Oleh
Linna Ismawati, SE., M.Si Siti Hajar Rizkya
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA Abstract
The companies listing on the Stock Exchange would want stock prices are increasing every year. There are many factors that affect the price of such shares Return on Assets (ROA) and the rate of SBI rate. In this study had the aim to determine: (1) developments ROA in the company of ceramics, glass, and porcelain (2) Interest rate development (3) development stock price in the company of ceramics, glass, and porcelain (4) Return on Assets big influence (ROA) and Interest Rate SBI to the stock price on the company ceramics, glass, and porcelain simultaneously or partially.
The method used is descriptive method and the method of verification. The analytical method used is the Multiple Linear Regression Analysis. Testing hypotheses F test was used to test simultaneously, and T test for partial testing. These results indicate simultaneous Rate of Return Asset (ROA) and Interest Rate SBI significant effect on stock prices with R Square sebesa 32.2%. Partially, Return on Assets (ROA) has a correlation value of 0.566 and has a positive correlation to the stock price, while the rate of SBI has a correlation value of -0.177 and have a negative correlation to share price.
Key words : ROA, Indonesian Interest Rate, Stock price I. Pendahuluan
Pasar modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara karena pasar
modal menjalankan dua fungsi, yaitu pertama sebagai sarana bagi pendanaan
usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dari
masyarakat pemodal (investor). Dana yang diperoleh dari pasar modal dapat
digunakan untuk pengembangan usaha, ekspansi, penambahan modal kerja dan
Nilai perusahaan akan tercermin dalam nilai pasar sahamnya. Semakin tinggi
harga saham semakin tinggi pula nilai perusahaan yang sudah go public, karena
nilai perusahaan dapat menunjukkan nilai asset yang dimiliki perusahaan seperti
surat- surat berharga. Saham merupakan salah satu surat berharga yang
dikeluarkan oleh perusahaan. Tinggi rendahnya harga saham banyak dipengaruhi
oleh kondisi emiten. Salah satu faktor yang mempengaruhi harga saham adalah
kemampuan perusahaan membayar deviden. Apabila dividen yang dibayar tinggi,
harga saham cenderung tinggi sehingga nilai perusahaan juga tinggi. Sebaliknya
bila dividen yang dibayarkan kecil maka harga saham perusahaan tersebut rendah
sehingga nilai perusahaan rendah. Kemampuan membayar dividen erat
hubungannya dengan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba. Tinggi
rendahnya harga saham ini juga merupakanrefleksi dari keputusan investasi,
keputusan pendanaan dan pengelolaan asset tersebut (Stella, 2009).
Tingkat suku bunga merupakan salah satu indicator ekonomi makro yang bisa
membantu investor dalam membuat keputusan investasinya. Secara teori tingkat
suku bunga dan harga saham memiliki hubungan yang negatif. Tingkat suku
bunga yang terlalu tinggi akan mempengaruhi nilai sekarang aliran kas
perusahaan, sehingga kesempatan investasi tidak akan menarik lagi.
(Tandelilin,2010).
Saham adalah salah satu instrument pasa keuangan yang paling popular.
Menerbitkan saham merupakan salah satu pilihan perusahaan ketika memutuskan
Hipotesis
Hipotesis 1 : Return on Asset (ROA ) berpengaruh terhadap harga saham pada Perusahaan Keramik, Porselen, dan Kaca.
Hipotesis 2 : Tingkat Suku Bunga berpengaruh terhadap harga saham pada
Perusahaan Keramik, Porselen, dan Kaca.
Hipotesis 3: Return on Asset (ROA) dan Tingkat Suku Bunga berpengaruh terhadap Harga Saham pada Perusahaan Keramik, Porselen, dan kaca.
Metode Penelitian
Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan
metode verifikatif yang dijelaskan melalui pengumpulan data dilapangan.
Metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif ini digunakan untuk
menjawab tujuan penelitian :
1. Mengenai perkembangan Tingkat pengembalian Aktiva (ROA)
2. Mengenai perkembangan Tingkat Suku Bunga (SBI)
3. Mengenai perkembangan Harga Saham
Metode verifikatif pada penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui besarnya
pengaruh Tingkat Penngembalian Aktiva (ROA ) dan Tingkat Suku Bunga terhadap
Harga Saham pada Perusahaan Keramik, Porselen, danKaca yang ada di Bursa Efek
Indonesia baik secara parsial serta menguji teori dengan pengujian suatu hipotesis
meningkatnya pertumbuhan property di Indonesia maka akan meningkatkan juga
kebutuhan akan keramik, sehingga akan membantu perusahaan terus berkembang.
Selain itu kebutuhan kaca otomotif juga semakin banyak dengan berkembangnya
otomotif di Indonesia yang menggunakan kaca lokal. Hal ini akan meningkatkan laba
dan asset perusahaan. Namun pada beberapa periode ada perusahaan yang nilai
ROAnya rendah yaitu PT. Inti Keramik Alamasri tahun. Hal ini disebabkan
penurunan asset yang terjadi oleh penurunan persediaan barang jdi dan penurunan
piutang usaha pihk ketiga.
2. Tingkat Suku Bunga SBI pada periode 2008-2013 cenderung menurun. Hal ini
merupakan sinyal yang baik untuk investor berinvestasi di pasar modal. Kebijakan
yang di Buat oleh BI ini tentu akan menumbuhkan pasar modal di Indonesia. Selain
investor, perusahaan juga diuntungkan dengan menurunnya tingkat SBI ini yang dapat
menaikkan harga sahamnya karena banyaknya permintaan. Tingkat suku bunga tinggi
pada tahun 2008, SBI meningkat karena terkena imbas dari krisis ekonomi dunia yang
dialami Amerika Serikat. Tahun 2013 juga SBI naik 1,75% dari tahun 2012 menjadi
7,5%, hal ini disebabkan defisitnya neraca perdagangan Indonesia.
3. Harga saham tertinggi selama periode 2008-2013 pada perusahaan sub sector
Keramik, Porselen, dan kaca yang terdaftar di BEI adalah PT. Arwana Citra Mulia,
pada tahun 2011. Besarnya Harga saham ini karena kinerja perusahaan yang baik
sehingga invetor melirik perusahaan tersebut. Harga saham terrendah dimiliki oleh
PT. Keramik Indonesia Assosiasi tahun 2010.
4. Secara simultan tingkat pengembalian aktiva (ROA) dan tingkat suku bunga (SBI)
Jika dilihat secara parsial:
a) Secara parsial tingkat pengembalian aktiva (ROA) berpengaruh positif dan
signifikan terhadap harga saham pada Perusahaan Keramik, Kaca, dan Porselen
yang listing di BEI periode 2008-2013 dengan kontribusi pengaruh parsial yang
diberikan sebesar 31,4%.
b) Secara parsial tingkat suku bunga indonesia (SBI) tidak berpengaruh signifikan
terhadap harga saham pada Perusahaan Keramik, Kaca, dan Porselen yang listing
di BEI periode 2008-2013.
c) Secara simultan Tingkat Pengembalian Aktiva (ROA) dan Tingkat Suku Bunga
Indonesia berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan diatas, penulis mencoba memberikan
saran kepada pihak yangberkaitan maupun pihak lainnya mengenai Tingkat
Pengembalian Aktiva (ROA), Tingkat Suku Bunga Indonesia, dan Harga Saham,
yaitu sebagai berikut :
1. Perusahaan perlu memperhatikan peningkatan tingkat laba dan asset agar
Tingkat Pengembalian Aktiva (ROA) dapat meningkat terus setiap periode.
Memperkuat penjualan domestic dan luar negeri merupakan strategi yang baik
agar perusahaan lebih berkembang.
2. Tingkat suku bunga SBI mempengaruhi minat investor untuk menanamkan
dengan unit analisis yang berbeda agar diperoleh hasil dan teori yang lebih
14
2.1 Kajian Pustaka
2.1.1 Tingkat Pengembalian Aktiva (ROA )
Analisis ROA mengukur kemampuan peusahaan menghasilkan laba
dengan menggunakan total asset (kekayaan) yang dipunyai perusahaan setelah
disesuaikan dengan biaya- biaya untuk mendanai asset tersebut. Biaya- biaya
pendanaan yang dimaksud adalah bunga yang merupakan biaya pendanaan
dengan hutang. ROA bisa diinterpretasikan sebagai hasil dari serangkaian
kebijakan perusahaan (strategi) dan pengaruh dari faktor- faktor lingkungan
(Mamduh Hanafi, 2003:159). Rumus ROA :
Menurut Hanafi (2000:83 ) menyatakan :
“Return On Asset adalah rasio yang mengatur kemampuan perusahaan
menghasilkan laba dengan menggunakan total asset (kekayaan ) yang miliki
perusahaan setelah disesuaikan dengan biaya- biaya untuk menandai asset tersebut.”
