SKRIPSI
PENGARUH PERPUTARAN PIUTANG DAN PERPUTARAN PERSEDIAAN TERHADAP TINGKAT PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI
OLEH INDAH ANNISA
090503184
PROGRAM STUDI S-1 AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul :
“Pengaruh Perputaran Piutang dan Perputaran Persediaan terhadap Tingkat Profitabilitas pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI”
Adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah
dimuat, dipubikasi atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi
level Program S-1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera
Utara.
Semua sumber data dan informasi yang diperoleh, telah dinyatakan dengan jelas,
benar apa adanya. Dan apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya
bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas.
Medan, Mei 2013
Yang Membuat Pernyataan
Indah Annisa
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur diucapkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat
dan petunjuk-Nya yang selalu memberikan bimbingan dan kemudahan kepada
penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh
Perputaran Piutang dan Perputaran Persediaan terhadap Tingkat Profitabilitas pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI” ini. Penulis juga mengucapkan
terima kasih terutama kepada kedua orang tua penulis Bapak Guruh Nasution, MBA
dan Ibu Esti Rahayu, SE yang telah mencurahkan seluruh kasih sayang, cinta,
pengorbanan, motivasi, serta doa kepada penulis. Penulisan skripsi ini bertujuan
untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini baik secara moril maupun materil
yaitu :
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, MEc, Ak. selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting S., S.E., M.A.F.I.S., Ak. selaku Ketua
Departemen Akuntansi dan Bapak Drs. Hotmal Jafar, Ak., M.M. selaku
Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera
3. Bapak Drs. Firman Syarif, S.E., M.Si., Ak. selaku Ketua Program Studi
Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, M.M., Ak. selaku Sekretaris Program
Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Drs. Firman Syarif, S.E., M.Si., Ak. selaku dosen pembimbing yang
telah bersedia meluangkan waktu dan memberikan bimbingan dan
pengarahan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Bapak Drs.
Rustam, M.Si., Ak. selaku dosen pembaca yang telah bersedia meluangkan
waktu dan penilaian terhadap skripsi penulis.
5. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi Departemen Akuntansi yang telah banyak
memberi ilmu pengetahuan dan nasehat pada penulis selama masa
perkuliahan.
6. Adik penulis Faisal Ramadhan dan Fauzan Ibrahim yang selalu membantu
penulis dalam do’a, dan Marwan Ilhami Akbar yang selalu memberikan
dukungan, perhatian serta do’a selama penulisan skripsi ini. Serta teman -
teman sekalian (Winda Bagus Pratiwi, Wandani Okti Khaira, Effrika Micha
Kandace, Kak Yanti Simarmata, Nollie Tanu dan Anggi Rezeki Siregar)
yang membantu penulis dalam menyelesaikan tugas ini. Kehadiran mereka
semua membuat penulis mampu menghadapi semua proses selama masa
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu
penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dalam penulisan di
masa yang akan datang. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat
bagi pembaca.
Medan, Mei 2013
Penulis,
Indah Annisa
ABSTRAK
PENGARUH PERPUTARAN PIUTANG DAN PERPUTARAN PERSEDIAAN TERHADAP TINGKAT PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari perputaran piutang dan perputaran persediaan terhadap tingkat profitabilitas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI Periode 2010-2012.
Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 20 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2012. Data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari situs www.idx.co.id. Proses analisis data yang dilakukan terlebih dahulu adalah uji asumsi klasik dan selanjutnya dilakukan dengan pengujian hipotesis. Metode statistik yang digunakan adalah regresi linier berganda.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan perputaran piutang dan perputaran persediaan berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat profitabilitas.
ABSTRACT
THE INFLUENCE OF RECEIVABLE TURNOVER AND INVENTORY TURNOVER, TOWARD PROFITABILITY OF MANUFACTURING
COMPANY THAT LISTED ON INDONESIA STOCK EXCHANGE
The purpose of this research is to know the influence of receivable turnover and inventory turnover toward profitability of manufacturing company that listed on Indonesia stock exchange from 2010-2012 period.
This research used sample of 20 companies of manufacturing company listed on Indonesia Stocks Exchange during 2010 until 2012. This research utilizes external data that taken from website www.idx.co.id. Data which have already collected are processed with classic assumption test before hypothesis test. The statistic method thats used in this research are multiple regressions analyzes.
The result of this research shows that receivable turnover and inventory turnover have significant influence toward profitability.
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
ABSTRAK ... v
ABSTRACK ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 5
1.3 Tujuan Penelitian ... 6
1.4 Manfaat Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8
2.1 Tinjauan Pustaka ... 8
2.1.1 Piutang ... 8
2.1.1.1 Pengertian Piutang ... 8
2.1.1.2 Jenis-Jenis Piutang ... 9
2.1.1.3 Metode Penghapusan Piutang ... 12
2.1.1.4 Biaya atas Piutang ... 14
2.1.1.5 Perputaran Piutang ... 15
2.1.2 Persediaan... 16
2.1.1.1 Pengertian Persediaan ... 16
2.1.1.2 Jenis-Jenis Persediaan ... 17
2.1.1.3 Metode Penilaian Persediaan ... 17
2.1.1.4 Biaya atas Persediaan ... 19
2.1.1.5 Perputaran Persediaan ... 21
2.1.3 Profitabilitas ... 22
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 23
2.3 Kerangka Konseptual ... 25
2.4 Hipotesis ... 26
BAB III METODE PENELITIAN ... 28
3.1 Jenis Penelitian ... 28
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 28
3.3 Jenis Data ... 30
3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 30
3.6 Definisi Operasional... 32
3.7 Metode Analisis Data ... 33
3.8 Jadwal Penelitian ... 39
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN ... 40
4.1 Data Penelitian ... 40
4.2 Analisis Hasil Penelitian ... 41
4.2.1 Statistik Deskriptif ... 41
4.2.2 Uji Asumsi Klasik ... 43
4.2.3 Analisis Regresi Berganda ... 54
4.2.4 Uji Hipotesis... 56
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ... 60
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 63
5.1 Kesimpulan ... 63
5.2 Saran ... 64
5.3 Keterbatasan Penelitian ... 64
DAFTAR PUSTAKA ... 66
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Hasil dari Penelitian Terdahulu... 24
Tabel 3.1 Daftar Nama Perusahaan Sampel Penelitian ... 29
Tabel 3.2 Jadwal Penelitian ... 39
Tabel 4.1 Daftar Nama Perusahaan Sampel Penelitian ... 40
Tabel 4.2 Descriptive Statistics ... 42
Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Uji Kolmogorov-Smirnov ... 45
Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolinieritas ... 49
Tabel 4.5 Hasil Uji Autokorelasi ... 53
Tabel 4.6 Uji Analisis Regresi ... 54
Tabel 4.7 Model Summaryb ... 56
Tabel 4.8 Uji Signifikan Parsial (t) ... 57
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 25
Gambar 4.1 Uji Normalitas Data – Tabel Histogram ... 46
Gambar 4.2 Uji Normalitas Data – Normal P-Plot ... 47
Gambar 4.3 Uji Heterokedastisitas ... 50
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Daftar Sampel Perusahaan……… 68
Lampiran 2 : Jadwal Penelitian ... 69
Lampiran 3 : Uji Kolmogorov Smirnov ... 69
Lampiran 4 : Uji Normalitas Data ... 70
Lampiran 5 : Uji Normalitas Data P-Plot ... 71
Lampiran 6 : Uji Multikolinieritas ... 72
Lampiran 7 : Uji Heteroskedastisitas (Sebelum Transformasi) ... 72
Lampiran 8 : Uji Heterokedastisitas (Sebelum Transformasi) ... 73
Lampiran 9 : Uji Autokorelasi ... 73
Lampiran 10 : Analisis Regresi ... 74
Lampiran 11 : Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 74
ABSTRAK
PENGARUH PERPUTARAN PIUTANG DAN PERPUTARAN PERSEDIAAN TERHADAP TINGKAT PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari perputaran piutang dan perputaran persediaan terhadap tingkat profitabilitas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI Periode 2010-2012.
Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 20 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2012. Data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari situs www.idx.co.id. Proses analisis data yang dilakukan terlebih dahulu adalah uji asumsi klasik dan selanjutnya dilakukan dengan pengujian hipotesis. Metode statistik yang digunakan adalah regresi linier berganda.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan perputaran piutang dan perputaran persediaan berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat profitabilitas.
ABSTRACT
THE INFLUENCE OF RECEIVABLE TURNOVER AND INVENTORY TURNOVER, TOWARD PROFITABILITY OF MANUFACTURING
COMPANY THAT LISTED ON INDONESIA STOCK EXCHANGE
The purpose of this research is to know the influence of receivable turnover and inventory turnover toward profitability of manufacturing company that listed on Indonesia stock exchange from 2010-2012 period.
This research used sample of 20 companies of manufacturing company listed on Indonesia Stocks Exchange during 2010 until 2012. This research utilizes external data that taken from website www.idx.co.id. Data which have already collected are processed with classic assumption test before hypothesis test. The statistic method thats used in this research are multiple regressions analyzes.
The result of this research shows that receivable turnover and inventory turnover have significant influence toward profitability.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah sekarang ini tidak
lain bertujuan untuk mempercepat laju pertumbuhan ekonomi, antara lain
diwujudkan melalui kebijakan deregulasi diberbagai bidang usaha. Dalam era
deregulasi ini, pemerintah mengurangi campur tangan secara langsung dalam
mengatur dan mengendalikan perekonomian, sifat dan dinamika dunia usaha
bersumber pada inisiatif dan kreativitas dunia usaha sendiri. Peranan mekanisme
pasar di dalam kegiatan ekonomi semakin besar, sehingga kalangan dunia usaha
dituntut untuk berpacu dalam memenangkan pasar melalui peningkatan efisiensi
dan produktivitas.
Pada umumnya tujuan suatu perusahaan ditinjau dari sudut pandang
ekonomi adalah untuk memperoleh keuntungan (Profit Oriented), menjaga
kelangsungan hidup (Going Concern), dan kesinambungan operasi perusahaan,
sehingga mampu berkembang menjadi perusahaan yang besar dan tangguh.
Kesuksesan perusahaan dalam bisnis hanya bisa dicapai melalui pengelolaan
yang baik, khususnya pengelolaan manajemen keuangan sehingga modal yang
dimiliki bisa berfungsi sebagaimana mestinya.
Kelangsungan hidup (Going Concern) perusahaan dipengaruhi oleh banyak
mendasar dari operasi perusahaan adalah memperoleh laba yang optimal.
Profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba
selama periode tertentu. Alat yang umum digunakan untuk mengevaluasi
profitabilitas dihubungkan dengan penjualan yaitu laporan laba rugi dimana
setiap posnya dinyatakan dalam persentase penjualan. Dalam usaha memperoleh
keuntungan yang maksimal perusahaan dihadapkan pada masalah pengelolaan
modal kerja. Modal kerja pada perusahan dapat berupa investasi dalam bentuk
piutang dan persediaan.
Brigham (2001:107) mengemukakan bahwa “profitabilitas akan
menunjukan kombinasi efek dari likuiditas, manajemen aktiva, dan utang
hasil-hasil operasi”. Pentingnya profitabilitas dapat dilihat dengan mempertimbangkan
dampak dari ketidakmampuan perusahaan mendapatkan laba yang maksimal
untuk mendukung kegiatan operasionalnya.
Ada beberapa ukuran yang dipakai untuk melihat kondisi profitabilitas suatu
perusahaan, antara lain Profit Margin, ROA, ROE, dan lain-lain. Dalam
penelitian ini peneliti akan menggunakan tingkat pengembalian asset (Return On
Assets). Rasio ini mengukur tingkat pengembalian total aktiva setelah beban
bunga dan pajak (Brigham, 2001 :109). Rasio ini diukur dengan
membandingkan antara laba bersih terhadap total aktiva. Semakin tinggi
perbandingan laba bersih terhadap total aktiva maka akan semakin baik bagi
Persediaan merupakan unsur dari aktiva lancar yang merupakan unsur yang
aktif dalam operasi perusahaan yang secara terus menerus diperoleh, diubah dan
kemudian dijual kepada konsumen. Untuk mempercepat pengembalian kas
melalui penjualan maka diperlukan suatu perputaran persediaan yang baik. Pada
prinsipnya perputaran persediaan mempermudah atau memperlancar jalannnya
operasi perusahaan yang harus dilakukan secara berturut-turut untuk
memproduksi barang-barang serta mendistribusikannnya kepada pelanggan.
Semakin tinggi perputaran persediaan barang, maka semakin tinggi biaya yang
dapat ditekan sehingga semakin besar perolehan laba suatu perusahaan.
Sebaliknya, jika semakin lambat perputaran persediaan barang, semakin kecil
pula laba yang diperolehnya.
Dengan adanya pengelolaan perputaran persediaan yang baik, perusahaan
dapat segera mengubah persediaan yang tersimpan menjadi laba melalui
penjualan. Penjualan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara tunai maupun
secara kredit. Piutang timbul karena adanya transaksi penjualan barang atau jasa
secara kredit. Untuk menghasilkan laba yang lebih optimal maka perlu dilakukan
perputaran piutang. Perputaran piutang ini harus dikelola dengan baik karena
menyangkut dengan laba yang akan diperoleh perusahaan, sehingga disini
manajemen harus dilaksanakan agar kebijaksanaan kredit mencapai optimal.
Perputaran piutang adalah rasio yang memperlihatkan lamanya untuk mengubah
piutang menjadi kas. Putaran piutang dihitung dengan membagi penjualan kredit
menjumlahkan saldo awal dan saldo akhir dan kemudian membaginya menjadi
dua. Piutang termasuk dalam golongan aktiva lancar.
Semakin tingginya tingkat perputaran persediaan menyebabkan perusahaan
semakin cepat dalam melakukan penjualan barang dagang sehingga akan
memperbesar perputaran piutang yang akan menghasilkan laba, laba operasi dan
pada akhirnya juga akan meningkatkan laba bersih. Laba bersih
mengindikasikan profitabilitas perusahaan. Laba bersih mencerminkan
pengembalian kepada pemegang ekuitas untuk periode bersangkutan. Laba
perusahaan yang tinggi belum tentu menunjukan profitabilitas yang tinggi, akan
tetapi profitabilitas yang tinggi sudah dapat dipastikan bahwa laba yang
dihasilkan tinggi. Bagi perusahaan pada umumnya masalah profitabilitas lebih
penting daripada laba karena efisiensi baru dapat diketahui dengan
membandingkan laba yang diperoleh dengan modal sendiri dan modal asing
yang digunakan untuk menghasilkan laba dengan demikian tingkat profitabilitas
memegang peranan yang penting dan perputaran persediaan dan perputaran
piutang yang cepat diharapkan dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan.
Beberapa penelitian mengenai pengaruh perputaran piutang dan persediaan
terhadap profitabilitas juga telah dilakukan, tetapi terdapat perbedaan pada hasil
penelitian tersebut. Ellys (2009) telah melakukan penelitian dengan judul
“Pengaruh Perputaran Persediaan Terhadap Profitabilitas pada Perusahaan
Otomotif yang Terdaftar di BEI” menunjukkan bahwa perputaran persediaan
Seprina Ruleta (2008) telah melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh
Tingkat Perputaran Piutang Terhadap
Profitabilitas Pada Pt Gresik Cipta Sejahtera Cabang Medan”, Penelitian ini
menyimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara tingkat
perputaran piutang dengan tingkat profitabilitas perusahaan. Namun, penelitian
yang dilakukan oleh Ratih Anugrah (2011) dengan judul “Analisis Perputaran
Persediaan dan Perputaran Piutang Terhadap Profitabilitas Pada PT Indofood
Sukses Makmur Tbk” menunjukkan bahwa tingkat perputaran piutang dan
tingkat perputaran persediaan berpengaruh secara signifikan terhadap
profitabilitas perusahaan.
