• Tidak ada hasil yang ditemukan

Characteristic, Attitudes and Practices at Cold Storage Workers related to practices in meat hygiene

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Characteristic, Attitudes and Practices at Cold Storage Workers related to practices in meat hygiene"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTERISTIK, SIKAP DAN PERILAKU KARYAWAN

COLD STORAGE

TERKAIT PRAKTIK HIGIENE DAGING

DONNI MUKSYDAYAN

B251100234

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis Karakteristik, Sikap dan Perilaku Karyawan cold storage terkait Praktik Higiene Daging adalah karya sendiri dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Juni 2012 Donni Muksydayan

(4)
(5)

ABSTRAK

DONNI MUKSYDAYAN. Karakteristik, Sikap dan Perilaku Karyawan Cold Storage terkait Praktik Higiene Daging. Dibimbing oleh DENNY W LUKMAN dan ABDUL ZAHID

(6)
(7)

ABSTRACT

DONNI MUKSYDAYAN. Characteristic, Attitudes and Practices at Cold Storage Workers related to practices in meat hygiene. Under direction of DENNY W LUKMAN and ABDUL ZAHID

Meat storage in cold storage is a critical point in food chain, as it needs good management to prevent spoilages on meat. Meat hygiene practice during storage is influenced characteristic, attitude and practices of the workers. The characteristic of workers analyzed in this research including age, education level, level of knowledge, working experience, training of hygiene, and level of income. Characteristic will influence the attitude of the workers, and attitude will lead practice. Positive attitude will lead form positive practice. The correlation between practice and attitude of the workers in meat hygiene practice is also strengh than standard operational procedures (SOP) and supervision by manager. The study was conducted with survei method using questionnaire and checklist. Respondents in this study are workers in cold storage of meat importers company. The data was analyzed using non perimetric statistic, i.e., Gamma correlation coefficient. Then, data was analyzed using SPSS 16 and Microsoft Excel 2007. The analysis showed that characteristic which have correlation with attitude are level of knowledge (rs = 0,420) and working experience (rs = 0,363). The attitude of the workers had correlation with practice (rs = 0,676). The correlation of the attitude of the workers with practice was increased by the influences of SOP (rs = 0,686) and supervision by manager (rs = 0,909). The results of this research showed that to have good practice performance, then positive attitude, SOP, and supervision by manager should be conducted simultaneously.

(8)
(9)

RINGKASAN

DONNI MUKSYDAYAN. Karakteristik, Sikap dan Perilaku Karyawan Cold Storage terkait Praktik Higiene Daging. Di bawah bimbingan DENNY W LUKMAN dan ABDUL ZAHID.

Konsumsi daging sapi di Indonesia sejak tahun 2004-2008 terus meningkat. Setiap tahun konsumsi daging mengalami pertumbuhan sebesar 0.094 kg/kapita/tahun atau rata-rata sebesar 25 810 ton/tahun. Namun peningkatan ini tidak diimbangi dengan produksi daging dalam negeri sehingga setiap tahun terjadi defisit penyediaan daging rata-rata sebesar 43 110 ton/tahun (Hutabalian 2009). Untuk memenuhi kekurangan tersebut, salah satu upaya pemerintah adalah melakukan impor daging. Menurut data Badan Karantina Pertanian pada tahun 2008, 2009 sampai 2010 jumlah impor daging sapi dan jeroan terus mengalami peningkatan yakni berturut-turut sebanyak 925 000 ton, 119 000 ton dan 119 075 ton. Tingginya ketergantungan terhadap daging impor menyebabkan Indonesia sangat rentan terhadap masuknya agen penyakit dari luar yang terbawa dalam daging.

Penyimpanan daging merupakan tahapan yang sangat krusial dalam tahap rantai makanan. Penerapan higiene terhadap daging selama penyimpanan di cold storage bertujuan untuk mencegah terjadinya kerusakan pada daging dan mempertahankan kualitas daging sehingga aman untuk dikonsumsi oleh manusia. Faktor Sumber daya manusia dalam hal ini perilaku higiene personal karyawan sangat berperan untuk tercapainya praktik higiene daging selama penyimpanan di cold storage. Bila perilaku karyawan buruk maka kualitas daging yang dihasilkan juga akan buruk, demikian juga sebaliknya. Kondisi ini tentu akan berpengaruh terhadap kesehatan konsumen dalam hal ini masyarakat.

Penelitian ini mencoba untuk melihat bagaimana hubungan karakteristik yang meliputi umur, pendidikan, pengetahuan, pengalaman, pelatihan dan pendapatan terhadap pembentukan sikap dan perilku karyawan terkait praktik higiene daging di cold storage. Selain itu, faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi hubungan sikap dan perilaku karyawan. Aspek praktik higiene daging yang dilihat pada penelitian ini adalah sanitasi dan kebersihan, higiene personal, sistem penyimpanan dan pengendalian rodensia. Aspek ini digunakan untuk mengukur tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku karyawan terhadap praktik higiene daging. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai mengenai kondisi aktual terkait karyawan dalam praktik higiene daging. Sehingga diketahui faktor apa saja yang perlu ditingkat untuk memperbaiki kinerja karyawan.

(10)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar karyawan (90%) berumur > 30 tahun. Sebagian besar tingkat pendidikan karyawan (91,2%) adalah SMP dan SMA. Mayoritas karyawan (63,3%) mempunyai pengalaman kerja diatas 5 tahun dengan mayoritas tingkat pendapatan karyawan (56,6%) berkisar 3-5 juta, dan 41,1% mempunyai penghasilan kurang dari 3 juta per bulan. Tingkat pengetahuan sebagian besar karyawan (65,6%) terkait praktik higiene daging tergolong sedang.. Secara umum, karyawan yang disurvei dalam penelitian ini memiliki karakteristik yang cukup memadai dalam membentuk sikap dalam praktik higiene daging. Sikap mayoritas karyawan (71,1%) masuk dalam kategori netral atau ragu-ragu, dan sebagian besar karyawan (83,3%) mempunyai perilaku kategori baik. Peubah situasional yang diukur menunjukkan mayoritas perusahaan (93,3%) memiliki SOP kerja dan sebagian besar (78,9%) pengawasan pimpinan dilakukan secara ketat.

Analisa data terhadap korelasi menunjukkan peubah karakteristik yang berhubungan nyata terhadap sikap adalah pengetahuan dan pengalaman kerja dengan tingkat korelasi tergolong sedang (rs = 0,420 dan rs = 0,363). Nilai korelasi ini positif yang berarti semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang dan semakin lama pengalaman kerjanya maka sikap yang dimiliki semakin positif. Sedangkan nilai korelasi sikap terhadap perilaku adalah 0,676. Nilai korelasi ini meningkat setelah dimasukkan peubah situasional yaitu SOP kerja (rs = 0.686) dan pengawasan pimpinan (rs

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas karyawan memiliki sikap tergolong netral terkait higiene daging. Sikap ini sangat mudah dipengaruhi faktor dari luar. Hal ini terbukti ketika ada pengaruh SOP dan pengawasan pimpinan, maka korelasi sikap dengan perilaku meningkat. Kuatnya pengaruh peubah situasional ini menyebabkan tidak ada karyawan yang berperilaku buruk dalam praktik higiene daging.

= 0.909).

(11)

©Hak Cipta milik IPB, tahun 2012

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber.

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah

b. Pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya

(12)
(13)

KARAKTERISTIK, SIKAP DAN PERILAKU KARYAWAN

COLD STORAGE

TERKAIT PRAKTIK HIGIENE DAGING

DONNI MUKSYDAYAN

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Kesehatan Masyarakat Veteriner

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(14)
(15)

Judul Tesis : Karakteristik, Sikap dan Perilaku Karyawan Cold Storage terkait Praktik Higiene Daging

Nama : Donni Muksydayan NIM : B251100234

Disetujui Komisi Pembimbing

Dr. drh. Denny Widaya Lukman, M.Si.

Ketua Anggota

drh. Abdul Zahid, M.Si

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Kesehatan Masyarakat Veteriner

Dr. drh. Denny Widaya Lukman, M.Si. Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc Agr.

(16)
(17)

PRAKATA

Segala puji dan syukur ke Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan berkat kepada penulis sehingga tesis yang berjudul “ Karakteristik, Sikap dan Perilaku Karyawan Terkait Praktik Higiene Daging Impor pada cold storage di Jakarta, Bogor, Tangerang dan Bekasi” dapat diselesaikan dengan baik.

Penghargaan setingi-tingginya penulis ucapkan kepada Kepala Badan Karantina Pertanian beserta jajarannya yang telah memberikan kesempatan penulis untuk menempuh pendidikan ini. Penulis juga menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada Dr. drh.Denny Widaya Lukman, M.Si selaku ketua program studi Kesehatan Masyarakat Veteriner sekaligus dosen pembimbing bersama drh. Abdul Zahid, M.Si atas arahan, bimbingan, kesabaran, pengayaan wawasan, saran, kritik dan dukungan moril yang sangat besar peranannya dalam penyelesaian tesis ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada segenap dosen dan staff pengajar program studi Kesmavet FKH IPB atas bimbingan dan ilmu yang diberikan selama kami menyelesian pendidikan di program studi Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Dr. Ir. Musyaffak Fauzi, SH, M.Si ( Kepala BBKP Soekarno Hatta) dan drh. Agus Sunanto, MP (Kepala BBKP Tanjung Priok) dan rekan-rekan pegawai BBKP Soekarno Hatta serta rekan-rekan pegawai BBKP Tanjung Priok atas dukungan fasilitas, bantuan tenaga, saran dalam pelaksanaan penelitian.

