• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Film Dokumenter Maenpo Cikalong

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perancangan Film Dokumenter Maenpo Cikalong"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Kebudayaan yang dimiliki oleh setiap daerah sangat beragam hal tersebut dikarenakan Indonesia adalah negara kepulauan. Negara Indonesia yang memiliki berbagai macam kebudayaan yang dapat menyebabkan persatuan sekaligus perpecahan, hal tersebut diantisipasi melalui pembagian kebudayaan antara budaya Nasional dan Budaya lokal yang dimiliki masing-masing daerah di Indonesia. Koentjaraningrat mengatakan bahwa ”kebudayaan nasional” adalah suatu kebudayaan yang didukung oleh sebagian besar warga suatu negara, dan memiliki syarat mutlak bersifat khas dan dibanggakan, serta memberikan identitas terhadap warga. Sedangkan kebudayaan lokal adalah nilai-nilai lokal hasil budi daya masyarakat suatu daerah yang terbentuk secara alami dan diperoleh melalui proses belajar dari waktu ke waktu. (Koentjaraningrat ; 2009, hlm.4)

(2)

2 Jawa Barat yang terdiri dari berbagai macam daerah kota dan kabupaten menghasilkan kebudayaan masing-masing yang tidak lepas dari unsur-unsur kehidupan masyarakat Sunda, serta membentuk suatu kesatuan bagi masyarakat Jawa Barat sehingga mereka perlu untuk mengetahui, mengenal dan melestarikan kebudayaan Jawa Barat. Berbagai macam kebudayaan yang dimiliki oleh Jawa Barat salah satunya adalah Maenpo Cikalong yang berasal dari Cianjur.

Silat Cikalong atau maenpo Cikalong merupakan kebudayaan yang berbentuk bela diri yang pertama kali diciptakan oleh Rd. Djajaperbata yang pada saat itu merupakan salah satu tokoh yang berpengaruh, oleh karena ia bertempat tinggal di Cikalong, maka silat yang diciptakannya dinamai “Maenpo Cikalong”. Maenpo Cikalong dijadikan sebagai salah satu falsafah hidup masyarakat Cianjur yaitu ngaos yang artinya mengaji, mamaos yang artinya tembang-tembangan atau nyanyian khas sunda dan maenpo yaitu istilah setempat untuk jenis bela diri silat, menurut Yanto (2015) sebagai kepala bagian kebudayaan Cianjur menjelaskan bahwa maenpo dalam literatur Cianjur adalah perwujudan kerja keras, maenpo dianggap sebagai ikhtiar masyarakat Cianjur untuk mencapai suatu keinginan.

Seiring dengan berjalannya waktu perkembangan Maenpo Cikalong berkembang pesat dan menjadi salah satu bela diri yang disukai oleh masyarakat Cianjur, namun dewasa ini seiring dengan globalisasi dan modernisasi pengaruh kebudayaan asing yang sangat kuat mempengaruhi Indonesia ternyata berdampak pula pada perkembangan Maenpo Cikalong. Berbagai macam bela diri yang berasal dari negara lain salah satunya Taekwondo, Karate, Judo mulai masuk dan berkembang di Cianjur sehingga menggeser kedudukan bela diri Maenpo Cikalong dalam kehidupan masyarakat Cianjur.

(3)

3 negara lain. Hal ini memberikan dampak besar bagi perkembangan perguruan bela diri Maenpo Cikalong yang berada di Cianjur sebagaimana pra penelitian yang dilakukan dengan cara menyebarkan kuisioner kepada masyarakat Cianjur dan Jawa Barat mengenai pemahaman mereka terhadap Maenpo Cikalong dan hasilnya diperoleh informasi bahwa mereka kurang mengetahui bagaimana sejarah dan falsafah dari Maenpo Cikalong, selain itu, murid-murid dari perguruan Maenpo Cikalong sebagian besar berumur lebih dari tiga puluh tahun sehingga dapat menghambat proses regenerasi. Padahal salah satu alasan para murid tersebut masih setia mempelajari Maenpo Cikalong disebabkan memiliki ciri khas yaitu Maenpo Cikalong tidak hanya mementingkan gerakan bela diri semata yang dimanfaatkan untuk melawan dan menjatuhkan musuh, namun lebih dari itu Maenpo Cikalong sangat memperhatikan unsur rasa dari setiap gerakan yang dilakukan sehingga antara gerakan dan tujuan memiliki kesatuan bukan hanya dipengaruhi oleh emosi semata.

Seharusnya masyarakat Cianjur dan masyarakat Jawa Barat mau mengenal dan melestarikan kesenian tradisional Maenpo Cikalong, namun dengan minimnya sosialisasi mengenai Maenpo Cikalong terutama pada aspek sejarah dan falsafah kepada generasi muda serta tidak melibatkan media-media informasi teknologi audio visual sebagai alat pendukung dalam mensosialisasikan Silat sehinggat menyebabkan rendahnya minat generasi muda untuk mempelajari sekaligus melestarikan salah satu kebudayaan lokal yang dimiliki oleh Indonesia.

(4)

4 kehidupan masyarakat Sunda sehingga dapat menguatkan jati diri mereka sebagai orang Sunda.

I.2. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang yang telah dipaparkan, terdapat beberapa masalah yang muncul, antara lain:

 Berdasarkan hasil dari kuesioner diperoleh informasi bahwa masyarakat Jawa

Barat kurang mengetahui bagaimana sejarah dan falsafah dari gerakan Maenpo Cikalong Cianjur.

 Generasi muda lebih memilih mempelajari bela diri asing seperti taekwondo,

karate dan judo dari pada Maenpo Cikalong.

 Minimnya sosialisasi kepada generasi muda sehingga menurunkan minat

untuk mempelajari Maenpo Cikalong.

 Kurangnya media informasi teknologi audio visual yang dijadikan alat

sosialisasi kepada masyarakat Jawa Barat khusunya para remaja mengenai sejarah dan hubungan antara falsafah gerakan Maenpo Cikalong Cianjur karena lebih didominasi oleh media visual saja atau buku-buku.

I.3. Rumusan Masalah

Bagaimana mengenalkan sejarah dan falsafah Maenpo Cikalong sebagai salah satu kesenian tradisional khas Cianjur yang merupakan konsep ideal kehidupan masyarakat Cianjur melalui media informasi audio visual kepada masyarakat Jawa Barat khususnya para remaja?

I.4. Pembatasan Masalah

Agar pembahasan yang dilakukan lebih terarah, maka perlu ditentukan batas permasalahannya yaitu :

 Perancangan terbatas pada aspek sejarah dan falsafah Maenpo Cikalong yang

mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat

 Perancangan terbatas pada empat aspek falsafah Maenpo Cikalong yaitu gelut

(5)

5  Perancangan dilakukan di perguruan yang beraliran Maenpo Cikalong yaitu

Paguron Pancer Bumi pada tanggal 16 November 2014 Pukul 15.00 WIB, Paguron Pusaka Cikalong pada tanggal 28 Maret 2015 pukul 14.00 WIB, dan Padepokan Silat Tradisional Maenpo Cikalong pada tanggal 29 Maret 2015 Pukul 11.00 WIB. Perguruan ini dipilih karena mempunyai hubungan dengan pencipta aliran Maenpo Cikalong yaitu Ibrahim Jayaperbata.

I.5. Tujuan Perancangan

Sesuai dengan identifikasi, batasan masalah serta rumusan masalah, maka tujuan dari perancangan ini adalah :

 Untuk mengenalkan kepada masyarakat Jawa Barat khususnya para remaja

mengenai sejarah Maenpo Cikalong Cianjur sebagai salah satu kesenian Jawa Barat yang berakar dari budaya masyarakat Sunda melalui media informasi audio visual yang canggih dan menarik.

 Untuk memberikan informasi dan mengenalkan kepada masyarakat Jawa

Barat tentang hubungan falsafah Maenpo Cikalong Cianjur yang merupakan konsep ideal kehidupan masyarakat Cianjur.

(6)

6 BAB II

SEJARAH DAN FALSAFAH MAENPO CIKALONG

II.1 Definisi Falsafah

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang disusun oleh W.J.S. Poerwodarminto (seperti dikutip Notosoejitno, 1997), “Falsafah mempunyai pengertian yang sama dengan filsafat” (h. 43). Ruslan Abdulgani (seperti dikutip oleh Notosoejitno, 1997) mengartikan “falsafah atau filsafat sebagai kegandrungan mencari hikmah kebenaran serta kearifan dan kebijaksanaan dalam hidup dan kehidupan manusia” (h. 44). Pada dasarnya falsafah adalah pandangan dan kebijaksanaan hidup manusia dalam kaitan dengan nilai-nilai budaya, nilai sosial, nilai-nilai moral, dan nilai-nilai agama yang dijunjung tinggi oleh masyarakatnya.

Menurut Notosoejitno (1997) ”Manusia dalam hidupnya mempunyai empat kedudukan sebagai salah satu kesatuan, yakni sebagai mahluk tuhan, mahluk pribadi (mahluk individu), mahluk sosial dan mahluk alam semesta” (h. 45). Seharusnya manusia mengetahui dan memahami empat nilai kedudukan tersebut sebagai pegangan dalam menjalani kehidupan. Dalam Notosoejitno (1997) juga dijelaskan bahwa “manusia wajib menegakkan nilai-nilai yang berkaitan dengan empat kedudukan tersebut, yakni nilai ketuhanan (nilai agama), nilai-nilai moral pribadi (nilai-nilai-nilai-nilai moral individu), nilai-nilai-nilai-nilai moral sosial dan kultural serta nilai-nilai alam semesta (nilai-nilai natural-universal) dalam bentuk amalan-amalan yang luhur” (hal 45). Semuanya itu merupakan perwujudan beriman dan bertakwa terhadap Tuhan serta perwujudan masyarakat paguyuban tata-tentram karta-raharja yang diridhai Tuhan.