Skripsi ini merupakan replikasi dari penelitian terdahulu, peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian ulang dikarenakan terdapat perbedaan dari hasil
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dengan menggunakan
perusahaan-perusahaan manufaktur di BEI sebagai objek penelitian. Berdasarkan uraian
diatas, maka peneliti melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Tingkat
Perputaran Piutang dan Perputaran Persediaan terhadap Tingkat Profitabilitas
pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka perumusan
1. Apakah tingkat perputaran piutang berpengaruh terhadap tingkat
profitabilitas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia ?
2. Apakah tingkat perputaran persediaan berpengaruh terhadap tingkat
profitabilitas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia ?
3. Apakah tingkat perputaran piutang dan tingkat perputaran persediaan secara
simultan berpengaruh terhadap tingkat profitabilitas pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah perputaran
piutang dan perputaran persediaan memiliki pengaruh terhadap tingkat
profitabilitas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
sebagai berikut :
1. Bagi peneliti, diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
khususnya mengenai perputaran piutang dan perputaran persediaan terhadap
tingkat profitabilitas.
2. Bagi pihak yang berkepentingan, hasil penelitian ini diharapkan mampu
memberikan sumbangan informasi serta sebagai bahan masukan dan
referensi.
3. Bagi pihak lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi
untuk penelitian selanjutnya, agar diperoleh hasil penelitian yang lebih baik
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Piutang
2.1.1.1 Pengertian Piutang
Dengan adanya penjualan kredit maka timbul piutang.
Penjualan kredit merupakan salah satu cara untuk membantu
perusahaan meningkatkan penjualan. Menurut Soemarsono (2004 :
338) “Piutang didefenisikan sebagai hak klaim terhadap seseorang
atau perusahaan lain. Dengan adanya hak klaim ini perusahaan
dapat menuntut pembayaran dalam bentuk uang atau penyerahan
aktiva atau jasa lain kepada pihak dan kepada siapa dia berhutang”.
Menurut Warren (2005 : 392) “Piutang (receivables) meliputi
semua klaim dalam bentuk uang terhadap pihak lainnya, termasuk
individu, perusahaan, atau organisasi lainnya”. Transaksi paling
umum yang menyebabkan munculnya piutang adalah penjualan
barang dagang atau jasa secara kredit.
Menurut Smith (2005 : 286) ”Piutang dapat didefenisikan
dalam arti luas sebagai hak atau klaim atas uang, barang dan jasa.
Namun untuk tujuan akuntansi, istilah ini umumnya diterapkan
penerimaan kas”. Selain itu juga menurut Smith (2005 : 286)
“Setiap penjualan yang terjadi secara kredit, maka secara langsung
akan menyebabkan munculnya piutang bagi perusahaan”.
2.1.1.2 Jenis - Jenis Piutang
Sebelum suatu transaksi penjualan dilakukan, biasanya
terlebih dahulu ada kesepakatan mengenai cara pembayaran
transaksi tersebut apakah secara tunai atau kredit. Apabila
pembayaran dilakukan secara tunai maka perusahaan akan
langsung menerima kas. Namun apabila pembayaran dilakukan
secara kredit maka perusahaan akan menerima piutang.
Pengklasifikasian piutang dilakukan untuk memudahkan
pencatatan transaksi yang mempengaruhinya. Ikatan Akuntan
Indonesia (IAI) (2007 : 451) mengemukakan bahwa “menurut
sumber terjadinya, piutang digolongkan ke dalam dua (2) kategori
yaitu: piutang usaha dan piutang lain-lain”. Piutang usaha timbul
karena penjualan produk atau jasa dalam rangka kegiatan normal
usaha, sementara piutang yang timbul di luar kegiatan normal
usaha digolongkan sebagai piutang lain-lain.
Berikut adalah pengelompokan piutang secara umum:
1. Piutang Dagang
Piutang dagang merupakan jumlah tagihan perusahaan kepada
pelanggan yang berasal dari penjualan barang dan jasa yang
merupakan kegiatan usaha normal perusahaan. Piutang dagang
merupakan tipe piutang yang paling lazim ditemukan dan
umumnya mempunyai jumlah yang paling besar. Piutang ini
dapat dibagi menjadi piutang usaha dan wesel tagih.
• Piutang Usaha (Account Receivable)
Piutang usaha yang berasal dari penjualan kredit jangka
pendek dan biasanya dapat ditagih dalam waktu 30 sampai
60 hari. Biasanya piutang usaha tidak melibatkan bungan,
meskipun pembayaran bunga atau biaya jasa dapat saja
ditambahkan bilamana pembayarannya tidak dilakukan
dalam periode tertentu.
• Wesel Tagih (Notes Receivable)
Wesel tagih adalah janji tertulis untuk membayar sejumlah
uang tertentu pada tanggal tertentu di amsa depan. Wesel
tagih dapat berasal dari penjualan, pembayaran atau
ataupun jangka panjang. Wesel tagih dapat digolongkan
menjadi dua jenis, yaitu :
1. Wesel Tagih Berbunga (Interest Bearing Notes). Wesel
tagih berbunga ditulis sebagai perjanjian untuk
membayar pokok atau jumlah nominal dan ditambah
dengan bunga yang terhutang pada tingkat khusus.
2. Wesel Tagih Tanpa Bunga (Non-Interest Bearing
Notes). Pada wesel tagih tanpa bunga tidak
dicantumkan persen bunga, tetapi jumlah nominalnya
meliputi beban bunga.
2. Piutang Lain-lain
Piutang lain-lain merupakan tagihan perusahaan kepada
pelanggan atau pihak lain akibat dari transaksi yang secara
tidak langsung berhubungan dengan kegiatan normal usaha
perusahaan. Piutang lain-lain meliputi piutang pegawai,
piutang dari perusahaan afiliasi, piutang dividen, piutang
2.1.1.3Metode Penghapusan Piutang
Penyisihan piutang tak tertagih merupakan pembebanan
kemungkinan rugi karena tidak tertagihnya piutang. Jumlah yang
tercantum di dalamnya merupakan suatu taksiran. Dari cara
perhitungan yang telah dibicarakan terlihat bahwa nama nama
pelanggan tidak dapat diidentifikasi, maka penyisihan piutang tak
tertagih dicatat dalam akun terpisah. Dengan cara ini rincian
piutang menurut nama debitur berdasarkan jumlah brutonya masih
dapat dibuat. Adakalanya telah dapat dipastikan bahwa piutang
kepada seseorang pelanggan tertentu tidak akan dapat ditagih.
Misalnya karena pelanggan yang bersangkutan telah dinyatakan
pailit, bangkrut atau lari ke luar negeri. Terhadap piutang yang
demikian, harus dihapuskan. Penghapusan piutang berbeda dengan
penyisihan piutang tak tertagih. Dalam penghapusan piutang, saldo
piutang kepada pelanggan tertentu dikeluarkan dari catatan
perusahaan. Dengan penghapusan piutang tersebut, nama dan saldo
piutang pelanggan yang bersangkutan tidak akan muncul lagi
dalam rincian piutang. Piutang dagang harus dilaporkan sebesar
nilai realisasi bersihnya, yaitu : piutang usaha dikurangi piutang
yang tak tertagih.
Metode pencatatan transaksi terhadap piutang tak tertagih
“ pencatatan transaksi terhadap piutang tak tertagih memiliki dua pilihan metode yaitu :
1. Metode Langsung (Direct Method)
Metode langsung mengakui beban piutang tak tertagih pada saat terjadinya, sehingga mungkin saja jumlah besar piutang tak tertagih menyebabkan penurunan laba bersih yang sinifikan pada saat periode tertentu. Menurut metode penghapusan langsung, ketika keterangan laporan dianggap tidak tertagih, kerugian dijurnal ke akun “bad debt expense” atau “uncollectible expense”. Perusahaan memilih metode ini karenamenggambarkan benar kapan piutang benar-benar tidak dapat tertagih. Namun kerugiannya, laporan laba/rugi bersih menjadi terganggu apabila jumlah beban tak tertagih dilaporkan dalam mjumlah besar. Gangguan atas laporan laba/rugi bersih tersebut dapat mempengaruhi keputusan para pengguna. Guna menyiasati agar laporan laba/rugi tidak terganggu, beberapa perusahaan mencadangkan piutang tak tertagih meskipun belum benar-benar tidak tertagih sebagaimana dinyatakan dalam metode penyisihan.
