• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Kepolisian Dalam Menanggulangi Tingginya Tingkat Kecelakaan Lalu Lintas Terhadap Pengendara Yang Tidak Memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM) (Studi di Polresta Bandar Lampung)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peran Kepolisian Dalam Menanggulangi Tingginya Tingkat Kecelakaan Lalu Lintas Terhadap Pengendara Yang Tidak Memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM) (Studi di Polresta Bandar Lampung)"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

THE ROLE OF POLICE IN PREVENTING THE HIGH RATE OF TRAFFIC ACCIDENT ON HIGHWAY TOWARDS THE RIDER THAT

DOES NOT HAVE A DRIVING LICENSE (SIM) (Studies In Bandar Lampung Police Department)

by

RAINAH

Traffic is one of the important means for the public to facilitate the activities that undertaken. Besides it is useful to facilitate the activity, we can not deny that any traffic can cause in huge losses for us, such as an accident. Accidents caused by riders themselves among other factors are caused by riders who are not disciplined, also because of the under-seventeen riders of who drive without the necessary license. The problems discussed by the author in this thesis were on how the Police Traffic Unit's role in Bandar Lampung overcame the high rate of traffic accidents on rider who doesn’t have a driver's license and what were the inhibiting and supporting factors of the role of Police Traffic Unit's in overcoming the high rate of traffic accidents to rider who does not have a driver's license.

The problem approach used in this paper was normative juridical and judicial empirical approach with the primary data and secondary data. The primary data sources were obtained directly from research in Bandar Lampung Police Department, secondary data were the materials that provide the guidance for the explanation of primary legal materials and tertiary legal materials that could assist in the understanding of analysis and understanding the issues, such as legal literature, legal dictionaries and other appropriate sources.

Based on the results of the research by the authors, it could be understood that the role of the police in overcoming the high rate of traffic accidents on the rider who

(2)

society. In the implemantation, The Role of Police Traffic Unit in overcoming the high rate of traffic accidents on the highway on rider who doesn’t not have a driver's license was good enough and ideal in implementation and the application of sanctions given to the perpetrators of road accidents has been regulated. This has been proved by the decreasing number of traffic accidents on the highway from the city of Bandar Lampung in 2012-2013 and in accordance with the duties regulated in the legislation.

Based on the quote above, the author suggested that: (1) Police Traffic Unit officers of Bandar Lampung must increase the monitoring of traffic on the

highway, especially on rider who doesn’t not have a driver's license. (2) To the

Government of Bandar Lampung or related parties, the infrastructure of traffic can be improved for the sake of convenience and driving safety. (3) It is needed that the existence of awareness from the people to obey the applicable laws and rules so that the rate of traffic violations that lead to accidents can be reduced, and public awareness to respect the officers-on-duty, with a harmonious relationship between the society and police apparatus can be more effectively and efficiently.

(3)

ABSTRAK

PERAN KEPOLISIAN DALAM MENANGGULANGI TINGGINYA TINGKAT KECELAKAAN LALU LINTAS DI JALAN RAYA TERHADAP PENGENDARA YANG TIDAK MEMILIKI SURAT IZIN

MENGEMUDI (SIM)

(Studi Di Polresta Bandar Lampung)

Oleh

Rainah

Lalu lintas merupakan salah satu sarana penting bagi masyarakat untuk memperlancar aktivitas yang dilakukan. Selain berguna untuk memperlancar aktivitas, tidak bisa kita pungkiri bahwa lalu lintas pun dapat mengakibatkan kerugian yang sangat besar bagi kita seperti kecelakaan. Kecelakaan yang disebabkan oleh faktor pengendara sendiri antara lain disebabkan karena pengendara yang tidak disiplin, juga karena adanya pengendara yang berusia di bawah tujuh belas tahun yang mengendarai tanpa dilengkapi SIM. Permasalahan yang dibahas penulis dalam skripsi ini yaitu bagaimanakah peran Satlantas Polresta Bandar Lampung dalam menanggulangi tingginya tingkat kecelakaan lalu lintas terhadap pengendara yang tidak memiliki SIM dan apa faktor yang menjadi penghambat dan pendukung peran Satlantas Polresta Bandar Lampung dalam menanggulangi tingginya tingkat kecelakaan lalu lintas terhadap pengendara yang tidak memiliki SIM.

(4)

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis yakni peran kepolisian dalam menggulangi tingginya tingkat kecelakaan lalu lintas terhadap pengendara yang tidak memiliki SIM diatur dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Republik Indonesia menjelaskan bahwa, dalam Pasal 5 ayat (1), peran kepolisian merupakan alat Negara yang berperan untuk memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat. Peran dalam pelaksanaannya Satlantas Polresta Bandar Lampung dalam menanggulangi tingginya tingkat kecelakaan lalu lintas di jalan raya terhadap pengendara yang tidak memiliki SIM, belum baik pelaksanaannya. Hal ini telah terbukti dengan meningkat angka kecelakaan lalu lintas di jalan raya Kota Bandar Lampung yang dari tahun 2012-2013.

Berdasarkan kutipan di atas, penulis menyarankan agar: (1) Aparat Satlantas Polresta Bandar Lampung harus meningkatkan lagi dalam melakukan pengawasan berlalu lintas di jalan raya dan melakukan razia-razia rutin kepada pengendara yang mengendarai kendaraannya. (2) Kepada Pemerintah Kota Bandar Lampung ataupun pihak yang terkait, agar sarana, prasaranan lalu lintas dapat di perbaiki demi kenyamanan dan keselamatan berkendaraan. (3) Perlu adanya kesadaran dari setiap masyarakat agar untuk taat pada hukum dan aturan yang berlaku agar tingkat pelanggaran lalu lintas yang mengakibatkan kecelakaan dapat berkurang serta kesadaran masyarakat untuk menghormati aparat yang sedang bertugas karena dengan adanya hubungan harmonis antara masyarakat dan aparat kepolisian dapat lebih efektif dan efisien.

(5)

PERAN KEPOLISIAN DALAM MENANGGULANGI TINGGINYA TINGKAT KECELAKAAN LALU LINTAS TERHADAP PENGENDARA

YANG TIDAK MEMILIKI SURAT IZIN MENGEMUDI (SIM) (STUDI DI POLRESTA BANDAR LAMPUNG)

Oleh RAINAH

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA HUKUM

pada

Jurusan Hukum Pidana Fakultas Hukum

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

(6)

PERAN KEPOLISIAN DALAM MENANGGULANGI TINGGINYA TINGKAT KECELAKAAN LALU LINTAS TERHADAP PENGENDARA

YANG TIDAK MEMILIKI SURAT IZIN MENGEMUDI (SIM) (STUDI DI POLRESTA BANDAR LAMPUNG)

(Skripsi)

Oleh RAINAH

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

(7)
(8)
(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Ularaman Kec. Selagai Lingga Kab.

Lampung Tengah pada tanggal 15 Oktober 1991, sebagai

anak bungsu dari lima bersaudara, buah hati pasangan Bapak

Asnawi dan (Alm) Ibu Suyeti.

Penulis memulai jenjang pendidikan pada SD 2 Sinar Negeri

Lampung Tengah diselesaikan tahun 2004, selanjutnya penulis melanjutkan ke

SMP Islam Tias Bangun Lampung Tengah diselesaikan pada tahun 2007 setelah

itu melanjutkan ke SMK Karya Bhakti Pringsewu diselesaikan pada tahun 2010.

Tahun 2010, penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Fakultas Hukum Universitas

Lampung melalui Jalur Non Reguler. Pada tahun 2013, penulis melaksanakan

Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik di Kecamatan Teluk Betung Barat Kota

(10)

M O T O

Hai orang-orang yang beriman, Jadikanlah sabar dan shalatmu Sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta

orang-orang yang sabar”

(Al-Baqarah: 153)

Jangan pernah malu untuk maju, karena malu menjadikan kita takkan pernah maju untuk mencapai kesuksesan

(11)

PERSEMBAHAN

Puji Syukur kehadirat Allah SWT,

yang selalu mengiringi langkahku dan selalu menuntunku dalam penyelesaian skripsi ini.

Dengan rendah diri kupersembahkan skripsi ini kepada:

Kepada orang tua ku

Bapak Asnawi dan Ibuku (Alm) Suyeti yang telah melahirkan ku, Serta

Ayahku Amir Rudin dan Mamah Asmah ku yang telah sabar mendidik, mendampingiku

dalam keseharianku dengan penuh perhatian, cinta kasih, ketulusan , pengorbanan dan selalu memberikan motivasi

serta doa untuk keberhasilanku.

