebih mendukung program kesehatan
khususnya dalam hal peran serta suami dalam mendukung pemberian ASI Eksklusif
xvii 1.4.2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai masukan bagi pengembangan ilmu kesehatan masyarakat khusunya
tentang hubungan pengetahuan dan sikap suami mengenai ASI eksklusif dengan
penerapan breastfeeding fathersebagai masukan dalam menambah mata ajar yang
diberikan guna memperluas wawasan, khususnya pendidikan kesehatan.
1.4.3. Bagi penelitian Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar bagi penelitian berikutnya untuk
mengembangkan atau membandingkan pemberian ASI dengan dukungan suami dan
tanpa dukungan suami.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1Pengertian Air Susu Ibu ( ASI )
Air Susu Ibu (ASI) adalah hadiah terindah dari ibu kepada bayi yang disekresikan
oleh kedua belah kelenjar payudara ibu berupa makanan alamiah atau susu terbaik
bernutrisi dan berenergi tinggi yang mudah dicerna dan mengandung komposisi
nutrisi yang seimbang dan sempurna untuk tumbuh kembang bayi yang tersedia
setiap saat, siap disajikan dalam suhu kamar dan bebas dari kontaminasi. (Rizki,2013)
ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktose, dan garam organik
yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu, sebagai makanan utama bagi
bayi (Kristiyan,2011).
Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan pertama, utama, dan terbaik bagi bayi,
yang bersifat alamiah. ASI mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan dalam
proses pertumbuhan dan perkembangan bayi. (Dwi SP, 2012)
2.2Pengertian ASI Eksklusif
ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan tambahan lain pada umur 0-6
bulan. Menurut WHO ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja pada bayi sampai
usia 6 bulan tanpa cairan atau pun makanan lainnya (Muryani, 2012).
ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan tambahan lain pada pada
bayi berumur 0-6 bulan. Bayi tidak diberikan apa-apa, kecuali makanan yang
langsung diproduksi oleh ibu karena bayi memperoleh nutrisi terbaiknya melalui
xix
ASI eksklusif adalah bayi yang hanya diberi ASI saja selama 6 bulan, tampa
bahan cairan seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, dan air putih, serta tanpa
tambahan makanan padat seperti pisang, bubur susu, biscuit, bubur nasi, dan nasi tim.
(Kristiyanasari,2011).
Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) menyarankan supaya para Ibu menyusui
bayinya hanya dengan ASI selama 6 bulan penuh.Ini untuk menghindari alergi dan
menjamin kesehatan bayi yang optimal (Lim, 2007).
2.3Jenis – jenis ASI
Jika dilihat dari waktu produksinya, ASI dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu:
1. Kolostrom
Merupakan ASI yang dihasilkan pada hari pertama sampai hari ketiga setelah bayi
lahir.Kolostrum adalah susu pertama yang dihasilkan oleh payudara ibu berbentuk
cairan bewarna kekuningan atau sirup bening yang mengandung protein lebih
tinggi dan sedikit lemak daripada susu matang.
Kolostrum merupakan cairan yang agak kental bewarna kekuning-kuningan, lebih
kuning dibandingkan dengan ASI mature, bentuknya agak kasar karena
mengandung butiran lemak dan sel-sel epistel, dengan khasiat:
a. Sebagai pembersih selaput usus BBL sehingga saluran pencernaan siap untuk
menerima makanan.
b. Mengandung kadar protein yang tinggi terutama gama globulin sehingga dapat
memberikan perlindungan tubuh terhadap infeksi.
c. Mengandung zat antibody sehingga mampu melindungi tubuh bayi dari
berbagai penyakit infeksi untuk jangka waktu s/d 6 bulan
Jika di bandingkan dengan ASI mature, kolostrum memiliki kandungan zat-zat
sebagai berikut:
a. Klostrom mengandung zat anti infeksi 10-17 kali lebih banyak dibandingkan
ASI mature
b. Kolostrum lebih banyak mengandung antibodi ketimbang ASI mature yang
dapat memberikan perlindungan bagi bayi hingga usia 6 bulan pertama
c. Kolostrum mengandung lebih banyak immunoglobulin A (IgA), laktoferin dan
sel-sel darah putih, yang semuanya sangat penting untuk pertahan tubuh bayi.
d. Kolostrum dapat berfungsi sebagai pencahar yang ideal untuk membersihkan
zat yang tidak terpakai dari usus bayi bagi makanan yang akan datang.
e. Kolostrum lebih banyak mengandung protein dibandingkan ASI mature. Selain
itu, protein utama pada ASI mature adalah kasein, sedangkan protein utama
pada kolostrum adalah globulin sehingga dapat memberikan daya perlindungan
tubuh terhadap infeksi.
f. Kolostrum lebih banyak mengandung vitamin dan mineral dibandingkan ASI
mature.
2. Air Susu Masa Peralihan (Masa Transisi)
Merupakan ASI yang dihasilkan mulai hari keempat sampai hari kesepuluh.Pada
masa ini, susu transisi mengandung lemak dan kalori yang lebih tinggi dan
xxi 3. ASI Mature
ASI mature merupakan ASI yang dihasilkan mulai hari kesepuluh sampai
seterusnya. ASI mature merupakan nutrisi bayi yang terus berubah disesuaikan
dengan perkembangan bayi sampai usia 6 bulan. ASI ini bewarna putih
kebiru-biruan (seperti susu krim) dan mengandung lebih banyak kalori dari pada susu
kolostrum ataupun transisi.