2. Metode Penyisihan
Metode penyisihan mengakui beban penyisihan piutang tak tertagih setiap akhir periode agar tidak mengganggu laba bersih secara signifikan. Metode penyisihan menuntut perusahaan menghitung jumlah kemungkinan piutang tak tertagih pada setiap akhir periode. Hal ini menyediakan laporan piutang yang seolah menjamin berapa kas yang dapat diterima dari piutang yang dilaporkan. Metode penyisihan memiliki 3 hal yang harus diperhatikan:
1. Piutang tak tertagih adalah perkiraan. Perkiraan ini dianggap sebagai beban dikaitkan dengan penjualan pada periode akuntansi yang sama ketika penjualan tersebut terjadi sesuai prinsip perbandingan.
2. Perkiraan piutang tak tertagih mendebet “account expense” dan mengkredit “allowance for doubtful account” . jurnal ini menjadi ayat jurnal penyesuaian dalam akhir setiap periode dan akun “allowance for doubtful account” dilaporkan di laporan neraca menjadi kontra akun dari akun “account receivable”. Dengan demikian saldo normal perkiraan “allowance for doubtful account”
adalah kredit.
2.1.1.4 Biaya Atas Piutang
Dengan dilaksanakannya penjualan secara kredit yang
kemudian menimbulkan piutang maka perusahaan sebenarnya tidak
terlepas dari penanggungan risiko, berupa biaya. Biaya yang timbul
akibat dari adanya piutang adalah :
1. Biaya penghapusan piutang
Biaya penghapusan piutang/piutang ragu-ragu (bad debt
receivables) terhadap tidak tertagihnya sejumlah tertentu dari
piutang akan dimasukkan sebagai biaya bad debt atau piutang
ragu-ragu yang nantinya akan diadakan penghapusan piutang.
Oleh karena itu perlu diperhitungkan pada setiap periode.
2. Biaya pengumpulan piutang
Dengan adanya piutang maka timbul kegiatan penagihan
piutang yang akan mengeluarkan biaya disebut sebagai biaya
pengumpulan piutang
3. Biaya administrasi
Terhadap piutang diperlukan kegiatan administrasi yang akan
mengeluarkan biaya.
4. Biaya sumber dana
Dengan terjadinya piutang maka diperlukan dana dari dalam
maupun dari luar perusahaan untuk menjaganya. Dana tersebut
2.1.1.5 Perputaran Piutang
Perputaran piutang adalah rasio yang memperlihatkan lamanya waktu untuk mengubah piutang menjadi kas. Perputaran Piutang
merupakan rasio perbandingan antara jumlah penjualan neto kredit
dengan rata-rata piutang yang dinilai dengan menjumlahkan nilai
piutang di awal periode dengan di akhir periode kemudian dibagi
dua.
Perputaran piutang ini menunjukkan berapa kali sejumlah
modal yang tertanam dalam piutang yang berasal dari penjualan
kredit berputar dalam satu periode. Dengan kata lain, rasio
perputaran piutang bisa diartikan berapa kali suatu perusahaan
dalam setahun mampu “membalikkan” atau menerima kembali kas
dari piutangnya.
Tingkat perputaran piutang ini banyak dipengaruhi oleh
kebijakan perusahaan dalam menetapkan jumlah dan lamanya
piutang yang akan diberikan kepada pelanggan. Oleh karena itu,
suatu sistem pengelolaan dan pengawasan terhadap piutang
sangatlah penting, karena tanpa dilakukannya pengawasan, piutang
mengakibatkan arus kas akan menurun, dan piutang tak tertagih
akan menutupi laba dari penjualan.
2.1.2 Persediaan
2.1.2.1 Pengertian Persediaan
Pengertian persedian menurut Warren (2005 : 440)
adalah sebagai berikut, “Persediaan digunakan untuk
mengindikasikan : (1) Barang dagangan yang disimpan
untuk kemudian dijual dalam operasi bisnis perusahaan, dan
(2) Bahan yang digunakan dalam proses produksi atau yang
disimpan untuk tujuan itu.”
Ikatan Akuntan Indonesia (2007) menyatakan bahwa
“Persediaan adalah aset yang :
• Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal;
• Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan; atau
• Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies)
untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian
jasa”.
Skousen dan Stice (2004 : 654) mengatakan bahwa :
”Persediaan (atau persediaan barang dagangan) secara
perusahaan dagang, baik berupa usaha grosir maupun retail,
ketika barang-barang tersebut telah dibeli dan ada kondisi
siap dijual’’. Bahan baku (Raw Material), Barang Dalam
Proses (Work in Process), dan Barang Jadi (Finished Good)
untuk dijual ditujukan untuk persediaan di perusahaan
manufaktur.
2.1.2.2Jenis-Jenis Persediaan
Ada beberapa jenis di dalam persediaan, jenis-jenis persediaan
menurut Rangkuti (2004 : 7) adalah sebagai berikut “Jenis-jenis
persediaan menurut fungsinya adalah :
1. Batch Stock / Lot Size Inventory
Persediaan yang diadakan karena kita membeli atau membuat bahan-bahan atau barang-barang dalam jumlah yang lebih besar daripada jumlah yang dibutuhkan saat itu. Keuntungannnya : a. Potongan harga pada pembelian
b. Efisiensi produksi
c. Penghematan biaya angkutan 2. Anticipation Stock
Persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diramalkan, berdasarkan pola musiman terdapat dalam satu tahun dan untuk menghadapi penggunaan, penjualan atau permintaan yang meningkat.
3. Fluctuation Stock
2.1.2.3Metode Penilaian Persediaan
Setelah dijelaskan tipe-tipe dan jenis-jenis persediaan maka
akan dijelaskan metode-metode penilaian persediaan menurut
Stice, et al (2004 : 667) yaitu,
“Metode-metode penilaian persediaan yang paling umum adalah : 1. Identifikasi khusus (Spesific Identification)
Biaya dapat dialokasikan ke barang yang terjual selama periode berjalan dan ke barang yang ada di tangan pada akhir periode berdasarkan biaya aktual dari unit tersebut. Metode identifikasi khusus memerlukan suatu cara untuk mengidentifikasikan biaya historis dari unit persediaan. Dengan identifikasi khusus, arus biaya yang dicatat disesuaikan dengan arus fisik barang. Dari sudut pandang teoritis, metode identifikasi khusus sangat menarik, khususnya ketika setiap unsur persediaan unik dan memiliki biaya yang tinggi. Namun ketika persediaan terdiri dari berbagai unsur atau unsur-unsur identik yang dibeli pada saat berlainan dengan harga yang berbeda, maka idntifikasi khusus akan menjadi lamban, membebani dan memakan biaya.
2. Biaya rata-rata (Average Weight)
Metode biaya rata-rata membebankan biaya rata-rata yang sama ke setiap unit. Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa barang yang terjual seharusnya dibebankan dengan biaya rata-rata, yaitu rata-rata tertimbang dari jumlah unit yang dibeli pada tiap harga. Metode biaya rata-rata biaya dapat dianggap sebagai metode realistis dan paralel dengan arus fisik barang, khususnya ketika ada pencampuran dari unit persediaan yang identik. Tidak seperti metode persediaan yang lain, pendekatan metode biaya rata-rata memberikan nilai yang sama untuk unsure serupa dengan penggunaan yang sama. Metode ini tidak memperbolehkan manipulasi keuntungan. Tetapi keterbatasan dari metode biaya rata-rata ini adalah bahwa nilai persediaan dapat tertinggal secara signifikan terhadap harga dalam periode dimana terdapat kenaikan atau penurunan haga yang cepat. 3. Metode masuk pertama, keluar pertama (FIFO)
arus biaya yang mendekati paralel dengan arus fisik barang dari barang yang terjual. FIFO memberikan kesempatan kecil untuk memanipulasi keuntungan karena pembebanan biaya ditentukan oleh urutan terjadinya biaya. Selain itu, dalam FIFO, unit yang tersisa pada persediaan akhir adalah unit yang paling akhir dibeli, sehingga biaya yang dilaporkan akan mendekati atau sama dengan biaya penggantian diakhir periode (End Of Period Replacement Cost).
