UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
MEDAN
SKRIPSI
PENGARUH PERPUTARAN PIUTANG TERHADAP
RETURN ON ASSET (ROA) PADA PERUSAHAAN
BARANG KONSUMSI YANG TERDAFTAR DI BEI
OLEH:
NAMA
: MARISA AMBARITA
NIM
: 050503111
DEPARTEMEN : AKUNTANSI
GUNA MEMENUHI SYARAT UNTUK MEMPEROLEH GELAR SARJANA EKONOMI
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:
“Pengaruh Perputaran Piutang terhadap Return on Asset ( ROA) pada Perusahaan Barang Konsumsi yang Terdaftar yang di BEI.”
Adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul tersebut belum pernah dimuat,
dipublikasikan atau diteliti pleh mahasiswa dalam konteks penulisan skripsi level
program S1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera
Utara.
Semua sumber data dan informasi yang diperoleh, telah dinyatakan jelas, benar
apa adanya. Dan apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya
bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh universitas.
Medan, 15 Juni 2009 Yang membuat pernyataan
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur dan hormat yang sebesar-besarnya kepada Tuhan Yang
Maha Esa atas berkat dan kuasaNya saya bisa menyelesaikan skripsi ini dengan
baik.
Skripsi ini berjudul Pengaruh Perputaran Piutang terhadap Return on
Asset (ROA) pada Perusahaan Barang Konsumsi yang Terdaftar di BEI,
disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar
kesarjanaan pada Fakultas Ekonomi Departemen Akuntansi Universitas Sumatera
Utara.
Selama proses penyusunan skripsi ini, saya banyak memperoleh
bimbingan, dukungan, nasehat, dan bantuan lain baik secara moril maupun materil
dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini saya ingin menyampaikan ucapan
terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Arifin Akhmad, M.Si, Ak selaku Ketua Departemen Akuntansi
dan Bapak Fahmi Natigor, SE, M.Acc, Ak selaku Sekretaris Departemen
Akuntansi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Irwan Djanahar, MAFIS, Ak selaku Dosen Pembimbing, atas
4. Ibu Dra. Narumondang B. Siregar, MM, Ak, selaku Dosen Penguji I dan
Bapak Drs. Syahelmi, M.Si, Ak, selaku Dosen Penguji II, atas segala saran
dan masukan yang telah diberikan.
5. Bapak Drs. Wahidin Yasin, M.Si, Ak selaku Dosen Wali yang telah
membantu saya dalam konsultasi akademik selama perkuliahan.
6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Univerisitas Sumatera Utara yang
telah mendidik saya selama perkuliahan.
7. Para pegawai Departemen Akuntansi, Bang Hairil, Kak Wati, dan Kak Raya
yang telah banyak membantu saya dalam administrasi di Departemen
Akuntansi. Terima kasih atas bantuannya.
8. Kedua orang tua saya yang telah memberikan kasih sayang, didikan,
dukungan berupa nasehat, doa, dan materi yang telah diberikan kepada saya.
9. Saudara-saudaraku yang tercinta, Bang Hisar Ambarita, Bang Dunan
Ambarita, Kak Surta Ambarita, Kak Else Ambarita, Eda Linda Simarmata,
Eda Susi Surbakti, Bang Saudara Purba. Terima kasih atas bantuan dan doa
kalian. Ambarita junior, Rafael yang telah banyak menghibur saya.
10.Teman-teman di Departemen Akuntansi Angkatan 2005, Fakultas Ekonomi,
Universitas Sumatera Utara, yang tidak mungkin saya sebutkan satu persatu.
Terima kasih atas bantuan, motivasi, doa, serta suka duka yang telah kita
jalani selama perkuliahan maupun di luar pekuliahan. Semoga Tuhan beserta
11.Sahabat-sahabatku Lely, Lora, Risna, dan Tety yang telah memberikan
dukungan dan semangat serta doa selama perkuliahan hingga selesainya
penulisan skripsi ini.
Saya berharap skripsi ini dapat berguna bagi semua pihak. Semoga Tuhan
Yang Maha Esa selalu memberkati kita dalam kasih.
Medan, 15 Juni 2009 Penulis
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perputaran piutang secara empiris terhadap return on asset (ROA). Penelitian ini meneliti variabel independen, yaitu perputaran piutang, dan varibel dependen, yaitu Return on Asset (ROA).
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di BEI. Penelitian dilakukan pada 33 perusahaan yang memenuhi kriteria pengambilan sampel dari 35 perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di BEI. Data penelitian adalah data sekunder berupa laporan keuangan 33 perusahaan barang konsumsi yang diterbitkan di BEI.
Penelitian menganalisis hubungan antara perputaran piutang dengan return on asset (ROA). Metode statistik yang digunakan adalah regresi linear sederhana dengan melakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu.
Hasil penelitian menunjukkan perputaran piutang mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap ROA pada perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di BEI.
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
ABSTRAK ... v
ABSTRACT...vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR GAMBAR... x
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 5
C. Batasan Penelitian ... 5
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis ... 7
1. Piutang ... 7
a. Pengertian Piutang... 7
b. Klasifikasi Piutang ... 8
2. Manajemen Piutang ... 13
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jumlah
Piutang ... 14
c. Kegiatan Manajemen Piutang ... 15
3. Perputaran Piutang ... 19
4. Return on Asset ROA)... 20
5. Pengaruh Perputaran Piutang terhadap ROA ... 23
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 24
C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis ... 27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 29
B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 29
C. Jenis Data dan Sumber Data ... 31
D. Teknik Pengumpulan Data ... 32
E. Identifikasi Variabel Penelitian ... 32
F. Definisi Operasional ... 33
G. Metode Analisis Data ... 34
H. Jadwal Penelitian ... 38
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Data Penelitian ... 39
B. Statistik Deskriptif ... 45
C. Pengujian Asumsi Klasik ... 46
E. Pembahasan Hasil Penelitian ... 59
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 61
B. Keterbatasan Penelitian ... 61
C. Saran ... 62
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 2.1 Golongan Resiko Kredit ... 17
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual ... 27
Gambar 4.1 Histogram ... 50
Gambar 4.2 Grafik Normal P-Plot ... 51
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 2.1 Efek Kebijakan Kenaikan Cash Discount...18
Tabel 2.2 Ringakasan Tinjauan Penelitian Terdahulu...24
Tabel 3.1 Daftar Perusahaan yang Memenuhi Kriteria...31
Tabel 3.2 Kriteria Pengambilan Keputusan Uji Durbin Watson...37
Tabel 3.3 Jadwal Penelitian...39
Tabel 4.1 Daftar Sampel Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi...41
Tabel 4.2 Data Variabel Penelitian Tahun 2005...42
Tabel 4.3 Data Variabel Penelitian Tahun 2006...43
Tabel 4.4 Data Variabel Penelitian Tahun 2007...45
Tabel 4.5 Descriptive Statistics...47
Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Sebelum Transformasi Data...48
Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Setelah Transformasi dengan Logaritma Natural...50
Tabel 4.8 Hasil Uji Autokorelasi...54
Tabel 4.9 Analisis Hasil Regresi...56
Tabel 4.10 Pedoman Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi...57
Tabel 4.11 Hasil Analisis Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi...58
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Judul
Lampiran 1 Populasi, Kriteria Perusahaan dan Sampel
Lampiran 2 Data Penelitian
Lampiran 3 Statistik Deskriptif
Lampiran 4 Uji Normalitas
Lampiran 5 Uji Heterokedastisitas
Lampiran 6 Uji Autokorelasi
Lampiran 7 Regression
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perputaran piutang secara empiris terhadap return on asset (ROA). Penelitian ini meneliti variabel independen, yaitu perputaran piutang, dan varibel dependen, yaitu Return on Asset (ROA).
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di BEI. Penelitian dilakukan pada 33 perusahaan yang memenuhi kriteria pengambilan sampel dari 35 perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di BEI. Data penelitian adalah data sekunder berupa laporan keuangan 33 perusahaan barang konsumsi yang diterbitkan di BEI.
Penelitian menganalisis hubungan antara perputaran piutang dengan return on asset (ROA). Metode statistik yang digunakan adalah regresi linear sederhana dengan melakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu.
Hasil penelitian menunjukkan perputaran piutang mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap ROA pada perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di BEI.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan dunia usaha dewasa ini yang semakin pesat
merupakan dampak dari meningkatnya persaingan usaha yang kompetitif.
