• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Film Dokumenter Pagelaran Tarawangsa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perancangan Film Dokumenter Pagelaran Tarawangsa"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Pengantar Proyek Tugas Akhir

PERANCANGAN FILM DOKUMENTER

PAGELARAN TARAWANGSA

DK 38315/Tugas Akhir Semester II 2010/2011

Oleh : Rijallulhaq NIM : 51907179 Program Studi

Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(2)

i KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah Swt, karena berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan Proyek Tugas Akhir

yang berjudul Perancangan Film Dokumenter Pagelaran Tarawangsa. Laporan ini guna memenuhi persyaratan sidang akhir.

Penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada pihak yang membantu

sebagai referensi sehingga laporan ini bisa terselesaikan tepat pada waktunya. Laporan ini jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan

kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat bagi ilmu pengetahuan .

Bandung, 21 Juli 2011

(3)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sebagai masyarakat Sunda yang sangat perhatian dalam pemeliharaan alam dan sekitarnya, seperti halnya masyarakat di

Rancakalong yang juga masih aktif melakukan hubungan spiritual terhadap alam baik yang berupa fisik, maupun yang bersifat ghaib.

Oleh karena itu, kesenian di Rancakalong pun tumbuh dan berkembang sesuai dengan kondisi kebudayaan yang hidup dalam masyarakat penyangganya. Salah satu kesenian khas Rancakalong adalah

kesenian Jentreng atau Tarawangsa.

Seni Tarawangsa adalah kesenian yang tumbuh dari pola

kehidupan bertani masyarakat Rancakalong. Seni Tarawangsa adalah upacara ritual yang bersifat magis dan religius untuk menghormati dewi kesuburan yaitu Dewi Sri. Walaupun keberadaannya sebagai salah satu

tokoh dalam mitologi, masyarakat Rancakalong yang menyebutnya dengan nama Kersa Nyai masih melakukan penghormatan tersebut

hingga saat ini dengan tujuan supaya Kersa Nyai tetap tinggal dan betah di Rancakalong. Hal ini sesuai dengan kebiasaan masyarakat yang menempatkan Seni Tarawangsa sebagai media pokok dalam

(4)

2 Ritual dari bumi Rancakalong membawa pesan-pesan dalam

hubungan manusia dengan alam. Dalam seni Tarawangsa terdapat hal–hal yang sangat unik dan juga menarik, dimana adanya interaksi

antara manusia dan leluhur yang dapat dilihat dengan bahasa tubuh yang mempunyai maksud–maksud tertentu. Untuk dapat melakukan seni Tarawangsa ini maka ada alat yang wajib dan harus dimainkan,

yaitu Tarawangsa dan Kacapi Jentreng. Tarawangsa merupakan alat musik gesek yang bentuknya mirip dengan alat musik rebab

resonatornya terbuat dari kayu berleher panjang dan bersenar 2 utas. Sedangkan jentreng adalah instrumen musik petik yang memiliki 7 utas senar dan mempunyai bentuk persegi panjang.

Di dalam seni Tarawangsa ini terdapat ritual–ritual yang di lakukan untuk menghormati leluhur mereka. Tidak hanya Tarawangsa

dan jentreng saja yang mengisi ritual ini, tapi ada beberapa orang yang akan mengikuti ritual ini. Dikarenakan seni Tarawangsa ini berbentuk pagelaran dan terdapat urutan–urutan ritual di dalamnya. Maka

visualisasi akan sangat dibutuhkan, supaya orang yang melihatnya

dapat merasakan ritual yang bersifat religius begitu kental didalamnya

sehingga memahami apa pesan–pesan yang terdapat pada ritual seni Tarawangsa ini.

Visualisasi dalam seni Tarawangsa ini, akan berbentuk film

dokumenter yang menceritakan seni Tarawangsa dari awal pagelaran ini dimulai sampai pada pagelaran ini di tutup. Pentingnya visualisasi

(5)

3 membudidayakan dan mempublikasikan kebudayaan seni Tarawangsa

ini kepada masyarakat luas.

1.2 Identifikasi Masalah

Dari latar belakang tersebut, maka diidentifikasi terdapat beberapa permasalahan:

- Minimnya informasi yang didapat masyarakat tentang kesenian alat musik Tarawangsa.

- Pandangan masyarakat yang masih mengidentikan alat musik Tarawangsa dengan Rebab.

- Pengetahuan masyarakat yang masih awam terhadap kesenian

Tarawangsa yang didalamnya terdapat pesan penghormatan terhadap leluhur.

- Kurang pedulinya lembaga terkait (Dinas Kebudayaan dan Pariwisata) terhadap kesenian Tarawangsa.

- Berkurangnya pelaku dari kesenian tersebut sehingga kurangnya

informasi tentang sejarah kesenian Tarawangsa. - Belum adanya media Audio visual.

1.3 Fokus Masalah

Dari identifikasi yang telah dipaparkan, maka terdapat fokus

masalah:

- Bagaimana memperkenalkan seni Tarawangsa melalui film

(6)

4 - Bagaimana konteks budaya yang mendampinginya (penghormatan

terhadap leluhur) melalui perancangan videogarafi ?

1.4 Batasan Masalah

Masalah tersebut dibatasi menjadi menampilkan pagelaran Tarawangsa melalui film dokumenter dengan menyajikan berbagai ritual

yang terdapat di dalamnya.

1.5 Tujuan Perancangan

- Memvisualisasikan sebuah alur film dokumenter pagelaran Tarawangsa.