(Wiji, 2013)
Berdasarkan waktu produksinya, ASI dibedakan menjadi 3, yaitu:
1. Kolostrum
Kolestrum diproduksi pada beberapa hari pertama setelah bayi
dilahirkan.Kolostrum mengandung banyak protein dan antibodi.Wujudnya
sangat kental dan jumlahnya sangat sedikit.Pada masa awal menyusui,
kolostrum yang keluar mungkin hanya sesendok teh.Meskipun sedikit,
kolostrum mampu melapisi usus bayi dan melindunginya dari bakteri, serta
sanggup mencukupi kebutuhan nutrisi bayi pada hari pertama kelahirannya.
Selanjutnya, secara berangsur-angsur, produksi kolostrum berkurang saat air
susu keluar pada hari ketiga sampai kelima.
Kolostrum adalah cairan pertama kali disekresikan oleh kelenjar mamae yang
mengandung tissue debris dan redual material, yang terdapat dalam alveoli
dan ductus dari kelenjar mamae sebelum dan sesudah melahirkan anak.
Kolostrum disekresikan oleh kelenjar mamae pada hari pertama hingga ketiga
atau keempat sejak masa laktasi
2. Foremilk
Air susu yang keluar pertama kali disebut susu awal (foremilk). Air susu ini
hanya mengandung sekitar 1-2% lemak dan terlihat encer, serta tersimpan
dalam saluran penyimpanan. Air susu tersebut sangat banyak membantu
menghilangkan rasa haus pada bayi.
3. Hindmilk
Hindmilk keluar setelah foremilk habis, yakni saat menyusui hamper selesai.
Hindnilk sangat kaya, kental, dan penuh lemak bervitamin, sebagai hidangan
utama setelah sup pembuka. Air susu ini memberikan sebagian besar energi
yang dibutuhkan oleh bayi.
(Dewi SP, 2012)
2.4Manfaat pemberian ASI 2.4.1.Untuk bayi
Penelitian telah menunjukan bahwa di daerah tropis seperti indonesia, Filipina,
India, dan lainnya, banyi yang disusui dengan ASI mempunyai kemungkinan untuk
hidup 6 kali lipat daripada bayi yang disuse dengan formula. Bayi yang disusui
dengan ASI menerima anti bodi dari air susu ibunya yang akan melindunginya dari
penyakit (Lim, 2007).
2.4.2.Untuk Ibu
Untuk ibu yang menyusui dengan ASI, biasanya lebih cepat untuk
mengembalikan postur tubuhnya seperti sebelum hamil.Jarang ada ibu-ibu yang
mengalami pendarahan pada masa setelah melahirkan.Biasanya kondisi dan vasilitas
xxiii
Oxytoksin, hormon yang bertanggung jawab dalam penyaluran air susu seorang
ibu, juga bertanggung jawab untuk kehangatan dan perasaan nikmat yang dirasakan
seseorang ketika dia dicintai atau sedang jatuh cinta. Kalau seorang ibu meneteki
banyinya akan memperkuat hubungan mereka. Efeknya juga akan mempengaruhi
hubungan suaminya.
Bila bayi diberi ASI eksklusif selama 6 bulan penuh, akan mengurangi
kemungkinan ibu untuk hamil lebih dini. Selain itu bisa mengurangi kemungkinan
kerapuhan pada tulang ibu.Anjurkan istri anda untuk menghindari osteoporosis
(tulang rapuh) dihari tuanya.Ibu yang menyusui bayinya juga mengurangi
kemungkinan kanker rahim dan kanker payudara.
Ibu-ibu akan meras puasdan percaya diri karena tahu bahwa mereka adalah
sumber dari susu yang telah memberikan kesehatan dan kehidupan untuk
banyinya(Lim, 2007).
2.4.3.Untuk Ayah
Robin Lim (2007) mengatakan kaum laki-laki yang mendukung istrinya untuk
menyusui dengan ASI tidak perlu membeli susu formula, berarti penghematan besar
bagi ekonomi rumah tangga (Lim, 2007)
2.5Keunggulan ASI Terhadap susu lainnya
Menurut Robin Lim (2007) dalam bukunya yang berjudul ASI eksklusif dong
bahwa ASI sangat bersih dan tidak terkontaminasi oleh bakeri, sedangkan susu
formula harus dicampur dengan air, yang beresiko terkontaminasi. (Lim, 2007).
2.6Faktor-faktor yang berhubungan dengan peran serta suami dalam mendukung pemberian ASI eksklusif.
Menurut Paramitha (2007), dukungan suami sangat diperlukan agar pemberian
ASI eksklusif bisa tercapai. Oleh karena itu, ayah sebaiknya jadi salah satu kelompok
sasaran dalam kampanye pemberian ASI (Paramitha, 2007).
