• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor-Faktor Six Big Losses Pada Mesin Cane Catter I Yang Mempengaruhi Efesiensi Produksi Pada Pabrik Gula PTPN II Sei Semayang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Faktor-Faktor Six Big Losses Pada Mesin Cane Catter I Yang Mempengaruhi Efesiensi Produksi Pada Pabrik Gula PTPN II Sei Semayang"

Copied!
140
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISA FAKTOR-FAKTOR SIX BIG LOSSES PADA MESIN

CANE CATTER I YANG MEMPENGARUHI EFESIENSI

PRODUKSI PADA PABRIK GULA

PTPN II SEI SEMAYANG

TUGAS SARJANA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh

MEILYA NURUL ARWANIE

080423058

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR SIX BIG LOSSES PADA

MESIN CANE CATTER I YANG MEMPENGARUHI

EFESIENSI PRODUKSI PADA PABRIK GULA

PTPN II SEI SEMAYANG

TUGAS SARJANA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh

MEILYA NURUL ARWANIE

080423058

Disetujui Oleh :

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

( Ir.Tanib S. Tjolia.M.Eng ) ( Ir. Khawarita Siregar. MT )

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

(3)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah. atas segala limpahan taufiq dan inayah-nya yang

tiada putus dan henti-hentinya. Segala puji bagi Allah maha pengasih yang

menginginkan kebaikan bagi hamba-Nya, dan mentakdirkan apa yang terbaik bagi

hamba Nya. Segala puji bagi Allah yang jikalau seluruh pohon di bumi ini

dijadikan pena dan lautan dijadikan tinta untuk menulis ilmu Allah, maka tiada

akan habis ilmu Allah. Dengan izin Nya lah Tugas akhir ini dapat diselesaikan.

Sholawat dan salam penulis hanturkan kepada Rasulullah, Muhammad SAW.

Rasul yang menjadi rahmat seluruh alam.

Dalam suatu proses produksi diharapkan mesin dapat bekerja sesuai

dengan kapasitas yang diharapkan perusahaan. Tetapi dalam kenyataannya

terdapat kinerja mesin tidak sesuai dengan kapasitasnya. Penulis mencoba

menganalisis faktor yang mempengaruhi efektifitas mesin Cane Cutter I dengan

metode OEE. Pada pengamatan yang dilakukan penulis menemukan bahwa

efektifitas mesin masih pelum mencapai standart. Untuk itu perlu dilakukan

perawatan mesin dengan mengidentifikasi faktor-faktor penyebab penurunan

efisiensi yang terjadi.

Penulis berharap agar karya akhir ini akan memberikan manfaat yang

besar bagi pihak pabrik, fakultas, maupun penulis.

Medan, 2010

(4)

UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam penulisan Tugas Sarjana ini Penulis banyak mendapatkan dorongan

dan bantuan baik moril maupun materil dari berbagai pihak. Untuk itu pada

kesempatan ini Penulis ingin menyampaikan banyak terima kasih kepada:

1. Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT. selaku Ketua Departeman Teknik Industri.

2. Bapak Ir. Tanib S.Tjolia.M.Eng. selaku Pembimbing I yang telah

membimbing Penulis dari awal sampai akhir penelitian dalam penulisan

Tugas Sarjana ini.

3. Ibu Ir. Khawarita, MT selaku Pembimbing II yang telah membimbing

Penulis dari awal sampai akhir penelitian dalam penulisan Tugas Sarjana

ini.

4. Ibu Sri dan Bapak Ir. Jhon Elvis yang telah menerima dan meluangkan

waktu dalam membantu Penulis dalam menyelesaikan Tugas Sarjana ini

dan juga seluruh staf dan karyawan PGSS.

5. Teman-temanku stambuk 2003 dan Anak-anak Mocxy yang sangat banyak

membantu dan menyediakan fasilitas kepada Penulis.

Semoga Allah SWT akan membalas segala kebaikan dan bantuan yang

diberikan dengan balasan yang berlipat ganda.

Penulis berharap semoga dengan adanya Tugas Sarjana ini dapat

(5)

terima kasih dan mohon maaf yang sebesar-besarnya jika ada kekurangan

maupun kesalahan dalam penulisan Tugas Sarjana ini.

Medan, Juli 2009

(6)