Sedangkan pengertian ROA menurut Rusdin (2005:42) yaitu :
“Untuk mengukur tingkat kembalian dari keuntungan operasional
perusahaan terhadap seluruh asset yang dignakan untuk menghasilkan keuntungan ROA =
operasional. ROA menunjukkan hubungan antara tingkat keuntungan yang
dihasilkan manajemen atas dana yang ditanam baik oleh pemegang saham,
maupun kreditor.”
Intinya ROA adalah suatu Rasio yang menunjukan kemampuan
perusahaan dalam meraih laba perusahaan. Semakin besar ROA maka
menunjukan perusahaan semakin baik dimata investor, dan akan menaikan harga
saham perusahaan tersebut.
2.1.2 Tingkat Suku Bunga SBI
Kenaikan tingkat bunga pijaman memiliki dampak negative terhadap
setiap emiten, karena akan meningkatkan beban bunga kredit dan menurunkan
harga bersih. Penurunan laba bersih akan mengakibatkan laba per saham juga
menurun dan akhirnya akan berakibat turunnya harga saham di pasar. Disisi lain,
naiknya suku buga deposito akan mendorog investor untuk menjual sahamnya dan
menabung hasil penjualan itu dalam deposito. Oleh karena itu, kenaikan suku
bunga pinjaman atau suku bunga deposito akan mengakibatkan turunnya harga
saham ( Muhamad Samsul, 2006:201).
Menurut (Sunariyah,2006:105) menyatakan bahwa tingkat suku bunga
merupakan persentase dari pokok pinjaman yang harus dibayar oleh peminjam
kepada pemberi pinjaman sebagai imbal jasa yang dilakukan dalan suatu periode
tertentu yang telah disepakati kedua belah pihak. Apabila tingkat suku bunga
karena bunga adalah sebagai daya tarik agar individu yang kelebihan dana akan
menabung.
2.1.2.1 Fungsi Tingkat Suku Bunga
Fungsi suku bunga menurut (Sunariyah,2006:81) :
1. Sebagai daya tarik bagi para penabung yang mempunyai dana lebih
untuk diinvestasikan
2. Suku bunga dapat digunakan sebagai lat moneter dalam rangka
mengendalikan penawaran dan permintaan uang yang beredar dalam
suatu perekonomian.
3. Pemerintah dapat memanfaatkan suku bunga untuk mengontrol jumlah
uang beredar. Ini berarti pemerintah dapat mengatur sirkulasi uang dalam
suatu perekonomian.
2.1.2.2 Tingkat Suku Bunga Nominal dan Tingkat Suku Bunga Riil
Tingkat suku bunga nominal adalah tingkat suku bunga yang tidak
memperhitungkan nilai inflasi. Tingkat suku bunga riil adalah tingkat suku bunga
yang memperhitungkan inflasi, sehingga perhitungan tingkat suku bunga tersebut
lebih mencerminkan cost of borrowing yang sebenarnya (Mishkin, 2007).
Tingkat suku bunga riil yang memperhitungkan ekspektasi perubahan tingkat
2.1.3 Harga Saham
Saham menurut Rusdin (2005:68) adalah sertifikat yang menunjukkan
bukti kepemilikan suatu perusahaan, dan pemegang saham memiliki hak klaim
atas penghasilan dan aktiva perusahaan.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa saham adalah suatu sertifikat atau
piagam yang memiliki fungsi sebagai alat bukti kepemilikan suatu perusahaan
dengan berbagai aspek-aspek penting perusahaan.
2.1.3.1 Jenis- jenis Saham
Dalam praktiknya terdapat beberapa saham yang diperdagangkan
dibedakan menurut cara peralihan dan manfaat yang diperoleh bagi pemegang
saham (Rusdin, 2005:69):
1. Berdasarkan atas cara peralihan, saham dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Saham atas unjuk (bearer stock), adalah saham yang tidak ditulis nama pemiliknya agar mudah dipindahtangankan dari satu investor
ke investor yang lain.
b. Saham atas nama (registered stock), adalah saham yang tertulisdengan jelas siapa nama pemiliknya, sehingga cara
peralihannya harus melalui prosedur tertentu.
2. Berdasarkan manfaat yang diperoleh pemegang saham, dibedakan
menjadi:
dengan berbagai aspek-aspek penting bagi perusahaan. Saham
biasa memiliki karakteristik seperti:
1) Hak klaim terakhir atas aktiva perusahaan jika perusahaan
dilikuidasi.
2) Hak suara proporsional pada pemilihan direksi serta keputusan
lain yang ditetapkan pada Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS).
3) Deviden, jika peruahaan memperoleh laba dan disetujui didalam
Rapat Umum Pemegang Saham.
4) Hak memesan efek terlebih dahulu sebelum efek tersebut
ditawarkan kepad amasyarakat.
Saham biasa dibedakan menjadi 6 jenis, yaitu:
1) Blue-chip stock, yaitu saham biasa dari suatu perusahaan yang memiliki reputasi tinggi, sebagai leader di industri sejenis,
memiliki pendapatan yang stabil dan konsisten dalam
membayarkan deviden.
2) Income stock, yaitu saham dari suatu emiten yang memiliki kemampuan membayar dividen lebih tinggi dari rata-rata
deviden tahun sebelumnya.
3) Growth stock, saham dari emiten merupakan pemimpin dalam industrinya dan beberapa tahun terakhir berturut-turut mampu
4) Cylical stocks, yaitu saham yang mempunyai sifat mengikuti pergerakan situasi ekonomi makro atau kondisi bisnis secara
umum.
5) Defensife stock, saham yang tidak terlalu terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro, maupun situasi bisnis secara umum.
6) Speculative stock, yaitu suatu saham perusahaan yang tidak bisa secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun,
akan tetapi mempunyai kemungkinan penghasilan yang tinggi
dimasa mendatang, meskipun belum pasti.
b. Saham preferen (preferred stock) merupakan saham yang memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa. Saham
preferen memiliki karakteristik sebagai berikut:
1) Pembayaran deviden dalam jumlah yang tetap.
2) Hak klaim lebih dahulu disbanding saham biasa jika perusahaan
dilikuidasi.
3) Dapat dikonversikan menjadi saham biasa.
Jenis saham preferen:
1) Commulative preferred stock, saham ini memberikan kepada pemiliknya atas pembagian deviden yang sifatnya kumulatif
dalam suatu persentase atau jumlah tertentu.
jumlah tertentu, tetapi tidak bersifat kumulatif, seperti saham
preferen diatas.
3) Participating preferred stock, saham ini disamping memperoleh dividen tetap seperti yang telah ditentukan, juga memperoleh
ekstra dividen apabila perusahaan dapat mencapai sasaran yang
telah ditetapkan.
2.1.3.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Saham
Harga saham dibursa biasanya dipengaruhi oleh kekuatan permintaan dan
penawaran, namun permasalahannya adalah para investor sering menghadapi
kendala untuk menentukan apakah saat ini harga sudah rendah atau masih tinggi,
terdapat beberapa factor yang mempengaruhi harga saham yang harus
diperhatikan oleh investor (e-samuel, 2009) adalah sebagai berikut :
1. Faktor Fundamental
Beberapa faktor fundamental yang menggerakkan harga saham adalah:
a. Faktor makro adalah faktor-faktor yang emmpengaruhi ekonomi secara
keseluruhan. Tingkat suku bunga yang tinggi, inflasi, tingkat
produktifitas nasional, politik dan lain sebagainya dapat memiliki
dampak penting apda potensi keuntungan perusahaan hingga pada
akhirnya juga akan mempengaruhi harga sahamnya.
b. Faktor mikro adalah faktor-faktor yang berdampak secara langsung
pada perusahaan itu sendiri. Perubahan manajemen, harga dan
yang akan dapat mempengaruhi kinerja keuntungan perusahaan secara
individual.