II.2 Falsafah Silat

(7)

7 Rumpun Melayu itu dinamakan falsafah budi pekerti luhur. Notosoejitno (1997) mengatakan bahwa:

Falsafah budi pekerti luhur” adalah falsafah yang menentukan ukuran kebenaran (cipta), keharusan (karsa), dan kebaikan (rasa) bagi manusia pencak silat dalam mempelajari, melaksanakan dan menggunakan pencak silat maupun dalam bersikap, berbuat dan bertingkah laku serta merupakan jiwa dan sumber motivasi dalam pelaksanaan dan penggunaan pencak silat. Karena itu, falsafah budi pekerti luhur juga merupakan falsafahnya pencak silat (h. 45).

Falsafah Budi Pekerti luhur untuk manusia pencak silat dalam kedudukannya sebagai mahluk Tuhan, mahluk individu, mahluk sosial, dan mahluk alam semesta dijelaskan oleh Notosoejitno (1997) yaitu:

1. Manusia sebagai mahluk Tuhan wajib mematuhi dan melaksanakan secara konsisten dan konsekuen nilai-nila ketuhanan dan keagamaan, baik secara vertikal maupun horisontal.

2. Manusia sebagai mahluk individu atau mahluk pribadi wajib meningkatkan dan mengembangkan kualitas kepribadiannya untuk mencapai kepribadian yang luhur, yakni kepribadian yang bernilai dan berkualitas tinggi serta ideal menurut pandangan masyarakat dan ajaran agama.

3. Manusia sebagai mahluk sosial wajib memiliki pemikiran, orientasi, wawasan, pandangan, motivasi, sikap, tingkah laku dan perbuatan sosial yang luhur, dalam arti bernilai dan berkualitas tinggi serta ideal menurut pandangan masyarakat dan ajaran agama.

4. Manusia sebagai mahluk alam semesta berkewajiban untuk melestarikan kondisi, keseimbangan dan kualitas alam semesta yang memberikan kemajuan, kesejahteraan dan kebahagiaan kepada manusia sebagai karunia Tuhan. (h. 45)

Isi ajaran falsafah budi pekerti luhur tersebut dijiwai oleh nilai-nilai budaya masyarakat Rumpun Melayu. Menurut Notosoejitno (1997) “rangkaian kata bertuah yang merupakan rumusan singkat dari amalan-amalan pokok ajaran falsafah budi pekerti luhur adalah Taqwa, Tanggap, Tangguh, Tanggoan, dan Trengginas” (h. 46).

(8)

8 2. Tanggap berarti peka, peduli, antisipatif, proaktif dan mempunyai kesiapan

tinggi terhadap setiap perubahan dan perkembangan yang terjadi.

3. Tangguh berarti keuletan dan kesanggupan mengembangkan kemampuan di dalam menghadapai dan menjawab setiap tantangan serta mengatasi setiap hambatan yang terjadi.

4. Tanggon (bahasa Jawa) berarti sanggup menegakkan keadilan, kejujuran dan selalu ingat dan waspada serta tahan uji terhadap segala godaan dan cobaan berdasarkan sikap kesatria sejati yang mandiri dan percaya diri.

5. Trengginas (bahasa Jawa) yang berarti enerjik, aktif, eksploratif, kreatif, inovatif, berfikir ke masa depan dan mau bekerja keras untuk mengejar kemajuan yang bermanfaat bagi diri dan masyarakat.

Dalam ajaran falsafah budi pekerti luhur disiplin dan kepemimpinan pencak silat merupakan ajaran paling utama yang wajib dihayati dengan baik dan benar serta amalan paling utama yang harus dibuktikan secara persisten, konsisten dan konsekuen.

II.3 Definisi Silat

Notosoejitno (1997) “istilah silat memiliki kesamaan dengan istilah pencak, keduanya merupakan produk budaya lokal dalam rangka budaya masyarakat rumpun Melayu” (h. 34). Menurut Notosoejitno (1997) “istilah pencak maupun silat sama-sama mengandung pengertian kerohanian, irama, keindahan dan kiat maupun praktek, kinerja atau aplikasinya” (h.37). Karena itu, dalam rangka usaha untuk mempersatukan perguruan Pencak dan perguruan Silat, pada tahun 1948 hingga sekarang kedua kata tersebut telah dipadukan menjadi Pencak Silat.

II.4 Definisi Maenpo Cikalong

Menurut Asy’arie (2013) salah satu aliran silat yang berkembang di Cianjur adalah Maenpo Cikalong. Maenpo dapat didefiniskan sebagai berikut:

1. Maenpo berasal dari kata Maen dan Peupeuh(Peu=Po) atau Maen dan Po, yang berarti "Maen Pukulan" Peupeuh= pukulan.

(9)

9 3. Maenpo berasal dari bahasa sunda yang disebut "Maen Poho" poho dalam bahasa Indonesia berarti lupa. Jadi Maenpo diartikan sebagai maen sampai kita lupa bentuk jurus itu. Maksudnya badan kita bukan digerakan lagi oleh kemauan tetapi oleh badan itu sendiri (refleks dan rileks). (h. 18)

Ciri khas dari Maenpo Cikalong yaitu gerakan-gerakan yang dilakukan pada saat menghadapi lawan harus saling bersentuhan atau melakukan kontak langsung.

II.5 Sejarah Maenpo Cikalong

Pada mulanya awal peradaban Cianjur berkembang di daerah Cikalong, sehingga segala bentuk aktivitas pertama kali dilakukan dan dikembangkan di Cikalong termasuk salah satunya adalah Maenpo Cikalong.

Gambar II.1 Foto Jayaperbata atau Ibrahim

(Sumber :Padepokan silat Tradisional Maenpo Cikalong Cianjur 29 Maret 2015)

Menurut Asy’arie (2014) “jenis silat ini dinamakan Maenpo Cikalong karena pada awal ditemukannya oleh seorang bangsawan Cianjur Jayaperbata yang berasal dari daerah Cikalong oleh sebab itu silat ini dinamakan Maenpo Cikalong” (h. 21). Asy’arie (2014) menjelaskan sejarah Maenpo Cikalong bahwa:

(10)

10 pada tahun 1906 dan dimakamkan di kampung Majalaya Cikalong Kulon. Sebelumnya tokoh Maenpo Cikalong ini dikenal dengan nama Djaja Perbata. Ibrahim terlahir dari keluarga ningrat dan bangsawan Cianjur yang leluhurnya adalah salah satu pendiri Cianjur dan merupakan putra dari Radjadiredja (Aom Raja) keturunan dari Adipati Aria Wiratanudatar IV. (h. 21)

Sejak muda Ibrahim menunjukan minta dan bakat yang besar dalam ilmu silat. Menurut Asy’arie (2014) riwayat tokoh Maenpo Cikalong sebagai berikut:

Beliau diriwayatkan belajar silat kepada lebih dari 17 guru yang berada di daerah Cianjur dan sekitarnya. Namun beliau merasa belum cukup dan berguru lagi kepada empat ahli silat yang berada di Jakarta atau Batavia pada saat itu, yaitu Ateng Alimuddin, Abang Ma’ruf, Abang Madi, dan Abang Kari. Semua hasil berguru ilmu silat itu kemudian menjadi bahan renungan Ibrahim. Beliau merasakan suatu kegundahan dalam hatinya karena semua ilmu silat yang dimilikinya pada akhirnya mencelakakan lawan.

Kegundaah ini membuat Ibrahim melakukan perjalanan panjang dan menenangkan pikiran dan hatinya disebuah gua. Sebagaimana menurut Asy’arie (2014) Ibrahim melakukan perenungan di sebuah gua di kampung Jelebur Cikalong CIanjur.

Hal ini dirasa bertentangan dengan inti ajaran islam dan ilmu tasawuf yang beliau dalami. Ibrahim kemudian memutuskan untuk melakukan khalwat (perenungan) selama empat puluh hari empat puluh malam di sebuah gua kecil dikampung Jelebud, di pingir sungai Cikundul Leutik, Cikalong Kulon. Dalam masa khalwat ini Ibrahim mendapatkan petunjuk dari Allah untuk menciptakan ilmu silat yang dapat menyelamatkan lawan. Ibrahim mempunyai beberapa orang murid diantaranya Obing Ibrahim (Gan Obing) dan Bustomi Bratadilaga (Gan Brata). Gan Brata adalah putera kandung Ibrahim. (h.22)

(11)

11 Pada perkembngan berikutnya Obing Ibrahim menurunkan ilmu silatnya kepada Idrus Wiradiredja (Gan Idrus), sedangkan Bustomi Bratadilaga menurunkan ilmu silatnya kepada menantunya Muhidin Wiradibrata (Gan Muhidin) dan juga kepada Idrus Wiradiredja (Gan Idrus) sebagai abang Gan Muhidin. Gan Idrus dan Gan Muhidin merupakan sebagai generasi kedua dari Silat Cikalong.Pada masa selanjutnya generasi ketiga yaitu O. Soleh (Gan Uweh) yang mendapatkan ilmu silatnya dari dua guru besar yaitu Gan Idrus dan Gan Muhidin dengan hubungan garis keluarga paman dari ibunya. Gan Uweh mengajarkan ilmu silatnya kepada beberapa orang namun beberapa diantaranya yang senior telah meninggal dunia. (h.23)

Ibrahim mengajarkan Maenpo Cikalong kepada murid-muridnya sesuai dengan karakteristik dari setiap muridnya karena beliau memiliki pemahaman bahwa Maenpo Cikalong akan mudah dipelajari jika disesuaikan dengan karakteristik muridnya yang berbeda-beda namun tidak keluar dari gerakan-gerakan atau jurus Maenpo Cikalong hanya saja ada yang diberikan lebih adapun yang diberikan sedikit menurut Yanto (2015) sebagai kepala bagian kebudayaan Cianjur. Adanya perbedaan porsi dalam mengajarkan Maenpo Cikalong tersebut menyebabkan murid-mudinya memiliki keahlian yang berbeda-beda.