DAFTAR ISI

BAB HALAMAN

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

ABSTRAK ... xiii

I PENDAHULUAN……….………. I-1

1.1. Latar Belakang Permasalahan ... I-1

1.2. Perumusan Masalah ... I-2

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... I-3

1.4. Batasan Masalah dan Asumsi... I-4

1.5. Sistematika Penulisan Laporan ... I-5

II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... II-1

2.1. Sejarah Perusahaan ... II-1

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha ... II-2

(7)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

2.4. Daerah Pemasaran ... II-4

2.4.1. Saluran Distribusi ... II-4

2.4.2. Strategi Pemasaran ... II-5

2.4.3. Data-data Penjualan ... II-6

2.5. Proses Produksi ... II-7

2.6. Standard Mutu Bahan / Produk ... II-17

2.7. Bahan yang Digunakan ... II-17

2.7.1. Bahan Baku ... II-17

2.7.2. Bahan Tambahan ... II-20

2.7.3. Bahan Penolong ... II-22

2.8. Mesin dan Peralatan ... II-22

2.8.1. Mesin Produksi ... II-22

2.8.2. Peralatan ... II-22

2.8.3. Utilitas ... II-22

2.8.4. Safety and Fire Protection ... II-26

2.8.5. Waste Treatment ... II-29

2.9. Struktur Organisasi Perusahaan ... II-31

2.10. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab ... II-33

2.11. Tenaga Kerja dan Jam Kerja ... II-33

(8)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

2.11.2. Jam Kerja ... II-35

2.12. Sistem Pengupahan dan Fasilitas ... II-36

III TINJAUAN PUSTAKA ... III-1

3.1. Pengertian dan Tujuan Maintenance ... III-1

3.1.1. Pengertian Maintenance ... III-1

3.1.2. Tujuan Maintenance ... III-4

3.2. Jenis-jenis Maintenance ... III-5

3.2.1. Planned Maintenance (Pemeliharaan Terencana) ... III-5

3.2.2. Unplanned Maintenance (Pemeliharaan Tak Terencana) .. III-7

3.2.3. Autonomous Maintenance (Pemeliharaan Mandiri) ... III-7

3.3. Tugas dan Pelaksanaan Kegiatan Maintenance ... III-8

3.4. Total Productive Maintenance (TPM) ... III-10

3.4.1. Pendahuluan ... III-10

3.4.2. Pengertian Total Productive Maintenance ... III-11

3.4.3. Manfaat Dari Total Productive Maintenance ... III-12

3.5. Analisa Produktivitas : Six Big Losses (Enam Kerugian Besar) .... III-14

3.6. Overall Equipment Effectiveness (OEE) ... III-15

(9)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

IV METODOLOGI PENELITIAN ... IV-1

4.1. Waktu dan Tempat Penelitian ... IV-1

4.2. Rancangan Penelitian ... IV-1

4.3. Prosedur Penelitian ... IV-1

4.3.1. Pemilihan Objek Penelitian ... IV-2

4.3.2. Studi Pendahuluan ... IV-3

4.3.3. Perumusan Masalah dan Penetapan Tujuan ... IV-3

4.3.4 Identifikasi Variabel Penelitian ... IV-4

4.4. Teknik Pengumpulan Data ... IV-4

4.4.1. Penentuan Ideal Cycle Time ... IV-6

4.4.2. Perhitungan Availability ... IV-7

4.4.3. Perhitungan Performance Effeciency ... IV-7

4.4.4. Perhitungan Rate of Quality Product ... IV-7

4.4.5. Perhitungan Overall Equipment Effectivenes (OEE) ... IV-8

4.4.6. Perhitungan OEE Six Big Losses ... IV-8

4.5. Analisa Data ... IV-8

4.6. Kesimpulan dan Saran ... IV-9

4.6.1. Kesimpulan ... IV-9

(10)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ... V-1

5.1. Pengumpulan Data ... V-1

5.2. Pengolahan Data ... V-5

5.2.1. Penentuan Ideal Cycle Time ... V-6

5.2.2. Perhitungan Avialibility ... V-6

5.2.3. Perhitungan Performance Efficiency ... V-7

5.2.4. Perhitungan Rate of Quality Product ... V-8

5.2.5. Perhitungan Overall Equipment Effectiveness (OEE) ... V-9

5.2.6. Perhitungan OEE Six Big Losses ... V-10

5.2.6.1. Downtime Losses ... V-10

5.2.6.2. Speed Loss ... V-12

5.2.5.3. Defect Loss ... V-15

VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH ... VI-1

6.1. Analisa Perhitungan Overall Equipment Effectiveness (OEE) ... VI-1

6.2. Analisa Perhitungan OEE Six Big Losses ... VI-2

6.3. Analisa Diagram Sebab Akibat ... VI-3

6.4. Evaluasi ... VI-6

(11)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

6.4.2. Penerapan Total Productive Maintenance (TPM) ... VI-7

VII KESIMPULAN DAN SARAN ... VII-1

7.1. Kesimpulan ... VII-1

7.2. Saran ... VII-2

DAFTAR PUSTAKA

(12)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

2.1. Data Penjualan Gula Tahun 2004, 2005, 2006 dan 2007 ... II-7

2.2. Data Penyusutan Batang Tebu ... II-18

2.3. Hasil Pengujian Air Limbah PG. Sei Semayang ... II-31

2.4. Rincian Tenaga Kerja PG. Sei Semayang ... II-34

2.5. Jadwal Kerja Untuk Bagian Kantor ... II-35

2.6. Jadwal Kerja Untuk Bagian Pabrik ... II-35

5.1. Data Waktu Kerusakan (Breakdown) Mesin Cane Cutter I ... V-2

5.2. Data Waktu Pemeliharaan Mesin Cane Cutter I ... V-3

5.3. Data Waktu Setup Mesin Cane Cutter I ... V-3

5.4. Data Produksi Mesin Cane Cutter I ... V-4

5.5. Availability mesin Cane Cutter I Periode Feb 2009 - Juni 2009 ... V-7

5.6. Performance Efficiency Mesin Cane Cutter I Periode Feb 2009 - Juni

2009 ... V-8

5.7. Rate of Quality Product Mesin Dryer Periode Feb 2009 - Juni 2009... V-9

5.8. Perhitungan Overall Equipment Effectivenes (OEE) Mesin Cane Cutter I

Periode Feb 2009 - Juni 2009 ... V-10

5.9. Breakdown Loss pada mesin Cane Cutter I Periode Feb 2009 – Juni

2009 ... V-11

5.10. Set up and Adjustment Lossesdi mesin Cane Cutter I Periode Feb 2009 –

(13)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

5.11. Idling an Minor Stoppages di Mesin Cane Cutter I Periode Feb 2009 –

Juni 2009 ... V-13

5.12. Reduced Speed Loss di Mesin Cane Cutter I Periode Feb 2009 - Juni -

2009 ... V-14

5.13. Rework LossMesin Cane Cutter I Periode Feb 2009 - Juni 2009 ... V-15

5.14. Yield/scrap Loss Mesin Dryer Twind Periode Feb 2009 - Juni 2009 ... V-16

6.1. Persentase Faktor Six Big Losses mesin Cane Cutter I Periode

Feb 2009 - Juni 2009 ... VI-2

(14)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

2.1. Denah Lokasi Pabrik Gula Sei Semayang ... II-4

2.2. Bagan Alir Pengolahan Tebu ... II-19

2.3. Struktur Organisasi PTPN. II Sei Semayang ... II-32

3.1. Overall Equipment Effectiveness and Goals ... III-16

3.2. Alur Pengukuran Nilai OEE ... III-22

3.3. Diagram Sebab Akibat ... III-25

4.1. Block Diagram Prosedur Penelitian ... IV-2

4.2. Block Diagram Pengolahan Data ………... ……... IV-6

5.1. Block Diagram Pengolahan Data ... V-5

6.1. Bar Chart Six Big Losses Mesin Cane Cutter I Periode Feb 2009 –

Juni 2009 ... VI-3

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN HALAMAN

1. Daftar Mesin Produksi………L-1

2. Daftar Peralatan Produksi ... L-2

3. Uraian Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab ... L-3

4. SK Tugas Sarjana ... L-4

5. Surat Balasan dari Perusahaan ... L-5

6. Lembar Asistensi Dosen Pembimbing ... L-6

(16)

ABSTRAK

Pabrik Gula PTPN II Sei Semayang merupakan perusahaan yang bergerak dalam pengolahan tebu yang tidak terlepas dari masalah yang berhubungan dengan efektivitas mesin/peralatan yang diakibatkan oleh six big losses. Hal ini dapat terlihat dengan terjadinya shutdown yang tidak terencana dan frekuensi kerusakan yang terjadi pada mesin/ peralatan karena kerusakan tersebut target produksi tidak tercapai. Oleh karena itu diperlukan langkah-langkah efektif dan efisien dalam pemeliharaan mesin dan peralatan untuk menanggulangi dan mencegah masalah tersebut.

Total Productive Maintenance (TPM) adalah suatu prinsip manajemen

untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi produksi perusahaan dengan menggunakan mesin secara efektif. Tidak tepatnya penanganan dan pemeliharaan mesin akan mengakibatkan kerugian-kerugian disebut dengan Six Big Losess yaitu

breakdown losses, set-up and adjustment losses, reduced speed losses, idling and minor stoppages, rework losses dan yield scrap losses.

Pada perusahaan ini untuk meningkatan efisiensi produksi pada yaitu dengan melakukan pengukuran efektifitas mesin Cane Cutter I dengan menggunakan metode Overall Equipment Effectifitas (OEE) yang kemudian dilanjutkan dengan pengukuran OEE six big losses untuk mengetahui besarnya efisiensi yang hilang pada keenam faktor six big losses. Dari keenam faktor tersebut selanjutnya dicari faktor apa yang memberikan kontribusi terbesar yang mengakibatkan besarnya efisiensi pada mesin Cane Cutter I. Dengan diagram sebab akibat dapat dianalisa masalah sebenarnya yang menjadi penyebab utama tingginya kerugian yang mengakibatkan rendahnya efisiensi mesin Cane Cutter I.

Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil perhitungan OEE pada mesin Cane Cutter I selama periode Februari 2009 – Juni 2009 diperoleh nilai

Overall Equipment Effectiveness (OEE) berkisar antara 62,23% sampai 82,16%.

Kondisi ini menunjukkan bahwa kemampuan mesin Cane Cutter I dalam mencapai target dan dalam pencapaian efektivitas penggunaan mesin/peralatan belum mencapai kondisi yang ideal (≥85%).

Kata Kunci : Overall Equipment Effectiveness (OEE), Total Productive

(17)

ANALISA FAKTOR-FAKTOR SIX BIG LOSSES PADA MESIN

CANE CATTER I YANG MEMPENGARUHI EFESIENSI

PRODUKSI PADA PABRIK GULA

PTPN II SEI SEMAYANG

TUGAS SARJANA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh

MEILYA NURUL ARWANIE

080423058

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(18)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR SIX BIG LOSSES PADA

MESIN CANE CATTER I YANG MEMPENGARUHI

EFESIENSI PRODUKSI PADA PABRIK GULA

PTPN II SEI SEMAYANG

TUGAS SARJANA

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh

MEILYA NURUL ARWANIE

080423058

Disetujui Oleh :

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

( Ir.Tanib S. Tjolia.M.Eng ) ( Ir. Khawarita Siregar. MT )

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

(19)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah. atas segala limpahan taufiq dan inayah-nya yang

tiada putus dan henti-hentinya. Segala puji bagi Allah maha pengasih yang

menginginkan kebaikan bagi hamba-Nya, dan mentakdirkan apa yang terbaik bagi

hamba Nya. Segala puji bagi Allah yang jikalau seluruh pohon di bumi ini

dijadikan pena dan lautan dijadikan tinta untuk menulis ilmu Allah, maka tiada

akan habis ilmu Allah. Dengan izin Nya lah Tugas akhir ini dapat diselesaikan.

Sholawat dan salam penulis hanturkan kepada Rasulullah, Muhammad SAW.

Rasul yang menjadi rahmat seluruh alam.

Dalam suatu proses produksi diharapkan mesin dapat bekerja sesuai

dengan kapasitas yang diharapkan perusahaan. Tetapi dalam kenyataannya

terdapat kinerja mesin tidak sesuai dengan kapasitasnya. Penulis mencoba

menganalisis faktor yang mempengaruhi efektifitas mesin Cane Cutter I dengan

metode OEE. Pada pengamatan yang dilakukan penulis menemukan bahwa

efektifitas mesin masih pelum mencapai standart. Untuk itu perlu dilakukan

perawatan mesin dengan mengidentifikasi faktor-faktor penyebab penurunan

efisiensi yang terjadi.

Penulis berharap agar karya akhir ini akan memberikan manfaat yang

besar bagi pihak pabrik, fakultas, maupun penulis.

Medan, 2010

(20)

UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam penulisan Tugas Sarjana ini Penulis banyak mendapatkan dorongan

dan bantuan baik moril maupun materil dari berbagai pihak. Untuk itu pada

kesempatan ini Penulis ingin menyampaikan banyak terima kasih kepada:

1. Ibu Ir. Rosnani Ginting, MT. selaku Ketua Departeman Teknik Industri.

2. Bapak Ir. Tanib S.Tjolia.M.Eng. selaku Pembimbing I yang telah

membimbing Penulis dari awal sampai akhir penelitian dalam penulisan

Tugas Sarjana ini.

3. Ibu Ir. Khawarita, MT selaku Pembimbing II yang telah membimbing

Penulis dari awal sampai akhir penelitian dalam penulisan Tugas Sarjana

ini.

4. Ibu Sri dan Bapak Ir. Jhon Elvis yang telah menerima dan meluangkan

waktu dalam membantu Penulis dalam menyelesaikan Tugas Sarjana ini

dan juga seluruh staf dan karyawan PGSS.

5. Teman-temanku stambuk 2003 dan Anak-anak Mocxy yang sangat banyak

membantu dan menyediakan fasilitas kepada Penulis.

Semoga Allah SWT akan membalas segala kebaikan dan bantuan yang

diberikan dengan balasan yang berlipat ganda.