Sahabat-sahabatku, terima kasih atas kebersamaan dan kesetiaannya selama ini

Almamaterku Universitas Lampung yang telah

(12)

SANWACANA

Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarrakatu

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT,

sebab hanya dengan izin dan kehendak-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi

berjudul: Peran Kepolisian Dalam Menanggulangi Tingginya Tingkat Kecelakaan Terhadap Pengendara Yang Tidak Memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM) (Studi Di Polresta Bandar Lampung), sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas

Lampung.

Penulis menyadari bahwa dalam menyusun dan menyelesaikan skripsi ini tidak

terlepas dari bantuan, bimbingan dan dukungan berbagai pihak, baik secara

langsung maupun tidak langsung, oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis

menyampaikan terima kasih yang tulus dan sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Heriyandi, S.H., M.S selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas

Lampung.

2. Bapak Eko Raharjo. S.H., M.H, selaku pembimbing I yang telah banyak

(13)

memberi bimbingan dengan penuh kesabaran kepada penulis sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Rinaldy Amrullah. S.H., M.H, selaku Pembimbing II yang telah

banyak bersedia meluangkan waktu, memberikan pengarahan dan saran

serta memberi bimbingan dengan penuh kesabaran kepada penulis sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu Dr. Erna Dewi, S.H., M.H, selaku Pembahas I yang telah memberikan

kritik dan saran serta masukan kepada penulis dalam penyusunan skripsi

5. Ibu Rini Fathonah, S.H., M.H, selaku Pembahas II yang telah banyak

memberikan saran dan masukan serta hiburan dan motivasi kepada penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak A. Irzal Fardiansyah, S.H., M.H, selaku Pembimbing Akademik

penulis yang telah banyak membantu penulis dalam proses perkuliahan

sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan strata 1 (satu).

7. Seluruh Dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung, terima kasih atas

semua ilmu yang telah diberikan dan diajarkan dengan ikhlas.

8. Seluruh staf baik di bagian Hukum Pidana Mba Sri, Mba Yanti, Babe.

Maupun di bagian Akademik dan Kemahasiswaan yang tidak kalah

pentingnya dalam membantu menyelesaikan skripsi ini..

9. Bapak Aiptu Toni Suherman Polresta Bandar Lampung, terima kasih yang

telah banyak membantu penulis selama penulis melakukan penelitian di

Polresta Bandar Lampung.

10.Teristimewa untuk Bapak tercinta Asnawi dan (Alm) Ibu Suyeti yang

(14)

banyak berkorban demi anaknya menuntut ilmu, serta doa tulus dari setiap

sujudmu yang selalu mengiringi setiap langkahku dan menanti

keberhasilanku, semoga ibu melihat keberhasilanku di Surga dan Semoga

Allah membalas pengorbanan kalian dengan nikmat yang tak terhingga.

11.Saudara-saudara dari pihak Bapak dan dari pihak Ibu, khususnya paman

Edi dan tante Suedah. Sepupu-sepupuku yang tidak bisa ku sebutkan nama

nya satu persatu, Terimakasih atas dukungan dan doa yang selama ini telah

diberikan.

12.Kakak-kakak tercintaku: Asmah, Suhemi, Asnati dan Suminta yang

tersayang telah banyak memberikan arahan, nasihat yang sangat berharga

dan memberikan dukungan baik moril maupun materi dalam

menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas pengorbanan dan doa untuk

menanti keberhasilanku.

13. Keponakan- keponakan ku Rodiah, Marsan, Marsin dan Subandi yang

begitu banyak memberikan keceriaan terhadap penulis selama penulis

dalam menyelesaikan skripsi.

14.Kakak kostanku Suryna terima kasih, yang begitu banyak memberikan

nasihat dan sarannya selama penulis dalam menyusun skripsi. Serta adik

angkat ku Dapi, Pahri, dan Zidan yang begitu banyak memberikan

keceriaan selama penulis menyusun skripsi ini.

15.Sahabat-sahabat tercintaku sekaligus sahabat seperjuangan Tamy, Erna,

dan Mita, terima kasih atas perhatian, nasehat, motivasi dan selalu setia

mendengarkan keluh kesahku, curahan hati dan telah menjadi

(15)

16.Rekan-Rekan Mahasiswa Bagian Hukum Pidana Fakutas Hukum

Universitas Lampung: Rymni Chyantia, Hety Ratna Novitasari, Sekar

Pramudhita, Zakia Tiara Faragista, Venti Azharia, Dody Irwansyah,

Pundawa, dan semua teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu

persatu yang sudah memberikan keceriaan selama penulis menempuh studi.

17.Teman-teman seperjuangan angkatan 2010, terima kasih terima kasih atas

kebersamaan yang telah kalian berikan selama ini.

18.Teman-teman KKN Rizka, Emy, Lia, Yunita, Rossy, Ranti, mbak Nuke,

Mbak Dewi, Richard, Ridwan, Hero, Rangga, Bang Ponco dan Bang Anjas

terima kasih atas persahabatan yang telah kalian berikan selama ini.

19.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu

20.Almamaterku tercinta yang sudah memberikan banyak wawasan dan

pengalaman yang sangat berharga.

Semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi agama, masyarakat,

bangsa, dan negara, para mahasiswa, akademisi, serta pihak-pihak lain yang

membutuhkan terutama bagi penulis. Saran dan kritik yang bersifat membangun

akan selalu diharapkan. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih semoga Allah

SWT memberikan perlindungan dan kebaikan bagi kita semua serta semoga tali

silahtuhrahmi diantara kita tetap erat dan kita dipertemukan kembali dalam

keridhoan-Nya. Aamiin Allahuma Ya Rabbal’alamin.

Bandar Lampung, Agustus 2014

Penulis

(16)

DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Permasalahan dan Ruang Lingkup ... 8

1.3Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian ... 9

1.4Kerangka Teoritis dan Konseptual... ... 11

1.5Sistematika Penulisan ... 15

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1Pengertian Peranan ... 17

2.2Pengertian Kepolisian, Tugas, Wewenang dan Fungsi Polisi Republik Indonesia... 19

1. Pengertian Kepolisian Republik Indonesia ... 19

2. Tugas dan Wewenang Kepolisian Republik Indonesia ... 21

3. Fungsi Kepolisian Republik Indonesia ... 23

2.3Pengertian Lalu Lintas dan Fungsi Polisi Lalu Lintas ... 24

1. Pengertian Lalu Lintas ... 24

2. Fungsi Polisi Lalu Lintas ... 26

2.4Pengertian Kecelakaan Lalu Lintas ... 28

2.5Sanksi Pidana dalam Kecelakaan Lalu Lintas ... 30

2.6Upaya Penanggulangan Kejahatan ... 34

III. METODE PENELITIAN 3.1Pendekatan Masalah ... 37

3.2Sumber dan Jenis Data ... 38

(17)

3.4Prosedur Pengumpulan dan Pengelolaan Data ... 41

3.5Analisis Data ... 42

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1Karakteristik Koresponden... 43

4.2Peran Kepolisian dalam Menanggulangi Tingginya Tingkat

Kecelakaan Lalu Lintas terhadap Pengendara yang Tidak Memiliki

SIM ... 44

4.3Faktor Apa yang Menjadi Penghambat dan Pendukung Kepolisian

dalam Menanggulangi Tingginya Tingkat Kecelakaan Lalu Lintas

terhadap Pengendara yang Tidak Memiliki SIM ... 55

V. PENUTUP

5.1 Simpulan ... 62

5.2 Saran ... 63

(18)

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Lalu lintas merupakan salah satu sarana penting bagi masyarakat untuk

memperlancar berbagai aktivitas yang dilakukan. Menurut Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan

Jalan, lalu lintas adalah gerakan kendaraan dan orang di ruang lalu lintas

jalan. Dengan adanya lalu lintas, aktivitas masyarakat di jalan akan lebih

tertib dan teratur.

Selain berguna untuk memperlancar aktivitas, tidak bisa kita pungkiri bahwa

lalu lintas juga dapat mengakibatkan kerugian yang sangat besar bagi kita

seperti kecelakaan bahkan kematian. Dalam Undang-Undang Nomor 22

Tahun 2009 dijelaskan bahwa kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa

dijalan yang tidak diduga dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan

atau tanpa pengguna jalan yang mengakibatkan korban manusia dan atau

kerugian harta benda. Didasari undang-undang dan peraturan

perundang-undangan yang ada serta kebijakan pimpinan hankam dari Polri, maka tugas

polisi lalu lintas yaitu: “Melaksanakan tugas pokok Polri di bidang lalu lintas

(19)

2

lintas untuk mencegah dan meniadakan gangguan serta ancaman agar

terjamin keamanan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas dijalan umum”.

Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya kecelakaan, antara lain adalah

faktor pengendara sendiri, faktor pengendara lain, dan faktor rusaknya sarana

dan prasarana lalu lintas. Kecelakaan yang disebabkan oleh faktor

pengendara sendiri biasanya terjadi karena perilaku pengendara yang tidak

disiplin. Ruas jalan yang sempit dan dipadati kendaraan seringkali menjadi

situasi yang memicu besarnya potensi kecelakaan karena ketidaksabaran

pengendara yang mendahului satu sama lain agar mereka cepat sampai

ditujuan masing-masing. Hal lain yang menjadi penyebab kecelakaan akibat

faktor pengendara sendiri juga karena adanya pengendara yang tidak

memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM) terutama pengendara yang berusia

dibawah 17 (tujuh belas) tahun. Biasanya pengendara yang tidak memiliki

SIM ini tidak memiliki keahlian atau kemahiran dalam mengendarai.

Pengendara yang berusia dibawah 17 (tujuh belas) tahun tersebut juga

biasanya mengendarai kendaraan dijalan tanpa memperhatikan lalu lintas dan

keselamatan orang lain, sehingga pengendara berusia dibawah umur dan

tidak memiliki surat-surat berkendara yang sah berupa SIM perlu mendapat

perhatian dari pihak yang berwajib. SIM merupakan bukti kompetensi bagi

seseorang yang telah lulus uji pengetahuan, kemampuan dan keterampilan

mengemudi di jalan sesuai persyaratan yang ditentukan berdasarkan

(20)

3

Peraturan tentang Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) dan SIM oleh

pemerintah dituangkan dalam Pasal 77 Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan. Menurut

pasal tersebut setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor dijalan

wajib memiliki SIM sesuai dengan jenis kendaraan yang dikemudikan.

Diperlukan peran dan fungsi yang kuat dari aparat kepolisian dalam bidang

lantas agar kecelakaan dapat dihindari. Fungsi lantas dalam penyelenggaraan

tugas pokok POLRI di bidang lalu lintas yang meliputi 1:

1) Penegakan hukum lantas (Police Traffic Law Enforcement)

2) Pendidikan masyarakat tentang lantas (Police Traffic Education)

3) Keteknikan lantas (Police Traffic Engineering)

4) Registrasi/identifikasi pengemudi dan kendaraan (Drive And Vehicle

Identification )2

Dalam rangka penyelenggaran fungsi lantas, polri berperan juga sebagai:3

1) Aparat penegak hukum, terutama perundang-undangan lalu lintas dan peraturan pelaksanaannya

2) Aparat penyidik kecelakaan lalu lintas

3) Aparat yang mempunyai kewenangan kepolisian umum 4) Aparat pendidikan lalu lintas kepada masyarakat

5) Penyelenggara registrasi/identifikasi pengemudi/kendaraan bermotor 6) Pengumpul dan pengolah data lalu lintas

7) Unsur bantuan komunikasi dan teknis, melalui unit PJR ( Patroli Jalan Raya).

1

http://sosrapolice.blogspot.com/2013/09/peranan-polisi.html di akses pada tanggal 10 Januari 2014 pukul 20.00 WIB

2 Ibid

(21)

4

Pengaturan mengenai lalu lintas diatur dalam Undang–Undang Nomor 22

Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Pada dasarnya polisi

lalu lintas bertugas mengawasi, membantu, menjaga agar sistem transportasi

jalan raya berfungsi secara lancar dan efisien.4 Seorang petugas lalu lintas

merupakan anggota dari suatu organisasi profesi penegakan hukum tertentu.

Salah satu unsur pokok dari organisasi profesional tersebut adalah suatu kode

etik yang terperinci menyajikan pokok-pokok etik bidang penegakan hukum.

Satjipto Rahardjo, penegakan hukum merupakan suatu usaha untuk

mewujudkan ide-ide dan konsep-konsep menjadi kenyataan.5 Penegakan

hukum adalah suatu proses untuk mewujudkan keinginan-keinginan hukum

menjadi kenyataan. Yang disebut sebagai keinginan hukum disini tidak lain

adalah pikiran-pikiran pembuat undang-undang yang dirumuskan dalam

peraturan-peraturan hukum itu. Pembicaraan mengenai proses penegakan

hukum ini menjangkau pula sampai kepada pembuatan hukum. Perumusan

pikiran pembuat undang-undang (hukum) yang dituangkan dalam peraturan

hukum akan turut menentukan bagaimana penegakan hukum itu dijalankan.6

Penegakan hukum sendiri tidak mungkin terlepas dari peran serta masyarakat

sebagai pelaksana kegiatan berlalu lintas dan angkutan jalan. Apabila hal itu

dilaksanakan hanya oleh satu pihak saja, tujuan yang ingin dicapai oleh

undang- undang tersebut, tidak pernah akan bisa tercapai sampai kapanpun

juga. Disamping kewajiban masyarakat untuk mematuhi peraturan lalu lintas,

4

Andrew R, 2011. Penegakan Hukum Lalu Lintas. Bandung:Nuansa. hlm. 27

5

Satjipta Rahardjo, 1983. Masalah Penegakan Hukum, Jakarta:Rajawali press, hlm. 24

(22)

5

mereka pun memiliki hak untuk mengawasi jalannya upaya-upaya penegakan

hukum yang dilakukan oleh aparat kepolisian.

Kepolisian mempunyai kewajiban di dalam tugasnya sebagai bagian dari

perangkat hukum yaitu melakukan serangkaian kegiatan-kegiatan dari

penyidikan, penahanan, penyitaan sampai ditemukan suatu kejahatan yang

telah dilakukan. Tugas kepolisian menuntut suatu tingkat kepribadian yang

tinggi dalam diri anggota polisi untuk dapat tanggap dan terampil dalam

menangani kasus-kasus yang menyangkut ketertiban dan keamanan

masyarakat.7 Oleh karenanya sifat cakap dan penuh tanggung jawab

kepolisian tersebut dalam melaksanakan tugas harus didukung oleh loyalitas

serta dedikasi yang tinggi sehingga akan memperoleh hasil yang diharapkan.

Sebagai anggota polisi, seorang polisi dituntut pula untuk mempunyai

pengetahuan hukum yang memadai, dikarenakan tugasnya yang harus dapat

memberikan penelitian terhadap perbuatan hukum yang dapat

dikualifikasikan sebagai tindak pidana.8 Selain itu, polisi juga harus segera

mengambil sikap kapan harus bertindak apabila terjadi peristiwa melanggar

hukum. Polisi juga dapat dikatakan sebagai wasit terhadap nilai-nilai sosial

atau an arbiter of socialvalues praktek sewajarnya bila terjadi tindakan polisi

dipengaruhi oleh hal-hal yang bersifat praktis, terutama sering terdapat dalam

pelanggaran lalu lintas. Sebagai salah satu aparat penegak hukum, polisi

7

Kardi Husin dan Budi Rizki Husin, 2012. Sistem Peradilan Pidana. Universitas Lampung .hlm.50

(23)

6

diletakan di garis depan dalam menghadapi situasi perubahan sosial yang

cepat akibat timbulnya modernisasi di bidang teknologi.9

Aparat penegak hukum khususnya kepolisian dalam menjalankan tugasnya

harus dibekali dengan pembinaan profesi. Aturan mengenai pembinaan

profesi ini memang sangat diperlukan, karena pada dasarnya setiap anggota

polisi dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya harus dapat

mencermikan kepribadian Bayangkara Negara seutuhnya, dalam arti sebagai

pejuang pengawal dan pengamanan Negara Republik Indonesia. Selain itu

seorang polisi harus mengabdikan diri sebagai alat Negara penegak hukum,

yang tugas dan wewenangnya bersangkut paut dengan hak dan kewajiban

warga negara secara langsung, oleh karena itu diperlukan kesadaran dan

kecakapan teknis yang tinggi. Dalam hal Pembinaan Profesi, Undang-Undang

Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia telah

mengaturnya melalui Pasal 31-36. Dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun

2002 Pasal 31 dijelaskan bahwa pejabat Kepolisian Negara Republik

Indonesia dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya harus memiliki

kemampuan profesi.

