• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Perubahan Keasaman Vagina dengan Fluor albus di Usia Kehamilan 11-24 minggu di RS Medirossa Cikarang Periode April-Juni 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Perubahan Keasaman Vagina dengan Fluor albus di Usia Kehamilan 11-24 minggu di RS Medirossa Cikarang Periode April-Juni 2013"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

DENGAN KEJADIAN FLUOR ALBUS PADA USIA

KEHAMILAN 11-24 MINGGU DI RS MEDIROSSA

CIKARANG PERIODE APRIL-JUNI 2013

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN

OLEH :

ARIFAH SHABRINA

NIM : 1110103000020

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

v

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji dan syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT dengan sejuta nikmat dan rahmat-Nya bagi seluruh umatnya. Berkat kesempatan dan tuntunan-Nya saya dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul HUBUNGAN PERUBAHAN

KEASAMAN VAGINA DENGAN FLUOR ALBUS PADA USIA

KEHAMILAN 11-24 MINGGU DI RS MEDIROSSA CIKARANG PERIODE APRIL-JUNI 2013. Laporan penelitian ini saya susun guna memenuhi syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked) pada Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dengan ini saya ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. DR. (hc). Dr. M.K. Tadjudin, Sp.And sebagai Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syaruf Hidayatullah Jakarta.

2. dr. Witri Ardini, M.Gizi, Sp.GK sebagai Ketua Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. dr.Emy Tri Dianasari,SpOG sebagai dosen pembimbing I dan ibu Rr.Ayu Fitri Hapsari, M.Biomed sebagai dosen pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing saya dalam menyelesaikan penelitian.

4. Sekretaris Komite Etik Penelitian FKIK, Ibu Maftuhah, yang telah membantu dalam mendapatkan persetujuan komite etik untuk menjalankan penelitian ini.

(6)

vi

6. Kepada adik, Raissya Armilla yang saya sayangi atas pengertiannya selama proses penyelesaian penelitian ini.

7. Nenek, R.Aisyah yang tercinta atas doanya dan masakannya yang selalu menjadi penyemangat dalam menyelesaikan penelitian ini, meskipun terpisah jarak.

8. Teman-teman seperjuangan Harry, Alo, Bening, Ayu, dan Abel atas dukungan, kesabaran, pengertian, dan koreksinya selama penelitian ini berjalan.

9. Kepada seluruh official CIMSA 2010 dan 2011 atas semangat dan pelajaran berharga yang diberikan dalam menyelesaikan penelitian ini

10.Seluruh staf dan jajaran RS Medirossa khususnya Poli Kebidanan dan Kandungan, dr.Dyah, SpOG dan juga bidan Ita yang telah banyak membantu penelitian ini.

11.Seluruh teman sejawat mahasiswa Pendidikan Dokter angkatan 2010 yang selalu kompak dalam suka duka selama ini.

Semoga Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan dari keluarga dan semua kerabat yang telah membantu saya selama penelitian ini berlangsung. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi masyarakat, terutama wanita dan juga perkembangan ilmu kedokteran saat ini .

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Ciputat, 5 September 2013

(7)

vii

Arifah Shabrina. Program Studi Pendidikan Dokter. Hubungan Perubahan Keasaman Vagina dengan Fluor albus di Usia Kehamilan 11-24 minggu di RS Medirossa Cikarang Periode April-Juni 2013. 2010.

Fluor albus ( Keputihan ) merupakan suatu hal yang fisiologis terjadi pada masa kehamilan. Hal ini disebabkan oleh perubahan kadar estrogen dan progesteron saat hamil. Hal ini menyebabkan terjadi perubahan kualitas dan kuantitas dari sekret kelenjar serviks, sehingga mikroorganisme yang merugikan dapat tumbuh dan mengganggu keseimbangan asam-basa di mukosa serviks-vagina (pH normal saat hamil = 4,5-4,8). Mengetahui adanya perubahan pH serviks-vagina pada ibu hamil menjadi sangat penting, mengingat pada masa kehamilan resiko terinfeksi mikroorganisme via jalur servikovagina lebih besar. Metode cross sectional

digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui hubungan Perubahan keasaman vagina dengan fluor albus pada usia kehamilan 11-24 minggu. Hasil yang didapatkan adalah terjadi peningkatan kadar pH 1,5 kali menjadi 6,61 (basa) yang menimbulkan 69,6% kejadian fluor albus patologis pada fluor albus yang terjadi di usia 11-24 minggu kehamilan. Oleh karena itu, disarankan untuk lebih memperhatikan adanya keputihan dan menjaga higienitas selama kehamilan.

Kata kunci : Kehamilan, pH, Fluor albus, Uji KOH

ABSTRACT

Arifah Shabrina.Medical Education Program.Relationship between Vaginal Acidity (pH) Changes and Fluor albus in 11-24 weeks of Pregnancy on Medirossa Hospital Cikarang Periode April-juni 2013.2010.

Fluor albus (discharge) is a physiological condition that happens in pregnancy, which caused by increased production of mucous in the cervical glands. It was influenced by estrogen and progesterone. It causes a changes of mucous’s component , then unfavorable microorganisms can live and ruin the acid-base balance. Knowing the vaginal acidity (pH) changes in pregnancy become very important, because pregnancy is a one of potential condition to be infected by microorganisms via cervicovaginal area. Cross-sectional study method had used to determine the relationship between vaginal acidity (pH) and fluor albus in 11-24 weeks of pregnancy. Based on data analysis, pH level average was 6,61 (base) and 69,6% fluor albus are Pathological fluor albus. The results are pH levels increased about 1,5 times and it causes microorganisms infection, then stimulated pathological fluor albus in 11-24 weeks of pregnancy. It is advisable to give more attention to the discharge and do the genital hygiene during pregnancy.

(8)

viii

JUDUL……… i

LEMBAR PERNYATAAN……….... ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING………... iii

LEMBAR PENGESAHAN……….... iv

KATA PENGANTAR……… v

ABSTRAK………... vii

DAFTAR TABEL………... xi

DAFTAR GAMBAR………... xii

DAFTAR LAMPIRAN……….. xiii

BAB 1 ..………...... 1

PENDAHULUAN………... 1

1.1 Latar Belakang………... 1

1.2 Rumusan Masalah………... 2

1.3 Hipotesis………... 2

1.4 Tujuan Penelitian………. 2

1.5 Manfaat Penelitian………... 2

1.5.1 Bagi Peneliti ..………... 2

1.5.2 Bagi Masyarakat ...………... 3

1.5.3 Bagi Institusi... 3

BAB 2 ……….. 4

TINJAUAN PUSTAKA………... 4

(9)

ix

2.1.1.2 Efek Perubahan Hormonal selama Kehamilan ... 7

2.1.2 Pengaruh Mikroorganisme dengan Perubahan pH vagina... 9

2.1.3 Fluor Albus ... 10

2.1.3.1 Higienitas Diri... 12

2.1.4 Cara Diagnosis ... 12

2.2 Kerangka Teori... 15

2.3 Kerangka Konsep ... 16

BAB 3 ..………... 17

METODE PENELITIAN... 17

3.1 Desain Penelitian……… 17

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian………... 17

3.3 Populasi Dan Sampel………... 17

3.3.1 Populasi... 17

3.3.2 Sampel... 17

3.3.3 Cara Penentuan Sampel... 17

3.3.4 Kriteria Penelitian.………...……….. 19

3.3.4.1 Kriteria Inklusi...………. 19

3.3.4.2 Kriteria Eksklusi……….. 19

3.4 Definisi Operasional ... 20

3.5 Cara Kerja Penelitian………... 22

3.6 Etika...………... 23

3.7 Manajemen Data... 24

(10)

x

4.2 Analisis Bivariat...………... 29

4.3 Keterbatasan Penelitian ... 32

BAB 5..………...... 33

KESIMPULAN DAN SARAN………... 33

5.1 Kesimpulan………... 33

5.2 Saran………... 33

5.2.1 Ibu Hamil ... 33

5.2.2 Petugas Medis ... 34

5.2.3 Peneliti ... 34

DAFTAR PUSTAKA………... 35

(11)
[image:11.595.113.511.180.539.2]

xi

Tabel 2.1 Kadar pH vagina pada Fase Hidup Wanita ... 12

Tabel 4.1.1 Distribusi Karakteristik Subyek Penelitian ... 26

Tabel 4.1.2 Distribusi Hasil Pemeriksaan pH dan Makroskopis ... 27

Tabel 4.1.3 Distribusi Hasil Pemeriksaan Makroskopis Fluor Albus ... 27

Tabel 4.2.1 Distribusi Hasil Berdasarkan Nilai pH terhadap Fluor Albus .... 29

(12)
[image:12.595.112.512.148.546.2]

xii

Gambar 2.1. Anatomi Genitalia Wanita ... 4

Gambar 2.2 Siklus Menstrual ... 6

Gambar 2.3 Maturasi Folikel Matang ... 7

Gambar 2.4 Perubahan Hormonal Selama Kehamilan ... 8

Gambar 2.5 Fluor albus Normal ... 12

Gambar 2.6 Fluor albus Patologis ... 12

Gambar 2.7 Alat untuk Uji Dipstick ... 13

Gambar 2.8 Larutan KOH 10% ... 14

(13)

xiii

Lampiran 1. Profil RS Medirossa ... 37

Lampiran 2. Lembar Persetujuan Subyek Penelitian ... 40

Lampiran 3. Lembar Karakteristik Demografi Subyek Penelitian ... 41

Lampiran 4. Distribusi dan Hasil Olah Data ... ... 43

Lampiran 5. Uji Normalitas ... 47

Lampiran 6. Hasil Uji Bivariat ... 48

(14)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Wanita sangat rentan dengan terjadinya infeksi venereal yang berakibat timbulnya gejala fluor albus, sepuluh tahun belakangan ini. Kasus yang sering ditemukan para ahli adalah vulvovaginitis dan bakterial vaginosis.1

