• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aplikasi Analisis Biaya Pembuatan Pondasi Bangunan Di PT. Ria Kencana Bandung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Aplikasi Analisis Biaya Pembuatan Pondasi Bangunan Di PT. Ria Kencana Bandung"

Copied!
161
0
0

Teks penuh

(1)

▸ Baca selengkapnya: seorang yang berprofesi khusus dalam pembuatan anggaran biaya disebut

(2)

DI PT RIA KENCANA BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk Menempuh Ujian Akhir Sarjana Program Strata Satu Jurusan Teknik Informatika

Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Komputer Indonesia

AHMAD WALUYA S

10106251

PROGRAM STUDI S1

JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER

(3)
(4)
(5)

i

APLIKASI ANALISIS BIAYA PEMBUATAN PONDASI

BANGUNAN DI PT RIA KENCANA BANDUNG

Oleh

AHMAD WALUYA S 10106251

Analisis biaya pembuatan pondasi bangunan merupakan proses perhitungan biaya yang dibutuhkan dalam suatu proyek pembuatan pondasi bangunan. Analisis biaya memperhitungan seluruh kebutuhan proyek serta perkiraan perubahan biaya yang akan terjadi terkait dengan perubahan waktu menggunakan metode regresi linier. Proses analisis biaya harus dapat dilakukan secara cepat dan tepat, begitu juga di PT Ria Kencana Bandung. Ketepatan perhitungan dapat dilakukan dengan menggunakan alat bantu yaitu suatu aplikasi yang dapat menghitung keseluruhan aspek biaya beserta perkiraan peramalan dalam satu kesatuan perhitungan. Hal ini dapat mempercepat proses perhitungan dan juga mengurangi resiko kesalahan yang akan terjadi dalam perhitungan analisis biaya tersebut.

Sebagai salah satu solusi untuk permasalahan tersebut dibangun suatu aplikasi yang dapat menjadi suatu alat bantu dalam proses analisis biaya. Tahapan pengembangan aplikasi ini menggunakan metode incremental waterfall, dengan metodologi penelitian deskriptif yaitu dengan cara mengumpulkan data, menganalisa data, membuat suatu pemecahan masalah dan kemudian disusun untuk ditarik kesimpulan mengenai masalah tersebut. Perancangan dan pembangunan aplikasi dilakukan secara prosedural yaitu melalui analisis prosedur, analisis basis data dan analisis kebutuhan fungsional kemudian dilanjutkan dengan implementasi berdasarkan hasil analisis.

Berdasarkan hasil pengujian secara black box melalui pengujian alpha dan beta

dapat disimpulkan bahwa aplikasi analisis biaya pembuatan pondasi bangunan di PT Ria Kencana Bandung dapat menjadi suatu solusi untuk mempercepat proses perhitungan serta mengurangi resiko kesalahan yang dapat terjadi dalam perhitungan analisis biaya di PT Ria Kencana.

(6)

ii

COST ANALYSIS APPLICATION OF STRUCTURE CONSTRUCTION

IN PT RIA KENCANA BANDUNG

By

AHMAD WALUYA S 10106251

Cost analysis of structure construction is the process of calculating the costs involved in a project of structure construction. Cost analysis calculates all the expenses of the project and estimated cost changes that will occur related to the change in time using linear regression methods.The process of cost analysis must be done quickly and accurately, including the process in PT Ria Kencana Bandung. Appropriate calculations can be obtained using an application as a tool that can calculate the overall aspects and their approximate cost of forecasting in a single calculation. This can speed up the calculation process and also reduces the risk that errors will occur in the calculation of the cost analysis.

As solution to this problem an application development established to create a tool to manage the process of cost analysis. Stages of development of these applications use the incremental method of waterfall, with a descriptive research methodology by collecting data, analizing data, making solutions and concluding the problems. Designing and building the application using procedural technique through analyzing procedures, database and requirements followed by implementing the result of the analysis.

According to the result of black box testing through alpha and beta testing, cost analysis application of structure construction in PT Ria Kencana can be a solution to speed up the calculation process and reduce the risk of errors that can occur in the calculation of the cost analysis in PT Ria Kencana.

(7)

iii

Alhamdulillah, segala puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu

syarat untuk kelulusan program strata 1 pada Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer

Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia. Untuk itu

penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya

kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini,

yaitu :

1. Bapak, Ibu, Kakak dan seluruh keluarga, terima kasih atas doa, dukungan dan

semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan ini.

2. Cheni Rahmawati A.Md, terima kasih telah menjadi istri yang selalu

mendampingi dan memberi semangat selama penyelesaian skripsi ini.

3. Ibu Mira Kania Sabariah, S.T., M.T., selaku dosen pembimbing skripsi, terima

kasih atas segala saran, bimbingan dan nasehat Ibu sehingga skripsi ini dapat

diselesaikan dengan sebaik-baiknya.

4. Ibu Tati Harihayati M., S.T., M.T., selaku dosen reviewer, terima kasih atas

segala masukan dan koreksi Ibu.

5. Bapak Eko Budi Setiawan, S. Kom., selaku dosen penguji, terima kasih atas

koreksi dan saran Bapak.

6. Bapak Andri Heryandi, S.T., M.T., selaku dosen wali, terima kasih atas segala

masukan dan saran Bapak.

7. Bapak Hendra Moelyana, S.T., selaku pembimbing lapangan, terima kasih

atas segala masukan dan saran Bapak.

8. Dosen-dosen IF UNIKOM, terima kasih atas bimbingan Bapak/Ibu selama

(8)

iv

10.Rekan-rekan di PT Ihsan Solusi Informatika, terima kasih atas segala

dukungan dan semangatnya.

11.Pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, terima kasih atas

segala bentuk dukungan dan bantuan selama menyelesaikan skripsi ini.

Semoga segala bantuan dan dukungan mendapatkan balasan yang berlimpah dari

Tuhan Yang Maha Esa. Amin.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih memiliki banyak

kekurangan, oleh karena itu segala kritik dan saran yang membangun akan

menjadi penyempurna bagi skripsi ini. Semoga hasil penelitian ini dapat

memberikan manfaat dan kontribusi bagi pihak-pihak yang terkait.

Bandung, Juli 2012

(9)

v

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

I.1 Latar Belakang Masalah ... 1

I.2 Rumusan Masalah ... 2

I.3 Maksud dan Tujuan ... 2

I.4 Batasan Masalah/Ruang Lingkup kajian ... 2

I.5 Metodologi Penelitian ... 3

I.5.1 Tahap pengumpulan data ... 3

I.5.2 Tahap pembuatan perangkat lunak. ... 4

I.6 Sistematika Penulisan ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

II.1 Sejarah Singkat Perusahaan ... 7

II.1.1 Struktur Organisasi ... 8

(10)

vi

II.2.2 Angka Indeks ... 13

II.2.3 Regresi Linier... 14

II.3 Analisis Biaya Pembuatan Pondasi Bangunan ... 15

II.3.1 Data atau Asumsi yang Diperlukan ... 16

II.3.2 Prinsip Pendekatan Perhitungan ... 17

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN ... 19

III.1 Analisis Sistem ... 19

III.1.1 Analisis Masalah ... 19

III.1.2 Analisis Prosedur yang Sedang Berjalan ... 20

III.1.3 Analisis Dokumen Pada Sistem yang Sedang Berjalan ... 24

III.1.4 Perhitungan Eskalasi Biaya ... 25

III.1.5 Analisis Basis Data ... 35

III.1.6 Analisis Kebutuhan Fungsional ... 47

III.1.7 Spesifikasi Proses... 63

III.1.8 Kamus Data ... 72

III.1.9 Analisis Kebutuhan Nonfungsional ... 73

III.2 Perancangan Sistem ... 75

III.2.1 Perancangan Arsitektur ... 75

III.2.2 Perancangan Data... 76

III.2.3 Perancangan Struktur Menu ... 84

(11)

vii

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN ... 102

IV.1 Implementasi ... 102

IV.1.1 Kebutuhan Perangkat Keras ... 102

IV.1.2 Kebutuhan Perangkat Lunak ... 103

IV.1.3 Implementasi Basis Data... 103

IV.1.4 Implementasi Antarmuka ... 109

IV.2 Pengujian ... 110

IV.2.1 Rencana Pengujian ... 110

IV.2.2 Kasus dan Hasil Pengujian... 111

IV.2.3 Kesimpulan Hasil Pengujian Alpha ... 133

IV.2.4 Pengujian Beta ... 133

IV.2.5 Hasil Wawancara ... 134

IV.2.6 Kesimpulan Hasil Pengujian Beta ... 135

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 136

V.1 Kesimpulan... 136

V.2 Saran ... 136

(12)

1 I.1 Latar Belakang Masalah

PT Ria Kencana merupakan sebuah perusahaan nasional yang didirikan di

Bandung dan bergerak di bidang General Contractor, Land Clearing dan Supplier. Sejak tahun 1986, PT Ria Kencana telah mengerjakan berbagai proyek yang

mayoritas merupakan proyek pembangunan pondasi baik struktur maupun

infrastruktur. Dalam tahapan awal perencanaan setiap proyek yang akan

dikerjakan yaitu pada saat tender proyek dibuka, PT Ria Kencana menganalisa

kemungkinan pengerjaan proyek terlebih dahulu. Proses analisis tersebut sangat

penting bagi kelangsungan proyek pada tahap pelaksanaan terutama yang

berkaitan dengan analisis biaya.