Gambar II.2 Foto Para Pesilat Maenpo Cikalong dari kiri ke kanan: Muhidin, Obing Mukorobin, Rosadi, MR. Ajun, Uweh, Emong Sulaeman,dan King-king

(Sumber :Museum Kebudaayn Cianjur 1 April 2015)

(12)

12 murid-muridnya seperti Bustomi Jayadibrata, Obing Ibrahim, Idrus Wiradireja, Muhudin Wiradibrata, Oweh Soleh, dan lain-lain.

II.6 Gerakan-gerakan Maenpo Cikalong

Menurut Asy’arie (2014) “gerakan-gerakan dalam Maenpo Cikalong terdapat sepuluh jurus, yaitu 1) Jurus; 2) Suliwa; 3) Serong; 4) Kocet; 5) Susun; 6) Tomplok; 7) Lipet Potong; 8) Jurus Tujuh; 9) Potong Serong; 10) Serut” (h.46). Menurut Asy’arie (2014) “Jurus merupakan bentuk gerak dasar yang akan menjadi patokan awal dari teknik gerakan bela diri Maenpo”(h.46) . Jurus tersebut adalah :

1) Jurus

Jurus yang pertama secara kebetulan namanya jurus.

Gambar II.3 Jurus pertama adalah jurus

(Sumber :VCD bahan ajar olahraga pencak silat Maenpo Cikalong 30 April 2015)

2) Suliwa;

(13)

13 Gambar II.4 Jurus kedua Suliwa

(Sumber :VCD bahan ajar olahraga pencak silat Maenpo Cikalong 30 April 2015)

3) Serong;

Gerakan ujung tangan yang berbentuk cagak (antara jempol dan telunjuk) mengawal nangkis serangan lawan yang arahnya ke muka atau ke leher.

Gambar II.5 Jurus ketiga serong

(Sumber :VCD bahan ajar olahraga pencak silat Maenpo Cikalong 30 April 2015)

4) Kocet;

Gerakan maju untuk menghempas lawan.

Gambar II.6 Jurus keempat kocet

(14)

14 5) Susun;

Menyerang lawan secara bertubi-tubi dengan tiga gerakan serangan gunanya untuk tidak memberi kesempatan kepada lawan bias bangkit lagi.

Gambar II.7 Jurus kelima susun

(Sumber :VCD bahan ajar olahraga pencak silat Maenpo Cikalong 30 April 2015)

6) Tomplok;

Gerakan membuang ke samping atau untuk menjatuhkan lawan.

Gambar II.8 Jurus keenam tomplok

(Sumber :VCD bahan ajar olahraga pencak silat Maenpo Cikalong 30 April 2015)

7) Lipet potong;

Gerakan mengkap serangan lawan, dilipet menjadi patahan.

Gambar II.9 Jurus ketujuh lipet potong

(Sumber :VCD bahan ajar olahraga pencak silat Maenpo Cikalong 30 April 2015)

8) jurus tujuh;

Ada tujuh gerakan di dalamnya dan terdapat latihan dasar teknik kaidah Sabandar.

Gambar II.10 Jurus kedelapan jurus tujuh

(15)

15 9) potong serong;

Gerakan mengawal serangan tangan lawan menggunakan ujung sikut sambil memutar sepiral ujung tangan.

Gambar II.11 Jurus kesembilan potong serong

(Sumber :VCD bahan ajar olahraga pencak silat Maenpo Cikalong 30 April 2015)

10) serut”

Gerakan untuk melepas pegangan lawan

Gambar II.12 Jurus kesepuluh serut

(Sumber :VCD bahan ajar olahraga pencak silat Maenpo Cikalong 30 April 2015)

Jurus-jurus yang telah diajarkan apabila sudah dikuasai seseorang yang ingin belajar Maenpo Cikalong maka akan masuk kedalam tahap kaidah Madi, Sabandar, Kari sebagaimana menurut Asy’arie (2013).

a. Kaidah Madi

Kaidah Madi (bendungan) adalah teknik tenaga reaksi yang harus ditimbulkan dalam setiap kejadian silat akibat aksi lawan terhadap anggota badan. Kaidah Madi ini harus diterapkan di titik manapu badan yang mengalami kontak dengan badan lawan. Sifat kaidah Madi adalah membendung, menahan dan menekan.

b. Kaidah Sabandar

(16)

16 dari kaidah ini adalah untuk mengalihkan atau mengubah konsentrasi pikiran maupun tenaga lawan. Sifat dari teknik ini adalah mengalir dan menggeser (mengalihkan).

c. Kaidah Kari

Kaidah Kari (tujuan atau penyelesaian) adalah teknik gerakan penyelesaian terhadap tujuan. Fungsi dari kaidah ini adalah untuk menyelesaikan setiap kasus kejadian silat sehingga lawan tidak berdaya lagi. Sifatnya menghantam, mendorong dan menghempaskan. (h. 42)

II.7 Hubungan antara falsafah Maenpo Cikalong dengan kehidupan masyarakat Cianjur.

Aliran Maenpo Cikalong menggunakan gerakan-gerakan yang mengandung falsafah-falsafah kehidupan, sesuai dengan ajaran islam yang baik sehingga tidak menerima image-image negatif, misalnya identik dengan premanisme, mistik, dan terorisme. falsafah Maenpo Cikalong diungkapkan pula oleh Soleh (seperti dikutip Asy’arie, 2014) yaitu sebagai berikut :

1. Lamun deleka sok cilaka

Lamun deleka sok cilaka (jika kita berbuat khianat terhadap orang lain justru kita yang celaka). Dasar silat pepatah ini digunakan dalam praktik silat, ketika seseorang membela diri kemudian dilanjutkan dengan mencelakakan lawan, hal tersebut akan diketahui oleh pesilat yang ilmunya lebih tinggi dan akan menjadi bumerang bagi pesilat tersebut sebagaimana istilah berikut ini “apabila dalam sebuah pertarungan kita masih mencelakakan lawan, itu artinya kita masih harus belajar kembali.”

2. Laer Aisan

Laer Aisan (banyak pertimbangan untuk mengambil keputusan yang tepat) dalam

menghadapi lawan menyerang maka harus diterima terlebihdahulu dengan tenaga Madi layaknya kita sedang menerima tamu, artinya lawan yang menyerang tersebut sudah dianggap sebagai tamu yang harus diterima baik dengan hati berbaik sangka dan setelah itu oleh kaidah Sabandar kemudian mempertimbangkan keputusan yang tepat atau Kari.

3. Wijaksana

(17)

17 oleh Tuhan berdasarkan kemampuan yang berbeda-beda dan tidak ada manusia yang sempurna, sehingga tidak boleh bersikap diskriminatif.

4. Depe-depe Handap Asor

Depe-depe Handap Asor (rendah hati dan halus budi pekertinya). Khusus dalam Maenpo Cikalong teknik memakai tenaga halus (bukan lemah) ini salah satu ciri orang yang merendah, dengan memakai tenaga halus atau kosong seseorang akan leluasa bergerak, berbeda dengan tenaga berat yang terlihat kokoh namun sulit untuk bergerak.

5. Tungkul ka Jukut Tanggah ka Sadapan.

Tungkul ka Jukut Tanggah ka Sadapan (melihat ke bawah dan melihat ke atas). Falsafah ini terdapat dalam jurus masagikeun yaitu dalam menjalani kehidupan seseorang harus banyak melihat kebawah dimanapun dan kapanpun sehingga selalu menghasilkan rasa syukur atas segala yang telah didapatkan serta melihat ke atas dalam hal memperbaiki kualitas diri agar lebih maju.

6. Sauyunan.

Sauyunan (sifat saling tolong menolong) dalam kehidupan sehari-hari diperlukan sifat saling tolong menolong, hablum minannas, hubungan silahturahmi antar sesama manusia yang harmonis.

7. Hirup Tawakal

Hirup tawakal (hidup mandiri) setiap orang dalam menjalani hidup harusnya dengan mandiri tanpa selalu mengharapkan bantuan dari orang lain agar tidak menyusahkan orang lain.

8. Gelut jeung diri Sorangan

Gelut jeung diri Sorangan (musuh pertama adalah diri kita sendiri) dalam menghadapi lawan seseorang harus dapat menahan emosi diri sendiri terlebih dahulu setelah itu baru melaksanakan tujuan yang lainnya. (h. 31)

(18)

18 II.8 Kuesioner

Untuk melihat respon dari target audience dilakukan penyebaran kuesioner di Jawa Barat tepatnya di Bandung dan di Cianjur yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi sejauh mana pandangan masyarakat yang ada di Cianjur dan Masyarakat Jawa Barat pada umumnya. Dalam format kuesioner, digunakan bentuk pertanyaan tertutup. Berupa responden hanya memilih ya atau tidak. Dari 60 responden yang berasal dari Cianjur dan Jawa Barat pada umumnya didapatkan data sebagai berikut:

Gambar II.13 Diagram Data responden kuesioner Sumber : Dokumentasi Pribadi (2015)

Umur : >16 tahun s/d <69 tahun Pendidikan : SMP s/d Sarjana

Perbandingan antara Masyarakat Cianjur dan Jawa Barat

Apakah Anda mengetahui Silat Cikalong?

