DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nomor Telepon / Phone : 085722116456
Email : rega.work@yahoo.com
Jenis Kelamin / Gender : LAKI-LAKI Tanggal Kelahiran / Date of Birth : 3-01-1992 Warga Negara / Nationality : INDONESIA
Agama / Religion : ISLAM
Riwayat Pendidikan dan Pelatihan
Educational and Professional Qualification
Jenjang Pendidikan : Education Information
Laporan Pengantar Proyek Tugas Akhir
PERANCANGAN MEDIA INFORMASI SONGKET BUNGO PACIK
PALEMBANG
DK 38315/Tugas Akhir
Semester I 2013-2014
Oleh:
Rega Perdana Wijaya
51909179
Program Studi Desain Komunikasi Visual
FAKULTAS DESAIN
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penyusun panjatkan kekhadirat Allahu Rabbi, karena Rahmat
dan Hidayah –Nya jualah penyusun dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir yang
berjudul :
“PERANCANGAN MEDIA INFORMASI SONGKET BUNGO PACIK PALEMBANG”
Akhirnya penyusun hanya dapat berharap karya tulis berbentuk laporan ini, dapat
bermanfaat bagi kemajuan penyusun maupun bagi para pembaca dan pihak yang
memerlukan pada umumnya
Penulis sadar bahwa dalam mengerjakan karya tulis ini masih saja ada
kekurangannya, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya
membangun yang bertujuan dan bermanfaat bagi penulis. Semoga karya tulis ini bisa
di manfaatkan khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya bagi pembaca sekalian.
Semoga Allah SWT mencurahkan balasan kepada semua pihak yang telah turut
membantu penyusunan Laporan Pengantar Tugas Akhir ini.
Bandung, 29 Januari 2014
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ... i
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
I.2 Identifikasi Masalah ... 4
I.3 Rumusan Masalah... 4
I.4 Batasan Masalah ... 4
I.5 Tujuan Perancangan ... 4
BAB II :TINJAUAN MOTIF SONGKET PALEMBANG BUNGO PACIK ... 6
II.1Songket ... 6
II.1.1Songket Palembang ... 7
II.1.2Ragam Hias Songket Palembang ... 8
II.1.3Wilayah Songket Palembang... ... 11
II.2Motif ………. ... 12
II.2.1Songket Bungo Pacik ... 13
II.2.2 Makna Filosofis Motif Songket Bungo Pacik ... 13
II.2.3Songket Bungo Pacik Palembang ... 14
II.3Analisis Masalah ... 17
II.4Solusi Pemecahan 5W1H+E ... 17
BAB III :STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL MEDIA
INFORMASI MOTIF SONGKET BUNGO PACIK... 20
III.1 Strategi Perancangan ... 20
III.1.1Pendekatan Komunikasi ... 20
III.1.2 Tujuan Komunikasi ... 21
III.1.3 Pesan Utama Komunikasi ... 21
III.1.4 Strategi Kreatif ... 22
III.1.5 Strategi Media ... 23
Daftar Pustaka
Buku :
Akib,R.M, 1956, Kota Palembang 1272 dan 50 tahun Kotapradja Palembang,
Palembang: Rhama.
Institut Teknologi Tekstil, 1977, Pengetahuan Barang Tekstil, Bandung:
Percetakan ITT
Kartiwa, Drs, Suwati. 1987. Tenun Ikat. Jakarta: Djambatan
Kartiwa, Drs, Suwati. 1987. Songket Indonesia. Jakarta: Djambatan.
W.J.S Poerwadarminta. 2002. KBBI/KUBI. Jakarta: Balai Pustaka.
Skripsi / Tugas Akhir :
Riyanti, Ade. (2005). Makna Simbolis Kain Songket Sebagai Simbol Status Sosial
di Kelurahan Serengam 32, Ilir Kecamatan Ilir Barat Palembang, Sumatera
Selatan. Semarang : Universitas Negeri Malang.
Web :
Pemprov Sumsel. 2008. Tentang kota. Geografis. Tersedia di
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masalah
Kain Tenun merupakan salah satu kekayaan budaya Indonesia, karena
keberadaannya merupakan salah satu karya Bangsa Indonesia yang tersebar luas
diseluruh kepulauan Indonesia.Salah satunya pulau Sumatera yang terbagi dalam
tujuh propinsi dimulai dari Aceh sampai Lampung lebih dikenal dengan nama
pulau emas atau swana dhipa karena kaya akan sumber alamnya. Melihat kembali
sejarah salah satu kerajaan diantaranya yaitu Sriwijaya, kerajaan Sriwijaya dikenal
sejak abad ke dua belas sampai tiga belas telah mengadakan hubungan
perdagangan sampai ke Persia dan negara-negara Timur Tengah lainnya juga
dengan negara-negara Asia. Hal ini memberikan pengaruh besar terhadap motif
kain tenun yang ada disekitar kerajaan Sriwijaya, salah satunya kota Palembang.
Indonesia sendiri memiliki tiga kategorikain tenun tradisional yaitu ikat
pakan, ikat lungsi, dan dobel ikat (Suwati, 1987, h.x). Salah satu kain yang
dikenal masyarakat adalah kain songket Palembang yang masuk ke dalam
kategori ikat pakan. Songket secara umum dapat didefinisikan sebagai proses
mengangkat dan menyatukan benang logam untuk tujuan membentuk desain pada
pembuatan kain tenun. Ada pula definisi lain yang dikemukakan oleh Suwati
(1986) menjelaskan „kain tenun logam (emas atau perak) yang ada di berbagai
daerah di Indonesia', atau sebagai 'sebuah teknik memasukan untuk kain tenun"
Kain songket Palembang memiliki berbagai macam motif, yang terbagi
berdasarkan pola benang emas yang terdapat pada permukaan kain serta material
kain yang digunakan. Proses pembentukan motif sendiri didapat dari tenunan
benang emas yang disungkit pada benang pakan. Pada umumnya motif ini
merupakan stilisasi dari bentuk flora dan fauna. Secara umum songket Palembang
terbagi menjadi enam ragam motif, hal ini bertujuan untuk membedakan motif
berdasarkan pola benang emas yang terbentuk pada permukaan kain dan daerah
pembuatan songket tersebut.
