1 BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masalah
Dengan seiringnya perkembangan era globalisasi yang semakin cepat terutama di Jawa Barat membawa perubahan baik secara positif maupun negatif pada pola hidup, perekonomian, dan budaya. Himpitan ekonomi dan sedikitnya lapangan pekerjaan serta masih rendahnya kualitas pendidikan. sedangkan kebutuhan untuk hidup harus terus terpenuhi, oleh karena itu sebagian dari masyarakat mengambil jalan pintas untuk memenuhi kebutuhan hidup tanpa memikirkan akibatnya baik untuk diri sendiri maupun orang lain.
Human trafficking
merupakan sebuah bentuk perdagangan manusia modern.
Tidak hanya merampas hak asasi manusia sebagai korban, tetapi juga membuat
masyarakat rentan terhadap penganiayaan atau siksaan fisik dan kerja paksa. Hal
tersebut dapat menyebabkan trauma psikis, bahkan cacat dan kematian. Isu human
trafficking
(perdagangan manusia) sudah menjadi perhatian berbagai pihak dari
kancah internasional maupun dalam negeri. Modus kejahatan ini merupakan
tindak kejahatan yang menjadikan manusia sebagai komoditas perdagangan dan
merupakan pelanggaran hak asasi manusia.
Tidak ada satupun yang merupakan
sebab khusus terjadinya kasus human trafficking di Indonesia.
human trafficking
disebabkan oleh keseluruhan hal yang terdiri dari bermacam-macam kondisi serta
persoalan yang berbeda-beda.
2
provinsi yang rawan tindak kejahatan human trafficking, jumlah kasus human trafficking di Jawa Barat cukup tinggi, berdasarkan data yang tercatat di P2tp2a ( pusat pelayanan terpadu pemberdayaan perempuan dan anak ) Jawa Barat, dalam kurun waktu 4 tahun terjadi 222 kasus yakni sejak tahun 2010 hingga september 2013. Kurangnya pengetahuan dan penyebaran informasi tentang human trafficking membuat masyarakat rentan akan tindak kejahatan human trafficking dan kurang mengetahui bagaimana cara pelaku menjerat korbanya serta kemana masyarakat harus melaporkan tindak kejahatan human trafficking tersebut. Membuat penangganan akan kasus human trafficking semakin sulit.
I.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan penjabaran latar belakang masalah, ditemukan masalah yang muncul, yaitu : 1. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai human trafficking
2. Banyaknya hambatan dalam pemberantasan human trafficking.
I.3 Rumusan Masalah
Dari identifikasi masalah yang didapat, tentulah perlu adanya langkah penyelesaian masalah, langkah penyelesaian masalah yang telah dirangkum menjadi rumusan masalah yakni. Bagaimana cara mengolah dan menyebarluaskan informasi mengenai human trafficking dan modus pelaku dalam menjerat korbanya, sehingga dapat di konsumsi oleh masyarakat.
I.4 Batasan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka pembatasan masalah hanya pada definisi, bahaya dan modus human trafficking.
I.5 Tujuan Perancangan
Dalam Perancangan ini ada beberapa tujuan yang ingin dicapai yaitu :
1. Membantu mengurangi terjadinya kasus dan jatuhnya korban human trafficking khususnya di Jawa barat.
3 I.6 Manfaat Perancangan
Adapun manfaat dari perancangan ini yaitu:
1. Agar masyarakat lebih waspada juga mengetahui bahaya dan modus para pelaku human trafficking secara menyeluruh dan jelas.
4
BAB IIPERANCANGAN MEDIA INFORMASI MENGENAI MODUS DAN BAHAYA HUMAN TRAFFICKING
II.1 Pengertian Human Trafficking
Menurut Undang - Undang Republik Indonesia Bab I Pasal 1 Ayat 1 tentang pemberantasan tindak pidana perdagangan orang nomor 21 tahun 2007. Perdagangan Orang adalah :
a. Tindakan/Aktivitas
meliputi perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang.
b. Cara/Metode
yaitu dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang atau memberi bayaran atau manfaat, sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain tersebut, baik yang dilakukan di dalam negara maupun antar negara.
c. Tujuan/Maksud
yaitu untuk tujuan eksploitasi atau mengakibatkan orang tereksploitasi. Eksploitasi termasuk tapi tidak terbatas pada prostitusi, kerja paksa, perbudakan atau praktek-praktek yang serupa dengan perbudakan, kekerasan fisik, kekerasan seksual, penyalahgunaan organ reproduksi, atau perpindahan/transplantasi organ tubuh secara tidak resmi.