(7)

5 BAB II

UPACARA RITUAL TARAWANGSA

2.1 Tradisional

2.1.1 Pengertian Tradisional

Tradisi (Bahasa Latin: traditio, “diteruskan”) atau

kebiasaan, dalam pengertian yang paling sederhana adalah sesuatu yang telah dilakukan sejak lama dan menjadi bagian

dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu negara, kebudayaan, waktu, atau agama yang sama. Hal yang paling mendasar dari tradisi adalah adanya informasi

yang diteruskan dari generasi ke generasi baik tertulis maupun (sering kali) lisan, karena tanpa adanya ini, suatu tradisi dapat

punah. (Julius Hr, 2009, H.40)

Tradisi merupakan ciri dari sebuah kebudayaan. Tanpa tradisi tidak mungkin suatu kebudayaan akan hidup dan

langgeng. Dengan tradisi hubungan antara individu dengan masyarakatnya bisa harmonis. Dengan tradisi sistem

kebudayaan akan menjadi kokoh, bila tradisi dihilangkan maka ada harapan suatu kebudayaan akan berakhir disaat itu juga. Setiap sesuatu menjadi tradisi biasanya telah teruji tingkat

efektifitas dan tingkat efesiensinya

Selanjutnya dari konsep tradisi akan lahir istilah

(8)

6 merespon berbagai persoalan dalam masyarakat. Didalamnya

terkandung metodologi atau cara berfikir dan bertindak yang selalu berpegang teguh atau berpedoman pada nilai dan norma

yang belaku dalam masyarakat. Dengan kata lain setiap tindakan dalam menyelesaikan persoalan berdasarkan tradisi.

2.2 Musik Tradisional

2.2.1 Pengertian Musik Tradisonal

Julius (2009) menjelaskan “musik daerah atau musik

tradisional adalah musik yang lahir dan berkembang di daerah- daerah di seluruh Indonesia” (h.57). Ciri khas pada jenis musik

ini teletak pada isi lagu dan instrumen (alat musiknya). Musik tradisi memiliki karakteristik khas, yakni syair dan melodinya

menggunakan bahasa dan gaya daerah setempat. Indonesia adalah sebuah negara yang terdiri dari ribuan pulau yang terbentang dari Papua hingga Aceh. Dari sekian banyaknya

pulau beserta dengan masyarakatnya tersebut lahir, tumbuh dan berkembang. Seni tradisi yang merupakan identitas, jati

diri, media ekspresi dari masyarakat pendukungnya.

Hampir diseluruh wilayah Indonesia mempunyai seni musik tradisional yang khas. Keunikan tersebut bisa dilihat dari

teknik permainannya, penyajiannya maupun bentuk/organologi instrumen musiknya. Hampir seluruh seni tradisional Indonesia

(9)

7 dikenali karakter khas orang/masyarakat Indonesia, yaitu

ramah dan sopan. Namun berhubung dengan perjalanan waktu dan semakin ditinggalkanya spirit dari seni tradisi tersebut,

karekter kita semakin berubah dari sifat yang menjunjung tinggi nilai-nilai kebersamaan menjadi individual/egoistis. Begitu banyaknya seni tradisi yang dimiliki bangsa Indonesia, maka

untuk lebih mudah mengenalinya dapat di golongkan menjadi beberapa kelompok yaitu alat musik/instrumen perkusi, petik

dan gesek.

2.3 Sunda

2.3.1 Pengertian Sunda

Herwig Zahorka (2007) berpendapat bahwa :

Kata Sunda artinya Bagus/Baik/Putih/Bersih/ Cemerlang, segala sesuatu yang mengandung unsur kebaikan, orang Sunda diyakini memiliki etos/ watak/

karakter Kasundaan sebagai jalan menuju keutamaan hidup. Watak/karakter Sunda yang dimaksud adalah cageur (sehat),

bageur (baik), bener (benar), singer (mawas diri), dan pinter (pandai/ cerdas) yang sudah ada sejak jaman Salaka Nagara tahun 150 sampai ke Sumedang Larang Abad ke- 17, telah

(10)

8 Sunda merupakan kebudayaan masyarakat yang

tinggal di wilayah barat pulau Jawa dengan berjalannya waktu telah tersebar ke berbagai penjuru dunia. Sebagai suatu suku,

bangsa Sunda merupakan cikal bakal berdirinya peradaban di Nusantara, di mulai dengan berdirinya kerajaan tertua di Indonesia, yakni Kerajaan Salakanagara dan Tarumanegara

sampai ke Galuh, Pakuan Pajajaran, dan Sumedang Larang. Kerajaan Sunda merupakan kerajaan yang cinta damai, selama

pemerintahannya tidak melakukan ekspansi untuk memperluas wilayah kekuasaannya. Keturunan Kerajaan Sunda telah melahirkan kerajaan-kerajaan besar di Nusantara diantaranya

Kerajaan Sriwijaya, Kerajaan Majapahit, Kerajaan Mataram, Kerajaan Cirebon, Kerajaan Banten, dan lain-lain.

2.4 Kesenian Sumedang

Sumedang adalah sebuah kota kecil yang terdapat di antara

dua kota besar, yaitu Bandung dan Cirebon. Kota ini sering dikenal sebagai tempat persinggahan bagi mereka yang tengah melakukan

perjalanan darat antara Bandung dan Cirebon. Ke khasan tempat ini adalah makananya, yaitu tahu Sumedang yang terkenal memiliki cita rasa yang berbeda dengan makanan sejenis yang terdapat di

kota-kota lain.

