EFEKTIVITAS PELAYANAN PASIEN
PENGGUNA KARTU ASKES (ASURANSI KESEHATAN)
DI PUSKESMAS PADANG BULAN MEDAN
SKRIPSI
Dahnia Wulan Sari
040902009
Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana S-1
DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
HALAMAN PERSETUJUAN
SKRIPSI INI DISETUJUI UNTUK DIPERTAHANKAN OLEH :
Nama : Dahnia Wulan Sari
NIM : 040902009
Departemen : Ilmu Kesejahteraan Sosial
Judul : Efektivitas Pelayanan Pasien Pengguna Kartu Askes
(Asuransi Kesehatan) di Puskesmas Padang Bulan
Medan
Medan, 24 Februari 2008
PEMBIMBING
(Drs. Edward, M.Sp) NIP : 131 459 297
KETUA DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL
(Drs. Matias Siagian, M.Si) NIP : 132 054 339
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
HALAMAN PENGESAHAN
SKRIPSI INI TELAH DIPERTAHANKAN DIDEPAN PANITIA PENGUJI
SKRIPSI DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL
PADA
HARI : RABU
TANGGAL : 19 MARET 2008
PUKUL : 12.00 s/d 01.00 WIB
TIM PENGUJI
Ketua Penguji : Drs. Bengkel Ginting, M.Si ( )
Penguji I : Drs. Matias Siagian, M.Si ( )
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobil’alamin penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, serta
salawat dan salam kepada Nabi Besar Muhammad SAW, berkat petunjuk dan
ridho-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Efektifitas
Pelayanan Pasien Pengguna Kartu Askes di Puskesmas Padang Bulan”.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, baik
dalam penulisan maupun materi yang disajikan. Hal ini dikarenakan keterbatasan
yang dimiliki penulis. Namun demikian penulis telah mencoba berusaha
semaksimal mungkin agar skripsi ini dapat disajikan dengan baik. Untuk itu
dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritikan yang
sifatnya membangun, guna menyempurnakana skripsi ini.
Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini dapat terselesaikan tidak terlepas
dari bantuan dan perhatian dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan
ini penulis mengucapkan terimakasih yang setulus-tulusnya kepada :
1. Bapak Prof.Dr.M.Arif Nasution, M.A selaku Dekan FISIP USU.
2. Bapak Drs. Matias Siagian, M.Si selaku Ketua Departemen Ilmu
Kesejahteraan Sosial FISIP USU.
3. Bapak Drs. Sudirman, M.Sp selaku Sekretaris Departemen Ilmu
Kesejahteraan Sosial FISIP USU.
4. Bapak Drs. Edward, M.Sp selaku Dosen Wali, Supervisor dan juga
Dosen Pembimbing Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP USU.
5. Staf Pengajar FISIP USU yang telah memberikan ilmunya kepada penulis
selama di bangku kuliah ini.
6. Ibu dr. Rehulina Ginting selaku Pimpinan Puskesmas Padang Bulan yang
telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan kegiatan
praktikum dan penelitian di Puskesmas Padang Bulan.
7. Ibu Nelly Simanjuntak selaku Supervisor Lembaga yang telah
memberikan kebebasan kepada penulis untuk melakukan kegiatan
praktikum dan penelitian di Puskesmas Padang Bulan.
8. Staf Puskesmas Padang Bulan yaitu dokter dan perawat-perawat
khususnya pada perawat bagian kartu atau loket pendaftaran Ibu Halimah,
Ibu Tina, Ibu Novelina, Ibu Adelina, Kak Tuti, Kakak Leni, Kakak Rita, Kakak Gomgom dan dr. Ermawani terimakasih atas kerja
samanya selama ini dan bantuan yang diberikan kepada penulis dalam
melakukan kegiatan praktikum dan penelitian di Puskesmas Padng Bulan.
9. Kedua Orang Tua penulis Lisna (Amak) dan Asril Syarif (Abak),
terimakasih yang tak habis-habisnya penulis ucapkan karena telah menjaga
dan memberikan kasih sayang yang begitu besarnya kepada penulis dan
yang selalu memberikan nasihat kepada penulis untuk menjadi lebih baik
dan yang selalu memberikan doa kepada penulis agar penulis dilindungi
dari segala macam musibah dan yang selalu memberikan semangat kepada
penulis selama menyelesaikan skripsi ini. Belum ada yang bisa penulis
berikan kepada kedua orang tua penulis selain kebanggaan dan cinta yang
10.Abang dan Kakak-kakak penulis Ir. Wendri (bg. Wen), Lisa Fitri (kak.
Upik), Linda (kak Linda), Hendra Sahputra (bg. Hendra), Yandri, S.Ag
(bg. Awi), Afrinal S.Kom (bg. Inal), Almh. Yessy KS (kak. Yesi) dan
Merisafitri, AMd (kak. Meri) dan juga kepada kakak ipar penulis Wati
(kak Wati), Nimas (kak. Neng) dan Yanti (kak. Yanti) yang selalu
memberikan dukungan dan semangat kepada penulis dalam menyusun
skripsi ini hingga selesai.
11.Sahabat-sahabat penulis Nurhasanah (Nina), Syena C. Siregar (Sye),
Astrid Liza S (Anyak), Rani Simarmata (Jeng Rani) dan Maria Elena
(Iyyak). Penulis merasa manusia yang paling beruntung di dunia ini,
karena mempunyai sahabat yang benar-benar baik dan tulus menyayangi
penulis dan selalu ada disetiap kesempatan baik suka maupun duka yang
setia mendengar setiap keluhan penulis. Hal termanis dalam perjalanan
hidup penulis bisa mengenal kalian semua dan bisa tertawa dan bercanda
bersama. Terimakasih buat semuanya.
12.Kawan-kawan se-angkatan stambuk ’04 yang tidak bisa disebutkan satu
persatu namanya. Terimakasih buat semuanya, karena kawan-kawan sudah
menjadi bagian dalam perjalanan kuliah penulis.
13.Buat Kak Ita dan Kak Ida yang sudah membantu penulis untuk
mempermudah dan mempercepat urusan-urusan penulis dalam menyusun
skripsi ini.
14.Teman-teman penulis anak “Base Camp” Sally (shei), Ririn, Ratih
15.Buat anak-anak kost Hokki 27 Armaini (kak Mey), Kak Serly, Kak Yuli,
kakak satu kost lama penulis dan anak-anak Hokki 19 yang tidak dapat
disebutkan satu persatu namanya, terimakasih sudah menjadi kawan dan
pelindung bagi penulis selama tinggal di Hokki dan tinggal di kota Medan
sendirian.
Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih atas bantuan dan perhatian
yang telah diberikan selama ini, semoga Allah SWT mencurahkan rahmat dan
hidayahnya kepada kita semua. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan
pembacanya, Amin.
