EVALUASI MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA BANK SYARIAH MUAMALAT
Oleh:
ASEP SYAIFUL BAHRI NIM : 102046125320
KONSENTRASI PERBANKAN SYARI’AH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur ke Hadirat Ilaahi Robbi yang telah memberikan nikmat,
hidayah dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
baik. Shalawat serta Salam semoga dilimpahkan kepada Baginda Nabi Muhammad
SAW yang telah membawa umatnya dari alam kegelapan hingga alam terang
benderang yang penuh dengan cahaya, juga kepada keluarga, dan para sahabatnya,
dan semoga kami semua mendapatkan syafa’atnya di hari kiamat nanti. Amin
Selanjutnya, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dan memberikan dukungan baik moril maupun materil, karena
penulis menyadari dan yakin bahwa tanpa adanya dukungan dan bantuan dari semua
pihak, sulit bagi penulis untuk dapat menyelesai skripsi ini.
Ucapan terima kasih yang sebanyak-banyaknya penulis sampaikan kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Komarudin Hidayat, selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Bapak Prof. Dr. H. Amin Suma, SH, MA, MM, selaku Dekan
Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Euis Amalia, M.Ag., dan Bapak Ah. Azharuddin Latif. M.Ag, selaku
3. Bapak H. M. Dawud A. Khan, SE, M.Si, Ak, CPA dan Bapak Supriyono, SE,
MM, selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan waktu,
bimbingan, saran petumjuk, kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Ibu Dwi Nur’ani Ihsan SE, MM dan Ibu Titi Dewi Warninda, SE., M.Si.
selaku Dosen Penguji yang sudah menguji dan membantu merevisi skripsi
saya sehingga skripsi saya menjadi lengkap.
5. Bapak dan Ibu dosen serta segenap Civitas Akademika Fakultas Syari’ah dan
Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah
memberikan ilmu kepada penulis baik secara langsung maupun tidak
langsung.
6. Seluruh Staff dan Karyawan Muamalat Institute terutama Mbak Sani atas
segala bantuan dan kesempatan untuk meluangkan waktu dari awal hingga
akhir penelitian.
7. Rasa ta’zhim dan terima kasih yang mendalam untuk Ayahanda/papa Endin
Fachrudin dan Ibunda/mama Aan Rihanah yang telah memberikan dukungan
baik moril maupun materil, perhatian, pengertian, kasih sayang dan
do’a-do’anya yang tidak henti-hentimya diberikan kepada penulis. Robbihgfirli
waliwalidayya war hamhuma kama robbayani shogiro.
8. Yang tercinta dan tersayang adik-adikku Deela, Dewinda, Deana yang telah
memberikan dukungan, dan spirit serta do’a bagi penyelesaian penulisan
9. Hormat penulis kepada kakak sepupuku AA Deni yang sedang menyelesaikan
S2 di Malaysia dan sekeluarga di Sukabumi serta kepada keluarga besar H.
Deden dan Wa Empah di Sukabumi atas perhatian dan do’a yang selalu
diberikan kepada penulis.
10.Teman-temanku dirumah bang Ipul, Dian, Iwan, Ahmad, bang Fadli dan
teman-temanku lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah
memberikan dukungan dan menjadi penghibur dikala penulis sedang merasa
jenuh sehingga dapat memberikan semangat dan inspirasi kembali.
11.Sahabat-sahabatku yang terbaik di kampus UIN Syahid, Try Sari, Malik
Ibrahim, H. Fauzan H, Dedy Akmadi, Syatria Rahman, Ibnu Said, Muisah,
Tety Mariwati, Muhandi, dan sahabatku lainnya mahasiswa Jurusan
Perbankan Syariah angkatan 2002, terutama kelas D maaf tidak bisa
menyebutkan namanya satu persatu tetapi memori terindah bersama tidak
akan pernah terlupakan.
12.Untuk Istriku yang tersayang Rahmatiyah, Akbar dan sekeluarga terima kasih
atas segala perhatian, pengertian dan spirit secara lahir batin serta do’a yang
telah diberikan kepada penulis. Ya Allah limpahkanlah rahmat, inayah dan
hidayah-Mu baginya.
13.Boy Nunumete Sebagai Manager Operasional dan Samuel sebagai Asisten
Manejer Transjakarta Busway yang telah mengizinkan penulis untuk tidak
masuk kerja karena untuk menyelesaikan skripsi ini, serta Teman-temanku di
Babay, Haryo, Hendri, Dani, Eemaa, Yani, Dian, Rani Tati dan teman-teman
tiketingku lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah
memberikan dukungan serta waktunya untuk menggantikan kerja dikala
penulis ada keperluan didalam menyelesaikan skripsi ini dan menjadi
penghibur dikala penulis sedang merasa jenuh sehingga dapat memberikan
semangat dan inspirasi kembali.
14.Pimpinan dan segenap staf perpustakaan umum UIN, perpustakaan Syariah,
atas kemudahan yang diberikan kepada penulis untuk mendapatkan referensi
yang mendukung penyelesaian skripsi ini.
15.al-Mukarram Habib Husein Al-Haddad di Depok dan Ust. Ridwan Shaleh di
Lenteng Agung yang banyak memberi dukungan, spirit, dan do’a kepada
penulis.
Akhirnya penulis berharap dan berdo’a kepada Allah SWT, agar seluruh
bantuan, pengorbanan dan amal baik yang telah kalian berikan semua, akan
mendapatkan balasan setimpal disisi Allah SWT.
اﺮﻴﺛ اﺮﻴ ﷲا اﺰ
،
ﻴ
ﺤﻰ إ ﻴﺪﻬﻴﻮﻲ ﻴﺪﻬﻴ أﷲاﻰ
Jakarta, Maret 2008 M 1429 H
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR... viii ...
Bab I PENDAHULUAN
1...Latar Belakang Masalah ... 1
2...Rum usan Masalah... 4
3...Tuju an Penelitian ... 5
4...Meto de Penelitian ... 6
5...Siste matika Penulisan. ... 8
Bab II TINJAUAN TEORITIS MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MURABAHAH
1. Pembiayaan Pada Bank Syariah………... …10
1.2Pembiayaan berbasis Natural Uncertainty Contracts…….... …14
2. Manajemen Risiko Bank Syariah……… 16
2.1Pengertian Manajemen Risiko……….. 16
2.2Risiko Menurut Pandangan Islam………. 19
2.3Teknik Mengidentifikasi Risiko……… 21
2.4Jenis-jenis Risiko Bank Syariah……… 24
3. Mekanisme Pembiayaan Murabahah……….. 30
3.1 Murabahah Dalam Wacana Fiqih………. 30
3.2 Praktek Murabahah Dalam Sistem Perbankan Syariah……. 33
3.3 Peranan Bank Syariah Dalam Murabahah Sebagai Penyandang Dana Bukan Penjual………... 40
4. Prinsip Dalam Analisis Pembiayaan di Bank Syariah………….. 41
Bab III Profil Bank Syariah Muamalat 1. Sejarah Singkat dan Perkembangan Bank Syariah Muamalat….. 44
2. Visi dan Misi………. 46
3. Produk-produk Bank……… 47
Bab IV Manajemen Risiko Pembiayaan Murabahah Pada Bank Syariah Muamalat
1. Proses Manajemen Risiko Pada Bank Syariah………..
58
1.1 Proses Penilaian Risiko Pada Bank Syariah……….. 58
1.2 Proses Pengelolaan Risiko Terhadap Risiko Pembiayaan
Murabahah Pada Bank Syariah
Muamalat……….. 65
1.3 Proses Pengelolaan Risiko Operasional
…………...……….………. 77
1.4 Proses Evaluasi dan Pengawasan………. 78
2. Pengelolaan Pembiayaan Bermasalah Pada Bank
Syariah Muamalat……… 80
Bab V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 86
B. Saran... 87
DAFTAR PUSTAKA ... 89
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Cutomer Risk Rating (CRR)……… 60
Tabel 4.2 Industry Rating (Rating Industri)……… 61
Tabel 4.3 Rating Jaminan atas RasioPemenuhan Jaminan (RPJ)……… 62
Tabel 4.4 Matriks Kombinasi CRR dan RPJ Untuk penentuan
Customer Credit Rating……… 63
Tabel 4.5 Customer Credit Rating (CCR)……… 63
Tabel 4.6 Aktiva Produktif Pembiayaan Murabahah dan Istishna
Bank MuamalatTahun 2004 ………... 68
Tabel 4.7 Portofolio Murabahah dan Istishna Bank Muamalat Tahun 2004 ……….……… 69
Tabel 4.8 Aktiva Produktif Pembiayaan Murabahah dan Istishna
Bank MuamalatTahun 2005 ………... 70
Tabel 4.9 Portofolio Murabahah dan Istishna Bank Muamalat Tahun 2005 ……….……… 71
Tabel 4.10 Aktiva Produktif Pembiayaan Murabahah dan Istishna
Bank MuamalatTahun 2006 ………... 72
Tabel 4.12 Nilai Kredit Rasio KAP
……….……… 75
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Akad-akad dalam Bank Syariah……… 12
Gambar 2.2 Siklus risiko industri………. 27
Gambar 3.1 Struktur Organisasi Bank Syariah Muamalat... 54
Gambar 4.1 Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah di
[image:10.612.112.521.166.543.2]BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perbankan adalah satu lembaga yang melaksanakan tiga fungsi utama, yaitu
menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan jasa pengiriman uang. DiDalam
sejarah perekonomian kaum muslimin, fungsi-fungsi bank telah dikenal sejak zaman
Rasulullah SAW. Fungsi-fungsi tersebut adalah menerima titipan harta,
meminjamkan uang untuk keperluan konsumsi dan untuk keperluan bisnis, serta
melakukan pengiriman uang.1
Pengertian bank menurut Undang Undang Perbankan No. 10 tahun 1998
adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan
dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk
lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak. Sedangkan Bank
syariah adalah bank yang beroperasi dengan prinsip-prinsip syariah, yang mengacu
kepada al-Qur’an dan Hadits Nabi2, artinya bahwa Bank Syariah secara operasional dan teoritis mengikuti ketentuan-ketentuan Syariah yang terkandung di dalam
al-Qur’an dan Hadits Nabi, yaitu tata cara bermuamalah secara Islami.