Salah satu masalah yang di hadapi oleh polisi lalu lintas (Polantas) sebagai

penegak hukum yang terlibat langsung dilapangan adalah seringnya terjadi

kecelakaan lalu lintas. Kecelakaan yang terjadi pada setiap bulannya

ditemukan pengendara yang tidak memiliki SIM, hal ini dapat kita lihat pada

tabel sebagai berikut:

(24)
[image:24.595.110.515.112.361.2]

7

Tabel 1. Tingkat Kecelakaan Lalu Lintas terhadap Pelaku Kecelakaan Yang Tidak Memiliki SIM dan Yang Memiliki SIM Tahun 2012

No Bulan

Jumlah pelaku kecelakaan lalu lintas yang tidak memiliki SIM

Jumlah pelaku kecelakaan lalu lintas

yang memiliki SIM

1 Januari 12 18

2 Februari 16 10

3 Maret 12 14

4 April 8 10

5 Mei 9 13

6 Juni 13 12

7 Juli 12 12

8 Agustus 13 12

9 September 5 9

10 Oktober 15 13

11 November 9 8

12 Desember 8 7

Jumlah 132 138

Sumber: Resor Kota Bandar Lampung Tahun 2012

Pada data di atas, diketahui bahwa jumlah pelaku kecelakaan lalu lintas di jalan

yang tidak memiliki SIM, pada tahun 2012 berjumlah 132. Sedangkan jumlah

pelaku kecelakaan lalu lintas yang memiliki berjumlah 138.

Tabel 2. Tingkat Kecelakaan Lalu Lintas terhadap Pelaku Kecelakaan Yang Tidak Memiliki SIM dan Yang Memiliki SIM Tahun 2013

No Bulan Jumlah pelaku kecelakaan lalu

lintas yang tidak memiliki SIM

Jumlah pelaku kecelakaan lalu lintas

yang memiliki SIM

1 Januari 16 9

2 Februari 0 7

3 Maret 16 12

4 April 17 9

5 Mei 12 9

6 Juni 12 9

7 Juli 14 10

8 Agustus 17 5

9 September 7 8

10 Oktober 11 11

11 November 9 8

12 Desember 14 8

Jumlah 145 105

[image:24.595.114.514.492.728.2]
(25)

8

Pada data diatas, diketahui bahwa tingkat kecelakaan lalu lintas yang tidak

memiliki SIM pada tahun 2013 meningkat jika dibandingkan dengan tahun

2012. Maka hal ini yang akan menjadi tugas kepolisian untuk lebih

meningkatkan peran mereka dalam menertibkan pelaku kecelakaan lalu lintas

yang tidak memiliki SIM tersebut. Dengan maksimalnya tugas kepolisian,

maka diharapkan jumlah kecelakaan pada pengendara khususnya pada pelaku

kecelakaan lalu lintas yang tidak memiliki SIM dapat berkurang.

Berdasarkan data diatas penulis memiliki ketertarikan untuk melakukan

penelitian untuk dapat mengetahui peran kepolisian atau upaya seperti apa

yang telah dilakukan dalam menjalankan tugas dan fungsi meliputi

penindakan pelanggaran dan penanganan kecelakaan berdasarkan

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2002 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan oleh

satuan Satlantas Polresta Bandar Lampung, sehingga angka kecelakaan lalu

lintas yang terjadi di kota Bandar Lampung dari tahun ketahun menurun.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

dalam bentuk skripsi dengan judul “Peran Kepolisian dalam Menanggulangi Tingginya Tingkat Kecelakaan Lalu Lintas terhadap Pengendara yang Tidak Memiliki SIM”. (Studi di Polresta Bandar Lampung).

1.2 Permasalahan dan Ruang Lingkup

1. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang masalah di atas yang diuraikan sebelumnya

(26)

9

a. Bagaimanakah peran Satlantas Polresta Bandar Lampung dalam

menanggulangi tingginya tingkat kecelakaan lalu lintas terhadap

pengendara yang tidak memiliki SIM ?

b. Apa faktor yang menjadi pengehambat dan pendukung Satlantas

Polresta Bandar Lampung dalam menanggulangi tingginya tingkat

kecelakaan lalu lintas terhadap pengendara yang tidak memiliki SIM ?

2. Ruang Lingkup

Adapun ruang lingkup dalam penelitian ini tidak terlalu luas, maka ruang

lingkup penulisan ini pada bidang ilmu hukum pidana mengenai Peran

Kepolisian dalam Menanggulangi Tingginya Tingkat Kecelakaan Lalu

Lintas terhadap Pengendara yang Tidak Memiliki SIM di Kota Bandar

Lampung Tahun 2013.

1.3 Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin di capai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui peran Satlantas Polresta Bandar Lampung dalam

menanggulangi tingginya tingkat kecelakaan lalu lintas terhadap

pengendara yang tidak memiliki SIM.

b. Untuk mengetahui faktor apa yang menjadi penghambat dan pendukung

Satlantas Polresta Bandar Lampung dalam menanggulangi tingginya

tingkat kecelakaan lalu lintas terhadap pengendara yang tidak memiliki

(27)

10

2. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini meliputi kegunaan teoritis dan praktis, yaitu:

a. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan berguna bagi perkembangan ilmu hukum

pidana, teori dan azas hukum lalu lintas angkutan jalan raya yang

berhubungan dengan Peran Kepolisian dalam Menanggulangi

Tingginya Tingkat Kecelakaan Lalu Lintas terhadap Pengendara yang

tidak memiliki SIM.

b. Secara Praktis

1. Penulisan ini dapat berguna bagi masyarakat pada umumnya dan

aparatur penegak hukum pada khususnya dalam memperluas serta

mamperdalam ilmu hukum khususnya ilmu hukum pidana dan untuk

menambah wawasan dalam berfikir yang dapat dijadikan sebagai

masukan dalam rangka menimalisir tingkat kecelakaan lalu lintas

terhadap pengendara yang tidak memiliki SIM.

2. Penulisan ini dapat berguna bagi para rekan-rekan fakultas hukum

baik dalam menambah pengetahuan maupun bagi rekan-rekan yang

ingin melakukan penelitian lanjutan di bidang yang sama dan bagi

(28)

11

1.4 Kerangka Teori dan Konsepsual 1. Kerangka Teori

Kerangka teoritis adalah konsep-konsep yang sebenar-benarnya

merupakan abstraksi dari hasil pemikiran atau kerangka/acuan yang pada

dasarnya bertujuan mengadakan kesimpulan terhadap dimensi-dimensi.10

Peranan dalam pengertian sosiologis adalah perilaku atau tugas yang

diharapkan/dilaksanakan seseorang berdasarkan kedudukan atau status

yang dimilikinya. Suatu peranan tertentu, dapat diuraikan kedalam

unsur-unsur sebagai berikut11:

1. Peranan yang ideal ( ideal role)

2. Peranan yang seharusnya (expected role)

3. Peranan yang di anggap oleh diri sendiri (perceived role)

4. Peranan yang sebenarnya di lakukan (actual role)

Peranan yang sebenarnya dilakukan kadang-kadang juga dinamakan role

performance atau role playing kiranya dapat kita pahami, bahwa peranan

yang ideal dan yang dating dari pihak lain, sedangkan peranan yang

dianggap oleh diri sendiri serta peranan yang sebenarnya dilakukan berasal

dari diri pribadi. Sudah tentu bahwa di dalam kenyataannya,

peranan-peranan tadi berfungsi apabila seorang berhubungan dengan pihak lain

(role sector) atau dengan beberapa pihak lain (interaction role sector).

10

Soerjono soekanto, 1984.penelitian hukum normatif. Jakarta:Rajawali press. hlm.123 11

(29)

12

Dengan kata lain, fungsionalisasi dari peranan tersebut terjadi apabila ada

pihak-pihak yang berhubungan dengan satu sama lainnya.

Peran yang dibahas dalam skripsi ini adalah peran kepolisian dalam

menanggulangi tingginya tingkat kecelakaan lalu lintas terhadap

pengendara yang tidak memiliki SIM. Dalam menggunakan teori peran

tersebut penulis akan menggunakan teori upaya penanggulangaan

kejahatan dengan upaya represif (penal policy), serta teori faktor-faktor

penegakan hukum. Menurut Marc Ancel penanggulangan kejahatan penal

policy adalah suatu ilmu sekaligus seni yang ada pada akhirnya

mempunyai tujuan praktis untuk memungkinkan peraturan hukum positif

dirumuskan secara lebih baik dan untuk memberi pedoman tidak hanya

kepada pembuat undang-undang, tetapi juga kepada para penyelenggara

atau pelaksana putusan pengadilan.12

Menurut Soerjono Soekanto, peran adalah aspek dinamis kedudukan

(status) yang memiliki aspek-aspek sebagai berikut:13

1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi

atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini

merupakan rangkaian peraturan yang membimbing seseorang dalam

kehidupan masyarakat.

2. Peranan adalah suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan oleh

individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

12

Barda Nawawi Arief, 2011. Kebijakan Hukum Pidana. Semarang:Bunga Rampai. hlm. 5

13

(30)

13

3. Peranan juga dapat diartikan sebagai perilaku individu yang penting

bagi struktur sosial masyarakat.