2. Faktor teknis
Beberapa faktor teknis yang menggerakkan harga saham adalah:
a. Adanya demand dan supply
Harga saham akan cenderung naik apabila terdapat lebih banyak
pembeli daripada penjual, begitu juga sebaliknya.
b. Antisipasi investor
Antisipasi hasil kinerja suatu emiten, baik itu per tahun, per semester,
maupun per triwulan akan mendorong investor untuk memburu saham
emiten tersebut atau bahkan akan melepasnya.
c. Corporate action
Merupakan langkah-langkah strategis yang diambil oleh perusahaan,
seperti pengumuman/pembayaran dividend atau bonus, right issue,
warrant, stock split, hasil RUPS dan lain-lain.
d. Berita dikoran atau rekomendasi saham
Harga saham sering bergerak atas dasar berita di koran atau
rekomendasi saham yang ditulis oleh wartawan atau analisis saham.
e. Intervensi pemerintah
Walaupun jarang terjadi, namun pemerintah terkadang melakukan
intervensi secara diam-diam melalui lembaga tertentu untuk
membeli/menjual saham sebagai upaya untuk mengembalikan
f. Koreksi teknis
Pergerakan saham jarang yang terus menerus bergerak naik atau selalu
turun. Sesudah periode kenaikan atau penuruan yang cukup lama,
biasanya akan dijumpai koreksi teknis.
g. Sentimen pasar
Berita atau issue dari bidang politik, ekonomi dan lain lain akan mampu mempengaruhi aktivitas ekonomi, termasuk harga-harga
saham di bursa. Salah satu pengaruh kuat dan konsisten pada pasar
modal Indonesia adalah kinerja harga saham di bursa-bursa luar negeri
yang sering terefleksi pada harga saham di Indonesia.
2.1.3.3Teknik Analisa dan Penilaian Harga Saham
Untuk dapat memilih investasi yang aman, diperlukan satu analisis yang
cermat, teliti dan didukung dengan data-data yang akurat. Teknik yang benar
dalam analisis akan mengurangi resiko bagi investor dalam berinvestasi.
1. Analisis Fundamental
Analisis fundamental menurut Suad Husnan (2001:345) mencoba
memperkirakan harga saham dimasa yang akan datang dengan (i)
mengestimate nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga
saham dimasa yang akan datang, dan (ii) menerapkan hubungan
variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham.
Analisis fundamental pada umumnya dilakukan dengan tahapan
dan akhirnya analisis perusahaan yang menrbitkan saham tersebut.Penggunaan
pendekatan ini didasarkan atas pemikiran bahwa kondisi perusahaan tidak
hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor internal perusahaan, tetapi faktor-faktor
eksternal (yaitu kondisi ekonomi/pasar dan industri) juga ikut mempengaruhi
kondisi perusahaan.
2. Analisis Teknikal
Analisis ini merupakan upaya untuk memperkirakan harga saham dengan
mengamati perubahan harga saham tersebut diwaktu lalu. Pemikiran yang
mendasari analisis tersebut adalah (i) bahwa harga saham mencerminkan
informasi yang relevan (ii) bahwa informasi tersebut ditunjukkan oleh
perubahan harga diwaktu yang lalu (iii) karenanya perubahan harga saham
akan mempunyai pola tertentu, dan pola tersebut akan berulang.
Analisis teknikal dapat dilakukan untuk saham-saham individual ataupun
kondisi pasar secara keseluruhan. Analisis teknikal menggunakan grafik
(charts) maupun berbagai indikator teknis. Informasi tentang harga dan volume perdagangan merupakan alat utama analisis.
Analisis teknikal pada dasarnya merupakan upaya untuk menentukan
kapan akan membeli (masuk ke pasar) atau menjual saham (keluar dari pasar),
dengan memanfaatkan indikator-indikator teknis ataupun menggunakan
analisis grafis. Dengan menggunakan teknik-teknik diatas dapat dijadikan
gambaran bagi para pemegang saham untuk menilai harga saham dalam
2.1.4 Penelitian Terdahulu
1. Rowland Bismark Fernando Pasaribu
Menurut peneliti Rowland Bismark Fernando Pasaribu dalam
jurnal Ekonomi & Bisnis Vol.2 No.2 tahun 2008 mengatakan bahwa
secara simultan dan parsial pertumbuhan, profitabilitas, posisi laverage, likuiditas, dan efisiensi perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap
harga saham di delapan industri.
2. Lidya Agustina & Sany Noviri
Jurnal Akuntansi Vol.5 No.1 Mei 2013: 1-23 ini dikemukakan oleh
Lidya Agustina & Sany Noviri (2013). Penelitian ini berjudul Pengaruh
ROA, EPS, dan Tingkat Suku Bunga SBI terhadap Harga Saham ( Studi
pada Indeks LQ45 tahun 2010 ). ROA secara parsial mempunyai pengaruh
terhadap harga saham pada perusahaan yang tecantum dalam indeks LQ45
yang terdaftar di BEI.
3. Njo Anastasia
Menurut Njo Anastasia pada Jurnal Akuntansi & Keuangan vol. 5
no.2 secara empiris terbukti bahwa faktor fundamental (ROA, ROE, BV,
DER) dan risiko sistematika mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap harga saham perusahaan properti secara bersama- sama.
4. Anak Agung Gde Aditya Krisna & Ni Gusti Putu Wirawati
Pada penelitian Anak Agung Gde Aditya Krisna & Ni Gusti Putu
bahwa secara parsial tingkat suku bunga SBI tidak berpengaruh secra
signifikan terhadap indeks harga saham di BEI periode Januari 2008
sampai Agustus 2012 adalah variable nilai tukar rupiah dengan nilai 0,132.
5. I gusti Ayu Purnamawati
Menurut I gusti Ayu purnamawati dalam jurnal keuangan dan
perbankan vol. 17 No. 2 menunjukan laju pertumbuhan ekonomi, nilai
kurs, dan tingkat suku bunga SBI mempunyai pengaruh negatif dalam
jangka pendek, sedangkan variabel inflasi mempunyai pengaruh yang
positif dalam jangka pendek.
6. Samina Haque & Murtaza Faruque (2013 )
Dalam jurnal yang berjudul Impact of Fundamental Factors on Stock Price : A Case Based Approach on Pharmaceutical Companies Listed with Dhaka Stock Exchange, menyatakan bahwa variable fundamental (EPS, DPS, FA/ TA, ROA, dan ROE ) tidak ditemukan
korelasi yang signifikan, jadi studi menyimpulkan bahwa harga saham di
DSE lebih dipengaruhi faktor selain fundamental perusahaan.
Tabel 2.1 Penelitian terdahulu
No Nama Peneliti Judul Hasil Persamaan Perbedaan
1. Rowland Bismark Fernando Pasaribu Pengaruh Variabel Fundamental terhadap harga saham perusahaan Go Pubic di BEI
Secara simultan dan parsial, variabel
fundamental berpengaruh signifikan terhadap harga saham
Variabel ROA X1, harga saham sebagai Y
2. Lidya
Agustina & Sany Noviri (2013 )
Pengaruh ROA, EPS, dan Tingkat Suku Bung SBI terhadap Harga Saham ( Studi pada Indeks LQ45 tahun 2010 )
ROA secara parsial mempunyai
pengaruh terhadap harga saham pada perusahaan yang tecantum dalam indeks LQ45 yang terdaftar di BEI.
ROA sebagai X1, harga saham sebagai Y
Perusahaan yang diteliti
3 Njo Anastasia Analisis faktor fundamental dan risiko sistematik terhadap harga saham Properti di BEJ
Secara empiris terbukti bahwa faktor fundamental (ROA, ROE, BV, DER) dan risiko sistematika
mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap harga saham perusahaan properti secara bersama- sama
ROA X1, dan Harga Saham sebagai Y Risiko sistematik sebagai variabel intervernin g
4 Umi Mardiyati Analisis pengaruh nlai tukar, tingkat suku bunga dan inflasi terhadap harga saham studi kasus pada
perusahaan properti di BEI
Secara parsial nilai tukar memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap indeks harga saham properti sedangkan tingkat suku bunga dan inflasi memiliki pengaruh positif namun tidak signifikan terhadap indeks harga saham properti. Namun secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan. Tingkat Suku Bunga menjadi variabel X2 Studi kasus
5 I Gusti Ayu Purnamawati Faktor Fundamental ekonomi makro terhadap harga saham
menunjukan laju pertumbuhan ekonomi, nilai kurs, dan tingkat suku
bunga SBI
mempunyai
pengaruh negatif dalam jangka pendek, sedangkan variabel inflasi
Tingkat Suku Bunga
mempunyai
pengaruh yang positif dalam jangka pendek.