1
Biro Perbankan Syariah Bank Indonesia, Islam dan Perbankan Syariah, (Jakarta : Karim Business
Consulting, 2001), h. 1
2
Karnaen Purwaatmadja dan Muhammad Syafi’i Antonio, Apa dan Bagaimana Bank Islam,
Fatwa MUI tentang pengharaman bunga (interest) bank beberapa waktu lalu
telah mampu menimbulkan optimisme yang cukup besar mengenai peranan dan
prospek bank syariah dimasa depan. Bank syariah telah menjadi alternatif rasional di
luar bank konvensional. Apabila bank konvensional beroperasi dengan sistem bunga
(interest), maka bank syariah bekerja berdasarkan prinsip dasar rela sama rela atau
suka sama suka (an taraddin minkum) dan tidak ada boleh pihak yang menzalimi dan
dizalimi. Inilah mengapa bank syariah menjadi solusi yang tepat di tengah krisis
moneter dan keuangan yang mengglobal sekarang ini.
Salah satu fungsi utama bank syariah adalah menyalurkan dana. Penyaluran
dana yang dilakukan bank syariah adalah pemberian pembiayaan kepada debitur yang
membutuhkan, baik untuk modal usaha maupun untuk konsumsi. Praktik pembiayaan
yang sebenarnya dijalankan oleh lembaga keuangan Islami adalah pembiayaan
dengan sistem bagi hasil. Praktik bagi hasil ini terkemas dalam dua jenis pembiayaan,
yaitu pembiayaan mudharabah dan pembiayaan musyarakah. Jenis pembiayaan
lainnya adalah terkemas dalam pembiayaan berakad atau sistem jual beli, yaitu
pembiayaan murabahah, bai as-salam dan bai isthisna’.3
Dari jenis pembiayaan yang disalurkan oleh bank syariah, pembiayaan
murabahah merupakan pembiayaan dengan porsi terbesar. Dari data yang ada pada
Bank Indonesia, pembiayaan skim murabahah atau jual beli persentasenya mencapai
3
66,47%, mudharabah 17,97%, sementara sisanya adalah pembiayaan istishna dan
pembiayaan lainnya sebesar 2,73% dan 1,77%.4
Pembiayaan murabahah merupakan pembiayaan berbasis Natural Certainty
Contracts (NCC), yaitu kontrak atau akad dalam bisnis yang memberikan kepastian
pembayaran, baik dari segi jumlah (amount) maupun waktu (timing)-nya. Karena itu,
skim ini menjadi pilihan oleh mayoritas bank syariah sekarang ini. Walaupun
demikian, bukan berarti pembiayaan ini tidak berisiko.
Yang membedakan pembiayaan ini dengan bank konvensional adalah margin
keuntungan bank yang tidak didasarkan atas fluktuasi bunga pasar, sehingga cash
flow-nya bisa diprediksi dengan relatif pasti, karena sudah disepakati oleh kedua
belah pihak yang bertransaksi di awal akad, sehingga tidak akan berubah hingga
pengembalian pembiayaan tersebut selesai. Karena itu, jika bank melakukan
kesalahan analisa dalam menyalurkan pembiayaan, seperti penentuan jangka waktu
maupun pricing yang akan diberikan kepada nasabah, maka hal ini akan dapat
menimbulkan risiko tidak bersaingnya bagi hasil kepada dana pihak ketiga (DPK).
Disinilah pentingnya fungsi manajemen risiko bagi bank syariah. Walaupun
demikian, dalam pandangan syariah, risiko tetap merupakan sesuatu yang lazim yang
ditimbulkan oleh adanya ketidakpastian dan dianggap sebagai sunatullah (hukum
alam yang Allah tetapkan), sehingga itu merupakan suatu konsekuensi yang logis atas
dibuatnya suatu pilihan.
4
Hal inilah yang akan dianalisa lebih lanjut oleh penulis, karena dengan
semakin banyaknya pembiayaan yang disalurkan oleh bank syariah, tentunya juga
mempunyai risiko yang apabila dikelola kurang baik akan membahayakan
perkembangan bank syariah itu sendiri. Bertitik tolak dari latar belakang tersebut,
Penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dan ingin menuangkannya dalam
bentuk karya ilmiah berupa skripsi yang berjudul, “EVALUASI MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA BANK SYARIAH MUAMALAT INDONESIA”.
B. Rumusan Masalah
Pembiayaan murabahah merupakan pembiayaan yang dicirikan dengan
adanya penyerahan barang di awal akad dan pembayaran kemudian, baik dalam
bentuk angsuran maupun dalam bentuk lump sum (sekaligus). Dengan demikian,
pemberian pembiayaan murabahah dengan jangka waktu panjang akan menimbulkan
potensi risiko tidak bersaingnya bagi hasil kepada dana pihak ketiga.
Selain itu, risiko-risiko seperti pembayaran yang tertunda (default risk), risiko
industri (industry risk), market risk (seperti kenaikan nilai tukar mata uang dan
kenaikan suku bunga) maupun potensi lainnya yang berasal dari manajemen bank
syariah itu sendiri, harus juga menjadi perhatian khusus bagi bank syariah dalam
me-manage risiko-risiko tersebut, sehingga setiap pembiayaan yang dikeluarkan bisa
Secara empiris belum banayak kajian yang membahas detail mengenai hal ini.
Oleh karena itu, permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana proses manajemen risiko pembiayaan murabahah pada Bank
Syariah Muamalat Indonesia?
2. Langkah-langkah apa saja yang dilakukan Bank Syariah Muamalat Indonesia
dalam pengelolaan risiko-risiko terkait dengan pembiayaan murabahah?
3. Langkah-langkah dan solusi apa saja yang akan dilakukan Bank Syariah
Muamalat Indonesia dalam penanganannya terhadap penyelesaian
pembiayaan bermasalah?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
1. Tujuan Penulisan ini adalah :
Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk menjelaskan langkah-langkah Bank Syariah Muamalat dalam
pengelolaan risiko-risiko terkait dengan pembiayaan murabahah.
b. Untuk mengetahui langkah-langkah dan solusi apa saja yang akan
dilakukan Bank Syariah Muamalat terhadap penyelesaian pembiayaan
2. Manfaat Penulisan ini adalah :
a. Menambah wawasan keilmuan tentang manajemen risiko pembiayaan
murabahah pada Bank syariah Muamalat
b. Memberi masukan yang bermanfaat dalam menentukan langkah
selanjutnya kearah yang lebih baik
c. Menambah dan melengkapi koleksi yang telah ada tentang perbankan
syariah khususnya mengenai manajemen risiko pembiayaan murabahah
pada bank syariah
D. Metode Penulisan
1. Lokasi Penelitian
Penelitian akan dilakukan pada Bank Syariah Muammalat Indonesia
berlokasi di. Jl. Beringin Raya No. 30 Karawaci Baru, Tangerang.
2. Metode Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kepustakaan (library
research), penelitian lapangan (Field Research)
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah :
a. Untuk Penelitian Perpustakaan (Library Research), dengan
sumber, dokumen-dokumen bank, makalah, serta tulisan lain yang
berhubungan dengan penulisan skripsi ini.
b. Untuk Penelitian Lapangan (Field Research) yang menjadi data sekunder
dilakukan penulis sebagai pelengkap data dalam hasil penulisan kelak.
Teknik pengambilan data, yaitu :
a. Observasi
Observasi dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung ke lapangan
dengan mendatangi nara sumber yakni PT. Bank Syariah Muammalat. Hal ini
guna mengetahui keadaan sebenarnya yang terjadi di lokasi penelitian berkaitan
dengan penerapan Evaluasi Manajemen Risiko Pembiayaan Murabahah Pada
Bank Syariah Muamalat.
b. Wawancara
Penulis mengadakan wawancara dengan tokoh lembaga/para fungsionaris Bank
Syariah Muammalat yang dianggap berkompeten dan representatif dengan
masalah yang dibahas untuk memperoleh informasi mengenai Evaluasi
Manajemen Risiko Pembiayaan Murabahah Pada Bank Syariah Muamalat.
c. Teknik Dokumentasi (study kepustakaan)
Dilakukan dengan cara mengumpulkan data berdasarkan data-data/laporan yang
didapat dari Bank Syariah Muammalat dan laporan lainnya yang berkaitan
Metode analisa data :
Dalam menganalisa data, penulis menggunakan teknik
deskriptif-analitis-evaluatif yaitu dengan menjabarkan data yang diperoleh dari observasi maupun
wawancara dilapangan, kemudian dengan berpedoman pada sumber tertulis
sebagai langkah konfirmasi mengenai data yang diperoleh dari penelitian
lapangan.
