v
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Allah Azza wa Jalla Yang Maha Kuasa atas segala
sesuatu yang telah memberikan rahmat, kasih dan sayangnya sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada manusia
agung Nabi Besar Muhammad SAW serta keluarga, sahabat dan para penerus
perjuangan Dinul Islam. Atas nikmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini yang berjudul.
KONSEP ASURANSI SYARIAH DALAM PENANGGULANGAN BENCANA ALAM
Skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak untuk membantu penulis
dalam menyelesaikannya. Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
pihak-pihak berikut :
1. Prof. DR. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM, Dekan Fakultas Syariah dan
Hukum UIN Syarif Hidayatullah.
2. Dr. Ibu Euis Amalia, M.Ag, Ketua prodi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum,
dan Bapak Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag, MH, Sekertaris Prodi Muamalat fakultas
vi
3. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag, MH dan Fahmi Basyah, ST, MM, AAIK, AIIS,
QIP, Dosen Pembimbing.
4. Para Dosen yang telah mendidik dengan baik sehingga penulis dapat
menyelesaikan studi di Program Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Syarif Hidayatullah.
5. Kedua orang tua penulis yang tercinta yaitu Ayahanda H. Mardani Burhan (Alm)
dah Umi Hj. Halimah, terima kasih atas cinta dan kasih sayangnya yang selama ini
mengasuh dan membesarkan dengan penuh kasih sayang, serta mendidik penulis
dengan segala curahan hati dan doa restu yang diberikannya serta segala upaya dan
jerih payahnya penulis dapat menyelesaikan berbagai jenjang pendidikan sehingga
selesainya skripsi ini.
6. Teman-teman sekelas, seangkatan dan seperjuangan Asuransi Syariah 2006 u are
the best classmates!! Angkatan 2006 pokoknya incredible dan handal dah.
Terutama untuk Edvan, Ervan, Dikin, Nita, Eva, Dinda, Iis (tetap jaga
persahabatan kita ya) makasih atas bantuan dan dukungannya selama penulis
mengerjakan skripsi ini. Love u all..
7. And the last specially for my dearly Risa Yuni Andriani, terima kasih atas
perhatian, kesabaran, kesetiaan, serta pengertian yang begitu besar untuk penulis,
vii
Akhirnya penulis mengharapkan kritik serta saran yang membangun dari
berbagai pihak untuk perbaikan skripsi ini. Semoga karya tulis ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak. Amiin.
Jakarta : 10 Desember 2010 M
4 Muharram 1432 H
viii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……….. ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ………... iii
LEMBAR PERNYATAAN………... iv
KATA PENGANTAR ……….... v
DAFTAR ISI ………...viii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR LAMPIRAN………. 93
BAB I : PENDAHULUAN ………... 1
A. Latar Belakang Masalah ……….. 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ……….. 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ……….... 9
D. Kajian Pustaka ……… 11
E. Kerangka Teori dan Konsep ………... 11
F. Metodologi Penelitian……….………. 14
G. Sistematika Penulisan ……….……… 16
BAB II : LANDASAN TEORI; ASURANSI BENCANA ALAM DAN GAMBARAN UMUM GEMPA BUMI ……… 18
A. Asuransi Bencana ……..………. 18
1. Konsep Asuransi Bencana……..………... 18
2. Penanganan Asuransi untuk Bencana Alam……….. 20
3. Skema Asuransi Bencana……….. 21
ix
1. Pengertian gempa Bumi………..…… 26
2. Sejarah Pemantauan Gempa di Indonesia………..……. 27
3. Ancaman Gempa Bumi………..……. 28
BAB III : GAMBARAN UMUM ASURANSI SYARIAH DALAM PENANGGULANGAN BENCANA ALAM ……...……… 31
A. Pengertian Asuransi Syariah ………... 32
B. Jaminan Keamanan Dalam Perspektif al-Qur’an dan as-Sunah………...………. 34
C. Sistem Operasional Asuransi Syariah ……….. 35
1. Konsep Operasional ………. 35
a. Konsep Takafuli (Tolong-menolong)………... 35
b. Perjanjian……….. 35
2. Prinsip Dasar Asuransi syariah……….… 36
D. Konsep Asuransi Kolektif Islam……….….. 43
E. Mekanisme Pengelolaan Dana Asuransi Kerugian Syariah……. 46
1. Akad Tabarru’ pada Asuransi Umum Syariah….…………... 47
2. Akad Wakalah bil Ujrah pada Asuransi Umum Syariah ………….………... 48
F. Penilaian Kontribusi Untuk Bencana Alam pada Asuransi Syariah ………. 50
BAB IV : ANALISIS KONSEP ASURANSI SYARIAH DALAM PENANGGULANGAN BENCANA ALAM ……….. 53
A. Risk and Loss Profile Produk Asuransi Bencana ……… 55
1. Risk and Loss Profiletahun 2005……….... 56
2. Risk and Loss Profile tahun 2006 ………...…… 58
x
B. Simulasi Kinerja Produk Asuransi Bencana (Syariah) ………… 62
1. Simulasi Kinerja Produk Asuransi Bencana tahun 2005….... 63
2. Simulasi Kinerja Produk Asuransi Bencana tahun 2006….... 66
3. Simulasi Kinerja Produk Asuransi Bencana tahun 2007….... 70
C. Solusi Asuransi Syariah dalam Penanggulangan Bencana Alam………. 73
D. Peluang dan Tantangan………. 78
E. Sinergi Asuransi Syariah dengan Badan dan Lembaga Sosial dalam Penanggulangan Bencana Alam……… 79
Peran Zakat dalam Memberikan Jaminan dan Asuransi …… 80
1. Contoh Terkini Model pemanfaatan Zakat untuk Jaminan Dan Asuransi ………. 80
2. Peran Institusional Zakat dalam Mewujudkan Jaminan Dan Asuransi ………. 81
BAB V : PENUTUP ... 84
A. Kesimpulan ……….. 84
B. Saran ……… 87
DAFTAR PUSTAKA ……….. 90
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Aktivitas ekonomi syariah pada saat ini semakin meningkat, baik dari segi
kuantitas maupun kualitas. Indikasinya adalah tumbuhnya perbankan syariah yang
telah memberikan stimulus kepada masyarakat tentang alternatif pembiayaan yang
lebih adil dan distributif. Demikian juga terindikasi pada asuransi syariah yakni
terdapat peningkatan permintaan bisnis ini, yaitu sejak beroperasinya dual sistem
asuransi di indonesia dimana asuransi konvensional didasarkan pada prinsip bunga
dan hanya sekedar mengejar orientasi keuntungan (profit) bagi peruahaan sedangkan
asuransi syariah, yang operasionalnya berdasarkan syariah Islam dengan
menitikberatkan pada nilai kebersamaan dan saling menanggung (takaful) disamping
mencari keuntungan.1
Keberadaan produk asuransi syariah selain karena tuntutan pasar juga
dikarenakan keberadaan suatu produk diperlukan dalam rangka menjaga komitmen
terhadap prinsip-prinsip syariah terutama kemaslahatan ummat dan rahmat bagi alam.
Kondisi ini menunjukkan bahwa selain karena orientasi bisnis, asuransi syariah juga
berorientasi pada syiar Islam. Hal inilah yang menjadikan asuransi syariah dituntut
1
AM. Hasan Ali dan M. Nadratuzzaman Hosen, Tanya Jawab Ekonomi Syariah (Jakarta:
PKES) 2007, h 75
2
lebih aktif, kreatif dan inovatif terhadap berbagai perkembangan didalam kehidupan
masyarakat.2
Dan semua orang pun menyadari bahwa dunia penuh dengan ketidakpastian,
kecuali kematian yang meskipun demikian juga tetap mengandung ketidakpastian
didalamnya, antara lain mengenai kapan, karena apa kematian itu terjadi. Dimana
ketidakpastian mengakibatkan adanya risiko (yang merugikan) bagi pihak-pihak yang
berkepentingan.3 Lebih-lebih dalam dunia bisnis, ketidakpastian beserta resikonya
merupakan sesuatu yang tidak dpat diabaikan begitu saja, bahkan harus diperhatikan
secara cermat bila orang menginginkan kesuksesan.
Seiring dengan perkembangan sejarah kehidupan manusia, tentu akan
dibarengi juga dengan perubahan aktivitas manusia yang selalu berubah-ubah dan
bervariatif. Hal tersebut bisa terjadi karena perubahan kebutuhan manusia, perubahan
struktur dan kondisi alam atau perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Perubahan aktivitas manusia tersebut tidak terlepas dari berbagai ancaman risiko
yang selalu menyertai setiap langkah manusia. Segala macam risiko yang berasal dari
musibah dan bencana alam merupakan qadha dan qadhar dari Allah SWT.