Penulis berharap semoga dengan adanya Tugas Sarjana ini dapat

(21)

terima kasih dan mohon maaf yang sebesar-besarnya jika ada kekurangan

maupun kesalahan dalam penulisan Tugas Sarjana ini.

Medan, Juli 2009

(22)

DAFTAR ISI

BAB HALAMAN

KATA PENGANTAR ... i UCAPAN TERIMA KASIH ... ii DAFTAR ISI ... iii DAFTAR TABEL ... x DAFTAR GAMBAR ... xi DAFTAR LAMPIRAN ... xii ABSTRAK ... xiii

I PENDAHULUAN……….………. I-1

1.1. Latar Belakang Permasalahan ... I-1

1.2. Perumusan Masalah ... I-2

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... I-3

1.4. Batasan Masalah dan Asumsi... I-4

1.5. Sistematika Penulisan Laporan ... I-5

II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... II-1

2.1. Sejarah Perusahaan ... II-1

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha ... II-2

(23)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

2.4. Daerah Pemasaran ... II-4

2.4.1. Saluran Distribusi ... II-4

2.4.2. Strategi Pemasaran ... II-5

2.4.3. Data-data Penjualan ... II-6

2.5. Proses Produksi ... II-7

2.6. Standard Mutu Bahan / Produk ... II-17

2.7. Bahan yang Digunakan ... II-17

2.7.1. Bahan Baku ... II-17

2.7.2. Bahan Tambahan ... II-20

2.7.3. Bahan Penolong ... II-22

2.8. Mesin dan Peralatan ... II-22

2.8.1. Mesin Produksi ... II-22

2.8.2. Peralatan ... II-22

2.8.3. Utilitas ... II-22

2.8.4. Safety and Fire Protection ... II-26

2.8.5. Waste Treatment ... II-29

2.9. Struktur Organisasi Perusahaan ... II-31

2.10. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab ... II-33

2.11. Tenaga Kerja dan Jam Kerja ... II-33

(24)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

2.11.2. Jam Kerja ... II-35

2.12. Sistem Pengupahan dan Fasilitas ... II-36

III TINJAUAN PUSTAKA ... III-1

3.1. Pengertian dan Tujuan Maintenance ... III-1

3.1.1. Pengertian Maintenance ... III-1

3.1.2. Tujuan Maintenance ... III-4

3.2. Jenis-jenis Maintenance ... III-5

3.2.1. Planned Maintenance (Pemeliharaan Terencana) ... III-5

3.2.2. Unplanned Maintenance (Pemeliharaan Tak Terencana) .. III-7

3.2.3. Autonomous Maintenance (Pemeliharaan Mandiri) ... III-7

3.3. Tugas dan Pelaksanaan Kegiatan Maintenance ... III-8

3.4. Total Productive Maintenance (TPM) ... III-10

3.4.1. Pendahuluan ... III-10

3.4.2. Pengertian Total Productive Maintenance ... III-11

3.4.3. Manfaat Dari Total Productive Maintenance ... III-12

3.5. Analisa Produktivitas : Six Big Losses (Enam Kerugian Besar) .... III-14

3.6. Overall Equipment Effectiveness (OEE) ... III-15

(25)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

IV METODOLOGI PENELITIAN ... IV-1

4.1. Waktu dan Tempat Penelitian ... IV-1

4.2. Rancangan Penelitian ... IV-1

4.3. Prosedur Penelitian ... IV-1

4.3.1. Pemilihan Objek Penelitian ... IV-2

4.3.2. Studi Pendahuluan ... IV-3

4.3.3. Perumusan Masalah dan Penetapan Tujuan ... IV-3

4.3.4 Identifikasi Variabel Penelitian ... IV-4

4.4. Teknik Pengumpulan Data ... IV-4

4.4.1. Penentuan Ideal Cycle Time ... IV-6

4.4.2. Perhitungan Availability ... IV-7

4.4.3. Perhitungan Performance Effeciency ... IV-7

4.4.4. Perhitungan Rate of Quality Product ... IV-7

4.4.5. Perhitungan Overall Equipment Effectivenes (OEE) ... IV-8

4.4.6. Perhitungan OEE Six Big Losses ... IV-8

4.5. Analisa Data ... IV-8

4.6. Kesimpulan dan Saran ... IV-9

4.6.1. Kesimpulan ... IV-9

(26)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ... V-1

5.1. Pengumpulan Data ... V-1

5.2. Pengolahan Data ... V-5

5.2.1. Penentuan Ideal Cycle Time ... V-6

5.2.2. Perhitungan Avialibility ... V-6

5.2.3. Perhitungan Performance Efficiency ... V-7

5.2.4. Perhitungan Rate of Quality Product ... V-8

5.2.5. Perhitungan Overall Equipment Effectiveness (OEE) ... V-9

5.2.6. Perhitungan OEE Six Big Losses ... V-10

5.2.6.1. Downtime Losses ... V-10

5.2.6.2. Speed Loss ... V-12

5.2.5.3. Defect Loss ... V-15

VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH ... VI-1

6.1. Analisa Perhitungan Overall Equipment Effectiveness (OEE) ... VI-1

6.2. Analisa Perhitungan OEE Six Big Losses ... VI-2

6.3. Analisa Diagram Sebab Akibat ... VI-3

6.4. Evaluasi ... VI-6

(27)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

6.4.2. Penerapan Total Productive Maintenance (TPM) ... VI-7

VII KESIMPULAN DAN SARAN ... VII-1

7.1. Kesimpulan ... VII-1

7.2. Saran ... VII-2

DAFTAR PUSTAKA

(28)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

2.1. Data Penjualan Gula Tahun 2004, 2005, 2006 dan 2007 ... II-7

2.2. Data Penyusutan Batang Tebu ... II-18

2.3. Hasil Pengujian Air Limbah PG. Sei Semayang ... II-31

2.4. Rincian Tenaga Kerja PG. Sei Semayang ... II-34

2.5. Jadwal Kerja Untuk Bagian Kantor ... II-35

2.6. Jadwal Kerja Untuk Bagian Pabrik ... II-35

5.1. Data Waktu Kerusakan (Breakdown) Mesin Cane Cutter I ... V-2

5.2. Data Waktu Pemeliharaan Mesin Cane Cutter I ... V-3

5.3. Data Waktu Setup Mesin Cane Cutter I ... V-3

5.4. Data Produksi Mesin Cane Cutter I ... V-4

5.5. Availability mesin Cane Cutter I Periode Feb 2009 - Juni 2009 ... V-7

5.6. Performance Efficiency Mesin Cane Cutter I Periode Feb 2009 - Juni

2009 ... V-8

5.7. Rate of Quality Product Mesin Dryer Periode Feb 2009 - Juni 2009... V-9

5.8. Perhitungan Overall Equipment Effectivenes (OEE) Mesin Cane Cutter I

Periode Feb 2009 - Juni 2009 ... V-10

5.9. Breakdown Loss pada mesin Cane Cutter I Periode Feb 2009 – Juni

2009 ... V-11

5.10. Set up and Adjustment Lossesdi mesin Cane Cutter I Periode Feb 2009 –

(29)

DAFTAR TABEL (LANJUTAN)

TABEL HALAMAN

5.11. Idling an Minor Stoppages di Mesin Cane Cutter I Periode Feb 2009 –

Juni 2009 ... V-13

5.12. Reduced Speed Loss di Mesin Cane Cutter I Periode Feb 2009 - Juni -

2009 ... V-14

5.13. Rework LossMesin Cane Cutter I Periode Feb 2009 - Juni 2009 ... V-15

5.14. Yield/scrap Loss Mesin Dryer Twind Periode Feb 2009 - Juni 2009 ... V-16

6.1. Persentase Faktor Six Big Losses mesin Cane Cutter I Periode

Feb 2009 - Juni 2009 ... VI-2

(30)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

2.1. Denah Lokasi Pabrik Gula Sei Semayang ... II-4

2.2. Bagan Alir Pengolahan Tebu ... II-19

2.3. Struktur Organisasi PTPN. II Sei Semayang ... II-32

3.1. Overall Equipment Effectiveness and Goals ... III-16

3.2. Alur Pengukuran Nilai OEE ... III-22

3.3. Diagram Sebab Akibat ... III-25

4.1. Block Diagram Prosedur Penelitian ... IV-2

4.2. Block Diagram Pengolahan Data ………... ……... IV-6

5.1. Block Diagram Pengolahan Data ... V-5

6.1. Bar Chart Six Big Losses Mesin Cane Cutter I Periode Feb 2009 –

Juni 2009 ... VI-3

(31)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN HALAMAN

1. Daftar Mesin Produksi………L-1

2. Daftar Peralatan Produksi ... L-2

3. Uraian Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab ... L-3

4. SK Tugas Sarjana ... L-4

5. Surat Balasan dari Perusahaan ... L-5

6. Lembar Asistensi Dosen Pembimbing ... L-6

(32)

ABSTRAK

Pabrik Gula PTPN II Sei Semayang merupakan perusahaan yang bergerak dalam pengolahan tebu yang tidak terlepas dari masalah yang berhubungan dengan efektivitas mesin/peralatan yang diakibatkan oleh six big losses. Hal ini dapat terlihat dengan terjadinya shutdown yang tidak terencana dan frekuensi kerusakan yang terjadi pada mesin/ peralatan karena kerusakan tersebut target produksi tidak tercapai. Oleh karena itu diperlukan langkah-langkah efektif dan efisien dalam pemeliharaan mesin dan peralatan untuk menanggulangi dan mencegah masalah tersebut.