3. Teknik Penulisan
Teknik penulisan yang digunakan adalah menunjuk pada Pedoman
Penulisan Skripsi, Tesis dan Disertasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta : UIN
Jakarta Press, 2002, cet. Ke-2.
E. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan dalam karya ilmiah skripsi, penulis
membagi menjadi menjadi lima bab, yaitu :
Bab I, Pendaluhuan, yaitu meliputi latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan pasalah, tujuan penelitian, metode penelitian dan
sistematika penulisan.
Bab II, Tinjauan teoritis manajemen risiko pembiayaan murabahah. dalam bab ini di bahas tinjauan teoritis mengenai konsep manajemen bank
riba, profit sharing sebagai karakteriatik dasar bank syariah, perbedaan
bank syariah dengan bank konvensional, dan jenis-jenis pembiayaan
pada bank syariah. Dalam ini juga akan menguraikan tinjauan umum
mengenai risiko. Selain itu, dibahas pula mengenai bagaimana
mekanisme pembiayaan murabahah dan prinsip analisis pembiayaan di
bank syariah
Bab III, Profil Bank Syariah Muamalat Indonesia terdiri dari, sejarah singkat dan perkembangan Bank Syariah Muamalat Indonesia, visi dan misi,
produk-produk dan struktur organisasi Bank Syariah Muamalat
Indonesia
Bab IV, Bab ini membahas mengenai langkah-langkah yang dilakukan bank syariah dalam me-manage risiko yang terkait dengan pembiayaan
murabahah. Proses yang akan dilakukan adalah proses penilaian risiko
pada Bank Syariah, proses pengelolaan risiko pembiayaan murabahah
pada Bank Syariah Muamalat dan yang terakhir proses evaluasi dan
pengawasan.. Dan yang terakhir membahas mengenai teknik
penanganan bank syariah dalam penyelesaian pembiayaan bermasalah.
.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MURABAHAH
1. Pembiayaan Pada Bank Syariah
Dari segi ada atau tidaknya adanya kompensasi (keuntungan), fiqih muamalat
membagi lagi akad pada bank syariah menjadi dua bagian, yakni akad tabarru’ dan
akad tijarah/mu’awadah.5
Akad tabarru’ (gratuitous contract) adalah segala macam perjanjian yang
menyangkut non-for profit transaction (transaksi nirlaba). Transaksi ini pada
hakikatnya bukan transaksi bisnis untuk mencari keuntungan komersil melainkan
akad untuk mencari keuntungan akhirat. Dalam akad tabarru’ (tabarru’ berasal dari
kata birr dalam bahasa Arab, yang artinya kebaikan), pihak yang berbuat kebaikan
tersebut tidak berhak mensyaratkan imbalan apapun kepada pihak lainnya. Imbalan
dari akad tabarru’ adalah dari Allah SWT, bukan dari manusia. Namun demikian,
pihak yang berbuat kebaikan tersebut boleh meminta kepada counter-part-nya untuk
sekedar menutupi biaya (cover the cost) yang dikeluarkannya untuk dapat melakukan
akad tabarru’ tersebut. Namun ia tidak dapat boleh sedikit pun mengambil laba dari
akad tabarru’ itu. Contoh akad-akad tabarru’ adalah qard, rahn, hiwalah, wakalah,
kafalah, wadi’ah, hibah, waqf, shadaqah, hadiah, dan lain-lain.6
5
Karim, Adiwarman, Ir, S.E, M.B.A, M.A.E.P, “Bank Islam : Analisis Fiqih dan Keuangan”, Edisi Ketiga, Jakarta : Rajawali Press, 2004, h. 66
6
Berbeda dengan akad tabarru’, akad tijarah (compensational contract) adalah
akad-akad yang menyangkut for profit transaction. Akad-akad-akad ini dilakukan dengan
tujuan mencari keuntungan, karena itu bersifat komersil.
Contoh akad tijarah adalah akad-akad investasi, jual-beli, sewa-menyewa, dan
lain-lain. Dari akad inilah kemudian muncul dua kelompok besar dalam konsep
pembiayaan, yang dibagi berdasarkan tingkat kepastian dari hasil yang diperolehnya,
yaitu Natural Certainty Contracts dan Natural Uncertainty Contracts. Hal inilah
yang akan dibahas lebih lanjut.7
7
Gambar 2.1 Akad-akad dalam Bank Syariah
Sumber : Karim, Adiwarman, “Bank Islam, Analisis Fiqih dan Keuangan”, Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada 2004
1.1 Pembiayaan berbasis Natural Certainty Contracts (NCC)
Pembiayaan berbasis Natural Certainty Contracts (NCC) yaitu kontrak/akad
dalam bisnis yang memberikan kepastian pembayaran, baik dari segi jumlah Wa’ad
Akad
Tabarru’
Not for profit transaction
Tijarah
For profit transaction
Natural Certainty Contracts Natural Uncertainty Contracts 1. Qard 2. Wadi’ah 3. Wakalah 4. Kafalah 5. Rahn 6. Hibah
7. Waqf 1. Murabahah
(amount) maupun waktu (timing)-nya. Cah flow-nya bias diprediksi dengan relatif
pasti, karena sudah disepakati oleh kedua belah pihak yang bertransaksi diawal akad,
baik jumlahnya (quantity), mutunya (quality), harganya (price) dan waktu
penyerahannya (time of delivery). Jadi, kontrak ini secara “sunatullah” (by their
nature) menawarkan return yang tetap dan pasti. Yang termasuk kategori ini adalah
kontrak-kontrak jual-beli, upah-mengupah, sewa-menyewa, dan lain-lain, yakni
sebagai berikut :
a. Akad Jual-Beli (Al-Bai’. salam, dan Istishna’)
b. Akad Sewa-Menyewa (Ijarah dan IMBT).8
Dalam akad-akad diatas, pihak-pihak yang bertransaksi saling
mempertukarkan asetnya (baik real assets maupun financial assets). Jadi
masing-masing pihak tetap berdiri sendiri (tidak saling bercampur membentuk
usaha baru), sehingga tidak ada pertanggungan risiko bersama. Juga tidak ada
percampuran aset si A dengan asset si B. yang ada misalnya adalah si A
memberikan barang ke B, kemudian sebagai gantinya B menyerahkan uang
kepada A. disini barang ditukarkan dengan uang, sehingga terjadilah kontrak
jual-beli (al-Bai’).
Dalam jual-beli murabahah , sipenjual menyatakan dengan terbuka
kepada si pembeli mengenai tingkat keuntungan yang diambilnya.
Bentuk jual-beli lainnya adalah salam. Dalam jual-beli jenis ini, barang
yang ingin dibeli biasanya belum ada (misalnya masih harus diproduksi). Dalam
8
jual-beli salam, uang diserahkan sekaligus dimuka sedangkan barangnya
diserahkan diakhir periode pembiayaan.
Bentuk jual-beli selanjutnya adalah istishna’. Akad ini sebenarnya adalah
akad salam yang pembayaran atas barangnya dilakukan secara cicilan selama
periode pembiayaan (jadi tidak dilakukan secara lump-sum diawal).
Sedangkan untuk sewa-menyewa dikenal ada dua jenis yaitu ijarah dan
IMBT. Ijarah adalah akad untuk memanfaatkan jasa, baik itu jasa atas barang
maupun jasa atas tenaga kerja. Pada ijarah tidak terjadi perpindahan kepemilikan
objek ijarah. Objek ijarah tetap menjadi milik yang menyewakan. Perbedaan
yang paling utama dengan IMBT (Ijarah Muntahia bittamlik) adalah adanya
perpindahan kepemilikan objek pada akhir periode peminjaman.
1.2 Pembiayaan berbasis Natural Uncertainty Contracts (NUC)
Pembiayaan berbasis Natural Uncertainty Contracts (NUC) adalah
kontrak/akad dalam bisnis yang tidak memberikan kepastian pendapatan (return),
dari segi jumlah (amount) maupun waktu (timing)-nya. Tingkat return-nya bisa
positif, negatif atau nol. Dalam NUC, pihak-pihak yang bertransaksi saling
mencampurkan asetnya (baik real asset maupun financial asset) menjadi satu
kesatuan, dan kemudian menanggung risiko secara bersama-sama untuk mendapatkan
keuntungan. Yang termasuk dalam kontrak ini adalah kontrak-kontrak investasi.
Kontrak investasi ini secara “sunatullah” tidak menawarkan return yang tetap dan
Contoh-contoh NUC adalah sebagai berikut:
a. Musyarakah (wujuh, ’inan, abdan, mufawadah, dan mudharabah)
b. Muzara’ah (kerjasama antara pemilik lahan dengan penggarap dimana
benih berasal dari pemilik lahan, dan pembagian keuntungan sesuai
dengan kesepakatan bersama).
c. Mukharabah (sama seperti muzara’ah, hanya benihnya berasal dari
penggarap).
d. Musaqah (muzara’ah yang lebih sederhana, dimana penggarap hanya
bertanggung jawab pada penyiraman dan pemeliharaan).