II.1.1 Pengertian Eksploitasi
5
II.1.2 Perbedaan Human Trafficking Dan Penyelundupan
Human trafficking berbeda dengan penyelundupan, pada penyelundupan biasanya orang – orang yang di selundupkan meminta bayaran dari para penyelundup, dalam kasus human trafficking umumnya terjadi penipuan sehingga korban tidak mendapatkan timbal balik apapun, dalam penyelundupan orang orang yang diselundupkan tidak diberi kewajiban apapun dalam arti datang ke tempat tujuan secara cuma - cuma, sedangkan korban human trafficking mengalami perbudakan yang merugikan saat sampai di tempat tujuan, umumnya korban human trafficking mudah terbujuk oleh janji- janji palsu para pelaku human trafficking. Beberapa pelaku biasanya menggunakan taktik – taktik manipulasi pada korbannya, diantaranya dengan intimidasi, rayuan, pengasingan, ancaman, penculikan, dan penggunaan obat – obatan terlarang. Tidak hanya merampas hak asasi manusia sebagai korban, tetapi juga membuat korbanya rentan terhadap penganiayaan atau siksaan fisik dan kerja paksa. Hal tersebut dapat menyebabkan trauma psikis, bahkan cacat dan kematian.
II.1.3 Fenomena Human Trafficking di Jawa Barat
berdasarkan data yang tercatat di P2tp2a ( Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak ) Jawa Barat, jumlah kasus human trafficking di Jawa Barat cukup tinggi, dalam kurun waktu 4 tahun terjadi 222 kasus yakni sejak tahun 2010 hingga september 2013. Dengan jumlah korban yang tercatat sebanyak 862 atau 22.77 % dari jumlah total dari semua provinsi yang berada di Indonesia. Dengan rincian jenis kelamin wanita sebanyak 70% dan pria sebanyak 30%.
II.1.4 Bentuk-Bentuk Modus Dan Contoh Kasus Human Trafficking
Kemenpppa (2008) memaparkan cara atau modus yang dilakukan oleh para pelaku untuk menjerat korbannya kedalam tindak kejahatan human trafficking (h.20). Adapun beberapa contoh bentuk dan modus human trafficking :
a. Kerja paksa seks
6
Gambar. II. 1. Pembebasan 28 ABG yang dijadikan PSK
Sumber: http://www.merdeka.com/peristiwa/lima-fakta-penyekapan-28-abg-yang-dijadikan-psk-taman-sari.html (Diakses pada 24 November 2014)
b. Bentuk lain dari pembantu rumah tangga
Calon korban dipaksa kedalam kondisi kerja yang sewenang – wenang seperti jam kerja yang sangat panjang disekap secara ilegal, upah yang tidak dibayar atau dikurangi, penyiksaan fisik maupun psikologis, pelecehan seksual, tidak diberi makanan atau kurang makanan, tidak diperbolehkan menjalankan agamanya dan diperintah untuk melanggar ajaran agamanya. Dokumen – dokumen yang dimiliki calon korban seperti paspor dan dokumen lainnya disita agar tidak bisa melarikan diri.
c. Bentuk lain dari kerja migran
Beberapa buruh migran dipaksa berkerja kedalam kondisi yang sewenang – wenangnya dan berbahaya dengan bayaran yang sedikit bahkan tidak mendapatkan bayaran sepeserpun. Banyak calon korban yang sengaja dijebak ditempat kerja melalui jeratan hutang.
Gambar. II. 2. Calon TKI ilegal.
7
d. Penari, penghibur & pertukaran budayaCalon korban dijanjikan berkerja sebagai duta budaya, penghibur, penyanyi dan sebagainya tetapi ketika mereka tiba ditempat tujuan untuk berkerja calon korban menjadi pekerja seks atau dieksploitasi secara seksual dengan kondisi kerja seperti perbudakan.
e. Pengantin pesanan
Para suami yang memesan memaksa istri – istri baru, berkerja untuk keluarga mereka dengan kondisi mirip perbudakan atau di paksa berkerja untuk industri seks
f. Buruh Dan Pekerja anak
Anak – anak yang dipaksa berkerja menjadi buruh, pengemis jalanan, tanpa mendapatkan perlakuan yang baik atau seperti kondisi perbudakan.
Gambar. II. 3. Para korban perbudakan di pabrik panci di Tangerang didampingi KontraS dan LPSK. Sumber:
http://www.voaindonesia.com/content/korban-perbudakan-di-pabrik-panci-tangerang-alami-trauma/1657509.html (Diakses pada 24 November 2014)
g. Penculikan & penjualan bayi
8
Gambar. II. 4. iklan penjualan bayi, tokobagus.com
Sumber: http://www.merdeka.com/peristiwa/ada-iklan-penjualan-bayi-tokobaguscom-akui-kecolongan.html (Diakses pada 24 November 2014)
h. Jeratan hutang
Beberapa korban diberikan pinjaman materil secara mudah dan dengan syarat – syarat tertentu yang memaksa orang / keluarga untuk terus menurus berkerja sebagai syarat pelunasan pinjaman tanpa mendapatkan perlakuan yang baik atau seperti kondisi perbudakan.
