• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Pada Usaha Warung Surabi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Pada Usaha Warung Surabi"

Copied!
144
0
0

Teks penuh

(1)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sektor usaha mikro, kecil dan menengah merupakan salah satu

penggerak perekonomian nasional yang terbukti tahan terhadap adanya

krisis ekonomi. Hal ini dapat dipahami karena UMKM merupakan

kegiatan ekonomi rakyat (banyak) dengan skala kecil, dan bukan kegiatan

ekonomi yang dikuasai beberapa orang. Beberapa keunggulan UMKM di

banding usaha berskala besar seperti dinyatakan Partomo dan Soejoedono

(2004) adalah: (1) Inovasi dalam teknologi yang telah dengan

mudah terjadi dalam pengembangan produk, (2) Kemampuan menciptakan

kesempatan kerja, (3) Fleksibelitas dan kemampuan menyesuaikan diri

terhadap kondisi pasar yang berubah dengan cepat dibanding dengan

perusahaan skala besar yang pada umumnya birokratis, dan (4) Terdapat

dinamisme manajerial dan peranan kewirausahaan. UMKM saat ini telah

menjadi sumber kehidupan bagi sebagian besar rakyat Indonesia dan

mampu memberikan kontribusi yang signifikan terhadap produk domestik

bruto (PDB) nasional Indonesia. Apabila dilihat dari jumlah UMKM

mengalami peningkatan sebesar 2,01 persen, yaitu dari 52.764.603 unit

pada tahun 2009 menjadi 53.823.732 unit pada tahun 2010. Perkembangan

jumlah usaha mikro, kecil, dan menengah dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Perkembangan jumlah pelaku usaha berdasarkan skala

UNIT USAHA Satuan Tahun 2009 Tahun 2010

A. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

(Unit) 52.764.603 53.823.732 - Usaha Mikro (UMi) (Unit) 52.176.795 53.207.500 - Usaha Kecil (UK) (Unit) 546.675 573.601 - Usaha Menengah(UM) (Unit) 41.133 42.631

B. Usaha Besar (UB) (Unit) 4.677 4.838

Usaha mikro merupakan skala usaha yang jumlahnya paling besar

dibandingkan dengan skala usaha lainnya terhadap total usaha yang ada di

Indonesia, yaitu sekitar 98,88 persen pada tahun 2009 dan 98,85 persen

pada tahun 2010. Pada tahun 2010 kontrubusi UMKM terhadap PDB

(2)

menyerap tenaga kerja lebih dari 90 juta orang, yang membuktikan bahwa

penciptaan lapangan kerja terbesar berasal dari usaha mikro

(http://www.depkop.go.id, 2011). Perkembangan jumlah tenaga kerja menurut skala usaha tahun 2009-2010 dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah tenaga kerja menurut skala usaha tahun 2009-2010 TENAGA KERJA Satuan Tahun 2009 Tahun 2010

A. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

(Orang) 96.211.332 99.401.775

- Usaha Mikro (UMi) (Orang) 90.012.694 93.014.759 - Usaha Kecil (UK) (Orang) 3.521.073 3.627.164 - Usaha

Menengah(UM)

(Orang) 2.677.565 2.759.852 B. Usaha Besar (UB) (Orang) 2.674.671 2.839.711

Usaha mikro juga memiliki kontribusi terbesar dalam penyerapan

tenaga kerja, yaitu sebesar 91,03 persen dari total tenaga kerja pada tahun

2009, begitu juga pada tahun 2010 sebesar 90,98 persen dari total tenaga

kerja yang terserap berasal dari usaha mikro. Hal ini menunjukkan bahwa

usaha mikro telah berperan besar dalam menciptakan lapangan pekerjaan

sehingga dapat mengatasi masalah pengangguran.

Kota Bogor merupakan salah satu kota perdagangan yang

mendukung pengentasan kemiskinan, pengangguran dan penciptaan

lapangan kerja bagi masyarakat. Tahun 2010 jumlah UMKM di Kota

Bogor mencapai 32.901 unit, 2193 diantaranya telah masuk ke dalam

pembinaan Pemerintah Kota Bogor. Jumlah tenaga kerja yang diserap di

sektor UMKM sampai tahun 2010 mencapai 58.429 orang. Sedangkan dari

jumlah asset atau investasi capaian UMKM di tahun 2010 berkisar pada

angka Rp 575.397.110.000 (http://www.kotabogor.go.id, 2011). Usaha skala mikro menjadi pilihan yang diambil oleh beberapa tempat karena

membutuhkan modal yang tidak besar serta menawarkan harga jual produk

yang lebih mudah diterima / dijangkau masyarakat.

Dari sekian banyak UMKM (Usaha Mikro, Kecil Menengah) di

kota Bogor, salah satu bidang yang potensial adalah usaha makanan. Usaha

makanan merupakan usaha yang potensial, salah satu alasannya karena

(3)

yang cepat saji dan praktis daripada membuatnya sendiri. Peluang tersebut

tidak disia-siakan oleh para pengusaha yang ada di Kota Bogor. Alasan

manusia pasti butuh makan menjadi dasar bagi para pelaku bisnis untuk

membuka dan mengembangkan usaha di bidang makanan. Bisnis makanan

sebagai bagian dalam rangkaian sistem agribisnis, merupakan salah satu

sistem pengolahan yang banyak dikembangkan dan sangat prospektif,

karena bagaimanapun, setiap individu memerlukan asupan energi untuk

mempertahankan hidupnya.

Salah satu usaha mikro yang bergerak dalam bidang usaha

makanan jajanan di Kota Bogor adalah usaha surabi. Jajanan ini

merupakan jajanan yang popular hampir di seluruh Indonesia, namun

belum ada data yang pasti mengenai populasi pengusaha surabi di

Indonesia maupun di Bogor. Berdasarkan pengamatan di Kota Bogor pada

tahun 2011 terdapat beberapa kedai surabi antara lain, Surabi Djanda,

Surabi BNR, Surabi Royale, Paramuda Surabi dan Surabi Duren. Selain

kandungan gizi yang terdapat pada makanan, faktor yang paling mendasar

adalah rasa dari makanan yang dijual, hal itu yang memicu pengusaha

makanan untuk membuat menu baru maupun memodifikasi menu demi

menarik minat konsumen. Usaha makanan yang sudah lama berdiri

maupun yang baru dibuka berusaha untuk mengenalkan atau menawarkan

menu-menu baru agar dapat diterima dengan baik oleh para konsumen baik

dari kalangan muda maupun kalangan orang tua.

Warung Surabi adalah salah satu usaha kecil menengah yang

menggeluti usaha panganan di Kota Bogor. Usaha ini belum lama berdiri

sehingga masih membutuhkan banyak masukan. Dalam suatu usaha baik

dalam skala kecil maupun besar sebaiknya memiliki studi kelayakan usaha.

Studi kelayakan usaha diperlukan untuk melihat sebuah gambaran

mengenai layak atau tidak layaknya suatu usaha yang akan dijalankan.

Sebelumnya perusahaan ini belum melakukan analisis terhadap kelayakan

usahanya, maka penelitian ini dilakukan, agar dapat menjadi masukan bagi

perusahaan.

(4)

Mendirikan usaha ini bisa dilakukan siapapun yang memiliki

modal, tetapi untuk menjadikan suatu usaha menjadi sukses bukanlah hal

yang mudah. Jika mampu dikelola dengan baik, bisnis pengolahan

makanan akan berjalan lancar. Dalam bidang usaha pengolahan makanan

terdapat persaingan, persaingan yang ada berupa upaya menarik perhatian

konsumen, mempertahankan, atau bahkan persaingan dalam merebut

pangsa pasar.

Salah satu UKM di bidang pengolahan makanan yang terdapat di

Bogor adalah Warung Surabi. Produk yang dihasilkan Warung Surabi

adalah surabi yang beraneka rasa. Warung Surabi memulai usahanya pada

November 2009 di Jalan Pondok Rumput No 14.

Tabel 3. Data penjualan Warung Surabi

Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Tahun

2010

780 807 825 816 880 925 943 907 925 988 1.025 1.034 Tahun

2011

1,075 1,096 1,137 1,148 1,117 1,168 1,210 1,230 1.241 1,158 1,199 1,189

Data penjualan Warung Surabi menunjukkan adanya peningkatan

jumlah penjualan. Berdasarkan data pada Tabel 3 pemilik Warung Surabi

melihat potensi dalam usaha ini, oleh karena itu pemilik berniat untuk

mengembangkan usahanya dengan cara pembukaan cabang baru.

Pemilihan lokasi pengembangan usaha memerlukan pertimbangan, karena

hal itu bertujuan agar konsumen dapat dengan mudah menjangkau tempat

usaha. Berdasarkan wawancara dengan pemilik Warung Surabi, lokasi

yang dipilih adalah kampus Pakuan. Lokasi tersebut dianggap strategis

karena dekat dengan konsumen. Dari hal yang diuraikan pada latar

belakang dapat disusun beberapa pertanyaan berikut :

1. Apakah pengembangan usaha warung surabi layak dilakukan, dilihat

dari aspek pasar, aspek teknis dan teknologis, aspek manajemen dan

operasional, maupun aspek finansial ?

(5)

1.3. Tujuan Penelitian

1. Menganalisis kelayakan pengembangan usaha Warung Surabi dilihat

dari aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologis, aspek

manajemen dan operasional, serta aspek finansial.