Khusus di daerah Rancakalong, Kabupaten Sumedang

(11)

9 Nagarawangi. Masyarakat yang berpenduduk muslim ini mempunyai

rumah adat dan seni tradisional yang tetap terjaga. Di tempat ini lagu-lagu Tarawangsa jauh lebih banyak dibandingkan lagu-lagu-lagu-lagu yang ada

di daerah Cibalong dan Banjaran.

Tarawangsa merupakan kesenian tradisi upacara adat yang biasa dilakukan untuk peringatan muludan (Maulid Nabi), ngabubuy

pare (panen padi) sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas

panen padi yang melimpah, mubur Syuro maupun syukuran-syukuran

yang lainnya. Jentreng adalah perpaduan antara tujuh buah kecapi dan dua buah rebab yang dimainkan secara bersamaan.

Harmonisasi yang ditimbulkan dari kedua alat musik ini

diaktualisasikan melalui tarian/ngibing dari seorang laki-laki dilanjutkan oleh lima orang perempuan. Dan setelah tarian ini

diteruskan dengan hiburan yakni semua orang ikut menari bersama-sama mengikuti irama jentreng.

Menurut ketua Adat Desa Cijere tarian Jentreng ini

merupakan tarian leluhur sebagai wujud syukur kepada sang Maha Kuasa atas nikmat yang telah diberikan dan menjadi bagian ritual dari

leluhur untuk bersyukur secara bersama-sama. Biasanya seni Jentreng ini dimulai sekitar pukul 7 malam hingga jam 4 subuh. Seperti perayaan Muludan, mereka merayakannya pada hari ke 14

Mulud.

Pada umumnya Tarawangsa atau jentreng ini dilakukan di

(12)

10 kini Tarian Tarawangsa mulai diadakan secara bersama di rumah

adat.

2.5 Tarawangsa

Tarawangsa (seperti dikutip Abah Aso, 2011) merupakan bagian ritus dan upacara suatu sistem religi bagi warga Rancakalong.

Kuntjoroningrat dalam buku teori-teori antropologi 1 mengungkapkan bahwa sistem ritus dan upacara dalam suatu religi berwujud dalam

tindakan dan aktivitas manusia dalam melaksanakan kebaktian kepada Tuhan dan roh leluhur sebagai bentuk rasa syukur dan usaha berkomunikasi dengan mereka. Hal itu senada dengan yang

diungkapkan oleh Asep Nata kalau kesenian Tarawangsa bisa disebut sebagai ritus suatu sistem religi.

Hal yang berubah dari penyelenggaraan Tarawangsa sejak dulu hingga sekarang hanya dalam bentuk teknis pendukung saja, seperti contohnya dahulu rebab dan kecapi Tarawangsa berukuran

besar untuk menghasilkan suara yang keras, namun sekarang dengan adanya pengeras suara, ukuran rebab dan kecapi Tarawangsa

(13)

11 Gambar 2.1. Ritual Kesenian Tarawangsa

Sumber: Majalah Nusantara

2.6 Filosofi Tarawangsa

Filosofi Tarawangsa (seperti dikutip Abah Aso, 2011) alat musik Tarawangsa yang hanya memiliki dua senar dan Jentreng atau

Kecapi yang juga hanya memiliki tujuh senar. Tujuh senar pada kacapi Tarawangsa melambangkan jumlah hari dan di ikat oleh dua senar Tarawangsa yang memiliki makna filosofis kalau segala sesuatu

(14)

12 Gambar 2.2. Alat Musik Tarawangsa

Sumber: Majalah Nusantara

2.7 Alat Musik Tarawangsa

Alat musik Tarawangsa adalah instrumen musik gesek yang bentuknya mirip dengan alat musik rebab. Resonatornya terbuat dari

kayu berleher panjang dan bersenar 2 utas.alat musik ini merupakan pengiring dalam acara ritual yang diadakan oleh masyarakat Rancakalong untuk memperingati leluhur mereka sebagai ungkapan

rasa syukur yang telah diberikan atas hasil panen padi yang diperoleh.

2.8 Segmentasi a. Geografis

Ditunjukan untuk wilayah Bandung dan Sumedang.

(15)

13 Sangat mudah dipengaruhi lingkungan disekitarnya dan juga

isu-isu yang beredar disekitarnya,minat,mengapresiasikan seni budaya.

c. Demografis - Dewasa awal.

- Jenis kelamin laki-laki dan perempuan yang berusia 19 – 25

tahun.

- Profesi sebagai mahasiswa dan pekerja.

2.9 Videografi

2.9.1 Pengertian Videografi

Videografi adalah cabang ilmu yang mempelajari tentang proses merencanakan, merekam, dan menyunting

rangkaian peristiwa (gambar). Dalam videografi ini juga ada hal penting yang harus dilakukan sebelum proses produksi dilakukan diantaranya : transportasi, logistik, akomodasi )

(16)

14 - Storyboard

- Desain proses & jadwal - Desain budget

- Konsep penyutradaraan, art, kamera, sound, editing - Crew list

a. Berdasarkan Format

- Analog - Digital

b. Berdasarkan Media Rekam - Betamax

c. Aksesoris tambahan : - Tripod

- Michrophone

- Lighting (pencahayaan) - Dolly

(17)

15 - Clapperboard

Sebuah karya videografi yang selesai dan siap ditonton umumnya melewati tahap-tahap berikut ini:

1. Pra Produksi: Proses perencanaan dan persiapan produksi sesuai dengan kebutuhan, tujuan dan khalayak

sasaran yang dituju. Meliputi persiapan fasilitas dan teknik produksi, mekanisme operasional dan desain

kreatif ( riset, penulisan outline, skenario, storyboard, dsb.).