Menurut teori Caplan ( 1970 ) dalam Friedman ( 1998 ), dukungan suami terbagi
atas empat ( 4 ) yaitu :
a. Dukungan Informasional
Bentuk dukungan ini melibatkan pemberian informasi saran atau umpan balik
tentang situasi dan kondisi individu. Jenis informasi seperti ini dapat menolong
individu untuk mengenali dan mengatasi masalah dengan lebih mudah. Misalnya
suami memberikan informasi pentingny pemberian asi eksklusif kepada banyinya,
suami perlu memberikan informasi bahwa prose menyusui tidak menyebabkan
payudara ibu kendur.
b. Dukungan Penilaian
Dukungan penilaian ini adalah jenis dukungan dimana suami sebagai
pembimbing dan bimbingan umpan balik, memecahkan masalah dan sebagai
sumber validator identitas anggota dalam keluarga. Menurut ( House dalam
setiadi, 2008 ) menyatakan bahwa dukungan penilaian merupakan bentuk
penghargaan yang diberikan seseorang kepada orang lain sesuai dengan
kondisinya. Bantuan penilaian dapat berupa penghargaan atas pencapaian kondisi
keluarga berdasarkan keadaan yang nyata. Bantuan penilaian ini dapat berupa
xxv
seseorang. Misalnya : suami mengingatkan istri untuk memberikan asi eksklusif
kepada bayinya sesuai jadwal, suami menegur apabila istri memberikan makanan
atau minuman lain selain ASI.
c. Dukungan instrumental
Bentuk dukungan ini merupakan penyediaan materi yang dapat memberikan
pertolongan langsung seperti peminjaman uang, pemberian barang, makanan serta
pelayanan. Bentuk dukungan ini dapat mengurangi stress karena individu dapat
langsung memecahkan masalahnya yang berhubungan dengan materi. Dukungan
instrumental sangat diperlukan terutama dalam mengatasi masalah dengan lebih
mudah. Misalnya : suami menyediakan makanan atau minuman untuk menunjang
kebutuhan nutrisi ibu selama menyusui, menyiapkan untuk memerikasakan istri
apabila sakit selama menyusui bayi.
d. Dukungan Emosional
Bentuk dukungan ini membuat individu memiliki perasaan nyaman, yakin,
diperdulikan dan dicintai oleh sumber dukungan sosial sehingga individu dapat
menghadapi masalah dengan lebih baik. Dukungan ini sangat penting dalam
menghadapi keadaan yang dianggap tidak dapat dikontrol. Misalnya : suami
memberikan pujian kepada istri setelah menyusui.
2.6.1.Faktor Internal
1.Tingkat Pengetahuan suami terhadap pemberian ASI eksklusif
Menurut Notoadmojo ( 2012 ) pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi
setelah orang melakuan penginderaan terhadap objek tertentu. Semakin luas
pengetahuan seseorang semakin mudah orang dapat meneriam perubahan dalam
tindakannya.
Pengetahuan suami tentang ASI akan berpengaruh terhadap praktek pemberian
ASI terhaap bayinya. Bila suami tentang pengetahuan kurang, maka suami akan
menganggap bahwa pemberian ASI itu tidak penting, sehingga suami tidak ada
kemauan untuk memberikan dukungan kepada istrinya untuk memberikan ASI
eksklusif.
Proses memberikan dukungan suami sebagai breastfeeding father ini sangat
terkait dengan tingkat pengetahuan suami yang dapat menentukan keberhasilan
pemberian ASI eksklusif. Sebagai pendukung dalam pemberian ASI, pemahaman
suami yang baik akan menambah kesadaran dan empati, meskipun sang suami tidak
akan pernah betul-betul merasakan apa yang dirasakan ibu. Sikap suami sebagai
breastfeeding father sebaiknya didasari dengan pengetahuan seorang suami dalam
menjalankankan perannya ( Rosita, 2008 ).
Pengetahuan suami tentang pemberian ASI biasanya diperoleh dari pengalaman
yang berasal dari berbagai macam sumber, seperti media massa, elektronik, buku
petunjuk, petugas kesehatan maupun teman dan saudar dekat. Pengetahuan ini dapat
memperjuangkan, membentuk keyakinan tertentu sehingga seseorang berperilaku
sesuai dengan keyakinan tersebut.
2.Umur
Menurut santoso umur adalah lama waktu hidup seseorang atau ada sejak
dilahirkan. Sedangkan menurut prawihardjo ( 2007 ) umur adalah lamanya seseorang
xxvii 3.Pekerjaan
Menurut artikel budi santoso ( 2012 ) pekerjaan adalah sekumpulan kedudukan
atau posisi yang dimiliki perasmaan kewajiban dan tugas-tugas pokoknya. Sedangkan
menurut luci huki ( 2013 ) sesuatu yang dikerjakan manusia untuk tujuan tertentu
yang dilakukan dengan cara yang baik dan benar. Manusia perlu bekerja untuk
mempertahankan hidupnya. Dengan bekerja seseorang mendapatkan uang. Uang
diperoleh dari hasil bekerja, uang tersebut harus memenuhi kebutuhan hidup. Oleh
sebab itu uang harus berasal dari hasil bekerja yang halal. Bekerja yang halal adalh
bekerja dengan cara-cara baik dan benar
4.Tingkat Pendidikan
Pendidikan adalah suatu proses untuk mengembangkan semua sapek kepriibadian
manusia yang meliputi: pengetahuan, nilai, sikap dan keterampilan. Pendidikan akan
membuat seseorang terdorong untuk ingin tahu, untuk mencari pengalaman dan untuk
mengorganisasikan pengalaman sehingga informasi yang diterima akan menjadi
pengetahuan. Pengetahuan yang dimiliki akan membentuk suatu keyakinan untuk
melakukan perilaku tertentu.