2. Menganalisa sensitivitas perusahaan terhadap perubahan yang terjadi.

1.4. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian dilakukan di tempat usaha Warung Surabi di Jalan

Pondok Rumput No 14, Kecamatan Tanah Sareal, Bogor, dengan ruang

lingkup ditekankan pada pengembangan usaha Warung Surabi yang

didasarkan pada kelayakan usahanya.

(6)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Studi Kelayakan Bisnis

2.1.1 Definisi Studi Kelayakan Bisnis

Menurut Ibrahim (2003), studi kelayakan bisnis adalah

kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat yang dapat diperoleh

dalam melaksanakan suatu kegiatan usaha atau proyek. Studi

kelayakan bisnis adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu bisnis.

Keberhasilan ini ditafsirkan sebagai manfaat ekonomis. Sedangkan

menurut Kadariah dkk (1999), proyek sebagai suatu keseluruhan

aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan

kemanfaatan (benefit), atau suatu aktivitas di mana dikeluarkan uang

dengan harapan untuk mendapatkan hasil (return) di waktu yang akan

datang dan dapat direncanakan, dibiayai dan dilaksanakan sebagai satu

unit.

Tujuan dilakukannya analisis bisnis (Gray dan Larson, 2007)

adalah (1) Untuk mengetahui tingkat keuntungan yang dapat dicapai

melalui investasi dalam suatu proyek; (2) Menghindari pemborosan

sumber-sumber daya, yaitu menghindari pelaksanaan kegiatan yang

tidak menguntungkan; (3) Mengadakan penilaian terhadap peluang

investasi yang ada sehingga dapat memilih alternatif kegiatan yang

paling menguntungkan; (4) Menentukan prioritas investasi.

2.1.2 Manfaat Studi Kelayakan Bisnis

Manfaat studi kelayakan bisnis (Umar, 2003), adalah :

a. Pihak Investor. Calon investor memiliki kepentingan langsung

terhadap keuntungan yang akan diperoleh, serta jaminan

keselamatan atas modal yang ditanamkannya.

b. Pihak Kreditor. Pihak bank sebagai pemberi pinjaman perlu

mengkaji ulang studi kelayakan bisnis yang telah dibuat, misalnya

mengenai bonafiditas dan tersedianya agunan yang dimiliki

(7)

c. Pihak Manajemen. Pihak manajemen perlu mempelajari studi

kelayakan bisnis yang dibuat, misalnya dalam hal pendanaan,

berapa yang dialokasikan dari modal sendiri, serta rencana

pendanaan dari investor dan kreditor.

d. Pihak Pemerintah dan Masyarakat. Penyusunan studi kelayakan

bisnis yang memperhatikan dan membantu kebijakan pemerintah

akan diprioritaskan untuk dibantu, misalnya dengan subsidi dan

keringanan lain.

e. Bagi Tujuan Pembangunan Ekonomi. Dalam menyusun studi

kelayakan bisnis perlu juga dianalisis manfaat yang akan didapat

dan biaya yang akan ditimbulkan terhadap perekonomian nasional.

2.1.3 Aspek-aspek Studi Kelayakan Bisnis

Menurut Husnan dan Muhammad (2000), secara umum

aspek-aspek yang diteliti dalam studi kelayakan bisnis meliputi aspek-aspek pasar,

teknis, finansial, manajemen, hukum, ekonomi dan sosial. Meskipun

belum ada kesepakatan tentang aspek apa saja yang perlu diteliti untuk

menentukan layak atau tidaknya suatu bisnis, maka perlu ditentukan

kelayakan berdasarkan seluruh aspek yang akan dinilai. Jika

ditemukan aspek yang kurang layak, maka dilakukan perbaikan agar

memenuhi kriteria yang layak. Namun, apabila tidak dapat memenuhi

kriteria tersebut, sebaiknya usaha jangan dijalankan.

a. Aspek pasar

Analisis aspek pasar dan pemasaran bertujuan untuk

memahami berapa besar potensi pasar yang tersedia, berapa bagian

yang dapat diraih oleh perusahaan atau usaha yang diusulkan, serta

strategi pemasaran yang direncanakan untuk memperebutkan

konsumen (Husnan dan Muhammad, 2000).

Pengkajian aspek pasar penting untuk dilakukan, karena

tidak ada bisnis yang berhasil tanpa adanya permintaan atas barang

dan jasa yang dihasilkan oleh suatu bisnis yang dijalankan.

Pemasaran adalah suatu proses sosial yang didalamnya individu dan

(8)

dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas

mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain (Kotler,

2004). Proses pemasaran terdiri dari analisa peluang pemasaran,

pengembangan strategi pemasaran, perencanaan program

pemasaran, dan pengelolaan usaha pemasaran (Kotler, 1997).

Aspek pasar mempelajari tentang :

1) Permintaan

Permintaan adalah kegiatan yang didukung oleh

kemampuan untuk membeli, dengan kata lain permintaan akan

terjadi apabila didukung oleh kemampuan membeli oleh

konsumen untuk memperoleh barang dan jasa yang ditawarkan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan, antara lain

harga barang itu sendiri, harga barang lain baik sebagai

substitusi maupun komplementer, pendapatan, selera, jumlah

penduduk, dan akses untuk mendapatkan barang dan jasa yang

ditawarkan.

2) Penawaran

Penawaran adalah jumlah barang dan jasa yang

ditawarkan produsen kepada konsumen pada berbagai tingkat

harga pada suatu waktu tertentu. Faktor-faktor yang

mempengaruhi penawaran, diantaranya adalah harga barang

dan jasa itu sendiri, harga barang lain, teknologi, harga input,

tujuan perusahaan, atau akses.

3) Pemasaran

Aspek-aspek dalam pemasaran meliputi bauran pemasaran

(marketing mix) yang dikenal dengan 4 P (Umar, 2003), yaitu

product (produk), price (harga), place (distribusi) dan

promotion (promosi) :

i) Produk

Produk merupakan sesuatu yang dapat ditawarkan ke

pasar untuk mendapatkan perhatian, untuk dibeli,

(9)

keinginan atau kebutuhan. Menurut Stanton (1991), produk

adalah seperangkat atribut baik berwujud maupun tidak

berwujud, termasuk di dalamnya masalah warna, harga,

nama baik pabrik, nama baik toko yang menjual (pengecer),

dan pelayanan pabrik serta pelayanan pengecer, yang

diterima oleh pembeli guna memuaskan keinginannya.

ii) Harga

Harga adalah jumlah uang yang dibayarkan oleh

pelanggan atas suatu produk tertentu. Menurut Alma (2000),

harga adalah nilai suatu barang yang dinyatakan dengan

uang. Dalam kebijakan harga, manajemen harus

menentukan harga dasar dari produknya, kemudian

menentukan kebijaksanaan yang menyangkut potongan

harga, pembayaran ongkos kirim, dan hal-hal lain yang

berkaitan dengan masalah harga. Konsep harga harus sesuai

dengan nilai yang ditawarkan kepada pelanggan.

iii) Tempat

Tempat diartikan sebagai distribusi. Distribusi

merupakan kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk

membuat produk menjadi mudah diperoleh dan selalu

tersedia untuk konsumen sasaran. Sedangkan saluran

distribusi adalah seperangkat lembaga yang melakukan

semua kegiatan untuk meyalurkan produk dan status

kepemilikan dari titik produksi sampai titik konsumsi.

iv) Promosi

Promosi meliputi semua kegiatan yang dilakukan

perusahaan untuk mengkomunikasikan dan mempromosikan

produknya ke pasar sasaran. Menurut Keegan (2003)

promosi merupakan bentuk komunikasi yang bersifat

(10)

Bauran promosi terdiri dari lima cara utama yaitu:  Periklanan

Periklanan adalah semua bentuk presentasi non personal

dan promosi ide, barang atau jasa oleh sponsor yang

ditunjuk untuk mendapatkan pembayaran.  Promosi Penjualan

Promosi penjualan adalah insentif jangka panjang untuk

mendorong keinginan mencoba atau membeli produk

atau jasa. Promosi penjualan terdiri dari cara promosi

pelanggan (contoh kupon, penawaran pengembalian

uang, potongan harga premi, hadiah, hadiah langganan,

percobaan gratis, garansi, promosi gabungan, promosi

silang, tampilan ditempat pembelian dan demonstrasi),

promosi perdagangan (potongan harga, tunjangan iklan,

dan pajangan barang gratis), dan promosi bisnis dan

wiraniaga (pameran perdagangan dan konvensi, kontes

bagi wiraniaga dan iklan khusus).

 Pemasaran Langsung

Pemasaran langsung melalui surat, telepon dan alat

penghubung non personal lainnya untuk berkomunikasi

dengan mendapatkan respon dari pelanggan dan calon

pelanggan tertentu.  Penjualan Personal

Penjualan personal adalah interaksi langsung antar satu

atau lebih calon pembeli dengan tujuan melakukan

pembelian.

