• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluation of IT Governance at the Library of Indonesian Agency for Agricultural Research and Development Using COBIT Framework

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Evaluation of IT Governance at the Library of Indonesian Agency for Agricultural Research and Development Using COBIT Framework"

Copied!
310
0
0

Teks penuh

(1)

MENGGUNAKAN KERANGKA KERJA COBIT

BOY DEWA PRIAMBADA

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Evaluasi Tata Kelola TI pada Perpustakaan Badan Litbang Pertanian Menggunakan Kerangka Kerja COBIT adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Juli 2012

(4)
(5)

Indonesian Agency for Agricultural Research and Development Using COBIT Framework. Under Direction of FIRMAN ARDIANSYAH and FAOZAN.

The purpose of this research is to perform measurements toward the IT utilisation in the libraries management using the COBIT framework. This research conducted an evaluation the IT utilisation by the Indonesian Agency for Agricultural Research in library management. Evaluation restricted to the control process with the priority scale obtained by using the method of AHP. The control process is managing quality, enable operation and use, manage the physical environment, and provide IT governance. From the results of the evaluation is known that the current maturity level is level 3 (defined), while the level of maturity expected the institution is level 4 (managed and measurable). Gap on maturity level can be grave implications for the overall management of the library. Corrective measures that can be done is as follows: 1. Library management conducted by professional, semi-professional personnel, and non-professional library staff, 2. The library personnel just do the work in accordance with the main task, 3. Library manager is obliged to report its activities to the head of the UK/UPT-related and PUSTAKA.

(6)
(7)

Badan Litbang Pertanian Menggunakan Kerangka Kerja COBIT. Dibimbing oleh FIRMAN ARDIANSYAH dan FAOZAN.

Perpustakaan yang diselenggarakan Badan Litbang Pertanian merupakan perpustakaan berbasis TI. Perpustakaan Badan Litbang Pertanian ini merupakan jaringan perpustakaan Unit kerja (UK) dan Unit Pelaksana Teknis (UPT) lingkup Badan Litbang Pertanian yang tersebar di seluruh propinsi. Dalam pengelolaan perpustakaan berbasis TI tidak terlepas dari dukungan TI. Agar perpustakaan yang diselenggarakan oleh Badan Litbang Pertanian dapat memenuhi kebutuhan pengguna dalam hal keandalan, ketersediaan, aksesibilitas, maupun kegunaan baik diakses secara online maupun offline sehingga sumberdaya informasi yang dimiliki dapat diketahui dan dimanfaatkan oleh pengguna, perlu ditunjang dengan tata kelola TI yang terstruktur dengan baik.

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pengukuran terhadap pemanfaatan TI dalam pengelolaan perpustakaan dengan menggunakan kerangka kerja COBIT. Dari hasil pengukuran tersebut diharapkan dapat diidentifikasi kondisi tata kelola TI pada saat ini, kesenjangannya dengan kondisi ideal, dan perbaikan untuk peningkatan efisiensi dan efektifitas pemanfaatan TI yang selaras dengan rencana pencapaian yang ditargetkan oleh instansi.

Penelitian ini bersifat evaluatif terhadap keempat domain dalam kerangka kerja COBIT. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan kuesioner. Namun sebelumnya, dilakukan penentuan proses kontrol yang terkait dengan ketersediaan layanan dengan menggunakan metode skala prioritas AHP. Berdasarkan perhitungan tingkat kepentingan menggunakan AHP didapatkan proses kontrol yang penting untuk dievaluasi yaitu manage quality, enable operation and use, manage the physical environment, dan provide IT governance

Dari hasil perhitungan tingkat kematangan diketahui bahwa tingkat kematangan yang berjalan diinstansi saat ini adalah pada level 3 yaitu didefinisikan, dimana prosedur distandarisasi dan didokumentasi kemudian dikomunikasikan melalui pelatihan. Sedangkan tingkat kematangan yang diharapkan oleh instansi sesuai dengan visi, misi, dan tantangan masa depan adalah pada level 4 yaitu dikelola, dimana proses dimonitor dan diukur menggunakan indikator kinerja yang telah ditetapkan sebelumnya. Perbedaan ini menyebabkan terjadinya kesenjangan tingkat kematangan antara kondisi saat ini dan kondisi yang diharapkan oleh instansi.

(8)

melakukan pekerjaan sesuai dengan tupoksinya, dan 3. Mewajibkan pengelola perpustakaan untuk memberikan laporan baik kepada kepala UK/UPT terkait maupun PUSTAKA yang diberi mandat sebagai unit kerja pembina perpustakaan Badan Litbang Pertanian.

(9)

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2012 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

(10)
(11)

MENGGUNAKAN KERANGKA KERJA COBIT

BOY DEWA PRIAMBADA

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Komputer pada

Program Studi Ilmu Komputer

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITU PERTANIAN BOGOR

(12)
(13)

Nama : Boy Dewa Priambada

NRP : G651090281

Disetujui, Komisi Pembimbing

Ketua

Firman Ardiansyah, S.Kom, M.Si

Anggota Faozan, S.Si, M.Si.

Diketahui, Ketua Program Studi

Ilmu Komputer

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Yani Nurhadryani, S.Si., MT. Dr. Ir. Dahrul Syah, Msc.Agr

(14)
(15)

Alhamdulillaahirobbil’aalamiin, puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah Nya sehingga penulisan tesis dengan judul “Evaluasi Tata Kelola TI pada Perpustakaan Badan Litbang Pertanian Menggunakan Kerangka Kerja COBIT” berhasil diselesaikan oleh penulis.

Penyelesaian penulisan tesis ini tidak terlepas dari bantuan, arahan, dan dorongan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Firman Ardiansyah, S.Kom, M.Si selaku ketua komisi pembimbing dan Faozan, S.Si, M.Si selaku anggota komisi pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis.

2. Dr. Yani Nurhadryani, S.Si., MT. selaku penguji luar komisi atas masukan-masukan yang sangat berharga kepada penulis.

3. Bapak Kepala Badan Litbang Pertanian; Bapak Kapus PUSTAKA; Ibu Dr. Eko Sri Mulyani; Bapak Hasyim Asyari, MM. yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti program S2 pada program studi Ilmu Komputer di Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

4. Kedua Orang Tua, Bapak Mertua, Istriku tersayang dan anak-anakku yang telah memberikan bantuan dan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

5. Rekan-rekan Bidang Program dan Evaluasi yang memberikan dukungan moril kepada penulis.

6. Rekan-rekan pengelola perpustakaan dan pengelola TI di UK/UPT lingkup Badan Litbang Pertanian yang telah membantu dalam pengumpulan data untuk tesis ini.

7. Pimpinan, staf akademik, pengajar, serta karyawan pada program studi Ilmu Komputer di Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor yang telah memberikan bantuan kepada penulis.

(16)

Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, penulis sampaikan terima kasih dan penghargaaan yang setinggi-tingginya. Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu penulis. Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang bersifat membangun guna penyempurnaan tesis ini akan diterima dengan senang hati. Akhir kata, semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi para pembaca serta semua pihak yang memerlukannya.

Bogor, Juli 2012

(17)

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 2 Juni 1979 sebagai anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Drs. Otjim Alkasim Tjiptowardojo dan Mimin Sukaesih. Penulis menikah dengan Ira Mulyawanti, STP dan saat ini telah dikarunia dua orang anak, Muhammad Farrel Priambada dan Nakhwah Carissa Apsari.

Penulis menyelesaikan pendidikan menengah pada Sekolah Menegah Atas Negeri 109 Jakarta tahun1997. Pendidikan sarjana ditempuh di Fakultas Ilmu Komputer Jurusan Sistem Komputer Universitas Gunadarma, lulus pada tahun 2001. Penulis mendapat kesempatan untuk mengikuti program S2 pada Program Studi Ilmu Komputer di Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor pada tahun 2009 atas beasiswa dari Badan Litbang Pertanian, Kementerian Pertanian.