Menghadapi keadaan ini perusahaan atau pimpinan perusahaan berusaha
untuk menciptakan atau meningkatkan nilai perusahaan serta mampu
mengelola faktor-faktor produksi yang dimilki secara efektif dan efisien
agar tujuan perusahaan tercapai.
Tujuan utama perusahaan adalah mempertahankan kelangsungan
hidupnya (going concern) serta pencapaian laba yang optimal. Perusahaan
dituntut untuk mampu menentukan kinerja usaha yang baik sebagai
jaminan kelangsungan hidupnya. Dalam usaha pencapaian laba optimal,
perusahaan membuat berbagai kebijakan. Perusahaan dapat menggunakan
rasio return on asset (ROA) sebagai indikator mengukur kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba. Rasio ini diperoleh membagikan
laba bersih perusahaan dengan total aktiva.
Rasio return on asset (ROA) menunjukkan keefisienan perusahaan
dalam mengelola seluruh aktiva. Piutang merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi ROA. Piutang adalah bagian dari aktiva yang perlu
Menurut Warren, Reeve, Fess (2005:260) “Istilah piutang
(receivable) meliputi semua klaim dalam bentuk uang terhadap pihak
lainnya termasuk individu, perusahaan, atau organisasi lainnya.”
Piutang timbul dari penjualan kredit barang atau jasa. Posisi
piutang dalam neraca yang merupakan bagian dari aktiva lancar, sangat
mempengaruhi posisi aktiva. Piutang yang telah jatuh tempo akan ditagih
untuk mendapatkan kas.
Dalam penagihan piutang, berlangsung proses perubahan piutang
menjadi kas. Proses tersebut akan terus berulang sepanjang piutang masih
dapat ditagih. Artinya, piutang akan terus berputar. Piutang akan
dikonversikan menjadi kas dalam satu periode akuntansi, yaitu satu tahun.
Rasio perputaran piutang dapat digunakan sebagai alat ukur
seberapa sering piutang usaha berubah menjadi kas dalam setahun. Namun
pada kenyataan, tidak semua piutang yang telah jatuh tempo dapat ditagih,
bahkan harus dihapus karena berbagai alasan tertentu. Padahal perusahaan
memerlukan aliran kas yang cukup untuk membiayai kegiatan
operasionalnya.
Perusahaan dikatakan memiliki posisi yang kuat apabila
perusahaan mampu meningkatkan profitabilitasnya. Artinya, perusahaan
harus meningkatkan kemampuannya dalam menghasilkan laba. Salah
satunya dengan cara mengelola piutang perusahaan yang bersangkutan
Untuk membantu dan mengetahui efisiensi pengelolaan piutang,
maka yang perlu diperhatikan adalah tingkat profitabilitas perusahaan,
salah satunya melalui penghitungan rasio return on asset (ROA). Efisiensi
pengelolaan piutang ditandai dengan tingginya tingkat perputaran piutang.
Semakin tinggi tingkat perputaran piutang menandakan ROA yang baik.
Penelitian yang sebelumnya dilakukan oleh Martinus (2006)
melakukan analisis efektivitas pengelolaan piutang atas penjualan kredit
dan pengaruhnya terhadap profitabilitas pada PT Akarin cabang Medan.
Hasil penelitian menyatakan bahwa piutang mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap profitabilitas.
Pada tahun yang sama Priliya melakukan penelitian mengenai
pengaruh piutang terhadap rentabilitas pada PT Ultrajaya Milk Industry
dan Trading Company Tbk. Hasil penelitian menyatakan bahwa piutang
berpengaruh positif, searah, dan sangat kuat terhadap profitabilitas.
Penelitian sejenis dilakukan oleh Sitanggang (2008) menguji
pengaruh perputaran piutang terhadap profitabilitas pada PT Gresik Cipta
Sejahtera cabang Medan. Hasil penelitian menyatakan bahwa tidak ada
pengaruh yang signifikan antara tingkat perputaran piutang dengan
profitabilitas (ROA). Hasil penelitian tersebut jelas bertolak belakang
dengan penelitian sebelumnya.
Berawal dari penelitian terdahulu tersebut penulis ingin melakukan
piutang terhadap return on asset (ROA). Penelitian ini dilakukan pada
industri manufaktur.
Keadaan yang menggambarkan baiknya laju pertumbuhan industri
manufaktur Indonesia dapat dilihat dari ekspor manufaktur yang dicapai.
Ekspor manufaktur Indonesia menunjukkan laju pertumbuhan yang cukup
baik. Ekspor manufaktur Indonesia mengalami pertumbuhan rata-rata di
atas 10% dalam periode 2004-2006. Sedangkan pada tahun 2007,
pertumbuhan ekspor manufaktur menurun menjadi 9,9%. Akan tetapi, hal
ini bukanlah menggambarkan hal buruk mengingat pertumbuhan yang
kuat selama tiga tahun sebelumnya.
Laju pertumbuhan industri manufaktur yang cukup baik
mendorong penulis untuk mengadakan penelitian pada industri manufaktur
Indonesia. Penelitian ini dilakukan pada subbidang industri barang
konsumsi agar lebih spesifik dari industri manufaktur secara keseluruhan..
Di samping itu, penulis belum menjumpai adanya penelitian sejenis pada
perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di BEI.
Peneliti akan menuangkannya dalam sebuah karya tulis ilmiah
yang berbentuk skripsi dengan judul “Pengaruh Perputaran Piutang
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka penulis merumuskan
masalah, yaitu “Apakah ada pengaruh perputaran piutang terhadap return on
asset (ROA) pada perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di BEI?”
C. Batasan Penelitian
Agar tujuan penelitian dapat tercapai, maka penulis membuat batasan
penelitian sebagai berikut:
1. Objek penelitian ini adalah perusahaan barang konsumsi yang terdaftar
di BEI tahun 2004-2007 dan menerbitkan laporan keuangannya selama
periode tersebut.
2. Periode penelitian adalah tahun 2005-2007.
3. Variabel perputaran piutang menggunakan informasi piutang tahun 2004
sebagai piutang awal untuk mendapatkan piutang rata-rata 2005 dan
seterusnya hingga tahun 2007.
4. ROA dengan memfokuskan pada piutang sebagai bagian dari aktiva
lancar.
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh
perputaran piutang terhadap return on asset (ROA) pada perusahaan
2. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti, untuk menambah pengetahuan peneliti mengenai
pengaruh perputaran piutang terhadap return on asset (ROA).
2. Bagi perusahaan, sebagai acuan dan bahan pertimbangan bagi
pihak-pihak berkepentingan dalam menentukan kebijakan yang
berkaitan dengan pengelolaan piutang.
3. Bagi pihak lain, sebagai bahan referensi untuk melakukan
penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan pengaruh perputaran
piutang terhadap return on asset (ROA).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis 1. Piutang
a. Pengertian Piutang
Salah satu cara untuk mempertahankan pelanggan yang sudah
ada serta menarik pelanggan baru adalah dengan melakukan
penjualan kredit. Penjualan kredit akan menimbulkan piutang.
Piutang secara umum merupakan tagihan yang timbul atas
penjualan barang atau jasa secara kredit. Menurut Wild,
Subramanyam, Halsey (2005:260) “Piutang (receivable) merupakan
nilai jatuh tempo yang berasal dari penjualan barang atau jasa, atau
dari pemberian pinjaman uang.”
Menurut Warren, Reeve, Fess (2005:260) “Istilah piutang
(receivable) meliputi semua klaim dalam bentuk uang terhadap pihak
lainnya, termasuk individu, perusahaan, atau organisasi lainnya.”
Jadi secara umum piutang timbul akibat adanya penjualan
barang atau jasa secara kredit. Piutang juga dapat timbul dengan
adanya pemberian pinjaman uang kepada individu, perusahaan, atau
organisasi atau transaksi-transaksi lainnya yang menciptakan suatu
terhutang. Piutang dicatat pada neraca dengan mendebet akun piutang
usaha (account receivable) dan diklasifikasikan sebagai aktiva lancar.
b. Klasifikasi Piutang
Untuk tujuan pelaporan keuangan, piutang diklasifikasikan
sebagai lancar (jangka pendek) dan tidak lancar (jangka panjang).
Piutang lancar (current receivable) diharapkan akan tertagih dalam
satu tahun selama satu siklus operasi berjalan, mana yang lebih
panjang. Semua piutang lain digolongkan sebagai piutang tidak
lancar. Selanjutnya piutang diklasifikasikan dalam neraca sebagai
piutang dagang dan piutang non dagang.