Medan, 24 Februari 2008
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ………. i
Daftar Isi ……… v
Daftar Tabel ……….. viii
Daftar Bagan ………. xii
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……… 1
B. Perumusan Masalah ………... 4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ……….. 4
D. Sistematika Penulisan ……… 6
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA A. Efeektivitas ……… 7
A.1 Pengertian Efektivitas ………. 7
A.2 Pendekatan Terhadap Efektivitas ……… 8
A.3 Masalah Dalam Pengukuran Efektivitas …………. 10
B. Pelayanan dan Pelayanan Kesehatan ………. 13
B.1 Pelayanan ……… 13
B.2 Pelayanan Kesehatan ……….. 13
C. Kesehatan dan Gangguan Kesehatan ………. 13
C.1 Kesehatan ……….... 13
C.2 Ganggun Kesehatan ……… 14
D. Asuransi Kesehatan ………... 16
D.1 Sejarah Perkembangan Asuransi Kesehatan …….. 16
D.5 Sejarah Singkat PT. Askes Indonesia ……….…… 22
E. Kerangka Pemikiran ……….. 25
F. Definisi Konsep dan Operasional ……….. 28
F.1 Defenisi Konsep ……….. 28
F.2 Defenisi Operasional ………... 29
BAB III : METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian ………... 31
B. Lokasi Penelitian ………...……… 31
C. Populasi dan Sampel ………. 31
D. Tehnik Pengumpulan Data ……….... 32
E. Tehnik Analisa Data ……….. 33
BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN A. Puskesmas ………. 35
A.1 Sejarah Perkembangan Puskesmas ……… 35
A.2 Defenisi Puskesmas ………... 37
A.3 Visi Puskesmas ……….. 38
A.4 Misi Puskesmas ………. 38
A.5 Tujuan Pelayanan Kesehatan Oleh Puskesmas….. 38
A.6 Kedudukan dan Wilayah Kerja Puskesmas ……... 38
A.7 Kegiatan Puskesmas ……….. 39
A.8 Pelayanan Puskesmas ……… 40
B. Keadaan serta Situasi Puskesmas Padang Bulan ……... 41
B.1 Sejarah Berdirinya Puskesmas Padang Bulan …… 41
B.2 Lokasi Puskesmas ……….. 41
B.3 Wilayah Kerja Puskesmas ……….. 41
B.4 Keadaan Demografi ……… 42
C. Program Kerja di Puskesmas Padang Bulan …………. 48
C.1 Pengobatan dan Rawat Jalan ………. 48
C.2 Usaha Kesejahteraan Ibu dan Anak ……….. 48
C.3 Usaha Keluarga Berencana ………... 49
C.4 Usaha Kesehatan Sekolah ………. 49
C.5 Usaha Kesehatan Gigi dan Mulut ………. 50
C.6 Usaha Peningkatan Gizi ……… 50
C.7 Usaha Kesehatan Lingkungan ……….. 51
C.8 Penyuluhan Kesehatan Masyarakat ……….. 51
C.9 Perawatan Kesehatan Masyarakat ………... 51
C.10 Laboratorium Sederhana ………... 51
C.11 Usaha Kesehatan Jiwa ……….. 52
C.12 Usaha Kesehatan Mata ………. 52
C.13 Kesehatan Olah Raga ………... 52
C.14 Pengobatan Internasional ………. 52
C.15 Pencegahan Penyakit Menular ………. 53
C.16 Kesehatan Usia Lanjut ………. 53
C.17 Kesehatan Kerja ………... 53
C.1 Pencatatan & Pelaporan dalam Rangka SP2TP & SIK ……….. 53
BAB V : ANALISA DATA A. Karakteristik Responden ………... 56
B. Data Tanggapan Responden ………. 64
BAB VI : PENUTUP A. Kesimpulan ……… 112
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Data Kunjungan Pasien Askes ……….. 3
A. Karakteristik Responden
A.1 Pegawai Puskesmas Padang Bulan
Tabel 2 : Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ……… 56
Tabel 3 : Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ……… 57
Tabel 4 : Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ……….… 57
Tabel 5 : Karakteristik Responden Berdasarkan Golongan ……..……. 58
Tabel 6 : Karakteristik Responden Berdasarkan Jabatan ………..……. 59
A.2 Pasien Pengguna Kartu Askes
Tabel 7 : Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ………...………. 60
Tabel 8 : Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin …..….. 61
Tabel 9 : Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan …...…... 62
Tabel 10 : Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ……..……. 63
B. Data Tanggapan Responden Pegawai Puskesmas Padang Bulan
B.1 Pegawai Puskesmas Padang Bulan
Tabel 11 : Distribusi Jawaban Responden Tentang
Pelayanan Yang Diberikan Kepada Pasien Pengguna
Kartu Askes ………... 64
Tabel 12 : Distribusi Tanggapan Responden Tentang Adakah
Perbedaan Dalam Memberikan Pelayanan Kepada
Pasien Askes ……….………. 65
Tabel 13 : Distribusi Tanggapan Responden Tentang Pernah
Tidaknya Mendapat Keluhan Dari Pasien Askes …….……. 66
Tabel 14 : Distribusi Jawaban Responden Pernah Tidaknya
Terjadi Ketidakharmonisan Komunikasi Antara
Tabel 15 : Distribusi Tanggapan Responden Tentang Bekerja
Sesuai Jam Yang Berlaku ………..……….... 68
Tabel 16 : Distribusi Tanggapan Responden Tentang Kualitas
Obat Dalam Penyembuhan Pasien Askes …………..……… 69
Tabel 17 : Distribusi Tanggapan Responden Tentang Pernah
Tidaknya Pasien Askes Tidak Memperoleh Pelayanan…….. 70
Tabel 18 : Distribusi Tanggapan Responden Tentang Prosedur
Dalam Kemudahan Pelayanan ……….………….. 71
Tabel 19 : Distribusi Tanggapan Responden Tentang Pernah
Tidaknya Pasien Askes Mengeluh Mengenai Prosedur
Rujukan Ke Rumah Sakit ………...…………..…….. 72
Tabel 20 : Distribusi Tanggapan Responden Tentang Kesulitan
Dalam Mendiagnosa Penyakit Pasien Askes ……...……... 73
Tabel 21 : Distribusi Tanggapan Responden Tentang Kesigapan
Dalam Memberikan Pelayanan Kepada Pasien Askes …..…. 74
Tabel 22 : Distribusi Tanggapan Responden Tentang Kesigapan
Dalam Menangani Keluhan Dari Pasien Askes ………..…… 75
Tabel 23 : Distribusi Tanggapan Responden Tentang Adakah
Perbedaan Kualitas Obat-obatan Yang Diberikan
Kepada Pasien Pengguna Kartu Askes ……..………. 76
Tabel 24 : Distribusi Tanggapan Responden Tentang Frekwensi
Kunjungan Pasien Askes Yang Sama Dalam Sebulan …..…. 77
Tabel 25 : Distribusi Tanggapan Responden Tentang
Kesembuhan Pasien Askes Dari Pelayanan yang
Diberikan ………..……..… 78
Tabel 26 : Distribusi Tanggapan Responden Tentang Persediaan
Obat-obatan Dalam Memenuhi Kebutuhan Pasien
Askes ………..……… 79
Tabel 27 : Distribusi Tanggapan Responden Tentang
Kelengkapan Alat-alat Pengobatan di Puskesmas ………... 80
Tabel 29 : Distribusi Tanggapan Responden Tentang Fasilitas
Lainnya Dalam Puskesmas Padang Bulan ………..………... 82
B.2 Pasien Pengguna Kartu Askes
Tabel 30 : Distribusi Tanggapan Responden Tentang Kedisiplinan
Kehadiran Dokter ………...… 84
Tabel 31 : Distribusi Tanggapan Responden Tentang Penjelasan
Yang Diberikan Dokter Terhadap Penyakit Pasien
Askes ……….. 86
Tabel 32 : Distribusi Tanggapan Responden Tentang Sikap
Dokter Terhadap Pasien Askes ………..……… 87
Tabel 33 : Distribusi Tanggapan Responden Tentang Kepedulian
Dokter Terhadap Keluhan Penyakit Pasien Askes …….…… 88
Tabel 34 : Distribusi Tanggapan Responden Tentang Pelayanan
Pengobatan Oleh Perawat atau Bidan Apabila Dokter
Tidak Ada ………... 89
Tabel 35 : Distribusi Tanggapan Responden Tentang Kehadiran
Petugas Puskesmas ………. 90
Tabel 36 : Distribusi Tanggapan Responden Tentang Sikap
Petugas Puskesmas Bagian Kartu Askes Dalam
Memberikan Pelayanan Kepada Pasien Askes………….….. 91
Tabel 37 : Distribusi Tanggapan Responden Tentang Pernah
Tidaknya Terjadi Kesalahpahaman Komunikasi Antara
Petugas Puskesmas Dengan Pasien Askes ………... 93
Tabel 38 : Distribusi Tanggapan Responden Tentang Informasi
Yang Dijelaskan Oleh Petugas Puskesmas ………..……….. 94
Tabel 39 : Distribusi Tanggapan Responden Tentang Pernah
Tidaknya Pasien Askes Mendapat Perlakuan Yang
Tidak Baik dari Petugas Puskesmas ……….…….. 96
Tabel 40 : Distribusi Tanggapan Responden Tentang Kemudahan
Tabel 41 : Distribusi Tanggapan Responden Tentang Proses
Pelayanan di Puskesmas Padang Bulan ……..…………...… 98
Tabel 42 : Distribusi Tanggapan Responden Tentang Kesalahan
Diagnosa Pasien Askes ………..……… 99
Tabel 43 : Distribusi tanggapan Responden Tentang Kualitas
Obat-obatan Dalam Penyembuhan Penyakit Pasien
Askes ……….. 100
Tabel 44 : Distribusi Tanggapan Responden Tentang Ketanggapan
Petugas Puskesmas Dalam Menangani Pasien Askes …...…. 102
Tabel 45 : Distribusi tanggapan Responden Mengenai Peraturan
Askes Dalam Meminta Surat Rujukan ke Rumah Sakit ….… 103
Tabel 46 : Distribusi Tanggapan Responden Berdasarkan Kunjungan
Berobat ke Puskesmas Padang Bulan………...….. 104
Tabel 47 : Distribusi Tanggapan Responden Tentang Sering
Tidaknya Meminta Surat Rujukan Dari Puskesmas ……….. 105
Tabel 48 : Distribusi Tanggapan Responden Tentang Kesembuhan
Penyakit Pasien Askes ………... 106
Tabel 49 : Distribusi Tanggapan Responden Tentang Kepuasan
Terhadap Obat Yang Diberikan Puskesmas …………..…… 107
Tabel 50 : Distribusi Tanggapan Responden Tentang Kelengkapan
Alat-alat Pengobatan ……….. 108
Tabel 51 : Distribusi Tanggapan Responden Tentang Fasilitas
Puskesmas Padang Bulan (Kamar Mandi, Jumlah Kursi,
DAFTAR BAGAN
Bagan 1 : Prosedur Pelayanan Kesehatan Bagi Peserta Askes Sosial
di Puskesmas ……….………… 20
Bagan 2 : Kerangka Pemikiran ………. 27
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL
ABSTRAK
Dahnia Wulan Sari
040902009
Efektivitas Pelayanan Pasien Pengguna Kartu Askes (Asuransi Kesehatan) di Puskesmas padang Bulan
Kesehatan merupakan modal dasar setiap manusia dalam menjalankan aktivitas hidupnya. Hidup sehat bisa dibangun dari individu seseorang dan bisa juga dibantu dengan adanya efektifitas program dari organisasi pemerintah, dengan memberikan fasilitas-fasilitas pelayanan kesehatan seperti Puskesmas, Rumah Sakit atau klinik-klinik kesehatan.
