PENGARUH KONSENTRASI OPTIMUM TAWAS TERHADAP
TURBIDITAS (KEKERUHAN) AIR BAKU DENGAN METODE
JAR TEST DI INSTALASI PENGOLAHAN AIR (IPA) PDAM
TIRTANADI SUNGGAL
TUGAS AKHIR
OLEH:
RUTH O G BANCIN
NIM 122410050
PROGRAM STUDI DIPLOMA III
ANALIS FARMASI DAN MAKANAN
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan Tugas Akhir (TA) dengan judul “Pengaruh Konsentrasi Optimum tawas terhadap Turbiditas (Kekeruhan) Air Baku dengan Metode Jar Test di Instalasi Pengolahan Air (IPA) PDAM Tirtanadi Sunggal”. Tugas Akhir (TA) ini disusun sebagai salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan Pendidikan Program Diploma III Analis Farmasi dan Makanan di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.
Dalam penulisan Tugas Akhir ini, penulis banyak mendapatkan dukungan, bimbingan, dan petunjuk dari berbagai pihak. Maka dari itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Medan.
2. Ibu Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt., selaku Wakil Dekan I Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Medan.
3. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.Sc., Apt., selaku Ketua Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan.
4. Ibu Dra. Masria Lasma Tambunan, M.Si., Apt., selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan dengan penuh perhatian hingga Tugas Akhir ini selesai.
6. Bapak Iwan Setiawan selaku Kepala Bagian Pengendalian Mutu di Instalasi Pengolahan Air (IPA) PDAM Tirtanadi Sunggal dan sebagai Pembimbing Praktek Kerja Lapangan.
7. Sahabat- sahabat dan teman-teman Mahasiswa Analis Farmasi dan Makanan stambuk 2012, terimakasih atas kebersamaan, perhatian yang luar biasa serta masukan dalam penyusunan Tugas Akhir ini.
Secara khusus, penulis mengucapkan terima kasih kepada orang tua penulis yaitu: Pdt. E. Bancin, STh (Ayahanda) dan M. br. Sinaga (Ibunda) yang telah mendoakan dan memberikan dukungan baik secara materiil maupun moril kepada penulis dalam pengerjaan Tugas Akhir serta kepada saudara/i penulis yaitu: Sance Heldawaty br. Bancin (Kakak), Evan Blaise Okuli Bancin (Abang), Hotma Dame Rohana Bancin (Kakak), serta Henris Reinhold Bancin (Abang) yang memberikan dorongan dan semangat kepada penulis selama ini.
Penulis menyadari Tugas Akhir ini masih terdapat kekurangan, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak untuk kesempurnaan Tugas Akhir ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat dan dapat sebagai bahan perbandingan bagi yang memerlukan.
Medan, Mei 2014 Penulis,
2.5 Syarat- Syarat Air Minum ... 11
2.6 Turbidity (Kekeruhan) ... 13
2.7 Tawas ... 14
2.8 Jar Test ... 14
2.9 Pembentukan Flok ... 15
BAB III METODOLOGI ... 16
3.1 Tempat Pengujian ... 16
3.2 Alat ... 16
3.3 Bahan ... 16
3.4 Prosedur ... 16
3.4.1 Pemeriksaan Konsentrasi Tawas ... 16
3.4.2 Cara Melakukan Jar Test ... 17
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 19
4.1 Hasil ... 19
4.2 Pembahasan ... 20
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 21
5.1 Kesimpulan ... 21
5.2 Saran ... 21
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia di bumi ini. Air salah satu bahan pokok yang mutlak dibutuhkan oleh manusia sepanjang masa, baik langsung maupun tidak langsung. Air dapat dikatakan sebagai sumber kehidupan yang merupakan kebutuhan dasar manusia, dimana fungsi dan kegunaannya tidak dapat digantikan dengan yang lain (Gabriel, 2001).