Total Productive Maintenance (TPM) adalah suatu prinsip manajemen

untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi produksi perusahaan dengan menggunakan mesin secara efektif. Tidak tepatnya penanganan dan pemeliharaan mesin akan mengakibatkan kerugian-kerugian disebut dengan Six Big Losess yaitu

breakdown losses, set-up and adjustment losses, reduced speed losses, idling and minor stoppages, rework losses dan yield scrap losses.

Pada perusahaan ini untuk meningkatan efisiensi produksi pada yaitu dengan melakukan pengukuran efektifitas mesin Cane Cutter I dengan menggunakan metode Overall Equipment Effectifitas (OEE) yang kemudian dilanjutkan dengan pengukuran OEE six big losses untuk mengetahui besarnya efisiensi yang hilang pada keenam faktor six big losses. Dari keenam faktor tersebut selanjutnya dicari faktor apa yang memberikan kontribusi terbesar yang mengakibatkan besarnya efisiensi pada mesin Cane Cutter I. Dengan diagram sebab akibat dapat dianalisa masalah sebenarnya yang menjadi penyebab utama tingginya kerugian yang mengakibatkan rendahnya efisiensi mesin Cane Cutter I.

Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil perhitungan OEE pada mesin Cane Cutter I selama periode Februari 2009 – Juni 2009 diperoleh nilai

Overall Equipment Effectiveness (OEE) berkisar antara 62,23% sampai 82,16%.

Kondisi ini menunjukkan bahwa kemampuan mesin Cane Cutter I dalam mencapai target dan dalam pencapaian efektivitas penggunaan mesin/peralatan belum mencapai kondisi yang ideal (≥85%).

Kata Kunci : Overall Equipment Effectiveness (OEE), Total Productive

(33)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Persaingan bisnis yang semakin ketat menuntut perusahaan untuk

menyusun kembali strategi dan taktik bisnisnya sehari-hari. Persaingan yang

sangat ketat terletak pada bagaimana sebuah perusahan dapat

mengimplementasikan proses penciptaan produk atau jasanya secara lebih murah,

lebih baik dan lebih cepat dibandingkan dengan pesaing bisnisnya. Usaha untuk

menciptakan rangkaian proses tersebut bukanlah merupakan target semasa saja,

melankan sifatnya dinamis, dalam arti harus selalu diupayakan secara terus

menerus dan berkesinambungan. Sejauh perusahaan masih bisa terus berusaha

memperbaiki kinerjanya, sejauh itu pulalah perusahaan dapat tetap bertahan dalam

ketatnya kompetisi global.

1

1

Dianta Zulpa Arip, Usulan Rancangan Pemeliharaan Produktif Total Dengan Pemeliharaan Mandiri di PT XYZ, Laboraturium Teknik Industri Lanjut, Jurusan Teknik Industri, Universitas Gunadarma, Jakarta, 2005 p.1

Pemeliharaan produktif total merupakan aktivitas pemeliharaan yang

dilkukan oleh seluruh karyawan dengan memaksimalkan efektifitas penggunaan

peralatan secara keseluruhan. Dengan adanya pemeliharaan mandiri oleh operator,

maka pemeliharaan peralatan akan lebih optimal sehingga kerusakan mesin dan

cacat produk dapat diminimalisasi. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung

(34)

Permasalahan yang dihadapi Pabrik Gula PTPN II Sei Semayang adalah

terjadinya shutdown pada mesin Cane Cutter I yang tidak terencana yang

diakibatkan oleh kerusakan mesin yang terjadi secara tiba-tiba. Kerusakan yang

terjadi mengakibatkan waktu downtime bertambah dan waktu uptime (bekerjanya

mesin) menjadi berkurang. Oleh karena itu diperlukan langkah-langkah yang

efektif dalam pemeliharaan mesin/peralatan untuk dapat menanggulangi dan

mencegah masalah tersebut.

2

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah mencari faktor-faktor

penyebab dari keenam kerugian besar (six big losses) yang umum di Pabrik Gula Pemeliharaan merupakan kegiatan untuk memelihara atau menjaga

fasilitas pabrik seperti mesin dan peralatan serta mengadakan perbaikan atau

penyesuaian maupun penggantian yang diperlukan agar keadaan mesin operasi

produksi memuaskan sesuai dengan apa yang direncanakan.

Tidak tepatnya penanganan, pemeliharaan mesin dan peralatan tidak saja

dapat menyebabkan masalah kerusakan (breakdown) mesin dan peralatan saja

tetapi juga "enam kerugian besar (the six big losses)" yang harus dihilangkan

ataupun paling tidak dapat dikurangi. Manajemen pemeliharaan mesin/peralatan

adalah teknik-teknik dan aktivitas-aktivitas untuk menjaga, mempertahankan dan

meningkatkan produktivitas dan efisiensi mesin dan peralatan yang secara

langsung juga akan meningkatkan mutu produk.

1.2. Perumusan Masalah

2

(35)

PTPN II Sei Semayang. Yaitu dengan melakukan analisa terhadap penyebab

besarnya kontribusi faktor-faktor dari keenam kerugian tersebut sebagai awal

untuk dapat menerapkan TPM.

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian ini terbagi atas tujuan umum dan tujuan khusus yaitu :

1. Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat efektifitas

penggunaan dari mesin/peralatan produksi secara menyeluruh OEE (Overall

Equipment effectiveness) yang akan memeberikan informasi sebagai bahan

pertimbangan untuk program peningkatan efisiensi perusahaan.

2. Tujuan Khusus.

Adapun tujuan khususnya adalah :

- Mengetahui produktivitas mesin dalam proses produksi menggunakan Overall

Equipment Effectiveness.

- Memberikan saran-saran perbaikan kepada Pabrik Gula PTPN II Sei

Semayang dalam rangka penerapan Total Productive Maintenance.

Adapun manfaat penelitan ini adalah :

1. Menjadi bahan masukan bagi perusahaan dalam menyusun rencana

peningkatan produktivitas dan efisiensi mesin/peralatan dengan

(36)

2. Memberi masukan kepada perusahaan untuk dapat memperbaiki metode

pemeliharaan (maintenance) yang telah diterapkan selama ini.

3. Agar perusahaan dapat mengetahui efektifitas penggunaan mesin/peralatan

produksi secara menyeluruh yang akan memberikan informasi sebagai

bahan pertimbangan untuk program peningkatan produktivitas dan

efisiensi perusahaan di masa yang akan datang secara terus menerus

(continous improvement).

4. Meningkatkan keterampilan bagi penulis untuk dapat menyelesaikan

permasalahan yang berkaitan dengan peningkatan efisiensi lini produksi

perusahaan.

1.4. Batasan masalah dan asumsi

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah :

a. Pengukuran efektifitas dan efisiensi pada mesin Cune Cutter I dilakukan

untuk periode Februari 2009 - Juni 2009.

b. Tingkat efisiensi mesin/peralatan yang diukur adalah dengan

menggunakan metode OEE (Overall Equipment Effetiveness) sesuai

dengan prinsip-pinsip Total Productive Maintenance (TPM) untuk dapat

mengetahui besarnya rugi-rugi pada mesin/peralatan (Equipment Losses)

(37)

Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Pengukuran yang dilakukan dianggap sebagai langkah awal dimulainya

program perbaikan efisiensi mesin/peralatan, sehingga pengukuran yang

dilakukan bertujuan untuk menganalisis permasalahan yang berkaitan

dengan efisiensi yang belum pernah dilakukan sebelumnya.

b. Metode kerja dan teknologi yang digunakan tidak berubah.

c. Pemeliharaan terhadap mesin/peralatan yang diteliti baik itu cara

pembongkaran, perbaikan dan penggantian dan pemasangan peralatan

tidak dibahas.

d. Setiap karyawan mengetahui bidang pekerjaannya sesuai dengan metode

kerja.

e. Penelitian yang dilakukan hanya sampai kepada pemberian usulan

perbaikan.

1.5. Sistematika Penulisan Laporan

Agar lebih mudah dan ditelusuri maka sistematika penulisan tugas sarjana

ini akan disajikan dalam beberapa bab sebagai berikut :

BAB I. PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan latar belakang permasalahan, rumusan

permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, asumsi yang

(38)

BAB II. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Bab ini berisi tentang sejarah dan gambaran umum perusahaan

Pabrik Gula PTPN II Sei Semayang, baik organisasi, manajemen

perusahaan dan uraian proses produksi.

BAB III. TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menguraikan teori-teori yang berhubungan dengan sistem

pemeliharaan mesin/peralatan umumnya dan khususnya Total

Productive Maintenance (TPM) yang merupakan landasan

pemecahaan persoalan dari hasil studi kepustakaan lainnya yang

dianggap turut membantu pemecahan masalah.

BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang langkah-langkah atau tahap-tahap yang

dijadikan acuan untuk menyelesaikan permasalahan dalam

melakukan penelitian sesuai dengan teori-teori yang digunakan

dalam landasan teori, serta prosedur yang akan dilakukan dalam

melakukan penelitian, pengumpulan data, pengolahan data, analisis

dan evaluasi, serta kesimpulan dan saran.

BAB V. PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Bab ini berisikan prosedur pengumpulan data yang dibutuhkan dan

cara pengolahan data yang diperoleh sesuai dengan model yang

(39)

BAB VI. ANALISA PEMECAHAN MASALAH

Pada bab ini akan diuraikan tentang hasil yang diperoleh dari

pemecahan masalah.

BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini memberikan kesimpulan dari keseluruhan pembahasan

yang dilakukan saran-saran yang diharapkan dapat berguna bagi

(40)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan

Berdirinya PTPN Nusantara II diawali dengan pendirian perusahaan

bangsa Belanda dengan nama N. V. Veronigde Deli Maatscnappij. Pada tanggal

11 Januari 1958 seluruh perusahaan bangsa Belanda diambil alih kepemilikannya

termasuk perusahaan perkebunan Belanda berdasarkan Undang–Undang No. 86

tahun 1958 tentang normalisasi perusahaan milik Belanda N.V VDM yang terdiri

dari 34 perkebunan.

Perusahaan Belanda diubah namanya menjadi Perkebunan Nusantara

Baru, cabang Sumatera Utara yang melakukan perkembangan dengan merubah

kebun menjadi 39 perkebunan dengan luas area 101633 Ha.

Berdasarkan peraturan pemerintah No. 143 tahun 1961, maka pada tanggal

1 juni 1961 Perusahaan Perkebunan Nusantara Baru diubah menjadi perusahaan

Perkebunan Nusantara I yang bergerak khusus dalam pengembangan tembakau.

Berdasarkan peraturan Pemerintah No. 14 tahun 1968, Perusahaan Perkebunan

Sumatera Utara I dirubah menjadi Perusahaan Nusantara Perkebunan IX yang

terdiri 23 perkebunan dengan luas areal 58.319,75 Ha.

Setelah melakukan penelitian maka dapat memenuhi ketentuan–ketentuan

untuk pengalihan bentuk menjadi Perusahan Perseroan. Perubahan status ini

(41)

menjadi PT. Perkebunan IX (PTP IX) dan pada bulan April 1994 dan diubah lagi

menjadi PT. Perkebunan II, sehingga menjadi PT. Perkebunan Nusantara II.

Sebelum berdirinya Pabrik Gula Sei Semayang, PTP IX sebagai pengelola

hanya memanfaatkan areal perkebunan ini untuk menanam tembakau sebagai

komoditi eksport utama. Karena adanya berbagai permasalahan dalam hal

pengusahaan tembakau dipasaran serta pemanfaatan tanah secara khusus pada

selang waktu penanaman tembakau, maka dibuatlah proyek pengembangan

industri gula (PPIG), Dirjen Perkebunan dilakukan penanaman tebu pada tahun

1975 diperkebunan percobaan yang terletak di Tanjung Morawa, Batang Kuis,

dan Sei Semayang walaupun daerah tersebut bukan daerah pemetaan tebu.

Pada tahun 1978 dilakukan Feasibility Study dan diperoleh ijin

pembangunan proyek gula PTP IX. Akhirnya pada tahun 1982 didirikan Pabrik

Gula Sei Semayang, yang hingga sekarang merupakan pabrik gula terbesar di

Sumatera selain Pabrik Gula di Kuala Madu.

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

Pabrik Gula Sei Semayang merupakan industri manufaktur yang

memproduksi gula pasir. Bahan baku utama dari produk tersebut adalah tebu yang

berasal dari penyedian bahan baku. Perusahaan ini dalam masa operasinya, sering

disebut dengan masa giling gula, yaitu apabila bahan baku (tebu), mengalami

(42)

Berdasarkan pengelompokan gula negara, Pabrik Gula Sei semayang

dikategorikan dalam D pengelompokan berdasarkan SK Menteri Pertanian No.59/

Kpst/EKK /10/1977 yang mengelompokan pabrik gula berdasarkan kapasitas :

a. Golongan A untuk pabrik dengan kapasitas 800 – 1200 ton

b. Golongan B untuk pabrik dengan kapasitas 1200 – 1800 ton

c. Golongan C untuk pabrik dengan kapasitas 1800 – 2700 ton

d. Golongan D untuk pabrik dengan kapasitas 2700 – 4000 ton

Produk gula yang dihasilkan sampai sekarang hanya untuk memenuhi

kebutuhan gula dalam negeri saja, khususnya daerah yang terdapat di pulau

Sumatera.

2.3. Lokasi Perusahaan

Pabrik Gula Sei Semayang berlokasi kira-kira 12,5 km dari kota Medan,

terletak di daerah Sei Semayang desa Mulyarejo Kecamatan Sunggal, Kabupaten

Deli Serdang sebelah barat kota Medan, yang bersebelahan dengan Jalan Utara

dan jalur kereta api Medan-Binjai.

Secara Geografis areal pabrik Sei Semayang terletak diantara 98° Bujur

Timur dan diantara garis 3° Lintang Utara. Ketinggian tempat antara 9-125 diatas

(43)

`

Medan Binjai

Rel KA Pabrik

[image:43.595.226.434.121.330.2]

Gula Perumahan PGSS

Gambar 2. 1. Denah Lokasi Pabrik Gula Sei Semayang

2.4. Daerah Pemasaran

Aspek pasar dan pemasaran merupakan salah satu aspek yang amat

penting selain aspek teknis, manajemen, organisasi, sosial dan lingkungan dalam

menjalankan kelangsungan hidup dari perusahaan.

Pasar ialah tempat dimana produsen dan konsumen melakukan proses

transaksi atas suatu barang atau jasa. Pemasaran ialah suatu fungsi yang

mencermikan cara bagaimana memperlakukan pasar dan produk, sehingga dapat

memenuhi tujuan dalam memuaskan kebutuhan konsumen.

Adapun sistem pemasaran yang dilakukan pada Pabrik Gula Sei Semayang :

2.4.1 Saluran Distribusi

Agar produk gula dapat sampai ketangan konsumen dalam kondisi yang

(44)

berjalan dengan baik. Distributor adalah badan usaha atau lembaga perantara yang

melakukan kegiatan distribusi. Adapun distribusi barang yang terjadi dapat

dengan berbagai cara yaitu :

- Produsen Konsumen (level 0)

- Produsen Konsumen Pengecer (level 1)

- Produsen Grosir Pengecer Konsumen (level 2)

- Produsen Agen Grosir Konsumen (level 3)

Adapun distribusi yang dilakukan pada Pabrik Gula Sei Semayang adalah :

Produsen Distributor Grosir Konsumen

Perusahaan tidak menjual langsung pada konsumen namun terhadap

distributor yang terdapat pada masing-masing wilayah. Penyebaran produk

merupakan beban yang dipikul oleh pihak grosir untuk menjual ke pasar inilah

yang akan dibeli oleh konsumen.

Daerah pemasaran Pabrik Gula Sei Semayang saat ini adalah wilayah

Sumatera dan Jawa.

2.4.2 Strategi Pemasaran

Strategi pemasaran yaitu rencana menyeluruh, terpadu dan menyatu

dibidang pemasaran, yang memberikan panduan tentang kegiatan yang akan

dijalankan untuk mencapai tujuan pemasaran suatu perusahaan. Berhasil tidaknya

dalam mencapai tujuan perusahaan diperlukan kerjasama yang baik antar setiap

(45)

Ada 4 hal yang dilakukan Pabrik Gula Sei Semayang dalam melaksanakan strategi

pemasarannya, yaitu :

1. Produk

Pabrik Gula Sei Semayang adalah pabrik yang bergerak dalam bidang

manufaktur yang mana hasil produknya berupa gula pasir. Yang merupakan

kebutuhan sehari-hari yang amat vital .

2. Harga

Pertimbangan yang cermat dan tepat dalam penetapan harga akan

menghasilkan penjualan yang optimal. Harga gula yang ditetapkan disesuaikan

dengan membandingkan biaya pengeluaran selama masa produksi dengan

banyaknya produksi yang dihasilkan dan juga melihat kemampuan beli pasar.

3. Promosi

Pabrik Gula Sei Semayang tidak melakukan promosi melalui iklan media

elektronik maupun cetak, namun pabrik menentukan sendiri distributor yang

bersedia memasarkan produk gula.

4. Pasar

Produk gula PGSS dipasarkan di wilayah Sumatera dan Jawa.

