• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan media informasi Songket Bungo Pacik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perancangan media informasi Songket Bungo Pacik"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nomor Telepon / Phone : 085722116456

Email : rega.work@yahoo.com

Jenis Kelamin / Gender : LAKI-LAKI Tanggal Kelahiran / Date of Birth : 3-01-1992 Warga Negara / Nationality : INDONESIA

Agama / Religion : ISLAM

Riwayat Pendidikan dan Pelatihan

Educational and Professional Qualification

Jenjang Pendidikan : Education Information

(5)

Laporan Pengantar Proyek Tugas Akhir

PERANCANGAN MEDIA INFORMASI SONGKET BUNGO PACIK

PALEMBANG

DK 38315/Tugas Akhir

Semester I 2013-2014

Oleh:

Rega Perdana Wijaya

51909179

Program Studi Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(6)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penyusun panjatkan kekhadirat Allahu Rabbi, karena Rahmat

dan Hidayah –Nya jualah penyusun dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir yang

berjudul :

“PERANCANGAN MEDIA INFORMASI SONGKET BUNGO PACIK PALEMBANG”

Akhirnya penyusun hanya dapat berharap karya tulis berbentuk laporan ini, dapat

bermanfaat bagi kemajuan penyusun maupun bagi para pembaca dan pihak yang

memerlukan pada umumnya

Penulis sadar bahwa dalam mengerjakan karya tulis ini masih saja ada

kekurangannya, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya

membangun yang bertujuan dan bermanfaat bagi penulis. Semoga karya tulis ini bisa

di manfaatkan khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya bagi pembaca sekalian.

Semoga Allah SWT mencurahkan balasan kepada semua pihak yang telah turut

membantu penyusunan Laporan Pengantar Tugas Akhir ini.

Bandung, 29 Januari 2014

(7)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

I.2 Identifikasi Masalah ... 4

I.3 Rumusan Masalah... 4

I.4 Batasan Masalah ... 4

I.5 Tujuan Perancangan ... 4

BAB II :TINJAUAN MOTIF SONGKET PALEMBANG BUNGO PACIK ... 6

II.1Songket ... 6

II.1.1Songket Palembang ... 7

II.1.2Ragam Hias Songket Palembang ... 8

II.1.3Wilayah Songket Palembang... ... 11

II.2Motif ………. ... 12

II.2.1Songket Bungo Pacik ... 13

II.2.2 Makna Filosofis Motif Songket Bungo Pacik ... 13

II.2.3Songket Bungo Pacik Palembang ... 14

II.3Analisis Masalah ... 17

II.4Solusi Pemecahan 5W1H+E ... 17

(8)

BAB III :STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL MEDIA

INFORMASI MOTIF SONGKET BUNGO PACIK... 20

III.1 Strategi Perancangan ... 20

III.1.1Pendekatan Komunikasi ... 20

III.1.2 Tujuan Komunikasi ... 21

III.1.3 Pesan Utama Komunikasi ... 21

III.1.4 Strategi Kreatif ... 22

III.1.5 Strategi Media ... 23

(9)

Daftar Pustaka

Buku :

Akib,R.M, 1956, Kota Palembang 1272 dan 50 tahun Kotapradja Palembang,

Palembang: Rhama.

Institut Teknologi Tekstil, 1977, Pengetahuan Barang Tekstil, Bandung:

Percetakan ITT

Kartiwa, Drs, Suwati. 1987. Tenun Ikat. Jakarta: Djambatan

Kartiwa, Drs, Suwati. 1987. Songket Indonesia. Jakarta: Djambatan.

W.J.S Poerwadarminta. 2002. KBBI/KUBI. Jakarta: Balai Pustaka.

Skripsi / Tugas Akhir :

Riyanti, Ade. (2005). Makna Simbolis Kain Songket Sebagai Simbol Status Sosial

di Kelurahan Serengam 32, Ilir Kecamatan Ilir Barat Palembang, Sumatera

Selatan. Semarang : Universitas Negeri Malang.

Web :

Pemprov Sumsel. 2008. Tentang kota. Geografis. Tersedia di

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Kain Tenun merupakan salah satu kekayaan budaya Indonesia, karena

keberadaannya merupakan salah satu karya Bangsa Indonesia yang tersebar luas

diseluruh kepulauan Indonesia.Salah satunya pulau Sumatera yang terbagi dalam

tujuh propinsi dimulai dari Aceh sampai Lampung lebih dikenal dengan nama

pulau emas atau swana dhipa karena kaya akan sumber alamnya. Melihat kembali

sejarah salah satu kerajaan diantaranya yaitu Sriwijaya, kerajaan Sriwijaya dikenal

sejak abad ke dua belas sampai tiga belas telah mengadakan hubungan

perdagangan sampai ke Persia dan negara-negara Timur Tengah lainnya juga

dengan negara-negara Asia. Hal ini memberikan pengaruh besar terhadap motif

kain tenun yang ada disekitar kerajaan Sriwijaya, salah satunya kota Palembang.

Indonesia sendiri memiliki tiga kategorikain tenun tradisional yaitu ikat

pakan, ikat lungsi, dan dobel ikat (Suwati, 1987, h.x). Salah satu kain yang

dikenal masyarakat adalah kain songket Palembang yang masuk ke dalam

kategori ikat pakan. Songket secara umum dapat didefinisikan sebagai proses

mengangkat dan menyatukan benang logam untuk tujuan membentuk desain pada

pembuatan kain tenun. Ada pula definisi lain yang dikemukakan oleh Suwati

(1986) menjelaskan „kain tenun logam (emas atau perak) yang ada di berbagai

daerah di Indonesia', atau sebagai 'sebuah teknik memasukan untuk kain tenun"

Kain songket Palembang memiliki berbagai macam motif, yang terbagi

berdasarkan pola benang emas yang terdapat pada permukaan kain serta material

kain yang digunakan. Proses pembentukan motif sendiri didapat dari tenunan

benang emas yang disungkit pada benang pakan. Pada umumnya motif ini

merupakan stilisasi dari bentuk flora dan fauna. Secara umum songket Palembang

terbagi menjadi enam ragam motif, hal ini bertujuan untuk membedakan motif

berdasarkan pola benang emas yang terbentuk pada permukaan kain dan daerah

pembuatan songket tersebut.