Dewasa ini air menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian yang seksama dan cermat. Untuk mendapatkan air yang baik, sesuai dengan standar tertentu, saat ini menjadi barang yang mahal karena air sudah banyak tercemar oleh bermacam-macam limbah dari hasil kegiatan manusia, baik limbah dari kegiatan rumah tangga, limbah dari kegiatan industri dan kegiatan-kegiatan lainnya. Untuk menghasilkan air yang memenuhi standar, diperlukan suatu proses pengolahan yaitu usaha-usaha teknis yang dilakukan untuk mengubah sifat-sifat suatu zat. Hal ini penting artinya bagi air minum, karena dengan adanya pengolahan ini, maka akan didapatkan suatu air minum yang memenuhi standar air minum yang telah ditentukan (Wardhana, 2001).
penginjeksian suatu bahan kimia yang disebut koagulan. Dimana koagulan ini berfungsi untuk mengubah partikel atau kotoran yang terkandung dalam air menjadi gumpalan yang berukuran lebih besar sehingga lebih cepat mengendap (Wardhana, 2001).
Dalam hal ini koagulan yang digunakan adalah tawas. Dosis koagulan yang berlebih ataupun kurang akan menimbulkan efek tertentu. Oleh karena itu perlu diketahui berapakah kebutuhan koagulan yaitu tawas yang diperlukan untuk menghilangkan kekeruhan air (Wardhana, 2001).
1.2 Tujuan dan Manfaat 1.2.1 Tujuan
Untuk menentukan konsentrasi optimum tawas yang digunakan dalam menghilangkan turbidity (kekeruhan) air baku pada tanggal 16 Februari 2015. 1.2.2 Manfaat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air
Air merupakan salah satu dari ketiga komponen yang membentuk bumi (zat padat, air, atmosfer). Bumi dilingkupi air sebanyak 70% sedangkan sisanya 30% berupa daratan (dilihat dari permukaan bumi). Udara mengandung uap air sebanyak 15% di dalam atmosfer (Gabriel, 2001).
Air memegang peranan penting dalam suatu komunitas, karena penyediaan air merupakan suatu persyaratan penting bagi terbentuknya suatu komunitas yang permanen. Air murni adalah berupa zat cair yang tidak mempunyai rasa, warna, dan bau yang terdiri dari unsur hidrogen dan unsur oksigen dengan rumus kimia H2O (Linsley, 1986).
Air sangat penting bagi kehidupan manusia dan fungsinya tidak dapat diganti dengan senyawa lain. Sesuai dengan fungsinya, air digunakan untuk berbagai keperluan seperti: untuk minum, keperluan rumah tangga, keperluan industri, pertanian, pembangkit tenaga listrik, untuk sanitasi dan air untuk transportasi baik di sungai maupun laut (Wardhana, 2001).
pengolahan untuk memenuhi standar kualitas air yang telah ditetapkan (Amir, 2010).
2.2 Sumber Air
2.2.1 Air Laut
Mempunyai rasa asin, karena mengandung garam. Kadar garam NaCl dalam air laut 3%. Dengan keadaan ini, maka air tidak mempunyai syarat untuk air minum (Sutrisno, 2004).
2.2.2 Air Atmosfir
Air atmosfir dalam keadaan murni, sangat bersih, dengan adanya pengotoran udara yang disebabkan oleh industri, debu dan lain sebagainya. Maka untuk menjadikan air hujan sebagai air minum hendaknya pada waktu menampung air hujan jangan dimulai pada saat hujan mulai turun, karena masih mengandung banyak kotoran. Selain itu air hujan mempunyai sifat agresif terutama terhadap pipa-pipa penyalur maupun bak-bak reservoir, sehingga hal ini akan mempercepat terjadinya korosi (Sutrisno,2004).
2.2.3 Air Permukaan
Menurut Sutrisno (2004), air permukaan adalah air hujan yang mengalir di permukaan bumi. Pada umumnya air permukaan ini akan mendapat pengotoran selama pengalirannya, misalnya oleh lumpur, pelapukan batang-batang kayu, daun-daun, pengotoran oleh industri kota dan sebagainya.
pencemarannya adalah merupakan pencemaran fisik, kimia dan bakteriologi. Adapun air permukaan ada 2 macam yaitu:
2.2.3.1 Air Sungai
Dalam penggunaannya sebai air minum, haruslah mengalami suatu pengolahan yang sempurna, mengingat bahwa air sungai pada umumnya mempunyai derajat pencemaran yang tinggi sekali. Debit yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan akan air minum pada umumnya dapat mencukupi (Sutrisno, 2004).