(1) Piutang Dagang (Trade Receivable)
Piutang dagang adalah jumlah yang terutang oleh
pelanggan untuk barang atau jasa yang telah diberikan sebagai
bagian dari operasi bisnis normal. Piutang dagang di
subklasifikasikan lagi menjadi piutang usaha dan wesel tagih.
(a) Piutang Usaha (Account Receivable)
Piutang usaha adalah janji lisan dari pembeli untuk
membayar barang atau jasa yang dijual. Piutang usaha
Pengakuan Piutang Usaha
Dalam sebagian besar transaksi piutang, jumlah yang
harus diakui adalah harga pertukaran di antara kedua belah
pihak. Menurut Kieso, Weygandt, Warfield (2007:348)
“Harga pertukaran (the exchange price) adalah jumlah yang
terutang dari debitor (seorang pelanggan atau peminjam)
dan umumnya dibuktikan dengan beberapa jenis dokumen
bisnis, biasanya berupa faktur.” Dua faktor yang bisa
memperumit pengukuran harga pertukaran adalah
ketersediaan diskon dan lamanya waktu antara tanggal
penjualan dan tanggal jatuh tempo pembayaran (unsur
bunga).
Dalam melakukan penjualan kredit, perusahaan
biasanya memberikan diskon penjualan ataupun diskon
dagang. Diskon dagang biasanya dinyatakan dalam
persentase, sedangkan diskon penjualan dinyatakan dalam
bentuk istilah 2/10, n/30 (diskon 2% jika dibayarkan dalam
10 hari, jumlah kotor jatuh tempo dalam 30 hari). Untuk
mencatat penjualan dan piutang usaha dilakukan dengan
dua cara:
1. Metode kotor
Pencatatan dengan metode kotor adalah dengan
dipengaruhi oleh potongan yang akan diberikan.
Apabila debitur ternyata mengambil potongan maka
akan diakui sebagai pengurang jumlah penjualan.
2. Metode bersih
Pencatatan dengan menggunakan metode bersih
adalah dengan mengakui jumlah piutang setelah
dikurangi potongan penjualan. Apabila ternyata debitur
tidak memanfaatkan potongan, maka akan
mengakibatkan timbulnya kelebihan pembayaran atas
piutang. Kelebihan pembayaran ini diakui sebagai
penghasilan lain-lain.
Penilaian Piutang Usaha
Penilaian piutang sedikit lebih kompleks. Jumlah
piutang yang dinilai dan dilaporkan pada neraca
hendaknya menunjukkan jumlah bersih yang
diperkirakan akan diterima dalam bentuk kas.
Penentuan nilai realisasi bersih (net realizable value)
memerlukan estimasi baik atas piutang yang tak tertagih
maupun retur dan potongan penjualan.
1. Piutang usaha yang tak tertagih
Penjualan atas dasar selain penjualan tunai
piutang. Kerugian pendapatan dan penurunan laba
diakui dengan mencatat beban piutang ragu-ragu
(beban piutang tak tertagih).
Ada tiga cara untuk menaksir besarnya
cadangan penghapusan piutang:
a. Menggunakan analisis umur piutang (aging
schedule)
b. Taksiran dari saldo akhir piutang dalam neraca
c. Taksiran dari jumlah selama satu periode
Prosedur pencatatan piutang tak tertagih ada
dua, yaitu:
a. Metode penghapusan langsung
Metode penghapusan langsung mencatat piutang
ragu-ragu ketika debitur sudah tidak mungkin
lagi membayar utangnya.
b. Metode penyisihan
Suatu estimasi dibuat menyangkut perkiraan
piutang tak tertagih dari semua penjualan kredit
atau dari total piutang yang beredar.
2. Retur dan Potongan Penjualan
Barang yang telah dijual mungkin akan
dikembalikan oleh pembeli kepada penjual.
lainnya, penjual bisa mengurangi harga jual semula
(potongan penjualan). Dalam pencatatannya penjual
mendebit akun retur dan potongan penjualan dan
mengkredit akun piutang usaha.
(b) Wesel Tagih (Note Receivable)
Menurut Warren Reeve Fess (2005:392) “Wesel
tagih (note receivable) adalah jumlah yang terutang bagi
pelanggan di saat perusahaan telah menerbitkan surat utang
formal.” Wesel tagih dapat berasal dari penjualan,
pembiayaan, atau transaksi lainnya.
Wesel tagih dapat digolongkan dalam 2 jenis, yaitu:
(1) Wesel tagih berbunga (interest bearing note)
Wesel tagih berbunga ditulis sebagai perjanjian
untuk membayar pokok atau jumlah nominal dan
ditambah dengan bunga yang terhutang pada tingkat
khusus.
(2) Wesel tagih tanpa bunga (non interest bearing note)
Pada wesel tagih tanpa bunga tidak dicantumkan
persen bunga, tetapi jumlah nominalnya meliputi beban
bunga. Jadi, nilai sekarang merupakan selisih antara
wesel tersebut yang kadang-kadang disebut bunga
implisit atau bunga efektif.
(2) Piutang Nondagang (Nontrade Receivable)
Sejumlah contoh piutang nondagang dari berbagai
transaksi.
(a) Uang muka kepada karyawan staf.
(b) Uang muka kepada anak perusahaan.
(c) Piutang deviden dan bunga.
(d) Dan sebagainya
2. Manajemen Piutang
a. Kebijakan penjualan kredit
Gitosudarmo dan Basri (2002) mengatakan bahwa piutang
adalah aktiva atau kekayaan perusahaan yang timbul sebagai akibat
dari dilaksanakannya kebijakan penjualan kredit.
Kebijakan penjualan kredit dapat menimbulkan keuntungan-keuntungan dalam bentuk:
(1) Kenaikan hasil penjualan.
(2) Kenaikan laba. Hal ini adalah sebagai akibat dari kenaikan dalam hasil penjualan akan dapat menimbulkan kenaikan pada laba perusahaan.
mengeluarkan uang yang besar pada saat membeli; sehingga pembeli dapat menikmati sekarang juga dengan membayarnya nanti di kemudian hari.
Kebijakan penjualan kredit terdiri dari empat variabel,yaitu:
(1) Periode kredit, yaitu jangka waktu yang diberikan kepada pembeli
untuk membayar pembelian mereka.
(2) Standar kredit, yang mengacu pada kemampuan keuangan dari
para pelanggan yang dapat diterima.
(3) Kebijakan penagihan, yang diukur dengan keketatan atau
kelonggaran yang diberikan perusahaan dalam menagih piutang
yang lamban pembayarannya.
(4) Diskon atau potongan yang diberikan untuk pembayaran yang
lebih cepat, termasuk persentase diskon dan seberapa cepat
pembayaran harus dilakukan agar mendapat diskon tersebut.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah piutang
Besar kecilnya piutang dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai
berikut:
(1) Volume penjualan kredit
Makin besar jumlah penjualan kredit maka akan semakin besar
jumlah piutang.
(2) Syarat pembayaran bagi penjualan kredit
Semakin panjang batas waktu pembayaran kredit maka akan
(3) Ketentuan batas volume pejualan kredit
Ketentuan batas maksimal volume penjualan kredit dalam
jumlah yang relatif besar maka jumlah piutang juga semakin
besar.
(4) Kebiasaan membayar para pelanggan kredit
Kebiasaan pelanggan yang suka membayar jumlah yang terutang
atas penjualan kredit mundur dari waktu yang sudah
dipersyaratkan menyebabkan jumlah piutang relatif besar.
(5) Kegiatan penagihan piutang dari pihak perusahaan
Apabila kegiatan penagihan piutang dilakukan secara aktif dan
pelanggan melunasinya maka jumlah piutang akan relatif kecil.
c. Kegiatan manajemen piutang
Kegiatan manajemen piutang meliputi kegiatan:
(1) Perencanaan jumlah dan pengumpulan piutang.
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:
(a) Persyaratan pembayaran yang ditawarkan perusahaan.
(b) Kebiasaan para pelanggan membayar utangnya.
(c) Piutang ragu-ragu yang diestimasikan oleh pihakperusahaan.
(2) Pengendalian piutang
Hal-hal yang perlu dilaksanakan dalam pengendalian
(a) Penyaringan pelanggan
Faktor- faktor yang perlu diperhatikan dalam
penyaringan pelanggan:
• Adanya kesanggupan secara jujur untuk membayar kredit
yang telah diterima oleh pelanggan.
• Adanya kemampuan pelanggan yang diukur secara
subyektif oleh pihak perusahaan.