 Hubungan masyarakat dan publisitas

Hubungan masyarakat dan publisitas melalui berbagai

program yang dirancang untuk mempromosikan atau

(11)

b. Aspek teknis

Aspek teknis berkenaan dengan proses pembangunan

proyek secara teknis dan pengorganisasiannya setelah proyek

tersebut selesai dibangun (Husnan dan Muhammad, 2000). Aspek

teknis berkaitan dengan pemilihan lokasi proyek, jenis mesin, atau

peralatan lainnya yang sesuai dengan kapasitas produksi, tata letak

dan pemilihan teknologi untuk produksi (Umar, 2003).

Kapasitas didefinisikan sebagai suatu kemampuan pembatas

dari unit untuk berproduksi dalam waktu tertentu. Tata letak

(layout) atau disebut juga tata ruang, yaitu penempatan

fasilitas-fasilitas yang dipakai di dalam pabrik seperti letak mesin-mesin,

letak alat-alat produksi, jalur pengangkutan dan seterusnya. Letak

dari berbagai fasilitas tersebut harus dikaji, agar proses produksi

dapat dijalankan secara efektif dan efisien (Umar, 2003).

c. Aspek manajemen

Analisis terhadap aspek manajemen dilakukan untuk

memperoleh gambaran mengenai kemampuan staf dalam

melaksanakan usaha yang dijalankan. Analisis ini mengkaji struktur

organisasi yang sesuai dengan usaha yang direncanakan, sehingga

diketahui mengenai jumlah kebutuhan, kualifikasi dan deskripsi

tugas individu untuk mengelola proyek (Kadariah dkk, 1999).

Studi aspek manajemen meliputi penyusunan rencana kerja,

siapa saja yang terlibat, bagaimana mengkoordinasi dan mengawasi

pelaksanaan usaha, menentukan secara efektif dan efisien mengenai

bentuk badan usaha, jenis-jenis pekerjaan, struktur organisasi serta

pengadaan tenaga kerja yang dibutuhkan. Selain itu, menurut

Suryana (2003) perlu juga diperhatikan apakah usaha akan dikelola

sendiri atau melibatkan orang lain secara profesional.

d. Aspek Sosial

Analisis sosial dilakukan untuk mengetahui apakah dengan

keberadaan proyek memberikan dampak pada suatu wilayah

(12)

komunikasi, penerangan listrik, pendidikan masyarakat setempat

dan lainnya.

e. Aspek finansial

Suatu usaha dikatakan sehat apabila dapat memberikan

keuntungan yang layak dan mampu memenuhi kewajiban

finansialnya. Kegiatan pada aspek keuangan ini antara lain adalah

penghitungan perkiraan jumlah dana yang diperlukan untuk

keperluan modal kerja awal dan pengadaan harta tetap. Dipelajari

pula mengenai struktur pembiayaan yang paling menguntungkan

dengan menentukan berapa dana yang harus disiapkan lewat

pinjaman dari pihak lain dan berapa dana dari modal sendiri.

Pembuatan hasil analisis keuangan akan digunakan untuk

mengkomunikasikan keadaan rencana keuangan dengan pihak yang

berkepentingan.

Analisis finansial adalah suatu analisis yang

membandingkan apakah suatu proyek menguntungkan selama umur

proyek (Husnan dan Muhammad, 2000). Analisis finansial

berkaitan dengan sumber dana (investasi) yang akan diperoleh dan

proyeksi pengembaliannya dengan tingkat biaya modal (biaya yang

akan dikeluarkan) dan sumber dana yang bersangkutan. Analisis

finansial meliputi :

1) Net Present Value (NPV)

Nilai bersih sekarang usaha memberikan ukuran nilai

bersih proposal investasi dalam nilai uang pada saat sekarang.

Oleh karena itu semua arus kas didiskontokan kembali ke masa

sekarang, membandingkan selisih antara nilai sekarang arus kas

tahunan dan pengeluaran investasi menjadi tepat. Perbedaan

antara nilai sekarang arus kas tahunan dan pengeluaran awal

menentukan nilai bersih atas penerimaan proposal investasi

dalam nilai uang pada saat sekarang. Kriteria kelayakan investasi

(13)

NPV > 0, artinya proyek sudah dinyatakan menguntungkan

dan dapat dilaksanakan.

NPV < 0, artinya proyek tidak menghasilkan nilai biaya yang

dipergunakan. Dengan kata lain proyek tersebut merugikan

dan sebaiknya tidak dilaksanakan.

NPV = 0, artinya proyek mampu mengembalikan persis

sebesar modal sosial opportunity cost faktor produksi normal,

dengan kata lain proyek tersebut tidak untung dan tidak rugi.

2) Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Ratio)

Rasio keuntungan/biaya atau indeks keuntungan adalah

rasio nilai sekarang dari arus kas bersih pada masa depan

terhadap pengeluaran awalnya. Jika kriteria nilai bersih investasi

sekarang memberikan ukuran kelayakan proyek dalam nilai uang

yang absolut, maka indeks keuntungan memberikan ukuran

relatif dari keuntungan bersih masa depannya terhadap biaya

awal (Keown dkk, 2001).Net B/C Ratio menyatakan besarnya

pengembalian terhadap setiap satu satuan biaya yang telah

dikeluarkan selama umur proyek.

Kriteria investasi berdasarkan Net B/C rasio adalah :

Net B/C > 0, maka NPV > 0. proyek menguntungkan.

Net B/C < 0, maka NPV < 0. proyek merugikan.

Net B/C = 1, maka NPV = 0. proyek tidak untung dan tidak

rugi.

3) Internal Rate Return (IRR)

IRR adalah tingkat bunga yang menyamakan PV kas

keluar yang diharapkan dengan PV kas masuk yang diharapkan

atau dapat diartikan sebagai tingkat bunga yang menyebabkan

NPV = 0.

Gittinger (1986) menyebutkan bahwa IRR adalah tingkat

rataan keuntungan internal tahunan bagi perusahaan yang

melakukan investasi dan dinyatakan dalam satuan persen (%).

(14)

dapat dibayar oleh proyek untuk sumber daya yang digunakan.

Suatu investasi dikatakan layak, apabila nilai IRR lebih besar

dari tingkat suku bunga yang berlaku dan sebaliknya jika nilai

IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang berlaku, maka

proyek tersebut tidak layak untuk dilaksanakan.

4) Payback Period (PBP)

PBP atau tingkat pengembalian investasi adalah salah satu

metode dalam menilai kelayakan usaha yang digunakan untuk

mengukur periode waktu pengembalian modal yang digunakan.

Semakin cepat modal dapat kembali, maka semakin baik suatu

proyek untuk diusahakan karena modal yang digunakan akan

cepat kembali dan digunakan untuk membiayai kegitan lain

(Husnan dan Muhammad, 2000).

5) Analisis Switching Value

Analisis switching value adalah analisis yang digunakan

untuk meneliti kembali analisis kelayakan usaha yang telah

dilakukan. Analisis ini ditujukan untuk melihat pengaruh yang

terjadi apabila keadaan berubah. Menurut Kadariah dkk (1999),

analisis sensitivitas bertujuan untuk melihat apa yang akan

terjadi terhadap analisis proyek, jika ada suatu kesalahan atau

perubahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya atau manfaat.

6) BEP atau Titik Impas

Titik impas adalah suatu kondisi pada saat tingkat

produksi atau besarnya pandapatan sama dengan besarnya

pengeluaran perusahaan, sehingga pada saat itu perusahaan tidak

mengalami keuntungan maupun kerugian (Mulyadi, 1997).

2.2.Surabi

Surabi atau serabi adalah makanan khas orang Sunda yang

bentuknya seperti pancake namun lebih kecil dan tebal, terbuat dari tepung

beras. Surabi dibakar dengan menggunakan alat tradisional yaitu tungku

(15)

rasa yang dianggap paling original khas Sunda yaitu surabi oncom.

Warung surabi saat ini menawarkan surabi dengan berbagai rasa atau

istilah dalam kamus kuliner modern „topping‟. Mulai dari oncom, keju,

coklat, dan berbagai rasa buah yang menciptakan sensasi rasa manis, asin,

pedas, dan lain-lain. (sumber:http://www.indonesia.travel/id/.2011).

Serabi adalah penganan atau jajanan pasar asal Indonesia yang

serupa dengan pancake. Namun serabi biasanya terbuat dari tepung beras,

bukan tepung terigu. Macamnya lumayan banyak, ada yang polos manis

atau asin, ada juga serabi manis yang diberi kuah cair manis, yang biasanya

dari gula kelapa, isi, dan taburan serabi bervariasi menurut daerah serta

selera pembelinya. Di Bandung, serabi biasanya disebut surabi. Sejak dulu

sudah dikenal disantap pada pagi hari, karena umumnya pedagang surabi

berjualan dari subuh hingga pagi hari. Tidak mengherankan kalau surabi

juga biasa dimakan untuk sarapan. Dulu yang terkenal adalah surabi polos

(tapi ada yang berisi parutan kelapa) dan surabi oncom. Tapi, kini sudah

banyak macam taburannya, termasuk yang manis-manis.

Di Jakarta, serabi disebut kue ape atau serabi Jakarta. Bentuk kue

ape bundar, tipis di bagian pinggir dan menebal bundar di bagian tengah.