(18)
(19)

DAFTAR ISI ... xix

DAFTAR TABEL ... xxii

DAFTAR GAMBAR ...xxiv

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Tujuan Penelitian ... 4

1.3. Ruang Lingkup Penelitian ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

1.5. Sistematika Penulisan ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1. Konsep TI dan Tata Kelola TI ... 7

2.2. COBIT ... 11

2.3. Konsep Perpustakaan Berbasis TI ... 16

2.4. AHP ... 19

2.5. Teknik Pembuatan Skala ... 22

2.6. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 24

III. METODE PENELITIAN ... 25

3.1. Kerangka Pemikiran ... 25

3.2. Alur Penelitian ... 25

3.2.1. Teknik Pengumpulan Data ... 26

3.2.2. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 26

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 29

4.1. Analisis Lingkungan TI ... 29

4.1.1. Sejarah dan Perkembangan Perpustakaan Badan Litbang Pertanian ... 29

4.1.2. Sumberdaya TI Perpustakaan Badan Litbang Pertanian ... 31

(20)

4.2.1. Pland and Organise ... 53

4.2.2. Acquire and Implement ... 57

4.2.3. Deliver and Support ... 59

4.2.4. Monitor and Evaluate ... 63

4.3. Hasil Perhitungan Skala Prioritas ... 65

4.3.1. Plan and Organise ... 66

4.3.2. Acquire and Implement ... 67

4.3.3. Deliver and Support ... 68

4.3.4. Monitor and Evaluate ... 70

4.4. Indikator Kinerja ... 71

4.4.1. Plan and Organise ... 71

4.4.2. Acquire and Implement ... 72

4.4.3. Deliver and Support ... 73

4.4.4. Monitor and Evaluate ... 73

4.5. Pemetaan Tingkat Kematangan ... 74

4.5.1. Karakteristik Responden ... 75

4.5.2. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 76

4.5.3. Tingkat Kematangan Manage Quality ... 78

4.5.4. Tingkat Kematangan Enable Operation and Use ... 80

4.5.5. Tingkat Kematangan Manage the Physical Environment ... 81

4.5.6. Tingkat Kematangan Provide IT Governance ... 82

4.6. Analisis Kesenjangan ... 84

4.7. Implikasi Tingkat Kematangan Proses Kontrol Terhadap Pengelolaan Perpustakaan Badan Litbang Pertanian ... 85

4.7.1. Implikasi pada Proses Kontrol Manage Quality ... 85

4.7.2. Implikasi pada Proses Kontrol Enable Operation and Use ... 86

4.7.3. Implikasi pada Proses Kontrol Manage the Physical Environment ... 87

(21)
(22)

DAFTAR TABEL

Halaman 1. Perbandingan COBIT dengan ITIL, ISO/IEC 17799, dan COSO ... 10 2. Generic Maturity Model ... 16 3. Skala perbandingan berpasangan (pairwise comparasion scale) ... 21 4. Nilai tingkatan Skala Likert ... 22 5. Nilai absolut model kematangan COBIT ... 23 6. Skala pembulatan indeks ... 23 7. Inventarisasi perangkat keras yang tersedia di perpustakaan

UK/UPT Badan Litbang Pertanian sampai dengan tahun 2011 ... 39 8. Tambahan perangkat keras untuk perpustakaan UK/UPT Badan

Litbang Pertanian ... 40 9. Kondisi saat ini dan tambahan kebutuhan sumberdaya manusia

pengelola perpustakaan UK/UPT ... 47 10.Sumberdaya manusia pengelola TI UK/UPT Badan Litbang

Pertanian ... 48 11.Koleksi perpustakaan UK/UPT Badan Litbang Pertanian ... 50 12.Nilai rata-rata yang akan digunakan sebagai skala prioritas

tertinggi pada Domain Plan and Organise (PO) ... 67 13.Nilai rata-rata yang akan digunakan sebagai skala prioritas

tertinggi pada Domain Acquire and Implement (AI) ... 68 14.Nilai rata-rata yang akan digunakan sebagai skala prioritas

tertinggi pada Domain Deliver and Support (DS) ... 69 15.Nilai rata-rata yang akan digunakan sebagai skala prioritas

tertinggi pada Domain Monitor and Evaluate (ME) ... 70 16. Nilai korelasi untuk masing-masing pertanyaan dalam kontrol

proses Manage Quality (PO8) ... 77 17.Nilai korelasi untuk masing-masing pertanyaan dalam kontrol

(23)

19.Nilai korelasi untuk masing-masing pertanyaan dalam kontrol

proses Provide IT Governance (ME4) ... 77 20.Nilai reliabilitas untuk setiap kontrol proses ... 78 21.Jumlah jawaban responden untuk setiap pertanyaan dari proses

kontrol manage quality (PO8) ... 78 22.Perhitungan indeks kematangan proses kontrol manage quality

(PO8) ... 79 23.Jumlah jawaban responden untuk setiap pertanyaan dari proses

kontrol enable operation and use (AI4) ... 80 24.Perhitungan indeks kematangan proses kontrol enable operation

and use (AI4) ... 81 25.Jumlah jawaban responden untuk setiap pertanyaan dari proses

kontrol manage the physical environment (DS12) ... 81 26.Perhitungan indeks kematangan proses kontrol manage the

physical environment (DS12) ... 82 27.Jumlah jawaban responden untuk setiap pertanyaan dari proses

kontrol provide IT governance (ME4) ... 83 28.Perhitungan indeks kematangan proses kontrol provide IT

governance (ME4) ... 84 29.Kesenjangan kondisi tingkat kematangan saat ini dengan kondisi

(24)

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1. Pemetaan COBIT dengan ITIL, ISO/IEC17799, dan COSO ... 11 2. Struktur hirarki AHP ... 20 3. Diagram aliran penelitian ... 26 4. Katalog Induk ... 34 5. Indonesiana ... 34 6. Katalog Online UK/UPT ... 34 7. Halaman depan situs web perpustakaan Badan Litbang Pertanian ... 36 8. Arsitektur pertukaran data Repository Badan Litbang Pertanian ... 37 9. Halaman depan Repository Badan Litbang Pertanian ... 38 10.Topologi infrastruktur jaringan Badan Litbang Pertanian ... 44 11.Topologi infrastruktur jaringan perpustakaan UK/UPT

(25)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Badan Litbang Pertanian)

merupakan lembaga penelitian di bawah Kementerian Pertanian RI yang khusus

melakukan riset bidang pertanian dari hulu hingga hilir dalam mendukung

pembangunan pertanian Indonesia yang dikenal sebagai negara agraris. Badan

Litbang Pertanian mempunyai visi “Pada tahun 2014 menjadi lembaga penelitian

dan pengembangan pertanian berkelas dunia yang menghasilkan dan

mengembangkan inovasi teknologi pertanian untuk mewujudkan pertanian

industrial unggul berkelanjutan berbasis sumberdaya lokal” (BPPP 2009). Salah

satu cara yang digunakan dalam pencapaian visi tersebut adalah pemberdayaan

peran perpustakaan sebagai media untuk mendiseminasikan hasil-hasil penelitian

kepada pengguna yang terdiri dari peneliti, perekayasa, dan penyuluh pertanian

dengan berbagai bidang keilmuan untuk menunjang pelaksanaan kegiatan

khususnya penelitian pertanian. Sampai dengan tahun 2009 di Badan Litbang

Pertanian terdapat tenaga peneliti sebanyak 1.634 orang, tenaga perekayasa

sebanyak 32 orang, dan tenaga penyuluh sebanyak 206 orang (BPPP 2009).

Penelitian adalah suatu proses penyelidikan secara sistematis yang ditujukan

pada penyediaan informasi untuk menyelesaikan masalah-masalah (Cooper 1996).

Penelitian umumnya diawali dengan penelitian sebelumnya, sehingga peran

perpustakaan dalam penyediaan informasi hasil penelitian terdahulu dan

termutakhir sangat diperlukan. Dalam perkembangannya perpustakaan tidak lepas

dari dukungan teknologi. Teknologi informasi (TI) dan internet telah mendorong

pada banyaknya koleksi (resource) yang tersedia dalam bentuk digital yang

memunculkan gagasan untuk membentuk perpustakaan berbasis TI (Dwiyanto

2005). Pada tahun 2007, melalui Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi

Pertanian (PUSTAKA) sebagai unit kerja eselon II yang memiliki mandat untuk

melaksanakan pengelolaan perpustakaan dan penyebarluasan informasi ilmu

pengetahuan dan teknologi pertanian mulai membangun perpustakaan Badan

(26)

Perpustakaan Badan Litbang Pertanian ini merupakan jaringan perpustakaan

Unit Kerja (UK) dan Unit Pelaksana Teknis (UPT) lingkup Badan Litbang

Pertanian yang tersebar di seluruh propinsi. Koordinasi dan kerjasama informasi

perpustakaan lingkup Badan Litbang Pertanian telah mempermudah penyebaran

dan pencarian informasi pertanian yang dihasilkan para peneliti, perekayasa, dan

penyuluh pertanian. Dalam sistem ini, perpustakaan UK dan UPT memiliki dua

kewajiban, yaitu: (1) menghimpun berbagai kegiatan yang dilakukan oleh unit

kerjanya dalam bentuk digital, kemudian meng-upload-nya ke dalam server

perpustakaan unit kerja sehingga dapat diakses oleh seluruh staf unit kerja

bersangkutan secara internal melalui intranet dan (2) melakukan updating data

terhadap server utama sehingga informasi yang tersedia dapat diakses oleh

pengguna melalui internet (Kusmayadi 2008). Dengan kondisi tersebut, sangat

dibutuhkan keandalan infrastruktur komunikasi data atau jaringan komputer di

masing-masing perpustakaan yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung aplikasi,

aktivitas pelaporan, penyelesaian persoalan yang terjadi, dan bentuk komunikasi

lainnya. Namun demikian, dalam pelaksanaannya keandalan infrastruktur masih

menjadi suatu persoalan. Hal ini disebabkan oleh beberapa lokasi dari

perpustakaan yang masih belum terjangkau oleh jaringan infrastruktur komunikasi

data atau jaringan komputer yang memadai. Persoalan yang terjadi pada

infrastruktur tersebut dapat mengganggu aktivitas operasional dan berdampak

pada kinerja.

