EVALUASI PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE DI BANK SYARIAH MANDIRI
(Analisis Self Assessment Berdasarkan SEBI No. 12/13/DPbS Tanggal 30 April 2010)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memperoleh Salah Satu Syarat Mencapai Gelar
Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh: FARHAH NIM: 1110046100174
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
i
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan mencapai gelar Serjana Ekonomi Syariah (S.E,Sy) di
Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta, 10 Desember 2014
ii ABSTRAK
FARHAH, 1110046100174, Evaluasi Penerapan Good Corporate Governance di Bank Syariah Mandiri (Analisis Self Assessment Berdasarkan SEBI No. 12/13/DPbS Tanggal 30 April 2010). Konsentrasi Perbankan Syariah, Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam), Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 1435 H/2014 M.
Skripsi ini bertujuan untuk menganalisa penerapan Good Corporate Governance di PT. Bank Syariah Mandiri dan memberikan peringkat, bobot nilai, dan nilai komposit dengan Kertas Kerja Self Assessment. Self Assessment dilakukan dengan menggunakan instrumen berupa indikator yang dijabarkanke dalam parameter-parameter yang bersifat kuantitatif untuk masing-masing indikatorguna keperluan pembobotan nilai.
Pada penelitian ini penulis menggunakan Kertas Kerja Self Assessment
sebagai pedoman untuk mengukur dan mengevaluasi sejauh mana penerapan Good Corporate Governance dilaksanakan di PT. Bank Syariah Mandiri. Setelah melakukan pengisian kertas kerja, data – data tersebut diolah lebih lanjut untuk melihat gambaran secara menyeluruh, yaitu untuk melihat pencapaian praktek – praktek corporate governance baik secara total maupun dilihat dari tiap – tiap faktor/sub faktor. Kemudian diberikan peringkat penilaian dengan skala peringkat 1 – 5 untuk melihat pencapaian praktek – praktek corporate governance pada setiap unit kerja. Dan selanjutnya dilakukan perhitungan komposit berdasarkan peringkat yang telah ditetapkan untuk mengetahui nilai akhir dan pemberian predikat.
Dari hasil penelitian tersebut diketahui bahwa secara umum penerapan Good Corporate Governance (GCG) pada PT. Bank Syariah Mandiri telah dilaksanakan secara baik berdasarkan prinsip – prinsip yang ada, tetapi masih terdapat beberapa hal yang harus diperbaiki dan diperhatikan oleh Manajemen agar penerapan Good Corporate Governance (GCG) pada operasional PT. Bank Syariah Mandiri dapat lebih baik lagi di masa mendatang.
Kata Kunci : Good Corporate Governance, PT. Bank Syariah Mandiri, Self Assessment.
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis curahkan junjungan Nabi besar Muhammad SAW,
semoga dengan membaca shalawat beliau kita memperoleh syafaatnya di hari kiamat
nanti.
Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) Program Studi Muamalat
Konsentrasi Perbankan Syariah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,
sangatlah sulit bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. H. JM. Muslimin, MA, Ph.D selaku Dekan Fakultas Syariah dan
Hukum yang saya hormati dan selalu berjuang untuk memberikan yang
terbaik bagi mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum.
2. Bapak H. Ah. Azharuddin Lathif, M. Ag, MH selaku Ketua Program Studi
Muamalat (Ekonomi Islam) dan Abdurrauf, Lc, MA selaku Sekretaris
Program Studi Muamalat yang selalu memberikan arahan dan bimbingan
kepada saya selama menjadi mahasiswa prodi Muamalat.
3. Bapak Anwar Abbas, Dr., H., M.Ag.selaku pembimbing akademik yang telah
iv
4. Bapak Muhammad Bukhori Muslim, Lc, MA dan Ibu Aini Masruroh MM
selaku dosen pembimbing, atas waktu yang diluangkan dan arahan yang
diberikan dalam penyusunan skripsi ini. Semoga Allah SWT memberikan
kemudahan dan kesuksesan dalam setiap urusan Ibu dan Bapak.
5. Segenap Bapak/Ibu Dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
6. Segenap Staf Akademik, Pengurus Perpustakaan Utama dan Perpustakaan
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta atas pelayanan dan bantuan yang begitu berharga.
7. Ayahanda tercinta bapak H.A. Fuadi yang sudah berjuang untuk mendoakan
dan membiayai semua keperluan perkuliahan dan ibunda tercinta (Almh)
Maimunah dan ibunda Farida, yang senantiasa selalu mendukung dan
mendoakanku. Semoga Allah
8. Kakak – kakak dan adikku tercinta (A. Naji, A. Akmal, dan Sarah) serta
seluruh keluarga besar yang selalu memberikan dukungan moril dan materil
serta semangat kepadaku.
9. Mukhlis Adib yang telah banyak meluangkan waktu, pikiran, tenaga, dan
memberikan support dalam menyelesaikan skripsi ini.
10.Seluruh teman – teman PS D yang tidak bisa disebutkan satu per satu serta
teman – teman angkatan 2010 yang menjadi tempat berdiskusi yang
v
11.Semua pihak yang telah membantu penulis baik selama masa pendidikan
hingga pengerjaan skripsi yang tidak dapat penulis sebut satu per satu.
Semoga Allah SWT membalas kebaikan kalian semua.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih terdapat banyak
kekurangan, maka dengan terbuka dan senang hati penulis menerima kritik dan
masukan yang membangun agar penulis dapat menulis dengan lebih baik lagi di masa
mendatang.
Akhir kata, penulis berharap Allah SWT membalas segala kebaikan semua
pihak yang telah memberikan doa, dukungan, serta bantuan. Semoga skripsi ini
membawa manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya pengembangan
ilmu Ekonomi Islam.
Jakarta, 10 November 2014
vi DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ...
LEMBAR PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pokok Permasalahan ... 6
1. Identifikasi Masalah ... 6
2. Batasan dan Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Dan Manfaat Penulisan ... 8
1. Tujuan Penulisan ... 8
2. Manfaat Penulisan ... 8
D. Kajian Pustaka ... 9
vii
F. Sistematika Penulisan ... 13
BAB II LANDASAN TEORITIS A. Evaluasi ... 15
1. Pengertian Evaluasi ... 15
2. Indikator Evaluasi ... 18
B. Good Corporate Governance... 19
1. Pengertian Good Corporate Governance ... 19
2. Sejarah Good Corporate Governance... 21
3. Tujuan dan Manfaat Penerapan Good Corporate Governance .. 24
4. Prinsip – Prinsip Good Corporate Governance ... 27
5. Dasar Hukum Penerapan Good Corporate Governance ... 33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 35
1. Pendekatan Penelitian ... 35
2. Jenis Penelitian ... 35
3. Jenis dan Sumber Data ... 36
4. Objek Penelitian ... 37
viii
6. Teknik Analisis Data ... 38
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perusahaan ... 40
1. Sejarah ... 40
2. Visi dan Misi ... 42
B. Analisis Hasil Self Assessment ... 43
C. Perhitungan Nilai Komposit ... 101
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 107
B. Saran ... 109
DAFTAR PUSTAKA ... 110
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1.D ... 9
Tabel 2.A ... 43
Tabel 3.B ... 101
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bank adalah lembaga intermediasi yang dalam menjalankan
kegiatan usahanya bergantung pada dana masyarakat dan kepercayaan
baik dari dalam maupun luar negeri. Dalam menjalankan kegiatan usaha
tersebut bank menghadap berbagai risiko, baik risiko kredit, risiko pasar,
risiko operasional maupun risiko reputasi. Banyaknya ketentuan yang
mengatur sektor perbankan dalam rangka melindungi kepentingan
masyarakat, termasuk ketentuan yang mengatur kewajiban untuk
memenuhi modal minimum sesuai dengan kondisi masing – masing bank,
menjadikan sektor perbankan sebagai sektor yang “highly regulated”.1
Kinerja suatu bank sangat erat hubungannya dengan peran dan
fungsi manajemen dari bank tersebut. Keberhasilan suatu bank untuk dapat
menghasilkan suatu keuntungan merupakan suatu prestasi yang dilakukan
oleh pihak manajemen dalam mengelola banknya secara baik dan benar.