6. Samina Haque & Murtaza Faruque
Impact of Fundamental Factors on Stock Price : A Case Based Approach on Pharmaceuti cal
Companies Listed with Dhaka Stock Exchange,
menyatakan bahwa variable
fundamental (EPS, DPS, FA/ TA, ROA, dan ROE ) tidak ditemukan korelasi yang signifikan, jadi studi
menyimpulkan bahwa harga saham di DSE lebih dipengaruhi faktor selain fundamental perusahaan.
ROA menjadi X1
2.2 Kerangka Pemikiran
Return on Asset (ROA ) adalah tingkat kemampuan suatu perusahaan dalam memperoleh laba, dari seluruh kegiatan perusahaan. Jika suatu perusahaan
memiliki ROA yang tinggi maka dapat dipastikan perusahaan tersebut berjalan
dengan baik, dan para investor akan menanamkan saham diperusahaan tersebut.
Selain ROA, tingkat suku bunga juga mempengaruhi harga saham suatu
perusahaan. Tingkat Suku Bunga adalah suatu indikator dalam menentukan
apakah seseorang akan menginvestasikan dananya atau menabungkan dananya.
Tingkat bunga menentukan jenis-jenis investasi yang akan memberi keuntungan
kepada para pengusaha. Para pengusaha akan melaksanakan investasi yang
mereka rencanakan hanya apabila tingkat pengembalian modal yang mereka
peroleh melebihi tingkat bunga. Dengan demikian besarnya investasi dalam suatu
jangka waktu tertentu adalah sama dengan nilai dari seluruh investasi yang tingkat
pengembalian modalnya adalah lebih besar atau sama dengan tingkat bunga.
Apabila tingkat bunga menjadi lebih rendah, lebih banyak usaha yang mempunyai
tingkat pengembalian modal yang lebih tinggi daripada tingkat suku bunga.
Semakin rendah tingkat bunga yang harus dibayar para pengusaha, semakin
banyak usaha yang dapat dilakukan para pengusaha.Semakin rendah tingkat
bunga semakin banyak investasi yang dilakukan para pengusaha (Stella, 2009).
2.2.1 Hubungan antara Tingkat Pengembalian aktiva dengan Harga Saham Menurut Stella (2009: 100), jika diperoleh tingkat pengembalian aktiva
(ROA) yang cukup tinggi, maka dapat diasumsikan bahwa perusahaan tersebut
mengakibatkan nilainya meningkat, maka saham perusahaan yang bersangkutan,
dan karena nilainya akan meningkat, maka saham perusahaan tersebut akan
diminati oleh banyak investor, yang akibatnya akan meningkatkan harga saham
perusahaan.
2.2.2 Hubungan antara Tingkat Suku Bunga dengan Harga Saham
Sunariyah (2003:87) menyatakan bahwa tingkat bunga mengakibatkan
keseimbangan antara jumlah tabungan dan investasi. Apabila tingkat bunga
meningkat maka jumlah tabungan juga meningkat. Hal ini sangat rasional karena
bunga adalah sebagai suatu daya tarik agar individu yang kelebihan dana akan
menabung. Sebaliknya apabila tingkat bunga meningkat, maka jumlah permintaan
investasi akan menurun. Pemodal dalam mengambil keputusan investasi,
mempertimbangkan beberapa faktor- faktor. Faktor tersebut salah satunya tingkat
suku bunga.
2.2.3 Hubungan antara Tingkat Pengembalian Aktiva, dan Tingkat Suku Bunga Terhadap Harga Saham
Lidya dan Sany melakukan penelitian pada indeks LQ-45 tahun 2010.
Menggunakan metode penelitian analisis persamaan regresi linear berganda.
Pada hasil penelitiannya menyatakan bahwa ROA dan Tingkat Suku bunga
memiliki pengaruh terhadap harga saham secara simultan. Sehingga akan
mempengaruhi seorang investor untuk mempertimbangkan akan menanamkan
Stella (2009: 100)
Lidya Agustin &
Sany Noviri (2013)
Sunariyah (2003:87)
Gambar 2.1
Skema Paradigma Penelitian
2.3 Hipotesis
Menurut Sugiyono (2011:64) hipotesis adalah jawaban sementara terhadap
rumusan masalah penelitian, dimana rumusan penelitian telah dinyatakan dalam
bentuk kalimat pernyataan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan
baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta- fakta
empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dinyatakan
sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban
empirik.
Return On Asset (ROA ) (X1)
- Laba Bersih - Total Aktiva
Sugiono, 2009:80
Tingkat Suku Bunga (X2 )
- SBI Menurut
Sunariyah,2006:105
Harga Saham
(Y)
- Closing Price
Hipotesis penelitian dapat diartikan sebagai jawaban yang bersifat
sementara terhadap masalah penelitian, sampai terbukti melalui data yang
terkumpul dan harus diuji secara empiris. Dalam penelitian ini hipotesis yang akan diuji berkaitan dengan “ Return on Asset (ROA ) dan Tingkat Suku Bunga terhadap Harga Saham”. Berdasarkan kajian teori yang telah dikemukakan
sebelumnya, maka hipotesis penelitiannya adalah sebagai berikut :
Hipotesis 1 : Return on Asset (ROA ) berpengaruh terhadap harga saham pada Perusahaan Keramik, Porselen, dan Kaca.
Hipotesis 2 : Tingkat Suku Bunga berpengaruh terhadap harga saham
pada Perusahaan Keramik, Porselen, dan Kaca.
Hipotesis 3: Return on Asset (ROA) dan Tingkat Suku Bunga berpengaruh terhadap Harga Saham pada Perusahaan
32
3.1 Objek Penelitian
Menurut Sugiyono (2012:38) menyatakan bahwa :
“Objek Penelitian merupakan Suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,
objek atau kegiatan yang mempunyai variabel tertentu yang ditetapkan untuk
dipelajari dan ditarik kesimpulan.”
Berdasarkan pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa objek penelitian
merupakan sasaran yang ingin dicapai oleh peneliti untuk mendapatkan data
dengan tujuan dan kegunaan tertentu suatu hasil. Dalam penelitian ini yang
menjadi objek penelitian adalah Return on Asset (ROA ) , Tingkat Suku Bunga, dan Harga Saham. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan keramik,porselen,
dan kaca yang listing di BEI.
3.2 Metode Penelitian
Metode penelitan menurut Sugiyono (2012:2) adalah sebagai berikut : Metode Penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data
yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dibuktikan, dan dikembangkan suatu
pengetahuan sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami,
memecahkan dan mengantisipasi masalah.
Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa metode penelitian
merupakan suatu cara untuk mencari, memperoleh, mengumpulkan, atau mencatat
data baik berupa data primer maupun data sekunder yang dapat digunakan untuk
didapat kebenaran atas data yang diperoleh untuk keperluan menyusun karya
ilmiah.
Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif dan metode verifikatif yang dijelaskan melalui pengumpulan data
dilapangan.
Menurut (Sugiyono, 2005:21 ) “Metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi
tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas “.
Pengertian metode verifikatif menurut Narimawati (2008:21) adalah sebagai berikut:
”Metode verifikatif yaitu pengujian hipotesis penelitian melalui alat
analisis statistik.”
Metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif ini digunakan
untuk menjawab tujuan penelitian :
1. Mengenai perkembangan Tingkat pengembalian Aktiva (ROA)
2. Mengenai perkembangan Tingkat Suku Bunga (SBI)
3. Mengenai perkembangan Harga Saham
Metode verifikatif pada penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui
besarnya pengaruh Tingkat Penngembalian Aktiva (ROA ) dan Tingkat Suku
Bunga terhadap Harga Saham pada Perusahaan Keramik, Porselen, danKaca yang
ada di Bursa Efek Indonesia baik secara parsial serta menguji teori dengan
3.2.1 Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan rancangan penelitian yang digunakan
sebagai pedoman dalam melakukan proses penelitian. Dalam melakukan
penelitian perlu desain penelitian yang bertujuan agar data dan informasi yang
diperoleh lengkap dan akurat.
Sedangkan menurut Nazir dalam Narimawati (2010:30) desain penelitian adalah :
”Semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan
penelitian. Dalam pengertian yang lebih sempit, desaian penelitian hanya
mengenai penggumpulan dan analisis data saja.”
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa desain penelitian merupakan
semua proses penelitian yang akan dilakukan mulai dari perencanaan sampai
dengan pelaksanaan penelitian.