• Adanya ikatan atau jaminan untuk keamanan dari resiko
kredit.
(b) Penentuan resiko kredit
Langkah-langkah dalam penentuan resiko kredit:
• Penentuan batas tertinggi resiko kredit yang didasarkan
pada pengalaman tahun-tahun lalu yang pernah terjadi.
• Mengadakan klasifikasi dari pelanggan.
Misalnya:
- Golongan resiko kredit di bawah 4,75%
- Golongan resiko kredit pada 4,75%
Pelanggan %
2005 Gambar 2.1 Golongan resiko kredit
Sumber: Gitosudarmo dan Basri, Manajemen Keuangan, Edisi 4, 2002, hal 89.
Keterangan :
I : Golongan resiko kredit di bawah 4,75%
II : Golongan resiko kredit pada 4,75%
III : Golongan resiko kredit di atas 4,75%
• Seleksi para pelanggan tetap.
Berdasarkan klasfikasi di atas, maka bagi pelanggan tetap
dapat ditempuh kebijaksanaan adalah tidak memberi
kredit baru pada golongan resiko kredit di atas 4,75% dan
dapat memberi kredit baru lagi pada golongan resiko yang
sama atau di atas 4,75%. 5
100
4,75
(c) Penentuan potongan-potongan
Perusahaan dapat memberikan potongan-potongan tunai
bagi pelanggan yang membayar pada batas waktu tertentu
yang ditetapkan. Kebijakan ini ditempuh untuk merangsang
pelanggan agar membayar pada waktu yang ditetapkan.
Tabel 2.1
Efek Kebijakan Kenaikan Cash Discount
Item Perubahan
Efek terhadap
(d) Pelaksanaan administrasi yang berhubungan dengan
penarikan kredit.
Sebab umum dari lambatnya penarikan piutang adalah
karena kelalaian dalam penyerahan faktur kepada pelanggan
dan tertundanya pengiriman pemberitahuan, atau bahkan tidak
dikerjakan sama sekali. Padahal surat pemberitahuan tersebut
menjamin bahwa rekening yang ada dalam buku milik
perusahaan dan pelanggan selalu sesuai satu dengan yang lain
(e) Penetapan ketentuan dalam menghadapi penunggak
Ketentuan-ketentuan dapat berupa:
• Penyampaian surat tagihan kepada pelanggan.
• Kegiatan penagihan piutang secara aktif.
• Penarikan jaminan atau ikatan baik berupa benda atau
surat penting untuk mempercepat pelunasan kredit.
(3) Penggunaan rasio
Perusahaan dapat membandingkan tingkat perputaran
piutang dan rata-rata waktu pengumpulan piutang dari perusahaan
tertentu dengan perusahaan lain sejenis.
3. Perputaran Piutang (Receivable Turnover)
Menurut Warren, Reeve, Fess (2005:407) “Perputaran piutang
mengukur seberapa sering piutang usaha berubah menjadi kas dalam
setahun.”
Perputaran piutang = Penjualan kredit bersih Piutang rata-rata
Rasio ini dihitung dengan hanya memasukkan penjualan kredit
karena penjualan kas tidak menimbulkan piutang. Karena laporan
keuangan jarang mengungkapkan penjualan kas dan kredit secara
terpisah, rasio ini sering kali harus dihitung dengan menggunakan angka
penjualan bersih (yaitu, dengan mengasumsikan bahwa penjualan kas
awal dan saldo akhir piutang pada periode tersebut dan membaginya
dengan dua.
Perputaran piutang yang semakin tinggi adalah semakin baik
karena modal kerja yang ditanamkan dalam bentuk piutang akan semakin
rendah. Naik turunnya perputaran piutang ini akan dipengaruhi oleh
hubungan perubahan penjualan dengan perubahan piutang. Perubahan
perputaran piutang dari tahun ke tahun atau perbedaan perputaran piutang
antarperusahaan merupakan refleksi dari variasi kebijaksanaan pemberian
kredit atau variasi tingkat kemampuan dalam pengumpulan piutang.
4. Return on Asset (ROA)
Menurut Jumingan (2006:141), ”Ratio operating income dengan
operating asset menunjukkan laba yang diperoleh dari investasi modal
dalam aktiva tanpa mengindahkan dari sumber mana modal tersebut
berasal (keseluruhan modal).” ROA dapat dijadikan sebagai indikator
untuk mengetahui seberapa mampu perusahaan memperoleh laba yang
optimal dilihat dari posisi total aktivanya. ROA menunjukkan keefisienan
perusahaan dalam mengelola seluruh aktivanya untuk menghasilkan laba
dalam kegiatan operasinya. ROA dapat dihitung dengan membagikan
laba bersih dengan total aktiva.
Laba Bersih
ROA merupakan bagian dari rasio profitabilitas dalam
menganalisis laporan keuangan laporan kinerja keuangan perusahaan.
Rasio ini dapat memberikan ukuran yang lebih baik atas profitabilitas
perusahaan karena menunjukkan efektivitas manajemen dalam
menggunakan aktiva untuk memperoleh pendapatan.
Menurut Warren, Reeve, Fess (2005:63), “aktiva (asset) adalah
sumber daya yang dimiliki oleh entitas bisnis atau usaha. Sumber daya
ini dapat berbentuk fisik ataupun hak yang mempunyai nilai ekonomis”.
Contoh aktiva adalah kas, piutang, perlengkapan, beban dibayar dimuka,
bangunan, peralatan tanah, dan hak paten. Aktiva disajikan di neraca
keuangan dan dibagi dalam beberapa kelompok, yaitu:
a. Aktiva lancar
b. Aktiva tetap
c. Aktiva tidak berwujud
d. Aktiva lain-lain
ROA dapat dipisahkan menjadi komponen yang memiliki makna
relatif terhadap penjualan. Penjualan merupakan kriteria penting untuk
menilai profitabilitas perusahaan dan merupakan indikator utama atas
aktivitas perusahaan. Pemisahan komponen ROA adalah sebagai berikut.
Pengembalian atas aktiva = Margin laba x Perputaran aktiva
Hubungan laba dengan penjualan disebut margin laba (profit
margin) dan mengukur profitabilitas perusahaan relatif terhadap penjualan. Hubungan antara aktiva dengan penjualan disebut perputaran
aktiva (asset turnover) dan mengukur efektivitas perusahaan untuk
menghasilkan penjualan dengan menggunakan aktivanya.
Hubungan antara Margin Laba dan Perputaran Aktiva
Terdapat berbagai kombinasi margin laba dan perputaran aktiva
yang akan menghasilkan ROA. Hal ini dapat memberikan pemahaman
dalam menilai tindakan strategis perusahaan untuk meningkatkan ROA
yang dapat ditunjukkan dari analisis ROA pada dua industri yang
berbeda.
PT X PT Y
Penjualan Rp. 100.000 Rp. 2.000.000 Laba bersih Rp. 10.000 Rp. 10.000
Aktiva Rp.1.000.000 Rp.1.000.000
Margin laba 10% 0,5%
Perputaran aktiva 0,1 2,0
ROA 1% 1%
ROA kedua perusahaan terlihat buruk. Namun tindakan koreksi
dari tiap perusahaan berbeda. PT X memiliki margin laba 10% sementara
margin laba PT Y lebih rendah. Sebaliknya, satu dolar yang
diinvestasikan dalam aktiva PT X akan menghasilkan penjualan sebesar
$0,1 sementara PT Y menghasilkan penjualan sebesar $2 untuk setiap $1
terutama dalam meningkatkan perputaran aktiva dengan meningkatkan
penjualan dan mengurangi investasi.
PT Y mengahadapi masalah yang berbeda. Berdasarkan data yang
ada PT Y diharapkan dapat memberikan upaya dalam meningkatkan
margin laba yang rendah. Perusahaan dengan margin laba yang rendah
sering kali menemukan bahwa perubahan selera dan teknologi yang
membutuhkan penambahan investasi pada aktiva untuk mendanai
penjualan. Ini menunjukkan bahwa untuk meningkatkan ROA,
perusahaan harus meningkatkan margin laba, karena jika tidak, maka
produksinya tidak lagi menghasilkan uang.
Margin laba dan perputaran aktiva saling terkait satu sama lain.
Secara khusus, jika jumlah beban tetap cukup tinggi, perputaran aktiva
yang lebih tinggi meningkatkan margin laba. Hal ini disebabkan oleh
jarak aktivitas tertentu, proporsi peningkatan biaya lebih kecil dari
penjualan.