2.2.3.2 Air Danau atau Rawa
Air danau atau air rawa merupakan air permukaan yang mengumpul pada cekungan permukaan tanah. Kebanyakan air rawa ini berwarna yang disebabkan oleh adanya zat organis yang membusuk (batang-batang kayu, daun, dan lainnya) (Sutrisno, 2004).
2.2.4 Air Tanah
Air permukaan tanah yang meresap ke dalam tanah yang telah mengalami penyaringan oleh tanah ataupun batu-batuan. Air dalam tanah ini sekali waktu jugak akan menjadi air permukaan, yakni dengan mengalirnya air tersebut menuju ke laut (Azwar, 1996).
2.3 Penyediaan Air Bersih
diolah menjadi air siap minum, untuk keperluan rumah tangga, sarana pariwisata, sarana irigasi, peternakan, dan lain-lain (Gabriel, 2001).
Dengan perkembangan peradaban serta semakin bertambahnya jumlah penduduk di dunia ini, dengan sendirinya menambah aktivitas kehidupannya yang mau tidak mau menambah pengotoran atau pencemaran air yang pada hakekatnya dibutuhkan. Padahal beberapa abad yang lalu, manusia dalam memenuhi kebutuhan akan air khususnya air minum) cukup mengambil dari sumber-sumber air yang ada didekatnya dengan menggunakan peralatan sederhana. Namun sekarang ini, khususnya di kota yang sudah langka akan sumber air minum yang bersih tidak mungkin mempergunakan cara demikian. Sehingga, harus mempergunakan suatu peralatan yang modern untuk mendapatkan air minum yang memenuhi standar (Sutrisno, 2004).
2.4 Unit-Unit Pengolahan Air 1. Bendungan
2. Intake (Pemasukan Air Baku)
Intake berfungsi untuk pengambilan/penyadapan air baku. Bangunan ini
merupakan saluran bercabang dua yang dilengkapi dengan bar screen (saringan kasar) berfungsi untuk mencegah masuknya sampah-sampah berukuran besar dan fine screen (saringan halus), berfungsi untuk mencegah masuknyah
kotoran-kotoran maupun sampah berukuran kecil terbawa arus sungai. Masing-masing saluran dilengkapi dengan pintu pengatur ketinggian air (sluice gate) dan penggerak elektromotor. Pemerikksaan maupun pembersih saringan dilakukan secara periodic untuk menjaga kestabilan jumlah air masuk (Gani, 2006).
3. Raw Water Tank (RWT) atau Tangki Air Baku
Raw Water Tank (bak pengendap) merupakan bangunan yang dibangun
setelah intake yang terdiri dari 2 unit (4 sel). Setiap unit berdimensi 23,3 m x 20 m, tinggi 5 m yang dilengkapi dengan 2 buah inlet gate, dua buah outlate gate, sluice gate dan pintu bilas 2 buah (Gani, 2006).
Raw Water Tank berfungsi sebagai tempat pengendapan pertikel-partikel
kasar dan lumpur yang terbawa dari sungai dengan sistem sedimentasi (pengendapan). Di Instalasi Pengolahan Air (IPA) Sunggal volume air baku pada 2 RWT memiliki ± 1.400 m3. Waktu pengendapan untuk air baku yang akan diolah di RWT IPA Sunggal kurang dari 15 menit agar meghasilkan air baku dengan turbidity yang lebih rendah (Gani, 2006).
4. Raw Water Pump (RWP) atau Pompa Air Baku
Raw Water Pump (Pompa Air Baku) berfungsi untuk memompa air dari
pompa air baku. Kapasitas setiap pompa 110 1/detik dengan rata-rata 18 m memakai motor AC nominal daya 75 KW. Pada Raw Water Pump (RWP) dilakukan Prechlorination yang berfungsi mengoksidasi zat-zat organik, anorganik, dan mengendalikan pertumbuhan lumut alga juga menghilangkan polutan-polutan lainnya (Gani, 2006).