Banyak di antara sebab-sebab yang menjadikan pengurangan nilai itu dapat
dicegah. Tetapi banyak juga sebab-sebab yang mengurangi nilai benda itu
mempunyai sifat yang tidak dapat diharapkan lebih dahulu. Disebabkan karena
2
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (Yogyakarta: Ekonisia) 2007, h.126
3
Soeisno Djojosoedarso, Prinsip-prinsip Manjemen Risiko dan Asuransi, (Jakarta: Salemba
3
kebakaran, maka benda seseorang akan hancur, karena pencurian maka seseorang
akan kehilangan barang-barang berharganya, karena angin topan maka seseorang
akan menderita kerugian dari hasil panennya. Sehubungan dengan kenyataan tersebut
semua orang selalu harus berusha untuk menanggulanginya, artinya barupaya untuk
meminimumkan ketidakpastian agar kerugian yang ditimbulkan dapat dihilangkan
atau paling tidak diminimumkan. Apabila ini dihubungkan dengan asuransi maka
dapatlah dikatakan bahwa kerugian orang-orang itu tadi dapat diperingan atau
dikurangi, bahkan ditanggung oleh orang lain asal untuk itu diperjanjikan
sebelumnya, diantara orang yang khawatir akan menderita kerugian dengan orang
yang mau menanggung kerugian itu diadakanlah perjanjian asuransi.
Ditengah kebangkitan kembali ekonomi yang mengacu kepada kaedah-kaedah
syariat Islam, dunia asuransi juga mulai meresposisi diri dalam melakukan
aktivitasnya agar sesuai dengan syariah. Akan tetapi, belum ada format baku tentang
asuransi syariah yang disusun untuk menjadi pedoman operasional. Hal tersebut tidak
menjadi masalah karena dinamisnya dunia Islam sehingga memungkinkan siapapun
untuk menyusun format asuransi syariah berdasarkan pemahamannya terhadap
fiqih-fiqih syariah, nash-nash yang jelas dalam al-qur’an yang diperkuat oleh hadits-hadits
shohih, ijma’ para ulama, sampai kepada ijtihad orang-perorangan. Berbagai
perbedaan interprestasi dan implementasi dalam asuransi syariah bukanlah harus
dipandang sebagai kelemahan akan tetapi sebagai berkah keanekaragaman. Asuransi
syariah tentunya akan mengalami berbagai penyempurnaan-penyempurnaan sejalan
4
Bumi kita ini sebenarnya sudah sangat tua. Usianya sudah lebih dari 5 milliar
tahun. Penelitian para pakar geologi dengan menggunakan metode radiosotop
menunjukkan hal itu. Maka, tidak heran bumi mulai memperlihatkan gejala-gejala
ketuaanya. Ibarat manusia, semakin renta dan digerogoti oleh penyakit degeneratif.
Bumi adalah planet yang rawan bencana. Tapi memang begitulah, setiap
benda langit memiliki kondisi yang kurang lebih sama. Selalu diincar oleh bencana.
Hanya, khusus Bumi, Allah memberikan perlindungan ekstra, sehingga bisa dihuni
oleh mahluk hidup termasuk manusia. Bumi memang planet istimewa yang paling
aneh di antara tatasurya ini. Tidak ada satu pun benda langit anggota tatasurya yang
bisa ditempati oleh mahluk hidup, karena tidak memenuhi prasyarat untuk itu. Dan
teristimewa karena selalu diancam bencana yang menghancurkan kehidupan.4
Indonesia telah menjelma menjadi negeri bencana. Betapa tidak, dalam kurun
waktu yang relatif singkat, negeri ini dihajar oleh bencana bertubi-tubi dengan korban
ratusan ribu jiwa dan harta benda yang tiada terkira. Mulai dari gempa dan tsunami
Aceh di akhir tahun 2004, disusul ancaman gunung merapi, disusul lagi gempa dan
tsunami di Yogyakarta, meluapnya Lumpur di Sidoarjo dan yang masih hangat yaitu
banjir bandang di Wasior Papua, juga sejumlah gempa lainnya diberbagai kawasan.5
Bencana alam menciptakan tragedi kemanusiaan, meruntuhkan sendi-sendi
perekonomian, dan menghambat pembangunan. Di negara maju ataupun berkembang,
4
Agus Mustofa, Menuai Bencana, Serial Diskusi Tasawwuf Modern, (Surabaya: Padma
Press, 2008) h.46
5
5
masyarakat miskin adalah pihak yang paling rentan terhadap dampak yang
ditimbulkan oleh bencana. Oleh karena itu, perlu dipikirkan suatu kebijakan nasional
untuk memberi asuransi bagi masyarakat yang berada di daerah rawan bencana.
Untuk mempercepat proses rehabilitasi pasca bencana, diusulkan pembuatan
asuransi bencana bagi masyarakat yang menjadi korban bencana alam. Wacana ini
telah disepakati Komisi VIII dan Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB)
untuk segera diterapkan. Komisi VIII mendukung adanya skema asuransi sebagai
salah satu instrumen dalam penyediaan dana dalam penanggulangan bencana dan
diharapkan mampu mempercepat proses rehabilitasi korban bencana alam. Untuk
pelaksanaannya diserahkan kepada BNPB yang mengurusi langsung penanganan
bencana. Asuransi bencana ini dimaksudkan agar masyarakat yang terkena bencana
mendapat kepastian dana bantuan secepatnya dan tidak menunggu bantuan dari
pemerintah yang mungkin terlalu lama.6
Undang-undang penanggulangan bencana (UU PB) memang tidak secara
eksplisit mengatur keterlibatan asuransi dalam penanggulangan bencana. Namun ini
tidak berarti asuransi tidak dapat terlibat. Paradigma yang hendak dibangun
pemerintah terkait penanggulangan bencana adalah, dari semula tanggung jawab
6
Reza Yunanto, Komisi VIII & BNPB Usulkan Asuransi Bencana, (Jakarta: DetikNews) Senin,
6
pemerintah, menjadi tanggung jawab bersama.7 Dari semula responsif menjadi
preventif.
Pemerintah mengakui bahwa penerapan sistem asuransi penting dalam upaya
penanggulangan bencana dan akan mengkaji format asuransi atau sistem jaminan
sosial yang tepat bagi masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana. Secara
eksplisit Undang-undang Penanggulangan Bencana (UUPB) memberikan peluang
bagi keterlibatan asuransi dalam upaya pencegahan dan penanggulangan bencana.
Asuransi bisa berperan pada masa pra-bencana, pada kondisi darurat dan
pasca-bencana dan harapannya peraturan pemerintah yang nantinya akan diterbitkan bisa
menstimulasi penerapan sistem asuransi bagi masyarakat di daerah rawan.8 Pada
kondisi prabencana asuransi bisa melakukan edukasi kepada masyarakat mengenai
cara meminimalkan resiko dan menghitung resiko kerugian akibat bencana.
Sedangkan pada keadaan darurat dan pascabencana, asuransi berpeluang membantu
pemerintah dalam pendanaan upaya penanggulangan bencana. Terkait dengan hal itu,
asuransi seharusnya memang terlibat secara profesional sebagai mitra pemerintah dan
masyarakat dalam memberikan perlindungan dan pelayanan kesehatan bagi
masyarakat di daerah rawan bencana.
Skema asuransi untuk penanggulangan bencana nasional bisa dikelola
seluruhnya oleh asuransi atau dilakukan bersama dengan pemerintah. Dengan
7
Sunarsip dan Muhaimin Iqbal, Asuransi Dalam Penanggulangan Bencana, (Jakarta:
Republika) Kamis, 19 April 2007, h.9
8
Bachtiar, Pemerintah Kaji Format Asuransi Bencana, (Jakarta: Antara News) Selasa, 10 April
7
terintegerasinya skema asuransi tersebut maka beban penanggungan menjadi lebih
murah. Saat ini, asuransi bencana masih dikelola secara sendiri-sendiri dan tidak
terkoordinasi sehingga menjadi lebih mahal. Selain itu pemerintah juga menanggung
beban penanggungan pasca bencana yang besar karena tidak memiliki asuransi9
Kalangan praktisi asuransi menilai masyarakat belum terlalu mengenal
asuransi bencana alam. Padahal asuransi ini sangat penting, apalagi Indonesia rawan
bencana. Selain karena belum banyak perusahaan asuransi yang tidak menyediakan
produk ini, masyarakat juga kurang sadar, dan minimnya informasi tentang asuransi
jenis ini. Selain bermanfaat bagi masyarakat sendiri, asuransi ini juga bisa
mengurangi beban pemerintah untuk menanggulangi bencana.