Dalam upaya menuju Indonesia Sehat 2010, maka pengembangan pelayanan kesehatan di Indonesia mulai beralih dan berorientasi kepada Paradigma Sehat. Ini berarti seluruh kegiatan pelayanan kuratif dan rehabilitatif harus mempunyai daya ungkit yang tinggi bagi peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit bagi orang sehat.
Kesehatan bukan semata-mata merupakan tanggung jawab dari Departemen Kesehatan, melainkan juga tanggung jawab dari seluruh sektor, termasuk masyarakat dan swasta. Salah satu bentuk pelayanan kesehatan yang dapat memberikan keringanan bagi masyarakat khususnya bagi Pegawai Negeri sipil (PNS), militer dan pensiunannya yang dilakukan Pemerintah adalah dengan memberikan pelayanan pengobatan gratis melalui Asuransi Kesehatan (Askes).
Asuransi Kesehatan (Askes) ini dapat di peroleh di Kantor PT. Askes (Persero) Cabang / PT. Askes (Persero) Kabupaten / kota setempat sesuai domisili dari peserta askes. Sehingga apabila pasien / peserta askes ingin berobat di Puskesmas atau Rumah Sakit yang menggunakan pelayanan kesehatan dengan kartu Askes, maka peseta / pasien askes dapat berobat secara gratis dengan menujukkan Kartu Askes yang sudah dimiliki peserta.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL
ABSTRAK
Dahnia Wulan Sari
040902009
Efektivitas Pelayanan Pasien Pengguna Kartu Askes (Asuransi Kesehatan) di Puskesmas padang Bulan
Kesehatan merupakan modal dasar setiap manusia dalam menjalankan aktivitas hidupnya. Hidup sehat bisa dibangun dari individu seseorang dan bisa juga dibantu dengan adanya efektifitas program dari organisasi pemerintah, dengan memberikan fasilitas-fasilitas pelayanan kesehatan seperti Puskesmas, Rumah Sakit atau klinik-klinik kesehatan.
Dalam upaya menuju Indonesia Sehat 2010, maka pengembangan pelayanan kesehatan di Indonesia mulai beralih dan berorientasi kepada Paradigma Sehat. Ini berarti seluruh kegiatan pelayanan kuratif dan rehabilitatif harus mempunyai daya ungkit yang tinggi bagi peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit bagi orang sehat.
Kesehatan bukan semata-mata merupakan tanggung jawab dari Departemen Kesehatan, melainkan juga tanggung jawab dari seluruh sektor, termasuk masyarakat dan swasta. Salah satu bentuk pelayanan kesehatan yang dapat memberikan keringanan bagi masyarakat khususnya bagi Pegawai Negeri sipil (PNS), militer dan pensiunannya yang dilakukan Pemerintah adalah dengan memberikan pelayanan pengobatan gratis melalui Asuransi Kesehatan (Askes).
Asuransi Kesehatan (Askes) ini dapat di peroleh di Kantor PT. Askes (Persero) Cabang / PT. Askes (Persero) Kabupaten / kota setempat sesuai domisili dari peserta askes. Sehingga apabila pasien / peserta askes ingin berobat di Puskesmas atau Rumah Sakit yang menggunakan pelayanan kesehatan dengan kartu Askes, maka peseta / pasien askes dapat berobat secara gratis dengan menujukkan Kartu Askes yang sudah dimiliki peserta.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menuju “Indonesia Sehat 2010” adalah merupakan visi dari Departemen
Kesehatan dalam melaksanakan pembangunan kesehatan. Dalam upaya menuju
Indonesia Sehat 2010, maka pengembangan pelayanan kesehatan di Indonesia
mulai beralih dan berorientasi kepada Paradigma Sehat. Ini berarti seluruh
kegiatan pelayanan kuratif dan rehabilitatif harus mempunyai daya ungkit yang
tinggi bagi peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit bagi orang sehat.
Pemenuhan kebutuhan akan pelayanan kesehatan harus didukung oleh
berbagai fasilitas dan lembaga kesehatan. Pengadaan fasilitas kesehatan
diselenggarakan secara bersama-sama oleh pemerintah dan swasta dengan
memperhatikan faktor efisiensi dan ketercapian bagi penduduk miskin dan
kelompok khusus seperti bayi, balita dan ibu hamil (DepKes RI,1999).
Salah satu tujuan dari pembangunan kesehatan di Indonesia adalah upaya
untuk memperbaiki kualitas pelayanan kesehatan. Pelayanan yang berkualitas ini
harus dapat dilaksanakan di seluruh sarana pelayanan kesehatan pemerintah
maupun swasta. Dengan pelayanan kesehatan yang bermutu ini diharapkan
mesyarakat akan lebih berminat untuk memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan
mulai dari tingkat puskesmas, rumah sakit dan sarana pelayanan kesehatan lain.
Namun akibat krisis ekonomi berkepanjangan yang mengakibatkan
pelayanan kesehatan, hal ini menambah buruk status kesehatan masyarakat
Indonesia.
Kesehatan bukan semata-mata merupakan tanggung jawab dari
Departemen Kesehatan, melainkan juga tanggung jawab dari seluruh sektor,
termasuk masyarakat dan swasta. Salah satu bentuk pelayanan kesehatan yang
dapat memberikan keringanan bagi masyarakat khususnya bagi Pegawai Negeri
sipil (PNS), militer dan pensiunannya yang dilakukan Pemerintah adalah dengan
memberikan peleyanan pengobatan gratis melalui Asuransi Kesehatan (Askes).
Asuransi Kesehatan (Askes) ini dapat di peroleh di Kantor PT. Askes
(Persero) Cabang / PT. Askes (Persero) Kabupaten / kota setempat sesuai domisili
dari peserta askes. Sehingga apabila pasien / peserta askes ingin berobat di
Puskesmas atau Rumah Sakit yang menggunakan pelayanan kesehatan dengan
kartu Askes, maka peseta / pasien askes dapat berobat secara gratis dengan
menujukkan Kartu Askes yang sudah dimiliki peserta.
Kartu Askes ini tidak hanya dimilik oleh PNS (Pegawai Negeri Sipil),
militer yang bekerja saja, namun anggota keluarga baik itu isteri / suami, dan
anak-anak nya juga bisa mendapatkan pelayanan berobat gratis ini dengan
menggunakan Kartu askes, apabila mereka telah terdaftar sebgai peserta askes.
Sehingga dengan begitu, Askes dapat membantu meringankan banyak anggota
keluarga yang ingin berobat secara gratis di Puskesmas.
Kalau dilihat dari jumlah sarana kesehatan di Kota Medan, yang terdiri
dari 39 unit Puskesmas, 37 unit Puskesmas Pembantu, 27 unit Puskesmas Keliling
warga Kota Medan yang berobat dapat datang ke Pusekesmas terdekat. Selain
Puskesmas juga ditambah unit Puskesmas Pembantu dan Unit Puskesmas Keliling
sebagai alternatif bila warga Kota Medan berada jauh dari Puskesmas. Mereka
bisa mendatangi unit Puskesmas Pembantu dana unit Puskesmas Keliling.
Puskesmas Padang Bulan merupakan salah satu Puskesmas di Kota Medan
yang terletak di Jalan Jamin Ginting Komplek Pamen Kecamatan Medan Baru.
Puskesmas ini termasuk salah satu Puskesmas yang ramai dikunjungi pasien
temasuk juga pasien / peserta askes, dikarenakan penduduk warga Padang Bulan
yang cukup padat, dan ditambah lagi lokasi Puskesmas yang strategis dan mudah
dicapai karena terletak di pinggir jalan dan banyak angkutan umum yang melewati
jalan tersebut.
Karena letak Puskesmas yang strategis dan di tengah-tengah rumah
penduduk, sehingga banyak sekali pasien / peserta pengguna Askes yang
berkunjung ke Puskesmas Padang Bulan. Diperoleh data kunjungan pasien /
peserta pengguna Kartu Askes di Puskesmas Padang Bulan dari Bulan Januari
2007 sampai dengan Agustus 2007 adalah sebagai berikut :
Tabel 1 : Data Kunjungan Pasien / Peserta Askes
Dari data Kunjungan Pasien / Peserta Askes diatas, perlu diketahui bahwa
setelah penulis amati terdapat tujuh dari sepuluh penyakit yang ada di Puskesmas
Padang Bulan rata-rata perbulannya adalah : ISPA, Kulit, Gigi / Rongga Mulut,
Saluran Pernafasan Bagian Tubuh, Tekanan Darah tinggi, Mata, Penyakit Telinga
& Kecelakaan.
Jadi, pasien / peserta pengguna kartu Askes di Puskesmas Padang Bulan,
penulis perkirakan lebih kurang berjumlah 45 orang / pasien dalam setiap harinya.
Dengan penyakit ISPA, Kulit dan Gigi yang memiliki pasien terbanyak setiap
harinya di Puskesmas Padang Bulan.
Berdasarkan Uraian di atas penulis merasa tertarik untuk mengadakan
penelitian dengan judul “Efektivitas Pelayanan Pasien Pengguna Kartu Askes
(Asuransi Kesehatan) di Puskesmas Padang Bulan Medan”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan, maka permasalahan
pokok dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah Efektivitas Pelayanan Pasien
Pengguna Kartu ASKES (Asuransi Kesehatan) di Puskesmas Padang Bulan ?”