Ungkapan syukur dan hormat juga penulis sampaikan kepada Amang dan Inang di Cilegon atas doa dan nasihatnya. Khusus buat istriku tercinta Hermawati Rumondang dan kedua buah hatiku Devan Abriale dan Herdiva Arella, terima kasih, kalian bertiga adalah penyemangat hidupku. Demikian juga buat kakakku Rita, abang Kevin, abang Afif, adek Ezra, Jhon Miliando, Handoko dan Rosita.

Penulis juga menyampaikan selamat kepada rekan-rekan kolega KMV II : drh Harry Yuwono Adi, drh Teuku Ali Imran, drh Gatot Santoso, drh Agus Jaelani, drh Platika, drh Trifera Melaningrum, drh Made Ari Anggraeni, drh Wulandari, drh Fitria, drh Endah, drh Siti Kadijah, drh Endang SP, drh Helmi, drh Amanatin. Tak lupa juga terimaksasih ke pada rekan-rekan S2 dan S3 KMV regular (drh Adji, drh Heri dan drh Masdani) dan tentunya masih banyak lagi rekan yang telah turut membantu tapi tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Atas segala kebaikan yang telah penulis terima, semoga Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan rahmat dan karuniaNya kepada kita semua. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi perkarantinaan serta masyarakat veteriner Indonesia.

Bogor, Juni 2012

(18)
(19)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir pada tanggal 28 Maret 1976 di Desa Halaotan, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara. Penulis adalah putera keempat dari tujuh bersaudara dari pasangan Karmuda Simarmata dan Jaman maria br Sinaga.

Penulis menikah dengan Hermawati Rumondang pada bulan Pebruari 2007 di Cilegon dan sekarang telah dikarunia satu putera yang bernama Devan Bulan Abriale (4,5 tahun) dan satu puteri yang bernama Herdiva Arella Raya (2,5 Tahun).

Penulis menempuh pendidikan Sekolah dasar di SDN 04 Rantau Jaya, Bandar Jaya, Lampung (1983-1989); Sekolah Lanjutan Pertama di SMPN 03 Poncowati, Lampung (1989-1991); Sekolah Menengah Atas di SMAN 01 Poncowati, Lampung (1991-1994). Pada tahun 1994 melanjutkan pendidikan pada Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Gadjah Mada dan meraih gelar dokter pada pada tahun 2000.

Pada tahun yang sama penulis bekerja di PT. Santosa Agrindo, Cibitung, Bekasi sebagai Quality Assurance. Pada tahun 2004 penulis diterima menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada Badan Karantina Pertanian. Karier penugasan sebagai PNS Karantina dimulai di Stasiun Karantina Hewan kelas II Merak (2003-2006), Stasiun Karantina hewan Tanjung Pinang wilker Pulau Bulan (2006-2008), Stasiun Karantina Pertanian Tanjung Balai Karimun (2008-2009), Balai Karantina Pertanian Batam (2009-2011), Balai Besar Karantina Pertanian Soekarno Hatta (2012).

(20)
(21)
(22)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Karyawan Cold Storage ... 27 Umur Karyawan ... 27 Tingkat Pendidikan Karyawan ... 28 Pengalaman Bekerja Karyawan ... 28 Pelatihan yang diperoleh ... 29 Tingkat Pengetahuan Karyawan ... 30 Tingkat Pendapatan ... 32 Sikap Karyawan terkait Praktik Higiene Daging ... 33 SOP Kerja ... 35 Pengawasan Pimpinan ... 36 Perilaku Karyawan terkait Praktik Higiene Daging ... 37 Hubungan Karakteristik dengan Sikap Karyawan terkait

Praktik Higiene ... 39 Hubungan Sikap dengan Perilaku terkait Praktik Higiene ... 40

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan ... 45 Saran ... 45

(23)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1 Kondisi Suhu Penyimpanan Produk Hewan ... 17 Tabel 2 Matrik Kegiatan Penelitian ... 20 Tabel 3 Kelompok Umur Karyawan ... 27 Tabel 4 Tingkat Pendidikan Karyawan ... 28 Tabel 5 Pengalaman kerja Karyawan ... 29 Tabel 6 Pelatihan yang pernah didapat Karyawan ... 29 Tabel 7 Distribusi Karyawan Berdasarkan Indikator Pengetahuan

dalam Praktik Higiene Daging ... 31 Tabel 8 Tingkat Pengetahuan Karyawan ... 32 Tabel 9 Tingkat Pendapatan Karyawan ... 33 Tabel 10 Distribusi Karyawan Berdasarkan Indikator Sikap terkait

Praktik Higiene Daging ... 34 Tabel 11 Sikap Karyawan terkait Praktik Higiene Daging secara

Keseluruhan ... 35 Tabel 12 Keberadaan SOP Kerja ... 36 Tabel 13 Tingkat Pengawasan Pimpinan ... 36 Tabel 14 Distribusi Karyawan Berdasarkan Indikator Perilaku dalam

Praktik Higiene Daging ... 38 Tabel 15 Perilaku Karyawan terkait Praktik Higiene daging

Secara Keseluruhan ... 39 Tabel 16 Hubungan Karakteristik dengan Sikap terkait Praktik

Higiene daging ... 39 Tabel 17 Hubungan Sikap dengan Perilaku dan Pengaruh peubah

(24)
(25)

DAFTAR GAMBAR

(26)
(27)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1 Surat Kepala BBKP Soekarno Hatta ... 11 Lampiran 2 Surat Kepala BBKP Tanjung Priok ... 16 Lampiran 3 Instalasi Karantina Produk Hewan (IKPH) BBKP

Tanjung Priok ... 17 Lampiran 4 Instalasi Karantina Produk Hewan (IKPH) BBKP

Soekarno Hatta ... 17 Lampiran 5 Kuesioner Karakteristik, Sikap dan Perilaku Karyawan

(28)
(29)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Keamanan makanan pada dasarnya adalah penerapan higiene dan sanitasi makanan untuk memperoleh makanan yang layak dan aman. Terjadinya penularan penyakit melalui makanan disebabkan karena makanan tidak dikelola secara higienis. Sumber kontaminasi dapat berasal dari bahan makanan, tempat penyimpanan, peralatan yang dipakai, lingkungan sekitar dan tenaga penjamah makanan yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan.

Pada awal abad ke-21 ini, keamanan pangan dihadapkan pada paradigma yang berubah secara cepat. Perubahan itu sebagai konsekuensi permintaan global terhadap protein (hewani) yang disebabkan dengan bertambahnya populasi, kemudahan transport, perdagangan internasional, serta sifat konsumen yang berganti dari lingkup lokal ke global. Kondisi ini mengakibatkan gangguan kesehatan yang disebabkan oleh makanan terus berlanjut dan berdampak luas (Paige dan Tollefson 2003).

Konsumsi daging sapi di Indonesia sejak tahun 2004-2008 terus meningkat. Setiap tahun konsumsi daging mengalami pertumbuhan sebesar 0.094 kg/kapita/tahun atau rata-rata sebesar 25.810 ton/tahun. Namun peningkatan ini tidak diimbangi dengan produksi daging dalam negeri sehingga setiap tahun terjadi defisit penyediaan daging rata-rata sebesar 43.110 ton/tahun (Hutabalian 2009). Untuk memenuhi kekurangan tersebut, salah satu upaya yang dilakukan pemerintah adalah melakukan impor daging. Menurut data Badan Karantina Pertanian pada tahun 2008, 2009 sampai 2010 jumlah impor daging sapi dan jeroan terus mengalami peningkatan yakni berturut-turut sebanyak 925.000 ton, 119.000 ton dan 119.075 ton. Tingginya ketergantungan terhadap daging impor menyebabkan Indonesia sangat rentan terhadap masuknya agen penyakit dari luar yang terbawa dalam daging.

Penyimpanan daging merupakan tahapan yang sangat krusial dalam rantai makanan. Penerapan higiene terhadap daging selama penyimpanan di cold storage bertujuan untuk mencegah terjadinya kerusakan pada daging dan

(30)

2

2

Faktor Sumber daya manusia dalam hal ini perilaku higiene karyawan sangat berperan untuk tercapainya praktik higiene daging selama penyimpanan di cold storage. Bila perilaku karyawan buruk maka kualitas daging yang dihasilkan juga

akan buruk, demikian juga sebaliknya. Kondisi ini tentu akan berpengaruh terhadap kesehatan konsumen dalam hal ini masyarakat.

Penelitian ini mencoba untuk melihat bagaimana hubungan atau pengaruh karakteristik yang meliputi umur, pendidikan, pengetahuan, pengalaman, pelatihan dan pendapatan terhadap pembentukan sikap dan perilku karyawan terkait praktik higiene daging di cold storage. Selain itu juga untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi hubungan sikap dan perilaku karyawan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai kondisi aktual karyawan dalam praktik higiene daging.

Menurut Kaliyaperumal (2004) studi mengenai pengetahuan, sikap dan perilaku bertujuan untuk menunjukkan apa yang seseorang ketahui mengenai sesuatu hal, perasaan mereka tentang hal itu dan bagaimana mereka bertindak terhadap hal tersebut. Survei didisain secara khusus untuk menjaring informasi tentang topik tertentu. Data hasil survei ini bermanfaat untuk membantu merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi suatu kegiatan.

