• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA AUDIO DALAM PEMBELAJARAN MENYIMAK DONGENG PADA SISWA KELAS VII SMP ISLAM AL-WASATIYAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA AUDIO DALAM PEMBELAJARAN MENYIMAK DONGENG PADA SISWA KELAS VII SMP ISLAM AL-WASATIYAH"

Copied!
150
0
0

Teks penuh

(1)

TAHUN PELAJARAN 2013-2014

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

oleh

Mawaddah

1110013000070

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)

i

Mawaddah., 1110013000070, Pengaruh Penggunaan Media Audio dalam Pembelajaran Menyimak Dongeng Pada Siswa Kelas VII SMP Islam Al-Wasatiyah Tahun Pelajaran 2013-2014. Skripsi jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta. Di bawah bimbingan Nuryati Djihadah, M.Pd., M.A Januari 2015.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana pengaruh media audio dalam pembelajaran menyimak dongeng pada siswa kelas VII. Dari tujuan tersebut dapat dilihat apakah hasil belajar siswa meningkat atau tidak ketika menggunakan media audio. Apabila hasil belajar siswa meningkat ketika menggunakan media audio, maka dapat disimpulkan bahwa media audio berpengaruh pada pembelajaran menyimak.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori yang dikemukakan oleh Henry Guntur Tarigan tentang Menyimak. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode Pre-Eksperimental Designs, karena desain ini belum merupakan eksperimen sungguh-sungguh. Karena masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen. Adapaun desain penelitian yang digunakan penulis adalah one group pretest-postest design. Desain observasi dalam penelitian ini digunakan dalam satu kelas dan dua kali percobaan yaitu sebelum ekperimen (pretes)dan sesudah eksperimen (postest).

Hasil yang didapat dari penelitian, menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dalam penggunaan media audio berupa rekaman dalam pembelajaran menyimak dongeng pada siswa kelas VII SMP Islam Al-Wasatiyah. Dapat dikatakan bahwa media yang diterapkan di kelas VII C berhasil. Hal ini dapat dilihat bahwa pada tes awal (pretest) dan tes akhir (postest) yang memiliki perbedaan yang signifikan yaitu dapat dilihat dari ditolaknya Ho dan diterimanya H1, dari pengujian hipotesis uji-t pada taraf signifikan α = 0.05, Thitung (2.29) dan Ttabel (0.68). Selain itu dapat dibuktikan dengan perubahan nilai, yaitu nilai rata-rata awal 67,33 menjadi 86,23 menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan, dengan selisih peningkatan sebesar 18,6 maka pemberian perlakuan di kelas VII C mendapatkan hasil yang sesuai dengan harapan.

(6)

ii

Mawaddah.,1110013000070, The Influence of Using Media Audio in Listening Lesson of Story for Student of Seventh Grade of SMP Islam Al-Wasatiyah School Years 2013-2014. Mini thesis of Language Education and Indonesia Literature Faculty of Education and Teaching of Syarif Hidayatullah University Jakarta. Under the guidance of Nuryati Djihadah, M.Pd., M.A Januari 2015.

The aim of this research is to see how influence media audio in listening lesson of story for student of seventh grade. Based on the aim of the research we can see, did the result of students’ learning get improvement or not while using media audio. If the result of students’ learning get improvement while using media audio, so it can conclude that media audio made influence of listening lesson.

Theory used in this research is theory from Henry Guntur Tarigan about listening. The method used in this research is Pre-Eksperimental Designs method, because this design is not really eksperiment. It still an exsternal variabel that influence to make variabel dependen. The design of research which the writer used is one group pretest-posttest design. Design of this research used in one class and two times trial that is before experiment (pretest) and after experiment (posttest).

The result of the research, proved that there was a significant in using audio such as recording on listening of story for student of seventh grade of SMP Islam Al-Wasatiyah. It could be said that media were applied in sevent grade c was success. We could saw it in pretest and posttest which have significant differences, that saw from the rejection of HO and the acceptment of HI, from the hipotesis uji-t of significant α = 0.05, Thitung (2.29) and Ttabel (0.68). it also could be proved with the score changes that was the first score average was 67,33 to be 86,23 proved that there was a significant improvement, with the difference ofimprovement was 18,6, so the treatment in seventh grade c got the results are as expected.

(7)

iii

Alhamdulillahi Robbil Alamin, puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan para malaikat-Nya.

Penulis menyusun skripsi ini guna memenuhi salah satu syarat mendapatkan gelar sarjana pendidikan program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat masukan, bimbingan, saran, dorongan, dan semangat dari berbagai pihak. Semua itu tidak lain untuk menjadikan penulis menjadi pribadi yang lebih baik dan kaya informasi, sehingga pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Nurlena Rifa’i, M.A, Ph. D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dra. Hindun, M.Pd, selaku ketua jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan selaku dosen Penasihat Akademik yang senantiasa sabar membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Drs. Nuryati Djihadah, M.Pd. M.A Dosen pembimbing yang selalu sabar dan teliti dalam mengoreksi dan membimbing penulis serta telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk memberi petunjuk serta pengarahan kepada penulis.

4. Dosen-dosen jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Islan Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membagi ilmunya selama perkuliahan.

(8)

iv

kebahagiaan.

7. Drs. H. Imam Zarkasih, M.Pd selaku Kepala Sekolah SMP Islam Al-Wasatiyah yang telah mengizinkan penulis melakukan penelitian di Sekolah. 8. Ibu Sumyani, S.Pd. I selaku Guru Bahasa SMP Islam Al-Wasatiyah yang telah

memberikan pengarahan, bimbingan, pengalaman, dan membantu penulis dalam melaksanakan penelitian.

9. Bapak Muhtasor Zidan, S.Pd. I, Bapak/Ibu guru, dan Staf tata usaha SMP Islam Al-Wasatiyah yang telah banyak membantu dan mengarahkan penulis dalam melakukan penelitian.

10.Teruntuk sahabat-sahabat di kostan tercinta: Fitri Khoiriani, Ade Fauziah, Dwina Agustin, Aulia Herdiana Puspasari, Rizkia Auliani, Nurul Inayah, Humairoh, Tazka Adiati, Ade Rufaidah Awalia, Yunia Ria Rahayu, Aisatul Fitriah, dan Mabruroh terima kasih atas do’a, motivasi, dan kasih sayang kalian, serta sahabat-sahabat kostan yang lain yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

11.Sahabat-sahabat tersayang: Izmi Cahyaningrum, Niken Riski Anggraini, Resti Kurniawati, Rosita, Novi Wulandari, dan Dede yang selalu bersedia mendengarkan keluh kesah penulis dan terima kasih atas do’a, motivasi, dan kasih sayang kalian.

12.Rike Rahmalia S.Pd, teman yang selalu membantu dan meluangkan waktunya dalam menjawab semua pertanyaan penulis dan terimakasih atas bantuan dan motivasinya selama ini.

13.Teman-temann di rumah serta remaja PRISMA yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

(9)

v

Peneliti berharap dan berdoa kepada Allah SWT, agar seluruh pengorbanan yang telah diberikan kepada peneliti, akan mendapatkan balasan yang setimpal di sisi-Nya. Penulis juga mengharapkan saran dan kritik bersifat membangun dari berbagai pihak sehingga tugas akhir ini akan menjadi lebih baik dan bermanfaat.

Jakarta, November 2014

(10)

vi LEMBAR PERNYATAAN

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C.Pembatasan Masalah ... 4

D.Rumusan Masalah ... 4

E. Tujuan Penelitian ... 4

F. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN TEORI ... 6

A.Hakikat Media Audio ... 6

1. Pengertian Media ... 6

2. Fungsi Media ... 8

3. Manfaat Media menurut Hamalik (1986) dalam Azhar Arsyad ... 9

4. Prinsip-prinsip Penggunaan Media ... 9

5. Pengertian Media Audio ... 11

(11)

vii

1. Pengertian Menyimak ... 14

2. Tujuan Menyimak ... 17

3. Proses Menyimak atau Tahapan-tahapan dalam Menyimak ... 19

4. Faktor Pemengaruh Menyimak ... 21

5. Strategi Meningkatkan Kemampuan Menyimak ... 23

C.Dongeng ... 25

1. Pengertian Dongeng ... 25

2. Klasifikasi Dongeng ... 27

3. Manfaat Dongeng bagi Anak-anak ... 28

4. Dongeng dalam Materi Pelajaran di Sekolah ... 28

D. Penelitian Yang Relevan ... 29

E. Kerangka Berfikir... 30

F. Hipotesis Penelitian ... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 31

A.Tempat dan Waktu Penelitian ... 31

B.Metode Penelitian ... 31

C.Populasi dan Sampel ... 32

D.Teknik Pengumpulan Data ... 33

1. Tes ... 33

2. Nontes ... 35

1. Observasi ... 35

2. Lembar Observasi ... 36

E. Instrumen Penelitian ... 37

F. Uji Coba Instrumen ... 38

G.Teknik Analisis Data ... 40

(12)