2. Produksi: Proses pengambilan gambar di lapangan (shooting).

3. Pasca Produksi: Proses penyuntingan di ruang editing, memadukan hasil rekaman video dengan berbagai elemen audio visual lainnya.

4. Presentasi: Menyajikan hasil penyuntingan (editing) dalam format siap tonton (kaset, VCD, DVD, dsb.)

5. Distribusi: Penyebarluasan karya videografi (screening, penjualan, broadcasting, webcasting, dsb.).

2.10 Film

2.11.1 Pengertian Film

Film, sinema, movie atau gambar bergerak, (dalam

(18)

16 gambar-gambar yang diproyeksikan pada sebuah layar agar

tercipta ilusi (tipuan) gerak yang hidup. Gambar bergerak, movie, film atau sinema adalah salah satu bentuk hiburan yang

populer, yang menjadikan manusia melarutkan diri mereka dalam dunia imajinasi untuk waktu tertentu.

2.11 Film Dokumenter

2.11.1 Pengertian Film Dokumenter

Film Dokumenter adalah perkembangan dari konsep film non fiksi. Dimana dalam dokumenter, selain mengandung fakta, film dokumenter mengandung subyektivitas si

pembuatnya. Artinya, apa yang kita rekam memang berdasarkan fakta yang ada, namun dalam penyajiannya juga

(19)

17 BAB III

STRATEGI PERANCANGAN

3.1 Strategi Perancangan

Pada strategi perancangan dibutuhkan gagasan yang cukup untuk menyampaikan media informasi audiovisual yang baik dan

menghasilkan karya yang maksimal. Tahapan strategi perancangan terlebih dahulu kemudian mengacu pada konsep visual.

3.1.1 Pendekatan Komunikasi

Sebuah media informasi lewat videografi yang

dilakukan dengan baik yang dihasilkan, haruslah memiliki tujuan, pesan yang disampaikan dan positioning terhadap media

informasi tersebut.seperti yang telah di bahas pada bab sebelumnya, alat musik Tarawangsa telah menjadi simbol ucapan syukur kepada sang ghaib (leluhur) atas hasil panen

yang telah di berikan. Dan dalam rasa syukur tersebut banyak warisan leluhur dan pesan-pesan yang terdapat dalam kesenian

alat musik Tarawangsa tersebut.

Setelah melakukan penelaahan terhadap alat musik Tarawangsa dan masyarakat Rancakalong sendiri maka tampak

bahwa musik Tarawangsa memiliki karakter magis dan budaya yang kuat. Dengan musik yang instrumen dan mistik, maka dari

(20)

18 pekat dan misterius. Sehingga pesan yang dimunculkan pada

kesenian alat musik Tarawangsa ini memiliki ciri khas dan bentuk penghargaan terhadap leluhur mereka.

3.1.2 Strategi Kreatif

Untuk menampilkan kesenian Tarawangsa yang

terlihat magis, misterius dan memiliki makna-makna penghargaan terhadap leluhur, maka visualisasi dalam

videografi ini akan banyak menampilkan keaslian dari kesenian Tarawangsa tersebut sesuai dengan peninggalan leluhur mereka.

Mengambil setting indoor dalam rumah sehingga nuansa buhun (dahulu) yang sering leluhur mereka lakukan

akan sangat terasa. Dengan suasana yang dipenuhi dengan asap kemenyan maka nuansa magis dan misterius akan semakin kuat ditambah alunan musik Tarawangsa dan

Jentreng.

Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia)

misterius adalah sesuatu yang belum jelas atau sulit untuk diterka.sedangkan magis adalah sesuatu hal yang bersifat ghaib atau diluar akal pikir manusia.

Hubungan misterius dan magis terhadap Tarawangsa adalah ritual yang dilakukan sebelum kesenian musik

(21)

19 keseluruhan hal–hal mengenai kesenian alat musik

Tarawangsa telah disimpulkan beberapa hal dibawah ini :

- Warna gelap yang merupakan warna yang identk dengan

magis dan misterius, dan coklat kehitaman yang ditampilkan pada alat musik Tarawangsa.

- Penggunaan strok tebal memakai font viner hand ITC

- Musik yang instrumental dipadukan dengan nuansa ritual untuk menghasilkan sebuah makna-makna penghargaan

terhadap leluhur.

3.1.3 Strategi Media

Media yang dipilih untuk media informasi pada videografi pada kesenian alat musik Tarawangsa ini harus

tepat pemilihannya. Ada beberapa media yang layak untuk dijadikan sebagai alat yang tepat untuk menginformasikan kesenian Tarawangsa tersebut.

Media-media yang telah ditentukan adalah sebagai berikut:

1. Poster

Baiknya penempatan poster itu sendiri di tempatkan di sekolah-sekolah, kampus dan tempat nongkrong anak

(22)

20 2. Website

Media ini di akses pada jaringan internet http://www.tarawangsa.com yang dapat diakses oleh

siapapun.

3. Kalender Sunda

Media ini bukan sekedar kalender biasa akan tetapi sebuah

kalender yang memiliki tanggal dan bulan penting dalam kebudayaan Sunda.

3.1.4 Strategi Distribusi

Media informasi ini dapat di distribusikan oleh Dinas

Pariwisata dan Budaya (DISPARBUD) kota Bandung dan Sumedang yang mana masyarakat dapat melihat informasi

pendistribusian tersebut melalui media-media pendukung yang telah disediakan.