Karena adanya pengaruh dalam perkembangan dan penyebaran seni tradisi
motif songket khas daerah tertentu dengan daerah sekitarnya. Hal tersebut sangat
berbanding terbalik akan kenyataan bahwasanya kebudayaan Melayu yang kaya
akan beragam jenis motif. Jumlah produktifitas serta regenerasi dalam seni tradisi
songket Palembang juga menjadi faktor penghambat lain yang dapat menjadi
masalah terkait akan keberadaan dari seni tradisi motif songket Palembang
khususnya motif songket Bungo Pacik.
Anyaman dasarnya adalah anyaman polos sedang anyaman motif
bermacam-macam demikian pula dengan corak maupun warnanya yang dinamis.
Ada yang penuh dengan motif benang emas, ada yang kosong bagian tengahnya
tetapi motif diberikan di bagian tepi kain,ada pula kembang-kembang dicampur
benang-benang biasa berwarna putih,merah atau hijau dan beraneka pula ragam
coraknya.(Pengetahuan Barang Tekstil, ITT,1997:217).
Songket motif Bungo Pacik memiliki karakteristik sendiri dibanding motif
songket lainnya yakni sebagian besar benang motif dari benang emas diganti
dengan benang kapas putih sehingga anyaman benang emasnya tidak banyak lagi
dan hanya sebagai selingan. (Pengetahuan Barang Tekstil,ITT, 1997:218).
Dewasa ini masyarakat Sumatera Selatan masih gemar bertenun dan tetap
mempergunakan gedokan/ATBM yang sistem kerjanya lebih cepat dan
produksinya lebih besar sebagai alat bantu untuk menghasilkan karya-karya tenun.
Motivasi bertenun saat ini bukan hanya sebagai ekspresi seni tetapi lebih
cenderung berorientasi ke pasar. Budaya bertenun tersebut kian hari kian
berkurang peminat karena orang cenderung membeli daripada membuat sendiri.
Jadi amat disayangkan jika budaya bertenun tersebut sampai kehilangan peminat
hanya karena mahalnya harga bahan baku dan ketidak praktisan dalam
pembuatan.
Melihat kondisi di atas maka pembinaan dan pengembangan kerajinan
tenun tradisional tersebut perlu digalakkan karena selain merupakan upaya
melestarikan warisan budaya bangsa, kerajinan tenun tradisional dapat juga
menambah penghasilan dan memperluas lapangan kerja. Pembinaan dan
pengembangan kerajinan tenun tradisional tersebut tidak dapat dipungkiri tanpa
melihat jalur pemasaran yang merupakan salah satu pendorong berkembangnnya
pengrajin tradisional itu sendiri harus tercipta suatu kondisi yang kondusif untuk
berkarya. Kondisi yang kondusif antara lain ditemukan dan dipilih dalam pola
kehidupan sosial budaya masyarakat yang bersangkutan.
Berdasarkan uraian di atas maka penelitian ini mencoba mengkaji bentuk
dari motif songket Palembang Bungo Pacik. Hal ini menarik untuk diungkapkan
dalam penelitian ini, bagaimana mengkaji serta menganalisa motif tersebut untuk
kepentingan memberikan wawasan kepada masyarakat dan secara tidak langsung
untuk mempopulerkan ciri khas motif songket Bungo Pacik. Pentingnya
mengetahui informasi motif songket ini adalah untuk menumbuhkan rasa
kecintaan dan pemahaman yang lebih mendalam sehingga masyarakat dapat ikut
serta untuk melestarikan salah satu kekayaan budaya Indonesia yang jumlah
produktifitasnya semakin menurun dan mulai dilupakan.
Gambar I.1. Songket Palembang
I.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan paparan latar belakang diatas serta data kuisioner yang
dihimpun, dapat diidentifikasi beberapa masalah yang akan dibahas dalam
penelitian ini yaitu:
- Kurangnya pengetahuan akan informasi terhadap motif songket Bungo
Pacik yakni motif, makna dan nilai filosofis yang terkandung didalamnya.
- Dalam proses penenunan yang saling mempengaruhi tiap daerahnya, maka
sulit untuk membedakan antara jenis varian motif songket Bungo Pacik
daerah satu dengan daerah lainnya.
- Ketidak tahuan masyarakat akan jenis variasi dan daerah asal pengrajin
motif Bungo Pacik.
I.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan paparan identifikasi masalah diatas fokus permasalahan yaitu,
masyarakat melayu saat ini khususnya kota Palembang umumnya yang kurang
paham akan motif songket Bungo Pacik Palembang dan beberapa jenis variannya,
dikarenakan kurangnya pengetahuan akan informasi terhadap motif songket
tersebut yang menjadikan motif songket Bungo Pacik seperti “tamu di daerah
asalnya” yakni kota Palembang.
I.4 Batasan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka penulis membatasi masalah terhadap
kurangnya informasi terhadap songket Bungo Pacik Palembang yang mengacu
kepada target audience, agar pesan dapat disampaikan dengan baik.
I.5 Tujuan Perancangan
Tujuan dari perancangan informasi mengenai motif songket Bungo Pacik
- Mampu memberikan informasi dan mencitrakan motif songket Bungo
Pacik yang memiliki nilai budaya, makna filosofis dan juga pengetahuan
akan motif songket Bungo Pacik Palembang.Khususnya kepada
masyarakat kota Palembang, karena songket Bungo Pacik merupakan
warisan budaya yang sudah mulai hilang keberadaanya.
- Dapat mengangkat serta memperkenalkan motif songket Bungo Pacik
Palembang di mata khalayak sasaran yang dituju.
- Setelah masyarakat mengetahui informasi akan motif songket Bungo Pacik
Palembang secara mendalam, harapan yang dituju agar masyarakat dapat
mencintai lebih mendalam kebudayaan tersebut dan turut serta
BAB II
TINJAUAN MOTIF SONGKET PALEMBANG BUNGO PACIK
II.1 Songket
Kain songket merupakan salah satu kesenian khas Indonesia yang telah
ada berabad–abad lamanya dan merupakan salah satu bukti peninggalan sejarah
kebudayaan bangsa Indonesia. Kain songket telah ada sejak zaman kerajaan
Sriwijaya dan telah bertahan hingga saat ini. Sejarah dan kebudayaan Palembang
dari kejayaan masa lampau tercermin dalam salah satu unsur– unsur kebudayaan
adat Palembang diantaranya terlihat dalam pakaian upacara yang terbuat dari kain
songket, selain itu juga terlihat dari bentuk rumah adat, bentuk ukiran–ukiran
kayu, perhiasan logam emas dan perak yang tetap bertahan hingga saat ini.