Di tengah gempuran bencana alam yang berturut-turut sepanjang tahun ini,
anggaran pemerintah sangat minim untuk menanggulanginya. Dana tanggap darurat
dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun ini alokasinya tinggal Rp 200
miliar. Oleh karena itu sudah saatnya pemerintah membuat undang-undang yang
mewajibkan setiap kepala keluarga mempunyai asuransi ini. Jika separuhnya saja
penduduk memiliki asuransi ini dengan premi yang dibayar cuma Rp 10 ribu setahun
maka akan terkumpul dana asuransi sekitar Rp 10 triliun setahun.
Sebab di negara-negara lain yang rawan gempa seperti Jepang, Selandia Baru,
Amerika Serikat, atau Turki pemerintahnya sudah mewajibkan warga negaranya
9
Muhaimin Iqbal, Seminar: Mengupas UU Penangggulangan Bencana dari Perspektif
8
memiliki asuransi ini. Kalau tidak, para pengungsi akibat bencana selamanya akan
tinggal dalam tenda.
Oleh karena itu, peran asuransi syariah sangat dibutuhkan dalam
menanggulangi risiko dari bencana alam. Asuransi syariah dengan perjanjian di awal
yang jelas dan transparan dengan aqad yang sesuai syariah, dimana dana-dana dan
premi asuransi yang terkumpul (disebut juga dana tabarru’) akan dikelola secara
professional oleh perusahaan asuransi syariah melalui investasi syar’i dengan
berlandaskan pada prinsip syariah. Dan pada akhirnya semua dana yang dikelola
tersebut (dana tabarru) nantinya akan dipergunakan untuk menghadapi dan
mengantisipasi terjadinya musibah/ bencana/ klaim yang terjadi diantara peserta
asuransi. Melalui asuransi syariah, kita mempersiapkan diri secara finansial dengan
tetap mempertahankan prinsip-prinsip transaksi yang sesuai dengan fiqh Islam.
Bertitik belakang dari latar belakang seperti terurai diatas, maka perlulah
kiranya dilakukan penelitian lebih lanjut dalam sebuah skripsi dengan tema
“KONSEP ASURANSI SYARIAH DALAM PENANGGULANGAN BENCANA
ALAM”. Akhirnya, semoga penelitian ini dapat dilaksanakan dengan baik dan
bermanfaat bagi semua kalangan.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Agar permasalahan dalam skripsi ini tidak melenceng jauh dan untuk
menghindari kesalahpahaman terhadap persepsi masalah yang hendak ditulis, maka
9
objek yang dikaji. Adapun batasan dalam membahas bencana alam. Tulisan ini akan
dibatasi hanya pada kondisi bencana alam di Indonesia secara umum dengan kriteria
gempa bumi yang berdampak pada tempat tinggal.
Adapun perumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana peluang, tantangan dan solusi konsep asuransi syariah dalam
penanggulangan bencana alam?
2. Bagaimana skema produk asuransi syariah yang tepat dalam melindungi dan
menanggulangi risiko akibat bencana alam?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Agar dapat mengetahui peluang, tantangan dan solusi dari penerapan konsep
asuransi syariah dalam penenggulangan bencana alam.
2. Agar dapat menjelaskan bagaimana skema produk asuransi syariah yang tepat
dalam melindungi dan menanggulangi risiko akibat bencana alam
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis mengenai konsep asuransi
syariah terhadap penanggulangan bencana alam.
2. Untuk mengetahui sejauh mana asuransi syariah campur tangan dalam melindungi
10
3. Untuk dapat menjelaskan konsep asuransi syariah dalam melindungi/
menanggulangi bencana alam.
4. Memberikan sumbangsih pemikiran kepada kalangan akedimisi sehingga dapat
menambah literatur tentang asuransi syariah.
D. Kajian Pustaka
Setelah melihat skripsi pada tahun-tahun sebelumnya, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa tidak ada skripsi yang membahas tentang konsep asuransi
bencana. Namun ada sebuah skripsi yang membahas tentang konsep asuransi syariah,
yaitu:
Fitri Handayani, 2004 dengan judul skripsi “Konsep Asuransi Syariah Terhadap
Resiko Usaha Industri Pertanian”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh
mana asuransi syariah dapat menerapkan konsep perlindungan terhadap resiko yang
dihadapi usaha pertanian syariah. Sedangkan dalam skripsi ini, penelitiannya
bertujuan untuk mengetahui bagaimana perusahaan asuransi syariah dapat
menerapkan suatu produk asuransi yang dapat menanggulangi bencana alam.
E. Kerangka Teori dan Konsep 1. Kerangka Teori
Asuransi Syariah adalah perjanjian antara dua belah pihak atau lebih yakni
tertanggung dan penanggung, dimana tertanggung berkewajiban membayar premi
11
berkewajiban membayar sejumlah uang jika terjadi sesuatu yang tidak diketahui
kapan terjadinya yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang
dipertanggungkan yang pengoperasiaanya berdasarkan prinsip-prinsip syariah
Islam.10
Resiko yang dihadapi oleh manusia yang paling besar ada dua, yakni hidup
yang terlalu lama dan kematian yang terlalu cepat. Asuransi sebagai mekanisme
perlindungan merupakan langkah yang tepat bagi seseorang untuk membagi atau
mengalihkan suatu risiko, karena asuransi menjawab rasa aman bagi setiap orang.
Dalam konteks akad dalam asuransi syariah, tabarru’ bermaksud memberikan
dana kebajikan dengan niat ikhlas untuk tujuan saling membantu diantara sesama
peserta takaful (asuransi syariah) apabila ada diantara yang mendapat musibah. Dana
klaim yang diberikan diambil dari rekening dana tabarru yang sudah diniatkan oleh
semua peserta ketika akan menjadi peserta asuransi syariah, untuk kepentingan dana
kebajikan atau dana tolong-menolong.11
Akad yang mendasari kontrak asuransi kerugian syariah adalah akad tabarru’.
Dalam akad ini, pihak pemberi dengan ikhlas memberikan sesuatu dalam bentuk
kontribusi/ premi tanpa ada keinginan untuk menerima apa pun dari orang yang
menerima kontribusi atau premi tersebut. Akad ini bertujuan menerapkan konsep
bahwa bentuk tolong-menolong diwujudkan dalam kontribusi berupa dana tabarru’
10
Man Supraman Sastrawidjaja dan Endang, Hukum Asuransi Perlindungan Tertanggung
Asuransi Deposito UsahaPerasuransian, (Bandung: PT Alumni,2004) cet ke-3, h.165
11
Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah (Life and General) Konsep dan Sistem
12
(kebajikan).12 Hasil surplus (jika ada) dikembalikan sebagian kepada peserta melalui
mekanisme mudharabah (bagi hasil).
Cadangan (reserve) adalah sebagian dari surplus tabarru’ yang disisihkan
guna suatu keperluan tertentu. Oleh karena itu, menurut teori akunting, cadangan
bukan utang, tetapi sebagian aktiva, dimana hal ini banyak pada balance-sheet
(neraca) dari perusahaan dagang dan industri. Disamping itu, perusahaan dagang dan
industri menganggap cadangan sebagai accured basis.
Namun, perusahaan asuransi menganggap cadangan bukan aktiva, tetapi
utang. Perusahaan asuransi menggunakan pengertian cash basis/ paid basis untuk
cadangan tersebut. Cadangan dalam perusahaan asuransi bermacam-macam, yang
penting di antaranya ialah:
a. cadangan untuk deviden
b. cadangan untuk membayar komisi
c. cadangan untuk keadaan tidak diduga
d. cadangan kerugian dan cadangan biaya kerugian
Perusahaan asuransi didirikan dengan tujuan untuk mengganti
kerugian-kerugian yang terjadi. Jadi, setiap laporan keuangan yang menyangkut rugi/laba harus
menunjukan:
12
Abdullah Amrin, Asuransi Syariah (Keberadaan dan Kelebihannya di Tengah Asuransi
13
a. jumlah uang yang diterima (premi), yaitu sumber keuangan untuk membayar
kerugian, dan berapa banyak yang perlu disisihkan untuk membayar kerugian
yang belum terjadi. Ini termasuk cadangan premi yang tidak digunakan.
b. Jumlah yang digunakan untuk membayar kerugian-kerugian yang telah terjadi dan
sejumlah yang belum dibayarkan untuk kerugian tersebut. Ini disebut dengan
istilah cadangan kerugian.13
2. Kerangka Konsep
13
Abbas Salim, Asuransi dan Manajemen Risiko (Jakarta: PT Raja RajaGrafindo Persada
2005) Ed. 2, h.173 Kontribusi
Premi
Dana
Tabarru
Beban
Tabarru
Surplus
Tabarru Ujroh
Investasi
Hasil
Investasi
Bagian Pendapatan Operator(Perusahaan)
14
F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian
Dalam skripsi ini, jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif, yaitu
jenis pendekatan yang berdasarkan tata cara penelitian yang menghasilkan data
diskriptif, yaitu apa yang dinyatakan oleh narasumber secara lisan. Karena dalam
penelitian ini akan menemukan sebuah konsep yaitu bagaimana konsep
penanggulangan asuransi syariah terhadap risiko bencana alam di Indonesia.