Suami atau anggota keluarga yang memiliki pendidikan rendah dan pengetahuan
yang terbatas akan mempengaruhi kurang keberhasilannya proses pemberian ASI
eksklusif. Kesadaran yang rendah bagi ibu untuk memberikan ASI kepada bayinya,
dipengaruhi oleh faktor sosial budaya, kurangnya pengetahuan tentang manfaat ASI
bagi bayi maupun bagi ibu serta sarana kesehatan yang belum sepenuhnya
mendukung atau berpengaruh terhadap proses pemberian ASI.
Sedangkan suami yang memiliki pendidikan tinggi, pengetahuan yang cukup
tentang ASI, dan sikap positif mengenai ASI eksklusif akan berpengaruh terhadap
kelancaran produksi ASI, hal ini dikarenakan adanya kesadaran dan keingintahuan
suami mengenai pentingnya pemberian ASI yang akan bermanfaat tidak saja untuk
bayi tetapi untuk ibunya.
5.Sikap
Sikap dikatakan sebagai suartu respon evaluator, respon akan timbul apabila
individu dihadapkan pada suatu stimulus yang mengkehendaki adanya reaksi
individual. Respon evalatif berarti bahwa reaksi yang dinyatakan sebagai sikap itu
timbulnya didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu yang memberikan
kesimpulan terhadap stimulus dalam bentuk baik-buruk, positif-negatif,
menyenangkan-tidak menyenangkan.
Sikap suami yang positif terhadap kehidupan pernikahannya dan kerterlibat suami
dlam pembuatan keputusan mengenai cara pemberian makan bayi saat ini, adalah dua
faktor yang mempengaruhi praktek pemberian ASI eksklusif ( februari, 2008 )
2.6.2.Faktor Eksternal 1.Tradisi/budaya
Menurut judarwono (2006) sosial budaya yang mendukung dalam pemberian
ASI adalah sebagai berikut:
a.Kebiasaan minum jamu merupakan keyakinan ingin sehat, keyakinan ini
hendaknya didorong dengan lebih memotivasi pentingnya makanan bergizi dan
seimbang bagi ibu hamil dan menyusui, pentingnya memelihara payudar ibu
xxix
b.Kabiasaan untuk tidak memisahkan bayi dari ibunya, mendekatkan hubungan
batin antara ibu dan bayi. Disamping itu juga merangsang keluarnya ASI
sesegera mungkin pada waktu bayi membutuhkan.
Sedangkan sosialbudaya yang tidak mendukung dalam pemberian ASI Asi
eksklusif adalah:
a.Kebiasaan membuang kolostrum dianggap kotor disebabkan karena warnanya
kekunimgan
b.Memberikan Asi diselingi atau tambah minuman atau makanan lain pada waktu
bayi berusia beberapa hari. Cara ini tidak tepat karena pemberian
makanan/minuman terlebih dahulu. Yang lebih penting juga dpat
mengakibatkankan penyakit diare ataupun pnyakit infeksi lainya. Kebiasaan
memberi susu sapi/formula sebagai pengganti ASI apabila bayi ditingkalkan
ibunya atau bayi rewel
c.Kebiasaan memberiakan susu formula denga menggunakan botol susu agar
tidak merepotkan ibu
d.Kebiasaan memberikan makanan padat/sereal pada bayi sebelum 6 bulan agar
bayi cepat kenyang dan tidak rewel
e.Meninggalkan bayi untuk bekerja sehingga memberika susu botol pengganti
ASI
2.Penolong Persalinan
Menurut hayes dan hesling dalam bukunya soethiningsih (1997) sebelum mulai
memdidik ibu-ibu para petugas kesehatan harus yakin bahwa nasehatnya berdasarkan
pengetahuan yang cukup. Oleh karena itu perlu diketahui seberapa jauhkah
pengetahuan petugas kesehatan, apakah mereka sudah siap untuk membina ibu-ibu
menyusui. Karena pada umumnya para ibu mu patuh dan menuruti nasehat yang
diberikan oleh petugas kesehatan ( ahli kebidanan, dokter anak, dan bidan ). Bila
petuga kesehatan berpengetahuan cukup mengenai menyusui secara eksklusif.
2.7 Kerangka Konsep Penelitian
Variabel Bebas Variabel Terikat
Faktor Internal
-Pengetahuan
-Umur
-Pendidikan
-Pekerjaan
-Sikap Peran serta suami dalam
mendukung pemberian ASI eksklusif
Faktor Eksternal
- Tradisi/kebiasaan
xxxi 2.8 Hipotesis
1. Ada hubungan antar tingkat pengetahuan suami dengan peran serta suami dlam
mendukung pemberian ASI eksklusif
2. Ada hubungan antara umur suami dengan peran serta suami dengan mendukung
pemberian ASI eksklusif
3. Ada hubungan antara tingkat pendidikan suami dengan peran serta suami dengan
mendukung pemberian ASI eksklusif
4. Ada hubungan antara pekerjaan suami dengan peran serta suami dengan
mendukung pemberian ASI eksklusif
5. Ada hubungan antara sikap suami dengan peran serta suami dengan mendukung
pemberian ASI eksklusif
6. Ada hubungan antara tradisi/kebudayaan suami dengan peran serta suami dengan
mendukung pemberian ASI eksklusif
7. Ada hubungan antara penolong persalinan ibu dengan peran serta suami dengan
mendukung pemberian ASI eksklusif
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini bersifat deskriptif-analitik crossectional dimana pengukuran
atau pengamatan terhadap subjek penelitian dilakukan dengan cara sekali pengamatan
(Notoatmodjo, 2010).