Langkah-langkah desain penelitian menurut Sugiyono (2009:13) adalah : 1. Sumber masalah
2. Rumusan masalah
3. Konsep dan teori yang relevan dan penemuan yang relevan;
4. Pengajuan hipotesis
5. Metode penelitian
6. Menyusun instrumen penelitian
7. Kesimpulan.
Dalam penelitian ini, penulis menerapkan desain penelitian yang lebih
1. Mencari dan menetapkan fenomena yang terjadi.
2. Menetapkan masalah-masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini
Pengaruh Tingkat Pengembalian Aktiva (ROA) (variable X1) dan Tingkat
Suku Bunga (variabel X2), yang menjadi variabel bebas. Dan Harga
Saham (variabel Y), yang menjadi variabel terikat.
3. Mengumpulkan teori-teori yang relevan dengan masalah untuk menjawab
rumusan masalah yang sifatnya sementara.
4. Melakukan pembahasan terhadap masalah melalui data dan informasi yang
diperoleh dari Bursa Efek Indonesia dan didukung bukti penelitian yang
relevan tetapi belum ada pembuktian secara empiris maka jawaban itu
masih hipotesis.
5. Memilih metode penelitian yang sesuai untuk menguji hipotesis
sementara. Pada penelitian ini menggunakan metode deskriptif verifikatif
dengan pendekatan kuantitatif.
6. Membuat desain penelitian dan melakukan analisis statistic pada data-data
yang telah diperoleh serta menguji kebenaran hipotesis.
7. Menyimpulkan penelitian dengan menjawab rumusan masalah, sehingga
akan diperoleh penyelesaian dan jawaban atas identifikasi masalah dan
penelitian.
Dari penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa desain penelitian
merupakan proses keseluruhan penelitian yang dilakukan oleh penulis dalam
Dari penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa desain penelitian
merupakan proses keseluruhan penelitian yang dilakukan oleh penulis dalam
pelaksanaan penelitian dimulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan
penelitian yang dilakukan dengan cara pemilihan, pengumpulan, dan analisis data.
Oleh sebab itu, membuat desain penelitian sangat penting agar penelitian yang
dilakukan dapat berjalan dengan baik dan sistematis.
Adapun tabel desain penelitian yang digunakan oleh penulis adalah
[image:31.595.114.472.333.720.2]sebagai berikut :
Tabel 3.1 Desain Penelitian No
.
Tujuan Penelitian Metode yang
digunakan
Jenis Data 1. Mengetahui perkembangan
Tingkat Pengembalian Aktiva pada perusahaan Keramik, Kaca, dan Porselen
Deskriptif Sekunder
2. Mengetahui perkembangan tingkat suku bunga pada perusahaan Keramik, Kaca, dan Porselen.
Deskriptif Sekunder
3. Mengetahui perkembangan harga saham pada perusahaan Keramik, Kaca, dan Porselen.
Deskriptif Sekunder
4. Mengetahui pengaruh ROA, dan Tingkat Suku Bunga terhadap Harga Saham pada perusahaan Keramik, Kaca, dan Porselen.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat digambarkan desain
[image:32.595.225.459.180.330.2]penelitian dari penelitian ini, yaitu sebagai berikut :
Gambar 3.1 Desain Penelitian
Keterangan :
X1 : Tingkat Pengembalian Aktiva
X2 : Tingkat Suku Bunga
Y : Harga Saham
3.2.2 Operasionalisasi Variabel
Operasional variabel merupakan suatu tindakan dalam membuat
batasan-batasan yang akan digunakan dalam analisis. Adapun yang akan dianalisis adalah
hubungan antara variabel bebas (variabel independen) dengan variabel terikat
(variabel dependen).
Operasional variabel menurut Nur Indriantoro (2002:69) adalah sebagai berikut :
Penentuan construct sehingga menjadi variabel yang dapat diukur. Definisi operasional menjelaskan cara tertentu dapat digunakan oleh peneliti
dalam mengoperasionalkan construct. Sehingga memungkinkan bagi peneliti yang X1
X2
lain untuk melakukan replika pengukuran dengan cara yang sama atau
mengembangkan cara pengukuran construct yang lebih baik.
Operasionalisasi variabel diperlukan untuk menentukan jenis, indikator,
ukuran, serta skala dari variabel-variabel yang terkait dalam
penelitian.Variabel-variabel yang terkait dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel independen (X).
Menurut Sugiyono (2012:39) pengertian variabel independen adalah sebagai berikut :
Variabel independen merupakan variabel yang sering disebut sebagai
variabel stimulasi, predictor, antecedent. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel bebas. Variabel bebas adalah merupakan variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variable dependent (terikat).
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas (variabel X) pada adalah: a. Tingkat Pengembalian Aktiva(X1)
Pengertian Return on Asset (ROA ) Menurut Hanafi (2000:83 ) :
Return On Asset adalah rasio yang mengatur kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan menggunakan total asset (kekayaan ) yang
miliki perusahaan setelah disesuaikan dengan biaya- biaya untuk menandai
asset tersebut.
b. Tingkat Suku Bunga (X2)
Suku Bunga dengan tenor 1 bulan yang diumumkan oleh Bank Indonesia
stance kebijakan moneter (Suwaldjo Puspo pranoto 2004:60). Indikatornya
adalah Tingkat suku bunga / akhir tahun.
2. Variabel dependen (Y)
Menurut Sugiyono (2012:39) pengertian variabel dependen adalah
sebagai berikut: Variabel dependen sering disebut sebagai variabel output,
kriteria, konsekuen. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel
terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat, karena adanya variabel bebas.
Dapat disimpulkan bahwa variabel dependen atau variabel terikat yaitu
variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel
bebas. Dalam hal ini, variabel Y adalah Harga Saham.
Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rasio. Skala ratio
adalah angka nol yang mempunyai makna, sehingga angka nol dalam skala ini
diperlukan sebagai dasar dalam penghitungan dan pengukuran terhadap objek
yang diteliti.
Dari uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa operasionalisasi variabel yang
Tabel 3.2
Operasionalisasi Variabel
3.2.3 Sumber Data dan Teknik Penentuan Data 3.2.3.1 Sumber Data
Data yang digunakan oleh peneliti mengenai “Pengaruh Tungkat
Pengembalian Aktiva dan Tingkat Suku Bunga terhadap Harga saham adalah
Laporan keuangan tahunan, yang merupakan data sekunder.
Variabel Konsep Variabel Indikator Ukuran Skala
Return on Asset (ROA) (X1)
Return On Asset adalah rasio yang mengatur kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan menggunakan total asset (kekayaan) yang miliki perusahaan setelah disesuaikan dengan biaya- biaya untuk menandai asset tersebut
(Hanafi 2000:86)
- Laba setelah pajak - Total Asset
Return On Asset
ROA =
% Ratio
Tingkat Suku Bunga (X2)
Harga dari penggunaan dana investasi (loanable funds ). Tingkat suku bunga merupakan salah satu indicator dalam menentukan apakah seseorang akan melakukan investasi atau menabung
(Boediono 1994: 76 )
Tingkat Suku Bunga/ Tahun
% Ratio
Harga Saham (Y)
Sertifikat yang menunjukkan bukti kepemilikan suatu perusahaan, dan pemegang saham memiliki hak klaim atas penghasilan dan aktiva perusahaan.
(Rusdin 2002:68)
Data Sekunder adalah data primer yang telah diolah lebih lanjut dan
disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak lain misalnya
dlam bentuk table- table atau diagram (Umar Husein, 2005:41).
Metode yang digunakan dalam penelitian kali ini dilakukan dengan
cara pengumpulan data. Pengumpulan data ini dilakukan bertujuan untuk
memperoleh data sekunder. Pengumpulan data seperti ini langsung melibatkan
organisasi atau instansi yang akan kita teliti.
3.2.3.2 Teknik Penentuan Data
Adapun teknik penentuan data terbagi menjadi dua bagian, yaitu populasi
dan sampel. Pengertian dari populasi dan sampel itu adalah sebagai berikut :
1. Populasi Penelitian
Populasi adalah karakteristik tertentu untuk dapat ditarik kesimpulan.
Adapun Pengertian populasi menurut Sugiyono (2009:80) mengemukakan bahwa:
“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atau obyek/subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.”
Berdasarkan penjelasan diatas maka populasi dalam penelitian ini adalah
2. Sampel Penelitian
Bila jumlah populasi besar dan tidak mungkin dilakukan penelitian terhadap
seluruh anggota populasi maka dapat menggunakan sampel yang diambil dari
populasi tersebut.