Karena adanya pengaruh dalam perkembangan dan penyebaran seni tradisi

(11)

motif songket khas daerah tertentu dengan daerah sekitarnya. Hal tersebut sangat

berbanding terbalik akan kenyataan bahwasanya kebudayaan Melayu yang kaya

akan beragam jenis motif. Jumlah produktifitas serta regenerasi dalam seni tradisi

songket Palembang juga menjadi faktor penghambat lain yang dapat menjadi

masalah terkait akan keberadaan dari seni tradisi motif songket Palembang

khususnya motif songket Bungo Pacik.

Anyaman dasarnya adalah anyaman polos sedang anyaman motif

bermacam-macam demikian pula dengan corak maupun warnanya yang dinamis.

Ada yang penuh dengan motif benang emas, ada yang kosong bagian tengahnya

tetapi motif diberikan di bagian tepi kain,ada pula kembang-kembang dicampur

benang-benang biasa berwarna putih,merah atau hijau dan beraneka pula ragam

coraknya.(Pengetahuan Barang Tekstil, ITT,1997:217).

Songket motif Bungo Pacik memiliki karakteristik sendiri dibanding motif

songket lainnya yakni sebagian besar benang motif dari benang emas diganti

dengan benang kapas putih sehingga anyaman benang emasnya tidak banyak lagi

dan hanya sebagai selingan. (Pengetahuan Barang Tekstil,ITT, 1997:218).

Dewasa ini masyarakat Sumatera Selatan masih gemar bertenun dan tetap

mempergunakan gedokan/ATBM yang sistem kerjanya lebih cepat dan

produksinya lebih besar sebagai alat bantu untuk menghasilkan karya-karya tenun.

Motivasi bertenun saat ini bukan hanya sebagai ekspresi seni tetapi lebih

cenderung berorientasi ke pasar. Budaya bertenun tersebut kian hari kian

berkurang peminat karena orang cenderung membeli daripada membuat sendiri.

Jadi amat disayangkan jika budaya bertenun tersebut sampai kehilangan peminat

hanya karena mahalnya harga bahan baku dan ketidak praktisan dalam

pembuatan.

Melihat kondisi di atas maka pembinaan dan pengembangan kerajinan

tenun tradisional tersebut perlu digalakkan karena selain merupakan upaya

melestarikan warisan budaya bangsa, kerajinan tenun tradisional dapat juga

menambah penghasilan dan memperluas lapangan kerja. Pembinaan dan

pengembangan kerajinan tenun tradisional tersebut tidak dapat dipungkiri tanpa

melihat jalur pemasaran yang merupakan salah satu pendorong berkembangnnya

(12)

pengrajin tradisional itu sendiri harus tercipta suatu kondisi yang kondusif untuk

berkarya. Kondisi yang kondusif antara lain ditemukan dan dipilih dalam pola

kehidupan sosial budaya masyarakat yang bersangkutan.

Berdasarkan uraian di atas maka penelitian ini mencoba mengkaji bentuk

dari motif songket Palembang Bungo Pacik. Hal ini menarik untuk diungkapkan

dalam penelitian ini, bagaimana mengkaji serta menganalisa motif tersebut untuk

kepentingan memberikan wawasan kepada masyarakat dan secara tidak langsung

untuk mempopulerkan ciri khas motif songket Bungo Pacik. Pentingnya

mengetahui informasi motif songket ini adalah untuk menumbuhkan rasa

kecintaan dan pemahaman yang lebih mendalam sehingga masyarakat dapat ikut

serta untuk melestarikan salah satu kekayaan budaya Indonesia yang jumlah

produktifitasnya semakin menurun dan mulai dilupakan.

Gambar I.1. Songket Palembang

(13)

I.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan paparan latar belakang diatas serta data kuisioner yang

dihimpun, dapat diidentifikasi beberapa masalah yang akan dibahas dalam

penelitian ini yaitu:

- Kurangnya pengetahuan akan informasi terhadap motif songket Bungo

Pacik yakni motif, makna dan nilai filosofis yang terkandung didalamnya.

- Dalam proses penenunan yang saling mempengaruhi tiap daerahnya, maka

sulit untuk membedakan antara jenis varian motif songket Bungo Pacik

daerah satu dengan daerah lainnya.

- Ketidak tahuan masyarakat akan jenis variasi dan daerah asal pengrajin

motif Bungo Pacik.

I.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan paparan identifikasi masalah diatas fokus permasalahan yaitu,

masyarakat melayu saat ini khususnya kota Palembang umumnya yang kurang

paham akan motif songket Bungo Pacik Palembang dan beberapa jenis variannya,

dikarenakan kurangnya pengetahuan akan informasi terhadap motif songket

tersebut yang menjadikan motif songket Bungo Pacik seperti “tamu di daerah

asalnya” yakni kota Palembang.

I.4 Batasan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka penulis membatasi masalah terhadap

kurangnya informasi terhadap songket Bungo Pacik Palembang yang mengacu

kepada target audience, agar pesan dapat disampaikan dengan baik.

I.5 Tujuan Perancangan

Tujuan dari perancangan informasi mengenai motif songket Bungo Pacik

(14)

- Mampu memberikan informasi dan mencitrakan motif songket Bungo

Pacik yang memiliki nilai budaya, makna filosofis dan juga pengetahuan

akan motif songket Bungo Pacik Palembang.Khususnya kepada

masyarakat kota Palembang, karena songket Bungo Pacik merupakan

warisan budaya yang sudah mulai hilang keberadaanya.

- Dapat mengangkat serta memperkenalkan motif songket Bungo Pacik

Palembang di mata khalayak sasaran yang dituju.

- Setelah masyarakat mengetahui informasi akan motif songket Bungo Pacik

Palembang secara mendalam, harapan yang dituju agar masyarakat dapat

mencintai lebih mendalam kebudayaan tersebut dan turut serta

(15)

BAB II

TINJAUAN MOTIF SONGKET PALEMBANG BUNGO PACIK

II.1 Songket

Kain songket merupakan salah satu kesenian khas Indonesia yang telah

ada berabad–abad lamanya dan merupakan salah satu bukti peninggalan sejarah

kebudayaan bangsa Indonesia. Kain songket telah ada sejak zaman kerajaan

Sriwijaya dan telah bertahan hingga saat ini. Sejarah dan kebudayaan Palembang

dari kejayaan masa lampau tercermin dalam salah satu unsur– unsur kebudayaan

adat Palembang diantaranya terlihat dalam pakaian upacara yang terbuat dari kain

songket, selain itu juga terlihat dari bentuk rumah adat, bentuk ukiran–ukiran

kayu, perhiasan logam emas dan perak yang tetap bertahan hingga saat ini.