3.2 Konsep Visual

Untuk menghasilkan media informasi atau visual informasi

yang baik maka dibutuhkan konsep visual yang matang untuk mengindari kesalahan dalam menyampaikan pesan dari kesenian alat musik Tarawangsa. Konsep visual adalah awal dari sebuah gagasan

(23)

21 Dengan menyatukan kesenian musik Tarawangsa ini telah

diperkuat dengan visual dari nuansa magis dan misterius, maka didapatkanlah sebuah konsep videografi yang menampilkan pesan–

pesan penghargaan terhadap leluhur lewat kesenian alat musik Tarawangsa itu sendiri.

3.2.1 Format Desain

Pada media informasi ini telah ditemukan gaya yang

akan dipakai untuk memudahkan penyampaian bahasa visual sehingga mudah dimengerti oleh para penonton. Dengan menggunakan gaya original yang menggunakan tulisan

sebagai logo, judul dan tampilan dengan nuansa gelap karena hitam merupakan warna yang menjadi ciri khas warna kesenian

musik Tarawangsa, dengan menggunakan gaya-gaya tersebut akan memberikan kesan yang menyatakan kesenian Tarawangsa ini selalu identik dengan unsur magis dan

misterius.

Media-media informasi yang dibuat dengan format

seolah-olah memberikan bahasa visual yang digunakan melalui warna layout dan tipografi yang digunakan.

3.2.2 Layout

Pembuatan media utama videografi ini menggunakan

(24)

22 kesenian musik Tarawangsa dan setting dalam rumah yang

merupakan ciri khas leluhur mereka yang akan membantu suasana misterius dalam penyajian media informasi videografi

kesenian musik Tarawangsa.

3.2.3 Tipografi

Penggunaan huruf pada media informasi musik Tarawangsa harus diperhatikan karena antara konsep dan

tipografi yang akan dibuat untuk media informasi harus memiliki kekuatan yang seimbang dalam menyampaikan pesan visual. Penggunaan huruf jenis Viner hand ITC :

ABCDEFGAHIJKLMNOPQRSTUVXYZ

Abcdefghijklmnopqrstuvwxyz

1234567890,.:”?><{}@#$%^

Huruf yang digunakan mendekati huruf kuno atau sering ada

dalam naskah kuno, yang menerangkan bahwa kesenian merupakan turun temurun dari nenek moyang terdahulu. Huruf ini akan digunakan sebagai headline, subheadline dan judul

(25)

23 Gambar 3.1. Jenis huruf pada media pendukung

Huruf sans serif ( Arial) :

ABCDEFGHAIJKLMNOPQRSTUVWXYZ

Abcdefghijklmnopqrstuvwxyz 1234567890./;’{};1!@#

Sedangkan untuk pemilihan jenis huruf sans serif memiliki kesan tidak formal dan netral. Huruf ini digunakan untuk teks pada narasi atau tejemahan bahasa dalam film.

Huruf sans serif (Vijaya): ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ

Abcdefghijklmnopqrstuvwxyz

1234567890,./:’{}!@#$

Untuk jenis huruf vijaya digunakan untuk synopsis dalam cover cd, poster, dan manual book.

3.2.4 Ilustrasi

Penggunaan material pada media informasi ini sangat

(26)

24 pengambilan gambar eye level akan menujukkan kesan

penghargaan mereka terhadap leluhur yang sering masyarakat rancakalong sering lakukan dengan tidak melupakan kebiasan

leluhur mereka.

3.2.5 Warna

Warna yang dominan digunakan untuk media ini adalah warna hitam dan coklat gelap. warna-warna ini diambil

karena mendukung sekali akan hasil media ini yang bisa menyampaikan pesan visual. Warna yang dipilih juga menentukan sifat dari konsep visual media ini.

R = 0 C = 0 G = 0 M = 0 B = 0 Y = 0 K = 0

R = 45 C = 57

G = 30 M = 68

B = 15 Y = 79

K = 76

(27)

25 BAB IV

TEKNIS PRODUKSI

4.1 Gagasan – Tema

Gagasan atau tema dari film ini adalah Tarawangsa yang merupakan budaya turun menurun dan dilakukan sebelum dan sesudah

panen padi. Budaya ini dikemas dalam ritual-ritual yang mempunyai nilai-nilai moralitas yang tinggi dengan mengajarkan selalu bersyukur

terhadap panen padi yang melimpah. Dalam ritual ini masyarakat terus berharap supaya Kersa Nyai atau Dewi Kesuburan tetap tinggal dan terus memberikan kesuburan terhadap padi-padi yang ditanam.

4.2 Sinopsis

Seni Tarawangsa adalah kesenian yang tumbuh dari kehidupan bertani masyarakat Rancakalong. Seni Tarawangsa adalah upacara ritual yang berhubungan dengan magis religius untuk menghormati

Dewi Kesuburan, yaitu Dewi Sri. Walaupun keberadaanya sebagai salah satu tokoh dalam mitologi masyarakat Rancakalong yang

menyebutnya dengan nama Kersa Nyai, masih melakukan penghormatan tersebut hingga saat ini dengan tujuan supaya Kersa Nyai tetap tinggal dan betah di Rancakalong. Hal ini sesuai dengan

kebiasaan masyarakat yang menempatkan seni Tarawangsa sebagai media pokok dalam penyelenggaraan upacara panen padi atau yang

(28)

26 4.3 Riset – Studi Lapangan

4.3.1 Studi Pustaka

a. Baksin Askurifai. 2003. Membuat Film Indie Itu Gampang,

d. Herwig Zahorka, The Sunda Kingdoms of West Java, From Taruma Nagara to Pakuan Pajajaran with Royal Center of Bogor, tahun 2007.

