• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Keluhan Muskuloskeletal Sebelum dan Sesudah Pemberian Workplace Stretching-Exercise pada Perawat di RSIA Badrul Aini Medan Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbedaan Keluhan Muskuloskeletal Sebelum dan Sesudah Pemberian Workplace Stretching-Exercise pada Perawat di RSIA Badrul Aini Medan Tahun 2015"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

JENIS KELUHAN

TINGKAT KELUHAN 1 2 3 4 Sakit/kaku di leher bagian atas

Sakit/kaku di leher bagian bawah Sakit di bahu kiri

Sakit di bahu kanan Sakit pada lengan atas kiri Sakit di punggung

Sakit pada lengan atas kanan Sakit pada pinggang Sakit pada bokong Sakit pada pantat Sakit pada siku kiri Sakit pada siku kanan Sakit pada lengan bawah kiri Sakit pada lengan bawah kanan Sakit pada pergelangan tangan kiri Sakit pada pergelangan tangan kanan Sakit pada tangan kiri

Sakit pada tangan kanan Sakit pada paha kiri Sakit pada paha kanan Sakit pada lutut kiri Sakit pada lutut kanan Sakit pada betis kiri

Sakitpadabetis kanan II. KUESIONER BODY MAP

(Jawablah pertanyaan berikut ini dengan memberitanda ()padakolom di samping pertanyaan yang sesuaidengan kondisi/perasaan saudara)

(2)

Lampiran 2

Workplace Stretching-Exercises

Diadopsi dari: Environment Health and Safety University of Toronto

LEHER DAN WAJAH

Naikkan alis dan buka mata selebar mungkin. Pada saat yang sama, buka mulut dan julurkan lidah. Tahan 5-10 detik. Ulangi 3-5 kali.

Geser kepala lurus ke belakang hingga terasa seperti memiliki lipatan dagu.

Tahan 5-10 detik. Ulangi 3-5 kali.

(3)

Perlahan miringkan kepala ke samping kanan, arahkan telinga kanan ke bahu

kanan sedekat

mungkin. Jangan angkat bahu mendekati telinga – biarkan bahu tetap di posisi relaks.

Tahan 5-10 detik. Ulangi 3-5 kali. Ulangi pada sisi sebelah kiri.

Perlahan putar kepala ke arah kanan hingga batas maksimal.

(4)

BAHU DAN LENGAN

Angkat bahu mendekati telinga hingga kepala terasa tegang.

Tahan 5-10 detik. Perlahan turunkan bahu ke posisi normal. Ulangi 3-5 kali.

Perlahan putar bahu ke belakang 5 kali.

Perlahan putar bahu ke depan 5 kali.

Tautkan jari-jari kedua tangan. Tengadahkan telapak tangan, angkat ke atas sembari tangan diluruskan.

(5)

Tautkan jari-jari di belakang punggung. Perlahan tarik bahu ke belakang sembari tangan diluruskan. Tahan 5-10 detik. Ulangi 3-5 kali.

Tautkan jari-jari kedua tangan. Dengan telapak tangan menghadap ke luar, luruskan lengan ke depan. Tahan 5-10 detik. Ulangi 3-5 kali.

(6)

Pegang siku kanan dengan tangan kiri. Perlahan tarik siku menuju belakang kepala.

Tahan 5-10 detik. Ulangi 3-5 kali. Ulangi dengan siku kiri.

Perlahan tarik siku kanan menuju bahu kiri.

Tahan 5-10 detik. Ulangi 3-5 kali. Ulangi dengan siku kiri.

Silangkan lengan ke depan. Ayunkan lengan ke atas melalui sisi tubuh sambil menarik napas. Turunkan lengan ke bawah sambil

(7)

TANGAN DAN PERGELANGAN TANGAN

Buka telapak tangan. Jauhkan masing-masing jari dan luruskan. Tahan 5-10 detik. Bengkokkan jari. Tahan 5-10 detik. Genggam jari. Tahan 5-10 detik. Buka kembali telapak tangan. Ulangi 3-5 kali.