Data juga menunjukkan, 85% dari wanita yang sudah menikah dan tinggal di Jakarta menderita keputihan ( fluor albus ).2 Sebagian besar datang dengan keluhan yang sudah menunjukkan keadaan yang lebih berat.2 Fluor albus itu sendiri bukanlah sebuah penyakit, melainkan sebuah proses fisiologis pada keadaan tertentu (misal : masa gestasi,menarche,dll) ataupun gejala yang mungkin akan muncul pada infeksi primer dan penyakit kronis yang menyerang organ genitalia wanita.2

Adanya perubahan fluor albus fisiologi menjadi fluor albus patologis akibat infeksi akut ataupun kronis pada vagina hingga serviks, memberikan pengaruh besar bagi perubahan suasana asam-basa di masa gestasi yang dapat diukur dari kadar pH vagina.3 Sayangnya, perubahan ini sering tidak disadari atau bahkan tidak menimbulkan gejala khas seperti, sekret bau dengan warna kuning kehijauan, disuria ( pada ibu hamil ), gatal pada organ genital.4 Kondisi ini didukung dengan adanya hasil penelitian bahwa terdapat gejala fluor albus

patologis pada 11,2 % dari 18 ibu hamil di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo tahun 1992.2

Empat belas tahun berikutnya, penelitian yang lebih spesifik juga diadakan di Jakarta. Dinyatakan bahwa 40 subjek ibu dengan usia kehamilan 11-24 minggu, 41 diantaranya positif fluor albus akibat vaginal bakteriosis.5 Kedua penelitian inilah yang menjadi acuan bagi penulis untuk mengetahui lebih spesifik mengenai jenis fluor albus yang mungkin dialami oleh ibu saat hamil, mengingat komplikasi yang dapat berpengaruh kepada perkembangan janin pada masa kehamilan, misalnya : kelahiran prematur, ketuban pecah dini, endometriosis, dll.

(15)

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana hubungan perubahan keasaman vagina (pH) dengan fluor albus pada usia kehamilan 11-24 minggu di RS Medirossa, Cikarang ?

1.3 Hipotesis

Adanya peningkatan pH vagina, memberikan pengaruh terhadap perubahan makroskopis pada kejadian fluor albus di usia kehamilan 11-24 minggu

1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan peningkatan pH vagina dengan perubahan makroskopis dari kejadian fluor albus di usia kehamilan 11-24 minggu

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui kadar pH dari fluor albus selama kehamilan 2. Mengetahui bau dan warna dari fluor albus selama kehamilan

1.5 Manfaat Penelitian

Bagi Peneliti :

 Penelitian ini menjadi salah satu persyaratan untuk menyelesaikan modul

riset dan memperoleh gelar sarjana kedokteran

 Penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan dan sebagai introspeksi

diri mengenai kebersihan tubuh dan organ vital bagi peneliti

 Penelitian ini bisa dijadikan bahan pembelajaran dan pengembangan cara

(16)

Bagi Masyarakat :

 Khususnya bagi ibu hamil, penelitian ini mampu menjelaskan mengenai

pentingnya menjaga kebersihan serta keseimbangan pH vagina terutama pada wanita hamil dan juga pentingnya melakukan pemeriksaan kandungan rutin

Bagi Institusi :

 Penelitian ini sebagai syarat kelulusan Program Studi Pendidikan Dokter

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

 Dapat menjadi salah satu acuan untuk mengadakan dan mengembangkan

(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Perubahan Anatomi dan Fisiologi pada Masa Kehamilan

Secara anatomi, ketika terjadi suatu kehamilan maka akan terjadi perubahan anatomi organ reproduksi pada ibu sebagai suatu reaksi kompensasi terhadap hadirnya makhluk hidup baru yang akan berkembang di dalam rahim.6 Dibawah ini merupakan gambaran secara garis besar organ yang mengalami perubahan anatomi pada masa kehamilan :

[image:17.595.125.506.273.542.2]

Seperti yang di jelaskan pada gambar 2.1 diatas, organ-organ ini akan mengalami perubahan yang sebagian besar dipengaruhi oleh hormon estrogen dan progesteron secara langsung ataupun tidak langsung. Di jelaskan pula bahwa vesika urinaria dan rektum akan terkena dampak dari perubahan organ-organ reproduksi ini, salah satunya akibat pembesaran rongga uterus secara perlahan-lahan yang akan menekan keduanya. Hal ini terjadi sesuai dengan letak uterus

Gambar 2.1 Anatomi organ reproduksi wanita (uterus, serviks, vagina, dan klitoris) dan batas-batasnya (rektum dan vesica urinaria)

Sumber : Sherwood, Lauralee. Human Physiology : From Cells to Systems.2010.7

(18)

pada umumnya yaitu posterior terhadap vesika urinaria dan anterior terhadap rectum.7

2.1.1.1 Fisiologi Kehamilan

Kehamilan adalah suatu keberhasilan dalam proses fertilisasi pada fase ovulasi dalam siklus menstruasi. Siklus menstruasi adalah siklus hormonal yang berperan dalam kematangan folikel dalam ovarium. Siklus ini di regulasi oleh aksis Hipothalamus-Hipofisis-Gonad (ovarium pada wanita). Aksis ini tidak hanya mengatur siklus hormonal, namun secara tidak langsung juga berperan dalam perkembangan organ reproduksi sekunder manusia.7

Normalnya, siklus menstruasi berawal dari aktivasi GnRH (Gonadotropin Releasing Hormone) di hipothalamus dan akan mengaktivasi FSH (Follicle Stimulating Hormone) dan LH (Luteinizing Hormone) pada hipofisis anterior yang nantinya akan mempengaruhi folikel primordial pada ovarium untuk berkembang menjadi folikel primer yang memiliki sel teka internal dan eksternal. Sel teka internal akan mengubah kolesterol yang didapatkan dari sel teka eksternal menjadi androgen, kemudian mengirimkannya ke sel granulosa yang memiliki enzim 5-alpha-reductase sehingga androgen mampu diubah menjadi estrogen. Estrogen ini sebagian akan disimpan di dalam ruang yang disebut antrum serta membantu pertumbuhan oogonia hingga menjadi oosit matang di dalam folikel yang juga akan terus berkembang dan sisanya dikembalikan ke aliran darah sistemik. Estrogen memiliki autoregulasi di dalam aliran sistemik. Bila produksi estrogen telah mencukupi, ia akan memberikan feedback negatif ke hipothalamus dan hipofisis sehingga produksi GnRH serta FSH akan terhambat dan LH mengalami peningkatan. Fase ini terjadi kurang lebih selama 14 hari terhitung sejak awal folikel mulai banyak mengalami perkembangan dan menjadi folikel matang yaitu folikel de Graaf serta dinamakan fase Folikular.7

(19)
(20)

Setelah melewati fimbriae, oosit ini akan menjadi ovum dan melewati tuba falopii bagian ampulla. Bila di bagian ampulla ovum bertemu dengan sperma, maka sperma dengan enzim dan badan akrosomal yang ia miliki akan menembus dinding ovum yang terdiri dari korona radiata, zona pellucida, dan membran plasma maka inti sel dari sperma akan di lepaskan ke dalam sitoplasma ovum dan bertemu dengan inti sel ovum. Bila kedua inti sel ini berhasil menggabungkan kode genetik yang mereka miliki, maka inilah yang akan berkembang menjadi morulla, blastula dan seterusnya hingga terjadi implantasi di dinding uterus bagian dalam (endometrium).7

2.1.1.2 Efek Perubahan Hormon selama Kehamilan

Selain perubahan secara anatomi dan fisiologis dari sistem reproduksi ibu, juga terjadi perubahan hormon estrogen dan progesteron yang signifikan. Hormon estrogen dalam bentuk estradiol dan progesteron menjadi faktor lain yang