II.1.5 Pelaku
Menurut Rosenberg, (2003) Pelaku / Trafficker : Perdagangan orang melibatkan laki-laki, perempuan dan anak- anak bahkan bayi sebagai “korban”, sementara agen, calo, atau sindikat bertindak sebagai yang tempat hiburan adalah “pengguna” yang mengeksploitasi korban untuk keuntungan mereka yang seringkali dilakukan dengan sangat halus sehingga korban tidak menyadarinya. Termasuk dalam kategori pengguna adalah lelaki hidung belang atau pedofil yang mengencani perempuan dan anak yang dipaksa menjadi pelacur, atau penerima donor organ yang berasal dari korban perdagangan orang. Pelaku perdagangan orang Trafficker tidak saja melibatkan organisasi kejahatan lintas batas tetapi juga melibatkan lembaga, perseorangan dan bahkan tokoh masyarakat yang seringkali tidak menyadari keterlibatannya dalam kegiatan perdagangan orang, adapun perorangan maupun kelompok bisa di sebut sebagai pelaku apabila :
9
menempatkan mereka dalam pekerjaan yang berbeda atau secara paksa memasukkannya ke industri seks.
b. Agen atau calo-calo bisa orang luar tetapi bisa juga seorang tetangga, teman, atau bahkan kepala desa, yang dianggap Trafficker manakala dalam perekrutan mereka menggunakan kebohongan, penipuan, atau pemalsuan dokumen.
c. Aparat pemerintah adalah trafficker manakala terlibat dalam pemalsuan dokumen, membiarkan terjadinya pelanggaran dan memfasilitasi penyeberangan melintasi perbatasan secara ilegal.
d. Majikan adalah trafficker manakala menempatkan pekerjanya dalam kondisi eksploitatif seperti: tidak membayar gaji, menyekap pekerja, melakukan kekerasan fisik atau seksual, memaksa untuk terus bekerja, atau menjerat pekerja dalam lilitan utang.
e. Pemilik atau pengelola rumah bordil, berdasar Pasal 289, 296, dan 506 KUHP, dapat dianggap melanggar hukum terlebih jika mereka memaksa perempuan bekerja di luar kemauannya, menjeratnya dalam libatan utang, menyekap dan membatasi kebebasannya bergerak, tidak membayar gajinya, atau merekrut dan mempekerjakan anak (di bawah 18 tahun).
f. Calo pernikahan adalah trafficker manakala pernikahan yang diaturnya telah mengakibatkan pihak isteri terjerumus dalam kondisi serupa perbudakan dan eksploitatif walaupun mungkin calo yang bersangkutan tidak menyadari sifat eksploitatif pernikahan yang akan dilangsungkan.
10
h. Suami adalah Trafficker manakala ia menikahi perempuan tetapi kemudian mengirim isterinya ke tempat lain untuk mengeksploitirnya demi keuntungan ekonomi, menempatkannya dalam status budak, atau memaksanya melakukan prostitusi.
II.1.6 Dampak Human Trafficking Terhadap Korbanya
kemenpppa (2008) menjelaskan Human trafficking merupakan tindak kejahatan yang menyebabkan Para korban mengalami banyak perlakuan yang sangat mengerikan. Perdagangan manusia menimbulkan dampak negatif yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan para korbanya ( h.23) :
a. Dampak terhadap korban secara fisik : • Luka ringan hingga berat
• Cacat
• Kehamilan yang tidak dikehendaki
• Terkena penyakit menular, penyakit kelamin, HIV, AIDS • Kematian
• Hilang keperawanan
b. Dampak terhadap korban secara psikologis : • Rendah diri
• Merasa tidak berguna • Ketakutan yang berlebihan • Trauma
• Gangguan jiwa/stress • Terkucil dari masyarakat
II.1.7 Undang – Undang Pemerintah Mengenai Human Trafficking
a. Bagi pelaku
11
• BAB II tindak pidana perdagangan orangpasal 2
(1) Setiap orang yang melakukan perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan, penipuan,penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang atau memberi bayaran atau manfaat walaupun memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain, untuk tujuan mengeksploitasi orang tersebut di wilayah negara Republik Indonesia, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp.120.000.000,00 (seratus dua puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp.600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah).
(2) Jika perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan orang tereksploitasi, maka pelaku dipidana dengan pidana yang sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
b. Bagi korban dan saksi
Seperti yang tercantum pada Undang – undang Republik Indonesia nomor 21 tahun 2007 tentang pemberantasan tindak pidana perdagangan orang, BAB V perlindungan saksi dan korban
• BAB V perlindungan saksi dan korban Pasal 44
(1) Saksi dan/atau korban tindak pidana perdagangan orang berhak memperoleh kerahasiaan identitas.
(2) Hak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan juga kepada keluarga saksi dan/atau korban sampai dengan derajat kedua, apabila keluarga saksi dan/atau korban mendapat ancaman baik fisik maupun psikis dari orang lain yang berkenaan dengan keterangan saksi dan/atau korban.
• BAB V perlindungan saksi dan korban pasal 48
(1)
Setiap korban tindak pidana perdagangan orang atau ahli warisnya
berhak memperoleh restitusi.
(2)
Restitusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa ganti kerugian
atas:
12
b.
Penderitan
c.
Biaya untuk perawatan medis dan/ atau psikologis; dan/ atau
d.
Kerugian lain yang diderita korban sebagai akibat perdagangan
orang
•
BAB VII bagian kedua, peran serta masyarakat Pasal 60
(1)
Masyarakat berperan serta membantu upaya pencegahan dan
penanganan korban tindak pidana perdagangan orang.
