• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Metode Inkuiri untuk Meningkatkan Kemandirian dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Pembelajaran TIK (Studi Kasus pada Kelas IX SMP Pangudi Luhur Salatiga) T1 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Metode Inkuiri untuk Meningkatkan Kemandirian dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Pembelajaran TIK (Studi Kasus pada Kelas IX SMP Pangudi Luhur Salatiga) T1 BAB II"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1Penelitian Terdahulu

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini yang pertama yaitu penelitian

mengenai peningkatan kemandirian. Penelitian yang berjudul upaya meningkatkan

kemandirian belajar siswa dalam Pembelajaran matematika melalui model

cooperative Learning tipe kepala bernomor terstruktur (kurniawati,2010) Penelitian

ini bertujuan untuk meningkatkan kemandirian belajar matematika melalui

penggunaan model Cooperative Learning tipe Kepala Bernomor Terstruktur pada

siswa SMP N 2 Sewon tahun ajaran 2010/2011. Penelitian ini merupakan penelitian

tindakan kelas yang dilakukan secara kolaboratif antara guru dan peneliti.

Pelaksanaan pembelajaran matematika dengan model pembelajaran tipe Kepala

Bernomor Terstruktur di kelas VIII D SMP N 2 Sewon dapat meningkatkan

kemandirian belajar siswa, rata-rata kemandirian belajar siswa mengalami

peningkatan dari 63,57% di siklus I menjadi 81,34% di siklus II. Penelitian terkait

yang selanjutnya berjudul Peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa

SMP melalui pendekatan Contextual Teaching and Learning (Syahbana,2012). Nilai gain diperoleh dari rumus Meltzer dengan hasil : untuk kelas eksperimen nilai gain

minimum = -0,60 dan maksimum = 1, sedangkan untuk kelas kontrol nilai gain

minimum = -0,20 dan maksimum = 1. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa

terdapat perbedaan signifikan dalam peningkatan kemampuan berpikir kritis

matematis siswa antara yang pembelajarannya menggunakan Pendekatan Contextual

Teaching and Learning dan menggunakan Pendekatan Konvensional. Kedua

penelitian tersebut telah membuktikan bahwa kemandirian dan kemamuan bepikir

kritis dapat ditingkatkan melalui metode pembelajaran. Adapun penelitian yang

berkaitan dengan metode inkuiri, penelitian yang dilakukan oleh Prayitno H.M

(2)

dalam pembelajaran IPA. Dari penelitian tersebut, terbukti bahwa penggunaan

metode inkuiri dalam pembelajaran IPA dengan materi perubahan lingkungan

berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa SD N 1 dan 3 Sidomulyo Kecamatan

Banjar jero Kabupaten Blora. Penelitian berikutnya dilakukan oleh Sri Mulyati dan

Aman (Mulyati, 2012) yang dalam penelitiannya berhasil meningkatkn kualitas

pembelajaran Sejarah Asia tenggara Baru melalui penerapaan metode inkuiri di

jurusan pendidikan sejarah FIS UNY. Stategi inkuiri yang diterapkan diawali dengan

strategi ekspositori yang menempatkan peranan besar dosen dalam pembelajaran

terutama dalam hal membina, mengarahkan, membimbing, memberi tindakan, dan

mengevaluasi serta refleksi, dan diakhiri dengan strategi inkuiri yang menuntut

kemandirian mahasiswa dalam proses mencari, menemukan, dan memecahkan

permasalahan yang berkaitan dengan masalah masalah yang diajukan oleh dosen.

Kedua penelitian terakhir dapat menjadi acuan peneliti untuk menciptakan sebuah

kegiatan belajar mengajar dengan metode inkuiri apakah mampu meningkatkan

kemandirian dan kemampuan berpikir kritis .

2.2 Pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) mencakup dua aspek, yaitu

Teknologi Informasi dan Teknologi Komunikasi.Teknologi Informasi, meliputi

segala hal yang berkaitan dengan proses, penggunaan sebagai alat bantu, manipulasi,

dan pengelolaan informasi. Teknologi Komunikasi merupakan segala hal yang

berkaitan dengan penggunaan alat bantu untuk memproses dan mentransfer data dari

perangkat yang satu ke yang lainnya (Purwanti,2012). Karena itu, teknologi Informasi

dan Teknologi Komunikasi adalah suatu padanan yang tidak terpisahkan dan

mengandung pengertian luas tentang segala kegiatan yang terkait dengan pemrosesan,

manipulasi, pengelolaan, dan transfer informasi antar media.

