• Tidak ada hasil yang ditemukan

BENTUK TARI MANOE PUCOK PADA MASYARAKAT BLANGPIDIE ACEH BARAT DAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BENTUK TARI MANOE PUCOK PADA MASYARAKAT BLANGPIDIE ACEH BARAT DAYA."

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BENTUK TARI MANOE PUCOK PADA MASYARAKAT

BLANGPIDIE ACEH BARAT DAYA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

NOVINTA SARI

NIM. 2113142052

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TARI

JURUSAN SENDRATASIK

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

i

ABSTRAK

Novinta Sari, 2113142052. Bentuk Tari Manoe Pucok Pada Masyarakat Blangpidie Aceh Barat Daya. Skripsi. Medan. Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan, 2015.

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan bentuk Tari Manoe Pucok pada Masyarakt Blangpidie Aceh Barat Daya.

Dalam pembahsan ini menggunakan teori-teori yang berhubungan dengan topik penelitian seperti teori bentuk William A. Havillian, teori makna Whitehed (Dillistone).

Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Populasi pada penelitian sekaligus menjadi sampel penelitian yaitu seniman dan para penari. Teknik pengumpulan data meliputi studi keperpustakaan wawancara, observasi, dan dokumentasi, Teknik analisis data.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, legenda menjadi asal mula terciptanya tari Pho. Di mana isi cerita tari Manoe Pucok bersumber dari cerita dalam tari Pho yang menunjukan kesedihan seorang ibu akibat kehilangan anaknya, yang semula untuk upacara kematian, menjadi untuk upacara pernikahan. Bentuk dalam tarian iniada dua yaitu, bentuk struktur eksternal dan bentuk internal. Bentuk eksternal bisa kita lihat dari gerak yaitu gerak masuk, gerak shalawat, gerak tron tajak manoe, gerak jih dicok ie (mengambil air), gerak disiram ateuh ule (menyiram kepala), gerak dirha ule (mencuci kepala), gerak disiram badan (menyiram badan). Terdapat 6 pola lantai yaitu, pola dua baris, pola segitiga, pola lingkaran, pola kerucut, pola dua banjar dan pola setengah lingkaran. Iringan musik, tata busana dan tata rias, yang memiliki makna pertunjukan tari Manoe Pucok. Tari Manoe Pucok ini dilakukan sebelum acara ijab kabul dilakukan. Bentuk internal bisa dilihat dari kesedihan seorang ibu melepas anaknya memasuki kehidupan baru, melalui bentuk internal tari Manoe Pucok kesedihan si ibu terungkapkan anaknya untuk untuk melepas masa lajang anaknya.

(7)

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa, atas

segala rahmat dan karunianya penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan

judul “Bentuk Tari Manoe Pucok Pada Masyarakat Blangpidie Aceh Barat Daya.” disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan bagi mahasiswa program S1 pada Program Studi Pendidikan Tari di Universitas Negeri Medan (

UNIMED).

Dalam penelitian ini banyak kendala yang dihadapi oleh penulis saat

menyelesaikan Skripsi ini, namun berkat kemauan penulis serta bantuan dari

semua pihak, akhirnya semua kendala itu dapat teratasi. Oleh karena itu pada

kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih banyak kepada :

1. Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd Rektor Universitas Negeri Medan

2. Dr. Isda Pramuniati, M.Hum Dekan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas

Negeri Medan.

3. Uyuni Widiastuti, M.Pd. Ketua Jurusan Pendidikan Tari.

4. Sitti Rahmah, S.Pd, M.Si Ketua Program Studi Pendidikan Tari.

5. Yusnizar Heniwaty, S.S.T, M.Hum Dosen Pembimbing Skipsi I

6. Nurwani, S.S.T, M. Hum Dosen Pembimbing Skipsi II

7. Martozet, S.Sn, MA Dosen pembimbing Akademik

8. Seluruh Dosen Jurusan Sendratasik khususnya Prodi Pendidikan Tari di

Fakultas Bahasa dan Seni yang telah banyak membantu penulis.