Riyanti (2005) berpendapat bahwa:
Kain songket memiliki motif yang sangat kaya, disamping itu kain songket juga
memiliki makna simbolis yang cukup dalam. Kain songket telah melekat dalam
kehidupan sehari–hari masyarakat Palembang karena kain songket merupakan
peninggalan kebudayaan Palembang dimasa lampau dan telah digunakan hingga
saat ini, kain songket merupakan bentuk karya seni dari hasil ungkapan rasa
keindahan yang dikerjakan dengan teliti dan terperinci yang memiliki keindahan
tersendiri.
Keunikan desain yang terdapat dalam kain songket tercipta dari hasil karya
mencerminkan unsur–unsur yang erat hubungannya dengan kepercayaan,
pemujaan terhadap roh leluhur dan memuja keagungan alam. Dalam desain
songket mendapat pengaruh dari kesenian Islam,walaupun didalam kesenian
Islam tidak memperbolehkan mewujudkan mahkluk hidup, tetapi dalam desain
kain songket tampak dibuat corak binatang–binatang tertentu diantaranya adalah
motif naga dan sayap burung garuda yaitu beberapa dari motif yang sudah dikenal
dalam unsur–unsur keagamaan yang berkesinambungan dari suatu periode zaman
II.1.1 Songket Palembang
Berdasarkan sejarah Sriwijaya di abad 19, songket berasal dari kata
menyongket atau menyungkit. Kata tersebut maksudnya adalah pekerjaan
menyusun benang pakan dan benang lungsi melalui proses menenun yang
berbentuk tradisional (manual). Penyusunan dan penyukitan inilah yang
dinamakan songket dan dalam bahasa inggrisnya adalah designatau perencaan.
(Sejarah & Kebudayaan Palembang, 1985:63)
Daerah–daerah di Sumatera banyak mendapat pengaruh kebudayaan dari
luar hal tersebut dikarenakan adanya hubungan dagang dengan negara tetangga
sehingga secara tidak langsung mempengaruhi kebudayaan setempat. Disamping
sebagai akibat dari adanya pertukaran barang dalam perdagangan telah pula
mempengaruhi corak atau motif kain songket yang dihasilkan didaerah
Palembang. Banyaknya pengaruh kesenian yang dibawa oleh para pedagang
tersebut yang diantaranya berasal dari Timur Tengah dan Tiongkok ( Cina )
mempengaruhi motif dalam desain kain songket Palembang. Salah satunya adalah
agama Islam yang dibawa oleh pedagang dari Timur tengah,walaupun dalam
kesenian Islam tidak diperbolehkan mewujudkan mahluk hidup, tetapi didalam
desain kain songket tampak dibuat binatang-binatang tertentu. Seperti misalnya
berbagai jenis burung, reptilia dan naga.
Kata songket merupakan salah satu kerajinan yang telah ada di Indonesia
dalam bidang pertekstilan, misalnya daerah Bali, Palembang, Jambi, Sumatera
Barat, Aceh, Lampung, Bengkulu, Kalimantan dan daerah lainnya. Songket
tersebut dibuat dengan alat tenun sederhana (ATBM gedokan) dengan motif yang
berbeda-beda baik dengan menyulamkan benang emas, benang perak, benang
kapas berwarna.
Anyaman dasarnya adalah anyaman polos sedang anyaman motif
bermacam-macam demikian pula dengan corak maupun warnanya yang kontras
dan dinamis. Ada yang penuh dengan motif benang emas, ada yang kosong
dibagian tengahnya tetapi motif diberikan pada bagian tepi kain, ada pula
kembang-kembang dicampur benang-benang biasa berwarna putih, merah atau
hijau dan beraneka pula ragam coraknya. (Pengetahuan Barang Tekstil,
Kerajinan kain tenun songket tersebar di berbagai daerah di Indonesia, hal
ini menjadikan kain songket memiliki perbedaan dan keunikannya sendiri di
setiap tempat yang berbeda baik dari ragam corak hias, fungsi pemakaian dan
motif yang dihasilkan.
II.1.2 Ragam Hias Songket Palembang
Ragam hias pada songket Palembang umumnya bersifat naturalis dan
banyak mengambil inspirasi penciptaan motif dari unsur-unsur alam, seperti
stilisasi flora dan fauna. Konsep tersebut lebih bersifat simbolik dan bermakna
filosofis yang mendalam. Banyak pengaruh dan persilangan budaya dari daerah
sekitar Melayu yang melatar belakangi bentuk dan warna pada ragam hias songket
Palembang. Kerajinan songket Palembang memiliki beberapa perbedaan jenis
yang dapat ditinjau dari segi produk songket itu sendiri, antara lain:
a. Songket Lepus (Lepus berarti menutupi) adalah songket yang bermotif
benang emas menutupi hampir seluruh bagian permukaan kain sesuai
dengan motifnya.
Gambar II.1. Songket Lepus
b. Songket Tawur adalah songket yang motifnya tidak menutupi seluruh
permukaan kain tetapi berkelompok-kelompok yang letaknya menyebar.
Benang pakan dalam pembentukan motif kembang tidak disisipkan dari
pinggir ke pinggir seperti halnya pada tenun polos yang biasa, tetapi hanya
sekelompok saja yang mengikuti struktur dari corak kembang itu sendiri,
misalnya : songket TawurLintang, songket TawurTampukManggis dan
lain-lain.
Gambar II.2. Songket Tawur
Sumber : Dokumen Pribadi
b. Songket Limar adalah kain songket yang motifnya tidak dibentuk oleh
benang-benang tambahan seperti benang emas atau perak tetapi corak
ragam hiasanya dibentuk dari benang pakan yang dicelup pada
bagian-bagian tertentu sebelum ditenun.