Gambar II.14 Diagram Data pertanyaan kuesioner 1 Sumber : Dokumentasi Pribadi (2015)

(19)

19 Apakah anda mengetahui Sejarah Silat Cikalong?

Gambar II.15 Diagram Data pertanyaan kuesioner 2 Sumber : Dokumentasi Pribadi (2015)

Apakah Anda mengetahui Falsafah gerakan silat Ciakong?

Gambar II.16 Diagram Data pertanyaan kuesioner 3 Sumber : Dokumentasi Pribadi (2015)

Apakah Anda Mengetahui Istilah Maenpo?

Gambar II.17 Diagram Data pertanyaan kuesioner 4 Sumber : Dokumentasi Pribadi (2015)

(20)

20 Menurut Anda apakah istilah silat dan maenpo itu sama?

Gambar II.18 Diagram Data pertanyaan kuesioner 5 Sumber : Dokumentasi Pribadi (2015)

Apakah Anda setuju bahwa masyarakat kini lebih menyukai kebudayaan asing?

Gambar II.19 Diagram Data pertanyaan kuesioner 6 Sumber : Dokumentasi Pribadi (2015)

Apakah Anda tertarik untuk mengetahui aspek sejarah dan falsafah gerakan silat cikalong agar diterapkan dalam kehidupan sosial?

Gambar II.20 Diagram Data pertanyaan kuesioner 7 Sumber : Dokumentasi Pribadi (2015)

(21)

21 Apakah anda setuju jika pengenalan silat cikalong melalui media audio visual?

Gambar II.21 Diagram Data pertanyaan kuesioner 8 Sumber : Dokumentasi Pribadi (2015)

Apakah Anda setuju jika pengenalan sejarah dan falsafah silat cikalong menggunakan media film dokumenter?

Gambar II.22 Diagram Data pertanyaan kuesioner 9 Sumber : Dokumentasi Pribadi (2015)

Dari data kuesioner maka dapat disimpulkan, masyarkat Jawa Barat sudah banyak yang mengetahui tentang Maenpo Cikalong tetapi kurang mengetahui pada aspek sejarah dan falsafah Maenpo Cikalong. Sebagian besar masyarakat Jawa Barat tertarik untuk mengetahui tentang aspek sejarah dan falsafah Maenpo Cikalong melalui media audio visual yang dapat dengan mudah dipahami.

II.9 Segmentasi Audien

Konsep segmentasi memiliki peranan penting dalam memahami audien. Menurut Morisan (2008) “segmetasi pasar audien adalah suatu konsep yang sangat penting

(22)

22 dalam memahami audien penyiaran dan pemasaran program” (h.167). Pada dasarnya segmentasi audien terdiri dari segentasi geografis, deografis, dan psikografis.

Menurut Morisan (2008) “segmentasi audien berdasarkan demografis pada dasarnya adalah segmentasi yang didasarkan pada peta kependudukan, misalnya: usia, jenis kelamin, besarnya anggota keluarga, pendidikan tertinggi yang dicapai, jenis pekerjaan konsumen, tingkat penghasilan, suku, agama, dan sebagainya” (h.170). Berdasarkan segmentasi audien demografis perancangan media informasi Maenpo Cikalong adalah sebagai berikut:

 Usia : Remaja akhir (18-21 Tahun)

Dewasa Awal (20-24 Tahun) Dewasa Pertengahan (25-30 Tahun)  Jenis Kelamin : Laki-laki dan wanita

 Pekerjaan : Pekerjaan pada kelas menengah keatas (Mahasiswa,

manajer tingkat menengah, guru, manajer junior, pengawas, pelajar, karyawan kantor, suster, dll  Pendidikan : SMA, Mahasiswa

(23)

23 Pembagian segmentasi audien berdasarkan geografis. Menurut Morisan (2008) “segmentasi ini membagi-bagi khalayak audien beberapa unit geografis yang berbeda yang mencakup suatu wilayah Negara, provinsi, kabupaten, kota hingga ke lingkungan perumahan” (h.176). Agar perancangan media informasi Maenpo Cikalong ini terfokus maka dibuat segmentasi audien berdasarkan segmentasi geografis sebagai berikut:

 Target Primer : Jawa Barat  Target Sekunder : Indonesia

Segmentasi psikografis menurut Morisan (2008) “segmentasi berdasarkan gaya hidup dan kepribadian manusia” (h.177). Segmentasi psikografis untuk perancangan media informasi Maenpo Cikalong adalah:

 Kelas Sosial : Menengah keatas

 Gaya hidup : Menyukai inovasi, Proaktif, Mudah menerima gagasan-

gagsan baru, ambisius, senang nonton.

II.10 Solusi

(24)

24 BAB III

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

III. 1 Strategi Perancangan

Strategi perancangan berasal dari dua kata yaitu “strategi” dan “perancangan”. Strategi adalah pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksanaan gagasan, perencanaan, dan eksekusi sebuah aktivitas dalam kurun waktu tertentu. Sedangakan perancangan adalah langkah pertama dalam fase pengembangan rekayasa produk atau sistem. Jadi strategi perancangan adalah sebuah proses untuk mencapai sebuah tujuan dengan cara menganalisa, menilai, memperbaiki dan mengeksekusi sebuah topik permasalahan.

Adapun tujuan dari perancangan yang ingin dicapai adalah sebagai berikut:

a. Mengenalkan sejarah Maenpo Cikalong yang merupakan salah satu kesenian beladiri khas Cianjur yang berakah dari kebudayaan sunda kepada masyarakat Jawa Barat khususnya para remaja.

b. Menginformasikan falsafah Maenpo Cikalong yang dapat dijadikan salah satu konsep ideal dalam kehidupan.

c. Mempermudah target audiens untuk mengenal salah satu kebudayaan yang dimiliki Indonesia.

d. Untuk membangkitkan kembali gairah akan mencintai kebudayaan Indonesia e. Untuk memotivasi generasi muda dalam menjalani kehidupan bersosialnya

agar lebih baik melalui ajaran-ajaran leluhur yang terdapat dalam gerakan Maenpo Cikalong.

f. Menjaga nilai-nilai leluhur yang terdapat dalam gerakan Maenpo Cikalong agar tidak dilupakan.

III.1.1 Pendekatan Komunikasi

(25)

25 bahasa yang semua target audein mengerti. Strategi komunikasi yang akan dilakukan melalui media yang tepat dan dapat menjawab semua permasalahan untuk mencapai tujuan. Strategi yang dilakukan yaitu menghadirkan nara sumber yang dapat menjabarkan secara historis sejarah Maenpo Cikalong dan menginformasikan falsafah gerakan Maenpo Cikalong. Target audiens diajak memahami sebuah nilai-nilai leluhur yang terdapat dalam gerakan bela diri Maenpo Cikalong yang dijadikan falsafah kehidupan masyarakat Cianjur dalam menjalankan kehidupannya dengan cara membangkitkan emosi melalui pendekatan visual dan bahasa yang mudah dipahami dan dimengerti oleh masyarakat khususnya para remaja. Pendekatan komunikasi dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan yaitu pendekatan verbal dan pendekatan non verbal.

a. Pendekatan verbal

Berdasarkan target audien yang sudah ditentukan yaitu remaja maka bahasa yang digunakan pada narasi menggunakan bahasa Indonesia dengan struktur bahasa baku dan pada narasumber menggunakan bahasa Indonesia tetapi diselipkan bahasa sunda karena falsafah-falsafah Maenpo Cikalong menggunakan bahasa sunda. Diharapkan apabila komunikasi disampaikan dengan menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa sunda dapat dimengerti oleh berbagai kalangan masyarakat dan tetap menjaga keaslian nilai-nilai luhur yang ada dalam Maenpo Cikalong.

b. Pendekatan Non Verbal

Dalam pendekatan komunikasi non verbal terbagi menjadi dua jenis, yaitu visual dan suara atau musik.

1. Visual

(26)

26 Gambar III.1 Gua Jelebur tempat pertapaan raden Jayaperbata

Sumber : www.google.com/2010/10/gua-jelebur-cikalong-cianjur (30 Maret 2015)

Sedangkan pada aspek falsafah akan ditampilkan bagaimana gerakan Maenpo Cikalong dan bagaimana falsafah Maenpo Cikalong diterapkan dalam kehidupan masyarakat Cianjur menggunakan pendekatan emosional melalui proses bagaimana mencapai kondisi ideal menjadi masyarakat yang menerapkan falsafah Maenpo Cikalong.

Gambar III.2 gerakan Maenpo Cikalong

Sumber : www.padepokansilat.com/maenpocikalong-jpg (10 April 2015)

2. Suara atau musik

(27)

27 khususnya masyarakat Cikalong Cianjur. Selain itu akan dimunculkan musik-musik yang dapat memotivasi sehingga dapat meningkatkan emosional target audien.

Musik yang dipakai dalam pembuatan film dokumenter Maenpo Cikalong ini yaitu pada animasi menggunakan musik epic emotional music. Musik ini dipilih karena memiliki karakter musik yang pas untuk dijadikan opening karena memiliki tempo cepat yang akan memeberikan semangat. Pada kehidupan sosial musik yang digunakan yaitu white angle dari florian blur dan the waiting game dari Empire Syindicate musik ini dipilih karena memunculkan kesan dramatis sesuai dengan visual yang ditampilkan. Pada scene pertarungan pengaplikasian jurus-jurus Maenpo Cikalong menggunakan musik burial buncelik dari karinding attack. Musik ini dipilih karena dapat mewakili unsur tradisional yang telah

dimodifikasi secara modern sehingga sesuai dengan target audien. Sedangkan pada End credit menggunakan music Tanah Airku yang dibawakan oleh Addie Ms dan Prague Symphony Orcestra jenis musiknya berupa instrumental. Tujuannya adalah untuk lebih menekankan pada emosi penonton untuk lebih bangga dan mencintai Tanah Air Indonesia.