2. Jenis dan Sumber Data
a. Jenis Data
Data ini bersifat kualitatif. Data kualitatif ini didasarkan pada isi atau
mutu suatu fakta, seperti data-data yang berdasarkan buku-buku, majalah, koran
serta artikel yang yang dikumpulkan penulis yang berhubungan dengan masalah
yang terkait pada pembahasan skripsi ini yang kemudian di analisa supaya bisa
menjawab permasalahan yang ada.
b. Sumber Data
Sumber data penelitian ini adalah studi kepustakaan (library research)
yaitu dengan mengumpulkan sejumlah buku-buku dan sumber-sumber bacaan
lainnya yang berkaitan dengan pembahasan. Penelitian ini bersifat diskriptif
15
3. Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan permasalahan yang diangkat, maka dalam pengumpulan data
skripsi ini penulisan menggunakan pengumpulan data dengan metode penelitian
kepustakaan (library reserch) dan wawancara. Kajian pustaka dilakukan untuk
mencapai pemahaman yang komprehensif tentang konsep-konsep yang akan
dikaji. Dalam hal ini penulis mengadakan penelitian terhadap litelatur yang ada
kaitannya dengan penulisan skripsi ini. Litelatur yang digunakan untuk kajian
pustaka adalah buku, majalah, surat kabar, dan beberapa artikel yang berkaitan dan
relevan dengan kajian ini. Sedangkan wawancara diperlukan untuk tambahan dan
penguatan data yang diperoleh dari kajian pustaka.
4. Teknik analisa data
Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan penelitian kualitatif yang
bersifat diskriptif. Setelah data selesai dikumpulkan dengan lengkap, tahap
berikutnya adalah analisis data. Pada tahap ini, data dikerjakan, dideskripsikan,
dijelaskan, dan dianalisis sedemikian rupa sampai berhasil menyimpulkan
kebenaran-kebenaran yang dapat dipakai untuk menjawab persoalan-persoalan
yang diajukan dalam penelitian.
Data dalam informasi tersebut akan disajikan dalam bentuk diskriptif
analisis yang bertujuan untuk menjelaskan permasalahan sampai menemukan
16
5. Teknik Penulisan
Adapun sistem penulisan skripsi ini mengacu kepada ”Pedoman penulisan
skripsi, tesis dan disertasi yang diterbitkan oleh FSH UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta 2007”
G. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan skripsi yag berjudul ”Konsep Asuransi Syariah Dalam
Penanggulangan Bencana Alam”, dipergunakan sistematika pembahasan yang terdiri
dari lima bab, yang masing-masing tersusun sebagai berikut:
Bab I : Pendahuluan
Dalam bab ini terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan atau manfaat penelitian,
kajian pustaka, metodologi penelitian, serta sistematika penulisan.
Bab II : Landasan Teori; Asuransi Bencana dan Gambaran Umum Gempa Bumi
Dalam bab ini dibahas antara lain: Konsep asuransi bencana,
penanganan asuransi untuk bencana, skema asuransi bencana (Maipark),
gambaran umum gempa bumi; pengertian, sejarah pemantauan gempa dan
ancaman gempa bumi di Indonesia.
Bab III : Gambaran Umum Asuransi Syariah Dalam Penanggulangan Bencana Alam
Dalam bab ini dibahas antara lain: Pengertian asuransi syariah,
jaminan keamanan dalam perspektif al-Qur’an dan Sunnah, sistem operasional
[image:22.612.101.532.154.532.2]17
asuransi kerugian syariah, serta penilaian kontribusi untuk bencana alam pada
asuransi syariah.
Bab IV : Analisis Konsep Asuransi Syariah Dalam Penanggulangan Bencana Alam
Dalam bab ini dibahas risk and loss profile asuransi bencana, simulasi
kinerja produk asuransi bencana (syariah), solusi asuransi syariah dalam
penanggulangan bencana alam, peluang dan tantangan implementasinya di
Indonesia serta kolaborasi asuransi syariah dengan badan dan lembaga amil
zakat dalam penanggulangan bencana alam.
Bab V : Penutup
Dalam bab ini berisi kesimpulan dan saran atas penelitian yang
18
BAB II
LANDASAN TEORI;
ASURANSI BENCANA ALAM DAN GAMBARAN UMUM GEMPA BUMI
A. Asuransi Bencana
1. Konsep Asuransi Bencana
Asuransi Gempa masuk dalam asuransi katastrop bersama letusan gunung
berapi, tsunami, dan tanah longsor. Asuransi gempa dan bencana lainnya
merupakan perluasan dari polis standar asuransi properti. Namun, setelah gempa
melanda Padang, banyak perusahaan asuransi lebih selektif dalam mengcover
proteksi bencana alam. Bahkan ada yang menarik diri memberikan proteksi
bencana alam seperti gempa dan sejenisnya.14
Ketua Umum Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) Kornelius
Simanjuntak mengatakan, hal itu bisa disebabkan berkurangnya dukungan pihak
reasuransi terhadap perusahaan asuransi. Saat ini perusahaan asuransi umum juga
sedang meninjau perpanjangan renewal treaty asuransi sampai akhir tahun ini.
Perusahaan asuransi tidak ada yang bisa memanage risiko ini sendiri. Industri
asuransi harus kerjasama dengan pemerintah untuk membentuk kemitraan.
14
19
Dilihat dari segi masyarakat yang mengalami musibah bencana alam, maka
dapat dikatakan bahwa dengan diasuransikannya harta benda mereka terhadap
resiko bencana alam, maka mereka sedikit banyak telah tertolong. Memang,
bagaimanapun asuransi tidak mungkin bisa memulihkan keadaan sepenuhnya
seperti sedia kala, apalagi terhadap korban jiwa manusia. Tetapi paling tidak,
asuransi dapat mengganti kerugian yang bersifat finansial, bila harta benda yang
dimiliki masyarakat diasuransikan terhadap risiko bencana alam.15
Akan tetapi dilihat dari segi penanggung, maka terjadinya bencana alam
dimana di lokasi itu banyak ditutup asuransi terhadap risiko bencana alam, hal itu
adalah malapetaka besar. Dan inilah yang telah dialami beberapa perusahaan
asuransi dan reasuransi internasional selama lima tahun terakhir, sehingga
diberitahukan baru-baru ini banyak perusahaan asuransi dan reasuransi yang
gulung tikar.
AAUI mendesak kepada pemerintah perlunya asuransi wajib bencana alam.
Jika asuransi itu terealisasi, gotong-royong yang diharapkan regulator kalau yang
tidak terkena musibah membantu yang terkena bencana akan terwujud pula. Harga
premi asuransi gempa dan banjir juga dapat stabil dan sangat murah.
Dilihat dari segi frekuensi, bencana gempa bumi termasuk berfrekuensi
rendah, akan tetapi dampak kerugiannya yang tinggi (high severity). Penentuan
15
20
besarnya premi tergantung jenis bangunan, lantai bangunan, dan zona gempa
sebuah daerah.
2. Penanganan Asuransi untuk Bencana Alam
Penanganan Asuransi atas risiko gempa di Indonesia harus dimotori oleh
suatu skim nasional berdasarkan Undang-undang atau regulasi pemerintah dalam
mana peran serta pemerintah mutlak diperlukan. Skim ini dapat sepenuhnya
merupakan skim pemerintah (seperti di Selandia Baru, California dan Taiwan) atau
semi pemerintah (seperti di Jepang dan Turki).
TKARBA (Tim Kerja Asuransi Risiko Bencana Alam) merekomendasikan
pembentukan pool reasuransi gempa seperti yang dijalankan Negara lain termasuk
Turki dan Taiwan. Rekomendasi ini dilakukan dengan beberapa pertimbangan,
yaitu:16
1. Tidak diperlukan waktu yang lama sejak pembentukan hingga pool reasuransi
dapat mulai operasional.
2. Pool reasuransi merupakan sebuah lembaga kerjasama yang melibatkan
semua perusahaan asuransi umum dan reasuransi di Indonesia, hal mana
16
21
sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 2 tahun 1992 dan Peraturan
Pemerintah Nomor 63 tahun 1999.