[image:20.595.120.503.163.555.2]

meningkatkan resiko ibu mengalami fluor albus pada masa kehamilan.8 Gambar 2.3: Perjalanan folikel matang ke endometrium

(21)
[image:21.595.94.516.67.546.2]

Gambar 2.5 : Perubahan hormonal selama kehamilan

Sumber : Baxendale & Brett,2001

Seperti yang di jelaskan pada gambar 2.4 diatas, bahwa progesteron mengalami peningkatan yang signifikan sejak usia kehamilan 11 hingga 24 minggu yang disebabkan oleh adanya corpus luteum yang dipertahankan hingga usia kehamilan mencapai trimester II akhir, sehingga progesteron kadarnya terus meningkat.10 Hal ini tentunya akan memberikan efek yang cukup signifikan terhadap organ-organ yang memiliki reseptor terhadap kedua hormon ini.8

Estrogen yang mengalami sedikit peningkatan akan berikatan dengan reseptornya ( misal : ER2 dan ER3 pada endometrium dan kelenjar mukosa pada serviks ), kemudian menyebabkan penebalan jaringan penyusun pada area tersebut, sehingga pertumbuhan janin terlindungi dan mendapatkan cukup nutrisi. Dan juga, normalnya estrogen akan membuat sekret kelenjar pada dinding rahim serta serviks lebih jernih dan cair. Produksi progesteron juga mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan yang terjadi pada estrogen, dimana progesteron akan meningkatkan jumlah kapiler darah pada dinding endometrium serta asupan glikoprotein pada kelenjar dinding rahim dan juga serviks, sehingga akan dihasilkan lebih banyak sekret kental dan sedikit keruh. Sekret ini kaya akan glikoprotein, jaringan ikat dan juga mediator kimia yang berfungsi sebagai pertahanan untuk daerah ruang uterus, serviks hingga saluran vagina.8,

Perubahan estrogen

Perubahan progesteron

Gambar 2.4 Perubahan estrogen dan progesteron selama kehamilan

(22)

2.1.2 Mikroorganisme dan Perubahan pH pada Saluran Vagina

Penelitian yang dilakukan oleh Gustafsson, et al (2011) pada wanita dengan usia produktif di Swedia menyatakan, bahwa perkembangan mikroorganisme dalam saluran reproduksi wanita bergantung pada usia dan juga kondisi hormonal saat itu.9 Wanita pada usia 26-40 tahun akan mengalami perubahan pH ± 4,5-4,8 dan juga ditemukan pertumbuhan mikroorganisme, seperti : Lactobacillus sp, Streptococcus group B, Gardnerella vaginalis, serta jamur Candida albicans.10,11 Keempat mikroorganisme ini akan berkurang pada masa menopause dan postmenopause disertai dengan perubahan pH yang signifikan ( ± 5-5,3 )12, namun bakteri Lactobacillus sp lebih memberikan pengaruh dominan terhadap perubahan pH yang mungkin terjadi pada saluran vagina.13

Adanya perubahan keasaman dan pertumbuhan mikroorganisme ini juga dipengaruhi oleh kebersihan ibu selama kehamilan, contohnya dalam membersihkan tepi luar vagina ataupun dalam berhubungan seksual.14

2.1.2.1 Lactobacillus sp

Bakteri ini adalah jenis bakteri anaerob yang hidup di beberapa organ pada manusia. Sifatnya yang mampu menguraikan glikogen dalam proses fermentasi dan menjadikannya asam laktat, menjadi faktor utama yang menjadikan bakteri ini bakteri normal dalam tubuh kita. Selain itu, di duga hasil metabolisme dari bakteri ini mampu menyingkirkan pertumbuhan bakteri patogen.15 Lactobacillus sp banyak ditemukan pada saluran gastrointestinal dan saluran reproduksi wanita.15

Menurut penelitian asosiasi ahli mikrobiologi tahun 1975, lactobacilli yang sering ditemukan di dalam saluran reproduksi wanita adalah L.Crispatus dan

L.Jensenii13. Kedua bakteri ini dikatakan memberikan tingkat keasaman yang hampir sama terhadap saluran vagina, namun untuk menghasilkan asam laktat mereka memerlukan bahan yang berbeda dalam proses fermentasi nya.16

(23)

dari bakteri ini adalah kemampuan dalam menghasilkan H2O2 yang berfungsi

mencegah pertumbuhan mikroorganisme lain dalam saluran reproduksi wanita.13 Dalam kondisi sehat dan sistem imun yang baik, jumlah H2O2 yang dihasilkan

bakteri batang ini diduga tidak memberikan efek korosif terhadap epitel saluran reproduksi wanita.12

2.1.3 Fluor Albus

Fluor albus ( keputihan ) keluarnya cairan dari organ reproduksi wanita melalui vagina (Wishnuwarhani, 2008). Pemeriksaan makroskopis , berupa warna, bau dan kekentalan adalah cara untuk menilai dan mengkategorikan fluor albus, Namun kekentalan dari fluor albus seringkali tidak di jadikan suatu tolak ukur yang akurat mengingat besarnya kemungkinan terjadi subyektifitas pada sekret yang diperiksa.11,14,15Fluor albus ini bisa terjadi pada dua kondisi, yaitu :

2.1.3.1Fisiologis

Dikatakan fisiologi, bila cairan tersebut berwarna bening, tidak berbau, jumlahnya tidak berlebihan, dan tidak menimbulkan keluhan, seperti : gatal-gatal, rasa panas, dan sebagainya. Fluor albus fisiologis ini sering terjadi pada wanita menjelang haid, ketika stress secara emosional, ataupun saat terangsang secara seksual.16

Secara fisiologis, sekret vagina memberikan proteksi alami terhadap pertumbuhan bakteri aerob di sekitar serviks dan vagina. Pertahanan ini bersifat asam yang dibantu dengan bakteri anaerob yang mengkonsumsi glikoprotein sekret dan akan menghasilkan sisa metabolisme dengan fermentasi, sehingga sekret vagina tetap terjaga keasamannya.16

2.1.3.2Patologis

(24)

a. Fluor albus yang cair dan berbusa, berwarna kuning kehijauan atau keputih-putihan, berbau busuk dengan rasa gatal. Fluor albus semacam ini akan memberi dampak bagi tubuh wanita, diantaranya rasa terbakar di daerah kemaluan saat buang air kecil.

b. Cairan fluor albus yang berwarna putih seperti keju lembut dan berbau seperti jamur atau ragi roti. Keadaan ini menunjukan adanya infeksi yang disebabkan jamur atau ragi yang di sistem reproduksi sekunder wanita, terutama vagina dan serviks.

c. Cairan fluor albus yang kental seperti susu dengan bau yang amis. Keadaan ini dimungkinkan karena infeksi yang disebabkan oleh bakteri anaerob oportunis yang menjadi infeksi sekunder akibat ketidakseimbangan suasana asam-basa di vagina atau serviks.

d. Cairan fluor albus yang encer seperti air, berwarna coklat atau keabu-abuan dengan bercak-bercak darah, dan berbau busuk. Kondisi infeksi urogenitalia yang bersifat kronik adalah penyebab tersering timbulnya cairan fluor albus dengan karakteristik di atas.

Fluor albus terjadi akibat adanya perubahan suasana pada mukosa vagina yang disebabkan oleh faktor-faktor tertentu, misalnya perubahan hormon sehingga mempengaruhi kerja kelenjar mukosa pada serviks dan faktor pertumbuhan mikroorganisme anaerob pada saluran vagina dan serviks baik bagian endo ataupun ektoserviks.14

(25)
(26)

Penggunaan pakaian dalam dan juga cara membersihkan alat genitalia saat mandi adalah salah satu contoh perilaku higienis yang memiliki pengaruh besar dalam kesehatan alat reproduksi. Ibu dengan kelebihan glukosa dalam darah (Diabetes Mellitus), juga akan mengalami hal serupa mengingat sekret vagina dipengaruhi oleh susunan glikoprotein (ikatan antara glukosa dengan protein) di dalamnya.15

2.1.4 Cara Diagnosis

Keadaan patologis pada fluor albus, seperti Bakterial Vaginosis ataupun fluor albus akibat Infeksi Menular Seksual, membutuhkan uji laboratorium sesuai dengan ketentuan yang telah di tetapkan baik uji sederhana, yaitu dengan pemeriksaan makroskopis maupun yang menggunakan reagen kompleks.13,14

Pemeriksaan makroksopis terdiri dari pemeriksaan bau, warna, keasaman dan kekentalan pada sekret vagina. Bau, warna, dan keasaman seringkali menjadi penentu utama dalam kejadian fluor albus, sedangkan penilaian kekentalan yang tidak menjadi prioritas dalam penentu fluor albus karena masih adanya kemungkinan subyektifitas dari observer dalam penilaiannya.