9. Teristimewa penulis ucapkan terimakasih untuk kedua orangtua terkasih.

10.Mahadaniar dan Gustami selaku narasumber yang memberikan banyak

informasi dan masukan mengenai Tari Manoe Pucok

11.Muhammad Abror Harahap, S.E yang senantiasa membantu penulis dalam

persiapan pemberkasan

12.Teman seperjuangan Noni, Novinta, Lailatul, Manda, Marta, Rinda,

Kristin, Rini, Devi, Icha dan seluruh sahabatku Seni Tari stambuk 2011

serta semua teman-teman yang membantu yang tidak bisa dituliskan satu

(8)

iii

Penulis berharap semoga kebaikan yang telah mereka berikan mendapat

balasan dari Tuhan Yang Maha Kuasa, Amin.

Medan, 2016

Penulis,

(9)

iv

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Perumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II LANDASAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL ... 11

A. Landasan teoritis ... 11

1. Pengertian Tari ... 11

2. Teori Bentuk ... 12

3. Teori Makna ... 14

B. Kerangka Konseptual ... 15

BAB III METODE PENELITIAN ... 18

A. Metode Penelitian... 18

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 18

C. Populasi dan Sampel ... 18

D. Teknik Pengumpulan Data ... 19

1. Observasi ... 20

2. Wawancara ... 21

3. Dokumentasi ... 21

4. Studi Kepustakaan ... 22

E. Teknik Analisis Data ... 23

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 25

A. Letak Geografis ... 25

B. Upacara Pernikahan ... 27

C. Sejarah Tari Manoe Pucok ... 33

D. Bentuk Tari Manoe Pucok ... 36

1. Proses Pelaksanaan Manoe Pucok ... 39

a. Perencanaan ... 39

(10)

v

1. Struktur Eksternal ... 44

a. gerak ... 44

b. Pola Lantai... 52

c. Iringan Musik ... 59

d. Tata Busana ... 62

e. Tata Rias ... 66

2. Struktur Internal ... 67

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 74

A. Kesimpulan ... 74

B. Saran ... 75

(11)

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Deskripsi Gerak Tari Manoe Pucok ... 46

Tabel 3.2 Deskripsi Pola Lantai Tari Manoe Pucok ... 53

Tabel 3.3 Deskripsi Syair Tari Manoe Pucok ... 59

Tabel 3.4 Makna Dari Simbol Gerak Tari Manoe Pucok ... 68

(12)

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Letak Geografis ... 25

Gambar 4.2 Pola Dua Baris Vertikal ... 53

Gambar 4.3 Pola Lingkaran ... 53

Gambar 4.4 Pola segitiga ... 54

Gambar 4.5 Pola Lingkaran ... 54

Gambar 4.6 Pola Dua Baris Vertikal ... 55

Gambar 4.7 Pola Lingkaran... ... 55

Gambar 4.8 Pola Kerucut (v) ... 55

Gambar 4.9 Pola Lingkaran ... 56

Gambar 4.10Pola Dua baris Herizontal ... 56

Gambar 4.11Pola Lingakaran... 56

Gambar 4.12Pola Setengah Lingkaran ... 57

Gambar 4.13 Lingkaran ... 57

Gambar 4.14Pola Segitiga ... 57

(13)

viii

DAFTAR FOTO

Foto Halaman

4.1 Foto Gerak Masuk ... 46

4.2 Foto Gerak Shalawat ... 46

4.3 Foto Gerak Tron Tajak Manoe ... 47

4.4 Foto Gerak jih dicokie ... 48

4.5 Foto Gerak disiram ateuh ule ... 49

4.6 Foto Gerak Tron Tajak Manoe ... 50

4.7 Foto Gerak dirhah ule ... 50

4.8 Foto Gerak Disiram Tubuh ... 51

4.9 Foto Baju ... 62

4.10 Foto Celana ... 63

4.11 Foto Kain Songket ... 64

4.12 Foto Selempang dan Tali Songket ... 64

4.13 Foto Kerudung Hitam ... 64

4.14 Foto Ikat Kepala ... 65

(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Provinsi Aceh memiliki beberapa subtansi suku, yaitu: Aceh, Gayo, Aneuk