Posisikan lengan seperti sedang bersalaman. Tekukkan jari hingga menyentuh telapak tangan. Buat pola lingkaran lima kali dengan

ibu jari.

Tempelkan kedua telapak tangan, tekukkan siku. Bersamaan dorong telapak tangan kanan juga telapak tangan kiri. Tahan 5-10 detik kemudian lepaskan. Ulangi 3-5 kali.

Genggam tangan kanan dengan siku lurus ke depan., Perlahan dorong telapak tangan ke bawah.

(8)

Genggam tangan kanan dengan siku lurus ke depan. Perlahan dorong lengan kanan.

Tahan 5-10 detik. Ulangi 3-5 kali. Ulangi dengan

tangan kiri.

Posisikan lengan seperti sedang bersalaman. Perlahan putar pergelangan tangan ke kanan dan ke kiri.

Tahan 5-10 detik. Ulangi 3-5 kali.

Perlahan bengkokkan pergelangan tangan dari satu sisi ke sisi yang lain. Tahan 5-10 detik. Ulangi

(9)

PUNGGUNG

Duduk. Angkat dan tekukkan kaki kanan, hadapkan lutut di depan hidung. Ulangi 3-5 kali. Ulangi dengan kaki kiri.

Berdiri dengan lutut rapat, letakkan telapak tangan di bawah punggung, dengan jari menghadap bawah. Perlahan dorong telapak tangan sehingga pinggang terdorong ke depan. Tahan 5-10 detik. Ulangi 3-5 kali.

Catatan: Lakukan

(10)

Tautkan jari dan angkat lengan ke atas kepala. Dengan siku tetap lurus, tarik lengan ke belakang sampai batas. Perlahan arahkan lengan ke kanan. Tahan 5-10 detik. Lalu arahkan ke kiri. Tahan 5-10 detik. Ulangi 3-5 kali.

(11)
(12)

KAKI DAN PERGELANGAN KAKI

Berdiri dan tempelkan tangan kiri ke dinding. Genggam pergelangan kaki kanan dengan tangan kanan. Perlahan tarik kaki kanan hingga terasa peregangan di paha. Tahan 5-10 detik. Ulangi 3-5 kali. Ulangi dengan

kaki kiri.

Berdiri. Letakkan kaki kanan pada satu permukaan (lebih baik setinggi/ lebih rendah dari lutut). Tegakkan kepala, lalu perlahan condongkan ke depan hingga .

(13)

Tempelkan telapak tangan ke dinding, luruskan lengan. Letakkan kaki kanan ke depan. Condongkan tubuh ke dindinghingga terasa peregangan di betis kiri. Tahan 5-10 detik. Ulangi 3-5 kali. Ulangi dengan sisi yang berlawanan.

Duduk tegap di kursi sehingga punggung tidak menyentuh sandaran kursi. Tempelkan telapak kaki di lantai. Angkat kaki kanan 5 - 10 cm. Tahan 5- 10 detik dan turunkan kaki kembali ke lantai. Ulangi dengan kaki kiri.

(14)
(15)
(16)

Lampiran 5

Master Data Karakteristik Responden di RSIA Badrul Aini Nama Umur Pendidikan Status Pengalaman Kerja

(17)
(18)
(19)
(20)
(21)

Lampiran 8

Hasil Uji Statistik

1. Hasil Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

Umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 20-29 22 64.7 64.7 64.7

30-39 6 17.6 17.6 82.4

40-49 4 11.8 11.8 94.1

>50 2 5.9 5.9 100.0

Total 34 100.0 100.0

Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Akademi 31 91.2 91.2 91.2

Universitas 3 8.8 8.8 100.0

Total 34 100.0 100.0

Status

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Kawin 18 52.9 52.9 52.9

Belum Kawin 16 47.1 47.1 100.0

(22)