viii

3. Visi, Misi dan Sekolah ... 43

a. Visi SMP Islam Al-Wasatiyah ... 43

b. Misi SMP Islam Al-Wasatiyah ... 43

4. Sarana dan Prasarana Sekolah ... 44

5. Data Rombongan Belajar ... 46

6. Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan ... 47

7. Data Peserta Didik ... 48

a. Siswa Menurut Usia ... 48

b. Siswa Menurut Agama ... 48

c. Siswa Menurut Penghasilan Orang Tua ... 48

B.Deskripsi Data ... 49

1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 49

2. Hasil Pretes dan Postest Kemampuan Menyimak Dongeng Pada Siswa Kelas VII SMP Islam Al-Wasatiyah ... 53

3. Deskripsi Tingkah Laku Siswa di Dalam Kelas Ketika Proses Belajar Mengajar Berlangsung ... 65

C.Analisis dan Pembahasan Hasil Penelitian ... 68

BAB V PENUTUP ... 71

A.Simpulan ... 71

B.Saran ... 71

C.Implikasi ... 72

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

LEMBAR UJI REFERENSI

(13)

ix

Tabel 3.2 Penentuan Kriteria atau Interpretasi dari Nilai Siswa ... 35

Tabel 3.3 Lembar Observasi Pembelajaran Menyimak Dongeng ... 36

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Soal ... 38

Tabel 4.1 Nilai Pretest dan Postest ... 53

Tabel 4.2 Urutan Nilai Pretest dari yang Terendah Sampai Tertinggi ... 55

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pretest ... 56

Tabel 4.4 Perhitungan Uji Normalitas Pretest (Uji Liliefors) ... 57

Tabel 4.5 Urutan Nilai Postest dari yang Terendah Sampai Tertinggi ... 58

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Postest ... 59

Tabel 4.7 Perhitungan Uji Normalitas Postest (Uji Liliefors)... 60

Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas Sampel X dan Y dengan Uji Liliefors... 62

Tabel 4.9 Data Nilai Rata-Rata Pretest dan Postest Menyimak Dongeng ... 62

(14)

1 A. Latar Belakang

Menyimak, membaca, menulis dan berbicara mempunyai kaitan yang sangat penting bagi kehidupan sehari-hari. Di manapun manusia itu berada pasti berkaitan dengan empat aspek keterampilan bahasa ini, terutama dalam dunia pendidikan. Dalam dunia pendidikan keempat aspek ini saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Salah satu dari keempat aspek keterampilan berbahasa ini yang paling penting adalah menyimak, karena menyimak dapat mempengaruhi ketrampilan bahasa lainnya. Sebelum melakukan kegiatan membaca menulis dan berbicara, pasti kegiatan yang paling utama dilakukan oleh manusia adalah menyimak. Menyimak selalu digunakan oleh manusia dalam kegiatan sehari-hari baik di dalam rumah (keluarga), sekolah maupun masyarakat.

Contoh di lingkungan keluarga, seorang anak dituntut untuk menyimak dan mereka pun bisa berbicara karena banyaknya menyimak. Seperti anak usia tiga tahun apa yang dibicarakan ibunya pasti dia simak. Kemudian akan ia tiru, untuk berbicara dengan teman sebayanya. Selain itu di sekolah dan lingkungan masyarakat ia akan terpengaruh oleh simakan yang pernah ia lakukan. Dengan adanya menyimak, kita mendapatkan informasi baru dan dengan menyimak juga dapat mengembangkan keterampilan lainnya seperti membaca, menulis dan berbicara. Seperti membaca awalnya manusia mendengarkan terlebih dahulu apa yang orang bicarakan, lalu menjadi sebuah tulisan dan akhirnya menjadi sebuah bahan bacaan yang dibaca olen para pembaca untuk memperoleh pesan yang berupa konsep, ide, atau informasi. Sebelum Menulis, awalnya orang menyimak terlebih dahulu. Setelah itu banyak orang mengadopsi kata-kata itu untuk ditulis atau menjadi bahan pembicaraan.

(15)

dan menumbuhkan minat siswa-siswi dalam proses belajar mengajar. Selain itu juga, dapat memudahkan guru dalam memberikan materi kepada siswa-siswi. Seperti dalam pelajaran Bahasa Indonesia yaitu menyimak (mendengarkan) kata itu mungkin sudah tidak asing lagi bagi kita, karena dalam pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia sudah banyak yang telah disimak atau didengarkan. Seperti halnya menyimak sebuah berita, cerita, dongeng ataupun masih banyak lagi penjelasan-penjelasan guru yang wajib kita simak. Peran penting penguasaan kemampuan menyimak yaitu ketika berada di sekolah, karena dapat dilihat dari sukses atau faham tidaknya siswa pada materi yang diberikan oleh guru. Untuk mencapai keberhasilan siswa dalam pelajaran, maka sebelum memulai pelajaran siswa harus dibekali dan dilatih bagaimana cara menyimak yang baik. Sebuah keterampilan menyimak akan dikuasai dengan baik jika dipelajai dan dilatih. Pembelajaran menyimak yang baik dan terus menerus sangat dibutuhkan karena mengingat pentingnya peran menyimak dalam kehidupan sehari-hari.

Seperti halnya dalam pelajaran Bahasa Indonesia yaitu mendengarkan dongeng, pada zaman dahulu para guru hanya memberikan pelajaran mendongeng itu lewat lisan saja. Tetapi perkembangan zaman yang begitu modern dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat, membuat guru-guru tidak perlu bingung dalam memberikan pelajaran yang menarik perhatian para siswa-siswinya. Dengan menggunakan media audio, siswa-siswi mudah mengikuti pelajaran. Media akan menarik perhatain siswa –siswi untuk lebih giat dalam mengikuti proses belajar mengajar. Terkadang banyak siswa yang merasa agak bosan dengan metode yang diajarkan oleh guru-guru, karena mereka menganggap metode yang diterapkan agak kuno dan membosankan.

(16)

banyak siswa mengagap bahwa menyimak itu mudah, tetapi pada kenyataannya masih banyak siswa tidak mengerti apa yang dibicarakan oleh gurunya, karena kualitas menyimak dari siswa tersebut sangat rendah sekali. Oleh karena itu ada beberapa cara untuk menanggulagi dan mengatasi masalah menyimak, yaitu menggunakan media-media pendukung yang dibutuhkan guru dalam proses belajar-mengajar. Apabila fasilitas mendukung dan kemauan dan ketertarikan siswa pun meningkat maka tidak perlu khawatir lagi, sedikit-demi sedikit masalah ini akan teratasi dengan baik.

(17)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dibahas sebelumnya, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:

1. Kurangnya minat siswa dalam menyimak materi yang diberikan oleh guru 2. Kurangnya motivasi dan kreativitas guru dalam memberikan materi

3. Kurangnya kesadaran dan pengetahuan guru dalam membangkitkan minat dan kemauan siswa dalam menyimak

4. Kurangnya media pembelajaran yang memadai dan mendukung dalam menunjang proses belajar mengajar.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi di atas penulis membatasi masalah hanya pada empat aspek keterampilan berbahasa, yaitu membaca, menulis, menyimak, dan berbicara. Lalu dipersempit atau difokuskan pada Pengaruh Penggunaan Media Audio dalam Pembelajaran Menyimak Dongeng Pada Siswa Kelas VII SMP Islam Al-Wasatiyah Cipondoh Tahun Pelajaran 2013-2014.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini yaitu:

Bagaimanakah Pengaruh Penggunaan Media Audio dalam Pembelajaran Menyimak Dongeng Pada Siswa Kelas VII SMP Islam Al-Wasatiyah Cipondoh Tahun Pelajaran 2013-2014?

E. Tujuan Penelitian

(18)

F. Manfaat Penelitian

Dari tujuan penelitian di atas, maka manfaat penelitian ini adalah 1. Tujuan Teoritis

a. Siswa :Menambah ilmu pengetahuan siswa tentang proses belajar mengajar mengenai menyimak dongeng.

b. Guru : Menambah materi dan metode belajar untuk diterpkan di dalam kelas.

2. Tujuan Praktis

a. Guru :Penelitian ini dapat menjadi masukan bagi guru untuk menggunakan media dan metode yang tepat dalam pembelajaran menyimak. Selain itu untuk menciptakan suasana ang menarik dan tidak membosankan dalam proses belajar mengajar.

b. Siswa : Membantu siswa dalam menangani kesulitan menyimak sebuah dongeng. Dan memberi motivasi pada siswa dalam meningkatkan hasil belajarnya.