Akad musyarakah (atau disebut juga syirkah) mempunyai lima variasi,
yakni: mufawadah, ‘inan, wujuh, abdan, dan mudharabah. Dalam syirkah
mufawadah, para pihak yang berserikat mencampurkan modal dalam jumlah
yang sama. Sedangkan pada syirkah ‘inan, para pihak yang berserikat
mencampurkan modal dalam jumlah yamg tidak sama. Sedangkan dalam
syirkah wujuh, terjadi percampuran antara modal dengan reputasi/nama baik
seseorang (wujuh, bersal dari kata bahasa Arab yang berarti wajah atau
reputasi).
Bentuk syirkah selanjutnya adalah syirkah abdan, dimana terjadi
percampuran keahlian/keterampilan dari pihak-pihak berserikat. Misalnya,
ketika konsultan perbankan syariah bergabung dengan konsultan information
technologi untuk mengerjakan proyek system informasi Bank Syariah XYZ.
yang terjadi adalah percampuran keahlian/keterampilan dari pihak-pihak yang
berserikat.9
Sedangkan Bentuk syirkah yang terakhir adalah syirkah mudharabah.
Dalam syirkah ini, terjadi percampuran antara modal dengan jasa
(keahlian/keterampilan) dari pihak-pihak yang berserikat. Ada dua pihak yang
berserikat yaitu penyandang dana (shahibul mal) dan pihak yang menjadi
pelaksana/pengelola (mudharib).
Perbadaan antara natural certainty contracts (NCC) dengan natural
uncertainty contracts (NUC) ini sangat penting. Karena keduanya memiliki
karakteristik khas yang tidak boleh dicampuradukkan. Bila natural certainty
contracts diubah menjadi uncertain, terjadilah gharar (ketidakpastian). Dengan
kata lain, kita mengubah hal-hal yang sudah pasti menjadi tidak pasti.
Demikian pula sebaliknya, yakni bila natural uncertainty contracts diubah
menjadi certain, maka terjadilah riba nasiah. Artinya, kita mengubah hal-hal
yang seharusnya tidak pasti menjadi pasti. Kedua hal diatas jelas telah
melanggar “sunatullah”.
2. Manajemen Risiko Bank Syariah 2.1Pengertian Manajemen Risiko
Berdasarkan bahasa, risiko mempunyai makna akibat yang kurang
menyenangkan (merugikan, membahayakan) dari suatu perbuatan atau tindakan
9
sedangkan manajemen Risiko berarti upaya untuk mengurangi dampak dari unsur
ketidak pastian. Apabila kata-kata diatas ditambahkan dengan kata investasi dan
pembiayaan, menjadi risiko investasi dan pembiayaan, akan memberikan makna
akibat yang kurang menyenangkan (merugikan, membahayakan) dari suatu
transaksi investasi dan pembiayaan. Dengan demikian manajemen risiko investasi
dan pembiayaan berarti upaya untuk mengurangi dampak dari unsur
ketidakpastiaan dan potensi yang menimbulkan kerugian finansial dari
transaksi-transaksi investasi dan pembiayaan.10
Ir. Adiwarman A. Karim (2004) dalam bukunya Bank Islam menjelaskan
risiko dalam konteks perbankan merupakan suatu kejadian potensial, baik yang
dapat diperkirakan (anticipated) maupun yang tidak dapat diperkirakan
(unanticipated) yang berdampak negatif terhadap pendapatan dan permodalan
bank. Risiko-risiko tersebut tidak dapat dihindari, tetapi dapat dikelola dan
dikendalikan. Oleh karena itu, sebagaimana lembaga perbankan pada umumnya,
bank syariah juga memerlukan serangkaian prosedur dan metodologi yang dapat
digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan
risiko yang timbul dari kegiatan usaha, atau yang biasa disebut sebagai
manajemen risiko.11
10
Surbakti, Muhamad Syarif, “Manajemen Risiko Perbankan Syariah” (PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk.)”, Jakarta : 2004, h. 9-10
11
D. Borge mendefenisikan manajemen risiko sebagai suatu tindakan
dengan penuh pertimbangan untuk menghilangkan keanehan-keanehan demi
kepentingan kita, meningkatkan hasil yang baik dan mengurangi hasil yang buruk.
Sementara itu, Culp menyebutkan definisi umum manajemen risiko adalah
proses dimana seseorang mencoba untuk memastikan bahwa risiko-risiko yang
dihadapinya adalah risiko-risiko yang diyakininya untuk dan ingin dihadapi
dengan tujuan untuk mencapai apa yang diinginkannya.12
Berdasarkan terminologi, beberapa pakar mengungkapkan manajemen
risiko dengan berbagai penekanan yang berbeda, tetapi secara umum mempunyai
makna inti yang relatif sama dengan pengertian berdasarkan bahasa diatas.
Sebenarnya pengertian manajemen risiko bersifat umum, namun dapat dipahami
secara khusus untuk aspek manajemen risiko investasi dan pembiayaan pada
perbankan syariah.
Dari berbagai uraian diatas mengenai definisi manajemen risiko, dapat
ditarik suatu kesimpulan bahwa manajemen risiko investasi dan pembiayaan
merupakan suatu tindakan mengidentifikasi risiko-risiko investasi dan
pembiayaan yang ada secara terencana dan terukur, dan mempersiapkan berbagai
pendekatan untuk mengendalikannya agar tujuan bisnis yang telah ditetapkan
tercapai.
12
2.2 Risiko Menurut Pandangan Islam
Pada dasarnya Islam mengakui bahwa kecelakaan, kemalangan
(kerugian) dan kematian merupakan takdir Allah. Hal ini tidak dapat ditolak.
Hanya saja kita sebagai manusia juga diperintahkan untuk membuat perencanaan
untuk menghadapi ketidakpastian di masa depan.
Allah berfirman dalam surat Al Hasyr (59) ayat 18 :
☺
☺
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah dan
hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuat untuk hari esok
(masa depan) dan bertaqwalah kamu kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui apa yang engkau kerjakan.”
Dalam al-Qur’an, surat Yusuf (12) ayat 43-49, Allah juga
menggambarkan contoh usaha manusia membentuk sistem proteksi menghadapi
kemungkinan yang buruk di masa depan. Secara ringkas, ayat ini bercerita tentang
pertanyaan raja Mesir tentang mimpinya kepada Nabi Yusuf, dimana raja Mesir
sapi yang kurus, dan dia juga melihat tujuh tangkai gandum yang hijau berbuah
serta tujuh tangkai yang merah mengering tidak berbuah.
Nabi Yusuf dalam hal ini menjawab supaya kamu bertanam tujuh tahun
dan dari hasilnya hendaklah disimpan sebagian. Kemudian sesudah itu akan
datang tujuh tahun yang amat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan
untuk menghadapi masa sulit tersebut, kecuali sedikit dari apa yang disimpan.
Sangat jelas dalam ayat ini kita dianjurkan untuk berusaha menjaga
kelangsungan kehidupan dengan memproteksi kemungkinan terjadinya kondisi
yang buruk. Dan sangat jelas ayat-ayat diatas menyatakan bahwa Allah
menganjurkan adanya upaya-upaya menuju kepada perencanaan masa depan
dengan sistem proteksi.
Dalam suatu riwayat hadits dikemukakan ketika harga-harga
melambung tinggi dan orang-orang mengatakan kepada Nabi Muhammad SAW,
“Wahai Rasulullah, tentukanlah harga untuk kami”, beliau menjawab :
“Sesungguhnya Allah-lah yang menentukan harga, yang menekan, yang
melapangkan, dan yang memberi rezeki. Saya ingin bertemu Allah sedang tidak
ada seorang pun dari kamu yang menuntut saya karena suatu kezaliman baik
mengenai masalah darah maupun masalah harta.” (Diriwayatkan oleh Abu daud,
Tirmizi, Ibnu Majah, ad-Daimi dan Abu Ya’la).13
Dengan hadits ini, Rasulullah SAW menegaskan bahwa campur tangan
penguasa atau pihak manapun yang berkepentingan atas kebebasan seseorang
13
(mekanisme pasar) tanpa ada alasan yang mendesak adalah suatu kezaliman,
sehingga beliau ingin bertemu Allah dalam keadaan bebas dari tanggung
jawabnya. Kondisi ini menghindari terjadinya risiko kesewenangan pihak tertentu
didalam menentukan harga barang-barang yang tentunya akan menzalimi pihak
konsumen.14
Dari beberapa contoh nash diatas, terlihat bahwa Islam sangat memperhatikan
fungsi manajemen risiko dan syariat Islam sangat kental dengan kultur
manajemen risiko., demi kemashlahatan manusia itu sendiri. Demikian juga
halnya bagi perbankan syariah harus selalu menjalankan fungsi manajemen risiko
karena sudah merupakan sunatullah dan keharusan relijius. Maka, sudah menjadi
karakter dan kultur yang inheren bagi perbankan syariah untuk mengembangkan
dan mengaplikasikan fungsi manajemen risiko didalam mengelola amanah
finansial yang diembannya sehingga tidak menimbulkan kerugian finansial yang
tidak perlu terjadi bagi pihak mudharib maupun shahibul mal. Permasalahan yang
muncul kemudian adalah manajemen risiko yang bagaimana harus dikembangkan
dan diaplikasikan oleh perbankan syariah agar sesuai dengan akar syariah itu
sendiri, yaitu Islam. Pengembangan sistem manajemen risiko yang Islami akan
mengacu kepada kaidah fiqh muamalah, yaitu semuanya boleh sepanjang terdapat
nash yang melarangnya.