Perumusan Masalah

Sikap pekerja terkait praktik higiene daging merupakan salah satu faktor penting yang sangat menentukan bagi upaya pencegahan terjadinya kerusakan daging selama proses penyimpanan di cold storage. Sikap pekerja ini diduga memiliki hubungan dengan karakteristik mereka terhadap sikap sehingga akan mempengaruhi perilaku aktual terkait praktik higiene daging. Penelitian ini mencoba untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan pokok berikut :

1. Bagaimana perilaku aktual karyawan terkait praktek higiene daging di cold storage ?

(31)

3

Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui hubungan antara karakteristik karyawan, sikap dan perilaku terkait

praktik higiene daging di cold storage.

2. Mengetahui perilaku aktual karyawan terkait praktik higiene daging di cold

storage.

3. Mengetahui pengaruh variabel situasional (SOP dan pengawasan pimpinan)

terhadap hubungan sikap dengan perilaku karyawan terkait praktik higiene daging di cold storage.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat memberikan masukan buat manajemen perusahaan terkait kondisi riil sikap dan perilaku aktual karyawan terkait praktik higiene daging khususnya karyawan di unit cold storage. Sehingga manajemen mengetahui apa saja yang perlu diperbiki dalam meningkatkan performa kerja karyawannya. Selain itu hasil penelitian ini juga berguna bagi instansi terkait seperti Badan Karantina Pertanian dan Dinas yang membidangi kesehatan masyarakat veteriner untuk melakukan kontrol dan pembinaan agar praktik higine daging selalu konsisten dilakukan oleh perusahaan impor daging.

Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah :

1. Terdapat hubungan nyata antara karakteristik karyawan, sikap dan perilaku terkait praktik higiene daging di cold storage.

2. Perilaku karyawan terkait praktik higiene daging di cold storage sudah baik. 3. Terdapat pengaruh nyata antara faktor situasional (SOP kerja dan pengawasan

(32)

5

TINJAUAN PUSTAKA

Karakteristik Individu

Karakteristik individu merupakan ciri-ciri yang dimiliki oleh seseorang yang berhubungan dengan semua aspek kehidupan dengan lingkungannya. Karakteristik tersebut terbentuk oleh faktor-faktor biologis dan sosiopsikologis. Faktor biologis meliputi genetik, sistem syaraf dan hormonal, sedangkan faktor sosiopsikologis terdiri dari komponen-komponen kognitif (intelektual), konatif (kebiasaan dan kemauan bertindak), afektif (emosional).

Menurut Kotler (1980) yang dikutip oleh Zahid (1997) karakteristik individu diklasifikasikan menjadi dua yaitu karakteristik demografi dan karakteristik psikografi. Karakteristik demografi meliputi umur, jenis kelamin, ukuran keluarga, daur kehidupan keluarga, penghasilan, pekerjaan, pendidikan, agama, ras, bangsa dan tingkat sosial. Karakteristik psikografi meliputi gaya hidup dan kepribadian. Pada penelitian ini karakteristik individu karyawan yang lihat adalah umur, tingkat pendidikan, pengetahuan, pengalaman bekerja, penyuluhan yang pernah diperoleh dan tingkat pendapatan.

Umur

Sujarwo (2004) menyatakan bahwa umur merupakan suatau indikator umum tentang kapan suatu perubahan akan terjadi. Umur menggambarkan pengalaman dalam diri seseorang sehingga terdapat keragaman tindakan berdasarkan usia yang dimiliki.

Tingkat Pendidikan

(33)

6

6 Pengalaman Bekerja

Pengalaman merupakan salah satu cara kepemilikan pengetahuan yang dialami seseorang dalam kurun waktu yang tidak ditentukan. Secara psikologis seluruh pemikiran manusia, kepribadian dan temperamen ditentukan pengalaman indera. Pikiran dan perasaan bukan penyebab tindakan tapi oleh penyebab masa lalu (Rakhmat 2001).

Azwar (2003) mengatakan bahwa apa yang dialami seseorang akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan terhadap stimulus sosial. Tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk dapat mempunyai tanggapan dan penghayatan, seseorang harus mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan objek psikologis.

Pengetahuan

Soekanto (2003) menyatakan pengetahuan adalah kesan yang didapatkan dari hasil pengolahan pancainderanya. Pengetahuan tersebut diperoleh melalui kenyataan (fakta), penglihatan, pendengaran, serta keterlibatan langsung dalam suatu aktivitas. Pengetahuan juga didapatkan dari hasil komunikasi dengan orang lain seperti teman dekat dan relasi kerja. Pengetahuan yang tersimpan dalam ingatan ini digali saat dibutuhkan melalui bentuk ingatan mengingat (recall) atau mengenal kembali (recognition).

Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa pengetahuan adalah hasil “tahu” yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini terjadi melalui pancaindera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba yang sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Menurut Nasution (1999) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003) faktor-faktor yang berpengaruh dalam tingkatan pengetahuan seseorang antara lain (1) tingkat pendidikan, (2) informasi, (3) budaya, (4) pengalaman (5) sosial ekonomi, (6) pengukuran tingkat pengetahuan.

(34)

7

oleh kesiapan untuk bertindak sesuai dengan pengetahuan tentang objek itu. Bila seseorang mempunyai sikap tertentu terhadap suatu objek, itu berarti orang tersebut telah mengetahui tentang objek tersebut.

Menurut Kibler et al. (1981) yang dikutip oleh Zahid (1997) pengetahuan adalah ingatan mengenai sesuatu yang bersifat spesifik dan umum, ingatan mengenai metode atau proses, ingatan mengenai pola, susunan atau keadaan. Jenis pengetahuan dibagi secara hierarkis kedalam (1) pengetahuan yang bersifat spesifik, (2) pengetahuan mengenai terminologi, (3) pengetahuan mengenai fakta-fakta tertentu, (4) pengetahuan mengenai cara-cara tertentu, (5) pengetahuan mengenai kaidah, (6) pengetahuan mengenai arah dan urutan, (7) pengetahuan mengenai klasifikasi dan kategori, (8) pengetahuan mengenai kriteria, (9) pengetahuan mengenai metoda, (10) pengetahuan mengenai pola, (11) pengetahuan mengenai prinsip dan generalisasi dan (12) pengetahuan mengenai teori dan struktur.

Harihanto (2001) menyebutkan bahwa pengetahuan didapatkan seseorang melalui proses berupa penerimaan (perceiving), pemahaman (understanding), dan pemikiran (thinking).

Sikap

Sikap adalah suatu reaksi evaluasi yang menyenangkan atau tidak menyenangkan terhadap sesuatu atau seseorang, yang ditunjukkan dalam kepercayaan, perasaan atau tindakan seseorang. Sikap ini terbentuk dari pengalaman melalui proses belajar. Proses belajar itu sendiri dapat terjadi melalui proses pengkondisian atau melalui proses belajar sosial atau karena pengalaman secara langsung (Sarwono 2002). Rahayuningsih (2008) menjabarkan bahwa sikap merupakan bagaimana individu suka atau tidak suka terhadap sesuatu yang pada akhirnya menentukan perilaku individu tersebut. Sikap menyukai cenderung mendekat, mencari tahu dan bergabung. Sementara sikap tidak menyukai cenderung menghindar atau menjauhi.

(35)

8

8

sikap relatif lebih menetap, (4) sikap mengandung aspek evaluatif, (5) sikap dapat timbul dari pengalaman, tidak dibawa sejak lahir tapi merupakan hasil belajar, sehingga sikap dapat diperkuat atau dirubah.

Azwar (2003) mengemukakan berbagai metode dan teknik yang telah dikembangkan untuk mengungkapkan sikap manusia dan memberikan interpretasi yang valid. Pengungkapan sikap manusia dilakukan dengan beberapa metode diantaranya :

a. Observasi langsung, dilakukan dengan memperhatikan perilakunya karena perilaku merupakan salah satu indikator sikap individu, namun hal ini hanya bila sikap berada pada kondisi yang ekstrim. Perilaku hanya akan konsisten dengan sikap apabila kondisi dan situasi memungkinkan.

b. Penanyaan langsung, asumsi yang mendasari metode ini adalah bahwa individu merupakan orang yang paling tahu mengenai dirinya sendiri dan manusia akan mengungkapkan secara terbuka apa yang dirasakannya.

c. Pengungkapan langsung, metode ini digunakan karena metode penanyaan langsung memiliki beberapa kelemahan diantaranya orang akan mengemukakan pendapat dan jawaban yang sebenarnya secara terbuka hanya apabila situasi dan kondisi memungkinkan. Metode pengungkapan langsung secara tertulis dilakukan dengan meminta responden menjawab langsung suatu pertanyaan tertulis mengenai sikap, dengan memberi tanda setuju atau tidak setuju.

Azemi (2010) mengemukakan bahwa suatu sikap belum tentu terwujud secara otomatis dalam suatu tindakan. Untuk terwujudnya sikap menjadi perbuatan atau tindakan diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan.

Perilaku

(36)

9

Suparta (2002) menyatakan bahwa dalam pendekatan interaksionis, perilaku individu secara umum dipengaruhi oleh faktor dalam dan faktor luar. Kondisi situasional luar mempengaruhi sikap dan selanjutnya sikap ini dapat mempengaruhi perilaku. Menurut Notoatmodjo (2007) tingkatan praktik terdiri atas empat tahapan yakni: (1) persepsi, (2) respon terpimpin (3) mekanisme, dan (4) adaptasi.