Karena bentuknya, kue ape juga sering disebut sebagai kue tetek. Kue ape

terbuat dari tepung terigu dicampur susu. Variasi warna dan taburannya

saat ini banyak. Satu lagi serabi yang terkenal di Indonesia adalah srabi

Solo atau serabi Solo. Kue ini juga terbuat dari tepung beras yang

dicampur dengan santan kelapa dan digoreng di atas arang. Serabi juga

biasa diberi bermacam taburan, seperti potongan pisang, nangka, meses

cokelat atau keju. Serabi yang terkenal berasal dari daerah Notokusuman.

(http://bataviase.co.id, 2011)

2.3.Usaha Kecil Menengah (UKM)

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun

1995 tentang Usaha Kecil pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa usaha kecil

adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan memenuhi kriteria

(16)

sebagaimana diatur dalam undang-undang. Kriteria usaha kecil dalam

undang-undang tersebut tercantum pada pasal 5 ayat 1 yaitu dengan

ketentuan sebagai berikut :

1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000,00 (dua ratus

juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000,00

(satu miliar rupiah).

3. Milik Warga Negara Indonesia

4. Berdiri sendiri, bukan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang

dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung

dengan usaha menengah atau usaha besar.

5. Berbentuk usaha orang perorangan, badan usaha yang tidak berbadan

hukum, badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi.

Definisi UKM dalam Kepmenperindag adalah suatu usaha

dengan nilai investasi maksimal Rp. 5 milyar termasuk tanah dan

bangunan tempat usaha. Sedangkan BPS mengenai jenis UKM

berdasarkan jumlah tenaga kerja yaitu:

a. Kerajinan rumah tangga, dengan jumlah tenaga kerja dibawah 3

orang termasuk tenaga yang tidak dibayar,

b. Usaha kecil, dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 5 – 9 orang, c. Usaha menengah, dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 20 – 99

orang.

2.4.Penelitian Terdahulu yang Relevan

Menurut Putri (2008), didapatkan bahwa pelaksanaan proyek

usaha sapi perah dengan kepemilikan 10 ekor sapi induk produktif

dinyatakan layak dari berbagai aspek kelayakan usaha, meski pada aspek

lingkungan masih terdapat masalah pada polusi udara. Dilihat dari aspek

finansial, pengajuan kredit komersil (KUR) dinyatakan layak dengan

kriteria NPV positif Rp. 57.556.076,67 pada masa proyek 7 tahun, Net

B/C Rasio 1,30 (Net B/C Ratio >1). IRR 24% (lebih besar dari suku

bunga Kredit Usaha Ringan (KUR) 16%), dan masa pengembalian

(17)

tahun). Dari analisis switching value penurunan pendapatan sampai

dengan 14% masih dinyatakan layak dan akan menjadi tidak layak jika

penurunan pendapatan lebih dari 14%. Komponen pendapatan yang

berubah pada asumsi ini adalah produktivitas sapi perah tersebut. Analisis

switching value pada kenaikan biaya operasional akan menjadikan proyek

tidak layak pada tingkat kenaikan biaya operasional lebih dari 11%.

Komponen biaya yang berubah pada asumsi ini adalah harga pakan

konsentrat. Kemudian Analisis switching value, yaitu penurunan

pendapatan dan kenaikan biaya operasional secara bersama-sama

menjadikan proyek tidak layak pada tingkat perubahan lebih dari 10%.

Perdana (2007) menganalisis kelayakan usaha budidaya ikan

gurame kelompok tani tirta maju, Kelurahan Situgede, Kabupaten Bogor.

Analisis kelayakan yang dilakukan menunjukkan bahwa rencana usaha

Tirta Maju dikategorikan layak untuk diimplementasikan pada aspek

pasar, teknis, manajemen maupun finansial. Analisis pendapatan

usahatani menunjukkan nilai keuntungan sebesar Rp 16.238.500,- dan

R/C sebesar 1,29. Sedangkan, dalam analisis penilaian investasi usaha

diperoleh nilai NPV, PI, IRR, dan PBP masing-masing sebesar Rp

10.433.512,-; 1,67; 28,9 persen ; dan 2,9 periode. Lalu, hasil-hasil

analisis sensitivitas menunjukkan bahwa kelayakan rencana usaha Tirta

Maju cukup peka terhadap perubahan yang terjadi pada faktor harga jual

ikan gurame dan volume produksi. Sementara itu, perubahan pada faktor

harga pakan buatan (pellet) tidak terlalu berpengaruh terhadap kelayakan

rencana usaha ini.

Salah satu Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di bidang industri

makanan yang terdapat di Bogor adalah Elsari Brownies and Bakery

(EBB). EBB bermaksud membuka counter penjualan khusus produk

Elsari di lokasi yang strategis. Oleh karena itu EBB memerlukan

penelitian tentang kondisi pemasaran brownies di Kota Bogor, penilaian

kondisi keuangan perusahaan dan kelayakan rencana pengembangan

usaha tersebut. Penelitian ini bertujuan (1) Mengidentifikasi struktur

(18)

brownies di Kota Bogor, (3) Menilai kinerja keuangan perusahaan EBB

dan (4) Menentukan kebutuhan modal untuk mengembangkan usaha

EBB.

Pada pasar tradisional, mekanisme pasar yang berlangsung adalah

pasar persaingan monopolistis. Pada pasar modern dan instansi,

mekanisme pasar yang terjadi adalah oligopoli diferensiasi. Saluran

distribusi brownies di Kota Bogor terdiri dari enam saluran yang

melibatkan lima lembaga distribusi yaitu produsen, agen perorangan,

toko kue mitra di pasar tradisional, instansi dan pasar modern.

Marjin terbesar diperoleh produsen melalui penjualan langsung

yang dilakukan produsen ke konsumen dengan marjin sebesar 40 persen

dari harga jual. Kinerja EBB selama tahun 2007 menunjukkan bahwa

EBB mempunyai kemampuan yang cukup baik untuk melunasi

kewajiban jangka pendeknya. Nilai risiko yang relative besar ditanggung

EBB karena struktur aktiva yang banyak dibiayai oleh pinjaman.

Rencana kebutuhan dana untuk investasi awal pengembangan

usaha EBB adalah sebesar Rp 1.034.957.456,-Berdasarkan perhitungan

dengan analisis keuangan pengembangan usaha EBB, nilai NPV yang

diperoleh sebesar Rp 456.860.170,-. IRR yang diperoleh dari hasil

analisis kelayakan investasi pengembangan EBB adalah sebesar 18,66%.

Payback Period yang dibutuhkan EBB adalah 8 tahun 4 bulan dan nilai PI

yang dihasilkan dari analisis kelayakan adalah sebesar 1,55. Pada tahun

pertama pengembangan usaha, BEP rupiah EBB mencapai Rp

1.803.049.775,- sedangkan BEP kuantitas EBB mencapai 40.606 box.

(19)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian

Kerangka pemikiran penelitian ini diawali dengan melihat potensi

usaha yang sedang dijalankan oleh Warung Surabi yang memiliki banyak

konsumen potensial, dengan adanya perkembangan zaman yang mengubah

pola hidup masyarakat saat ini yang senang berkumpul atau bersosialisasi di

tempat makan. Selain itu, studi kelayakan bisnis memberikan masukan

mengenai target atau pencapaian yang harus diraih untuk mempertahankan

kelangsungan usaha yang didirikan agar tetap berjalan sesuai dengan yang

diharapkan oleh perusahaan. Berdasarkan kondisi tersebut timbul keinginan

dari pemilik perusahaan untuk mengembangkan usaha yang dikelola dengan

manajemen yang baik. Mengingat saat ini begitu banyak usaha jasa boga di

Bogor yang semakin menjamur.

Untuk mengetahui pengembangan usaha yang dijalankan warung

Surabi, dilakukan analisis kelayakan dengan mengkaji aspek-aspek

kelayakan usaha seperti aspek finansial dan non-finansial yang dapat dilihat

dari aspek pasar, teknis, finansial, manajemen dan sosial. Dari aspek

finansial dilakukan analisis mengenai NPV, Net B/C, IRR, PBP, dan analisis

switching value. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

rekomendasi terhadap pelaksanaan usaha yang dijalankan oleh Warung

(20)

Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian

Kondisi Usaha Yang Dijalankan

Warung Surabi

Analisis Studi Kelayakan

Pengembangan Usaha

Analisis Non-Finansial

-

Aspek Pasar dan Pemasaran -Aspek Teknis dan Teknologi

-

Aspek Manajemen dan Operasional

Analisis Finansial

Analisis NPV,

Net

B/C, IRR,

PBP, BEP,

switching value

Hasil Penelitian

Layak

Tidak Layak

Usaha Dapat

Dilanjutkan dan

Dikembangkan

Perbaikan pada aspek

yang mengalami

(21)

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Warung Surabi yang berlokasi di Jalan

Pondok Rumput No 14 Bogor, berlangsung sejak bulan Maret sampai

dengan Mei 2011.

3.3. Jenis dan Sumber Data

Data dan informasi dikumpulkan untuk menjelaskan gambaran dan

keterangan yang berkaitan dengan lingkup usaha. Data yang akan digunakan

berupa data primer dan sekunder. Sumber data primer didapat dari hasil

wawancara dengan pemilik Warung Surabi. Sedangkan data sekunder

bersumber dari beberapa instansi terkait, studi pustaka dan internet.

3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif

dan kuantitatif. Analisis kualitatif diperoleh dari aspek-aspek non-finansial,

yaitu aspek pasar, teknis, manajemen dan sosial. Sedangkan aspek finansial

dilakukan dengan menghitung nilai NPV, Net B/C, IRR, PBP, dan analisis

switching value menggunakan Microsoft Excel.