2.1.4.1 Dipstick Test

[image:26.595.245.386.591.739.2]

Uji dipstick adalah uji semi kuantitatif menggunakan stick yang sudah memiliki reagen untuk beberapa zat yang mungkin ditemukan di dalam sediaan atau preparat. Sediaan yang dapat menggunakan uji ini adalah urine atau apusan vagina, yaitu berupa sekret dari saluran vagina ataupun porsio serviks. Pada apusan vagina, uji dipstick digunakan untuk mengukur pH yang didapatkan dari apusan tersebut.14,15,16

(27)

2.1.4.2 Uji KOH

Uji menggunakan larutan basa KOH 10% ini biasa digunakan untuk mengetahui bakteri gram pada sediaan, namun uji KOH tidak bisa membedakan secara pasti sifat gram dari bakteri tersebut. Hasil yang didapatkan untuk mengetahui sifat gram nya hanya dilihat dari ada atau tidaknya lendir pada sediaan setelah diteteskan larutan KOH 10% ini.15

Pada jamur seperti Candida albicans, uji KOH cukup membantu untuk melihat jamur ini secara mikroskopis. Selain itu, uji ini mampu mengeluarkan bau tidak sedap dari sediaan yang didapatkan dari pasien dengan diagnosis Infeksi saluran reproduksi khususnya seperti Bakterial Vaginosis.16,17

Larutan ini digunakan setelah apusan mukosa vagina dengan cotton swab

telah dilakukan. Sekret yang ada di letakkan diatas kaca objek secara memutar dan perlahan.15,16,17

Gambar 2.8 Larutan KOH 10% yang digunakan untuk mengetahui perubahan bau pada fluor albus

Sumber :kamera pribadi, Juli 2013

Gambar 2.9 Cotton Swab untuk mengambil

fluor albus pada vagina

[image:27.595.114.509.252.562.2]
(28)

2.2 Kerangka Teori

Lonjakan progesteron yang signifikan Peningkatan metabolisme tubuh ibu Meningkatkan jumlah kelenjar mukosa pada serviks dan dinding

rahim

Meningkatkan glikogen dan protein dalam darah

Meningkatkan kadar glikoprotein dalam sekret kelenjar mukosa serviks Akan difermentasikan oleh mikroorganisme anaerob (biasanya

Lactobacillus sp) pada serviks dan

vagina Mengalir hingga

ke saluran vagina Sekret lebih banyak, kental, dan keruh namun

tidak berbau

Menghasilkan asam laktat dan pH menjadi asam

Higienitas saat kehamilan kurang

baik

Kemungkinan pertumbuhan mikroorganisme lain di

dalam saluran vagina hingga ke serviks

Flora normal akan tersingkirkan karena adanya mikroorganisme

yang dominan

Jamur mudah berkembang biak pada kondisi basa

Uji KOH (+) Peningkatan sekret untuk

proses fagositosis sebagai mekanisme pertahanan Duh/pus sebagai

Hasil dari fagositosis

Bau amis/ bau tidak sedap dari sekret (+)

(29)

2.2 Kerangka Konsep

Perubahan

hormonal yang

signifikan selama

kehamilan 11-24

minggu

Perubahan

keasaman (pH)

vagina

Riwayat Infeksi

Saluran genitalia

atau Diabetes

melitus

sebelumnya

Perubahan

kualitas sekret

vagina

Fluor Albus

Higienitas Ibu

selama

Kehamilan

Peningkatan

fermentasi

glikoprotein oleh

Lactobacillus sp

(30)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan menggunakan desain cross-sectional untuk mengetahui hubungan antara perubahan keasaman vagina dengan kejadian keputihan di usia kehamilan 11-24 minggu.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian akan dilakukan di Poli Kebidanan RS Mediarossa Cikarang, selama 2 bulan terhitung dari bulan April sampai dengan Juni 2013

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah ibu hamil dengan usia kehamilan 11-24 minggu di Poli Kebidanan dan Kandungan RS Medirossa Cikarang

3.3.2 Sampel

Metode yang digunakan untuk menentukan sampel adalah dengan metode

Consecutive Sampling,19 sehingga seluruh populasi yang ada di jadikan sebagai sampel selama periode penelitian untuk memenuhi jumlah sampel minimal, dimana kriteria sampel yang dibutuhkan adalah ibu hamil usia 11-24 minggu dengan keputihan di periode April-Juni 2013.

3.3.3 Cara Penentuan Sampel

3.3.3.1 Menghitung Besar Sampel

Penelitian ini adalah penelitian analitik numerik tidak berpasangan, sehingga untuk mencari besar sampel digunakan rumus :

(31)

Dengan :

Zα = Kesalahan tipe I, ditetapkan Zα = 5%

Zβ = Kesalahan tipe II, ditetapkan Z = 10%

S = Standar Deviasi (SD) Gabungan dari Kedua Kategori fluor albus

X1-X2 = Selisih minimal rerata yang dianggap bermakna

Diketahui :

Zα = 5% = 1,64

Zβ = 10% = 1, 28

S = Dari laporan penelitian Ocviyanti Departemen Obstetri dan Ginekologi RSCM tahun 2009, dimana :

S12 x ( n1-1) + S22 x (n2-1)

n1+n2-2

S1 = Standar deviasi dari kelompok fluor albus fisiologis = 3,1

n1 = Besar sampel dari kelompok fluor albus fisiologis = 80 sampel

S2 = Standar deviasi dari kelompok fluor albus patologis = 1,4

n2 = Besar sampel dari kelompok fluor albus patologis = 20 sampel

(S)2 yang didapatkan = 759.57, maka S = = 27,56

X1-X2 = Selisih minimal rerata dari laporan penelitian yang sama didapatkan dari

penelitian Ocviyanti (2009) Majelis Obstetri Ginekologi Indonesia adalah 2,5.

(32)

Jawab :

+ 10% dari sampel = 18 sampel

Setelah di hitung menggunakan rumus besar sampel di atas, di dapatkan sampel minimal yang dibutuhkan adalah 18 sampel.

3.3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi

3.3.4.1Kriteria Inklusi

Ibu hamil dengan usia kehamilan 11-24 minggu dengan fluor albus, tidak memiliki riwayat Diabetes Mellitus, Infeksi Menular Seksual serta infeksi urogenitalia sebelumnya dan telah setuju untuk di teliti.

3.3.4.2Kriteria Eksklusi

(33)

3.4 Definisi Operasional

Variabel Definisi Pengukur Alat Ukur Cara Pengukuran Skala pengukuran Hasil pengukuran Warna (Variabel Dependen) Warna ditimbulkan dari hasil metabolisme mikroorganis me normal ataupun anaerob yang berkembang biak di mukosa vagina Peneliti dan Spesialis Kandungan Dilihat secara kasat mata Diletakkan di atas object glass dan dilihat secara kasat mata warna yang terlihat (hijau,kuni ng,merah,dl l) Kategorik - Nominal

0 = Putih Bening

1 = Keruh

2 = Kuning Penilaian ini

berdasarkan Penelitian Ocviyanti (2009).11 Kualitatif Putih bening/ Keruh/ Kuning

Bau (Variabel

Dependen) Bau adalah karbon hasil metabolisme mikroorganis me normal ataupun anaerob di mukosa vagina Peneliti dan Spesialis Kandungan di RS Medirossa Cikarang Uji KOH 10 % sebagai larutan korosif yang dapat melisiskan epitel jamur, sehingga bisa dijadikan indikasi peningkata n pH sekret diatas object glass di teteskan larutan KOH 10% sebanyak

2-3 tetes, lalu

tunggu selama 1-2 menit untuk mengetahui ada atau tidaknya bau Kategorik -Nominal

0 = Berbau

(34)

Mengetahui kadar keasaman (pH) pada vagina (variabel Independen) Spesialis Kandungan Dipstick Test Dengan stik celup berisi 3 reagen utk mengukur pH, Protein, dan glukosa,

dan akan di

tempelkan

pada sekret

di mukosa

vagina

Numerik

-Kadar pH

(5, 6, >6)

Penilaian ini

berdasarkan penelitian Ocviyanti (2009) Majelis Obstetri Ginekologi Indonesia.11 Kualitatif

 5:

Normal

 6:

Curiga

basa

 >6:

Positif

(35)

3.5 Cara Kerja Penelitian

Menyelesaikan proposal penelitian

Mengajukan proposal penelitian kepada komisi etik

Mendapatkan bukti persetujuan dari komisi etik

Mengajukan permohonan pada pihak RS Medirossa Cikarang untuk pengambilan sampel di Poli Kebidanan dan Kandungan RS Medirossa

Mengajukan perizinan kepada Kepala bidan di Poli Kebidanan dan Kandungan RS Medirossa Cikarang

Mendapat persetujuan dari RS Medirossa Cikarang, khususnya Poli Kebidanan dan Kandungan

23 ibu hamil di Poli Kebidanan RS Mediarosa

Memohon izin kepada pasien dan pengisian Informed consent

Dijelaskan sampel bahwa penelitian ini tidak akan membahayakan nyawa ataupun melukai serta akan dijaga kerahasiaan dari data ataupun hasil yang didapatkan dari

ibu sebagai sampel

Pengisian kuesioner karakteristik sampel

Pengambilan sekret dengan teknik apusan vagina

Pengukuran pH pada saluran vagina dengan dipstick

Pengamatan makroskopik warna dan kekentalan sekret

Pengujian apusan dengan KOH 10%

-Adanya bau spesifik dari apusan -tidak ada bau spesifik dari apusan

(36)

3.6 Etika

 Sebelum melakukan penelitian, peneliti meminta izin secara tertulis kepada subjek dan institusi yang terkait dengan penelitian ini.