Jamee, Singkil, Alas, Tamiang, Aceh Selatan, Suku bangsa Aceh adalah salah

satu suku diantara sekian banyak suku yang terdapat di Aceh yang mempunyai

kebudayaan sendiri dan berbeda dengan kebudayaan Aceh lainnya, dengan

maksud suku Aceh memiliki bahasa dan Adat istiadat sendiri. Adapun bahasa dari

suku Aceh memiliki ciri khas masing-masing, seperti Aceh Tamiang, yang

dominan dengan menggunakan bahasa Tamiang ( Melayu), Aceh Tengah Bener

Meriah dan Gayo Luwes yang dominan menggunakan bahasa Gayo, Aceh

tenggara (Alas) yang dominan menggunakan bahasa Alas, Aceh Utara dan Bireun

yang dominan menggunakan bahasa Aceh, dan Aceh Bagian Selatan seperti,

BlangPidie, Tapak Tuan, dan Manggeng menggunakan bahasa campuran Aceh

Dan Padang.

Aceh merupakan daerah yang subur dan kaya akan hasil alamnya, antara

lain berupa padi, cengkeh, lada, pala, kelapa, kopi dan lain-lain. Oleh karena itu

mata pencaharian pkok masyarakat Aceh adalah bertani di sawah dan ladang.

Adapun masyarakat yang bermunkim di sepanjang pantai dengan mata

pencaharian sebagai nelayan. Berbagai jenis pencaharian masyarakat Aceh,

(15)

2

pencaharian merupakan suatu kebiasaan pada masyarakat tertentu, dan merupakan

salah satu unsur dari kebudayaan.

“Kebudayaan adalah keseluruhan gagasan dan karya manusia, yang harus

dibiasakan dengan belajar beserta keseluruhan dari hasil budi karyanya itu”.

(Dharsono Sony Kartika, 2007:09). Sesuai dengan pengertian diatas kebudayaan

merupakan kebiasaan yang dilakukan oleh sekelompok masyarakat dan memiliki

norma-norma yang telah dibenarkan oleh masyarakat tersebut. Menurut Selo

Soerman djan dan Soelaiman Soermadi dalam Posman Simanjuntak (2000:107),

“kebudayaan adalah saran hasil karya, rasa dan cipta masyarakat.” Dari berbagai

pengertian dan kedua devinisi tersebut di atas, dapat diperoleh pengertian

mengenai kebudayaan dalam dua hal yakni, pertama, kebudayaan yang berupa

pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat pada pikiran

manusia.

Dalam hal ini kebudayaan bersifat abstrak. Kebudayaan sebagai hasil

karya rasa dan cipta, bermakna kebudayaan bersifat kongkrit, ada perwujudannya

dalam kehidupan masyarakat berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat

nyata. Misalnya pola perilaku (adat-istiadat), bahasa peralatan hidup, organisasi

social, regili, seni dan lain-lain yang semuanya ditunjukan untuk membantu

manusia dalm melangsungkan hidup bermasyarakat dan keagamaan atau

kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Setiap daerah memiliki kebudayaan

yang beraneka ragam, salah satunya yaitu provinsi Aceh. Adapun unsur

(16)

3

Seni tari adalah ungkapan ekspresi jiwa manusia melalui tubuh sebagai

alat dan gerak sebagai media. Menurut Soerjodiningkrat dalam Soedarsono

(1981:16): “Tari merupakan gerak-gerak dari seluruh tubuh manusia yang disusun

selaras dengan irama musik serta mempunyai maksud tertentu”. Dari pendapat tari

yang dipaparkan. Tari pada masyarakat Aceh memiliki maksud dan fungsi

tertentu, selain berguna untuk hiburan juga berguna untuk menyiarkan agama

islam dan menanamkan nilai moral kepada masyarakat. Fungsi lainnya adalah

digunakan sebagai tanda penghormatan, penyambutan kepada tamu yang

dimuliakan, menyampaikan rasa syukur dan kegembiraan dan sebagai upacara

pernikahan bagi Masyarakat Aceh.