Menurut Sugiyono (2008:81) mengemukakan bahwa:
“Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut.”
Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa sampel adalah
sebagian dari populasi. Adapun dalam penelitian ini digunakan kriteria sebagai
berikut:
1. Perusahaan Keramik, porselen, dan kaca di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada
periode 2009- 2013
2. Tersedia laporan keuangan selama periode penelitian 2009- 2013 (Cross
Section).
Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 6 perusahaan sub sector Keramik,
porselen, dan Kaca dengan periode laporan keuangan selama 5 tahun (time series). Total keseluruhan data yang dijadikan sampel adalah 30 buah data panel.
3.2.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
studi pustaka. Studi Pustaka (Library Research) adalah teori diperoleh dari literatur, artikel, jurnal, dan hasil penelitian terdahulu. Metode ini digunakan
untuk mempelajari dan memahami literatur-literatur yang memuat pembahasan
3.2.5 Rancangan Analisis dan Pengujian Hipotesis 3.2.5.1Rancangan Analisis
3.2.5.1.1 Analisis Deskriptif (Kualitatif)
Analisis deskriptif digunakan untuk menjawab rumusan masalah yaitu
mengetahui kondisi Return on Asset (ROA), Tingkat Suku Bunga dan
Harga Saham pada perusahaan sub sector Keramik, porselen, dan kaca
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Dengan cara
membandingkan selisih perkembangan tahun dasar dengan perkembangan
thun berikutnya dbandingkan dengan perkembangan tahun dasar kemudian
dikalikan 100%, dengan rumus perkembangan :
Keterangan :
Pn = Perkembangan tahun yang dianalisa
Pn-1 = Perkembangan Sebelumnya
a) Tingkat Pengembalian Aktiva (ROA)
Tingkat Pengembalian Aktiva (ROA) yang membandingkan laba
bersih dengan total asset. Skala yang digunakan adalah skala rasio
dengan satuan persen.
b) Tingkat Suku Bunga SBI ROA =
Perkembangan =
Tingkat suku bunga diadopsi dari sertifikasi Bank Indonesia (SBI).
Skala yang digunakan adalah skala rasio dengan menggnakan satuan
persen.
c) Harga Saham
Harga Saham yang diambil dalam penelitian ini harga saham
penutupan akhir tahun. Harga saham yang diambil dari tahun 2009
sampai dengan tahun 2013. Skala yang digunakan adalah rasio dengan
menggunakan rupiah.
3.2.5.1.2 Analisis Verifikatif (Kuantitatif)
Analisis Verifikatif ( kuantitatif) dalam penelitian ini digunakan untuk
mengetahui bagaimana hubungan Return on Asset (ROA ) dan Tingkat Suku Bunga terhadap Harga Saham Perusahaan Keramik, porselen, dan Kaca di Bursa
Efek Indonesia baik simultan. Untuk mendukung analisis verifikatif, peneliti
menggunakan beberapa metode analisis statistik.
1. Analisis Regresi Linear Berganda
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
regresi berganda. Regresi berganda berguna untuk membuktikan ada atau
tidaknya hubungan antara dua buah variabel bebas (X) atau lebih dengan sebuah
variabel terikat (Y).
Menurut Jonathan Sarwono (2006:79) pengertian regresi linear
Regresi linier berganda mengestimasi besarnya koefisien-koefisien yang
dihasilkan dari persamaan yang bersifat linier yang melibatkan dua variabel bebas
untuk digunakan sebagai alat prediksi besarnya nilai variabel tergantung.
Adapun persamaan Regresi Linier Berganda adalah :
Dimana :
Y = variabel dependen X1,X2 = variabel independen
A = konstanta
1, 2 = koefisien masing- masing faktor
Adapun perumusan model analisis regresi berganda yang digunakan dalam
penelitian sebagai berikut :
Keterangan :
Y = Harga Saham
X1 = Tingkat Pengembalian Aktiva (ROA)
X2 = Tingkat Suku Bunga Α = Konstanta
β1X1 = Koefesien regresi Return On Asset β2X2 = Koefesien regresi Tingkat Suku Bunga
= kesalahan residual (error) Y= 0 1X1 2X2... nXn
2. Uji Asumsi Klasik
Dalam mencari keabsahan analisis regresi berganda, penelitian ini akan
diuji dengan menggunakan uji asumsi klasik yang bertujuan untuk mengetahui
apakah model regresi yang diperoleh dapat meghasilkan estimator yang baik.
Adapun keempat uji asumsi klasik itu adalah :
a) Uji Normalitas
Uji normalitas untuk mengetahui apakah variabel dependen, independen
atau keduanya berdistribusi normal, mendekati normal atau tidak. Asumsi
normalitas merupakan persyaratan yang sangat penting pada pengujian
kebermaknaan (signifikansi) koefisien regresi. Model regresi yang baik hendaknya berdistribusi normal atau mendekati normal. Mendeteksi apakah data
terdistribusi normal atau tidak dapat diketahui dengan menggambarkan
penyebaran data melalui sebuah garfik. Jika data menyebar disekitar garis
diagonal dan mengikuti arah garis diagonalnya, model regresi memenuhi asumsi
normalitas (Husein Umar, 2011:118).
Dasar pengambilan keputusan bisa dilakukan berdasarkan probabilitas
(Asymtotic Significance), yaitu :
a. Jika probabilitas > 0,05 maka distribusi dari populasi adalah normal.
b. Jika probabilitas < 0,05 maka populasi tidak berdistribusi secara normal.
b) Uji Multikolinearitas
Menurut Imam Ghozali (2006:95) bahwa uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar
independen tidak terjadi kolerasi. Untuk mendeteksi ada tidaknya
multikoliniearitas dalam model regresi dapat dilihat dari tolerance value atau variance inflation factor (VIF).
Sebagai dasar acuannya dapat disimpulkan:
a. Jika nilai tolerance > 10 persen dan nilai VIF < 10, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antar variabel
independen dalam model regresi.
b. Jika nilai tolerance < 10 persen dan nilai VIF > 10, maka dapat
disimpulkan bahwa ada multikolinearitas antar variabel independen
dalam model regresi.
c) Uji Heteroskedastisitas
Menurut Gujarati (2005:406), situasi heteroskedastisitas akan menyebabkan penaksiran koefisien regresi menjadi tidak efisien dan hasil taksiran
dapat menjadi kurang atau melebihi dari yang semestinya. Dengan demikian, agar
koefisien-koefisien regresi tidak menyesatkan, maka situasi heteroskedastisitas
tersebut harus dihilangkan dari model regresi. Untuk menguji ada tidaknya
heteroskedastisitas digunakan uji Rank Spearman yaitu dengan mengkorelasikan
masing-masing variabel bebas terhadap nilai absolut dari residual. Jika nilai
koefisien korelasi dari masing-masing variabel bebas terhadap nilai absolut dari
residual (error) ada yang signifikan, maka kesimpulannya terdapat heteroskedastisitas (varian dari residual tidak homogen).
Auto korelasi didefinisikan sebagai korelasi antar observasi yang diukur
berdasarkan deret waktu dalam model regresi atau dengan kata lain error dariobservasi yang satu dipengaruhi oleh error dari observasi yang sebelumnya.
Akibat dari adanya autokorelasi dalam model regresi, koefisien regresi yang
diperoleh menjadi tidak efisien, artinya tingkat kesalahannya menjadi sangat besar
dan koefisien regresi menjadi tidak stabil. Untuk menguji ada tidaknya
autokorelasi, dari data residual terlebih dahulu dihitung nilai statistik
Durbin-Watson (D-W). Kriteria uji: bandingkan nilai D-W dengan nilai d dari tabel
Durbin-Watson:
a. Jika D-W < dL atau D-W > 4 – dL, kesimpulannya pada data terdapat
autokorelasi.
b. Jika dU < D-W < 4 – dU, kesimpulannya pada data tidak terdapat autokorelasi.
c. Tidak ada kesimpulan jika dL ≤ D-W ≤dU atau 4 –dU ≤ D-W ≤ 4-dL.