(2) Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diwujudkan dengan tindakan memberikan informasi dan/atau
melaporkan adanya tindak pidana perdagangan orang kepada penegak
hukum atau pihak yang berwajib, atau turut serta dalam menangani
korban tindak pidana perdagangan orang.
II.1.8 Hambatan Pemberantasan HumanTrafficking
kemenpppa (2008) menjelaskan Upaya penanggulangan human trafficking dianggap tidak mudah karena dalam prosesnya mengalami berbagai hambatan ( h.28). yaitu antara lain:
a. Budaya masyarakat
Anggapan bahwa jangan terlibat dengan masalah orang lain terutama yang berhubungan dengan polisi karena akan merugikan diri sendiri, anggapan tidak usah melaporkan masalah yang dialami, dan lain sebagainya.
b. Aparat Penegak Hukum
penegakan hukum bagi korban Penyelesaian beberapa kasus mengalami kesulitan karena seluruh proses perdagangan dari perekrutan hingga korban bekerja dilihat sebagai proses yang kriminalisasi biasa.
c. Keterbatasan Informasi
13
trafficking baik dari segi cara pelaku menjerat korbannya maupun bahaya dan dampak yang di akibatkan oleh human trafficking.
II.1.9 Cara Mencegah Dan Menghindari Human Trafficking
kemenpppa (2008) menjelaskan Mengatasi perdagangan orang tidak hanya bisa dilakukan oleh tindakan perorangan tetapi juga membutuhkan perhatian dan dukungan dari semua lapisan masyarakat, pemerintah, dan sebagainya. ( h.28 ) :
a. Keluarga (penguatan fungsi keluarga, sehingga terbentuk keluarga harmonis).
b. Masyarakat agar lebih kritis dan waspada terhadap bujuk rayu yang menawarkan pekerjaan bagus, mudah dan dengan gaji besar.
c. Tekad aparat dan masyarakat untuk tidak memalsukan identitas/keterangan pribadi (misalnya memalsukan usia untuk menikah, bekerja atau alasan-alasan apapun).
d. Memastikan mengenai benar-benar tersedianya pekerjaan di daerah, dalam negeri maupun di luar negeri yang ditawarkan.
e. Kesadaran untuk tidak menelan mentah – mentah informasi yang diterima (termasuk dari perangkat desa, orang yang mengakuaku tokoh masyarakat/agama).
f. Segera melaporkan kepada pihak yang berwajib jika mengetahui adanya indikasi perdagangan orang.
• Adapun alur penanganan terhadap kasus atau pelaporan mengenai kasus
14
Tabel. II. 1. Alur penanganan kasus human trafficking
Sumber : Buku Pegangan Pemberantasan Perdagangan Orang. Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan 2008 (h.30).
g. Pemberian sangsi terhadap aparat yang mendiamkan/membantu pihak-pihak yang memalsukan dokumen akan terkena sangsi sangat berat.
Penegakan hukum.
h. Pencerahan oleh tokoh masyarakat dan tokoh agama akan dampak negatif dari norma-norma sosial yang berlaku di daerah setempat.
II.2 Analisis Masalah
15
Tabel. II. 2. Hasil responden berdasakan sumber informasi mengenai Human trafficking Sumber : Pribadi ( 2014 )
Tabel. II. 3. Hasil responden berdasakan pengetahuan mengenai Human trafficking Sumber : Pribadi ( 2014 )
17%
53% 30%
Data darimana responden mengetahui
mengenai Human trafficking
Iklan pemerintah, brosur, DSB internet perbincangan mulut ke mulut
50%
10% 40%
Data pengetahuan responden
mengenai Human trafficking
16
Tabel. II. 4. Hasil responden berdasakan kepedulian responden untuk melaporkan tindak kejahatan Human trafficking
Sumber : Pribadi ( 2014 )
Tabel. II. 5. Diagram pengetahuan responden mengenai modus Human trafficking Sumber : Pribadi ( 2014 )
II.3 Solusi
Suatu perancangan tentunya pada dasarnya dilakukan untuk memecahkan suatu permasalahan, sehingga di buatlah suatu perancangan yang bertujuan untuk memecahkan permasalahan tersebut dan memberikan solusi untuk permasalahan yang ada. Begitu pun dengan perancangan media informasi ini, berangkat dari permasalahan yang ditemukan yakni mengenai kurangnya penyebaran informasi mengenai human trafficking yang beredar di masyarakat, sehingga pengetahuan dan kewaspadaan akan human trafficking di
67% 33%
kepedulian responden untuk
melaporkan tindak kejahatan Human
trafficking
Melaporkan diam karena takut
30%
10% 60%
Data pengetahuan responden
mengenai modus Human trafficking
17
masyarakat kurang. Padahal permasalahan mengenai human trafficking membawa dampak yang sangat membahayakan bagi masyarakat khususnya pada korban – korbanya.