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
C.1 Adapun Tujuan Penelitian ini adalah :
1. Untuk memperoleh data dan informasi secara langsung, realistis dan
objektif mengenai pelayanan pasien pengguna kartu askes di Puskesmas
2. Untuk mengetahui faktor-faktor penghambat dari pasien pengguna kartu
askes.
3. Untuk mengetahui bagaimana efektivitas pelayanan pasien pengguna kartu
askes di Puskesmas Padang Bulan.
C.2 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari hasil penelitian ini adalah :
1. Sebagai sumbangan pemikiran kepada aparat kesehatan Puskesmas padang
Bulan dalam rangka evaluasi Efektivitas Pelayanan Pasien Pengguna
Kartu Askes
2. Dapat meningkatkan kemampuan serta kemampuan berpikir penulis
melalui penulisan karya ilmiah serta menerapkan ilmu pengetahuan yang
D.Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah :
Bab 1 PENDAHULUAN
Berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan
manfaat penelitian.
Bab II TINJAUAN PUSTAKA
Berisikan penjelasan mengenai pelayanan pasien pengguna kartu
askes, kesehatan masyarakat, efektivitas dan pengertiannya,
pendekatan terhadap efektivitas, sejarah perkembangan Askes dan
pengertiannya, cara memperoleh kartu askes, kerangka pemikiran,
defenisi konsep, dan defenisi operasional.
Bab III METODE PENELITIAN
Berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel,
teknik pengumpulan data serta teknik analisa data.
Bab IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Berisikan gambaran umum mengenai lokasi dimana peneliti
melakukan penelitian (Sejarah singkat Puskesmas Padang Bulan,
struktur organisasi, sumber daya, dan lain-lain).
Bab V ANALISA DATA
Berisikan tentang uraian data yang diperoleh dan hasil penelitian
dan pembahasannya.
Bab VI PENUTUP
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Efektivitas
A.1 Pengertian Efektivitas
Dalam setiap organisasi, efektivitas merupakan unsur pokok untuk
mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan. Menurut Bernard, bahwa
efektivitas adalah tercapainya sasaran yang telah disepakati bersama (Bernard,
1992 : 27).
Secara komprehensif, efektivitas dapat diartikan sebagai tingkat
kemampuan suatu lembaga atau organisasi untuk dapat melaksanakan semua
tugas-tugas pokoknya atau untuk dapat mencapai sasaran yang telah ditentukan
sebelumnya (Cambel, 1989 : 47). Sementara menurut Richard M.Steers, bahwa
efektifitas merupakan suatu tingkat kemampuan organisasi untuk dapat
melaksanakan seluruh tugas-tugas pokoknya atau pencapaian sasarannya.
Dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan pengertian efektifitas
yaitu keberhasilan suatu aktivitas atau kegiatan dalam mencapai tujuan (sasaran)
yang telah ditentukan sebelumnya.
Efektivitas dalam dunia riset ilmu-ilmu sosial dijabarkan dengan jumlah
penemuan dan produktivitas, dimana bagi sejumlah sarjana sosial efektivitas
sering kali ditinjau dari sudut kwalitas pekerjaan atau program kerja.
Mengingat keanekaragaman pendapat mengenai sifat dan komposisi dari
menentukan indikator dari efektivitas. Sehingga dengan demikian akan lebih sulit
lagi bagaimana cara mengevaluasi tentang konsep efektivitas.
Pengertian yang memadai mengenai tujuan ataupun sasaran organisasi,
merupakan langkah pertama dalam pembahasan efektivitas, dimana sering kali
berhubungan dengan tujuan yang ingin dicapai. Dalam awal usaha mengukur
efektivitas yang pertama sekali adalah memberikan konsep tentang efektivitas itu
sendiri.
Dari beberapa uraian diatas, dapat dijelaskan bahwa efektivitas merupakan
kemampuan untuk melaksanakan aktivitas-aktivitas suatu lembaga secara fisik
dan non fisik untuk mencapai tujuan serta meraih keberhasilan maksimal.
A.2 Pendekatan Terhadap Efektivitas
Pendekatan efektivitas dilakukan dengan acuan berbagai bagian yang
berbeda dari lembaga dimana lembaga mendapatkan input atau masukan berupa
berbagai macam sumber dari lingkungannya. Kegiatan dan proses internal yang
terjadi dalam lembaga mengubah input menjadi output atau program yang
kemudian dilemparkan kembali pada lingkungannya.
1. Pendekatan Sasaran (Goal Approach)
Pendekatan ini mencoba mengukur sejauh mana suatu lembaga berhasil
merealisasikan sasaran yang hendak dicapai. Pendekatan sasaran dalam
pengukuran efektivitas dimulai dengan identifikasi sasaran organisasi dan
mengukur tingkatan keberhasilan organisasi dalam mencapai sasaran tersebut.
Sasaran yang penting diperhatikan dalam pengukuran efektivitas dengan
pendekatan ini adalah sasaran yang realistis untuk memberikan hasil yang
maksimal berdasarkan sasaran resmi “Official Goal” dengan memperhatikan
permasalahan yang ditimbulkannya, dengan memusatkan perhatian terhadap
aspek output yaitu dengan mengukur keberhasilan program dalam mencapai
tingkat output yang direncanakan. Dengan demikian, pendekatan ini mencoba
mengukur sejauh mana organisai atau lembaga berhasil merealisasikan sasaran
yang hendak dicapai.
2. Pendekatan Sumber (System Resource Approach)
Pendekatan sumber mengukur efektivitas melalui keberhasilan suatu
lembaga dalam mendapatkan berbagai macam sumber yang dibutuhkannya. Suatu
lembaga harus dapat memperoleh berbagai macam sumber dan juga memelihara
keadaan dan sistem agar dapat menjadi efektif.
Pendekatan ini didasarkan pada teori mengenai keterbukaan sistem suatu
lembaga terhadap lingkungannya, karena lembaga mempunyai hubungan yang
merata dengan lingkungannya dimana dari lingkungan diperoleh sumber-sumber
yang merupakan input bagi lembaga tersebut dan output yang dihasilkan juga
dilemparkannya kepada lingkungannya. Sementara itu sumber-sumber yang
terdapat pada lingkungan seringkali bersifat langka dan bernilai tinggi.
Dalam mendapatkan berebagai jenis sumber untuk memelihara sistem dari
suatu lembaga merupakan kriteria yang digunakan untuk mengukur efektivitas.
Secara sederhana, efektivitas seringkali diukur dengan jumlah atau kwantitas
memberikan alat ukur yang sama dalam mengukur efektivitas berbagai lembaga
yang jenis dan programnya berbeda dan tidak dapat dilakukan dengan
menggunakan pendekatan sasaran (Cunningham, 1978 : 635).
3. Pendekatan Proses (Internal Process Approach).
Pendekatan proses menganggap efektivitas sebagai efisiensi dan kondisi
kesehatan dari suatu lembaga internal. Pada lembaga yang efektif, proses internal
berjalan dengan lancar dimana kegiatan bagian-bagian yang ada berjalan secara
terkoordinasi. Pendekatan ini yidak memperhatikan lingkungan melainkan
memusatkan perhatian terhadap kegiatan yang dilakukan terhadap sumber-sumber
yang dimiliki lembaga, yang menggambarkan tingkat efisiensi serta kesehatan
lembaga.
Hal ini didukung oleh pendapat Chris Argyris yang mengatakan bahwa
pendekatan proses pada umumnya digunakan oleh pengamat pendekatan Neo
Klasik (human relation) dalam teori organisasi yang terutama meneliti hubungan
antara efek dengan sumber daya manusia yang dimiliki oleh suatu lembaga
(Argyris, 1964).
A.3 Masalah Dalam Pengukuran Efektivitas
Efektivitas selalu diukur berdasarkan prestasi, produktivitas dan laba.
Seperti ada beberapa ancangan tentang memandang konsep ini dalam kerangka
kerja berdimensi satu, yang memusatkan perhatian hanya kepada satu kriteria
Pengukuran efektivitas dengan menggunakan sasaran yang sebenarnya dan
memberikan hasil daripada pengukuran efektivitas berdasarkan sasaran resmi
dengan memperhatikan masalah yang ditimbulkan oleh beberapa hal berikut :
1. Adanya macam-macam output
Adanya bermacam-macam output yang dihasilkan menyebabkan
pengukuran efektivitas dengan pendekatan sasaran menjadi sulit untuk dilakukan.
Pengukuran juga semakin sulit jika ada sasaran yang saling bertentangan dengan
sasaran lainnya.
Efektivitas tidak akan dapat diukur hanya dengan menggunakan suatu
indicator atas efektivitas yang tinggi pada suatu sasaran yang seringkali disertai
dengan efektivitas yang rendah pada sasaran lainnya (England, 1967 :108). Selain
itu, masalah juga muncul karena adanya bagian-bagian dalam suatu lembaga yang
mempunyai sasaran yang berbeda-beda secara keseluruhan, sehingga pengukuran
efektivitas seringkali terpaksa dilakukan dengan memperhatikan
bermacam-macam sasaran secara slimutan.