4.3.2 Studi Indikator a. Geografis

Film Dokumenter ini ditunjukan untuk wilayah Bandung dan Sumedang.

b. Fsikografis

Pemikiran yang sangat mudah dipengaruhi lingkungan

sekitarnya dan isu-isu yang berkembang di sekitarnya. c. Demografis

Ditunjukkan kepada mahasiswa dan pekerja.

d. Target Audience

Dewasa awal, jenis kelamin laki-laki dan perempuan usia

(29)

27 e. Warna

Warna yang dominan digunakan untuk media ini adalah warna hitam dan coklat gelap. warna-warna ini diambil

karena mendukung sekali akan hasil media ini yang bisa menyampaikan pesan visual. Warna yang dipilih juga menentukan sifat dari konsep visual media ini.

R = 0 C = 0

Gambar 4.1 Pemilihan warna pada media produksi

f. Tipografi

Penggunaan huruf pada media informasi musik Tarawangsa harus diperhatikan karena antara konsep dan tipografi yang

akan dibuat untuk media informasi harus memiliki kekuatan yang seimbang dalam menyampaikan pesan visual.

Penggunaan huruf jenis Viner hand ITC : ABCDEFGAHIJKLMNOPQRSTUVXYZ

Abcdefghijklmnopqrstuvwxyz

(30)

28 Huruf yang digunakan mendekati huruf kuno atau sering

ada dalam naskah kuno, yang menerangkan bahwa kesenian merupakan turun temurun dari nenek moyang

terdahulu. Huruf ini akan digunakan sebagai headline, subheadline dan judul film dalam cover dvd, cover film,

keterangan nara sumber, poster dan kebutuhan media

lainnya Huruf sans serif ( Arial):

ABCDEFGHAIJKLMNOPQRSTUVWXYZ

Abcdefghijklmnopqrstuvwxyz 1234567890./;’{};1!@#

Sedangkan untuk pemilihan jenis huruf sans serif memiliki

kesan tidak formal dan netral. Huruf ini digunakan untuk teks pada narasi atau tejemahan bahasa dalam film. Huruf

sans serif (Vijaya) :

ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ

Abcdefghijklmnopqrstuvwxyz

1234567890,./:’{}!@#$

Untuk jenis huruf vijaya digunakan untuk synopsis dalam cover cd, poster, dan manual book.

4.3.3 Wawancara

a. Tavip S Ginting, Dewan Pembina Lentera Nusantara

(31)

29 c. Abah Aso, selaku Sesepuh Tarawangsa

4.4 Storyline

Dibuka dengan beberapa kilasan-kilasan singkat dari ritual Tarawangsa diantaranya nayaga yang sedang memainkan Tarawangsa, saehu laki-laki sedang melakukan ijab atau bubuka, para

ibu duduk berjajar yang sedang mengayunkan selendang di tangannya, patung Dewi Sri dan saehu laki-laki yang memberikan sambutan

kepada tamu yang datang sebelum acara Tarawangsa dimulai. Peta Indonesia yang menunjukkan letak pulau Jawa dan ditandai dengan titik hitam yang bertuliskan Kota Bandung dan Kabupaten Sumedang.

Suasana Desa Cimanglid, Rancakalong, Sumedang.

Wawancara dengan Abah Aso selaku sesepuh Tarawangsa di

desa Cimanglid Rancakalong. Pagelaran Tarawangsa dimulai oleh saehu laki-laki dengan di ikuti penjelasan singkat dalam bentuk narasi oleh Abah Aso yang menceritakan sejarah Tarawangsa secara singkat.

Dilanjutkan dengan saehu laki-laki yang sedang bersiap-siap untuk melakukan ijab sesepuh atau bubuka. Sampai berjalannya rentetan

ritual-ritual yang dipersingkat dan pada setiap ritual terdapat penjelasan-penjelasan mengenai makna-makna yang terkandung dalam setiap ritual dan diakhiri dengan para saehu perempuan

menyimpan sesaji (pangkon) ketempat semula, yang pertanda pagelaran Tarawangsa sudah selesai.

(32)

30 4.5 Scene Plot / Struktur Cerita

Dibuka dengan beberapa kilasan-kilasan singkat dari ritual Tarawangsa diantaranya nayaga yang sedang memainkan

Tarawangsa, saehu laki-laki sedang melakukan ijab atau bubuka, para ibu duduk berjajar yang sedang mengayunkan selendang di tangannya, patung Dewi Sri dan saehu laki-laki yang memberikan sambutan

kepada tamu yang datang sebelum acara Tarawangsa dimulai. Peta Indonesia yang menunjukkan letak pulau Jawa dan ditandai dengan titik

hitam yang bertuliskan Kota Bandung dan Kabupaten Sumedang. Suasana Desa Cimanglid, Rancakalong, Sumedang.

Wawancara dengan Abah Aso selaku sesepuh Tarawangsa di

desa Cimanglid Rancakalong. Pagelaran Tarawangsa dimulai oleh saehu laki-laki dengan di ikuti penjelasan singkat dalam bentuk narasi

oleh Abah Aso yang menceritakan sejarah Tarawangsa secara singkat. Dilanjutkan dengan saehu laki-laki yang sedang bersiap-siap untuk melakukan ijab sesepuh atau bubuka. Sampai berjalannya rentetan

ritual-ritual yang dipersingkat dan pada setiap ritual terdapat penjelasan-penjelasan mengenai makna-makna yang terkandung

(33)

31

4.6 Director’s Treatment

Untuk warna yang digunakan adalah colorfull (penuh warna) dengan pencahayaan yang cukup dengan menggunakan tempo yang

sesuai dengan apa yang direkam kamera. Untuk pengambilan gambar kamera menggunakan tiga kamera

(34)

32 4.7 Studi Karakter

a. Abah Aso

Memiliki karakter yang senang berbicara, selalu memberikan

nasehat kepada yang muda, memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi dan sangat menghargai tradisi dari nenek moyangnya.