Secara khusus, tujuan mempelajari Teknologi Informasi dan Komunikasi adalah

(3)

1. Menyadarkan siswa akan potensi perkembangan teknologi informasi

dan komunikasi yang terus berubah sehingga siswa dapat termotivasi

untuk mengevaluasi dan

mempelajariTeknologi Informasi dan Komunikasi sebagai dasar untuk belajar sep

anjang hayat.

2. Memotivasi kemampuan siswa untuk bisa beradaptasi dan

mengantisipasi perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi,

sehingga siswa bisa melaksanakan dan menjalani aktifitas

kehidupan sehari-hari secara mandiri dan lebih percaya diri.

3. Mengembangkan kompetensi siswa dalam menggunakan Teknologi

Informasi dan Komunikasi untuk mendukung kegiatan belajar, bekerja, dan

berbagai aktifitas dalam kehiduan sehari- hari.

4. Mengembangkan kemampuan belajar berbasis Teknologi Informasi

dan Komunikasi, sehingga proses pembelajaran dapat lebih optimal,

menarik, dan mendorong siswa terampil dalam berkomunikasi,terampil

mengorganisasi informasi, dan terbiasa bekerjasama.

5. Mengembangkan kemampuan belajar mandiri, berinisiatif, inovatif, kreatif,

dan bertanggungjawab dalam penggunaan Teknologi Informasi dan

komunikasi untuk pembelajaran, bekerja, dan pemecahan masalah sehari –hari.

2.3 Metode Inkuiri

2.3.1 Pengertian Metode Inkuiri

Menurut Piaget yang dikutip Wafi Rifatul Himmah (Himmah,2009) metode

inkuiri merupakan suatu metode yang mempersiapkan siswa pada situasi untuk

melakukan eksperimen sendiri secara luas agar dapat melihat apa yang terjadi, ingin

melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan pertanyaan, dan mencari jawabannya

sendiri, serta menghubungkan penemuannya yang satu dengan penemuan yang lain,

(4)

Metode inkuiri menurut Nanang dan Cucu (2009) merupakan suatu rangkaian

pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik

untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, dan logis sehingga mereka

dapat menemukan sendiri pengetahuan, sikap, dan keterampilan sebagai wujud

adanya perubahan perilaku.

Wina sanjaya (Sanjaya,2008) mengemukakan metode inkuiri adalah rangkaian

kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan

analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang

dipertanyakan.

Metode inkuiri merupakan metode pembelajaran yang berupaya menanamkan

dasar-dasar berfikir ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam proses pembelajaran ini

siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan

masalah. Siswa benar-benar ditempatkan sebagai subjek yang belajar. Peranan guru

dalam pembelajaran dengan metode inkuiri adalah sebagai pembimbing dan

fasilitator. Tugas guru adalah memilih masalah yang perlu disampaikan kepada kelas

untuk dipecahkan. Namun dimungkinkan juga bahwa masalah yang akan dipecahkan

dipilih oleh siswa. Tugas guru selanjutnya adalah menyediakan sumber belajar bagi

siswa dalam rangka memecahkan masalah. Bimbingan dan pengawasan guru masih

diperlukan, tetapi intervensi terhadap kegiatan siswa dalam pemecahan masalah harus

dikurangi (Ida, 2010).

2.3.2 Sintaks Inkuiri

Tahap Tingkah Laku Guru

Tahap 1

Observasi untuk menemukan

masalah

Guru menyajikan kejadian-kejadian atau fenomena yang

memungkinkan siswa menemukan masalah

Tahap 2 Merumuskan masalah

Guru membimbing siswa merumuskan masalah

penelitian berdasarkan kejadian dan fenomena yang

(5)

Tahap 3 Mengajukan hipotesis

Guru membimbing siswa untuk mengajukan hipotesis

terhadap masalah yang telah dirumuskannya

Tahap 4 Merencanakan

pemecahan masalah (melalui

eksperimen atau cara lain)

Guru membimbing siswa untuk merencanakan

pemecahan masalh, membantu menyiapkan alat dan

bahan yang diperlukan dan menyusun prosedur kerja

yang tepat

Tahap 5 Melaksanakan

eksperimen (atau cara

pemecahan masalh yang lain)