Analisis biaya yang dilakukan di PT Ria Kencana pada saat ini dilakukan

menggunakan Microsoft Excel dan melalui beberapa tahapan secara manual. Analisis biaya secara manual dan perhitungan-perhitungan jumlah kebutuhan

material membutuhkan waktu yang relatif cukup lama. Selain itu, perhitungan

eskalasi dalam analisis biaya yang dilakukan sering melenceng jauh dari

kenyataan di lapangan. Proses perhitungan yang lama dan perhitungan eskalasi

yang tidak sesuai dengan keadaan di lapangan seringkali menjadi kendala dalam

proses perencanaan proyek. Hal tersebut pada akhirnya dapat mengakibatkan

(13)

Permasalahan mengenai analisis biaya tersebut dapat diatasi salah satunya adalah

dengan cara membangun aplikasi analisis biaya pembuatan pondasi bangunan di

PT Ria Kencana.

I.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah yang ada, maka dapat dirumuskan

masalahnya adalah bagaimana membangun aplikasi analisis biaya pembuatan

pondasi bangunan di PT Ria Kencana.

I.3 Maksud dan Tujuan

Berdasarkan permasalahan yang diteliti, maka maksud dari penelitian ini adalah

untuk membangun aplikasi analisis biaya pembuatan pondasi bangunan di PT Ria

Kencana.

Adapun tujuan dari pembangunan aplikasi analisis biaya pembuatan pondasi

bangunan di PT Ria Kencana ini adalah untuk :

a. Mempercepat proses perhitungan dan analisis biaya.

b. Mengurangi resiko kesalahan yang terjadi pada perhitungan eskalasi biaya

pembanganan pondasi bangunan.

I.4 Batasan Masalah/Ruang Lingkup kajian

Aplikasi yang akan dibangun hanya terbatas pada masalah-masalah sebagai

berikut :

a. Penelitian ini bertempat di PT Ria Kencana Bandung.

b. Data masukan untuk aplikasi ini berupa data harga satuan material, data upah

pekerja, data indeks perubahan harga konstruksi, data wilayah, definisi proyek

(14)

c. Data wilayah yang digunakan dalam aplikasi ini dapat berupa nama daerah,

kota, kabupaten maupun propinsi di seluruh Indonesia sesuai dengan data

yang digunakan di PT Ria Kencana.

d. Perhitungan eskalasi biaya pada aplikasi analisis biaya yang dibangun

menggunakan metode regresi linier.

e. Keluaran yang dihasilkan dari aplikasi ini adalah nilai proyek setelah proses

analisis biaya dan grafik pertambahan nilai proyek per periode.

f. Aplikasi analisis biaya dibangun dengan menggunakan software Borland Delphi 7 dan menggunakan DBMS PostgreSQL sebagai basis datanya.

I.5 Metodologi Penelitian

Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metodologi

deskriptif yaitu dengan cara mengumpulkan data, menganalisa data, membuat

suatu pemecahan masalah dan kemudian disusun untuk ditarik kesimpulan

mengenai masalah tersebut. Metodologi dibagi menjadi dua tahap yaitu tahap

pengumpulan data dan tahap pengembangan perangkat lunak.

I.5.1 Tahap pengumpulan data

Tahap pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Studi Literatur.

Studi literatur merupakan tahap pengumpulan data dengan cara

(15)

2. Studi Lapangan

Studi lapangan merupakan tahap pengumpulan data dengan cara mengadakan

penelitian langsung di PT Ria Kencana. Studi lapangan ini dilakukan dengan 2

cara, yaitu :

a. Observasi.

Observasi adalah pengumpulan data dengan mengadakan penelitian dan

peninjauan langsung terhadap proses analisis biaya yang dilakukan di PT

Ria Kencana.

b. Interview.

Interview adalah pengumpulan data dengan mengadakan tanya jawab

secara langsung dengan nara sumber di PT Ria Kencana mengenai analisis

biaya pembuatan pondasi bangunan.

I.5.2 Tahap pembuatan perangkat lunak.

Tahap pembuatan perangkat lunak menggunakan metode incremental yang dikembangkan dari metode waterfall. Metode incremental memberikan kemudahan pada setiap tahapannya, jika pada satu tahap tidak sesuai atau

mengalami kesalahan maka dapat kembali ke tahap sebelumnya.

Metode incremental meliputi tahapan-tahapan yang sama dengan metode

waterfall sebagai berikut :

a) Requirements

Requirements Merupakan bagian dari sistem yang terbesar dalam pengerjaan suatu proyek, dimulai dengan menetapkan berbagai kebutuhan dari semua

elemen yang diperlukan sistem dan mengalokasikannya kedalam

(16)

b) Analysis

Analysis merupakan tahap menganalisis hal-hal yang diperlukan dalam pelaksanaan proyek pembuatan aplikasi analisis biaya pembuatan pondasi

bangunan.

c) Design

Design adalah tahap penerjemahan dari data yang dianalisis kedalam bentuk yang mudah dimengerti oleh user.

d) Coding

Coding adalah tahap penerjemahan data atau pemecahan masalah yang telah dirancang keadalam bahasa pemrograman tertentu.

e) Testing

Testing merupakan tahap pengujian terhadap aplikasi analisis biaya pembuatan pondasi bangunan.

f) Maintenance

Maintenance adalah tahap akhir dimana suatu perangkat lunak yang sudah selesai dapat mengalami perubahan–perubahan atau penambahan sesuai

dengan permintaan user.

Tahapan pembuatan perangkat lunak menggunakan metode incrimental dapat dimodelkan seperti pada Gambar I-1.

(17)

I.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan proposal penelitian ini disusun untuk memberikan

gambaran umum tentang penelitian yang dijalankan. Sistematika penulisan skripsi

ini adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan tentang latar belakang permasalahan, mencoba merumuskan

inti permasalahan yang dihadapi, menentukan maksud dan tujuan penelitian, yang

kemudian diikuti dengan pembatasan masalah, metodologi penelitian serta

sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini membahas berbagai konsep dasar dan teori-teori yang menunjang dalam

kaitannya dengan topik pembuatan aplikasi analisis biaya pembuatan pondasi

bangunan.

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

Bab ini menganalisis masalah yang dihadapi dalam membuat aplikasi analisis

biaya pembuatan pondasi bangunan.

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

Bab ini berisi tentang penerapan dan pengujian terhadap aplikasi analisis biaya

pembuatan pondasi bangunan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan yang sudah diperoleh dari hasil penulisan skripsi, selain

itu juga berisi saran untuk perbaikan terhadap hasil penelitian yaitu aplikasi

(18)

7

II.1 Sejarah Singkat Perusahaan

PT Ria Kencana merupakan sebuah perusahaan nasional yang didirikan di

Bandung, bergerak di bidang Supplier dan Jasa Konstruksi. Perusahaan ini dirintis oleh B. Sabanda Hernawan dengan bentuk awal sebagai CV Ria Kencana dengan

bidang usaha yang sama. Pada tahun 1986, pengembangan manajemen dilakukan

sehingga bentuk perusahaan berubah dari CV menjadi PT berdasarkan Akta

Notaris No 80, tanggal 24 Juli 1986. Pada bentuk yang sekarang ini, B. Sabanda

Hernawan bertindak sebagai Direktur Utama, sedangkan Drs. Benni S. Laksana

menjabat sebagai Komisaris Utama.

Dalam menjalankan operasi perusahaannya, PT Ria Kencana memiliki 3 (tiga)

divisi yaitu :

1. Divisi Konstruksi

Divisi ini mengkhususkan pada pekerjaan bidang konstruksi baik jalan

jembatan maupun bangunan dan dibantu oleh staf ahli yang menangani semua

persoalan yang berhubungan dengan pekerjaan struktur.

2. Divisi Quarry

Divisi ini merupakan bagian yang bergerak di bidang supply material urugan, batu, dan lain-lain. Material yang disalurkan berasal dari quarry yang dimiliki perusahaan.