Dengan demikian maju atau tidaknya kegiatan operasional suatu bank
sangat tergantung dengan kemampuan dari manajemen tersebut mengelola
banknya masing – masing. Di samping besarnya peran manajemen dalam
1
2
mengelola bank agar dapat menghasilkan kinerja yang baik, peran dari
pemilik bank itu sendiri juga cukup besar untuk memberikan kontribusi
dalam memilih manajemen yang bagus.
Krisis perbankan di Indonesia yang dimulai akhir 1997 bukan
semata- mata diakibatkan oleh krisis ekonomi, tetapi juga diakibatkan oleh
belum dilaksanakannya Good Corporate Governance dan etika yang
melandasinya. Oleh karena itu, usaha mengembalikan kepercayaan kepada
dunia perbankan Indonesia restrukturisasi dan rekapilitasi hanya dapat
mempunyai dampak jangka panjang dan mendasar apabila disertai tiga
tindakan penting lain, yaitu ketaatan terhadap prinsip kehati – hatian,
pelaksanaan Good Corporate Governance, dan pengawasan yang efektif
dari Otoritas Pengawas Bank.
Pertumbuhan dan perkembangan perbankan syariah di Indonesia
semakin lama semakin meningkat. Seiring dengan perkembangan yang
cepat tersebut, satu hal perlu dicermati adalah aspek Good Corporate
Governance (GCG) karena terkait dengan berbagai macam resiko kerugian
yang jika tidak diperhatikan, akan merusak citra syariah pada masa depan
dan menjerumuskan bank syariah ke jurang kehancuran.2
Pelaksanaan Good Corporate Governance sangat diperlukan untuk
membangun kepercayaan masyarakat dan dunia internasional sebagai
syarat mutlak bagi dunia perbankan untuk untuk berkembang dengan baik
dan sehat. Oleh karena itu, Bank of International Sattlement (BIS) sebagai
2
3
lembaga yang mengkaji terus – menerus prinsip kehati – hatian yang harus
dianut oleh perbankan.
Pengaturan dan implementasi Good Corporate Governance
memerlukan komitmen dari top management dan seluruh jajaran
organisasi. Pelaksanaannya dimulai dari penetapan kebijakan dasar
(strategic policy) dan kode etik yang harus dipatuhi oleh semua pihak
dalam perusahaan. Bagi perbankan Indonesia, kepatuhan terhadap kode
etik yang diwujudkan dalam satunya kata dan perbuatan, merupakan faktor
penting sebagai landasan penerapan Good Corporate Governance.3
Berdasarkan pertimbangan tingginya tingkat kompleksitas serta
risiko bisnis perbankan, Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG)
memandang perlu untuk mengeluarkan Pedoman Good Corporate
Governance Perbankan Indonesia (Indonesian Banking Sector Code)
sebagai pelengkap dan bagian yang tak terpisahkan dari pedoman umum
Good Corporate Governance. Perbankan dalam perbankan ini meliputi
bank umum dan BPR yang dijalankan secara konvensional maupun
syariah.
Antusiasme berbagai pihak untuk mempraktekkan demokrasi dan
melakukan reformasi di berbagai bidang, telah mempengaruhi dinamika
yang menjadi penggerak perubahan. Penerapan Good Governance
menuntut adanya perubahan yang ekstensif, terutama dalam peran
pemerintah. Inti dari reformasi adalah bagaimana mengelola suatu proses
3
4
perubahan. Salah satu hal penting dalam proses perubahan adalah
recognition stage, yaitu tahap mengenali dan menyadari bahwa perubahan
memang sangat diperlukan. Kemampuan untuk mendiagnosis dan memilih
strategi untuk mendorong perubahan, adalah melakukan perubahan, secara
efektif.4
Seperti yang kita ketahui, pertumbuhan ekonomi syariah
khususnya perbankan syariah sangatlah pesat, dan sangat disayangkan jika
bank – bank syariah yang ada saat ini tidak atau kurang mengetahui nilai –
nilai syariat Islam yang sesungguhnya. Untuk itu, pelaksanaan peraturan
dan kode praktek tata kelola perusahaan dalam industri perbankan syariah
akan memberikan peranan penting dalam memastikan praktek bisnis yang
sehat di industri perbankan syariah.
Problematika yang terjadi sesama muslim dalam aktifitas
perekonomian saat ini, selalu saja disebabkan oleh karena kita kerap
meninggalkan ajaran Islam, sehingga lantas saja memposisikan kaum
muslimin dalam keadaan tertuduh bahwa mereka tidak mampu
menjalankan proyek dan mengelola bisnis dan transaksi. Kemudian pada
saat yang sama, kondisi seperti ini justru memberikan kesempatan kepada
musuh – musuh Islam untuk menuduh Islam dengan pernyataan bahwa
syari‟at Islam tidak mampu untuk menjalankan dan mengelola proyek
dalam bidang garapan ekonomi dan keuangan.5
4
Sedarmayanti, Good Governance dan Good Corporate Governance (Bandung : CV. Mandar Maju, 2007), h.4.
5
5
Dalam konteks penerapan Good Corporate Governance di bank
syariah, para bankir syariah harus benar – benar kepada prinsip – prinsip
dan nilai – nilai ekonomi dan bisnis Islam yang telah diterapkan oleh
Rasulullah. Kalau tidak, jangan menjadi praktisi bankir syariah, karena
dikhawatirkan dapat merusak citra “kesucian” syariah di masa yang akan
datang.
Jika dibandingkan dengan para bankir konvensional, seharusnya
para bankir syariah lebih unggul dan terdepan dalam
mengimplementasikan Good Corporate Governance di lembaga
perbankan, karena perbankan syariah membawa nama agama ke dalam
lembaga bisnis. Tegasnya, bankir syariah mampu memainkan perannya
sebagai penegak Good Corporate Governance di lembaga perbankan.Jika
para bankir syariah melakukan penyimpangan, buka hanya berimplikasi
pada lembaga tersebut, tetapi juga berpengaruh kepada citra syariah.
Meskipun masyarakat mengetahui bahwa kesalahan itu dilakukan oleh
oknum tertentu, tetap saja orang akan dengan cepat menilai bahwa
lembaga syariah saja melakukan penyimpangan, apalagi lembaga
konvensional.
Untuk mengoptimalkan penerapan Good Corporate Governance,
BSM melakukan penguatan infrastruktur, restrukturisasi internal yang
mengarah kepada praktik terbaik, penyesuaian dan pembaharuan sistem
dan prosedur yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan Good
6
Governance di BSM membaik pada tahun 2009 dibandingkan dengan
tahun-tahun sebelumnya.Pengukuran tingkat kepatuhan BSM dalam
menerapkan Good Corporate Governance menggunakan checklist (self
assessment) dimana hasil penilaiannya dalam bentuk index.Untuk
keperluan internal, penilaian dilakukan secara semesteran dan untuk
keperluan laporan kepada Bank Indonesia, penilaian dilakukan secara
tahunan. Seiring dengan keluarnya Peraturan Bank Indonesia (PBI)
No.11/33/PBI/2009 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance
bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah, BSM sudah
mempersiapkan diri untuk mengikuti ketentuan yang berlaku dalam PBI
tersebut.6
Berdasarkan uraian tersebut, maka judul skripsi ini adalah
“Evaluasi Penerapan Good Corporate Governance di Bank Syariah
Mandiri (Analisis Self Assessment Berdasarkan SEBI No. 12/13/DPbS Tanggal 30 April 2010).
B. Pokok Permasalahan 1) Identifikasi Masalah
Dari judul evaluasi penerapan Good Corporate Governance
di Bank Syariah Mandiri, banyak aspek yang bisa dibahas seperti,
hubungan penerapan Good Corporate Governance dengan kinerja
keuangan perusahaan, penerapan Good Corporate Governence
dalam Corporate Social Responsibility.