(19)

6 A.Hakikat Media Audio

1. Pengertian Media

Yudhi Munadi mengungkapkan pengertian dari media, diantaranya yaitu. Kata media berasal dari Bahasa Latin, yakni medius yang secara

harfiahnya berarti „tengah‟, „pengantar‟ atau „perantara‟. Dalam bahasa

Arab, media disebut „wasail‟ bentuk jamakdari „wasilah‟ yakni sinonim al-watsh yang artinya juga „tengah‟. Kata „tengah‟ itu sendiri berarti berada diantara dua sisi, maka disebut juga sebagai „perantara‟

(wasilah) atau yang mengantarai kedua sisi tersebut. Karena posisinya berada di tengah ia bisa juga disebut sebagai pengantar atau penghubung, yakni yang mengantarkan atau menghubungkan atau menyalurkan sesuatu hal dari satu sisi ke sisi lain.1

Pada buku Perencanaan Pengajaran yang ditulis oleh Harjanto. Ada beberapa tafsiran tentang pengertian media pengajaran, sementara pihak lain menyatakan bahwa, “media pengajaran menunjuk pada perlengkapan yang memiliki bagian-bagian yang rumit seperti televisi dan film”. Berbeda halnya seperti yang diungkapkan oleh Marshall Mcluhan, “media adalah suatu ekstensi manusia yang memungkinkannya mempengaruhi orang lain yang tidak mengadakan kontak langsung dengan dia”.2 Pendapat lain mengatakan ada dua rumusan media yaitu dalam arti sempit dan dalam arti luas. Dalam arti sempit, media pengajaran hanya meliputi media yang dapat digunakan secara efektif dalam proses pengajaran yang terencana, sedangkan dalam arti luas, media tidak hanya meliputi media komunikasi elektronik yang kompleks akan tetapi juga mencakup alat-alat sederhana, seperti : slide, fotografi, diagram dan bagan buatan guru, objek-objek nyata, serta kunjungan ke luar sekolah.3

1

Yudhi Munadi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2008), h. 6

2

Harjanto, perencanaan pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 246-247

3

(20)

Secara harfiah media berarti “perantara atau pengantar”. Dengan

demikian, “media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan”. Bila media adalah sumber belajar, maka secara luas media dapat diartikan dengan manusia, benda, ataupun peristiwa yang memungkinkan anak didik memperoleh pengetahuan dan keterampilan.4

Jadi secara harfiah media adalah perantara atau pengantar seseorang dalam menyampaikan informasi atau pesan. Oleh sebab itu dengan adanya media akan mempermudah guru dalam menyampaikan materi ajar pada siswanya.

Heinich(1996), berkata. Dalam buku Teknologi Komunikasi & Informasi Pembelajaran, karangan B. Uno, media berasal dari bahasa latin yang mempunyai arti antara. Makna tersebut dapat diartikan sebagai alat komunikasi yang digunakan untuk membawa suatu informasi dari suatu sumber kepada penerima. Sejumlah pakar membuat pembatasan tentang media, diantaranya yang dikemukakan oleh Association of Edication and Communication Technology (AECT) Amerika. AECT mengungkapkan, media adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyalurkan pesan atau informasi. Apabila dikaitkan dengan kegiatan pembelajaran maka media dapat diartikan sebagai alat komunikasi yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk membawa informasi dari pengajar ke peserta didik.5

Dari pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan, seperti alat sebagai pengantar atau perantara untuk menyampaikan materi pelajaran kepada siswa. Atau dapat disebut juga sebagai alat komunikasikan yang digunakan guru dalam proses belajar mengajar untuk menyampaikan informasi kepada peserta didik.

4

Syaiful Bahri Djamarah, dkk, Strategi Belajar Mengajar: Edisi Revisi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 120

5

(21)

Dilihat dari manfaatnya, media sangat bermanfaat dan berpengaruh sekali dalam kehidupan sehari-hari terutama bagi guru dalam menyampaikan materi ajar pada siswanya. Karena dalam belajar sehari-hari biasanya siswa terkesan malas-malasan, karena mereka mengaggap materi yang diberikan atau cara pengajaran guru terlalu monoton dan membosankan. Sehingga minat siswa dalam belajar pun jadi menurun. Apalagi ketika ada pelajaran menyimak, itu adalah salah satu pelajaran yang membosankan bagi siswa. Karena biasanya menyimak lewat omongan guru. Ketika siswa diberikan sesuatu yang baru seperti media berupa audio. Pasti siswa akan tertarik dan semangat dalam belajar, sehingga minat siswa pun meningkat.

2. Fungsi Media

Dalam proses belajar mengajar, fungsi media menurut Pupuh Fathurrohman dan Sobry Sutikno, yaitu:

a. Menarik perhatian siswa

b. Membantu untuk mempercepat pemahaman dalam proses pembelajaran c. Memperjelas penyajian pesan agar tidak bersifat verbalistis (dalam

bentuk kata-kata tertulis atau lisan) d. Mengatasi keterbatasan ruang

e. Pembelajaran lebih komunikatif dan produktif f. Waktu pembelajaran bisa dikondisikan

g. Menghilangkan kebosanan siswa dalam belajar

h. Meningkatkan motivasi siswa dalam mempelajari sesuatu atau menimbulkan gairah belajar

i. Melayani gaya belajar siswa yang beraneka ragam, serta

j. Meningkatkan kadar keaktifan/ keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran.6

Jadi dalam proses belajar media sangat berfungsi untuk meningkatkan minat dan hasil belajar siswa. Karena media berfungsi salah satunya untuk menarik perhatian, mempercepat pemahaman, memperjelas penyajian, dan tidak kalah pentingnya yaitu menghilangkan rasa bosan. Dalam belajar apabila ada salah satu masalah yang di atas pasti berimbas pada menurunnya

6

Pupuh Fathurrohman, dkk, Strategi Belajar Mengajar : Strategi Mewujudkan

(22)

keinginan siswa untuk belajar dan mengakibatkan menurun pula hasil belajar siswa.

Pada kenyataan minat itu adalah sesuatu yang sangat penting yang harus dimiliki dalam belajar. Karena bagaimana siswa akan mengerti dengan pelajaran kalau rasa ingin atau rasa suka pada pelajaran saja tidak ada. Untuk itulah fungsi dari media itu sendiri. Yaitu untuk mengatasi masalah-masalah dalam belajar. Sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. 3. Manfaat Media menurut Hamalik (1986) dalam Azhar Arsyad, yaitu:

Hamalik (1986) mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu. Selain membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, penyajian data dengan menarik, sehingga memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi.7

Jadi pada dasarnya media itu sangat bermafaat dalam kegiatan belajar-mengajar. Karena selain memudahkan guru, media juga dapat memberikan stimulus bagi siswa untuk belajar dengan gembira dan penuh rasa suka. Selain itu untuk menumbuhkan minat atau keinginan siswa dalam belajar, sehingga siswa dapat memperoleh hasil yang memuaskan dari usaha belajarnya tersebut.

4. Prinsip-prinsip Penggunaan Media

Agar media pembelajaran benar-benar digunakan untuk membelajarkan siswa, maka ada sejumlah prinsip yang harus diperhatikan, di antaranya:8 a. Media yang akan digunakan oleh guru sesuai dan diarahkan untuk

mencapai tujuan pembelajaran. Media tidak digunakan sebagai alat

7

Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2011), h. 15-16

8

(23)

hiburan, atau tidak semata-mata dimanfaatkan untuk mempermudah guru menyampaikan materi, akan tetapi benar-benar untuk membantu siswa belajar sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

b. Media yang akan digunakan harus sesuai dengan materi pembelajaran. Setiap materi pembelajaran memiliki kekhasan dan kekompleksan. Media yang akan digunakan harus sesuai dengan kompleksitas materi pembelajaran. Contohnya untuk membelajarkan siswa memahami pertumbuhan jumlah penduduk di indonesia, maka guru perlu mempersiapkan semacam grafik yang mencerminkan pertumbuhan itu. c. Media pembelajaran harus sesuai dengan minat, kebutuhan, dan kondisi

siswa. Siswa yang memiliki kemampuan mendengar yang kurang baik, akan sulit memahami pelajaran manakala digunakan media yang bersifat auditif. Demikian juga sebaliknya, siswa yang memiliki kemampuan penglihatan yang kurang akan sulit menangkat bahan pembelajaran yang disajikan memalui media visual. Setiap siswa memiliki kemampuan dan gaya yang berbeda. Guru perlu memperhatikan setiap kemampuan dan gaya tersebut.

d. Media yang akan digunakan harus memperhatikan efektivitas dan efisien. Media yang memerlukan peralatan yang mahal belum tentu efektif untuk mencapai tujuan tertentu. Demikian juga media yang sangat sederhana belum tentu tidak memiliki nilai. Setiap media yang dirancang guru perlu memperhatikan efektivitas penggunanya.

(24)

pembelajaran yang pada akhirnya penggunaan media bukan menambah kemudahan siswa belajar, malah sebaliknya mempersulit siswa belajar. Dari pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan, seperti alat sebagai pengantar atau perantara untuk menyampaikan materi pelajaran kepada siswa.