 Peneliti akan menjelaskan kepada subjek mengenai tujuan penelitian dan

hal apa saja yang akan dilakukan terhadap subjek.

 Peneliti akan menjelaskan bahwa penelitian ini tidak akan memberi

dampak buruk apapun terhadap subjek, kecuali rasa sedikit tidak nyaman ketika pengambilan swab vagina.

 Subjek penelitian memiliki hak autonomy untuk menerima atau menolak diikutsertakan dalam penelitian ini.

 Setiap subjek akan dijamin kerahasiaannya atas data yang diperoleh dalam

penelitian.

 Bila suatu saat subjek menyatakan diri tidak dapat terlibat lebih lanjut di

dalam penelitian ini, maka peneliti tidak akan menuntut atas hal apapun dari subjek.

 Ketika penelitian telah selesai dilakukan, subjek berhak mengetahui hasil

(37)

3.7 Manajemen Data

3.7.1 Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan merupakan data primer karena diisi langsung oleh responden. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara non random sampling dan alat ukur penelitian. Identitas responden akan dirahasiakan dan hanya diketahui oleh peneliti.

Responden akan terlebih dahulu diberi penjelasan mengenai penelitian dan informed consent. Responden memiliki hak untuk menolak keikutsertaan dalam penelitian ini dan juga dapat mengundurkan diri tanpa ada sanksi yang ditujukan untuk responden.

3.7.2 Pengolahan Data

Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan menggunakan program SPSS (Statistic Package for Social Sciences) versi 16.0. Pengolahan data dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut:

a. Editing

Dilakukan setiap kali responden selesai mengisi kuesioner. Peneliti memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan.

b. Coding

Peneliti memberi kode numerik kepada data yang terdiri atas beberapa kategori.

c. Data Entry

Peneliti memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam program SPSS versi 16.0.

(38)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bagian ini akan dijelaskan hasil penelitian mulai dari deskripsi data, uji persyaratan analisis, pembahasan dan berbagai permasalahan yang ditemukan dalam penelitian lapangan. Hasil penelitian ini berpedoman pada data hasil pengambilan sampel di RS Medirossa Cikarang yang kemudian di olah dengan bantuan komputer.

Penelitian ini membutuhkan sampel yang diperlukan sejumlah 18 sampel, sesuai dengan perhitungan besar sampel dengan rumus analitik numerik tidak berpasangan. Selama pengamatan yang dilakukan dalam 2 bulan, didapatkan sampel berjumlah 23 dari 30 ibu hamil dalam populasi ibu hamil usia kehamilan 11-24 minggu dengan keputihan periode April-Juni 2013.

4.1 Analisis Univariat

[image:38.595.106.518.573.744.2]

Analisis univariat dilakukan untuk melihat gambaran distribusi homogenitas data dan frekuensi pada variabel independen dan dependen pada 23 subyek penelitian. Pada penelitian ini, didapatkan distribusi data yang homogen (lampiran 5). Berikut ini penjelasan hasil analisis univariat yang terbagi atas beberapa subab :

Tabel 4.1.1 Karakteristik Sampel Fluor Albus di Usia Kehamilan 11-24 minggu di RS Medirossa Cikarang periode April-Juni 2013

Variabel Indikator

Variabel dependen

N Valid Percent

Usia Ibu 21-30 thn 19 82.6 %

31-40 thn 4 17.4 %

Pendidikan Pekerjaan

SMP 2 8.7 %

SMA 18 78.3 %

S1

Ibu Rumah Tangga

3

12

13.0 %

52.2 %

(39)

Karyawan Pabrik 10 43.5 %

PNS 1 4.3 %

Usia Kehamilan

11-16 minggu 14 60.8 %

17-24 minggu 9 38.9 %

Kehamilan ke- 1 9 39,1 %

2 6 26,1 %

3 7 30,4 %

4 1 4.3 %

Berdasarkan tabel 4.1.1, diketahui sebagian besar usia ibu hamil yang menjadi subjek penelitian adalah 21-30 tahun dengan rerata usia 27,13 tahun dengan standar deviasi 3,74 (lampiran 4). Pada penelitian Munzila, dkk, (2007), dari 80 sampel penelitian didapatkan 54 ibu (67,5%) dengan usia 21-30 tahun.

Sebanyak 52.5 % subjek penelitian adalah ibu rumah tangga dengan 78,3% ibu merupakan lulusan SMA. Serupa dengan sampel penelitian Ocviyanti, dkk,(2009), dimana sebagian besar sampelnya adalah ibu rumah tangga (69,1%) dan merupakan lulusan SMA (46,3%). Penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa adanya faktor pendidikan kurang dari 13 tahun menjadi salah satu pengaruh dalam kualitas fluor albus yang ditemukan.11,20

(40)

Tabel 4.1.2 Distribusi Hasil Pemeriksaan pH Vagina dan Makroskopis Fluor Albus pada Usia Kehamilan 11-24 minggu di RS Medirossa Cikarang periode April-Juni 2013

Variabel Indikator

Variabel Independen

N Valid Percent

Nilai pH Vagina 5 5 21. 7 %

6 5 21.7 %

7 7 30.4 %

[image:40.595.108.520.139.565.2]

8 6 26.1 %

Tabel 4.1.3 Distribusi Hasil Pemeriksaan Makroskopis Fluor Albus pada Usia Kehamilan 11-24 minggu di RS Medirossa Cikarang Variabel

Indikator

Variabel Dependen

N Valid Percent

Warna

Putih Bening 5 21.7 %

Kuning 14 60.9 %

Keruh 4 17.4 %

Kekentalan Negatif 7 30.4 %

Positif 16 69.6 %

Uji KOH Negatif 10 43.5 %

Positif 13 56.5 %

Fluor albus Fisiologis 7 30.4 %

Patologis 16 69.6 %

(41)

Pada tabel 4.1.2 didapatkan bahwa sebagian besar subyek penelitian memiliki pH vagina lebih dari 5.0 dengan rerata 6,61 dengan standar deviasi 1,1 (lampiran 4), Hal ini sesuai dengan laporan penelitian Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI tahun 2007, didapatkan 26 dari 40 sampel (32,5%) mengalami

fluor albus patologis dengan nilai pH diatas 4,5.15 Dari perbandingan diatas, didapatkan hasil penelitian yang mendekati hasil penelitian sebelumnya.

Hasil pemeriksaan warna sekret vagina pada fluor albus yang dialami oleh ibu hamil di usia kehamilan 11-24 minggu, 60,9 % menunjukkan secara makroskopis berwarna kuning dengan kekentalan 69,6 % positif (lampiran 5). Menurut Sarwono, et al, karakterisitk fluor albus dikatakan abnormal, bila dilihat secara makroskopis warna dan kekentalan, berupa sekret kekuningan yang kental seperti lem dan bau yang cukup menyengat.6 Berdasarkan dari hasil pemeriksaan makroskopis dengan literatur, maka dapat dikatakan sebagian besar hasil pemeriksaan makroskopis pada subyek penelitian mengalami fluor albus

patologis.