5. Pengaruh Perputaran Piutang terhadap ROA
Untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
laba, dapat dilihat dari rasio return on asset (ROA). ROA yang tinggi
menunjukkan kinerja perusahaan yang baik dalam menghasilkan laba.
Rumus ROA adalah membagikan laba bersih dengan total aktiva. Dilihat
dari perhitungan ROA yang melibatkan total aktiva, maka piutang juga
Piutang merupakan salah satu elemen dalam modal kerja. Dengan
kondisi tersebut, maka keadaannya selalu berputar. Dalam arti piutang
akan tertagih pada suatu waktu tertentu dan kemudian akan muncul lagi
akibat penjualan kredit dan begitu seterusnya. Piutang tetap muncul
selama perusahaan tetap melakukan kegiatan operasinya.
Piutang harus dikelola dengan baik, yaitu dapat diputar menjadi
kas sesering mungkin. Perputaran piutang yang tinggi menunjukkan
return on asset yang baik.
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Tabel 2.2
Ringakasan Tinjauan Penelitian Terdahulu
Nama Judul Variabel Piutang terhadap Profitabilitas pada
PT Gresik Cipta Sejahtera cabang
Tidak ada pengaruh yang signifikan antara
tingkat perputaran
Sumatera Bagian Utara
Martinus KD PT Akarin cabang
Medan
Pengaruh Piutang terhadap Rentabilitas pada PT Ultrajaya Milk
Industry dan positif, searah, dan sangat kuat terhadap
profitabilitas. Terdaftar di BEI
Modal kerja financial debt ratio, fixed financial asets, ratio dan number of days accounts receivable
mempunyai hubungan linier yang signifikan terhadap gross operating income.
Secara parsial: -Financial debt ratio secara parsial
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap gross operating income.
-Fixed financial assets secara parsial
operating income.
-Number of days accounts receivable secara parsial
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap gross operating income.
-Sales growth ratio tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap gross operating income.
-Number of days inventories tidak -Number of days accounts payable
B. Kerangka Konseptual dan Hipotesis 1. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual dari penelitian ini dapat dilihat pada
gambar berikut ini:
X Y
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual Sumber: Penulis, 2009
Keterangan:
Variabel X : Perputaran piutang
Variabel Y : ROA
Perputaran piutang mengukur seberapa sering piutang usaha
berubah menjadi kas dalam setahun. Semakin tinggi tingkat perputaran
piutang maka modal kerja yang ditanamkan dalam bentuk piutang
akan semakin rendah sedangkan laba akan semakin tinggi.
ROA merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk
mengukur profitabilitas perusahaan. Artinya, ROA dapat dijadikan
sebagai indikator untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba yang optimal dilihat dari posisi aktivanya.
Perputaran Piutang
- penjualan kredit bersih
- piutang rata-rata
ROA - laba
bersih - total
Piutang harus dikelola dengan baik, yaitu dapat diputar menjadi
kas sesering mungkin. Perputaran piutang yang tinggi menunjukkan
return on asset yang baik.
2. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara yang harus diuji
kebenarannya atas suatu penelitian yang dilakukan agar dapat
mempermudah dalam menganalisis. Hipotesis pada penelitian ini
adalah:
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Peneliti menggunakan desain kausal yang berguna untuk menganalisis
hubungan-hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau
bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya (Umar, 2003:30).
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Menurut Sularso (2003:67) “Populasi adalah kelompok keseluruhan
orang, peristiwa, atau sesuatu yang ingin diteliti oleh peneliti.” Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang bergerak di
sektor barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun
2004-2007. Populasi berjumlah 35 perusahaan.
Sampel adalah beberapa anggota atau bagian yang dipilih dari populasi
(Sularso, 2003:67). Penelitian ini menggunakan sampel yang ditentukan
dengan menggunakan teknik pengambilan sampel bertujuan (purposive
sampling), yaitu teknik pengambilan sampel dari populasi berdasarkan suatu
kriteria tertentu (Jogiyanto, 2004:79). Kriteria pengambilan sampel yang
ditetapkan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan manufaktur yang bergerak di sektor industri barang konsumsi
2. Perusahaan tersebut terdaftar di BEI dan tidak sedang dalam proses
delisting periode tahun 2004-2007.
3. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit periode
tahun 2004-2007.
4. Data perusahaan tersebut lengkap dengan variabel yang diteliti.
Berdasarkan kriteria yang telah disebutkan, sampel penelitian yang
digunakan adalah 33 perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di BEI.
Tabel 3.1
Daftar Perusahaan yang Memenuhi Kriteria
Perusahaan Kriteria
1 2 3 4
PT Ades Watres Indonesia Tbk √ √ √ √
PT Aqua Golden Mississipi Tbk √ √ √ √
PT BAT Indonesia Tbk √ √ √ √
PT Bentoel Internasional Investama Tbk √ √ √ √
PT Britol-Myers Squibb Indonesia Tbk √ √ √ √
PT Kedawung Setia Industrial Tbk √ √ √ √
PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk √ √ √ √
PT Unilever Indonesia Tbk √ √ √ √
Sumber: Penulis, 2009
C. Jenis dan Sumber Data
Menurut jenisnya, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data sekunder. Menurut Umar (2003:60) “Data sekunder merupakan data
primer yang telah diolah lebih lanjut, misalnya dalam bentuk tabel, grafik,
diagram, gambar dan sebagainya sehingga lebih informatif jika digunakan
oleh pihak lain”. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah
informasi keuangan yang berhubungan dengan variabel penelitian yaitu:
1. Informasi mengenai perputaran piutang.
Menurut waktu pengumpulannya, data yang digunakan dalam
penelitian ini termasuk data time series yaitu sekumpulan data dari suatu
fenomena tertentu yang didapat dalam beberapa interval waktu tertentu,
misalnya mingguan, bulanan atau tahunan dan data cross-section yaitu
sekumpulan data suatu fenomena tertentu dalam satu kurun waktu saja
(Umar, 2003:61). Penelitian ini menggunakan data yang diambil dari 33
perusahaan barang konsumsi yang terdaftar di BEI (section) selama 4 tahun
(series) yaitu tahun 2004-2007.
Data yang digunakan oleh peneliti bersumber dari situs resmi BEI,
yaitu
D. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data sekunder, teknik yang digunakan peneliti
adalah studi dokumentasi yaitu dengan mengumpulkan data sekunder berupa
catatan-catatan, laporan keuangan maupun informasi lainnya yang berkaitan
dengan penelitian ini.
E. Identifikasi Variabel Penelitian
Menurut Erlina dan Mulyani (2007:33) “Variabel adalah sesuatu yang
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel Independen (bebas)
Menurut Umar (2003:50) “Variabel independen (bebas) adalah variabel
yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel lain.” Variabel
independen dalam penelitian ini adalah perputaran piutang.
2. Variabel Dependen (terikat)
Variabel dependen (tergantung) adalah variabel yang dijelaskan atau
yang dipengaruhi oleh variabel independen (Umar, 2003:50). Variabel
dependen dalam penelitian ini adalah return on asset (ROA).
F. Definisi Operasional 1. Perputaran Piutang
Perputaran piutang merupakan rasio yang mengukur seberapa
sering piutang dapat dikonversikan menjadi kas. Rumus perhitungan
perputaran piutang adalah sebagai berikut:
Perputaran piutang = Penjualan kredit bersih Piutang rata-rata
2. Return on Asset (ROA)
Return on asset (ROA) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Rumus
perhitungan ROA adalah sebagai berikut:
ROA =
Laba Bersih
Total Aktiva Laba Bersih
G. Metode Analisis Data
Keseluruhan data yang telah terkumpul selanjutnya dianalisis untuk
dapat memberikan jawaban dari masalah yang dibahas dalam penelitian ini.
Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan program SPSS versi 16.
Adapun metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Pengujian Asumsi Klasik a. Uji Normalitas
Menurut Erlina dan Mulyani (2007:103) “Tujuan uji normalitas
adalah ingin mengetahui apakah dalam model regresi variabel
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal”. Cara yang
dapat digunakan untuk menguji apakah variabel pengganggu atau
residual memiliki distribusi normal adalah dengan melakukan uji
Kolmogrov-Smirnov terhadap model yang diuji. Kriteria
pengambilan keputusan adalah apabila nilai signifikansi atau
probabilitas lebih besar dari 0,05 maka residual memiliki distribusi
normal dan apabila nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka
residual tidak memiliki distribusi normal.