3.4.1Aspek Pasar dan Pemasaran

Strategi bauran pemasaran yang dikaji meliputi aspek peluang

pasar dan bauran pemasaran (place, product, price dan promotion).

Melalui analisis aspek pasar ini dapat dilihat kondisi pasar yang terjadi

dan dapat diperkirakan penjualan yang mungkin terjadi, yang nantinya

dapat memperkirakan anggaran usaha.

3.4.2 Aspek Teknis

Penilaian aspek teknis dilakukan dengan menganalisis

apakah dari segi pembangunan usaha dan segi implementasinya secara

teknis dapat dilaksanakan. Berdasarkan analisis ini dapat diketahui

rancangan awal penaksiran biaya investasi dari usaha ini. Hal-hal yang

perlu dianalisis dari aspek teknis ini adalah :

a. Lokasi proyek, dimana usaha didirikan dengan pertimbangan lokasi

(22)

b. Skala usaha/luas produksi, ditetapkan untuk mencapai suatu

tingkatan skala ekonomis.

c. Mesin dan alat pembantu mesin, dengan melihat kriteria

pemilihannya.

d. Proses produksi dan tata letak, termasuk bangunan dan fasilitas

lainnya.

e. Penyediaan bahan baku.

3.4.3 Aspek Manajemen

Analisa aspek manajemen meliputi kepemilikan, struktur

organisasi, jumlah tenaga kerja, deskripsi pekerjaan sekaligus pembagian

wewenang dan tanggungjawab serta sistem gaji atau upah anggota

maupun tenaga kerja. Tujuan analisis usaha dari aspek manajemen adalah

untuk mengetahui apakah pembangunan dan implementasi usaha dapat

direncanakan, dilaksanakan dan dikendalikan, sehingga pada akhirnya

rencana usaha dapat dikatakan layak atau tidak layak.

3.4.4 Aspek Finansial

Analisis aspek finansial dilakukan untuk mengetahui kelayakan

proyek berdasarkan criteria tertentu. Data yang diperlukan meliputi

jumlah penjualan, nilai sisa pada akhir tahun, biaya investasi, biaya tetap,

biaya operasional dan biaya lainnya yang terkait.

1. Net Present Value

Kriteria NPV didasarkan atas konsep pendiskontoan seluruh arus

kas ke nilai sekarang

Keterangan :

Bt = Penerimaan (benefit) pada tahun ke-t

Ct = Biaya (cost) pada tahun ke-t

n = Umur proyek

(23)

Dengan kriteria:

1) Nilai NPV dalam suatu proyek didapatkan nilai lebih besar

atau lebih daripada nol, berarti proyek dapat menghasilkan

keuntungan.

2) Apabila nilai NPV yang dihasilkan sama dengan nol berarti

proyek tersebut akan mengembalikan biaya sebesar

opportunity cost faktor produksi modal.

3) Apabila nilai NPV yang dihasilkan kurang dari nol berarti

proyek tersebut tidak dapat menghasilkan keuntungan.

2. Net B/C

………(2)

Keterangan :

Bt = Penerimaan (benefit) pada tahun ke-t

Ct = Biaya (cost) pada tahun ke-t

n = Umur proyek

i = Discount rate (%)

dengan kriteria :

1) Jika net B/C lebih besar atau sama dengan satu maka proyek

layak dijalankan

2) Jika net B/C lebih kecil dari 1 maka proyek tidak layak

3. Internal Rate Return

Internal Rate of Return adalah tingkat pengembalian yang

menghasilkan NPV arus kas masuk sama dengan NPV arus kas keluar.

Keterangan :

I1 = Nilai diskonto pada saat NPV1

I2 = Nilai diskonto pada saat NPV2

NPV1 = Nilai NPV positif

NPV2 = Nilai NPV negative

(24)

1) Apabila nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang

berlaku berarti usaha dapat dilanjutkan.

2) Jika nilai IRR kurang dari tingkat suku bunga yang berlaku

berarti usaha tidak dapat dijalankan.

4. Pay Back Period

Pay Back Period adalah jangka waktu yang diperlukan untuk

mengembalikan modal suatu investasi, yang dihitung dari kas bersih.

………(4)

5. Analisis Sensitivitas

Perencanaan suatu usaha pada umumnya menggunakan perkiraan

dalam menentukan semua biaya yang dikeluarkan dan penerimaan yang

akan diperoleh tiap tahun oleh suatu usaha. Peubah-peubah kebijakan

yang

digunakan sebagai alat analisis sensitivitas pada penelitian ini adalah

perubahan biaya operasional dan penurunan harga penjualan.

3.5. Kriteria Kelayakan Investasi

Asumsi-asumsi yang digunakan dalam analisis pengembangan

usaha Warung Surabi melalui penyusunan suatu cash flow sebagai berikut

:

1) Analisis kelayakan finansial diproyeksikan dengan jangka waktu

lima tahun mulai tahun 2011 - 2015

2) Umur proyek yang direncanakan adalah 5 tahun yang telah

disepakati oleh pihak Warung Surabi.

3) Penentuan bulan dalam satu tahun adalah 12 bulan.

4) Biaya investasi untuk investasi barang-barang tidak bergerak

dikeluarkan pada periode ke nol, yaitu sebelum proses produksi

dimulai.

5) Harga-harga yang digunakan adalah harga yang berlaku pada periode

bulan Mei (harga tahun 2011) dengan asumsi harga konstan selama

(25)

6) Sesuai dengan permintaan pemilik yang ingin menaikkan kapasitas

produksi 5% per tahun, maka pembelian bahan baku ditingkatkan 5%

tiap tahunnya.

7) Tingkat discount rate (DR) yang digunakan 7% sesuai dengan

rata-rata suku bunga deposito pada bulan Mei tahun 2011

(http://pusatdata.kontan.co.id,2011).

8) Biaya investasi tidak dihitung dari usaha yang lama.

9) Sumber modal berasal dari modal sendiri.

10)Pajak pendapatan usaha didasarkan pada UU No. 17 tahun 2000

tentang Pajak Pendapatan Usaha dan Perseroan, yaitu :

i.Apabila mengalami kerugian tidak dikenai pajak.

ii.Apabila pendapatan kurang dari Rp 50.000.000, dikenakan pajak

10%.

iii.Apabila pendapatan antara Rp 50.000.000 - Rp 100.000.000,

dikenakan pajak 10% dari Rp 50.000.000 pertama dan ditambah

dengan 15% dari pendapatan setelah dikurangi Rp 50.000.000.

iv.Apabila pendapatan di atas Rp 100.000.000, dikenakan pajak sebesar

10% dari Rp 50.000.000 pertama ditambah dengan 15% dari Rp

50.000.000 kedua dan ditambah dengan 30% dari pendapatan yang

(26)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Warung Surabi

Usaha Warung Surabi berdiri mulai bulan November 2009. Warung

Surabi berlokasi di Jalan Pondok Rumput No 14. Perusahaan ini didirikan

oleh Bapak Sugeng. Sejak awal pendirian usaha ini hanya dijalankan oleh

satu orang (pemilik), dengan merekrut tenaga kerja sebanyak dua orang.

Perusahaan Warung Surabi memiliki visi dan misi, yaitu

Visi

a. Menjadi salah satu produsen makanan terbaik di kota Bogor dalam

aspek profitabilitas, penjualan, dan kepuasan konsumen.

b. Loyalitas konsumen terhadap produk hasil olahan terjaga.

Misi

a. Memuaskan konsumen dengan menyediakan produk - produk

makanan yang berkualitas dan pelayanan yang memuaskan.

b. Menciptakan suasana yang nyaman bagi para konsumen

c. Menjaga mutu serta kualitas produk makanan

Dengan dua orang pekerja saat ini sebenarnya belum cukup

mengawasi setiap transaksi di hari-hari tertentu, sehingga pemilik harus

ikut terjun di dalam usaha tersebut. Warung Surabi menggunakan alat-alat

masak sederhana dalam proses produksinya seperti banyak usaha surabi

lainnya. Peralatan yang digunakan adalah sodet, baskom, tungku dan

cetakan surabi. Jadi, dapat disimpulkan bahwa perusahaan surabi ini

merupakan perusahaan home industry karena masih berskala mikro.

4.2. Aspek-aspek Analisis Kelayakan Usaha 4.2.1 Aspek Pasar

Pengkajian mengenai aspek pasar bertujuan untuk dapat melihat

kondisi pasar yang terjadi dan perkiraan mengenai penjualan yang

mungkin terjadi.

Aspek pasar diperlukan untuk menilai sejauhmana potensi

(27)

perhatian pertama agar dapat diketahui sejauhmana peluang dan

pangsa pasar yang tersedia. Dengan demikian, perusahaan mampu

menempatkan diri dalam pasar sasaran yang diinginkan.

a. Peluang dan pangsa pasar

Berdasarkan hasil pencacahan sensus penduduk 2010 Badan

Pusat Statistik Bogor diperoleh data jumlah penduduk di

Kecamatan Bogor Utara saat ini mencapai 170.320 Jiwa. Dari

jumlah tersebut, diketahui bahwa sebanyak 86.915 adalah laki-laki

dan 83.405 perempuan. Hasil sensus juga menunjukkan, penduduk

Kecamatan Bogor Utara mengalami laju pertumbuhan 2,59 persen

per tahun selama sepuluh tahun terakhir. Hal tersebut menunjukkan

bahwa kecamatan Bogor Utara memiliki pangsa pasar yang luas.