3.2Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Lima Puluh, Kabupaten Batu
Bara adapun alasan pemilihan lokasi ini karena karena termasuk rendahnya peran
serta suami dalam pemberian ASI eksklusif di Kecamatan Lima Puluh Kabupaten
Batu Bara dalam hal ini pengambilan lokasi penelitian yang mengetahui faktor-faktor
yang berhubungan dengan peran serta suami dalam mendukung pemberian ASI
eksklusif.
3.2.2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilakukan dari bulan Juni – Oktober 2014
3.3Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua suami yang mempunyai bayi usia
0 – 6 bulan,sebayak 90 orang suami di Kecamatan Lima Puluh, Kabupaten Batu Bara
3.3.2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini menggunakan total populasi dengan jumlah 90
xxxiii 3.4Metode Pengumpulan Data
3.4.1Data Primer
Data primer diperoleh dengan metode wawancara kepada para suami yang
berperan serta dalam pemberian ASI eksklusif di Kecamatan Lima Puluh Kabupaten
Batu Bara tahun 2014.
3.4.2Data Sekunder
Data sekunder diperoleh melalui kepala camat Kecamatan Lima Puluh
Kabupaten Batu Bara berupa data nama – nama penduduk yang berada di Kecamatan
Lima Puluh Kabupaten Batu Bara.
3.5 Defenisi Opersional 3.5.1. Variabel Terikat
Peran serta suami dalam mendukung pemberian ASI Eksklusif adalah sesuatu
yang diberikan suami kepada ibu post partum maupun ibu sedang menyusui sampai
usia < 6 bulan tanpa makanan tambahan. Bentuk dukungan suami mencakup : sebagai
tim penyemangat, membantu mengatasi masalah dalam pemberian ASI, ikut merawat
bayi, mendampingi ibu menyusui walaupun tengah malam, melayani ibu menyusui,
menyediakan anggaran ekstra, dan menjaga romantisme.
3.5.2. Variabel Bebas
1. Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadp objek tetentu. Semakin luas pengetahuan seseorang
semakin mudah orang dapat menerima pengetahuan dalam tindakannya
2. Tingkat Pendidikan adalah suatu proses untuk mengembangkan semua
sapekkepriibadian manusia yang meliputi: pengetahuan, nilai, sikap dan
keterampilan. Pendidikan akan membuat seseorang terdorong untuk ingin tahu,
untuk mencari pengalaman dan untuk mengorganisasikan pengalaman
sehingga informasi yang diterima akan menjadi pengetahuan. Pengetahuan
yang dimiliki akan membentuk suatu keyakinan untuk melakukan perilaku
tertentu.
3. Sikap dikatakan sebagai suartu respon evaluator, respon akan timbul apabila
individu dihadapkan pada suatu stimulus yang mengkehendaki adanya reaksi
individual. Respon evalatif berarti bahwa reaksi yang dinyatakan sebagai sikap
itu timbulnya didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu yang
memberikan kesimpulan terhadap stimulus dalam bentuk baik-buruk,
positif-negatif, menyenangkan-tidak menyenangkan.
4. umur adalah lamanya seseorang hidup mulai sejak dilahirkan sampai ulang
tahun yang terakhir.
5. Pekerjaan adalah kegiatan atau aktifitas utama responden setiap harinya yang
bekerja menghasilkan uang atau tidak
6. Tradisi/kebudayaan adalah kebiasaan dlam memberikan makanan/minuman
kepada bayi seperti: madu, air putih, air teh, pisang, dan bubur
7. Penolong Persalinan adalah tenaga kesehatan (bidan, dokter umum, dokter dan
spesialis kandungan) yang menolong seorang ibu dalam prose melahirkan yang
menganjurkan ibu untuk memberikan atau tidak memberi ASI eksklusif kepada
xxxv 3.6Aspek Pengukuran
3.6.1Variabel Terikat
1.Peran serta suami dalam mendukung pemberian ASI Eksklusif diukur
berdasarkan atas beberapa indikator yaitu dukungan informasi, dukungan
penilaian, dukungan biaya, dan dukungan emosional. Kuesioner tentang peran
serta suami dalam mendukung pemberian ASI eksklusif berjumlah 30
pertanyaan dan diberi skor 4 jika selalu, 3 sering, 2 jarang, dan 1 tidak pernah,
yang bersifat tertutup diaman terdiri dari 16 pertanyaan mendukung dan 14
pertanyaan tidak mendukung.