Dengan demikian, yang diperoleh dari pengukuran efektivitas adalah
provil atau bentuk dari efek yang menunjukkan ukuran efektivitas pada setiap
sasaran yang dimilikinya. Selanjutnya hal lain yang sering dipermasalahkan
adalah frekwensi penggunaan kriteria dalam pengukuran efektivitas seperti yang
dikemukakan oleh R.M Steers yaitu bahwa kriteria dan penggunaan hal-hal
tersebut dalam pengukuran efektivitas adalah :
Adaptabilitas dan fleksibilitas
Keterbukaan dalam komunikasi
Keberhasilan pencapaian program
Pengembangan program (Steers, 1982 : 546).
2. Subjektivitas dalam adanya penilaian
Pengukuran efektivitas dengan menggunakan pendekatan sasaran
seringkali mengalami hambatan, karena sulitnya mengidentifikasikan sasaran
yang sebenarnya dan juga karena kesulitan dalam pengukuran keberhasilan dalam
mencapai sasaran. Hal ini terjadi karena sasaran yang secara resmi tertulis berbeda
dengan sasaran yang sebenarnya dalam pelaksanaan. Untuk itu ada baiknya bila
meninjau pendapat G.W England, bahwa perlu masuk kedalam suatu lembaga
untuk mempelajari sasaran yang sebenarnya karena informasi yang diperoleh
hanya dari dalam suatu lembaga untuk melihat program yang berorientasi ke luar
atau ke masyarakat, seringkali dipengaruhi oleh subjektifitas.
Untuk sasaran yang dinyatakan dalam bentuk kuantitatif, unsure subjektif
itu tidak berpengaruh tetapi untuk sasaran yang harus dideskripsikan secara
kuantitaif, informasi yang diperoleh akan sangat tergantung pada objektifitas
dalam suatu lembaga mengenai sasarannya. Hal ini didukung oleh pendapat
Richard M. Steers yaitu bahwa lingkungan dan keseluruhan elemen-elemen
kontektual berpengaruh terhadap informasi lembaga, dan menentukan tercapai
tidaknya sasaran yang hendak dicapai (Steers, 1982 : 558).
Karena itu perbedaan karakteristik faktor-faktor kontektual ini perlu
diperhatikan apabila hendak bermaksud mengukur efektivitas program yang
B. Pelayanan dan Pelayanan Kesehatan B.1 Pelayanan
Pelayanan adalah usaha pemberian bantuan atau pertolongan kepada orang
lain, baik materi maupun non materi agar orang itu dapat mengatasi masalahnya
sendiri.
B.2 Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan adalah suatu kegiatan makrososial yang berlaku
antara pranata atau lembaga dengan suatu populasi tertentu, masyarkat atau
komunitas.
Pelayanan kesehatan, sebagai perbandingan, ialah kegiatan yang sama
dilakukan pranata sosial atau pranata politik terhadap keseluruhan masyarakat
sebagai tujuannya (dr. Benyamin Lumenta, 1987).
C. Kesehatan dan Gangguan Kesehatan C.1 Kesehatan
Didalam Undang-Undang Pokok Kesehatan pasal I No. 9 tahun 1960
dikatakan bahwa “Tiap-tiap warga Negara berhak memperoleh derajat kesehatan
yang setingi tinginya dan perlu diikut sertakan dalam usaha-usaha kesehatan
Pemerintah”. Yang dimaksud dengan “Kesehatan” dalam Undang-Undang Pokok
Kesehatan tersebut adalah pengertian sehat yang sesuai dengan ketentuan yang
telah didefenisikan oleh WHO atau organisasi kesehatan sedunia yng berbunyi :
C.2 Gangguan Kesehatan
Kesehatan kita dipengaruhi oleh 3 faktor penting yaitu, Penyebab penyakit
(agent), Lingkungan (environment) dan Tuan rumah (host). Apabila terjadi
ketidakseimbangan diantara faktor tersebut diatas, maka akan dapat menyebabkan
gangguan kesehatan.
1. Penyebab Penyakit
Dalam garis besarnya, dapat dibagi dalam 2 bagian yaitu :
a. Yang datang dari dalam (endogen).
Misalnya : - Konstitusi (tinggi badan, bentuk badan, dll)
- Pekerjaan
- Usia
- Penyakit-penyakit turunan, dll
b. Yang datang dari luar (exogen)
Misalnya : - Mekanis, jatuh, luka, terpukul dan sebagainya
- Karena panas, dingin, aliran listrik dan sebaginya
- Kejiwaan, susah dan terkejut
- Jasad-jasad renik (microba)
- Karena kekurangan zat-zat tertentu yang dibutuhkan oleh
tubuh (deficiency)
2. Lingkungan (Environment)
Lingkungan dapat dibagi 4 golongan yaitu :
- Lingkungan biologik
- Lingkungan fisik
- Lingkungan ekonomi
- Lingkungan mental sosial
3. Tuan Rumah (Host)
Yang berfungsisebagai tuan rumah disini adalah manusia yang dapat dihinggapai
penyakit. Bila seseorang ditulari penyakit maka orang tersebut belum tentu akan
menjadi sakit karena masih tergantung pada beberapa hal. Salah satu diantaranya
adalah daya tahan tubuh orang tersebut.
Daya tahan ini dapat dipertinggi dengan :
- Makanan yang sehat, cukup kwalitas maupun kwantitas
- Vaksinasi
D. Asuransi Kesehatan (Askes)
D.1 Sejarah Perkembangan Asuransi Kesehatan
Pada hakekatnya, pelayanan kedokteran adalah mahal, yang tidak akan
sempurna jika ditanggung perseorangan, hal ini sudah lama diketahui.
Setidak-tidaknya sejak 600 tahun sebelum masehi yakni dengan dikenal dengan thiasoi
dan eranoi di junani serta Collegia di Romawi. Hanya saja yang ikut pada waktu
itu masih amat terbatas, yakni para rohaniwan saja.
Dengan perkembangan keadaan, maka peserta asuransi kesehatan mulai
berubah. Meskipun masih terbatas, tetapi masyarakat umum telah mulai ikut serta.
Perubahan juga ditemui dengan tata cara pengelolaan. Pada tahun 1250
diperkenalkan sistem kontrak di Genca, dan kemudian pada tahun 1435
tersusunlah paraturan asuransi kesehatan peserta di Barcelona.
Jika semua kegiatan ini mulanya dilaksanakn oleh swasta, namun dengan
perkembangan keadaan, keikutsertaan pemerintah mulai dirasakan. Dirintis oleh
Inggris pada tahun 1793 yang kemudian diikuti oleh pelbagai negara lainnya,
misalnya Jerman dibawa Otto Von Bissmarc pada tahun 1883.
Di Amerika Serikat perkembangan asuransi kesehatan menempuh sejarah
cukup panjang. Dimulai pada tahun 1798, ketika Kongres mendirikan US Marine
Hospital Service dimana para pelaut yang mendapatkan pelayanan kedokteran,
dipotong gajinya. Pada tahun 1847 berdiri organisasi asuransi kesehatan pertama
di Massachusetts-Boston, dan sejak itu puluhan organisasi lainnya banyak
didirikan pelbagai tempat di negara ini. Pada tahun 1937, Rumah Sakit mulai ikut
yang kemudian diikuti oleh para dokter dengan didirikan Blue Shield Association
pada tahun 1946.
Sama halnya dengan dinegara lain, maka campur tangan pemerintah dalam
kegiatan asuransi kesehatan di Amerika Serikat sangat terbatas, hanya berkisar
pada bantuan kecelakaan pada karyawan (Workmen’s Compensation Law 1948),
bantuan untuk orang jompo (medicare) serta untuk orang miskin (medicald) yang
dimulai pada tahun 1965. Karena timbulnya kemelut pembiayaan kesehatan di
Amerika Serikat maka pada tahun 1973 dikeluarkan peraturan yang
memperkenalkan sistem Health Maintenance Organization yakni suatu sistem
asuransi kesehatan model baru dimana pengelola dana sekaligus sebagai
pelayanan kesehatan. Dengan perkembangan seperti ini maka sekitar 80%
penduduk Amerika Serikat adalah peserta dari salah satu bentuk asuransi
kesehatan.
Di Indoneseia asuransi kesehatan dikenal pada tahun 1965 melalui SK
Presiden No. 230 dengan pesertanya masih terbatas pada pegawai negeri sipil dan
militer termasuk pensiunnya. Untuk itu pemerintah membentuk suatu organisasi
penyelenggara pada tingkat pusat yang disebut sebagai Badan Penyelenggara dan
Pemelihara Kesehatan Pegawai Negeri dan Pensiunan. Untuk pegawai negeri
jumlah potongan setiap bulan sebesar 2%, sedangkan pensiunan sebesar 5%. Pada
tahun-tahun selanjutnya upaya melibatkan masyarakat dalam asuransi kesehatan
banyak dilakukan. Misalnya dengan diperkenalkannya konsep dunia sehat, yang
saat ini menjadi salah satu program yang harus dilaksanakan dalam konsep
D.2 Pengertian Asuransi Kesehatan
Asuransi Kesehatan adalah sisitem pengelolaan yang diperoleh dari
kontribusi secara teratur oleh anggota, oleh salah satu bentuk organisasi
membiayai pelayanan kedokteran (Azrul Azwar,1985.53). dari pengertian
Asuransi Kesehatan yang seperti ini,jelaslah dalam suatu sistem askes terdapat
tiga pihak yang saling berkepentingan, yang satu sam lain saling berhubungan,
ketiga pihak tersebut ialah :
1. Anggota (Client / Health Consument) yakni mereka yang ikut serta biaya
pelayanan kedokterannya di tanggung.