2.3 Teknik Mengidentifikasi Risiko
14
Identifikasi risiko yang dilakukan bank Islam tidak hanya mencakup
berbagai risiko yang ada pada bank-bank pada umumnya, melainkan juga meliputi
berbagai risiko yang khas hanya ada pada bank-bank yang beroperasi berdasarkan
prinsip syariah.15
Menurut Emmett J. Vaughan dalam bukunya “Risk Management”, ada
empat (4) teknik dalam mengidentifikasikan risiko16 : 1. Orientation
Pada tahap awal ini, identifikasi risiko dilakukan dengan cara mengenal lebih
dekat dengan organisasi dan teknik pelaksanaan operasional suatu perusahaan.
Manajer risiko harus mengetahui secara cermat mengenai informasi tersebut,
seperti perkembangan terakhir kondisi perusahaan, kemampuan perusahaan
dalam meraih laba, maupun hubungan perusahaan dengan pihak lain seperti :
investor, supplier, dan lainnya.
2. Analysis of documents
Dokumen yang wajib dianalisa adalah:
• Laporan keuangan terakhir
• Flowchart operasional internal perusahaan, apakah sudah memenuhi
standar (Standar Operational Procedures)?
• Kebijakan perusahaan, analisa dilakukan dengan memeriksa
kontrak-kontrak yang dahulu pernah dilakukan oleh perusahaan
15
Karim, Adiwarman, Ir, S.E, M.B.A, M.A.E.P, op.cit, h. 256
16
• Loss Report, laporan ini berisi kerugian-kerugian yamg pernah dialami
oleh perusahaan dari kegiatan operasionalnya. Kerugian yang
dimaksud bukan saja kerugian yang di-cover oleh asuransi saja, tetapi
semua jenis kerugian yang pernah dialami oleh perusahaan.
• Selain itu, perlu juga diperiksa dokumen-dokumen lainnya yang
berhubungan dengan risk planning yang pernah dilakukan oleh
perusahaan
3. Interview
Bagian penting lainnya adalah dengan mewawancara dengan pihak-pihak
kompeten dengan bisnis perusahaan (seperti: Manajer Operasional, Manajer
Keuangan, Konsultan Hukum, Manajer Sumber Daya Manusia, Supervisor,
pihak di Divisi Pembelian dan Penjualan, hingga wawancara dengan
pekerja/karyawan). Hal ini dilakukan untuk memberikan informasi yang detail
mengenai kondisi perusahaan yang sebenarnya. Sehingga, risiko yang dihadapi
nantinya bisa lebih mudah untuk diantisipasi.
4. Inspection
Tahap ini dilakukan dengan cara menginspeksi secara langsung kondisi alat
atau property perusahaan yang digunakan dalam kegiatan operasinya. Dari
inspeksi ini diharapkan dapat diketahui mengenai possible loss yang mungkin
2.4 Jenis-jenis Risiko Bank Syariah
Sebagaimana juga dialami bank konvensional, pengalaman perbankan
syariah dalam menghadapi berbagai jenis banking risk juga kerap terjadi.karena
bahasan pada penelitian ini adalah pembiayaan murabahah, maka risiko yang dibahas
merupakan hasil penelitian di Bank Syariah Muamalat yang terkait dengan
pembiayaan murabahah. Risiko-risiko tersebut dibagi menjadi dua faktor yaitu risiko
terkait dengan faktor internal dan faktor-faktor eksternal bank syariah.
Risiko terkait dengan Faktor Internal (Internal Factor)
Dari hasil penelitian Bank Syariah Muamalat, ada beberapa faktor internal
(manajemen bank syariah) yang bisa diidentifikasi dapat menimbulkan risiko pada
pembiayaan murabahah, antara lain:
1. Faktor Manajemen (management risk) bank syariah itu sendiri.
- Risiko yang dihadapi karena adanya ketidakmampuan manajemen dalam
melakukan analisa pembiayaan. Seperti ketidakmampuan manajemen bank
dalam menilai karakter nasabah (character), menilai kelayakan (capacity)
usaha calon nasabah, kemampuannya dalam menjalankan usaha dan
hambatannya (constraints), dan yang terakhir dimungkinkan adanya salah
penilaian dalam penentuan jaminan (collateral) yang harus diberikan nasabah
- Kurang cermatnya pihak bank dalam mengantisipasi adanya perubahan
kebijakan moneter maupun adanya pengaruh ekonomi luar negeri.
2. Pricing risk
Pricing risk adalah risiko-risko yang berhubungan dengan penetapan harga
dan jangka waktu pembiayaan. Bila risiko ini tidak diperhatikan secara
hati-hati maka risiko ini akan memunculkan risiko tidak bersaingnya bagi hasil
kepada dana pihak ketiga. Karena faktor penentuan harga akan sangat
berpengaruh kepada pendapatan bank, sedangka faktor penentuan jangka
waktu pembiayaan akan berpengaruh pada likuiditas bank.
Oleh karena itu, bank dapat menentukan jangka waktu maksimal untuk
pembiayaan murabahah dengan mempertimbangkan hal-hal berikut ini17: a. Tingkat keuntungan (marjin) saat ini dan prediksi perubahannya
dimasa mendatang yang berlaku dipasar perbankan syariah (Direct
Competitor’s Market Rate - DCRM18). Semakin cepat perubahan
DCRM diperkirakan akan terjadi, semakin pendek jangka waktu
maksimal pembiayaan.
b. Suku bunga kredit saat ini dan prediksi perubahannya di masa
mendatang yang berlaku di pasar perbankan konvensional (Inderect
Competitor’s Market Rate - ICRM19). Semakin cepat perubahan ICRM
17
Karim, Adiwarman, Ir, S.E, M.B.A, M.A.E.P, op.cit, h. 264
18
DCRM adalah tingkat marjin keuntungan rata-rata perbankan syariah
19
diperkirakan akan terjadi, semakin pendek pula jangka waktu
maksimal pembiayaan.
c. Ekspektasi Bagi Hasil kepada Dana Pihak Ketiga yang kompetitif di
pasar perbankan syariah (Expected Competitive Return for Investors -
ECRI20). Semakin besar perubahan ECRI diperkirakan akan terjadi,
semakin pendek jangka waktu maksimal pembiayaan.
Kedua hal diatas dapat memunculkan lagi risiko yang dinamakan
Operational risk, dimana karena lemahnya sistem operasional dan prosedur
bank syariah menyebabkan naiknya biaya operasional dan pada akhirnya
akan mengurangi laba usaha. Secara umum, kelemahan-kelemahan tersebut
akan menurunkan kinerja dan daya saing bank.
Risiko terkait dengan Faktor Eksternal (External Factor)
Selain faktor internal, ada juga faktor eksternal yang bisa diidentifikasi
menjadi faktor timbulnya risiko pada pembiayaan murabahah di Bank Syariah
Muamalat :
1. Risiko default (kelalaian), yang berasal dari nasabah, risiko ini dapat terjadi
karena beberapa hal, antara lain :
a. Nasabah tidak membayar atau terlambat melakukan pembayaran jumlah
pokok atau angsuran berikut marjinnya.
20
b. Nilai agunan atau kekuatan hukum agunan menjadi merosot, sehingga dapat
merusak kekuatan bank terhadap pengikatan agunan, atau harganya menjadi
jatuh. Misalnya:
Jatuhnya nilai mesin-mesin yang dijaminkan karena sudah tua, rusak
atau sengaja dikurangi nilainya.
Sebagian barang agunan berupa kendaraan sudah dikontrakkan oleh
nasabah dalam jangka waktu yang cukup panjang
c. Kemampuan usaha nasabah menurun karena alat produksinya mulai
ketinggalan zaman dan mulai tidak disukai oleh masyarakat.
d. Kekayaan bersih nasabah semakin menurun karena nasabah mulai terlibat
hutang-hutang dengan pihak lain.
e. Adanya beberapa persyaratan pinjam (loan covenants) yang tidak dipenuhi
oleh nasabah, baik karena tidak mampu, maupun karena memang mempunyai
itikad tidak baik.