4. Metode masuk akhir, keluar pertama (LIFO)
Metode LIFO didasarkan pada asumsi bahwa barang yang paling terkahir barulah yang terjual. LIFO menghasilkan nilai lama dalam neraca dan dapat memberikan angka. Harga pokok penjualan yang aneh ketika tingkat persediaan menurun. Namun LIFO adalah metode yang paling baik dalam pengaitan biaya persediaan saat ini dengan pendapatan saat ini.”
Selain metode penilaian persediaan diatas, ada metode
penilaian persediaan yang lainnya menurut Waren et al (2005 :
456) yaitu :
1. Penilaian pada mana yang lebih rendah antara harga pokok atau harga pasar.
Metode ini digunakan untuk menilai persediaan. Harga pasar yang digunakan adalah LCM (Lower cost or market method) adalah biaya untuk mengganti barang dagang pada tanggal persediaan. Nilai pasar ini didasarkan pada jumlah yang biasanya dibeli dari sumber pemasok yang biasa. Dalam menerapkan metode LCM, biaya dan biaya penggantian dapat ditentukan dengan salah satu dari tiga cara berikut. Biaya dan biaya penggantian (Replacement cost) dapat ditentukan untuk : a. Setiap jenis barang dalam persediaan
b. Kelas atau kategori utama persediaan c. Persediaan secara keseluruhan
2. Penilaian pada nilai realisasi bersih
2.1.2.4Biaya Atas Persediaan
Menurut Yamit (2005 : 9), biaya-biaya yang timbul dalam
persediaan antara lain :
1. Biaya pembelian (Purchase Cost)
Harga per unit apabila item dibeli dari pihak luar, atau biaya produksi per unit apabila diproduksi dalam perusahaan. Biaya per unit akan selalu menjadi bagian dari biaya item dalam persediaan. Untuk pembelian item dari luar, biaya per unit adalah harga beli ditambah biaya pengangkutan. Sedangkan untuk item yang diproduksi di dalam perusahaan, biaya per unit adalah termasuk biaya tenaga kerja, bahan baku dan biaya overhead pabrik.
2. Biaya pemesanan (Order Cost/Set Up Cost)
Biaya yang berasal dari pembelian pesanan dari supplier atau biaya persiapan (Set Up Cost) apabila item diproduksi di dalam perusahaan. Biaya ini diasumsikan tidak akan berubah secara langsung dengan jumlah pemesanan. Biaya pemesanan dapat berupa biaya membuat daftar permintan, menganalisis supplier, membuat pesanan pembelian, peneriman bahan, inspeksi bahan, dan pelaksanaan proses transaksi. Sedangkan biaya persiapan dapat berupa biaya yang dikeluarkan akibat perubahan proses produksi, pembuatan skedul kerja, persiapan sebelum produksi, dan pengecekan kualitas.
3. Biaya simpan (Carrying Cost/Holding Cost)
Biaya yang dikeluarkan atas investasi dalam persediaan dan pemeliharaan maupun investasi sarana fisik untuk menyimpan persediaan. Biaya simpan dapat berupa : biaya modal, pajak, asuransi, pemindahan persediaan, keusangan dan semua biaya yang dikeluarkan untuk memelihara persediaan.
4. Biaya kekurangan persediaan
mengganti dengan item lain atau membatalkan pengiriman. Dalam situasi sepeti ini bukan kerugian penjualan yang terjadi tetapi penundaan dalam pengiriman. Untuk mengatasi masalah ini secara khusus, perusahaan melakukan pembelian darurat atas item tersebut dan perusahaan akan menanggung biaya tambahan (Extra Cost) untuk pesanan khusus dapat berupa biaya pengiriman secara cepat, dan tambahan biaya pengepakan”.
Para pemilik dan manajer berusaha keras untuk membuat
persediaan barang-barangnya terjual secepat mungkin karena
barang-barang yang tidak terjual akan mengurangi laba. Makin
cepat penjualan yang terjadi maka makin tinggi labanya, yang
berarti perusahaan mendapat tambahan aliran kas. Makin lambat
penjualannya, maka makin rendah labanya. Idealnya suatu usaha
dapat beroperasi tanpa adanya simpanan persediaan. Walaupun
demikian, kebanyakan perusahaan harus mempunyai persediaan
barang untuk pelanggannya.
2.1.2.5 Perputaran Persediaan
Untuk mempercepat pengembalian kas melalui penjualan maka
diperlukan suatu perputaran persediaan yang baik. Pada prinsipnya
perputaran persediaan mempermudah atau memperlancar jalannnya
operasi perusahaan yang harus dilakukan secara berturut-turut
untuk memproduksi barang-barang serta mendistribusikannnya
Besarnya hasil perhitungan perputaran persediaan menunjukan
tingkat kecepatan perputaran persediaan menjadi kas atau piutang
dagang. Tingkat perputaran persediaan menunjukan berapa kali
persediaan tersebut ganti dalam arti dibeli dan dijual kembali.
Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan tersebut maka jumlah
modal kerja yang dibutuhkan semakin rendah
Definisi perputaran persediaan menurut Warren et al (2005 :
462) adalah sebagai berikut : “Perputaran persediaan (Inventory
Turnover) adalah suatu alat untuk mengukur hubungan antara
volume barang dagang yang dijual dengan jumlah persediaan yang
dimiliki selama periode berjalan.” Perputaran persediaan dapat
diukur dengan rumus sebagai berikut :
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa tingkat
perputaran persediaan mengukur kemampuan perusahaan dalam
melakukan perputaran barang dagangannya dan menunjukkan
hubungan antara barang yang diperlukan untuk menunjang atau
mengimbangi tingkat penjualan yang telah ditentukan, serta
efisiensi persediaan dapat dilihat dari tingkat perputaran
persediaan. Perputaran persediaan merupakan salah satu ukuran
lancar. Semakin cepat perputaran persediaan maka akan semakin
efisien penggunaan persediaan dalam suatu perusahaan.
2.1.3 Profitabilitas
Pengertian laba atau profit merupakan indikasi kesuksesan suatu badan
usaha. Oleh karena itu memperoleh laba adalah tujuan utama dari setiap
badan usaha dalam hal ini adalah perusahaan.
Pengertian profitabilitas menurut Munawir (2003; 64) adalah sebagai
berikut : “Merupakan rasio keberhasilan suatu perusahaan dalam
menggunakan kekayaan secara produktif, sehingga menghasilkan
keuntungan atau laba yang memuaskan.”
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba
dan dapat diukur dalam rasio. Rasio profitabilitas merupakan salah satu
bagian dari analisis laporan keuangan. Rasio profitabilitas ini juga dikenal
dengan rasio rentabilitas. Rasio profitabilitas adalah rasio yang digunakan
untuk mengukur efektivitas manajemen perusahaan secara keseluruhan,
yang ditunjukkan dengan besarnya laba yang diperoleh perusahaan dan
dinyatakan dalam bentuk persentase. Atau dengan kata lain menunjukkan
bagaimana kemampuan perusahaan tersebut dengan seluruh sumber daya
yang dimiliki seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan,
dan sebagainya untuk menghasilkan laba atau profit selama periode
Ada beberapa rasio yang biasa digunakan dalam mengukur besarnya
profitabilitas. Dalam penelitian ini digunakan Return On Assets (ROA).
Rasio ROA merupakan kemampuan untuk menghasilkan laba dari total
aktiva yang dimiliki oleh perusahaan pada satu periode tertentu. Rasio ini
diperoleh dengan cara membagi laba sebelum bunga dan pajak (EBIT)
dengan total aktiva perusahaan.
Warren (2005:16) mengemukakan bahwa analisis profitabilitas
merupakan evaluasi atas tingkat pengembalian investasi perusahaan.
Analisis ini berfokus pada sumber daya perusahaan dan tingkat
profitabilitasnya, dan melibatkan identifikasi dan pengukuran dampak
berbagai pemicu profitabilitas.