Riyanti (2005) berpendapat bahwa:

Kain songket memiliki motif yang sangat kaya, disamping itu kain songket juga

memiliki makna simbolis yang cukup dalam. Kain songket telah melekat dalam

kehidupan sehari–hari masyarakat Palembang karena kain songket merupakan

peninggalan kebudayaan Palembang dimasa lampau dan telah digunakan hingga

saat ini, kain songket merupakan bentuk karya seni dari hasil ungkapan rasa

keindahan yang dikerjakan dengan teliti dan terperinci yang memiliki keindahan

tersendiri.

Keunikan desain yang terdapat dalam kain songket tercipta dari hasil karya

mencerminkan unsur–unsur yang erat hubungannya dengan kepercayaan,

pemujaan terhadap roh leluhur dan memuja keagungan alam. Dalam desain

songket mendapat pengaruh dari kesenian Islam,walaupun didalam kesenian

Islam tidak memperbolehkan mewujudkan mahkluk hidup, tetapi dalam desain

kain songket tampak dibuat corak binatang–binatang tertentu diantaranya adalah

motif naga dan sayap burung garuda yaitu beberapa dari motif yang sudah dikenal

dalam unsur–unsur keagamaan yang berkesinambungan dari suatu periode zaman

(16)

II.1.1 Songket Palembang

Berdasarkan sejarah Sriwijaya di abad 19, songket berasal dari kata

menyongket atau menyungkit. Kata tersebut maksudnya adalah pekerjaan

menyusun benang pakan dan benang lungsi melalui proses menenun yang

berbentuk tradisional (manual). Penyusunan dan penyukitan inilah yang

dinamakan songket dan dalam bahasa inggrisnya adalah designatau perencaan.

(Sejarah & Kebudayaan Palembang, 1985:63)

Daerah–daerah di Sumatera banyak mendapat pengaruh kebudayaan dari

luar hal tersebut dikarenakan adanya hubungan dagang dengan negara tetangga

sehingga secara tidak langsung mempengaruhi kebudayaan setempat. Disamping

sebagai akibat dari adanya pertukaran barang dalam perdagangan telah pula

mempengaruhi corak atau motif kain songket yang dihasilkan didaerah

Palembang. Banyaknya pengaruh kesenian yang dibawa oleh para pedagang

tersebut yang diantaranya berasal dari Timur Tengah dan Tiongkok ( Cina )

mempengaruhi motif dalam desain kain songket Palembang. Salah satunya adalah

agama Islam yang dibawa oleh pedagang dari Timur tengah,walaupun dalam

kesenian Islam tidak diperbolehkan mewujudkan mahluk hidup, tetapi didalam

desain kain songket tampak dibuat binatang-binatang tertentu. Seperti misalnya

berbagai jenis burung, reptilia dan naga.

Kata songket merupakan salah satu kerajinan yang telah ada di Indonesia

dalam bidang pertekstilan, misalnya daerah Bali, Palembang, Jambi, Sumatera

Barat, Aceh, Lampung, Bengkulu, Kalimantan dan daerah lainnya. Songket

tersebut dibuat dengan alat tenun sederhana (ATBM gedokan) dengan motif yang

berbeda-beda baik dengan menyulamkan benang emas, benang perak, benang

kapas berwarna.

Anyaman dasarnya adalah anyaman polos sedang anyaman motif

bermacam-macam demikian pula dengan corak maupun warnanya yang kontras

dan dinamis. Ada yang penuh dengan motif benang emas, ada yang kosong

dibagian tengahnya tetapi motif diberikan pada bagian tepi kain, ada pula

kembang-kembang dicampur benang-benang biasa berwarna putih, merah atau

hijau dan beraneka pula ragam coraknya. (Pengetahuan Barang Tekstil,

(17)

Kerajinan kain tenun songket tersebar di berbagai daerah di Indonesia, hal

ini menjadikan kain songket memiliki perbedaan dan keunikannya sendiri di

setiap tempat yang berbeda baik dari ragam corak hias, fungsi pemakaian dan

motif yang dihasilkan.

II.1.2 Ragam Hias Songket Palembang

Ragam hias pada songket Palembang umumnya bersifat naturalis dan

banyak mengambil inspirasi penciptaan motif dari unsur-unsur alam, seperti

stilisasi flora dan fauna. Konsep tersebut lebih bersifat simbolik dan bermakna

filosofis yang mendalam. Banyak pengaruh dan persilangan budaya dari daerah

sekitar Melayu yang melatar belakangi bentuk dan warna pada ragam hias songket

Palembang. Kerajinan songket Palembang memiliki beberapa perbedaan jenis

yang dapat ditinjau dari segi produk songket itu sendiri, antara lain:

a. Songket Lepus (Lepus berarti menutupi) adalah songket yang bermotif

benang emas menutupi hampir seluruh bagian permukaan kain sesuai

dengan motifnya.

Gambar II.1. Songket Lepus

(18)

b. Songket Tawur adalah songket yang motifnya tidak menutupi seluruh

permukaan kain tetapi berkelompok-kelompok yang letaknya menyebar.

Benang pakan dalam pembentukan motif kembang tidak disisipkan dari

pinggir ke pinggir seperti halnya pada tenun polos yang biasa, tetapi hanya

sekelompok saja yang mengikuti struktur dari corak kembang itu sendiri,

misalnya : songket TawurLintang, songket TawurTampukManggis dan

lain-lain.

Gambar II.2. Songket Tawur

Sumber : Dokumen Pribadi

b. Songket Limar adalah kain songket yang motifnya tidak dibentuk oleh

benang-benang tambahan seperti benang emas atau perak tetapi corak

ragam hiasanya dibentuk dari benang pakan yang dicelup pada

bagian-bagian tertentu sebelum ditenun.

Gambar II.3. Songket Limar

(19)

d. Songket Tretes Mender adalah kain songket yang tidak dijumpai

gambar/bunga pada motif bagian tengahnya. Motif-motifnya hanya terletak

pada kedua ujung pangkal dan pinggir-pinggir kain.

Gambar II.4. Songket Tretes Mender

Sumber : Ade Riyanti (2005)

e. Songket Kombinasi adalah songket yang merupakan kombinasi dari jenis

songket-songket di atas, misalnya songket Bungo Cino adalah gabungan dari

songket Tawur dan songket Bungo Pacik, songket Bungo Intan adalah

gabungan antara Tretes Mender dan songket Bungo Pacik.