Gambar 4.3. Abah Aso

Sumber: Dokumentasi pribadi

b. Pak Dodo

Memiliki karakter yang bijaksana, pemimpin dan yang sangat

dituakan sebagai saehu laki-laki.

Gambar 4.4. Pak Dodo

(35)

33 c. Aki Bekong

Memiliki karakter yang pendiam dan karismatik, tapi sangat dituakan lebih dari Pak Dodo dikarenakan usianya lebih dari 85

tahun.

Gambar 4.5. Aki Bekong

Sumber: Dokumentasi pribadi

d. Uyut Selon

Memiliki karakter sangat keibuan, sangat baik dan karismartik sehingga sangat dituakan di kalangan saehu istri (perempuan).

Gambar 4.6. Uyut Selon

(36)

34 e. Bu Yoyo

Memiliki karakter yang ramah, selalu senyum pada setiap orang yang melihatnya, dan juga termasuk saehu istri yang dituakan.

Gambar 4.7. Bu Yoyo

sumber: Dokumentasi pribadi

4.8 Shooting List

Pengambilan gambar diambil secara berurutan, seperti perencanaanya sebagai berikut :

a. Pengambilan gambar suasana sore hari di Desa Cimanglid Rancakalong.

b. Pengambilan gambar untuk wawancara dengan Abah Aso di kediamannya.

c. Pengambilan gambar pada waktu memulai pegelaran Tarawangsa.

d. Pengambilan gambar pagelaran Tarawangsa dari sisi kiri depan. e. Pengambilan gambar pegelaran Tarawangsa dari sisi kiri belakang.

(37)

35 g. Pengambilan gambar pegelaran Tarawangsa dari sisi depan

sebagai penutup.

h. Pengambilan gambar saehu laki-laki sedang menutup pagelaran

Tarawangsa.

4.9 Storyboard

Storyboard dibuat untuk membantu pengambilan gambar dan

memandu sutradara, cameramen dan editor film. Storyboard berfungsi

(38)

36 Tabel 4.1. Storyboard pagelaran Tarawangsa

NO CERITA SHOOT GAMBAR

1 Pemain Tarawangsa Eye level

2 Saehu laki – laki melakukan Ijab sesepuh

Eye level

3 Sehu laki – laki mengusap Daun hanjuang

Eye level

4 Para ibu yang sedang mengayunkan selendang

Low angle

5 Patung Dewi Sri/ Nyai Pohaci

(39)

37

NO CERITA SHOOT GAMBAR

6 Saehu laki – laki

mengayunkan selendang

Eye level

7 Saehu laki – laki ngibing Long shoot

8 Saehu laki – laki ngibing Long shoot

9 Sambutan Saehu laki - laki

Close up

10 Selendang di atas parukuyan

(40)

38

NO CERITA SHOOT GAMBAR

11 Peta Indonesia Zoom out & Zoom in

12 Peta Indonesia Zoom out & Zoom in

13 Suasana desa Cimanglid Rancakalong

Long shoot

14 Kediaman Abah Aso Long shoot

15 Wawancara dengan Abah Aso

(41)

39

NO CERITA SHOOT GAMBAR

16 Sesajen Long shoot

17 Saehu laki – laki yang sedang bersiap - siap

Medium Close up

18 Tangan saehu laki – laki yang sedang memegang kemenyan

Ekstreme Close up

19 Para saehu dan pemain Tarawangsa

Long shoot

20 Saehu laki – laki sedang melakukan ijab sesepuh

(42)

40

NO CERITA SHOOT GAMBAR

21 Saehu laki – laki sedang mengusap daun hanjuang

Medium Close up

22 Para ibu yang sedang mengayunkan selendang

Low angle

23 Saehu bersujud ke empat penjuru mata angin

Medium Close up

24 Saehu laki – laki ngibing Long shoot

25 Para saehu dan pemain Tarawangsa

(43)

41

NO CERITA SHOOT GAMBAR

26 Saehu laki – laki ngibing Close up

27 Saehu laki – laki ngibing Close up

28 Saehu laki – laki ngibing Long shoot

29 Saehu laki – laki ngibing Long shoot

(44)

42

NO CERITA SHOOT GAMBAR

31 Saehu laki – laki memegang pangkon dengan para ibu

Meduim Close up

32 Para ibu memegang pangkon

Medium Close up

33 Para ibu berputar dengan membawa pangkon

Medium Close up

34 Para ibu berputar dengan membawa pangkon

Close up

35 Para ibu berputar dengan membawa pangkon

(45)

43

NO CERITA SHOOT GAMBAR

36 Para ibu berputar dengan membawa pangkon

Long shoot

37 Para ibu mengembalikan pangkon ke tempatnya

Close up

38 Nayaga sedang

memainkan Tarawangsa

Long shoot

39 Saehu perempuan yang sedang berdoa

Ekstreme Clos up

40 Sesepu yang sedang melakukan ijab kabul

(46)

44

NO CERITA SHOOT GAMBAR

41 Saehu perempuan

mengusap daun hanjuang

Close up

42 Saehu perempuan

menebarkab bunga melati

Medium Close up

43 Saehu perempuan melakukan doa

Close up

44 Saehu laki – laki besalaman bersamaan dengan ngibing laki - laki

Long shoot

45 Saehu perempuan membawa pangkon

(47)

45

4.10 Dokumentasi Produksi / Behind The Scene

Dokumentasi produksi ini berfungsi untuk mendokumentasikan proses

persiapan dan pengerjaan saat pembuatan film berlangsung. Sebagai arsip karya yang dibuat oleh pembuat film dan crew.