Segmentasi pasar berdasarkan demografis yaitu berdasarkan

usia karena pada usia 12-50 tahun termasuk usia produktif, dimana

cenderung membutuhkan tempat-tempat untuk berkumpul dengan

teman-teman. Sedangkan segmentasi pasar berdasarkan psikografis

terdiri atas gaya hidup dan kepribadian. Gaya hidup yang ingin

berkumpul dengan teman-teman disuatu tempat yang nyaman dan

terdapat berbagai menu makanan yang cepat saji, menjadi salah

satu peluang bagi usaha di bidang makanan.

Targeting adalah suatu tindakan memilih satu atau lebih

segmen pasar yang akan dimasuki. Target pasar utama Warung

Surabi berdasarkan usia antara 12-50 tahun. Pada usia tersebut

aktivitas lebih banyak dihabiskan di luar rumah, baik bersekolah

maupun bekerja dan cenderung lebih suka menghabiskan waktu

untuk berkumpul dengan teman-teman di suatu tempat yang

diinginkannya. Berdasarkan aspek usia dan latar belakang

pendidikan, pasar sasarannya adalah berasal dari usia dan tingkatan

yang berbeda-beda, yaitu anak – anak, remaja, dan dewasa. Pada kalangan remaja, umumnya konsumen berasal dari pelajar sekolah

menengah atas dan mahasiswa di wilayah kampus Pakuan.

(28)

adalah kalangan kelas menengah. Berdasarkan data versi Bank

Dunia, Kategori kelas menengah adalah mereka yang

membelanjakan uangnya 2 dollar AS (sekitar Rp 18.000) sampai 20

dollar AS (sekitar Rp 180.000) per hari saat ini ada 134 juta warga

menengah di Indonesia (http://data.worldbank.org).

Warung Surabi berusaha menawarkan produk yang sehat,

lezat dan higienis. Untuk menarik minat konsumen untuk membeli

produknya, maka Warung Surabi menyediakan beberapa macam

rasa yang bisa dipilih konsumen, berbeda dengan penjual surabi

tradisional yang ada pada umumnya yang hanya menyediakan satu

jenis/macam rasa.

b. Kebijakan Bauran Pemasaran

Menurut Umar (2001), manajemen pemasaran produk

barang dibagi atas empat kebijakan pemasaran yang disebut bauran

pemasaran (marketing mix). Bauran pemasaran terdiri dari 4

(empat) komponen, yaitu produk, harga, distribusi dan promosi.

1) Product (Produk)

Produk adalah setiap tawaran yang dapat memuaskan

kebutuhan dan keinginan (Kotler, 2004). Produk adalah apa

yang ditawarkan kepada konsumen. Produk makanan yang

ditawarkan di Warung Surabi adalah surabi dengan berbagai

macam toping yakni surabi sosis, surabi es krim, surabi coklat

susu, surabi coklat keju, surabi nangka, surabi sossis mayonese,

surabi ayam, susu kental, surabi sosis telur mayonese, dan surabi

pisang dan beberapa diantara toping tersebut dapat

dikombinasikan sesuai keinginan pelanggan. Akan tetapi dengan

beragamnya selera konsumen maka diperlukan variasi rasa yang

lebih banyak untuk memenuhi keinginan pengunjung. Untuk

produk surabi, sebaiknya ditambahkan varian rasa misalnya saja

rasa selai kacang, bluberry atau daging. Hal ini juga bertujuan

(29)

Banyaknya variasi rasa yang dimiliki Warung Surabi tentunya

akan mejadi keunggulan tersendiri dibandingkan pesaingnya.

Bahan baku yang digunakan untuk adonan secara umum

sama, yang membedakan tiap varian adalah toping. Kualitas

produk yang ditawarkan terjamin rasanya karena produk

langsung dibuat ketika dipesan, sehingga pelanggan merasakan

kenikmatan serabi yang masih hangat. Selain itu bahan baku

yang disediakan juga berkualitas baik dan baru, sehingga

kualitas produk tetap terjaga. Bahan baku utama dalam

pembuatan serabi ini adalah menggunakan produk-produk

pertanian seperti kelapa dan beras. Beras ini yang nantinya

dibuat tepung sebagai bahan baku utama adonan serabi.

Kemudian tepung beras tersebut dicampur dengan tepung terigu

dan parutan kelapa.

Ukuran produk serabi sama untuk semua varian rasa,

yaitu dengan diameter sekitar 13 cm sesuai dengan cetakan

produk yang disediakan. Jika dibandingkan dengan pesaingnya

dari segi variasi menu surabi memiliki lebih banyak varian rasa.

Varian topping cukup terasa, sehingga tidak sedikit pengunjung

yang datang kembali. Tekstur yang dimiliki surabi cukup

lembut/empuk dan terasa kenyal di mulut. Pada bagian bawah

surabi umumnya berwarna kecoklatan dan mengeluarkan aroma

khas. Aroma khas dan warna kecoklatan surabi dihasilkan saat

proses pemasakan. Aroma tersebut yang bisa menggugah selera

konsumen.

Desain kemasan produk terdiri dari dua jenis kemasan,

tergantung permintaan pelanggan. Bagi yang langsung dimakan

di tempat, disediakan dengan piring. Sedangkan yang ingin di

bawa pulang, serabi dikemas dengan dus kemasan yang tidak

jauh berbeda dengan pesaingnya yang juga menggunakan dus

karton sebagai wadah kemasan produk. Namun kemasan yang

(30)

pada kemasan diberi label Warung Surabi. Hal tersebut akan

membuat konsumen lebih mengingat nama Warung Surabi.

2) Price (Harga)

Harga merupakan faktor yang sangat penting bagi

keberlangsungan suatu usaha dalam menciptakan penawaran

kepada konsumen, sehingga konsumen dapat tertarik untuk

membeli produk yang ditawarkan. Harga jual yang diberikan

kepada konsumen harus mampu menutupi biaya operasional

yang ditanggung perusahaan agar tidak mengalami kerugian.

Menurut pemilik, keberadaan pesaing dianggap mempengaruhi

pertimbangan harga. Jika harga yang ditawarkan terlalu tinggi

dibandingkan pesaing tentunya konsumen tidak tertarik, oleh

karena itu perusahaan mencari keuntungan yang relatif. Dalam

hal ini, agar dapat menjalankan usaha secara kontinyu juga

untuk menarik minat konsumen terhadap produk yang

ditawarkan. Warung Surabi menetapkan harga yang beragam

untuk setiap menu. Variasi harga jual didasari harga bahan baku

yang digunakan sebagai topping surabi pada tiap menu yang

dipilih konsumen. Daftar harga dan menu Warung Surabi dapat

dilihat pada Tabel 4. Seperti yang terlihat pada tabel, harga

surabi ice cream sebesar Rp 6.500 dikarenakan harga beli bahan

baku es krim lebih mahal dibandingkan bahan baku lainnya.

Harganya jual surabi berkisar dari Rp 3.500 hingga Rp

6.500 per porsi tergantung variasi rasa yang diinginkan oleh

konsumen. Sejauh ini harga yang ditawarkan warung surabi

relatif terjangkau untuk kalangan remaja, khususnya mahasiswa

yang menjadi salah satu target pasar usaha Warung Surabi.

Harga yang ditetapkan Warung Surabi tidak terlalu mahal bila

dibandingkan dengan pesaingnya semacam roti bakar, burger,

kebab, maupun pisang bakar yang mencapai kisaran harga Rp

(31)
[image:31.595.194.424.108.377.2]

Tabel 4. Daftar menu dan harga jual Warung Surabi

Menu Harga

Surabi pisang keju 3.500

Surabi ayam 3.500

Surabi telur mayonaise 4.000 Surabi sossis telor

mayonaise

5.500

Surabi pisang 3.500

Surabi pisang coklat 4.000

Surabi ice cream 6.500

Surabi coklat keju 3.500

Surabi sosis keju 4.000

Surabi coklat keju susu 4.500 Surabi nangka keju susu 3.500

Surabi nangka 3.500

Surabi telor sosis ayam mayonaise

6.000

Surabi coklat susu 4.000 Surabi pisang coklat susu 4.000

3) Place (Tempat)

Place yaitu berbagai kegiatan perusahaan untuk membuat

produk yang dihasilkan/dijual terjangkau dan tersedia bagi pasar

sasaran. Tempat meliputi antara lain channels, coverage,

assortments, locations, inventory, and transport. Saluran

distribusi bertugas untuk menyalurkan produk dari produsen

hingga sampai ke tangan konsumen akhir. Warung Surabi yang

telah memiliki tempat usaha yang tetap, sehingga dalam

pelaksanaan pendistribusian produknya langsung ke konsumen,

dengan kata lain Warung Surabi melaksanakan sistem penjualan

langsung (direct selling) di tempat produksinya. Hal ini juga

berarti Warung Surabi tidak menggunakan jasa perantara dalam

memasarkan produknya ke konsumen. Menurut pemilik,

distribusi secara langsung dianggap lebih ekonomis, karena

apabila menggunakan perantara maka harga jual yang diterima

konsumen bisa lebih tinggi. Alasan lain tidak digunakannya

(32)

memiliki rasa yang lebih enak dinikmati ketika hangat daripada

surabi yang sudah dingin.