2. Organisasi Asuransi Kesehatan (Helath Insurance Institution) yakni
organisasi yang mengelola kontribusi anggota dan yang bertanggung
jawab untuk membayar setiap pengeluaran atau pembiayaan berobat
peserta.
3. Fasilitas kesehatan (Health Primider) yakni yang menyediakan pelayanan
kedokteran kepada anggota atau peserta asuransi kesehatan.
Asuransi Kesehatan memberikan jaminan terhadap kerugian yang timbul dari
hilangnya atau menurunnya kesehatan seseorang. Hilang atau berkurangnya
kesehatan seseorang, sebenarnya dapat merupakan peril dari suatu resiko yang
lebih besar.
Sakitnya seseorang, tidak hanya menyebabkan berkurangnya pendapatan
secara tajam karena kemampuannya berkurang, namun yang dapat menimbulkan
kerugian lain berupa diperlukannya dana tambahan guna pengobatan dan
untuk memperoleh pendapatan itu berlangsung dalam jangka waktu yang lama,
maka kerugian yang dialami seseorang akan semakin bertambah besar.
Dalam Asuransi Kesehatan, selain usia dan jenis kelamin, maka profesi,
riwayat sakit yang pernah diderita, suku bangsa, adapt kebiasaan, kebiasaan
seseorang dan pandangan hidupnya merupakan faktor-faktor yang menentukan
tingkat premi yang harus dibayar. Mengingat biaya pemeliharaan kesehatan itu
semakin lama semakin besar, ada baiknya bila setiap anggota masyarakat
memiliki Askes (Asuransi Kesehatan) yang minimal (standar).
D.3 Cara Memperoleh Kartu Askes
Bagi masyrakat khususnya bagi pegawai negeri sipil dan militer beserta
pensiunannya yang ingin memperoleh kartu Askes atau menjadi peserta kartu
Askes dapat memperolehnya di kantor PT Askes (Persero) cabang / PT Askes
(Persero) Kabupaten / kota setempat sesuai domisili peserta.
Adapun cara memperoleh kartu Askes tersebut dengan memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut :
1. Foto copy SK terakhir, Surat nikah, akte kelahiran anak / keterangan lahir,
KTP.
2. Surat keterangan dari sekolah / perguruan tinggi (bagi anak berusia lebih
dari 21 tahun dan dibawah 25 tahun).
3. Foto copy daftar gaji terakhir.
Dari syarat untuk memperoleh kartu Askes diatas maka peserta kartu
Askes dapat menggunakan kartu Askes tersebut di Puskesmas, Rumah Sakit atau
klinik-klinik yang memberikan pelayanan Askes.
Adapun prosedur pelayanan kesehatan bagi peserta askes sosial di
Puskesmas dapat dilihat dari bagan berikut :
BAGAN 1
PROSEDUR PELAYANAN KESEHATAN BAGI PESERTA ASKES SOSIAL DI PUSKESMAS
Bawa Kartu Askes Surat Rujukan
Peserta tanpa Rujukan tdk dilayani
Gawat darurat / Emergency
Gawat darurat / Emergency peserta dapat langsung ke RS tanpa Surat Rujukan
PESERTA PUSKESMAS Rumah Sakit
KETERANGAN :
1. Setiap berobat di Puskesmas, peserta Askes harus menunjukkan Kartu
Askes
2. Puskesmas yang dituju adalah Puskesmas yang sesuai dengan pilihan
peserta seperti yang tercantum dalam Kartu Askes.
3. Apabila tidak dapat ditangani di Puskesmas, maka peserta dapat dirujuk ke RS dengan ketentuan sebagai berikut :
Rujukan diberikan atas indikasi medis bukan atas permintaan peserta /
pasien
Rujukan dapat diberikan dalam 1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan untuk
kasus penyakit yang sama dan rujukan diberikan hanya untuk 1 (satu)
RS.
Rujukan antar poli spesialis di RS dapat diberikan atas dasar rujukan
internal dari dokter spesialis yang memeriksa di RS, dan dapat
diberikan apabila dipandang perlu (sesuai indikasi medis) serta bukan
atas rujukan dari puskesmas.
Rujukan antar RS dapat diberikan atas dasar rujukan eksternal dari
dokter spesialis yang memeriksa di RS dan dapat diberikan apabila
dipandang perlu (sesuai indikasi medis) dan bukan atas rujukan dari
Puskesmas.
4. Bagi peserta Askes yang berasal dari luar kota Medan dapat dilayani di Puskesmas di wilayah Kota Medan dengan melapor kepada PT. Askes
5. Diluar ketentuan ini dianggap pasien umum (bukan menjadi tanggungan PT. askes).
D.4 Sistem Rujukan (Referal System)
Yang dimaksud dengan Sistem Rujukan (Referal System) ialah suatu
sistem dalam penyelenggaraan usaha kesehatan masyarakat, dimana terjadi
penyerahan tanggung jawab timbale balik atas problema yang timbul di
Puskesmas, baik secara vertical maupun horizontal kepada yang lebih mampu.
Sistem rujukan secara horizontal artinya pengiriman penderita / laporan
dari suatu bagian ke bagian lain, atau dari unit kesehatan yang satu ke unit yang
setingkat.
Sistem rujukan secara vertical artinya pengiriman penderita / laporan dari
satu unit kesehatan ke unit kesehatan lainnya yang lebih tinggi atau sebaliknya.
Pengiriman penderita (Transfer of patient) maksudnya adalah mengirim
penderita dari unit kesehatan yang kurang lengkap ke unit yang lebih lengkap,
untuk mendapatkan pelayanan yang lebih sempurna dan sebaliknya pengembalian
penderita yang telah sembuh ke unit semula yang mengirimnya untuk
mendapatkan tindak lanjut serta pengawasan.
D.5 Sejarah Singkat PT Askes Indonesia
PT. Asuransi Kesehatan Indonesia atau juga dikenal dengan nama PT.
Askes Indonesia (Persero) adalah merupakan Badan Usaha Milik Negara yang
TNI/POLRI, Veteran, Perintis Kemerdekaan beserta keluarganya dan Badan
Usaha lainnya.
Pada tahun 1968 pemerintah Indonesia mengeluarkan kebijakan yang
secara jelas mengatur pemeliharaan kesehatan bagi Pegawai Negeri dan Penerima
Pensiun (PNS dan ABRI) beserta anggota keluarganya berdasarkan Keputusan
Presiden Nomor 230 Tahun 1968. Menteri Kesehatan membentuk Badan Khusus
di lingkungan Departemen Kesehatan RI yaitu Badan Penyelenggara Dana
Pemeliharaan Kesehatan (BPDPK), dimana oleh Menteri Kesehatan RI pada
waktu itu (Prof. Dr. G.A. Siwabessy) dinyatakan sebagai cikal bakal Asuransi
Kesehatan Nasional.
Untuk lebih meningkatkan program jaminan pemeliharaan kesehatan bagi
peserta dan agar dapat dikelola secara profesional, Pemerintah menerbitkan
Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1984 tentang Pemeliharaan Kesehatan
bagi Pegawai Negeri Sipil,Penerima Pensiun (PNS, ABRI dan Pejabat Negara)
beserta anggota keluarganya. Dengan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun
1984, status badan penyelenggara diubah menjadi Perusahaan Umum Husada
Bhakti.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1991, kepesertaan
program jaminan pemeliharaan kesehatan yang dikelola Perum Husada Bhakti
ditambah dengan Veteran dan Perintis Kemerdekaan beserta anggota keluarganya.
Disamping itu, perusahaan diijinkan memperluas jangkauan kepesertaannya ke
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1992 status Perum
diubah menjadi Perusahaan Perseroan (PT Persero) dengan pertimbangan
fleksibilitas pengelolaan keuangan, kontribusi kepada Pemerintah dapat
dinegosiasi untuk kepentingan pelayanan kepada peserta dan manajemen lebih
mandiri.
Pada tahun 2005, PT. Askes (Persero) diberi tugas oleh Pemerintah
melalui Departemen Kesehatan RI, sesuai Keputusan Menteri Kesehatan RI
Nomor 1241/MENKES/SK/XI/2004 dan Nomor 56/MENKES/SK/I/2005, sebagai
Penyelenggara Program Jaminan Kesehatan Masyarakat Miskin
(PJKMM/ASKESKIN).
1. Dasar Penyelenggaraan :
UUD 1945
UU No. 23/1992 tentang Kesehatan
UU No.40/2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1241/MENKES/SK/XI/2004
dan Nomor 56/MENKES/SK/I/2005,
2. Prinsip Penyelenggaraan mengacu pada :
Diselenggarakan secara serentak di seluruh Indonesia dengan azas
gotong royong sehingga terjadi subsidi silang.
Mengacu pada prinsip asuransi kesehatan sosial.
Pelayanan kesehatan dengan prinsip managed care dilaksanakan
Menjamin adanya protabilitas dan ekuitas dalam pelayanan kepada
peserta.
Adanya akuntabilitas dan transparansi yang terjamin dengan
mengutamakan prinsip kehati-hatian, efisiensi dan efektifitas.