3. Malalui partisipasi semua perusahaan asuransi umum dan reasuransi di
Indonesia tercapai pooling of expertise dan penggabungan kapsitas akseptasi.
4. Melalui kerjasama pool reasuransi, langkah-langkah standarisasi polis dan
klausul dapat lebih mudah dicapai.
5. Pool reasuransi adalah salah satu alat yang sangat efektif untuk membentuk
database yang diperlukan sebagai dasar perhitungan premi risiko yang proper.
6. Pool reasuransi dapat menjalankan fungsi kajian dan analisis mengenai risiko
gempa dan hal-hal yang bertalian dengannya.
3. Skema Asuransi Bencana (Maipark)
Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) mendirikan perusahaan
asuransi Maipark, yang embrionya adalah PT Maskapai Asuransi Indonesia (MAI)
dan Perusahaan Asuransi Khusus (PARK).
Salah satu yang dilakukan Maipark adalah menyusun harga referensi untuk
premi asuransi gempa. Diharapkan harga referensi yang sedemikian itu akan
menjadi benchmark Indonesia dan digunakan sebagai rujukan oleh kalangan
22
Maipark adalah keberhasilan memproduksi CAT Modelling Khusus untuk
Indonesia.17
Keberadaan Maipark berhasil meningkatkan kesadaran perusahaan
asuransi mengenai perlunya penerapan premi yang layak untuk jaminan asuransi
gempa bumi. Jika sebelumnya nihil, atau gratis, kini sebagian besar perusahaan
asuransi telah menerapkan premi gempa untuk asuransi properti (asuransi
kebakaran). Selain itu, rangkaian program edukasi yang dijalankan selama ini juga
meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai perlunya perlindungan asuransi
gempa bumi.
Kombinasi kedua hal ini, dalam tingkat yang ekstrim, dibeberapa
perusahaan bahkan membalik apa yang terjadi beberapa tahun lalu. Saat ini sudah
banyak perusahaan asuransi yang menetapkan premi layak untuk jaminan gempa,
dan justru memberikan jaminan gratis untuk perlindungan lainnya. Kebalikan
beberapa tahun silam, saat jaminan asuransi gempa justru digratiskan.
Dari sisi premi, penentuan besarnya tarif tergantung jenis bangunan, bahan
kontruksi bangunan, lantai bangunan dan zona gempa sebuah daerah. Semakin
tinggi lantai bangunan dan lokasinya di zona gempa lebih tinggi, preminya juga
akan makin besar. Premi bangunan dari baja juga lebih mahal dibanding bangunan
beton. Hal lain juga menunjukkan bahwa lokasi merupakan faktor terpenting
17
23
dalam untuk dipertimbangkan sebelum memberikan jaminan asuransi pada
bencana alam seperti gempa bumi, letusan gunung berapi dan tsunami.
Peta risiko bencana alam biasanya dapat diperoleh dari perusahaan asuransi
profesional dan berpengalaman atau dari lembaga yang terkait dengan masalah
gempa bumi. Salah satu yang sudah terkenal adalah yang diproduksi oleh
CRESTA (Catastrophone Risk Evaluation and Standardizing Target
Accumulation). CRESTA didirikan oleh industri asuransi pada tahun 1977 sebagai
lembaga independen untuk penanggungan secara teknis risiko bencana alam.18
CRESTA bertjuan membentuk sistem yang seragam diseluruh dunia untuk
pengendalian akumulasi risiko bencana alam, terutama gempa bumi, badai dan
banjir. Dewasa ini standarisasinya sudah diterima secara luas dan diterapkan di
industri asuransi internasional.
Berikut tabel yang menunjukan tarif gempa bumi berdasarkan keputusan
Rapat Umum Anggota AAUI pada tanggal 16 Februari 2010.
18
Iqbal, Muhaimin, Asuransi Umum Syariah Dalam Praktik; Upaya Menghilangkan Gharar,
24
Tabel 2.1
Data Tarif Gempa Bumi tahun 2010
Commercial and Industrial (Non Dwelling House)
Contruction Class Zone I Zone II Zone III Zone IV Zone V
Steel, Wood and RC
≤ 9
0.90 0.95 1.25 1.50 1.90
Storeys Frame > 9
1.35 1.45 1.55 1.60 2.00
Storeys
Others 1.00 1.10 1.55 3.00 4.70
Non Dwelling House - Occupation
Contruction Class Zone I Zone II Zone III Zone IV Zone V
Steel, Wood and RC
Frame 0.85 0.95 1.15 1.35 1.00
Others 0.90 1.00 1.55 2.75 4.50
Tarif in ‰ (mil)
Definisi :
a. Commercial and Industrial : obyek selain okupasi dwelling house (kode okupasi selain 2976)
1) Steel Frame : struktur bangunan yang menggunakan baja sebagai rangkanya
2) Wood : struktur bangunan yang menggunakan kayu sebagai rangkanya
3) RC : struktur bangunan yang menggunakan beton sebagai rangkanya
4) Others : struktur bangunan selain konstruksi baja, beton atau rangka kayu;
25
b. Dwelling House : obyek dengan kode okupasi 2976
1) Stell, wood n RC : struktur bangunan rumag tinggal dengan kontruksi baja,
beton atau rangka kayu
5) Others : struktur bangunan selain konstruksi baja, beton atau rangka
kayu; termasuk bangunan yang terbuat dari susunan batu
tanpa rangka
Terlihat peningkatan yang signifikan premi asuransi gempa bumi secara
nasional setiap tahun. Hal ini tergambar pada pendapatan premi Maipark, karena
semua perusahaan asuransi umum di Indonesia mensesikan (cession) seluruh asuransi
gempa yang di covernya ke Asuransi Maipark. (lihat tabel dibawah)
[image:31.612.114.522.149.644.2]Tabel 2.2
Perkembangan Premi dan Klaim Asuransi Maipark
Perkembangan Premi & Klaim Maipark
(dalam Miliar rupah)
No. Keterangan 2004 2005 2006 2007 2008
1. Premi Bruto 27,46 37,33 46,09 54,79 62,93 2. Premi Netto 11,85 15,02 18,19 29,51 38,04
3. Klaim Netto 6,29 1,21 6,33 11,01 1,27
26
B. Gambaran Umum Gempa Bumi 1. Pengertian Gempa Bumi
Gempa bumi adalah gerakan tiba-tiba dikerak mantel bumi bagian atas.
Gerakan tiba-tiba ini bisa diartikan semacam cara bumi berelaksasi menuju
keadaan normal setelah mengalami dorongan, desakan, tumbukan, geseran atau
gesekan antar lempeng. Selama proses relaksasi inilah energi akan disebar dalam
bentuk gelombang yang merambat ke sejumlah penjuru dan dirasakan sebagai
gempa.
Setidaknya ada 3 penyebab gempa, yakni oleh sebab tumbukan benda
raksasa dari ruang angkasa, pergeseran dan pergesekan lempeng dikerak bumi
(biasa disebut gempa tektonik), dan bisa juga oleh aktifitas gunung api (biasa
disebut gempa vulkanik). Khusus gempa tektonik, gempa bisa terjadi karena
lempeng-lempeng penyusun permukaan bumi masih terus bergerak dan berdesakan
satu sama lain. Pergerakan ini disebabkan oleh beberapa sisi lempeng, sementara
luas permukaan bumi sendiri cenderung tetap. Pertumbuhan ini akan mendorong
sisi yang lain dan bisa membuatnya menunjam kebawah sisi lempeng yang
didesaknya. Gambaran seperti inilah yang memungkinkan gempa-gempa di
sepanjang busur terluar Sumatera, Jawa hingga Nusa Tenggara.19
19
Winardi A, Gempa Jogja, Indonesia dan Dunia (Jakarta: PT Gremedia Majalah, sebagai
27
2. Sejarah Pemantauan Gempa di Indonesia
Sejarah Pemantauan Gempa di Indonesia sudah dimulai sejak 1898. Kala
itu pemerintah Hindia Belanda mengawalinya dengan Seismograf mekanik ewing.
Pada tahun 1908, Belanda menambahnya dengan seismograf wiechert komponen
horizontal, dan 20 tahun kemudian dilengkapi dengan seismograf wiechert
komponen vertical. Seismograf model awal ini dipasang di Jakarta, Medan,
Bengkulu dan Ambon. Delapan tahun setelah Indonesia merdeka, jaringan
pemantau gempa ini ditambah dengan seismograf elektromagnetik sprengnether.
Secara bertahap seismograf tipe ini dipasang di Ambon. Inilah seismograf pertama
di tanah air.