Selama siswa bekerja, guru membimbing dan

memfasilitasi

Tahap 6 Melakukan pengamatan

dan pengumpulan data

Guru membantu siswa melakukan pengamatan tentang

hal-hal yang penting dan membantu mengumpilkan dan

mengorganisasi data

Tahap 7 Analisis data

Guru membantu siswa menganalisis data supaya

menemukan suatu konsep

Tahap 8 Penarikan kesimpulan

dan penemuan

Guru membimbing siswa mengambil kesimpulan

berdasarkan data dan menemukan sendiri konsep yang

ingin ditanamkan

Tabel 2.1 Sintaks Inkuiri

2.3.3 Prinsip - prinsip Inkuiri

Dalam pembelajaran inkuiri terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan oleh

guru, yaitu sebagai berikut :

a. Berorientasi pada Pengembangan Intelektual

Telah disebutkan sebelumnya bahwa tujuan utama pembelajaran inkuiri adalah

mengembangkan kemampuan berpikir, karena inkuiri didasari oleh teori kognitif

yang menekankan arti penting proses internal seseorang. Dengan demikian,

pembelajaran inkuiri selain berorientasi pada hasil belajar, juga berorientasi pada

proses belajar. Karena itu, kriteria keberhasilan dalam pembelajaran inkuiri bukan

ditentukan oleh penguasaan siswa terhadap suatu materi pelajaran, tetapi sejauh mana

siswa beraktivitas mencari dan menemukan sesuatu. Pada inkuiri ini yang dinilai

(6)

berkesinambungan secara tepat dan serasi antara hal baru dengan struktur kognitif

yang telah dimiliki siswa

b. Prinsip Interaksi

Pada dasarnya, proses pembelajaran adalah proses interaksi, baik interaksi siswa

dengan guru, interaksi siswa dengan siswa, maupun interaksi siswa dengan

lingkungan. Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti menempatkan guru bukan

sebagai sumber belajar, tetapi sebagai pengatur interaksi itu sendiri. Kegiatan

pembelajaran selama menggunakan pendekatan inkuiri ditentukan oleh interaksi

siswa. Keseluruhan proses pembelajaran akan membantu siswa menjadi mandiri,

percaya diri dan yakin pada kemampuan intelektualnya sendiri untuk terlibat secara

aktif. Guru hanya perlu menjadi fasilitator dan mengarahkan agar siswa bisa

mengembangkan kemampuan berpikirnya melalui interaksi mereka. Guru juga harus

memfokuskan pada tujuan pembelajaran, yaitu mengembangkan tingkat berpikir yang

lebih tinggi dan keterampilan berpikir kritis siswa.

c. Prinsip Bertanya

Inkuiri adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan, yaitu pertanyaan-pertanyaan

yang dapat dijawab dan mengantarkan pada pengujian dan eksplorasi bermakna.

Selama pembelajaran inkuiri, guru dapat mengajukan suatu pertanyaan atau

mendorong siswa mengajukan pertanyaan-pertanyaan mereka sendiri, yang dapat

bersifat open-ended, memberi peluang siswa untuk mengarahkan penyelidikan

mereka sendiri dan menemukan jawaban-jawaban yang mungkin dari mereka sendiri,

dan mengantar pada lebih banyak pertanyaan lain. Oleh karena itu peran yang harus

dilakukan guru dalam pembelajaran inkuiri adalah sebagai penanya. Sebab,

kemampuan siswa untuk menjawab setiap pertanyaan pada dasarnya sudah

merupakan sebagian dari proses berpikir.

d. Prinsip Belajar untuk Berpikir

Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah proses

(7)

otak. Pembelajaran berpikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara

maksimal.

e. Prinsip Keterbukaan

Inkuiri menyediakan siswa beraneka ragam pengalaman konkrit dan pembelajaran

aktif yang mendorong dan memberikan ruang dan peluang kepada siswa untuk

mengambil inisiatif dalam mengembangkan keterampilan pemecahan masalah,

pengambilan keputusan, dan penelitian sehingga memungkinkan mereka menjadi

pelajar sepanjang hayat.