Badan Litbang Pertanian, dalam mengelola perpustakaan berbasis TI tidak

terlepas dari dukungan TI. Sejauh ini sudah terjadi perubahan sumberdaya TI

pendukung. Perubahan tersebut diantaranya adalah pengembangan aplikasi

(aplikasi yang digunakan sebagai sistem temu-kembali informasi pada awalnya

menggunakan CDS-ISIS dan saat ini telah menggunakan IGLOO dan

pembangunan aplikasi buku tamu), perubahan infrastruktur pendukung

(masing-masing perpustakaan UK dan UPT telah memiliki server lokal dan pada saat-saat

tertentu melakukan updating data terhadap server utama), dan

perubahan-perubahan lainnya dimaksudkan untuk memperoleh nilai TI yang mendukung

proses bisnis dengan lebih baik. Layanan TI yang saat ini terjadi dalam

(27)

fungsi TI yang bertindak sebagai penyedia layanan (container) dan fungsi atau

bagian lainnya sebagai penyedia isi (content). Fungsi TI dalam mendukung

aktivitas operasional penyedia layanan diantaranya adalah menangani masalah

yang muncul dan mencari penyelesaiannya serta memberikan dukungan lainnya

untuk kelancaran layanan tersebut. Sedangkan fungsi lainnya adalah sebagai

penyedia isi dan menjalankan atau mengoperasionalkan aplikasi dari layanan TI

yang diberikan. Bagian penyedia isi adalah pustakawan maupun pengelola

perpustakaan UK dan UPT lingkup Badan Litbang Pertanian. Namun demikian,

dalam pelaksanaannya pembagian tugas tersebut belum berjalan dengan

sempurna. Bagian TI masih dilibatkan untuk menangani penyediaan isi. Hal ini

disebabkan oleh kurangnya kualitas kompetensi bagian penyedia isi dalam

penerapan teknologi informasi.

Secara keseluruhan pengelolaan perpustakaan Badan Litbang Pertanian

belum dapat dilakukan secara optimal karena selain keterbatasan sarana dan

prasarana juga disebabkan masih belum optimalnya sosialisasi kepada pengguna

baik internal maupun eksternal (Maksum 2010). Untuk saat ini layanan

perpustakaan yang dapat diakses secara online pada situs web

online, hanya

perpustakaan unit kerja Pusat Penelitan dan Pengembangan Peternakan yang

sudah memiliki koleksi pustaka dalam bentuk digital secara lengkap (fulltext)

yang dapat didownload secara online. Namun layanan perpustakaan yang diakses

secara offline atau datang langsung ke perpustakaan UK dan UPT bersangkutan,

koleksi yang dimilikinya sebagian besar sudah dialihmediakan kedalam bentuk

digital secara lengkap. Berdasarkan hasil analisis log webserver perpustakaan

Badan Litbang Pertanian sampai dengan bulan Mei tahun 2011 rata-rata

pengunjung yang mengakses layanan situs web ini per bulan adalah sebanyak

10.865 orang dengan rata-rata pengunjung per hari adalah sebanyak 350 orang.

Dari rata-rata total hit pengunjung per bulan yaitu sebesar 155.059, ada sekitar

50.225 permintaan pengunjung yang tidak dapat dilayani. Tipe permintaan

pengunjung yang tidak dapat dilayani tersebut adalah: “page not found” sebanyak

(28)

“unauthorized” sebanyak 42, “method not allowed” sebanyak 15, “bad request”

sebanyak 3, “requested range not satisfiable” sebanyak 2.

Agar perpustakaan yang dikelola oleh Badan Litbang Pertanian dapat

memenuhi kebutuhan pengguna dalam hal keandalan, ketersediaan, aksesibilitas,

maupun kegunaannya yaitu dapat diakses secara online maupun offline perlu

ditunjang dengan tata kelola TI yang terstruktur dengan baik. Dengan demikian,

sumberdaya informasi yang dimiliki dapat diketahui dan dimanfaatkan oleh

pengguna. Salah satu standar yang dapat digunakan untuk mendukung tata kelola

TI di instansi adalah menggunakan kerangka kerja Control Objectives for

Information and Related Technology (COBIT). Konsep dasar kerangka kerja

COBIT adalah bahwa penentuan kendali dalam TI didasarkan kepada informasi

yang diperlukan untuk mendukung tujuan bisnis dan informasi yang dihasilkan

dari gabungan penerapan proses TI dan sumberdaya terkait.

1.2.Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pengukuran terhadap pemanfaatan

TI oleh Badan Litbang Pertanian dalam pengelolaan perpustakaan dengan

menggunakan kerangka kerja COBIT. Dari hasil pengukuran tersebut diharapkan

dapat diidentifikasi kondisi tata kelola TI pada saat ini, kesenjangannya dengan

kondisi ideal, dan perbaikan untuk peningkatan efisiensi dan efektifitas

pemanfaatan TI yang selaras dengan rencana pencapaian yang ditargetkan oleh

instansi.

1.3.Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian adalah mengevaluasi kondisi tata kelola TI di

Perpustakaan Badan Litbang Pertanian berdasarkan kerangka kerja COBIT pada

domain Plan and organise, Acquire and Implement, Deliver and Support, dan

Monitor and Evaluate. Namun evaluasi tidak dilakukan secara keseluruhan

terhadap proses kontrol dalam setiap domain. Evaluasi hanya dilakukan kepada

proses kontrol yang diutamakan berdasarkan tingkat kepentingan dengan

(29)

1.4.Manfaat

Dengan adanya penelitian ini diharapkan perpustakaan berbasis TI yang

dikelola Badan Litbang Pertanian dapat memenuhi kebutuhan pengguna dalam hal

keandalan, ketersediaan, aksesibilitas, maupun kegunaannya yaitu dapat diakses

secara online maupun offline sehingga sumberdaya informasi yang dimiliki dapat

diketahui dan dimanfaatkan oleh pengguna. Dampak yang diharapkan adalah

Badan Litbang Pertanian adalah dapat lebih dikenal oleh khalayak luas baik

nasional maupun internasional sebagai instansi penelitian dibidang pertanian yang

menghasilkan dan mengembangkan inovasi teknologi pertanian untuk

mewujudkan pertanian industrial unggul berkelanjutan berbasis sumberdaya lokal.

1.5. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan merupakan uraian masalah-masalah yang akan

dibahas pada tiap-tiap bab. Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut.

BAB I Pendahuluan, menjelaskan isi penelitian secara umum yakni latar

belakang, tujuan, ruang lingkup, manfaat, dan sistematika

penulisan.

BAB II Tinjauan Pustaka, membahas teori-teori terkait yang digunakan

sebagai dasar dalam penelitian ini.

BAB III Metode Penelitian, berisi uraian mengenai kerangka pemikiran

dan alur penelitian.

BAB IV Hasil dan Pembahasan, berisi uraian mengenai analisis

lingkungan TI di instansi, analisis pengendalian TI, perhitungan

skala prioritas untuk kontrol proses setiap domain yang akan

dievaluasi dan dibuatkan indikator kinerjanya, dan pemetaan

tingkat kematangan, serta implikasi terhadap proses bisnis

institusi.

BAB V Kesimpulan dan Saran, memuat kesimpulan penelitian dan

(30)
(31)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep TI dan Tata Kelola TI

Teknologi informasi pada dasarnya adalah suatu istilah yang digunakan

untuk mendeskripsikan sebuah teknologi yang memungkinkan manusia untuk

mencatat, menyimpan, mengolah, mengambil kembali, mengirim, dan menerima

suatu informasi yang diinginkannya. Teknologi informasi merujuk pada segala

bentuk teknologi terapan untuk pengolahan, menyimpan, dan mengirimkan

informasi dalam bentuk elektronik (Lucas 2000). Secara lebih luas pengertian

teknologi informasi adalah semua aspek yang berhubungan dengan mesin

(komputer dan telekomunikasi) dan teknik yang digunakan untuk mengumpulkan,

menyimpan, memanipulasi, mengirimkan, dan menerima suatu bentuk informasi.

Teknologi informasi menggabungkan bidang teknologi seperti komputer,

telekomunikasi dan elektronik dengan bidang informasi seperti data, fakta, dan

proses.

Teknologi informasi telah menjadi penting dalam mendukung keberlanjutan

dan pertumbuhan bisnis di banyak organisasi. Organisasi sangat bergantung pada

penggunaan teknologi informasi dalam menghadapi arus lingkungan bisnis yang

dinamis dan bergerak cepat (Van Grembergen 2004). TI dan penggunaannya

dalam lingkungan bisnis, telah mengalami transformasi mendasar dalam dekade

terakhir. Pada masa lalu manajemen dapat mendelegasikan, mengabaikan atau

menghindari keputusan TI, tetapi tidak untuk masa sekarang (Peterson 2004).