6Bank Mandiri Syariah, “
Good Corporate Governance”, sumber diakses pada 11 Februari
7
2) Batasan dan Rumusan Masalah a. Batasan Masalah
Evaluasi penerapan Good Corporate Governance yang akan
penulis teliti dibatasi pada tata kelola perusahaan yang
dijalankan, kemudian kinerja manajemen Bank Syariah
Mandiri, dan memberikan bobot nilai masing – masing kinerja
manajemen dengan Kertas Kerja Self Assessment.
b. Rumusan Masalah
Melalui pembatasaan masalah di atas, maka untuk
mempermudah penulisan skripsi ini, penulis merumuskan
masalah penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana kinerja manajemen dalam penerapan Good
Corporate Governance di Bank Syariah Mandiri?
2. Apakah penerapan Good Corporate Governance di
Bank Syariah Mandiri telah sesuai dengan peraturan BI
Nomor 11/33/PBI/2009?
3. Bagaimana hasil penerapan Good Corporate
Governance di Bank Syariah Mandiri dengan
8
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan 1. Tujuan penulisan ini adalah:
a. Untuk mengumpulkan bukti empiris mengenai kinerja manajemen
dengan penerapan Good Corporate Governance di Bank Syariah
Mandiri.
b. Untuk mengetahui penerapan Good Corporate Governance dalam
kinerja manajemen Bank Syariah Mandiri yang telah sesuai dengan
peraturan BI Nomor 11/33/PBI/2009 tentang pelaksanaan Good
Corporate Governance bagi bank umum syariah dan unit usaha
syariah.
2. Manfaat penulisan ini adalah:
a. Dapat memberikan pengetahuan bagi pembaca maupun peneliti
pribadi mengenai kinerja manajemen dengan penerapan Good
Corporate Governance di Bank Syariah Mandiri.
b. Dapat menjadi sumber referensi bagi penelitian sejenis dan dapat
dijadikan sebagai bahan perbandingan dari penelitian yang telah
ada maupun yang akan dilakukan.
c. Dapat memperluas khazanah ilmu pengetahuan mahasiswa UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta tentang penerapan Good Corporate
Governance di bank syariah.
d. Membantu memberikan saran dan masukan bagi Bank Syariah
9
e. Menambah informasi dan pengetahuan masyarakat tentang
penerapan Good Corporate Governance.
D. Kajian Pustaka
Berdasarkan penelitian – penelitian yang telah dilakukan beberapa
peneliti dengan mengambil tema yang sama mengenai Good Corporate
Governance yang dikaitkan pada variabel – variabel yang berbeda.
Tabel 1.D
Kumpulan Penelitian Terdahulu No Nama penulis/judul
skripsi, jurnal/tahun
Substansi Perbedaan dengan penulis 1. Siti Mariam/Penerapan
Prinsip – Prinsip Good
Corporate
Governancepada Bank
Muamalat Cabang
Bogor dan
Hidayatullah Jakarta
2011
Skripsi ini
menjelaskan tentang
penerapan prinsip –
prinsip Good
Corporate
Governance bank
syariah untuk
menentukan
keputusan
manajemen yang juga
dapat mempengaruhi
kinerja karyawannya.
Penulis
menjelaskan
tentang Evaluasi
Penerapan Good
Corporate
Governance di
Bank Syariah
Mandiri, apakah
penerapannya
tersebut telah
sesuai dengan
peraturan BI
10
11/33/PBI/2009.
2. Ahmad Rizka
Nur/Konsep Good
Corporate
Governance(Studi
Komparatif antara
konsep GCG Bank
Muamalat Indonesia
dan Bank Tabungan
Negara)/Fakultas
Syariah dan Hukum –
Muamalat UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta,
2010.
Skripsi ini
menjelaskan tentang
konsep dan
penerapan Good
Corporate
Governance yang ada
pada Bank Muamalat
Indonesia, dan
membandingkannya
dengan konsep yang
ada pada Bank
Tabungan Negara.
Sehingga tidak
menilai bagaimana
penerapan Good
Corporate
Governance pada
kedua bank tersebut.
Penulis
menjelaskan secara
umum tentang
pengertian Good
Corporate
Governance dan
mengevaluasinya
pada Bank Syariah
Mandiri dengan
menggunakan
analisis self
assessment, untuk
menilai predikat
yang diperoleh
Bank Syariah
Mandiri.
3. Siti
Nurhasanah/Kinerja
Pengawasan Dewan
Pengawas Syariah
Skripsi ini membahas
mengenai analisa
kinerja DPS yang
memiliki rangkap
Penulis membahas
mengenai kinerja
manajemen bank
11
dalam Implementasi
Good Corporate
Governance di Bank
Syariah/Fakultas
Syariah dan Hukum –
Muamalat UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta,
2013.
jabatan dalam
implementasi prinsip
– prinsip Good
Corporate
Governance di bank
syariah.
kinerja manajemen
dalam penerapan
Good Corporate
Governance di
Bank Syariah
Mandiri telah
sesuai dengan
peraturan BI
Penerapan Good
Corporate
Governance pada
Bank Umum Syariah
di Indonesia Serta
Pengaruhnya
Terhadap Tingkat
Pengembalian
dan Risiko
Pembiayaan/Jurnal
Jurnal Review
Akuntansi dan
Keuangan ini
menjelaskan tentang
kualitas GCG pada
bank umum syariah
di Indonesia yang
dipengaruhi oleh
tingkat pengembalian
dan risiko
pembiayaan.
Penulis
menjelaskan
penerapan Good
Corporate
Governance di
Bank Syariah
Mandiri dengan
mengevaluasinya
dengan peraturan
BI Nomor
11/33/PBI/2009,
dan memberikan
12
Review Akuntansi dan
Keuangan 2012.
peringkat,
penetapan nilai
komposit, dan
predikat penilaian.
5. Edi
Wibowo/Implementasi
Good Corporate
Governance di
Indonesia/Jurnal
Ekonomi dan
Kewirausahaan 2010.
Jurnal Ekonomi dan
Kewirausahaan ini
menjelaskan tentang
penerapan Good
Corporate
Governance di
Indonesia dan
penyebab Good
Corporate
Governance belum
berjalan secara
optimal di Indonesia.
Penulis
menjelaskan
tentang penerapan
Good Corporate
Governance dalam
kinerja manajemen
di Bank Syariah
Mandiri.
Sumber: Kumpulan Studi Terdahulu
E. Teknik Penulisan
Adapun teknik penulisan dalam penulisan skripsi ini adalah
menggunakan “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum
13
F. Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini akan diuraikan latar belakang, identifikasi masalah, batasan
dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian pustaka,
teknik penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN TEORITIS
Pada bab ini berisikan tentang evaluasi (pengertian evaluasi dan indikator
evaluasi), Good Corporate Governance (pengertian Good Corporate
Governance, sejarah Good Corporate Governance, tujuan dan manfaat
Good Corporate Governance, prinsip – prinsip Good Corporate
Governance, dasar hukum penerapan Good Corporate Governance).
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian terdiri dari pendekatan penelitian, jenis penelitian, jenis
dan sumber data (data primer dan data sekunder), objek penelitian, teknik
pengumpulan data (interview, studi dokumentasi, kuesioner), dan teknik
analisis data.
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan membahas tentang gambaran umum perusahaan dan
jawaban dari pertanyaan penelitian, meliputi:
Penerapan Good Corporate Governance dalam kinerja manajemen di
Bank Syariah Mandiri, penyesuaian kinerja manajemen di Bank Syariah
14
Good Corporate Governance di Bank Syariah Mandiri dengan Kertas
Kerja Self Assessment yang merujuk kepada SEBI No. 12/13/DPbS.