2.3.4 Tugas Guru dan Murid dalam Metode Inkuiri

Metode inkuiri merupakan metode pembelajaran yang berupaya menanamkan

dasar-dasar berfikir ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa

lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan

masalah. Siswa benar-benar ditempatkan sebagai subjek yang belajar. Peranan guru

dalam pembelajaran dengan metode inkuiri adalah sebagai pembimbing dan

fasilitator. Tugas guru adalah memilih masalah yang perlu disampaikan kepada kelas

untuk dipecahkan. Namun dimungkinkan juga bahwa masalah yang akan dipecahkan

dipilih oleh siswa. Tugas guru selanjutnya adalah menyediakan sumber belajar bagi

siswa dalam rangka memecahkan masalah. Bimbingan dan pengawasan guru masih

diperlukan, tetapi intervensi terhadap kegiatan siswa dalam pemecahan masalah harus

dikurangi (Ardi, 2013). Inkuiri melibat komunikasi yang berarti tersedia suatu ruang,

peluang, dan tenaga bagi siswa untuk mengajukan pertanyaan dan pandangan yang

logis, obyektif, dan bermakna, dan untuk melaporkan hipotesis mereka. Tugas guru

adalah menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepada siswa

mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yang

diajukannya.

Dengan demikian, peran utama guru dalam pembelajaran inkuiri (Ida,2010) adalah :

1. Motivator

(8)

2. Fasilitator

Menunjukkan jalan keluar jika ada hambatan dalam proses berpikir siswa.

3. Penanya

Menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka perbuat dan memberi keyakinan

pada diri sendiri.

4. Administrator

Bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan didalam kelas.

5. Pengarah

Memimpin arus kegiatan berpikir siswa pada tujuan yang diharapkan.

6. Manajer

Mengelola sumber belajar, waktu, dan organisasi kelas.

7. Rewarder

Memberi penghargaan pada prestasi yang dicapai dalam rangka peningkatan

semangat inkuiri pada siswa

2.3.5 Tahapan Pembelajaran inkuiri

Pembelajaran inkuiri ada tahap tahapannya antara lain tahap orientasi,

merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menguji

hipotesis, dan yang terakhir adalah merumuskan kesimpulan (Sanjaya, 2008).

Pembelajaran inkuiri mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

1. Orientasi

Pada tahap ini guru melakukan langkah untuk membina suasana atau iklim

pembelajaran yang kondusif

2. Merumuskan masalah

Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan

yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang

menantang siswa untuk memecahkan teka-teki itu. Teka-teki dalam rumusan masalah

tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses

(9)

itu melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga

sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir.

3. Merumuskan hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang dikaji. Sebagai

jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Salah satu cara yang dapat

dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan menebak (berhipotesis) pada

setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong

siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai

perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji.

4. Mengumpulkan data

Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk

menguji hipotesis yang diajukan. Dalam pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data

merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual.

Proses pengumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam

belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan

potensi berpikirnya.

5. Menguji hipotesis

Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai

dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Menguji

hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya,

kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi

harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.

6. Merumuskan kesimpulan

Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh

berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat

sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.

2.3.6 Sasaran Pembelajaran Inkuiri

(10)

1. Keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar,

2. Keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan pembelajaran ,

3. Mengembangkan sikap percaya pada diri siswa tentang apa yang ditemukan

dalam proses inkuiri

1.4Kemandirian

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia mandiri adalah ”berdiri sendiri”.

Kemandirian belajar adalah belajar mandiri, tidak menggantungkan diri kepada orang

lain, siswa dituntut untuk memiliki keaktifan dan inisiatif sendiri dalam belajar,

bersikap, berbangsa maupun bernegara (Ahmadi dan Nur Uhbiyati, 1990).

Kemandirian belajar adalah kondisi aktifitas belajar yang mandiri tidak

tergantung pada orang lain, memiliki kemauan serta bertanggung jawab sendiri dalam

menyelesaikan masalah belajarnya sendiri (Yamin, 2008:15). Kemandirian belajar

akan terwujud apabila siswa aktif mengontrol sendiri segala sesuatu yang dikerjakan,

mengevaluasi dan selanjutnya merencanakan sesuatu yang lebih dalam pembelajaran

yang dilalui dan siswa juga mau aktif dalam proses pembelajaran. Pada penelitian ini

kemandirian belajar siswa diukur dengan menggunakan angket kemandirian belajar

siswa dengan indikator (riyanti,2009) :

1. kesadaran untuk belajar mandiri,

2. memiliki perencanaan untuk belajar,

3. memiliki kedisiplinan dalam belajar,

4. memiliki tujuan belajar,

5. percaya diri, dan

6. memiliki tanggung jawab dalam belajar

2.5Berpikir Kritis

Berpikir adalah suatu proses dialektis. Artinya selama proses berpikir, pikiran

mengadakan tanya jawab dengan pikiran itu sendiri untuk dapat meletakkan

(11)

Menurut Ennis dan Costa (dalam Suryadi dan Herman, 2008: 20) berpikir kritis

merupakan suatu proses penggunaan kemampuan berpikir secara efektif yang dapat

membantu seseorang untuk membuat, mengevaluasi serta mengambil keputusan

tentang apa yang diyakini atau dilakukan.

