ABSTRACT
THE ROLES OF BAPPEDA (REGIONAL PLANNING AGENC]')
IN REALIZING INTEGRATED RURAL AREAS IN TANJUNG RAJA SUB DISTRICT
OF NORTH LAMPI]NG DISTRICT
Kevwords
By
HABIBURAHIM
Integrated Rural Development Planning Program in district regular development ptar;ing and draft
of
main integrated rural development planning which was"o*pteiea with action plan as references
in
the RuralDevelopment Planning program was conducted based on Decree
of
Ministerof
Under Developnnent Rural Area No. 103 about location determination and frrnd allocationin 2011
which were followed with Decree of Regent in North Lampung No' 8/98/12-LU/HIC2012. There were 7 determined villages in Tanjung Raja sub district- To support the Rrnal Development Program, North Lampung regent published Decree of North Larnpung RegentNo: 8/183/25-LUMKJ2013 about Coordination Team of Rural Developmint flan and Bappeda (Reginal Planning Agency) served
as the coordinator. The problem of this research was how did the roles of Bappeda
in realizing Integrated R.ural Area in Tanjung Raja sub district of North Lampung district,
*a
*frut
were supporting aswell
as inhibiting factorsin
realizingIntegraied Rural Area. This ieiearch used normative and empirical jurisdiction..
The results showed that the roles of Bappeda in North Lampung in conducting integrated rural area included preparation, planning, conducting and funding,
*orito.irrg
and evaluation. Bappeda in North Lampung had has been roles inconducting integrated rural area in 7 villages in Tanjung Raja sub district'
: Rural Development Planning, Regional Development Planning,
TERPADUDIKECAMATANTANJUNGRAJAKABUPATEN
LAMPUNG UTARA Oleh
HABIBURAHIM
Program Bedah Desa dijalankan berdasar Kepmen PDT No. 103 tentang Penetapan Lok-asi dan Alokasi Dana 2011 yang ditindaklanjuti dengan Keputusan Bupati Lampung utaraNo. B/98/12-LUMK/2012. Tentang penetapan lokasi yainT desa di kecamatin Tanjung Raja. Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan Bedatr Desa maka dikeluarkan Keputusan Bupati Lampung Utara Nomor
:
B/183125-LUft,JK'nAl3 tentangTim
Koordinasi Bedah Desa dan sebagai koordinator lapangan .adllahnupp"Zu.p..*asalahan
:
Bagaimanakah peran BAPPEDA dalam mewujudkan Kawasan Perdesaan Terpadudi Kecamatan
Tanjung Raja Kabupaten Lampung lJtara? Serta Apakah yang menjadi Faklor Pendukung dan Faktor Penghambat dalam mewujudkanku*ur*
perdesaan Terpadu tersebutPendekatan masalah yangdigunakan dalam penulisan tesis ini adalah dengan manggunakan pendekatan yuridis no"rmatif dan pendetcatan yuridis empiris$asil Penelitian : Peran Bappeda Kabupaten
iu*pung
Utara dalam ielaksanaan kawasan perdesaan terpadu yang meliputi :Persiapan, Perencanaan, ielaksanaan dan Pendanaan, serta Monitoring dan Evaluasi' Berdasarkan hasil penelitian, Bappeda Kabupaten
L*pyog
Utara telah berperandalam pelaksanaan kawasan
p"id"*u*
terpadudi 7
(Tujuh) Desa, KecamatanTanjung Raja
PERANBAPPEDADALAMMEWUJUDKANKAWASAN
PERDESAAN TERPADU
DI KECAMATAN
TANJUNG
RAJA
KABUPATEN LAMPUNG
UTARA
Oleh
TIABIBURAHIM
Tesis
Sebagai
-
salah satu syarat untu-k-m-encapai gelarMAGISTER
IIUKUM
Pada
Program Pascasarjana Magist-er Hukum
Fakultas Hukum Universitas Lampung
PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER
HUKUM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
(Tesis)
Oleh
HABIBURAHIM
PROGRAM MAGISTER HUKUM
PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK………. i
HALAMAN JUDUL………. ii
PERSETUJUAN………... iii
PENGESAHAN……….... iv
PERNYATAAN……… v
RIWAYAT HIDUP………... vi
MOTTO……….. vii
PERSEMBAHAN………. vii
KATA PENGANTAR……….. ix
DAFTAR ISI………. x
DAFTAR TABEL……… xi
I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang………. 1
B. Permasalahan dan Ruang Lingkup……….. 6
C.Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian………. 6
D.Kerangka Teoritis dan Konseptual……… 7
II. TINJAUAN PUSTAKA 1. Perencanaan Pembangunan Daerah………... 18
a. Pengertian Perencanaan... 18
b. Pengertian Pembangunan... 23
c. Pengertian Perencanaan Pembangunan Daerah... 24
d. Proses Pengambilan Keputusan Perencanaan... 25
2. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah…….………... 30
3. Kawasan Perdesaan Terpadu... 33
4. Gambaran Umum Bapedda Lampung Utara... 37
a. Tugas Pokok dan Fungsi... 37
b. Struktur Organisasi... 37
III. METODE PENELITIAN A.Pendekatan Masalah………... 39
B.Sumber Data………... 39
C.Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data………... 41
Kawasan Perdesaan Terpadu di Kecamatan Tanjung
Raja Kabupaten Lampung Utara……….………... 44
B. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat
dalam mewujudkan Kawasan Perdesaan Terpadu
di Kecamatan Tanjung Raja Kabupaten Lampung Utara………... 77
V. PENUTUP
A.Simpulan………... 80 B.Saran………... 81
DAFTAR TABEL
Tabel Hal
1. Desa di Tanjung Raja……….. 52
2. Luas Wilayah di Kawasan Perdesaan Kabupaten Lampung Utara…. 53
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan seru sekalian alam yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya, sehingga penulis diberi kesempatan dan kemampuan serta kesehatan untuk dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan tesis dengan judul PERAN BAPPEDA
DALAM
MEW{iJUDKAI\ KAWASAF{ PERDESAANTERPADU DI KABI]PATEN LAMPUNG t UTARA.
Penulis akan menemui hambatan dan kesukaran, tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis dengan tulus menghaturkan ucapan terima kasih kepada:
l.
Ibu Dr. Yusnani Hasyim Zum, S.H.,M.Hum., selaku PembimbingI
yang penuh kesabaran, keikhiasan, ketekunan serta ketelitian sehingga terselesainya tesis ini-2. Bapak Dr. Budiyono, S.H., M.H., yang telah menjadi pembimbing tI dalam rangkapenelitian dan penulisan tesis ini. Bantuan pikiran dan bimbingan yang penulis
terima menambah wawasan dan kemampuan penulis dalam membuat tulisan dan kajian ilmiah.
3. Bapak Dr. HS. Tisnanta, S.H., M.H., yang telah menjadi Penguji
I
dalam rangka penelitian dan penulisan tesis ini.5.
6.
Dr. Yuswanto, S.H., M.H., yang telah menjadi Penguji III dalam rangka penelitian dan penulisan tesis ini.
Khusus kepada istriku tercinta Ervina Murniati, S.H. yang selalu mendampingiku serta memberikan dorongan semangat agar dapat menyelesaikan penulisan tesis ini dan anakku tersayang harapan masa depanku, M. Faishal Ricardo Habina yang selalu berdo'a dan penuh kesabaran menanti keberhasilan ayahandanya.
Kepada rekan-rekan Mahasiswa/Mahasiswi Program Magister Hukum Unila,
terima kasih atas kebersamaan dan keqja sama yang telah kita jalin bersama.
8. Selanjutnya dengan panuh rasa haru dan bangga penulis sampaikan kepada kedua
orangfuaku, kedua mertua, kakak, adik, ipar, keponakan, dengan penuh harapan dan penantian kepada penulis untuk segera menyelesaikan pendidikan ini. Terimakasih atas segala do'a yang telah diberikan sehingga penulis diberikan kekuatan, kesehatan dan keyakinan untuk meraih masa depan yang lebih baik. 9. Seiring dengan itu penulis ucapkan terima kasih kepada para dosen dan seluruh
staf karyawan dan karyawati Program Magister Hukum Unila yang tidak dapat penulis sebut kan satu persatu
Akhirnya dengan rasa kerendahan hati, Penulis sadm bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak kesalahan dan kekeliruan, untuk itu tegur dan sapa guna perbaikan tesis ini akan penulis hargai dengan iringan ucapan terima kasih.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
7.
1. Tim Penguji
KetuaTimPenguji : Dr. Yusnani Hasyim Zum, S,H., M.Hum
SelaetariMPenguji : Dr. Budiyorlo' S.H., M.H.
Penguji
: Dr. HS. Tiinanta, S-H., M.H.Penguji
:Ilr.
Muhammad Akib, S.H., M.Hum.Penguji
: Dr. Yuswanto, S.H., M.HumNrP 19621109 198703 1003
ffi";;
\f::S.j
irektur Program Pascasarj ana
- t, i l.f
. Dr. Sudjarwo, M.S.
r'gs:oszs 198103 1 002
Judul Tesis
Nama
Mahasiswa
:Nomor Pokok Mahasiswa :
Program Kekhususan : Program
Studi
:Fakultas
:Pembimbing I,
PERAN BAPPBI}A
I}ALAM
MEWUJUDKAN KAWASAN PERDESAAN TERPADUDI
KECAMATAN TANJUNG RAJA KABUPATEN LAMPUNG UTARAHabiburahim
132201 1018
Hukum Administrasi Negara
Program Pascasarjana Magister Hukum Hukum
.
MENYETUJUI
Dosen Pembimbing
Pembimbing II,
'ani Hasyim Zum, S.H., M.Hum. no, S.H., M.H.
s11028 197903 2 001 14 200501 I 002
MENGETAHUI
Ketua Program afJana
Program Studi Magister ukum Fakultas Hukum Lampung,
war, S.8., ilf.Hum. Dr. NIP
Budiyl
ffiffi
Dengan ini saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa:
1.
Tesis denganjudul
"Peran BAPPEDA Dalam Mewujudkan Kawasan Perdesaan TerpaduDi
Kecamatan Tanjung Raja Kabupaten LampungUtara" adalah karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan atas karya penulis lain dengan cara yang tidak sesuai dengan tata
etika ilmiah yang berlaku dalam masyarakat akademik atau yang disebut
plagiarisme.
2.
Hak
intelektual atas karya ilmiahUniversitas Lampung.
diserahkan sepenuhnya kepada
Atas pernyataan ini, apabila di kemudian hari ternyata ditemukan adanya ketidak
benaran, saya bersedia menanggung akibat dan sanksi yang diberikan kepada saya, saya bersedia dan sanggup dituntut sesuai dengan hukum yang berlaku.
Bandar Lampung, 4 Februari 2015 Pembuat Pernyataan,
PERSEMBAHAN
Tesis ini kupersembahkan kepada :
1. Istriku tercinta Ervina Murniati, SH dan anak harapan masa depanku, M.
Faishal Ricardo Habina dengan penuh kesabaran menunggu keberhasilan
ayahandanya.
2. Kedua Orangtuaku (Almarhum Achmad Isnawi dan Almarhumah Sri
Amnah), Kedua Mertuaku Mukhtaridi dan Aswati, Kakak, Adik-adikku yang
selalu memberikan semangat dan Do’a dalam menyelesaikan studiku.
3. Almamaterku Universitas Lampung dan Rekan-rekan Mahasiswa/Mahasiswi
Program Magister Hukum Universitas Lampung yang tak dapat saya sebutkan
Janganlah
malu betajar
dan malu
bertanya
bagi
seseorang
yang belum mengetahui
sesuatu
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Penulis di lahirkan di Kotabumi Kabupaten Lampung Utara pada Tanggal 2 Juli
1975, anak ke 3 (Tiga) dari 5 (Lima) bersaudara putra pasangan Alm. Isnawi dan
Almrhmh. Sri Amnah.
Riwayat Pendidikan SD Negeri 03 Kelapa Tujuh Kotabumi, SMP Negeri 02
Kotabumi, SMA Negeri 01 Kotabumi, Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Muhammadiyah
Kotabumi Lampung Utara tahun 2012 dan Pada tahun 2013 menjadi Mahasiswa
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Desa dalam Ketentuan Umum menurut Undang-Undang No 6 Tahun 2014
tentang Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah
yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan,
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul,
dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kawasan perdesaan menurut Pasal 1 ayat (9)
Undang-Undang No 6 Tahun 2014 tentang Desa adalah kawasan yang mempunyai
kegiatan ekonomi utama pada bidang pertanian, perikanan, perkebunan,
kehutanan, dan pengelolaan sumberdaya alam lainnya dengan susunan fungsi
kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan,
pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
Program Percepatan Pembangunan Perdesaan Terpadu atau Program Bedah
Desa adalah salah satu prioritas Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
(KPDT) untuk menangani pembangunan daerah tertinggal. Program Bedah Desa
mengajukan pendekatan atau cara pandang baru dalam upaya menangani isu
2
tertinggal. Pendekatan atau cara pandang baru itu adalah mengupayakan
pengembangan kawasan perdesaan terpadu, terutama untuk mendukung usaha daerah
tertinggal lepas dari kemiskinan dan ketertinggalan.
Kebijakan dan program Bedah Desa dijalankan berdasar fungsi kelembagaan
KPDT yakni, memfasilitasi koordinasi dan perumusan kebijakan pembangunan
daerah tertinggal berdasarkan potensi dan karakteristik lokal. Melalui Keputusan
Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal No. 103 tentang Penetapan Lokasi dan
Alokasi Dana TP KPDT TA 2011 ditetapkan 12 Kabupaten lokasi kegiatan Bedah
Desa, yaitu Kabupaten Empat Lawang, Kabupaten Lahat, Kabupaten Lampung Barat,
Kabupaten Lampung Utara, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Lebak, Kabupaten
Sigi, Kabupaten Tojo Una Una, Kabupaten Morowali, Kabupaten Lombok Tengah,
Kabupaten Bima, dan Kabupaten Timor Tengah Selatan.
Dalam konteks pencapaian Prioritas Nasional, maka Program Bedah Desa
diharapkan mampu mendukung upaya percepatan pembangunan daerah tertinggal
dengan meningkatkan perkembangan ekonomi daerah, kualitas sumber daya manusia
yang didukung oleh kelembagaan dan ketersediaan infrastruktur perekonomian dan
pelayanan dasar. Program Percepatan Pembangunan Perdesaan Terpadu atau Bedah
Desa merupakan upaya pengembangan kawasan perdesaan secara terpadu yang
dilaksanakan untuk meningkatkan dan mengembangkan ekonomi masyarakat
perdesaan sehingga tercapai sasaran masyarakat desa yang maju, produktif dan
Penetapan Lokasi Percepatan Pembangunan Kawasan Perdesaan Terpadu
Kabupaten Lampung Utara didasarkan pada surat Keputusan Bupati Lampung Utara
No. B/98/12-LU/HK/2012. Dari 19 desa yang berada di Kecamatan Tanjung Raja,
hanya 7 desa yang termasuk ke dalam kawasan perdesaan terpadu. Dalam surat
keputusan tersebut menetapkan tujuh desa yang berada di Kecamatan Tanjung Raja
sebagai kawasan perdesaan terpadu Kabupaten Lampung Utara, diantaranya Desa
Sindang Agung, Desa Mekar Jaya, Desa Suka Mulya, Desa Suka Sari, Desa Gunung
Katon, Desa Karang Waringin, dan Desa Tanjung Beringin. Pemilihan lokasi sasaran
adalah kawasan perdesaan yang terdiri dari desa-desa yang termasuk dalam
kelompok desa potensial berkembang. Kriteria desa potensial berkembang adalah
desa yang memiliki sumber daya manusia yang relatif maju, akan tetapi mengalami
perkembangan ekonomi yang relatif tertinggal atau belum maju.
Kawasan perdesaan terpadu yang dikembangkan di Kabupaten Lampung
Utara adalah terpadu secara pendanaan dan terpadu secara kawasan/ruang.
Sebagaimana diketahui, daerah tertinggal adalah daerah kabupaten yang masyarakat dan
wilayahnya relatif kurang berkembang dibandingkan dengan daerah lainnya. Penetapan
kabupaten tertinggal didasarkan pada seperangkat indikator1 yaitu: sumber daya manusia,
akses terhadap pendidikan dan kesehatan, ekonomi (kemiskinan dan lapangan pekerjaan),
infrastruktur (air bersih, listrik, jalan, dan telekomunikasi), kapasitas fiskal, dan karakteristik
daerah (rawan bencana, banjir).
1
4
Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan Bedah Desa maka Bupati
mengeluarkan Keputusan Bupati Lampung Utara Nomor : B/183/25-LU/HK/2013
tentang Tim Sekretariat, Tim Koordinasi, Tim Teknis, Forum Bedah Desa Kegiatan
Program Koordinasi Pembangunan Perdesaan Terpadu (Bedah Desa) yang bertugas
memfasilitasi terlaksananya kajian kebijakan dan pengembangan kawasan sesuai
kebutuhan pelaksanaan program, memfasilitasi konsultasi untuk efektifitas dan
efisiensi pelaksanaan program dalam perencanaan regular serta melakukan
pemantauan dan evaluasi pelaksanaan program Bedah Desa.
Sesuai dengan fungsi Bappeda sebagai badan perencanaan pembangunan di
daerah maka ditunjuklah Bappeda sebagai ketua Tim Forum Bedah Desa tersebut.
Bappeda dituntut untuk berperan secara aktif, efektif dan efisien dalam meletakkan
kerangka dasar pembangunan di daerah yang kokoh untuk dapat mewujudkan
keberhasilan pembangunan. Dapat dikatakan bahwa Bappeda sangat berperan
penting dalam pembangunan dan hal yang menentukan arah kebijaksanaan
pemerintah daerah dalam bidang perencanaan pembangunan di daerah. Kabupaten
Lampung Utara Termasuk dalam kategori daerah tertinggal di Indonesia melalui
Program Bedah Desa, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah sangat berperan
dalam Persiapan, Perencanaan, pelaksanaanya sekaligus mengkoordinir dinas-dinas
lain yang terkait. Namun dalam pelaksanaan koordinasi dari persiapan, perencanaan
pembangunan sampai dengan pelaksanaannya banyak menemui hambatan dan
Hal ini disebabkan Indonesia menganut sistem desentralisasi yang mempunyai
kelemahan yaitu banyaknya organ pemerintah yang terlibat, sehingga menciptakan
pemerintah yang komplek dan mempersulit koordinasi, sedangkan program
pembangunan mempunyai sifat antar sektor yang melibatkan lebih dari satu instansi.
Keberhasilan pelaksanaan program yang demikian pada akhirnya ditentukan oleh
kerjasama yang baik antar instansi yang terlibat. Dalam hal ini koordinasi antar
instansi yang memegang peranan penting.
Pengembangan kawasan perdesaan terpadu tersebut membutuhkan proses
transformasi sosial ekonomi masyarakat perdesaan yang meliputi pengembangan
kualitas sumber daya manusia, pemberdayaan ekonomi rakyat dan pengembangan
kawasan permukiman. Dalam hal ini dibutuhkan penyediaan input dan proses
kegiatan dalam pelaksanaan pembangunan perdesaan yang diarahkan untuk (1)
meningkatnya kualitas kehidupan dan pendapatan masyarakat perdesaan, (2)
mengembangkan kegiatan produksi unggulan perdesaan dan/atau kabupaten; (3)
memperkuat kapasitas kelembagaan, dan (4) mengembangkan fungsi dan kualitas
kawasan permukiman.2
Dari latar belakang di atas maka penulis mengambil judul: PERAN
BAPPEDA DALAM MEWUJUDKAN KAWASAN PERDESAAN TERPADU DI
KECAMATAN TANJUNG RAJA KABUPATEN LAMPUNG UTARA.
2Ibid
6
B. Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup Penelitian
1. Permasalahan
Permasalahan dalam tesis ini adalah sebagai berikut:
a. Bagaimanakah peran BAPPEDA dalam mewujudkan Kawasan Perdesaan
Terpadu di Kecamatan Tanjung Raja Kabupaten Lampung Utara?
b. Apakah yang menjadi Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat dalam
mewujudkan Kawasan Perdesaan Terpadu di Kecamatan Tanjung Raja
Kabupaten Lampung Utara?
2. Ruang Lingkup
Adapun ruang lingkup dari penelitian ini dilihat dari substansinya merupakan
kajian Ilmu Hukum Administrasi Negara dan dilihat dari sudut lokasi penelitian
dibatasi pada peran Bappeda dalam mewujudkan Kawasan Perdesaan Terpadu di
Kecamatan Tanjung Raja Kabupaten Lampung Utara.
C. Tujuan Pelitian dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang akan dibahas maka, tujuan yang ingin
dicapai dalam penelitian ini adalah:
a. Menganalisis pelaksanaan pengembangan kawasan perdesaan terpadu.
b. Menganalisis Peran Bappeda dalam kawasan perdesaan Terpadu di Kabupaten
2. Kegunaan Penelitian
Secara garis besar kegunaan penelitian ini adalah :
a. Kegunaan Teorietis
Kegunaan penelitian ini berkaitan dengan masalah agar dapat memberikan
sumbangsih pemikiran untuk Kabupaten Lampung Utara mengenai Peran Bappeda
dalam kawasan perdesaan Terpadu di Kecamatan Tanjung Raja Kabupaten Lampung
Utara. Selain itu juga untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, yang diharapkan
dapat memberi sumbangan pemikiran dan untuk melengkapi serta menambah
bacaan-bacaan yang mungkin sudah ada khususnya yang menyangkut masalah tersebut.
b. Kegunaan Praktis
Kegunaan penelitian ini secara praktis sebagai bahan pemikiran dan masukan
untuk Peran Bappeda dalam kawasan perdesaan Terpadu di Kabupaten Lampung
Utara. Kegunaan secara praktis ini berguna bagi Masyarakat di Kecamatan Tanjung
Raja Lampung Utara, pemerintah daerah, sehingga dapat menjadi acuan dalam
penerapan peran Bappeda dalam kawasan perdesaan terpadu di Kabupaten Lampung
Utara yang berkualitas.
D. Kerangka Teorietis dan Konseptual
l. Kerangka Teori
Berpijak pada studi efektifitas hukum merupakan suatu kegiatan yang
8
perbandingan realitas hukum dengan ideal hukum. Secara khusus terlihat jenjang
antara hukum dalam tindakan dengan hukum dalam teori. Roscouepound menyatakan
bahwa, kegiatan ini akan memperlihatkan kaitan antara law in books dan law in
action, 3
Jelaslah bahwa studi efektifitas hukum adalah menelaah apakah hukum itu
berlaku atau tidak. Untuk mengetahui berlakunya hukum ditempuh dengan cara
membandingkan antara ideal hukum (kaidah yang dirumuskan dalam undang-undang
atau keputusan hakim) dengan realitas hukum (hukum dalam tindakan). Apabila ideal
hukum berhasil mengatur sikap tindak atau prilaku tertentu, maka hal itu dikatakan
hukum berhasil mencapai tujuannya. Sebaliknya, apabila ideal hukum tidak berhasil
mengatur sikap tindak atau prilaku tertentu, hal ini dikatakan hukum gagal mencapai
tujuannya.
Pasal 19 huruf (b) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
menyatakan bahwa yang dimaksud dengan kewenangan lokal berskala desa adalah
kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat desa yang telah
dijalankan oleh Desa atau mampu dan efektif dijalankan oleh desa atau yang muncul karena
perkembangan desa dan prakarsa masyarakat desa. Kewenangan untuk mengatur dan
mengurus urusan pemerintahannya sendiri tersebut mencakup pula kewenangan dalam
penyelenggaraannya, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pengendalian dan
evaluasi.
3
Teori kewenangan menurut Ridwan HR, adalah hukum organisasi pemerintah,
yang dapat dijelaskan sebagai keseluruhan aturan-aturan yang berkenaan dengan
perolehan dan penggunaan wewenang pemerintah oleh subjek hukum publik di dalam
hubungan hukum publik4. Hal tersebut menjelaskan bahwa kewenangan adalah suatu
aturan-aturan yang diberikan kepada organisasi pemerintah untuk menjalankan
peranananya berdasarkan ketentuan-ketentuan yang berlaku.
Menurut Bagir Manan, wewenang daiam bahasa hukum tidak sama dengan
kekuasaan (match). Kekuasaan hanya menggambarkan hak untuk berbuat atau tidak
berbuat. Di dalam hukum, wewenang sekaligus berarti hak dan kewajiban. Berkaitan
dengan pemerintahan, hak mengandung kekuasaan untuk mengatur dan mengelola,
sedangkan kewajiban secara horizontal berarti kekuasaan untuk menyelenggarakan
pemerintahan sebagaimana mestinya. Vertikal berarti kekuasaan untuk menjalankan
pemerintahan dalam suatu tertib ikatan pemerintahan negara secara keseluruhan.
Secara teorietis kewenangan yang bersumber dari peraturan
perundangundangan diperoleh rnelalui 3 (tiga) cara, yaitu:
a. Atribusi adalah wewenang yang melekat pada suatu jabatan yang berasal dari
undang-undang.
b. Delegasi adalah pemindahan/pengalihan kewenangan yang ada atau dengan kata
lain pemindahan kewenangan atribusi kepada pejabat dibawahnya dengan
dibarengi pemindahan tanggungi awab.
4
10
c. Mandat dalam hal ini tidak ada sama sekali pengakuan kewenangan atau pengalih
tanganan kewenangan, yang ada hanya janji kerja intern antara penguasa dan
pegawai.
Selain teori kewenangan, juga digunakan teori Perencanaan menurut Sondang
P Siagian. Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran penentuan secara
matang dari hal-hal yang akan dikerjakan di masa yang akan datang dalam rangka
yang telah ditentukan.
Pengertian lain perencanaan adalah Aktifitas pokok dalam manajemen yang
menggambarkan hal-hal yang akan dikerjakan dan cara mengerjakannya dalam
rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan. Perkerjaaan perencanaan ini
merupakan salah satu fungsi manajer, di samping fungsi-fungsi pokok lainnya, yaitu
penggerakan dan pengontrolan.5
Tujuan dari perencanaan pembangunan daerah adalah mempersiapkan
rencana, menyusun dan menilai, pelaksanaan program pemerintah daerah, baik
daerah provinsi, daerah kabupaten, dan daerah kota yang bersifat otonomi, karena
pentingnya perencanaan pembangunan daerah tersebut maka diperlukan koordinasi
dalam arti mengatur dan membina kerjasama dalam penyusunan program pemerintah
daerah.
5
Suatu pembangunan nasional dan daerah memerlukan perencanaan yang
menyeluruh, terarah, dan terpadu untuk menghasilkan serta mencapai kemajuan
seperti yang diharapkan, perencanaan pembangunan daerah itu dikoordinasikan oleh
suatu badan yakni bappeda. Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Utara
Nomor 21 tahun 2011 tentang pembentukan organisasi dan tata kerja Pemerintah
Daerah Kabupaten Lampung Utara, Badan perencanaan pembangunan daerah
mempunyai tugas pokok membantu kepala daerah dalam menyusun dan menentukan
kebijaksanaan di bidang perencanaan pembangunan penelitian dan pengembangan
wilayah serta penilaian atas pelaksanaannya.
Untuk mencapai hasil pembangunan yang memuaskan maka perlu
perencanaan dalam menentukan prioritas pembangunan dan menentukan program
atau proyek-proyek pembangunan berdasarkan sumber dan kemampuan yang ada,
suatu usaha tanpa direncanakan terlebih dahulu belum tentu membawa hasil yang
memuaskan, sekalipun telah diorganisir, digerakkan dan dikontrol dengan teliti.
Kaitannya dengan perancanaan dan pelaksanaan kawasan perdesaan terpadu,
efektif atau tidaknya tidak terlepas dari peranan Kepala Daerah atau Bupati, sekaligus
Kepala Wilayah dan administrator pembangunan serta koordinator pembangunan
kawasan perdesaan terpadu yang harus mampu memimpin, membina, mengawasi dan
mengkoordinasikan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan kawasan perdesaan
terpadu serta dapat mengarahkan masyarakat mengerti akan pentingnya
12
Tugas pokok Kepala Daerah adalah sebagai pelaksana kebijakan daerah atau
administrator, sebagai manifestasi dari kebijakan yang berupa kebijaksanaan di
bidang pembangunan, Bupati tidak dapat melaksanakannya sendiri, melainkan perlu
dibantu Badan Perencanaan Pembangunan Daerah.6
Peranan (role) merupakan aspek dinamis dari kedudukan (status) apabila
seseorang (badan) telah melakukan hak dan kewajibannya, maka ia telah menjalankan
sesuatu peranan tersebut,7 Selanjutnya dinyatakan :
“Peranan adalah suatu sistem kaidah-kaidah yang berisikan patokan-patokan
prilaku pada kedudukan-kedudukan tertentu di dalam masyarakat, kedudukan
mana yang mempunyai peranan tadi dinamakan pemegang peran tersebut
(role perpormance). Suatu peranan tertentu dari pribadi atau kelompok dapat
dijabarkan sebagai berikut :
a. Peranan yang ideal (ideal role),
b. Peranan yang seharusnya (expected role)
c. Peranan yang dianggap oleh diri sendiri (perceived role)
d. Peranan yang sebenarnya ditentukan (actual role) 8
Penyelesaian permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam pemerintahan
dengan membuat keputusan-keputusan yang berasionalitas maksimal dan menjadikan
efisiensi dapat berjalan secara otomatis dalam masyarakat. Untuk meneliti peran
6
Yosef Riwo Kaho. Prospek Otonomi Daerah di Negara Republik Indonesia. Rajawali Press, Jakarta. 1980. hlm.51.
7
Soerjono Soekanto. Tata Cara Penyusunan Karya Ilmiah Bidang Hukum. Gramedia Indonesia, Jakarta. 1982. hlm. 1219
8Ibid.
Bappeda dalam menyusun kebijaksanaan, peneliti mengacu pada teori yang
dikemukakan JHA. Logeman9 yaitu :
“Negara adalah suatu organisasi, yaitu sekelompok manusia yang dengan
bekerjasama dan pembagian tugas mengusahakan suatu tujuan bersama.
Dengan pembagian tugas masing-masing dari mereka yang bekerjasama itu
mempunyai suatu tugas tertentu dalam hubungan dengan keseluruhan, ini
yang disebut suatu “fungsi” dan khusus mengenai negara, fungsi itu disebut
“jabatan”. Tiap-tiap organisasi mempunyai pimpinan tertinggi, yang
dipercayakan kepada pejabat-pejabatnya yang tertinggi. Bagi negara,
pimpinan tertinggi itu adalah Pemerintah. Tugasnya adalah menjaga agar
semua bagian dari organisasi masing-masing mengusahakan tujuan yang tepat
dengan cara yang tepat”.
Teori peranan yang dikemukakan Soerjono Soekanto di atas digunakan untuk
menunjukkan berfungsi atau tidaknya suatu kedudukan dalam hubungan dengan
tugasnya. Berdasarkan teori tersebut peranan dapat diasumsikan bahwa kedudukan
dan fungsi tersebut dapat dikatakan berperan apabila telah memiliki tiga syarat, yaitu:
(1) Kedudukan dalam kaitan dengan fungsinya berperan sebatas apa yang terkonsep
dalam Undang-Undang, artinya dalam melakukan perannya Badan Perencanaan
dan Pembangunan Daerah hanya mampu melaksanakan ketentuan normatif saja.
9
14
(2) Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah dapat melaksanakan perannya
tidak hanya sebatas normatifnya saja, namun lebih luas, yaitu dapat menyusun
kebijakan untuk mencapai apa yang menjadi tujuan dari peran tersebut.
(3) Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah dalam kaitan dengan fungsinya
berperan sebatas yang berkualifikasi actual, yaitu melakukan perannya yang
sangat tergantung dari situasi dan kondisi serta sarana dan prasarana untuk
mencapai tujuannya.
Relevansi peranan dan fungsi Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah,
Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Utara No 21 Tahun 2011 Tentang
Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Lampung
Utara, menjelaskan hal tersebut yaitu mempunyai tugas pokok dan fungsi membantu
Kepala Daerah dalam menyusun dan menentukan kebijakansanaan dan
pengembangan wilayah serta penilaian atas pelaksanaannya, fungsi Badan
Perencanaan dan Pembangunan Daerah sebagaimana dimaksud di atas meliputi :
a. Menyusun perumusan kebijakan teknis perencanaan;
b. Melakukan pengoordinasian penyusunan perencanaan pembangunan;
c. Penyusunan dokumen perencanaan pembangunan
d. Melakukan pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang perencanaan
pembangunan daerah; dan
e. Melakukan pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh bupati sesuai dengan
Daerah tertinggal adalah daerah kabupaten yang masyarakat dan wilayahnya
relatif kurang berkembang dibandingkan dengan daerah lain secara nasional.
Penetapan kabupaten tertinggal didasarkan pada seperangkat indikator yaitu: sumber
daya manusia, akses terhadap pendidikan dan kesehatan, ekonomi (kemiskinan dan
lapangan pekerjaan), infrastruktur (air bersih, listrik, jalan, dan telekomunikasi),
kapasitas fiskal, dan karakteristik daerah (rawan bencana, banjir).
Forum Bedah Desa adalah forum multistakeholder untuk mendukung
pengembangan perdesaan terpadu. Forum Bedah Desa berkedudukan di Kabupaten.
Pembentukan Forum Bedah Desa difasilitasi oleh fasilitator kabupaten dan
Bappeda/Tim Koordnasi Kabupaten Program Bedah Desa.
2. Kerangka Konseptual
Pada penulisan tesis ini penulis rnenggunakan beberapa istilah yang
pengertiannya adalah sebagai berikut:
a. Peranan adalah suatu sistem kaidah-kaidah yang berisikan patokan-patokan prilaku
pada kedudukan-kedudukan tertentu di dalam masyarakat, kedudukan mana yang
mempunyai peranan tadi dinamakan pemegang peran (role performance).10 b. Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah yang selanjutnya disebut Bappeda
adalah badan staf yang langsung berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Bupati sebagai Kepala Daerah, yang memiliki tugas pokok membantu Bupati
10
16
dalam menentukan kebijaksanaan di bidang perencanaan pembangunan, serta
penilaian atas pelaksanaannya. 11
c. Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya
disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah
yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak
tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
d. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama
lain dibantu perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa. 12
e. Badan Permusyawaratan Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah lembaga
yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya merupakan wakil dari
penduduk Desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara
demokratis. 13
f. Kawasan Perdesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan ekonomi utama
pada bidang pertanian, perikanan, perkebunan, kehutanan, dan pengelolaan
sumberdaya alam lainnya dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat
11
Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Utara Nomor 21 tahun 2011 tentang pembentukan organisasi dan tata kerja perangkat daerah kabupaten lampung utara
12Ibid
13
permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan
kegiatan ekonomi. 14
g. Kawasan Perdesaan Terpadu adalah terpadu secara multistakeholders
(kelembagaan yang mendukung kegiatan/berbagai instansi, terpadu secara
pendanaan dan terpadu secara kawasan/ruang). 15
14Ibid.
hlm 3
18
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Perencanaan Pembangunan Daerah
1. Pengertian Perencanaan
Perencanaan adalah proses continue, yang terdiri dari keputusan atau pilihan
dan berbagai cara untuk menggunakan sumber daya yang ada, dengan sasaran untuk
mencapai tujuan tertentu dimasa mendatang. Pada dasarnya segala kegiatan
pembangunan itu baru akan terarah apabila dilandaskan pada suatu perencanaan
pembangunan dan dikontrol, serta dievaluasi. Banyak pendapat tentang perncanaan
pembangunan, antara lain pendapat yang dikemukakan oleh Sondang P Siagian.1 Menurutnya perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran penentuan secara
matang dari hal-hal yang akan dikerjakan di masa yang akan datang dalam rangka
yang telah ditentukan.
Sementara itu menurut Pariata Westra. 2 dalam bukunya Ensklopedia Administrasi, perencanaan adalah :
Aktivitas pokok dalam manajemen yang menggambarkan hal-hal yang akan
dikerjakan dan cara mengerjakannya dalam rangka mencapai tujuan yang telah
ditentukan. Perkerjaaan perencanaan ini merupakan salah satu fungsi manajer,
disamping fungsi-fungsi pokok lainnya, yaitu penggerakan dan pengontrolan.
1
Sondang P Siagian. Administrasi Pembangunan, Gunung Agung, Cetakan 10, Jakarta. 1983. hlm. 18
Sebagaimana dikemukakan oleh Soul M. Ketz, dalam bukunya A. Sistem
Approach to Development Administration, yang dikutip Bintaro
Tjokroamidjojo3, bahwa perencanaan merupakan suatu hal yang sangat penting, yaitu :
1) Dengan adanya perencanaan diharapakan terdapatnya suatu pengarahan
kegiatan, adanya pedoman bagi pelaksanaan bagi kegiatan-kegiatan yang
ditujukan kepada pencapaian tujuan pembangunan.
2) Dengan perencanaan maka dilakukan suatu perkiraan terhadap hal-hal dalam
pelaksanaan yang akan dilalui. Perkiraan dilakukan mengenai potensi-potensi
dan prospek-prospek perkembangan tetapi juga mengenai hambatan-hambatan
dan resiko-resiko yang mungkin dihadapi. Perencanaan mengusahakan supaya
ketidakpastian dapat dibatasi sedikit mungkin.
3) Perencanaan memberikan kesempatan untuk memilih berbagai alternatif
tentang cara yang terbaik (the best alternative) atau kesempatan untuk
memiliki kombinasi cara yang terbaik (the best combinasition)
4) Dengan perencanaan dilakukan penyusunan skala prioritas, memilih
urutan-urutan dari segi pentingnya suatu tujuan, sasaran maupun kegiatan usahanya.
5) Dengan adanya rencana maka akan ada suatu alat pengukur atau standar untuk
mengadakan pengawasan/kontrol.
Czeslaw Brobowski (Basic Problem of Planning, 1964) memberikan difinisi
tentang perencanaan yaitu “Perencanaan adalah suatu himpunan dari keputusan akhir,
3
20
keputusan awal dan dan proyeksi kedepan yang konsisten dan mencakup beberapa
periode waktu, dan tujuan utamanya adalah mempengaruhi seluruh perekonomian
suatu negara”. 4
Diana Conyers dan Peten Hits (An Introduction Development Planning in the
Trird Woeld, 1984) menyatakan bahwa “Perencanaan dalah proses yang kontinyu,
yang terdiri dari keputusan atau pillihan dari berbagai cara untuk menggunakan
sumber daya yang ada, dengan sasaran untuk mencapai tujuan tertentu dimasa
mendatang, sehingga ia mendifinisikan perencanaan teknik/cara untuk mencapai
tujuan, untuk mewujudkan maksud dan sasaran tertentu yang telah ditentukan
sebelumnya dan telah dirumuskan dengan baik oleh Badan Perencanaan Pusat” 5
Memperhatikan pendapat di atas dapat ditarik pengertian bahwa perencanaan
adalah suatu proses yang menghasilkan suatu rencana merupakan
pemikiran-pemikiran kedepan secara matang yang mewujudkan pengambil keputusan sebagai
persiapan untuk melakukan tindakan-tindakan terhadap pencapaian tujuan tersebut
dilakukan satu himpunan pengambilan keputusan.
Dari difinisi yang telah diberikan di atas terlihat adanaya berbagai elemen
dalam perencanaan yang perlu diuraikan lebih lanjut antara lain :
a. Merencanakan berarti memilih
4
Fahmi Agus Wibowo. Konsep Dasar Perencanaan. Fahmiagus@blogspot.com. 2013
Menunjukkan bahwa dalam melakukan perencanaan, para pengambil
keputusan harus mampu melakukan suatu pilihan, karena tidak semua kebijakan
dapat dilakukan secara sekaligus.
(1) Memilih berbagai alternatif tujuan agar terdapat kondisi yang lebih baik.
(2) Memilih cara/kegiatan untuk mencapai tujuan/sasaran dari kegiatan tersebut.
b. Perencanaan sebagai alat untuk mengalokasikan sumber daya.
Perencanaan harus dapat memutuskan agar berbagai potensi sumber daya yang
ada (SDA, SDM, dan Modal) dapat dimanfaatkan sebaik mungkin. Oleh
karenanya jumlah dan mutu berbagai sumber daya ini menjadi sangat penting
dalam proses menetukan berbagai tindakan. Di lain pihak, sumber daya terbatas
sehingga perlu dilakukan pengalokasian sumber daya sebaik mungkin.
Konsekuensinyapengumpulan dan analisis data dan informasi mengenai
ketersedian sumber daya yang ada menjadi sangat penting. 6 c. Perencanaan sebagai alat untuk mencapai tujuan/sasaran.
Hal ini memunculkan masalah lain mengenai bentuk dan tujuan yang ingin
dicapai serta proses memformulisasikan tujuan/goal tersebut beberapa masalah
yang dihadapi dalam pembuatan tujuan tersebut antara lain:
(1) Tujuan tidak terdifinisikan dengan baik
(2) Tujuan tidak realistis
(3) Perencanaan cenderung mencapai lebih dari satu tujaan, dan kadang-kadang
tujuan tidak konsisten satu sama lain
6
22
(4) Tujuan dipertanyakan atau tidak sesuai dengan tujuan pengambilan
keputusan lain.
d. Perencanaan berhubungan dengan masa yang akan datang, sehingga sangat
berkaitan dengan masalah ketidak pastian implikasinya perencanaan sangat
berkaitan dengan kegiatan.
(1) Proyeksi/pridiksi mengenai apa yang akan terjadi dimasa datang
(2) Penjadwalan kegiatan, dan
(3) Monitoring dan Evaluasi 7 e. Perencanaan sebagai suatu proses
Perkembangan perencanaan pada dasarnya juga merupakan suatu proses. Dengan
demikian terlihat bahwa orientasi perencanaanpun selalu berubah dari waktu ke
waktu. Beberapa perubahan yang dapat didifinisikan :
(1) Perubahan kesadaran akan perlunya perencanaan
Dulu perencanaan dilakukan setelahada masalah, sedangkan perencanaan
dilakukan untuk mencegah kegagalan di masa mendatang. Dengan demikian
dibutuhkan berbagai forecasting yang tekhniknya terus berkembang dari
waktu ke waktu.
(2) Perubahan metode
Dulu bentuk perencanaan lebih tertutup dan terpisah satu sama lain. Dengan
demikian terdapat berbagi perencanaan yang terpisah satu sama lin, sekarang
hubungan berbagai faktor ekonomi integritas dari berbagai bagian tertutup
dari kebijakan ekonomi.
7Ibid.
(3) Tujuan intervensi lebih luas
Dulu tujuan dari perencanaan adalah untuk “menyembuhkan”permasalahan
(negatif) yang muncul. Sekarang perencanaan digunakan untuk
menyesuiakan diri dari proses ekonomi. Perrencanaan menjadi kegiatan
normal pemerintah dalam menjalankan fungsinya dan dalam proses
produktif.
2. Pengertian Pembangunan
Sondang P siagian.8 mendefinisikan Pembangunan yaitu : “Suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana yang dilakukan secara
sadar oleh suatu bangsa negara dan pemerintah menuju modernitas dalam rangka
pembinaan bangsa (natton building)”.
Pembangunan dapat pula diartikan sebagai proses tindakan untuk mengubah
kehidupan dan penghidupan penduduk, sehingga dapat memenuhi segala macam dan
bentuk kebutuhan secara layak, bahkan mampu memenuhi peningkatan kebutuhan
perkembangan penduduknya serta sesuai ilmu tekhnologi dan tekhnik yang semakin
maju. Apabila definisi di atas dijabarkan lebih lanjut akan terlihat beberapa ide pokok
yang terkandung didalamnya sebagaimana dikemukakan oleh Sondang P Siagian. 9
8Ibid.
. hlm.2
9
24
3. Pengertian Perencanaan Pembangunan Daerah
Setelah kita mengetahui definisi pembangunan, maka selanjutnya perlu
diketahui pengertian perencanaan pembangunan. Perencanaan pembangunan dapat
diartikan sebagai kegiatan yang merupakan proses mempersiapkan secara sistematis
kegiatan pembangunan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan dimana pemilihan tujuan dilakukan secara sadar atas dasar skala
kebutuhan dan dengan memperhatikan faktor-faktor keterbatasan yang ada.
Ketika menyusun suatu perencanaan pembangunan, maka ada lima hal pokok
yang perlu mendapat perhatian, yaitu :
a. Permasalahan dan potensi yang ada
b. Tujuan serta sasaran yang ingin dicapai
c. Kebijaksanaan dan cara untuk mencapai tujuan dan sasaran etrasebut
d. Penerjemahan rencanan kedalam bentuk program yang nyata.
e. Jangka waktu pencapaian tujuan
Pengertian perencanaan pembangunan sebagaimana telah diuraikan di atas,
merupakan pengertian perencanaan pembangunan secara umum. Dalam kaitannya
dengan penelitian ini perencanaan pembangunan yang dimaksudkan adalah
perencanaan pembangunan daerah. Perencanaan pembangunan daerah dalam arti
sempit adalah perencanaan pembangunan yang akan dilaksanakan oleh aparat
adalah seluruh kegiatan perencanaan pembangunan yang akan dilaksanakan di
daerah, baik oleh aparat Pemerintah Daerah, Pusat maupun masyarakat.
4. Proses Pengambilan Keputusan Perencanaan
Perencanaan merupakan kegiatan pengambilan keputusan dari sejumlah
pilihan mengenai sasaran dan cara-cara yang akan dilaksanakan dimasa depan guna
mencapai tujuan yang diinginkan, serta perantaraan dan penilaian atas perkembangan
hasil pelaksanaannya yang akan dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan
Dadang Solihin. 10
Proses pengambilan keputusan perencanaan secara sistematis dan
berkesinambungan dapat dilaksanakan melalui perencanaan jangka panjang,
menengah dan tahunan.
a. Perencanaan Jangka Panjang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah yang selanjutnya disingkat RPJP
Daerah Kabupaten Lampung Utara Tahun 2005-2025 adalah dokumen perencanaan
daerah untuk periode 20 (dua puluh) tahun, sebagaimana diatur dalam Peraturan
Daerah Nomor 10 Tahun 2008. Kurun waktu dua puluh tahun dipergunakan sebagai
tolak ukur waktu perubahan generasi suatu bangsa. Visi adalah gambaran masa depan
yang ingin dicapai dalam kurun waktu tertentu visi bersifat kearifan yang menyentuh
hati dan menggerakan jiwa untuk berbuat. Rumusan visi menjadi inspirasi, motivasi
10
26
dan bernegara menuju masa depan yang dicita-citakan. Visi Kabupaten Lampung
Utara 2025 mencakup aspek kehidupan berbangsa dan bernegara dengan
memperhatikan tantangan yang dihadapi saat ini dan masa akan datang, serta
memperhitungkan kecenderungan terlaksananya secara terukur pada tahun 2025
sebagai visi 2025 adalah “Terwujudnya masyarakat Indonesia yang religious, bersatu,
demokrasi, adil, sejahtera, maju dengan penyelenggaraan yang baik dan bersih”.
Dengan visi tersebut jelaslah kearahmana perecanaan 25 tahun yang akan datang,
terutama yang menyangkut masalah Pembangunan Bangsa Indonesia kedepan dengan
harapan mencakup seluruh aspek kehidupan bangsa dan Negara.
Perwujudan visi Indonesia 2025, tidak lepas dari berbagai tantangan, ada 7
(tujuh) macam tantangan keadaan dan perubahan saat ini dan masa depan, baik dari
dalam maupun dari luar negeri, yaitu:
(1) Pemantapan peraturan bangsa dan kesatuan Negara,
(2) Sistem hukum yang adil
(3) Sistem politik yang demokratif,
(4) Sistem ekonomi yang adil dan produktif,
(5) Sumber daya manusia yang bermutu
(6) Sistem social yang beradab
(7) Globalisasi
(Dadang Solihin) 11
Tantangan-tantangan tersebut akan terjadi dimana saja dan kapan saja
diseluruh wilayah Indonesia, baik dari tingkat daerah sampai ketingkat pusat.
b. Perencanaan Jangka Menengah
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang selanjutnya disingkat
RPJM Daerah Kabupaten Lampung Utara Tahun 2009-2014 adalah dokumen
perencanaan daerah untuk periode 5 (lima) tahun.
Perwujudan visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, melalui misi
sebagai berikut :
(1) Pengamalan Pancasila secara konsisten dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara
(2) Penegakan kedaulatan rakyat dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara
(3) Peningkatan pengamalan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari untuk
mewujudkan kualitas keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa
dalam kehidupan dan mantapnya persaudaraan umat beragama yang berakhlak,
toleran, rukun dan damai.
(4) Penjaminan kondisi aman, damai, tertib dan ketentraman masyarakat.
(5) Perwujudan sistem hukum nasional, dan menjalin tegaknya supremasi hukum
28
(6) Perwujudan kehidupan social budaya yang berkepribadian, dinamis, kreatif dan
berdaya tahan pengaruh globalisasi
(7) Pemberdayaan masyarakat dan seluruh kekuatan ekonomi nasional, terutama
pengusaha kecil, menengah dan koperasi dan mengembangkan sistem ekonomi
kerakyatan yang bertumpu pada mekanisme pasar yang berkeadilan yang
berbasis pada sumber daya alam dan sumber daya manusia yang produktif,
mandiri, maju, berdaya saing, berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.
(8) Perwujudan kesejahteraan rakyat yang ditandai oleh meningkatnya kualitas
kehidupan yang layak dan bermartabat serta member perhatian utama pada
tercukupnya kebutuhan dasar yaitu pangan, sandang, papan, kesehatan,
pendidikan dan lapangan kerja.
(9) Perwujudan aparatur Negara yang berfungsi melayani masyarakat, professional,
berdaya guna, produktif, transparan, beban dari korupsi, kolusi, dan nepotisme.
(10)Perwujudan sistem iklim pendidikan nasional yang demokratis dan bermutu guna
memperteguh akhlak mulia, kreatif, inovatif, berwawasan kebangsaan,
cerdas,sehat, berdisiplin dan bertanggungjawab, berketrampilan serta menguasai
ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka mengembangkan kualitas
manusia.
(11)Perwujudan politik luar negeri yang berdaulat, bermartabat, bebas dan produktif
bagi kepentingan nasional dalam menghadapi perkembangan global. 12
c. Perencanaan Tahunan
Rencana Pembangunan Tahunan Daerah (Rapetada) merupakan pelaksanaan
Program Pembangunan Nasional (Propenasi). Rapetada memuat keseluruhan
kebijakan publik yang terkait dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
Kebijakan tersebut ditetapkan bersama-sama oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan
Pemerintah. Dengan cakupan dan cara penetapan tersebut Rencana Pembangunan
Tahunan mempunyai fungsi pokok :
(1) Menjadi acuan bagi seluruh komponen bangsa (penyelenggara Negara baik di
pusat maupaun di daerah) dan masyarakat (termasuk dunia usaha), karena
memuat keseluruhan kebijakan publik.
(2) Menjadi pedoman dalam menyusun Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara,
karena memuat arah kebijakan pembangunan nasional dalam satu tahun.
(3) Menciptakan kapasitas kebijakan, karena merupakan komitmen bangsa yang
ditetapkan oleh eksekutif dan legislatif.
Mengingat ketersediaan sumber daya yang terbatas, maka perlu ditetapkan
fokus prioritas pembangunan nasional tahunan yang mengarah pada rencana tindak.
Pemecahan akan permasalahan prioritas pembangunan nasional ditetapkan dengan
pertimbangan :
(1) Berdampak luas pada penyelesaian permaslahan yang dihadapi bangsa
(2) Bersifat penting dan mendesak untuk segera dilaksanakan dalam tahun yang
30
Salah satu permasalahan yang menonjol adalah bidang ekonomi. Masalah
kronis dibidang ini lambat laun akan merembet pada bidang-bidang lain dalam
Perencanaan Nasional yang mencakup seluruh bidang kehidupan berbangsa dan
bernegara. Beberapa masalah kronis tersebut antara tercermin pada membengkaknya
pinjaman luar negeri (pemerintah dan swasta), ketahanan perubahan yang relatif
masih terbatas, dan kekayaan sumber daya alam yang belum bermanfaatkan secara
optimal bagi kepentingan bangsa dan Negara.
Permasalahan tersebut, tidak menutup kemungkinan akan terjadi pula di
daerah-daerah, terutama di Kabupaten/Kota, sehingga upaya mengurangi
ketergantungan terhadap luar negeri perlu dicarikan solusinya, yaitu dengan cara
menggunakan kerangka kebijakan (regulatory framework) untuk merangsang
partisipasi masyarakat dalam melaksanakan pembangunan sehingga memungkinkan
pemerintah berkonsentrasi pada tugas yang memang harus dilaksanakan.
B. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah.
Menurut Davidov dan Reiner yang dikutip dari Ateng Syafrudin, Perencanaan
dapat berarti: “Suatu proses untuk menetapkan tindakan yang selayaknya. Dengan
demikian pilihan-pilihan yang tersediakan membentuk suatu proses perencanaan yang
terdiri atas tiga macam peringkat: pertama, memilih tujuan dan syarat-syarat, kedua,
mengenai seperangkat alternatif yang bersifat konsisten dengan ketentuan-ketentuan
tindakan-tindakan yang menuju kepada pencapaian tujuan-tujuan yang telah
ditentukan”13
Dalam arti sempit perencanaan merupakan kegiatan persiapan dalam
perumusan kebijaksanaan; sedang dalam arti yang luas perencanaan itu mencakup
perumusan kebijaksanaan, penetapan kebijaksanaan dan pelaksanaan kebijaksanaan
tersebut. Pemikiran demikian timbul dari adanya bermacam teori perencanaan. 14 Person mengemukakan delapan sifat khusus dari fungsi perencanaan, yaitu:
1. Perencanaan menyatukan penyelidikan dengan penyelenggraan dan membuat
kedua-duanya berlangsung terus bersama-sama.
2. Perencanaan merupakan proses yang kontinu, karena administrasi darimana ia
merupakan suatu bagian, adalah dinamis
3. Perencanaan membedakan antara yang konstan dan yang bervariasi dalam suatu
situasi
4. Sedapat mungkin harus berlangsung dalam perkiraan standa-standar yang meliputi
tujuan-tujuan yang dirumuskan dengan tepat, kualitas dan cara-cara serta alat-alat
penghasil yang bersifat teknologi yang dirumuskan dengan tepat baik yang berupa
manusia maupun yang berupa materi
5. Untuk suksesnya perencanaan tergantung pada organisasi fungsional dan
pembagian tanggung jawab
13
Ateng Syafrudin, Perencanaan Administrasi Pembangunan Daerah, Mandar Maju. Bandung, 1993. hlm.5
32
6. Harus berlangsung dalam tingkatan-tingkatan yang bermacam-macam
masing-masing dengan spesialisasinya yang wajar
7. Perencanaan adalah fungsi yang integral bukan suatu fungsi yang terlepas
8. Perencanaan memerlukan suatu standar yang terakhir yang dapat diukur misalnya
laba, untuk membuatnya benar – benar efektif.15
Badan perencanaan adalah sebuah organisasi yang terpisah, dengan kantor
dan badan stafnya sendiri. Tanggung jawab secara kemitraan untuk badan tersebut
berbeda-beda disetiap negara. Sering badan tersebut bekerja di bawah Kementerian
Keuangan. Ini bukan pemecahan terbaik, karena pandangan pejabat-pejabat keuangan
dan pejabat-pejabat perencanaan tidak sama. Seorang pejabat perencanaan harus lebih
tertarik dengan pembuatan kebijaksanaan-kebijaksanaan dan menetapkan
tujuan-tujuan baru.16
Tetapi Badan Perencana harus bekerja sama dengan Kementerian Keuangan
untuk memepersiapkan anggaran modal tahunan. Mereka bisa saja mudah saling
bertabrakan satu sama lain kecuali tanggung jawab mereka telah diberi batas dengan
jelas, dan peralatan untuk koordinasi tetap jalan dengan lancar.17
Hubungan kekuasaan (gezagsver houding) antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah juga merupakan hubungan dan pembagian tugas negara kepada
penyelenggara negara pada tingkat pusat secara nasional dan daerah secara regional
15
Ibid., hlm.23
16
W. Arthur Lewis, Perencanaan Pembangunan, Rineka Cipta, Jakarta, 1994. hlm. 316
17Ibid
dan lokal. Pembagian tugas kewajiban dan kewenangan serta tanggung jawab secara
vertikal menurut Undang-Undang Dasar 1945 ditetapkan berdasarkan:
a) Pelimpahan tugas kewajiban dan kewenangan (dekosentrasi)
b) Penyerahan tugas kewajiban, kewenangan dan tanggung jawab tertentu
(desentralisasi)
c) Pengikutsertaan Pemerintah daerah untuk melaksanakan asas dekonsentrasi atas
tanggung jawab pemerintah pusat.18 C. Kawasan Perdesaaan Terpadu
Definisi desa menurut Undang-Undang No 6 Tahun 2014 adalah kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk
mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat
berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang
diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Kawasan perdesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan ekonomi
utama pada bidang pertanian, perikanan, perkebunan, kehutanan, dan pengelolaan
sumberdaya alam lainnya dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat
permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan
ekonomi. Sedangkan, kawasan perdesaan terpadu adalah terpadu secara
18
34
multistakeholders (kelembagaan yang mendukung kegiatan/berbagai instansi, terpadu
secara pendanaan dan terpadu secara kawasan/ruang).
Daerah tertinggal adalah daerah kabupaten yang masyarakat dan wilayahnya
relatif kurang berkembang dibandingkan dengan daerah lain secara nasional.
Penetapan kabupaten tertinggal didasarkan pada seperangkat indikator, yaitu sumber
daya manusia, akses terhadap pendidikan dan kesehatan, ekonomi (kemiskinan dan
lapangan pekerjaan), infrastruktur (air bersih, listrik, jalan, dan telekomunikasi),
kapasitas fiskal, dan karakteristik daerah (rawan bencana, banjir).
Bagian penting dalam pembangunan perdesaan terpadu adalah akumulasi
modal (investasi) yang menjadi sumber-sumber pembiayaan pembangunan. Pada
umumnya kawasan perdesaan memiliki sumber daya alam dan penduduk, akan tetapi
belum menghasilkan produktifitas yang mampu meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Ketersediaan faktor-faktor produksi seperti lahan, tenaga kerja dan
modal sosial masih belum memadai untuk menghasilkan nilai tambah ekonomi
masyarakat perdesaan. Hal ini disebabkan adanya kelangkaan modal finansial yang
mengalir masuk ke perdesaan, khususnya masyarakat. Bagi daerah tertinggal sekitar
81% adalah lahan bukan sawah yang terdiri dari hutan, perkebunan, rawa-rawa dan
sejenisnya. Pengelolaan lahan semacam itu tentunya membutuhkan modal yang
besar, dan hal ini sulit hanya mengandalkan pada pendanaan pemerintah.
Secara nasional, arah kebijakan pembangunan daerah tertinggal adalah
manusia yang didukung oleh kelembagaan dan ketersediaan infrastruktur
perekonomian dan pelayanan dasar sehingga daerah tertinggal dapat tumbuh dan
berkembang secara lebih cepat guna dapat mengatasi ketertinggalan
pembangunannya dari daerah lain yang sudah relatif lebih maju. Arah kebijakan
selanjutnya ditempuh melalui strategi pembangunan yang disesuaikan dengan
karakteristik ketertinggalan suatu daerah.
Operasional strategi percepatan pembangunan daerah tertinggal dilaksanakan
dengan memperhatikan karakteristik daerah tertinggal yang sebagian besar memiliki
karakteristik perdesaan. Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
mendefinisikan kawasan perdesaan sebagai suatu wilayah yang mempunyai kegiatan
utama pertanian, termasuk pengelolaan sumberdaya alam dengan susunan fungsi
kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan,
pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.
Kebijakan nasional yang mengarah pada pengembangan kawasan perdesaan
ditindaklanjuti oleh Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT) dengan
program Percepatan Pembangunan Kawasan Perdesaan Terpadu (P2KPT). Program
P2KPT ini disebut juga dengan istilah Bedah Desa yang dilakukan di kabupaten
dengan dipilih dua desa atau lebih sebagai tempat pelaksanaan program.
Program Percepatan Pembangunan Kawasan Perdesaan Terpadu (P2KPT)
atau Bedah Desa merupakan upaya pengembangan kawasan perdesaan secara terpadu
36
perdesaan sehingga tercapai sasaran masyarakat desa yang maju, produktif dan
sejahtera. Pengembangan kawasan perdesaan terpadu tersebut membutuhkan proses
transformasi sosial ekonomi masyarakat perdesaan yang meliputi pengembangan
kualitas sumber daya manusia, pemberdayaan ekonomi rakyat dan pengembangan
kawasan permukiman. Dalam hal ini dibutuhkan penyediaan input dan proses
kegiatan dalam pelaksanaan pembangunan perdesaan yang diarahkan untuk:
a) meningkatnya kualitas kehidupan dan pendapatan masyarakat perdesaan,
b) mengembangkan kegiatan produksi unggulan perdesaan dan/atau kabupaten;
c) memperkuat kapasitas kelembagaan, dan
d) mengembangkan fungsi dan kualitas kawasan permukiman.
Penyediaan input kegiatan pelaksanaan pembangunan perdesaan meliputi:
insentif atau regulasi yang mendorong pembangunan perdesaan, penciptaan suasana
yang mendukung pengembangan investasi, dan pembangunan sarana prasarana
perdesaan khususnya untuk meningkatkan keterhubungan dan aksesibilitas
masyarakat perdesaan. Sedangkan dalam proses kegiatannya, mengupayakan
terintegrasinya perencanaan Program Bedah Desa ke dalam proses perencanaan
pembangunan yang secara reguler dilakukan oleh daerah dan pusat melalui
Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang). Secara teknis, didalamnya
melibatkan kegiatan penyusunan rencana penyediaan input kegiatan seperti data
potensi dan kebutuhan kawasan perdesaan, penataan kembali tata ruang dan tata guna
pelaksana kegiatan dan pengelolaan pelaksanaan kegiatan serta pengawasan dan
evaluasi kegiatan.
Produk Unggulan Kabupaten merupakan salah satu program KPDT dimana
satu kabupaten daerah tertinggal didorong untuk fokus mengembangkan satu produk
unggulan. Produk unggulan sendiri adalah produk atau komoditas yang ditetapkan
oleh kabupaten menjadi produk unggulan karena melibatkan masyarakat banyak
dalam berbagai rantai pasokan, berbasis sumberdaya lokal dan memiliki peluang
pasar, serta unik.
D. Gambaran Umum Bappeda Lampung Utara
1. Tugas Pokok dan Fungsi
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Lampung
Utara dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 21 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung
Utara. Kedudukan, tugas pokok dan fungsi Bappeda sebagai unsur perencanaan
pembangunan dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah bertugas melaksanakan
penyusunan kebijakan perencanaan pembangunan daerah meliputi perumusan
kebijakan, koordinasi perencanaan, pembinaan, pengendalian dan pelaksanaan tugas
perencanaan pembangunan daerah dan penanaman modal.
2. Struktur Organisasi
Susunan organisasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
38
21 Tahun 2011 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Daerah
Kabupaten Lampung Utara pada bagian kedua, paragraf 2 adalah sebagai berikut:
a. Kepala Badan
b. Sekretariat membawahi:
1. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
2. Sub Bagian Keuangan dan Perlengkapan
3. Sub Bagian Perencanaan Program, Evaluasi dan Pelaporan.
c. Bidang Pendataan, Pengendalian, Penelitian dan Pengembangan, membawahi:
1. Sub Bidang Pendataan dan Pengendalian; dan
2. Sub Bidang Penelitian dan Pengembangan;
d. Bidang Ekonomi, membawahi:
1. Sub Bidang Pertanian; dan
2. Sub Bidang Keuangan, Industri, Perdagangan, Koperasi, Pertambangan dan
Energi.
e. Bidang Sosial Budaya, membawahi:
1. Sub Bidang Pemerintahan dan Sumber Daya Manusia; dan
2. Sub Bidang Budaya dan Kesejahteraan Rakyat.
f. Bidang Fisik dan Prasarana, membawahi:
1. Sub Bidang Prasarana Daerah; dan
2. Sub Bidang Pengembangan Wilayah.
g. Unit Pelaksana Teknis Badan
III. METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Masalah
Pendekatan masalah yang digunakan dalam penulisan tesis ini adalah dengan
menggunakan pendekatan yuridis normatif dan pendekatan yuridis empiris,
Pendekatan yuridis normatif adalah pendekatan yang menelaah hukum sebagai kaidah
yang dianggap sesuai dengan penelitian yuridis normatif atau penelitian hukum
tertulis. Pendekatan yuridis normatif dilakukan dengan cara melihat, menelaah
hukurn serta hal yang bersifat teoritis yang menyangkut asas-asas hukum, sejarah
hukum, perbandingan hukum, taraf sinkronisasi yang berkenaan dengan masalah
yang akan dibahas di dalam tesis ini. Sedangkan pendekatan yuridis empiris
dilakukan dengan menelaah hukum dari aspek tindakan dan kebijaksanan dari
pemerintah mengenai Peran Bappeda dalam kawasan perdesaan Terpadu di
Kabupaten Lampung Utara yang berkualitas.
B. Sumber Data
Sumber data yang dipergunakan penulis dalam penulisan tesis ini adalah
sebagai berikut;
1. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari hasil penelitian lapangan
40
Peran Bappeda dalam kawasan perdesaan Terpadu di Kabupaten Lampung Utara
yang berkualitas.
2. Data sekunder yaitu data yang penulis peroleh dari studi kepustakaan (Library
research) yang merupakan bahan ilmu pengetahuan hukum mengikat yang terdiri
dari bahan hukum antara lain:
a. bahan hukum primer yaitu terdiri dari ketentuan perundang-undangan :
Dasar hukum Pelaksanaan Program Percepatan Pembangunan Perdesaan Terpadu
atau Program Bedah Desa adalah sebagai berikut:
1. Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Agraria
2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
3. Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional;
4. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Pembagian Keuangan Pusat
dan Daerah
5. Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
6. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional
7. Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
8. Undang Undang No. 39 Tentang Kementerian Negara Tahun 2008
9. Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 2005 tentang Desa
10.Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 2008 Tentang Dekonsentrasi dan Tugas
11.Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional 2010 – 2014
12.Peraturan Presiden No. 56 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 57 tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis
Penataan Organisasi Perangkat Daerah
13.Instruksi Presiden No. 1 Tahun 2010 tentang Prioritas Nasional
14.Instruksi Presiden No. 3 Tahun 2010 tentang Pembangunan Berkeadilan