Dengan semakin meningkatnya penggunaan TI dalam organisasi untuk

pencapaian tujuan bisnis dibutuhkan suatu metode dalam pengelolaan TI. Tata

kelola TI dipercaya sebagai solusi untuk memastikan bahwa TI dapat mendukung

pencapaian tujuan organisasi. Akademisi dan praktisi melakukan penelitian dan

mengembangkan teori dan praktik terbaik dalam tata kelola TI (Peterson 2004).

Tata kelola TI merupakan suatu struktur dan proses yang saling

berhubungan untuk mengarahkan dan mengendalikan organisasi dalam

pencapaian tujuan organisasi melalui nilai tambah dan menyeimbangkan antara

(32)

manajemen yang terdiri atas kepemimpinan, struktur organisasi, serta

proses-proses yang memastikan TI mendukung objektifitas strategi bisnis organisasi

(ITGI 2007). Dengan tata kelola TI, diharapkan manajemen dapat menentukan

arah tata kelola TI dari organisasi yang dipimpinnya sehingga dengan penggunaan

TI yang sudah tertata dengan baik mampu memberikan peluang bagi

perkembangan organisasi dan menyediakan masukan yang penting bagi rencana

strategis organisasi (Van Grembergen 2004). Tata kelola TI memadukan dan

melembagakan praktik terbaik dari proses perencanaan, pengelolaan, dan

pengawasan kinerja TI yang memastikan informasi organisasi dan teknologi

terkait dapat mendukung pencapaian sasaran organisasi sehingga penggunaannya

harus sesuai dengan tujuan berikut (ITGI 2007):

1. Keselarasan TI dengan organisasi dan realisasi keuntungan yang

dijanjikan.

2. Penggunaan TI memungkinkan organisasi mengeksploitasi peluang dan

memaksimalkan keuntungan.

3. Penggunaan sumberdaya TI yang bertanggungjawab.

4. Penanganan manajemen resiko berkaitan dengan TI secara tepat.

Menurut ITGI (2007), dalam tata kelola TI terdapat 5 fokus area yang perlu

diperhatikan yaitu keselarasan strategi, value delivery, manajemen sumberdaya,

manajemen resiko, dan pengukuran kinerja. Keselarasan strategi difokuskan

terhadap keselarasan strategi organisasi dan tujuan bisnis. Value delivery

berhubungan dengan cara mengoptimalkan nilai tambah TI terhadap strategi

organisasi. Manajemen sumberdaya berhubungan dengan optimasi pengadaan dan

pengelolaan sumberdaya TI (aplikasi, informasi, infrastruktur, dan personal).

Manajemen resiko difokuskan bagaimana mengidentifikasi resiko yang mungkin

ada dan cara mengatasi dampak dari resiko tersebut. Pengukuran kinerja

difokuskan terhadap pengukuran dan pengawasan kinerja TI dan menyesuaikan

penggunaan dengan kebutuhan bisnis organisasi.

Ada berbagai kerangka kerja tata kelola TI yang banyak digunakan saat ini,

antara lain: COBIT, The IT Infrastructure Library (ITIL), ISO/IEC 17799,

Committee of the Sponsoring Organizations (COSO). COBIT adalah kerangka

(33)

menjembatani kesenjangan antara kebutuhan kontrol, masalah teknis dan risiko

bisnis (ITGI 2007). COBIT dikembangkan oleh IT Governance Institute yang

merupakan sebuah organisasi di Amerika Serikat yang melakukan studi model

pengelolaan TI. Konsep dasar kerangka kerja COBIT menurut ITGI (2007)

adalah penentuan kendali TI berdasarkan informasi yang dibutuhkan untuk

mendukung tujuan bisnis dan informasi yang dihasilkan dari gabungan penerapan

proses TI dan sumber daya terkait. Dalam penerapan pengelolaan TI terdapat dua

jenis model kendali, yaitu model kendali bisnis (business controls model) dan

model kendali TI (IT focused control model), COBIT mencoba untuk

menjembatani kesenjangan dari kedua jenis kendali tersebut.

The IT Infrastructure Library (ITIL), merupakan sebuah kerangka kerja

pengelolaan TI dikembangkan oleh Office of Government Commerce (OGC) suatu

badan dibawah pemerintah Inggris pada tahun 1980. Namun penggunaan ITIL

baru meluas pada tahun 1990 dengan ITIL ver 2 yang berhubungan dengan ITSM

(IT Service Management), yaitu Service Delivery (Antar Layanan) dan Service

Support (Dukungan Layanan). ITIL merupakan sebuah kerangka kerja

pengelolaan layanan TI, kumpulan best practice penerapan pengelolaan layanan

TI. ITIL memberikan rekomendasi dan arahan yang dibutuhkan manajemen untuk

mengelola layanan TI dalam perusahaan (Surendro 2008).

ISO/IEC 17799 adalah kode praktis pengelolaan keamanan informasi yang

dikembangkan oleh The International Organization for Standardization (ISO) dan

The International Electrotechnical Commission (IEC) yang bertanggung jawab

terhadap standardisasi peralatan elektronik. ISO/IEC 17799 adalah panduan yang

terdiri dari saran dan rekomendasi yang digunakan untuk memastikan keamanan

informasi perusahaan (Surendro 2008).

Committee of the Sponsoring Organizations (COSO), merupakan sebuah

organisasi sukarela di Amerika Serikat yang berdedikasi untuk memperbaiki

kualitas pelaporan keuangan melalui etika bisnis, pengendalian internal yang

efektif dan tata kelola perusahaan. Kerangka kerja yang dibangun oleh COSO

merupakan suatu kerangka kerja tata kelola berfokus terhadap integrasi kontrol

internal yang mengintegrasikan antara aspek operasi dan keuangan perusahaan,

(34)

seluruh unit aktifitas perusahaan sehingga diharapkan dapat mengurangi dan

menghilangkan berbagai bentuk penyimpangan yang mungkin terjadi (Surendro

2008).

Berbagai macam tata kelola TI dalam penerapannya memiliki fokus

berbeda-beda. ITGI (2000) mencoba membuat perbandingan antara tata kelola

COBIT dengan ITIL, ISO/IEC17799, dan COSO. Perbandingan tersebut disajikan

pada Tabel 1.

Tabel 1 Perbandingan COBIT dengan ITIL, ISO/IEC 17799, dan COSO

Standar PO AI DS ME

ITIL O + + -

ISO/IEC 17799 O + + O

COSO + + O -

Keterangan:

+ Frequently addressed O Moderately addressed - Not or rarely addressed Sumber: ITGI, 2000

Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa COBIT menganalisis setiap

komponen yang berhubungan dengan TI lebih luas dibandingkan dengan tata

kelola TI lainnya. Berdasarkan pemetaan standar COBIT dengan standar lainnya

dalam hal kelengkapan proses-proses TI yang dilihat dalam dua dimensi, yaitu

vertikal untuk melihat kedalaman standar dalam hal teknis dan operasional dan

horisontal untuk melihat kelengkapan proses TI (Gambar 1) dapat dilihat bahwa

COBIT memiliki kompromi antara dimensi vertikal dan horisontal yang lebih baik

dari standar lainnya. COSO memberikan fokus terhadap finansial, COSO

mempunyai detail yang dangkal, walaupun proses teknis dan operasionalnya

cukup luas. ITIL memberikan fokus terhadap pengelolaan layanan. ITIL

merupakan standar yang paling mendetail dan mendalam dalam mendefinisikan

proses-proses TI yang bersifat teknis dan operasional. ISO/IEC 17799

memberikan fokus terhadap keamanan informasi, ISO/IEC 17799 memiliki detail

yang jauh lebih dalam dari COSO, akan tetapi proses teknik dan operasionalnya

(35)

Gambar 1 Pemetaan COBIT dengan ITIL, ISO/IEC17799, dan COSO

(Surendro 2008)

2.2. COBIT

COBIT adalah kerangka kerja tata kelola TI dan toolset pendukung yang

memungkinkan manajer untuk menjembatani kesenjangan antara kebutuhan

kontrol, masalah teknis dan risiko bisnis. COBIT memungkinkan pengembangan

kebijakan yang jelas dan praktek yang baik untuk TI kontrol seluruh organisasi.

COBIT menekankan kepatuhan pada peraturan, membantu organisasi untuk

meningkatkan nilai yang diperoleh dari TI, memungkinkan penyelarasan dan

menyederhanakan pelaksanaan kerangka kerja COBIT.

COBIT mendefinisikan kegiatan TI dalam 34 model proses dan

mengelompokannya kedalam 4 domain, yaitu Plan and Organise, Acquire and

Implement, Deliver and Support, dan Monitor and Evaluate. Berikut kerangka

kerja COBIT yang terdiri atas 34 proses yang dikelompokkan ke dalam 4 domain

(ITGI 2007):

1. Plan and organise (PO). Domain ini mencakup strategi taktis yang

memberikan perhatian dalam mengidentifikasi cara terbaik TI untuk

memberikan kontribusi maksimal terhadap pencapaian tujuan bisnis.