Tari merupakan ungkapan perasaan jiwa manusia yang diungkapkan

melalui gerak ritmis yang indah dan diiringi musik. Di dalam sebuah tarian juga

terdapat nilai-nilai luhur yg terkandung di dalamnya. Di sini tarian juga bisa di

fungsikan sebagai upacara atau hanya sekedar hiburan semata. Aceh adalah salah

satu yang mempunyai banyak ragam tarian tradisional, berdasarkan isi dan tema

yang melatar belakangi adat dan agama, seperti: seudati, ratep meusekat, rapa’i,

dikee saman, likok pulo, meusekat, reubani dan lain sebagainya. Kedua tarian

yang berlatar belakang cerita rakyat , seperti: pho ale tunjang, ula-ula lembing,

geudumbak, lang ngelekakdan lain sebagainya. Aceh merupakan daerah yang

memilki keanekaragaman budaya tradisi yang berbeda-beda. Aceh Barat Daya

merupakan salah satu Kabupaten dalam Provinsi Aceh yang mempunyai beberapa

(17)

4

Tari Manoe Pucok merupakan kisah yang di ambil dari cerita tentang

legenda Malelang-Madion. Malelang-Madion adalah kisah kehidupan sepasang

kekasih yang saling mencintai, namun kisah cinta mereka harus berakhir di usia

muda karena hasutan Perdana Menteri yang pernah ditolak pinangannya oleh

Madion. Mereka dituduh telah menodai kesucian kerajaan dengan perbuatan zina

sehingga dijatuhi hukuman rajam sampai mati oleh pihak kerajaan. Legenda

Malelang-Madion telah sangat lama berkembang dan mempengaruhi kehidupan

masyarakat di pesisir Barat Aceh, khususnya di Aceh Barat Daya. Adanya

pekembangan zaman di tengah-tengah masyarakat Aceh Barat Daya, tari Pho

tidak lagi di tarikan, karena adanya unsur meratap yang sangat di larang dalam

agama islam, dan lambat laut masyarakat setempat pun menyebutkannya dengan

tari Manoe Pucok.

Tari Manoe Pucok merupakan suatu tradisi di dalam ritual perkawinan di

Aceh Barat Daya yang ditarikan sebulum ijab kabul dilakukan. Tari Manoe Pucok

merupakan pelengkap upacara pernikahan bagi masyarakat BlangPidie, dan tidak

semua masyarakat Blangpidie melakukan acara Manoe Pucok, hanya beberapa

masyarakat yang mempunyai rezeky lebih bisa melakukan upacara Manoe Pucok

yang di dalamnya terdapat nasehat-nasehat orang tua kepada anaknya agar bisa

menjalani kehidupan yang bahagia setelah menikah. Tari ini dilakukan sehari

sebelum menjelang acara peresmian di kediaman pengantin wanita. Tari Manoe

Pucok adalah tarian yang memilki unsur-unsur tragedi Malelang-Madion dalam

(18)

5

berbeda dari syair yang ada pada tari Pho yang asli, namun esensi Peubae dan

Tron Tajak Manoe tetap di pertahankan dalam syiar tari Manoe Pucok.

Tari Manoe Pucok ini dilaksanakan oleh seorang Syeh wanita yang

mengisahkan bagaimana kesedihan orang tua, dan kerabat dekat untuk

melepaskan dengan sangat berat masa lajang anaknya untuk berhasil

mengantarkanya ke jenjang pernikahan. Semua para undangan juga merasakan

kesedihan yang dirasakan oleh para keluarga seperti kisah Malelang-Madion.

Pada bagian akhir tari Manoe Pucok dilantunkan Tron Tajak Manoe yang juga

merupakan salah satu isi syair yang ada pada nyanyian tragedi Malelang-Madion.

Pada prosesi terakhir Manoe Pucok, kedua pengantin dimandikan dengan pucok

siur yang sudah dihias sedemikian rupa yang menyerupai janur (boh luluk) dan air

mandi yang telah disediakan di dalam bejana-bejana kuningan disebut Peuleman.

Prosesi Manoe Pucok ini dilakukan oleh para penari wanita yang

berjumlah 8 orang, gerakan-gerakan tari ini sangat sederhana seperti membentuk

lingkaran dan mengelilingi pengantin wanita, dengan gerakan awal di lakukan

penghoramatan kepada para undangan yang hadir, selanjutnya penari bergerak

melingkari mempelai pengantin. Dan pada akhir tarian, penari akan melingkari

pengantin sampai para keluarga akan memandikannya. Lantunan syair tron tajak

mano yang menggambarkan bagaimana kebiasaan seorang ibu memandikan

anaknya, sampai seorang ibu selesai memandikan anaknya. Syeh terus

mengisahkan syair-syair kesedihan sampai berakhir dengan kata saleum peuntoh

dan seulawet. Selanjutnya pengantin diberi pakaian baru yang disebut seunalem

(19)

6

menandai prosesi telah berakhir, dan keesokan harinya adalah persandingan di

pelaminan (duek sandeng).