5. Pengertian Media Audio

Yudhi Munadi mengungkapkan bahwa:

Audio atau pendengaran adalah alat untuk mendengarkan. Mendengar adalah proses fisiologis otomatik penerimaan rangsangan pendengaran (aural stimuli). Dalam tahap inilah gangguan fisik pada alat pendengaran seseorang dapat menimbulkan kesulitan dalam proses mendengarkan. Mendengar adalah sebuah proses di mana gelombang suara masuk melalui saluran telinga bagian luar terhubung dengan gendang telinga (eardrum) di bagian tengah telingan dan menimbulkan getaran-getaran yang kemudian meransang influsi-influsi saraf sampai ke otak.9

Jadi audio atau pendengaran adalah proses masuknya glombang suara ke dalam lubang telinga dan melalui proses yang lainnya sehingga suara tersebut sampai ke saraf otak, dan menimbulkannya suatu pemahaman atas suara yang masuk tadi.

Wina mengatakan, “media auditif yaitu media yang hanya dapat di dengar saja. Atau media yang hanya memiliki unsur suara, seperti radio dan rekaman suara.”10 Jadi media audio adalah media yang hanya dapat didengar saja tidak bisa dilihat, karena hanya memiliki unsur suara saja.

Syaiful berpendapat, “Media auditif adalah media yang hanya mengandalkan kemampuan suara saja, seperti radio, cassatte recorder, dan piringan hitam. Media ini tidak cocok untuk orang tuli atau mempunyai kelainan dalam pendengaran.”11

Jadi dapat disimpulkan bahwa pendapat Syaiful sama dengan pendapat Wina yaitu media audio adalah media yang hanya bisa dilakukan dengan mendengarkan saja.

9

Yudhi, op. cit., h. 58-59.

10

Wina, op. cit., h. 172.

11

(25)

Media audio merupakan alat bantu yang digunakan dengan hanya bisa mendengar saja. Media ini membantu para siswa agar dapat berfikir dengan baik, menumbuhkan daya ingat serta mempertajam pendengaran. Dalam proses pembelajaran, media tersebut diajarkan kepada siswa berupa pesan. Pesan yang disampaikan dituangkan dalam lambang-lambang auditif, baik verbal maupun non verbal.

Oleh karena itu proses pembelajaran dapat tersusun dengan baik. Media ini merupakan bentuk pembelajaran yang murah dan terjangkau. Materi yang disapaikan disesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa. Audio dapat memberikan pesan yang menarik dan memotivasi siswa. Dari pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa media audio adalah alat bantu yang hanya bisa didengar saja yang menimbulkan getaran-getaran yang meransang influsi-influsi sampai ke otak. Getaran-getaran-getaran itulah yang mampu merangsang motivasi. Dengan demikian minat siswa semakin meningkat. Dari beberapa definisi di atas penulis mengacu pada definisi Wina yaitu mengenai media audio adalah media yang hanya dapat didengar saja dan hanya memiliki unsur suara. Seperti radio atau rekaman suara.

6. Jenis-Jenis Media Audio (Audio Formats) Jenis-jenis media audio diantaranya adalah12 a. Phonograph (Gramaphone)

Yaitu alat rekam yang memiliki hasil yang baik. Dengan speed tinggi yang dimilikinya maka frequency respons pun tinggi sehingga mampu merekam berbagai macam suara mulai dari ucapan kata-kata hingga suara badai, kicauan burung, musik simponi dan lain-lain.

b. Open Reel Tapes

Yaitu alat perekam yang memiliki kualitas suara yang lebih bagus dibandingkan yang menggunakan pita kaset. Karena unsur kecepatan tersebut berpengaruh pada frequency respons (tanggapan frekuensi). Semakin tinggi kecepatannya, semakin tinggi tanggapan frekuensinya.

12

(26)

c. Cassette Tapes

Perekam kaset audio ini adalah yang paling populer di kalangan masyarakat. Berfungsi sebagai play back program dalam bentuk kaset ataupun sebagai perekam.

d. Compact Disc

Yaitu sebuah piring optikal yang digunakan untuk menyimpan data secara digital. Media ini tetap menjadi format standar dalam pemutaran rekaman audio komersial hingga pertengahan 2006.

e. Radio

Di dunia pendidikan, hingga saat ini radio masih digunakan sebagai media pembelajaran, khususnya untuk pembelajaran program pendidikan jarak jauh. Sebenarnya radio termasuk jenis media massa yakni media untuk komunikasi massa. Sedangkan pembelajaran termasuk komunikasi publik/ kelompok. Namun, untuk beberapa konteks, program radio bisa dikhususkan untuk komunikasi publik atau kelompok.

f. Laboratorium Bahasa

Yaitu alat untuk melatih siswa mendengar dan berbicara dalam bahas asing dengan jalan menyajikan materi pelajaran yang disampaikan sebelumnya.

7. Pengaruh Penggunaan Media Audio dalam Pembelajaran Menyimak Dongeng.

(27)

berbagai media, radio, televisi, internet maupun melalui tatap muka secara langsung.13

Berbagai media tersebut dapat dimanfaatkan untuk membantu proses pembelajaran. Media audio rekaman suara pembacaan dongeng adalah suatu media pembelajaran menyimak yang diterapkan dengan cara memutar rekaman suara pembacaan dongeng dengan menggunakan laptop dan speaker untuk memperjelas bunyi.

Dengan adanya pembacaan dongeng melalui media audio, maka siswa akan termotivasi untuk menyimak karena mereka dapat menambah pengetahuannya, memahami kehidupan manusia secara nyata, memberikan pengalaman baru, serta menumbuhkan rasa cinta terhadap menyimak suara melalui media maupun melalui penjelasan guru. Hal ini menunjukkan bahwa media pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Sesuai dengan pendapat Sujana dan Rivai tentang manfaat media (dalam Arsyad, 2004: 24). Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar. Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami siswa. Dengan metode mengajar yang bervariasi siswa tidak mudah bosen. Guru tidak kehabisan tenaga dan siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar seperti mengamati, melakukan,mendemonstrasikan, memerankan, dan lain–lain. Dengan media pembelajaran yang bervariasi akan diharapkan aktivitas belajar siswa dalam kelas dapat meningkat yang akan berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajarnya.14

B.Hakikat Menyimak

1. Pengertian Menyimak

Menyimak atau yang lebih dikenal mendengarkan bukanlah hanya mendengar sesuatu yang masuk telinga kiri keluar telinga kanan atau

13Dyah Ayu Malindha, “Meningkatkan Hasil Belajar Menyimak Melalui Media

Rekaman Tayangan Berita”,

http://gonididada99.blogspot.com/2012/11/meningkatkan-hasil-belajar-menyimak.html, (Diakses pada tanggal 6 mei 2013, Pukul 23:11).

(28)

sebaliknya. Mendengarkan (Menyimak) adalah mendengar untuk memahami apa yang dikatakan orang lain. Mendengarkan adalah proses serius yang tidak bisa dilakukan hanya dengan mengandalkan kebiasaan, refleks maupun insting. Mendengar adalah upaya untuk menghubungkan kepingan informasi dari pesan-pesan yang tersembunyi.

Orang banyak menyangka mendengarkan merupakan kegiatan pasif, yang orang tinggal menerima pesan saja dari pihak pembicara. Anggapan ini perlu diluruskan. Mendengarkan (menyimak) tidak sama dengan mendengar. Mendengarkan merupakan proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian dan pemahaman untuk memperoleh informasi yang disampaikan secara lisan dan dapat memahami makna komunikasi yang disampaikan oleh pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan tersebut. Sejalan dengan pemikiran ini, Clark & Clark dan Richards (dalam Rubin & Mendelson, 1995:151) mengartikan mendengarkan (menyimak) sebagai pemrosesan informasi yang didapat oleh pendengar melalui pandangan dan pendengaran yang mencakup perintah untuk menyatakan apa yang akan dituju dan diekspresikan oleh pembicara.15 Jadi mendengarkan dan mendengarkan (menyimak) memiliki sedikit perbedaan,yaitu kalau mendengarkan kegiatan mendengarkan yang tujuannya hanya mendaptkan informasi. Sedangkan mendengarkan (menyimak) selain bertujuan untuk mendapatkan informasi, tetapi untuk memahami betul apa yang dibicarakan pembicara sehingga pendengar bisa melaksanakan informasi yang didapat dari pembicara.

Henry Guntur Tarigan menyatakan bahwa:

Menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan, serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan sang pembicara melalui ujaran atau bahsa lisan. 16

15

Jauharitin Alfin, dkk, Bahasa Indonesia 1 Edisi Pertama, (Surabaya: LAPIS-PGMI, 2008), h. 9-10

16

(29)

Jadi Henry Guntur Tarigan menyatakan bahwa menyimak adalah mendengarkan kata-kata secara lisan untuk mendapatkan informasi dan pesan. Serta memahami maksud yang disampaikan dari si pembicara.