BAB V PENUTUP
Pada bab ini merupakan penutup dari skripsi ini yang di dalamnya memuat
beberapa kesimpulan dan saran – saran yang merupakan kristalisasi dari
uraian bab – bab terdahulu yang kemudian di akhiri oleh daftar
15
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Evaluasi
1. Pengertian Evaluasi
Pengertian evaluasi didasarkan pada asal kata bahasa inggris yaitu
dari kata evaluation yang berarti suatu proses penilaian atau
penaksiran.7 Dan menurut pengertian istilah, evaluasi merupakan
kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek
dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibndingkan dengan
tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan.8
Beberapa pengertian evaluasi menurut para ahli:
a. Menurut Stufflebeam (1971), evaluasi adalah proses
menggambarkan, memperoleh, dan menyajikan informasi yang
berguna untuk menilai alternatif keputusan.9 Di buku yang
berbeda, evaluasi menurut beliau mmpunyai dua fungsi, yaitu
fungsi formatif, adalah evaluasi yang dipakai untuk perbaikan
dan pengembangan kegiatan yang sedang berjalan dan fungsi
sumatif, adalah evaluasi yang dipakai untuk
7
John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, Cet XXVI, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2005), h. 626.
8
M. Chatib Toha, Teknik Evaluasi Pendidikan, Edisi Ke-2, (Jakarta: Rajawali Press, 1991), h. 1.
9
16
pertanggungjawaban, keterangan, seleksi atau lanjutan. Jadi,
evaluasi hendaknya membantu pengembangan, implementasi,
kebutuhan suatu kegiatan, perbaikan, pertanggungjawaban,
motivasi, menambah pengetahuan, dan dukungan dari mereka
yang terlibat.10
b. Menurut Mehrens & Lehman, evaluasi adalah suatu proses
dalam merencanakan, memperoleh, dan menyediakan
informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif –
alternatif keputusan.11
c. Menurut Husein Umar, evaluasi adalah suatu proses untuk
menyediakan informasi tentang sejauh mana suatu kegiatan
tertentu telah dicapai, bagaimana perbedaan pencapaian itu
dengan suatu standar tertentu untuk mengetahui apakah ada
selisih diantara keduanya, serta bagaimana manfaat yang telah
dikerjakan itu bila dibandingkan dengan harapan – harapan
yang ingin diperoleh.12
d. Menurut Suharsini Arikunto, evaluasi adalah kegiatan untuk
mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang
10
Frida Yusuf Tayibnasib, Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 4.
11Anonim, “Evaluasi Dalam Pendidikan”, artikel diakses pada 26 Desember 2014 dari
http://alvaviazien.blogspot.com/2012/08/evaluasi-dalam-pendidikan.html.
12
17
selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan
alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan.13
Dengan demikian, penelitian evaluasi dilakukan untuk mengetahui
tingkat efektivitas pelaksanaan suatu kegiatan dengan cara mengukur
hal – hal yang berkaitan dengan keterlaksanaannya tersebut.14
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengertian evaluasi adalah suatu
kegiatan atau aktifitas yang dilakukan dengan membandingkan hasil
implementasi terhadap standarisasi dan juga kriteria yang sudah
disepakati atau ditetapkan yang kemudian digunakan untuk mengukur
keberhasilannya. Dari hasil evaluasi ini kemudian juga akan
didapatkan suatu informasi tentang sampai dimana kegiatan yang
dilakukan telah dicapai.
Jadi dari informasi tersebut akan diketahui jika ada selisih yang
terjadi terhadap hasil yang dicapai dengan standarisasi dan kriteria
yang telah disepakati atau ditetapkan. Singkatnya, bahwa sebuah
program atau rencana sangat erat kaitannya dengan evaluasi. Berhasil
atau tidaknya sebuah kegiatan yang dijalankan dapat dilihat dari hasil
evaluasi yang dilakukan. Bahkan menurut Suharsini Arikunto dan
Cepi Syarifuddin ada empat kemungkinan kebijakan berdasarkan hasil
evaluasi, yaitu:15
13
Suharsini dan Cepi, Evaluasi Program Pendidikan-Pedoman Teoritis Praktis Bagi Praktisi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 2.
14
Suharsini Arikunto, Penialaian Program Pendidikan, (Jakarta: PT. Bina Aksara, 1998), Cet ke-1, h. 8.
15
18
a) Menghentikan program, karena dipandang bahwa program
tersebut tidak ada manfaatnya, atau tidak dapat terlaksana
sebagaimana diharapkan.
b) Merevisi program, karena ada bagian – bagian yang kurang
sesuai harapan (terdapat kesalahan, tetapi hanya sedikit).
c) Melanjutkan program, karena pelaksanaan program
menunjukkan bahwa segala sesuatu sudah berjalan sesuai
dengan harapan dan memberikan hasil yang bermanfaat.
d) Menyebarluaskan program (melaksanakan program di tempat
– tempat lain atau mengulangi lagi program di lain waktu),
karena program tersebut berhasil dengan baik, maka sangat
baik jika dilaksanakan lagi di tempat dan waktu yang lain.
2. Indikator Evaluasi
Adapun indikator evaluasi atas pelaksanaan good corporate
governance pada bank umum syariah, yaitu:16
1. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris
2. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi
3. Kelengkapan dan pelaksanaan tugas komite
4. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas
Syariah
5. Pelaksanaan prinsip syariah dalam dalam kegiatan
penghimpunan dana dan penyaluran dana serta pelayanan jasa
16
19
6. Penanganan benturan kepentingan
7. Penerapan fungsi kepatuhan bank
8. Penerapan fungsi audit intern
9. Penerapan fungsi audit ekstern
10.Batas maksimum penyaluran dana
11.Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan, laporan
pelaksanaan GCG dan pelaporan internal
B. Good Corporate Governance
1. Pengertian Good Corporate Governance
Secara teoritis, praktek Good Corporate Governance dapat
meningkatkan nilai (value) perusahaan dengan meningkatkan kinerja
keuangan mereka, mengurangi resiko yang mungkin dilakukan oleh
dewan dengan keputusan – keputusan yang menguntungkan diri
sendiri, dan umumnya corporate governance dapat meningkatkan
kepercayaan investor. Sebaliknya corporate governance yang buruk
dapat menurunkan tingkat kepercayaan para investor.17 Corporate
Governance berkaitan dengan masalah – masalah fundamental yang
menyangkut pengelolaan perusahaan, pengawasan, dan cara tata kelola
itu mempengaruhi kepentingan dari berbagai stakeholders.18
17
Independent Research & Publication For Business Development, Good Corporate Governance (GCG): Revitalisasi dan Strategi Aksi Korporasi BUMN-BUMD Indonesia Serta Tinjauan Model Restrukrisasi dan Privatisasi. (CeBIIS)
18
20
Menurut Mas Achmad Daniri, ada dua teori utama yang terkait
dengan Corporate Governance yaitu stewardship theory dan agency
theory.19Stewardship dibangun di atas asumsi filosofis mengenai sifat
manusia yakni bahwa manusia pada hakikatnya dapat dipercaya,
mampu bertindak dengan penuh tanggung jawab, memiliki integritas,
dan kejujuran terhadap pihak lain.
Sementara itu, agency theory yang dikembangkan oleh Michael
Jhonson, seorang profesor dari Harvard, memandang bahwa
manajemen perusahaan sebagai „agents‟ bagi para pemegang saham,
akan bertindak dengan penuh kesadaran bagi kepentingannya sendiri,
bukan sebagai pihak yang arif dan bijaksana serta adil terhadap
pemegang saham sebagaimana diasumsikan dalam stewardship model.
Bertentangan dengan stewardship theory, agency theory memandang
bahwa manajemen tidak dapat dipercaya untuk bertindak dengan
sebaik – baiknya bagi kepentingan publik pada umumnya mauapun
shareholders pada khususnya. Oleh karena itu dibentuklah sebuah
corporate governance.