Ennis yang dikutip Liliasari (liliasari,2012) mengatakan berpikir kritis

merupakan bagian dari pola berpikir kompleks/ tingkat tinggi yang bersifat

konvergen. Berpikir kritis menggunakan dasar proses berpikir untuk menganalisi

argumen dan memunculkan gagasan terhadap tiap tiap makna interprestasi, untuk

mengembangkan pola penalaran yang kohesif dan logis, memahami asumsi serta

memberikan model presentasi yang dapat dipercaya, ringkas dan meyakinkan.

Paul & Elder (2011) mendefinisikan berpikir kritis sebagai sebuah proses

menganalisa dan menilai pemikiran dengan sebuah pandangan untuk memperbaiki

pemikiran yang didasarkan pada sebuah tujuan. Ia juga menyatakan bahwa dalam

berpikir kritis pengetahuan merupakan struktur paling dasar dalam berpikir dan

standar intelektual yang paling utama untuk berpikir.

Langkah-langkah berpikir kritis serta 12 keterampilan- keterampilan dalam

berpikir kritis (Twelve Essential critical thinking , sebagai berikut: 1. Mengenali masalah (defining and clarifying problem).

a. Mengidentifikasi isu-isu atau permasalahan pokok.

b. Membandingkan kesamaan dan perbedaan-perbedaan.

c. Memilih informasi yang relevan.

d. Merumuskan/memformulasi masalah.

2. Menilai informasi yang relevan.

a. Menyeleksi fakta, opini, hasil nalar /judgment

b. Mengecek konsistensi

c. Mengidentifikasi asumsi

d. Mengenali kemungkinan faktor stereotip.

e. Mengenali kemungkinan bias, emosi, propaganda, salah penafsiran kalimat

(12)

f. Mengenali kemungkinan perbedaan orientasi nilai dan ideologi.

3. Pemecahan Masalah/ Penarikan kesimpulan.

a. Mengenali data-data yang diperlukan dan cukup tidaknya data.

b. Meramalkan konsekuensi yang mungkin terjadi dari keputusan/pemecahan

masalah/kesimpulan yang diambil.

2.6Kerangka Berpikir

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

KELAS KONTROL

KELAS EKSPERI MEN

Observasi Awal

Pembelajaran dengan metode

inkuiri

Kemandirian dan kemampuan berpikir kritis

rendah Kemandirian dan

kemampuan berpikir kritis

meningkat

Pembelajaran dengan metode

konvensional

Gambar

Tabel 2.1 Sintaks Inkuiri
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan alat ukur tes penalaran berdasarkan kerangka Trends in International Mathematics and Science Studies (TIMSS) pada topik

Adapun dari fakta sejarah, ini semua tidak terlepas dari pengaruh pemikiran ulama besar Aceh yaitu Syeikh Nuruddun ar-Raniry dan Syeikh Abdurrauf

Ketika arrival rate dari pengguna primer mendekati nol maka kemungkinan kanal tidak sedang digunakan oleh pengguna primer saat pengguna sekunder datang mendekati satu

Sebuah Skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan dari Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu. Pengetahuan

Bagi masyarakat yang tidak menyadari akan penindasan ini maka akan merasakan bahwa kehadiran produk Samsung, Asus, LG, Iphone, dan sebagainya memang telah mempermudah

Pada saat undang undang ini berlaku, Pajak dan Retribusi yang masih terutang berdasarkan Peraturan Daerah mengenai jenis Pajak Provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2

tivitas termal bahan Masonite ini dilakukan pengujian dengan alat Stim Generator TD-8556, pengujian ini bertujuan untuk mengukur konduktivitas termal bahan/material

1.) Analisis organisasi pada hakikatnya menyangkut pada pertanyaan-pertanyaan dimana atau bagaimana didalam institusi ada personil yang membutuhkan pelatihan. Setelah itu,