III.1.2 Strategi Kreatif

(28)

28 III.1.3 Strategi Media

Strategi media yang dugunakan meliputi dua jenis media, diantaranya: 1. Media Utama

Pada pemilihan media utama sangat berpengaruh terhadap tujuan yang akan dicapai. Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan diperlukan sebuah media informasi audio visual. Melihat target audien yang masih remaja maka dipilihlah media audio visual berupa film dokumenter. Keberhasilan film dokumenter dalam menyampaikan pesan atau informasi seperti dalam film Forging a Katana Japanese Samurai.

Gambar III.3 Screenshoot scene film Forging a Katana Japanese Samurai Sumber : www.youtube/nationalgeographic (15 Juni 2015)

Media film dipilih karena dapat mengkomunikasikan gerakan dan emosi sehingga informasi yang disampaikan akan mudah dipahami oleh target audien dan kecenderungan untuk mempengaruhi target audien sangat tinggi.

(29)

29 Maenpo Cikalong akan dijelaskan oleh guru padepokan silat tradisional Maenpo Cikalong dan akan dilengkapi dengan visual bagaimana pengaplikasian falsafah tersebut dalam kehidupan sosial masyarakat Cianjur.

2. Media Pendukung

Selain media utama ada juga media pendukung. Media pendukung berfungsi sebagai sarana mempromosikan media utama, sifatnya sebagai penunjang melengkapi serta mempermudah penyampaian informasi kepada target audiens. Media pendukung dalam perancangan film dokumenter ini yaitu:

1. CD Kemasan

Media informasi ini akan dikemas dengan semenarik mungkin sehingga dalam penggunaannya akan menarik target audiens. Pada kemasan akan menggunakan bahan kayu karena agar terlihat natural dan tradisional. Selain itu kayu juga memiliki keunikan tersendiri.

Gambar III.4 Desain kemasan

Sumber : www.google/cdpackagingdesign (15 Juni 2015)

2. Poster

(30)

30 yaitu poster untuk ditayangkan pada acara televisi di kompas TV JABAR dan akan ditayangkan pada acara pasanggiri Maenpo di Cianjur.

Dalam proses pembuatan poster dilakukan beberapa tahapan diantaranya menentukan konsep, ide dan studi visual. Konsep dalam pembuatan poster ini yaitu bagaiman menampilkan visual yang dapat mewakili visual Maenpo Cikalong, maka dipilihlah bagaimana ciri khas dari gerkakan Maenpo Cikalong yang dapat mewakili keseluruhan gerkan Maenpo Cikalong. Idenya diperoleh dari bagaiman sikap siap ketika akan menghadapi lawan. Setelah itu dilakukan proses studi visual. Studi visual yang dilakukan melihat tugu Maenpo yang ada di Cikalong Cianjur. Setelah proses studi visual maka dihasilkan sebuah ide bagaimana konsep poster yang akan dibuat.

Gambar IV.5 Tugu Maenpo (Sumber : Pribadi)

3. Billboard

(31)

31 Gambar III.6 Billboard iklan layanan masyarakat

Sumber : www.sewatitikiklan.com/portofolio/2011 (15 Juni 2015)

4. Media Sosial

Selain menggunakan media cetak promosi akan dilakukan juga menggunakan jejaring sosial seperti Youtube, Facebook, dan Twitter. Pemilihan media sosial ini karena media sosial efektif untuk menyampaikan informasi. Selain itu melihat target audien remaja yang sangat dekat dengan media sosial.

Media sosial yang dipilih diantaranya: Youtube, Facebook, dan Twitter. Youtube dipilih karena dalam media sosial ini tren di kalangan remaja dan menjadi jejaring sosial terbesar dalam hal membagikan sebuah video.

Gambar III.7 tampilan Youtube

(32)

32 Pada saat ini jejearing yang tidak kalah eksisnya adalah Facebook, dalam Facebook dapat berkomunikasi dengan seluruh penduduk dunia berdasarkan hal tersebut maka jejaring sosial ini dipilih untuk mempromosikan media utama.

Gambar III.8 tampilan Facebook

Sumber : www.youtube.com/aflah7.wodpress (5 Juli 2015)

5. Mercendise

Media ini berguna sebagai alat promosi dan mercendise. Selain digunakan untuk mercendise, diharapkan target audien yang melihat ini timbul juga minat untuk mencari tahu lebih lanjut tentang promosi tersebut. Mercendise yang dibuat yaitu t-shirt, totebag, dan gantungan kunci.

Gambar III.9 Desain T-shirt

Sumber : www.google.com/dubai.sae.edu (5 Juli 2015)

(33)

33 Gambar III.10 Desain totebag

Sumber : www.google/totebsg-design (5 Juli 2015)

Media ini nantinya akan diaplikasikan oleh target audien di gantungan kunci kamar, kunci motor, dan lain-lain.

Gambar III.11 Desain gantungan kunci

Sumber : gustosign.com/lasercutgantungankunci (5 Juli 2015)

III.1.4 Distribusi Media

(34)

34 menjangkau target audien yang sudah ditentukan. Selain akan ditayangkan di televisi film dokumenter juga akan ditayangkan pada acara pasanggiri Maenpo pada tanggal 16 Maret 2016. Pasanggiri merupakan acara tahunan yang diadakan oleh pemerintah kabupaten Cianjur. Pasanggiri ini merupakan salah satu upaya pemerintah kabupaten Cianjur untuk melestarikan Maenpo di Cianjur

III. 2 Konsep Visual

Secara keseluruhan konsep film dokumenter ini menampilkan bagaimana sejarah dan falsafah Maenpo Cikalong yang diaplikasikan dalam kehidupan masyarakat Cianjur dengan mengkombinasikan unsur animasi dan real shoot.

III.2.1 Animasi

Pada animasi konsep yang digunakan adalah konsep visual yang bermuatan lokal seperti wayang golek secara gestural serta menggunakan teknik painting untuk memunculkan kesan modern karena berdasarkan pada target audien yang sudah ditentukan. Konsep animasi ini digunakan untuk menyampaikan informasi tentang Sejarah Maenpo Cikalong. Animasi ini memvisualkan suasana Cikalong Cianjur pada abad ke 19, suasana alam Cikalong yang terdiri dari sawah, pegunungan atau perbukitan. Tokoh pencipta Maenpo Cikalong yaitu Jayaperbata dan latar belakang kehidupannya, latar belakang terciptanya maenpo Cikalong serta bagaimana Maenpo Cikalong ini tercipta.

III.2.2 Real Shoot

(35)

35 Gambar III.12 pakaian tradisional dan menggunakan iket kepala khas sunda.

Sumber : www.sundaneseclothes.web.id (10 Juli 2015)

Bertujuan agar visual yang disajikan dapat mewakili aspek tradisional dan mencirikan karakteristik orang sunda. Sedangkan pada aspek falsafah Maenpo Cikalong yang diaplikasikan oleh masyarakat Cianjur yaitu melalui pendekatan pekerjaan dan kehidupan sosial masyarakat Cianjur seperti bertani, beribadah, bertambang serta memunculkan makanan khas Cianjur yaitu tauco.

(36)

36 Semua aspek itu dilakukan berdasarkan pendekatan emosional bagaimana proses mencapai kesempuranaan kondisi ideal hidup yang dihubungkan dengan falsafah yang ada pada Maenpo Cikalong.

Teknik yang digunakan dalam pengambilan gambar kehidupan sosial menggunakan konsep jurnalistik. Konsep jurnalistik adalah pengambilan gambar berdasarkan momen-momen yang dihasilkan dan memberikan kesan emosional yang kuat. Konsep jurnalistik ini sering digunakan dalam pembuatan film dokumenter. Seperti dalam film dokumenter SAMSARA karya Ron Flicker.

Gambar III.14 Screenshoot scene film SAMSARA Sumber : www.youtube.com/trilersamsara (10 Juli 2015)

Berdasarkan target audien visual yang disajikan harus menggunakan teknik yang sedang tren dikalangan remaja maka dipilihlah teknik timelaps. Timelaps adalah sekumpulan foto yang diambil dengan periode beraturan, kemudian disusun jadi klip video pendek. Penggunaan teknik timelaps pada film dokumenter seperti pada film Epic Java.

(37)

37 III.2.3 Komposisi

Menurut Excell (2013) “komposisi adalah seni menyusun elemen dalam frame yang membuat foto tampak enak dipandang” (h.81). Komposisi pengambilan gambar pada perancangan film dokumenter Maenpo Cikalong diantaranya komposisi Rule of Thrid, komposisi framing, dan lain-lain.

1. Komposisi Rule of Thrid

Menurut Excell (2013) “komposisi rules of thirds yaitu dengan membagi tiga bidang dalam frame secara horisontal dan vertikal. Titik-titik pertemuan garis vertikal dan horizontal yang melintas merupakan poin of power sebuah perspektif dalam sebuah pengambilan gambar” (h.146). Komposisi ini digunakan sebagai acuan untuk pengambilan gambar agar gambar yang dihasilkan bisa diterima oleh penonton.

Gambar III.16 Komposisi Rule of Thrid (Sumber : Pribadi)

2. Komposisi Framing

(38)

38 Intereset (POI) dalam posisi yang sedemikian rupa disertai elemen pendukung lain dalam setiap pengambilan gambar” (h.148).