Pengalaman kerja

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid <5 11 32.4 32.4 32.4

5-10 11 32.4 32.4 64.7

>10 12 35.3 35.3 100.0

Total 34 100.0 100.0

2. Frekuensi Keluhan Muskuloskeletal Responden Sebelum WSE

pre0

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 20 58.8 58.8 58.8

2 10 29.4 29.4 88.2

3 2 5.9 5.9 94.1

4 2 5.9 5.9 100.0

Total 34 100.0 100.0

pre1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 20 58.8 58.8 58.8

2 9 26.5 26.5 85.3

3 3 8.8 8.8 94.1

4 2 5.9 5.9 100.0

(23)

pre2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 18 52.9 52.9 52.9

2 13 38.2 38.2 91.2

3 2 5.9 5.9 97.1

4 1 2.9 2.9 100.0

Total 34 100.0 100.0

pre3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 19 55.9 55.9 55.9

2 7 20.6 20.6 76.5

3 6 17.6 17.6 94.1

4 2 5.9 5.9 100.0

Total 34 100.0 100.0

Pre4

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 22 64.7 64.7 64.7

2 5 14.7 14.7 79.4

3 5 14.7 14.7 94.1

4 2 5.9 5.9 100.0

(24)

pre5

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 17 50.0 50.0 50.0

2 11 32.4 32.4 82.4

3 5 14.7 14.7 97.1

4 1 2.9 2.9 100.0

Total 34 100.0 100.0

pre6

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 20 58.8 58.8 58.8

2 10 29.4 29.4 88.2

3 4 11.8 11.8 100.0

Total 34 100.0 100.0

pre7

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 16 47.1 47.1 47.1

2 7 20.6 20.6 67.6

3 6 17.6 17.6 85.3

4 5 14.7 14.7 100.0

(25)

pre8

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 22 64.7 64.7 64.7

2 7 20.6 20.6 85.3

3 2 5.9 5.9 91.2

4 3 8.8 8.8 100.0

Total 34 100.0 100.0

pre9

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 24 70.6 70.6 70.6

2 4 11.8 11.8 82.4

3 5 14.7 14.7 97.1

4 1 2.9 2.9 100.0

Total 34 100.0 100.0

pre10

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 27 79.4 79.4 79.4

2 4 11.8 11.8 91.2

3 1 2.9 2.9 94.1

4 2 5.9 5.9 100.0

(26)

pre11

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 26 76.5 76.5 76.5

2 7 20.6 20.6 97.1

4 1 2.9 2.9 100.0

Total 34 100.0 100.0

Pre12

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 25 73.5 73.5 73.5

2 6 17.6 17.6 91.2

3 1 2.9 2.9 94.1

4 2 5.9 5.9 100.0

Total 34 100.0 100.0

pre13

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 27 79.4 79.4 79.4

2 6 17.6 17.6 97.1

4 1 2.9 2.9 100.0

(27)

pre14

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 19 55.9 55.9 55.9

2 9 26.5 26.5 82.4

3 3 8.8 8.8 91.2

4 3 8.8 8.8 100.0

Total 34 100.0 100.0

pre15

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 22 64.7 64.7 64.7

2 4 11.8 11.8 76.5

3 5 14.7 14.7 91.2

4 3 8.8 8.8 100.0

Total 34 100.0 100.0

pre16

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 22 64.7 64.7 64.7

2 10 29.4 29.4 94.1

3 1 2.9 2.9 97.1

4 1 2.9 2.9 100.0

(28)

pre17

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 24 70.6 70.6 70.6

2 5 14.7 14.7 85.3

3 3 8.8 8.8 94.1

4 2 5.9 5.9 100.0

Total 34 100.0 100.0

pre18

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 20 58.8 58.8 58.8

2 7 20.6 20.6 79.4

3 5 14.7 14.7 94.1

4 2 5.9 5.9 100.0

Total 34 100.0 100.0

pre21

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 18 52.9 52.9 52.9

2 10 29.4 29.4 82.4

3 3 8.8 8.8 91.2

4 3 8.8 8.8 100.0

(29)