Gambar II.3. Songket Limar
d. Songket Tretes Mender adalah kain songket yang tidak dijumpai
gambar/bunga pada motif bagian tengahnya. Motif-motifnya hanya terletak
pada kedua ujung pangkal dan pinggir-pinggir kain.
Gambar II.4. Songket Tretes Mender
Sumber : Ade Riyanti (2005)
e. Songket Kombinasi adalah songket yang merupakan kombinasi dari jenis
songket-songket di atas, misalnya songket Bungo Cino adalah gabungan dari
songket Tawur dan songket Bungo Pacik, songket Bungo Intan adalah
gabungan antara Tretes Mender dan songket Bungo Pacik.
Gambar II.5. Songket Kombinasi
Sumber : Netty Jualiana (2008)
f. Songket Bungo Pacik adalah kain songket yang sebagian besar motif benang
emasnya tidak banyak lagi dan hanya sebagai selingan. Hal ini menjadikan
songket Bungo Pacik sebagai songket dengan kasta rendah.
(PengetahuanBarangTekstil, ITT,1997:217).
Gambar II.6. Songket Bungo Pacik
Sumber : Dokumen Pribadi
II.1.3 Wilayah Songket Palembang
Dalam perkembangan dan penyebaran songket tradisional Indonesia,
terjadi proses saling mempengaruhi di antara songket dari berbagai daerah, yang
hasilnya terlihat dalam penggambaran motif yang mengandung makna simbolik
yang merupakan deskripsi dari berbagai bentuk yang berasal dari alam baik flora
maupun fauna. Begitu pula dengan songket Palembang, songket ini telah
menyerap berbagai pengaruh yang berdatangan dari daerah-daerah lain. Segala
oleh kebudayaan khususnya dalam seni budaya tanpa menghilangkan dan
meninggalkan ciri khas dari daerah asal.
Gambar II.7. Peta propinsi Sumetera Selatan
sumber : (11 Nopember 2013)
Dilihat dari aspek geografis letak administratif wilayahnya, songket
Palembang termasuk kedalam kategori kain tenun ikat pakan (Suwati, 1987, h.x).
Secara umum dapat dilihat dari benang pembentuk motifnya yang di masukan
melalui benang pakannya.
II.2 Motif
Motif adalah pengulangan suatu gambaran atau corak pada kain. Motif
songket Palembang secara bentuk terbagi menjadi 2 yakni lepus dan tawur.
Pembentukan motif pada kain songket terjadi berdasarkan stilisasi flora dan fauna
keadaan alam bumi melayu.
Songket memiliki puluhan bahkan ratusan variasi motif yang berbeda
secara bentuk dan nilai filosofis yang terkandung dalam setiap motifnya. Hal ini
merupakan sebuah bukti kekayaan warisan budaya yang dimiliki oleh negara kita
II.2.1 Motif Songket Bungo Pacik
Corak serta motif kain songket mengandung makna simbolis yang sangat
bernilai, penampilan fisiknya juga menimbulkan kekaguman karena adanya
perpaduan warna–warna cerah dengan kilauan benang emas dan benang perak,
menurut Ghea S. Panggabean dunia mode luar negeri menjuluki kain songket
sebagai ratunya kain buatan tangan ( the queen of handwoven textile ). ( Rakaryan
S. Putra : 2001).
Dilihat dari segi historis pembentukan motif Bungo Pacik, motif ini
merupakan hasil dari pembentukan akan kekhususan dari daerah yang dikenal
sebagai kampung Arab di daerah hulu Palembang.
Songket jenis ini dikhususkan untuk wanita keturunan Arab. Digunakan
pada upacara pernikahan dan upacara kebesaran lainnya. Bahan sutera bertabur
bungo melati, mawar maupun bungo tanjung. Simbolis adalah lambang atau
melambangkan sesuatu ( W.J.S Poerwadarminta 2002 ). Jadi dapat diartikan
makna simbolis kain songket adalah arti atau lambang sesuatu yang terkandung
didalam kain songket Palembang.
II.2.2 Makna Filsofis Motif Songket Bungo Pacik
Gambar II.8. songket Bungo Pacik Palembang
Sumber : http://budaya-indonesia.org/Kain-Songket-Bungo-Pacik/(12 nopember
Kain songket Bungo Pacik memiliki perbedaan yang mendasar jika
dibandingkan dengan ragam hias songket yang lain. Hal ini terlihat dari kain
songket yang sebagian besar motif benang emasnya diganti dengan benang kapas
putih sehingga anyaman benang emasnya tidak banyak lagi dan hanya sebagai
selingan. Hal ini yang membuat songket Bungo Pacik jarang ditemukan dan
digunakan karena songket Bungo Pacik tak memiliki banyak emas dalam
motifnya, sehingga masyarakat Palembang menganggap songket Bungo Pacik
merupakan kain songket dengan kasta rendah dan tak layak digunakan oleh
keluarga kerajaan yang pada saat itu mengenal 4 kasta/tingkatan keluarga, yaitu,
Raden, Masagus, Kiemas dan Kiagus. Di luar itu adalah kelompok masyarakat
kebanyakan. Empat kasta itulah yang boleh menggunakan dan menenun
songket-songket dan biasanya tinggal di daerah yang masih dekat dengan istana raja. Dan
rakyat biasa hanya diperbolehkan menggunakan songket hanya disaat-saat
tertentu, seperti upacara pernikahan.
Konsep penggambaran komposisi ragam hias pada songket Bungo Pacik
tidak memiliki unsur naratif (bercerita) seperti misalnya pola pada kain tradisonal
batik cirebon yang memungkinkan suatu cara pembacaan tertentu atas helaian
tradisional batiknya baik pembacaan dari atas ke bawah atau dari samping kiri ke
kanan atau sebaliknya.
II.2.3 Songket BungoPacik Palembang
Palembang ialah ibu kota provinsi Sumatera Selatan merupakan kota
terbesar ke dua setelah Medan di pulau Sumatera. Dengan luas wilayah 400,61
km2 yang secara administrasi terbagi atas 16 kecamatan dan 107 kelurahan.
Palembang merupakan salah satu kota tertua di Indonesia dengan dilatarbelakangi
sejarah kerajaan Sriwijaya yang berkuasa di Asia Tenggara pada abad ke 7.