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Hasil dari penelitian terdahulu yang berkaitan dengan perputaran piutang,
perputaran persediaan serta hubungan nya dengan tingkat profitabilitas adalah
Tabel 2.1
Hasil dari Penelitian Terdahulu
No Tahun Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian
1 2009 Ellys Pengaruh Perputaran
Persediaan Terhadap
Profitabilitas pada
Perusahaan Otomotif
yang Terdaftar di BEI
perputaran persediaan
tidak mempunyai
pengaruh yang
signifikan terhadap
tingkat profitabilitas
2 2008 Seprina Ruleta Pengaruh Tingkat
Perputaran Piutang
Terhadap
Profitabilitas Pada PT
Gresik Cipta Sejahtera
Cabang Medan
tidak terdapat pengaruh
yang signifikan antara
tingkat perputaran
piutang dengan tingkat
profitabilitas
perusahaan
3 2011 Ratih Anugrah Analisis Perputaran
Persediaan dan
Perputaran Piutang
Terhadap
Profitabilitas Pada PT
Indofood Sukses
Makmur Tbk
tingkat perputaran
piutang dan tingkat
perputaran persediaan
berpengaruh secara
signifikan terhadap
profitabilitas
perusahaan
2.3 Kerangka Konseptual
Seperti yang telah diuraikan didalam latar belakang, tinjauan pustaka dan
tinjauan penelitian terdahulu diatas, maka bentuk kerangka konseptual nya
adalah sebagai berikut :
H1
H2
[image:40.610.100.519.217.391.2]H3
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Sumber : Diolah Peneliti, 2013
Perputaran piutang yang tinggi berarti terjadi cepatnya pengembalian dana
yang tertanam dalam piutang menjadi kas kembali. Pelunasan piutang menjadi
kas kembali tersebut dapat digunakan lagi untuk penjualan kredit atau pemberian
pinjaman kembali. Dengan demikian pada perputaran piutang yang tinggi, satu
sisi akan menghasilkan jasa pinjaman atau laba dalam jumlah yang banyak.
Sedangkan pada sisi lain adalah meminimalkan biaya. Besarnya laba yang
diperoleh akan meningkatkan tingkat pengembalian asset yang diperoleh
perusahan. Semakin besar tingkat pengembalian asset (Return On Asset) yang Perputaran Piutang
Perputaran Persediaan
Tingkat
diperoleh perusahaan merupakan suatu indikasi bahwa profitabilitas perusahaan
menunjukkan kondisi yang baik.
Perputaran persediaan menunjukkan kecepatan kembalinya dana yang
tertanam pada persediaan. Pada tingkat perputaran persediaan yang tinggi berarti
terjadi peningkatan penjualan barang dagangan. Dengan demikian resiko serta
beberapa biaya yang berkenaan dengan persediaan akan dapat diminimalkan,
misalnya biaya penyimpanan, biaya pemeliharaan serta resiko kerusakan.
Makin tinggi perputaran persediaan maka makin cepat kembalinya dana
yang tertanam pada persediaan tersebut. Akibatnya, laba yang diterima akan
menjadi banyak jumlahnya. Banyaknya laba yang diterima ini akan menaikkan
tingkat ROA dan menunjukkan tingkat profitabilitas yang baik bagi perusahaan.
2.4 Hipotesis
Hipotesis adalah dugaan atau jawaban sementara dari suatu penelitian untuk
memudahkan peneliti dalam menganalisis penelitian yang masih harus diuji
kebenaran nya lebih lanjut. Maka dalam penelitian ini, peneliti merumuskan
hipotesis sebagai berikut :
H1 : Perputaran piutang memiliki pengaruh terhadap tingkat profitabilitas pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
H2 : Perputaran persediaan memiliki pengaruh terhadap tingkat profitabilitas
H3 : Perputaran piutang dan perputaran persediaan secara simultan memiliki
pengaruh terhadap tingkat profitabilitas pada perusahaan manufaktur yang
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain kausal.
Sugiyono (2007 : 30) dalam pengertian nya, desain kausal adalah “penelitian
yang bertujuan menganalisis hubungan sebab akibat antara variabel independen
(variabel yang mempengaruhi) dan variabel dependen (variabel yang
dipengaruhi).” Pengujian ini meneliti pengaruh perputaran piutang dan
perputaran persediaan terhadap tingkat profitabilitas.
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2007 : 72).
Populasi dalam penelitian ini adalah laporan keuangan tahunan
perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang seluruhnya
berjumlah 20 perusahaan dengan data amatan yang berjumlah 40 laporan
keuangan tahunan dimulai dari tahun 2010-2012 yang diperoleh dari situs
Sampel adalah bagian dari populasi yang digunakan untuk memperkirakan
karakteristik populasi. Pengambilan Sampel dalam penelitian ini menggunakan
teknik sensus artinya bahwa seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI
dan diklasifikasikan sebagai perusahaan manufaktur selama tahun pengamatan
2010-2012 dijadikan sebagai sampel. Sampel yang digunakan dalam penelitian
ini dipilih berdasarkan kriteria sebagai berikut :
• Perusahaan tidak didelisting selama periode penelitian.
• Perusahaan tersebut memiliki laporan keuangan yang lengkap dan audited
selama tahun 2010-20012.
• Data yang dimiliki perusahaan lengkap dan sesuai dengan variabel yang
diteliti.
Berdasarkan kriteria tersebut maka sampel yang digunakan berjumlah 20
perusahaan yang memenuhi ketiga kriteria penelitian. Daftar
[image:44.610.102.539.569.699.2]perusahaan-perusahaan yang menjadi sampel penelitian adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1
Daftar Nama Perusahaan Sampel Penilitian
No. Nama Perusahaan Kode Perusahaan
1 PT. Indocement Tunggal Perkasa Tbk INTP
2 PT. Holcim Indonesia Tbk SMCB
3 PT. Semen Indonesia Tbk SMGR
Sumber : idx, 2013
3.3 Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan
merupakan data sekunder, yaitu data atau informasi yang telah diolah yang
diperoleh dari laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia pada periode 2010-2012.
5 PT. Pelat Timah Nusantara Tbk NIKL
6 PT. Titan Kimia Nusantara Tbk FPNI
7 PT. Champion Pasific Indonesia Tbk IGAR
8 PT. Astra Internasional Tbk ASII
9 PT. Astra Auto Part Tbk AUTO
10 PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk ICBP
11 PT. Indofood Sukses Makmur Tbk INDF
12 PT. Multi Bintang Indonesia Tbk MLBI
13 PT. Nippon Indosari Corporindo Tbk ROTI
14 PT. Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk HMSP
15 PT. Kimia Farma Tbk KAEF
16 PT. Indo Farma Tbk INAF
17 PT. Merck Tbk MERK
18 PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk SQBI
19 PT. Mandom Indonesia Tbk TCID
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan studi dokumentasi
yaitu dengan mempelajari, mengklasifikasikan, dan menganalisis data sekunder
berupa catatan-catatan laporan keuangan maupun informasi lainnya yang terkait
dengan lingkup penelitian ini. Data penelitian ini diperoleh dari situs BEI yaitu
3.5 Identifikasi Variabel Penelitian
Berdasarkan hipotesis yang telah diungkapkan sebelumnya, didalam
penelitian ini terdapat 2 variabel yang memiliki hubungan sebab akibat, yang
dapat dikelompokkan menjadi 2 bagian, yaitu :
1. Variabel Bebas (X) atau Independent Variable
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel tidak bebas.
Dalam penelitian ini variabel bebas nya adalah perputaran piutang dan
perputaran persediaan.
2. Variabel Terikat (Y) atau Dependent variable
Variabel tidak bebas atau variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi
oleh variabel bebas. Dalam penelitian ini variabel tidak bebasnya adalah
tingkat profitabilitas. Tingkat profitabilitas dihitung dengan tingkat
3.6 Definisi Operasional
1. Perputaran Piutang
Perputaran piutang menentukan kelancaran piutang bersirkulasi dalam satu
periode yang mengindikasikan lancarnya aktivitas penjualan dari perusahaan.