Hubungan antara Karakteristik, Sikap, dan Perilaku

Pengetahuan, sikap, dan perilaku menurut Notoatmodjo (2003) dan Sarwono (2002) merupakan bentuk operasional dari perilaku dimana perilaku tersebut diartikan sebagai suatu reaksi psikis seseorang terhadap lingkungannya. Reaksi ini pada hakekatnya digolongkan kedalam bentuk pasif (tanpa tindakan) dan bentuk aktif (dengan tindakan)

Pendapat lain dikemukakan Gerungan (1996) yang dikutip oleh (Zahid 1997) bahwa pengetahuan mengenai suatu objek akan menjadi attitude terhadap objek tersebut apabila pengetahuan itu disertai dengan kesiapan untuk bertindak sesuai dengan pengetahuan terhadap objek tersebut. Sikap memiliki motivasi dimana terdapat segi kedinamisan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Sikap terbentuk karena adanya interaksi manusia dengan objek tertentu (komunikasi) serta interaksi sosial di dalam kelompok maupun di luar kelompoknya. Interaksi di luar kelompok bisa dilakukan melalui media komunikasi seperti surat kabar, radio, televisi, buku, dan majalah. Media massa juga mempunyai pengaruh besar dalam membentuk atau mengubah sikap orang banyak, namun hal ini tergantung pada isi komunikasi dan sumber komunikasi.

(37)

10

10

Ajzen dan Fishbein (1980) yang dikutip oleh Zahid (1997) dalam Theory of reasoned action menyatakan bahwa perilaku merupakan fungsi dari tujuan untuk

melakukan perilaku itu sendiri, sedangkan tujuan perilaku sangat ditentukan oleh dua faktor yakni sikap terhadap perilaku dan tekanan sosial yang dirasakan (norma subyektif) untuk melakukan perilaku. Norma subyektif yang dimaksud merupakan peubah situsional yang mungkin merintangi pelaksanaan niat atau kehendak seseorang. Model hubungan sikap dengan perilaku dari Ajzen and Fisbein dapat dilihat pada gambar 1

Gambar 1. The Ajzen and Fishbein theory of reasoned action ( Zahid 1997)

Peubah Situasional

Peubah situasional yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kondisi atau tekanan yang berasal dari luar individu. Dimana kondisi ini diduga sangat mempengaruhi hubungan antara sikap dan perilaku seseorang. Peubah situasional yang dilihat dalam penelitian ini adalah Prosedur operasional baku (SOP) kerja. Dan pengawasan pimpinan.

SOP adalah suatu prosedur kerja yang dibuat perusahaan agar semua tahapan kegiatan berjalan sesuai standar yang diinginkan. SOP ini berlaku mutlak bagi semua karyawan sehingga semua aktifitas diharapkan berjalan sesuai prosedur yang dibuat. Pengawasan pimpinan adalah suatu intervensi baik kelihatan maupun tidak terhadap semua aspek produksi. Pengawasan pimpinan dapat berupa kehadiran pimpinan namun pengawasan juga tidak perlu berupa kehadiran fisik pimpinan, melainkan cukup rasa takut terhadap ancaman sanksi yang berlaku, jika individu tidak melakukan tindakan tersebut.

Kedua Peubah ini diduga memiliki peran penting sebagai peubah situasional (faktor eksternal) yang dapat mempengaruhi kekuatan hubungan antara sikap dan

(38)

11

perilaku. Sebenarnya masih banyak peubah situasional yang dapat mempengaruhi hubungan sikap dengan perilaku, seperti pengaruh rekan sekerja, sanksi, fasilitas yang kurang mendukung, lingkungan sekitar dan lain-lain.

Keamanan Pangan

Menurut UU No. 7 Tahun 1996 Keamanan Pangan adalah suatu kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari pencemaran agen mikroba patogen, bahan kimia-beracun dan benda asing lainnya yang dapat mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan manusia (Bahri et al.2006).

Menurut WHO (2005), sekitar 75% penyakit-penyakit baru yang menyerang manusia dalam dua dasawarsa terakhir disebabkan oleh patogen-patogen yang berasal dari hewan atau produk hewan. Pangan asal hewan lebih berpotensi berbahaya dibandingkan pangan nabati karena dapat menyebabkan zoonosis pada konsumen. Sehingga aspek keamanan pangan asal hewan perlu mendapat perhatian khusus.

Keamanan pangan merupakan hal yang kompleks dan berkaitan erat dengan aspek kebijakan, toksisitas, mikrobiologis, kimia, status gizi, kesehatan dan ketentraman batin. Masalah keamanan pangan bersifat dinamis seiring dengan berkembangnya peradaban manusia yang meliputi aspek sosial budaya, kesehatan, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta segala sesuatu yang terkait dengan kehidupan manusia (Bahri et al.2006).

Program keamanan pangan merupakan suatu langkah strategis yang perlu dilaksanakan secara terpadu untuk memberikan jaminan perlindungan bagi kesehatan masyarakat. Pengembangan keamanan pangan perlu didukung oleh riset dan teknologi dari berbagai bidang keilmuan dan kebijakan diantaranya kesehatan (medis), veteriner, pangan, peternakan dan pertanian (Bahri et al.2006).

Pesatnya perubahan pasar internasional (era pasar bebas dunia) dewasa ini, memudahkan aspek keamanan pangan bukan hanya menjadi isu nasional tetapi juga merupakan isu global. Untuk menjamin kesetaraan dalam perdagangan, World Trade Organization (WTO) menetapkan standar, pedoman dan

(39)

12

12

Codex Alimentarius Commission) pada tahun 1962. CAC ini dibentuk untuk

melindungi kesehatan masyarakat sebagai konsumen serta menjamin praktek yang

jujur dan bertanggung jawab serta tidak saling merugikan dalam perdagangan

pangan baik internasional maupun nasional (Erniningsih 2004).

Banyak negara telah menerbitkan undang-undang atau peraturan yang

terkait dengan keamanan pangan dengan mencantumkan suatu sistem yang dapat

memberikan jaminan keamanan pangan bagi rakyatnya. Uni Eropa menerbitkan

undang-undang tentang pangan yang disebut dengan General Principles of Food Lawin the European Union. Isinya antara lain mewajibkan produsen harus memberikan informasi secara akurat dan jujur kepada konsumen, tidak hanya

kandungan nutrisi tetapi juga proses penanganan produksi dan distribusi mulai

dari farm sampai ke konsumen akhir. Pada intinya Eropa mulai menerapkan prinsip jaminan keamanan from farm to table. Bahkan sejak Januari 2006, produk pangan yang dicurigai mengandung bahan berbahaya dapat langsung

dimusnahkan (Murdiati 2006).

Masih menurut Murdiati (2006) sejak Desember 1999 Amerika Serikat telah

memberlakukan sistem jaminan mutu atau analysis critical control point

(HACCP) bagi produk pangan terutama hasil ternak yang masuk pasar Amerika

Serikat. Di Asia salah satu negara yang sangat ketat menerapakan jaminan mutu

pangan adalah Jepang. Negara ini telah beberapa kali melakukan revisi dan telah

memasukkan persyaratan sistem jaminan mutu HACCP untuk proses penanganan

produksi pangan. Artinya, hanya produk pangan yang proses produksinya

mengikuti sistem jaminan mutu HACCP yang dapat masuk ke pasar Jepang.

Di Indonesia masalah keamanan pangan diatur dalam Peraturan

Pemerintah (PP) No 22 tahun 1983 tentang kesehatan masyarakat veteriner

(Kesmavet). Dalam PP ini dinyatakan pentingnya pengamanan bahan pangan asal

ternak serta pencegahan penularan penyakit zoonosis, serta perlunya menjaga

keamanan bahan pangan asal ternak dengan melindunginya dari pencemaran dan

kontaminasi serta kerusakan akibat penanganan yang kurang higienis. Selanjutnya

masalah kesmavet di atur kembali dalam Undang-Undang (UU) No 18 tahun 2009

(40)

13

Peraturan lain yang mengatur masalah keamanan pangan adalah

Undang-Undang No 7 tahun 1996 tentang pangan dan PP Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan. Peraturan ini menyatakan bahwa setiap orang yang bertanggung jawab dalam penyelenggaraan kegiatan pada rantai pangan yang meliputi proses produksi, penyimpanan, pengangkutan, dan peredaran pangan wajib memenuhi persyaratan sanitasi yang telah ditetapkan.

Praktik Higiene Daging

Higiene berasal dari bahasa Yunani yang artinya sehat atau baik untuk kesehatan. Higiene daging adalah semua kondisi dan tindakan untuk menjamin keamanan dan kelayakan daging pada semua tahap dalam rantai makanan Tujuan higiene adalah untuk menjamin agar daging tetap aman dan layak dikonsumsi untuk manusia, tanpa menimbulkan gangguan kesehatan (Lukman 2004).

Kepentingan penerapan higiene dalam rantai makanan adalah (a) melindungi dan menjaga kesehatan manusia, (b) melindungi dan menjaga kesehatan hewan dan lingkungan, (c) menjamin kebersihan, (d) menghindari kerugian ekonomis, (e) menjaga kesegaran dan keutuhan makanan, serta (f) menghindari ketidak puasan konsumen. Secara umum higiene perlu juga diterapkan pada bangunan, proses/produksi dan karyawan (Lukman 2004).

Pada penelitian ini praktik higiene daging difokuskan pada proses penyimpanan daging sapi impor di cold storage. Umumnya daging impor berasal dari Australia, USA, Kanada serta Selandia Baru yang masuk ke Indonesia melalui Pelabuhan Tanjung Priok dan Bandara Internasional Soekarno Hatta. Salah satu penyebab penting terjadinya kasus foodborne disease adalah suhu penyimpanan yang tidak terjaga dengan baik. Penyimpanan daging merupakan tahapan yang sangat krusial dalam tahap rantai makanan. Penerapan higiene terhadap daging selama penyimpanan di cold storage bertujuan untuk mencegah terjadinya kerusakan pada daging dan mempertahankan kualitas daging sehingga aman untuk dikonsumsi oleh manusia.