Palembang mendapat julukan Venice of the East karena terdapat sungai Musi
yang dilintasi ikon kota Palembang yakni jembatan Ampera dan berfungsi sebagai
sarana transportasi dan perdagangan antar wilayah. Secara geografis Palembang
sangat strategis sebagai daerah pemasok berbagai kebutuhan barang. Hal ini
dapat dilihat melalui sejarah tua Palembang yang menjadi pintu masuk para
budaya. Selain itu kota ini menyimpan salah satu jenis tekstil terbaik di dunia
yaitu kain songket. Kain songket Palembang merupakan salah satu peninggalan
kerajaan Sriwijaya dan diantara kain tenun lain, kain ini mendapat sebutan ratunya
kain. Hingga saat ini kain songket masih dibuat dengan menggunakan alat tenun
manual(Gedokan) atau ATBM. Sejak zaman dahulu fungsi songket merupakan
pakaian adat yang digunakan untuk acara-acara sakral atau acara penting lainnya.
Dalam perkembangan dan penyebaran songket Palembang, terjadi proses
saling mempengaruhi diantara songket tersebut dengan daerah sekitarnya, yang
hasilnya terlihat dalam penggambaran motif yang mengandung makna simbolik,
yang merupakan deskripsi dari berbagai bentuk yang berasal dari alam, flora
maupun fauna.
Adanya pengaruh budha dari kerajaan Sriwijaya dan pengaruh kebudayaan
Cina pada masa lampau dapat ditemukan pada motif songket Bungo Pacik
Palembang. Motif songket ini menggambarkan bungo mawar, bungo melati
ataupun Bunga Tanjung yang tersebar pada bagian kembang tengah.
Penggunaan warna pada motif songket Bungo Pacik tampil dengan warna
khas daerah Palembang yakni merah dengan komposisi benang emas. Fungsi
pakai pada motif songket Bungo Pacik biasanya untuk perayaan acara
kebudayaan, acara formal, upacara adat (pernikahan). Ciri yang membedakan
motif songket Bungo Pacik Palembang dengan motif sejenis dari daerah lainnya
terletak pada penggunaan warna, dan bagian kembang tengah yang menggunakan
ornament seperti di bawah. Motif-motif flora di bawah memiliki arti makna
tertentu. Bungo melati melambangkan kesucian dan sopan santun. Bungo mawar
melambangkan kebahagiaan dan pelambang sebagai penawar malapetaka.
Sedangkan bungo tanjung sebagai lambang ucapan selamat datang dan juga
Bungo Melati Bungo Mawar Bungo Tanjung
Gambar II.9. ornament melati, mawar dan tanjung
II.3 Analisis Masalah
Dalam peneltian ini telah dilakukan metode survey yang dilakukan pada
2-8 Nopember 2013 dengan jumlah responden 40 orang yang merupakan 10%
jumlah populasi daerah di Kelurahan Serengam 32 Ilir Kecamatan Ilir Barat
Palembang. Responden dibedakan menurut jenis kelamin dengan kategori dewasa
yang peka akan seni dan estetika berusia 20-25 tahun. Jumlah pertanyaaan dalam
survey yang diajukan sebanyak sembilan pertanyaan yang di anggap ada
keterkaitan dengan songket Bungo Pacik.
Dari hasil kuantitatif data yang diperoleh maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa masyarakat dewasa kota Palembang khususnya daerah Kelurahan
Serengam 32 Ilir sudah mengetahui apa itu songket dan pernah memakai songket.
Pada umunya songket difungsikan sebagai pakaian yang dikenakan pada
acara-acara besar.
Jenis songket Bungo Pacik masih sangat asing bagi masyarakat dewasa
Palembang, secara garis besar masyarakat tidak mengetahui apa itu songket
Bungo Pacik dan tidak pernah mengenakan jenis batik tersebut. Masyarakat
masih sangat awam dalam segi pengetahuan akan informasi dan makna filosofis
yang terkandung pada motif songket Bungo Pacik. Hal tersebut dikarenakan
informasi-informasi yang tidak memadai dan juga adanya pengaruh motif songket
daerah lainnya yang telah masuk ke daerah Kota Palembang.
II.4 Solusi Pemecahan 5W1H + E
Dalam pemecahan masalah yang telah di jelaskan pada sub bab
sebelumnya, diperlukan sebuah media informasi mengenai berbagai motif ragam
hias dan makna motif songket Bungo Pacik Palembangyang tujuannya untuk
memberikan wawasan kepada masyarakat dewasa Kota Palembang dan secara
tidak langsung untuk mempopulerkan pencitraan akan ciri khas motif songket
Bungo Pacik Palembang itu sendiri. Dalam hal ini, digunakan metode 5W1H + E
sebagai strategi agar informasi yang dikomunikasikan sampai pada penerima
WHAT
Motif songket Bungo Pacik daerah Melayu sangat beraneka ragam dan
memiliki informasi yang mendalam.
WHO
Ditujukan kepada masyarakat dewasa kota Palembang dengan status sosial
menengah ke atas yang peka akan seni & estetika.
WHY
Agar khalayak dapat memahami informasi lebih mendalam dan dapat
membedakan keanekaragaman akan varian motif dongket Bungo Pacik
dari daerah Melayu.
WHERE
Kota Palembang sebagai salah satu daerah Melayu.
WHEN
Di sebar bertepatan pada tanggal 29 Januari 2014 karena mendekati hari
pekerja Indonesia, yang merupakan simbol hari untuk perkerja termasuk
penenun.
HOW
Melalui beberapa pengaplikasian media,diutamakan pada media buku dan
beberapa yang terkait erat dengan khalayak sasaran.
EFFECT
Menumbuhkan rasa kecintaan dan pemahaman yang lebih mendalam
sehingga masyarakatnya dapat ikut serta untuk melestarikan salah satu
kekayaan budaya Indonesia yang jumlah produktifitas nya semakin
menurun dan mulai dilupakan.