Menurut G.P. Hoefnagels upaya penanggulangan kejahatan dapat

ditempuh dengan:14

a. Penerapan hukum pidana (criminal law application).

b. Pencegahan tanpa pidana ( prevention without punishment).

c. Mempengaruhi pandangan masyarakat mengenai kejahatan.

Menurut Sudarto penanggulangan kejahatan penal policy adalah:15

a. Usaha untuk mewujudkan peraturan-peraturan yang baik sesuai

dengan keadaan dan situasi pada suatu saat.

b. Kebijakan dari negara melalui badan-badan yang berwenang untuk

menetapkan peraturan-peraturan yang dikehendaki biasa digunakan

untuk mengekspresikan apa yang terkandung dalam masyarakat dan

untuk mencapai apa yang dicita-citakan.

Menurut A. Mullder penanggulangan kejahatan bersifat Penal Policy

adalah:16

a. Seberapa jauh ketentuan-ketentuan pidana yang berlaku perlu diubah

atau diperbarui.

b. Apa yang dapat diperbuat untuk mencegah terjadinya tindak pidana.

14

Barda Nawawi Arief, Op.Cit. hlm 6

15 Ibid

(31)

14

c. Cara bagaimana penyidikan, penuntutan, peradilan dan pelaksanaan

pidana harus dilakukan.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi penegakan hukum menurut

Soerjono Soekanto, ada lima faktor-faktor dalam penegakan hukum

diantaranya:17

a. Faktor undang-undang adalah peraturan yang tertulis yang berlaku umum dan dibuat oleh penguasa pusat maupun daerah yang sah. b. Faktor penegak hukum adalah yakni pihak-pihak yang membentuk

maupun menerapkan hukum.

c. Faktor sarana dan fasilitas adalah faktor yang mendukung dari penegakan hukum.

d. Faktor masyarakat adalah yakni faktor yang meliputi lingkungan di mana hukum tersebut berlaku atau diterapkan.

e. Faktor budaya adalah yakni sebagai hasil karya, cipta, dan rasa yang didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup.

2. Konseptual

Kerangka konseptual adalah merupakan kerangka yang menggambarkan

hubungan antara konsep-konsep khusus yang merupakan kumpulan

arti-arti yang berkaitan dengan istilah yang diteliti atau diketahui. Agar tidak

ada kesalahan terhadap permasalahan maka penulis akan memberikan

konsep yang bertujuan untuk menjelaskan dari istilah yang dipergunakan

dalam penulisan pembahasan ini, adapun istilah yang dimaksud sebagai

berikut:

a. Peran adalah perilaku atau tugas yang diharapkan/dilaksanakan

seseorang berdasarkan kedudukan atau status yang dimilikinya. Suatu

peran tertentu, dapat diuraikan kedalam unsur-unsur sebagai.18

17

(32)

15

b. Polisi adalah penegak hukum yang mempunyai tugas dan wewenang

melakukan penyidikan dalam tindak pidana, mencegah dan

menanggulangi kejahatan.19

c. Polisi lalu lintas adalah mengawasi lalu lintas membantu menjaga agar

sistem transportasi jalan raya berfungsi secara lancar dan efisien.20

d. Lalu lintas adalah gerak kendaraan dan orang di ruang lalu lintas jalan.

e. Kendaraan bermotor adalah setiap kendaraan yang digerakkan oleh

peralatan mekanik berupa mesin selain kendaraan yang berjalan di atas

rel.

f. Kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak diduga

dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau tanpa pengguna

jalan lain yang mengakibatkan korban manusia dan atau kerugian harta

benda.

1.5 Sistematika Penulisan I. PENDAHULUAN

Merupakan bab yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah,

ruang lingkup, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teoritis

dan konseptual, serta sistematika penulisan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menjelaskan tentang Pengertian Kepolisian, Tugas dan Fungsi

Kepolisian, Pengertian Lalu Lintas, Pengertian Kecelakaan Lalu Lintas,

18 Ibid

19

(33)

16

Fungsi Polisi Lalu Lintas, Ketentuan Pidana dalam Kecelakaan Lalu

Lintas, dan Upaya Penanggulangan Kejahatan.

III. METODE PENELITIAN

Bab ini berisi metode penelitian, jenis dan sumber data, motode

pengumpulan data, populasi dan sampel penelitian, dan analisis data.

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan tentang hasil dan pembahasan mengenai masalah

yang diteliti, yaitu Peran Kepolisian dalam Menanggulangi Tingginya

Tingkat Kecelakaan Lalu Lintas Terhadap Pengendara Yang Tidak

Memiliki SIM

V. PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang dikemukakan peneliti dari

hasil penelitian yang dilakukan untuk kemudian dapat digunakan sebagai

(34)

17

II.TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Peranan.

Peranan adalah suatu sistem kaidah-kaidah yang berisikan patokan

prikelakuan pada kedudukan-kedudukan tertentu di dalam masyarakat,

kedudukan mana dapat dipunyai oleh pribadi atau kelompok.1 Sedangkan

dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia peran merupakan bagian dari tugas

utama yang harus di lakukan.

Analisis terhadap prilaku peranan dapat di uraikan melalui tiga pendekatan:2

1. Ketentuan peranan

2. Gambaran peranan

3. Harapan peranan

Ketentuan peranan adalah pernyataan formal dan terbuka tentang perilaku

yang harus ditampilkan seseorang dalam membawa perannya. Gambaran

peranan adalah suatu gambaran tentang perilaku yang secara actual di

tampilkan seseorang dalam membawakan perannya, sedangkan harapan peran

adalah

1

Soerjono Soekanto. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum. Jakarta.Raja

Grafindo Persada. 1983. hlm.25 2

(35)

18

harapan orang-orang terhadap prilaku yang ditampilkan seseorang dalam

menjalankan perannya.

Peranan dalam pengertian sosiologi adalah perilaku atau tugas yang

diharapkan diaharapkan dilaksanakan seseorang berdasarkan kedudukan atau

status yang dimilikinya. Suatu peranan tertentu, dapat dijabarkan kedalam

unsur-unsur sebagai berikut:3

a. Peranan ideal (ideal role)

b. Peranan yang seharusnya (expected role)

c. Peranan yang dianggap oleh diri sendiri (perceived role)

d. Peranan yang sebenarnya dilakukan (actual role)

Menurut Soerjono Soekanto, peran adalah aspek dinamis kedudukan (status)

yang memiliki aspek-aspek sebagai berikut:4

1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau

tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan

rangkaian peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan

masyarakat.

2. Peranan adalah suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan oleh

individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

3. Peranan juga dapat diartikan sebagai perilaku individu yang penting bagi

struktur sosial masyarakat.

3

Soerjono Soekanto. Op, Cit. hlm.25 4

Soerjono Soekanto. Sosiologi Suatu Pengantar Ilmu. Raja Grafindo Persada.Jakarta. 2002. hlm.

(36)

19

1.1Pengertian Kepolisian, Tugas, Wewenang Kepolisian, dan Fungsi Kepolisian Republik Indonesia.

1. Pengertian Kepolisian Republik Indonesia

Istilah “Polisi” sepanjang sejarah ternyata mempunyai arti yang berbeda

-beda. Arti kata “Polisi” adalah berbeda dengan arti yang diberikan

semulanya. Istilah yang diberikan oleh tiap-tiap negara terhadap

pengertian “Polisi” adalah berbeda oleh karena masing-masing negara

cenderung untuk memberikan istilah dalam bahasanya sendiri atau

menurut kebiasaan-kebiasaannya sendiri. Pengertian Polisi yaitu bahwa

constable mengandung dua macam arti pertama sebagai sebutan untuk

pangkat terendah dikalangan kepolisian (Police Constable) dan kedua

berarti Kantor Polisi (Office Of Constable)5

Pada awalnya istilah “Polisi” berasal dari bahasa Yunani “Politeia” yang

berarti seluruh pemerintahan Negara kota. Seperti diketahui bahwa pada

abab sebelum masehi, di Yunani banyak kota yang disebut “Polis”. Pada

waktu itu pengertian Polisi adalah menyangkut segala urusan

pemerintahan atau dengan kata lain kata polisi adalah untuk urusan

pemerintah. Pengertian polisi ini selalu berubah-ubah perkembangan sifat

dan bentuk negara serta pemerintah.6

5

Momo kelana. 1994, Hukum kepolisian. Jakarta:PT Gransindo. hlm. 13

6

(37)

20

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian

Negara Republik Indonesia dalam ketentuan Pasal (1) memberikan

pengertian :

1. Kepolisian adalah segala hal-ihwal yang berkaitan dengan fungsi dan

lembaga polisi sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

2. Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah pegawai

negeri pada Kepolisian Negara Republik Indonesia.

3. Pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah anggota

Kepolisian Negara Republik Indonesia yang berdasarkan

undang-undang dan memiliki wewenang umum kepolisian.

Melihat pengertian di atas, maka istilah kepolisian terkait langsung

dengan fungsi Kepolisian. Dalam Pasal 2 Undang-Undang Kepolisian

Negara Republik Indonesia dinyatakan bahwa: ”Fungsi kepolisian adalah

salah satu fungsi pemerintahan negara di bidang pemeliharaan keamanan

dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, perlindungan,

pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat”. Sedangkan dalam

Pasal 5 ayat (1) diatur hal-hal yang berkaitan dengan peran Kepolisian

Negara Republik Indonesia sebagai berikut: Kepolisian Negara Republik

Indonesia merupakan alat negara yang berperan dalam memelihara

keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta

memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada

(38)

21

Berdasarkan uraian pasal-pasal tersebut jelas kiranya bahwa tugas polisi

itu pada pokoknya meliputi persoalan penegakan hukum dan

pemeliharaan ketertiban masyarakat yakni :

Keamanan dan ketertiban masyarakat adalah suatu kondisi dinamis masyarakat sebagai salah satu prasyarat terselenggaranya proses pembangunan nasional dalam rangka tercapainya tujuan nasional yang ditandai oleh terjaminnya keamanan, ketertiban, dan tegaknya hukum, serta terbinanya ketenteraman, yang mengandung kemampuan membina serta mengembangkan potensi dan kekuatan masyarakat dalam menangkal, mencegah, dan menanggulangi segala bentuk pelanggaran hukum dan bentuk-bentuk gangguan lainnya yang dapat meresahkan masyarakat. (Pasal 1 (5) UU No. 2 Tahun 2002)

2. Tugas dan Wewenang Kepolisian Republik Indonesia

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian

Negara Republik Indonesia menurut Pasal (13), (14), dan (15) BAB III

Tugas dan Wewenang menyebutkan, Tugas Pokok Kepolisian Negara

Republik Indonesia adalah:

1. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarkat.

2. Menegakan hukum.

3. Memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada

masyarakat.

Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal

13 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Kepolisian Negara Repubulik

Indonesia bertugas:

1. Melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan patrol terhadap kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan. 2. Menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan,

(39)

22

3. Membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat kesadaran hukum masyarakat serta ketaatan warga masyarakat terhadap hukum dan peraturan perundang-undangan.

4. Turut serta dalam pembinaan hukum nasional.

5. Memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum.

6. Melakukan koordinasi, pengawasan, dan pembinaan teknis terhadap kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil, dan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa.

7. Melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundang-undangan lainnya.

8. Menyelenggarakan identifikasi kepolisian, kedokteran kepolisian, laboratorium forensic dan psikologi kepolisian untuk kepentingan tugas kepolisian.

9. Melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat, dan lingkungan hidup dari gangguan ketertiban dan/atau bencana termasuk memberikan bantuan dan pertolongan dengan menjujung tinggi hak asasi manusia.

10.Melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum ditangani oleh instansi dan/atau pihak yang berwenang.

11.Memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kepentingannya dalam lingkup tugas kepolisian.

12.Melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai dengan peraturan

perundang-undangan lainya berwewenang:

1. Memberikan izin dan mengawasi kegiatan keramaian umum dan kegiatan masyarakat lainnya.

2. Menyelenggarakan registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor. 3. Memberikan surat izin mengemudi kendaraan bermotor.

4. Menerima pemberitahuan tentang kegiatan politik.

5. Memberikan izin operasional dan melakukan pengawasan terhadap badan usaha di bidang jasa pengamanan.

6. Memberikan izin dan malakukan pengawasan senjata api, bahan peledak, dan senjata tajam.

7. Memberikan petunjuk, mendidik, dan melatih aparat kepolisian khusus dan petugas pengaman swakarsa dalam bidang teknis kepolisian.

8. Melakukan kerja sama dengan kepolisian negara lain dalam menyidik dan memberantas kejahatan internasional.

9. Melakukan pengawasan fungsional kepolisian terhadap orang asing yang berada di wilayah Indonesia dengan koordinasi instansi terkait. 10.Mewakili pemerintah Republik Indonesia dalam organisasi

(40)

23

11.Melaksanakan kewenangan lain yang termasuk dalam lingkup tugas kepolisian.

3. Fungsi Kepolisian Republik Indonesia

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian

Negara Republik Indonesia Pasal 2 menjelaskan bahwa, fungsi dari

kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintah dibidang pemeliharaan

keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, perlindungan,

pengayoman dan pelayanan terhadap masyarakat.

Pasal 4 Undang-Undang Kepolisian Tahun 2002 tentang Kepolisian

Negara Republik Indonesia lebih menjabarkan fungsi pemerintah

dibidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan

hukum, perlindungan, pengayoman dan pelayanan terhadap masyarakat.

Adapun dalam Pasal 4 Undang-Undang Kepolisian Tahun 2002 tentang

Kepolisian Negara Republik Indonesia:

“Kepolisian Negara Republik Indonesia bertujuan untuk mewujudkan keamanan dalam negeri yang meliputi terpeliharanya keamanan dan

ketertiban msyarakat, tersenggaranya perlindungan, pengayoman dan

pelayanan terhadap masyarakat serta terbinanya ketentraman masyarakat dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia”

Dalam menjalankan fungsi sebagai aparat penegakan hukumpolisi wajib

memahami azas-azas hukum yang digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam

pelaksanaan tugas, yaitu sebagai berikut 7:

7

(41)

24

1. Asas legalitas, dalam melaksanakan tugasnya sebagai penegak hukum

wajib tunduk pada hukum.

2. Asas kewajiban, merupakan kewajiban polisi dalam menangani

permasalahan masyarakat yang bersifat diskresi, karena belum diatur

dalam hukum.

3. Asas partisipasi, dalam rangka mengamankan lingkungan

masyarakat polisi mengkoordinasikan pengamanan Swakarsa

untuk mewujudkan ketaatan hukum di kalangan masyarakat.

4. Asas preventif, selalu mengedepankan tindakan pencegahan dari

pada penindakan (represif) kepada masyarakat.

5. Asas subsidiaritas, melakukan tugas instansi lain agar

tidak menimbulkan permasalahan yang lebih besar sebelum

ditangani oleh instansi yang membidangi

1.2Pengertian Lalu Lintas dan Fungsi Polisi Lalu Lintas 1. Pengertian Lalu Lintas

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas

dan Angkutan Jalan menjelaskan bahwa lalu lintas adalah gerak

kendaraan dan orang di ruang lalu lintas jalan. Menurut Puerwadaminta

dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memberikan defenisi mengenai

lalu lintas yakni: “Berjalan bolak-balik, hilir mudik, perihal perjalanan di

jalan perihal hubungan antara semua tempat dengan tempat lain”.8

Maksud pengertian di atas adalah terjadinya pergerakan oleh sesuatu

8

(42)

25

benda di mana melintas tempat secara berulang-ulang dan dilaluinya

tempat itu tidak hanya sekali saja, idealnya bahwa tempat dimana ia

pernah lalui dilaluinya lagi secara berlawanan arah.9 Sedangkan menurut

Soedarsono dalam kamus hukum menyebutkan bahwa: lalu lintas adalah

pengguna jalan umum dan hal-hal yang berkaitannya. Selanjutnya

Parkins dalam Djadjoesman dalam Isnar menjelaskan lalu lintas adalah

berkaitan dengan orang dan harta benda yang dapat bergerak, angkutan

penumpang arus pejalan kaki dan tambah dengan berbagai kegiatan yang

berhubungan dengan jalan umum .10

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan lalu lintas adalah

kegiatan kendaraan bermotor dengan menggunakan jalan raya sebagai

jalur lintas umum sehari-hari. Lalu lintas identik dengan jalur kendaraan

bermotor yang ramai yang menjadi jalur kebutuhan masyarakat umum,

dengan demikian pengendara kendaraan beroda 4 ( empat) dan kendaraan

beroda 2 (dua) harus menggunakan jalan dengan hati-hati, karena

penggunaan jalan digunakan untuk menyelenggarakan kegiatan di luar

fungsinya dapat dilakukan pada jalan nasional, jalan propinsi, jalan

Kabupaten/Kota dan jalan desa setelah mendapat ijin dari kepolisian.