3. Divisi Peralatan

Divisi ini bergerak pada bidang penyewaan peralatan berat yang dimiliki oleh

(19)

Semua divisi saling mendukung untuk kelancaran pekerjaan masing-masing. Pada

beberapa pekerjaan semua divisi bekerja sama untuk mencapai target sehingga

pekerjaan dapat terselesaikan pada waktu yang ditentukan dan hasil yang dicapai

dapat optimal.

II.1.1 Struktur Organisasi

Struktur organisasi pada PT Ria Kencana dapat dilihat pada Gambar II-1.

Gambar II-1 Struktur Organisasi PT Ria Kencana

II.1.2 Deskripsi Jabatan

Berikut ini adalah deskripsi jabatan yang terdapat di PT. Ria Kencana yang

berkaitan dengan Aplikasi Analisis Biaya Pembuatan Pondasi Bangunan.

1. Manager Teknik

(20)

a. Merencanakan, mengarahkan dan mengendalikan kegiatan Divisi Proyek

mencakup pelaksanaan proyek, evaluasi proyek, kontrak proyek, tender,

drawing, dan dukungan lain untuk pelaksanaan proyek.

b. Memastikan RAP dapat dilaksanakan sebelum diserahkan kepada

pelaksana proyek.

c. Memastikan Rencana Mutu Proyek lengkap, akurat dan dapat

dilaksanakan sebelum diserahkan pelaksana proyek.

d. Memastikan setiap kontrak antara owner dengan perusahaan dan antara perusahaan dengan sub kontraktor akurat, seimbang dan menguntungkan

kedua belah pihak.

e. Mengkoordinir pencapaian target-target Divisi Proyek yang ditetapkan

perusahaan.

f. Mengkoordinir pelaksanaan analisis dan tindakan perbaikan terhadap

masalah yang timbul di Divisi proyek.

g. Mengupayakan tercapainya peningkatan efisiensi pada Divisi Proyek.

h. Mengkoordinir persiapan ISO 9001:2008 pada Divisi Proyek.

i. Melakukan pembinaan, pegarahan dan motivasi pada seluruh bawahan

yang menjadi tanggung jawabnya.

j. Melaporkan hasil dan kendala Divisi Proyek kepada GM.

k. Bertanggung tanggap atas semua pekerjaan yang dilakukan bawahannya.

l. Melakukan koordinasi dengan divisi terkait untuk meningkatkan

efektivitas perusahaan.

Manager Teknik memiliki wewenang sebagai berikut :

(21)

b. Menetapkan Rencana Mutu Proyek.

c. Memberikan teguran lisan kepada bawahan yang melakukan

penyimpangan.

2 Divisi Teknik

Divisi Teknik memiliki tanggung jawab sebagai berikut :

a. Melakukan tinjauan dan pengendalian terhadap setiap permintaan material

dari proyek dan departeman terkait lain.

b. Memastikan seluruh material di simpan dengan cara-cara yang tepat

sehingga terhindar dari berkurangnya mutu dan jumlah, mudah diambil

dan atau disimpan.

c. Melakukan pemeriksaan terhadap material sisa dari proyek dan

menyimpan sesuai kelompoknya.

d. Melakukan pemeriksaan terhadap material sisa dari proyek dan

menyimpan sesuai kelompoknya.

e. Memastikan catatan penerimaan dan penggunaan material lengkap dan

akurat.

f. Memastikan laporan penerimaan material di buat secara harian.

g. Memastikan Standar Mutu teraplikasi..

h. Memastikan laporan material rusak (sisa proyek) dibuat secara tiga

bulanan.

i. Melakukan TEST/UJI bahan j. Melakukan JOB MIX.

k. Melakukan perawatan, pemeliharaan dan perbaikan gudang material dan

(22)

l. Melaksanakan analisa dan tindakan perbaikan terhadap setiap masalah

yang timbul di Departemen Material.

m. Menetapkan prosedur mutu dan SOP secara konsisten.

n. Membina, mengarahkan dan memotivasi bawahan yang menjadi tanggung

jawabnya.

o. Melakukan koordinasi dengan departemen terkait untuk meningkatkan

efektivitas perusahaan.

p. Melaporkan hasil dan kendala kegiatan departemen Gudang Material

kepada kepala divisi logistik.

q. Bertanggung tanggap atas semua pekerjaan yang dilakukan bawahannya.

r. Memastikan seluruh material mentah dan jadi sesuai dengan spesifikasi

Proyek yang berlangsung.

Divisi Teknik memiliki wewenang sebagai berikut :

a. Menolak material/barang dari suplier/sub kontraktor yang tidak memenuhi persyaratan mutu.

b. Menolak permintaan material/barang dari kantor dan proyek yang tidak

sesuai ketentuan budget.

II.2 Landasan Teori

Landasan teori adalah teori-teori yang relevan dan dapat digunakan untuk

menjelaskan variabel-variabel penelitian. Landasan teori ini juga berfungsi

sebagai dasar untuk memberi jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang

(23)

II.2.1 Aplikasi

Pengertian aplikasi menurut Jogiyanto (2001:12) :

“Aplikasi adalah penggunaan dalam suatu komputer, instruksi (instruction) atau pernyataan (statement) yang disusun sedemikian rupa sehingga komputer dapat memproses input menjadi output.”

Menurut Kamus Kamus Besar Bahasa Indonesia (1998 : 52),

“Aplikasi adalah penerapan dari rancang sistem untuk mengolah data yang

menggunakan aturan atau ketentuan bahasa pemrograman tertentu”.

Aplikasi adalah suatu program komputer yang dibuat untuk mengerjakan dan

melaksanakan tugas khusus dari pengguna. Aplikasi merupakan rangkaian

kegiatan atau perintah untuk dieksekusi oleh komputer.

Program merupakan kumpulan instruction set yang akan dijalankan oleh pemroses, yaitu berupa software. Bagaimana sebuah sistem komputer berpikir diatur oleh program ini. Program inilah yang mengendalikan semua aktivitas yang ada pada

pemroses. Program berisi konstruksi logika yang dibuat oleh manusia, dan sudah

diterjemahkan ke dalam bahasa mesin sesuai dengan format yang ada pada

instruction set. Program aplikasi merupakan program siap pakai. Program yang direka untuk melaksanakan suatu fungsi bagi pengguna atau aplikasi yang lain.

Contoh-contoh aplikasi ialah program pemproses kata dan Web Browser.

Aplikasi akan menggunakan sistem operasi (OS) komputer dan aplikasi yang lainnya yang mendukung. Istilah ini mulai perlahan masuk ke dalam istilah

Teknologi Informasi semenjak tahun 1993, yang biasanya juga disingkat dengan

(24)

Industri PC tampaknya menciptakan istilah ini untuk merefleksikan medan pertempuran persaingan yang baru, yang paralel dengan yang terjadi antar sistem

operasi yang dimunculkan.

II.2.2 Angka Indeks

Menurut DR. Winardi (2000), angka indeks merupakan sebuah alat angka

matematik yang digunakan untuk menyatakan tingkat harga, volume perniagaan

dan sebagainya dalam periode tertentu, dibandingkan dengan tingkat harga,

volume perniagaan suatu periode dasar, yang nilainya dinyatakan dengan 100.

Menurut Samsubar Saleh (1988), angka indeks merupakan suatu analisis data

statistik yang terutama ditujukan untuk mengukur berapa besarnya fluktuasi

perkembangan harga dari berbagai macam komoditas selama satu periode waktu

tertentu.

Pada prinsipnya angka indeks bisa diartikan sebagai alat ukur untuk mengetahui

perubahan suatu variabel berdasarkan waktu. Tujuan pembuatan angka indeks ini

adalah mengukur secara kuantitatif terjadinya perubahan dalam dua waktu yang

berbeda atau berlainan, seperti indeks harga untuk mengukur perubahan harga,

indeks biaya hidup untuk mengukur tingkat inflasi, dan sebagainya. Indeks harga

sangat penting untuk praktisi ekonomi, pemerintah, dan publik.

Dalam perhitungan pencarian indeks harga, metode yang paling sering dan umum

untuk digunakan adalah Metode Laspeyres. Berdasarkan formula Laspeyres,

perhitungan pembobotan dibuat berdasarkan bobot pada tahun tertentu yang

dijadikan dasar (base year). Oleh sebab itu, indeks tidak akan terpengaruhi untuk mengikuti perubahan bobot dari periode ke periode, karena bobot yang digunakan

(25)

II.2.3 Regresi Linier

Istilah regresi pertama kali digunakan oleh Francis Galton pada tahun 1887 ketika

mengadakan penelitian tentang hubungan antara tinggi orang tua dengan tinggi

anaknya, dan sampai pada kesimpulan bahwa rata-rata tinggi anak yang berasal

dari orang tua yang tinggi lebih rendah dibanding rata-rata tinggi orang tuanya,

sedangkan anak-anak yang berasal dari orang tua yang rendah, tinggi rata-ratanya

lebih tinggi dari tinggi orang tuanya, dengan demikian terjadi regress

(kemunduran) atau tendensi terjadinya penurunan. Selanjutnya istilah Regression

digunakan untuk menggambarkan garis yang menunjukan arah hubungan antar

variabel, serta dipergunakan untuk melakukan prediksi, selain istilah tersebut, di

kalangan akhli Statistik ada juga yang menggunakan istilah estimating line atau garis taksiran sebagai padanan istilah regresi.