II.5 Khalayak Sasaran
Segmentasi dari target masyarakat yang dituju dalam perancangan media
informasi ini meliputi beberapa faktor diantaranya adalah sebagai berikut:
- Faktor Demografis
Usia target masyarakat yang dituju dengan usia berkisar 20-25 tahun,
berjenis kelamin laki-laki dan perempuan, digolongkan kedalam status
- Faktor Psikografis
Dilihat dari segi psikologis yang berupa:
a. Gaya hidup : Orang yang tergolong aktif dan termasuk kedalam
orang-orang beraktivitas tinggi serta berpikir.
b. Kebiasaan : Orang yang tergolong gemar mengkoleksi, menghargai,
serta mengetahui seni dan estetika.
c. Kecendrungan : Orang yang tergolong memiliki rasa kecintaan akan
seni dan estetika.
- Faktor Geografis
Diutamakan di daerah Melayu, khususnya Kota Palembang karena sebagai
BAB III
STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL MEDIA
INFORMASI MOTIF SONGKET BUNGO PACIK
III.1 Strategi Perancangan
Strategi perancangan yang akan dibuat mengenai media informasi motif
songket Bungo Pacik Palembang ini adalah dengan merancang media informasi
yang tepat serta efisien yang dapat memenuhi kebutuhan akan informasi motif
songket Bungo Pacik dan nilai pencitraan yang ditujukan agar dapat mengubah
paradigma pemikiran masyarakat selama ini tentang pengetahuan berupa sejarah,
makna filosofis, motif dan ragam hias, varian dari Bungo Pacik, dan daerah asal
pengrajin motif songket Bungo Pacik Palembang.
Informasi yang ingin disampaikan berupa pengetahuan umum tentang
songket secara luas, dari sejarah hingga teknik dan peralatan yang dibutuhkan
dalam pembuatan kain songket. Beberapa informasi akan bumi Melayu dan
kerajinan songket tradisional daerahnya dengan tampilan visual beberapa motif
songketnya dan informasi utama yakni tentang penjelasan akan motif songket
Bungo Pacik serta informasi berupa perbedaan antara motif songket Bungo Pacik
Palembang.
Perancangan informasi ini dituangkan kedalam tiga media, yakni: media
utama, media pendukung, dan media kreatif. Dimana bobot akan pengetahuan
informasi lebih mendalam terdapat di media utamanya. Media pendukung dan
media kreatif hanya sebagai pelengkap saja yang tujuannya agar khalayak sasaran
merujuk mendapatkan informasi dari media utama.
III.1.1 Pendekatan Komunikasi
Pendekatan komunikasi yang digunakan disesuaikan dengan fenomena
permasalahan yang ada, dalam hal ini adalah perlunya media yang dapat memberi
informasi tentang motif batik songket Bungo Pacik Palembang. Pendekatan
komunikasi dalam perancangan dari media informasi motif songket Bungo Pacik
Palembang ini, mengkomunikasikan informasi motif songket Bungo Pacik yang
ragam hiasnya, motif Bungo Pacik, makna filosofis motif Bungo Pacik, varian
dari Bungo pacik, dan daerah asal pengrajin.
Strategi pemecahan masalah mengenai informasi motif songket Bungo
Pacik Palembang adalah menggunakan metode 5W1H+E, agar dapat mengetahui
fenomena masalah yang terjadi dan sebagai tujuan agar informasi yang
dikomunikasikan sampai pada penerima pesan dengan efektif serta menanamkan
pencitraan dan merubah paradigma pemikiran masyarakat akan motif songket
Bungo Pacik Palembang.
Pendekatan Komunikasi Visual
Pendekatan komunikasi visual dituangkan sesuai dengan keyword dari
hasil mapping yaitu eksklusif dan modern. Pemilihan keyword ini disesuaikan
dengan consumer insight dari target masyarakat yang dituju terkait dengan motif
songket Bungo Pacik Palembang tanpa mengesampingkan kebudayaan lokal.
Pendekatan secara visual dilakukan dengan cara menyampaikan informasi kepada
kepada khalayak sasaran dengan menggunakan buku fotografi songket Palembang
Bungo Pacik, foto yang diambil menjadi visual yang akan menyampaikan
mengenai songket, motif dan cara pembuatanya.
Pendekatan Komunikasi Verbal
Pendekatan komunikasi verbal dalam strategi kreatif perancangan ini
menggunakan penyampaian komunikasi bahasa secara sopan dan formal sesuai
dengan consumer insight dari target masyarakat yang dituju. Hal tersebut
ditujukan agar penyampaian komunikasi menjadi efektif dan efisien serta pesan
yang dituju dapat dimengerti oleh penerima pesan. Dan juga menggunakan dua
bahasa, yakni bahasa Inggris dan bahasa Indonesia dengan tidak menutup
kemungkinan kepada orang luar Indonesia ataupun orang Indonesia yang berada
III.1.2 Tujuan Komunikasi
Tujuan dari komunikasi perancangan media informasi motif songket
Bungo Pacik Palembang ini diantaranya adalah sebagai berikut:
- Mampu memberikan informasi dan mencitrakan motif songket Bungo
Pacik yang memiliki nilai budaya, makna filosofis, dan juga
pengetahuan akan motif songket Bungo Pacik Palembang.
- Dapat mengangkat serta memperkenalkan motif songket Bungo Pacik
Palembang di mata target masyarakat yang dituju.
- Setelah masyarakat mengetahui informasi akan motif songket Bungo
Pacik Palembang secara mendalam, harapan yang dituju agar
masyarakat dapat mencintai lebih mendalam kebudayaan tersebut dan
turut serta melestarikannya.
- Dapat mengangkat jumlah nilai produktifitas dari motif songket
Bungo Pacik Palembang.
III.1.3 Pesan Utama Komunikasi
Pesan utama dari media informasi motif songket Bungo Pacik Palembang
yang ingin disampaikan dengan tujuan agar masyarakat dapat mengetahui
informasi secara lengkap dan menyeluruh, serta menanamkan pencitraan dan
mengubah paradigma pemikiran masyarakat selama ini akan informasi nilai
budaya, makna filosofis, dan juga pengetahuan akan informasi motif songket
Bungo Pacik Palembang yang lebih terpenting agar masyarakat dapat lebih
mencintai kebudayaan daerah dan ikut turut serta melestarikannya.