2.4.3. Data-data Penjualan

Harga produk bisa mengalami perubahan tergantung kepada kenaikan

harga bahan baku, biaya produksi, dan distribusi. Adapun data penjualan gula

(46)
[image:46.595.116.512.119.405.2]

Tabel 2.1 Data Penjualan Gula Tahun 2004, 2005, 2006 dan 2007 (KG)

No Bulan 2004 2005 2006 2007

1 Januari 201,650 0 900 0

2 Februari 109.472 3.752.400 50.158 616

3 Maret 12.280.524 4.765.300 178.862 3.064.237

4 April 6.701.298 189.639 1.138.200 3.532.223

5 Mei 115.495 11.894.048 877.614 2.061.670

6 Juni 3.152.864 67.863 10.009.799 1.771.501

7 Juli 1.231 1.056.206 544.832 2.294.227

8 Agustus 4.001.950 1.6954 37.952 1.520.551

9 September 1,800 500 1000 0

10 Oktober 2.15 713 400 213.86

11 November 891.132 1,360 5300 442000

12 Desember 0 0 1300 350

Sumber : Data penjualan Pabrik Gula Sei Semayang

2.5. Proses Produksi

a. Proses Penimbangan dan Pengerjaan Pendahuluan

Setelah tebu ditebang di kebun, kemudian tebu diantar kepabrik secepat

mungkin dengan tenggang waktu 24 jam dengan tujuan untuk menjaga kualitas

tebu. Karena bila lewat 24 jam kualitas tebu akan berkurang di karenkan

penguraian sukrosa yang terdapat dalam tebu oleh mikroorganisme sehingga

kadar gula dalam tebu akan menurun dan tebu akan terasa asam.

Setelah truk pengangkut tebu memasuki areal pabrik, truk beserta tebu

yang ada didalamnya ditimbang, dan sebelum truk kosong keluar dari halaman

pabrik setelah tebu dibongkar, hal ini dilakukan untuk mengetahui berat netto dari

(47)

Tebu dari truk pengangkutan dijungkitkan dengan menggunakan tenaga

pompa hidrolik, sehingga tebu jatuh ke dalam cane carrier, sebagian lain tebu

yang diangkut dengan truk dibongkar di lantai dengan menggunakan cane striker

tebu yang disorong ke cane carrier. Tebu sebagian lain dibongkar dengan cane

lifter hilo. Dimana kabel hilo dihubungkan dengan salah satu sisi truk sehingga

tebu tumpah ke cane feeding table lalu pemasukan tebu ke cane carrier diatur

sedemikian rupa sehingga memenuhi kapasitas gilingan yang direncanakan.

Oleh cane carrier tebu dibawa masuk kedalam cane leverler untuk

pengaturan masuk tebu kedalam cane cutter I. Pada cane cutter I tebu

dipotong-potong secara horizontal, kemudian selanjutnya cane carrier membawa tebu ke

cane cutter II untuk dicacah lebih halus lagi.

b. Stasiun Gilingan (Mill Station)

Pada stasiun gilingan ini dilakukan pemerasan tebu dengan tujuan untuk

mendapatkan nira sebanyak-banyaknya. Pemerasan dilakukan dengan 5 set three

roll mill yaitu unit gilingan I sampai V dimana setiap unit gilingan terdapat 3 roll

yang diatur sedemikian rupa membentuk sudut 120°, dan pada masing-masing

gilingan terjadi 2 kali pemerasan.

Nira hasil perasan di gilingan I dan II ditampung di tangki nira mentah

yang kemudian dipompakan menuju timbangan nira mentah. Ampas dari gilingan

I dilanjutkan ke gilingan II, demikian seterusnya sampai ke gilingan V, sampai

kebelakang ampas tebu akan semakin kering sehingga nira yang diperas

(48)

untuk gilingan II, begitu juga nira gilingan IV akan menjadi nira imbibisi III, dan

nira hasil gilingan V merupakan nira imbibisi untuk gilingan IV. Sedangkan pada

gilingan V menggunakan air panas sebagai air imbibisi.

Setelah gilingan V praktis nira yang terikut dalam ampas (bagasse) tebu

hampir tidak ada. Bagasse dari pemerasan akhir ini dibakar di boiler sehingga

menghasilkan uap air untuk menggerakan turbin. Dan yang tidak terpakai di

boiler dikirim ke bagasse house (gudang penyimpanan ampas tebu).

Sedangkan ampas yang terikat pada tangki nira mentah disaring melalui

plat saringan dan dibawa oleh srew conveyor ke ampas gilingan I untuk digiling

kembali ke gilingan II. Ampas yang terikut pada hasil gilingan III, IV, dan V

diangkut oleh juice strainer untuk digiling kembali pada gilingan III. Nira yang

telah bebas ampas dari stasiun gilingan I dan II dipompakan ke stasiun pemurnian.

c. Stasiun Pemurnian

Tujuan proses stasiun pemurnian yaitu untuk menghilangkan kotoran (unsur bukan gula) dalam nira tanpa merusak kadar gulanya. Banyak proses yang

dilakukan dalam proses pemurnian dari proses secara kimia yaitu dengan

memberikan bahan kimia yang kemudian bereaksi dengan kotoran membentuk

endapan, proses secara fisika dengan menggunakan pemanasan, pengandapan,

pengapungan dan penyaringan, serta proses kimia fisika yaitu dengan mengubah

sifat fisis suatu komponen sehingga mudah dipisahkan. Pelaksanaan proses

(49)

Pada proses pemurnian diperlukan 4 bahan penolong yaitu: susu kapur,

gas sulfit, phospat dan talosep (A6XL). Dengan tahapan sebagai berikut :

1. Penyaringan I

Nira mentah dari tangki nira mentah dialirkan melalui pipa kesaringan DSM.

Kemudian dialirkan ke timbangan “Maxwell Boulogne” yang menimbang nira

mentah secara otomatis.

2. Pemanasan I (Juice Heater I)

Nira mentah ditimbang dialirkan kepemanasan I, dan dipanaskan sampai ke

temperatur 75°C dengan mengalirkan steam. Pemanasan ini dilakukan dengan

waktu sesingkat mungkin untuk mencegah gula terpecah menjadi unsur yang

lebih sederhana.

3. Defekasi (defecation)

Tujuan proses defikasi adalah untuk membersihkan komponen-komponen

bukan gula dan meningkatkan harkat kemurnian (HK). Bahan yang dipakai

pada proses ini adalah susu kapur dengan pH 9.0 – 9.5. Pemakaian susu dalam

proses defikasi ini belum dapat digantikan dengan bahan lain tapi tidak bisa

ditingggalkan.

4. Sulfitasi nira mentah

Nira yang telah terkapur masuk kedalam tangki sulfitasi dalam proses ini

terjadi penurunan pH nira menjadi 7.0 – 7.2. Sulfitasi ini dilakukan pada suhu

70 - 75°C. Penambahan SO2 tidak boleh berlebihan karena akan menyebabkan

penurunan pH menjadi terlalu rendah dan terbentuknya senyawa Calsium

(50)

5. Netralisasi (Neutralizing)

Nira nentah tersulfitasi mengalir ketangki netralisasi, kemudian ditambahkan

lagi susu kapur sehingga pH netral (berkisar antara 7.0 – 7.2).

6. Pemanasan II (Juice heater II)

Nira yang telah dinetralkan pHnya kemudian dialirkan ketangki pemanasan II,

disini nira dipanaskan dengan steam pada temperatur yang lebih panas

daripada pemanasan I yaitu 105°C. Dimana temperatur ini adalah suhu yang

mempunyai isoelektris yaitu yang dapat mengumpulkan zat-zat tertentu,

membunuh bakteri-bakteri dalam nira dan menurunkan kepekatan (viskositas)

sehingga kotoran lebih mudah mengendap.

7. Pengeluaran gas dan pengendapan

Sebelum dilakukannya pengendapan gas-gas yang terdapat dalam nira harus

dibebaskan kedalam tangki pengembangan (flash tank) agar tidak

mengganggu proses pengandapan.

Dari flash tank nira dialirkan ke tangki pengendapan (compatrement door

clarifier) yang berfungsi untuk mengendapkan kotoran hasil pemurnian

dengan menambahkan flokulat (Tolasep (A6XL)), yang berfungsi

mempercepat pengendapan kotoran dalam nira.

Pada tangki ini terdapat proses pemisahan nira jernih atau nira encer dari nira

kotor. Nira jernih dialirkan secara over flow sedangkan nira kotor keluar

melalui bagian bawah di pompakan ke tangki nira kotor. pada nira kotor

terjadi perlakuan penyaringan, sedangkan nira jernih diteruskan ke proses

(51)

8. Penyaringan II

Nira encer disaring dengan saringan DSM dan dialirkan ke stasiun penguapan

(evaporator). Nira jernih secara over flow keluar dari door clarifier,

sedangkan nira kotor dipompakan keluar dan ditampung kedalam sebuah bak

dan kemudian diteruskan ke mud feed mixer. Pada mud feed mixer ini nira

kotor dicampurkan dengan ampas halus dari gilingan V. Ampas tebu berguna

sebagai media filtrasi agar nira kotor tersaring. Setelah tercampurnya ampas

tebu dengan nira kotor kemudian diteruskan ke vacuum filter (saringan

hampa). Di vacuum filter inilah nira kotor akan tersaring untuk memperoleh

filtrate sebanyak-banyaknya. Vacuum filter ini prisip perbedaaan tekanan

pada dua tempat dipisahkan oleh media penyaringan. Dengan dua buah drum

yang berputar dan permukaan yang berlubang dengan kecepatan berputar

0.15 – 0.35 rpm nira ditarik melalui media penyaringan dengan tekanan

hampa antara 35 – 45 cm Hg, yang akan meninggalkan kotoran berwarna

coklat (blotong) yang melekat pada permukaan drum. Untuk pencucian,

blotong disemprot dengan air, lalu dengan scraper dilepas dari permukaan

saringan, melalui conveyer dibawah kabin blotong dan dimasukkan kedalam

truk untuk ditimbang dan dibuang keluar pabrik. Blotong ini dapat

dimanfaatkan sebagai pupuk. Filtrat hasil saringan tadi kemuian dipompakan

(52)

d. Stasiun Penguapan (Evapurator Station)

Tujuan dari penguapan ini adalah untuk mengurangi kadar air yang

terdapat pada nira encer agar diperoleh nira yang lebih kental, dengan kentalan 62

- 65°brix. Penguapan ini dilakukan pada temperatur 65 - 115°C dengan empat tahap yang disebut “Quadruple Effect Evaporator”, dengan menggunakan cara

forward feed. Steam masuk evaporator dengan tekanan 0.8 cmHg dan suhu

120°C.