pre22

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 16 47.1 47.1 47.1

2 8 23.5 23.5 70.6

3 6 17.6 17.6 88.2

4 4 11.8 11.8 100.0

Total 34 100.0 100.0

pre23

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 15 44.1 44.1 44.1

2 9 26.5 26.5 70.6

3 6 17.6 17.6 88.2

4 4 11.8 11.8 100.0

Total 34 100.0 100.0

pre26

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 22 64.7 64.7 64.7

2 6 17.6 17.6 82.4

3 5 14.7 14.7 97.1

4 1 2.9 2.9 100.0

(30)

3. Frekuensi Keluhan Muskuloskeletal Responden Sesudah WSE

post0

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 26 76.5 76.5 76.5

2 7 20.6 20.6 97.1

3 1 2.9 2.9 100.0

Total 34 100.0 100.0

post1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 27 79.4 79.4 79.4

2 5 14.7 14.7 94.1

3 1 2.9 2.9 97.1

4 1 2.9 2.9 100.0

Total 34 100.0 100.0

post2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 30 88.2 88.2 88.2

2 4 11.8 11.8 100.0

Total 34 100.0 100.0

post3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 30 88.2 88.2 88.2

2 3 8.8 8.8 97.1

3 1 2.9 2.9 100.0

(31)

post4

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 32 94.1 94.1 94.1

3 1 2.9 2.9 97.1

4 1 2.9 2.9 100.0

Total 34 100.0 100.0

post5

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 29 85.3 85.3 85.3

2 5 14.7 14.7 100.0

Total 34 100.0 100.0

post6

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 26 76.5 76.5 76.5

2 6 17.6 17.6 94.1

3 2 5.9 5.9 100.0

Total 34 100.0 100.0

post7

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 22 64.7 64.7 64.7

2 9 26.5 26.5 91.2

3 1 2.9 2.9 94.1

4 2 5.9 5.9 100.0

(32)

post8

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 28 82.4 82.4 82.4

2 6 17.6 17.6 100.0

Total 34 100.0 100.0

post9

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 31 91.2 91.2 91.2

2 1 2.9 2.9 94.1

3 2 5.9 5.9 100.0

Total 34 100.0 100.0

post10

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 34 100.0 100.0 100.0

post11

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 30 88.2 88.2 88.2

2 3 8.8 8.8 97.1

3 1 2.9 2.9 100.0

(33)

Post12

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 32 94.1 94.1 94.1

3 1 2.9 2.9 97.1

4 1 2.9 2.9 100.0

Total 34 100.0 100.0

post13

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 30 88.2 88.2 88.2

2 3 8.8 8.8 97.1

3 1 2.9 2.9 100.0

Total 34 100.0 100.0

post14

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 29 85.3 85.3 85.3

2 4 11.8 11.8 97.1

3 1 2.9 2.9 100.0

Total 34 100.0 100.0

post15

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 24 70.6 70.6 70.6

2 9 26.5 26.5 97.1

3 1 2.9 2.9 100.0

(34)

post16

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 31 91.2 91.2 91.2

2 3 8.8 8.8 100.0

Total 34 100.0 100.0

post17

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 27 79.4 79.4 79.4

2 6 17.6 17.6 97.1

4 1 2.9 2.9 100.0

Total 34 100.0 100.0

post18

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 28 82.4 82.4 82.4

2 5 14.7 14.7 97.1

3 1 2.9 2.9 100.0

Total 34 100.0 100.0

post19

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 28 82.4 82.4 82.4

2 5 14.7 14.7 97.1

3 1 2.9 2.9 100.0

(35)