Menurut World Bank, Good Corporate Governance merupakan
kumpulan hukum, peraturan, dan kaidah – kaidah yang wajib dipenuhi
yang dapat mendorong kinerja sumber – sumber perusahaan bekerja
secara efisien, menghasilkan nilai ekonomi jangka panjang yang
19
21
berkesinambungan bagi para pemegang saham maupun masyarakat
sekitar secara keseluruhan.20
Menurut OECD (Organization for Economic Cooperation and
Development), Corporate Governance merupakan seperangkat tata
hubungan di antara manajemen perseroan, direksi, komisaris,
pemegang saham, dan para pemangku kepentingan lainnya.21
Masih banyak lagi definisi GCG yang ditulis oleh berbagai
kalangan, secara umum dari pengertian di atas dapat disimpulkan
bahwa GCG adalah suatu proses dan struktur yang digunakan oleh
organ perusahaan untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan
akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham
dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan
stakeholders lainnya, berlandaskan peraturan perundang - undangan
dan nilai etika.
2. Sejarah Good Corporate Governance
Good Corporate Governance muncul sekitar tahun 1990-an. Pada
saat itu terjadi krisis ekonomi di kawasan Asia dan Amerika Latin.
Krisis ini terjadi karena adanya kegagalan GCG yang diterapkan oleh
perusahaan. Beberapa hal yang menyebabkan kegagalan GCG pada
saat itu yaitu diantaranya sistem hukum yang buruk, tidak
konsistennya standar akuntansi dan audit, praktek – praktek perbankan
20
Agustianto, Good Corporate Governance Pada Bank Syariah, artikel diakses pada 22 Juli 2014 dari http://agustianto.wordpress.com.
21
22
yang lemah dan kurangnya perhatian Board of Directors (BOD)
terhadap hak – hak pemegang saham minoritas.22
Karena hal – hal tersebut di atas maka pada dasawarsa 1990-an
muncullah tuntutan – tuntutan agar GCG diterapkan secara konsisten
dan komprehensif. Tuntutan ini datang beruntun. Tuntutan ini
disuarakan oleh berbagai lembaga investasi baik domestik maupun
mancanegara. Diantara lembaga – lembaga tersebut termasuk di
dalamnya ialah World Bank, IMF, OECD, dan APEC. lembaga –
lembaga ini berkesimpulan bahwa prinsip – prinsip dasar GCG seperti
fairness, transparency, accountability, dan stakeholder concern dapat
menolong perusahaan dan membantu perekonomian negara yang
sedang tertimpa krisis agar dapat bangkit ke arah yang lebih sehat dan
mampu bersaing serta dikelola dengan dinamis dan profesional.
Tujuannya adalah agar mempunyai daya saing yang tangguh dan untuk
mengembalikan kepercayaan investor. GCG diyakini sebagai kunci
sukses bagi suatu perusahaan untuk tumbuh dan berkembang serta
menguntungkan dalam jangka panjang.23
Di Indonesia, terutama dalam aktifitas bisnis, istilah Good
Corporate Governance (tata kelola perusahaan yang baik) baru dikenal
sejak satu dekade terakhir. Peraturan perundang – undangan di
Indonesia seperti UU Perseroan Terbatas, UU Pasar Modal pun belum
mengenal istilah Good Corporate Governance. Namun istilah Good
22
Mas Achmad Daniri, Good Corporate Governance: Konsep dan Penerapannya dalam Konteks Indonesia, (Jakarta: Ray Indonesia, 2006), h.7.
23
Corporate Governance ini sudah sangat dikenal di dalam aktifitas
bisnis di Eropa dan Amerika Serikat.24
Sejak ambruknya beberapa perusahaan dunia seperti Enron,
Worldcom di AS, HIH Insurance dan One-tel di Australia pada awal
dekade 2000-an mulailah perbincangan dan perdebatan mengenai
prinsip – prinsip GCG. Kejadian ambruknya beberapa perusahaan
dunia ini menyadarkan kalangan bisnis dan pemerintahan terutama
negara – negara maju seperti Amerika Serikat, Inggris, dan Australia
betapa pentingnya penerapan prinisp GCG dalam kegiatan bisnis.25
Penerapan prinsip – prinsip GCG juga dirasakan sangat penting
dalam industri perbankan. Bank sebagai jantung dan motor penggerak
perekonomian suatu negara harus menerapkan prinsip GCG. William
A. Lovette mengatakan “Bank and financial institution collect money
and deposit from all elements of society and invest these fund in loans,
securities and various other production assets.”26
Pentingnya peran dan fungsi bank itu diketahui dari beberapa
aspek bisnis yang dianggap paling menarik karena bisnis tersebut
dimulai dan didanai oleh masyarakat. Oleh karena itu, dalam
menjalankan fungsi utama bank, yaitu untuk memobilisasi dana
masyarakat dan menyalurkan dana tersebut dalam bentuk kredit
kepada penggunanya atau investasi yang efektif dan efisien, maka
24
Joni Emirzon, Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance: Paradigma Baru dalam Praktik Bisnis Indonesia, (Genta Press: Yogyakarta, 2007),h.75.
25
Ibid.
26
24
perlu didukung dengan peraturan yang cukup yang tidak terpisahkan
dari prinsip – prinsip GCG.27
GCG yang efektif pada bank dan nasabah pengguna dana adalah
salah satu pilar penting yang harus diciptakan untuk mengganti kondisi
sosial ekonomi yang lama. Namun GCG tidak hanya penting
diberlakukan pada bank konvensional, tetapi juga pada bank syariah.
Tanpa adanya penerapan GCG yang efektif, bank syariah akan sulit
untuk bisa memperkuat posisi, memperluas jaringan, dan menunjukkan
kinerjanya dengan lebih efektif. Kebutuhan bank syariah akan GCG
menjadi lebih serius seiring dengan makin kompleksnya masalah yang
dihadapi, dimana permasalahan ini akan mengikis kemampuan bank
syariah dalam menghadapi tantangan dalam jangka panjang.28
3. Tujuan dan Manfaat Penerapan Good Corporate Governance a. Tujuan Penerapan Good Corporate Governance
Penerapan sistem GCG dalam perbankan syariah diharapkan dapat
meningkatkan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan
(stakeholders) melalui beberapa tujuan berikut:29
1) Meningkatkan efisiensi, efektifitas, dan kesinambungan
suatu organisasi yang memberikan kontribusi kepada
terciptanya kesejahteraan pemegang saham, pegawai dan
27
Ibid.
28
M. Umar Chapra & Habib Ahmed, Corporate Governance Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h.13.
29
25
stakeholders lainnya dan merupakan solusi yang elegan
dalam menghadapi tantangan organisasi ke depan.
2) Meningkatkan legitimasi organisasi yang dikelola dengan
terbuja, adil, dan dapat dipertanggungjawabkan.
3) Mengakui dan melindungi hak dan kewajiban para
stakeholders.
4) Pendekatan yang terpadu berdasarkan kaidah – kaidah
demokrasi, pengelolaan dan partisipasi organisasi secara
legitimate.
5) Meminimalkan agency cost dengan mengendalikan konflik
kepentingan yang mungkin timbul antara pihak prinsipal
dengan agen.
6) Meminimalkan biaya modal dengan memberikan sinyal
positif untuk para penyedia modal. Meningkatkan nilai
perusahaan yang dihasilkan dari biaya modal yang lebih
rendah, meningkatkan kinerja keuangan dan persepsi yang
lebih baik dari para stakeholders atas kinerja perusahaan di
masa depan.