Sesuai dengan kebutuhan zaman, peralatan dan jaringan tersebut masih
terus menerus disempurnakan. Salah satu perkembangan yang cukup menarik
terjadi pada tahun 1974, yakni ketika UNDP-UNESCO turut serta dalam
pengembangan seismologi. Proyek ini meliputi standarisasi seismograf, proses
pengolahan data, dan pengembangan jaringan pemantau. Perkembangan yang
sangat signifikan itu ditandai dengan pemasangan seismograf periode pendek
komponen Z di 27 stasiun pemantau di Indonesia.
Lima belas tahun kemudian BMG menyempurnakannya dengan sistem
telematri di 28 stasiun pemantau. Ke dua puluh delapan ini selanjutnya
dikelompokkan ke dalam lima wilayah, yang masing-masing memilki pusat gempa
28
real time yang dipusatkan di Jakarta sebagai pusat gempa bumi nasional (national
seismological center). Jaringan inilah yang masih beroperasi sampai saat ini.
Dalam perjalanannya, jaringan dan peralatan itu pun masih terus menjalani
penyempurnaan. Antara 1997-2001, misalnya Jepang melengkapinya dengan
seismograf jenis broadband di 23 stasiun. Dan antara 2001-2006, mereka
melanjutkan pemasangan peralatan yang sama di 22 stasiun. Perkembangan juga
ditandai dengan didirikannya sistem pemantauan seismik nasional, 3 pusat seismik
regional mini (di Padang Panjang, Kepahyang, Palu) dan pemasangan 15 digital
strong-motion eccelerograph.
3. Ancaman Gempa Bumi
Indonesia terletak pada pertemuan 3 lempeng/ kulit bumi aktif yaitu
lempeng Indo-Australia di bagian selatan, lempeng Euro-Asia di bagian utara dan
Lempeng pasifik di bagian timur. Ketiga lempeng tersebut bergerak dan saling
bertumbukan sehingga lempeng Indo-Australia menunjam ke bawah lempeng
Euro-Asia. Penunjaman lempeng Indo-Australia yang bergerak ke utara dengan
lempeng Euro-Asia yang bergerak ke selatan menimbulkan jalur gempa bumi dan
rangkaian gunung api aktif sepanjang pulau Sumatera, Jawa, Bali dan Nusa
Tenggara, belok ke utara ke Maluku dan Sulawesi Utara, sejajar dengan jalur
29
Daerah rawan gempa bumi di Indonesia tersebar pada daerah yang terletak
pada zona penunjaman maupun sesar aktif. Daerah yang terletah dengan zona
penunjaman adalah pantai barat Sumatera, pantai selatan Jawa, pantai selatan Bali
dan Nusa Tenggara, kepulauan Maluku, Maluku Utara, pantai utara dan timur
Sulawesi dan pantai utara Papua. Sedangkan daerah di Indonesia yang terletak
dekat dengan zona sesar aktif adalah daerah sepanjang Bukit Barisan di pulau
Sumatera, provinsi Jawa Barat, Jawa Tengan, Daerah Istimewa Jogjakarta, Jawa
Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, pulau Sulawesi,
kepulauan Maluku, dan pulau Papua. Beberapa sesar aktif yang telah dikenal di
Indonesia antara lain adalah sesar Sumatera, Cimandiri, Lembang, Baribis, Opak,
Busur Belakang Flores, Palu-Koro, Sorong, Ransiki, sesar aktif di daerah Banten,
Bali, Nusa Tenggara, kepulaun Maluku dan sistem sesar aktif lainnya yang belum
terungkap. Tabel berikut manyajikan data beberapa kejadian gempa bumi di
30
Tabel 2.3
Data Jumlah Korban Gempa Bumi di Indonesia
No. Tahun Magnitudo
(Mw) MMI
Korban
Jiwa (org) Daerah
1 1892 - VIII 250 Pulau Timur
2 1926 7,8 IX 354 Sumatera Barat
3 1943 - IX 213 Yogyakarta, Jawa
Tengah
4 1994 7 IX 1207 Liwa, Lampung
5 2000 7,9 X 100 Bengkulu
6 2005 8,7 VIII > 1000 Pulau Nias
31
BAB III
GAMBARAN UMUM ASURANSI SYARIAH
DALAM PENANGGULANGAN BENCANA ALAM
Penggalian tata nilai keislaman merupakan sebuah aktivitas yang didasari oleh
pemahaman yang mendalam terhadap ajaran Islam. Islam sebagai tata nilai yang telah
sempurna, penuh dengan aturan dan norma dalam membina dan mengatur kehidupan
manusia. Termasuk didalamnya bidang asuransi. Maka dari itu sebuah kewajaran jika
umat Islam menyusun sebuah format asuransi yang betul-betul digarap atas ajaran
Islam.20
Asuransi sebagai lembaga keuangan modern yang bergerak dalam bidang
pertanggungan, merupakan hasil temuan dari dunia barat yang ditransformasikan
kedalam dunia timur (Islam) dalam suasana kehidupan ekonomi. Tentu saja yang
menjadi dasar semangat operasionalnya adalah berorientasi pada pengumpulan modal
untuk keperluan pribadi atau golongan tertentu.21
20
AM Hasan Ali, Asuransi Dalam Perspektif Hukum Islam; Suatu Tinjauan Analisis,
Historis, Teoritis & Praktis (Jakarta: Prenada Media 2004) Ed.ke 1, h.10
21
Ibid., h.55
32
A. Pengertian Asuransi Syariah
Istilah asuransi merupakan terjemahan insurance atau assurantie, yang dalam
hukum Belanda disebut verzekering yang artinya pertanggungan.22 Sedangkan
asuransi dalam bahasa Arab disebut at-Ta’min yang berasal dari kata “amana” yang
berarti memberikan perlindungan, ketenangan, rasa aman serta bebas dari rasa takut.
Dalam pandangan Islam, konsep asuransi (at-Ta’min) yang sesuai dengan
tujuan-tujuan umum syariah adalah pertanggungan yang dibentuk atas dasar saling
tolong-menolong. Seperti dikutip Muhammad Syakir Sula dari buku Hukmu
asy-Syari’ah al-Islamiyyah Fii „Uquudi at-Ta’miin karya Husain Hamid Hisan yang
mengatakan bahwa “asuransi adalah sikap ta’awun (tolong-menolong) yang telah
diatur dengan sistem yang rapi, antara sejumlah besar manusia. Semuanya telah siap
mengantisipasi suatu peristiwa. Jika sebagian dari mereka mengalami peristiwa
tersebut, maka semuanya saling menolong dalam menghadapi peristiwa tersebut
dengan sedikit pemberian (derma) yang diberikan oleh masing-masing peserta.
Dengan demikian (derma) tersebut, mereka dalam menutupi kerugian-kerugian yang
dialami oleh peserta yang tertimpa musibah”.23
Dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI)
tentang pedoman umum asuransi syariah No. 21/DSN-MUI/IX/2001 mendefinisikan
22
Man Suparman Sastrawidjaja, Aspek-aspek Hukum Asuransi dan Surat Berharga,
(Bandung: Penerbit Alumni 1997) cet.ke 1, h 1
23
33
asuransi syariah sebagai usaha saling melindungi dan tolong-menolong diantara
sejumlah orang atau pihak melalui investasi dalam bentuk asset atau tabarru’ yang
memberikan pola pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad
(perikatan) yang sesuai dengan syariah.
Dari definisi diatas tampak bahwa asuransi syariah bersifat saling melindungi
dan tolong-menolong yang disebut dengan “ta’awun”. Yaitu prinsip hidup saling
melindungi dan saling menolong atas dasar ukhuwah islamiyah antara sesama
anggota peserta asuransi syariah dalam menghadapi malapetaka (risiko)24.
Oleh sebab itu, premi pada asuransi syariah adalah sejumlah dana yang
dibayarkan oleh peserta yang terdiri dari Dana Tabungan dan Tabarru’. Dana
Tabungan adalah dana titipan dari peserta asuransi syariah (life insurance) dan akan
mendapat alokasi bagi hasil dari pendapatan investasi bersih yang diperoleh setiap
tahun. Dana tabungan beserta alokasi bagi hasil akan dikembalikan kepada peserta
apabila peserta yang bersangkutan mengajukan klaim nilai tunai maupun klaim
manfaat asuransi. Sedangkan, Tabarru’ adalah derma atau dana kebajikan yang
diberikan dan diikhlaskan oleh peserta asuransi jika sewaktu-waktu akan
dipergunakan untuk membayar klaim atau manfaat asuransi (life maupun general
insurance).