Sutrisno Hadi (2004) dalam bukunya Analisis Regresi menyatakan bahwa analisis regresi bertujuan untuk memeriksa apakah garis regresi tersebut akan efisien jika

digunakan sebagai dasar. Menghitung persamaan garis regresi untuk mengetahui

sumbangan relatif dan sumbangan efektif bila prodiktornya lebih dari satu

variabel.

Regresi yang terdiri dari satu variabel bebas (predictor) dan satu variabel terikat (Response/Criterion) disebut regresi linier sederhana (bivariate regression), sedangkan regresi yang variabel bebasnya lebih dari satu disebut regresi jamak

(Multiple regression/multivariate regression), yang dapat terdiri dari dua variabel bebas (regresi ganda) maupun lebih. Hubungan antara kedua jenis variabel

tersebut dapat dilihat pada persamaan II.1.

(26)

Persamaan II.1 tersebut terdiri dari empat simbol yaitu (ŷ ) yang merupakan

variabel terikat, ( ) yang merupakan variabel bebas, ( ) sebagai koefisien regresi

dan ( ) sebagai koefisien konstanta.

II.3 Analisis Biaya Pembuatan Pondasi Bangunan

Biaya pelaksanaan suatu proyek akan berubah terhadap waktu. Hal ini

dikarenakan adanya inflasi yang terjadi terhadap komponen biaya

pembangunannya. Biaya atau nilai pelaksanaan suatu proyek sangat tergantung

dari waktu atau kapan proyek itu akan dilaksanakan. Faktor inflasi menyebabkan

adanya perubahan tersebut. Menghitung besaran perubahannya tidaklah gampang,

apalagi jika item pekerjaan pada proyek tersebut sangat banyak seperti proyek

gedung. Sehingga perlu pendekatan agar perhitungan dapat dilakukan dengan

praktis dan cukup akurat.

Pada dasarnya perhitungan tersebut hampir sama dengan cara menghitung eskalasi

proyek. Dalam menghitung eskalasi proyek, perhitungan dilakukan sangat detail

sehingga akan menghabiskan waktu sangat lama untuk mendapatkan hasilnya.

Beberapa kondisi yang menyebabkan terjadinya perhitungan eskalasi :

1. Umumnya suatu proyek memiliki masa jeda antara perhitungan biaya oleh

konsultan dan masa mulai pelaksanaan. Masa jeda tersebut pada dasarnya

telah menyebabkan adanya faktor perubahan biaya yang seharusnya

diperhitungkan. Misalnya, suatu proyek rumah sakit direncanakan akan

dimulai pada bulan Agustus 2011. Tentunya proyek direncanakan design dan

biayanya pada beberapa bulan (biasanya 4-12 bulan) sebelum proyek

(27)

pelaksanaan telah berubah. Konsultan perencana dan pemilik harus

memperhitungkan perubahan biaya akibat adanya masa jeda tersebut.

2. Pada kontrak tahun tunggal pada proyek pemerintah atau kontrak proyek

swasta yang tidak mengakomodir kenaikan harga, maka kontraktor harus

mempertimbangkan suatu risk contegency atas adanya perubahan harga yang mungkin terjadi selama masa pelaksanaan. Risk contigency dapat dihitung dengan pendekatan cara perhitungan yang akan disampaikan.

3. Pada kontrak tahun jamak proyek pemerintah atau kontrak yang

mengakomodir adanya kenaikan harga. Pemilik harus membuat suatu

perkiraan sementara tambahan biaya yang akan dikeluarkan atau yang akan

dianggarkan. Perkiraan tambahan biaya tersebut dapat menggunakan

pendekatan cara perhitungan yang akan disampaikan.

II.3.1 Data atau Asumsi yang Diperlukan

Sebelum melakukan perhitungan, diperlukan beberapa data dan asumsi yang

memadai agar hasil perkiraan cukup akurat. Beberapa diantaranya adalah:

1. Nilai pekerjaan atau kontrak awal. Data ini sebagai dasar dalam melakukan

perkiraan.

2. Penjadwalan (time schedule) mulai dari perencanaan, lelang, dan pelaksanaan proyek. Dari data ini akan dapat ditentukan masa jeda, dan durasi pelaksanaan.

Di samping itu akan didapat pula rencana progres pekerjaan.

3. Data indeks harga dari Badan Pusat Statistik (BPS) untuk item pekerjaan

terkait. Untuk pekerjaan konstruksi dapat menggunakan pendekatan di item

(28)

II.3.2 Prinsip Pendekatan Perhitungan

Prinsip pendekatan perhitungan dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Indeks harga yang dijadikan acuan adalah indeks saat perhitungan dibuat. Bagi

konsultan, waktu acuan adalah waktu pada saat dilakukan perhitungan. Bagi

kontraktor, waktu acuan adalah 1 bulan atau 28 hari sebelum mengajukan

penawaran.

2. Kemajuan pekerjaan progres didistribusikan sesuai dengan bobot

masing-masing kelompok pekerjaan struktur, arsitektur, maupun Mechanical Electrical (ME) tergantung dari lingkup pekerjaan. Biasanya proyek memiliki komposisi porsi biaya struktur, arsitektur, dan ME sebesar 30%;30%;40%.

Tapi ini tidak dapat berlaku secara umum karena akan sangat tergantung

dengan lingkup dan jenis proyeknya. Pada proyek rumah sakit misalnya,

umumnya memiliki komposisi 25%;30%;50%. Perbedaan ini bisa jadi karena

adanya item pengadaan alat kesehatan yang nilainya cukup besar. Sebaiknya

dilakukan perhitungan komposisi porsi biaya pekerjaan proyek.

3. Proses forecast atau prediksi nilai indeks harga berdasarkan indeks resmi dari BPS dimana forecast dilakukan dengan membuat regresi atas setidaknya 24 data indeks harga bulanan. Hal ini disebabkan karena inflasi berulang dalam

durasi 12 bulan dan setidaknya data tersebut memiliki dua data berulang. Perlu

diperhatikan bahwa terjadinya kenaikan indeks harga yang tidak normal harus

dihindari karena hal tersebut berlaku secara khusus yang perhitungan risiko

(29)

4. Tidak seluruh nilai pekerjaan yang kena inflasi. Untuk perhitungan perubahan

nilai pekerjaan atas masa jeda, maka perhitungan dilakukan untuk seluruh nilai

pekerjaan. Namun untuk menghitung perubahan nilai pekerjaan sepanjang

durasi proyek, maka marjin kontraktor tidak perlu diperhitungkan. Dalam

perhitungan eskalasi malah disebutkan bahwa nilai perubahan nilai adalah

85% nilai kontrak. Dimana dianggap nilai yang tidak diperhitungkan adalah

10% marjin dan 5% overhead.

5. Perhitungan dilakukan secara bulanan. Hal ini agar hasil perubahan nilai

pekerjaan dapat lebih akurat.

6. Menentukan faktor tak terduga. Faktor ini pada dasarnya untuk mengatasi

adanya satu atau beberapa item pekerjaan yang harganya berubah secara tidak

wajar. Faktor ini ditentukan berdasarkan informasi terakhir sebelum

pemasukan penawaran yang berpotensi terjadi perubahan harga yang tidak

(30)

19 III.1 Analisis Sistem

Analisis sistem merupakan penguraian dari suatu sistem informasi yang utuh ke

dalam bagian-bagian komponennya dengan maksud untuk mengidentifikasikan

dan mengevaluasi permasalahan-permasalahan, kesempatan dan

hambatan-hambatan yang terjadi dari kebutuhan yang diharapkan sehingga dapat diusulkan

perbaikan-perbaikan.

Sebagai analisis pada sistem yang sedang berjalan, akan dibahas bagaimana

prosedur dan aliran dokumen yang sedang berjalan yang digambarkan dalam

bentuk flow map, analisis basis data, analisis kebutuhan fungsional dan analisis kebutuhan nonfungsional.