5. Clearator atau Clarifier (Proses Penjernihan Air)
Bangunan Clearator terdiri dari 5 unit dengan kapasitas masing-masing 350 1/detik. Clearator berfungsi sebagai tempat pemisahan antara flok yang bersifat sedimen dengan air bersih sebagai effluent (hasil olahan). Hasil clearator dilengkapi dengan agitator sebagai pengaduk lambat dan selanjutnya dialirkan ke filter. Endapan flok-flok tersebut kemudian dibuang sesuai dengan tingkat
ketebalannya secara otomatis (Gani, 2006).
Clearator ini terbuat dari beton berbentuk bulat dengan lantai kerucut
yang dilengkapi sekat-sekat pemisah untuk proses-proses sebagai berikut:
1. Primary Reaction Zone
2. Secondary Reaction Zone
3. Return Reaction Zone
4. Clarification Reaction Zone
5. Concentrator
6. Filter (Penyaringan)
Filter merupakan tempat berlangsungnya proses filtrasi, yaitu proses
Instalasi Sunggal adalah sistem penyaringan permukaan (surface filter). Media filter tersebut berjumlah 32 unit yang prosesnya berlangsung secara paralel,
mengunakan jenis saringan cepat (rapid sand filter) berupa pasir silika dengan menggunakan motor AC nominal daya 0,75 KW. Filter ini berfungsi untuk menyaring turbidity melalui pelekatan pada media filter (Gani, 2006).
Dimensi tiap filter yaitu lebar 4,00 m, panjang 8,25 m, tinggi 6,25 m tinggi permukaan air maksimum 5,05 m serta tebal media filter 114 cm, dengan susunan lapisan sebagai berikut:
1. Pasir kwarsa, diameter 0,50 mm - 1,50 mm dengan ketebalan 61 cm 2. Pasir kwarsa, diameter 1,80 mm – 2,00 mm dengan ketebalan 15 cm 3. Kerikil halus, diameter 4,75 mm – 6,30 mm dengan ketebalan 8 cm 4. Kerikil sedang, diameter 6,30 mm – 10,00 mm dengan ketebalan 7,5 cm 5. Kerikil sedang, diameter 10,00 mm – 20,00 mm dengan ketebalan 7,5 cm 6. Kerikil kasar, diameter 20,00 mm – 40,00 mm dengan ketebalan 15 cm
Dalam jangka waktu tertentu, permukaan filter akan tersumbat oleh flok yang masih tersisa dari proses. Pertambahan ketinggian permukaan air diatas media filter sebanding dengan berlangsungnya penyumbatan (clogging) media filter oleh flok-flok. Selanjutnya dilakukan proses backwash, yaitu pencucian
7. Reservoir (Tempat Menampung Air Bersih)
Reservoir merupakan bangunan beton berdimensi 50 m x 40 m x 7 m yang berfungsi untuk menampung air minum (air olahan) setelah melewati media filter. IPA Sunggal memiliki 2 buah reservoir (R1 dan R2) dengan kapasitas total 12.000 m3.
Reservoir berfungsi untuk menampung air bersih yang telah disaring melalui filter dan juga berfungsi tempat penyaluran air ke pelanggan. Air yang mengalir dari filter ke reservoir diinjeksikan klorin cair disebut postchlorination yang bertujuan untuk membunuh mikroorganisme patogen. Sedangkan penambahan larutan kapur jenuh bertujuan untuk menetralisasi pH air (Gani, 2006).
8. Finish Water Pump (FWP) atau Pemompa Air Akhir
Finish Water Pump (FWP) Inslasi Pengolahan Air (IPA) Sunggal
berjumlah 14 unit yang berfungsi untuk mendistribusikan air bersih dari reservoir instalasi ke reservoir-reservoir distribusi cabang-cabang melalui pipa-pipa tansmisi yang dibagi menjadi 5 jalur dengan kapasitas masing-masing 150 l/detik (Gani, 2006).