III.1.4 Strategi Kreatif
Dalam perancangan media informasi motif songket Bungo Pacik
Palembang, strategi kreatif yang digunakan adalah pendekatan komunikasi visual
dan verbal serta fotografi desain yang di sesuaikan dan mengacu dengan hasil
Fotografi Desain
Foto sangat berkaitan erat dengan bidang desain komunikasi visual, yakni
periklanan. Foto tersebut digunakan sebagai proses komunikasi, menggambarkan
suatu keadaan dari produk. Dengan demikian, harapan yang ingin dituju agar
target yang dituju dapat mengenal lebih baik, daripada hanya membayangkannya
saja. Konsep foto desain ini disesuaikan dengan consumer insight dari target
masyarakat yang dituju, dengan maksud tujuan efisiensi dan efektif dari
komunikasi pesan serta pencitraan yang dapat merubah paradigma pemikiran
masyarkat yang dituju akan motif songket Bungo Pacik Palembang.
III.1.5 Strategi Media
Dalam perancangan media informasi motif songket Bungo Pacik
Palembang, media merupakan sarana yang sangat vital dan sangat berpengaruh
terhadap penyebaran informasi. Karena media sebagai alat pendukung, perantara,
serta alat komunikasi untuk menyampaikan pesan kepada target masyarakat yang
dituju.
a. Pertimbangan Dasar Penyebaran Media
Dalam perancangan media informasi motif songket Bungo Pacik
Palembang ini, telah di pertimbangkan akan beberapa penggunaan media
yang terkait dengan target masyarakat yang dituju dengan tujuan efisiensi
dan efektifitas dari penggunaan media tersebut, diantaranya adalah
sebagai berikut:
- Media Utama
Buku
Media ini dipilih sebagai media utama karena buku
merupakan sarana pengetahuan yang dalam penggunaannya berisi
akan informasi-informasi yang dapat dipertanggung jawabkan.
Selain itu, faktor lain dari pemilihan media ini karena dianggap
paling efektif dan efisien sesuai dari hasil mapping akan target
media ini yakni. Dengan penggunaan media kain pada cover buku
hal tersebut tertuju agar menampilkan kesan ekslusif. modern
dirancang pada tata letak/layout design dari isi buku, dan
penggunaan unsur budaya lokal Melayu ditampilkan pada
penggunaan warna pada:
- Media Penunjang
Beberapa media dipilih sebagai media penunjang diantaranya ialah
sebagai berikut:
Jadwal penyebaran media informasi motif songket Bungo Pacik
Palembang dijadwalkan pada tanggal tanggal 29 Januari 2104,
bertempat di kota palembang, hal tersebut ditujukan agar adanya kesan
tertentu secara emosional pada target masyarakat yang dituju.
III.2 Konsep Visual
Konsep visual dari perancangan media informasi motif songket Bungo
Pacik Palembang, adalah menampilkan visualiasi secara eksklusif dan modern
tanpa mengenyampingkan budaya lokal. Penyampaian secara informatif dengan
menggunakan perpaduan teknik fotografi desain, tipografi, dan layout design yang
disesuaikan pada konsep penggunaan dasar elemen-elemen desain yang
mencitrakan dan merepresentasikan dari motif songket Bungo Pacik tersebut.
III.2.1 Format Desain
Format desain yang digunakan dalam pembuatan media informasi ini
mengacu pada bentuk portrait dikhususkan pada penggunaan media utama. untuk
media penunjang, format desain yang digunakan adalah portrait dan landscape.
Studi visual pada media utama, menggunakan pengembangan akan desain tata
letak dari referensi desain dari buku “TENUN Handwoven Textiles Of Indonesia”
karya Cita Tenun Indonesia. Penggunaan referensi buku tersebut dikarenakan
tampilannya yang modern dan unik serta juga disesuaikan dengan khalayak
sasaran yang dituju dari penyebaran media informasi ini.
Gambar III.1. Studi visual
Dalam penggunaan layout ini,ingin dimunculkan kesan modern dengan
penataan semenarik mungkin yang dengan tujuan tidak membosankan bagi
pembaca. Peletakan antara Body, Sub, dan isi Body diatur agar seimbang,
memiliki irama dan sebagai kesatuan dari elemen desain yang lainnya pada media
utama.
Gambar III.2. Sketsa layout
III.2.3 Tipografi
Penggunaan huruf pada judul/headline menggunakan jenis huruf yang
dapat mendeskripsikan dari motif kain tenun, hal tersebut ditujukan agar
perwakilan dari huruf dapat memvisualisasikan dari motif songket Bungo Pacik
itu sendiri.
Untuk penggunaan huruf pada isi body text atau subheadline menggunakan
jenis huruf Times, agar tingkat keterbacaannya jelas dan dapat mendeskripsikan
kesan modern.
III.2.4 Warna
Dalam penggunaan warna, digunakan warna-warna yang dapat mencirikan
dari kebudayaan seni tradisi batik daerah Melayu itu sendiri, mayoritas warna
yang digunakan adalah bernuansa gelap dengan dipadu warna-warna cerah dari
ciri khas songket Palembang. Format warna menggunakan format CMYK agar
kualitas cetak tidak berkurang karena sesuai dengan fungsinya. Berikut adalah
contoh warna yang digunakan pada layout buku:
a. Ungu Tua
Merupakan warna yang tegas, penuh keyakinan, dramatis, berani
serta elegan. Warna ini merupakan karakter yang di ambil dari bentuk
songket Palembang yang telah ada, walaupun dewasa ini warna
songket telah memiliki beragam variasi akan tetapi warna merah tetap
melekat sebagai identitas songket palembang.
b. Emas
Merupakan warna yang cerah, lembut, maskulin. Warna ini
merupakan identitas benang pakan yang ada dalam songket, yang
merupakan unsur penting dalam pembentukan kain songket.
III.2.5 Ilustrasi
Dalam penggunaan ilustrasi, menggunakan ilustrasi foto yang memiliki
pesan visual mengenai songket Palembang motif Bungo pacik hal ini
dimaksudkan agar pesan-pesan yang terdapat dalam media informasi ini dapat
Halaman daftar isi Gambar IV.1 Cover buku
Halaman 1-2
Cover menggunakan ilustrasi benang pakan yang sedang ditenun, mengambil makna songket Palembang yakni sebagai bentuk keindahan bumi Melayu.