III.1.1 Analisis Masalah

Sesuai dengan hasil penelitian maka analisis masalahnya adalah pada proyek

pembuatan pondasi bangunan, kendala yang sering terjadi pada kontraktor yaitu

dalam data yang digunakan pada saat tender proyek dikeluarkan mengacu pada

standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah, akan tetapi tidak semua data

tersebut sesuai dengan kondisi yang ada di lapangan terutama menyangkut

masalah eskalasi biaya. Hal tersebut seringkali nilai proyek yang dikeluarkan pada

saat tender tidak sesuai dengan jumlah biaya yang dikeluarkan pada saat realisasi

proyek. Kendala lainnya yang terjadi pada proses analisis biaya adalah lamanya

(31)

III.1.2 Analisis Prosedur yang Sedang Berjalan

Setelah diadakan pengamatan prosedur yang sedang berjalan, maka sistem

informasi yang akan dibangun semestinya sesuai dengan prosedur yang sedang

berjalan di perusahaan. Adapun prosedur yang sedang berjalan di perusahaan

berdasarkan aliran dokumen akan lebih jelas terlihat pada flow map sistem yang sedang berjalan.

a. Prosedur Pengarsipan Data Harga Satuan dan Indeks Perubahan Harga

Prosedur ini berisi mengenai proses pengarsipan data harga satuan dan indeks

perubahan harga yang dilakukan oleh kontraktor. Adapun prosedurnya adalah

sebagai berikut :

1. Kontraktor mendapat informasi dari pemerintah mengenai data harga satuan

upah per wilayah, data harga satuan material per wilayah dan data indeks

perubahan harga per periode.

2. Kontraktor memasukkan data harga satuan upah per wilayah sesuai informasi

terbaru ke dalam arsip.

3. Kontraktor memasukkan data harga satuan material per wilayah sesuai

informasi terbaru ke dalam arsip.

4. Kontraktor memasukkan data indeks perubahan harga per periode sesuai

informasi terbaru ke dalam arsip.

Prosedur pengarsipan data harga satuan material dan upah dapat digambarkan

(32)

Gambar III-1 Prosedur Pengarsipan Data Harga Satuan dan Indeks

Perubahan Harga

Keterangan :

A1 : Arsip Daftar Harga Satuan Upah per Wilayah A2 : Arsip Daftar Harga Satuan Material per Wilayah A3 : Arsip Indeks Perubahan Harga per Periode

b. Prosedur Analisis Biaya Proyek

Prosedur ini berisi mengenai proses analisis biaya proyek yang dilakukan oleh

kontraktor. Adapun prosedurnya adalah sebagai berikut :

1. Kontraktor menerima dokumen lelang proyek yang disiapkan oleh pemilik

proyek yang mencakup daftar pekerjaan dan volume masing-masing pekerjaan

(Bill of Quantity), gambar perencanaan proyek dan definisi proyek.

2. Kontraktor menentukan daftar harga satuan material dan daftar harga satuan

upah yang digunakan dari data yang ada pada arsip mengacu kepada definisi

(33)

3. Kemudian dilakukan analisa harga satuan. Analisa harga satuan ini dapat

dilakukan melalui analisa Burgelijke Openbare Werken (BOW) atau analisa Standar Nasional Indonesia (SNI) terhadap daftar harga satuan upah dan daftar

harga satuan material maupun berdasarkan standar yang berlaku di

perusahaan.

4. Kontraktor melakukan pembuatan daftar volume dan harga satuan pekerjaan

berdasarkan Bill of Quantity (BoQ) dan hasil analisa harga satuan.

5. Selanjutnya dari daftar volume dan harga satuan dibuat rekapitulasi dan

dilakukan eskalasi biaya sesuai dengan indeks perubahan harga yang terdapat

pada arsip sehingga menghasilkan Rencana Anggaran Biaya (RAB) dan

Dokumen Penawaran.

6. Dokumen Penawaran diberikan kepada pemilik proyek pada saat pendaftaran

lelang proyek yang diikuti oleh kontraktor.

7. Rencana Anggaran Biaya disimpan sebagai arsip yang akan dibutuhkan pada

saat pelaksanaan proyek.

(34)

Gambar III-2 Prosedur Analisis Biaya Proyek

Keterangan :

A1 : Arsip Daftar Harga Satuan Upah per Wilayah A2 : Arsip Daftar Harga Satuan Material per Wilayah A3 : Arsip Indeks Perubahan Harga per Periode A4 : Arsip Dokumen Lelang Proyek

A5 : Arsip Rencana Anggaran Biaya

(35)

III.1.3 Analisis Dokumen Pada Sistem yang Sedang Berjalan

Analisis dokumen yang sedang berjalan menguraikan secara rinci

dokumen-dokumen yang digunakan pada analisis biaya proyek, diantaranya :

1. Daftar Harga Satuan Upah

Deskripsi : Data harga upah pekerjaan per orang per hari.

Fungsi : Digunakan sebagai data awal perhitungan upah

pekerjaan

Sumber : Arsip Perusahaan

Attribut : Wilayah, NamaPekerjaan, Harga

2. Daftar Harga Satuan Material

Deskripsi : Data harga bahan per unit.

Fungsi : Digunakan sebagai data awal perhitungan biaya material

Sumber : Arsip Perusahaan

Attribut : Wilayah, NamaMaterial, Unit, Harga, Keterangan

3. Indeks Perubahan Harga

Deskripsi : Data indeks perubahan harga per periode.

Fungsi : Digunakan sebagai data awal perhitungan eskalasi biaya

Sumber : Arsip Perusahaan

Attribut : Wilayah, Nama, HargaPatokan, NilaiIndeks, Periode

4. Definisi Proyek

Deskripsi : Data Proyek yang ditawarkan.

Fungsi : Digunakan sebagai identitas proyek

Sumber : Pemilik Proyek

(36)

5. Bill of Quantity

Deskripsi : Data teknis proyek yang ditawarkan.

Fungsi : Digunakan dalam perhitungan volume pekerjaan

Sumber : Pemilik Proyek

Attribut : Deskripsi, Jumlah, BiayaperUnit, TotalBiaya

6. Rencana Anggaran Biaya

Deskripsi : Data teknis pelaksanaan proyek.

Fungsi : Digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan pekerjaan

Sumber : Kontraktor

Attribut : NamaProyek, RincianPekerjaan, Analisa, Volume, Unit,

HargaSatuan, JumlahHarga.

III.1.4 Perhitungan Eskalasi Biaya

Dalam perhitungan eskalasi biaya proyek ada beberapa pendekatan yang

dilakukan yaitu :

1. Indeks harga yang dijadikan acuan adalah indeks saat perhitungan dibuat. Bagi

konsultan, waktu acuan adalah waktu pada saat dilakukan perhitungan. Bagi

kontraktor, waktu acuan adalah 1 bulan atau 28 hari sebelum mengajukan

penawaran.

2. Kemajuan pekerjaan progres didistribusikan sesuai dengan bobot

masing-masing kelompok pekerjaan struktur, arsitektur, maupun Mechanical Electrical (ME) tergantung dari lingkup pekerjaan. Sebaiknya dilakukan perhitungan komposisi porsi biaya pekerjaan proyek.

(37)

regresi atas setidaknya 24 data indeks harga bulanan. Hal ini disebabkan

karena inflasi berulang dalam durasi 12 bulan dan setidaknya data tersebut

memiliki dua data berulang. Perlu diperhatikan bahwa terjadinya kenaikan

indeks harga yang tidak normal harus dihindari karena hal tersebut berlaku

secara khusus yang perhitungan risiko kenaikannya juga dilakukan secara

khusus.

4. Tidak seluruh nilai pekerjaan yang kena inflasi. Untuk perhitungan perubahan

nilai pekerjaan atas masa jeda, maka perhitungan dilakukan untuk seluruh nilai

pekerjaan. Namun untuk menghitung perubahan nilai pekerjaan sepanjang

durasi proyek, maka marjin kontraktor tidak perlu diperhitungkan. Dalam

perhitungan eskalasi malah disebutkan bahwa nilai perubahan nilai adalah

85% nilai kontrak. Dimana dianggap nilai yang tidak diperhitungkan adalah

10% marjin dan 5% overhead.

5. Perhitungan dilakukan secara bulanan. Hal ini agar hasil perubahan nilai

pekerjaan dapat lebih akurat.

6. Menentukan faktor tak terduga. Faktor ini pada dasarnya untuk mengatasi

adanya satu atau beberapa item pekerjaan yang harganya berubah secara tidak

wajar. Faktor ini ditentukan berdasarkan informasi terakhir sebelum

pemasukan penawaran yang berpotensi terjadi perubahan harga yang tidak

wajar.