2. Risiko Industri (Industry risk)
[image:37.612.113.532.132.526.2]Risiko ini ditentukan oleh siklus industri seperti dibawah ini:
Gambar 2.2 Siklus risiko industri
Pelunasan utang bank
Pembelian alat produksi Piutang
perusahaan
Finished good
IV I
Pada risiko industri, banyak hal yang harus diperhatikan dan diawasi oleh
pihak bank syariah: (kasus pembelian alat produksi)
• Mulai dari penyediaan raw material oleh supplier, apakah selama ini
supplier-nya berpengalaman dalam menyuplai barang? (tahap I)
• Kemudian pada divisi produksi, apakah tenaga kerjanya bagus dan
kompeten?; apakah mesin yang digunakannya sudah usang atau tidak
layak pakai? (tahap II)
• Ketika barang produksi telah menjadi finished goods, apakah tim
pemasaran perusahaan tersebut kredibel dalam melakukan distribusi
barang?; bagaimana pula dalam penentuan harga dan promosi terhadap
barangnya? (tahap III)
• Hingga pengelolaan piutang, apakah banyak kendala? (tahap IV)
3. Risiko Pasar (market risk), yaitu risiko kerugian pada posisi neraca dan
rekening administratif akibat perubahan secara keseluruhan dari kondisi
pasar.21 Risiko ini dikategorikan menjadi tiga macam, yaitu karena forex risk, interest dan fluktuasi harga komparatif:
a. Forex (foreign currency exchange) risk, yaitu risiko kerugian akibat
perubahan nilai tukar mata uang.
21
Apabila terjadi perubahan pada kurs mata uang asing terhadap rupiah pada
saat bank memiliki posisi mata uang asing yang kurang menguntungkan
dapat menimbulkan kerugian yang berdampak negatif terhadap kinerja
bank. Perubahan kurs juga dapat menimbulkan kerugian bagi
debitur-debitur bank yang memiliki pinjaman dalam mata uang asing (sementara
sumber pengembaliannya berasal dari valuta rupiah). Ini juga berisiko bagi
bank, karena akan berdampak pada kemampuan pengembalian debitur atas
pinjamannya yang semakin menurun karena kenaikan kurs.
b. Interet risk, yaitu risiko karena kenaikan suku bunga pasar. Bila terjadi
kenaikan suku bunga pasar, maka bank tidak diperkenankan untuk
melakukan perubahan harga jual yang telah disepakati sebelumnya diawal
akad pembiayaan murabahah (fixed payment). Tingkat suku bunga yang
tinggi juga dapat mempengaruhi kemampuan bank dalam melakukan
penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK).
c. Fluktuasi harga komparatif
Hal ini terjadi bila harga suatu barang dipasar naik setelah bank
membelikannya untuk nasabah. Bank tidak bisa mengubah harga jual-beli
tersebut.
4. Disaster risk yaitu keadaan force majeur (bencana alam) yang dampaknya
sangat besar terhadap bisnis nasabah yang dibiayai bank, seperti bencana
adanya pemberlakuan jaminan, bank mensyaratkan adanya asuransi bangunan
atau benda yang dijadikan jaminan.
3. Mekanisme Pembiayaan Murabahah 3.1 Murabahah Dalam Wacana Fiqih
Murabahah adalah suatu akad jual beli barang, dimana penjual menyebutkan
harga pembelian barang kepada pembeli, kemudian ia mensyaratkan atasnya
laba/keuntungan dalam jumlah tertentu. Transaksi murabahah ini lazim dilakukan
oleh Rasulullah SAW. dan para sahabatnya. Secara sederhana, murabahah berarti
suatu penjualan barang seharga barang tersebut ditambah keuntungan yang
disepakati. Misalnya, seseorang membeli barang kemudian menjualnya kembali
dengan keuntungan tertentu. Berapa besar keuntungan tersebut dapat dinyatakan
dalam nominal rupiah atau dalam bentuk presentase dari harga pembeliannya.
Murabahah merupakan salah satu konsep Islam dalam melakukan perjanjian
jual beli. Konsep ini telah banyak digunakan oleh bank-bank dan
lembaga-lembaga keuangan Islam untuk pembiayaan modal kerja dan pembiayaan
perdagangan para nasabahnya.
Dalam bukunya Ir. Adiwarman Karim menjelaskan, jadi singkatnya
murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan
margin (keuntungan) yang disepakati oleh penjual dan pembeli.22 Keseluruhan
22
harga barang yang telah disepakati tersebut kemudian dibayar oleh pembeli
(nasabah) secara mencicil. Pemilikan (ownership) dari asset tersebut dialihkan
kepada nasabah (pembeli) secara proporsional sesuai dengan cicilan-cicilan yang
telah dibayar. Dengan demikian, barang yang dibeli berfungsi sebagai agunan
sampai seluruh biaya dilunasi. Selain itu, bila pada kenyataannya bank meminta
pula agunan tambahan dari nasabah, maka hal tersebut masih diperkenankan.
Dasar Hukum : Al-Qur’an
Ayat-ayat al-Qur’an yang dapat dijadikan rujukan dasar akad transaksi
murabahah, adalah :
Surat An-Nisa’ : 29
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu makan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama suka diantara kamu.”
Artinya : “Dan Allah SWT telah menghalakan jual beli dan mengharamkan
riba.”
Al-Hadits
Hadits-hadits Rasulullah SAW yang dapat dijadikan rujukan dasar akad transaksi
murabahah, adalah :
E. ﺮ ا لﺎ ؟ ﻴ ا ﻜ ايأ : ﺌ و ﻴ ﻰ ﺻﻲ انا ﷲاﻲﺿر ار ﺔ ﺎ ر
روﺮ ﻴ آو ﺪﻴ
)
آﺎﺤ ا ﺤﺤﺻوراﺰ ا اور
(
“Dari Rafaah bin Rafie ra. Bahwa rasulullah SAW. Pernah ditanya pekerjaan
apakah yang paling mulia, Rasulullah SAW. Menjawab : pekerjaan seseorang
dengan tangannya dan setiap jual beli yang mabrur” (HR. Al-Bazzar, Imam Hakim mengkategorikan hadits ini “sahih”).
ﷲا
ﻰﺿر
ﻴﻬﺻ
لﺎ
و
ﻴ
ﷲا
ﻰ ﺻ
ﻲ ا
نا
:
ثﺎ ﺛ
ﺔآ
ﺮ ا
ﻬﻴ
:
ﺮﻴ ﺸ ا
ﺎ
ﺮ ا
و
ﺔﺿر
ﺎ او
،
أ
ﻰ ا
ﻴ ا
ﻴ
ﻻ
ﺖﻴ
)
ﻴ ﺿ
دﺎ
ﺈ
،
ﺎ
ا
اور
(
“Dari sohib r.a, bahwa Rasulullah SAW bersabda : Tiga hal yang dari dalamnya
terdapat keberkatan : jual beli secara tangguh, maqaradhah (mudharabah) dan
mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual”
Ijma
“Umat Islam telah berkonsesus tentang keabsahan jual beli, karena manusia
sebagai anggota masyarakat selalu membutuhkan apa yang dihasilkan dan
dimiliki oleh orang lain. Oleh karena itu, jual beli adalah salah satu jalan untuk
mendapatkannya secara sah. Dengan demikian maka mudahlah bagi setiap
individu untuk memenuhi kebutuhannya.”
Para ulama awal seperti Imam Malik dan Imam Syafi’I yang secara khusus
menyatakan bahwa penjualan murabahah sah, walaupun tidak menyebutkan
referensi dari hadits yang jelas. Ulama yang masyhur mulai mengungkapkan
pandangan mereka mengenai murabahah pada pada perempat pertama abad
kedua Hijriah, atau lebih. Karena nampaknya tidak ada acuan langsung
kepadanya dalam al-Qur’an atau dalam Hadits yang diterima umum, para ahli
hukum harus membenarkan murabahah berdasarkan landasan lain.
3.2 Praktek Murabahah Dalam Sistem Perbankan Syariah
Murabahah umunya diterapkan pada produk pembiayaan untuk pembelian
barang-barang investasi, baik domestik maupun luar negeri seperti melalui Letter
of Credit (L/C). skema ini paling banyak digunakan karena sederhana dan
menyerupai kredit investasi pada bank konvensional.
Bank-bank syariah pada umumnya menggunakan murabahah sebagai
ketiganya. Pada awal 1984, di Pakistan, pembiayaan keuangan jenis murabahah
berjumlah hampir delapan puluh persen (80%) dari seluruh investasi deposito PLS
(profit Loss Sharing). Sedangkan dalam kasus Bank Islam Dubai (DIB),
pembiayaan murabahah berjumlah delapan puluh dua persen (82%) dari seluruh
pembiayaan untuk tahun 1989. bahkan untuk Bank Pembangunan Islam, lebih
dari sepuluh tahun periode pembiayaan, tujuh puluh tiga persen (73%) seluruh
pembiayaan keuangan perdagangan luar negerinya berdasarkan pola murabahah.
Tujuan pembiayaan murabahah pada bank Islam23:
1. Bank dapat membiayai keperluan modal kerja nasabahnya untuk membeli:
a. Bahan Mentah
b. Bahan setengah jadi
c. Barang jadi
d. Stok dan persediaan
e. Suku cadang dan penggantian
2. Bank dapat pula membiayai penjualan barang atau jasa yang dilakukan oleh
nasabahnya. Termasuk didalamnya biaya produksi barang baik untuk pasar
domestik maupun di ekspor. Pembiayaan akan meliputi :
a. Biaya Bahan Mentah
b. Tenaga Kerja
c. Overhead cost
23
d. Marjin (keuntungan)
3. Nasabah dapat pula meminta bank untuk membiayai stok dan persediaan
mereka. Keperluan pembiayaan mereka ditentukan pada besarnya stok dan
persediaannya. Pembiayaan juga meliputi biaya bahan mentah, tenaga kerja
dan overhead.