Hasil uji KOH juga didapatkan dari tabel 4.1.3, bahwa 56,5 % uji KOH positif berbau pada pemeriksaan makroskopis fluor albus di usia 11-24 minggu kehamilan. Laporan penelitian tahun 2007 Departemen Obstetri dan Ginekologi RSCM menunjukkan, 41 sampel ibu hamil yang memiliki fluor albus berbau, 10 sampel ( 12,5 %) didapatkan bahwa uji KOH positif.14 Hal ini menunjukkan kemungkinan terjadi pertumbuhan jamur pada sebagian besar sampel penelitian saat ini.21

(42)

4.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk melihat apakah hipotesis awal mengenai hubungan variabel dependen dan independen dapat diterima (bermakna). Karena jumlah sampel < 30 (23 < 30), maka digunakan uji beda dua rata-rata tidak berhubungan. Hasil analisis bivariat yang didapatkan sebagai berikut :

Tabel 4.2.1 Distribusi Hasil Berdasarkan nilai pH terhadap Fluor albus Patologis pada Usia Kehamilan 11-24 minggu di RS Medirossa Cikarang periode April-Juni 2013

No Variabel Independen

Variabel Dependen

N Sig.(2 tailed)

Mean SD CI 95%

Lower Bound

Upper Bound

1 pH vagina Fisiologis 7

0,017

5,71 1,25

2,44 33,24

Patologis 16 7,00 0,8

Berdasarkan hasil uji statistik bivariat antara variabel pH dan fluor albus, didapatkan nilai sebesar 0,017 ( p value < 0,05 ) . Hal ini dapat menunjukkan bahwa secara statistik ada hubungan bermakna antara perubahan pH vagina dengan kejadian fluor albus patologis pada ibu hamil usia 11-24 minggu di RS Medirossa Cikarang. Menurut Cohen,et al (1969), perubahan hormonal merupakan salah satu pemicu peningkatan pH akibat perubahan jumlah dan kekentalan sekret vagina pada masa kehamilan.17 Perubahan pH yang cepat, menyebabkan keseimbangan asam-basa vagina menjadi terganggu dan pesatnya pertumbuhan mikroorganisme normal dan anaerob, sehingga terjadi peningkatan proses fagositosis serta hasil metabolisme mikroorganisme yang dapat mengubah

[image:42.595.108.521.208.395.2]
(43)
[image:43.595.147.477.137.283.2]

Tabel 4.2.2 Distribusi Rerata Usia Kehamilan 11-24 minggu dengan Fluor albus di RS Medirossa Cikarang

Pada tabel 4.2.2, terlihat bahwa kejadian fluor albus fisiologis sering terjadi pada rerata usia kehamilan 18,71 minggu dan rerata usia kehamilan yang mengalami fluor albus patologis adalah 15,31 minggu. Usia rerata yang didapatkan dari masing-masing kategori fluor albus pada usia 11-24 minggu, tidak sejalan dengan penelitian Baxendale, et al (2001), bahwa usia kehamilan 19 hingga 22 minggu adalah awal kenaikan yang signifikan dari estrogen dan progesteron (gambar 2.4). Di usia kehamilan 15 minggu memang terjadi kenaikan, namun tidak signifikan seperti yang terjadi pada usia 19 minggu, sehingga apabila terjadi fluor albus patologis, cenderung akan terjadi pada usia 18-19 minggu atau lebih.8

Kesenjangan antara rerata dengan landasan teori pada hubungan antara usia kehamilan dengan fluor albus patologis, kemungkinan terjadi akibat adanya faktor eksternal yang mempengaruhi variabel, seperti faktor higienitas berupa penggunaan sabun khusus vagina dan juga adanya pendidikan kurang dari 13 tahun. Pengaruh sabun khusus vagina dengan kadar pH dan fluor albus telah dijelaskan oleh peneliti lain pada tema penelitian yang sama. Dalam penelitian tersebut, dikatakan bahwa frekuensi penggunaan sabun khusus vagina menjadi salah satu variabel yang mempengaruhi higienitas seorang wanita dikatakan buruk.

Produksi estrogen dan progesteron yang tidak stabil selama kehamilan membuat keseimbangan komponen dan produksi sekret serviks terganggu,

No Variabel

Independen

Variabel Dependen

N Mean SD

1 Usia

Kehamilan 11-24 minggu

Fisiologis 7 18,71

minggu

3,49

Patologis 16 15,31

Minggu

(44)

sehingga belum bisa ditentukan secara pasti usia ibu saat hamil dan juga usia kehamilan yang rentan terhadap kejadian fluor albus patologis.3,8

Perubahan kualitas dan kuantitas sekret serviks akan mempengaruhi organ sekitar serviks hingga vagina, sehingga bakteri anaerob akan dengan mudah berkembang biak dan adanya kelembaban yang meningkat, menyebabkan jamur yang mulanya bersifat oportunis terhadap mukosa vagina-serviks menjadi infeksi sekunder akibat perubahan ini.21

Ketidakstabilan estrogen dan progesteron juga mempengaruhi keadaan torsio serviks ditambah dengan perilaku higienitas dari ibu. Hal ini terlihat saat di lapangan, banyak ditemukan kecenderungan terjadi perubahan bentuk dan pertumbuhan mukosa abnormal pada permukaan torsio serviks, seperti polip serviks. Sayangnya, belum ada literatur ataupun penelitian yang menunjukkan hubungan bermakna antara kejadian polip serviks dengan fluor albus pada masa kehamilan. Kondisi ini menyebabkan beberapa subyek dengan polip serviks dari populasi di masukkan ke dalam kriteria eksklusi, sehingga tidak didapatkan data lebih lanjut.

Higienitas lingkungan ibu hamil, seperti air dan perilaku ibu terhadap kebersihan organ genital eksternal, juga menjadi faktor risiko pada kejadian fluor albus.15 Air merupakan alat utama untuk kebersihan individu ataupun masyarakat. Sitorus,dkk (2004), menyatakan bahwa air adalah faktor terpenting dalam perilaku dan sikap individu terhadap higienitas diri maupun lingkungan.22 higienitas diri dan lingkungan merupakan penyebab sebagian besar penyakit dan penyebarannya di Indonesia.22 Menurut penelitian Rahadi dan Kardena (2009), daerah industri memiliki kandungan zat kimia organik yang cukup tinggi di dalam air tanah yang biasa digunakan untuk kegiatan sehari-hari.22,23Hal ini sangat mungkin menjadi faktor risiko yang menyebabkan perbedaan antara rerata usia kehamilan pada kejadian fluor albus pada usia kehamilan 11-24 minggu pada penelitian ini dengan penelitian Baxendale & Brett, (2001).8

(45)

4.3 Keterbatasan Penelitian

a. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian cross-sectional, dimana tidak dapat di teliti hubungan antara sebab-akibat dari variabel yang diteliti.

b. Pelaksana Pengukuran

Penelitian ini dikerjakan oleh satu peneliti dan dua spesialis kandungan, baik untuk uji makroskopis, kadar pH ataupun uji KOH 10% . Pada penelitian Munzila,dkk (2007) serta , setiap uji di periksa oleh peneliti yang berbeda dengan kriteria yang telah disamakan, sehingga kemungkinan Bias observer lebih rendah.

c. Tolak ukur penelitian

Tolak ukur pada penelitian ini merupakan uji standar dari variabel dependen, berupa pH dan uji KOH. Secara teori, bisa dilakukan uji lainnya, seperti pewarnaan gram dan mikroskopis untuk menilai variabel dependen ( fluor albus ) lebih akurat dan hasil yang lebih spesifik.

d. Jumlah Sampel

(46)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Pada penelitian ini dapat disimpulkan beberapa hal mengenai perubahan pH vagina dengan fluor albus yang terjadi di usia kehamilan 11-24 minggu, yaitu :

a. Terdapat hubungan yang bermakna antara kadar pH vagina dengan perubahan kualitas fluor albus yang terjadi di usia kehamilan 11-24 minggu (p = 0,017)

b. Secara makroskopis, warna dan viskositas yang didapatkan dari fluor albus pada sampel ibu hamil di usia kehamilan 11-24 minggu adalah 60,9 % sekret yang kuning dengan 69,6 % sekret positif kental dan negatif kental sebesar 30,4 % .

c. Dari hasil uji KOH 10% didapatkan sebesar 56,5 % positif bau dan 43,5 % negatif terdapat bau.

5.2Saran

5.2.1 Ibu Hamil

a. Perlunya perhatian yang lebih terhadap higienitas diri dan lingkungan ibu selama kehamilan

b. Dianjurkan membersihkan fluor albus dengan bilasan air agar bersih, terutama sebelum shalat. Hadits Shahih dari Imam Bukhari dan Muslim menyatakan :

“Cucilah kemaluanmu dan berwudhulah kamu.”-

c. Kunjungan antenatal rutin dan teratur selama kehamilan sangat dianjurkan untuk ibu

d. Penggunaan sabun untuk vagina dan spa vagina tidak disarankan untuk dilakukan selama fluor albus masih terjadi

(47)

5.2.2 Petugas Medis

a. Pentingnya melakukan pemeriksaan fisik genitalia untuk

mendukung anamnesis pada keluhan fluor albus khususnya pada ibu dengan usia awal dan pertengahan kehamilan

b. Diperlukan adanya perhatian dan penanganan lebih lanjut pada ibu hamil yang datang dengan fluor albus

c. Perlunya edukasi mengenai personal hygiene selama kehamilan kepada ibu oleh dokter ataupun bidan disertai pemantauan pelaksanaannya.