Domain PO terdiri dari 10 proses kontrol, yaitu:

(36)

PO2 Define the Information Architecture

PO3 Determine Technological Direction

PO4 Define the IT Processes, Organisation and Relationships

PO5 Manage the IT Investment

PO6 Communicate Management Aims and Direction

PO7 Manage IT Human Resources

PO8 Manage Quality

PO9 Assess and Manage IT Risks

PO10 Manage Projects

2. Acquire and Implement (AI). Dalam mewujudkan pelaksanaan strategi TI

yang telah ditetapkan, solusi TI perlu diidentifikasi, dikembangkan atau

diperoleh, serta diimplementasikan dan terintegrasi ke dalam proses bisnis.

Domain ini juga melingkupi perubahan dan pemeliharaan sistem yang ada

untuk memastikan solusi yang memenuhi tujuan bisnis. Domain AI terdiri

atas 7 proses kontrol, yaitu:

AI1 Identify Automated Solutions

AI2 Acquire and Maintain Application Software

AI3 Acquire and Maintain Technology Infrastructure

AI4 Enable Operation and Use

AI5 Procure IT Resources

AI6 Manage Changes

AI7 Install and Accredit Solutions and Changes

3. Deliver and Support (DS). Domain ini memberikan perhatian terhadap

proses pelayanan TI dan dukungan teknisnya yang meliputi service

delivery, manajemen keamanan dan kontinuitas, pelatihan dan pendidikan

untuk pengguna, dan manajemen data dan operasional. Domain DS terdiri

atas 13 proses kontrol, yaitu:

DS1 Define and Manage Service Levels

DS2 Manage Third-party Services

DS3 Manage Performance and Capacity

DS4 Ensure Continuous Service

(37)

DS6 Identify and Allocate Costs

DS7 Educate and Train Users

DS8 Manage Service Desk and Incidents

DS9 Manage the Configuration

DS10 Manage Problems

DS11 Manage Data

DS12 Manage the Physical Environment

DS13 Manage Operations

4. Monitor and Evaluate (ME). Domain ini memberikan perhatian terhadap

proses pengawasan pengelolaan TI yang difokuskan pada masalah

kendali-kendali yang diterapkan dalam organisasi, pemeriksaan internal dan

eksternal. Domain ME terdiri atas 4 proses kontrol, yaitu:

ME1 Monitor and Evaluate IT Performance

ME2 Monitor and Evaluate Internal Control

ME3 Ensure Compliance With External Requirements

ME4 Provide IT Governance

Untuk memenuhi tujuan bisnis yang berfungsi secara efektif dan sesuai

dengan kriteria kontrol tertentu perlu ditunjang dengan keberadaan informasi yang

berkualitas. COBIT mendeskripsikan karakteristik informasi yang berkualitas

dalam 7 aspek utama, yaitu (ITGI 2007):

1. Efektivitas, berkaitan dengan informasi yang relevan dan berhubungan

dengan proses bisnis yang disampaikan secara tepat waktu, benar,

konsisten, dan dapat digunakan.

2. Efisiensi, menyangkut penyediaan informasi melalui cara yang ekonomis

dengan penggunaan sumberdaya optimal.

3. Kerahasiaan, berkaitan dengan perlindungan terhadap informasi yang

sensitif dari pihak-pihak yang tidak berkepentingan.

4. Integritas, berkaitan dengan ketepatan dan kelengkapan informasi serta

validitas sesuai dengan nilai-nilai bisnis dan harapan.

5. Ketersediaan, berkaitan dengan informasi yang tersedia pada saat

(38)

6. Compliance, informasi yang ada harus dapat dipertanggungjawabkan

kebenarannya terhadap hukum, peraturan, dan standar yang berlaku secara

internal maupun eksternal.

7. Keandalan, berkaitan dengan penyediaan informasi yang tepat bagi

manajemen untuk pengambilan keputusan.

Pencapaian kebutuhan bisnis yang sesuai dengan tujuan bisnis

membutuhkan dukungan sumberdaya TI yang baik. Organisasi perlu untuk

berinvestasi dalam sumberdaya yang dibutuhkan untuk membuat kemampuan

teknis yang memadai untuk mendukung kemampuan bisnis menghasilkan

outcome yang diharapkan. Sumberdaya TI yang dapat diidentifikasi dalam

COBIT dapat didefinisikan sebagai berikut (ITGI 2007):

1. Aplikasi adalah sistem user yang diotomasikan dan prosedur manual yang

memproses informasi

2. Informasi adalah data yang telah diproses menjadi bentuk yang memiliki

arti dan dapat digunakan oleh manajemen dalam pengambilan keputusan

organisasi.

3. Infrastruktur adalah teknologi dan fasilitas (hardware, sistem operasi,

database management system, jaringan, multimedia, dan yang lainnya)

yang memungkinkan pemrosesan aplikasi.

4. Orang adalah personel yang diperlukan untuk merencanakan,

mengorganisir, mendapatkan, menerapkan, menyampaikan, mendukung,

memonitor dan mengevaluasi layanan dan sistem informasi.

Kebutuhan dasar yang diperlukan oleh setiap organisasi adalah dapat

memahami status sistem TI yang dimilikinya. Organisasi perlu mengetahui apa

yang harus diukur dan bagaimana pengukuran tersebut dilakukan agar informasi

yang dibutuhkan dari sumberdaya TI dapat terpetakan dengan baik dan benar,

informasi tersebut akan membantu manajemen dalam upaya peningkatan sistem

yang diperlukan. Untuk mendapatkan kebutuhan dasar TI tersebut tidak mudah,

namun harus melalui berbagai tahap. Dalam kerangka kerja COBIT diberikan

langkah-langkah yang dapat digunakan organisasi dalam mengelola sumberdaya

(39)

1. Model kematangan, yang memungkinkan benchmarking dan identifikasi

peningkatan kebutuhan

2. Tujuan dan pengukuran kinerja untuk proses TI, menunjukkan bagaimana

proses memenuhi sasaran bisnis dan sasaran TI, dipakai untuk pengukuran

kinerja proses internal berdasarkan pada prinsip balance scorecard.

3. Tujuan aktivitas untuk kinerja proses yang efektif

Model kematangan untuk manajemen dan kontrol atas proses TI didasarkan

atas metode penilaian organisasi, sehingga dapat dinilai dari tingkat kematangan

non-existent (0) hingga optimised (5). Pendekatan ini diturunkan dari model

kematangan Software Engineering Institute (SEI) yang dibuat untuk

mendefinisikan kapabilitas pengembangan perangkat lunak. Tujuan dari model

kematangan adalah untuk mengidentifikasi di mana letak masalah dan cara

menetapkan prioritas untuk perbaikan. Penggunaan model kematangan yang

dikembangkan untuk setiap 34 proses TI dari COBIT memungkinkan manajemen

dapat mengidentifikasi (ITGI 2007):

1. Kondisi tata kelola TI pada saat ini

2. Kondisi ideal tata kelola TI

3. Target yang ingin dicapai dalam perbaikan

COBIT sebagai kerangka kerja yang dikembangkan untuk proses

manajemen TI dengan fokus pada kontrol menerapkan ukuran penilaian

kematangan yang praktis dan mudah dimengerti. Ukuran Penilai dalam model

kematangan yang praktis dan mudah dimengerti tersebut dapat membantu

pengembang untuk menjelaskan kepada manajemen dimana titik kelemahan

proses TI dan menetapkan target yang diperlukan. Manajemen sebagai pengelola

proses TI dapat dengan mudah mengartikan maksud dari ukuran penilaian tersebut

dan dapat ikut terlibat dalam memberikan penyempurnaan untuk peningkatan

kinerja yang diharapkan. Ukuran nilai dalam kerangka kerja COBIT untuk setiap

34 proses TI dikembangkan berdasarkan pada deskripsi generic maturity model

(40)

Tabel 2 Generic Maturity Model

Level Kategori Deskripsi

0 Non-Existent (tidak ada) Organisasi merasa tidak membutuhkan adanya mekanisme proses tata kelola TI yang baku sehingga organisasi tidak melakukan pengawasan.

1 Initial (inisialisasi) Sudah ada inisiatif mekanisme perencanaan, tata kelola, dan pengawasan namun sifatnya belum standar dan dilaksanakan oleh individu atau berdasarkan kasus per kasus

2 Repeatable but intuitive (dapat diulang)

Organisasi telah memiliki kebiasaan dalam merencanakan dan mengelola TI dimana prosedur yang sama dilakukan oleh orang yang berbeda, namun belum ada komunikasi atau pelatihan formal atas prosedur standar.