Djago Tarigan mengungkapkan bahwa, mendengarkan adalah:

Mendengarkan sesuatu dengan sungguh-sungguh. Sedangkan menyimak berarti mendengarkan (memperhatikan) baik-baik apa yang diucapkan atau dibaca orang. Maka dapat disimpulkan bahwa menyimak adalah suatu peroses yang mencakup kegiatan mendengar, mengidentifikasi, menginterpretasi bunyi bahasa kemudian menilai hasil interpretasi makna dan menanggapi pesan yang tersirat di dalam wahana bahasa tersebut.17

Jadi menurut Djago Tarigan, mendengarkan adalah mendengarkan dengan menyimak adalah mendengarkan dan memperhatikan dengan sunguh-sungguh sebuah rekaman cerita agar kita dapat memahami maknanya dan mengambil pesan yang tersirat dari cerita tersebut.

Bustanul Arifin mengatakan:

Menyimak merupakan keterampilan berbahasa yang bersifat aktif reseptif. Artinya, dalam kegiatan menyimak seseorang harus mengaktifkan pikirannya untuk dapat mengidentifikasi bunyi-bunyi bahasa, memahaminya, dan menafsirkan maknanya sehingga tertangkap pesan yang disampaikan pembicara.18

Jadi menyimak menurut Bustanul Arifin adalah keterampilan berbahasa yang bersifat terbuka yaitu mau menerima saran dan tanggapan atau pendapat yang disampaikan pembicara.

Sedangkan Yeti Mulyatiberpendapat:

Menyimak adalah proses yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa, mengidentifikasi, menafsirkan, menilai, dan mereaksi terhadap makna yang termuat pada wacana lisan. Jadi, peristiwa menyimak pada hakikatnya merupakan rangkaian kegiatan penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi.19

17

Djago Tarigan, Pendidikan Keterampilan Berbahasa, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2005), h. 2.5-2.7

18

Bustanul Arifin, dkk, Menyimak, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2010), h. 1.13.

19

(30)

Jadi menyimak menurut Yeti Mulyati adalah mendengarkan kata-kata secara lisan untuk mengetahui, menilai dan memberikan tanggapan dari makna yang terkandung dalam kata-kata lisan tersebut.

Diane Lansen Freeman berpendapat:20

listening is understanding the spoken word should precede its production.

Mendengarkan adalah memahami kata yang diucapkan harus langsung darimana kata-kata itu berasal.

Jadi intinya Diane mengatakan bahwa mendengarkan itu harus memahami maksud dari kata-kata yang diucapkan oleh seseorang yang keluar dari mulut orang tersebut.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa menyimak adalah suatu keterampilan berbahasa melalu proses mendengarkan secara seksama dan memperhatikan secara baik-baik apa yang dibicaraka oleh pembicara sehingga pendengar memang benar-benar mengerti dan memahami apa yang dibicarakan oelh pembicara dan bisa menerapkan informasi yang didapatnya dalam kehidupan sehari-hari.

2. Tujuan Menyimak

Novi Resmini dan Dadan Juanda menyatakan bahwa Kegiatan menyimak dilakukan dengan tujuan yang berbeda-beda. Para ahli mengemukakan lima tujuan khusus dalam menyimak.

Kegiatan menyimak dilakukan dengan bermacam tujuan, yang antara lain sebagai berikut.

a. Menyimak untuk memproleh pengetahuan dari bahan ujaran sang pembicara, artinya dia menyimak untuk belajar..

b. Menyimak untuk mengevaluasi.

c. Menyimak untuk mengapresiasi materi simakan. d. Menyimak untuk mengkomunikasikan ide-ide.

e. Menyimak untuk membedakan bunyi-bunyi dengan tepat.

f. Menyimak untuk memecahkan masalah secara kreatif dan analisis. g. Menyimak untuk meyakinkan dirinya terhadap suatu masalah atau

pendapat yang selama ini diragukannya.21

20

(31)

Menyimak bukan hanya sekedar mendengarkan apa yang orang bicarakan, tetapi menyimak merupakan mendengarkan secara sungguh-sungguh dan secara kreatif apa yang orang bicarakan. Sehingga informasi yang didapat dari peroses menyimak tersebuat adalah sebuah pengetahuan baru yang dapat ia terapkan untuk kehidupan sehari-hari. Kegiatan menyimak bukan kegiatan yang sepele, melainkan kegiatan yang memiliki tujuan penting dalam kehidupan. Adapun ke-tujuh tujuan tersebut sangat penting untuk diketahui dan dipahami maksud dari masing-masing tujuan tersebut, sehingga siapapun dapat menerapkannya dalam kehidupan dan kegiatan sehari-hari. Tetapi inti dari tujuan di atas hanya satu yaitu mendapatkan informasi dan pengetahuan yang baru.

Sedangkan tujuan lain dari menyimak menurut Tarigan tujuan orang menyimak beraneka ragam, antara lain:

a. Ada orang yang menyimak dengan tujuan utama agar dia dapat memperoleh pengetahuan dari bahan ujaran pembicara; dengan perkataan lain, dia menyimak untuk belajar.

b. Ada orang yang menyimak dengan penekanan pada penikmatan terhadap ssesuatu dari materi yang diujarkan atau yang diperdengarkan atau dipagelarkan (terutama sekali dalam bidang seni); pendeknya, dia menyimak untuk menikmati keindahan audial.

c. Ada orang yang menyimak dengan maksud agar dia dapat menilai sesuatu yang dia simak itu (baik-buruk, indah-jelek, tepat-ngawur, logis-tak logis, dan lain-lain); singkatnya, dia menyimak untuk mengevaluasi. d. Ada orang yang menyimak agar dia dapat menikmati serta menghargai

sesuatu yang disimaknya itu (misalnya, pembicaraan cerita, pembacaan puisi, musik dan lagu, dialog, diskusi panel, dan perdebatan); pendek kata, orang itu menyimak untuk mengapresiasi materi simakan.

21

(32)

e. Ada orang yang menyimak dengan maksud agar dia dapat mengomunikasikan ide-ide, gagasan-gagasan, ataupun perasaan-perasaannya kepada orang lain dengan lancar dan tepat. Banyak contoh dan ide yang dapat diperoleh dari sang pembicara dan semua ini merupakan bahan penting dan sangat menunjang dalam mengomunikasikan ide-idenya sendiri.

f. Ada pula orang yang menyimak dengan maksud dan tujuan agar dia dapat membedakan arti (distingtif), mana bunyi yang tidak membedakan arti; biasanya, ini terlihat nyata pada seseorang yang sedang belajar bahasa asing yang asik mendengarkan ujaran pembicara asli (native speaker).

g. Ada lagi orang yang menyimak dengan maksdud agar dia dapat memecahkan masalah secara kreatif dan analisis, sebab dari pembicara, dia mungkin memperoleh banyak masukan berharga.

h. Selanjutnya, ada lagi orang yang tekun menyimak pembicara untuk meyakinkan dirinya terhadap suatu masalah atau pendapat yang selama ini dia ragukan; dengan perkataan lain, dia menyimak secara persuasif (disarikan dari: Logan [et all], 1972:42; Shrope, 1979 : 261).22

Jadi inti dari semua tujuan tersebut yaitu bertujuan untuk mendengarkan informasi, ide, atau memperoleh pengetahuan yang diberikan oleh pembicara.

3. Proses Menyimak atau Tahapan-tahapan dalam Menyimak

Sehubung dengan menyimak sebagai suatu peroses, para ahli umumnya sependapat bahwa menyimak adalah suatu kegiatan yang memerlukan proses. Loban dkk, dalam Tarigan (1986) membagi menyimak atas 3 aspek, yaitu comprehending (memahami), interpreting (menginterpretasi-kan), dan

evaluating (menilai atau mengevaluasi).

Sedangkan Logan, dkk. (1972:39)membagi tahap-tahap menyimak menjadi 4 sebagai berikut,

a. Hearing (Mendengar)

22

(33)

b. Understanding (Memahami) c. Evaluating (Menilai)

d. Responding (Mereaksi).

Tahapan dalam menyimak merupakan hal yang patut kita ketahui. Karena dalam menyimak kita bukan hanya sekedar mendengarkan saja. Tetapi kita harus tahu tahapan-tahapan yang harus kita lakukan dalam menyimak. Misalnya tahapan pertama yaitu hearing, yaitu mendengarkan. Pada tahap pertama ini yang kita harus lakukan yaitu mendengarkan saja. Kita tidak boleh melakukan kegiatan yang lainnya.

Setelah mendengarkan baru kita pahami apa yang kita dengarkan tadi, setelah itu kita menilai apa yang kita simak. Dan yang terakhir reaksi kita terhadap hasil simakan tadi. Apakah kita menerima materi yang dibicarakan atau menolaknya untuk kita aplikasikan dalam kehidupan kita.

Ahli lain, yaitu Morris (1964: 701-702) membagi proses menyimak menjadi 5 tahap sebagai berikut.

a. Hearing(Mendengar) b. Attentioni (Perhatian) c. Perception (Menafsirkan) d. Evaluation(Menilai)

e. Response atau reaction (Mereaksi)

Proses menyimak menurut Morris hampir sama dengan proses menyimak menurut Logan. Hanya saja menurut Morris proses menyimak ada lima sedangkan Logan ada empat. M,enurut Morris ada proses menyimak yang dinamai dengan menafsirkan. Jadi setelah mendengarkan adanya perhatian dan baru adanya menafsirkan.