Dengan demikian, melalui beberapa tujuan di atas, penerapan GCG
pada bank syariah diharapkan semakin meningkatnya kepercayaan
publik kepada bank syariah, pertumbuhan industri jasa keuangan
Islam dan stabilitas sistem keuangan secara keseluruhan akan
26
Islam dalam menerapkan GCG akan menempatkan lembaga
keuangan Islam pada level of playing field yang sejajar dengan
lembaga keuangan internasional lainnya.
b. Manfaat Penerapan Good Corporate Governance
Manfaat penerapan GCG menurut Daniri adalah:30
1) Mengurangi agency cost, yaitu suatu biaya yang harus
ditanggung pemegang saham sebagai akibat pendelegasian
wewenang kepada pihak manajemen. Biaya – biaya ini
dapat berupa kerugian yang diderita perusahaan sebagai
akibat penyalahgunaan wewenang, ataupun berupa biaya
pengawasan yang timbul untuk mencegah terjadinya hal
tersebut.
2) Mengurangi biaya modal (cost of capital), yaitu sebagai
dampak dari pengelolaan perusahaan yang baik tadi
menyebabkan tingkat bunga atas dana atau sumber daya
yang dipinjam oleh perusahaan semakin kecil seiring
dengan turunnya tingkt resiko perusahaan.
3) Meningkatkan nilai saham perusahaan sekaligus dapat
meningkatkan citra perusahaan tersebut kepada publik luas
dalam jangka panjang.
4) Menciptakan dukungan para stakeholders dalam
lingkungan perusahaan tersebut terhadap keberadaan dan
30
27
berbagai strategi dan kebijakan yang ditempuh perusahaan,
karena umumnya mereka mendapat jaminan bahwa mereka
juga mendapat manfaat maksimal dari segala tindakan dan
operasi perusahaan dalam mmenciptakan kemakmuran dan
kesejahteraan.
4. Prinsip – Prinsip Good Corporate Governance
Penerapan prinsip GCG oleh perusahaan merupakan sebuah pilihan
dalam menjalankan kegiatan ekonomi. Karena GCG lebih merupakan
suatu etiks bisnis dibandingkan suatu keharusan dalam
penerapannya.31
Prinsip tentang Good Corporate Governance yang disusun oleh OECD
ini menjadi salah satu acuan universal yang menjadi pijakan dalam
pengembangan di banyak negara, yaitu:32
1. Perlindungan terhadap hak – hak pemegang saham.
2. Perlakuan adil bagi seluruh pemegang saham.
3. Peranan stakeholders yang terkait dengan perseroan.
4. Keterbukaan dan transparansi.
5. Tanggung jawab Direksi dan Dewan Komisaris.
31
Indra Surya dan Ivan Yustiavanda, Penerapan Good Corporate Governance Mengesampingkan Hak – hak Istimewa Demi Kelangsungan Usaha, (Jakarta: Kencana, 2006), h.109.
32
28
Dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 11/33/PBI/2009 tentang
pelaksanaan Good Corporate Governance bagi bank umum syariah
menjabarkan prinsip – prinsip dasar GCG yang terdiri dari:33
1) Transparan (transparency) yaitu keterbukaan dalam
mengemukakan informasi yang material dan relevan serta
keterbukaan dalam melaksanakan pengambilan keputusan.
Pedoman pokok pelaksanaannya antara lain sebagai berikut:34
a. Perusahaan harus menyediakan informasi secara tepat
waktu, memadai, jelas, akurat, dan dapat
diperbandingkan serta mudah diakses oleh pemangku
kepentingan sesuai dengan haknya.
b. Informasi yang harus diungkapkan meliputi, tetapi tidak
terbatas pada visi, misi, sasaran usaha dan strategi
perusahaan, kondisi keuangan, susunan dan kompensasi
pengurus, pemegang saham pengendali, kepemilikan
saham oleh anggota Direksi dan anggota Dewan
Komisaris beserta anggota keluarganya dalam
perusahaan dan perusahaan lainnya, sistem dan
pelaksanaan GCG serta tingkat kepatuhannya, dan
kejadian penting yang dapat mempengaruhi kondisi
perusahaan.
33
Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia, Good Corporate Governance Bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah, Peraturan Ban Indonesia No. 11/33/PBI/2009.
34
29
c. Prinsip keterbukaan yang dianut oleh perusahaan tidak
mengurangi kewajiban untuk memenuhi ketentuan
kerahasiaan perusahaan sesuai dengan peraturan
perundang – undangan, rahasia jabatan, dan hak- hak
pribadi.
d. Kebijakan perusahaan harus tertulis dan secara
proposional dikomunikasikan kepada pemangku
kepentingan.
Perbincangan mengenai prinsip ini sendiri sangatlah menarik.
Pasalnya, isu yang sering mencuat adalah pertentangan dalam
menjalankan prinsip ini. Semisal, adanya kekhawatiran
perusahaan bahwa jika ia terlalu terbuka, maka strateginya akan
diketahui oleh para pesaing sehingga akan membahayakan
kelangsungan usahanya.35
2) Akuntabilitas (accountability) yaitu kejelasan fungsi dan
pelaksanaan pertanggungjawaban organ bank sehingga
pengelolaannya berjalan efektif.
Masalah yang sering ditemukan di perusahaan – perusahaan
Indonesia adalah mandulnya fungsi pengawasan Dewan
Komisaris. Atau justru sebaliknya, komisaris utama mengambil
35
30
peran berikut berwenang. Pedoman pokok pelaksanaannya
antara lain sebagai berikut:36
a. Perusahaan harus menetapkan rincian tugas dan
tanggung jawab masing – masing organ perusahaan dan
semua karyawan secara jelas dan selaras dengan visi,
misi, nilai – nilai perusahaan (corporate values), dan
strategi perusahaan.
b. Perusahaan harus meyakini bahwa semua organ
perusahaan dan semua karyawan mempunyai
kemampuan sesuai dengan tugas, tanggung jawab, dan
perannya dalam pelaksanaan GCG.
c. Perusahaan harus memastikan adanya sistem
pengendalian internal yang efektif dalam pengelolaan
perusahaan.
d. Perusahaan harus memiliki ukuran kinerja untuk semua
jajaran perusahaan yang konsisten dengan sasaran usaha
perusahaan, serta memiliki sistem penghargaan dan
sanksi.
e. Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya,
setiap perusahaan dan semua karyawan harus berpegang
pada etika bsinis dan pedoman perilaku yang telah
disepakati.
36
31
3) Pertanggungjawaban (responsibility) yaitu kesesuaian
pengelolaan bank dengan peraturan perundang – undangan yang
berlaku dan prinsip – prinsip pengelolaan yang sehat.
Perusahaan memiliki tanggung jawab untuk mematuhi hukum
dan ketentuan/peraturan yang berlaku, termasuk tanggap
lingkungan dimana perusahaan berada. Pedoman pokok
pelaksanaannya antara lain sebagai berikut:37
a. Organ perusahaan harus berpegang pada prinsip kehati –
hatian dan memastikan kepatuhan terhadap peraturan
perundang – undangan, anggaran dasar dan peraturan
perusahaan.
b. Perusahaan harus melaksanakan tanggung jawab sosial
dengan antara lain peduli terhadap masyarakat dan
kelestarian lingkungan terutama di sekitar perusahaan
dengan membuat perencanaan dan pelaksanaan yang
memadai.
4) Independensi (independency) yaitu pengelolaan bank secara
profesional dan tanpa pengaruh atau tekanan dari pihak
manapun. Pedoman pokok pelaksanaannya antara lain sebagai
berikut:
a. Masing – masing organ perusahaan harus menghindari
terjadinya dominasi oleh pihak manapun, tidak
37
32
terpengaruh oleh kepentingan tertentu, bebas dari
benturan kepentingan dan dari segala pengaruh atau
tekanan, sehingga pengambilan keputusan dapat
dilakukan secara obyektif.
b. Masing – masing organ perusahaan harus melaksanakan
fungsi dan tugasnya sesuai dengan anggaran dasar dan
peraturan perundang – undangan, tidak saling
mendominasi dan atau melempar tanggung jawab antara
satu dengan yang lain.
5) Kewajaran (fairness) yaitu keadilan dan kesetaraan dalam
memenuhi hak – hak stakeholders yang timbul berdasarkan
perjanjian dan peraturan perundang – undangan yang berlaku.