4. Dalam hal ini nasabah perlu untuk mengimpor bahan mentah, barang setengah
jadi, suku cadang dan penggantian dari luar negeri menggunakan letter of
credit, bank dapat membiayai permintaan akan letter of credit tersebut dengan
menggunakan prinsip murabahah.
5. Nasabah yang telah mendapatkan kontrak, baik itu kontrak kerja maupun
kontrak pemasukan barang, dapat pula meminta pembiayaan dari bank. Bank
dapat membiayai keperluan ini dengan prinsip murabahah dan untuk itu bank
dapat meminta surat perintah kerja (SPK) dari nasabah yang bersangkutan.
Kondisi/syarat-syarat pembiayaan murabahah24:
Menurut perspektif Islam, pembiayaan murabahah adalah bentuk penjualan
karena itu kondisi murabahah sama dengan penjualan pada umumnya yang
meliputi :
1. Bank Islam memberitahu biaya modal kepada nasabah
2. Kontrak pertama harus sah
3. Kontrak harus bebas dari unsur riba
24
4. Bank Islam harus memiliki dan menguasai barang komoditi tersebut
sebelum menjualnya kepada klien
5. Komoditi yang diperjual belikan harus halal
6. Bank Islam seharusnya mengungkapkan setiap cacat yang terjadi setelah
pembelian atas produk dan membuka semua hal yang berhubungan
dengan cacat
7. Bank Islam harus membuka semua ukuran yang berlaku bagi harga
pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara hutang
8. Jika syarat dalam 1, 6 atau 7 tidak dipenuhi, pembeli memiliki pilihan:
a. Melanjutkan pembelian seperti apa adanya
b. Kembali kepada penjual dan menyatakan ketidaksetujuan
c. Membatalkan kontrak
Prosedur pembiayaan murabahah25:
Pembiayaan murabahah dalam bank Islam harus mengikuti prosedur sebagai
berikut:
1. Klien meminta bank melalui form tertulis untuk membeli produk
tertentu, dimana klien akan melalui murabahah. Form tersebut berisi
tentang spesifikasi produk yang diminta, persyaratan dokumen, total nilai
produk, informasi tentang klien, pembagian laba dan sumber penawaran
produk,
25
2. Bank Islam mempelajari form surat permohonan klien dari segala aspek
yang meliputi:
a. Mempelajari posisi klien, seperti jenis bisnis klien, situasi kredit
dan likuiditasnya.
b. Mempelajari produk dari segi ekonomi, gambaran situasi umum
pasar, yaitu jumlah penawaran dan permintaan produk.
c. Mempelajari metode penawaran pembelian, seperti biaya operasi
pembiayaan murabahah, jangka waktu perjanjian, laba
pembiayaan dan pembayaran angsuran pinjaman.
d. Meminta jaminan untuk melindungi hak bank dalam
mendapatkan kembali uangnya sesuai dengan waktu perjanjian.
3. Setelah memeriksa dan mengesahkan pembiayaan murabahah, bank
meminta pembeli untuk menandatangani kontrak perjanjian. Pada tahap
ini, biaya operasi pembiayaan murabahah dan penentuan pembagian laba
didiskusikan dan disepakati. Disamping itu bank Islam meminta pembeli
untuk membayar angsuran pertama harga murabahah. Bentuk paling
umum kontrak pembelian bank Islam disini adalah pernyataan oleh klien
bahwa klien akan menyelesaikan perjanjian pembeliannya ketika
diberitahukan oleh bank bahwa produk telah tersedia.
4. Setelah bank Islam membeli produk, kemudian bank Islam dan pembeli
biaya operasi yang sesungguhnya pembiayaan murabahah dan
keuntungan yang diperoleh bank harus diketahui.
5. Pembeli menerima produk.
Persyaratan pembiayaan (terms of conditions):
Semua permohonan untuk fasilitas murabahah harus memenuhi terms of
conditions sebagai berikut :
Persyaratan pembiayaan perusahaan26 :
1. Proposal/Surat Permohonan
a. Gambaran Umum Usaha
b. Rencana atau Prospek Usaha
c. Perincian Rencana Penggunaan Dana
d. Jumlah dan Jangka Waktu Penggunaan Dana
2. Legalitas
a. Surat Ijin Umum Perusahaan (SIUP)
b. Nomor Pokok Wajib Pajak
c. Tanda Daftar Perusahaan (TDP)
d. Akta Pendirian Perusahaan
e. Identitas Pengurus (KTP, NPWP, KK)
26
3. Laporan Keuangan
a. Neraca dua tahun terakhir
b. Rugi laba dua tahun terakhir
c. Data Persediaan terakhir
d. Data Penjualan tiga bulan terakhir
e. Copy Rekening Koran tiga bulan terakhir
4. Data Jaminan
5. Persyaratan lainnya akan diberitahukan kemudian
Persyaratan pembiayaan individual27 :
1. Ketentuan Umum
a. WNI
b. Usia 21-54 tahun (tidak melebihi usia pensiun)
c. Minimum pembiayaan Rp. 100.000.000,-
d. Jangka waktu maksimal 5 tahun
e. Masa kerja minimal 2 tahun
2. Dokumen yang dibutuhkan
a. Mengisi formulir permohonan pembiayaan individual
b. Surat persetujuan suami/istri diatas materai
c. Fotokopi KTP suami/istri (2 buah)
d. Fotokopi Surat Nikah (1 buah)
27
e. Data Penghasilan Karyawan (Surat Keterangan/Rekomendasi dari
Perusahaan, Slip gaji asli 3 bulan terakhir, rekening Bank 3 bulan
terakhir, Surat Pernyataan dari Bendahara Gaji perusahaan yang
bersangkutan untuk mentransfer gaji ke Bank Syariah Muamalat).
3. Syarat-syarat Jaminan
a. Asli SHM/SHGB/BPKB/Pernyataan Dealer
b. Asli IMB/Blue Print, STNK
c. Asli PBB tahun terakhir/asli faktur pembeliaan kendaraan
d. Denah lokasi rumah yang akan dibeli/dijaminkan/asli kuitansi
kosong 3 lembar (1 bermaterai).
3.3 Peranan Bank Syariah Dalam Murabahah Sebagai Penyandang Dana Bukan Penjual
Peran bank syariah dalam murabahah dapat dijelaskan secara lebih tepat
dengan istilah “pembiaya” dari pada istilah “penjual” barang. Bank tidak menangani
barang, dan juga tidak menanggung risiko dalam hubungan ini. Kerja bank hampir
secara penuh terkait dengan penanganan dokumen yang terkait.
Kontrak segera dijelaskan setelah pihak bank memberikan informasi dengan
korespondensinya bahwa eksportir atau penjual siap untuk mengirimkan barangnya,
atau setelah dokumen tiba di bank. Bank tidak menunggu barangnya tiba untuk
mengujinya sebelum mengirimkan barang kepada pembeli. Pada kenyataannya, hal
tanggung jawab pembeli untuk mengecek spesifikasi item-itemnya, sebelum
menandatangani perjanjian, dimana klien menegaskan bahwa ia tidak dapat meminta
bantuan kepada bank atas cacat yang ada pada barang. Jika cacat terjadi, hal ini
diperhatikan oleh perusahaan asuransi, biayanya dicakup dalam harga dan itu
dikeluarkan oleh pembeli. Karena pembawa (perusahaan kapal atau udara atau
lainnya) dipandang sebagai “wakil” bank, yang berkaitan dengan barang-barang itu,
maka pembeli harus mampu mengatasi semua masalah yang diakibatkan pada saat
barang diantarkan, tanpa harus mengunjungi bank. Karena itu, bank syariah
mengeliminasi kemungkinan keharusan membayar biaya yang tidak termasuk dalam
transaksi murabahah.
4. Prinsip Dalam Analisis Pembiayaan di Bank Syariah
Berikut adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam analisis
pembiayaan di bank syariah, adalah sebagai berikut28 :
Prinsip Analisis Pembiayaan
Prinsip analisis pembiayaan didasarkan pada rumus 5 C, yaitu:
1. Character, artinya sifat atau karakter nasabah pengambil pinjaman.
2. Capacity, artinya kemampuan nasabah untuk menjalankan usaha dan
mengembalikan pinjaman yang diambil.
3. Capital, artinya besarnya modal yang diperlukan peminjam.
28
4. Colateral, artinya jaminan yang telah dimiliki yang diberikan peminjam
kepada bank.
5. Condition, artinya keadaan usaha atau nasabah prospek atau tidak.
Prinsip 5C tersebut terkadang ditambahkan dengan 1 C, yaitu Constraint artinya
hambatan-hambatan yang mungkin mengganggu proses usaha.
Tujuan Analisis Pembiayaan
Analisis pembiayaan memiliki dua tujuan, yaitu: tujuan umum dan tujuan
khusus. Tujuan umum analisis pembiayaan adalah pemenuhan jasa pelayanan
terhadap kebutuhan masyarakat dalam rangka mendorong dan melancarkan
perdagangan, produksi, jasa-jasa, bahkan konsumsi yang kesemuanya ditunjukkan
untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Sedangkan tujuan khusus analisis
pembiayaan, adalah sebagai berikut :
1. Untuk menilai kelayakan usaha calon peminjam
2. Untuk menekan resiko akibat tidak terbayarnya pembiayaan
3. Untuk menghitung kebutuhan pembiayaan yang layak
Analisis pembiayaan juga bertujuan agar prinsip Syariah mampu dioptimalkan
sebagai prinsip dalam operasional perbankan syariah, sehingga mengatur
pembiayaan-pembiayaan yang harus dihindari, yaitu:
2. Pembiayaan untuk usaha tanpa data yang jelas dan informasi yang
memadai;
3. Pembiayaan pada bidang yang tidak dikuasai bank;
BAB III
PROFIL BANK SYARIAH MUAMALAT
A. Sejarah Singkat
PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk didirikan pada tahun 1991, diprakasai
oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Pemerintah Indonesia, dan memulai
kegiatan operasinya pada tanggal Syawal 1412 H atau tanggal 27 1 Mei 1992.
Didukung oleh sekelompok pengusaha dan cendikiawan muslim, pendirian Bank
Muamalat juga menerima dukungan masyarakat, terbuktui dari komitmen
pembelian saham Perseroan senilai Rp 84 miliar pada saat penandatanganan akta
pendirian Perseroan. Selanjutnya, pada acara silaturahmi pendirian di Istana
Bogor, diperoleh tambahan komitmen dari masyarakat Jawa Barat yang turut
menanam modal senilai Rp 106 miliar.
Pada tanggal 27 Oktober 1994, hanya dua tahun setelah didirikan, Bank
Muamalat berhasil menyandang predikat sebagai Bank Devisa. Pengakuan ini
semakin memperkokoh posisi Perseroan sebagai Bank Syari’ah pertama dan
terkemuka di Indonesia dengan beragam jasa maupun produk yang terus
dikembangkan.29
Pada akhir tahun 90-an, Indonesia dilanda krisis moneter yang
memporakporandakan sebagian besar perekonomian Asia Tenggara. Sektor
29
Bank Muamalat Indonesia, Bank Muamalat Laporan Tahunan 2005 Annual Report,
perbankan nasional tergulung oleh kredit macet di segmen korporasi, Bank
Muamalat pun terimbas dampak krisis. Di tahun 1998, rasio pembiayaan macet
(NPF) mencapai lebih dari 60 %. Perseroan mencatat rugi sebesar Rp 105 miliar.
Ekuitas mencapai titik terendah, yaitu Rp 39,3 miliar, kurang dari sepertiga modal
setor awal.
Dalam upaya memperkuat permodalannya, Bank Muamalat mencari
pemodal yang potensial, dan ditanggapi secara positif oleh Islamic Development
Bank (IDB) yang berkedudukan di Jeddah, Arab Saudi. Pada RUPS tanggal 21
Juni 1999 IDB secara resmi menjadi salah satu pemegang saham Bank Muamalat.
Oleh karenanya, kurun waktu antara tahun 1999 dan 2002 merupakan masa-masa
yang penuh tantangan sekaligus keberhasilan bagi Bank Muamalat. Dalam kurun
waktu tersebut, Bank Muamalat berhasil membalikkan kondisi dari rugi menjadi
laba berkat upaya dan dedikasi setiap Kru Muamalat, ditunjang oleh
kepemimpinan yang kuat, strategi pengembangan usaha yang tepat, serta ketaatan
terhadap pelaksanaan perbankan syari`ah secara murni.
Melalui masa-masa sulit ini, Bank Muamalat berhasil bangkit dari
keterpurukan. Diawali dari pengangkatan kepengurusan baru dimana seluruh anggota
Direksi diangkat dari dalam tubuh Muamalat, Bank Muamalat kemudian menggelar
rencana kerja lima tahun dengan penekanan pada (i) restrukturisasi aset dan program
efisiensi, (ii) tidak mengandalkan setoran modal tambahan dari para pemegang
saham, (iii) tidak melakukan PHK satu pun terhadap sumber daya insani yang ada,
(iv) pemulihan kepercayaan dan rasa percaya diri Kru Muamalat menjadi prioritas
utama di tahun pertama kepengurusan Direksi baru, (v) peletakan landasan usaha
baru dengan menegakkan disiplin kerja Muamalat menjadi agenda utama di tahun
kedua, dan (vi) pembangunan tonggak-tonggak usaha dengan menciptakan serta
menumbuhkan peluang usaha menjadi sasaran Bank Muamalat pada tahun ketiga dan
seterusnya, yang akhirnya membawa Bank kita, dengan rahmat Allah Rabbul Izzati,
ke era pertumbuhan baru memasuki tahun 2005 dan seterusnya.
Bahkan hingga akhir tahun 2005, Bank Muamalat tetap merupakan Bank
Syari’ah terkemuka di Indonesia dengan jumlah aktiva sebesar Rp 7,43 triliun,
modal disetor sebesar Rp 492,79 miliar serta perolehan laba bersih sebesar Rp
106,66 miliar pada tahun 2005.30
B. Visi dan Misi
1. Visi
Menjadi Bank Syari’ah utama di Indonesia, dominan di pasar spiritual,
dikagumi di pasar rasional.
2. Misi
Menjadi ROLE MODEL lembaga keuangan syari’ah dunia dengan penekanan
pada semangat kewirausahaan, keunggulan manajemen dan orientasi investasi
yang inovatif untuk memaksimumkan nilai kepada stakeholder.31
30
Ibid, h.5.
31
C. Produk dan Jasa
1. Produk Penghimpunan Dana
a. Shar-E
Shar-E adalah tabungan instan investasi syari’ah yang memadukan
kemudahan akses ATM, Debit dan Phone Banking dalam satu kartu dan
dapat dibeli di kantor pos seluruh Indonesia. Hanya dengan Rp 125.000,00
langsung dapat kartu paket Shar-E dengan saldo awal tabungan
Rp.100.000,00, sebagai sarana menabung dan berinvestasi di Bank
Muamalat melalui kantor pos. Diinvestasikan hanya untuk usaha halal
dengan bagi hasil kompetitif.
b. Tabungan Ummat
Merupakan investasi tabungan dengan akad mudharabah di counter Bank
Muamalat di seluruh Indonesia maupun di Gerai Muamalat yang
penarikannya dapat dilakukan di seluruh counter Bank Muamalat, ATM
Muamalat, ATM BCA/PRIMA dan jaringan ATM Bersama.
c. Tabungan Arafah
Merupakan tabungan yang dimaksudkan untuk mewujudkan niat nasabah untuk menunaikan ibadah haji. Produk ini akan membantu nasabah untuk merencanakan ibadah haji sesuai dengan kemampuan keuangan dan waktu pelaksanaan yang diinginkan. Dengan fasilitas asuransi jiwa, Insya Allah pelaksanaan ibadah haji tetap terjamin.
Merupakan jenis investasi bagi nasabah perorangan dan badan hukum
dengan bagi hasil yang menarik. Simpanan dana masyarakat akan dikelola
melalui pembiayaan kepada sektor riil yang halal dan baik saja, sehingga
memberikan bagi hasil yang halal. Tersedia dalam jangka waktu 1, 3, 6
dan 12 bulan.
e. Deposito Fulinves
Merupakan jenis investasi yang dikhususkan bagi nasabah perorangan,
dengan jangka waktu 6 dan 12 bulan dengan nilai nominal minimal Rp
2.000.000,00 atau senilai USD 500 dengan fasilitas asuransi jiwa yang
dapat diperpanjang secara otomatis (Automatic Roll Over) dan dapat
dipergunakan sebagai jaminan pembiayaan atau untuk referensi Bank
Muamalat. Nasabah memperoleh bagi hasil yang sangat menarik setiap
bulan.
f. Giro Wadi'ah
Merupakan titipan dana pihak ketiga berupa simpanan giro yang
penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek,
bilyet, giro dan pemindahbukuan.
g. Dana Pensiun Muamalat
Dana Pensiun Muamalat dapat diikuti oleh
sudah menikah, dan pilihan usia pensiun 45-65
tahun dengan iuran sangat terjangkau, yaitu
minimal Rp 20.000,00 per bulan dan
pembayarannya dapat didebet secara otomatis
dari rekening bank muamalat atau dapat
ditransfer dari bank lain.
322. Produk Penanaman Dana
a. Konsep jual beli:
1. Murabahah
Adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan
keuntungan yang disepakati. Harga jual tidak boleh berubah selama
masa perjanjian. [Q. S. An Nisaa’ (4): 29]
2. Salam
Adalah pembelian barang yang diserahkan di kemudian hari dimana
pembayaran dilakukan dimuka, tunai. [Q. S. Al Baqarah (2): 282]
3. Istishna’
Adalah jual beli barang dimana shaani’ (produsen) ditugaskan untuk membuat suatu barang (pesanan) dari Mustashni’ (pemesan). Istishna’ sama dengan Salam yaitu dari segi obyek pemesanannya yang harus dibuat atau dipesan terlebih dahulu dengan ciri-ciri khusus.
Perbedaannya hanya pada sistem pembayarannya yaitu Istishna’ pembayaran dapat dilakukan di awal, di tengah atau di akhir pemesanan.
b. Konsep bagi hasil: 1. Musyarakah
A