4.11 Studi Pasca Produksi 4.11.1 Metode Editing

(48)

46 4.11.2 Teknik Editing

a. Teknik editing yang pertama adalah cutting atau pemotongan adegan satu dengan adegan yang akan

dihubungkan.

Gambar 4.8. Teknik pemotongan video adegan yang berbeda

b. Teknik editing yang kedua adalah penggabungan adegan satu dengan adegan yang lainnya supaya mendapatkan adegan yang pas dan tidak jumping shoot atau adegan yang kurang pas.

(49)

47 c. Teknik editing yang ketiga adalah pemberian transisi gelap

terang untuk mengatur mucul dan hilangnya gambar.

Gambar 4.10. Pemberian efek transisi pada video

d. Teknik editing yang keempat adalah pemberian transisi besar kecilnya suara yang dihasilkn audio.

Gambar 4.11.Pemberian efek transisi pada audio.

4.11.3 Tahapan Editingnon Digital

a. Logging

Logging ini merupakan proses editing non digital yang

(50)

48 mengedit gambar yang sudah diambil dan supaya dapat

diketahui jelas alurnya

(51)

49 b. Editing Script

Editing script ini merupakan proses editing manual yang

memiliki fungsi yang sama seperti storyboard yaitu sebagai penentu dalam menyusun gambar bagi seorang editor

gambar bagi seorang editor film supaya dalam penyusunan gambar sesuai dengan alur dan cerita yang ditentukan.

4.11.4 Tahapan Editing Digital

Tahapan editing digital yaitu melalui software Sony Vegas Pro

(52)

50 cukup bagus, sehingga tidak mengurangi kualitas pada video

yang sudah dirender.

4.12 Media Produksi dan Distribusi a. Label DVD

- Material : Sticker Art paper

- Ukuran : 11,7 x 11,7

- Teknis Produksi : Cetak Separasi (Offset)

Gambar 4.12.Label DVD

b. Cover Depan Kemasan DVD

- Material : Art paper 180 laminasi Dop

- Ukuran : 16,5 X 12,5

(53)

51 Gambar 4.13. Cover depan kemasan DVD

c. Kalender

- Material : Art paper 360 gsm

- Ukuran : 42 x 29,5

- Teknis Produksi : Cetak Separasi (Offset)

(54)

52 d. Poster

- Material : Art paper 360 gsm - Ukuran : 42 x 29,5

- Teknis Produksi : Cetak Separasi (Offset)

Gambar 4.15. Poster

e. Website

- Material : Art paper 360 gsm - Ukuran : 42 x 29,5

- Teknis Produksi : PHP dan MySQL

(55)

53 DAFTAR PUSTAKA

Baksin, Askurifai. (2003). Membuat Film Indie Itu Gampang. Bandung: Katarsis.

Hr, Julius. (2009). Seni Musik Tradisional. Padang: Gramedia Pustaka Utama.

(56)

RIWAYAT HIDUP

NIM : 51907179

NAMA LENGKAP : RIJALLULHAQ

TEMPAT/TGL LAHIR : SUKABUMI/13 NOVEMBER 1988

AGAMA : ISLAM

JENIS KELAMIN : PRIA

ALAMAT : JL. PASIR SENTOSA III NO 134 PERUM – NANGGELENG

SUKABUMI

KODE POS : 44151

TELP : 0865 .592 .90 .692

SEMINAR

- OPERA (BROWSER)

- CETAK DIGITAL VS KONVENSIONAL

PEMERAN

Gambar

Gambar 2.1. Ritual Kesenian Tarawangsa
Gambar 2.2. Alat Musik Tarawangsa
Gambar 3.1. Jenis huruf pada media pendukung
Gambar 4.1 Pemilihan warna pada media produksi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian tentang reduplikasi tidak hanya ditemukan dalam dialek bahasa daeah tetapi melalui sebuah artikel dapat juga ditemukan proses reduplikasi seperti pada

Dua dari lima genotip tersebut, BTM 2064 dan BTM 867, memiliki karakter jumlah cabang produktif, jumlah bunga per tanaman, jumlah tandan bunga per tanaman,

Mata kuliah ini bertujuan untuk memberikan pemahaman dan pengenalan akan peran penting manajemen strategik dalam manajemen perusahaan dan keterlibatannya untuk menghadapi

Perbedaan beberapa penelitian diatas dengan penelitian ini adalah ada penelitian yang menggunakan faktor emosional dan rasional sebagai bagian dari pemasaran untuk menarik

Dari data diatas maka head loss pada instalasi perpipaan hidrolik penggerak pilot valve besarnya. Perhitungan

Tulisan ini akan membahas lebih lanjut mengenai pemantauan dosis eksterna pekerja radiasi menggunakan dosimeter perorangan dengan menitikberatkan pada upaya

Untuk mendapatkan data yang akurat sangat diperlukan instrumen yang sesuai dengan tujuan penelitian sehingga data tersebut dapat dianalisis dengan baik.Instrumen

Oleh sebab itu perlu dikaji lebih lanjut menggunakan metode analisis kualitatif beserta didukung dengan analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities,