• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA ( Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 2 Way Seputih Tahun Pelajaran 2014/2015)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA ( Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 2 Way Seputih Tahun Pelajaran 2014/2015)"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODELPROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

( Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 2 Way Seputih Tahun Pelajaran 2014/2015)

Oleh Citra Ayu Murti

Penelitian eksperimen semu ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penerapan model problem based learning ditinjau dari kemampuan pemahaman konsep matematis siswa. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 2 Way Seputih Tahun Pelajaran 2014/2015 yang terdiri dari enam kelas. Sampel dipilih menggunakan teknik purposive random sampling. Desain yang digunakan adalah pretest postest control design. Berdasarkan analisis data, diperoleh kesimpulan bahwa rata-rata skor gain pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model PBL lebih tinggi daripada model pembelajaran konvensional, dan persentase siswa tuntas belajar pada kelas yang menggunakan model PBL mencapai 64%. Hal ini dapat disimpulkan bahwa model PBL tidak efektif terhadap kemampuan pemahaman konsep matematis siswa tetapi lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.

▸ Baca selengkapnya: rpp statistika kelas 8 model pbl

(2)

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODELPROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

( Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 2 Way Seputih Tahun Pelajaran 2014/2015)

Oleh Citra Ayu Murti

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Matematika

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODELPROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

( Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 2 Way Seputih Tahun Pelajaran 2014/2015)

(Skripsi)

Oleh

Citra Ayu Murti

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR LAMPIRAN... ix

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Ruang Lingkup Penelitian... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran ... 11

B. Model PembelajaranProblem Based Learning (PBL) ... 13

C. Pemahaman Konsep Matematis ... 17

D. Kerangka Penelitian yang Relevan... 22

E. Kerangka Pikir ... 23

F. Anggapan Dasar ... 25

G. Hipotesis ... 25

III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel ... 27

(5)

vi

C. Langkah-Langkah Penelitian ... 29

D. Data Penelitian... 30

E. Teknik Pengumpulan Data... 31

F. Instrumen Penelitian... 31

G. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 37

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 43

1. Data Pemahaman Konsep Matematis Siswa... 43

2. Pengujian Hipotesis ... 47

B. Pembahasan ... 50

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 56

B. Saran ... 57

DAFTAR PUSTAKA ... 58

(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

A.1 Silabus Pembelajaran ... 61

A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen .... 63

A.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen .... 66

A.4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol ... 97

A.5 Lembar Kerja Kelompok ... 127

B.1 Kisi-Kisi Soal-SoalPretestdanPosttest ... 170

B.2 SoalPretestdanPosttest ... 172

B.3 Kunci Jawaban Soal-SoalPretestdanPosttest ... 174

B.4 Pedoman Penskoran Tes Pemahaman Konsep ... 178

B.5 Form Penilaian ValiditasPretestdanPosttest... 180

B.6 Surat Keterangan ValiditasPretestdanPosttest... 181

C.1 Nilai Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Kelas VIII A (Kelas Uji Coba) ... 182

C.2 Analisis Reliabilitas Item Hasil Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Pada Kelas Uji Coba ... 183

C.3 Analisis Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran Tes Pemahaman Konsep Matematis pada Kelas Uji Coba ... 184

C.4 Data NilaiPretestdanPost testKelas Eksperimen ... 185

C.5 Data NilaiPretestdanPost testKelas Kontrol…... 187

(7)

x

C.7 Data PerhitunganGainKelas Kontrol ... 190

C.8 Uji Normalitas DataPosttestKemampuan Pemahaman Konsep Matematis Kelas PBL ... 191

C.9 Uji Normalitas DataGain Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Kelas PBL ... 195

C.10 Uji Normalitas DataGain Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Kelas Konvensional ... 199

C.11 Uji Homogenitas VariansGainAntara Kelas PBL dan Kelas Konvensional ... 203

C.12 Uji Kesamaan Dua Rata-rata Skor Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa ... 205

C.13 Uji Proporsi Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas PBL... 208

C.14 Analisis Indikator Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa DataPretestKelas Eksperimen... 210

C.15 Analisis Indikator Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa DataPretestKelas Kontrol... 212

C.16 Analisis Indikator Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa DataPostestKelas Eksperimen ... 214

C.17 Analisis Indikator Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa DataPretestKelas Kontrol ... 216

D.1 Surat Izin Penelitian Pendahuluan ... 218

D.2 Surat Izin Penelitian ... 219

D.3 Surat Keterangan Penelitian Pendahuluan... 220

D.4 Surat Keterangan Penelitian ... 221

D.5 Daftar Hadir Seminar Proposal ... 222

D.6 Daftar Hadir Seminar Hasil ... 224

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

A.1 Silabus Pembelajaran ... 61

A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen .... 63

A.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen .... 66

A.4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol ... 97

A.5 Lembar Kerja Kelompok ... 127

B.1 Kisi-Kisi Soal-SoalPretestdanPosttest ... 170

B.2 SoalPretestdanPosttest ... 172

B.3 Kunci Jawaban Soal-SoalPretestdanPosttest ... 174

B.4 Pedoman Penskoran Tes Pemahaman Konsep ... 178

B.5 Form Penilaian ValiditasPretestdanPosttest... 180

B.6 Surat Keterangan ValiditasPretestdanPosttest... 181

C.1 Nilai Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Kelas VIII A (Kelas Uji Coba) ... 182

C.2 Analisis Reliabilitas Item Hasil Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Pada Kelas Uji Coba ... 183

C.3 Analisis Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran Tes Pemahaman Konsep Matematis pada Kelas Uji Coba ... 184

C.4 Data NilaiPretestdanPost testKelas Eksperimen ... 185

C.5 Data NilaiPretestdanPost testKelas Kontrol…... 187

(9)

x

C.7 Data PerhitunganGainKelas Kontrol ... 190

C.8 Uji Normalitas DataPosttestKemampuan Pemahaman Konsep Matematis Kelas PBL ... 191

C.9 Uji Normalitas DataGain Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Kelas PBL ... 195

C.10 Uji Normalitas DataGain Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Kelas Konvensional ... 199

C.11 Uji Homogenitas VariansGainAntara Kelas PBL dan Kelas Konvensional ... 203

C.12 Uji Kesamaan Dua Rata-rata Skor Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa ... 205

C.13 Uji Proporsi Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas PBL... 208

C.14 Analisis Indikator Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa DataPretestKelas Eksperimen... 210

C.15 Analisis Indikator Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa DataPretestKelas Kontrol... 212

C.16 Analisis Indikator Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa DataPostestKelas Eksperimen ... 214

C.17 Analisis Indikator Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa DataPretestKelas Kontrol ... 216

D.1 Surat Izin Penelitian Pendahuluan ... 218

D.2 Surat Izin Penelitian ... 219

D.3 Surat Keterangan Penelitian Pendahuluan... 220

D.4 Surat Keterangan Penelitian ... 221

D.5 Daftar Hadir Seminar Proposal ... 222

D.6 Daftar Hadir Seminar Hasil ... 224

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

1.1 Rata-Rata Kemampuan Matematika Siswa Kelas VII ... 6

2.1 Tahap-TahapProblem Based Learning(PBL) ... 16

3.1 Rata-Rata Nilai Ujian Mid Semester Ganjil TP. 2014/2015... 27

3.2 Pretest-Postest Control Design... 28

3.3 Pedoman Penskoran Tes Pemahaman Konsep ... 32

3.4 Interpretasi Koefisien Reliabilitas ... 34

3.5 Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran ... 35

3.6 Interprestasi Nilai Daya Pembeda ... 36

3.7 KlasifikasiGain(g) ... 37

3.8 Rekapitulasi Uji Normalitas Data Kemampuan Pemahaman Konsep 39 3.9 Rekapitulasi Uji Homogenitas VariansGain ... 40

4.1 Data Awal Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis ... 43

4.2 Data Akhir Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis... 44

4.3 Nilai Chi Kuadrat (χ ) untuk Distribusi Data SkorPretestKelas Eksperimen ... 45

4.4 DataGainKemampuan Pemahanan Konsep Matematis Siswa... 45

4.5 Nilai Chi kuadrat ( ) untuk Distribusi Data SkorGain... 46

4.6 Nilai Varians untuk Distribusi Data SkorGain ... 46

(11)
(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

1.1 Rata-Rata Kemampuan Matematika Siswa Kelas VII ... 6

2.1 Tahap-TahapProblem Based Learning(PBL) ... 16

3.1 Rata-Rata Nilai Ujian Mid Semester Ganjil TP. 2014/2015... 27

3.2 Pretest-Postest Control Design... 28

3.3 Pedoman Penskoran Tes Pemahaman Konsep ... 32

3.4 Interpretasi Koefisien Reliabilitas ... 34

3.5 Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran ... 35

3.6 Interprestasi Nilai Daya Pembeda ... 36

3.7 KlasifikasiGain(g) ... 37

3.8 Rekapitulasi Uji Normalitas Data Kemampuan Pemahaman Konsep 39 3.9 Rekapitulasi Uji Homogenitas VariansGain ... 40

4.1 Data Awal Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis ... 43

4.2 Data Akhir Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis... 44

4.3 Nilai Chi Kuadrat (χ ) untuk Distribusi Data SkorPretestKelas Eksperimen ... 45

4.4 DataGainKemampuan Pemahanan Konsep Matematis Siswa... 45

4.5 Nilai Chi kuadrat ( ) untuk Distribusi Data SkorGain... 46

4.6 Nilai Varians untuk Distribusi Data SkorGain ... 46

(13)
(14)
(15)
(16)
(17)

oto

You may fall so many times, but always stand up!

(18)

Persembahan

Segala Puji Bagi Allah SWT, Dzat Yang Maha Sempurna Sholawat serta Salam Selalu Tercurah Kepada Uswatun Hasanah

Rasululloh Muhammad SAW

Alhamdulillahirobbil Alamin.

Dengan kerendahan hati dan rasa sayang yang tiada henti, kupersembahkan karya kecil ini sebagai tanda cinta dan sayangku

kepada:

Bapak dan Ibuku tercinta: Sukani dan Sudarmi yang selalu memberikanku cinta, kasih sayang, motivasi, dan doa yang tak

pernah putus.

Kakakku (Okta Uliana Murti) dan adiku (Shela Ayu Nugrahini Murti) tercinta yang telah memberikan dukungan, dan selalu

mendo akanku serta semangatnya padaku.

Para Dosen, Guru, dan Pendidikku yang telah membimbingku dan memberikan banyak ilmu yang sangat berharga kepadaku serta

mengajariku dengan tulus ikhlas dan penuh kesabaran.

Semua Sahabat dan teman yang tulus menyayangiku dengan segala kekuranganku, bersama kalian aku belajar banyak hal.

dan

(19)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Citra Ayu Murti lahir di Kecamatan Seputih Banyak, Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung pada tanggal 3 Maret 1993. Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Bapak Sukani dan Ibu Sudarmi, memiliki satu orang kakak bernama Okta Uliana Murti dan satu orang adik bernama Shela Ayu Nugrahini Murti. Penulis menempuh pendidikan taman kanak-kanak di TK Al-Quran desa Tanjung Harapan Kecamatan Sputih banyak, Kabupaten Lampung Tengah dan lulus pada tahun 1999. Pendidikan dasar di SD Negeri 01 Tanjung Harapan Kecamatan Sputih banyak Kabupaten Lampung Tengah dan lulus pada tahun 2005. Pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 01 Seputih Banyak Kecamatan Seputih Banyak Kabupaten Lampng Tengah dan lulus pada tahun 2008. Pendidikan menengah atas di SMA Negeri 01 Seputih Banyak Kecamatan Seputih Banyak Kabupaten Lampng Tengah dan lulus pada tahun 2011.

(20)
(21)

ii SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menye-lesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Efektivitas Model Pembelajaran Tipe

Problem Based Learning Terhadap Pemahaman Konsep Matematis Siswa SMP (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 2 Way Seputih Tahun Pelajaran 2014/2015)” sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Ibu Dra. Arnelis Djalil, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing Utama atas

kesediaannya memberikan bimbingan, ilmu yang berharga, saran, motivasi, dan kritik baik selama perkuliahan maupun selama penyusunan skripsi sehingga skripsi ini menjadi lebih baik.

(22)

iii 3. Bapak Dr. Haninda Bharata, M.Pd., selaku Dosen Pembahas dan Ketua Program Studi Pendidikan Matematika yang telah memberikan saran dan kemudahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lam-pung beserta staff dan jajarannya yang telah memberikan izin penelitian dan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA Univer-sitas Lampung yang telah memberikan kemudahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Matematika di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis. 7. Bapak Drs. Sudibyo H.S., selaku Kepala SMP Negeri 2 Way Seputih yang

telah memberikan izin dan bantuan selama penelitian.

8. Bapak Supriyanto, S.Pd., selaku guru mitra atas kesediaannya menjadi mitra dalam penelitian di SMP Negeri 2 Way Seputih serta murid-muridku kelas VII A dan VII C yang telah memberikan bantuan dalam penelitian ini.

9. Ibu (Sudarmi) dan Ayah (Sukani) tercinta, atas perhatian dan kasih sayang yang telah diberikan selama ini yang tidak pernah lelah untuk selalu mendoakan yang terbaik.

10. Kakakku Okta Uliana Murti, Adikku Shela Ayu Nugrahini Murti, serta keluarga besarku yang telah memberikan doa, semangat, dan motivasi kepadaku.

(23)

iv 12. Sahabat-sahabat seperjuangan di Pendidikan Matematika 2011 A dan B yang

memberikan persaudaraan dan kebersamaannya selama ini.

13. Kakak angkatan 2007, 2008, 2009 dan 2010 serta adik-adikku angkatan 2012, dan 2013 terima kasih atas kebersamaannya.

14. Sahabat-sahabat KKN-KT Unila dan PPL Desan Banjar Negeri Kecamatan Gunung Alip (Ardi, Fredy, Galla, Ratih, Fitri, Bella, Wilda, Lyoni, Mega), atas kebersamaan yang penuh makna dan kenangan, semoga tali persaudaraan ini tetap terjaga selamanya.

15. Pengurus referensi yang telah melayani dalam peminjaman buku serta skripsi. 16. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga dengan bantuan dan dukungan yang diberikan mendapat balasan pahala di sisi Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat. Amin.

Bandarlampung, November 2015 Penulis,

(24)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan memiliki peran penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) untuk menghadapi gelombang globalisasi. SDM yang berkualitas dan mampu berinovasi sangat diperlukan untuk menghadapi kompetisi dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu, pendidikan juga dapat membantu SDM untuk mengetahui dan mengembangkan potensi dalam dirinya agar berguna di masyarakat. Seperti dinyatakan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 bahwa :

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.”

Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam proses peningkatan kualitas SDM. Oleh karena itu, dunia pendidikan diharapkan bisa menjadi salah satu wahana untuk mempersiapkan generasi bangsa, sehingga lahir SDM yang handal dan mempunyai kemampuan untuk menghadapi dinamika perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini secara cepat, tepat dan efektif.

(25)

2 terhadap dunia pendidikan. Kualitas pendidikan berkaitan erat dengan kualitas SDM. Oleh karena itu, untuk dapat mewujudkan pendidikan yang bermutu tinggi tentunya diperlukan adanya pembenahan aspek SDM secara berkesinambungan. Salah satu aspek yang perlu dibenahi adalah membangun SDM yang kreatif, sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 2 Pasal 3 dinyatakan:

“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yangdemokratis serta bertanggung jawab.”

Dalam mencapai tujuan pendidikan nasional tersebut terdapat beberapa pelajaran yang diajarkan di sekolah, salah satunya adalah matematika. Soedjadi (2000:13) menyatakan bahwa matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisasi secara sistematik. Dengan mempelajari matematika, peserta didik diharapkan dapat meningkatkan kemampuan memahami konsep, berpikir logis, kritis, dan kreatif dalam memecahkan masalah dan pada akhirnya dapat menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mata pelajaran matematika (BNSP,2006:346), disebutkan bahwa pembelajaran matematika di sekolah bertujuan agar peserta didik :

(26)

3 2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matema-tika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, meran-cang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi solusi yang diperoleh, menggunakan matematika sebagai cara bernalar yang dialihgunakan pada keadaan seperti berfikir logis kritis, sistematis, disiplin dalam memandang dan menyelesaikan masalah.

4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Berdasarkan tujuan pembelajaran matematika tersebut, pembelajaran matematika adalah proses membelajarkan siswa agar memiliki kemampuan untuk berpikir matematis dan mengembangkan kemampuan serta keterampilan matematika siswa agar mampu menerapkan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari ilmu pengetahuan yang lain. Dari tujuan pembelajaran matematika menurut BSNP, kemampuan matematis yang dapat dikembangkan dari pembelajaran matematika salah satunya kemampuan pemahaman konsep matematis. Untuk itu siswa harus menguasai pemahaman konsep matematis yang baik.

(27)

4 dari 42 negara. Nilai rata-rata skor prestasi matematika yang diperoleh siswa Indonesia sebesar 386 dengan standar rata-rata sebesar 500. Nilai ini turun 11 poin dari rata-rata skor pencapaian prestasi matematika tahun 2007 yaitu 397. Berdasarkan informasi tersebut, pendidikan di Indonesia masih sangat rendah dibandingkan dengan negara-negara lain.

Pembelajaran matematika di Indonesia masih berpusat pada guru. Guru selalu menjelaskan materi kepada siswa. Hal ini membuat siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran sehingga memiliki kemampuan pemahaman konsep yang rendah. Permasalahan ini terjadi karena pembelajaran masih menerapkan model konvensional. Hal itu juga ditemui di Provinsi Lampung. Aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran masih belum tampak, siswa jarang mengajukan pertanyaan walaupun guru sering meminta agar siswa bertanya jika ada hal-hal yang belum jelas atau kurang paham, kurangnya keberanian siswa untuk mengerjakan soal di depan kelas, dan sebagian besar siswa kurang bisa menjelas-kan suatu kosep dengan kata-katanya sendiri.

Model konvensional dalam pembelajaran matematika menyebabkan siswa kurang aktif dala proses pembelajaran. Kenyataan ini menjadi tugas besar bagi seorang guru matematika untuk terus melakukan perbaikan agar terjadi peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa. Salah satu perbaikan yang harus lakukan oleh guru adalah dalam pemilihan model pembelajaran.

(28)

5 mengutamakan keaktifan siswa dalam berfikir. Salah satu alternatif yang mungkin dapat dimanfaatkan untuk mencapai tujuan tersebut ini adalah dengan menerapkan model problem bassed learning (PBL) dalam pembelajaran matematika karena dalam pembelajaran ini siswa diberikan masalah-masalah yang membuat siswa aktif berfikir dan kreatif untuk menemukan konsep-konsep matematika dalam menyelesaikan masalah.

Model PBL merupakan suatu model pembelajaran yang berlandaskan pada teori belajar konstruktivisme. Model pembelajaran ini mengutamakan pembangunan konsep pada siswa sehingga siswa dapat mengembangkah kemampuan berfikir matematis yang akan meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematikanya. Langkah-langkah dalam model PBL dimulai dengan memberikan masalah-masalah yang berkaitan dengan materi yang diajarkan, kemudian guru membimbing siswa agar dapat menganalisis dan mengidentifikasi masalah tersebut agar siswa dapat menemukan solusi yang tepat. Dengan pembelajaran ini, siswa dapat aktif memecahkan masalah sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa.

(29)

6 konsep matematis siswa, mengingat pemahaman konsep matematis tidak dapat diperoleh hanya dengan mendengarkan penjelasan guru.

Dalam kelompok belajar pemahaman konsep dibentuk bersama berdasarkan pe-ngetahuan yang dimiliki serta interaksi berkelompok. Siswa didorong untuk memunculkan berbagai sudut pandang terhadap materi atau masalah yang sama, untuk kemudian mengonstruksi pengetahuannya secara bersama pula. Hal ini ber-arti, siswa membangun makna dari interaksi, sehingga pemahaman terhadap mate-ri yang sedang dipelajamate-ri dapat meningkat.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru pelajaran matematika di SMP Negeri 2 Way Seputih, pembelajaran matematika di SMP tersebut masih menyajikan pembelajaran secara konvensional. Hal ini menyebabkan siswa kurang memiliki kemampuan pemahaman konsep secara benar. Rata-rata hasil ujian akhir semester selama tiga tahun terakhir siswa kelas VII di SMP Negeri 2 Way Seputih sebagai berikut.

Tabel 1.1. Rata-Rata Kemampuan Matematika Siswa Kelas VII

Tahun Rata-rata

2012 59,42

2013 58,84

2014 61,54

(30)

7 pemecahan masalah, (2) lebih mudah mengingat materi pembelajaran yang telah dipelajari, (3) meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi ajar, (4) mening-katkan kemampuannya yang relevan dengan dunia praktek, (5) membangun kemampuan kepemimpinan dan kerja sama dan (6) kecakapan belajar dan memotivasi siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Dengan demikian diharapkan penerapan model PBL efektif dan dapat mengembangkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah efektivitas model problem based learning (PBL) ditinjau dari kemampuan pemahaman konsep matematis siswa kelas VII SMP Negeri 2 Way Seputih?”.

Dari rumusan masalah di atas dapat dijabarkan pertanyaan penelitian, yaitu: 1. Apakah peningkatan (gain) pemahaman konsep matematis siswa pada kelas

yang menggunakan model PBL lebih tinggi daripada model pembelajaran konvensional?

2. Apakah persentase siswa mendapat nilai minimal 70 pada kelas yang menggu-nakan model PBL lebih dari atau sama dengan 60% dari jumlah siswa?

C. Tujuan Penelitian

(31)

8

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini secara teoritis mampu memberikan sumbangan terhadap per-kembangan pembelajaran matematika, terutama terkait pemahaman konsep matematis siswa dan model PBL.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi siswa, dengan menggunakan model PBL dapat memberikan pengalaman baru dalam belajar matematika untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa.

b. Bagi guru, memperoleh informasi mengenai pembelajaran matematika dengan menggunakan model PBL dan memberikan masukan tentang efektivitas model PBL untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa.

c. Bagi peneliti, menjadi sarana mengembangkan ilmu pengetahuan dalam bidang pendidikan matematika dan sebagai referensi untuk penelitian berikutnya yang sejenis.

(32)

9

E. Ruang Lingkup Penelitian

Istilah-istilah yang perlu didefinisikan agar tidak menimbulkan perbedaan persepsi dalam pemahaman variabel-variabel dalam penelitian ini adalah:

1. Efektivitas pembelajaran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah ukuran keberhasilan siswa yang diwujudkan dari hasil belajar dengan mengunakan model PBL untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa kelas VII SMP Negeri 2 Way Seputih. Indikator efektivitas pembelajaran model PBL pada penelitian ini adalah (1) peningkatan (gain) pemahaman konsep matematis siswa pada kelas yang menggunakan model PBL lebih tinggi daripada model pembelajaran konvensional, dan (2) persentase siswa mendapat nilai minimal 70 pada kelas yang menggunakan model PBL lebih dari atau sama dengan 60% dari jumlah siswa.

2. PBL adalah suatu model pembelajaran yang berlandaskan teori konstruktivis dimana siswa dihadapkan dengan masalah-masalah yang ada di dalam kehidupan sehari-hari, siswa berperan aktif menyelesaikan masalah, mencari pengetahuan, kreatif, mandiri dan mengembangkan keterampilan dengan interaksi terhadap lingkungannya sehingga siswa memiliki kemampuan ber-fikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep dari suatu materi.

3. Pemahaman konsep matematis merupakan kemampuan siswa dalam memahami suatu materi yang diperoleh dalam pembelajaran matematika dengan indikator sebagai berikut.

(33)

10

b. Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu (sesuai dengan konsepnya).

(34)

11

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Efektivitas Pembelajaran

Kata efektivitas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002 : 584) berasal dari kata efektif yang berarti ada efeknya (pengaruhnya, akibatnya) atau dapat mem-bawa hasil, berhasil guna (usaha, tindakan) yang bisa diartikan sebagai kegiatan yang dapat memberikan hasil yang memuaskan. Efektivitas diartikan sebagai keadaan berpengaruh, hal berkesan atau keberhasilan dari usaha (tindakan). Efektivitas merujuk pada kemampuan untuk memiliki tujuan yang tepat atau mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Efektivitas juga berhubungan dengan masalah bagaimana pencapaian tujuan atau hasil yang diperoleh, kegunaan, atau manfaat dari hasil yang diperoleh, tingkat daya fungsi unsur atau komponen, serta masalah tingkat kepuasan pengguna/client. Trianto (2009 : 20) menyatakan bahwa keefektifan adalah hasil guna yang diperoleh setelah pelaksanaan proses belajar mengajar.

(35)

12 Simanjuntak (1993: 80) juga mengungkapkan bahwa suatu pembelajaran dikata-kan efektif apabila menghasildikata-kan sesuatu sesuai dengan apa yang diharapdikata-kan atau dengan kata lain tujuan yang diinginkan tercapai. Pendapat lain dari Sutikno (2005: 88) tentang efektivitas pembelajaran yaitu kemampuan dalam melaksana-kan pembelajaran yang telah direncanamelaksana-kan yang memungkinmelaksana-kan siswa untuk dapat belajar dengan mudah dan dapat mencapai tujuan dan hasil yang diharap-kan.

Pembelajaran yang efektif menuntut guru untuk dapat merancang bahan belajar yang mampu menarik dan memotivasi siswa untuk belajar. Guru harus kreatif dalam menggunakan berbagai strategi pembelajaran, mengelola kelas agar tertib dan teratur. Hal ini bertujuan agar siswa dapat memiliki pengetahuan, pengalam-an, dan pemahaman konsep yang baik.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa efektivitas pembelajaran adalah hasil guna, akibat atau ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses interaksi antar siswa maupun antara siswa dengan guru dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan, baik tujuan kognitif maupun tujuan afektif dan ketercapaian kompetensi siswa. Indikator keberhasilan proses pembelajaran dapat dilihat dari peningkatan rata-rata hasil belajar.

(36)

13 dan (2) skor peningkatan (gain) pemahaman konsep siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model PBL lebih tinggi daripada siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model konvensional. Adapun siswa dikatakan tuntas apabila memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan 70.

B. Model PembelajaranProblem Based Learing(PBL)

Model Pembelajaran berbasis masalah atau disebut Problem Based Learning

(PBL) pertama kali diimplementasikan pada awal tahun 1970-an di sekolah kedokteran di Mc Master University Kanada sebagai salah satu upaya untuk menemukan solusi dalam diagnosis dengan membuat pertanyaan-pertanyaan sesuai dengan situasi yang ada. PBL diterapkan dengan alasan bahwa PBL sangat efektif untuk sekolah kedokteran dimana mahasiswa dihadapkan pada permasalahan kemudian dituntut untuk memecahkannya. PBL lebih tepat dilaksanakan dibandingkan dengan model pembelajaran tradisional. Hal ini dapat dimengerti bahwa para dokter yang nanti bertugas pada kenyataannya selalu dihadapkan pada masalah pasiennya sehingga harus mampu menyelesaikannya. Walaupun pertama dikembangkan dalam pembelajaran di sekolah kedokteran tetapi pada perkembangan selanjutnya diterapkan dalan pembelajaran secara umum.

(37)

14 pemahaman diperoleh dari interaksi dengan skenario permasalahan dan lingkung-an belajar ylingkung-ang kedua pergulatlingkung-an denglingkung-an masalah dlingkung-an proses inquiry masalah menciptakan disonansi kognitif yang menstimulasi belajar, sedangkan yang terakhir pengetahuan terjadi melalui proses kolaborasi negoisasi sosial dan evaluasi terhadap keberadaan sudut pandang. Jadi, PBL adalah suatu pendekatan konstruktivis dimana siswa dihadapkan dengan masalah-masalah yang ada di dalam kehidupan sehari-hari sehingga siswa memiliki kemampuan berfikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep dari suatu materi.

PBL memiliki gagasan bahwa pembelajaran dapat dicapai jika kegiatan pendidikan dipusatkan pada tugas-tugas atau permasalahan yang otentik, relevan, dan dipresentasikan dalam suatu konteks. Cara tersebut bertujuan agar mahasiswa memilki pengalaman sebagaiamana nantinya mereka hadapi di kehidupan profesionalnya. Pengalaman tersebut sangat penting karena pembelajaran yang efektif dimulai dari pengalaman konkrit. Pertanyaan, pengalaman, formulasi, serta penyususan konsep tentang pemasalahan yang mereka ciptakan sendiri merupkan dasar untuk pembelajaran.

Harrison (Wardoyo, 2013 : 72) menyatakanbahwa “Problem Based Learning is a curriculum development and instructional method that places the student in an

(38)

15 kehidupan nyata. Artinya PBL merupakan pengembangan kurikulum pembela-jaran di mana siswa ditempatkan dalam posisi yang memiliki peranan aktif dalam menyelesaikan setiap permasalahan yang mereka hadapi.

Nurhadi (2004: 16) menyatakan PBL adalah suatu model pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai konteks bagi siswa untuk belajar berpikir kritis dan keerampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran. PBL didasarkan pada premis-premis bahwa situasi bermasalah yang membinggungkan atau tidak jelas akan membangkitkan rasa ingin tahu siswa sehingga membuat mereka tertarik untuk menyelidiki. Menurut Trianto (2009: 91) belajar berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus dan respon, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan. Lingkungan memberikan masukan pada siswa berupa bantuan dan masalah, sedangkan system saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis serta dicari pemecahannya dengan baik.

(39)

16 Langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah menurut Arends (2011: 411), selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Table 2.1 Tahap-tahapProblem Based Learning(PBL)

Tahap Pembelajaran Kegiatan Guru mengajukan fenomena atau demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah,

memotivasi siswa untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah

Tahap 2

Mengorganisasi peserta didik

Guru membagi siswa dalam kelompok, membantu siswa mendefinisikan dan

Guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang dibutuhkan, melaksanakan eksperimen dan penyelidikan untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah

Tahap 4

Mengembangkan dan menyajikan hasil

Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan laporan, dokumentasi, atau model, dan membantu mereka berbagi tugas dengan sesama temannya

Tahap 5

Menganalisis dan

mengevaluasi proses dan hasil pemecahan masalah

Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap proses dan hasil penyelidikan yang mereka lakukan

Sedangkan menurut Sani (2014 : 153) tahapan pembelajaran yang diusulkan untuk dilakukan dengan PBL adalah sebagai berikut.

1. Guru menyampaikan permasalahan kepada siswa atau siswa mengajukan permasalahan yang relevan dengan topik yang akan dikaji.

2. Siswa mendiskusikan permasalahan dalam kelompok kecil.

3. Siswa atau kelompok membuat perencanaan untuk menyelesaikan permasalahan.

(40)

17 5. Siswa kembali melakukan diskusi kelompok dalan berbagi informasi. 6. Kelompok menyajikan solusi permasalhan kepada teman sekelas.

7. Anggota kelompok melakukan pengkajian ulang (review) terhadap proses penyelesaian masalah yang telah dilakukan dan menilai kontribusi dari masing-masing anggota.

Tahapan pembelajaran yang dalam penelitian ini menggunakan tahap pembela-jaran model PBL menurut Arends.

Menurut Trianto (2009: 96) kegiatan pembelajaran berbasis masalah memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Kelebihan pembelajaran berbasis masalah sebagai model pembelajaran antara lain konsep sesuai kebutuhan siswa, realisitik dengan kebutuhan siswa, pemahaman akan suatu konsep menjadi kuat, dan memupuk kemampuan pemecahan masalah. Sedangkan kekurangan pembelajaran berbasis masalah diantaranya sulit mencari masalah yang relevan, persiapan pembelajaran (masalah dan konsep) yang kompleks, dan membutuhkan waktu yang cukup lama dalam proses penyelidikan.

C. Pemahaman Konsep Matematis

(41)

18 bacaan, tidak hanya dengan kata-kata dan frase, tetapi juga mencakup pemahaman suatu informasi dari sebuah ide, (3) ekstrapolasi (perluasan) mencakup etimasi dan prediksi yang didasarkan pada sebuah pemikiran, gambaran dari suatu informasi, juga mencakup pembuatan kesimpulan dengan konsekuensi yang sesuai dengan informasi jenjang kognitif.

Konsep dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring (2008) diartikan

sebagai rancangan.Soedjadi (2000: 14) mengungkapkan bahwa konsep adalah ide abstrak yang digunakan untuk mengklasifikasikan sekumpulan objek yang biasa-nya dibiasa-nyatakan dengan suatu istilah atau rangkaian kata. Konsep berhubungan dengan definisi dan definisi merupakan ungkapan yang membatasi suatu konsep. Dengan defisini, seseorang dapat membuat ilustrasi atau lambang dari suatu konsep yang didefinisikan.

Tresnaningsih (2012: 75) mengemukakan bahwa konsep-konsep dalam matematika pada umumnya disusun dari konsep-konsep terdahulu dan agar suatu konsep bisa jelas serta dapat digunakan secara operasional, maka perlu diungkapkan dalam suatu kalimat yang memuat pembatasan-pembatasan. Sehingga dalam pembelajaran guru harus mampu menemukan cara untuk menyampaikan konsep-konsep kepada siswa agar siswa mampu memahaminya.

Dalam proses pembelajaran, konsep memegang peranan penting. Hamalik (2002: 164) menyatakan bahwa dalam suatu pembelajaran konsep berperan sebagai berikut.

(42)

19 2. Konsep membantu siswa untuk mengidentifikasi objek-objek yang ada di

sekitar mereka.

3. Konsep dan prinsip untuk mempelajari sesuatu yang baru, lebih luas dan lebih maju. Siswa tidak harus belajar secara konstan, tetapi dapat

menggunakan konsep-konsep yang telah dimilikinya untuk mempelajari sesuatu yang baru.

4. Konsep mengarahkan kegiatan instrumental. 5. Konsep memungkinkan pelaksanaan pengajaran.”

Kilpatrick dan Findell (2001: 118) menyatakan:

Conceptual understanding refers to an integrated and functional grasp of mathematical ideas. Student with conceptual understanding know more than isolated facts and method. They understand why a mathematical ideas important and the kinds of contexts in which is it useful

Pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa pemahaman konsep berkenaan dengan memahami ide-ide matematika yang menyeluruh dan fungsional. Siswa yang memiliki pemahaman konsep lebih mengetahui fakta dan metode yang terpisah. Mereka mengerti mengapa ide-ide matematika penting dan macam-macam hubungan kalimat yang berguna.

(43)

20 mempelajari bagian demi bagian suatu algoritma, siswa cenderung bergantung pada petunjuk untuk menyelesaikan tugas yang baru. Sedangkan proses pembe-lajaran yang bertujuan agar siswa memiliki pemahaman relasional yaitu, siswa harus membangun struktur konseptual sehingga mereka dapat menghasilkan banyak skema rencana penyelesaian.

Ruseffendi (2006 : 157) mengemukakan bahwa agar siswa memahami suatu kon-sep matematis dengan mengerti, maka pengajaran mengenai konkon-sep itu mengikuti urutan yaitu mengajar konsep murni, dilanjutkan dengan konsep notasi, dan diakhiri dengan terapan. Shadiq (2009: 13) mengemukakan bahwa pemahaman konsep merupakan kompetensi yang ditunjukkan siswa dalam memahami konsep dan dalam melakukan prosedur (algoritma) secara luwes, akurat, efisien, dan tepat.

Dari uraian di atas, dapat dikemukakan bahwa pemahaman konsep matematis adalah siswa mampu menerjemahkan, menafsirkan, dan menyimpulkan suatu konsep matematis berdasarkan pembentukan pengetahuannya sendiri bukan sekedar menghapal. Selain itu, siswa dapat menemukan dan menjelaskan kaitan suatu konsep dengan konsep lainnya. Pemahaman konsep membantu siswa untuk mengingat dan menggunakan konsep-konsep matematis, serta dapat menyusun kembali ketika mereka lupa.

(44)

21 506/C/PP/2004 bahwa pemahaman konsep merupakan kompetensi yang ditunjukkan siswa dalam memahami konsep dan dalam melakukan prosedur (algoritma) secara luwes, akurat, efisien, dan tepat. Instrumen penilaian yang mengukur kemampuan pemahaman konsep matematis mengacu pada indikator pencapaian pemahaman konsep. Pada penjelasan teknis Peraturan Dirjen Dikdas-men Depdiknas Nomor 506/C/Kep/PP/2004 tanggal 11 November 2004 tentang penilaian diuraikan bahwa indikator siswa memahami konsep matematis adalah mampu :

1. Menyatakan ulang suatu konsep.

2. Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsepnya.

3. Memberi contoh dan non contoh dari konsep.

4. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis. 5. Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup dari suatu konsep. 6. Menggunakan,memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu. 7. Mengaplikasikan konsep atau algoritma pada pemecahan masalah. .

(45)

22

D. Kerangka Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh:

1. Oktavia (2015) yang berjudul “Efektivitas Penerapan Model Problem Based Learning ditinjau dari Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa”.

Desain penelitian ini adalah post-test only control design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP TMI Roudlotul Quran Metro tahun ajaran 2014/2015, sedangkan sampel penelitian ini adalah siswa kelas VIIIC sebagai kelas eksperimen dan VIIID sebagai kelas kontrol, yang dipilih melalui teknik purposive random sampling. Kesimpulan penelitian ini adalah penerapan model PBL efektif ditinjau dari pemahaman konsep matematis siswa dan lebih efekktif dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. 2. Bilad (2015) yang berjudul “Efektivitas Penerapan Model Problem Based

Learning ditinjau dari Pemahaman Konsep Matematis Siswa”. Penelitian ini

merupakan penelitian eksperimen semu yang bertujuan untuk mengetahui efektivitas model PBL ditinjau dari kemampuan pemahaman konsep matematis siswa. Desain penelitian ini adalah post-test only control design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Terbanggi Besar Tahun Pelajaran 2014/2015 dan sebagai sampel penelitian adalah siswa kelas VIII D dan VIII C yang dipilih melalui teknik Purposive Sampling. Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh simpulan bahwa ditinjau dari pemahaman konsep matematis siswa, model PBL tidak efektif, namun lebih

efektif dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas

(46)

23 3. Muchlis (2012:139) dalam penelitiannya menyatakan bahwa dengan disajikannya permasalahan dalam kehidupan sehari-hari, siswa akan lebih mudah memahami dan memaknai permasalahan yang diberikan sehingga siswa dengan mudah akan mengeluarkan ide atau gagasannya dalam memilih cara yang paling tepat untuk menyelesaikan permasalahannya.

E. Kerangka Pikir

Salah satu tujuan pembelajaran matematika adalah memahami suatu konsep. Pemahaman konsep yang dimiliki setiap siswa pastilah berbeda-beda. Hal itu bergantung pada pengalaman siswa itu sendiri, terutama saat proses pembelajaran. Kondisi kelas juga dapat mempengaruhi perbedaan pemahaman konsep setiap siswa. Siswa yang berada pada kelas kondusif kemampuan pemahaman konsep-nya akan lebih baik. Masalah yang dihadapi dalam dunia pendidikan salah satukonsep-nya adalah kurangnya pemahaman konsep siswa terhadap materi. Siswa terbiasa diberikan soal-soal mudah. Proses pembelajaran yang berlangsung selama ini terpusat pada guru sehingga selama pembelajaran matematika siswa pasif dan hanya memperoleh informasi dari penjelasan guru sehingga siswa sulit dalam memahami konsep dan mempunyai kemampuan pemahaman konsep yang rendah.

(47)

24 meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa. salah satu solusi untuk mengatasi masalah tersebut yaitu dengan menerapkan model PBL.

Model pembelajaran ini memulai pembelajaran dengan menghadapkan siswa pada suatu permasalahan yang bersifat kongkret atau masalah nyata. Tujuan diberikan permasalahan nyata adalah agar siswa mudah memahami permasalahan yang sedang ia hadapi, sebab siswa dapat berpikir logis. Selanjutnya siswa dikelom-pokan untuk menganalisis dan merusmuskan permasalahan. Tujuan pengelom-pokkan ini agar siswa dapat berinteraksi dan bekerjsama dengan lingkungan pembelajarannya.

Jika siswa telah merumuskan permasalahan yang ada, siswa melakukan diskusi dan mencari informasi bersama teman kelompoknya untuk mendapatkan solusi dari permasalahan yang dihadapi. Damam diskusi siswa dapat mengaplikasikan konsep atau algoritma dalam memecahkan masalah. Metode diskusi ini cukup efektif untuk mencari solusi permasalahan, sebab dengan diskusi siswa dapat mengungkapkan pendapat berdasarkan pemikirannya kemudian teman lainnya dapat memberikan tanggapan. Dalam kegiatan diskusi siswa dapat menyatakan ulang suatu konsep dan mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsepnya.

(48)

25 bersama. Hal ini agar siswa mendapat kesepakatan yang benar mengenai solusi permasalahan, serta membentuk pemahaman pada siswa.

Dalam mengefektifkan model pembelajaran PBL, guru harus memonitor dan me-motivasi keterlibatan siswa dalam diskusi agar selalu berpartisipasi aktif dalam kelompoknya sehingga siswa dapat menganalisis masalah yang ada dan dapat menemukan konsep-konsep matematis dalam masalah tersebut. Dengan demikian, penerapan model PBL ini memungkinkan menghasilkan pemahaman konsep matematis siswa dengan baik dan efektif.

F. Anggapan Dasar

Penelitian ini mempunyai anggapan dasar sebagai berikut.

1. Semua siswa kelas VII semester genap SMP Negeri 2 Way Seputih tahun pelajaran 2014-2015 memperoleh materi yang sama dan sesuai dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan.

2. Faktor lain yang mempengaruhi pemahaman konsep matematis siswa selain model pembelajaran diabaikan.

G. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

(49)
(50)

27

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Way Seputih Kabupaten Lampung Tengah. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII semester genap SMP Negeri 2 Way Seputih tahun pelajaran 2014/2015 yang terdiri dari enam kelas. Dari populasi tersebut, diambil dua kelas yang akan digunkan sebagai sampel penelitian. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive random sampling yaitu mengambil sampel berdasarkan pertim-bangan pada kelas yang diampu guru yang sama dan memiliki rata-rata nilai yang mendekati rata-rata nilai mid semester genap seluruh kelas. Karena tidak ada pengelompokan kelas maka setiap kelas dianggap memiliki kemampuan yang sama. Berikut disajikan rata-rata nilai ujian mid semester genap kelas VII SMP Negeri 2 way Seputih Tahun Pelajaran 2014/2015.

Tabel 3.1. Rata-Rata Nilai Ujian Mid Semester Ganjil TP. 2014/2015

No. Kelas Banyak Siswa Rata-Rata

1. VII A 25 65.29

2. VII B 24 68.20

3. VII C 23 64.67

4. VII D 25 62.66

5. VII E 24 63.14

6. VII F 23 61.78

(51)

28 Berdasarkan Tabel 3.1 di atas, terdapat dua kelas yang memiliki rata-rata nilai yang mendekati rata-rata nilai seluruh kelas dan diampu oleh guru yang sama, yaitu kelas VIIA, dan VIIC. Dari dua kelas tersebut kemudian diundi kelas yang dijadikan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dengan cara tersebut maka terpilih kelas VIIA yang terdiri dari 25 siswa sebagai kelas eksperimen dan kelas VIIC yang terdiri dari 23 siswa sebagai kelas kontrol.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (quasi experiment).Desain yang digunakan adalah pretest-posttest control design. Pada penelitian ini, dilakukan tes kemampuan awal untuk mengetahui kemampuan awal pemahaman konsep matematis siswa. Kemudian diberikan perlakuan kepada kelas eksperimen, yaitu menggunakan model PBL untuk mengetahui keefektifan model PBL dalam mengukur kemampuan pemahaman konsep matematis siswa kemudian memban-dingkan hasilnya dengan kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Di akhir pembelajaran siswa diberi posttest untuk mengetahui pemahaman konsep matematika siswa. Pretest-posttest control design berdasar-kan pedoman dari Ruseffendi (2005: 52)adalah sebagai berikut.

Tabel 3.2.Pretest-Posttest Control Design

Kelas Pretest Perlakuan Posttest

E O1 X O2

K O3 C O4

Keterangan :

E : kelas eksperimen K : kelas kontrol

X : perlakuan pada kelas ekperimen menggunakan model PBL C : perlakuan pada kelas kontrol menggunakan model pembelajaran

(52)

29 O1 : kemampuan pemahaman konsep matematis siswa sebelum diberikan

perlakuan pada kelas eksperimen

O2 : kemampuan pemahaman konsep matematis siswa setelah diberikan

Perlakuan pada kelas eksperimen

O3 : kemampuan pemahaman konsep matematis siswa sebelum diberikan

Perlakuan pada kelas kontrol

O4 : kemampuan pemahaman konsep matematis siswa setelah diberikan

Perlakuan pada kelas kontrol

C. Langkah-Langkah Penelitian

Langkah-langkah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Observasi awal, datang ke SMP Negeri 2 Way Seputih untuk menghubungi kepala sekolah dan wakil kepala sekolah bagian kurikulum agar diberi izin melaksanakan penelitian di sekolah tersebut.

2. Menentukan populasi dan sampel, yaitu memilih kelas VII sebagai populasi. Penentuan sampel dilakukan dengan teknikrandom purposive sampling. 3. Melakukan observasi lanjutan untuk mengetahui kondisi lapangan seperti

berapa banyak kelas, jumlah siswa, cara guru mengajar, dan karakteristik siswa yang ada pada populasi

4. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk kelas eksperimen dengan menggunakan model PBL dan untuk kelas control menggunakan model pembelajaran konvensional.

5. Menyusun Lembar Kerja Kelompok (LKK) yang akan diberikan kepada siswa pada saat diskusi kelompok.

(53)

30 7. Melakukan validasi intrumen.

8. Melakukan uji coba instrumen.

9. Menghitung reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran.

10. Melakukan tes kemampuan awal untuk mengetahui kemampuan pemahaman konsep matematis siswa.

11. Melaksanakan penelitian, yaitu melaksanakan pembelajaran menggunakan model PBL pada kelas eksperimen dan model pembelajaran konvensional pada kelas kontrol. Penelitian dilaksanakan selama 6 pertemuan (12 jam pelajaran) sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun, yaitu RPP pembelajaran dengan model PBL di kelas eksperimen dan RPP pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional di kelas kontrol. 12. Mengadakanposttestpada kelas ekperimen dan kelas kontrol.

13. Mengumpulkan, mengolah, dan menganalisis data hasilposttest

14. Membuat kesimpulan.

15. Membuat laporan hasil penelitian.

D. Data Penelitian

(54)

31

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah tes, yaitu teknik pengumpulan data dengan memberikan sejumlah item pertanyaan mengenai materi yang telah diberikan kepada subjek penelitian. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep siswa. Tes diberikan sebelum pembelajaran (pretest) dan sesudah pembelajaran (posttest) pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Tes yang diberikan sesudah pembe-lajaran bertujuan untuk melihat keefektifan pembepembe-lajaran dalam meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan adalah instrumen tes tertulis. Instrumen tes yang digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian ini berupa tes kemampuan pemahaman konsep matematis. Materi yang diujikan adalah pokok bahasan bangun datar yang terdiri dari lima soal yang berbentuk uraian. Setiap soal memiliki satu atau lebih indikator kemampuan pemahaman konsep matematis. Skor jawaban disusun berdasarkan kemampuan pemahaman konsep matematis tersebut.

Penyusunan perangkat tes dilakukan dengan langkah sebagai berikut: 1. Melakukan pembatasan materi yang diujikan.

2. Menentukan tipe soal, jumlah butir soal dan waktu mengerjakan soal.

(55)

32 4. Menuliskan petunjuk mengerjakan soal, kunci jawaban, dan penentuan skor yang mengacu kepada pedoman penyekoran tes kemampuan pemahaman konsep.

5. Menulis butir soal.

6. Mengujicobakan instrumen.

9. Menganalisis validitas, reliabilitas, daya beda dan tingkat kesukaran.

10.Memilih item soal yang sudah teruji berdasarkan analisis yang sudah dilaku-kan.

Pedoman penskoran tes pemahaman konsep disajikan pada tabel berikut: Tabel 3.3. Pedoman Penskoran Tes Pemahaman Konsep

No Indikator Keterangan Skor

1. Menyatakan ulang suatu konsep

a. Tidak menjawab 0

b. Menyatakan ulang suatu konsep tetapi salah 1 c. Menyatakan ulang suatu konsep dengan benar 2 2. Mengklasifikasi

objek menurut sifat tertentu sesuai dengan konsepnya

a. Tidak menjawab 0

b. Mengklasifikasi objek menurut sifat tertentu

tetapi tidak sesuai dengan konsepnya 1 c. Mengklasifikasi objek menurut sifat tertentu

sesuai dengan konsepnya 2

b. Menyajikan konsep dalam bentuk representasi

matematika tetapi salah 1

c. Menyajikan konsep dalam bentuk representasi

matematika dengan benar 2

b. Menggunakan, memanfatkan, dan memilih

prosedur tetapi salah 1

c. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih

prosedur dengan benar 2

5. Mengaplikasikan konsep

a. Tidak menjawab 0

b. Mengaplikasikan konsep tetapi tidak tepat 1 c. Mengaplikasikan konsep dengan tepat 2

(56)

33 dilakukan untuk menguji apakah instrumen tersebut memenuhi kriteria soal yang layak digunakan. Uji yang dilakukan antara lain sebagai berikut :

1. Uji Validitas

Menurut Arikunto (2006:168) validitas adalah ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau keshahihan suatu instrumen. Dalam penelitian ini, validitas yang digunakan adalah validitas isi. Validitas isi dari tes pemahaman konsep matematis ini dapat diketahui dengan cara membandingkan isi yang terkandung dalam tes pemahaman konsep matematis dengan indikator pembelajaran yang telah ditentukan.

(57)

34

2. Uji Reliabilitas

Arikunto (2006:178) mengatakan bahwa reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrument cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagaai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Untuk menghitung koefisien reabilitas tes ini didasarkan pendapat Arikunto (2006:195) yang menyatakan bahwa pengujian reliabilitas instrumen dengan menggunakan rumus Alpha sebagai berikut.

r : koefisien reliabilitas instrumen (tes)

k : banyaknya item

2

b

σ : jumlah varians dari tiap-tiap item tes

2

t

σ : varians total

Nilai koefisien reliabilitas yang didapat dari r11 diinterprestasikan dengan kriteria

sebagai berikut.

Tabel 3.4 Interprestasi Koefisien Reliabilitas Koefisien Reliabilitas Kriteria 0,80 < r11≤ 1,00 Sangat tinggi

0,60 < r11≤ 0,80 Tinggi

0,40 < r11≤ 0,60 Sedang

0,20 < r11≤ 0,40 Rendah

r11≤ 0,20 Sangat rendah

Setelah menghitung reliabilitas instrumen tes, diperoleh nilai r11 = 0,8475

(Lampiran C.2 hal.182). Berdasarkan pendapat Arikunto tersebut, harga r11

(58)

35 Oleh karena itu, instrumen tes pemahaman konsep matematis tersebut layak digunakan untuk mengumpulkan data.

3. Uji Tingkat kesukaran

Sudijono (2008:372) mengungkapkan untuk menghitung tingkat kesukaran suatu butir soal digunakan rumus berikut.

=

Keterangan:

TK : tingkat kesukaran suatu butir soal

JT : jumlah skor yang diperoleh siswa pada butir soal yang diperoleh

IT : jumlah skor maksimum yang dapat diperoleh siswa pada suatu butir soal.

Untuk menginterpretasi tingkat kesukaran suatu butir soal digunakan kriteria indeks

kesukaran menurutSudijono (2008:372)sebagai berikut : Tabel 3.5 Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran

Nilai Interpretasi

0.00 < 0.15 Sangat Sukar 0.15 < 0.30 Sukar 0.30 < 0.70 Sedang 0.70 < 0.85 Mudah

0.85 1.00 Sangat Mudah

Berdasarkan hasil uji coba tes kemampuan representasi diperoleh hasil bahwa tingkat kesukaran tes telah memenuhi kriteria yang ditetapkan, yaitu soal dengan tigkat kesukaran sedang dan mudah. Hasil perhitungan mengenai daya pembeda dapat dilihat pada Lampiran C.3 hal.183.

4. Uji Daya Pembeda

(59)

36 berkemampuan rendah. Daya beda butir dapat diketahui dengan melihat besar kecilnya tingkat diskriminasi atau angka yang menunjukkan besar kecilnya daya beda. Untuk menghitung daya pembeda, terlebih dahulu diurutkan dari siswa yang memperoleh nilai tertinggi sampai siswa yang memperoleh nilai terendah. Kemudian diambil 27% siswa yang memperoleh nilai tertinggi (disebut kelompok atas) dan 27% siswa yang memperoleh nilai terendah (disebut kelompok bawah). Sudijono (2008:389) mengungkapkan menghitung daya pembeda ditentukan dengan rumus:

D = - a

Keterangan:

D : indeks diskriminasi satu butir soal

BA : banyaknya kelompok atas yang dapat menjawab dengan betul butir soal

yang diolah

BB : banyaknya kelompok bawah yang dapat menjawab dengan betul butir soal

yang diolah

JA : jumlah kelompok atas

JB : jumlah kelompok bawah

Menurut Sudijiono (2008:388) hasil perhitungan daya pembeda diinterpretasi ber-dasarkan klasifikasi yang tertera dalam tabel berikut.

Tabel 3.6. Interpretasi Nilai Daya Pembeda

Nilai Interpretasi

Negatif≤DP≤0,00 Buruk Sekali

0,00≤DP < 0,20 Buruk

0,20≤DP < 0,40 Sedang

0,40≤DP < 0,70 Baik

0,70≤DP < 1,00 Sangat Baik

Dalam penelitian ini digunakan butir soal dengan nilai daya pembeda lebih dari atau sama

(60)

37 termasuk soal dengan kategori sedang, soal nomor 2 memiliki nilai daya pembeda 0,57 sehingga termasuk soal dengan kategori baik, soal nomor 3 memiliki nilai daya pembeda 0,48 sehingga termasuk soal dengan kategori baik, soal nomor 4 memiliki nilai daya pembeda 0,55 sehingga termasuk soal dengan kategori baik, soal nomor 5 memiliki nilai daya pembeda 0,60 sehingga termasuk soal dengan kategori baik (Lampiran C.2 hal.182).

G. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

Setelah kedua sampel diberi perlakuan yang berbeda, data yang diperoleh dari hasil prestest dan posttest dianalisis untuk mendapatkan skor peningkatan (gain) pada kedua kelas. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui besarnya peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. Menurut Meltzer (2002:1260) besarnya peningkatan dihitung dengan rumusgainternormalisasi (normalized gain) = ng, yaitu:

=

Hasil perhitungan gain kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi dari Hake (1999:1) seperti terdapat pada tabel berikut:

Tabel 3.7 KlasifikasiGain( g )

Besarnya g Interpretasi

(61)

38 uji normalitas dan uji homogenitas. Adapun prosedur uji normalitas dan homogenitas sebagai berikut.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah data kemampuan pemahaman konsep matematis berdistribusi normal atau tidak. Uji Normalitas dalam peneliti-an ini menggunakpeneliti-an uji Chi-Kuadrat. Uji Chi Kuadrat menurut Sudjana (2005: 273) adalah sebagai berikut.

Hipotesis :

H0 : data berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1 : data tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal

Statistik yang digunakan untuk ujiChi-Kuadrat:

= ( )

Keterangan:

= frekuensi harapan

= frekuensi yang diharapkan = banyaknya pengamatan

Dengan kriteria pengujian adalah terima terima H0jika , dengan

χ ( )( )dan taraf nyata 5%.