Gambar II.5. Songket Kombinasi

Sumber : Netty Jualiana (2008)

f. Songket Bungo Pacik adalah kain songket yang sebagian besar motif benang

(20)

emasnya tidak banyak lagi dan hanya sebagai selingan. Hal ini menjadikan

songket Bungo Pacik sebagai songket dengan kasta rendah.

(PengetahuanBarangTekstil, ITT,1997:217).

Gambar II.6. Songket Bungo Pacik

Sumber : Dokumen Pribadi

II.1.3 Wilayah Songket Palembang

Dalam perkembangan dan penyebaran songket tradisional Indonesia,

terjadi proses saling mempengaruhi di antara songket dari berbagai daerah, yang

hasilnya terlihat dalam penggambaran motif yang mengandung makna simbolik

yang merupakan deskripsi dari berbagai bentuk yang berasal dari alam baik flora

maupun fauna. Begitu pula dengan songket Palembang, songket ini telah

menyerap berbagai pengaruh yang berdatangan dari daerah-daerah lain. Segala

(21)

oleh kebudayaan khususnya dalam seni budaya tanpa menghilangkan dan

meninggalkan ciri khas dari daerah asal.

Gambar II.7. Peta propinsi Sumetera Selatan

sumber : (11 Nopember 2013)

Dilihat dari aspek geografis letak administratif wilayahnya, songket

Palembang termasuk kedalam kategori kain tenun ikat pakan (Suwati, 1987, h.x).

Secara umum dapat dilihat dari benang pembentuk motifnya yang di masukan

melalui benang pakannya.

II.2 Motif

Motif adalah pengulangan suatu gambaran atau corak pada kain. Motif

songket Palembang secara bentuk terbagi menjadi 2 yakni lepus dan tawur.

Pembentukan motif pada kain songket terjadi berdasarkan stilisasi flora dan fauna

keadaan alam bumi melayu.

Songket memiliki puluhan bahkan ratusan variasi motif yang berbeda

secara bentuk dan nilai filosofis yang terkandung dalam setiap motifnya. Hal ini

merupakan sebuah bukti kekayaan warisan budaya yang dimiliki oleh negara kita

(22)

II.2.1 Motif Songket Bungo Pacik

Corak serta motif kain songket mengandung makna simbolis yang sangat

bernilai, penampilan fisiknya juga menimbulkan kekaguman karena adanya

perpaduan warna–warna cerah dengan kilauan benang emas dan benang perak,

menurut Ghea S. Panggabean dunia mode luar negeri menjuluki kain songket

sebagai ratunya kain buatan tangan ( the queen of handwoven textile ). ( Rakaryan

S. Putra : 2001).

Dilihat dari segi historis pembentukan motif Bungo Pacik, motif ini

merupakan hasil dari pembentukan akan kekhususan dari daerah yang dikenal

sebagai kampung Arab di daerah hulu Palembang.

Songket jenis ini dikhususkan untuk wanita keturunan Arab. Digunakan

pada upacara pernikahan dan upacara kebesaran lainnya. Bahan sutera bertabur

bungo melati, mawar maupun bungo tanjung. Simbolis adalah lambang atau

melambangkan sesuatu ( W.J.S Poerwadarminta 2002 ). Jadi dapat diartikan

makna simbolis kain songket adalah arti atau lambang sesuatu yang terkandung

didalam kain songket Palembang.

II.2.2 Makna Filsofis Motif Songket Bungo Pacik

Gambar II.8. songket Bungo Pacik Palembang

Sumber : http://budaya-indonesia.org/Kain-Songket-Bungo-Pacik/(12 nopember

(23)

Kain songket Bungo Pacik memiliki perbedaan yang mendasar jika

dibandingkan dengan ragam hias songket yang lain. Hal ini terlihat dari kain

songket yang sebagian besar motif benang emasnya diganti dengan benang kapas

putih sehingga anyaman benang emasnya tidak banyak lagi dan hanya sebagai

selingan. Hal ini yang membuat songket Bungo Pacik jarang ditemukan dan

digunakan karena songket Bungo Pacik tak memiliki banyak emas dalam

motifnya, sehingga masyarakat Palembang menganggap songket Bungo Pacik

merupakan kain songket dengan kasta rendah dan tak layak digunakan oleh

keluarga kerajaan yang pada saat itu mengenal 4 kasta/tingkatan keluarga, yaitu,

Raden, Masagus, Kiemas dan Kiagus. Di luar itu adalah kelompok masyarakat

kebanyakan. Empat kasta itulah yang boleh menggunakan dan menenun

songket-songket dan biasanya tinggal di daerah yang masih dekat dengan istana raja. Dan

rakyat biasa hanya diperbolehkan menggunakan songket hanya disaat-saat

tertentu, seperti upacara pernikahan.

Konsep penggambaran komposisi ragam hias pada songket Bungo Pacik

tidak memiliki unsur naratif (bercerita) seperti misalnya pola pada kain tradisonal

batik cirebon yang memungkinkan suatu cara pembacaan tertentu atas helaian

tradisional batiknya baik pembacaan dari atas ke bawah atau dari samping kiri ke

kanan atau sebaliknya.

II.2.3 Songket BungoPacik Palembang

Palembang ialah ibu kota provinsi Sumatera Selatan merupakan kota

terbesar ke dua setelah Medan di pulau Sumatera. Dengan luas wilayah 400,61

km2 yang secara administrasi terbagi atas 16 kecamatan dan 107 kelurahan.

Palembang merupakan salah satu kota tertua di Indonesia dengan dilatarbelakangi

sejarah kerajaan Sriwijaya yang berkuasa di Asia Tenggara pada abad ke 7.

Palembang mendapat julukan Venice of the East karena terdapat sungai Musi

yang dilintasi ikon kota Palembang yakni jembatan Ampera dan berfungsi sebagai

sarana transportasi dan perdagangan antar wilayah. Secara geografis Palembang

sangat strategis sebagai daerah pemasok berbagai kebutuhan barang. Hal ini

dapat dilihat melalui sejarah tua Palembang yang menjadi pintu masuk para

(24)

budaya. Selain itu kota ini menyimpan salah satu jenis tekstil terbaik di dunia

yaitu kain songket. Kain songket Palembang merupakan salah satu peninggalan

kerajaan Sriwijaya dan diantara kain tenun lain, kain ini mendapat sebutan ratunya

kain. Hingga saat ini kain songket masih dibuat dengan menggunakan alat tenun

manual(Gedokan) atau ATBM. Sejak zaman dahulu fungsi songket merupakan

pakaian adat yang digunakan untuk acara-acara sakral atau acara penting lainnya.