E. Kerangka Pemikiran
Kesehatan merupakan modal dasar setiap manusia dalam menjalankan
aktivitas hidupnya. Hidup sehat bisa dibangun dari individu seseorang dan bisa
juga dibantu dengan adanya efektifitas program dari organisasi pemerintah,
dengan memberikan fasilitas-fasilitas pelayanan kesehatan seperti Puskesmas,
Rumah Sakit atau klinik-klinik kesehatan.
Puskesmas adalah salah satu bentuk fasilitas yang dapat memberikan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat, seperti kepada peserta / pasien pengguna
kartu Askes. Begitu juga pada Puskesmas Padang Bulan. Adapun pelayanan
kesehatan yang diberikan kepada peserta / pasien pengguna kartu Askes berupa
pengobatan secara gratis dengan menunjukkan kartu anggota Askes, dan bagi
peserta / pasien pengguna kartu Askes yang ingin berobat ke unit kesehatan yang
lebih tinggi seperti Rumah Sakit (RS), pasien dapat meminta rujukan dari
Puskesmas.
Sesuai dengan visi Dinas Kesehatan kota Medan yaitu “Medan Sehat
Sejahtera 2010” dan misi dari Dinas Kesehatan kota Medan yaitu meggerakkan
pelayanan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat beserta lingkungan, maka
fasilitas-fasilitas pelayanan yang ada seperti Puskesmas harus menunjukkan
keefektivitasan pelayanan pasien / peserta yang menggunakan kartu Askes.
Sehingga pelayanan kesehatan yang diberikan oleh puskesmas kepada
pasien / peserta Askes mempunyai tujuan dan manfaat bagi kesehatan individu
tersebut ataupu kesehatan masyarakat, sehingga efektivitas dari pelayanan
Bagan Kerangka Pemikiran
Pelayanan Kesehatan - Pengobatan Gratis
- Rujukan ke RS
Peserta Askes
PUSKESMASEFEKTIVITAS - Tujuan
F. Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional F.1 Defenisi Konsep
Defenisi konsep adalah abstraksi mengenai suatu fenomena yang
dirumuskan atas dasar generalisasi dari sejumlah karakter, kejadian, keadaan,
kelompok, atau individu tertentu (Singarimbun, 1989:34).
Untuk lebih mengetahui pengertian mengenai konsep-konsep yang
digunakan maka penulis membatasi konsep yang digunakan sebagai berikut :
1. Efektivitas adalah keberhasilan suatu aktivitas atau kegiatan dalam
mencapai tujuan (sasaran) yang telah ditentukan sebelumnya.
2. Pelayanan adalah usaha pemberian bantuan atau pertolongan kepada orang
lain, baik materi maupun non materi agar orang itu dapat mengatasi
masalahnya sendiri.
3. Pelayanan kesehatan adalah suatu kegiatan makrososial yang berlaku
antara pranata atau lembaga dengan suatu populasi tertentu, masyarkat
atau komunitas.
4. Asuransi Kesehatan (Askes) adalah sistem pengelolaan yang diperoleh
dari kontribusi secara teratur oleh anggota, oleh salah satu bentuk
organisasi membiayai pelayanan kedokteran.
5. Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi fungsional yang langsung
memberikan pelayanan secara menyeluruh kepada masyarakat dalam suatu
Maka efektifitas pelayanan pasien pengguna kartu Askes di puskesmas
adalah berhasilnya puskesmas dalam melayani pasien / peserta pengguna kartu
Askes dalam meningkatkan derajat kesehatannya.
F.2 Defenisi Operasional
Defenisi Operasional adalah unsure penelitian yang memberitahukan
caranya mengukur suatu variable (Singarimbun, 1986:46).
Untuk mengukur variable dalam penelitian ini, yaitu efektivitas pelayanan
pasien pengguna kartu Askes di Puskesmas Padang Bulan, dengan cara melihat
berbagai indicator sebagai berikut :
1. Pelaksanaan Pelayanan Pasien Pengguna Kartu Askes
- Pelayanan Dokter
- Pelayanan Petugas
2. Kehandalan yaitu kehandalan dokter / perawat dan petugas kesehatan
kepada pasien pengguna kartu Askes
- Pelayanan
- Proses Pelayanan
3. Kesigapan
- Kualitas Obat
- Petugas Puskesmas
- Diagnosa Penyakit
4. Frekwensi kunjungan : Rata-rata berapa kalikah dalam sebulan pasien
6. Fasilitas
- Alat-alat pengobatan
- Fasilitas kamar suntik
- Jumlah dokter / petugas puskesmas
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian
Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif
kualitatif, dimana penelitian ini menggambarkan secara rinci mengenai pelayanan
pasien pengguna kartu Askes di Puskesmas Padang Bulan dengan melakukan
pengamatan terhadap gejala, peristiwa, kondisi dan fasilitas yang tersedia.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Padang Bulan yang terletak di
Jalan Jamin Ginting, Komplek Pamen, Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan
Medan Baru, Medan. Adapun alasan pemilihan tempat ini adalah :
1. Puskesmas Padang Bulan merupakan salah satu puskesmas yang ramai
dikunjungi pasien pengguna kartu Askes.
2. Penulis bermukim dekat dengan lokasi penelitian sehingga lebih
memudahkan dalam mengamati secara langsung serta mendapatkan
data-data yang diperlukan.
C. Populasi dan Sampel Populasi
Populasi adalah keseluruhan obyek yang terdiri dari manusia, benda,
Populasi dalam penelitian ini adalah pasien pengguna kartu Askes di
Puskesmas Padang Bulan di tahun 2007 yang mana berjumlah kira-kira 600
pasien setiap bulannya.
Sampel
Menurut Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, sampel adalah sebagian atau wakil
populasi yang diteliti (Arikunto, 1997 : 109).
Sampel dalam penelitian ini diambil berdasarkan 10 % dari 600 pasien
Askes, sehingga didapatlah 60 responden dari pasien Askes. Sedangkan dari pihak
puskesmas Padang Bulan (Dokter, Perawat bagian kartu, bagian pengobatan dan
tenaga paramedis) penulis mengambil hanya 5 orang responden. Didapat seluruh
sampel berjumlah 65 orang responden.
Adapun cara untuk pengambilan sampel dengan teknik purposif sampling
yaitu menentukan sendiri sampel yang dianggap memeiliki potensi untuk
memberikan data yang diperlukan, dengan ketentuan pasien yang sudah pernah
berobat menggunakan kartu Askes di Puskesmas Padang Bulan, dengan bertanya
langsung kepada pasien dan kepada petugas puskesmas yang bersangkutan.
D. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan peneliti menggunakan
metode pengumpulan data sebagai berikut :
1. Studi Kepustakaan
Yaitu dengan cara mengumpulkan data-data dan informasi yang ada yang
2. Studi Lapangan
Pengumpulan data yang diperoleh melalui kegiatan penelitian secara
langsung dengan turun ke lokasi penelitian untuk mencari fakta yang
berkaitan dengan masalah yang diteliti.
a. Observasi
Yaitu mengumpulkan data tentang gejala tertentu yang dilakukan
dengan mengamati, mendengar dan mencatat kejadian yang
menjadi sasaran penelitian. Dalam mendapatkan data yang
diperlukan peneliti langsung terjun kelapangan untuk melihat
segala kejadian yang ada kemudian dijadikan sebagai refrensi
dalam penelitian ini.
b. Wawancara
Yaitu dengan cara mengumpulkan data dan mengajukan
pertanyaan secara tatap muka dengan responden yang bertujuan
untuk melengkapi data yang diperoleh dari kuesioner yang telah
diajukan.
c. Kuesioner
Yaitu mengumpulkan data dan informasi dengan cara menyebarkan
E. Teknik Analisa Data
Dalam penelitian ini, teknik analisis data yang dipakai adalah teknik
analisis Deskiptif Kualitatif yaitu dengan cara menjabarkan hasil penelitian
sebagaimana adanya. Data yang didapat akan dipaparkan dan dianalisa dengan
BAB IV
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
A. Puskesmas
A.1 Sejarah Perkembangan Puskesmas
Untuk Negara Indonesia, konsep Puskesmas yang merupakan tulang
punggung pelayanan kesehatan tingkat pertama tersebut belumlah begitu lama
dikenal. Konsep ini dilahirkan pada tahun 1968 ketika dilangsungkan Rapat Kerja
Kesehatan Nasional (Rakerkesnas) pertama di Jakarta. Waktu itu dibicarakan
upaya mengorganisir sistem pelayanan kesehatan di tanah air, yang untuk
pelayanan kesehatan tingkat pertamanya dirasakan kurang menguntungkan.
Sebelum tahun 1968 tersebut pelayanan kesehatan tingkat pertama memang telah
terdapat di Indonesia, seperti misalnya BKIA untuk melayani ibu, bayi dan anak,
BP untuk pengobatan penyakit, petugas P4M untuk mengatasi penyakit menular,
tenaga penyuluh kesehatan untuk melaksanakan kegiatan penyuluhan dan lain
sebagainya.
Melalui Rakerkesnas pertama tersebut, timbul gagasan untuk menyatukan
semua pelayanan kesehatan tingkat pertama ini kedalam satu pengorganisasian.