a.Adapun skoring untuk pertanyaan mendukung/dukungan baik
(1,3,5,7,9,11,13,15,16,16,20,22,23,25,27,29) adalah sebagai berikut:
1 = Tidak pernah
2 = Jarang
3 = Sering
4 = Selalu
b. Adapun skoring pertanyaan tidak mendukung/dukungan kurang baik
(2,4,6,8,10,12,14,17,19,21,24,26,28,30) adalah sebagai berikut:
1 = Selalu
2 = Serimg
3 = Jarang
4 = Tidak pernah
Total skoring tertinggi adalah 120 dan terendah adalah 30. Berdasarkan kriteria
tersebut diatas maka dapat dikategorikan sebagai berikut:
0 = Kurang, Bila total skor responden 30-60
1 = Cukup, Bila total skor responden 61-90
2 = Baik, Bila total skor responden 91-120
3.6.2 Variabel Bebas 1. Tingkat Pengetahuan
Diukur dengan memberikan kuesioner kepad suami dengan 15 pertanyaan dan
diberi: skor 2 untuk menjawab benar, 1 untuk jawaban hampir benar dan skor 0
untuk jawaban tidak tahu. Total skor tertinggi adalah 30 dan total terendah
adalah 0. Berdasarkan kriteria diatas maka dapat dikategorikan tingkat
pengetahuan responden dengan kriteria sebagai berikut:
0 = Kurang, bila total skor responden 0-10
1= Cukup, bila total skor responden 11-20
2 = Baik, bila total skor responden 21-30
Skala Ukur: Ordinal 2. Tingkat Pendidikan
0 = Rendah, bila ayah tidak sekolah/tamat SD
1 = Sedang,bila ayah tamat SLTP/SLTA
2 = Tinggi, bila ayah tamat dari diploma/perguruan tinggi
xxxvii 3. Sikap
Pengukuran sikap dengan mengajuukan 15 pertanyaan kepada responden dalm
kuesioner, dan skor tertinggi adalah 75 dan skor terendah adalah 15
a. Adapun skoring untuk pertnyataan positif (1,2,4,8,9,10,14) adalah sebagai
berikut:
- Nilai 5 : Jika Responden menjawab Sangat Setuju
- Nilai 4 : Jika Responden menjawab Setuju
- Nilai 3 : Jika Responden menjawab Ragu-ragu
- Nilai 2 : Jika Responden menjawab Tidak Setuju
- Nilai 1 : Jika Responden menjawab Sangat Tidak Setuju
b. Adapun skoring untuk pernyataan Negatif (3,5,6,7,11,12,13,15) adalah
sebagai berikut:
- Nilai 5 : Jika Responden menjawab Sangat Setuju
- Nilai 4 : Jika Responden menjawab Setuju
- Nilai 3 : Jika Responden menjawab Ragu-ragu
- Nilai 2 : Jika Responden menjawab Tidak Setuju
- Nilai 1 : Jika Responden menjawab Sangat Tidak Setuju
Berdasarkan total skor jawaban diatas maka sikap dapat dikategorikan sebagai
berikut:
0 = Kurang baik, Jika total skor responden 0-30
1 = Cukup baik, Jika total skor responden 31-55
2 = Baik, Jika total skor responden 55-75
Skala Ukur: Ordinal
4. Umur
0 = < 20 Tahun
1 = 20-35 Tahun
2 = > 35 Tahun
Skala Ukur: Ordinal 5. Pekerjaan
Pekerjaan suami dapat diukur melalui kegiatan atau aktifitas utama responden
setiap harinya yang bekerja menghasilkan gaji atau tidak. Selanjutnya dari
hasil pengukuran pekerjaan dikategorikan menjadi 2 yaitu:
0 = Tidak bekerja
1 = Bekerja
Skala Ukur: Ordinal 6. Tradisi/kebudayaan
Dapat diukur dengan memberikan pertanyaan dan alasan dari jawaban, yaitu
ada atau tidak ada kebiasaan yang dimiliki responden tentang pemberian
makanan/minuman pada bayi.
0 = Tidak ada
1 = Ada
Skala Ukur: Nominal 7. Penolong Persalinan
Dapat dikur berdasarkan apakah penolong persalinan menganjurkan kepada
responden agar ibu memberikan ASI eksklusif pada bayinya.
xxxix 1 = Ya, Penolong Persalinan menganjurkan
Skala Ukur: Ordinal
3.7Metode Pengolahan Data
Data yang telah terkumpul diolah dengan menggunakan perangkat lunak
komputer. Data yang telah terkumpul, diolah dab didistribusikan melalui proses
editing, coding dan tabulating. (Hidayat, 2010)
1. Editing adalah proses pengeditan dengan melakukan pemeriksaan kelengkapan
data yang telah terkumpul. Bila terdapat kesalahan atau kekurangan dalam
pengumpulan data akan diperbaiki dengan memeriksanya dana dilakukan
pendataan ulang.
2. Coding adalah pengolahan data dengan cara memberi kode-kode pada setiap
jawaban dari responden.
3. Tabulating adalah proses pemasukan data atau menyusun data kedalam
bentuk-bentuk tabel data yang telah terkumpul diolah menggunakan komputer dan akan
disajikan kembali dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan dalam bentuk
Narasi.
3.8Teknik Analisa Data
Analisis data dilakukan melalui dua tahap yaitu:
1. Analisis Univariat
Untuk menggambarkan (mendeproposalkan) masing-masing variabel terikat dan
variabel bebas dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi.
2. Analisis Bivariat
Untuk melihat hubungan masing-masing variabel terikat dengan variabel bebas,
menggunakan uji chi square dengan tingkat kemaknaan (level of significance)
(α) = 0,05.
Dengan kriteria:
1. Ho ditolak jika p < α (0,05) maka terdapat hubungan antara variabel terikat
dengan variabel bebas.
2. Terima Ho jika p > α (0,05) maka tidak terdapat hubungan antara variable terikat
xli BAB IV
HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Kecamatan Lima Puluh 4.1.1Geografi
Kecamatan Lima Puluh merupakan salah satu dari 7 kecamatan yang terletak di
Kabupaten Batu Bara Provinsi Sumatera Utara.Luas wilayah Kecamatan Lima Puluh
adalah 239.55 Km2 (23955 Ha).Kecamatan Lima Puluh terdiri dari 34 desa dan 1
kelurahan serta 171 dusun dan 6 lingkungan.