18
BAB IIISTRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL
III.1 Target Audiens
Adapun pilihan target audiens dari perancangan media informasi mengenai bahaya dan modus human trafficking dari segi demografis, geografis, dan psikografis sebagai berikut:
a. Demografis
• Gender : pria dan wanita • Usia : 15 - 27 tahun
• Pendidikaan : SMP, SMA / SMK
• Tingkat perekonomian : Menengah sampai menengah kebawah
b. Geografis (Berdasarkan Lokasi) • Wilayah Jawa Barat dan sekitarnya.
c. Psikografis (Karakter / Sifat)
• Orang yang senang menambah pengetahuan atau wawasan
III.2 Strategi Perancangan
Strategi perancangan yang akan dibangun dalam perancangan media informasi mengenai bahaya dan modus human trafficking meliputi target audien seperti yang sudah diuraikan sebelumnya. Sehingga perancangan ini diharapkan mampu mengenai target dengan tepat, oleh karena itu diperlukanlah strategi pendekatan secara komunikasi, kreatif dan media. agar dapat memperluas pengetahuan audiens, serta memberikan wawasan tentang bahaya akan tindak kejahatan human trafficking bagaimana modus pelaku dalam menjerat korbannya juga untuk meningkatkan kewaspadaan supaya tindak kejahatan human trafficking dapat dihindari.
III.2.1 Pendekatan Komunikasi
19
III.2.1.1 Tujuan KomunikasiUntuk memberikan informasi kepada seluruh target audiens mengenai human trafficking, bahaya dan bagaimana pelaku menjerat korbannya kedalam tindak kejahatan human trafficking
III.2.1.2 Pendekatan Visual
pendekatan secara visual yang akan di tampilkan adalah kesan yang sederhana, yang dibuat semenarik mungkin agar audiens tidak jenuh pada saat melihat tampilan secara visual . Sehingga diharapankan dapat menghasilkan sebuah hasil yang baik dan menarik bagi audiens.
III.2.1.3 Pendekatan Verbal
Penyampaian informasi dalam media booklet ini berupa visual yang menarik dan dibuat dengan menggunakan bahasa Indonesia yang biasa digunakan dalam aktifitas sehari – hari khususnya di Jawa Barat, dengan tujuan agar mudah dipahami dan dimengerti oleh semua audiens
III.2.2 Strategi Kreatif
Strategi kreatif yang digunakan ini yaitu dengan memberikan informasi mengenai human trafficking, yang di sampaikan secara sederhana tanpa mengurangi informasi yang ingin disampaikan, dengan memadukan fotografi sebagai penyampaian pada setiap subjudul, serta disisipkan beberapa tips – tips mengenai menghindari human trafficking dengan tujuan agar pembaca menjadi lebih waspada terhadap human trafficking, dengan tujuan agar pesan yang disampaikan kepada audiens lebih menarik dan bisa dipahami dengan adanya konsep ini.
III.2.3 Strategi Media
Strategi media berfungsi untuk membatasi media yang akan digunakan dalam perancangan media informasi tentang human trafficking dengan pertimbangan yang disesuaikan dengan target yang dituju.
III.2.3.1 Definisi media informasi a. Pengertian media
20
dapat diartikan sebagai perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan.
b. Pengertian informasi
Pengertian informasi menurut Jogiyanto HM., (1999: 692), “Informasi dapat didefinisikan sebagai hasil dari pengolahan data dalam suatu bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi penerimanya yang menggambarkan suatu kejadian – kejadian (event) yang nyata (fact) yang digunakan untuk pengambilan keputusan”
III.2.3.2 Jenis – Jenis media informasi
Berikut ini adalah beberapa jenis media informasi, yaitu :
a. Media cetak
Media cetak adalah sebuah media penyampaian informasi yang memiliki manfaat dan terkait dengan kepentingan rakyat banyak yang disampaikan secara tertulis seperti: Koran, Majalah, Poster dan sebagainya.
b. Media Elektronik
Media elektronik adalah sebuah media yang menyampaikan sesuatu, yang berbentuk elektronik. Contoh media elektronik, TV, radio, Komputer, dll. MediaElektronik biasanya digunakan untuk mengantikan penggunaan media kertas.
Adapun strategi media yang dirancang adalah sebagai berikut :
III.2.4. Media Utama
21
III.2.5 Media PendukungMedia pendukung merupakan media tambahan untuk mendampingai media utama. Bahkan dengan adanya media pendukung dapat menjadikan media utama lebih menarik bagi peminatnya. Berikut merupakan media utama yang akan digunakan :
a. Poster
Media ini berfungsi sebagai media pendukung penyebaran informasi yang terdapat pada media utama.
b. Sticker
Digunakan sebagai media pendukung yang bisa di tempel dimana saja sebagai bentuk penyebar kewaspadaan terhadap tindak kejahatan human trafficking.
c. Flyer
Media ini berfungsi sebagai media pendukung penyebaran informasi yang terdapat pada media utama.
d. T- shirt
Digunakan sebagai media pendukung yang dipakai pada saat penyebaran media utama kepada audiens oleh penyebar.
e. Xbanner
Digunakan sebagai media pendukung pada saat penyebaran informasi dan untuk mengundang daya tarik lebih.
f. Brosur
Media ini berfungsi sebagai media pendukung penyebaran informasi yang terdapat pada media utama.
III.2.6 Strategi Distribusi
22
penyalur media informasi tersebut. Dan sebagai sarana pendukung dalam proses sosialisasi yang di lakukan P2TP2A Jawa Barat dalam menaggulangi human trafficking .