Penjelasan tahap-tahap menyimak tersebut dapat dirangkum, seperti berikut ini.23

a. Tahap Mendengar

Pada tahap ini penyimak baru mendengar segala sesuatu yang dikemukakan oleh pembicara dalam ujaran-ujaran atau pembicaraanya. b. Tahap Memahami

23

(34)

Setelah ujaran-ujaran masuk ke telinga, penyimak berusaha untuk memahami isi ujaran atau pembicaraan dengan cara mengolah bunyi-bunyi bahasa menjadi satuan bahasa yang bermakna.

c. Tahap Menginterpretasi

Setelah penyimak memahami makna ujaran pembicara, penyimak berusaha untuk menafsirkan isi atau maksud pembicaraan. Apakah ujaran bermakna tersurat atau ada makna tersirat di balik ujaran-ujarannya. Jelasnya penyimak mengerti makna dan maksud yang terkandung dalam pembicaraan tersebut.

d. Tahap Mengevaluasi

Tahap menginterpretasikan atau menafsirkan dilanjutkan dengan tahap menilai atau mengevalusi. Penyimak yang baik tidak asal menerima apa-apa yang disimaknya, tetapi dia akan menilai di mana keunggulan dan kelemahan, kebaikan, dan kekurangan sang pembicara sehingga pesan, gagasan, atau pendapat pembicara dianggapnya pantas untuk diterima atau harus ditolaknya.

e. Tahap Menanggapi

Tahap menanggapi merupakan tahap yang berada pada tingkat yang lebih tinggi. Di sini, penyimak mulai menggunakan kesempatan untuk berganti peran dengan pembicara. Pada tahap ini, penyimak mengungkapkan hasil akhir dari kegiatan menyimaknya. Penyimak akan mengatakan setuju atau tidak setuju atas isi pembicaraan yang diujarkan pembicara.

Jadi dalam menyimak memiliki proses dan tahapan-tahapan untuk mempermudah para penyimak dalam memahami materi menyimak. Yaitu selain menyimak, penyimak juga harus paham, menginterpretasikan, mengevaluasi dan menanggapi hasil simakan.

4. Faktor Pemengaruh Menyimak

Dalam menyimak ada faktor yang mempengaruhi yaitu ada pakar yang mengatakan bahwa ada lima faktor yang mempengaruhi menyimak, yaitu a. Sikap

(35)

d. Situasi Kehidupan

e. Peranan dalam masyarakat (Hunt; 1981:19-20)

Pakar lain mengemukakan hal-hal berikut ini yang merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi menyimak, yaitu:

a. Pengalaman, b. Pembawaan,

c. Sikap atau pendirian,

d. Motivasi, daya penggerak, prayojana, dan

e. perbedaan jenis kelamin atau seks (Webb, 1975:137-9)

Disamping itu, ada pula pakar yang mengemukakan faktor-faktor berikut ini:

a. Faktor lingkungan, yang terdiri atas lingkungan fisik dan lingkungan sosial,

b. Faktor fisik

c. Faktor psikologis, dan

d. Faktor pengalaman (Logan [et all], 1972:49-50).

Dari hasil pemantauan ketiga sumber mengenai faktor-faktor yang memengaruhi menyimak itu, dapat disimpulkan bahwa ada 8 faktor-faktor pemengaruh menyimak itu ialah:24

a. Faktor fisik b. Faktor psikologis c. Faktor pengalaman d. Faktor sikap e. Faktor motivasi f. Faktor jenis kelamin g. Faktor lingkungan

h. Faktor peranan dalam masyarakat

Dari keempat pendapat di atas mengenai faktor pemengaruh dalam menyimak memang masing-masing pendapat memiliki perbedaan. Tetapi dari keempat pendapat tersebut semuanya penting dan memiliki kaintan. Adapun faktor yang sangat berkaitan denga minat seseorang adalah faktor sikap dan faktor motivasi. Karena dari kedua faktor tersebut mempermudah melihat minat seseorang.

Contohnya dalam pelajaran Bahasa Indonesia. Apabila sikapnya sangat baik dan memiliki motivasi yang tinggi terhadap pelajaran tersebut makan

24

(36)

dapat dilihat bahwasannya minat anak terhadap pelajaran tersebut sangat tinggi. Sebaliknya jika anak sikap dan motivasinya terhadapa pelajaran Bahasa Indonesia tidak baik maka dapat dilihat bahwa minat anak terhadap pelajaran tersebut sangat buruk.

5. Strategi Meningkatkan Kemampuan Menyimak

Berbagai strategi dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan menyimak. Strategi di bawah ini juga dapat dikembangkan di dalam kelas dengan menggunakan model-model tertentu, yaitu:25

a. Dengar-Ucap : Isi model ini berupa fonem, kata, kata berimbuhan, semboyan, dan puisi pendek. Model ini dapat dibacakan guru atau berupa rekaman suara guru atau orang lain.

b. Dengar-Terka : Model ini menuntut reaksi siswa untuk menerka secara lisan dengan spontan.

c. Dengar-Jawab : Model ini menutut reaksi untuk menjawab apa-apa yang disampaikan pembicara.

d. Dengar-Tanya : Guru membacakan atau mendengarkan rekaman kalimat-kalimat yang merupakan jawaban dari bermacam-macam pertanyaan, kemudian siswa bertanya sesuai dengan jawaban yang telah dibacakan/diperdengarkan tadi.

e. Dengar-Sanggah : Guru membacakan/ memperdengarkan rekaman beberapa kalimat pertanyaan, siswa menyanggahnya atau membantah serta memprotes pertanyaan tersebut.

f. Dengar-Cerita : Guru membacakan/ memperdengarkan rekaman cerpen atau puisi, siswa menceritakan kembali secara singkat garis besar cerita atau puisi tersebut.

g. Dengar-Suruh : Model ini menyuruh siswa untuk mengulang kembali materi/ bahan yang telah diinformasikan dari guru.

h. Dengar-Larang : Model ini menuntut siswa untuk mengungkapkan larangan setelah memproleh informasi.

25

(37)

i. Dengar-Teriak : Model ini menuntut siswa untuk mengungkapkan kata dengan volume suara tinggi.

j. Dengar-Setuju : Model ini menuntut reaksi siswa untuk mengungkapkan persyaratan setuju setelah menyimak informasi baik dari guru maupun hasil rekaman.

k. Dengar-Bisik berantai : Model ini menuntut siswa untuk berlatih menyimak pesan dari seseorang (guru atau siswa) melalui berbisik, kemudian menyampaikan pesan tersebut kepada orang lain.

l. Dengar-Baca : Model ini memberikan siswa sebuah wacana, kemudian membacanya dalam hati.

m.Dengar-Tulis (Dikte) : Model ini menyuruh siswa untuk menuliskan kalimat yang didiktekan guru.

n. Dengar-Salin : Model ini membuat reaksi siswa untuk menyalin dengan hasil simakannya.

o. Dengar-Rangkum : Model ini menyuruh siswa untuk merangkum bacaan yang dibacakan guru.

p. Dengar-Ubah : Guru menyebutkan sebuah kalimat aktif, kemudian siswa mengubahnya ke dalam kalimat pasif.

q. Dengar-Lengkapi : Guru menyebutkan sebuah kalimat yang belum lengkap, siswa melengkapiya.

r. Dengar-Kerjakan : Model ini menyuruh siswa untuk mereaksi hasil suruhan guru yang berupa pengucapan kalimat.

s. Dengar-Lakukan : Model ini menyuruh siswa untuk melakukan sesuatu sesuai dengan perintah.

t. Dengar-Simpati : Setelah menyimak informasi yang disampaikan baik melalui ucapan, radio, TV, maupun mass-media lainnya, siswa dituntut agar memberikan reaksi simpati untuk menunjukkan bahwa dia memahami informasi tersebut.

(38)

Ketiga strategi ini memiliki fugsinya masing-masing. Yang pertama, ketika siswa mendengar siswa harus menjawab pertanyaan yang diberikan gurunya. Hal ini untuk melihat sejauh mana pemahaman dan perhatian siswa terhadap simakannya. Yang kedua, ketika siswa mendengar siswa harus bercerita. Mereka harus menceritakan kembali apa yang dia simak dengan menggunakan kata sehari-hari. Yang ketiga, ketika siswa mendengar siswa harus simpati terhadap hasil simakannya. Ini untuk melihat sejauh mana ia memahami informasi yang di dapatnya dalam menyimak suatu cerita.

Dari ketiga strategi ini pada intinya memiliki tujuan yang sama yaitu untuk mengetahui sejauh mana siswa paham, mengerti dan memahami sebuah cerita melalui media audio.