Dalam perkembangan dan penyebaran songket Palembang, terjadi proses

saling mempengaruhi diantara songket tersebut dengan daerah sekitarnya, yang

hasilnya terlihat dalam penggambaran motif yang mengandung makna simbolik,

yang merupakan deskripsi dari berbagai bentuk yang berasal dari alam, flora

maupun fauna.

Adanya pengaruh budha dari kerajaan Sriwijaya dan pengaruh kebudayaan

Cina pada masa lampau dapat ditemukan pada motif songket Bungo Pacik

Palembang. Motif songket ini menggambarkan bungo mawar, bungo melati

ataupun Bunga Tanjung yang tersebar pada bagian kembang tengah.

Penggunaan warna pada motif songket Bungo Pacik tampil dengan warna

khas daerah Palembang yakni merah dengan komposisi benang emas. Fungsi

pakai pada motif songket Bungo Pacik biasanya untuk perayaan acara

kebudayaan, acara formal, upacara adat (pernikahan). Ciri yang membedakan

motif songket Bungo Pacik Palembang dengan motif sejenis dari daerah lainnya

terletak pada penggunaan warna, dan bagian kembang tengah yang menggunakan

ornament seperti di bawah. Motif-motif flora di bawah memiliki arti makna

tertentu. Bungo melati melambangkan kesucian dan sopan santun. Bungo mawar

melambangkan kebahagiaan dan pelambang sebagai penawar malapetaka.

Sedangkan bungo tanjung sebagai lambang ucapan selamat datang dan juga

(25)

Bungo Melati Bungo Mawar Bungo Tanjung

Gambar II.9. ornament melati, mawar dan tanjung

(26)

II.3 Analisis Masalah

Dalam peneltian ini telah dilakukan metode survey yang dilakukan pada

2-8 Nopember 2013 dengan jumlah responden 40 orang yang merupakan 10%

jumlah populasi daerah di Kelurahan Serengam 32 Ilir Kecamatan Ilir Barat

Palembang. Responden dibedakan menurut jenis kelamin dengan kategori dewasa

yang peka akan seni dan estetika berusia 20-25 tahun. Jumlah pertanyaaan dalam

survey yang diajukan sebanyak sembilan pertanyaan yang di anggap ada

keterkaitan dengan songket Bungo Pacik.

Dari hasil kuantitatif data yang diperoleh maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa masyarakat dewasa kota Palembang khususnya daerah Kelurahan

Serengam 32 Ilir sudah mengetahui apa itu songket dan pernah memakai songket.

Pada umunya songket difungsikan sebagai pakaian yang dikenakan pada

acara-acara besar.

Jenis songket Bungo Pacik masih sangat asing bagi masyarakat dewasa

Palembang, secara garis besar masyarakat tidak mengetahui apa itu songket

Bungo Pacik dan tidak pernah mengenakan jenis batik tersebut. Masyarakat

masih sangat awam dalam segi pengetahuan akan informasi dan makna filosofis

yang terkandung pada motif songket Bungo Pacik. Hal tersebut dikarenakan

informasi-informasi yang tidak memadai dan juga adanya pengaruh motif songket

daerah lainnya yang telah masuk ke daerah Kota Palembang.

II.4 Solusi Pemecahan 5W1H + E

Dalam pemecahan masalah yang telah di jelaskan pada sub bab

sebelumnya, diperlukan sebuah media informasi mengenai berbagai motif ragam

hias dan makna motif songket Bungo Pacik Palembangyang tujuannya untuk

memberikan wawasan kepada masyarakat dewasa Kota Palembang dan secara

tidak langsung untuk mempopulerkan pencitraan akan ciri khas motif songket

Bungo Pacik Palembang itu sendiri. Dalam hal ini, digunakan metode 5W1H + E

sebagai strategi agar informasi yang dikomunikasikan sampai pada penerima

(27)

WHAT

Motif songket Bungo Pacik daerah Melayu sangat beraneka ragam dan

memiliki informasi yang mendalam.

WHO

Ditujukan kepada masyarakat dewasa kota Palembang dengan status sosial

menengah ke atas yang peka akan seni & estetika.

WHY

Agar khalayak dapat memahami informasi lebih mendalam dan dapat

membedakan keanekaragaman akan varian motif dongket Bungo Pacik

dari daerah Melayu.

WHERE

Kota Palembang sebagai salah satu daerah Melayu.

WHEN

Di sebar bertepatan pada tanggal 29 Januari 2014 karena mendekati hari

pekerja Indonesia, yang merupakan simbol hari untuk perkerja termasuk

penenun.

HOW

Melalui beberapa pengaplikasian media,diutamakan pada media buku dan

beberapa yang terkait erat dengan khalayak sasaran.

EFFECT

Menumbuhkan rasa kecintaan dan pemahaman yang lebih mendalam

sehingga masyarakatnya dapat ikut serta untuk melestarikan salah satu

kekayaan budaya Indonesia yang jumlah produktifitas nya semakin

menurun dan mulai dilupakan.

II.5 Khalayak Sasaran

Segmentasi dari target masyarakat yang dituju dalam perancangan media

informasi ini meliputi beberapa faktor diantaranya adalah sebagai berikut:

- Faktor Demografis

Usia target masyarakat yang dituju dengan usia berkisar 20-25 tahun,

berjenis kelamin laki-laki dan perempuan, digolongkan kedalam status

(28)

- Faktor Psikografis

Dilihat dari segi psikologis yang berupa:

a. Gaya hidup : Orang yang tergolong aktif dan termasuk kedalam

orang-orang beraktivitas tinggi serta berpikir.

b. Kebiasaan : Orang yang tergolong gemar mengkoleksi, menghargai,

serta mengetahui seni dan estetika.

c. Kecendrungan : Orang yang tergolong memiliki rasa kecintaan akan

seni dan estetika.

- Faktor Geografis

Diutamakan di daerah Melayu, khususnya Kota Palembang karena sebagai

(29)

BAB III

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL MEDIA

INFORMASI MOTIF SONGKET BUNGO PACIK

III.1 Strategi Perancangan

Strategi perancangan yang akan dibuat mengenai media informasi motif

songket Bungo Pacik Palembang ini adalah dengan merancang media informasi

yang tepat serta efisien yang dapat memenuhi kebutuhan akan informasi motif

songket Bungo Pacik dan nilai pencitraan yang ditujukan agar dapat mengubah

paradigma pemikiran masyarakat selama ini tentang pengetahuan berupa sejarah,

makna filosofis, motif dan ragam hias, varian dari Bungo Pacik, dan daerah asal

pengrajin motif songket Bungo Pacik Palembang.