Pemilihan lokasi strategis merupakan faktor penting

sehingga perlu memperhatikan berbagai faktor. Faktor-faktor

yang menentukan dalam pemilihan lokasi adalah mudah

dijangkau/dilihat konsumen, dan lokasi yang banyak dilalui atau

dihuni target konsumen yang berpotensi membeli produk.

Alasan itu yang menjadi pertimbangan warung Surabi untuk

mengembangkan usaha di sekitar wilayah kampus Pakuan.

4) Promotion (Promosi)

Untuk mau membeli produk yang dihasilkan konsumen

harus dapat dibujuk, didorong dan diberikan informasi produk

yang dihasilkan. Pelaku UKM cenderung masih melakukan

promosi yang sederhana, begitu pula dengan Warung Surabi

Bentuk promosi yang dilakukan Warung Surabi saat ini masih

berupa promosi dari mulut ke mulut dan spanduk. Warung

Surabi menjual produk langsung di tempat produksi, oleh karena

itu yang melakukan penjualan adalah karyawan Warung Surabi.

Strategi promosi dari mulut ke mulut dianggap sudah cukup di

kalangan remaja, karena dengan cara promosi seperti ini produk

surabi lebih cepat dikenal oleh kalangan mahasiswa dan pelajar.

Cara promosi dari mulut ke mulut semacam ini dianggap lebih

mudah dilakukan dan juga dianggap lebih ekonomis dalam

memasarkan produk sehingga tidak menambah pengeluaran bagi

perusahaan.

4.2.2 Aspek Teknis Dan Teknologi a. Lokasi dan Tata Letak

Lokasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

sukses atau gagalnya sebuah bisnis. Lokasi ini ada yang mudah

dicapai konsumen dan ada pula yang jauh. Kemajuan sebuah bisnis

sangat tergantung pada kunjungan konsumen. Faktor-faktor yang

(33)

tempuh, biaya, kepercayaan, kualitas dan layanan. Lokasi usaha

yang dipilih untuk pengembangan Warung Surabi terletak di Jalan

Ciheuleut Pakuan, Bogor. Lokasi tersebut menjadi tempat usaha

Warung Surabi cukup ideal karena berada di lokasi yang

berdekatan dengan perumahan penduduk, kampus Universitas

Pakuan, SMAKBO, dan pusat makanan, sehingga mudah dalam

mencari calon konsumen.

Lokasi penjualan ini juga dekat dengan jalan raya sehingga

memudahkan dalam akses transportasi dan memudahkan pelanggan

mencapai lokasi. Pemilihan lokasi baru tersebut mempunyai potensi

untuk dapat menarik konsumen, baik dari pengguna jalan maupun

warga yang tinggal di sekitar lokasi tersebut. Tata letak pada lokasi

pengembangan usaha Warung Surabi mengikuti bentuk bangunan

tanpa melakukan banyak perubahan. Hal ini dimaksudkan agar

tidak terlalu memakan biaya pembangunan. Penyesuaian yang

dilakukan hanya pada kursi dan meja makan, serta penempatan

peralatan di dapur.

Gambar 2.Tata letak tampak atas

Keterangan.

1. Meja kasir 5. Meja dan kursi

2. Tempat peralatan 6. Tempat parkir

3. Tempat bahan baku 7. Toilet

4. Tempat pembuatan menu 5

4

5 5 5

5

6 5

5

(34)

b. Fasilitas Dan Peralatan

Fasilitas penunjang yang dibutuhkan oleh Warung Surabi

adalah bangunan khusus untuk proses produksi dan tempat usaha.

Warung Surabi membutuhkan listrik 100 watt yang digunakan

untuk lampu neon 40 watt, lampu neon box 20 watt, lampu dalam

20 watt, dan lampu kelap-kelip 20 watt. Kebutuhan air per harinya

digunakan untuk keperluan membuat adonan dan mencuci peralatan

memasak. Kebutuhan listrik dan air dari Warung Surabi dapat

dipenuhi oleh pihak pemilik tempat, sehingga operasional Warung

Surabi dapat berjalan dengan lancar. Untuk menunjang keperluan

produksi usahanya, Warung Surabi membutuhkan peralatan.

Peralatan yang digunakan oleh Warung Surabi surabi adalah

alat-alat masak yang sederhana dan biasa digunakan oleh penjual

makanan surabi pada umumnya.

Peralatan pada Warung Surabi

a) Baki g) Tungku

b) Pisau makan h) Cetakan surabi

c) Sendok i) Sodet

d) Container adonan j) Baskom

e) Meja produksi k) Kulkas

f) Piring l) Garpu

Perlengkapan Warung Surabi

a) Alat kebersihan e) Rak piring

b) Sound system f) Meja makan

c) Kursi g) Tempat sendok

d) Alat tulis h) Kipas angin

c. Penyediaan Bahan Baku dan Proses Produksi

Perusahaan ini memiliki tempat penyimpanan bahan baku di

lokasi penjualan, sehingga dapat memudahkan proses produksi.

Bahan baku toping disimpan dalam lemari es untuk menjaga

(35)

akses untuk penyaluran bahan baku dari produsen menjadi lebih

mudah (dekat dengan pasar) dan akses mencapainya pun mudah.

Bahan baku yang digunakan pada produksi surabi adalah bahan

baku yang mudah didapat di toko atau di pasar. Sehingga bisa

dikatakan tidak ada masalah dalam pemenuhan kebutuhan bahan

baku dalam proses produksi. Untuk bahan baku yang bersifat

perishable atau mudah rusak, selalu dilakukan pembelian setiap

hari agar kualitas bahan baku tetap terjaga kesegarannya,

sedangkan bahan baku yang tahan lama biasanya dibeli secara

langsung setiap dua minggu sekali

Proses produksi dalam pembuatan surabi menggunakan

proses produksi yang tradisional yaitu dengan menggunakan

cetakan yang terbuat dari tanah liat dan tungku dengan pengapian

menggunakan arang. Menurut pemilik, surabi yang dibuat secara

tradisional akan menghasilkan aroma yang khas. Aroma tersebut

[image:35.595.226.444.428.684.2]

yang dapat menggugah selera konsumen dalam menikmati surabi.

Gambar 3.Alur produksi

Tahap awal dalam produksi surabi adalah pembuatan

adonan yang terdiri dari tepung beras, tepung terigu, kelapa parut

tepung beras, terigu, kelapa, air

dicampur jadi 1

dibuat adonan

diaduk

cetak (dibakar)

toping

(36)

dan air. Kemudian dalam membuat adonan dilakukan dengan

manual yaitu menggunakan sebuah alat yang diaduk dengan

menggunakan tangan tidak menggunakan alat pengaduk seperti

mixer. Cara tradisional ini masih dilakukan karena untuk

mempertahankan rasa khas serabi yang enak dan gurih. Adonan

tersebut selanjutnya dituang kedalam cetakan yang sudah

dipanaskan. Saat surabi menjadi setengah matang tahap selanjutnya

adalah pemberian toping. Setelah menjadi matang kemudian surabi

disajikan kepada konsumen.

Untuk jumlah produksi yang dihasilkan tergantung

permintaan dan penawaran konsumen setiap harinya. Pembuatan

adonan biasa dilakukan sebelum memulai kegiatan penjualan.

Biasanya Warung Surabi membuat adonan secukupnya, 1 adonan

tersebut menghasilkan 20 buah surabi. Apabila jumlah pengunjung

saat itu mulai bertambah, maka akan dibuat adonan lagi.

4.2.3 Aspek Manajemen dan Operasional a. Kepemilikan

Usaha yang mengolah bahan baku makanan menjadi makanan/

produk jadi yaitu produk serabi ini berada di bawah kepemilikan satu

(1) orang yang merupakan pemilik modal usaha.

b. Struktur Organisasi

Aspek manajemen sangatlah penting karena merupakan aspek

yang mengelola dan menggerakan suatu bisnis. Manajemen yang akan

dilakukan dalam usaha ini terdiri dari satu orang pemegang kendali

perusahaan dan di tambah dua orang karyawan. Dalam perusahaan

Warung Surabi tidak terdapat struktur organisasi yang jelas. Warung

Surabi membentuk struktur organisasi yang masih bersifat sederhana.

Pembagian pekerjaannya pun di buat fleksibel sehingga diharapkan

semua karyawan dapat berperan pada semua posisi, bagian persiapan

produk harus dapat berganti peran pelayan atau sebaliknya.

Struktur organisasi (Gambar 4) di bawah merupakan struktur

(37)

organisasi di perusahaan Warung Surabi. Berdasarkan pengamatan,

semua jabatan dapat beralih fungsi pada saat kapan pun menyesuaikan

dengan kondisi dan situasi yang ada. Rangkap jabatan pun terjadi

dalam usaha ini. Bapak Sugeng selaku pendiri perusahaan tersebut.

menjalankan tugas sebagai pemimpin, pengawas, serta pemegang

tanggung jawab penuh untuk seluruh kegiatan, dan bagian kasir yang

mencangkup bagian keuangan bertugas melayani proses pembayaran

para konsumen dan mencatat keuangan masuk dan keluar pada usaha

ini.