Gambar III.17 Komposisi Framing (Sumber : Pribadi)

III.2.4 Teknik Pengambilan Gambar

Sudut pengambilan gambar akan memberikan kekuatan sebuah shot. Menurut Excell (2013) “Point of view ini akan menempatkan arah pandangan mata penonton sehingga apabila arah ini salah maka penonton akan mempunyai pandangan yang salah dari sebuah shot” (h.132). Teknik pengambilan gambar yang digunakan diantaranya:

1. Bird Eye View

(39)

39 Gambar III.18 Bird Eye View

(Sumber : Pribadi)

2. High Angle

Teknik ini yaitu sudut pengambilan dari atas objek sehingga kesan objek jadi mengecil. Menurut Excell (2013) “teknik pengambilan gambar ini mempunyai kesan dramatis, yakni nilai kerdil” (h.136).

Gambar III.19 High Angle (Sumber : Pribadi)

3. Low Angle

(40)

40 Gambar III.20 Low Angle

(Sumber : Pribadi)

4. Eye Level

Yaitu sudut pengambilan gambar sejajar dengan objek. Menurut Excell (2013) “hasilnya memperlihatkan tangkapan pandangan mata seseorang yang berdiri atau pandangan mata seseorang yang mempunyai ketinggian tubuh tepat tingginya sama dengan objek” (h.136).

Gambar III.21 Eye Level (Sumber : Pribadi)

III.2.5 Tipografi

(41)

41 karakter maenpo Cikalong yang lembut dan font Bangla Sangam MN pada informasi nama narasumber. Font ini dipilih karena diari segi keterbacaan sangat baik sekali.

Jenis font Akhenaton digunakan untuk judul film yang dikombinasikan dengan bentuk visual gerakan pesilat Maenpo Cikalon yang nantinya akan menjadi sebuah logo atau identitas film Maenpo Cikalong. Font ini dipilih karena memiliki kelenturan sesuai dengan karakteristik Maenpo Cikalong.

Gambar III.22 Font Akhenaton

Sumber : http://www.dafont.com/akhenton-download (15 Juli 2015)

Untuk credit title menggunakan jenis font Bangala sangan. Selain digunkan untuk credit title font ini juga digunakan pada judul yang digunakan pada tulisan “Cikalong” hal tersebut digunakan untuk menyeimbangkan karakter font “Maenpo” dan “Cikalong” agar terlihat seimbang.

Gambar III.23 font Bangla Sangam MN

Sumber : http://www.dafont.com/bangla-sangam-mt-download (15 Juli 2015)

III. 2.6 Logo

(42)

42 lain-lain. Secara visual logo ini diambil dari gambar gerakan pesilat Maenpo Cikalong yang kemudian disederhanakan menjadi menyerupai huruf “M”.

Gambar III.24 Salah satu gerakan Maenpo Cikalong Sumber : Silat Tradisional Maenpo Cikalong (2015)

Agar menjadi satu kesatuan identitas yang utuh maka ditambahkan font sehingga menjadi “Maenpo Cikalong”.

Gambar III.25 Identitas film Maenpo Cikalong (Sumber : Pribadi)

III.2.7 Warna

(43)

43 ketika tahap editing digunakan grading color atau color correction untuk mendapatkan warna yang sesuai dengan konsep yang telah dibuat. Pada film dokumenter ini warna yang digunakan adalah warna coklat bertujuan agar film ini memiliki karakter dan ciri khas yang berpegangan pada warna yang sesungguhnya di lapangan karena mengingat ini adalah film dokumenter. Berikut ini adalah acuan warna yang digunakan untuk grading color dan pembuatan media pendukung.

Gambar III.26 warna acuan desain (Sumber : Pribadi)

Selain digunakan sebagai warna acuan dalam desain media pendukung, warna ini juga berfungsi sebagai acuan dalam proses color grading.

Gambar III.27 sebelum dan sesudah di color grading (Sumber : Pribadi)

Penggunaan color grading dilakukan tidak terhadap keseluruhan scene dalam film tetapi ada bagian-bagian tertentu untuk memberikan kesan dramatis.

III.2.8 Ide Cerita

(44)

44 secara mendalam bagaimana falsafah Maenpo Cikalong diaplikasikan dalam kehidupan.

III.2.9 Film Statement

Maenpo merupakan salah satu keparipurnaan hidup masyarakat Cianjur yaitu ngaos, mamaos dan Maenpo. Dalam Maenpo terdapat nilai-nilai luhur yang dapat dijadikan konsep ideal kehidupan. Bagaimana menguak falsafah budi pekerti luhur yang ada pada gerakan Maenpo Cikalong yang mempengaruhi kehidupan masyarakat Cianjur dan berakar dari kebudayaan sunda.

III.2.10 Copywriting

Pada film dokumenter Maenpo Cikalong terdapat Tagline yaitu “Nilai Luhur Dalam Gerak Tempur”. Maksud dari tagline ini adalah bahwa Maenpo Cikalong bukan hanya mengajarkan menjadi pemenang dalam perkelahian tetapi lebih dari itu Maenpo Cikalong mengajarkan menjadi pemenang dalam kehidupan. Tagline ini digunakan untuk mempertegas bahwa dalam Maenpo Cikalong bukan hanya mengajarkan beladiri semata tapi terdapat nilai-nilai budi pekerti luhur.

III.2.11 Storyline

Storyline atau alur cerita yang akan dimunculkan dalam film dokumenter ini adalah sebagai berikut:

III.2.11.1 Animasi 1. Pengenalan Lokasi

2. Pengenala tokoh dan masa 3. Pengenalan konteks cerita

a. Ketertarikan tokoh terhadap seni bela diri

b. Selalu memenangkan pertarungan dan tidak terkalahkan c. Dibalik kemenangannya timbul pertanyaan didalam hatinya d. Jayaperbata melakukan perjalan panjang

(45)

45 III.2.11.2 Real shoot

1. Penerus Maenpo sekarang 2. H Aziz Asy’arie

3. Suasana latihan dipadepokan 4. Menjadi narasumber wawancara

5. Pengaplikasian jurus-jurus pada Maenpo ketika menghadapi lawan 6. Falsafah dalam Maenpo Cikalong

7. Falsafah Maenpo Cikalong diaplikasikan dalam kehidupan sosial

III.2.12 Storyboard

(46)

46 BAB IV

TEKNIS PRODUKSI DAN APLIKASI MEDIA

Dalam tahapan ini adalah tahapan akhir dari proses yang telah disusun sebelumnya atau final artwork. Dimana seluruh gagasan dan materi yang telah dikumpulkan sebelumnya akan diproses untuk menjadi sebuah tampilan yang diharapkan.

IV. 1. Media Utama

Media utama film dokumenter “Maenpo Cikalong” berdurasi tujuh belas menit mengangkat tema bagaiman sejarah dan falsafah Maenpo Cikalong yang diaplikasikan dalam kehidupan masyarakat Cianjur.

IV.1.1 Pra Produksi

Pada tahap ini merupakan proses awal dari pembuatan film documenter Maenpo Cikalong. Tahapan yang dilakukan yaitu: pengumpulan data, penyusunan naskah, pembuatan storyline, Pembuatan storyboard, pemilihan lokasi shooting, Pembuatan jadwal shooting, dan perlengkapan pengambilan gambar.

IV.1.1.1 Pengumpulan data

Ditahap awal pengumpulan data mutlak dilakukan. Pengumpulan data merupakan kegiatan mencari data dilapangan yang akan digunakan untuk menjawab permasalahan dan keputusan pembuatan media. Data diperoleh dari berabagai sumber seperti buku, kuesioner dan melakukan wawancara kepada guru padepokan-padepokan silat yang ada di Cianjur.

IV.1.1.2 Penyusunan naskah

(47)

47 IV.1.1.3 Pembuatan Storyline

Storyline merupakan inti dari sebuah naskah yang di ambil dari gagasan utama naskah tersebut yang dibuat seperti alur cerita.

Gambar IV.1 Storyline Film Dokumenter Maenpo Cikalong (Sumber : Pribadi)

IV.1.1.4 Pembuatan Storyboard

Storyboard merupakan naskah yang dibuat dalam bentuk serangkai gambar, yang seakan – akan memberikan gambaran nyata tentang naskah tersebut. Pada tahap ini perencanaan sudah menggambarkan urutan kejadian berupa kumpulan gambar dalam sketsa sederhana.

(48)

48 IV.1.1.5 Pemilihan lokasi shooting

Pemilihan lokasi shooting yang dipakai dalam film dokumenter Maenpo Cikalong ini adalah tempat perbukitan, padepokan silat, pekerjaan dan kehidupan sosial masyarakat Cianjur seperti bertani, beribadah, dan lain-lain.

Gambar IV.3 Bukit Grand Aquila (Sumber : Pribadi)

Pemilihan lokasi di Padepokan Silat Tradisional Maenpo Cikalong digunakan untuk shooting suasana latihan pesilat Maenpo Cikalong

(49)

49 IV.1.1.6 Pembuatan jadwal shooting

Setelah lokasi sudah ditentukan baru mencatat jadwal shooting. Jadwal shooting berfungsi untuk mencatat atau merencanakan jadwal shooting yang akan dilakukan dalam pembuatan film.

Gambar IV.5 Shot list dan shooting scedule Film Dokumenter Maenpo Cikalong

(Sumber : Pribadi)

IV.1.1.7 Perlengkapan pengambilan gambar

(50)

50 Gambar IV.6 Body kamera canon 5D mark II

Sumber : www.thephoblographer.com/wp-content/uploads/2013 (25 Juli 2015)

Jenis kamera yang digunkana yaitu canon 5D mark II. Kamera ini dipilih karena memiliki spesifikasi Model Type Full Frame Digital SLR, Max. Image Resolution 21.1 megapixels Sensor, 21.1 million effective pixels 36.0 x 24.0 mm CMOS sensor, 3:2 aspect ratio. Sehingga apabila digunakan untuk pengambilan gambar berupa video akan menghasilkan gambar yang bagus dan maksimal.