Organisasi yang dipercaya untuk menyatukan semua kegiatan tersebut diberi
nama Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Pada waktu gagasan Puskesmas
dilahirkan, dibedakan atas empat macam yakni : Puskesmas tingkat desa, tingkat
kecamatan, tingkat kewedanaan, dan tingkat kabupaten. Pembagian ini tidak
Puskesmas tipe A, ialah Puskesmas yang dipimpin oleh dokter penuh.
Puskesmas tipe B, ialah Puskesmas yang dipimpin oleh dokter tidak penuh.
Puskesmas tipe C, ialah Puskesmas yang dipimpin oleh tenaga paramedic.
Pada tahun 1970, ketika dilangsungkan Rakerkesnas ketiga dirasakan
pembagian Puskesmas berdasarkan kategori tenaga ini kurang sesuai, karena
untuk Puskesmas tipe B dan tipe C yang tidak dipimpin oleh dokter penuh dan
atau sama sekali tidak ada tenaga dokter tersebut, dirasakan sulit untuk
mengembangkannya.
Demikianlah pada tahun 1970 tersebut, pembagian Puskesmas yang
seperti ini ditinggalkan. Mulai tahun 1970 ditetapkan hanya ada satu macam
Puskesmas, dengan wilayah kerja tingkat kecamatan atau pada suatau daerah
dengan jumlah penduduk antara 30.000 samapai dengan 50.000 jiwa. Konsep
berdasarkan wilayah kerja ini tetap dipertahankan sampai dengan akhir Pelita II
pada tahun 1979 lalu.
Selanjutnya, yang disesuiakan dengan perkembangan kemampuan
Pemerintah antara lain dapat dilihat dengan dikeluarkannya Inpres Kesehatan,
berturut-turut No. 5 tahun 1974, No. 7 tahun 1975, dan No. 4 tahun 1976, yang
berhasil mendirikan serta menempatkan tenaga dokter disemua daerah tingkat
kecamatan yang ada di tanah air, maka sejak Pelita III, konsep wilayah lebih
diperkercil, yakni mencangkup suatu daerah dengan jumlah penduduk sekitar
30.000 jiwa.
Demikianlah, sejak tahun 1979 tersebut mulai dirintis pembangunan
Puskesmas-Puskesmas yang berada pada satu daerah Kecamatan, maka salah satu
dari Puskesmas tersebut ditunjuk sebagai penanggung jawab, dan Puskesmas ini
disebut dengan nama Puskesmas Kecamatan.
Sebelum timbulnya ide-ide konsep Puskesmas, maka pelayanan kesehatan
di Indonesia masih bersifat :
1. Pelayanan kesehatan lebih bersifat kuratif.
2. Pelayanan kesehatan bersifat pelayanan perorangan.
3. Masing-masing unit pelayanan berdiri sendiri.
Pada waktu itu pelayanan kesehatan dikecamatan daerah pedesaan terdiri
dari Balai Pengobatan, Usaha Hygiene Sanitasi Lingkungan dan Vaksinasi cacar.
Terasa pelayanan yang demikian tidak bersifat effisien dan mencapai sasaran yang
sebenarnya maka dipikrkan untuk mengadakan suatu sistem pelayanan kesehatan
yang terintegrasi dan bersifat menyeluruh dimana berbagai petugas kesehatan
bekerja dalam satu kelompok dibawah satu pimpinan.
A.2 Defenisi Puskesmas
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah satuan organisasi
fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh,
terpadu, merata,dapat diterima dan dijangkau oleh masyarakat dengan peran serta
aktif masyarakat yang menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi tepat guna denhan biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan
masyarakat. Upaya kesehatan tersebut diselenggarakan dengan menitikberatkan
A.3 Visi Puskesmas
Puskesmas mampu melindungi kesehatan penduduk wilayah kerjanya dan
memacu peningkatan kemandirian masyarakat untuk menolong dirinya sendiri
dalam bidang kesehatan serta membudayakan hidup dan norma keluarga kecil
bahagia dan sejahtera.
A.4 Misi Puskesmas
Menyelenggarakan upaya kesehatan essensial bermutu, merata dan
terjangkau sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Meningkatkan status kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya dengan
membina peran serta masyarakat melalui pengembangan upaya kesehatan
inovatif dan pemanfaatan teknologi tepat guna.
A.5 Tujuan Pelayanan Kesehatan Oleh Puskesmas
Tujuan pelayanan kesehatan oleh Puskesmas adalah meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya.
A.6 Kedudukan dan Wilayah Kerja Puskesmas
Kedudukan Puskesmas dalam sistem kesehatan tingkat Kabupaten / Dati
II : Puskesmas adlah perangkat pemerintah daerah tingkat dua, bertanggung jawab
kepada Kepala Dinas Kesehatan Dati II.
- Puskesmas asdalah unit pelayanan kesehatan tingkat pertama dalam sistem
- Kedudukan Puskesmas dalam Sistem Kesehatan Nasional adalah sebagai
ujung tombak pelayanan kesehatan dan sebagai pusat pembangunan
terdepan.
A.7 Kegiatan Puskesmas
I. Kegiatan Pokok Puskesmas
1. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
2. Keluarga Berencana
3. Upaya Peningkatan Gizi
4. Kesehatan Lingkungan
5. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular (P2M)
6 Pengobatan Pelayanan Darurat
7. Penyuluhan Kesehatan Masyarakat (PKM)
8. Usaha Kesehatan Sekolah
9. Kesehatan Olah Raga
10. Perawatan Kesehatan Masyarakat
11. Usaha Kesehatan Kerja
12. Usaha Kesehatan Gigi dan Mulut
13. Usaha Kesehatan Jiwa
14. Kesehatan Mata
15. Laboratorium
16. Kesehatan Usia Lanjut (Manula)
18. Pencatatan dan Pelaporan dalam Rangka SIstem Informasi
Kesehatan
II. Program Prioritas untuk Mencapai Indonesia Sehat 2010
1. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
2. Keluarga Berencana (KB)
3. Upaya Peningkatan Gizi
4. Usaha Kesehatan Lingkungan
5. Promosi / Penyuluhan Kesehatan
6. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular (P2M)
7. Pencatatan dan Pelaporan dalam Rangka Sistem Informasi
Kesehatan (SP2TP)
A.8 Pelayanan Puskesmas
Wilayah kerja suatu kecamatan yang mana setiap 30.000 jiwa penduduk,
apabila penduduk melibihi 30.000 jiwa maka didirikan Puskesmas Pembantu
dengan jangkauan kira-kira 3-5 km dari Puskesmas. Pelayanan kesehatan yang
diberikan berupa :
1. Promotif (penyuluhan berupa pemeliharaan kesehatan).
2. Preventif (tindakan yang dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit
dari diri manusia).
3. Kuratif (tindakan yang dilakukan untuk mengobati penyakit yang diderita
B. Keadaan serta Situasi Puskesmas Padang Bulan B.1 Sejarah Berdirinya Puskesmas Padang Bulan
Oleh karena berkas-berkas tentang berdirinya Puskesmas Padang Bulan ini
tidak lengkap maka Penulis mengambil data tentang berdirinya Puskesmas
Padang Bulan ini dari pelangkat yang ada. Puskesmas Padng Bulan ini dulunya
bukan sebuah Puskesmas tetapi sebuah poliklinik dan rumah dokter. Peletakan
batu pertama dilakukan oleh Pangdam II/Bukit Barisan Bapak Sarwo Edhi
Wibowo (Brigjen TNI) pada tanggal 27 Maret 1968 dan selesai pada tanggal 20
Juli 1968. pelaksanaannya yaitu Zi Bang Ron-DIM 0212/MS.
B.2 Lokasi Puskesmas
Puskesmas Padang Bulan terletak di Jalan Jamin Ginting, Kompleks
Pamen, Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru, Kota Medan.
B.3 Wilayah Kerja Puskesmas
Dalam melaksanakan kegiatannya, Puskesmas Padang Bulan melayani 6
Kelurahan yang ada di wilayah kerja Kecamatan Medan Baru dengan luas 527
hektar.
Perbatasan wilayah kerja Puskesmas Padang Bulan adalah sebagai berikut :
- Sebelah Utara dengan Kecamatan Medan Petisah
- Sebelah Selatan dengan Kecamatan Medan Johor
- Sebelah Timur dengan Kecamatan Polonia
B.4 Keadaan Demografi
Jumlah penduduk yang dicakup oleh Puskesmas Padang Bulan menurut
jenis kelamin sebanyak 46170 jiwa yang terdiri dari :
1. Jumlah Perempuan : 23547 jiwa
2. Jumlah Laki-laki : 22623 jiwa
Dari keenam kelurahan yang ada di Kecamatan Medan Baru terdapat 8798
Kepala Keluarga, dimana terdata 1819 KK sejahtera I. penduduk Kecamatan
Medan Baru cukup heterogen, hal ini terlihat pada data sebagai berikut :
1. Suku Batak : 26318 jiwa
2. Suku Tionghoa : 4212 jiwa
3. Suku Melayu : 2528 jiwa
4. Suku Padang : 2080 jiwa
5. Beragam suku lain : 9171 jiwa
B.5 Keadaan Geografi
1. Luas Wilayah : 540 Ha
2. Luas Kecamatan : 540 Ha
3. Jumlah Kelurahan : 6
4. Jumlah Lingkungan : 64
5. Jumlah KK : 8798