Daftar isi menggunakan ilustrasi kain songket palembang, untuk memperlihatkan keindahan songket Palembang.
Halaman 3-4
Halaman 5-6
Halaman 7-8
Halaman 3-4 menggunakan ilustrasi kain, dan pembatas sub bab.
Halaman 5-6 menggunakan ilustrasi kain, dan pembatas sub bab.
Halaman 11-12
Halaman 13-14 Halaman 9-10
Halaman 9-10 menggunakan ilustrasi gedokan, dan informasi mengenai songket.
Halaman 11-12 menggunakan ilustrasi kain, dan pembatas sub bab.
Halaman 15-16
Halaman 17-18
Halaman 19-20
Halaman 15-16 menggunakan ilustrasi jenis motif songket, dan informasi songket.
Halaman 17-18 menggunakan ilustrasi kain songket, dan informasi pembagian motif songket.
Halaman 21-22
Halaman 23-24
Halaman 25-26
Halaman 21-22 menggunakan ilustrasi warna, dan pembatas sub bab.
Halaman 23-24 menggunakan ilustrasi kain songket, dan informasi.
Halaman 27-28
Halaman 29-30
BAB IV
TEKNIS PRODUKSI MEDIA INFORMASI MOTIF BUNGO PACIK
PALEMBANG
IV.1 Media Utama
Media utamanya adalah sebuah buku yang berisikan informasi-informasi
secara mendalam akan motif Songket Bungo Pacik Palembang. Buku ini membahas
tentang informasi yang berupa pengetahuan akan songket secara umum. Media ini
dipilih sebagai media utama karena buku merupakan sarana pengetahuan yang dalam
penggunaannya berisi akan informasi-informasi yang dapat dipertanggung jawabkan.
Media buku juga digunakan karena menjabarkan informasi secara rinci yang akan di
sampaikan kepada khalayak sasaran. Selain itu, faktor lain dari pemilihan media ini
karena dianggap paling efektif dan efisien sesuai dari hasil mapping akan target
masyarakat yang dituju. Konsep visual dari buku ini adalah menampilkan visualiasi
secara eksklusif dan modern tanpa mengenyampingkan budaya lokal seni menenun
bumi melayu. Penyampaian secara infomatif dengan menggunakan perpaduan teknik
fotografi desain, tipografi, dan layout design yang disesuaikan dengan konsep
penggunaan dasar elemen-elemen desain yang mencitrakan dan merepresentasikan
dari motif Bungo Pacik Palembang tersebut.
Gambar IV.2 Isi buku
Media : Buku
Material : Cover : Art paper 260 gr
Isi : Art Paper 150 gr
Ukuran : 21 cm x 21 cm
IV.2 Media Pendukung
IV.2.1 Poster
Media poster digunakan sebagai media pendukung pada media informasi
songket Palembang Bungo Pacik. Poster ditempatkan pada lokasi-lokasi strategis yang
disesuaikan dengan consumer journey dari khalayak sasaran. Isi pesan pada media
poster tidak ditampilkan secara rinci, namun hanya memberi informasi akan media
utama buku songket Palembang Bungo Pacik Konsep visual dari media poster ini
adalah menampilkan visualiasi foto dari kain motif songket Bungo Pacik Palembang
dan pengrajin songket.
Gbr IV.3 Poster
Media : Poster
Material : Akasia 210 gr
Ukuran : 42 cm x 29.7 cm
IV.2.2 X Banner
Media x banner digunakan sebagai media pendukung pada media informasi
songket Palembang Bungo pacik.. X banner ditempatkan pada lokasi indoor
penjualan media utama buku. Isi pesan pada media x banner tidak ditampilkan secara
rinci, namun hanya memberi citra visual yang menampilkan buku songket Palembang
Bungo pacik.
Gbr IV.4 X Banner
Media : X banner
Material : Flexi korea
Ukuran : 160 cm x 60 cm
Teknis Produksi : Cetak offset
IV.2.3 Iklan Koran
Iklan koran digunakan sebagai media pendukung pada media informasi
dan bertujuan sebagai efektifitas dalam penyampaian pesan kepada target. Iklan koran
ini ditempatkan pada kolom baris iklan pada koran Kompas.
Gbr IV.5 Iklan koran
Media : Iklan koran
Ukuran : 15 cm x 10 cm
Teknis Produksi : Cetak offset
IV.2.4 Brosur
Media ini sebagai media penunjang yang berisikan akan informasi mengenai
motif songket Palembang Bungo pacik secara singkat. Penyebaran media ini
Gbr IV.6 Brosur
Media : brosur
Ukuran : 30 cm x 14 cm
Teknis Produksi : Cetak offset
IV.2.5 Digital Ebook
Penggunaan media ini di latarbelakangi dengan konsep pembuatan media
informasi akan motif songket Palembang Bungo pacik yakni modern. dimana pada
saat ini konsumsi publik akan kebutuhan di bidang informasi sangatlah tinggi melalui
media digital. Pada media ini berisi akan informasi motif songket Palembang Bungo
Gbr IV.7 Digital Ebook
Media : Digital Ebook
Teknis Produksi : Digital
IV.2.6 Halaman Situs
Halaman situs merupakan media penunjang akan kebutuhan publik di bidang
informasi yang berupa digital. Pada halaman situs ini berisi informasi akan motif
songket Palembang Bungo pacik.
Media : Halaman situs
Teknis Produksi : Digital
IV.2.7 Paper Bag
Paper bag merupakan media yang tujuannya sebagai tempat penyimpanan/tas
jinjing dan juga sebagai pelengkap dari media utama media informasi akan motif
songket Palembang Bungo pacik.
Gbr IV.9 Paper Bag
Media : Paper bag
Material : Syntetic
Ukuran : 37 cm x 18cm x 43,5 cm
IV.2.8 Stiker
Penggunaan media
Gbr IV.10 Stiker
Media : Stiker
Material : Sticker chromo
Ukuran : 6 cm x 6 cm
IV.2.9 Pembatas Buku
Gbr IV.11 Pembatas buku
Media : Pembatas buku
Material : Art paper 260 gr
Ukuran : 2 cm x 8 cm