3 Defined (didefinisikan) Organisasi telah memiliki standar mekanisme dan prosedur tata cara dan manajemen TI yang telah didokumentasikan dan dikomunikasikan melalui pelatihan

4 Managed (dikelola) Manajemen organisasi telah menerapkan

sejumlah indikator pengukuran kinerja kuantitatif yang memungkinkan untuk memonitor dan mengambil tindakan atas ketidakefektifan proses yang terjadi

5 Optimised (dioptimalkan)

Organisasi telah menerapkan prinsip-prinsip tata kelola secara utuh sehingga organisasi dapat beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan lingkungan yang terjadi

Sumber: ITGI, 2007

2.3. Konsep Perpustakaan Berbasis TI

Perpustakaan adalah salah satu unit kerja yang berupa tempat untuk

mengumpulkan, menyimpan, mengelola, dan mengatur koleksi bahan pustaka

secara sistematis untuk digunakan oleh pemakai sebagai sumber informasi

sekaligus sebagai sarana belajar yang menyenangkan (Darmono 2001). Menurut

Yusuf (2007), perpustakaan adalah suatu tempat yang di dalamnya terdapat

kegiatan penghimpunan, pengelolaan, dan penyebarluasan (pelayanan) segala

(41)

seperti buku, majalah, surat kabar, film, kaset, tape recorder, video, dan

komputer. Menurut Sutarno (2006) perpustakaan adalah tempat untuk

menghimpun, mengolah, memelihara, merawat, melestarikan dan mengemas,

menyajikan dan memberdayakan, serta memanfaatkan dan melayankan kepada

pemakainya. Sedangkan perpustakaan berbasis TI adalah perpustakaan yang

menyediakan informasi dan data terbaca dalam bentuk elektronik, dapat diakses

secara online melalui internet oleh pengguna, dan terintegrasi dengan berbagai

sumber informasi atau perpustakaan dalam lembaga yang menaunginya maupun

dengan institusi lain yang terkait (Maksum 2010).

Peran perpustakaan berbasis TI semakin penting dan strategis diantaranya

adalah memiliki kelebihan dalam kemampuannya menyimpan dan menyebarkan

informasi secara lengkap (fulltext), dapat diakses kapan saja dan dimana saja,

informasi dapat disebarluaskan ke pengguna lain melalui fasilitas teknologi

informasi dan komunikasi, informasi yang sama dapat dibaca dan di-download

oleh banyak pengguna dalam waktu yang bersamaan, dengan sistem konsorsium

memungkinkan efisiensi faktor input penyediaan informasi dan memperluas

faktor output dalam penyebaran informasi (PUSTAKA 2008).

Menurut Subrata (2009) perpustakaan berbasis TI memiliki beberapa

keunggulan diantaranya adalah: (1) long distance service, artinya dengan

perpustakaan digital, pengguna bisa menikmati layanan sepuasnya, kapanpun dan

dimanapun; (2) akses yang mudah, karena pengguna tidak perlu dipusingkan

dengan mencari di katalog dengan waktu yang lama; (3) cost efective, karena

mendigitasi koleksi perpustakaan lebih murah dibandingkan dengan membeli

buku; (4) mencegah duplikasi dan plagiat; (5) publikasi karya secara global,

karya-karya dapat dipublikasikan secara global ke seluruh dunia dengan bantuan

internet. Selain keunggulan, perpustakaan berbasis TI juga memiliki kelemahan

diantaranya adalah: (1) tidak semua pengarang mengijinkan karyanya didigitasi,

hal ini terkait dengan royalti yang akan diterima bila karyanya didigitasi; (2)

masih banyak masyarakat Indonesia yang buta akan teknologi; (3) masih sedikit

pustakawan yang sudah mengerti tentang tata cara mendigitasi koleksi

(42)

Perpustakaan berbasis TI dalam memberikan layanan membutuhkan koleksi

digital. Dalam Dictionary for Library and Information Science, definisi koleksi

digital adalah:

“A collection of library or archival materials converted to machine-readable format for preservation or to provide electronic access... Also, library materials produced in electronic formats, including e-zines, e-journals, e-books, reference works published online and on CD-ROM, bibliographic databases, and other Web-based resources...”

Koleksi digital adalah koleksi perpustakaaan atau arsip yang dikonversikan

ke dalam format yang terbaca oleh mesin untuk tujuan pelestarian atau penyediaan

akses elektronik. Termasuk materi yang diproduksi dalam bentuk elektronis, yaitu

e-zine, e-journals, e-books, karya referensi yang dipublikasikan secara online dan

dalam CD-ROM, database bibliografi, dan sumber-sumber berbasis web lainnya.

Menurut Lazinger (2001), koleksi digital dibagi dalam dua kelompok yaitu

koleksi hasil digitasi yang merupakan hasil konversi koleksi tercetak kedalam

media digital dan koleksi yang lahir dalam bentuk digital. Cara memperoleh

koleksi digital dibagi kedalam 3 jenis, yaitu: melalui hasil digitasi koleksi tercetak

yang dimiliki, melalui pembelian koleksi digital dalam bentuk CD-ROM, maupun

melanggan database online (Lang 1998).

Membangun koleksi digital tidaklah mudah, perlu sebuah keahlian dan

perancangan yang matang. Cleveland (1998) menyampaikan adanya 3 buah

metode yang digunakan dalam proses membangun koleksi digital, yaitu:

1. Digitasi, yaitu dengan cara mengubah koleksi dalam bentuk kertas dan

media lain ke bentuk digital dengan cara scanning, foto digital, atau teknik

lainnya.

2. Akuisisi karya digital asli yang dibuat oleh penerbit dan cendekiawan,

yaitu dengan cara membeli atau berlangganan koleksi database digital

seperti buku elektronik, jurnal elektronik, dan database elekronik

umumnya dalam bentuk CD-ROM.

3. Akses ke sumber eksternal, yaitu dengan cara membuat link atau jaringan

ke server yang disediakan oleh rekanan, penerbit atau institusi lain yang

(43)

Salah satu fungsi dari perpustakaan adalah melestarikan koleksinya. Definisi

pelestarian menurut Feather (1996) adalah kegiatan pencegahan yang ditujukan

untuk melindungi dan mengamankan koleksi perpustakaan sehingga ketersediaan,

akses, dan penggunaaannya dapat terjamin. Sedangkan definisi pelestarian koleksi

digital adalah upaya mempertahankan kemampuan untuk menampilkan,

menemukan kembali, memanipulasi dan menggunaan informasi digital dalam

menghadapi perubahan teknologi yang berlangsung secara konstan (Hedstorm

1995). Tujuan pelestarian koleksi digital adalah untuk memastikan koleksi yang

diciptakan dengan teknologi saat ini masih tetap ada dan dapat digunakan dimasa

depan walaupun teknologi yang digunakan untuk mencipta koleksi tersebut sudah

tidak ada lagi (Slats 2003). Pelestarian koleksi digital menurut Graham (1995)

dibagi menjadi 3 kelompok yaitu:

1. Pelestarian Media Penyimpanan, dilakukan karena media penyimpanan

digital seperti disket, CD, dan sejenisnya memiliki usia yang terbatas

(Rothenberg 1999). Cara yang dilakukan adalah dengan membuat backup

atau menyalin kedalam media yang sejenis.

2. Pelestarian Teknologi, dilakukan karena adanya perubahan teknologi yang

dapat menyebabkan keusangan teknologi. Langkah yang dilakukan adalah

dengan melakukan migrasi sesuai dengan teknologi yang ada.

3. Pelestarian Intelektual, dilakukan untuk menjaga originalitas informasi

yang terkandung dalam suatu koleksi digital.

2.4. AHP

AHP adalah suatu metode analisis yang melibatkan berbagai jenis kriteria

masalah yang digunakan untuk mengambil keputusan atas alternatif yang ada.

AHP pada dasarnya adalah proses membentuk skor secara numerik untuk

menyusun peringkat setiap alternatif keputusan berbasis pada bagaimana

sebaiknya alternatif itu dicocokkan dengan kriteria pembuat keputusan (Supriyono

2007). Metode ini sangat berguna untuk membantu mendapatkan skala rasio dari

hal-hal yang semula sulit diukur seperti pendapat, perasaan, prilaku dan

(44)

AHP sering digunakan sebagai metode pemecahan masalah dibanding

dengan metode yang lain karena alasan-alasan sebagai berikut :

1. Struktur yang berhirarki, sebagai konsekuesi dari kriteria yang dipilih,

sampai pada subkriteria yang paling dalam.

2. Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi

berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh pengambil keputusan.

3. Memperhitungkan daya tahan output analisis sensitivitas pengambilan

keputusan.

Adapun kelemahan metode AHP adalah:

1. Kebergantungan model AHP pada input utamanya. Input utama ini berupa

persepsi manusia sehingga dalam hal ini melibatkan subyektifitas. Model

menjadi tidak berarti jika penilaian yang diberikan keliru.

2. Metode AHP ini hanya metode matematis tanpa ada pengujian secara

statistik sehingga tidak ada batas kepercayaan dari kebenaran model yang

terbentuk

Penggunaan AHP dimulai dengan membuat struktur hirarki atau jaringan

dari permasalahan yang ingin diteliti. Di dalam hirarki terdapat tujuan utama,

kriteria-kriteria, sub kriteria-sub kriteria dan alternatif-alternatif yang akan

dibahas. Perbandingan berpasangan dipergunakan untuk membentuk hubungan di

dalam struktur. Hasil dari perbandingan berpasangan ini akan membentuk matrik

dimana skala rasio diturunkan dalam bentuk eigenvektor utama atau fungsi-eigen.

Matrik tersebut berciri positif dan berbalikan, yakni

(45)

Nilai yang digunakan untuk mengisi matrik perbandingan berpasangan harus

dapat menggambarkan relatif pentingnya suatu kriteria diatas yang lainnya. Saaty

(1994) mengusulkan skala banding yang dapat dipakai yaitu skala rasio nilai 1

sampai dengan 9 (Tabel 3).