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti lebih

dalam tentang tari Manoe Pucok dalam sebuah penelitian yang berjudul “Bentuk

(20)

7

B.Identifikasi Masalah

Identifkasi masalah adalah bagian terpenting dari penelitian, masalah

maka penelitian tidak akan dapat dilakukan. Indentifikasi masalah sangat penting

dilakukan dengan benar, agar penelitian dapat terarah dengan baik, tentang

apa-apa saja yang akan diteliti terutama tentang keberadaan tari Pho tersebut.

Sehingga masalah yang akan dibahas masih tetap dalam ruang lingkup penelitian

dan tidak melebar atau lari dari topik penelitian. Bagian inilah yang membantu

peneliti dalam mengemukakan masalah yang akan diteliti, agar masalah yang

diteliti dapat terpecahkan melalui proses yang sistematis, logis dan ilmiah.

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan dari latar belakang, adapun

identifikasi masalah dari topik yang diangkat adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana sejarah tari Manoe Pucok pada masyarakat Blang Pidie

Pembatasan masalah adalah kelanjutan dari identifikasi masalah,

pembatasan masalah bertujuan untuk membatasi pembahasan agar topik menjadi

terfokus, menjaga agar pembahasan tidak meluas atau melebar dan penelitian

tepat pada sasarannya. Berdasarkan penelitian diatas serta dengan memandang

(21)

8

waktu, dana serta kemampuan teoritis, maka penulis melakukan pembatasan

masalah. Adapun pembatasan masalah yang ditetapkan adalah:

1. Bagaimana bentuk tari Manoe Pucok pada masyarakat Blang Pidie

Aceh Barat Daya?

2. Bagamana sejarah tari Manoe Pucok pada masyarakat Blangpidie

Aceh Barat Daya?

D.Rumusan Masalah

Setelah identifikasi masalah yang dilanjutkan dengan pembatasan masalah,

maka disini peneliti akan merumuskan masalah-masalah menjadi satu pokok

pembahasan, menurut Ir. I Made Wirartha (2006), mengatakan bahwa “Usulan

penelitian perlu merumuskan masalah pokok yang akan diteliti. Perumusan atau

pernyataan masalah tersebut menunjukkan gambaran yang akan dicapai dan arah

analisis yang akan dilakukan dalam proses penulisan usulan penelitian”.

Seperti pernyataan diatas agar penelitian diharapkan dapat memfokuskan

dan memusatkan masalah yang akan diteliti, sebagai gambaran dari tujuan yang

akan dicapai. Maka peneliti merumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu:

“Bentuk Tari Manoe Pucok Pada Masyarakat Blangpidie Aceh Barat Daya”.

E.Tujuan Masalah

Tujuan penelitian adalah pedoman yang mengarahkan pencapaian tujuan

dalam judul penelitian yang diajukan. Tujuan penelitian haruslah benar–benar

mengacu pada rumusan masalah dalam penelitian. Dapat disimpulkan bahwa

(22)

9

yang ingin dicapai dalam penelitian. Perbedaannya hanya bila rumusan masalah

harus ditulis dalam bentuk pernyataan. Dari perumusan masalah yang ada

sehingga peneliti memiliki tujuan yang harus di capai dalam penlitian, yaitu

mendeskripsikan Bentuk Tari Manoe Pucok Pada Masyarakat Blangpidie Aceh

Barat Daya

1. Mendeskripsikan sejarah tari Manoe Pucok pada masyarakat Blang Pidie

Aceh Barat Daya.

2. Mendeskripsikan bentuk tari Manoe Pucok pada masyarakat Blangpidie

Aceh Barat daya.

F. Manfaat Penelitian

Selain mempunyai tujuan tertentu, sebuah penelitian diharapkan memiliki

manfaat. Manfaat penelitian berisikan tentang alasan dan tujuan dari sebuah

penelitian. Masalah yang diangkat menjadi topik penelitian diharapkan dapat

bermanfaat, tidak hanya peneliti tetapi diharapkan dapat menjadi suatu media

informasi baru dapat digali atau dikembangkan dilain waktu. Adapun manfaat dari

penelitian ini dapat dirangkumkan sebagai berikut :

1. Sebagai referensi bagi peneliti-peneliti lainnya yang hendak meneliti

kesenian Aceh khususnya Blangpidie lebih jauh.