(41)

14

14

tercapainya praktik higiene daging selama penyimpanan di cold storage. Kontrol internal serta pengawasan dari pemerintah dalam hal ini Dinas atau yang membidangi kesehatan hewan dan kesehatan masyrakat veteriner serta instansi Karantina sangat diperlukan.

Cold Storage Daging

Pada industri komersial penyimpanan daging di cold storage umumnya bertujuan untuk memperpanjang masa simpan, mengubah atau meningkatkan karakteristik produk (warna, cita rasa, tekstur), mempermudah penanganan dan distribusi, memberikan lebih banyak pilihan dan ragam produk pangan di pasaran, meningkatkan nilai ekonomis bahan baku, serta mempertahankan atau meningkatkan mutu, terutama mutu gizi, daya cerna, dan ketersediaan gizi.

Menurut Permentan no 20 tahun 2009 tentang pemasukan dan pengawasan peredaran karkas, daging, dan/atau jeroan dari luar negeri, setiap cold storage wajib memenuhi persyaratan yang meliputi :

1. Suhu untuk daging segar dingin (chilled) harus berkisar antara 0 sampai dengan 4O

2. Daging beku antara -18 C,

O

C sampai dengan -22O

3. Masa penyimpanan daging beku (frozen) dalam peredaran tidak lebih dari 8 bulan dengan suhu internal daging paling kurang – 18

C,

O

4. Masa penyimpanan jeroan beku (frozen) dalam peredaran tidak lebih dari 6 bulan dengan suhu internal paling kurang -18

C,

O

Pengawasan terhadap penerapan higiene dan sanitasi daging di cold storage dilakukan oleh Dinas provinsi yang membidangi kesmavet. Setiap cold storage yang telah diaudit dan dinyatakan memenuhi persyaratan higiene akan diberi sertifikat nomor kontrol veteriner (NKV). Perusahaan pengimpor daging harus memiliki NKV dimana ini merupakan Persyaratan NKV ini menjadi syarat utama untuk memperoleh rekomendasi sebagai Instalasi Karantina Produk Hewan (IKPH) dari Badan Karantina Pertanian. Pedoman persyaratan teknis IKPH ini diatur dalam Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian Nomor 499 tahun 2008.

(42)

15

Gambar 2 Petugas Karantina memeriksa daging impor di Pelabuhan Tanjung Priok.

Menurut Keputusan Menteri Pertanian (Kepmentan) Nomor 381 tahun 2005 tentang Pedoman Sertifikasi Kontrol Veteriner Unit Usaha Panga Asal Hewan, penerapan higiene dan sanitasi pada cold storage meliputi : (1) bangunan fisik cold storage, (2) penyediaan peralatan, (3) kebersihan dan sanitasi, (4) program

pengendalian hama, (5) higiene karyawan, (6) pemantauan oleh manajemen, (7) penanganan daging mulai dari penerimaan, pemeriksaan laboratorium, dan penyimpanan daging di cold storage.

Bangunan, Fasilitas, dan Peralatan

Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) Nomor : 50 tahun 2011 tentang Persetujuan Pemasukan Daging, Karkas, Jeroan dan/atau Olahannya ke dalam wilayah Republik Indonesia, setiap unit usaha yang bergerak dibidang importasi daging wajib memiliki gudang penyimpanan beku atau cold storage.

(43)

16

16

Gambar 3 Cold storage daging impor.

Bangunan dalam yang merupakan ruang penyimpanan harus dilengkapi rak-rak penyimpanan dan palet. Bangunan juga harus dilengkapi kamar mandi/toilet, fasilitas cuci tangan (wastafel), tepat sampah tertutup. Selain itu, bangunan juga harus memiliki sumber listrik yang memadai. Jika menggunakan sumber listrik PLN, seyogyannya disediakan genset sehingga apabila listrik padam, alat pendingin atau pembeku daging tetap berfungsi baik (Deptan 2005).

Kebersihan dan Sanitasi

Bangunan, fasilitas dan peralatan cold storage harus selalu dalam keadaan baik, bersih dan terawat. Penyimpanan daging hanya dapat dilakukan bila ruangan benar-benar bersih. Peralatan dan ruangan harus mempunyai jadwal pembersihan yang teratur dan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan. Bahan pembersih atau desinfektan yang digunakan harus memenuhi persyaratan dan penggunaannya harus mengikuti tata cara yang ditentukan (Deptan 2005).

Adapun tata cara pembersihan cold storage menurut Barantan (2008) sebagai berikut :

1. Bersihkan semua sampah di dalam ruangan pendingin

2. Bersihkan pallets dan tempat penyimpanan/kontainer setiap 4 bulan sekali 3. Jika ruangan kosong maka bersihkan lantai dan dinding dengan diterjen dan

air panas, bilas dengan air bersih dan spray dengan larutan yang mengandung chlorine aktif 0,3%.

(44)

17

5. Sebelum menyimpan produk hewan dalam ruang penyimpanan, bersihkan bau ruangan dengan mengatur ventilasi dan spray.

6. Alat angkut dibersihkan dengan desinfektans setiap hari

Penyimpanan Daging

Penyimpanan daging merupakan salah satu tahapan paling kristis dalam proses rantai dingin makanan. Penyimpanan dingin atau beku bertujuan untuk memperpanjang masa simpan daging tanpa mengurangi kualitasnya. Sebelum daging masuk ke ruang penyimpanan, daging harus diperiksa terlebih dahulu, dan dipastikan daging dalam kondisi baik. Penyimpanan daging harus dipisahkan menurut jenis, kemasan dan suhu penyimpanan. Khusus daging babi harus

disimpan pada cold storage yang terpisah untuk memastikan kehalalan daging

(Deptan 2005). Kondisi dan masa simpan produk hewan disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1 Kondisi suhu dan masa simpan produk hewan (Barantan 2008)

Produk Masa simpan

Daging harus disimpan di rak-rak penyimpanan agar suhu terdistribusi merata. Bila rak penyimpanan penuh, daging dapat disimpan pada lantai dengan alas pallet. Sistem penyimpanan harus menggunakan first in first out (FIFO) dimana daging yang masuk pertama harus dikeluarkan terlebih dahulu. Hal ini untuk mencegah daging disimpan terlalu lama. (Deptan 2005).

(45)

18

18

Karyawan merupakan salah satu elemen terpenting dalam praktik higiene di cold storage. Tujuan higiene personal adalah untuk menjamin bahwa orang yang

berhubungan langsung atau tidak langsung melalui tubuhnya tidak mencemari bahan makanan, berperilaku dan bekerja sesuai aturan serta diharapkan pekerja yang sakit atau diduga sakit tidak ikut melakukan penanganan daging.(Lukman 2004).

Menurut Deptan (2005) higiene karyawan meliputi :

1. Karyawan memiliki dan melaksanakan program pelatihan tentang penanganan higienis bagi seluruh karyawan. Pelatihan ini harus dilakukan secara berkala dan berkesinambungan.

2. Setiap karyawan yang menangani langsung daging harus benar-benar sehat, tidak memiliki luka infeksi,tidak menderita diare atau radang serta tidak membawa agen penyakit yang dapat ditularkan melalui daging.

3. Karyawan dan setiap orang yang bekerja pada cold storage harus memakai pakaian khusus yang bersih.

4. Semua karyawan harus diperiksa secara rutin kesehatannya minimum satu satu kali dalam setahun

5. Setiap karyawan harus senantiasa menjaga kebersihan diri, pakaian dan perlengkapannya.

6. Selama bekerja karyawan dilarang makan, merokok, meludah atau membuang ingus di sembarang tempat (harus dilakukan dikamar mandi).

Pengendalian Hama

(46)

19

METODE PENELITIAN

Kerangka Konsep Penelitian

Terdapat beberapa peubah yang akan diamati pada penelitian ini yaitu karakteristik individu (umur, pendidikan, pengetahuan, pengalaman kerja, pelatihan dan tingkat penghasilan), sikap dan perilaku karyawan. Peubah karakteristik akan dihubungkan dengan sikap, dan kemudian peubah sikap akan dihubungkan dengan perilaku karyawan yakni praktik higine daging selama masa penympanan si cold storage. Peubah situasional yang juga diteliti sebagai faktor eksternal adalah adanya SOP dan pengawasan pimpinan. Peubah situasional ini diduga berperan mempengaruhi kekuatan hubungan sikap dan perilaku individu karyawan.

Kerangka konsep penelitian yang digunakan pada penelitian ini merupakan konsep yang dibuat oleh Zahid (1997). Adapan kerangka konsep penelitian selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 4.

Batas penelitian

Gambar 4 Kerangka konsep penelitian

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlangsung selama 3 bulan yang dilaksanakan dari bulan Pebruari sampai April 2012. Tahap penelitian dimulai dari tahap perijinan,

(47)

20

20

pembuatan serta validasi kuesioner, pelaksanaan survei serta analisa data. Penelitian dilakukan pada cold storage milik perusahaan importir daging yang diimpor melalui pelabuhan Tanjung Priok dan Bandara Soekarno Hatta. Adapun lokasi cold storage yang disurvei berada di Jakarta, Bogor, Bekasi, Depok dan Tangerang.