Dasar pengambilan keputusan dalam uji normalitas menurut
Ghozali (2005:110) sebagai berikut:
histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. (2) Jika data menyebar jauh dari diagonal dan / atau tidak
mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
b. Uji Heterokedastisitas
Menurut Ghozali (2005:111) uji heterokedastisitas bertujuan
untuk melihat apakah di dalam model regresi terjadi ketidaksamaan
variabel pengganggu dari satu pengamatan dengan pengamatan yang
lain. Suatu model regresi yang baik adalah tidak terjadi
heterokedastisitas.
Dasar analisis untuk menentukan ada atau tidaknya
heterokedasitas menurut Ghozali (2005:110), yaitu:
(1) Jika ada pola tertentu, sperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan tel terjadi heterokedasitas.
(2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedasitas.
c. Uji Autokorelasi
Menurut Ghozali (2005:95) uji autokorelasi menguji apakah
dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu
pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1
tidaknya autokorelasi adalah dengan melakukan pengujian Durbin
Watson (DW).
Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi dilihat dalam
tabel 3:
Tabel 3.2
Kriteria Pengambilan Keputusan Uji Durbin Watson
Hipotesis Nol Keputusan Jika
Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0<d<dl
Tidak ada autokorelasi positif No decision dl≤d≤du
Tidak ada korelasi negatif Tolak 4-dl<d<4
Tidak ada korelasi negatif No decision 4-du≤d≤4-dl Tidak ada korelasi positif atau
negatif Tidak ditolak du<d<4-du Sumber: Ghozali, 2005:96
2. Analisis Regresi
Analisis regresi digunakan untuk memperkirakan atau meramalkan hubungan antara dua variabel dengan membuat sebuah asumsi ke dalam
suatu bentuk fungsi tertentu (fungsi linier). Dimana variabel dependen
dapat diprediksikan melalui variabel independen secara individual,
sehingga dapat digunakan untuk memutuskan apakah naik atau turunnya
variabel dependen dapat dilakukan dengan menaikkan atau menurunkan
Dalam penelitian ini hanya terdapat satu variabel dependen, yaitu
return on asset (ROA) dan satu variabel independen, yaitu perputaran piutang, maka yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi
sederhana. Persamaan umum regresi sederhana adalah sebagai berikut:
Dimana:
Y = Return on asset (ROA)
X = Perputaran piutang
a = intercept/ konstanta
b = angka arah (koefisien regresi)
e= error atau variabel pengganggu
3. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis akan dilakukan dengan uji signifikansi parsial
(t-test). Uji ini dilakukan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh
satu variabel independen terhadap satu variabel dependen. Uji ini
digunakan untuk menguji variabel independen, yaitu perputaran piutang.
Uji ini dilakukan dengan membandingkan thitung dengan ttabel dengan
ketentuan sebagai berikut:
Jika thitung < α 0,05; maka H1 diterima
H. Jadwal Penelitian
Jadwal penelitian direncanakan sebagai berikut:
Tabel 3.3 Jadwal Penelitian Tahapan Penelitian Feb
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Data Penelitian
Objek penelitian ini adalah perusahaan manufaktur sektor industri
barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Pada tanggal 30
November 2007 Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES)
resmi berganti nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI). Pada tahun
2004-2007 perusahaan-perusahaan yang dijadikan sampel masih terdaftar di BEJ,
tetapi karena data penelitian diambil pada tahun 2008, maka peneliti
menggunakan nama BEI. Setelah dilakukan pemilihan sampel dengan teknik
Tabel 4.1
Daftar Sampel Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi
No Emiten Perusahaan Tanggal Berdiri Tanggal Listing
1 ADES PT Ades Watres Indonesia, Tbk 6 Maret 1985 13 Juni 1994
2 AQUA PT Aqua Golden Mississipi, Tbk 23 Februari 1973 1 Maret 1990
3 BATI PT BAT Indonesia, Tbk 23 September 1979 20 Desember 1979
4 RMBA
PT Bentoel Internasional Investama,
Tbk 19 Januari 1979 5 Maret 1990
5 SQBI
PT Britol-Myers Squibb Indonesia,
Tbk 8 Juli 1970 29 Maret 1983
6 CEKA PT Cahaya Kalbar, Tbk 3 Februari 1986 9 Juli 1996
7 DVLA PT Darya Varia Laboratoria, Tbk 5 Februari 1976 11 Nopember 1984
8 DAVO PT Davomas Abadi, Tbk 4 Maret 1968 22 Desember 1994
9 DLTA PT Delta Djakarta, Tbk 15 Juni 1970 30 Januari 1989
10 GGRM PT Gudang Garam, Tbk 30 Juni 1971 27 Agustus 1990
11 HMSP PT Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk 19 Oktober 1963 15 Agustus 1990
12 INAF PT Indofarma (Persero), Tbk 2 Januari 1996 17 April 2001
13 INDF PT Indofood Sukses Makmur, Tbk 14 Agustus 1990 14 Juli 1994
14 KLBF PT Kalbe Farma, Tbk 10 September 1966 30 Juli 1991
15 KICI PT Kedaung Indah Can, Tbk 11 Januari 1974 28 Oktober 1993
16 KDSI PT Kedawung Setia Industrial, Tbk 9 Januari 1973 29 Juli 1996
17 KAEF PT Kimia Farma (Persero), Tbk 16 Agustus 1971 4 Juli 2001
18 LMPI PT Langgeng Makmur Industri, Tbk 30 Nopember 1972 17 Oktober 1994
19 TCID PT Mandom Indonesia, Tbk 5 Nopember 1969 30 September 1993
20 MYOR PT Mayora Indah, Tbk 17 Februari 1977 4 Juli 1990
21 MERK PT Merck, Tbk 14 Oktober 1970 23 Juli 1981
22 MLBI PT Multi Bintang Indonesia, Tbk 3 Juni 1929 15 Desember 1981
23 MRAT PT Mustika Ratu, Tbk 14 Maret 1978 27 Juli 1995
24 PSDN PT Prasidha Aneka Niaga, Tbk 16 April 1974 18 Oktober 1994
25 PYFA PT Pyridam Farma, Tbk 27 Nopember 1976 16 Oktober 2001
26 SCPI PT Schering Plough Indonesia, Tbk 1 Nopember 1970 8 Juni 1990
27 SKLT PT Sekar Laut, Tbk 19 Juli 1979 08 September 1933
PT Ultrajaya Milk Industry & Trading
Company, Tbk 2 Nopember 1970 2 Juli 1990
33 UNVR PT Unilever Indonesia, Tbk 5 Desember 1933 11 Januari 1982
Periode penelitian dimulai dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2007
sehingga data penelitian secara keseluruhan berjumlah 99 sampel. Berikut ini
akan dijelaskan mengenai data variabel penelitian yang dianalisis dalam
penelitian ini.
Tabel 4.2
Data Variabel Penelitian Tahun 2005
No Emiten Perusahaan Perputaran
Piutang ROA
1 ADES PT Ades Waters Indonesia Tbk 8.4964 -0.5677
2 AQUA PT Aqua Golden Mississipi Tbk 4.9371 0.0881
3 BATI PT BAT Indonesia Tbk 19.8599 0.0280
4 RMBA PT Bentoel Internasional Investama Tbk 19.0693 0.0587
5 SQBI PT Bristol-Myers Squibb Indonesia Tbk 2.5428 0.0548
6 CEKA PT Cahaya Kalbar Tbk 8.1106 -0.0647
7 DVLA PT Darya Varia Laboratoria Tbk 4.1710 0.1300
8 DAVO PT Davomas Abadi Tbk 12.0579 0.0516
9 DLTA PT Delta Djakarta Tbk 2.5990 0.1049
10 GGRM PT Gudang Garam Tbk 13.0377 0.0854
11 HMSP PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk 58.1732 0.1997
12 INAF PT Indofarma (Persero) Tbk 5.4069 0.0185
13 INDF PT Indofood Sukses Makmur Tbk 9.4787 0.0084
14 KLBF PT Kalbe Farma Tbk 9.8505 0.1382
15 KICI PT Kedaung Indah Can Tbk 9.2712 -0.0630
16 KDSI PT Kedawung Setia Industrial Tbk 6.7739 -0.0192
17 KAEF PT Kimia Farma (Persero) Tbk 8.5165 0.0449
18 LMPI PT Langgeng Makmur Industri Tbk 4.5103 0.2580
19 TCID PT Mandom Indonesia Tbk 7.3669 0.1702
20 MYOR PT Mayora Indah Tbk 5.0027 0.0313
21 MERK PT Merck Tbk 6.2165 0.2646
22 MLBI PT Multi Bintang Indonesia Tbk 7.8819 0.1512
23 MRAT PT Mustika Ratu Tbk 2.6308 0.0293
24 PSDN PT Prasidha Aneka Niaga Tbk 16.6683 0.4165
25 PYFA PT Pyridam Farma Tbk 5.6181 0.0174
27 SKLT PT Sekar Laut Tbk 5.8627 0.9364
28 STTP PT Siantar Top Tbk 6.9501 0.0223
29 TBLA PT Tunas Baru Lampung Tbk 8.0468 0.0043
30 TSCP PT Tempo Scan Tbk 11.6375 0.1265
31 AISA PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk 4.9265 0.0001
32 ULTJ PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk 6.4784 0.0036
33 UNVR PT Unilever Indonesia Tbk 19.9855 0.3749
Sumber: Data yang diolah penulis, 2009
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa pada tahun 2005 perusahaan yang
mempunyai tingkat perputaran piutang yang paling tinggi adalah PT Hanjaya
Mandala Sampoerna Tbk, yaitu sebesar 58.1732 kali dalam setahun dan yang
terendah adalah PT Bristol-Myers Squibb Indonesia Tbk, yaitu sebesar 2,5428
kali dalam setahun. Untuk ROA, perusahaan yang mempunyai nilai tertinggi
adalah PT Sekar Laut Tbk sebesar 93,64% dan yang terendah adalah PT Ades
Waters Indonesia Tbk, yaitu sebesar -56,77%.