5.2.3 Peneliti

a. Perlu dilanjutkan penelitian ini dengan jenis penelitian yang lebih spesifik, seperti desain cohort dan waktu penelitian yang lebih lama agar didapatkan jumlah sampel yang lebih besar dan hasil yang lebih spesifik serta relevan

b. Perlunya mengetahui hubungan antara penggunaan sabun khusus vagina atau pembalut herbal dengan kejadian fluor albus pada ibu hamil

c. Perlu penelitian serupa dengan uji sekret vagina yang lebih spesifik untuk bakteri di dalamnya dan dihubungkan dengan sikap dan perilaku ibu selama kehamilan di usia 11-24 minggu

(48)

DAFTAR PUSTAKA

1. Tjitra EDM. Karakteristik Penderita Fluor Albus di Puskesmas Cempaka Putih Barat I. Pusat Penelitian Penyakit Menular DEPKES RI Jakarta. 1992.

2. Watson WJ, DeMarchi G. Vaginal Discharge : An Approach to Diagnosis and Management. Department of Family Medicine Toronto University. 1987 August; 33.

3. Monalisa , Bubakar AR, Amirudin MD. Clinical Aspects Fluor Albus of Female and Treatment. Departemen Dermatovenerologi FK Universitas Hasanudin Makassar. 2012; 1.

4. Cunningham GF,Leveno KJ,Bloom SL,Hauth JL,Rouse DJ,Spong CY,et all. William Obstetrics. 23rd ed.: McGraw-Hill Companies; 2010.

5. Brunton Laurence L,Chabner BA,Knollmann BC. Goodman and Gillman’s Pharmacological Basic of Therapeutics California: McGraw-Hill Companies; 2011.

6. Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan. 3rd ed. Jakarta: PT.Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2010.

7. Sherwood L. Human Physiology:from cells to systems. 7th ed.: Cengage Learning; 2010.

8. Brett M, Baxendale S. Motherhood and Memory : A review.

Psychoneuroendocrinology. 2001 April; 1.

9. Gustafsson R, Ahrne S, Jeppsson B, Benoni C, Olsson C, Stjernquist M. The Lactobacillus Flora in Vagina and Rectum of Fertile and Postmenopausal Healthy Swedish Women. 2011.

10. Brooks G, Carroll K, Butel J, editors. Jawetz, Melnick, and Adelberg's Medical Microbiology United States: McGraw-Hill; 2010.

11. Ocviyanti D, Rosana Y,Wibowo N. Profil Flora Vagina dan Tingkat Keasaman Vagina perempuan Indonesia. Majelis Obstetri Ginekologi Indonesia. 2009.

(49)

13. Sherrard J, Donders G, White D. Guideline on the Management of Vaginal Discharge. IUSTI/WHO. 2011.

14. Munzila S,Wiknjosastro G.H. Pemeriksaan PH vagina dan LEA dengan dipstick sebagai metoda penapisan vaginosis bakterial dalam kehamilan. Maj. Obstetri dan Ginekologi Indonesia. 2007.

15. Lakhanisty T. Potassium Hydroxide. OECD SIDS UNEP Publication. 2002 February.

16. Thulkar J, Kriplani A, Agarwal N. Utility of pH test and Whiff test in syndromic approach of abnormal Vaginal Discharge. Indian Journal Medicine. 2010 March.

17. Nurhadini S, Zainal E, Efrina D. Hubungan Personal hygiene dengan Keputihan pada Wanita Usia Subur di Wilayah Kerja Puskemas Lingkar Timur. 2012.

18. Sunyoto D, Setiawan A. Buku Ajar Statistik Kesehatan Yogyakarta: nuhamedika; 2013.

19. Dahlan, Sopiyudin M.Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam Penelitian Kedokteran dan Kesehatan,Edisi 2. Salemba Medika Jakarta. 2011.

20. Ohonsi O, Nwokedi E. Jos Journal Of Medicine. Sociodemographic

Characteristics and Aetilogical Factors of Vaginal Discharge in Pregnancy. 2004; 5.

21. Nwadioha S, Egah Z. Journal of Clinical Medicine and Research. Microbial Agents of Abnormal Vaginal Discharge in Pregnant Mothers Attending Primary Health Care Centre of Jos, Nigeria. 2009 October; 2

22. Rahardi EA, Kardena E. Kualitas Air pada Proses Pengolahan air Minum di Instalasi Pengolahan Air Minum di Lippo Cikarang. Fakultas Tehnik Sipil dan Lingkungan ITB. 2009.

(50)

LAMPIRAN 1

Sekilas Rumah Sakit Medirossa Cikarang

Rumah Sakit Medirossa Cikarang bertempat dilokasi yang sangat strategis di Jl. Industri Tegal Gede No. 09 merupakan jalan utama sehingga dapat dilalui kendaraan umum maupun pribadi dan terletak di tengah-tengah kawasan industri bertaraf internasional yaitu kawasan industri Jababeka I, II. Ejip, Lippo Cikarang , Hundai dan Delta Silicone.

Rumah Sakit Medirossa Cikarang merupakan Rumah Sakit Swasta di bawah naungan PT.PUTRA WIJAYA ALDITTAMA, Rumah Sakit Medirossa berawal dari klinik 24 jam Rossa Medika sekarang berkembang menjadi Rumah Sakit yang peresmiannya pada tanggal 20 Agustus 2005, sebagai Rumah Sakit Swasta dengan fasilitas dan perawatan yang cukup memadai dan didukung oleh tenaga medis dan para medis yang professional.

Sebagai Rumah Sakit yang melayani seluruh lapisan masyarakat kami berharap kehadiran Rumah Sakit Medirossa bias memberikan solusi dan kontribusi yang nyata terhadap masyarakat yang khususnya juga bagi para pekerja pada umumnya.

Menjadi Rumah Sakit Pilihan, Aman dan Bersahabat melalui F.A.C.E with a Smile.

a. Memberikan Pelayanan Kesehatan Secara Profesional dan Memuaskan Bagi Pelanggan Rumah Sakit, Baik Masyarakat Umum Maupun Industri Dari Segala Lapisan.

b. Menyelenggarakan Pelayanan Yang Unggul Dibidang Kegawat Daruratan, Trauma Center dan Kesehatan Ibu dan Anak.

c. Mewujudkan Sumber Daya Insani Yang Beriman, Berkualitas, Serta Bersikap Ramah Dalam Pelayanan.

(51)

“Kami Memberikan Pelayanan Yang Ter

baik Dan Bersahabat

Bagi Anda “

1. Pelayanan Rawat Jalan / Poliklinik :

a. Umum

b. Anak

c. Penyakit Dalam

d. Kebidanan

e. Mata

f. THT

g. Jantung

h. Syaraf

i. Paru

j. Bedah Syaraf

k. Bedah Anak

l. Gigi

m. Bedah ( Umum, Mulut dan Tulang )

n. Fisiotherapi ( Rehab Medik )

2. Unit Gawat Darurat ( 24 Jam ) / TRAUMA CENTRE 3. Pelayanan Rawat Inap :

a. Ruang perawatan VIP : 1 tempat tidur

b. Ruang perawatan kelas I : 1 tempat tidur

c. Ruang perawatan kelas II : 2 tempat tidur

d. Ruang perawatan kelas III A : 2 tempat tidur

e. Ruang perawatan kelas III B : 5 tempat tidur

f. Ruang perawatan kelas III C : 11tempat tidur

g. Perawatan anak Kelas III : 5 tempat tidur

h. Perawatan Anak Kelas II : 4 tempat

i. Perawatan perinatalogi

- Lahir di RSMD : 12 tempat tidur

- Bayi rujukan : 5 tempat tidur

4. Ruang Perawatan Kamar Bersalin

(52)

6. Pemeriksaan Medical Check – Up a. Medical Check- Up tipe mini b. Medical Check-Up tipe basic c. Medical Check-Up tipe Advanced.

d. Medical Check-Up tipe Executive Comprehensive. e. Medical Check-Up Khusus.

7. Instalasi Bedah Sentral

8. Pemeriksaan Penunjang Medis

a. Radiologi

Jasa Pemeriksaan yang dapat dilayani adalah pemeriksaan :

- Kepala - Thorax - Sternum - Abdomen

- Pelvis

- Columna Vertebralis - Ekstremitas

b. CT-SCAN

c. USG ( Ultra Sonografi ) 3 Dimensi

d. TREADMILL

9. Instalasi Farmasi 10.Instalasi Dapur / Gizi 11.Instalasi Laundry

12.Instalasi Pemulasaraan Jenazah

13.Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit. 14.Unit Pelayanan Administrasi

- Humas – Marketing - Personalia

- Keuangan

- Administrasi - Logistik

- EDP ( Electro Data Processing ) - Rekam Medis

- Kesekretariatan

15.Fasilitas Trasportasi : Ambulance

16.Pengelolahan Limbah

- Limbah cair – Instalasi pengelolahan air limbah ( IPAL ) - Limbah padat - Incenerator

(53)

LAMPIRAN 2

FORMULIR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

SURAT PERSETUJUAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : ……….