Tabel 4 Matrik Rancangan dan Jadwal Penelitian

Responden dan Besaran Sampel

Responden pada penelitian ini adalah karyawan yang bekerja di unit cold storage milik perusahaan yang mengimpor daging melalui pelabuhan Tanjung Priok dan bandara Soekarno Hatta. Cold storage yang dimiliki telah ditetapkan sebagai instalasi karantina produk hewan (IKPH) oleh Badan Karantina Pertanian. Dari data (BBKP Tanjung Priok 2011; BBKP Soekarno Hatta 2011) terdapat 47 perusahaan yang memiliki ijin impor pada tahun 2010 dengan perincian 36 perusahaan melalui pelabuhan Tanjung Priok dan 11 perusahaan melalui bandara Soekarno Hatta. Setelah diverifikasi terdapat 7 perusahaan tidak melakukan impor daging, dan 11 perusahaan di Soekarno Hatta juga melakukan impor di Tanjung Priok sehingga didapat 30 perusahaan yang menjadi target sampel. Dari 30 cold storage dengan pekerja rata-rata 5-10 karyawan, dipilih 3 karyawan sebagai

(48)

21

Alat dan Bahan Penelitian

Alat dan bahan yang diperlukan dalam penelitian ini adalah kuesioner, check list, dan peralatan tulis.

Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan kajian lapang cross-sectional study dimana kajian ini menggunakan kuesioner sebagai perangkat untuk mengukur tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku dari responden (Giuseppe et al. 2008; Lin et al. 2011; Pfeil et al. 2010).

Metode yang digunakan untuk mendapatkan data-data yang diperlukan dalam penelitian adalah melakukan wawancara menggunakan kuesioner. Pernyataan-pernyataan dalam kuesioner diarahkan pada pokok-pokok permasalahan yang memiliki keterkaitan erat serta mendukung tujuan penelitian. Selain wawancara terhadap responden, dilakukan juga observasi terhadap sistem operasional di cold storage menggunakan cheklist. Hal ini bertujuan untuk melihat kesesuaian hasil kuesioner dengan kondisi yang sesungguhnya.

Sebelum digunakan dalam penelitian, kuesioner dan checklist terlebih dahulu diuji melalui pretest kuesioner untuk menghitung estimasi waktu wawancara dan melihat tingkat kesulitan pertanyaan didalam kuesioner. Setelah itu dilakukan uji validitas kuesioner untuk menilai kelayakan kuesioner sebagai perangkat penelitian.

Pengukuran Pengetahuan

(49)

22

22

Penilaian untuk pernyataan sikap dilakukan dengan cara berikut: (1) untuk pernyataan positif jawaban ”benar” diberi nilai 1 dan jawaban ”salah” dan ”tidak setuju” diberi nilai 0. Sebaliknya untuk pernyataan negatif, jawaban ”benar” diberi nilai 0 dan jawaban salah atau salah dan tidak tahu diberi nilai 0 (Palaian et al. 2006). Dengan demikian nilai maksimum untuk tingkat pengetahuan adalah 20 dan minimum adalah nol. Berdasarkan kriteria penilaian di atas, maka untuk menilai tingkat pengetahuan karyawan adalah sebagai berikut:

 Pengetahuan buruk jika nilai < 7.

 Pengetahuan sedang jika nilai antara 7 – 14.

 Pengetahuan baik jika nilai > 14.

Pengukuran Sikap

Pengukuran sikap dirancang menggunakan 20 pertanyaan mengenai praktik higiene daging. Responden diberikan tiga pilihan jawaban menggunakan skala Likert yaitu ”setuju”, ”ragu-ragu”, dan ”tidak setuju” (Ansari et al. 2010). Pernyataan sikap dibedakan menjadi pernyataan positif dan penyataan negatif untuk menghilangkan bias dari jawaban responden. Penilaian untuk pernyataan sikap dilakukan dengan cara berikut: (1) jawaban ”setuju”, ”ragu-ragu” dan ”tidak setuju” untuk setiap pernyataan positif masing-masing diberi nilai 3, 2 dan 1, dan (2) sebaliknya jawaban ”setuju”, ”ragu-ragu” dan ”tidak setuju” untuk setiap pernyataan negatif masing-masing diberi nilai 1, 2 dan 3.

Dengan demikian nilai maksimumnya adalah 60 dan nilai minimum adalah 20. Berdasarkan kriteria penilaian di atas, maka untuk menilai tingkat sikap karyawan adalah sebagai berikut:

 Sikap negatif jika nilai <33.

 Sikap netral jika nilai antara 33 – 46.

 Sikap positif jika nilai > 46.

Pengukuran Perilaku

(50)

23

penerapan higiene daging selama penyimpanan di cold storage adalah 30 dan nilai minimum adalah nol.

Disamping itu untuk menilai tingkat higiene juga dilakukan checklist. Terdapat 10 penilaian yang dilakukan dengan memberikan nilai 1 pada yang yang melakukan praktik higiene daging tepat dan nilai 0 pada yang tidak melakukan praktik higene. Hasil penilaian total untuk praktik higiene adalah penjumlahan praktik higiene (30 poin) dan hasil observasi (10 poin). Dengan demikian nilai maksimum untuk tingkat praktik adalah 40 dan minimum adalah nol.

Berdasarkan kriteria penilaian di atas, maka untuk menilai tingkat perilaku karyawan adalah sebagai berikut:

 Perilaku buruk jika nilai < 13.

 Perilaku sedang jika nilai antara 13 – 26.

 Perilaku baik jika nilai > 26.

Analisis Data

Data yang sudah terkumpul dianalisis secara statistik dengan menentukan distribusi frekuensi, range, persentase, skor dan analisis korelasi. Data tersebut dianalisis dengan statistik non perameter, yaitu uji korelasi Gamma. Menurut Agresti dan Finlay (2009) uji gamma digunakan untuk mengetahui asosiasi antara peubah-peubah skala ordinal. Kemudian data dianalisa menggunakan program SPSS 16 dan Microsoft Excel 2007.

Definisi Operasional

Untuk memberikan pengertian yang jelas dan tidak menimbulkan keraguan, maka perlu dirumuskan definisi operasional dari istilah peubah yang digunakan dalam penelitian. Beberapa istilah peubah tersebut adalah:

1. Karakteristik merupakan ciri-ciri individu responden yang relatif tidak berubah dalam waktu singkat. Data karakteristik yang dimaksudkan disini meliputi umur, tingkat pendidikan, pengetahuan, pengalaman bekerja, pembinaan dan tingkat pendapatan.

(51)

24

24

3. Tingkat Pendidikan adalah jumlah tahun dari jenjang pendidikan sekolah (pendidikan formal) yang pernah ditempuh karyawan. Pendidikan karyawan dikelompokkan kedalam tiga kategori yakni (1) tingkat pendidikan rendah (tidak sekolah-Sekolah dasar), (2) pendidikan sedang (SMP-SMU/sederajat), (3) pendidikan tinggi (PT).

4. Pengalaman bekerja adalah rentang waktu dari saat responden diterima sebagai karyawan di cold storage sampai dilakukan wawancara. Pengalaman kerja karyawan dikelompokkan kedalam tiga kategori yakni (1) < 5 tahun (baru), (2) 5-10 tahun (sedang), (3) lama (>10 tahun).

5. Pelatihan adalah kegiatan yang pernah diikuti atau diperoleh karyawan terkait pekerjaan mereka yang bertjuan untuk meningkatkan pengetahuan dan skill terkait praktik higiene daging. Tingkat pelatihan berdasarkan jumlah pelatihan yang pernah diperoleh. Pelatihan dikelompokkan kedalam tiga kategori yakni (1) tidak pernah (rendah), (2) 1-4 (sedang), (3) >4 (tinggi). 6. Tingkat pendapatan adalah penerimaan yang diperoleh responden dari hasil

bekerja sebagai karyawan setiap bulan. Pendapatan karyawan dikelompokkan kedalam tiga kategori yakni (1) < 3 juta (rendah), (2) 3-5 juta (sedang), (3) >5juta (tinggi).

7. Pengetahuan adalah tingkat penguasaan mengenai fakta-fakta yang berhubungan dengan aspek praktik higiene daging dan tujuan serta manfaatnya, yang ditunjukkan oleh score index dari uji pengetahuan yang dilakukan. Pengetahuan karyawan dikelompokkan ke dalam tiga kategori yakni (1) skor < 7 (rendah), (2) skor 7-14 (sedang), (3) skor > 14 (tinggi). 8. Sikap adalah keyakinan, perasaan atau penilaian yang bersifat positif atau

negatif terhadap praktik higiene daging (objek sikap) yang disertai kecenderungan berperilaku terhadap objek sikap tersebut. Sikap terhadap higiene daging ini dihubungkan terhadap manfaat praktik higiene serta kepentingan dalam penerapan higiene ini. Sikap karyawan dikelompokkan kedalam tiga kategori yakni (1) skor <33 (rendah), (2) skor 33-46 (sedang), (3) >46 (tinggi).

(52)

25

menggunakan kuesioner, perilaku karyawan juga diukur menggunakan checklist. Kemudian kedua hasil skor ini diakumulasikan untuk mendapatkan

skor total perilaku. Perilaku karyawan dikelompokkan kedalam tiga kategori yakni (1) skor <13 (rendah), (2) skor 13-26 (sedang), (3)skor >26 (tinggi). 10.Cold storage adalah bangunan atau gudang penyimpanan yang dilengkapi

pendingin yang digunakan untuk menyimpan daging impor sehingga umur simpan daging menjadi lama.

11.Karyawan adalah individu yang bekerja di cold storage pada perusahaan yang melakukan importasi daging.

12.Importir daging adalah unit usaha atau perusahaan yang melakukan kegiatan impor daging.

13.SOP adalah standar baku kerja yang dibuat oleh menajemen (perusahaan) sebagai acuan kerja bagi karyawan, dimana SOP ini bersifat mengikat bagi semua karyawan di unit cold storage.