Tabel 4.3
Data Variabel Penelitian Tahun 2006
No Emiten Perusahaan Perputaran
Piutang ROA
1 ADES PT Ades Waters Indonesia Tbk 6.2292 -0.5489
2 AQUA PT Aqua Golden Mississipi Tbk 4.3696 0.0614
3 BATI PT BAT Indonesia Tbk 10.1403 -0.1016
4 RMBA PT Bentoel Internasional Investama Tbk 31.6087 0.0620
5 SQBI PT Bristol-Myers Squibb Indonesia Tbk 3.6190 0.2084
6 CEKA PT Cahaya Kalbar Tbk 7.1390 0.0545
7 DVLA PT Darya Varia Laboratoria Tbk 3.7871 0.0942
8 DAVO PT Davomas Abadi Tbk 14.1321 0.0725
9 DLTA PT Delta Djakarta Tbk 1.7926 0.0758
10 GGRM PT Gudang Garam Tbk 11.6939 0.0464
12 INAF PT Indofarma (Persero) Tbk 6.5999 0.0222
13 INDF PT Indofood Sukses Makmur Tbk 13.0084 0.0406
14 KLBF PT Kalbe Farma Tbk 8.7192 0.1031
15 KICI PT Kedaung Indah Can Tbk 7.6927 -0.1057
16 KDSI PT Kedawung Setia Industrial Tbk 6.0313 0.0167
17 KAEF PT Kimia Farma (Persero) Tbk 10.0530 0.0349
18 LMPI PT Langgeng Makmur Industri Tbk 3.1841 0.0065
19 TCID PT Mandom Indonesia Tbk 6.9050 0.1489
20 MYOR PT Mayora Indah Tbk 4.8852 0.0602
21 MERK PT Merck Tbk 7.0507 0.3061
22 MLBI PT Multi Bintang Indonesia Tbk 8.0845 0.1205
23 MRAT PT Mustika Ratu Tbk 2.8585 0.0312
24 PSDN PT Prasidha Aneka Niaga Tbk 19.8813 0.0411
25 PYFA PT Pyridam Farma Tbk 5.7265 0.0208
26 SCPI PT Schering Plough Indonesia Tbk 7.1784 -0.0252
27 SKLT PT Sekar Laut Tbk 6.5293 0.0489
28 STTP PT Siantar Top Tbk 6.1613 0.0309
29 TBLA PT Tunas Baru Lampung Tbk 9.5856 0.0258
30 TSCP PT Tempo Scan Tbk 11.0232 0.1099
31 AISA PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk 5.6668 0.0004
32 ULTJ PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk 6.8673 0.0118
33 UNVR PT Unilever Indonesia Tbk 19.5060 0.3722
Sumber: Data yang diolah penulis,2009
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa pada tahun 2006 perusahaan yang
mempunyai tingkat perputaran piutang tertinggi adalah PT Hanjaya Mandala
Sampoerna Tbk, yaitu sebesar 64.0577 kali dalam setahun dan yang terendah
adalah PT Delta Djakarta Tbk, yaitu sebesar 1.7926 kali dalam setahun.
Tingkat perputaran tertinggi baik tahun 2005 dan 2006 tetap dipegang ole PT
Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk. Untuk ROA, perusahaan yang mempunyai
nilai tertinggi adalah PT Unilever Indonesia Tbk sebesar 37,22% dan yang
terendah baik tahun 2005 dan 2006 tetap dimiliki oleh PT Ades Waters
Indonesia Tbk.
Tabel 4.4
Data Variabel Penelitian Tahun 2007
No Emiten Perusahaan ARTO ROA
1 ADES PT Ades Waters Indonesia Tbk 7.1862 -0.8662
2 AQUA PT Aqua Golden Mississipi Tbk 4.4105 0.0548
3 BATI PT BAT Indonesia Tbk 6.2305 -0.0506
4 RMBA PT Bentoel Internasional Investama Tbk 32.6966 0.0629
5 SQBI PT Bristol-Myers Squibb Indonesia Tbk 3.5986 0.2294
6 CEKA PT Cahaya Kalbar Tbk 15.1898 0.0402
7 DVLA PT Darya Varia Laboratoria Tbk 3.4143 0.0890
8 DAVO PT Davomas Abadi Tbk 14.4846 0.0539
9 DLTA PT Delta Djakarta Tbk 1.8824 0.0799
10 GGRM PT Gudang Garam Tbk 10.6592 0.0603
11 HMSP PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk 42.6755 0.2311
12 INAF PT Indofarma (Persero) Tbk 5.5366 0.0110
13 INDF PT Indofood Sukses Makmur Tbk 13.8021 0.0332
14 KLBF PT Kalbe Farma Tbk 8.3024 0.1373
15 KICI PT Kedaung Indah Can Tbk 8.0843 0.1961
16 KDSI PT Kedawung Setia Industrial Tbk 6.0868 0.0268
17 KAEF PT Kimia Farma (Persero) Tbk 9.1437 0.0218
18 LMPI PT Langgeng Makmur Industri Tbk 3.4664 0.0233
19 TCID PT Mandom Indonesia Tbk 7.6698 0.1534
20 MYOR PT Mayora Indah Tbk 5.4128 0.0748
21 MERK PT Merck Tbk 6.7338 0.2703
22 MLBI PT Multi Bintang Indonesia Tbk 9.1804 0.1357
23 MRAT PT Mustika Ratu Tbk 2.9144 0.0352
24 PSDN PT Prasidha Aneka Niaga Tbk 15.9798 -0.0296
25 PYFA PT Pyridam Farma Tbk 5.7687 0.0183
26 SCPI PT Schering Plough Indonesia Tbk 6.2262 0.0200
27 SKLT PT Sekar Laut Tbk 6.2989 0.0314
28 STTP PT Siantar Top Tbk 7.5916 0.0301
30 TSCP PT Tempo Scan Tbk 10.3042 0.1004
31 AISA PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk 7.0364 0.0306
32 ULTJ PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk 7.8536 0.0222
33 UNVR PT Unilever Indonesia Tbk 17.2369 0.3684
Sumber: Data yang diolah penulis, 2009
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa pada tahun 2007 perusahaan yang
mempunyai tingkat perputaran piutang tertinggi adalah PT Hanjaya Mandala
Sampoerna Tbk, yaitu sebesar 42.6755 kali dalam setahun dan yang terendah
adalah PT Delta Djakarta Tbk, yaitu sebesar 1.8824 kali dalam setahun.
Tingkat perputaran tertinggi baik tahun 2005 dan 2006 tetap dipegang ole PT
Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk. Untuk ROA, perusahaan yang mempunyai
nilai tertinggi adalah PT Unilever Indonesia Tbk sebesar 36,84% dan yang
terendah adalah PT Ades Waters Indonesia Tbk, yaitu sebesar -55,22%. Baik
perusahaan dengan tingkat perputaran piutang dan ROA yang tertinggi
maupun yang terendah tetap sama dengan tahun 2006.