2. Sebagai tambahan pengetahuan untuk mengetahui lebih dalam lagi

tentang kesenian masyarakat Aceh BlangPidie ( tari Manoe Pucok ).

3. Sebagai bahan bacaan bagi masyarakat Aceh BlangPidie agar tidak

(23)

10

4. Membangkitkan keinginan masyarakat untuk melestarikan budaya,

khususnya pada masyarakat Aceh BlangPidie.

5. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah, lembaga pendidikan formal

dan juga masyarakat luas.

6. Sebagai tambahan literature tentang kebudayaan khususnya bagi

(24)

74

BAB V

PENUTUP

Sehubungan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai

bentuk tari manoe pucok pada masyarakat Blangpidie Aceh Barat Darat, dapat

diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

Kesimpulan

1. Tari Manoe Pucok adalah tari tradisional Aceh khususnya Blagpidie Aceh

Barat Daya yang telah lama dikembangkan di daerah BlangPidie Aceh Barat

Daya tersebut.Sejarah tari Manoe Pucok yang diambil dari cerita legenda

Malelang-Madion yang merupakan kisah dari tari Pho, yang dulunya

merupakan tarian yang timbul dari kejadian matinya Malelang Madion pada

saat menjalankan hukuman mati, sang ibu sangat kehilangan kedua anaknya

sehingga ia meratapi kepergian anaknya dengan berpantun atau bersyair sambil

melingkari jenazah kedua anaknya, tapi adanya perkembangan zaman, ketika

masuknya agama islam di Aceh Barat Daya, ratapan itu tidak lagi ada, tetapi

sejarah Malelang Madion tetap melekat di hati masyarakat, dengan penyajian

yang berbeda, yaitu di lakukan pada saat Manoe Pucok (mandi pengantin.

2. Tari Manoe Pucok merupakan tarian yang diadakan dalam upacara pernikahan

sebelum dilakukaannya ijab kabul. Yang isinya kesedihan orang tua melepas

masa lajang anaknya unty menempuh hidup baru rumah tangga. Ragam gerak

yang ada adalah : Gerak shalawat, gerak tron tajak manoe, gerak mengambil

(25)

75

seluruh badan. Pola lantai pada tarian manoe pucok ini sangat lah sederhana

dengan berentuk awal dua baris, lingkaran, segitiga, lingkaran, dua baris,

lingkaran, berbentuk v, lingkaran, dua banjar, lingkaran, segitiga, lingkaran,

setengah lingkaran, segitiga dan yang terakhir lingkaran, yang di tarikan oleh

penari-penari wanita yng berjumlah 8 orang. Pola lantai pada tarian Manoe

Pucok ini sangatlah sederhana dengan berbentuk awal dua baris, lingkaran,

segitiga, lingkaran, berbentuk kerucut, dua banjar dan setengah lingkaran.

Makna tari Manoe pucok dalam upacara perkawinan adalah ungkapan

kesediahan orang tua melepas kepergian anaknya untuk menempuh hidup

berumah tangga.

Saran

Berdasarkan beberapa kesimpulan di atas, terhadap bentuk tari Manoe Pucok pada

masyarakat Blangpidie Aceh Barat Daya maka penulis memberikan beberapa

saran berikut:

1. Setelah dilakukannya penelitian ini, penulis berharap agar pemerintah

selalu memberikan perhatian terhadap kesenian, baik itu pemerintah yang

ada di Aceh Barat Daya khususnya Blangpidie

2. Kepada para seniman, baik di Kota Blangpidie maupun di Kabupaten

Aceh Barat Daya agar selalu berkarya, memperhatikan dan memberikan

pengarahan serta pengenalan kepada masyarakat untuk tetap melestarikan

(26)

76

3. Pada generasi muda, khususnya pemuda Aceh disarankan untuk

mengetahui tentang Tari Manoe Pucok, sehingga tarian ini akan tetap

(27)

77

DAFTAR PUSTAKA

abdul Chaer.2003. ”Linguistik Umum”. Jakarta : PT Rineka Cipta

Astini Siluh Made, Utina Usrek Tani 2007, Tari Pendet Sebagai Tari Balih Balihan, Harmonia Vol VIII, Semarang.