•
Lokasi penyebaran
: Kantor dinas tenaga kerja dan transmigrasi,
Rumah sakit umum, Kantor imigrasi, Sarana publik seperti : Terminal,
Pusat perbelanjaan. Khususnya yang berada di daerah Jawa Barat.
• Waktu dan penyebaran media :
Tabel III. 1. Waktu penyebaran media Sumber : Pribadi ( 2014 )
III.3 Konsep Visual
Konsep visual yang ditampilkan dalam media informasi booklet ini memanfaatkan teknik perancangan dengan memadukan konsep fotografi dan penempatan tipografi yang di padukan dengan illustrasi sebagai latar. yang dikemas secara sederhana. Bentuk dan pesan secara visual menggunakan penggayaan dengan keselarasan tema yang kemudian akan dituangkan ke dalam bentuk buku yang menarik dan efektif, agar pesan dan informasi sampai kepada target audiens yang dituju.
III.3.1 Format Desain
23
Gambar III. 1. Format desain dan grid Sumber : Pribadi ( 2014 )
III.3.2 Tata Letak ( Layout )
Tujuan utama tata letak adalah menampilkan elemen visual yaitu gambar dan teks agar menjadi lebih komunikatif sehingga memudahkan audiens dalam menerima informasi yang diberikan. Dalam setiap media yang disusun selalu mengacu pada konsep awal yang memberikan kesan sederhana yang menarik juga informatif dan mudah dimengerti.
24
Gambar III. 3. Layout booklet pada isi bagian kemana anda harus melaporkan Sumber : Pribadi ( 2014 )
III.3.3 Tipografi
Tipografi adalah seni tentang aturan atau tata cara penggunaan huruf, kata, paragraf pada ruang – ruang yang tersedia untuk menciptakan kesan – kesan tertentu sehingga dapat menolong para pembaca agar lebih nyaman dan maksimal dalam membaca.
Pengunaan tipografi yang baik dalam media informasi ini sangatlah penting, terutama dalam tingkat keterbacaan sehingga informasi dapat dengan mudah diserap oleh pembaca. Oleh karena itu jenis huruf yang dipakai dalam media informasi ini menggunakan jenis juruf yang berkesan sederhana dan tegas, namun tingkat keterbacaannya jelas dengan mengunakan jenis huruf sans serif agar tidak terlalu formal bagi audiens.
Jenis huruf yang digunakan baik pada judul dan isi menggunakan jenis huruf sans serif . Sans serif adalah jenis huruf yang tidak memiliki kaki pada setiap ujungnya agar tidak berkesan formal menyesuaikan dengan target audiens.
a.
Huruf
Futura LT extrabold &
Huruf
Futura LT Light
25
Gambar III. 4. Huruf Futura LT extrabold Sumber : Pribadi ( 2014 )
Gambar III. 5. Huruf Futura LT Light Sumber : Pribadi ( 2014 )
b. Huruf Avernir Next Pro Regular
Jenis huruf ini diaplikasikan pada bagian isi sebagai bodyteks dengan menggunakan jenis huruf Avenir Next LT Pro Regular dengan ukuran 10pt.
Gambar III. 6. Huruf Avernir Next Pro Regular Sumber : Pribadi ( 2014 )
III.3.4 Illustrasi
26
Gambar III. 7. Kain batik daerah Garut
Sumber : www.enjoybatik.com (Diakses pada 18 November 2014)
Gambar III. 8. Gedung sate
27
Gambar III.9. Illustrasi Sumber : pribadi ( 2014 )
28
III.3.5 FotografiGaya fotografi yang digunakan pada media booklet ini menampilkan gaya fotografi yang sederhana dengan mengambil konsep fotografi hitam putih agar berkesan lebih dramatis yang disesuaikan dengan tiap bagian sub judul pada bagian isi.
Gambar III.11. Gaya fotografi yang menggambarkan korban human trafficking. Sumber : pribadi ( 2014 )
Gambar III.12. Gaya fotografi yang menggambarkan dampak human trafficking terhadap korbannya.
29
Gambar III.13. Gaya fotografi yang menggambarkan pelaku human trafficking. Sumber : pribadi ( 2014 )
III.3.6 Warna
Setiap warna memiliki karakteristik yang berbeda – beda, atau sifat yang berbeda. Warna memegang peran untuk lebih mempertegas dan memperkuat kesan atau tujuan dari sebuah desain. Dengan mempertimbangkan kesesuaian dan keharmonisan warna, maka menggunakan warna yang tidak terlalu banyak agar berkesan tidak terlalu ramai .
• Hitam : warna hitam di aplikasikan pada teks agar menambahkan ketegasan dan
keterbacaan teks.
• Putih: diaplikasikan pada background agar berkesan bersih dan rapih.
• Merah: diaplikasikan karena warna merah menandakan akan sesuatu yang
berbahaya.
• Kuning: diaplikasikan karena warna kuning menandakan waspada atau
30
Gambar III.14. Skema warna Sumber : Pribadi ( 2014 )
31
BAB IVTEKNIS PRODUKSI MEDIA
IV.1 Teknis Media
Dalam proses pembuatan media, dilakukan beberapa tahapan seperti :
• Tahapan sketsa
[image:31.595.155.473.298.527.2]Langkah awal dalam perancangan media ini dilakukan dengan membuat sketsa awal dan replika dari media tersebut untuk menentukan visual pada media.