Informasi yang ingin disampaikan berupa pengetahuan umum tentang

songket secara luas, dari sejarah hingga teknik dan peralatan yang dibutuhkan

dalam pembuatan kain songket. Beberapa informasi akan bumi Melayu dan

kerajinan songket tradisional daerahnya dengan tampilan visual beberapa motif

songketnya dan informasi utama yakni tentang penjelasan akan motif songket

Bungo Pacik serta informasi berupa perbedaan antara motif songket Bungo Pacik

Palembang.

Perancangan informasi ini dituangkan kedalam tiga media, yakni: media

utama, media pendukung, dan media kreatif. Dimana bobot akan pengetahuan

informasi lebih mendalam terdapat di media utamanya. Media pendukung dan

media kreatif hanya sebagai pelengkap saja yang tujuannya agar khalayak sasaran

merujuk mendapatkan informasi dari media utama.

III.1.1 Pendekatan Komunikasi

Pendekatan komunikasi yang digunakan disesuaikan dengan fenomena

permasalahan yang ada, dalam hal ini adalah perlunya media yang dapat memberi

informasi tentang motif batik songket Bungo Pacik Palembang. Pendekatan

komunikasi dalam perancangan dari media informasi motif songket Bungo Pacik

Palembang ini, mengkomunikasikan informasi motif songket Bungo Pacik yang

(30)

ragam hiasnya, motif Bungo Pacik, makna filosofis motif Bungo Pacik, varian

dari Bungo pacik, dan daerah asal pengrajin.

Strategi pemecahan masalah mengenai informasi motif songket Bungo

Pacik Palembang adalah menggunakan metode 5W1H+E, agar dapat mengetahui

fenomena masalah yang terjadi dan sebagai tujuan agar informasi yang

dikomunikasikan sampai pada penerima pesan dengan efektif serta menanamkan

pencitraan dan merubah paradigma pemikiran masyarakat akan motif songket

Bungo Pacik Palembang.

Pendekatan Komunikasi Visual

Pendekatan komunikasi visual dituangkan sesuai dengan keyword dari

hasil mapping yaitu eksklusif dan modern. Pemilihan keyword ini disesuaikan

dengan consumer insight dari target masyarakat yang dituju terkait dengan motif

songket Bungo Pacik Palembang tanpa mengesampingkan kebudayaan lokal.

Pendekatan secara visual dilakukan dengan cara menyampaikan informasi kepada

kepada khalayak sasaran dengan menggunakan buku fotografi songket Palembang

Bungo Pacik, foto yang diambil menjadi visual yang akan menyampaikan

mengenai songket, motif dan cara pembuatanya.

Pendekatan Komunikasi Verbal

Pendekatan komunikasi verbal dalam strategi kreatif perancangan ini

menggunakan penyampaian komunikasi bahasa secara sopan dan formal sesuai

dengan consumer insight dari target masyarakat yang dituju. Hal tersebut

ditujukan agar penyampaian komunikasi menjadi efektif dan efisien serta pesan

yang dituju dapat dimengerti oleh penerima pesan. Dan juga menggunakan dua

bahasa, yakni bahasa Inggris dan bahasa Indonesia dengan tidak menutup

kemungkinan kepada orang luar Indonesia ataupun orang Indonesia yang berada

(31)

III.1.2 Tujuan Komunikasi

Tujuan dari komunikasi perancangan media informasi motif songket

Bungo Pacik Palembang ini diantaranya adalah sebagai berikut:

- Mampu memberikan informasi dan mencitrakan motif songket Bungo

Pacik yang memiliki nilai budaya, makna filosofis, dan juga

pengetahuan akan motif songket Bungo Pacik Palembang.

- Dapat mengangkat serta memperkenalkan motif songket Bungo Pacik

Palembang di mata target masyarakat yang dituju.

- Setelah masyarakat mengetahui informasi akan motif songket Bungo

Pacik Palembang secara mendalam, harapan yang dituju agar

masyarakat dapat mencintai lebih mendalam kebudayaan tersebut dan

turut serta melestarikannya.

- Dapat mengangkat jumlah nilai produktifitas dari motif songket

Bungo Pacik Palembang.

III.1.3 Pesan Utama Komunikasi

Pesan utama dari media informasi motif songket Bungo Pacik Palembang

yang ingin disampaikan dengan tujuan agar masyarakat dapat mengetahui

informasi secara lengkap dan menyeluruh, serta menanamkan pencitraan dan

mengubah paradigma pemikiran masyarakat selama ini akan informasi nilai

budaya, makna filosofis, dan juga pengetahuan akan informasi motif songket

Bungo Pacik Palembang yang lebih terpenting agar masyarakat dapat lebih

mencintai kebudayaan daerah dan ikut turut serta melestarikannya.

III.1.4 Strategi Kreatif

Dalam perancangan media informasi motif songket Bungo Pacik

Palembang, strategi kreatif yang digunakan adalah pendekatan komunikasi visual

dan verbal serta fotografi desain yang di sesuaikan dan mengacu dengan hasil

(32)

Fotografi Desain

Foto sangat berkaitan erat dengan bidang desain komunikasi visual, yakni

periklanan. Foto tersebut digunakan sebagai proses komunikasi, menggambarkan

suatu keadaan dari produk. Dengan demikian, harapan yang ingin dituju agar

target yang dituju dapat mengenal lebih baik, daripada hanya membayangkannya

saja. Konsep foto desain ini disesuaikan dengan consumer insight dari target

masyarakat yang dituju, dengan maksud tujuan efisiensi dan efektif dari

komunikasi pesan serta pencitraan yang dapat merubah paradigma pemikiran

masyarkat yang dituju akan motif songket Bungo Pacik Palembang.