Dimana perputaran piutang dapat dihitung dengan rumus :
2. Perputaran Persediaan
Perputaran persediaan (inventory turnover) mengukur hubungan antara
volume barang dagang yang dijual dengan jumlah persediaan yang dimiliki
selama periode berjalan. Perputaran Persediaan dihitung sebagai berikut :
3. Tingkat profitabilitas
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba pada
periode tertentu, dimana dalam penelitian ini tingkat profitabilitas diukur
dengan tingkat pengembalian asset / Rasio ROA (Return On Asset). ROA
adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dari total aktiva
yang dimiliki, yang dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
3.7 Metode Analisis Data
Data penelitian dikumpulkan untuk diolah, kemudian akan dianalisis untuk
memperoleh jawaban atas permasalahan yang timbul dalam penelitian ini.
Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan analisis
statistik yang menggunakan software statistik SPSS versi 17. Metode dan teknik
analisis dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
1. Pengujian Asumsi Klasik
Penggunaan analisis regresi dalam statistik harus bebas dari asumsi-asumsi
klasik. Adapun pengujian asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian
ini adalah uji normalitas, uji multikolinieritas, heterokedastisitas, dan
autokorelasi.
• Uji Normalitas
Tujuan uji normalitas menurut Ghozali (2005 : 111) adalah untuk
mengetahui apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau
residual memiliki distribusi normal. Ada beberapa cara yang dapat
digunakan untuk melihat normalitas data dalam penelitian ini yaitu :
a. Uji Kolmogorov-Smirnov, dalam uji ini pedoman yang digunakan
dalam pengambilan keputusan yaitu :
Jika nilai signifikan < 0.05 maka distribusi data tidak normal
Jika nilai signifikan > 0.05 maka distribusi data normal
b. Histogram, yaitu pengujian dengan menggunakan ketentuan bahwa
data yang memiliki pola distribusi normal. Jika data menceng ke
kanan atau menceng ke kiri berarti memberitahukan bahwa data tidak
berdistribusi secara normal.
c. Grafik Normality Probability Plot, ketentuan yang digunakan adalah :
Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah
garis diagonal maka model regesi memenuhi asumsi normalitas
Jika data menyebar jauh dari diagonal dan/atau tidak mengikuti
arah garis diagonal maka model regresi tidak memenuhi asumsi
normalitas.
• Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi diantara variabel independen. Jika terjadi
korelasi, berarti terjadi masalah multikolinieritas. Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen.
Untuk melihat ada atau tidaknya multikolinieritas dalam model regresi
dilihat dari nilai Tolerence dan lawannya Variance Inflation Factor
(VIF). Batasan yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya
multikolinieritas adalah nilai Tolerence < 0,10 atau sama dengan VIF > 5
(Situmorang, 2011 : 139). Untuk mendeteksi ada atau tidak adanya
Variance Inflation Factor (VIF) dengan membandingkan sebagai berikut
:
• VIF > 5 maka diduga mempunyai persoalan multikolineritas
• VIF < 5 maka tidak terdapat multikolineritas
• Tolerance < 0,1 maka diduga mempunyai persoalan multikolineritas
• Tolerance > 0,1 maka tidak terdapat multikolineritas
• Uji Heteroskedastisitas
Menurut Erlina dan Mulyani (2007 : 108) uji heteroskedastisitas
bertujuan untuk melihat apakah didalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variabel dari residual satu pengamatan ke pengamatan
yang lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang
lain tetap maka disebut homoskedastisitas, dan jika berbeda disebut
heteroskedastisitas. Model regresi yang baik yaitu homoskedastisitas.
Pengujian dilakukaan dengan Scatter-Plot dengan menggunakan
SRESID dan ZPRED pada software SPSS. Dasar pengambilan
keputusannya :
• jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola
tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit),
• jika tidak ada pola yang jelas, seperti titik-titik menyebar di atas dan
di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas atau terjadi homoskedastisitas.
• Uji Autokorelasi
Uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model regresi linear
ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pada periode t-1. Autokorelasi muncul karena observasi yang
berurutan sepanjang tahun satu dengan lainnya. Hal ini sering ditemukan
pada time series. Pada data crossection, masalah autokorelasi relatif tidak
terjadi. Uji yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendeteksi ada
atau tidaknya autokorelasi dapat dilihat dengan menggunakan uji
Durbin-Watson.
Uji Durbin-Watson hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat satu
(first order autocorelation) dan mensyaratkan adanya intercept
(konstanta) dalam model regresi dan tidak ada variabel lagi diantara
variabel dependen. Hipotesis yang akan diuji adalah :
• Ho : tidak ada autokorelasi (r = 0)
• Ha : ada autokorelasi ( r ≠ 0)
1. Bila nilai DW terletak antara batas atas atau upper bound (du) dan (4-du), maka koefisien autokorelasi sama dengan nol, berarti tidak ada
autokorelasi.
2. Bila nilai DW lebih rendah daripada batas bawah atau lower bound (dl),
maka koefisien autokorelasi lebih besar daripada nol, berarti ada
autokorelasi positif.
3. Bila nilai DW lebih besar daripada (4-dl), maka koefisien autokorelasi
lebih kecil daripada nol, berarti ada autokorelasi negatif.
4. Bila nilai DW terletak diantara batas atas (du) dan batas bawah (dl) atau
DW terletak antara (4-du) dan (4-dl), maka hasilnya tidak dapat
disimpulkan.
2. Analisis Regresi Berganda
Analisa data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda.
Penelitian ini hanya terdapat dua variabel independen, yaitu perputaran
piutang dan persediaan dan satu variabel dependen, yaitu tingkat
profitabilitas. Perusahaan yang mempunyai hubungan saling mempengaruhi
antara kedua variabel tersebut. Analisis regresi dengan menggunakan SPSS.
Persamaan Regresi berganda :
Y = a+b1X1+b2X2+e
Keterangan :
A : Konstanta atau harga Y bila X = 0
b1,b2 : Koefisien regresi dari setiap variabel
X1 : Perputaran piutang
X2 : Perputaran persediaan
e : Faktor lain diluar model
3. Uji Hipotesis
• Uji t
Uji ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara
parsial terhadap variabel independen. Uji ini dilakukan dengan
membandingkan t hitung dengan t tabel dengan ketentuan sebagai berikut
:
1) Ha ditolak jika t hitung < t tabel untuk α = 5 %
2) Ha diterima jika t hitung > t tabel untuk α = 5 %
• Uji F
Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas secara
bersama-sama (simultan) mempunyai pengaruh terhadap variabel tidak
bebas. Pembuktian dilakukan dengan cara membandingkan nilai kritis, F
tabel dengan F hitung yang terdapat pada tabel analisis df variance.
1) Ha ditolak jika F hitung < F tabel untuk α = 5 %
3.8 Jadwal Penelitian
Tabel 3.2 Jadwal Penelitian
Tahapan Penelitian 2012 2013
Okt Des Jan Feb Mar Apr Mei Pengajuan Judul
Penyelesaian Proposal Pengumpulan Data Pengolahan Data
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN
4.1 Data Penelitian
Objek penelitian ini adalah perusahaan dagang, baik perusahaan dagang
eceran dan perusahaan dagang besar yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) selama tahun 2010-2012. Pengujian dilakukan dengan software SPSS
versi 17.0. Setelah dilakukan pemilihan sampel diperoleh 20 perusahaan. Berikut
tabel nama dan kode perusahaan dagang yang menjadi sampel dari penelitian ini
[image:55.610.104.539.420.693.2]:
Tabel 4.1
Daftar Nama Perusahaan Sampel Penilitian
No. Nama Perusahaan Kode Perusahaan
1 PT. Indocement Tunggal Perkasa Tbk INTP
2 PT. Holcim Indonesia Tbk SMCB
3 PT. Semen Indonesia Tbk SMGR
4 PT. Arwana Citra Mulia Tbk ARNA
5 PT. Pelat Timah Nusantara Tbk NIKL
6 PT. Titan Kimia Nusantara Tbk FPNI
7 PT. Champion Pasific Indonesia Tbk IGAR
8 PT. Astra Internasional Tbk ASII
9 PT. Astra Auto Part Tbk AUTO
Sumber : idx, 2013
Periode penelitian dimulai dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2012
sehingga data penelitian secara keseluruhan berjumlah 60 (20x3).
4.2 Analisis Hasil Penelitian 4.2.1 Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan penjelasan mengenai nilai minimum,
nilai maksimum, nilai rata-rata (mean), nilai tengah (median), nilai standar
deviasi ukuran kurtosis, dan ukuran skewness dari data yang digunakan
dalam penelitian.