32
• Tahapan eksekusi visual [image:32.595.167.459.176.394.2]Dalam tahapan ini dilakukan proses visualiasi yang meliputi gaya dan pewarnaan. Untuk penggambarannya mengunakan proses fotografi yang lalu diolah dengan mengunakan proses editing secara digital baik untuk perbaikan warna dan sebagainya dengan menggunakan software Picasa 3 .
Gambar IV. 2. Proses editing foto menggunakan software Picasa 3 Sumber : Pribadi ( 2014 )
[image:32.595.171.455.458.668.2]33
[image:33.595.184.477.160.382.2]dan illustrasi yang mengambil bentuk yang sudah ada yang nantinya disederhanakan dengan menggunakan gaya vector art dengan mengacu kepada konsep dan target audiens yang telah di tentukan melalui proses digital dengan mengunakan software Adobe Illustrator.
Gambar IV. 4. Proses editing visual menggunakan software Adobe Illustrator
Sumber : Pribadi ( 2014 )
Gambar IV. 5. Proses editing visual menggunakan software Adobe Illustrator
[image:33.595.163.462.461.688.2]34
• Tahapan perancangan [image:34.595.175.451.179.387.2]Merupakan tahapan dimana visual mulai diaplikasikan ke media utama dan pendukung. Dalam tahapan ini ditentukan pewarnaan, tata letak, tipografi, dan ukuran, yang akan digunakan dengan proses editing secara digital melalui software Adobe InDesign.
Gambar IV. 6. Proses editing visual dan tata letak menggunakan software Adobe InDesign
Sumber : Pribadi ( 2014 )
Gambar IV. 7. Proses editing visual dan tata letak menggunakan software Adobe InDesign
[image:34.595.185.441.469.656.2]35
• FinishingTahapan dimana media utama dan media pendukung siap untuk dicetak.
[image:35.595.184.443.179.352.2]IV.1.1 Media Utama 1. Booklet
Gambar IV. 8. Booklet bagian cover depan dan belakang Sumber : Pribadi ( 2014 )
Gambar IV. 9. Booklet bagian isi Sumber : Pribadi ( 2014 ) • Ukuran : 20 x 20 cm
[image:35.595.190.439.416.581.2]36
IV.1.2 Media Pendukung [image:36.595.186.454.141.532.2]1. Poster
Gambar IV. 10. Poster Sumber : Pribadi ( 2014 )
37
2. FlyerGambar IV. 11. Flyer Sumber : Pribadi ( 2015 )
• Ukuran : 14,8 cm x 21,0 cm (A5) • Teknik : Offset printing
38
3. X bannerGambar IV. 12. X-banner Sumber : Pribadi ( 2014 )
39
4. T-shirtGambar IV. 13. T - shirt Sumber : Pribadi ( 2015 )
• Ukuran : L
40
5. StickerGambar IV. 14. Stiker Sumber : Pribadi ( 2015 )
41
6. StickerGambar IV. 15. Stiker Sumber : Pribadi ( 2014 )
42
7. BrosurGambar IV. 16. Brosur bagian luar Sumber : Pribadi ( 2015 )
43
Gambar IV. 18. Brosur Sumber : Pribadi ( 2014 )
• Ukuran : 21,5 cm x 29,7 cm ( A4 ) • Teknik : Offset printing
Laporan Pengantar Tugas Akhir
PERANCANGAN MEDIA INFORMASI MENGENAI MODUS DAN
BAHAYA
HUMAN TRAFFICKING
DK 26313/Tugas Akhir
Semester I 2014 - 2015
Oleh :
Wildan Teguh Priada
52110028
Program Studi Desain Grafis
FAKULTAS DESAIN
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
... i
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS
... ii
LEMBAR SURAT HAK EKSLUSIF
... iii
KATA PENGANTAR
... iv
ABSTRAK
... v
ABSTRACT ... vi
DAFTAR ISI
... vii
DAFTAR GAMBAR
... x
DAFTAR TABEL
... xii
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masalah ... 1
I.2 Identifikasi Masalah ... 2
I.3 Rumusan Masalah ... 2
I.4 Batasan Masalah ... 2
I.5 Tujuan Perancangan ... 2
I.6 Manfaat Perancangan ... 3
viii
II.1.1 Pengertian Ekploitasi ... 4
II.1.2 Perbedaan Human trafficking dan Penyelundupan ... 5
II.1.3 Perbedaan Human trafficking dan Penyelundupan ... 5
II.1.4 Bentuk-Bentuk Modus dan Contoh Kasus Human trafficking ... 5
II.1.5 Pelaku ... 8
II.1.6 Dampak Human trafficking Terhadap korbanya ... 10
II.1.7 Undang – Undang Pemerintah Mengenai
Human Trafficking ... 10
II.1.8 Hambatan Pemberantasan Human trafficking ... 12
II.1.9 Cara Mencegah dan Menghindari Human trafficking ... 13
II.2 Analisis Masalah ... 14
II.3 Solusi ... 16
BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL
III.1 Target Audiens ... 18
III.2 Strategi Perancangan ... 18
III.2.1 Pendekatan Komunikasi ... 18
III.2.1.1 Tujuan Komunukasi ... 19
III.2.1.2 Pendekatan Visual ... 19
III.2.1.3 Pendekatan Verbal ... 19
III.2.2 Strategi Kreatif ... 19
ix
III.2.3.1 Definisi Media Informasi ... 19
III.2.3.2 Jenis - Jenis Media Informasi ... 20
III.2.4 Media Utama ... 20
III.2.5 Media Pendukung ... 21
III.2.6 Strategi Distribusi ... 21
III.3 Konsep Visual ... 22
III.3.1 Format Desain ... 22
III.3.2 Tata Letak ... 23
III.3.3 Tipografi ... 24
III.3.4 Illustrasi ... 25
III.3.5 Fotografi ... 28
III.3.6 Warna ... 29
BAB IV TEKNIS PRODUKSI MEDIA
IV.1 Teknis Media ... 31
IV.1.1 Media Utama ... 35
IV.1.2 Media Pendukung ... 36
DAFTAR PUSTAKA
... 44
44
DAFTAR PUSTAKA
•
Buku
Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan (seri masyarakat). (2008). Buku
Pegangan Pemberantasan Perdagangan Orang: Author.