Juru masak memiliki kewajiban memproduksi pesanan makanan

yang ditawarkan, serta menjaga agar rasa yang dihasilkan sama pada

setiap produk. Pada bagian ini dikerjakan oleh satu orang karyawan.

Bagian ini juga juga harus selalu mengawasi persediaan bahan baku

yang diperlukan.

Pelayan bertugas melayani para pengunjung, mulai dari

pemesanan menu hingga penyajiannya serta merapikan meja setelah

para pengunjung selesai menyantap hidangan. Selain itu pelayan juga

memiliki kewajiban memberikan informasi menu spesial dan deskripsi

dari setiap menu agar para pengunjung mendapatkan gambaran

tentang menu yang akan dipesan nantinya.

Gambar 4. Struktur organisasi Warung Surabi

Struktur organisasi yang dijalankan oleh Warung Surabi bersifat

sederhana sehingga tidak membutuhkan banyak tenaga kerja. Pada

pemilik

pegawai

1

(38)

usaha Warung Surabi, struktur organisasi yang digunakan adalah

struktur organisasi lini atau garis (Gambar 4). Struktur organisasi ini

merupakan ketetapan dan telah disepakati bersama oleh seluruh

karyawan pada perusahaan ini. Alasan dari Warung Surabi

menggunakan struktur organisasi lini atau garis, agar memudahkan

dalam merencanakan, mengorganisasikan, mengendalikan dan

melakukan pengontrolan, sehingga pengambilan keputusan dapat

dilakukan dengan cepat.

c. Tenaga Kerja

Sumber Daya Manusia merupakan asset berharga bagi

perusahaan. Suatu perusahaan yang maju tentu sangat memperhatikan

kualitas dari SDM yang mereka miliki serta sudah menerapkan sistem

manajemen SDM yang baik pada perusahaannya. Dalam perusahaan

Warung Surabi, sistem manajemen SDM yang diterapkan masih

sederhana. Tidak ada persyaratan khusus untuk bekerja di Warung

Serabi. Satu-satunya kemampuan yang harus pegawai miliki adalah

disiplin dan mau bekerja keras. Tenaga kerja ini memperoleh gaji

dengan jumlah yang tetap dan diberikan setiap awal bulan. Gaji yang

diberikan kepada tenaga kerja Rp 600.000 per bulan. Tenaga kerja

yang digunakan sebanyak dua orang yaitu juru masak dan pramusaji.

Hal ini dilakukan untuk mengurangi biaya yang keluar untuk gaji

karyawan. Perekrutan tenaga kerja tidak menetapkan standar

pendidikan yang tinggi karena proses produksi hanya membutuhkan

tenaga yang terlatih. Warung Surabi beroperasi setiap hari mulai pukul

14.00 hingga 22.00 dan libur setiap 2 minggu sekali.

Setelah jam kerja selesai pemilik tidak melakukan evaluasi

kerja. Namun apabila ada salah satu pegawai yang melakukan

kesalahan pembuatan menu, pegawai yang lain langsung menegur dan

mengingatkan saat itu juga. Dalam perusahaan ini juga tidak ada

pelatihan khusus dan pengembangan ketrampilan pegawai. Sebelum

bekerja, pegawai hanya diajari tentang cara membuat makanan, cara

(39)

perusahaan ini juga tidak ada promosi dan kenaikan jabatan, serta

pemindahan pegawai.

Pemilik usaha juga membuat peraturan bagi pegawai Warung

Surabi, antara lain :

1) Setiap tenaga kerja diharuskan selalu menjaga kebersihan dan

menjaga kenyamanan konsumen.

2) Setiap tenaga kerja dilarang untuk mencuri atau mengambil hal-hal

yang merupakan milik Warung Surabi.

3) Setiap tenaga kerja dilarang untuk memakai narkoba dan

mengkonsumsi minuman keras, terutama di lokasi usaha.

Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, dapat disimpulkan

bahwa aspek manajemen pada pendirian usaha yang dilakukan oleh

Warung Surabi memungkinkan pihak manajemen mengorganisasikan,

melaksanakan maupun mengendalikan usahanya dengan baik. Dengan

demikian, aspek manajemen pada pendirian usaha ini termasuk

kategori layak.

4.2.3 Aspek Finansial

Analisis kelayakan finansial dilakukan pada penelitian ini untuk

mengetahui kelayakan usaha sehingga diketahui apakah usaha yang

dijalankan oleh Warung Surabi layak secara finansial. Aspek finansial

yang dibahas adalah :

a. Kebutuhan Modal dan Identifikasi Biaya

Kebutuhan modal dalam usaha Warung Surabi terdiri dari

modal investasi dan modal kerja. Modal investasi adalah modal yang

dikeluarkan pada awal periode usaha untuk pendirian atau pembelian

peralatan yang mendukung proses produksi dan penjualan dan

digunakan untuk memperoleh manfaat hingga secara ekonomis tidak

dapat digunakan lagi. Jika investasi awal secara ekonomis sudah tidak

dapat digunakan lagi, maka dilakukan investasi kembali atau disebut

reinvestasi. Sementara itu, modal kerja adalah modal yang digunakan

(40)

nol Rp 10.958.000. Kebutuhan investasi pada usaha Warung Surabi

[image:40.595.147.364.153.703.2]

dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Kebutuhan investasi

Uraian Nilai (Rp)

Instlalasi bangunan 3.000.000

Tungku 500.000

Meja kasir 500.000

Kulkas 1.200.000

Meja Produksi 350.000

Cetakan surabi 25.000

Kipas angin 150.000

Container adonan 30.000

Rak piring 55.000

Kursi 704.000

Meja makan 1.440.000

Baki 24.000

Tempat sendok 40.000

Tupperware kecil 840.000

Alat tulis 52.000

Alat kebersihan 35.000

Talenan 25.000

Spanduk 200.000

Sound system 400.000

Cetakan surabi 25.000

Kursi 704.000

Container adonan 60.000

ATK 35.000

Alat kebersihan 17.000

Kalkulator 75.000

Pisau dapur 25.000

Sendok 150.000

Piring 500.000

Pisau makan 288.000

Garpu 150.000

Asbak 80.000

Capit biasa 25.000

Gembok 100.000

Biaya investasi yang dikeluarkan antara lain untuk pembelian

peralatan dan perlengkapan antara lain, meja kasir, kursi, meja makan,

(41)

Selain biaya investasi, biaya lain yang harus dikeluarkan oleh Warung

Surabi adalah untuk modal kerja yang terdiri dari biaya tetap dan biaya

variabel.

Biaya tetap adalah biaya produksi yang besarnya tidak

tergantung pada jumlah (tingkat) output yang dihasilkan. Biaya tetap

yang dikeluarkan diantaranya untuk membiayai gaji tenaga kerja,

arang, biaya listrik, dan biaya air. Biaya tetap per tahun dapat dilihat

[image:41.595.162.507.275.368.2]

pada tabel biaya tetap.

Tabel 6. Biaya tetap

No Uraian Jumlah Harga per

Satuan (Rp) Nilai (Rp)

1 Tenaga kerja 2 orang 600.000 14.400.000

2 Biaya listrik 12 bulan 400.000 4.800.000

3 Biaya air 12 bulan 200.000 2.400.000

4 Sewa tempat 1 tahun 5.000.000

Sedangkan, biaya variabel adalah biaya yang berubah-ubah

sesuai dengan perubahan jumlah output produksi perusahaan. Biaya

variabel pada usaha surabi yang dimaksud adalah kebutuhan fisik

bahan baku yang dibutuhk

Gambar

Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian
Tabel 4. Daftar menu dan harga jual Warung Surabi
Gambar 3.Alur produksi
Tabel 5. Kebutuhan investasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Nilai BIC Ratio yang diperoleh sebesar 2 pada tingkat suku bunga 12 persen, menunjukkall bahwa untuk setiap nilai sekarang dari pengelua-an sebesar Rp.1 akan

Dari perhitungan analisis kelayakan investasi yang dilakukan oleh penulis dapat disimpulkan bahwa proyek pengadaan investasi mesin baru tersebut dinyatakan layak karena

Hasil analisis kelayakan investasi pada bengkel motor minimalis dinyatakan layak, terbukti dengan nilai NPV yang positif menggunakan nilai suku bunga MARR 35%

Pengukuran IRR pada CV Sukses Karya dan CV Pramana Balau Jaya dilakukan dengan mencoba berbagai tingkat suku bunga untuk mendapatkan tingkat suku bunga yang

IRR (Internal Rate of Return) merupakan tingkat suku bunga yang dapat membuat besarnya nilai NPV dari suatu usaha sama dengan nol (0) atau 7 yang dapat membuat nilai Net B/C

Dengan tarif parkir alternatif dua sebesar Rp 3500 dengan tingkat suku bunga 18%, analisis finansial menunjukan dari Nilai NPV positif, Nilai BCR lebih dari satu dan

Nilai IRR sebesar 41 persen lebih besar dibandingkan dengan tingkat suku bunga yang dipakai yaitu KUR Ritel BRI (9%), dan lamanya waktu yang diperlukan untuk

Kesimpulan yang didapat dari perhitungan ini adalah hasil IRR lebih besar dari COC maka investasi dinyatakan layak untuk dijalankan. -