Tabel 3 Skala perbandingan berpasangan (pairwise comparasion scale)

Tingkat Kepentingan Definisi Penjelasan

1 Sama pentingnya Kedua aktivitas menyumbangkan sama pada tujuan

3 Agak lebih penting yang satu atas lainnya

Pengalaman dan keputusan menunjukkan kesukaan atas satu aktifitas lebih dari yang lain 5 Cukup penting Pengalaman dan keputusan

menunjukkan kesukaan atas satu aktifitas lebih dari yang lain 7 Sangat penting Pengalaman dan keputusan

menunjukkan kesukaan yang kuat atas satu aktifitas lebih dari yang lain 9 Kepentingan yang ekstrim Bukti menyukai satu aktifitas atas

yang lain sangat kuat

Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam menggunakan metode AHP untuk

pemecahan suatu masalah adalah sebagai berikut:

1. Menentukan jenis-jenis kriteria masalah yang akan dipecahkan

2. Menyusun kriteria-kriteria tersebut dalam bentuk matrik berpasangan

3. Transformasi nilai pecahan hasil perbandingan matrik berpasangan

tersebut menjadi nilai desimal

4. Mengalikan matrik tersebut dengan dirinya.

5. Menghitung nilai eigenvector dengan langkah-langkah: a) menjumlahkan

baris matrik hasil kuadrat, b) menghitung total hasil penjumlahan baris

matrik tersebut, dan c) membuat normalisasi dengan membagi jumlah

setiap baris dengan nilai total. Hasil normalisasi adalah nilai euigenvector.

Menurut Teknomo (1999) eigenvector adalah bobot rasio dari

(46)

6. Langkah selanjutnya adalah mencari nilai iterasi dengan cara mengkalikan

matrik pada langkah 4 tersebut dengan dirinya.

7. Kembali menghitung nilai eigenvector dari hasil perkalian matrik pada

langkah 6 sesuai dengan langkah 5.

8. Menghitung perbedaan antara eigenvector dengan eigenvector hasil iterasi.

Apabila perbedaan jumlah dalam dua perhitungan tersebut tidak ada atau

sangat kecil maka nilai eigenvector hasil iterasi adalah nilai yang akan

digunakan untuk membuat ranking.

2.5. Teknik Pembuatan Skala

Terdapat beberapa cara untuk mengukur sikap, diantaranya adalah

self-report. Self- report merupakan metode penilaian sikap dimana responden ditanya

secara langsung tentang keyakinan atau perasaan mereka terhadap suatu objek

atau kelas objek. Skala Likert merupakan salah satu teknik self-report yang

digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau

sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan Skala Likert, variabel yang

akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut

dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat

berupa pertanyaan atau pernyataan. Jawaban setiap item instrumen yang

menggunakan Skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat

negatif, yang dapat berupa kata-kata antara lain: Sangat Penting (SP), Penting (P),

Ragu-ragu (R), Tidak Penting (TP), Sangat Tidak Penting (STP). Metode yang

digunakan dalam pembuatan kuesioner pada penelitian ini adalah model

pengukuran Skala Likert. Nilai tingkatan yang digunakan terdapat pada Tabel 4.

Tabel 4 Nilai tingkatan skala Likert.

Nilai Keterangan

1 Sangat tidak baik

2 Kurang baik

3 Cukup

4 Baik

(47)

Nilai tersebut tidak menggambarkan nilai absolut dari objek tetapi hanya

memberikan urutan tingkatan dari tingkat terendah sampai dengan tingkat

tertinggi. Nilai absolut yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai model

kematangan yang diberikan dalam kerangka kerja COBIT (Tabel 5).

Tabel 5 Nilai absolut model kematangan COBIT.

Nilai Keterangan

0 Non-Existent (tidak ada) 1 Initial (inisialisasi)

2 Repeatable but intuitive (dapat diulang) 3 Defined (didefinisikan)

4 Managed (dikelola)

5 Optimised (dioptimalkan) Sumber: ITGI, 2007

Untuk merelasikan antara nilai tingkatan Skala Likert dengan nilai absolut dari

model kematangan COBIT dibuat perhitungan dalam bentuk indeks dengan rumus

sebagai berikut (Effendi 2008).

Untuk memudahkan relasi antara nilai indeks yang didapat dari hasil perhitungan

tersebut dengan nilai tingkat kematangan COBIT perlu dibuat skala pembulatan

indeks. Skala pembulatan indeks dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Skala pembulatan indeks.

Skala Pembulatan Indeks Tingkat Kematangan

0,0 – 1,00 0 - Non-Existent (tidak ada)

1,00 – 1,50 1 - Initial (inisialisasi)

1,51 – 2,50 2 - Repeatable but intuitive (dapat diulang)

2,51 – 3,50 3 - Defined (didefinisikan)

3,51 – 4,50 4 - Managed (dikelola)

(48)

2.6. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian

Penelitian kuantitatif yang perolehan data primer maupun sekunder

menggunakan instrumen dalam bentuk kuesioner membutuhkan pengujian dan

pengukuran validitas dan reliabilitas untuk memperoleh data dan informasi yang

relevan dengan topik penelitian. Validitas adalah tingkat keandalan dan kesahihan

alat ukur yang digunakan. Validitas menunjukkan sejauh mana ketepatan dan

kecermatan suatu alat ukur dalam pengukuran (Ancok 1989). Uji validitas

berguna untuk mengetahui apakah ada pernyataan-pernyataan dalam kuesioner

yang tidak relevan. Teknik untuk mengukur validitas kuesioner adalah dengan

menghitung korelasi antar data pada masing-masing pernyataan dengan skor total.

Metode yang digunakan untuk uji validitas adalah menggunakan korelasi product

moment pearson. Instrumen dianggap valid apabila koefisien korelasi yang

dihasilkan lebih besar dari 0,30 (Setiaji 2004).

Reliabilitas adalah hasil pengukuran yang dapat dipercaya. Reliabilitas

instrumen diperlukan untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan pengukuran.

Tinggi rendahnya reliabilitas, secara empiris ditunjukkan oleh suatu angka yang

disebut koefisien reliabilitas. Secara teoritis, besarnya koefisien reliabilitas

berkisar antara 0 sampai dengan 1. Semakin tinggi nilai reliabilitas maka semakin

andal skala tersebut. Namun demikian, pada kenyataannya koefisien reliabilitas

sebesar 1 tidak pernah dicapai dalam pengukuran karena manusia sebagai subjek

pengukuran psikologis merupakan sumber kekeliruan yang potensial. Untuk

mencapai hal tersebut, salah satu metode yang dapat digunakan adalah alpha

Cronbach. Uji reliabilitas yang dilakukan dengan metode alpha Cronbach,

diukur berdasarkan skala alpha Cronbach 0 sampai 1. Apabila skala itu

dikelompokkan ke dalam lima kelas dengan range yang sama, maka ukuran

kemantapan alpha dapat diinterprestasikan sebagai berikut:

1. Nilai alpha Cronbach 0,00 s.d. 0,20, berarti kurang reliabel

2. Nilai alpha Cronbach 0,21 s.d. 0,40, berarti agak reliabel

3. Nilai alpha Cronbach 0,42 s.d. 0,60, berarti cukup reliabel

4. Nilai alpha Cronbach 0,61 s.d. 0,80, berarti reliabel

(49)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran

Penelitian ini mempelajari kondisi tata kelola TI yang diterapkan oleh

Badan Litbang Pertanian dalam pengelolaan perpustakaan berbasis TI. Dengan

menggunakan model kematangan yang diadopsi dari kerangka kerja COBIT

mengidentifikasi pada bagian mana proses TI yang sudah baik dan bagian mana

proses TI yang perlu mendapatkan perhatian untuk perbaikan dan peningkatan

sehingga dapat tercapai kondisi yang sesuai dengan visi, misi, dan rencana

strategis perpustakaan Badan Litbang Pertanian.

Pada penelitian ini, data kondisi tata kelola TI yang ada pada instansi

didapatkan melalui data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang

diperoleh langsung dari responden maupun informan, meliputi: 1) tujuan bisnis;

2) sumberdaya TI yang terdiri atas aplikasi, informasi, infrastruktur, dan personal;

3) proses TI, dan 4) tujuan TI. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan

menggunakan kuesioner kepada responden dan wawancara mendalam (indepth

interview) dengan sejumlah informan terpilih. Selain itu, data primer juga akan

diperoleh melalui pengamatan langsung sepanjang pelaksanaan penelitian.

Data sekunder, merupakan data yang telah tersedia sebelumnya di Badan

Litbang Pertanian seperti: keadaan umum perpustakaan Badan Litbang Pertanian,

kebijakan yang terkait dengan pengembangan sistem informasi berbasis TI untuk

mendukung kegiatan komunikasi inovasi pertanian, rencana strategis TI, data

infrastruktur jaringan informasi dan komunikasi serta sarana prasarana yang

terkait lainnya di lokasi penelitian. Data ini juga diperoleh dari buku, jurnal yang

diakses secara tercetak maupun elektronis melalui internet.