Kementrian Perberdayaan Perempuan dan Perlindungan anak Republik Indonesia.
(2010).
Buku saku bagi kepala desa stop perdagangan orang. Jakarta :
Deputi bidang perlindungan perempuan.
Rustan , S (2010). Layout dasar dan penerapannya. Jakarta : PT. Gramedia
pustaka utama.
Tondreau, B (2009). Layout essential : 100 design principle for using grid.
Quayside : Rockport Publishers, Inc.
•
Jurnal
Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat. (2012). Jawa Barat Dalam Angka.
Bandung : Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat.
---, Undang-undang RI Nomor 21 Tahun 2007 tentang “Pemberantasan
Tindak Pidana Perdagangan Orang, Citra Umbara, bandung, 2007.
•
Website
LSMGT
. 2010 (2 September). Bentuk – Bentuk Trafficking.Tersedia di:
45
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama Lengkap : Wildan Teguh Priada Jenis kelamin : Laki- laki
Tempat & Tanggal Lahir : Bandung, 6 April 1987
Alamat Lengkap : Jalan Sersan Bajuri No 52 D, RT 05 / RW 04 Kelurahan Isola Kecamatan Sukasari Bandung
Nomer Telephone/HP : 0856 247 399 53
E-mail : herecomethehiro@gmail.com Website : wildanteguhpriada.web.id
Status : Belum Menikah
Warga Negara : Indonesia
Agama : Islam
Pekerkerjaan : Mahasiswa
Pendidikan formal
:
1993-1999 Tamatan SDPN Setiabudhi Bandung
1999-2002 Tamatan SMP Pasundan 6 Bandung
2002-2005 Tamatan SMA PGII 2
iv
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur kita panjatkan kehadirat ALLAH. SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunianya. Karena atas izinnya lah penulis dapat menyelesaikan
laporan pengantar tugas akhir yang berjudul “
PERANCANGAN MEDIA
INFORMASI MENGENAI MODUS DAN BAHAYA
HUMAN
TRAFFICKING”
dapat terselesaikan.
Dalam proses melaksanakan pengerjaan tugas akhir penulis, mendapatkan banyak
sekali manfaat, pengetahuan, hambatan, dan kesulitan yang di peroleh selama
pengerjaan tugas akhir. Penulis berusaha membuat sebaik mungkin laporan
pengantar tugas akhir ini, namun tidak dipungkiri penulis masih banyak
kekurangan dan kesalahan dalam penulisan pengantar laporan tugas akhir ini.
Baik dari data yang di peroleh, penyusunan kata, maupun kalimat yang kurang
sempurna. Namun penulis beharap semoga laporan pengantar tugas akhir ini bisa
menjadi manfaat baik bagi penulis maupun pembacanya.
Dalam menyusun laporan pengantar tugas akhir ini penulis, mungkin penulis tidak
dapat menyelesaikannya tanpa bantuan dan masukan dari berbagai pihak karena
itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada ALLAH. SWT yang telah
memberikan kesehatan dan berkahnya. Ayah dan ibu yang telah bersusah payah
dan terus mendukung. kawan – kawan D3 DKV 10 UNIKOM. Gimi, Aziz, Arsi .
Lukman, Anita, Sendy, Rimba, kawan – kawan A7 PHOTOGRAPHY yang selalu
memberikan dukungannya. Terima kasih mas Dino, Regina, Edwin, Astrini, Om
dan Tante, Dosen pembimbing bpk. Ivan kurniawan yang telah meluangkan
waktunya. Diny. Serta semua yang telah membantu dan memberikan masukan
Semoga ALLAH. SWT membalas kebaikan yang penulis terima dari semua pihak
yang membantu. Akhirnya, semoga laporan ini bisa menjadi manfaat.
Bandung Maret 2015