(38)

Gambar III-3 Flow Chart Perhitungan Eskalasi Biaya

Pada sistem yang berjalan, penentuan koefisien perubahan harga dilakukan

berdasarkan ketersediaan informasi indeks perubahan harga yang dikeluarkan oleh

pemerintah. Hal ini mengakibatkan perhitungan resiko atas perubahan harga lebih

sering menggunakan pendekatan per proyek atau per kategori, sehingga memiliki

(39)

Proses perhitungannya adalah sebagai berikut, menggunakan contoh kasus

dengan menggunakan pendekatan per kategori :

1. Menentukan distribusi pekerjaan

Dalam menentukan distribusi pekerjaan, dibuat suatu daftar bulan dan tahun

sebagai periode sesuai dengan tanggal awal pelaksanaan dan jangka waktu

pelaksanaan proyek ditambah 2 periode sebelumnya dan 1 periode setelahnya.

(40)

Gambar III-4 Flow Chart Penentuan Periode Distribusi

Kemudian pada daftar tersebut ditentukan distribusi pekerjaannya. Setiap

persentasi dari porsi pekerjaan per kategori dibagi sesuai dengan jangka waktu

pelaksanaannya, kecuali untuk pekerjaan yang dilakukan secara bersamaan.

Jika ada pekerjaan yang dilakukan secara bersamaan, maka pembagian

persentasi akan dilihat dari kemungkinan pelaksanaannya. Alur penentuan

(41)

Gambar III-5 Flow Chart Penentuan Persentasi per Periode

Pada tahap ini dihitung juga total persentasi pekerjaan per periode dan

akumulasinya. Hasil penentuan distribusi pekerjaan ini dapat dilihat pada

Tabel III-1.

(42)

2. Menentukan pekerjaan yang diperhitungkan perubahan harganya

Pada perhitungan ini, dimasukkan nilai pekerjaan sesuai dengan persentasi dan

dikalikan dengan komposisi yang dianggap terkena dampak perubahan harga

(pada perhitungan ini dianggap 90%). Dari perhitungan tersebut diperoleh

nilai pekerjaan yang telah terfaktor seperti pada Tabel III-2.

Tabel III-2 Nilai Pekerjaan yang Terkena Dampak Perubahan Harga

3. Peramalan menggunakan metode regresi linier berdasarkan indeks perubahan

harga

Perhitungan ini menggunakan data indeks perubahan harga dari tahun-tahun

(43)

nilai indeks sebagai sumbu-y dan indeks periode [0..n] sebagai sumbu-x. Data

dari tahun sebelumnya dapat dilihat pada Tabel III-3.

Tabel III-3 Data Indeks Harga Konstruksi

Wilayah Periode Indeks

Tahun Bulan

Sumber : Badan Pusat Statistik Republik Indonesia menggunakan tahun dasar 2000.

Berdasarkan data tersebut, dengan indeks periode sebagai x dan nilai indeks

sebagai y dari 29 sampel data pada Tabel III-3, maka diperoleh ,

(44)

Dari data tersebut, untuk , diperoleh nilai dari persamaan :

··· (III.1)

··· (III.2)

··· (III.3)

dan nilai b dari persamaan :

··· (III.4)

···

(

III.

5)

··· (III.6)

dari persamaan III.3 dan persamaan III.6 diperoleh persamaan :

··· (III.7)

Titik-titik koordinat dari Tabel III-3 dan persamaan III.7 dapat digambarkan

dalam grafik seperti pada Gambar III-6.

(45)

Berdasarkan perhitungan manual tersebut, alur untuk menentukan persamaan

regresi dapat dilihat pada Gambar III-7.

Gambar III-7 Flow Chart Penentuan Persamaan Regresi 4. Membuat tabel perkiraan indeks harga dan koefisien perubahan harga

Indeks harga hasil peramalan dimasukkan ke dalam tabel sesuai dengan

periode yang telah ditentukan pada tahap pertama, kemudian dihitung

koefisien perubahan harganya dengan rumus :

··· (III.8)

Hasil perkiraan indeks harga beserta koefisiennya pada periode proyek dapat

(46)

Tabel III-4 Hasil Perkiraan Indeks Harga Berdasarkan Hasil Regresi

5. Perhitungan nilai resiko atas perubahan harga

Koefisien perubahan harga dikurangi dengan 1 dan dikalikan dengan nilai

harga yang terkena dampak perubahan sehingga diperoleh nilai resiko inflasi

pada setiap periodenya. Total dari nilai resiko tersebut menjadi nilai tambahan

biaya atas inflasi. Hasil perhitungannya dapat dilihat pada Tabel III-5.

Tabel III-5 Nilai Resiko Atas Perubahan Harga

Dari perhitungan tersebut diperoleh nilai tambahan biaya atas inflasi yaitu sebesar

(47)

III.1.5 Analisis Basis Data

Dalam memodelkan data dan menggambarkan hubungan antara data yang ada

pada sistem digunakan alat bantu yaitu Entity Relationship Diagrams (ERD). Sistem yang akan dibangun memerlukan analisis basis data agar dapat dilihat

hubungan antar entitas. Sebelum dapat dibuat menjadi ERD, hasil analisis

dokumen perlu melalui proses normalisasi data.

Normalisasi data merupakan suatu proses untuk mendapatkan struktur tabel tabel

atau relasi yang efisien dan bebas dari anomali, dan mengacu pada cara data item

dikelompokkan ke dalam struktur record. Data hasil analisis dokumen yaitu tabel upah, material, indeks harga, definisi proyek dan bill of quantity termasuk data dengan bentuk tidak normal atau Un Normalized Form (UNF).

1. Data Upah Pekerja

Data upah pekerja dari analisis dokumen dapat digambarkan dalam tabel seperti

pada Tabel III-6.

Tabel III-6 Daftar Upah Pekerja per Orang per Hari

Wilayah Nama Pekerjaan Harga

Garut Pekerja 32000

Tukang Batu 37500

Kepala Tukang Batu 39000

Tukang Kayu 30500

Kepala Tukang Kayu 40000

Tukang Besi Beton 39000

Kepala Tukang Besi Beton 40000

Mandor 42000

Bandung Pekerja 37000

Tukang Batu 50000

Kepala Tukang Batu 55000

Tukang Kayu 50000

Kepala Tukang Kayu 55000

Tukang Besi Beton 40000

Kepala Tukang Besi Beton 55000

(48)

Tabel III-6 merupakan UNF dari data upah pekerja karena belum memenuhi

syarat bentuk normal pertama (1NF) yaitu terdapat elemen data yang berulang

yaitu pada wilayah dan nama pekerjaan sehingga harus didekomposisi agar

memenuhi bentuk normal pertama (1NF). Data upah pekerja memiliki functional dependency (ketergantungan fungsional) sebagai berikut :

Wilayah → Nama Pekerjaan

Wilayah, Nama Pekerjaan → Harga

Selain itu perlu dibuat primary key untuk mempermudah pembentukan tersebut. Hasil pembentukan tersebut menjadi 3 buah tabel yaitu wilayah, pekerjaan dan

hargapekerjaanwilayah seperti pada Gambar III-8.

Gambar III-8 Data Upah Pekerja 1NF

Data upah pekerja 1NF tersebut memiliki ketergantungan fungsional sebagai

berikut :

idwilayah → namawilayah

idwilayah, idpekerjaan → harga

idpekerjaan → namapekerjaan

Pada data upah pekerja 1NF tersebut, semua atribut selain primary key secara utuh memiliki ketergantungan fungsional pada atribut primary key. Tidak terdapat ketergantungan parsial sehingga telah memenuhi bentuk normal kedua (2NF).

Data upah pekerja 1NF juga tidak memiliki transitive dependency

(49)

normal ketiga (3NF). Bentuk ini sudah cukup untuk dapat membentuk suatu basis

data yang efisien.

2. Data Harga Material

Data harga material hasil analisis dokumen dapat disajikan dalam bentuk tabel

seperti pada Tabel III-7.

Tabel III-7 Data Harga Material

Wilayah Nama Material Unit Harga Keterangan

Lampung Batu Split m3 300000

Data harga material tersebut masih berbentuk UNF karena memiliki pengulangan

pada kolom wilayah, nama material dan unit sehingga perlu didekomposisi agar

dapat mencapai bentuk 1NF. Ketergantungan fungsional yang terdapat pada data

ini adalah :

Wilayah, Unit → Nama Material

Wilayah, Nama Material, Unit → Harga

Harga → Keterangan

Hasil dekomposisi dari data harga material UNF adalah seperti pada Gambar III-9

(50)

Gambar III-9 Data Harga Material 1NF

Pada data harga material 1NF dibentuk primary key idhargamaterialwilayah yang merupakan super key hasil penggabungan dari 3 atribut yaitu idwilayah, idmaterial dan idunit. Ketergantungan fungsional pada data ini adalah :

idwilayah → namawilayah

idhargamaterialwilayah → { idwilayah, idmaterial, idunit, harga,

keterangan}

idmaterial → namamaterial

idunit → unit

Bentuk ini telah memenuhi 2NF dan 3NF sehingga data dapat digunakan untuk

membentuk suatu struktur basis data yang optimal.