14.Pengawasan pimpinan adalah kontrol yang dilakukan menajemen pada karyawan terkait pelaksanaan SOP yang dibuat perusahaan untuk dilaksanakan oleh karyawan dalam praktik higiene daging.

15.Keamanan pangan adalah jaminan agar makanan tidak membahayakan konsumen pada saat disiapkan dan atau dimakan menurut penggunaannya. 16. Higiene daging adalah semua dan kondisi tindakan untuk menjamin

(53)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Karyawan Cold Storage

Karakteristik individu yang diamati dalam penelitian ini meliputi (1) umur, (2) tingkat pendidikan, (3) pengalaman dalam bekerja, (4) tingkat pengetahuan yang dimiliki karyawan (5) pembinaan atau training yang pernah diperoleh dan (6) besar pendapatan atau gaji. Pengamatan terhadap keenam peubah ini selain untuk mengetahui kondisi faktual karakteristik karyawan, juga sekaligus untuk mengetahui sejauh mana aspek ini memiliki hubungan dengan sikap mereka terkait praktik higiene daging di cold storage.

Umur Karyawan

Pada penelitian ini rentang usia karyawan berkisar antara 20 – 47 tahun. Pengelompokan umur karyawan dibagi dalam tiga golongan yaitu usia muda (<30 tahun), dewasa (30-45 tahun) dan usia tua (> 45 tahun). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar (46,7%) karyawan memiliki usia 30-40 tahun (kategori sedang), 43,3% berusia diatas 45 tahun (kategori tua) dan 10% berusia dibawah 30 tahun (kategori muda). Pengelompokan karyawan berdasarkan umur, disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Kelompok umur karyawan

No Umur Karyawan

Jumlah Persentase

1 <30 tahun 9 10

2 30 – 45 tahun 42 46.7

3 >45 tahun 39 43.3

Jumlah 90 100

(54)

28

Tingkat Pendidikan Karyawan

Pada penelitian ini, tingkat pendidikan formal karyawan kelompokkan kedalam tiga kategori yakni tidak sekolah-SD (rendah), SMP-SMU/sederajat (sedang) dan Perguruan Tinggi (tinggi)..

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir semua (91,2%) karyawan mempunyai latar belakang pendidikan SMP dan SMA (kategori sedang), 8,8% perguruan tinggi (kategori tinggi) dan tidak ada karyawan dengan tingkat pendidikan rendah. Pengelompokkan karyawan berdasarkan tingkat pendidikan karyawan disajikan pada Tabel 4

Tabel 4 Tingkat pendidikan karyawan

No Tingkat Pendidikan Karyawan

Jumlah Persentase

1 Tidak Sekolah dan SD 0 0

2 SMP dan SMA/Sederajat 82 91.2

3 Perguruan tinggi 8 8.8

Jumlah 90 100

Pendidikan menunjukkan tingkat intelegensi yang berhubungan dengan daya pikir seseorang. Banyaknya karyawan dengan tingkat pendidikan sedang disebabkan oleh faktor rekruitmen pegawai dari perusahaan yang umumnya tidak hanya mempersyaratkan lulusan SMP dan SMA/sederajat. Berdasarkan latar belakang pendidikan, tidak ada karyawan cold storage yang mempunyai pengetahuan terkait higiene daging.

Pengalaman Bekerja Karyawan

Pada penelitian ini pengalaman kerja karyawan dikelompokkan kedalam tiga kategori yakni (1) < 5 tahun (baru), (2) 5-10 tahun (sedang), (3) >10 tahun(lama).

(55)

29

Tabel 5 Pengalaman kerja karyawan No Pengalaman Bekerja

(Tahun)

Pengalaman kerja merupakan peubah yang sangat mempengaruhi pengetahuan dan sikap seseorang. Semakin lama pengalaman kerja, semakin banyak (tinggi) pengetahuan yang dimilikinya. Sebagian besar karyawan (63,4%) mempunyai pengalaman kerja lebih dari 5 tahun di cold storage. Hal ini mengindikasikan bahwa mayoris karyawan memiliki pengalaman yang cukup terkait praktik higiene daging di cold storage.

Pelatihan yang Pernah Didapat

Dalam penelitian ini pelatihan dikelompokkan berdasarkan jumlah pelatihan yang pernah diperoleh. Pelatihan yang dimaksud adalah kegiatan berupa kursus, seminar atau training yang diberikan perusahaan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan karyawan terkait praktik higiene. Pelatihan dikelompokkan kedalam tiga kategori yakni (1) tidak pernah (rendah), (2) 1-3 kali pelatihan (sedang), (3) >3 kali pelatihan (tinggi).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir semua karyawan (88,8%) pernah mengikuti 1-3 kali pelatihan (kategori sedang), 5,6% menyatakan tidak pernah ikut pelatihan (kategori rendah) dan 5,6% pernah mengikuti lebih dari 3 pelatihan (kategori tinggi). Pengelompokan karyawan berdasarkan jumlah pelatihan yang pernah didapat disajikan pada Tabel 6.

Tabel 5 Pelatihan yang pernah didapat karyawan

No Pelatihan Karyawan

Jumlah Persentase

1 Rendah 5 5,6

2 Sedang 85 88,8

3 Tinggi 5 5,6

(56)

30

Pelatihan bertujuan meningkatkan pengetahuan, ketrampilan, kinerja, serta sikap pekerja (Sari 2009). Menurut Budisuari (2003), pelatihan atau pendidikan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan. Bila mengacu lamanya karyawan bekerja (mayoritas lebih dari lima tahun), jumlah pelatihan yang diperoleh karyawan termasuk kurang. Menurut Sarı (2009), pelatihan sebaiknya diberikan sebelum pekerja mulai bekerja dan pekerja harus menerima informasi yang diperlukan tentang pekerjaan mereka sehingga dapat mengurangi risiko.

Tingkat Pengetahuan Karyawan

Untuk mengukur tingkat pengetahuan, digunakan 20 pertanyaan yang ditanggapi karyawan dengan jawaban “benar”, “salah” dan “tidak tahu”. Setiap jawaban benar diberi skor 1, jawaban salah dan tidak tahu diberi skor 0 (Ansari et al 2010). Tingkat pengetahuan karyawan dibagi dalam tiga kategori, yakni

kategori buruk (skor <7), kategori sedang (skor 7-14) dan kategori baik (skor >14). Kategori ini didasarkan pada kriteria terkait praktik higiene daging yakni (1) sanitasi dan kebersihan, (2) higiene personal, (3) sistem penyimpanan, dan (4) pengendalian hama. Penilaian tingkat pengetahuan karyawan berdasarkan indikator aspek higiene daging dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Distribusi karyawan berdasarkan indikator pengetahuan dalam praktik higiene daging

No Tingkat Pengetahuan Kategori Jumlah

(skor) Karyawan %

1 Sanitasi dan kebersihan

Rendah (<1,667)

2 Higiene personal

Rendah (<1,667)

3 Sistem Penyimpanan

Daging (handling)

4 Pengendalian hama

Rendah (<1,667)

(57)

31

baik dan 20% memiliki pengetahuan dalam kategori buruk terhadap sanitasi dan kebersihan. Secara akumulasi, persentase mayoritas (80%) karyawan memiliki pengetahuan dalam kategori sedang sampai tinggi terkait pentingnya menjaga kebersihan alat dan sarana, kebersihan area cold storage, desinfeksi palet dan ruang penyimpanan, desinfeksi alat angkut, dan lainnya.

Tabel 7 menunjukkan sebagian besar (63%) karyawan memiliki pengetahuan dalam kategori kategori sedang dan 18 % memiliki pengetahuan dalam kategori baik terhadap higiene personal. Persentase mayoritas (81%) karyawan memiliki pengetahuan dalam kategori sedang sampai baik terkait pentingnya kebiasaaan mencuci tangan, mengenakan seragam kerja yang bersih, tidak meludah di sembarang tempat, tidak merokok di area cold storage. Pengetahuan aspek higiene personal ini sangat penting karena karyawanlah yang melakukan segala aktifitas dalam praktik higiene daging di cold storage.

Tabel 7 menunjukkan sebagian besar (60%) karyawan memiliki pengetahuan dalam kategori sedang, 20% memilki pengetahuan dalam kategori baik dan 19% memiliki pengetahuan dalam kategori buruk terkait sistem penyimpanan daging. Persentasi mayoritas (80%) karyawan memiliki pengetahuan dalam kategori sedang sampai baik terkait pentingnya sistem first in first out (FIFO) di cold storage, pemeriksaan kondisi daging, pemeriksaan

kemasan, penyimpanan berdasarkan jenis, kontrol temperatur daging dan ruang penyimpanan, dan lainnya.

Tabel 7 menunjukkan bahwa sebagian besar karyawan (52%) memiliki pengetahuan dalam kategori sedang, 26% memiliki pengetahuan dalam kategori sedang dan 22% memiliki pengetahuan dalam kategori buruk terkait pengendalian hama. Persentase mayoritas (78%) karyawan memiliki pengetahuan dalam kategori sedang sampai baik terkait perlunya program pengendalian rodensia, tikus, lalat ataupun kecoa, penggunakan desinfektan yang aman, dan laimya.