Aziz, Alimut Hidayat, 2007, Metode Penelitian Kebudayaan dan Teknik Analisis Data, Surabaya : Salemba Media.

Budiono, 2005, Bentuk Dalam Karya, Bandung : Pustaka

Cristin, Nova, Adelina s, “Karakteristik Landek Pada Masyarakat Karo.” Skripsi Seni Tari, Sendratasik. Fakultas Bahasa dan Seni.

Dedi, Suherman, “Bentuk Penyajian Tari Hasyim Meulangkah Dalam Upacara Manoe Pucok Pada Sunat Rosul Di Desa Seunalup Kecamatan Manggeng Aceh Barat Daya”. Skripsi. Universitas Syah Kuala.

Danesi, Marcel (2012). Pesan, Tanda, dan Makna. Yogyakarta: Jalasutra.

Dillistone, F.W. 2002. Daya kekuatan Simbol (The Power of Symbols), Pustaka Filsafat, Penerbit Kanisius, Yogyakarta

Djelantik, 1999, wujud Nyata Dalam Tari, Semarang : Pustaka

Fitri, Fitriani,”Bentuk Penyajian Tari Pho Di Gampong Ujung Padang

Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya”. Skripsi. Universitas Syah Kuala.

Hadi, Sumandiyo, 1984, Aspek-Aspek Dasar Koreografi Kelompok, Yogyakarta : ELKAPHI

Kamirsa. 1997. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Penerbit Kartika Surabaya

Koentjaraningrat, 1987. Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta : Gramedia.

Maghfira, Fitri, 2011 “Bentuk Penyajian Tari Inek Mayak Pukes Pada

Masyarakat Gayo Aceh Tengah.” Skripsi Seni Tari, Sendratasik. Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Medan.

(28)

78

Nurwani 2014. “Bahan Ajar Pengetahuan Seni Tari”,Medan: Unimed Press.

Peterson, Anya, 2007. The Antropologi Of Dance, Terjemahan F.X Widaryanto. Bandung : STSI Press

Prihatini Sri Nanik 2008, Seni Pertunjukan Rakyat Kedu, Surakarta :Pascasarjana dan ISI Press Surakarta.

Roy, Anya Peterson, 2007. Antropologi Tari. Terjemahan F.X Widaryanto. Bandung: STSI Pres Bandung

Soedarsono. 1972. Djawa Dan Bali. Yogyakarta: Gajah Mada University Press

Tilar. 2002. Pendidikan Kebudayaan Dan Masyarakat Madani Indonesi. Bandung : Rosdakarya

(29)

Gambar

Tabel 3.1 Deskripsi Gerak Tari Manoe Pucok ...................................................

Referensi

Dokumen terkait

Sehingga dapat dipaparkan bahwa tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui secara mendalam mengenai dampak hasil referendum Inggris dalam keanggotaan Uni

$kan lele (Clarias batrachus ! pertama kali matang kelamin pada umur satu tahun dengan ukuran panjang tubuh sekitar ' cm dan ukuran..  berat tubuh ) sampai '

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan gejala klinis yang ditemukan pada penderita malaria falciparum tanpa komplikasi berupa sakit kepala, pucat, nyeri otot,

Banyak diantara kita mengira bahwa penyebab dari bencana ini timbul akibat dari ketidakseimbangan diantara ekosistem yang ada (Rahim dalam Suja’i, 2004). Batang

Berdasarkan distribusi pemasaran produk tuna mulai dari lokal sampai ekspor dan daerah penangkapan ikannya yang sebagian besar berasal dari Samudera Hindia dapat diketahui

Mengingat begitu pentingnya pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas, kreatifitas, dan hasil belajar siswa adalah hal yang melatar belakangi dilakukannya penelitian ini guna

Berdasarkan uraian yang telah dijabarkan sebelumnya, permasalahan yang harus diselesaikan pada penelitian ini adalah bagaimana model market share yang dapat dirumuskan

Perusahaan dapat menggunakan kekuatan perusa- haan seperti dikenalnya perusahaan sejak lama oleh pelanggan, pelayanan yang memuaskan, adanya jaminan yang diberikan