9. Sludge Lagoon (Empang Lumpur)
10. Monitoring System (Sistem Pengawasan)
Metode pengawasan selama proses pengolahan di masing-masing unit kondisi proses pengolahan dari ruang tertentu baik terhadap kuantitas, kualitas maupun kontinuitas olahan. Fasilitas ini didesain sedemikian rupa sehingga dapat mempermudah pengawasan terhadap proses pengolahan air menurut standar dan ketentuan yang berlaku (Gani, 2006).
2.5 Syarat–syarat Air Minum
Penggunaan sumber air minum bagi Perusahaan Air Minum (PAM) di kota-kota besar masih menggantungkan dari sungai-sungai yang telah dicemari sehingga treatment yang sempurna sangat diperlukan secara mutlak. Sebaiknya bila akan menggunakan badan-badan air sebagai sumber air minum hendaknya memenuhi syarat-syarat kualitas air minum (Ryadi, 1984).
Menurut Sutrisno (2004), dari segi kualitas air minum harus memenuhi: 1. Syarat Fisik
- Air tidak boleh berwarna - Air tidak boleh berasa - Air tidak boleh berbau
- Suhu air hendaknya di bawah udara sejuk (± 25°C) - Air harus jernih
2. Syarat Kimia
3. Syarat Bakteriologik
Air minum tidak boleh mengandung bakteri-bakteri penyakit (patogen) sama sekali dan tidak boleh mengandung bakteri-bakteri golongan Coli melebihi batas-batas yang telah ditentukannya yaitu 1 Coli/100 ml air. Bakteri golongan Coli ini berasal dari usus besar dan tanah. Bakteri patogen yang mungkin ada
dalam air antara lain adalah: -Bakteri Thysum
-Vibrio colerae -Bakteri Dysentriae -Entamoeba hytolotica
-Bakteri Enteritis (penyakit perut)
Air yang mengandung golongan Coli dianggap telah berkontaminasi (berhubungan) dengan kotoran manusia. Dengan demikian dalam pemeriksaan bakteriologik, tidak langsung diperiksa apakah air itu mengandung bakteri patogen, tetapi diperiksa dengan indikator bakteri golongan Coli.
Tabel 2.5 Syarat Air Minum Standart Internasional
Parameter Diperkenankan Maksimum (kelebihan)
Total solid 500 mg/l 1500 mg/l
Warna 5 unit 50 unit
Kekeruhan 5 unit 25 unit
Rasa Tidak berasa -
Bau Tidak berbau -
Parameter Diperkenankan Maksimum (kelebihan)
Besi (Fe) 0,3 mg/l 1 mg/l
7-8,5 Kurang dari 6,5 atau lebih besar dari 9,2 Magnesium dan Sodium 500 mg/l 1000 mg/l Phenolic substan (sebagai
phenol) 0,001 mg/l 0,002 mg/l
2.6 Turbidity (Kekeruhan)
Sebagian besar air baku untuk penyediaan air bersih diambil dari air permukaan seperti sungai, danau, dan sebagainya. Salah satu langkah penting pengolahan untuk mendapatkan air bersih adalah menghilangkan kekeruhan dari air baku tersebut (Sumestri, 1984).
Turbidity (kekeruhan) disebabkan oleh banyak faktor, antara lain debu,
Kekeruhan dihilangkan melalui pembubuhan sejenis bahan kimia dengan sifat-sifat tertentu yang disebut flokulan. Umumnya flokulan tersebut adalah tawas (Sumestri, 1984).
2.7 Tawas
Tawas merupakan kristal putih yang tidak larut dan berbentuk gelatin yang mempunyai sifat dapat menarik partikel-partikel lain, sehingga berat, ukuran dan bentuknya menjadi semakin besar dan mudah mengendap (Haryanti, 2008).
Kekeruhan dapat dihilangkan dengan pembubuhan tawas. Selain pembubuhan tawas diperlukan pengadukan sampai flok-flok terbentuk. Flok-flok ini mengumpulakan pertikel-partikel kecil dan koloid tersebut (bertumbukan) dan akhirnya bersama-sama mengendap. Untuk mendapatkan dosis yang optimal tawas dan nilai-nilai parameter lain seperti pH, jenis flokulan yang dilakukan dalam proses flokulasi dan sebagainya, dilakukan Jar test (Sumestri, 1984).