24
Huzaemah T, Yanggo, Asuransi Hukum dan Permasalahannya, Jurnal AAMAI Tahun VII
34
B. Jaminan Keamanan Dalam Perspektif Al-Qur’an Dan Sunah
Konsep dasar asuransi adalah untuk memberikan ketenangan pada seseorang
dari bahaya yang mungkin terjadi dan menyebabkan kerugian materiil maupun
immaterial. Dengan kata lain, asuransi bertujuan untuk meminimalisir ketakutan akan
kemungkinan terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan dan dapat membawa dampak
yang tidak disukai. Target asuransi dengan demikian adalah menghilangkan atau
meminimalisir ketakutan dan kekhawatiran. Hal ini menurut syara’ sah-sah saja, atau
diterima (Maqbul).
Dari sisi lain, seorang mukmin dituntut untuk selalu takut kepada Allah Swt.
Dan sudah menjadi tabiatnya pula untuk takut terhadap siksa, baik di dunia maupun
di akhirat. Juga khawatir terhadap keluarga dan anak-anaknya jika ia meninggal
dunia, khawatir akan kekurangan harta dan buah-buahan, serta takut dari
kezhaliman.25
Tampak jelas bahwa jiwa manusia memang selalu diliputi beragam ketakutan
dan kekhawatiran, dan karenanya ia membutuhkan solusi untuk meringankan atau
bahkan menghilangkan perasaan tersebut. Dalam hal ini, islam telah meletakkan
sebuah pendekatan untuk mencapai tujuan tersebut yang diaktualisasikan dalam
bentuk ketakwaan kepada Allah, penerapan sistem zakat mal (zakat kekayaan), sistem
solidaritas sosial, dan perilaku yang baik dan terpuji, sekaligus dorongan untuk
25
Husaian Husaian Syahatah, Asuransi Dalam Perspektif Syariah, (Jakarta: Amzah 2006)
35
menabung demi kemaslahatan generasi mendatang, juga gotong-royong, saling
membantu, solider, dan menjalin persaudaraan diantara kaum muslimin sebagai
saudara seiman.
Oleh karena itu, bahwa asuransi dari ketakutan dan marabahaya pada dasarnya
adalah gagasan yang acceptable menurut islam. Dan kalangan ahli fikih pun telah
mendeduksi sejumlah asas dan prosedur asuransi berbasis syariah.
C. Sistem Operasional Asuransi Syariah
1. Konsep Operasional
a. Konsep Takafuli (Tolong-Menolong)
Dalam konsep asuransi kerugian, sebenarnya lebih mempresentasikan
Firman Allah SWT yang menjadi dasar konsep asuransi syariah. Yaitu konsep
menolong atau saling melindungi dalam kebenaran. Bentuk
tolong-menolong ini diwujudkan dalam kontribusi dana kebajikan (dana tabarru’)
sebesar yang ditetapkan. Apabila ada salah satu dari peserta asuransi syariah
mendapat musibah, maka peserta lainnya ikut menanggung risiko, dimana
klaimnya dibayarkan dari akumulasi dana tabarru’ yang terkumpul.
b. Perjanjian (Akad)
Akad yang mendasari kontrak asuransi syariah (kerugian) adalah akad
36
(kontribusi/premi) tanpa ada keinginan untuk menerima apa pun dari orang
yang menerima, kecuali hanya mengharapkan keridhaan Allah. Hal ini tentu
akan sangat berbeda dengan akad dalam asuransi konvensional. Dalam
asuransi konvensional, akad yang digunakan adalah akad mu’awadhahi. Yaitu,
suatu perjanjian dimana pihak yang memberikan sesuatu kepada pihak lain,
berhak menerima pengganti dari pihak yang diberinya.26
2. Prinsip Dasar Asuransi Syariah
Industri asuransi syariah, baik asuransi kerugian maupun asuransi jiwa,
memiliki prinsip-prinsip yang menjadi pedoman bagi seluruh penyelenggaraan
kegiatan perasuransian syariah dimana pun berada.
Asuransi syariah merupakan lembaga deriviatif dari ekonomi Islam. Semua
produk-produk dalam ekonomi Islam dipastikan memiliki sifat-sifat yang sama
seperti yang terdapat pada semua produk ekonomi Islam. Dalam hal ini, prinsip
dasar asuransi syariah mengacu pada prinsip yang sudah ada dalam ekonomi
Islam. Prinsip-prinsip ini wajib ada dan harus dipenuhi. Prinsip-prinsip tersebut
antara lain:
a. Tauhid
Prinsip tauhid (unity) adalah dasar utama dari setiap bentuk bangunan yang
ada dalam syariah Islam. Setiap bangunan dan aktivitas kehidupan manusia harus
26
37
didasarkan pada niai-nilai tauhidy. Artinya bahwa dalam setiap gerak langkah serta
bangunan hukum harus mencerminkan nilai-nilai ketuhanan.
Dalam berasuransi yang harus diperhatikan adalah bagaimana seharusnya
menciptakan suasana dan kondisi bermuamalah yang tertuntun oleh nilai-nilai
ketuhanan. Paling tidak dalam setiap melakukan aktivitas berasuransi ada
semacam keyakinan dalam hati bahwa Allah SWT selalu mengawasi seluruh gerak
langkah kita dan selalu berada bersama kita.
b. Keadilan
Prinsip kedua adalah terpenuhinya nilai-nilai keadilan antara pihak-pihak
yang terikat oleh akad asuransi. Keadilan dalam hal ini dipahami sebagai upaya
dalam menetapkan hak dan kewajiban antara peserta asuransi dan perusahaan
asuransi.27
Peserta harus memposisikan pada kondisi yang mewajibkan untuk selalu
membayar premi kepada perusahaan asuransi dan mempunyai hak untuk
mendapatkan dana santunan jika terjadi peristiwa kerugian. Sedangkan,
perusahaan asuransi yang berfungsi sebagai lembaga pengelola dana mempunyai
kewajiban membayar klaim kepada peserta.
Disisi lain, keuntungan (profit) yang dihasilkan oleh perusahaan asuransi dari
hasil investasi dana nasabah harus dilakukan bagi hasil antara peserta dan
peusahaan asuransi sesuai dengan akad yang disepakati sejak awal.
27
38
c. Tolong Menolong (Ta’awun)
Prinsip yang paling utama dalam konsep asuransi syariah adalah prinsip
tolong-menolong baik untuk life insurance maupun general insurance. Ini adalah
bentuk solusi bagi mekanisme operasional untuk asuransi syariah.
Tolong-menolong atau dalam bahasa Al-Qur’an disebut ta’awun adalah inti dari semua
prinsip dalam asuransi syariah. Ia adalah pondasi dasar dalam menegakkan konsep
asuransi syariah.
Praktik tolong-menolong dalam asuransi adalah unsur utama pembentuk
bisnis asuransi. Tanpa adanya unsur ini, atau hanya semata-mata untuk mengejar
keuntungan bisnis (profit oriented), berarti perusahaan asuransi itu sudah
kehilangan karakter utamanya.28
d. Kerjasama (coorperation)
Prinsip kerjasama merupakan prinsip universal yang selalu ada dalam
litelatur ekonomi Islam. Manusia sebagai mahluk sosial tidak akan dapat hidup
sendiri tanpa adanya bantuan orang lain. Kerjasama dalam bisnis asuransi dapat
terwujud dalam bentuk akad yang menjadi acuan kedua belah pihak yang terlibat,
yaitu antara nasabah dan perusahaan asuransi. Dalam operasionalnya, akad yang
dipakai adalah mudharabah dan musyarakah.
28
39
e. Amanah
Prinsip amanah dalam organisasi perusahaan dapat terwujud dalam nilai-nilai
akuntabilitas (pertanggungjawaban) perusahaan melalui penyajian laporan
keuangan tiap periode. Dalam hal ini, perusahaan asuransi harus member
kesempatan yang besar bagi nasabah untuk mengakses laporan keuangan
perusahaan.
Prinsip amanah juga berlaku pada diri nasabah asuransi. Seseorang nasabah
asuransi berkewajiban menyampaikan informasi yang benar berkaitan dengan
obyek yang dipertanggungkan, pembayaran dana premi dan tidak memanipulasi
kerugian (peril) yang menimpa dirinya.29
f. Kerelaan
Prinsip kerelaan (al-ridha) dalam ekonomi Islam berdasar pada firman Allah
SWT dalam QS. An-Nisa’(4):29
……
Artinya : “… Kerelaan diantara kamu sekalian…”(QS. An-Nisa’(4):29)
Ayat ini menjelaskan tentang keharusan untuk bersikap rela dan ridha dalam
setiap melakukan akad (transaksi) dan tidak ada paksaan antara pihak-pihak yang
terikat oleh perjanjian akad.