Apabila hasil uji Durbin-Watson tidak dapat disimpulkan apakah terdapat
[image:43.595.113.489.559.726.2]autokorelasi atau tidak maka dilanjutkan dengan runs test. Pengambilan keputusan ada tidaknya korelasi, dijabarkan sebagai berikut :
Tabel 3.3 Uji Autokorelasi
Hipotesis Nol Keputusan Jika
Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0<d<dl
Tidak ada autokorelasi positif No decision dl<d<du
Tidak ada autokorelasi negatif Tolak 4-dl<d<4
Tidak ada autokorelasi negatif No decision 4-du<d<4-dl
Tidak ada autokorelasi positif atau negatif Tidak ditolak du<d<4-du
3. Koefisien Korelasi
Analisis koefisien korelasi digunakan untuk mengukur ada atau tidaknya
hubungan antara variabel bebas (X1) terhadap variabel terikat (Y) dan varibel
bebas (X2) terhadap variabel terikat (Y) serta mempunyai tujuan untuk
meyakinkan bahwa pada kenyataannya terdapat pengaruh Tingkat Pengembalian
Aktiva dan Tingkat Suku Bunga terhadap harga saham, berikut signifikansinya.
Koefisien korelasi dinyatakan dengan “r” dari korelasi pearson product moment
dapat dicari antara variabel X1 dan Y, variabel X2 dan Y dengan
∑ ∑ ∑
√ ∑ ∑ ∑ ∑
Keterangan :
Rxy = Koefisien Korelasi
N = Jumlah pengamatan
∑ = Variabel Bebas (independent)
∑ = Variabel Terikat (dependent)
Koefisien korelasi mempunyai nilai -1 < r < +1, dimana :
a. Apabila r = +1 atau mendekati +1, maka terdapat hubungan antara Tingkat
Pengembalian Aktiva (X1) dan Tingkat Suku Bunga (X2) terhadap Harga
Saham (Y) pada Perusahaan Keramik, porselen, dan kaca yang terdaftar di
b. Apabila r = 0 atau mendekati 0, maka terdapat hubungan antara Return on Asset (X1) dan Tingkat Suku Bunga (X2) terhadap Harga Saham (Y).
c. Apabila r = -1 atau mendekati -1, maka terdapat hubungan yang
berlawanan antara Return on Asset (X1) dan Tingkat Suku Bunga (X2)
terhadap Harga Saham (Y).
[image:45.595.178.444.276.519.2]Adapun koefisien korelasi dapat digolongkan sebagai berikut:
Tabel 3.4
Pedoman untuk memberikan Interpretasi Terhadap koefisien Korelasi Interval
Koefisien
Tingkat Hubungan
0,00-0,199 Sangat Rendah
0,20-0,399 Rendah
0,40-0,599 Sedang
0,60-0,799 Kuat
0,80-1,000 Sangat kuat
Sumber: Sugiyono (2012:184)
4. Koefisien Determinasi
Analisis Koefisiensi Determinasi (KD) digunakan untuk melihat seberapa
besar variabel independen (X) berpengaruh terhadap variabel dependen (Y) yang
dinyatakan dalam persentase.
Besarnya koefisien determinasi dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
Keterangan :
KD = Koefisien Determinasi
r2 = Koefisien Korelasi
3.2.6 Pengujian Hipotesis
Dalam penelitian ini yang akan diuji adalah korelasi dari ketiga variabel
yang akan diteliti antara Tingkat Pengembalian Aktiva (ROA ) dan Tingkat Suku
Bunga terhadap Harga saham.
Langkah- langkah dalam analisi sebagai berikut :
1) Pengujian Secara Parsial
Melakukan Uji-T, untuk menguji pengaruh masing-masing variabel bebas
terhadap variabel terikat hipotesis sebagai berikut :
a. Penetapan Hipotesis
1. Hipotesis secara parsial (Uji-t).
Untuk menguji apakah ada pengaruh signifikan dari variable- variable
bebas (X) terhadap variable terikat (Y), selanjutnya pengujian dilakukan
dengan menggunakan uji statistik t dengan langkah- langkah sebagai
berikut :
a. Menentukan hipotesis parsial antara variable bebas Tingkat Pengembalia
Aktiva (ROA) terhadap variable terikat Harga Saham. Hipotesis statistik dari
penelitian ini adalah :
Ho: 1 = 0, Tingkat Pengembalian Aktiva (ROA) berpengaruh tidak
signifikan terhadap Harga Saham.
Ha: 1 ≠ 0, Tingkat Pengembalian Aktiva (ROA ) berpengaruh signifikan
b. Menentukan hipotesis parsial antara variable bebas Tingkat Suku Bunga terhadap variable terikat Harga Saham.Hipotesis dari penelitian ini adalah :
Ho: 2 = 0, Tingkat Suku Bunga berpengaruh tidak signifikan terhadap Harga
Saham.
Ha: 2≠ 0, Tingkat Suku Bunga berpengaruh signifikan terhadap Harga
Saham.
Untuk menguji signifikansi suatu koefisien korelasi, maka dapat menggunakan
statistic uji t student dengan rumus sebagai berikut :
Sumber: Andi Supangat (2008:342)
Keterangan :
t = nilsi uji t
r : koefisien korelasi
n : jumlah sampel
2. Hipotesis secara simultan (Uji-F)
Untuk menguji adanya hubungan antar variabel bebas (X) secara simultan
terhadap variabel terikat (Y) maka pengujian dilakukan dengan menggunakan
uji statistic F dengan langkah- langkah sebagai berikut :
a. Menentukan hipotesis secara keseluruhan antara variabel bebas Tingkat
Pengembalian Aktiva dan Tingkat Suku Bunga terhadap variabel terikat
Harga Saham.
thitung = r
Ho 1 2 = 0, Tingkat Pengembalian Aktiva (ROA), dan Tingkat Suku
Bunga berpengaruh tidak signifikan terhadap Harga Saham.
Ha 1 2 0, Tingkat Pengembalian Aktiva (ROA), dan Tingkat Suku
Bunga berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham. b. Menentukan nilai signifikan ɑyaitu 5% atau 0,05 dan derajat bebas (db=
n-k-l), untuk mengetahui daerah F tabelsebagai batas daerah penerimaan dan penolakkan.
Selanjutnya menghitung nilai F hitung sebagai berikut :
F=
Hasil F hitung dibandingkan dengan F tabel dengan krteria :
1. Tolak H0 jika Fhitung > Ftabel pada alpha 5% untuk koefisien
positif.
2. Tolak H0 jika Fhitung< Ftabel pada alpha 5% untuk koefisien
negatif.
3. Tolak H0 jika nilai F-sign <ɑ ),05
3. Menggambar Daerah Penerimaan dan Penolakan
[image:48.595.195.430.570.684.2]
Gambar 3.2
Daerah Penerimaan dan penolakan hipotesis
d. Penarikan Kesimpulan
Daerah yang diarsir merupakan daerah penolakan, dan berlaku sebaliknya.
Jika thitung jatuh di daerah penolakan (penerimaan), maka Ho ditolak (diterima)
dan H1 diterima (ditolak). Artinya koefisian regresi signifikan (tidak signifikan).
Kesimpulannya, Tingkat Pengembalian Aktiva (ROA) dan Tingkat Suku
Bunga berpengaruh (tidak berpengaruh) terhadap Harga Saham. Daerah yang
diarsir merupakan daerah penolakan, dan berlaku sebaliknya. Jika thitung jatuh di
daerah penolakan (penerimaan), maka H0 ditolak (diterima) dan Ha diterima
(ditolak). Artinya koefisian regresi signifikan (tidak signifikan). Kesimpulannya,
Tingkat Pengembalian Aktiva dan Tingkat Suku Bunga berpengaruh (tidak
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh tingkat pengembalian
aktiva (ROA) dan tingkat suku bunga indonesia (SBI) terhadap harga saham pada
Perusahaan Keramik, Kaca, dan Porselen yang listing di BEI periode 2008-2013,
peneliti memperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Rata- rata Tingkat Pengembalian Aktiva (ROA) pada sub sector keramik,
porselen, dan kaca yang terdaftar di BEI periode 2008- 2013 mengalami
fluktuasi. Semakin meningkatnya pertumbuhan property di Indonesia
maka akan meningkatkan juga kebutuhan akan keramik, sehingga akan
membantu perusahaan terus berkembang. Selain itu kebutuhan kaca
otomotif juga semakin banyak dengan berkembangnya otomotif di
Indonesia yang menggunakan kaca lokal. Hal ini akan meningkatkan laba
dan asset perusahaan. Namun pada beberapa periode ada perusahaan yang
nilai ROAnya rendah yaitu PT. Inti Keramik Alamasri tahun. Hal ini
disebabkan penurunan asset yang terjadi oleh penurunan persediaan
barang jdi dan penurunan piutang usaha pihk ketiga.