III.1.5 Strategi Media

Dalam perancangan media informasi motif songket Bungo Pacik

Palembang, media merupakan sarana yang sangat vital dan sangat berpengaruh

terhadap penyebaran informasi. Karena media sebagai alat pendukung, perantara,

serta alat komunikasi untuk menyampaikan pesan kepada target masyarakat yang

dituju.

a. Pertimbangan Dasar Penyebaran Media

Dalam perancangan media informasi motif songket Bungo Pacik

Palembang ini, telah di pertimbangkan akan beberapa penggunaan media

yang terkait dengan target masyarakat yang dituju dengan tujuan efisiensi

dan efektifitas dari penggunaan media tersebut, diantaranya adalah

sebagai berikut:

- Media Utama

Buku

Media ini dipilih sebagai media utama karena buku

merupakan sarana pengetahuan yang dalam penggunaannya berisi

akan informasi-informasi yang dapat dipertanggung jawabkan.

Selain itu, faktor lain dari pemilihan media ini karena dianggap

paling efektif dan efisien sesuai dari hasil mapping akan target

(33)

media ini yakni. Dengan penggunaan media kain pada cover buku

hal tersebut tertuju agar menampilkan kesan ekslusif. modern

dirancang pada tata letak/layout design dari isi buku, dan

penggunaan unsur budaya lokal Melayu ditampilkan pada

penggunaan warna pada:

- Media Penunjang

Beberapa media dipilih sebagai media penunjang diantaranya ialah

sebagai berikut:

Jadwal penyebaran media informasi motif songket Bungo Pacik

Palembang dijadwalkan pada tanggal tanggal 29 Januari 2104,

bertempat di kota palembang, hal tersebut ditujukan agar adanya kesan

tertentu secara emosional pada target masyarakat yang dituju.

(34)

III.2 Konsep Visual

Konsep visual dari perancangan media informasi motif songket Bungo

Pacik Palembang, adalah menampilkan visualiasi secara eksklusif dan modern

tanpa mengenyampingkan budaya lokal. Penyampaian secara informatif dengan

menggunakan perpaduan teknik fotografi desain, tipografi, dan layout design yang

disesuaikan pada konsep penggunaan dasar elemen-elemen desain yang

mencitrakan dan merepresentasikan dari motif songket Bungo Pacik tersebut.

III.2.1 Format Desain

Format desain yang digunakan dalam pembuatan media informasi ini

mengacu pada bentuk portrait dikhususkan pada penggunaan media utama. untuk

media penunjang, format desain yang digunakan adalah portrait dan landscape.

Studi visual pada media utama, menggunakan pengembangan akan desain tata

letak dari referensi desain dari buku TENUN Handwoven Textiles Of Indonesia”

karya Cita Tenun Indonesia. Penggunaan referensi buku tersebut dikarenakan

tampilannya yang modern dan unik serta juga disesuaikan dengan khalayak

sasaran yang dituju dari penyebaran media informasi ini.

Gambar III.1. Studi visual

(35)

Dalam penggunaan layout ini,ingin dimunculkan kesan modern dengan

penataan semenarik mungkin yang dengan tujuan tidak membosankan bagi

pembaca. Peletakan antara Body, Sub, dan isi Body diatur agar seimbang,

memiliki irama dan sebagai kesatuan dari elemen desain yang lainnya pada media

utama.

Gambar III.2. Sketsa layout

(36)

III.2.3 Tipografi

Penggunaan huruf pada judul/headline menggunakan jenis huruf yang

dapat mendeskripsikan dari motif kain tenun, hal tersebut ditujukan agar

perwakilan dari huruf dapat memvisualisasikan dari motif songket Bungo Pacik

itu sendiri.

Untuk penggunaan huruf pada isi body text atau subheadline menggunakan

jenis huruf Times, agar tingkat keterbacaannya jelas dan dapat mendeskripsikan

kesan modern.

(37)

III.2.4 Warna

Dalam penggunaan warna, digunakan warna-warna yang dapat mencirikan

dari kebudayaan seni tradisi batik daerah Melayu itu sendiri, mayoritas warna

yang digunakan adalah bernuansa gelap dengan dipadu warna-warna cerah dari

ciri khas songket Palembang. Format warna menggunakan format CMYK agar

kualitas cetak tidak berkurang karena sesuai dengan fungsinya. Berikut adalah

contoh warna yang digunakan pada layout buku:

a. Ungu Tua

Merupakan warna yang tegas, penuh keyakinan, dramatis, berani

serta elegan. Warna ini merupakan karakter yang di ambil dari bentuk

songket Palembang yang telah ada, walaupun dewasa ini warna

songket telah memiliki beragam variasi akan tetapi warna merah tetap

melekat sebagai identitas songket palembang.

b. Emas

Merupakan warna yang cerah, lembut, maskulin. Warna ini

merupakan identitas benang pakan yang ada dalam songket, yang

merupakan unsur penting dalam pembentukan kain songket.

III.2.5 Ilustrasi

Dalam penggunaan ilustrasi, menggunakan ilustrasi foto yang memiliki

pesan visual mengenai songket Palembang motif Bungo pacik hal ini

dimaksudkan agar pesan-pesan yang terdapat dalam media informasi ini dapat

(38)

Halaman daftar isi Gambar IV.1 Cover buku

Halaman 1-2

Cover menggunakan ilustrasi benang pakan yang sedang ditenun, mengambil makna songket Palembang yakni sebagai bentuk keindahan bumi Melayu.

Daftar isi menggunakan ilustrasi kain songket palembang, untuk memperlihatkan keindahan songket Palembang.

(39)

Halaman 3-4

Halaman 5-6

Halaman 7-8

Halaman 3-4 menggunakan ilustrasi kain, dan pembatas sub bab.

Halaman 5-6 menggunakan ilustrasi kain, dan pembatas sub bab.

(40)

Halaman 11-12

Halaman 13-14 Halaman 9-10

Halaman 9-10 menggunakan ilustrasi gedokan, dan informasi mengenai songket.

Halaman 11-12 menggunakan ilustrasi kain, dan pembatas sub bab.

(41)

Halaman 15-16

Halaman 17-18

Halaman 19-20

Halaman 15-16 menggunakan ilustrasi jenis motif songket, dan informasi songket.

Halaman 17-18 menggunakan ilustrasi kain songket, dan informasi pembagian motif songket.

(42)

Halaman 21-22

Halaman 23-24

Halaman 25-26

Halaman 21-22 menggunakan ilustrasi warna, dan pembatas sub bab.

Halaman 23-24 menggunakan ilustrasi kain songket, dan informasi.