3. Data Indeks Harga

Data indeks harga yang diperoleh dari analisis dokumen yaitu seperti pada Tabel

III-8.

(51)

Wilayah Periode Nilai

atribut wilayah dengan ketergantungan fungsional sebagai berikut :

Wilayah → Periode

Periode → Nilai Indeks

Agar data tersebut dapat memenuhi 1NF, maka perlu dilakukan dekomposisi

terkait dengan atribut wilayah dan periode sehingga diperoleh bentuk data seperti

pada Gambar III-10.

Gambar III-10 Data Indeks Harga 1NF

Data indeks harga 1NF memiliki ketergantungan fungsional sebagai berikut :

(52)

idwilayah, idperiode → nilaiindeks

idperiode → {bulan, tahun}

Data tersebut telah memenuhi kriteria 2NF dan 3NF sehingga dapat membentuk

suatu basis data dengan struktur yang efisien.

4. Data Bill of Quantity (BoQ)

Jenis Pekerjaan Unit Volume

Pekerjaan Persiapan

Pekerjaan Persiapan

Pembersihan Lapangan m2 285.00 Pekerjaan

Mobilisasi/Demobilisasi Ls 1.00 Pekerjaan

Pekerjaan Struktur Lantai 1 Pekerjaan Galian Tanah m3 167.04

Pekerjaan

Bentuk data BoQ tersebut masih berupa UNF karena adanya atribut berulang pada

kategori pekerjaan, sub kategori pekerjaan, detail sub kategori, jenis pekerjaan dan

unit. Ketergantungan fungsional dari data tersebut adalah :

Kategori Pekerjaan → Sub Kategori Pekerjaan

(53)

Detail Sub Kategori → Jenis Pekerjaan

Jenis Pekerjaan → {Unit, Volume}

Data tersebut dapat diubah menjadi 1NF dengan melakukan dekomposisi sehingga

diperoleh bentuk seperti pada Gambar III-11.

Gambar III-11 Data Bill of Quantity 1NF Data BoQ 1NF memiliki ketergantungan fungsional berikut :

idkategoripekerjaan → namakategoripekerjaan

idsubkategoripekerjaan → {idkategoripekerjaan,

namasubkategoripekerjaan}

iddetailsubkategori → {idsubkategoripekerjaan, namadetailsubkategori}

idpekerjaan → namapekerjaan

idunit → namaunit

idbillofquantity → {iddetailsubkategori, idpekerjaan, idunit, volume}

Data BoQ telah memenuhi 2NF akan tetapi belum memenuhi 3NF karena masih

memiliki ketergantungan transitif yaitu namadetailsubkategori terhadap

idkategoripekerjaan. Untuk menghilangakan ketergantungan transitif tersebut,

maka dilakukan penggabungan tabel sehingga data BoQ menjadi seperti pada

(54)

Gambar III-12 Data Bill of Quantity 3NF

Pada data BoQ 3NF terdapat ketergantungan fungsional sebagai berikut :

idkategoripekerjaan → {namakategoripekerjaan, idparent}

idpekerjaan → namapekerjaan

idunit → namaunit

idbillofquantity → {iddetailsubkategori, idpekerjaan, idunit, volume}

Data dengan bentuk ini telah cukup untuk membentuk suatu basis data dengan

struktur yang optimal.

5. Data Definisi Proyek

Data definisi proyek dari hasil analisis dokumen dapat digambarkan seperti pada

Tabel III-10.

Tabel III-10 Definisi Proyek

Nama Proyek Pemilik Lokasi Pekerjaan Jangka Waktu

Biofarma Jl. Pasteur No. 25 Bandung

Struktur Maret 2004 s.d. Juli 2004

(55)

Nama Proyek Pemilik Lokasi Pekerjaan Jangka Waktu

Keterangan

Pembangunan Jalan Tol Cipularang

Wetan – Cikamuning STA 114+600 s.d. STA 115+150

s.d. Juni 2005 seksi IV.4

Data tersebut berbentuk UNF karena masih ada perulangan pada atribut pemilik

dan pekerjaan. Selain itu terdapat atribut lokasi yang memiliki atribut ganda

(multivalue attribute) yang dapat dipecah menjadi alamat dan wilayah. Ketergantungan fungsional yang terdapat pada data definisi proyek adalah :

Nama Proyek → {Pemilik, Lokasi, Pekerjaan, Jangka Waktu,

Keterangan.}

Untuk memenuhi bentuk 1NF perlu dilakukan dekomposisi terhadap perulangan

dan atribut ganda sehingga diperoleh bentuk seperti pada Gambar III-13.

Gambar III-13 Data Definisi Proyek 1NF

Data definisi proyek 1NF ini memiliki ketergantungan fungsional :

idjenispekerjaan → namajenispekerjaan

iddefinisiproyek → {namaproyek, idpemilik, alamat, idwilayah,

bulanmulai, tahunmulai, bulan selesai, tahunselesai,

keterangan}

(56)

idwilayah → namawilayah

Data bentuk ini telah memenuhi 2NF dan 3NF sehingga dapat membentuk suatu

basis data yang optimal.

Bentuk 3NF tersebut telah memenuhi kriteria untuk dapat membentuk suatu basis

data yang baik dan efisien sehingga tidak dilakukan proses normalisasi

selanjutnya.

6. Data Rencana Anggaran Biaya

Data Rencana Anggaran Biaya (RAB) dapat dibentuk dalam suatu tabel seperti

pada Tabel III-11.

Tabel III-11 Rencana Anggaran Biaya

Nama

Lantai 1 Pekerjaan Galian Tanah

(57)

Data RAB tersebut berupa UNF dengan ketergantungan fungsional sebagai

berikut :

Nama Proyek → Kategori Pekerjaan

Kategori Pekerjaan → Sub Kategori Pekerjaan

Sub Kategori Pekerjaan → Detail Sub Kategori

Detail Sub Kategori → Jenis Pekerjaan

Nama Proyek, Jenis Pekerjaan → {Unit, Volume, Harga Satuan, Total

Harga}

Data RAB memiliki perulangan pada beberapa atribut yaitu nama proyek, kategori

pekerjaan, sub kategori pekerjaan, detail sub kategori, jenis pekerjaan dan unit.

Untuk dapat menjadi suatu struktur basis data yang optimal, perlu dilakukan

penyesuaian pada data tersebut agar memenuhi 1NF. Hasil penyesuaian dari data

RAB dapat dilihat pada Gambar III-14.

Gambar III-14 Data RAB 1NF

Data RAB 1NF telah memenuhi struktur 2NF dan memiliki ketergantungan

fungsional sebagai berikut :

idproyek → namaproyek

(58)

idsubkategoripekerjaan → {idkategoripekerjaan,

namasubkategoripekerjaan}

iddetailsubkategori → {idsubkategoripekerjaan, namadetailsubkategori}

idpekerjaan → namapekerjaan

idunit → namaunit

idrab → {idproyek, iddetailsubkategori, idpekerjaan, idunit, volume,

hargasatuan, totalharga}

Bentuk tersebut belum memenuhi 3NF karena adanya ketergantungan transitif

yaitu pada tabel rab atribut totalharga yang selain tergantung pada idrab juga

tergantung pada hargasatuan dan volume. Ketergantungan transitif lainnya yaitu

pada namadetailsubkategori terhadap idkategoripekerjaan. Oleh karena itu,

ketergantungan transitif tersebut perlu dihilangkan agar dapat memenuhi 3NF

yang hasilnya seperti pada Gambar III-15.

Gambar III-15 Data RAB 3NF

Data RAB 3NF telah memenuhi struktur basis data yang optimal sehingga dapat

membentuk suatu basis data yang efisien.

Berdasarkan analisis basis data tersebut, maka akan terbentuk suatu sistem dengan

entitas-entitas yang memiliki keterkaitan satu sama lain. Keterkaitan antar entitas

(59)

Diagram (ERD). Sistem baru yang akan dirancang memiliki usulan ERD seperti pada Gambar III-16.

Gambar III-16 Entity Relationship Diagrams

III.1.6 Analisis Kebutuhan Fungsional

Analisis kebutuhan fungsional menggambarkan proses-proses yang terjadi pada

sistem yang sedang berjalan yang akan menjadi acuan dalam perancangan aplikasi

yang akan dibangun. Dalam memodelkan dan menggambarkan hubungan antar

(60)

(DFD). Sedangkan untuk menggambarkan lingkungan sistem yang akan dibangun

dapat digunakan alat bantu yaitu diagram konteks yang sering disebut juga DFD

Level 0.

Diagram konteks dari sistem analisis biaya pembuatan pondasi bangunan yang

akan dibangun adalah seperti pada Gambar III-17.