C.Dongeng

1. Pengertian Dongeng

Dongeng merupakan salah satu cerita rakyat (folktale) yang cukup beragam cakupannya. Bahkan, untuk memudahkan penyebutan, semua cerita lama. Misalnya dongeng Kancil Mencuri Ketimun, Kancil dengan Buaya, Asal-usul Terjadinya Gunung Tangkubanperahu, Ciung Wanara, Bawang Merah dan Bawang Puti, Timun Emas, dan sebagainya. Dongeng berasal dari berbagai kelompok etnis, masyarakat, atau daerah tertentu di berbagai belahan dunia, baik yang berasal dari tradisi lisan maupun yang sejak semula diciptakan secara tertulis.26

Menurut Liaw Yock Fang:

Cerita asal-usul atau dongeng aetologis adalah cerita rakyat yang tertua. Cerita-cerita ini sebenarnya sudah bisa dimasukkan ke dalam bidang mitos, cerita yang dianggap benar oleh penceritanya.27 Jadi dongeng adalah cerita

26

Burhan Nurgiantoro, Sastra Anak: Pengantar Pemahaman Dunia Anak, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2005), h. 198

27

(39)

rakyat yang paling tua diantara cerita-cerita yang lainnya dan biasanya ceritanya pun berisi tentang mitos-mitos yang terjadi pada zaman dahulu.

Edy Sembodo berpendapat, dongeng adalah:

Bentuk prosa lama yang mengandung ajaran kebaikan. Dongeng ditujukan untuk anak-anak, oleh karena itulah, biasanya, dongeng selalu klise. Isinya selalu berbicara tentang kebaikan yang selalu menang melawan kejahatan. Contoh dongeng antara lain Malin Kundang, Timun Mas, Kebo Iwa, dan Candra Kirana.28

Sedangkan menurut Edy, dongeng adalah jenis prosa lama yang isinya menceritakan tentang kebaikan-kebaikan dan biasanya disuguhkan untuk-anak-anak.

Dalam buku Eddy Setia, dkk. Yang dikutip dari J. Danandjaya William R mengatakan bahwa :

Dongeng adalah cerita prosa rakyat yang dianggap tidak benar-benar terjadi. Dan cerita ini tidak terikat pada waktu dan tempat. Dongeng dapat berupa dongeng binatang, dongeng biasa, dongeng berumus, serta lelucon dan anekdot.29 Jadi pada intinya William mengatakan, dongeng adalah cerita rakyat yang tidak benar-benar terjadi. Ceritanya pun diambil tidak berdasarkan tempat atau waktu yang sama pada kejadian masalalu.

Menurut Wikipedia dalam Hindun, dongeng adalah:

Bentuk sastra lama yang bercerita tentang suatu kejadian yang luar biasa yang penuh khayalan (fiksi) yang dianggap oleh masyarakat suatu hal yang tidak benar-benar terjadi.30 Hampir sejalan dengan pandangan William, menurut wikipedia dalam Hindun, dongeng adalah bentuk sastra lama yang isinya penuh dengan khayalan dan biasanya diambil bukan dari kejadian yang sebenarnya.

Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan dongeng adalah bentuk karya sastra lama yang isinya penuh dengan khayalan ada yang

28

Edy Sembodo, Contekan Pintar Sastra Indonesia Untuk SMP dan SMA, (Bandung: Hikmah, 2009), h. 12

29

Eddy Setia, dkk, Fungsi dan Kedudukan Sastra Lisan Melayu Serdang, (Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1990), h. 7

30

(40)

diambil dengan kisah nyata, dan ada pula bukan cerita sebenarnya. Dan biasanya cerita ini disuguhkan untuk anak-anak. Karena biasanya cerita ini berisi tentang ajaran-ajaran kebaikan. Dari beberapa definisi di atas penulis lebih mengacu pada definisi Edy Sembodo. Yaitu bentuk prosa lama yang mengajarkan kebaikan. Biasanya di sajikan untuk anak-anak. Karena isinya itu mengisahkan tentang kebaikan yang selalu menang melawan kejahatan. 2. Klasifikasi Dongeng

Dilihat dari kemunculannya, dongeng dibagi menjadi dua macam:31 a. Dongeng Klasik

Dongeng klasik adalah cerita dongeng yang telah muncul sejak zaman dahulu yang telah mewarisi secara turun-temurun lewat teradisi lisan. Dongeng klasik termasuk ke dalam sastra tradisional (traditional literature), dongeng klasik itulah yang sering disebut sebagai dongeng. Atau, jika orang berbicara tentang dongeng, konotasinya adalah dongeng klasik. Pada mulanya dongeng-dongeng jenis ini hanya dikenal oleh masyarakat empunya dongeng. Kalaupun menyebar ke masyarakat lain, pada umumnya ia hanya terbatas pada masyarakat yang pernah bersentuhan secara budaya saja, dan itu pun membutuhkan waktu yang relatif lama. Contoh dongeng klasik indonesia antara lain adalah Bawang Merah dan Bawang Putih, dan Timun Emas.

b. Dongeng Modern

Dongeng modern adalah cerita dongeng yang sengaja ditulis untuk maksud bercerita dan agar tulisannya itu dibaca oleh orang lain. Jadi, dongeng modern sengaja ditulis sebagai salah satu bentuk karya sasatra, maka secara jelas ditunjukkan pengarang, penerbit, kota penerbit, dan tahun. Sebagai sebuah teks sastra modern ia beredar lewat sarana tulisan. Dongeng modern (modern fairy storise) adalah cerita fantasi modern. Jadi, ia dapat dikategorikan sebagai genre cerita fantasi. Sebagai sebuah dongeng modern, cerita-cerita itu sengaja dikreasikan

31

(41)

oleh pengarang yang mencantumkan namanya. Ia sengaja sadar ditulis sebagai salah satu bentuk karya sastra. Oleh karena itu, selain dimaksudkan untuk memberikan cerita menarik dan ajaran moral tertentu, ia juga tampil sebagai sebuah karya seni yang memiliki unsur-unsur keindahan, yang antara lain dicapai lewat kemenarikan cerita, penokohan, pengaluran, dan stile. Contohnya seperti cerita Harry Potter. Lord of the Rings, Goosebumps, dan lain-lain.

3. Manfaat Dongeng bagi Anak-anak

Hollowel mengungkapkan dalam bukunya berjudul A Book for Children Literature, dalam Agus DS mengatakan bahwa ada enam segi positif dari sebuah dongeng, yaitu:

a. Dongeng dapat mengembangkan imajinasi dan memberikan pengalaman emosional yang mendalam.

b. Memuaskan kebutuhan ekspresi diri.

c. Menanamkan pendidikan moral tanpa harus menggurui. d. Menumbuhkan rasa humor yang sehat.

e. Mempersiapkan apresiasi sastra. f. Memperluas cakrawala khayalan anak.

Selain itu, melalui mendongeng, anak juga diajak untuk belajar berkomunikasi, dan secara tidak langsung dapat melatih anak melontarkan gagasan terhadap pemecahan suatu masalah. Dengan demikian akan lahir ide-ide atau pemikiran-pemikiran orisinal anak dalam suasana hangat dan penuh kasih sayang.32

4. Dongeng dalam Materi Pelajaran di Sekolah

Dari latar belakang yang diuraikan diketahui bahwa kelas yang menjadi subjek penelitian adalah kelas VII. Kemampuan menyimak kelas VII sudah cukup bagus, hanya kadang-kadang dalam menyimak guru yang berbicara itu agak membosankan bagi para siswa. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk menerapkan dongeng sebagai materi pembelajaran, karena penulis berasumsi bahwa dengan dongeng kemampuan menyimak siswa akan meningkat. Agar siswa dapat menyimak dengan teliti tentang cerita dongeng tersebut, apabila guru memberikan pertanyaan. Dengan demikian siswa

32

(42)

akan mengerti dan paham tentang materi yang disampaikan yaitu berupa materi dongeng di sekolah diajarkan di kelas VII.

D.Penelitian yang Relevan

Penelitian yang berhubungan dengan pengaruh penggunaan media audio dalam pembelajaran menyimak dongeng pernah diteliti oleh beberapa orang diantaranya ialah, penelitian yang dilakukan oleh mahasiswi Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta(UIN Jakarta) yang bernama Mahfudoh yang berjudul Peningkatan Keterampilan Menyimak Cerita Rakyat Melalui Media Audio Visual Di Kelas VIII SMP Pelita Harapan Jakarta Selatan. Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Hasil penelitian menyatakan bahwa keterampilan menyimak cerita rakyat dengan menggunakan media audio visual mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari nilai rata-rata. Pada siklus I rata-ratanya 72, pada siklus II rata-ratanya 82,42. Itu artinya penelitian tersebut berhasil. Kesamaan skripsi ini adalah sama-sama meneliti tentang menyimak dan media. Hanya saja perbedaannya terletak pada objek yang dituju dan media secara spesifiknya, karena penulis meneliti tentang pengaruh penggunaan media audio dalam pembelajaran menyimak dongeng.