3.2. Alur Penelitian

Alur penelitian yang digunakan dalam evaluasi tata kelola TI pada

perpustakaan Badan Litbang Pertanian menggunakan kerangka kerja COBIT

(50)

.

Gambar 3 Diagram alir penelitian.

3.2.1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan melalui survey

dengan menggunakan: 1) wawancara dan kuesioner yang disebarkan pada

responden yang telah ditentukan sebelumnya sesuai dengan kerangka kerja

COBIT, 2) pengamatan langsung terhadap kondisi di lokasi penelitian dan

dokumentasi kegiatan yang telah dilakukan oleh instansi. Data tersebut akan

ditabulasikan untuk memudahkan pengukuran dan visualisasi.

3.2.2. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Metode analisis dalam penelitian ini adalah metode analisis kuantitatif

terhadap kondisi tata kelola TI di instansi pada saat ini berbasis kerangka kerja

COBIT. Tahapan-tahapan yang digunakan untuk analisis meliputi: Mulai

Studi Pustaka dan Perumusan Masalah

Selesai

Pengumpulan Data dan Observasi

Pengolahan Data

Kesimpulan dan Saran

(51)

Penentuan Domain

Pada tahap ini ditentukan domain yang akan dievaluasi berdasarkan

kebutuhan layanan TI dari instansi dengan mengadopsi standar domain yang

terdapat dalam kerangka kerja COBIT. Dalam penelitian ini domain yang akan

diteliti adalah empat domain yang terdapat dalam kerangka kerja COBIT, yaitu

Plan and organise, Acquire and Implement, Deliver and Support, dan Monitor

and Evaluate.

Penentuan Proses Kontrol dengan Skala Prioritas AHP

Pada tahap ini dibuat daftar skala prioritas terhadap proses kontrol yang

terdapat dalam masing-masing domain yang telah ditentukan pada tahap

sebelumnya. Untuk mendapatkan daftar skala prioritas proses kontrol dibuat

kuesioner yang disebarkan kepada 12 orang Kepala Unit Kerja lingkup Badan

Litbang Pertanian. Teknik pembuatan kuesioner disesuaikan dengan

langkah-langkah yang harus dilakukan dalam menggunakan metode AHP. Tujuan yang

ingin dicapai pada tahap ini adalah untuk menentukan tingkat kepentingan dalam

pemilihan proses kontrol yang akan dievaluasi lebih lanjut.

Penentuan Indikator Kinerja

Pada tahap ini dibuat indikator kinerja untuk masing-masing proses kontrol

yang telah ditentukan dalam tahap sebelumnya. Indikator kinerja mendefinisikan

bagaimana bisnis proses, fungsi TI atau proses TI dapat dilaksanakan dengan baik

yang dimungkinkan untuk mencapai suatu tujuan. Penentuan indikator kinerja

dibuat berdasarkan control objectives dari masing-masing proses kontrol dalam

kerangka kerja COBIT.

Pemetaan Tingkat Kematangan

Pada tahap ini dilakukan pemetaan tingkat kematangan tata kelola TI di

instansi dengan menggunakan alat ukur model kematangan yang diadopsi dari

standar COBIT. Data diperoleh dari kuesioner yang disebar kepada pengelola

perpustakaan, pengelola TI, dan staf lainnya yang terlibat dalam pengelolaan

perpustakaan Badan Litbang Pertanian. Teknik pembuatan kuesioner

menggunakan skala Likert. Dari kuesioner yang terkumpul akan dilakukan

(52)

digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode alpha

Cronbach. Sedangkan metode yang digunakan untuk memastikan reliabilitas data

tersebut adalah uji validitas menggunakan Korelasi Pearson. Untuk mendapatkan

nilai pengukuran tingkat kematangan setiap proses kontrol, data kuesioner yang

sudah melewati uji validitas dan reliabilitas tersebut kemudian diproses lebih

lanjut dengan menggunakan persamaan matematika 1. Hasil yang diperoleh akan

dibulatkan dengan menggunakan skala pembulatan yang terdapat pada Tabel 5.

Berdasarkan hasil pengolahan kuesioner dan hasil observasi terhadap kondisi saat

(53)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Analisis Lingkungan TI

Pada bagian ini dibahas sekilas mengenai sejarah dan perkembangan

perpustakaan Badan Litbang Pertanian maupun arsitektur TI perpustakaan Badan

Litbang Pertanian.

4.1.1. Sejarah dan Perkembangan Perpustakaan Badan Litbang Pertanian Berbasis TI

Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah mampu

mempercepat penyebaran informasi ke seluruh pelosok dunia. Kondisi tersebut

telah mendorong perpustakaan untuk berperan lebih optimal dalam penyediaan

dan penyebaran informasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang dibutuhkan untuk

pembangunan masyarakat. Aplikasi TIK dalam pengelolaan perpustakaan pada

dasarnya dimanfaatkan untuk mempercepat penyediaan informasi melalui

kegiatan pengumpulan, pengolahan dan pencarian kembali informasi.

Perpustakaan Unit Kerja dan Unit Pelaksana Teknis (UK/UPT) Badan

Litbang Pertanian merupakan sumber utama pendukung tugas dan fungsi pelaku

pembangunan pertanian. Namun pada saat ini keberadaan perpustakaan tersebut

belum banyak dimanfaatkan oleh pelaku pembangunan pertanian. PUSTAKA

sebagai unit kerja eselon II yang bertugas untuk melaksanakan pengelolaan

perpustakaan dan penyebarluasan informasi ilmu pengetahuan dan teknologi

pertanian, pada tahun 2006 membuat kajian Grand Design Perpustakaan Berbasis

TI 2007-2010. Salah satu hasil kajian tersebut adalah diketahuinya faktor-faktor

penyebab tidak optimalnya perpustakaan dalam memberikan layanan informasi

kepada pengguna, yaitu (PUSTAKA 2006):

a. Jumlah tenaga yang memiliki keahlian dan keterampilan dalam

penguasaan sistem informasi dan aplikasi TIK sangat terbatas

b. Infrastuktur TIK dan database yang dimiliki sangat buruk

c. Koordinasi antar perpustakaan dalam rangka pemanfaatan sumberdaya

(54)

d. Minat baca masyarakat masih rendah

e. Kurangnya dukungan kelembagaan yang menyebabkan pengelola

perpustakaan kurang termotivasi kreatifitas dan keahliannya

Berdasarkan permasalahan tersebut PUSTAKA berupaya melakukan berbagai

pemecahan masalah melalui langkah-langkah berikut:

a. Mempercepat pengembangan perpustakaan berbasis TI di seluruh

UK/UPT Badan Litbang Pertanian dengan cara membangun prototype atau

model

b. Sosialisasi perpustakaan model serta pemanfaatan database elektronis

mendukung penelitian dan pengembangan pertanian

c. Membuat rekomendasi kepada pengambil kebijakan untuk menyediakan

infrastruktur perpustakaan berbasis TI di seluruh UK/UPT Badan Litbang

Pertanian

d. Menyelenggarakan pembinaan tenaga melalui peningkatan kapasitas

sumberdaya manusia perpustakaan

Pembangunan perpustakaan model sebagai percontohan dilaksanakan pada

tahun 2006 di BPTP Jawa Tengah dan Biro Hukum dan Humas, Sekretariat

Jenderal Departemen Pertanian. Pada tahun 2007 pembangunan perpustakaan

model dilanjutkan dilima lokasi BPTP yaitu di Sumatera Utara, Sumatera Barat,

Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan, dan Jawa Timur (Suryantini 2007).

Pengembangan perpustakaan model menjadi perpustakaan berbasis TI dimulai

tahun 2008 terhadap 50 perpustakaan UK/UPT. Pada tahun 2009 pengembangan

perpustakaan berbasis TI telah dilaksanakan di 60 UK/UPT lingkup Badan

Litbang Pertanian (Maksum 2009).

Implementasi perpustakaan berbasis TI di 60 UK/UPT meliputi instalasi

hardware, instalasi jaringan internet dan intranet, pembuatan aplikasi buku tamu,

pembuatan antarmuka perpustakaan, instalasi database, sosialisasi, pelatihan

tenaga pengelola perpustakaan dan pengelola TI, serta pelatihan terhadap

pengguna e-journal yang dilanggan Badan Litbang Pertanian.

Agar pengelolaan perpustakaan UK/UPT Badan Litbang Pertanian tetap

Gambar

Gambar 5  Indonesiana Gambar 4  Katalog Induk
Tabel 7  Inventarisasi  perangkat keras yang tersedia di  perpustakaan    UK/UPT  Badan Litbang Pertanian sampai dengan tahun 2011
Gambar 11    Topologi infrastruktur jaringan perpustakaan UK/UPT  Badan  Litbang Pertanian
Tabel 9  Kondisi saat ini dan tambahan kebutuhan sumberdaya manusia  pengelola perpustakaan UK/UPT
+7

Referensi

Dokumen terkait