11 PT. Indofood Sukses Makmur Tbk INDF
12 PT. Multi Bintang Indonesia Tbk MLBI
13 PT. Nippon Indosari Corporindo Tbk ROTI
14 PT. Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk HMSP
15 PT. Kimia Farma Tbk KAEF
16 PT. Indo Farma Tbk INAF
17 PT. Merck Tbk MERK
18 PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk SQBI
19 PT. Mandom Indonesia Tbk TCID
Tabel 4.2 Descriptive Statistics Statistics
PPiutang PPersediaan ROA
N Valid 60 60 60
Missing 0 0 0
Mean 11.4460 55.2757 21.7905
Median 8.5100 19.6500 18.0250
Mode 7.38 3.76a 18.85
Std. Deviation 12.60208 127.25665 14.53327
Skewness 3.838 4.193 .957
Std. Error of Skewness .309 .309 .309
Kurtosis 14.363 17.388 .051
Std. Error of Kurtosis .608 .608 .608
Minimum 3.27 3.76 2.15
Maximum 67.71 679.31 56.31
a. Multiple modes exist. The smallest value is shown Sumber : Hasil Penelitian SPSS, 2013
Berdasarkan data dari tabel 4.2 dapat dijelaskan bahwa :
• Variabel Perputaran Piutang (X1) memiliki sampel (N) sebanyak 60,
dengan nilai minimum (terkecil) 3,27 dan nilai maksimum (terbesar)
67,71. Mean (nilai rata-rata) 11,4460 dan Median (nilai tengah) 8,5100.
Modus 7,38. Standar Deviation (simpangan baku) variabel ini adalah
12,60208. Ukuran Kurtosis adalah 14,363 dan Ukuran Skewness adalah
• Variabel Perputaran Persediaan (X2) memiliki sampel (N) sebanyak 60,
dengan nilai minimum (terkecil) 3,76 dan nilai maksimum (terbesar)
679,31. Mean (nilai rata-rata) 55,2757 dan Median (nilai tengah) 19,6500.
Modus 3,76 Standar Deviation (simpangan baku) variabel ini adalah
127,25665. Ukuran Kurtosis adalah 17,388 dan Ukuran Skewness adalah
4,193.
• Variabel ROA (Y) memiliki sampel (N) sebanyak 60, dengan nilai
minimum (terkecil) -2,15 dan nilai maksimum (terbesar) 56,31. Mean
(nilai rata-rata) 21,7905 dan Median (nilai tengah) 18,0250. Modus 18,85.
Standar Deviation (simpangan baku) variabel ini adalah 14,53327. Ukuran
Kurtosis adalah 0,051 dan Ukuran Skewness adalah 0,957.
4.2.2 Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel terikat dan variabel bebas mempunyai distribusi
normal atau tidak. Salah satu nya adalah dengan uji
kolmogorov-smirnov. Asumsi normalitas juga persyaratan yang sangat penting
pada pengujian kebermaknaan (signifikansi) koefisien regressi,
apabila model regresi tidak berdistribusi normal maka kesimpulan dari
uji F dan uji T masih meragukan, karena statistik uji F dan uji T pada
115), memberikan pedoman pengambilan keputusan rentang data
mendekati atau merupakan distribusi normal berdasarkan uji
Kolmogorov- Smirnov yang dapat dilihat dari :
1. Nilai sig. atau signifikan atau probabilitas < 0,05, maka distribusi
data adalah tidak normal.
2. Nilai sig. atau signifikan atau probabilitas > 0,05, maka distribusi data
adalah normal.
Hasil Uji Normalitas dengan menggunakan SPSS Versi 17.0 dapat
[image:59.610.193.482.359.606.2]ditunjukkan sebagai berikut :
Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Uji Kolmogorov – Smirnov
Unstandardized Residual
N 60
Normal Parametersa,,b Mean .0000000
Std. Deviation 13.30289134
Most Extreme Differences
Absolute .140
Positive .140
Negative -.099
Kolmogorov-Smirnov Z 1.084
Asymp. Sig. (2-tailed) .190
a. Test distribution is Normal.
Berdasarkan hasil uji statistik dengan model Kolmogorov-Smirnov
dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi normal, hal ini dapat
dilihat dari nilai Asymp.Sig.(2-tailed) Kolmogorov-Smirnov sebesar
0,190 yang lebih besar dari 0,05 (0,190 > 0,05). Dan nilai
kolmogorov-smirnov Z sebesar 1,084 yang lebih kecil dari 1,97 (1,084
< 1,97) Berikut ini merupakan hasil uji normalitas menggunakan tabel
[image:60.610.166.498.377.613.2]histogram dan plot :
Gambar 4.1 Uji Normalitas Data
Grafik histogram di atas menunjukkan bahwa data terdistribusi
normal. Hal ini dapat dilihat dari grafik histogram yang mengikuti
garis diagonal dan tidak menceng (skewness) ke kiri serta tidak
[image:61.610.228.493.301.604.2]menceng ke kanan.
Gambar 4.2 Uji Normalitas Data
Normal P-Plot
Sumber : Hasil Penelitian SPSS, 2013
Pada scatter plot terlihat titik yang mengikuti data di sepanjang
hal ini menunjukkan bahwa data terdistribusi normal. Berdasarkan
hasil uji normalitas dengan tabel histogram dan plot diatas, maka
dapat disimpulkan bahwa data telah terdistribusi normal.
b. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan menguji apakah pada model regresi
ditemukan adanya korelasi antara variabel independen. Untuk melihat
ada atau tidaknya multikolinieritas dalam model regresi dapat dilihat
dari :
1) Nilai tolerance dan lawannya,
2) Variance Inflatin Factor (VIF).
Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen
manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Tolerance
mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak
dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Batasan yang umum
dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinieritas adalah nilai
Tolerence > 0,10 atau sama dengan VIF < 5 (Situmorang, 2011 : 139).
Untuk mendeteksi ada atau tidak adanya multikolinieritas dapat
dilakukan dengan melihat toleransi variabel dan Variance Inflation
Factor (VIF) dengan membandingkan sebagai berikut :
• VIF < 5 maka tidak terdapat multikolineritas.
• Tolerance < 0,1 maka diduga mempunyai persoalan
multikolineritas.
[image:63.610.186.413.239.381.2]• Tolerance > 0,1 maka tidak terdapat multikolineritas.
Tabel 4.4
Hasil Uji Multikolinieritas Coefficientsa
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 PPiutang .997 1.003
PPersediaan .997 1.003
a. Dependent Variable: ROA
Sumber : Hasil Penelitian SPSS, 2013
Dari hasil pengujian diatas, dapat dilihat bahwa angka tolerance
perputaran piutang dan perputaran persediaan sebesar 0,997 dan
VIFnya 1,003. Data dikatakan tidak terjadi multikolinieritas apabila
nilai tolerance >0,10 dan nilai VIF nya <5. Menurut perhitungan SPSS
data tidak terkena multikolinieritas karena nilai tolerance 0,997 > 0,10
dan nilai VIF nya 1,003 < 5.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model
ke pengamatan yang lain. Jika variance tetap maka disebut
homoskedastisitas dan jika berbeda maka terjadi problem
heteroskedastisitas. Model regresi yang baik yaitu homoskesdatisitas
atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Berikut adalah hasil dari
pengujian uji heteroskedastisitas dengan menggunakan pendekatan
[image:64.610.176.518.344.564.2]grafik scatter-plot.
Gambar 4.3 Uji Heteroskedastisitas Sumber : Hasil Penelitian SPSS, 2013
Pada hasil pengujian dengan SPSS diatas terlihat titik-titik
terjadi masalah heteroskedastisitas, maka untuk itu perlu dilakukan
transformasi data dengan menggunakan Logaritma Natural (Ln). Hasil
[image:65.610.182.500.270.510.2]nya adalah :
Gambar 4.4 Uji Heteroskedastisitas Setelah Transformasi Data Sumber : Hasil Penelitian SPSS, 2013
Setelah dilakukan transform dengan Logaritma Natural (Ln) dapat
terlihat titik-titik menyebar dan tidak membentuk pola. Hal ini dapat