(43)

Halaman 27-28

Halaman 29-30

(44)
(45)

BAB IV

TEKNIS PRODUKSI MEDIA INFORMASI MOTIF BUNGO PACIK

PALEMBANG

IV.1 Media Utama

Media utamanya adalah sebuah buku yang berisikan informasi-informasi

secara mendalam akan motif Songket Bungo Pacik Palembang. Buku ini membahas

tentang informasi yang berupa pengetahuan akan songket secara umum. Media ini

dipilih sebagai media utama karena buku merupakan sarana pengetahuan yang dalam

penggunaannya berisi akan informasi-informasi yang dapat dipertanggung jawabkan.

Media buku juga digunakan karena menjabarkan informasi secara rinci yang akan di

sampaikan kepada khalayak sasaran. Selain itu, faktor lain dari pemilihan media ini

karena dianggap paling efektif dan efisien sesuai dari hasil mapping akan target

masyarakat yang dituju. Konsep visual dari buku ini adalah menampilkan visualiasi

secara eksklusif dan modern tanpa mengenyampingkan budaya lokal seni menenun

bumi melayu. Penyampaian secara infomatif dengan menggunakan perpaduan teknik

fotografi desain, tipografi, dan layout design yang disesuaikan dengan konsep

penggunaan dasar elemen-elemen desain yang mencitrakan dan merepresentasikan

dari motif Bungo Pacik Palembang tersebut.

(46)

Gambar IV.2 Isi buku

Media : Buku

Material : Cover : Art paper 260 gr

Isi : Art Paper 150 gr

Ukuran : 21 cm x 21 cm

(47)

IV.2 Media Pendukung

IV.2.1 Poster

Media poster digunakan sebagai media pendukung pada media informasi

songket Palembang Bungo Pacik. Poster ditempatkan pada lokasi-lokasi strategis yang

disesuaikan dengan consumer journey dari khalayak sasaran. Isi pesan pada media

poster tidak ditampilkan secara rinci, namun hanya memberi informasi akan media

utama buku songket Palembang Bungo Pacik Konsep visual dari media poster ini

adalah menampilkan visualiasi foto dari kain motif songket Bungo Pacik Palembang

dan pengrajin songket.

Gbr IV.3 Poster

Media : Poster

Material : Akasia 210 gr

Ukuran : 42 cm x 29.7 cm

(48)

IV.2.2 X Banner

Media x banner digunakan sebagai media pendukung pada media informasi

songket Palembang Bungo pacik.. X banner ditempatkan pada lokasi indoor

penjualan media utama buku. Isi pesan pada media x banner tidak ditampilkan secara

rinci, namun hanya memberi citra visual yang menampilkan buku songket Palembang

Bungo pacik.

Gbr IV.4 X Banner

Media : X banner

Material : Flexi korea

Ukuran : 160 cm x 60 cm

Teknis Produksi : Cetak offset

IV.2.3 Iklan Koran

Iklan koran digunakan sebagai media pendukung pada media informasi

(49)

dan bertujuan sebagai efektifitas dalam penyampaian pesan kepada target. Iklan koran

ini ditempatkan pada kolom baris iklan pada koran Kompas.

Gbr IV.5 Iklan koran

Media : Iklan koran

Ukuran : 15 cm x 10 cm

Teknis Produksi : Cetak offset

IV.2.4 Brosur

Media ini sebagai media penunjang yang berisikan akan informasi mengenai

motif songket Palembang Bungo pacik secara singkat. Penyebaran media ini

(50)

Gbr IV.6 Brosur

Media : brosur

Ukuran : 30 cm x 14 cm

Teknis Produksi : Cetak offset

IV.2.5 Digital Ebook

Penggunaan media ini di latarbelakangi dengan konsep pembuatan media

informasi akan motif songket Palembang Bungo pacik yakni modern. dimana pada

saat ini konsumsi publik akan kebutuhan di bidang informasi sangatlah tinggi melalui

media digital. Pada media ini berisi akan informasi motif songket Palembang Bungo

(51)

Gbr IV.7 Digital Ebook

Media : Digital Ebook

Teknis Produksi : Digital

IV.2.6 Halaman Situs

Halaman situs merupakan media penunjang akan kebutuhan publik di bidang

informasi yang berupa digital. Pada halaman situs ini berisi informasi akan motif

songket Palembang Bungo pacik.

(52)

Media : Halaman situs

Teknis Produksi : Digital

IV.2.7 Paper Bag

Paper bag merupakan media yang tujuannya sebagai tempat penyimpanan/tas

jinjing dan juga sebagai pelengkap dari media utama media informasi akan motif

songket Palembang Bungo pacik.

Gbr IV.9 Paper Bag

Media : Paper bag

Material : Syntetic

Ukuran : 37 cm x 18cm x 43,5 cm

(53)

IV.2.8 Stiker

Penggunaan media

Gbr IV.10 Stiker

Media : Stiker

Material : Sticker chromo

Ukuran : 6 cm x 6 cm

(54)

IV.2.9 Pembatas Buku

Gbr IV.11 Pembatas buku

Media : Pembatas buku

Material : Art paper 260 gr

Ukuran : 2 cm x 8 cm

Gambar

Gambar I.1. Songket Palembang
Gambar II.1. Songket Lepus
Gambar II.3. Songket Limar
Gambar II.5. Songket Kombinasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Songket merupakan kain tenun berornamen detail yang membutuhkan ketelitian dalam pembuatan nya jadi aplikasinya pada perancangan adalah ragam hias museum (motif

Motif-motif yang tertera pada kain tenun songket itu kiranya lebih dari pada sekedar hiasan belaka, namun ia dapat diterjemahkan, sekaligus merupakan simbol atau lambang yang

Merupakan contoh songket Balapak yang di hiasi hampir semua bagian kain dengan benang logam, motifnyapun terdiri dari beberapa motif khas Sumatera Barat, seperti:

tenun menjadi berkualitas dan tahan lama. Kain songket sendiri, memiliki jenis-jenis yang dapat dibedakan berdasarkan motif dari benang tersebut. Beberapa contoh dari jenis

Gambar 3.16 Diagram hasil kuisioner responden yang mengetahui tentang kain songket Palembang

Didasari analisa yang dilakukan, se- bagai akhir dari rangkaian penlditian, maka dapnt disimpulkan bahwa motif hias yang terdapat pada kain tenun songket sebagai

Hasil penelitian menunjukkan bahwa akurasi dari pengenalan motif Songket Palembang tergantung pada jenis motif Songket yang digunakan dalam pelatihan dan pengujian, serta nilai

Menurut orang orang yang bergelut di dunia pembuatan motif kain cual ,banyak motif-motif kain songket palembang merupakan hasil pengaruh dari dari motif- motif kain cual