Evaporator yang ada dalam sistem ini berjumlah lima buah tetapi yang

dipakai hanya empat buah, yang satu lagi dipakai apabila terjadi kerusakan pada

salah satu evaporator atau apabila salah satu evaporator dibersihkan. Titik didih

larutan diturunkan dengan menurunkan tekanan dalam badan evaporator, dimana

tekanan pada badan IV ±65 cmHg vacuum, pada badan III ±45 cmHg vacuum,

pada badan II ±15 cmHg vacuum, pada badan I ±0.8 cmHg vacuum.

Perbedaan tekanan pada masing-masing evaporator akan mengakibatkan

nira mengalir sacara otomatis dari badan I ke badan berikutnya. Nira yang masuk

pada tiap-tiap badan evaporator akan bersirkulasi hingga mencapai kepekatan

tertentu. Kemudian secara otomatis katub (valve) akan terbuka dan nira mengalir

kebadan berikutnya. Demikian seterusnya sampai pada badan evaporator terakhir

dengan kepekatan 65°brix.

Nira kental yang telah melewati proses penguapan (evapurating) ini

kemudian di alirkan ke stasiun toladura. Sedangkan kondensasi yang berasal dari

(53)

kondensat dan yang berasal dari badan II dan IV di tarik dengan pompa kondensat

ke tangki kondensat.

e. Stasiun Talodura

Nira kental dari stasiun penguapan (evapurator) masuk ke stasiun toladura

dengan tujuan untuk meningkatkan kemurnian nira kental dengan mengapungkan

kotoran-kotoran koloidal (halus) untuk dipisahkan. Dengan memanaskan nira

kental pada suhu 80°C kemudian direaksikan dengan talofloc, talofloate, asam

phospat (H3PO4) dan susu kapur (Ca(OH)2). Dengan reaksi ini diperoleh apungan dari kotoran yang bersifat koloidal tadi. Kotoran ini kemudian dipisahkan

dari nira kental dan dikembalikan ketangki nira mentah tertimbang untuk diproses

ulang. Sedangkan nira kental yan sudah bersih dari kotoran (murni), dipompakan

ke stasiun masakan.

f. Stasiun Masakan

Pada stasiun masakan dilakukan proses kristalisasi dengan tujuan agar

kristal gula mudah dipisahkan dengan kotorannya dalam pemutaran sehingga

didapatkan hasil yang memiliki kemurnian tinggi, membentuk kristal gula yang

sesuai dengan standar kualitas yang ditentukan dan perlu untuk mengubah

saccarosa dalam larutan menjadi kristal agar pengambilan gula

sebanyak-banyaknya dan sisa gula dalam larutan terakhir (tetes) sedikit mungkin.

(54)

1) Masakan A, yaitu proses masakan yang menghasilkan kristal (gula) A dan

Stroop A, stroop A ini masih mengandung sukrosa. Pada masakan A terdapat

2 buah pan masakan yang dapat mengkristalkan ± 68% dari nira kental

masuk

2) Masakan B yaitu proses masakan yang menghasilkan kristal (gula) B dan

Stroop B, dengan menggunakan bahan dasar stroob A. Pada masakan B

terdapat 1 buah pan masakan yang dapat mengkristalkan ± 62% dari nira

kental masuk

3) Masakan D, yaitu proses masakan yang menghasilkan kristal (gula) D dan

Klare D, dengan menggunakan bahan dasar stroop A, stroop B dan Klare D.

Pada masakan A terdapat 2 buah pan masakan yang dapat mengkristalkan ±

58% dari nira kental masuk

Langkah – langkah pengkristalan dapat diuraikan sebagai berikut :

Nira kental dimasak pada vaccum pan A akan menghasilkan masakan A

yang terdiri dari gula A dan stroop A, setelah dipisahkan pada putaran A, stroop

A dimasak kembali pada vaccum pan B menghasilkan masakan B, dilanjutkan

pada putaran B dan menghasilkan gula B dan stroop B, stroop B dimasak kembali

pada vaccum pan D, ketika dilanjutkan keputaran D menghasilkan gula D1 dan

tetes. Gula D1 kemudian di putar kembali untuk meningkatkan kemurniannya

sehingga menghasilkan gula D2 dan klare D, (disebut klare kerena mengalami 2

kali putaran. Gula D2 ini merupakan bibit untuk membesarkan kristalnya pada

(55)

Gula A dan gula B dicampur dan dicuci dengan air untuk membersihkan

sisa-sisa larutan (stroop) yang ada pada kristal dengan cara diputar pada putaran

SHS, hasil putaran inilahyang disebut dengan gula SHS dan klare SHS, klare SHS

kemudian dimasak ulang bersama nira kental pada vaccum pan A. Sedangkan

gula SHS diproses lebih lanjut.

g. Stasiun Putaran

Tujuan pemutaran pada stasiun putaran ini adalah memisahkan kristal gula

dengan larutan (stroop) yang masih menempel pada kristal gula. Putaran bekerja

dengan gaya centripugal yang menyebabkan masakan terlempar jauh dari titik

(sumbu) putaran, dan menempel pada dinding putaran yang telah dilengkapi

dengan saringan yang menyebabakan kristal gula tertahan pada dinding putaran

dan larutan (stroop) nya keluar dari putaran dengan menembus lubang–lubang

saringan, sehingga terpisah larutan (stroop) tersebut dari kristal gulanya.

h. Stasiun Penyelesaian (Dryer and Cooler)

Pada stasiun penyelesaian ini dilakukan proses pengeringan gula yang

berasal dari stasiun putaran sehingga benar-benar kering. Pengeringan dilakukan

dengan penyemprotan uap panas dengan suhu ± 70°C, kemudian didinginkan

kembali karena gula tidak tahan pada temperatur yang tinggi. Tujuan pengeringan

adalah untuk menghindari kerusakan gula yang disebabkan oleh microorganisme,

dan agar gula tahan lama selama proses penyimpanan sebelum disalurkan kepada

(56)

saringan vibrating screen. Gula dengan ukuran standar SHS diangkut dengan

sugar conveyor yang diatasnya dipasang magnetic saparator untuk menarik

logam (besi) yang terikat pada kristal gula.

i. Stasiun Pengemasan

Gula yang telah bersih dari besi yang terikut didalamnya masuk kedalam

sugar bin. Sugar bin menampung gula dan sugar weigher mengisi dan

menimbang gula dengan berat @50 Kg kedalam karung secara otomatis.

Kemudian karung gula dijahit dengan menggunakan conveyor untuk disimpan.

Apabila ada yang membeli maka gula akan dikeluarkan dari gudang.

2.6. Standart Mutu Bahan / Produk

Produk utama yang dihasilkan pabrik ini adalah gula pasir yang tergolong

kepada gula GKP (gula kristal putih) dikemas dalam karung putih dengan berat

masing-masing adalah 50 Kg, dengan standar warna larutan (ICUMSA) anatara

80-300 IU (max) dan kadar bahan tambahan makanan (Belerang dioksida (SO2)) 30 mg (max). Produk sampingan dari pabrik adalah tetes (Melase).

2.7. Bahan Yang Digunakan 2.7.1. Bahan Baku

Bahan baku utama dalam pembuatan gula adalah tebu yang tergolong

kepada genus saccharum, dan diantara genus saccharum itu pada abad XVII

species saccharum offcinarum telah dibudidayakan karena mengandung nira dan

(57)

hidup didaerah tropis dan sub tropis bahkan sampai pada ketinggian 1400 m dari

per mukaan laut.

Pertumbuhan dan kualitas tanaman tebu amat dipengaruhi oleh :

a. Keadaan iklim

b. Keadaan tanah

c. Pengairan

d. Pembibitan

e. Penyakit tebu

f. Cara penanaman tebu

g. Pemakaian pupuk

Tanaman tebu ini dipanen setelah tanaman memiliki kadar gula yang

cukup tinggi (umur 11 – 13 bulan). Tebu yang telah dipanen dapat menunggu

untuk diperas selama maksimal 24 jam, apabila lebih dari 24 jam maka akan

terjadi perubahan rasa tebu menjadi asam dan kadar sukrosa yang ada dalam tebu

akan berkurang.

[image:57.595.134.486.555.686.2]

Komponen penyusutan tebu dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Data Penyusutan Batang Tebu.