Pedoman pokok pelaksanaannya antara lain sebagai berikut:38
a. Perusahaan harus memberikan kesempatan kepada
pemangku kepentingan untuk memberikan masukan
danmenyampaikan pendapat bagi kepentingan
perusahaan serta membuka akses terhadap informasi
sesuai dengan prinsip transparansi dalam lingkup
kedudukan masing – masing.
b. Perusahaan harus memberikan perlakuan yang setara dan
wajar kepada pemangku kepentingan sesuai dengan
38
33
manfaat dan kontribusi yang diberikan kepada
perusahaan.
c. Perusahaan harus memberikan kesempatan yang sama
dalam penerimaan karyawan, berkarir dan melaksanakan
tugasnya secara profesional tanpa membedakan suku,
agama, ras, golongan, gender,
dan kondisi fisik.
5. Dasar Hukum Penerapan Good Corporate Governance
Penerapan GCG berdasarkan pada peraturan yang dikeluarkan oleh
pemerintah dan Bank Indonesia, secara rinci yaitu:39
1. UU No. 7 Tahun 1992 dan UU No. 10 Tahun 1998 (sebagai
perubahan dari UU No. 7 tentang perbankan) telah menetapkan
beberapa rambu yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan GCG.
2. Bank Indonesia mengeluarkan sejumlah peraturan tentang praktik
GCG pada sektor perbankan, antara lain PBI No. 3/22/PBI/2001
tentang transparansi kondisi bank dan PBI No. 2/25/PBI/2001
tentang penetapan status bank dan penyerahan bank ke BPPN. PBI
No. 2/23/PBI/2000 tentang fit dan proper test bagi calon pemilik,
Dewan Komisaris, Direksi, dan pejabat eksekutif bank. PBI No.
1/6/PBI/1999 tentang penugasan direktur kepatuhan.
3. PBI No. 2/27/PBI/2000 tentang bank umum, yang mana di
dalamnya diatur kriteria yang wajib dipenuhi calon anggota Direksi
39
34
dan Komisaris bank umum, serta batasan transaksi yang
dperbolehkan atau dilarang dilakukan oleh pengurus bank.
Penguatan Dewan Direksi dan Komisaris ini juga didukung oleh
PBI No. 5/25/PBI/2003 tentang penilaian kemampuan dan
kepatutan (fit and proper test).
4. PBI No. 5/8/PBI/2003 tentang penerapan manajemen resiko bagi
bank umum, PBI tersebut mewajibkan bank untuk menetapkan
wewenang dan tanggung jawab yang jelas pada setiap jenjang
jabatan yang terkait dengan penerapan manajemen resiko.
5. PBI No. 8/4/PBI/2006 tentang pelaksanaan GCG bagi bank umum
yang kembali disempurnakan melalui PBI No. 8/14/PBI/2006
tentang pelaksanaan GCG bagi bank umum.
6. PBI No. 9/12/PBI/2007 tentang insentif dalam rangka konsolidasi
perbankan yang sebelumnya telah diatur dalam PBI No.
8/17/PBI/2006.
7. PBI No. 11/33/PBI/2009 tentang pelaksanaan GCG bagi Bank
Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) merupakan
peraturan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia dalam rangka
membangun industri perbankan syariah yang sehat dan tangguh,
maka dari itu diperlukan pelaksanaan GCG bagi bank umum
35
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan
kualitatif. Menurut Bodgan dan Taylor, metodologi kualitatif
sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata – kata tertulis atau lisan dari orang – orang dan
perilaku yang dapat diamati.40 Penelitian deskriptif menuturkan dan
menafsirkan data yang berkenaan dengan situasi yang terjadi dan
dialami sekarang, sikap dan pandangan yang menggejala saat
sekarang, hubungan antarvariabel, pertentangan dua kondisi atau
lebih, pengaruh terhadap suatu kondisi, perbedaan – perbedaan
antarfakta, dan lain – lain.41 Oleh karena itu, pendekatan ini
diharapkan banyak menggali masukan dan informasi dari data –
data yang telah penulis kumpulkan dari berbagai sumber yang
kemudian akan menghasilkan data deskriptif.
2. Jenis Penelitian
Penelitian ini memadukan dua jenis penelitian, yaitu:
40
Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 21.
41
36
a. Penelitian Kepustakaan (Library Research), yaitu dengan
mengumpulkan data yang berasal dari laporan GCG BSM
tahun 2013, Surat Edaran BI No. 12/13/DPbS Tanggal 30
April 2010, kutipan buku – buku, artikel, makalah, hasil
seminar, situs internet, dan sumber tertulis lainnya yang
berhubungan dengan penulisan skripsi ini.
b. Penelitian Lapangan (Field Research), yaitu peneliti
langsung terjun ke lapangan untuk mendapatkan data hasil
pengamatan atau informasi dari responden. Peneliti
langsung terjun ke kantor Bank Syariah Mandiri yang
terletak di MH Thamrin.
3. Jenis dan Sumber Data
a. Data Primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari hasil
penelitian lapangan seperti Laporan Pelaksanaan GCG
Perusahaan Tahun 2013, wawancara dengan pihak bank yang
bersangkutan, dan kuesioner yang merujuk kepada PBI No.
11/33/PBI/2009.
b. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari literatur –
literatur kepustakaan seperti buku – buku, jurnal, majalah, serta
sumber lainnya yang berkaitan dengan materi penulisan skripsi
37
4. Objek Penelitian
Objek penelitian dalam penelitian ini adalah PT. Bank
Syariah Mandiri yang berkedudukan di Wisma Mandiri I, Jl. MH.
Thamrin No. 5 Jakarta 10340. Untuk mendukung analisa objek
yang diteliti, penulis menggunakan Kertas Kerja Self Assessment
yang berpedoman pada Surat Edaran Bank Indonesia No.
12/13/DPbS Tanggal 30 April 2010 dalam menganalisa sejauh
mana Good Corporate Governance diterapkan di PT. Bank Syariah
Mandiri.
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian
ini adalah dengan melakukan:
1) Interview, yaitu dengan melakukan wawancara
langsung secara lisan kepada Bpk. Fadie Hamzah yang
menjabat sebagai Officer Analisis, Implementasi, dan
Pengukuran GCG di Bank Syariah Mandiri untuk
memperoleh keterangan dan penjelasan terkait dengan
permasalahan yang akan penulis bahas.
2) Studi dokumentasi, yaitu mengumpulkan data
berdasarkan laporan yang didapat dari BI dan BUS.
3) Kuesioner, yaitu dengan mengirimkan kuesioner berupa
pertanyaan yang menjadi instrument variabel dan
38
bagian GCG yang dijadikan sebagai target responden.
Kuesioner dikirimkan langsung dengan cara
mengunjungi responden.
6. Teknik Analisis Data
1. Mengumpulkan data – data perusahaan, terutama yang
berkaitan dengan Good Corporate Governance.
2. Peninjauan penerapan Good Corporate Governance
berdasarkan aspek – aspek pelaksanaan Good Corporate
Governance.
3. Menganalisis data tersebut, baik data yang diperoleh dari hasil
wawancara, hasil kuesioner, dan Laporan Pelaksanaan Good
Corporate Governance dengan aspek – aspek Good Corporate
Governance yang sesuai dengan PBI No. 11/33/PBI/2009.
4. Untuk mendukung analisis objek yang diteliti, penulis
menggunakan Kertas Kerja Self Assesment yang berpedoman
pada PBI No. 11/33/PBI/2009 dan Surat Edaran Bank
Indonesia (SEBI) No. 12/13/DPbS dalam menganalisa sejauh
mana Good Corporate Governance diterapkan di Bank Syariah
Mandiri.
5. Kesimpulan berdasarkan hasil analisis, apakah penerapan Good
Corporate Governance pada Bank Syariah Mandiri telah sesuai
39
11/33/PBI/2009. Serta penetapan peringkat, penetapan nilai
komposit, dan predikat penilaian.