B. Statistik Deskriptif
Peneliti menggunakan metode statistik deskriptif dalam penelitian ini,
yaitu penelitian yang dilakukan untuk memperoleh gambaran yang sebenarnya
tentang kondisi perusahaan dalam analisis. Statistik deskriptif memberikan
penjelasan mengenai nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata (mean),
dan nilai standar deviasi dari variabel-variabel independen dan variabel
Tabel 4.5
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
X 99 1.7926 64.0577 10.051586 9.7683060
Y 99 -.8662 .9364 .066180 .1866976
Valid N (listwise) 99
Sumber: Data yang diolah penulis, 2009
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa ROA memiliki nilai minimum negatif.
Perputaran piutang memiliki nilai minimum positif. Sedangkan untuk nilai
maksimum dan nilai rata-rata semua positif untuk perputaran piutang da ROA.
Berikut ini adalah perincian data deskriptif yang telah diolah:
1. Variabel Perputaran Piutang memiliki nilai minimum sebesar 1,7926, nilai
maksimum sebesar 64,0577, nilai rata-rata sebesar 10,0515, dan standar
deviasi sebesar 9,7683 dengan jumlah sampel sebanyak 99.
2. Variabel ROA memiliki nilai minimum sebesar -0,8662, nilai maksimum
sebesar 0,9364, nilai rata-rata sebesar 0,0661, dan standar deviasi sebesar
0,1866 dengan jumlah sampel sebanyak 99.
C. Pengujian Asumsi Klasik
Untuk menghasilkan suatu model regresi yang baik, analisis regresi
memerlukan pengujian asumsi klasik sebelum melakukan pengujian hipotesis.
Apabila terjadi penyimpangan dalam pengujian asumsi klasik perlu dilakukan
perbaikan terlebih dahulu. Pengujian asumsi klasik yang telah dilakukan
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah variabel residual
berdistribusi normal. Uji statistik yang dapat digunakan untuk menguji
apakah residual berdistribusi normal adalah uji statistik non parametrik
Kolmogorov-Smirnov (K-S) dengan membuat hipotesis:
H0 : Data residual berdistribusi normal
H1 : Data residual tidak berdistribusi normal
Apabila nilai signifikansi lebih besar dari 0.05, maka H0 diterima
dan sebaliknya jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0.05, maka H0
ditolak atau H1 diterima.
Tabel 4.6
Hasil Uji Normalitas Sebelum Transformasi Data One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 99
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation .18328548
Most Extreme
Differences
Absolute .229
Positive .169
Negative -.229
Kolmogorov-Smirnov Z 2.282
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
Sumber: Data yang diolah penulis, 2009
Dari hasil pengolahan data tersebut, diperoleh besarnya nilai K-S
0,05, maka H0 ditolak yang berarti data residual berdistribusi tidak
normal. Data yang tidak berdistribusi normal dapat disebabkan oleh
adanya data yang outlier, yaitu data yang memiliki nilai yang sangat
menyimpang dari nilai data lainnya. Beberapa cara mengatasi data outlier
menurut Erlina (2007:106) yaitu:
a. lakukan transformasi data ke bentuk lainnya,
b. lakukan trimming, yaitu membuang data outlier,
c. lakukan winsorizing, yaitu mengubah nilai data yang outlier ke suatu
nilai tertentu.
Untuk mengubah nilai residual agar berdistribusi normal, penulis
melakukan transformasi data ke model logaritma natural (Ln) yaitu dari
persamaan ROA = f(ROA) menjadi LN_ROA = f(LN_ROA).
Transformasi data ke dalam bentuk logaritma natural menyebabkan data
yang bernilai negatif tidak dapat ditransformasi sehingga menghasilkan
missing values. Setiap data yang terdapat missing values akan dihilangkan
dan diperoleh jumlah sampel yang valid menjadi 87 pengamatan.
Kemudian data diuji ulang berdasarkan asumsi normalitas. Berikut ini
Tabel 4.7
Hasil Uji Normalitas Setelah Transformasi Dengan Logaritma Natural One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 87
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation 1.34872944
Most Extreme Differences Absolute .122
Positive .075
Negative -.122
Kolmogorov-Smirnov Z 1.140
Asymp. Sig. (2-tailed) .149
Sumber: Data yang diolah penulis, 2009
Dari hasil pengolahan data pada tabel 4.7 diperoleh besarnya nilai
K-S 1,140 dan signifikan pada 0,149. Nilai signifikan lebih besar dari 0,05,
maka H0 diterima yang berarti data residual berdistribusi normal. Setelah
data terdistribusi secara normal, maka dilajutkanlah uji asumsi klasik
lainnya. Untuk lebih jelas berikut ini dilampirkan grafik histogram dan
Gambar 4.1 Histogram Sumber: Data yang diolah penulis, 2009
Grafik histogram pada gambar 4.1 menunjukkan distribusi normal
karena grafik tidak menceng kiri maupun menceng kanan. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa model regresi telah memenuhi asumsi
normalitas. Demikian pula hasil uji normalitas dengan menggunakan
Gambar 4.2 Grafik Normal P-Plot Sumber: Data yang diolah penulis, 2009
Pada grafik normal P-Plot terlihat bahwa model regresi telah
memenuhi asumsi normalitas.
2. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah terjadi
ketidaksamaan variabel dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain
dalam model regresi. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi
heteroskedastisitas atau terjadi homoskedastisitas. Dalam model regresi
dinyatakan telah terjadi heteroskedastisitas apabila titik-titik yang ada
heteroskedastisitas apabila titik-titik yang ada tidak membentuk pola
tertentu yang teratur dan titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka
nol pada sumbu Y.
Berikut ini dilampirkan grafik scatterplot untuk menganalisis apakah
terjadi heteroskedastisitas dengan mengamati penyebaran titik-titik pada
gambar.
Gambar 4.3
Hasil Uji Heteroskedastisitas Sumber: Data yang diolah penulis, 2009
Dari grafik scatterplots terlihat bahwa titik-titik menyebar secara
sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada
model regresi sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi
ROA pada perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi dengan
variabel independen perputaran piutang.
3. Uji Autokorelasi
Pengujian autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah terdapat
korelasi antara kesalahan pengganggu pada suatu periode dengan
kesalahan pengganggu periode sebelumnya dalam model regresi.
Autokorelasi menunjukkan adanya korelasi antara kesalahan pengganggu
pada data yang tersusun, baik berupa data cross sectional dan/ atau time
series. Jika terjadi autokorelasi dalam model regresi berarti koefisien korelasi yang diperoleh menjadi tidak akurat, sehingga model regresi yang
baik adalah model regresi yang bebas dari autokorelasi.
Cara yang dapat dilakukan untuk mendeteksi ada tidaknya
autokorelasi adalah dengan melakukan pengujian Durbin Watson (DW).
Dalam model regresi tidak terjadi autokorelasi apabila nilai du<w<4-du.
Tabel 4-8 menyajikan hasil uji Durbin Watson dengan menggunakan
SPSS versi 16.
Tabel 4-8 Hasil Uji Autokorelasi
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .234a .055 .044 1.35664 1.900
Hasil uji autokorelasi di atas menunjukkan nilai statistik Durbin
Watson (Dw) sebesar 1.900, nilai ini akan kita bandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan signifikansi 5%, jumlah sampel (n) = 99, dan
jumlah variabel independen (k) = 1, maka berdasarkan tabel Durbin
Watson didapat nilai batas atas (du) sebesar 1,676 dan nilai batas bawah
(dl) sebesar 1,629. Oleh karena itu, nilai (Dw) lebih besar dari 1,676 dan
lebih kecil dari 4 – 1,676 atau dapat dinyatakan bahwa 1,676 < 1.900 < 4 –
1,676 (du < d < 4 – du). Dengan demikian dapat disimpulkan tidak
terdapat autokorelasi baik positif maupun negatif.
D. Analisis Regresi
Dari hasil pengujian asumsi klasik disimpulkan bahwa model regresi
yang dipakai dalam penelitian ini telah memenuhi model estimasi yang Best
Linear Unbiased Estimator (BLUE) dan layak dilakukan analisis regresi.
1. Persamaan Regresi
Dalam pengolahan data dengan menggunakan regresi linear,
dilakukan beberapa tahapan untuk mencari hubungan antara variabel
independen dan variabel dependen, melalui pengaruh LN_Perputaran
Piutang (X) terhadap LN_ROA (Y). Hasil regresi dapat dilihat pada tabel