No Komponen Persentase (%)

1 Gula Reduksi 0.5 – 1.5

2 Bahan organik 0.5 – 1.5

3 Sabut (selulosa, pentosa) 11 -19

4 Asam organic 0.5

5 Sukrosa 11- 19

6 Air 65 – 75

7 Bahan lain (lilin, zat warna) 8 - 9

(58)

TEBU

CANE HANDLING

STASIUN GILINGAN

STASIUN PEMURNIAN

STASIUN PENGUAPAN

STASIUN MASAKAN

STASIUN PUTARAN

PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN

GULA KRISTAL PUTIH (GKP)

Air imbibisi 20-24% Ampas 30-40%

Tebu

Ca(OH)2 0.17% SO2 0.055%

Nira mentah

Air injeksi Air kondensat

Stroop

Leburan

Tetes Masakan

Gula 6-7%

Blotong 4%

Nira encer

Nira kental

[image:58.595.140.516.106.642.2]

Air kondensat

(59)

Kadar gula dalam tebu sangat dipengaruhi oleh varietas tebu, cara tanam,

struktur tanah dan iklim.

2.7.2. Bahan Tambahan

Bahan tambahan ialah bahan yang ditambahkan secara langsung ke dalam

proses produksi dan merupakan komposisi produk untuk memudahkan dan

menyempurnakan produk.

1. Susu kapur (Ca(OH)2)

Susu kapur dibuat dari pembakaran batu kapur sehingga berubah menjadi

kapur tohor, baru kemudian disiram dengan air panas, sehingga menghasilkan

susu kapur. Pemberian susu kapur bertujuan untuk pemurnian air nira.

Air panas ini berasal dari dari proses kondensasi uap evaporator, yaitu air

bersih dengan temperatur 600C yang berfungsi sebagai:

- Pelarut kapur yang mempercepat terjadinya larutan (Ca(OH)2).

- Air imbibisi pada stasiun gilingan untuk meningkatkan nira yang

dihasilkan, dimana volume air yang dipakai adalah 20% dari kapasitas

produksi.

- Siraman pada saringan hampa udara.

2. Gas Sulfit (SO2)

Gas sulfit diperoleh dari pembakaran belerang di dalam tabung belerang,

dimana awalnya memasukkan belerang yang sengaja dinyalakan, kemudian

(60)

Tujuan pemberian gas sulfit ini adalah:

- Menetralkan kelebihan air kapur pada nira yang terkapur, sehingga pH

mencapai 7,2 – 7,4 dan untuk membantu terbentuknya endapan Ca(SO3)2.

- Untuk memucatkan warna larutan nira kental yang akan berpengaruh pada

warna Kristal dari gula.

3. Flokulat

Penambahan flokulat adalah dengan membentuk flok dari partikel kotoran

terlarut yang terdapat pada nira sehingga lebih mudah disaring.

4. Phospat

Pemberian phospat bertujuan untuk meningkatkan kadar phospat yang

terdapat pada nira jika kadar phospat dalam nira mentah lebih kecil dari 300 ppm,

akan tetapi jika kadar phospat lebih dari 300 ppm maka tidak perlu lagi

ditambahkan phospat.

5. Bockom

Manfaat bockom antara lain adalah:

- Sebagai pengawet pada nira yang belum diolah.

- Untuk memisahkan butiran gula dengan yang lain.

- Untuk membuat Kristal gula lebih gampang dipisahkan.

6. Campuran NaCl, NaOH, Na2SO4

Campuran ini digunakan untuk membersihkan heating tube di stasiun

(61)

2.7.3. Bahan Penolong

Bahan penolong adalah bahan yang digunakan secara tidak langsung

dalam produk, dan bukan merupakan komposisi produk, tetapi digunakan sebagai

pelengkap produk. Adapun bahan penolong antara lain:

1. Karung plastik yang digunakan dalam proses pengarungan gula.

2. Benang jahit yang digunakan untuk menjahit karung plastik.

2.8. Mesin Dan Peralatan

Pada Pabrik Gula Sei Semayang di dalam melaksanakan kegiatan

produksinya menggunakan teknologi, yaitu selain menggunakan tenaga mesin

juga menggunakan tenaga manusia.

2.8.1. Mesin Produksi

Spesifikasi mesin yang digunakan pada Pabrik Gula PTPN II Sei Semayang

dapat dilihat pada Lampiran 1.

2.8.2. Peralatan (Equipment)

Spesifikasi mesin yang digunakan pada Pabrik Gula Sei Semayang dapat

dilihat pada Lampiran 2.

2.8.3. Utilitas

Utilitas adalah unit pendukung yang amat penting dalam melakukan proses

(62)

sarana pendukung ini adalah mendukung dan membantu kelancaran proses

produksi serta mempermudah jalannya kegiatan manufaktur. Utilitasi yang

digunakan pada pabrik gula Sei Semayang adalah:

a. Uap (Steam)

Uap adalah salah satu unit pendukung di bagian produksi. Uap yang

digunakan dihasilkan dari boiler dan seluruhnya digunakan dibagian produksi.

Di pabrik terdapat 2 unit boiler dengan kapasitas 16 ton/jam, tetapi hanya satu

unit yang beroperasi

Spesifikasi boiler tersebut ialah :

- Nama : Yoshimine Water Tube Boiler

- Type : H 1600 S

- Maks. Design Press : 24 kg/cm

- Steam temperatur : 325° C - Heating Surface : 1600 m - Actual Evaporator : 60.000 kg/hr - Serial Number : 2314

- Year : 1981

b. Air (water)

Air memegang peranan penting dalam kelangsungan proses produksi.

Kegunaan air di perusahaan adalah :

1. Keperluan proses produksi

(63)

3. Keperluan boiler

4. Keperluan karyawan

5. Keperluan injeksi kondensor

6. Sebagai zat pendingin dan pembersih

Air yang digunakan pabrik berasal dari sungai belawan, yang berjarak

sekitar 5 km dari pabrik.

c. Listrik

Pada pabrik gula Sei Semayang sumber listrik menggunakan pembangkit

tenaga diesel dengan kapasitas 400 kva. Mesin diesel ini digunakan untuk

melayani beban seperti perumahan staff dan karyawan.

Pemakaian energi listrik dibedakan atas 2 periode yaitu: DMG dan LMG

- Dalam masa gilingan (DMG)

Digunakan turbin dengan kecepatan 5500 rpm dengan pengggeraknya tenaga

uap dari boiler sebesar lebih kurang 30 ton/jam dengan tekanan lebih kurang

20 kg/cm.

- Luar Masa Gilingan (LMG)

Memakai diesel 2 unit @ 500 kva, menggunakan bahan baker solar

46,251/jam yang menghasilkan 1180 kva dengan rata-rata pemakaian 145

kwh. Beban maksimal alternatornya adalah 140 kw/14 A dengan voltage

(64)

d. Work Shop

Work Shop adalah pelayanan teknis, produksi dan pelayanan jasa. Pabrik

Gula Sei Semayang memiki bagian ini yang bertugas melayani perbaikan dan

perawatan peralatan. Operator biasanya mendatangi bagian pabrik yang rusak atau

diperbaiki di work shop .

e. Laboratorium

Laboratorium memiliki peranan yang amat penting dalam hal pengawasan

dan penentuan mutu hasil produksi yang merupakan tujuan utama dari seluruh

produksi. Pengawasan yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Analisa dan proses

- Tebu meliputi persentase dari pada sabut, brix, pol, kadar air, dan kotoran.

- Nira gilingan I sampai dengan IV, meliputi persentase brix, pol, hasil

kemurnian (HK)

- Ampas meliputi pol, zat kering, kadar air

- Nira mentah meliputi persentase brix, HK, gula reduksi, sacarosa, dan

kotoran

- Nira encer meliputi persentase pol, brix, HK, kadar kapur, kadar phospat

- Blotong meliputi persentase pol,

Gambar

Gambar 2. 1. Denah Lokasi Pabrik Gula Sei Semayang
Tabel 2.1  Data Penjualan Gula Tahun 2004, 2005, 2006 dan 2007 (KG) No
Tabel 2.2 Data Penyusutan Batang Tebu. Komponen  Persentase (%)
Gambar 2.2 Bagan Alir Pengolahan Tebu
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Agus Supanji (2012) Perawatan ( maintenance ) adalah kegiatan yang dilakukan untuk menjaga atau mempertahankan kualitas mesin agar dapat berfungsi dengan

Panitia Peherinaan Mahasiswa Batu Unlversilas NegeriYogyakai€ Tahun 2011 menberikan peigha€aan dan meng!capkan terima kasih,

Langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut : membuat alat, melakukan pengujian alat untuk mengetahui apakah alat tersebut sudah berfungsi. Setelah alat berfungsi kemudian

[r]

Signal input biasanya terdiri dari signal eksternal yang berupa device atau perlangkapan yang bisa membangkitkan signal seperti sensor, toggle switch maupun contact auxiliary

Sesuai dengan tujuan penyusunan “Program Kerja Tahunan” yaitu meningkatkan mutu pendidikan, sehingga terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas, yang

Dengan alasan tersebut Indikator Taraf Bunyi ini dibuat, dengan rangkaian yang tergolong sederhana ini diharapkan dapat membantu seseorang agar dapat memperhatikan kesehatannya

[r]