Secara rinci tahapan analisis data digambarkan sebagai berikut:
Bagan 1.6.A Tahapan Analisis Data
Wawancar
Kuesioner
Pengumpulan data
dan informasi Analisis penilaian
Penetapan peringkat
Penetapan nilai komposit dan predikat
40 BAB IV
ANALISIS PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE DI PT. BANK SYARIAH MANDIRI
A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah33
Nilai - nilai perusahaan yang menjunjung tinggi kemanusiaan dan
integritas telah tertanam kuat pada segenap insan Bank Syariah Mandiri
(BSM) sejak awal pendiriannya.
Kehadiran BSM sejak tahun 1999, sesungguhnya merupakan
hikmah sekaligus berkah pasca krisis ekonomi dan moneter 1997-1998.
Sebagaimana diketahui, krisis ekonomi dan moneter sejak Juli 1997, yang
disusul dengan krisis multi-dimensi termasuk di panggung politik
nasional, telah menimbulkan beragam dampak negatif yang sangat hebat
terhadap seluruh sendi kehidupan masyarakat, tidak terkecuali dunia
usaha. Dalam kondisi tersebut, industri perbankan nasional yang
didominasi oleh bank-bank konvensional mengalami krisis luar biasa.
Pemerintah akhirnya mengambil tindakan dengan merestrukturisasi dan
merekapitalisasi sebagian bank-bank di Indonesia.
Salah satu bank konvensional, PT Bank Susila Bakti (BSB) yang
dimiliki oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT Bank Dagang
33
Bank Syariah Mandiri, “Sejarah”, sumber diakses pada 8 Desember 2014 dari
41 Negara dan PT Mahkota Prestasi juga terkena dampak krisis. BSB
berusaha keluar dari situasi tersebut dengan melakukan upaya merger
dengan beberapa bank lain serta mengundang investor asing.
Pada saat bersamaan, pemerintah melakukan penggabungan
(merger) empat bank (Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank
Exim, dan Bapindo) menjadi satu bank baru bernama PT Bank Mandiri
(Persero) pada tanggal 31 Juli 1999. Kebijakan penggabungan tersebut
juga menempatkan dan menetapkan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.
sebagai pemilik mayoritas baru BSB.
Sebagai tindak lanjut dari keputusan merger, Bank Mandiri
melakukan konsolidasi serta membentuk Tim Pengembangan Perbankan
Syariah. Pembentukan tim ini bertujuan untuk mengembangkan layanan
perbankan syariah di kelompok perusahaan Bank Mandiri, sebagai
respon atas diberlakukannya UU No. 10 tahun 1998, yang memberi
peluang bank umum untuk melayani transaksi syariah (dual banking
system).
Tim Pengembangan Perbankan Syariah memandang bahwa
pemberlakuan UU tersebut merupakan momentum yang tepat untuk
melakukan konversi PT Bank Susila Bakti dari bank konvensional
menjadi bank syariah. Oleh karenanya, Tim Pengembangan Perbankan
Syariah segera mempersiapkan sistem dan infrastrukturnya, sehingga
kegiatan usaha BSB berubah dari bank konvensional menjadi bank yang
42 Mandiri sebagaimana tercantum dalam Akta Notaris: Sutjipto, SH, No. 23
tanggal 8 September 1999.
Perubahan kegiatan usaha BSB menjadi bank umum syariah
dikukuhkan oleh Gubernur Bank Indonesia melalui SK Gubernur BI No.
1/24/ KEP.BI/1999, 25 Oktober 1999. Selanjutnya, melalui Surat
Keputusan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/
1999, BI menyetujui perubahan nama menjadi PT Bank Syariah Mandiri.
Menyusul pengukuhan dan pengakuan legal tersebut, PT Bank Syariah
Mandiri secara resmi mulai beroperasi sejak Senin tanggal 25 Rajab 1420
H atau tanggal 1 November 1999.
PT Bank Syariah Mandiri hadir, tampil dan tumbuh sebagai bank
yang mampu memadukan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani, yang
melandasi kegiatan operasionalnya. Harmoni antara idealisme usaha dan
nilai-nilai rohani inilah yang menjadi salah satu keunggulan Bank Syariah
Mandiri dalam kiprahnya di perbankan Indonesia. BSM hadir untuk
bersama membangun Indonesia menuju Indonesia yang lebih baik.
2. Visi dan Misi34 Visi :
Memimpin pengembangan peradaban ekonomi yang mulia
Misi :
Mewujudkan pertumbuhan dan keuntungan di atas rata-rata
industri yang berkesinambungan.
34Bank Syariah Mandiri, “
43
Mengutamakan penghimpunan dana murah dan penyaluran
pembiayaan pada segmen UMKM.
Mengembangkan manajemen talenta dan lingkungan kerja yang
sehat.
Meningkatkan kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungan.
Mengembangkan nilai-nilai syariah universal
B. Analisis Hasil Self Assessment
KERTAS KERJA SELF ASSESSMENT GOOD CORPORATE
GOVERNANCE
(Berdasarkan Surat Edaran BI No. 12/13/DPbS Tanggal 30 April 2010)
Tabel 2.A
1. Tugas dan Tanggung Jawab Dewan Komisaris
FAKTOR PERINGKAT
A Persyaratan Dewan Komisaris
1
KRITERIA/INDIKATOR ANALISIS SELF ASSESSMENT 1. Jumlah, komposisi,
kriteria, rangkap jabatan, hubungan keluarga, dan
persyaratan lain bagi anggota Dewan Komisaris tunduk kepada ketentuan Bank Indonesia terkait.
2. Mantan anggota Direksi tidak dapat menjadi Komisaris
1. Seluruh persyaratan Dewan Komisaris di BSM telah tunduk kepada Bank Indonesia.
44 Independen sebelum
menjalani masa tunggu (cooling off) paling kurang selama 6 bulan.
3. Usulan pengangkatan dan/atau penggantian
4. Dalam hal anggota Komite Remunerasi dan Nominasi memiliki benturan kepentingan (conflict of interest) dengan usulan yang direkomendasikan, maka dalam usulan tersebut wajib
4. Dalam hal anggota Komite Remunerasi dan Nominasi memiliki benturan kepentingan (conflict of interest) dengan usulan yang direkomendasikan, maka dalam usulan tersebut telah
B Tugas dan Tanggung Jawab Dewan Komisaris
2
KRITERIA/INDIKATOR ANALISIS SELF ASSESSMENT 1. Dewan Komisaris wajib
melaksanakan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan prinsip-prinsip GCG.
45 2. Dewan Komisaris wajib
melakukan pengawasan atas terselenggaranya pelaksanaan GCG dalam setiap kegiatan usaha bank pada seluruh tingkatan atau jenjang organisasi.
3. Dewan Komisaris wajib melaksanakan
pengawasan terhadap pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi, serta memberikan nasihat kepada Direksi.
4. Dalam melakukan pengawasan, Dewan Komisaris wajib memantau dan mengevaluasi
pelaksanaan kebijakan strategi bank.
5. Dalam melakukan pengawasan, Dewan Komisaris dilarang terlibat dalam pengambilan keputusan kegiatan operasional bank, kecuali pengambilan keputusan untuk pemberian pembiayaan kepada Direksi sepanjang kewenangan Dewan Komisaris tersebut ditetapkan dalam
2. Dewan Komisaris telah melakukan pengawasan atas terselenggaranya pelaksanaan GCG dalam setiap kegiatan usaha BSM pada seluruh tingkatan atau jenjang organisasi.
3. Dewan Komisaris telah melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi, serta telah memberikan nasihat kepada Direksi.
4. Dewan Komisaris telah memantau dan mengevaluasi
pelaksanaan
kebijakan strategi bank.
5. Dewan Komisaris tidak terlibat dalam pengambilan
keputusan kegiatan operasional bank, kecuali pengambilan keputusan untuk pemberian