(62)

39

Tabel 3.8 Rekapitulasi Uji Normalitas Data Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis

Data Keputusan Uji Keterangan

PosttestPBL 5,19798 7,81 H0diterima Normal

GainPBL 5,7354714 7,81 H0diterima Normal

GainKonvensional 4,6351439 7,81 H0diterima Normal

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas varians dilakukan untuk melihat apakah data kemampuan pemahaman konsep matematis siswa berasal dari populasi yang sama Uji homogenitas varians dalam penelitian ini menggunakan uji F. Uji F menurut Sudjana (2005: 261-264) adalah sebagai berikut.

Hipotesis

H0 : = (kedua populasi memiliki varians yang sama)

H1 : (kedua populasi memiliki varians yang tidak sama)

Statistik yang digunakan untuk uji F adalah sebagai berikut.

F= varians terbesar varians terkecil

Dengan kriteria pengujian adalah H0 ditolak jika / ( , ) dengan

/ ( , ) didapat dari daftar distribusi F dengan peluang ½α, sedangkan derajat

kebebasan v1untuk pembilang dan v2untuk penyebut.

(63)

40

Tabel 3.9 Rekapitulasi Uji Homogenitas VariansGain

Kelas Varians Keputusan

Uji Keterangan

PBL 0.0549

1,75374999 1,98 H0diterima Homogen

Konvensional 0.031304348

Berdasarkan tabel 3.9 dapat disimpulkan bahwa varians kedua kelompok data homogen atau sama. Setelah itu barulah dilakukan uji hipotesis sebagai berikut.

3. UjiHipotesis

Setelah melakukan uji normalitas dan homogenitas data, analisis berikutnya ada-lah menguji hipotesis, yaitu uji kesamaan rata-rata skor peningkatan pemahaman konsep (skor gain) kedua kelompok, serta uji proporsi presentase tuntas belajar pada kelas eksperimen. Dari hasil uji normalitas dan homogenitas diperoleh bahwa data gain berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan varians yang homogen dan data posttest kelas eksperimen berdistribusi normal. Adapun penje-lasan dari masing-masing uji hipotesis sebagai berikut.

a. Uji Kesamaan Dua Rata-rata

Apabila data yang diperoleh normal dan homogen maka digunakan uji kesamaan dua rata-rata satu pihak, yaitu uji pihak kanan.

Hipotesis untuk uji kesamaan dua rata-rata, uji pihak kanan menurut Sudjana (2005: 243) adalah:

=

>

Keterangan:

(64)

41 Statistik yang digunakan untuk uji ini adalah:

= 1

+ 1

Dengan

keterangan:

= rata-rata skor gain kelas eksperimen = rata-rata skor gain kelas kontrol n1 = banyaknya subyek kelas eksperimen

n2 = banyaknya subyek kelas kontrol

= varians kelompok eksperimen = varians kelompok kontrol = varians gabungan

Dengan kriteria pengujian: terima H0 jika < dengan derajat

kebe-basan dk = (n1 + n2– 2) dan peluang (1 ) dengan taraf signifikan = 5% .

Untuk harga t lainnya H0ditolak.

Apabila data yang diperoleh normal, tetapi tidak homogen maka digunakan statistik t’. Rumus yang digunakan menurut Sudjana (2005:241) adalah sebagai berikut.

=

( / ) + ( / )

Dengan kriteria pengujian adalah : terima H0jika < <

Keterangan: w1 = /

w2 = /

t1 = t(1-α), (n1- 1)

t2 = t(1-α), (n2- 1)

dengan taraf signifikan signifikan = 5%dan untuk harga t lainnya H0ditolak.

(65)

42

b. Uji Proporsi

Untuk menguji hipotesis bahwa presentase ketuntasan belajar siswa di kelas eksprimen dengan nilai posttest yang bedistribusi normal lebih dari atau sama dengan 60% dari jumlah siswa maka dilakukan uji proporsi pada nilai posttest

siswa kelas eksperimen. Berikut adalah prosedur uji proporsi menurut Sudjana (2005: 234).

 Hipotesis

H0: π < 0,60 (persentase siswa tuntas belajar < 60%)

H1: π ≥0,60 (persentase siswa tuntas belajar ≥60%)

x : banyaknya siswa tuntas belajar

n : jumlah sampel

0,60 : proporsi siswa tuntas belajar yang diharapkan

Kriteria uji: tolak H0jikazhitung z0,5 -α. Hargaz0,5– αdiperoleh dari daftar

(66)

56

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, diperoleh simpulan bahwa ditinjau dari pemahaman konsep matematis siswa, model PBL tidak efektif, namun lebih efektif dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas VII SMP Negeri 2 Way Seputih tahun pelajaran 2014/2015. Hal ini dapat dilihat dari aspek berikut.

1. Peningkatan (gain) pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran dengam model PBL lebih tinggi daripada model pembelajaran konvensional.

2. Persentase siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model PBL yang mendapatkan nilai minimal 70 kurang dari atau sama dengan 60%.

B. Saran

Berdasarkan simpulan tersebut, penulis mengemukakan saran-saran sebagai berikut.

(67)

57

(68)

58

DAFTAR PUSTAKA

Alwi. H. 2002.Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta: Balai Pustaka.

Amir, M. Taufiq. 2009. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Arends, Richard I. 2011.Learning To Teach.New York: McGraw Hill.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.. Jakarta : Rineka Cipta.

Bilad, Bayu Imadul. 2015.Efektivitas Penerapan Model Problem-Based Learning Ditinjau dari Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Matematis Siswa.(Skripsi). Bandarlampung:Universitas Lampung.

BSNP. 2006. Panduan penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas.

Daryanto. 2007.Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Depdiknas. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: CV Eko Jaya.

________. 2004. Peraturan tentang Penilaian Perkembangan Anak Didik SMP No. 506/C/Kep?PP/2004 Tanggal 11 November 2004. Jakarta : Ditjen Dikdasmen Depdiknas.

________. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring. (Online), (http://www. pusatbahasa.kemdiknas.go.id, diakses 7 Januari 2015).

Hake, Richard R. 1999. Analyzing Change/Gain Scores. (Online). (http://www. physics.indiana.edu, diakses pada 27Februari2015).

. 2002. Perencanaan Pengajaran Matematika Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta : Bumi Aksara.

Gambar

Tabel 1.1. Rata-Rata Kemampuan Matematika Siswa Kelas VII
Table 2.1 Tahap-tahap Problem Based Learning (PBL)
Tabel 3.1.  Rata-Rata Nilai Ujian Mid Semester Ganjil TP. 2014/2015
Tabel 3.2. Pretest-Posttest Control Design
+7

Referensi

Dokumen terkait

Semua itu (dewasa, berakal sehat, kuat, dan mampu, asalkan berkeadaan miskin) bukankah menjadi halangan bagi seorang anak untuk mendapatkan nafkah dari orang tuanya. Perbedaan

Analisis Hasil Uji Validitas Lembar Observasi Untuk Mengukur Hasil Belajar Afektif Siswa Kelas IV SDN 02

satu mahasiswa FPOK Prodi PJKR dan PGSD Penjas yang diterima melalui. jalur SNMPTN Undangan, SBMPTN dan SM-UPI tahun

Proses pendaftaran melalui telepon genggam, dimana pelanggan akan memasukkan data yang diperlukan agar dapat melakukan transaksi pemesanan tiket.. Aplikasi pada pihak

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, yaitu penelitian dengan menggunakan uji statistic untuk menguji hipotesis agar bisa dijelaskan hubungan variabel

Pada saat tegangan output memiliki nilai sebesar 11,7 Volt arus pada output bernilai menjadi 1.5 A sehingga menandakan proses pengisian batere telah berpindah

Based on data collected from mechanical properties testing procedure, there are some factors differentiating mechanical properties of samples from one place to another which

Anda hanya menyorot opsi [I]nstall jika ingin menginstal atau meng- upgrade paket software, opsi [R]emove jika ingin menghapus sebuah software dari sistem, opsi [C]onfig