2. Tingkat Suku Bunga SBI pada periode 2008-2013 cenderung menurun.
Hal ini merupakan sinyal yang baik untuk investor berinvestasi di pasar
modal. Kebijakan yang di Buat oleh BI ini tentu akan menumbuhkan pasar
menurunnya tingkat SBI ini yang dapat menaikkan harga sahamnya karena
banyaknya permintaan. Tingkat suku bunga tinggi pada tahun 2008, SBI
meningkat karena terkena imbas dari krisis ekonomi dunia yang dialami
Amerika Serikat. Tahun 2013 juga SBI naik 1,75% dari tahun 2012
menjadi 7,5%, hal ini disebabkan defisitnya neraca perdagangan
Indonesia.
3. Harga saham tertinggi selama periode 2008-2013 pada perusahaan sub
sector Keramik, Porselen, dan kaca yang terdaftar di BEI adalah PT.
Arwana Citra Mulia, pada tahun 2011. Besarnya Harga saham ini karena
kinerja perusahaan yang baik sehingga invetor melirik perusahaan
tersebut. Harga saham terrendah dimiliki oleh PT. Keramik Indonesia
Assosiasi tahun 2010.
4. Secara simultan tingkat pengembalian aktiva (ROA) dan tingkat suku
bunga (SBI) memberikan kontribusi pengaruh sebesar 32,2% terhadap
harga saham pada Perusahaan Keramik, Kaca, dan Porselen yang listing di
BEI periode 2008-2013, sedangkan sebanyak 67,8% sisanya merupakan
pengaruh yang diberikan oleh faktor lain yang tidak diteliti.
Jika dilihat secara parsial:
a) Secara parsial tingkat pengembalian aktiva (ROA) berpengaruh positif
dan signifikan terhadap harga saham pada Perusahaan Keramik, Kaca,
dan Porselen yang listing di BEI periode 2008-2013 dengan kontribusi
b) Secara parsial tingkat suku bunga indonesia (SBI) tidak berpengaruh
signifikan terhadap harga saham pada Perusahaan Keramik, Kaca, dan
Porselen yang listing di BEI periode 2008-2013.
c) Secara simultan Tingkat Pengembalian Aktiva (ROA) dan Tingkat
Suku Bunga Indonesia berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan diatas, penulis mencoba
memberikan saran kepada pihak yangberkaitan maupun pihak lainnya
mengenai Tingkat Pengembalian Aktiva (ROA), Tingkat Suku Bunga
Indonesia, dan Harga Saham, yaitu sebagai berikut :
1. Perusahaan perlu memperhatikan peningkatan tingkat laba dan
asset agar Tingkat Pengembalian Aktiva (ROA) dapat meningkat
terus setiap periode. Memperkuat penjualan domestic dan luar
negeri merupakan strategi yang baik agar perusahaan lebih
berkembang.
2. Tingkat suku bunga SBI mempengaruhi minat investor untuk
menanamkan dananya. Investor tidak menyukai tingkat suku bunga
yang tinggi karena akan mengurangi profitabilitas perusahaan dan
mengurangi keuntungan yang akan didapat investor.
3. Bagi penelitian selanjutnya disarankan melakukan penelitian yang
sama dengan unit analisis yang berbeda agar diperoleh hasil dan
Influence of Return on Assets and interest rate certificate of Bank Indonesia to stock price of The Ceramics, Porcelain, and Glass Industry Listed Indonesia
Stock Exchange periode 2008 to 2013
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menempuh Program Strata 1 Program Studi Manajemen
SKRIPSI
Oleh : Siti Hajar Rizkya
21211029
PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Penelitian... 1
1.2 Identifikasi dan perumusan masalah ... 10
1.2.1 Identifikasi masalah... 10
1.2.2 Rumusan masalah... 10
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 11
1.3.1. Maksud Penelitian ... 11
1.3.2. Tujuan Penelitian ... 11
1.4 Kegunaan Penelitian ... 12
1.4.1. Kegunaan Praktis ... 12
1.4.2. Kegunaan Akademis ... 12
1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 12
1.5.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 12
1.5.2. Waktu Penelitian ... 13
vi
2.1.2.1. Fungsi Tingkat Suku Bunga ... 16
2.1.2.1. Tingkat Suku Bunga Nominal dan Tingkat
Suku Bunga Riil ... …..16
2.1.3. Harga Saham ... 17
2.1.3.1. Jenis- Jenis Saham ... 17
2.1.3.2. Faktor- faktor yang mempengaruhi Harga
saham ... 20
2.1.3.3. Teknik Analisa dan Penilaian Harga
Saham ... 22
2.1.4. Penelitian terdahulu... .... 24
2.2. Kerangka Pemikiran ... 27
2.2.1. Hubungan antara Tingkat Pengembalian Aktiva
dengan Harga Saham ... 28
2.2.2. Hubungan antara Tingkat suku Bunga dengan
Harga Saham ... 28
2.2.2. Hubungan antara Tingkat Pengembalian Aktiva
dan Tingkat suku Bunga dengan Harga
Saham ... 29
vii
3.2.1. Desain Penelitian ... 34
3.2.2. Operasionalisasi Variabel ... 37
3.2.3. Sumber dan Teknik Penentuan data...40
3.2.3.1. Sumber Data ... 40
3.2.3.2. Teknik Penentuan Data ... 41
3.2.4. Teknik Pengumpulan Data ... 42
3.2.5. Rancangan Analisis dan Pengujian Hipotesis... 43
3.2.5.1. Rancangan Analisis ... 43
3.2.5.1.1 Analisis Deskriptif (Kualitatif) ... 43
3.2.5.1.2 Analisis Verifikatif (Kuantitatif) ... 44
3.2.6. Pengujian Hipotesis... ... 51
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 55
4.1. Gambaran Umum Perusahaan ... 55
4.1.1. Sejarah Perusahaan ... 55
4.2. Pembahasan Penelitian ... 56
4.2.1. Analisis Deskiptif ... 56
viii
kaca, dan Porselen yang listing di BEI
periode 2008- 2013 ... 64
4.2.2. Analisis Verifikatif ... 67
4.2.3. Pengujian Hipotesis ... 77
BAB V Kesimpulan dan Saran ... 85
5.1. Kesimpulan ... 85
ix
Gambar 3.2 Daerah Penerimaan dan Penolakan Hipotesis ... 53
Gambar 4.1 Grafik Pertumbuhan Rata- rata ROA ... 61
Gambar 4.2 Grafik Pertumbuhan Rata-rata SBI ... 63
Gambar 4.3 Grafik Pertumbuhan Rata- rata Harga Saham ... 66
Gambar 4.4 Grafik Normality of P-P Plot ... 70
Gambar 4.5 Kurva Uji Hipotesis Simultan ... 79
Gambar 4.6 Kurva Pengujian Hipotesis Parsial Pengaruh ROA terhadap Harga saham ... 81
x
dan Harga saham perusahaan keramik, kaca, dan porselen periode
2008- 2013 ... 5
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 25
Tabel 3.1 Desain penelitian ... 36
Tabel 3.2 Operasionalisasi Variabel ... 40
Tabel 3.3 Uji Autokorelasi ... 48
Tabel 3.4 Pedoman untuk memberikan Interpretasi terhadap koefisien korelasi ... 50
Tabel 4.1 Tingkat Pengembalian Aktiva (ROA) pada Perusahaan Keramik, kaca, dan porselen yang listing di BEI periode 2008- 2013 ... 58
Tabel 4.2 Rata- rata ROA pada Perusahaan Keramik, kaca, dan porselen yang listing di BEI periode 2008-2013 ... 61
Tabel 4.3 Tingkat Suku Bunga SBI Periode 2008-2013 ... 63
Tabel 4.4 Rata- rata SBI periode 2008-2013 ... 63
Tabel 4.5 Harga Saham pada Perusahaan Kersmik, kaca, dan Porselen yang listing di BEI periode 2008-2013 ... 65
Tabel 4.6 Rata- rata Harga Saham pada Perusahaan Keramik, Kaca, dan Porselen yang llisting di BEI periode 2008-2013 ... 66
xi
Tabel 4.10 Uji Heteroskedastisitas ... 73
Tabel 4.11 Uji Autokorelasi ... 74
Tabel 4.12 Korelasi Parsial antara ROA dengan Harga Saham ... 74
Tabel 4.13 Korelasi Parsial antara SBI dengan Harga Saham