(a) (b) (c)

Gambar IV.7 (a) Samyang 14mm VDLR, (b) Canon 70-200 IS, (c) canon 24-105 Sumber : (a) http://www.tokocamzone.com/lensa-samyang-for-canon (5 Juli 2015) (b) http://www.tokocamzone.com/lensa-canon-70200-canon (5 Juli 2015)

(51)

51 Pemilihan lensa sangat berpengaruh terhadap gambar yang akan dihasilkan. Sehingga pada pemilihan lensa harus benar dan efektif. Pada pembuatan film dokumenter Maenpo Cikalong ini menggunakan tiga jenis lensa yang berbeda berdasarkan fungsinya, yaitu Lensa Samyang 14mm VDLR yang berfungsi untuk membuat gambar-gambar luas, Canon 70-200 IS yang berfungsi untuk mengambil gambar jauh, dan lensa 24-105 berfungsi untuk mengambil gambar-gambar yang standar.

Gambar IV.8 Camera movement

(Sumber : www. google.com/cameramovement-flycame-jpg)

(52)

52

(a) (b) (c)

Gambar IV.9 (a) Redhead (b) Kinoflo (c) LED

(Sumber :(a) http://www.cinelight.com/bmz_cache/image.700x550.jpg (5 Juli 2015) (b) http://www.aliexpress.com.com/ Kino-Flo -350x350.jpg (5 Juli 2015) (c) http://www.thefilmmakersworkshop.com /led-512-1_2_4.jpg 5 Juli 2015)

Dalam proses pengambilan gambar lighting memiliki peranan penting karena gambar yang dihasilkan akan lebih terlihat bagus. Lighting akan memberikan dimensi terhadap gambar. Sehingga digunakan beberapa jenis lighting yang berbeda menurut fungsinya yaitu redlamp yang berfungsi untuk mengahsilkan cahaya keras, kinoflo lighting digunakan untuk fill atau digunakan untuk cahaya dari depan dan LED digunakan untuk cahaya tambahan.

Gambar IV.10 Rode video mic

(Sumber : www. google.com/rode-video-mic)

(53)

53 dokumenter ini digunakan alat tambahan untuk mengasilkan suara yang bagus yaitu rode video mic. Alat ini dipilih karena cukup menghasilkan suara yang bagus dibandingkan dengan alat perekam suara yang dihasilkan oleh kamera bawaannya.

Gambar IV.11 Genset atau diesel (Sumber : www. google.com/jenset-firman)

Ketika proses pengambilan gambar diperbukitan yang jauh dari perdaban manusia, diperlukan sebuah alat tambahan. Alat ini akan menghasilkan listrik. Alat yang digunakan yaitu Genset Maestro MT 4000L yang berkapasitas menghailkan listrik 2000 watt. Sehingga lighting yang dibawa akan bisa dinyalakan.

IV.1.2 Produksi

Produksi adalah tahapan dimana proses melakukan shooting film dokumenter Maenpo Cikalong yang menerapkan ide dan konsep pengambilan gambar yang sudah di rancang pada saat pra produksi.

IV.1.2.1 Animasi

(54)

54 Gambar IV.12 Animasi Film Dokumenter Maenpo Cikalong

(Sumber : Pribadi)

IV.1.2.2 Shooting / proses pengambilan gambar

(55)
(56)
(57)

57 Gambar IV.13 Pengambilan gambar Film Dokumenter Maenpo Cikalong

(58)

58 IV.1.3 Paska produksi

Paska produksi itu adalah proses setelah dilakukannya proses produksi, misalnya proses editing. Setelah video diambil, video-video tersebut di edit agar menjadi satu kesatuan film yang utuh. Pada tahap produks pekerjaan yang dilakukan yaitu menyatukan video agar menjadi satu kesatuan, koreksi warna, memasukan musik, dan lain-lain.

Proses awal tahap editing dalam video ini adalah menggunakan Adobe Premier Pro. Untuk menggabungkan video satu dengan video yang lain sehingga menjadi satu kesatuan film utuh.

Gambar IV.14 Proses editing menggunakan Adobe Premier Pro (Sumber : Pribadi)

Pada perancangan film dokumenter Maenpo Cikalong sebagian scene menggunakan teknik timelaps. Proses editing timelaps menggunakan Adobe After Effect.

(59)

59 Pembuatan logo yang sekaligus digunakan menjadi judul dalam film dokumenter Maenpo Cikalong ini menggunakan adobe illustrator.

Gambar IV.16 Proses pembuatan judul menggunakan Adobe Ilustrator (Sumber : Pribadi)

IV. 2. Media Pendukung

Media pendukung merupakan media tambahan yang digunakan untuk membantu promosi media utama agar informasi yang diberikan lebih jelas. Dalam perancangan film dokumenter ini media pendukung yang dibutuhkan diantaranya:

1. CD Packaging

Gambar IV.17 desain CD kemasan (Sumber : Pribadi)

(60)

60 kemasan ini akan lebih kuat dan dapat melindungi isinya. Selain itu apabila ditinjau dari segi estetika akan memiliki kesan mewah, dan unik dibandingkan menggunakan kemsan CD yang biasa-bisa.

2. Poster

Dalam proses pembuatan poster menggunakan teknik fotografi bermain dengan highlight dan shadow dan digunakan latar disebuah perbukitan dengan pencahayaan yang sudah disesuaikan dan pengambilan gambar low angle untuk mendapatkan kesan dramatis sehingga dihasilkan sebuah poster film yang dapat mewakili film secara keseluruhan.

(61)

61 Spesifikasi dalam pembuatan poster yaitu ukuran 46 cm X 61 cm. Menggunakan cetak separasi full color. Bahan kertas yang digunakan yaitu art paper 240 gr.

3. Billboard

Billboard adalah papan iklan yang berukuran besar yang biasanya dipasang lokasi dekat pusat-pusat keramaian dan di tengah atau di pinggir jalan raya. Ukuran dari billboard adalah 6m X 12m.

(62)

62 Bidang Board / Panelboard Sebagai panel peletakan visual MMT / Vynil

- Bahan dasar plat aluminium 1,2 mm - Rangka board besi stall/hollo 30/30 mm - Cat dan menie

Bidang Konstruksi / Kerangka Konstruksi - Besi Siku 40/40

Tiang Konstruksi - Besi pipa diameter 16" Pondasi

- Pondasi beton bertulang Lampu Frontlite

- Lampu Merek SLAST 400 Watt

(63)

63 4. Media sosial

Pada Youtube akan di upload triler dari film dokumenter Maenpo Cikalong nantinya target audien akan mengetahui informasi kapan diayangkannya film tersebut.

Gambar IV.21 Tampilan Youtube (Sumber : Pribadi)

Panepage Twitter akan digunkana untuk mempromosikan bahwa adanya informasi penayangan film dokumenter di Kompas TV dan diarahkan untuk melihat trilernya di Youtube.

(64)

64 Facebook juga akan digunakan untuk mempromosikan media utama dan bersifat mengarahkan target audien untuk membuka triler di Youtube.

Gambar IV.23 Tampilan facebook (Sumber : Pribadi)

5. Mercehendise

Merchendise akan dibagikan pada saat acara pasanggiri Maenpo yang dilaksanakan oleh pemerintah Kabupaten Cianjur.

Gambar IV.24 desain t-shirt (Sumber : Pribadi)

(65)

65

Gambar IV.25 desain totebag (Sumber : Pribadi)

Format media: Format: landscape - Material , bahan: semi kanvas, Teknis produksi: sablon

Gambar IV.26 desain gantungan kunci (Sumber : Pribadi)

Format media: Ukuran: 6cm x 4cm, Format: landscape, Material bahan: kayu, Teknis produksi: laser cut engraving.

(66)

Laporan Pengantar Tugas Akhir

PERANCANGAN FILM DOKUMENTER MAENPO CIKALONG

DK 38315/Tugas Akhir Semester II 2014-2015

Oleh:

Ade Lukmanul Hakim 51911264

Program Studi Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(67)

viii DAFTAR GAMBAR

Gambar II.1 Foto Jayaperbata atau Ibrahim ... 9

Gambar II.2 Foto Para Pesilat Maenpo Cikalong ... 11

Gambar II.10 Jurus Kedelapan Jurus Tujuh ... 14

Gambar II.11 Jurus Kesembilan Serong ... 15

Gambar II.12 Jurus Kesepuluh Serut ... 15

Gambar II.13 Diagram data responden kuesioner... 18

Gambar II.14 Diagram data pertanyaan kuesioner 1 ... 18

Gambar II.15 Diagram data pertanyaan kuesioner 2 ... 19

Gambar II.16 Diagram data pertanyaan kuesioner 3 ... 19

Gambar II.17 Diagram data pertanyaan kuesioner 4 ... 19

Gambar II.18 Diagram data pertanyaan kuesioner 5 ... 20

Gambar II.19 Diagram data pertanyaan kuesioner 6 ... 20

Gambar II.20 Diagram data pertanyaan kuesioner 7 ... 20

Gambar II.21 Diagram data pertanyaan kuesioner 8 ... 21

Gambar II.22 Diagram data pertanyaan kuesioner 9 ... 21

Gambar III.1 Gua Jelebur tempat pertapaan Jayaperbata ... 26

Gambar III.2 Gerakan Maenpo Cikalong ... 26

Gambar III.3 Screenshoot Scene film Forging a Katana Japanese Samurai ... 28

Gambar III.4 Desain kemasan ... 29

Gambar III.5 Tugu Maenpo ... 30

Gambar II1.6 Billboard iklan layanan masyarakat ... 31

Gambar III.7 Tampilan Youtube ... 31

Gambar III.8 Tampilan Facebook ... 32

Gambar III.9 Desain T-shirt ... 32

Gambar III.10 Desain totebag ... 33

(68)

ix

Gambar III.12 Pakaian tradisional dan menggunakan iket kepala khas sunda ... 35

Gambar III.13 Kehidupan sosial masyarakat Cianjur ... 35

Gambar III.14 Screenshoot Scene film SAMSARA ... 36

Gambar III.15 Screenshoot Scene epic java ... 36

Gambar III.16 Komposisi Rule of Thrid... 37

Gambar III.17 Komposisi Framing ... 38

Gambar III.18 Bird Eye Level ... 39

Gambar III.24 Salah satu gerakan Maenpo Cikalong ... 42

Gambar III.25 Identitas film Maenpo Cikalong ... 42

Gambar III.26 Acuan warna desain ... 43

Gambar III.27 Sebelum dan sesudah di color grading ... 43

Gambar III.28 Storyboard film dokumenter Maenpo Cikalong ... 45

Gambar IV.1 Storyline Film Dokumenter Maenpo Cikalong ... 47

Gambar IV.2 Storyboard Film Dokumenter Maenpo Cikalong ... 47

Gambar IV.3 Bukit Grand Aquila ... 48

Gambar IV.4 Padepokan Silat Tradisional Maenpo Cikalong ... 48

Gambar IV.5 Shot list dan shooting scedule ... 49

Gambar IV.6 Body camera canon 5D mark II ... 50

Gambar IV.7 Lensa Samyang, Canon 70-200, Canon 24-105 ... 50

Gambar IV.8 Camera Movement ... 51

Gambar IV. 9 Redhead, Kinoflo, LED ... 52

Gambar IV.10 Rode VideoMic ... 52

Gambar IV.11 Genset atau Diesel ... 53

Gambar IV.12 Animasi Film Dokumenter Maenpo Cikalong ... 54

Gambar IV.13 Pengambilan gambar Film Dokumenter Maenpo Cikalong ... 57

Gambar IV.14 Proses editing menggunakan Adobe Premier Pro ... 58

Gambar IV.15 Proses editing menggunakan Adobe After Effect ... 58

Gambar IV.16 Proses pembuatan judul menggunakan Adobe Ilustrator ... 59

Gambar IV.17 Desain CD Kemasan ... 59

(69)

x

Gambar IV.19 Billboard film dokumenter Maenpo Cikalong ... 61

Gambar IV.20 Konstruksi Billboard ... 62

Gambar IV.21 Tampilan Youtube ... 63

Gambar IV.22 Tampilan Twitter ... 63

Gambar IV.23 Tampilan Facebook ... 64

Gambar IV.24 Desain T-shirt ... 64

Gambar IV.25 Desain totebag ... 65

(70)

vi DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

BAB II SEJARAH DAN FALSAFAH MAENPO CIKALONG II.1 Definisi Falsafah ... 6

II.7 Hubungan antara falsafah gerakan Maenpo Cikalong dengan kehidupan masyarakat Cianjur. ... 16

II.8 Kuesioner ... 18

II.9 Segmentasi Audien... 21

II.10 Solusi ... 23

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL III.1 Strategi Perancangan ... 24

(71)

vii

III.2.4 Teknik Pengambilan Gambar ... 38

III.2.5 Tipografi ... 40

(72)

66 DAFTAR PUSTAKA

A, M, Morissan. (2008). Menejemen Media Penyiaran. Jakarta: Prenada Media Group

Asy’arie. (2014). Silat Tradisional Silat Cikalong R. H. O. Soleh. Kaifa: Bandung Asy’arie. (2013). Silat Tradisional Silat Cikalong Gan Uweh. Kaifa: Bandung Darmawan, Deni. 2012. Pendidikan Teknologi Informasi dan Komunikasi,

Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Desmita. (2012). Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Effendy, Heru. (2009). Mari Membuat Film. Jakarta : Erlangga

Excell, Laurie. (2013). Komposisi. Jakarta: PT Elex Media Komputindo

Farid, Masdar. 2014. “Ngaos Mamaos Maenpo”. Expedisi VOl 8.

Hetti R. A. (2002). Mengenal Olahraga Beladiri Silat. Piramedia: Jakarta Koentjaraningrat. (2009). Pengantar Antropologi. Rineka Cipta: Jakarta Murhananto (1993). Menyelami Pencak Silat. PT Penebar Swadaya: Jakarta Notosoejitno. (1997). Khazanah Pencak Silat. Sagung Seto: Jakarta

Rahmat, Jalaluddin. (2009). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Smaldino, E, Sharon, dkk. (2011). Intructional Technology and Media for Learning, Jakarta Kharisma Putra Utama.

Stockman, Steve. (2014). How to Shoot Video That Doesn’t Suck. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta

Pustaka, Kajian. (2012). Pengertian sejarah dan unsur-unsur film. Tersedia dihttp://www.kajianpustaka.com/2012/10/pengertian-sejarah-dan-unsur-unsur-film.html . [10 April 2015]

Robo, Syarif. (2012). Jenis-jenis Media Informasi dan Manfaatnya. Tersedia di: http://iphect.blogspot.com/2012/05/jenis-jenis-media-informasi-dan.html. [9 April 2015]

(73)

iii KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt yang atas rahmat-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan tugas akhir ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, thabi’in dan kita selaku umat akhir zaman.

Tugas akhir ini berjudul “Perancangan Film Dokumenter Maenpo Cikalong”. Tugas akhir ini bertujuan sebagai media informasi mengenai eksistensi kesenian bela diri tradisional khas daerah Cianjur yaitu Maenpo Cikalong kepada masyarakat Jawa Barat yang gerakannya mencerminkan falsafah-falsafah masyarakat Cianjur sebagai suku Sunda dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

Urgensi penelitian ini bahwa Maenpo Cikalong dalam sejarah maupun falsafahnya memiliki nilai-nilai luhur yang harus diketahui oleh masyarakat Cianjur khususnya dan masyarakat Sunda yang ada di Jawa Barat umumnya, sehingga dengan mengetahui hal tersebut diharapkan pula dapat menjaga dan melestarikan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Maenpo Cikalong. Selain itu informasi-informasi mengenai Maenpo Cikalong disampaikan dalam bentuk yang dapat menarik minat para remaja khususnya yaitu dengan media film dokumenter sehingga dihasilkan suatu penyajian informasi mengenai unsur-unsur tradisional Maenpo Cikalong, namun dikemas dengan teknologi-teknologi modern.

Akhirnya, penulis berharap tugas akhir ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri umumnya bagi semua pihak.

Bandung, Agustus 2015

(74)
(75)

69 RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama : Ade Lukmanul Hakim

NIM : 51911264

Tempat/Tanggal Lahir : Cianjur, 19 Maret 1993

Jenis Kelamin : Laki - Laki

Agama : Islam

Tinggi Badan : 163 cm

Berat Badan : 53 kg

Alamat : Kp/Ds Purabaya Leles Cianjur

Hp : 085720532225

Email : adelukman_hakim@yahoo.com

DATA PENDIDIKAN

1. SDN Purabaya Cianjur 1999 – 2005 2. MTSN Tanggeung Cianjur 2005 – 2008

3. SMKN 2 Cilaku Cianjur (Jurusan Persiapan Grafika) 2008 – 2011 4. Universitas Komputer Indonesia 2011-sampai sekarang

PENGALAMAN KERJA

1. Kerja Praktek CV Acarya Media Utama, Bandung 2009 – 2010 2. Kerja Praktek di Authentic Photography dan Videography Bandung,

(76)
(77)

Gambar

Gambar IV.5 Tugu Maenpo
Gambar III.7 tampilan Youtube
Gambar III.11 Desain gantungan kunci  Sumber : gustosign.com/lasercutgantungankunci (5 Juli 2015)
Gambar III.13 Kehidupan sosial masyarakat Cianjur (Sumber : Pribadi)
+7

Referensi

Dokumen terkait

PERANCANGAN FILM DOKUMENTER KESENIAN TERBANG. DK 38315/Tugas Akhir Semester

Selain sebagai media informasi, film dokumenter ini bermanfaat untuk menyampaikan sebuah pesan tentang alat musik tradisional Karinding, secara lebih alami

Dampak positif dari implementasi filosofi hidup dalam kehidupan masyarakat Kampung Adat Cikondang adalah terjaganya keharmonisan dalam hubungan sosial, beragama

Studi ini bertujuan untuk lebih mengetahui tentang potensi dari kegiatan pasar tumpah yang ada di gasibu agar mampu menjadi peluang usaha bagi masyarakat dan

Media utama film dok umenter “kaulinan urang lembur” berdurasi lima belas menit mengangkat tema keberadaan permainan tradisional Sunda yang saat ini sudah jarang

dengan mengajak masyarakat bermain permainan tradisional, selain untuk mengenal dan melestarikan mereka juga mendapatkan kebutuhan biologis melalui penjualan

Dengan dibuatnya video dokumenter tentang autisme ini, harapannya bisa membantu masyarakat Indonesia untuk lebih mengenal dan memahami autisme. Masyarakat Indonesia perlu dibantu

Perencanaan dan Perancangan Balai Kesenian Tradisional Sebagai Wadah Pelestarian Budaya di Surabaya menerapkan desain tatanan lahan yang diambil dari salah satu kesenian tradisional