Usia : ……….

Setelah mendapatkan keterangan secukupnya, serta menyadari manfaat dari penelitian yang berjudul :

HUBUNGAN PERILAKU HIGIENITAS ORGAN GENITALIA EKSTERNA DENGAN KEPUTIHAN PADA IBU HAMIL USIA GESTASI

11-24 MINGGU

dan

HUBUNGAN PERUBAHAN KEASAMAN VAGINA DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA USIA KEHAMILAN 11-24 MINGGU

(Studi Kasus di Rumah Sakit Medirossa Cikarang pada Periode April-Juni 2013)

dengan sukarela menyetujui diikut sertakan dalam penelitian, dengan catatan bila suatu waktu merasa dirugikan dalam bentuk apapun, berhak membatalkan persetujuan ini dan berhak untuk mengundurkan diri.

Jakarta, 2013

Mengetahui, Yang menyetujui,

Penanggung jawab penelitian Peserta

(54)

LAMPIRAN 3

[image:54.595.129.493.191.675.2]

KARAKTERISTIK DEMOGRAFI

Gambaran Pengetahuan dan Perilaku Higienitas terhadap Kejadian fluor albus pada usia Kehamilan 11-24 minggu

1. Nama :

2. Umur :

3. Alamat :

4. Pekerjaan :

5. Pendidikan terakhir :

6. Kehamilan ke- :

7. Usia Kehamilan :

1. Apakah ada riwayat gatal dan keputihan selama kehamilan ? a. Ya

b. Tidak c. Lainnya : ...

2. Apakah ada riwayat kencing manis selama kehamilan ? a. Ya

b. Tidak c. Lainnya : ...

3. Apakah ada riwayat kencing manis sebelum kehamilan ? a. Ya

(55)

4. Apakah ada riwayat infeksi urogenital sebelumnya ? a. Ya

b. Tidak c. Lainnya : ...

5. Apakah ada riwayat infeksi urogenital pada pasangan ? a. Ya

b. Tidak c. Lainnya : ...

6. Adakah penggunaan sabun pada daerah ‘V’ sebelum dan selama kehamilan ?

a. Ya b. Tidak c. Lainnya : ...

Data Tambahan

...

...

...

...

...

...

(56)

LAMPIRAN 4

[image:56.595.114.491.136.776.2]

Karakteristik Subyek Penelitian

Tabel Frekuensi Ibu dengan Usia kehamilan 11-24 minggu di RS Medirossa Cikarang

Kehamilan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 11 2 8.7 8.7 8.7

12 3 13.0 13.0 21.7

13 2 8.7 8.7 30.4

14 2 8.7 8.7 39.1

16 5 21.7 21.7 60.9

17 1 4.3 4.3 65.2

18 1 4.3 4.3 69.6

19 1 4.3 4.3 73.9

20 3 13.0 13.0 87.0

22 1 4.3 4.3 91.3

24 2 8.7 8.7 100.0

(57)
[image:57.595.119.496.139.574.2] [image:57.595.114.493.600.747.2]

LANJUTAN Tabel Distribusi Usia Subyek Penelitian

Tabel Distribusi Berdasarkan Gravida

Gravida

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 6 26.1 26.1 26.1

2 12 52.2 52.2 78.3

3 4 17.4 17.4 95.7

4 1 4.3 4.3 100.0

Total 23 100.0 100.0

Tabel Distribusi Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ibu Rumah Tangga 12 52.2 52.2 52.2

Karyawan swasta 10 43.5 43.5 95.7

PNS 1 4.3 4.3 100.0

(58)

LANJUTAN

Tabel Distribusi Pendidikan pada Subyek Penelitian

Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid SMP 2 8.7 8.7 8.7

SMA 18 78.3 78.3 87.0

S1 3 13.0 13.0 100.0

[image:58.595.114.493.168.631.2]

Total 23 100.0 100.0

Tabel Hasil Pengukuran Makroskopis

Kekentalan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Negatif 7 30.4 30.4 30.4

Positif 16 69.6 69.6 100.0

Total 23 100.0 100.0

Warna

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Putih bening 5 21.7 21.7 21.7

Keruh 4 17.4 17.4 39.1

Kuning 14 60.9 60.9 100.0

(59)
[image:59.595.115.498.134.538.2]

LANJUTAN Tabel Deskripsi pH Vagina

Tabel Hasil Pengukuran dengan KOH 10%

UjiKOH

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid negatif 10 43.5 43.5 43.5

positif 13 56.5 56.5 100.0

[image:59.595.132.464.601.704.2]

Total 23 100.0 100.0

Tabel Distribusi Fluor Albus Patologis

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Negatif 7 30.4 30.4 30.4

Positif 16 69.6 69.6 100.0

(60)

LAMPIRAN 5

Uji Normalitas

Hasil Transform Data

Tests of Normality

interpretasi

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic Df Sig.

tran_pH Negatif .432 7 .000 .646 7 .001

Positif .209 16 .059 .811 16 .004

Confidence Interval 95% pada pH terhadap Fluor albus

Tests of Normality

Interpreta si

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.

pH Negatif .430 7 .000 .650 7 .001

Positif .202 16 .080 .812 16 .004

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

For cohort interpretasi =

negatif 9.000 2.437 33.244

(61)

LAMPIRAN 6

Hasil Uji Bivariat

pH* fluor albus

Group Statistics

Interpretasi N Mean Std. Deviation

Std. Error Mean

Ph negatif 7 5.71 1.254 .474

Positif 16 7.00 .816 .204

Usia*fluor albus

Group Statistics

Interpreta

si N Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean Kehamilan negatif

7 18.71 3.49830 1.32223

positif 16 15.31 3.80734 .95183

Test Statisticsb

Ph

Mann-Whitney U 21.500

Wilcoxon W 49.500

Z -2.384

Asymp. Sig. (2-tailed) .017 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .018a

Test Statisticsb

Kehamilan

Mann-Whitney U 26.000

Wilcoxon W 162.000

Z -2.020

Asymp. Sig. (2-tailed) .043 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .047a a. Not corrected for ties.

(62)

LAMPIRAN 7 DAFTAR RIWAYAT HIDUP

PERSONAL DATA

Nama : Arifah Shabrina

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat Tanggal Lahir: Jakarta, 11 Maret 1993

Status : Belum Menikah

Agama : Islam

Alamat : Jl. Batam Blok E 29 no.8 Benda Baru, Pamulang

15416

Nomor Telepon/HP : 087771213131/082123141993

Email : syifa_shabrina@yahoo.co.id

RIWAYAT PENDIDIKAN

1997 – 1999 : Taman Kanak-Kanak Islam Al Ichsan Ciputat

1999 – 2002 : Sekolah Dasar Tirta Buaran Sarua Permai, Ciputat

2002 – 2004 : Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN Jakarta

2004 – 2007 : Sekolah Menengah Pertama Negeri 19 Jakarta

2007-2010 : Sekolah Menengah Atas Negeri 46 Jakarta

2010 – Sekarang : Program Studi Pendidikan Dokter,

Gambar

Tabel 2.1 Kadar pH vagina pada Fase Hidup Wanita ....................................
Gambar 2.1. Anatomi Genitalia Wanita .......................................................
Gambar 2.1 Anatomi organ reproduksi wanita (uterus, serviks, vagina, dan klitoris)   dan batas-batasnya (rektum dan vesica urinaria)
Gambar 2.3: Perjalanan folikel matang ke endometrium
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk pengukuran menggunakan GPS Navi- gasi, data hasil pengukuran umumnya tidak akan dapat memberikan akurasi yang lebih baik dari 3 meter, oleh karena itu data ini tidak

1. Para guru/ustad pada Madrasah Diniyah di NTB yang menjadi obyek penelitian ini dilihat dari kompetensi profesionalnya, temyata masih belum menggembirakan karena

Kotimaisten lajikkeiden lisäksi on paikallaan säilyttää myös vanhoja muualta peräisin ole- via lajikkeita, joilla niin ikään on arvokkaita ominaisuuk- sia, ja jotka

agar WN cinta tanah air &amp; siap berkorban agar WN cinta tanah air &amp; siap berkorban agar WN cinta tanah air &amp; siap berkorban agar WN cinta tanah air &amp; siap berkorban

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “STUDI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DAN IDENTIFIKASI FRAKSI TERAKTIF RIMPANG LENGKUAS (Alpinia galanga (L.)

Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan hukum/skripsi ini. BANK MANDIRI

Pengertian FUO klasik : infeksi, neoplasme, penyakit kolagen Demam &gt; 38,3 o C selama lebih dari 3 minggu, sudah dilakukan pemeriksaan intensif selama 3 hari

Pada aerodrome yang digunakan untuk pesawat udara dengan berat maksimum tinggal landas lebih dari 5,700 kg, kecuali jika aerodrome tersebut ditutup selama pekerjaan aerodrome,