Gambar III-17 Diagram Konteks Aplikasi Analisis Biaya Pembuatan

Pondasi Bangunan

Berdasarkan hasil analisis prosedur yang sedang berjalan, sistem analisis biaya

pembuatan pondasi bangunan ini memiliki 2 proses utama yaitu proses

pengolahan data dan proses perhitungan biaya proyek. Hubungan antara kedua

proses tersebut dapat dilihat dalam bentuk DFD Level 1 seperti pada Gambar

(61)

Gambar III-18 DFD Level 1 Analisis Biaya Pembuatan Pondasi Bangunan

Dari proses pengolahan data harga satuan dan wilayah dapat dijabarkan lebih

lanjut menjadi 6 proses yaitu proses pengolahan data wilayah, proses pengolahan

(62)

pengolahan data indeks dan proses pengolahan data pekerjaan. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat dalam bentuk DFD Level 2 Proses 1 pada Gambar III-19.

Gambar III-19 DFD Level 2 Proses Pengolahan Data Harga Satuan dan

(63)

Dari proses analisis biaya proyek dapat dijabarkan lebih lanjut menjadi 2 proses

yaitu proses pengelolaan proyek dan proses perhitungan eskalasi biaya dan

rekapitulasi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam bentuk DFD Level 2 Proses

2 pada Gambar III-20.

Gambar III-20 DFD Level 2 Proses Analisis Biaya Proyek

Proses pengolahan data wilayah terdiri dari 3 proses yaitu proses penambahan

data wilayah, proses perubahan data wilayah dan proses penyajian data wilayah.

Bentuk proses tersebut dapat dilihat dalam bentuk DFD Level 3 seperti pada

(64)

Gambar III-21 DFD Level 3 Proses Pengolahan Data Wilayah

Proses pengolahan data unit terdiri dari 3 proses yaitu proses tambah data unit,

proses ubah data unit dan proses lihat data unit. Bentuk proses tersebut dapat

dilihat dalam bentuk DFD Level 3 seperti pada Gambar III-22.

Gambar III-22 DFD Level 3 Proses Pengolahan Data Unit

Proses pengolahan data material terdiri dari 3 proses yaitu proses pengolahan data

kategori material, proses pengolahan data nama material dan proses pengolahan

data detail material. Bentuk proses tersebut dapat dilihat dalam bentuk DFD Level

(65)

Gambar III-23 DFD Level 3 Proses Pengolahan Data Material

Proses pengolahan data pekerja terdiri dari 2 proses yaitu proses pengolahan data

jenis pekerja dan proses pengolahan data detail pekerja. Bentuk proses tersebut

dapat dilihat dalam bentuk DFD Level 3 Proses 1.4 pada Gambar III-24.

(66)

Proses pengolahan data indeks terdiri dari 2 proses yaitu proses pengolahan data

periode indeks dan proses pengolahan data detail indeks. Bentuk proses tersebut

dapat dilihat dalam bentuk DFD Level 3 Proses 1.4 pada Gambar III-25.

Gambar III-25 DFD Level 3 Proses Pengolahan Data Indeks

Proses pengolahan data pekerjaan terdiri dari 5 proses yaitu proses penambahan

data kategori, proses perubahan data kategori, proses penambahan data pekerjaan,

proses perubahan data pekerjaan, dan proses penyajian data pekerjaan. Bentuk

(67)

Gambar III-26 DFD Level 3 Proses Pengolahan Data Pekerjaan

Dari proses pengelolaan proyek dapat dijabarkan lebih lanjut menjadi 6 proses

yaitu proses pengolahan data kategori, proses pengolahan data subkategori, proses

pengolahan data detail subkategori, proses pengolahan data pemilik, proses

pengolahan data proyek dan proses pengolahan item proyek. Bentuk proses

tersebut dapat digambarkan dalam bentuk DFD Level 3 seperti pada Gambar

(68)

Gambar III-27 DFD Level 3 Proses Pengelolaan Proyek

Dari proses perhitungan eskalasi biaya dan rekapitulasi dapat dijabarkan lebih

lanjut menjadi 3 proses yaitu proses pembagian periode dan persentasi, proses

peramalan indeks harga dan proses perhitungan nilai tambah. Untuk lebih jelasnya

(69)

Gambar III-28 DFD Level 3 Proses Perhitungan Eskalasi Biaya dan

Rekapitulasi

Dari proses pengolahan data kategori material dapat dijabarkan lebih lanjut

menjadi 3 proses yaitu proses penambahan data kategori material, perubahan data

kategori material dan penyajian data kategori material. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat dalam bentuk DFD Level 4 proses 1.3.1 pada Gambar III-29.

Gambar III-29 DFD Level 4 Proses Pengolahan Data Kategori Material

Dari proses pengolahan data nama material dapat dijabarkan lebih lanjut menjadi

3 proses yaitu proses penambahan data nama material, perubahan data nama

material dan penyajian data nama material. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

(70)

Gambar III-30 DFD Level 4 Proses Pengolahan Data Nama Material

Dari proses pengolahan data detail material dapat dijabarkan lebih lanjut menjadi

3 proses yaitu proses penambahan data detail material, perubahan data detail

material dan penyajian data detail material. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

(71)

Gambar III-31 DFD Level 4 Proses Pengolahan Data Detail Material

Dari proses pengolahan data jenis pekerja dapat dijabarkan lebih lanjut menjadi 3

proses yaitu proses penambahan data jenis pekerja, perubahan data jenis pekerja

dan penyajian data jenis pekerja. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam bentuk

(72)

Gambar III-32 DFD Level 4 Proses Pengolahan Data Jenis Pekerja

Dari proses pengolahan data detail pekerja dapat dijabarkan lebih lanjut menjadi 3

proses yaitu proses penambahan data detail pekerja, perubahan data detail pekerja

dan penyajian data detail pekerja. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam bentuk

(73)

Gambar III-33 DFD Level 4 Proses Pengolahan Data Detail Pekerja

Dari proses pengolahan data periode indeks dapat dijabarkan lebih lanjut menjadi

3 proses yaitu proses penambahan data periode indeks, perubahan data periode

indeks dan penyajian data periode indeks. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

(74)

Gambar III-34 DFD Level 4 Proses Pengolahan Data Periode Indeks

Dari proses pengolahan data detail indeks dapat dijabarkan lebih lanjut menjadi 3

proses yaitu proses penambahan data detail indeks, perubahan data detail indeks

dan penyajian data detail indeks. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam bentuk

(75)

Gambar III-35 DFD Level 4 Proses Pengolahan Data Detail Indeks

III.1.7 Spesifikasi Proses

Spesifikasi proses bertujuan untuk mendeskripsikan setiap fungsi yang terdapat

pada Data Flow Diagram (DFD). Spesifikasi untuk proses yang terdapat pada DFD Sistem Analisis Biaya Pembuatan Pondasi Bangunan dapat dilihat pada

Tabel III-12.

Tabel III-12 Spesifikasi Proses

No Proses Keterangan

1 No. Proses 1.1.1

Nama Proses Penambahan Data Wilayah Sumber user

Gambar

Gambar III-1 Prosedur Pengarsipan Data Harga Satuan dan Indeks
Gambar III-2 Prosedur Analisis Biaya Proyek
Gambar III-3 Flow Chart Perhitungan Eskalasi Biaya
Gambar III-4 Flow Chart Penentuan Periode Distribusi
+7

Referensi

Dokumen terkait

dalam huruf a dan dalam rangka melaksanakan ketentuan dalam Pasal 68 ayat (2), Peraturan Daerah Kabupaten Bulungan Nomor 9 Tahun 2011 tentang Pajak-Pajak Daerah, perlu

Sebab itu, menurut penulis, melakukan penelitian mengenai berita-berita kampanye pada Pilkadasung Medan 2010 merupakan studi kajian yang sangat menarik untuk mengetahui

(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah daerah diberi wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan Tindak Pidana di bidang

utusan tersebut (9:7), sangat disayangkan bahwa mereka akhirnya ber- hasil dikelabuhi oleh para utusan tersebut karena mereka tidak memin- ta petunjuk TUHAN (9:14), padahal Musa

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan Political Historis dan menggunakan teori kebudayaan (cultur), teori negara (staat), teori kemauan (will). Ia adalah seorang

Daerah CTV dan PTV merupakan daerah yang harus menerima dosis radiasi lebih banyak jadi dapat diartikan bahwa daerah target volume tersebut telah menerima dosis

Diagram aktivitas dengan transisi keluaran lebih dari satu dapat diperagakan seperti yang ditunjukkan di dalam gambar 3. struktur ini dapat diubah

daya Aparatur Sipil Negara Tersedianya Aparatur Sipil Negara yang memenuhi standar kompetensi MISI I Peningkatan kualitas sumber daya manusia aparatur Terpenuhinya hak