2.8 Jar Test
- Dosis koagulan - pH
- Warna
- Waktu dan intensitas pencampuran cepat dan pengadukan lambat - Waktu pengendapan (Directorate of Water Supply, 1984). 2.9 Pembentukan Flok
BAB III METODOLOGI 3.1 Tempat Pengujian
Pengujian penetapan konsentrasi optimum tawas pada air baku dilakukan di Laboratorium Pengawasan Mutu IPA Sunggal di PDAM Tirtanadi Sunggal Jl. Pekan Raya No. 1 Sunggal.
3.2 Alat
Alat yang digunakan adalah baume meter, beker gelas 1000 ml, comprator pH, flokulator, gelas ukur 500 ml, kerucut imhoff 1000 ml, kuvet, pipet volume 5 ml dan 10 ml, turbiditimeter 2100N.
3.3 Bahan
Bahan yang digunakan adalah sampel air baku, indikator brom thymol blue, larutan tawas 1%.
3.4 Prosedur
3.4.1 Pemeriksaan Konsentrasi Tawas
1. Dipastikan kerucut imhoff 1000 ml sudah bersih dan ditempatkan di rak. 2. Dimasukkan larutan tawas sebanyak 1000 ml.
3.4.2 Cara melakukan Jar Test
1. Disiapkan seluruh peralatan dan bahan yang akan digunakan 2. Diperiksa kekeruhan dan pH air baku yang akan di jar tes 3. Disiapkan larutan tawas 1% dengan cara:
- Pipet 10 ml larutan tawas 10%
- Masukkan ke dalam labu ukur 100 ml dan tambahkan akuades sampai garis tanda batas,aduk sampai homogen.
4. Diisi masing-masing beaker glass dengan 500 ml sampel air baku.
5. Diturunkan agiator jar test, aktifkan alat dan atur putaran pada 140 rpm untuk putaran cepat selama 5 menit.
6. Diinjeksikan masing-masing beker gelas dengan variasi dosis tawas yang diinginkan berdasarkan perhitungan.
7. Diperhatikan kecepatan pembentukan flok, tingkat kekeruhan secara visual.
8. Diatur putaran pada posisi 30 rpm untuk putaran lambat selama 10 menit. 9. Dimatikan alat, angkat agiator, diankan selama 20 menit untuk proses
pengendapan.
10.Diperhatikan secara visual kecepatan pengendapan flok, jumlah flok yang mengendap dan melayang,serta kekeruhan air.
11.Diperiksa dan catat kekeruhan serta pH air pada masing-masing konsentrasi.
Perhitungan:
ml dosis tawas = mglarutantawasyangdiinginkanxvolumesampel
10000mg/l
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil
4.1.1 Data Percobaan
a. Tanggal Pemeriksaan : 16 Februari 2015
Jam : 08.00 WIB
Turbiditas Air Baku : 11,0 NTU pH Air Baku : 7,1
Sampel : Air Baku/ Intake I Tabel 4.1.1 Data Jar Test 16 Februari 2015
4.2 Pembahasan
Berdasarkan data di atas, dosis optimum tawas yang digunakan adalah 27,5 ppm. Nilai ini dipilih berdasarkan pertimbangan dari dosis tawas yang digunakan dan pengaruhnya terhadap pH dan turbiditas air baku. Dari data di atas, turbiditas paling rendah yaitu 1,94 NTU dan 1,29 NTU dengan dosis tawas 25,0 ppm dan 27,5 ppm. Tetapi dengan dosis tawas 25,0 ppm, turbiditas air yang dicapai telah memenuhi syarat yang diizinkan oleh Permenkes (batas maksimum yang diperbolehkan adalah 5 NTU).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Konsentrasi optimum tawas yang digunakan dalam menghilangkan kekeruhan air baku pada tanggal 16 Februari 2015 adalah 27,5 ppm dengan turbiditas 1,29 NTU.