4.1.2 Batas Wilayah
Adapun batas wilayah Kecamatan Lima Puluh adalah:
Sebelah Utara : Kecamatan Air Putih dan Sei Suka
Sebelah Selatan : Kecamatan Talawi dan Kabupaten Simalungun
Sebelah Timur : Kabupaten Simalungun
Sebelah Barat : Kecamatan Talawi dan Selat Malaka
4.1.3Fasilitas Kesehatan
Statistik Fasilitas kesehatan kecamatan Lima Puluh terdiri dari
Rumah Sakit : 1
Puskesmas : 3
Puskesmas Pembantu : 17
POSKESDES/POLINDES : 12
Posyandu : 116
Klinik/Balai Kesehatan : 8
4.1.4Gambaran Kesehatan
Gambaran kesehatan di kecamatan Lima Puluh Kota adlah sebagai berikut:
Jumlah KK : 1. 059
Tabel 4.1 Distribusi Penduduk Menurut Desa/Kelurahan di Kecamatan Lima Puluh Tahun 2013
Desa/Kelurahan Penduduk
Laki-Laki Perempuan Jumlah
Mangkai Baru 1.858 1.968 3.826
Perkebunan Lima Puluh 1.071 1.100 2.171
Sumber Makmur 990 944 1.934
Perkebunan Tanah Gambus 1.965 1.908 3.873
Perkebunan Tanah Itam Ulu 679 692 1.371
Lubuk Besar 1.433 1.453 2.886
Pulau Sejuk 1.809 1.722 3.531
Air Hitam 1.439 1.438 2.877
Guntung 1.252 1.253 2.505
Pematang Panjang 1.479 1.553 3.032
Bulan Bulan 2.087 2.199 4.286
xliii
Tabel 4.2 Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kecamatan Lima Puluh Tahun 2013
Kelompok Umur Laki-Laki Perempuan
0 – 4 5.214 5.039
Sumber: BPS Kab. Batu Bara; Kecamatan Lima Puluh Dalam Angka 2014
4.2 Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk memperoleh gambaran masing-masing
variabel bebas dan variabel terikat yang dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.3 Distribusi Responden Menurut Pengetahuan di Kecamatan Lima Puluh Tahun 2013
sedangkan responden dengan pengetahuan kurang baik yaitu 25 orang (27,8%).
Tabel 4.4 Distribusi Responden Menurut Umur di Kecamatan Lima Puluh Tahun 2013
Umur n %
< 20 Tahun 0 0,0
20 – 35 Tahun 68 75,6
> 35 Tahun 22 24,4
Jumlah 90 100,0
Dari Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa umur responden terbanyak berada pada
kategori umur 20 – 35 tahun yaitu 68 orang (75,6%) dan tidak ada responden yang
berada pada kategori umur < 20 tahun (0,0%), sedangkan responden yang berada
pada kategori umur > 35 tahun yaitu 22 orang (24,4%).
Tabel 4.5 Distribusi Responden Menurut Pendidikan di Kecamatan Lima Puluh Tahun 2013
Pendidikan n %
Rendah 15 16,7
Sedang 63 70,0
Tinggi 12 13,3
Jumlah 90 100,0
Dari Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa pendidikan responden terbanyak adalah
sedang (tamat SLTP/SMA) yaitu 63 orang (70,0%) dan yang paling sedikit adalah
tinggi (tamat perguruan tinggi) yaitu 12 orang (13,3%) sedangkan responden dengan
pendidikan rendah yaitu 15 orang (16,7%).
Tabel 4.6 Distribusi Responden Menurut Pekerjaan di Kecamatan Lima Puluh Tahun 2013
Pekerjaan n %
Tidak Bekerja 1 1,1
Bekerja 89 98,9
Jumlah 90 100,0
Dari tabel 4.6 diatas dapat dilihat bahwa responden lebih banyak yang bekerja
xlv
Tabel 4.7 Distribusi Responden Menurut Sikap di Kecamatan Lima Puluh Tahun 2013
Sikap n %
Kurang Baik 41 45,6
Cukup Baik 34 37,8
Baik 15 16,7
Jumlah 90 100,0
Dari Tabel 4.7 dapat dilihat bahwa sikap responden terbanyak adalah kurang
baik yaitu 41 orang (45,6%) dan yang paling sedikit adalah baik yaitu 15 orang
(16,7%) sedangkan responden dengan sikap cukup baik yaitu 34 orang (37,8%).
Tabel 4.8 Distribusi Responden Menurut Tradisi di Kecamatan Lima Puluh Tahun 2013
Tradisi n %
Tidak Ada 29 32,2
Ada 61 67,8
Jumlah 90 100,0
Dari Tabel 4.8 dapat dilihat bahwa responden yang memiliki tradisi
memberikan makanan/minuman selain ASI sebelum bayi berumur 6 adalah sebanyak
61 orang (67,8%) dan yang tidak memiliki tradisi yaitu 29 orang (32,2%).
Tabel 4.9 Distribusi Responden Menurut Penolong Persalinan di Kecamatan Lima Puluh Tahun 2013
Penolong Persalinan n %
Tidak Menganjurkan 23 25,6
Menganjurkan 67 74,4
Jumlah 90 100,0
Dari Tabel 4.9 dapat dilihat bahwa responden yang menerima anjuran penolong
persalinan untuk mendukung ibu memberikan ASI eksklusif adalah sebanyak 67
orang (74,4%) dan yang tidak menganjurkan yaitu 23 orang (25,6%).