29
40
Dalam bisnis asuransi, kerelaan dapat diterapkan pada setiap peserta asuransi
agar mempunyai motivasi dari awal untuk merelakan sejumlah dana (premi) yang
disetorkan ke perusahaan asuransi, yang difungsikan sebagai dana sosial (tabarru’)
yang diperuntukkan membantu peserta lain yang mengalami kerugian.30
g. Larangan Riba
Riba secara bahasa bermakna ziyadah (tambahan). Dalam pengetian lain,
secara linguistik riba berarti tumbuh dan membesar. Sedangkan untuk istilah
teknis berarti pengambilan tambahan dari harta pokok atau modal secara bathil.
Ada beberapa pendapat dalam menjelaskan riba, namun secara umum terdapat
benang merah yang menegaskan bahwa riba adalah pengambilan tambahan, baik
dalam transaksi jual beli maupun pinjam-meminjam secara bathil atau
bertentangan dengan prinsip muamalat dalam islam.
Dalam mengeliminir riba, asuransi Islam menerapkan sistem bagi hasil
(mudharabah) dalam menginvestasikan dana peserta pada jalan yang halal,
dimana peserta berkedudukan sebagai pemilik modal (shahibul mal) dan
perusahaan asuransi berfungsi sebagai pemegang amanah (mudharib). Kemudian,
keuntungan yang diperoleh dari pengembangan dana peserta dilakukan bagi hasil
sesuai dengan ketentuan (nisbah) yang telah disepakati di awal akad.
30
41
h. Larangan Maisir (judi)
Allah SWT telah memberi penegasan tentang keharaman melakukan
aktivitas ekonomi yang mempunyai unsur maisir. Firman Allah dalam QS.
Al-Maidah (5):90
Artinya :“Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar,
berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah
perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan”.
Menurut Syafi’I Antonio seperti dikutip oleh AM Hasan Ali, bahwa
unsur maisir artinya adanya salah satu pihak yang untung, namun di lain pihak
justru mengalami kerugian. Hal ini tampak jelas apabila pemegang polis dengan
sebab-sebab tertentu membatalkan kontraknya sebelum masa reversing period,
biasanya tahun ketiga maka yang bersangkutan tidak akan menerima kembali
uang yang telah dibayarkan kecuali sebagian kecil saja.31
i. Larangan Gharar (ketidakpastian)
Gharar dalam pengertian bahasa adalah al-khilda’ (penipuan), yaitu
suatu tindakan yang didalamnya diperkirakan tidak ada unsur kerelaan. M.Anwar
31
42
Ibrahim seperti yang diikuti oleh AM. Hasan Ali mengatakan bahwa fiqh hampir
dikatakan sepakat mengenai definisi gharar, yaitu untung-untungan yang sama
kuat antara ada dan tidak ada, ada sesuatu yang mungkin terwujud dan tidak
mungkin terwujud.
Kerancauan (gharar) dalam asuransi jiwa dikarenakan akad yang digunakan
adalah akad tabaduli atau akad pertukaran, yaitu pertukaran pembayaran premi
dengan uang pertanggungan. Dimana peserta mengetahui berapa yang akan
dibayarkan (jumlah seluruh premi). Secara syariah dalam akad pertukaran
tersebut harus jelas berapa yang harus dibayarkan dan berapa yang harus
diterima.32
j. Asas Investasi dan Menabung Untuk Cadangan Bencana
Asas ini memotivasi seorang muslim untuk berlaku hemat dan
membelanjakan uang serta menabung surplus pendapatan dan
menginvestasikannya agar dapat dimanfaatkan sewaktu terjadi musibah dan
krisis. Hal ini ditegaskan oleh Allah Swt sewaktu mendeskripsikan hamba-hamba
Allah yang bertakwa dengan label bijak dalam membelanjakan uang. Firman
Allah dalam QS. Al-Furqan (25):67
32
43
Artinya : “Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak
berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelajaran itu)
di tengah-tengah antara yang demikian.”( QS. Al-Furqan (25):67)
Al-qur’an sendiri sarat dengan ayat-ayat suci yang menekankan peran
kerja keras mencari rezeki dalam rangka memenuhi kebutuhan pokok dan
menjamin kebutuhan anak-anak di masa depan (sepeninggalnya), serta demi
memberikan rasa aman dan tenteram bagi keluarga.33
D. Sistem Asuransi Kolektif Islam
1. Konsep Asuransi Kolektif Islam
Sistem ini mengacu pada pemikiran kerjasama di antara sekelompok
orang yang membentuk satu organisasi massa, atau lembaga, maupun perusahaan,
dimana seluruh pihak bersama-sama menanggung beban bencana dan memberikan
sumbangan kompensasi bencana dengan cara membagi jumlah kompensasi
tersebut di antara mereka sehingga mampu meringankan sisa-sisa bencana dan
beban-bebannya.
33
44
Dengan kata lain, hal itu adalah sistem yang bertujuan untuk memecah
beban dan dampak materiil bencana yang menimpa seseorang dengan cara
membagi rata tanggungan dana ganti ruginya kepada sebanyak mungkin orang.
Akad asuransi ini merupakan akad sumbangan (tabarru’). Sebab premi
asuransi yang dibayar oleh peserta asuransi ini dapat dianggap sebagai sumbangan
untuk saudaranya sesama anggota kelompok asuransi yang sedang ditimpa
kemalangan. Dan jika tidak terjadi kerugian yamg mengimplikasikan ganti rugi,
maka setoran premi ini pun tetap menjadi milik kelompok asuransi.34
2. Asas Asuransi Kolektif Islam
Sistem asuransi kolektif Islam berpijak pada dua kategori asas, yaitu asas
kefikihan dan asas kolektif.
Pertama, asas kefikihan sistem asuransi kolektif Islam mencakup sebagai berikut:
1) Asuransi kolektif Islam merupakan akad sumbangan (tabarru’) yang bermisi
menjalin solidaritas dan kesetiakawanan dalam membagi (beban) marabahaya
dan memikul tanggung jawab terjadinya bencana melalui sumbangan dana
yang dialokasikan untuk memberikan santunan atau ganti rugi pada anggota
yang tertimpa musibah.
34
45
2) Asuransi jenis ini bersih dari riba, baik riba fadhl maupun riba nasi’ah. Sebab
akad para penyumbang saham asuransi tidak bersifat ribawi dan dana asuransi
yang terkumpul tidak diputar untuk transaksi-transaksi yang berbau riba.
3) Ketidaktahuan para peserta asuransi kolektif ini mengenai manfaat definitif
yang akan mereka nikmati tidak menjadi masalah, sebab mereka pada
dasarnya menyumbang, sehigga di sini tidak ada spekulasi, penipuan maupun
perjudian.
4) Dana peserta asuransi kolektif ini diinvestasikan secara Islami dalam
perspektif hukum dan prinsip syariat Islam, pada lahan investasi yang halal
dan baik, serta jauh dari unsur riba dan kebusukan.35
Kedua, asas kolektif sistem asuransi kolektif Islam meliputi:
1) Solidaritas Anggota; Asuransi ini berlandaskan asas saling tolong-menolong,
solidaritas dan kesetiakawanan diantara sekelompok orang untuk menangani
marabahaya dan mengatasi bencana.
2) Pelayanan Anggota; Asuransi ini bertujuan untuk melayani anggotanya dan
diwujudkan dalam bentuk pengasuransian mereka dari marabahaya. Ia sama
sekali tidak bertujuan komersil (profil oriented) dengan memberikan rasa
aman dan mewujudkan keuntungan.
3) Keanggotaan Terbuka; Anggota asuransi ini bisa dianggap sebagai partisipan.
Premi yang dibayarkan pun dapat dianggap sebagai sumbangan yang
35
46
diberikan secara sukarela dan senang hati untuk menyantuni orang yang
tertimpa musibah (kerugian). Dan disini setiap orang bisa bergabung kapan
saja.
4) Penginvestasian Premi; Sebagian dana premi diinvestasikan dalam bidang
investasi yang diperbolehkan syariat Islam, sehingga bersih dari syubhat riba.
E. Mekanisme Pengelolaan Dana Asuransi Kerugian Syariah
Perusahaan asuransi kerugian (umum) adalah perusahaan yang memberikan
jasa dalam penanggulangan risiko atas kerugian, kehilangan manfaat, dan tanggung
jawab hukum kepada pihak ketiga, yang timbul dari peristiwa yang tidak pasti.36
Dalam polis asuransi dan perjanjian reasuransi dengan prinsip syariah wajib
mengandung akad tabarru’ dan akad tijarah.37
Akad yang menjadi fokus utama dalam business process Asuransi Umum
Syariah adalah akad tabarru dan akad wakalah bil Ujrah. Adapun mengenai akad