Selain penggunaan jalan adapun tata cara berlalu lintas sebagai berikut:

a. Setiap orang yang menggunakan jalan wajib : berperilaku tertib dan mencegah hal-hal yang dapat merintangi, membahayakan keamanan

9

Ibid

10

(43)

26

dan keselamatan lalu lintas atau yang dapat menimbulkan kerusakan jalan

b. Setiap pengemudi di jalan wajib mematuhi ketentuan rambu-rambu lalu lintas.

c. Pada saat diadakan pemeriksaan kendaraan bermotor dijalan pengemudi kendaraan bermotor wajib menunjukan : STNK dan SIM. d. Setiap pengemudi kendaraan roda 4 (empat) atau lebih dijalan dan

penumpang yang duduk disampingnya wajib mengenakan sabuk keselamatan.

e. Setiap pengemudi kendaraan bermotor beroda 4 (empat) atau lebih yang tidak dilengkapi dengan rumah-rumah dijalan dan penumpang yang tidak duduk disampingnya wajib mengenakan sabuk keselamatan dan mengenakan helm yang memenuhi standar nasional Indonesia.

f. Setiap orang yang mengendarai dan penumpang sepeda motor wajib mengenakan helm yang memenuhi standar nasional Indonesia.

g. Pengendara sepeda motor tanpa kereta samping dilarang membawa penumpang lebih dari 1 (satu) orang.11

2. Fungsi Polisi Lalu Lintas

Polisi lalu lintas agent of change, penegak hukum lalu lintas adalah polisi

lalu lintas (Polantas). Polisi lalu lintas dalam melaksanakan tugasnya

dipengaruhi oleh unsur-unsur yang berasal dari:

1. Data pribadinya (Raw-Input)

2. Pendidikan, tempat pekerjaan maupun instansi lain

(Instrument-Input)

3. Lingkungan social (Environtment-Input)

Polisi lalu lintas adalah salah satu unsur pelaksana yang bertugas

menyelenggarakan tugas kepolisian mencangkup penjagaan, pengaturan

pengawalan dan patrol, pendidikan masyarakat dan rekayasa lalu lintas,

registrasi dan identifikasi pengemudi atau kendaraan bermotor,

11

(44)

27

penyidikan kecelakaan lalu lintas dan penegakan hukum lalu lintas guna

memelihara keamanan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas.

Pasal 7 ayat (2) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu

Lintas dan Angkutan Jalan bahwa tugas pokok dan fungsi Polri dalam hal

penyelenggaraan lalu lintas sebagai suatu urusan pemerintah di bidang

registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor dan pengemudi, penegak

hukum, operasional manajemen dan rekayasa lalu lintas, serta pendidikan

berlalu lintas.

Selanjunya, tugas dan fungsi Polri tersebut diatur dalam Pasal 12

Undang-Undang Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan meliputi 9 (Sembilan) hal yakni:

1. Pengujian dan penerbitan SIM kendaraan bermotor

2. Pelaksanaan registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor

3. Pengumpulan, pemantauan, pengolahan, dan penyajian data lalu

lintas dan angkutan jalan

4. Pengelolaan pusat pengendalian sistem informasi dan komunikasi

lalu lintas dan angkutan jalan

5. Pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan patroli lalu lintas

6. Penegakan hukum yang meliputi penindakan pelanggaran dan

penanganan kecelakaan lalu lintas

7. Pendidikan berlalu lintas

8. Pelaksanaan manajemen dan rekayasa lalu lintas; dan

(45)

28

Adanya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan ini, bukan berarti Polri akan berorientasi pada

kewenangan (authority). Akan tetapi, harus disadari bahwa tugas dan

fungsi Polri di bidang lalu lintas, berikut kewenangan-kewenangan yang

melekat, berkolerasi erat dengan fungsi kepolisian lainnya baik

menyangkut aspek penegakan hukum maupun pemeliharaan keamanan

dan ketertiban masyarakat.

1.3 Pengertian Kecelakaan Lalu Lintas

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan menjelaskan bahwa, Kecelakaan Lalu Lintas adalah suatu

peristiwa di jalan yang tidak diduga dan tidak disengaja melibatkan

kendaraan dengan atau tanpa pengguna jalan lain yang mengakibatkan korban

manusia dan/atau kerugian harta benda. Ada pun faktor yang menyebabkan

terjadinya kecelakaan, yaitu faktor manusia, faktor kendaraan dan faktor

jalan. Kombinasi dari ketiga faktor itu bisa saja terjadi, antara manusia

dengan kendaraan misalnya berjalan melebihi batas kecepatan yang

ditetapkan kemudian ban pecah yang mengakibatkan kendaraan mengalami

kecelakaan. Disamping itu masih ada faktor lingkungan, cuaca yang juga bisa

(46)

29

Kecelakaan dikelompokkan menjadi 3 bentuk kecelakaan 12yaitu:

1. Kecelakaan akibat kerja pada perusahaan

2. Kecelakaan lalu lintas

3. Kecelakaan dirumah

Pengelompokkan 3 bentuk kecelakaan ini merupakan pernyataan yang jelas,

bahwa kecelakaan lalu lintas merupakan bagian dari kecelakaan kerja.

Sedangkan definisi yang pasti mengenai kecelakaan lalu lintas adalah suatu

kejadian kecelakaan yang tidak terduga, tidak direncanakan dan diharapkan

yang terjadi di jalan raya atau sebagai akibat dari kesalahan dari suatu

akitivitas manusia dijalan raya, yang mana mengakibatkan luka, sakit,

kerugian baik pada manusia, barang maupun lingkungan. Sedangkan korban

kecelakaan lalu lintas adalah manusia yang menjadi korban akibat terjadinya

kecelakaan lalu lintas.

Berdasarkan tingkat keparahannya korban kecelakaan (casualitas) dibedakan

menjadi 3 macam,13 yaitu :

1. Korban meninggal dunia atau mati (fatality killed)

2. Korban luka-luka berat (serious injury)

3. Korban luka-luka ringan (slight injury)

12

Pengertian dan Klasifikasi Kecelakaan dapat dilihat di

http://www.majalahpendidikan.com/2011/10/pengertian-dan-klasifikasi-kecelakaan.html di akses pada 15 Januari 2014 pukul 13.00 WIB

(47)

30

Klasifikasi kecelakaan lalu lintas pada dasarnya dibuat berdasarkan tingkat

keparahan korban, dengan demikian kecelakaan lalu lintas dibagi dalam 4

macam kelas, yaitu sebagai berikut 14:

1. Klasifikasi berat (fatality accident), apabila terdapat korban yang mati

(meskipun hanya satu orang) dengan atau korban luka-luka berat atau

ringan.

2. Klasifikasi sedang, apabila tidak terdapat korban yang mati namun

dijumpai sekurang-kurangnya satu orang yang mengalami luka-luka berat.

3. Klasifikasi ringan, apabila tidak terdapat korban mati dan luka-luka berat,

dan hanya dijumpai korban yang luka-luka ringan saja.

4. Klasifikasi lain-lain (kecelakaan dengan kerugian materiil saja), yaitu

apabila tidak ada manusia yang menjadi korban, hanya berupa kerugian

materiil saja baik berupa kerusakan kendaraan, jalan, jembatan, ataupun

fasilitas lainnya.

Kecelakaan lalu lintas biasa terjadi pada jenis kendaraaan apapun. Kendaraan

udara, laut, dan darat. Namun dalam pembahasan permasalahan skripsi hanya

menitikberatkan kecelakaan darat yaitu kecelakaan lalu lintas.

1.4Sanksi Pidana dalam Kecelakaan Lalu Lintas

Peraturan lalu lintas juga ada tindak pidana tersendiri berupa membahayakan

lalu lintas dan menyebabkan orang lain meninggal dunia, seperti pengemudi

dalam kecepatan tinggi atau pengemudi dalam keadaan mabuk. Kesalahan

pengemudi sering dapat disimpulkan dengan mempergunakan peraturan lalu

(48)

31

lintas misalnya, ia tidak memberikan tanda akan membelok atau mengendarai

kendaraannya tidak dijalur kiri, atau pada suatu persimpangan tidak

memberikan prioritas kepada kendaraan lain yang datang dari sebelah kiri

atau menjalankan kendaraannya terlalu cepat melampaui batas kecepatan

yang ditentukan dalam rambu-rambu jalan yang bersangkutan.15 Menurut

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan

Jalan yang menjadi dasar hukum penjatuhan sanksi pidana bagi pengemudi

dalam kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan orang lain meninggal dunia

yakni Pasal 310, Pasal 311, dan Pasal 312. Pasal-Pasal tersebut dijelaskan

sebagai berikut:

Pasal 310

1. Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor yang karena

kelalaiannya mengakibatkan kecelakaan lalu lintas dengan kerusakan

kendaraan dan/atau barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229

ayat (2), dipidana dengan pidana penjara palinglama 6 (enam) bulan

dan/atau denda paling banyak Rp.1.000.000,00 (satu juta rupiah).

2. Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor yang karena

kelalaiannya mengakibatkan kecelakaan lalu lintas dengan korban

luka ringan dan kerusakan kendaraan dan/atau barang sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 229 ayat (3), dipidana dengan pidana penjara

paling lama 1 (satu) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.

2.000.000,00 (dua juta rupiah). Setiap orang yang mengemudikan

kendaraan bermotor yang karena kelalaiannya mengakibatkan

15

Wirjono Prodjodikoro, 2008, Tindak-Tindak Pidana Di Indonesia. Bandung:PT Refika

(49)

32

kecelakaan lalu lintas dengan korban luka berat sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 229 ayat (4), dipidana dengan pidana penjara

paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.

10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).

3. Dalam hal kecelakaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang

mengakibatkan orang lain meninggal dunia, dipidana dengan pidana

penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak

Rp. 12.000.000,00 (dua belas juta rupiah).

Pasal 311

1. Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat Setiap orang

yang dengan sengaja mengemudikan kendaraan bermotor dengan

cara atau keadaan yang membahayakan bagi nyawa atau barang

dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun atau

denda paling banyak Rp. 3.000.000,00 (tiga juta rupiah).

2. Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

mengakibatkan kecelakaan lalu lintas dengan kerusakan kendaraan

dan/atau barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 ayat (2),

pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun

atau denda paling banyak Rp. 4.000.000,00 (empat juta rupiah).

3. Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

mengakibatkan kecelakaan lalu lintas dengan korban luka ringan dan

kerusakan kendaraan dan/atau barang sebagaimana dimaksud dalam

(50)

33

lama 4 (empat) tahun atau denda paling banyak Rp.8.000.000,00

(delapan juta rupiah).

4. Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

mengakibatkan kecelakaan lalu lintas dengan korban luka

beratsebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 ayat (4), pelaku

dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun atau

denda paling banyak Rp. 20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah).

5. Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)

mengakibatkan orang lain meninggal dunia, pelaku dipidana dengan

pidana penjara paling lama 12 (dua belas) tahun atau denda paling

banyak Rp. 24.000.000,00 (dua puluh empat juta rupiah).

Pasal 312

Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor yang terlibat

kecelakaan lalu lintas dan dengan sengaja tidak menghentikan

kendaraannya, tidak memberikan pertolongan, atau tidak melaporkan

kecelakaan lalu lintas kepada Kepolisian Negara Republik Indonesia

terdekat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 231 ayat (1) huruf a, huruf

b, dan huruf c tanpa alasan yang patut dipidana dengan pidana penjara

paling lama 3 (tiga) tahun atau denda paling banyak Rp. 75.000.000,00

(tujuh puluh lima juta rupiah).

Selain pidana penjara, kurungan, atau denda, pelaku tindak pidanalalu

lintas dapat dijatuhi pidana tambahan berupa pencabutan Surat Izin

Mengemudi atau ganti kerugian yang diakibatkan oleh tindak pidana lalu

(51)

34

2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Dalam Pasal 281

Undang-Undang Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

juga menjelaskan bahwa:“ Setiap orang yang mengemudikan kendaraan

bermotor dijalan yang tidak memiliki SIM sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 77 ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 4 (empat)

bulan atau denda paling banyak Rp.1.000.000.(satu juta rupiah)”.

1.5Upaya Penanggulangan Kejahatan

Upaya adalah usaha, akal, ikhtiar guna mencapai jalan keluar dan sebagainya.

Dan penanggulangan adalah proses atau cara menanggulangi. Jadi upaya

penanggulangan adalah usaha, ikhtiar guna mencapai suatu maksud dengan

suatu proses atau menanggulangi suatu kejahatan. Upaya-upaya yang

dilakukan dalam proses penegakan hukum untuk menanggulangi tindak

kejahatan dibagi menjadi sebagai berikut

a. Upaya Represif

Upaya penanggulangan kejahatan dapat ditempuh dengan:

1. Penerapan hukum pidana (criminal law application).

2. Pencegahan tampa pidana ( prevention without punishment).

3. Mempengaruhi pandangan masyarakat mengenai kejahatan dan

pemidanaan lewat media massa (Influencing views of society on crime

andpunishment).16

16

(52)

35

Upaya penanggulngan kejahatan menurut G. Peter Hoefnagels diatas

adalah upaya penanggulangan kejahatan yang lebih meinitikberatkan pada

sifat represif (penindasan/pemberantasan/penumpasan) sesudah terjadinya

kejahatan.

Upaya penanggulangan kejahatan yang lebih menitikberatkan pada sifat

preventif (pencegahan/penangkalan/pengendalian) sebelum kejahatan

terjadi. Upaya ini lebih bersifat pencegahan terhadap terjadinya kejahatan,

sasaran utamanya adalah mengenai faktor-faktor kondusif mengenai

terjadinya kejahatan.

Faktor-faktor itu antara lain adalah berpusat pada masalah atau

kondisi-kondisi sosial secara langsung maupun tidak langsung yang dapat

menimbulkan kejahatan. Dilihat dari sudut pandang kriminal secara

makro dan global, upaya preventif menduduki posisi kunci dan strategis

dari upaya politik kriminal.

Upaya-upaya preventif misalnya kegiatan patrol dan pengawasan di dalam

masyarakat secara berkelanjutan oleh pihak polisi dan aparat keamanan

lainnya. Upaya preventif ini adalah untuk memperbaiki kondisi-kondisi

sosial tertentu. Dengan demikian, dilihat dari sudut kriminal, keseluruhan

kegiatan preventif melalui upaya itu mempunyai kedudukan yang

strategis, memegang posisi kunci yang harus diintensifkan dan

diefektifkan. Kegagalan dalam menggarap posisi strategis ini justru

(53)

36

b. Upaya Preventif

Upaya penanggulangan kejahatan yang lebih menitikberatkan pada sifat

preventif (pencegahan/penangkalan/pengendalian) sebelum kejahatan

terjadi.Upaya ini lebih bersifat pencegahan terhadap terjadinya kejahatan,

sasaran utamanya adalah mengenai faktor-faktor kondusif mengenai

terjadinya kejahatan.

Faktor-faktor itu antara lain adalah berpusat pada masalah atau

kondisi-kondisi sosial secara langsung maupun tidak langsung yang dapat

menimbulkan kejahatan. Dilihat dari sudut pandang kriminal secara makro

dan global, upaya preventif menduduki posisi kunci dan strategis dari

upaya politik kriminal.

Upaya-upaya preventif misalnya kegiatan patrol dan pengawasan di dalam

masyarakat secara berkelanjutan oleh pihak polisi dan aparat keamanan

lainnya. Upaya preventif ini adalah untuk memperbaiki kondisi-kondisi

sosial tertentu. Dengan demikian, dilihat dari sudut kriminal, keseluruhan

kegiatan preventif melalui upaya itu mempunyai kedudukan yang

strategis, memegang posisi kunci yang harus diintensifkan dan

diefektifkan. Kegagalan dalam menggarap posisi strategis ini justru

Gambar

Tabel 1. Tingkat Kecelakaan Lalu Lintas terhadap Pelaku Kecelakaan

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian untuk mengetahui karakteristik remaja pengendara sepeda motor dan mengetahui pengaruh pelanggaran lalu lintas terhadap potensi kecelakaan pada remaja

Gambaran Fraktur Maksilofasial Akibat Kecelakaan Lalu Lintas Pada Pengendara Sepeda Motor Yang Menggunakan Helm.. Erza Kurniawan

Adapun tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui peranan kepolisian dalam penyidikan kasus kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan kematian (studi kasus di

Adapun tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui peranan kepolisian dalam penyidikan kasus kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan kematian (studi kasus di

1) Kepolisian menggunakan kewenangan diskresi dalam menyelesaikan perkara kecelakaan lalu lintas di luar pengadilan sebelum diterbitkan laporan kepolisian. Dalam hal ini

pelaksanaannya peran kepolisian dalam menanggulangi pengendara sepeda motor oleh anak menurut Undang- Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan

penyebab kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor meliputi faktor. manusia, kendaraan, dan

ANALISIS HUKUM PELAKSANAAN RESTORATIV JUSTICE TERHADAP KECELAKAAN LALU LINTAS DI KEPOLISIAN RESOR KOTA BESAR MAKASSAR by Mustawa