5.2 Saran
- Sebaiknya pada saat pengukuran larutan tawas dilakukan dengan hati-hati, agar hasil yang lebih maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, A. (1996). Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Mutiara Sumber Widya. Halaman 35.
Directorate of Water Supply. (1984). HROP Untuk MASI Produksi. Code: TTG 200 dan 205: Halaman 12-16.
Gabriel, J. F. (2001). Fisika Lingkungan. Jakarta: Hipokrates. Halaman 79-94. Gani, K. A. (2006). Belajar dari Proses Pengolahan Air Minum di IPA Sunggal.
Buletin Tirtanadi (Butir). Nomor 4: Halaman 7.
Hariyanti, M. (2008). Pengaruh Konsentrasi Larutan Tawas (Al2(SO4)3.14H2O)
Terhadap Kandungan Protein, Nitrogen Terlarut dan Nitrogen Non Protein Pada Ikan Tongkol. Universitas Muhammadiyah Semarang. Halaman 13-14.
Linsley, K. R. (1986). Teknik Sumber Daya Air. Surabaya: Erlangga. Halaman 99. Ryadi, S. (1984). Pencemaran Air. Surabaya: Karya Anda. Halaman 65.
Sumestri, S. (1984). Metode Penelitian Air. Surabaya: Usaha Nasional. Halaman 86-96.
Sutrisno, T. (2004). Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta: Rhineka Cipta. Halaman 12-23.
LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 492/MENKES/PER/IV/2010
PERSYARATAN KUALITAS AIR MINUM
I. PARAMETER WAJIB
No Jenis Parameter Satuan Kadar maksimum yang diperbolehkan 1 Parameter yang berhubungan
langsung dengan kesehatan
a. Parameter Mikrobiologi
1) E. Coli Jumlah per
3) Total zat padat terlarut
(TDS) mg/l 500
4) Kekeruhan NTU 5
6) Suhu °C Suhu udara ± 3 No Jenis Parameter Satuan
Kadar maksimum
No Jenis Parameter Satuan
Kadar maksimum yang diperbolehkan 1 Kimiawi
a. Bahan Anorganik
No Jenis Parameter Satuan Kadar maksimum yang diperbolehkan Aromatic hydrocarbons
Benzene mg/l 0.01
Toluene mg/l 0.7
Xylene mg/l 0.5
Ethylbenzene mg/l 0.3
Styrene mg/l 0.02
Chlorinated benzene
1,2-Dichlorobenzene (1,2-DCB) mg/l 1 1,4-Dichlorobenzene (1,4-DCB) mg/l 0.3 Lain-lain
Di(2-ethylhexylheptane)phthalate mg/l 0.008
Acrylamide mg/l 0.0005
Ephichlorohydrin mg/l 0.0004
Hexachlorobutadiene mg/l 0.0006
Ethylenediaminetetraacetic
acid (EDTA) mg/l 0.6
Nitrilotriacetic acid (NTA) mg/l 0.2
c. Pestisida
Alachlor mg/l 0.02
Aldicarb mg/l 0.01
Aldrin dan dieldrin mg/l 0.00003
Atrazine mg/l 0.002
Carbofuran mg/l 0.007
Chlordane mg/l 0.002
Choloroturon mg/l 0.03
DDT mg/l 0.001
1,2-Dibromo-3-cholorpropane
(DBCP) mg/l 0.001
2,4-Dichlorophenoxyacetic acid
(2,4-D) mg/l 0.03
1,2-Dichloropropane mg/l 0.04
Isoproturon mg/l 0.009
Lindane mg/l 0.002
MCPA mg/l 0.002
Metoxychlor mg/l 0.02
Metolachlor mg/l 0.01
Molinate mg/l 0.006
Pentachlorophenol (PCP) mg/l 0.009
No Jenis Parameter Satuan
Kadar maksimum
2,4,5-Trichlorophenoxyacetic mg/l 0.009
d. Desinfektan dan hasil sampingannya Desinfektan
2,4,6-Trichlorophenol (2,4,6,-TCP) mg/l 0.2
Bromoform mg/l 0.1
Dibromochloromethane (DBCM) mg/l 0.1 Bromodichloromethane (BDCM) mg/l 0.06