(58)

32

tentang higiene daging, maka secara keseluruhan pengetahuan karyawan terkait praktik higiene daging dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Tingkat pengetahuan karyawan

No Indek Pengetahuan Jumlah

Karyawan Persentase

1 Buruk 25 27.7

2 Sedang 59 65.6

3 Baik 6 6.7

Jumlah 90 100

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan, indek pengetahuan sebagian besar (65,6%) karyawan dalam kategori sedang, dan 27,7% karyawan memiliki pengetahuan dalam kategori buruk, lainnya 6,7% karyawan memiliki pengetahuan dalam kategori baik terkait praktik higiene daging di cold storage. Menurut Soekanto (2003) pengetahuan diperoleh melalui kenyataan (fakta), penglihatan, pendengaran, serta keterlibatan langsung dalam suatu aktivitas. Pengetahuan juga didapatkan dari hasil komunikasi dengan orang lain seperti teman dekat dan relasi kerja. Tingkat pengetahuan karyawan terkait praktik higiene daging sangat dipengaruhi oleh pengetahuan rekan sekerjanya. Hal ini menyebabkan pengetahuan mayoritas karyawan cenderung sama.

Tingkat Pendapatan

Tingkat pendapatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penghasilan bersih atau gaji yang didapat karyawan dari perusahaan setiap bulan. Tingkat pendapatan dikelompokkan kedalam tiga kategori yakni (1) < 3 juta (rendah), (2) 3-5 juta (sedang), (3) >5juta (tinggi).

Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar (56,6%) karyawan mempunyai pendapatan 3-5 juta (kategori sedang), dan 41,1% mempunyai pendapatan dibawah 3 juta (kategori rendah), lainya 2,2% mempunyai pendapatan diatas 5 juta (kategori tinggi. Tingkat pendapatan yang diperoleh karyawan disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9 Tingkat pendapatan karyawan No Tingkat Pendapatan

(juta)

Jumlah

(59)

33

1 < 3 37 41.1

3 3 – 5 51 56.7

5 >5 2 2.2

Jumlah 90 100

Tingkat pendapatan sangat mempengaruhi kepuasan karyawan dalam beekerja. Bila gaji yang diperoleh dirasa cukup, seseorang akan merasa nyaman dan kondisi ini berdampak positif terhadap sikap karyawan. Bila mengacu pada standar Upah Minimum Regional (UMR) di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek) yakni rata-rata Rp 1,5 juta per bulan, besaran gaji yang diterima karyawan sudah cukup memadai. Struktur penggajian yang diterapkan perusahaan umumnya ditentukan berdasarkan masa kerja, tingkat pendidikan, jabatan dan prestasi.

Sikap Karyawan Terkait Praktik Higiene Daging

Untuk mengukur sikap, digunakan 20 pertanyaan untuk yang ditanggapi karyawan dengan jawaban ”setuju”, “ragu-ragu” dan “tidak setuju”. Setiap jawaban setuju diberi skor 3, jawaban ragu-ragu diberi skor 2 dan jawaban tidak tahu diberi skor 1 (Ansari et al. 2010). Sikap karyawan dibagi dalam tiga kategori, yakni kategori negatif ( skor jawaban <33), kategori netral (skor 33-46) dan kategori positif (skor >46). Penilaian sikap terkait praktik higiene daging yang dilihat dalam penelitian ini adalah (1) sanitasi dan kebersihan, (2) higiene personal, (3) sistem penyimpanan, (4) pengendalian hama. Penilaian sikap karyawan berdasarkan indikator aspek higiene dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10 Distribusi karyawan berdasarkan indikator sikap terkait praktik higiene daging

No Aspek Sikap Kategori Jumlah

Karyawan %

1 Sanitasi dan kebersihan

Negatif (<1,667)

2 Higiene personal

Negatif (<1,667)

3 Sistem penyimpanan

Daging

4 Pengendalian hama

(60)

34

Tabel 10 menunjukkan, terkait sanitasi dan kebersihan sebagian besar (57%) karyawan memiliki sikap dalam kategori netral, dan 32% memiliki sikap dalam kategori positif, lainnya 11% memiliki sikap dalam kategori negatif. Hal ini mengindikasikan mayoritas karyawan bersikap netral terhadap pentingnya menjaga kebersihan alat dan sarana, kebersihan area cold storage, desinfeksi desinfeksi palet dan ruang penyimpanan, desinfeksi alat angkut dan lainnya. Sikap karyawan terhadap sanitasi dan kebersihan ini sangat penting dalam membentuk perilakunya dalam praktik higiene daging.

Tabel 10 menunjukkan, terkait higiene personal sebagian besar (66%) karyawan memiliki sikap dalam kategori netral, 23% memiliki sikap dalam kategori positif, dan 11% memiliki sikap dalam kategori negatif. Hal ini berarti mayoritas karyawan memiliki sikap netral terkait pentingnya kebiasaaan mencuci tangan, mengenakan seragam kerja yang bersih, tidak meludah di sembarang tempat, tidak merokok, membiasakan diri mandi sebelum berangkat dan sesudah kerja dan lainnya. Kondisi ini mengindikasikan bahwa sikap karyawan dapat dengan mudah berubah menjadi positif ataupun negatif, tergantung obyek yang mempengaruhi.

Tabel 10 menunjukkan sebagian besar (49%) karyawan bersikap netral, 34% karyawan bersikap positif terhadap sistem penyimpanan daging di cold storage. Secara akumulasi mayoritas (83%) karyawan memiliki sikap dalam kategori netral sampai positif terkait aspek pentingnya sistem FIFO diterapkan, pemeriksaan kondisi daging, pemeriksaan kemasan, penyimpanan berdasarkan jenis, mempertahankan suhu penyimpanan, dan lainnya.

Tabel 10 menunjukkan bahwa 54% dan 44% karyawan bersikap netral dan positif terhadap pengendalian hama dalam praktik higiene daging. Secara kumulatif hampir semua (98%) karyawan bersikap netral dan positif terhadap program pengendalian rodensia, tikus, lalat ataupun kecoa, penggunaan desinfektan yang aman terkait praktik higiene daging di cold storage.

(61)

35

netral dan baik cukup banyak (83%), bila tidak segera dibina dapat membawa pengaruh terhadap karyawan lain. Berdasarkan keempat indikator sikap terkait praktik higiene daging, maka secara keseluruhan sikap karyawan terkait praktik higiene daging disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11 Sikap karyawan terkait praktik higiene daging secara keseluruhan

No Sikap Karyawan

Jumlah Persentase

1 Negatif 1 1.1

2 Netral 64 71.1

3 Positif 25 27.8

Jumlah 90 100

Secara keseluruhan sebagian besar (71.1%) karyawan mempunyai sikap dalam kategori netral, 27.8% mempunyai sikap dalam kategori positif dan 1.1% mempunyai sikap dalam kategori negatif terkait praktik higiene daging. Persentase mayoritas karyawan yang memiliki sikap dalam kategori netral mengindikasikan bahwa komitmen karyawan terhadap praktik higiene belum cukup kuat. Sikap individu karyawan akan dipengaruhi oleh sikap mayoritas kelompok karyawan lainnya.

Apabila kelompok karyawan melakukan praktik higiene dengan baik, kemungkinan akan mempengaruhi individu karyawan lainnya untuk melakukan praktik yang baik juga, demikian juga sebaliknya. Hal ini terjadi karena individu karyawan ingin menyesuaikan diri dengan norma kelompok yang lebih besar, dalam hal ini kelompok pekerja yang melakukan praktik higiene dengan baik. Sikap dan perilaku kelompok pekerja ini dapat mempengaruhi perilaku rekan sekerja mereka. (Racicot et al. 2012).

Standard Operating Procedures (SOP) Kerja

SOP adalah suatu prosedur kerja yang dibuat perusahaan agar semua tahapan kegiatan berjalan sesuai standar yang diinginkan. SOP ini berlaku mutlak bagi semua karyawan sehingga semua aktifitas diharapkan berjalan sesuai prosedur yang dibuat. SOP kerja ini merupakan peubah situasional (faktor eksternal) yang diduga dapat mempengaruhi hubungan antara sikap dan perilaku.

Gambar

Gambar 1 The Ajzen and Fisbhein theory of reasoned action .........
Gambar 1. The Ajzen and Fishbein theory of reasoned action ( Zahid 1997)
Tabel 1 Kondisi suhu dan masa simpan produk hewan (Barantan 2008)
Gambar 4 Kerangka konsep penelitian
+4

Referensi

Dokumen terkait

Karena rendahnya kelarutan oksigen dalam air, jumlah oksigen menjadi terbatas karena beton menjadi jenuh dan dapat menyebabkan kontrol katodik, dimana jumlah oksigen yang

40 Bandung, telah mengadakan acara tanya jawab / rapat penjelasan (aanwijzing) pekerjaan pelelangan Bahan Makanan Pasien Rumah Sakit Paru Dr. Pelaksanaan penjelasan

(1) Staf ahli wajib melakukan pengawasan terhadap SKPD yang berada dibawah pengawasannya sebagaimana tercantum dalam lampiran IV yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan

In the thickened intimal lesion of balloon-injured rat aorta, in the cuff-induced intimal thickening of rat femoral artery and in the restenotic lesion of human coronary artery

Irigasi Pekerjaan Gali Waled Dan Pembersihan Saluran DI Geneng Desa Jetis Cs.

inkuiri merupakan suatu metode yang mempersiapkan siswa pada situasi untuk.. melakukan eksperimen sendiri secara luas agar dapat melihat apa yang

Putusan Pengadilan Tinggi Medan Nomor: 209/PID.Sus/2016/PT.Mdn Halaman 3 tersebut kesebelah kiri hingga beram jalan dan ketika itu bagian sudut depan sebelah kanan mobil

Gambaran laki-laki saat ini tentunya berbeda dengan gambaran laki-laki di beberapa dekade silam, dimana laki-laki saat itu digambarkan sebagai seorang yang