Selanjutnya pada skripsi Siti Rohaeti, mahasiswi Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, dengan judul Pengaruh Media Vidio terhadap Kemampuan Berpidato Siswa Kelas X SMA Negeri 13 Kabupaten Tangerang Tahun Pelajaran 2012-2013. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat pengaruh media video terhadap kemampuan berpidato siswa. Skripsi ini memiliki kesamaan dengan skripsi penulilis dari aspek pengaruhnya terhadap media. Adapun perbedaannya yaitu dari pembelajarannya itu sendiri, karena penulis meneliti tentang pengaruh penggunaan media audio dalam pembelajaran menyimak dongeng.

(43)

Tahun Pelajaran 2011/2012 pernah dilakukan oleh Zubaidah, jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Hasil penelitiannya yaitu terdapat pengaruh dalam penggunaan media foto terhadap pembelajaran menulis berita. Persamaan skripsi dengan skripsi penulis yaitu dari segi pengaruh dan media. Adapun perbedaannya yaitu dari segi sasaran dan materi yang dipelajarinya.

E.Kerangka Berfikir

Berdasarkan landasan teori, dalam rangka memahami isi dongeng pada tingkat SMP, penulis mengemukakan hubungan antara variabel mempengaruhi dan dipengaruhi, yang bersifat pengaruh. Dari judul skripsi “Pengaruh Penggunaan Media Audia Dalam pembelajaran Menyimak Dongeng Pada Siswa Kelas VII SMP Islam Al-Wasatiyah Tahun Pelajaran 2013-2014”.berdasarkan pemaparan tersebut dapat diketahui bahwa dengan menggunakan media audio dapat meningkatkan keinginan dan kemauan siswa dalam belajar sehingga media tersebut dapat mempengaruhi perubahan hasil belajar siswa.

F. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang secara teoritis dianggap paling mungkin atau paling tinggi tingkat kebenarannya. Secara teknik, hipotesis adalah pernyataan mengenai keadaan populasi yang akan diuji kebenarannya melalui data yang diperoleh dari sampel penelitian.33dikatakan jawaban bersifat sementara karena belum didukung pengumpulan dan pengolahan data secara empiris. Adapun hipotesis dalam penelitian yang dilakukan yaitu:

Ho: Tidak terdapat pengaruh dalam penggunaan media audio dalam pembelajaran menyimak dongeng.

Hi: Terdapat pengaruh dalam penggunaan media audio dalam pembelajaran menyimak dongeng.

33

(44)

31 A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Islam Al-Wasatiyah, Jl. Masjid Assolihin Dongkal, Cipondoh Indah, Kota Tangerang. Waktu penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2013-2014. Penelitian berlangsung pada tanggal 30 April-30Mei 2014.

B. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya adalah cara ilmiah yang dilakukan peneliti untuk mendapatkan data yang diperlukan dengan tujuan tertentu untuk dapat memecahkan masalah yang ada. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode ekperimen. Metode ekperimen adalah metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dengan kondisi yang terkendalikan”.1

Metode eksperimen yang digunakan peneliti yaitu: Pre-Eksperimental Designs, karena desain ini belum merupakan eksperimen sungguh-sungguh. Karena masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen. Jadi hasil eksperimen yang merupakan variabel dependen itu bukan semata-mata dipengaruhi oleh variabel independen. Hal ini dapat terjadi, karena tidak adanya variabel kontrol, dan sampel tidak dipilih secara random.2 Desain penelitian yang digunakan peneliti adalah one group pretest-postest design. “Desain observasi dalam

penelitian ini digunakan dua kali yaitu sebelum ekperimen dan sesudah eksperimen. Observasi yang dilakukan sebelum ekperimen menggunakan

1

Sugiyono, Metode Penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2009), Cet. 8, h. 72.

2

(45)

simbol (O1) adalah pretes, dan observasi sesudah ekperimen (O2) disebut postest.”3

Keterangan:

01 : tes awal atau pretest yang diberikan untuk mengetahui kemampuan menyimak dongeng.

X : perlakuan yang diberikan, yaitu tentang pengetahuan media audio.

02 : tes akhir atau postest yang digunakan untuk mengetahui kemampuan menyimak dongeng yang diberikan perlakuan.

“Perbedaan antara 01 dan 02 yakni 02-01 diasumsi merupakan efek dari

treatment atau ekperimen.”4 C. Populasi dan Sampel Penelitian

a. Populasi

Populasi adalah wilayah generelisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.5 Adapun yang menjadi populasi penelitian ini adalah siswa kelas VII C SMP Islam Al-Wasatiyah.

b. Sampel

Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin semua yang ada pada populasi, karena keterbatasan dana, tenaga, waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu.6 Sampel peneliti ini ditentukan dengan cara purposive sampling atau sampel bertujuan. Menurut Arikunto, sampel bertujuan ini dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, rondom atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu. 7 Berdasarkan purposive sampling

tersebut diperoleh bahwa sampel penelitian ini adalah kelas VII C.

3

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), Cet. 14, h. 124.

4

Ibid, 124.

5

Sugiyono, op. cit., h. 117.

6

Ibid., h. 118.

7

(46)

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.8 Adapun teknik pengumpalan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara tes dan nontes.

1. Tes

Tes adalah seperangkat rangsangan (stimuli)nyang diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk mendapat jawaban yang dapat dijadikan dasar bagi penetapan skor angka.9 Tes adalah salah satu bentuk pengukuran, dan tes merupakan salah satu cara untuk mendapatkan informasi (kompetensi, pengetahuan, keterampilan) tentang peserta didik.10

Dalam penelitian ini tes yang digunakan adalah bentuk tes berbentuk objektif pilihan ganda. Tes pilihan ganda merupakan suatu bentuk tes yang paling banyak dipergunakan dalam dunia pendidikan. Tes pilihan ganda terdiri dari sebuah pernyataan atau kalimat (stem) yang belum lengkap yang kemudian diikuti oleh sejumlah pernyataan atau bentuk yang dapat

untuk melengkapinya. Dari sejumlah “pelengkap” tersebut, hanya sebuah

yang tepat sedang yang lain merupakan pengecoh (distractors) atau jawaban salah.11

Dalam penelitian ini, tes pilihan ganda diberikan dua kali. Tes pilihan ganda yang pertama merupakan langkah awal yang dilakukan peneliti untuk mengetahui kemampuan dasar peserta didik dalam pembelajaran menyimak dongeng sebelum menggunakan media audio, tes ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan menyimak

8

Sugiyono, op. cit., cet. 19, h, 308.

9

Margono,op. cit., h. 170.

10

Burhan Nurgiyantoro, Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi, (Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 2010), Ed. Pertama, Cet. 1, h. 105

11

(47)

dongeng pada peserta didik sebelum menggunakan media. Tes pilihan ganda kedua dilakukan untuk mengetahui kemampuan peserta didik dalam menyimak dongeng sesudah menggunakan media audio, tes ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah peserta didik menyimak dengan baik dan melihat sejauh mana pengaruh media audio terhadap kemampuan menyimak siswa dan melihat sejauh mana hasil belajar siswa, apakah meningkat atau sama saja dengan penyampaian materi sebelum menggunakan media. Tes pilihan ganda ini berisi tentang soal-soal yang ada kaitannya cerita yang ada di dalam dongeng tersebut. Baik yang dibacakan guru (sebelum menggunakan media), maupun yang diperdengarkan lewat laptop (setelah menggunakan media audio).

[image:47.595.110.567.185.740.2]

a. Menentukan nilai yang menggambarkan taraf kemampuan siswa secara individual, dengan aspek penilaian kemampuan menyimak dongeng dengan menggunakan media audio.

Tabel. 3.1

Rubrik Penilaian Menyimak Dongeng Berdasarkan Analisis Butir Tes

Gambar

Tabel. 3.1
Tabel. 3.2
Tabel. 3.3
gambar/foto-foto
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pemerintah Daerah Kabupaten Sumenep, melalui Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) sebagai instansi yang terlibat dalam pelaksanaan musrenbang, perlu meningkatkan

Kemudian angka tersebut dikalikan 100% sehingga diketahui sumbangan efektif budaya organisasi terhadap loyalitas kerja adalah sebesar 17,9% yang artinya masih

PENGARUH MODIFIKASI BOLA TERHADAP HASIL KETERAMPILAN BERMAIN SEPAKBOLA SISWA DI SMPN 1 LEMBANG.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

PERBEDAAN PENERAPAN MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DENGAN MIND MAPPING TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI.. Universitas

Seperti diatur dalam Pasal 11 Enakmen Mahkamah Syariah Negeri Sabah No.6 Tahun 2004, kewenangan Mahkamah Tinggi Syariah adalah dalam bidang pidana (jinayat) berwenang

Makalah ini disampaikan dalam Kegiatan Pengabdian pada Masyarakat dengan judul “Pelatihan Pengelolaan Laboratorium untuk Guru Kimia se Kabupaten Sleman” di FMIPA UNY.. pada

karakteristik murid SD yang penting diketahui guru dalam kaitannya dengan model dan media pembelajaran di SD yaitu: a) Satuan pendidikan di SD dapat dibagi kedalam dua bagian

Density value shows the density of the compacted mixture and results from the ratio of the weight of a mixture to the weight of a unit volume of a mixture. The