Tabel 4.10 Distribusi Responden Menurut Peran Serta Suami di Kecamatan
Dari Tabel 4.10 dapat dilihat bahwa peran serta responden dalam mendukung
pemberian ASI eksklusif terbanyak adalah kurang baik yaitu 48 orang (53,3%) dan
yang paling sedikit adalah baik yaitu 20 orang (22,2%) sedangkan responden dengan
peran serta cukup baik yaitu 22 orang (24,4%).
4.3 Analisis Bivariat
4.3.1Pengaruh Pengetahuan Suami terhadap Peran Serta Suami
Pengaruh pengetahuan suami terhadap peran serta suami dalam mendukung ibu
untuk memberikan ASI eksklusif dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.11 Pengaruh Pengetahuan terhadap Peran Serta Suami dalam Mendukung Pemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Lima Puluh Tahun 2014
Dari Tabel 4.11 diatas menunjukan hasil analisis pengaruh pengetahuan
terhadap peran serta suami pada kelompok kurang baik ditemukan sebanyak 18 orang
(72,0%) yang memiliki peran serta kurang baik dan pada kelompok cukup baik
xlvii
sebanyak 11 orang (45,8%) memiliki peran serta kurang baik pada kelompok
pengetahuan baik.
Hasil uji statistik dengan chi-square menunjukkan nilai p = 0,018 < α = 0,05
yang artinya ada pengaruh pengetahuan terhadap peran serta suami dalam
mendukung pemberian ASI eksklusif pada bayi.
4.3.2Pengaruh Umur Suami terhadap Peran Serta Suami
Pengaruh umur suami terhadap peran serta suami dalam mendukung ibu untuk
memberikan ASI eksklusif dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.12 Pengaruh Umur Suami terhadap Peran Serta Suami dalam Mendukung Pemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Lima Puluh Tahun 2013
terhadap peran serta suami pada kelompok umur 20 – 35 tahun ditemukan sebanyak
36 orang (52,9%) yang memiliki peran serta kurang baik dan pada kelompok umur
> 35 tahun 12 orang (54,5%) diantaranya memiliki peran serta kurang baik.
Hasil uji statistik dengan chi-square menunjukkan nilai p = 0,977 > α = 0,05
yang artinya tidak ada pengaruh umur terhadap peran serta suami dalam mendukung
pemberian ASI eksklusif pada bayi
4.3.3 Pengaruh Pendidikan Suami terhadap Peran Serta Suami
Pengaruh pendidikan suami terhadap peran serta suami dalam mendukung ibu
untuk memberikan ASI eksklusif dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.13 Pengaruh Pendidikan Suami terhadap Peran Serta Suami dalam Mendukung Pemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Lima Puluh Tahun 2013
(66,7%) yang memiliki peran serta kurang baik dan pada kelompok sedang 31 orang
(49,2%) diantaranya memiliki peran serta kurang baik dan ditemukan sebanyak 7
orang (58,3%) memiliki peran serta kurang baik pada kelompok pendidikan tinggi.
Hasil uji statistik dengan chi-square menunjukkan nilai p = 0,331 > α = 0,05
yang artinya tidak ada pengaruh pendidikan terhadap peran serta suami dalam
mendukung pemberian ASI eksklusif pada bayi.
4.3.4Pengaruh Pekerjaan terhadap Peran Serta Suami
Pengaruh pekerjaan suami terhadap peran serta suami dalam mendukung ibu
untuk memberikan ASI eksklusif dapat dilihat pada tabel berikut ini:
xlix
Dari Tabel 4.14 di atas menunjukan hasil analisis pengaruh pekerjaan suami
terhadap peran serta suami pada kelompok bekerja ditemukan sebanyak 47 orang
(52,8%) yang memiliki peran serta kurang baik dan pada kelompok tidak bekerja
1 orang (100,0%) diantaranya memiliki peran serta kurang baik.
Hasil uji statistik dengan chi-square menunjukkan nilai p = 0,642 > α = 0,05
yang artinya tidak ada pengaruh pekerjaan terhadap peran serta suami dalam
mendukung pemberian ASI eksklusif pada bayi.
4.3.5Pengaruh Sikap terhadap Peran Serta Suami
Pengaruh sikap suami terhadap peran serta suami dalam mendukung ibu untuk
memberikan ASI eksklusif dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.15 Pengaruh Sikap Suami terhadap Peran Serta Suami dalam Mendukung Pemberian ASI Eksklusif di Kecamatan Lima Puluh Tahun 2013
Sikap
Peran Serta Suami
Jumlah χ²
p
Kurang Baik Cukup Baik Baik
n % n % n % n %
Kurang Baik 27 65,9 10 24,4 4 9,8 41 100,0
10,524 0,032
Cukup Baik 15 44,1 10 29,4 9 26,5 34 100,0
Baik 6 40,0 2 13,3 7 46,7 15 100,0
Dari Tabel 4.15 di atas menunjukan hasil analisis pengaruh sikap terhadap
peran serta suami pada kelompok kurang baik ditemukan sebanyak 27 orang (65,9%)
yang memiliki peran serta kurang baik dan pada kelompok cukup baik 15 orang
(44,1%) diantaranya memiliki peran serta kurang baik dan ditemukan sebanyak
6 orang (58,3%) memiliki peran serta kurang baik pada kelompok sikap baik.