post20

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 24 70.6 70.6 70.6

2 9 26.5 26.5 97.1

3 1 2.9 2.9 100.0

Total 34 100.0 100.0

post22

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 27 79.4 79.4 79.4

2 5 14.7 14.7 94.1

3 2 5.9 5.9 100.0

Total 34 100.0 100.0

post23

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 22 64.7 64.7 64.7

2 10 29.4 29.4 94.1

3 2 5.9 5.9 100.0

Total 34 100.0 100.0

post24

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 29 85.3 85.3 85.3

2 4 11.8 11.8 97.1

3 1 2.9 2.9 100.0

(36)

post25

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 30 88.2 88.2 88.2

2 4 11.8 11.8 100.0

Total 34 100.0 100.0

post26

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 28 82.4 82.4 82.4

2 6 17.6 17.6 100.0

Total 34 100.0 100.0

post27

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 26 76.5 76.5 76.5

2 6 17.6 17.6 94.1

3 2 5.9 5.9 100.0

(37)

4. Hasil Tes Normalitas Data

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

totalpre totalpost

N 34 34

Normal Parametersa,,b Mean 45.12 33.71

Std. Deviation 14.270 7.082

Most Extreme Differences Absolute .202 .213

Positive .202 .213

Negative -.115 -.210

Kolmogorov-Smirnov Z 1.177 1.241

Asymp. Sig. (2-tailed) .125 .092

a. Test distribution is Normal.

(38)

5. Hasil Uji Paired T-Test Pretest dan Posstest Keluhan Muskuloskeletal

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 pre0 1.59 34 .857 .147

post0 1.26 34 .511 .088

Pair 2 pre1 1.62 34 .888 .152

post1 1.29 34 .676 .116

Pair 3 pre2 1.59 34 .743 .127

post2 1.12 34 .327 .056

Pair 4 pre3 1.74 34 .963 .165

post3 1.15 34 .436 .075

Pair 5 pre4 1.62 34 .954 .164

post4 1.12 34 .327 .056

Pair 6 pre5 1.71 34 .836 .143

post5 1.15 34 .359 .062

Pair 7 pre6 1.53 34 .706 .121

post6 1.29 34 .579 .099

Pair 8 pre7 2.00 34 1.128 .193

post7 1.50 34 .826 .142

Pair 9 pre8 1.59 34 .957 .164

post8 1.18 34 .387 .066

Pair 10 pre9 1.50 34 .862 .148

post9 1.15 34 .500 .086

Pair 11 pre10 1.35 34 .812 .139

post10 1.00 34 .000 .000

Pair 12 pre11 1.41 34 .657 .113

post11 1.15 34 .436 .075

Pair 13 pre12 1.41 34 .821 .141

post12 1.15 34 .610 .105

(39)

post13 1.15 34 .436 .075

Pair 15 pre14 1.71 34 .970 .166

post14 1.18 34 .459 .079

Pair 16 pre15 1.68 34 1.036 .178

post15 1.32 34 .535 .092

Pair 17 pre16 1.50 34 .896 .154

post16 1.26 34 .618 .106

Pair 18 pre17 1.44 34 .706 .121

post17 1.09 34 .288 .049

Pair 19 pre18 1.68 34 .945 .162

post19 1.21 34 .479 .082

Pair 20 pre20 1.79 34 1.038 .178

post20 1.32 34 .535 .092

Pair 21 pre21 1.74 34 .963 .165

post21 1.18 34 .459 .079

Pair 22 pre22 1.94 34 1.071 .184

post22 1.26 34 .567 .097

Pair 23 pre23 1.97 34 1.058 .182

post23 1.41 34 .609 .104

Pair 24 pre24 1.44 34 .660 .113

post24 1.18 34 .459 .079

Pair 25 pre25 1.56 34 .860 .147

post25 1.12 34 .327 .056

Pair 26 pre26 1.56 34 .860 .147

post26 1.18 34 .387 .066

Pair 27 pre27 1.62 34 .888 .152

post27 1.29 34 .579 .099

Pair 28 totalpre 45.12 34 14.270 2.447

(40)

Paired Samples Test

Interval of the

(41)
(42)

Dokumentasi Penelitian

Gambar 1 Peneliti menjelaskan tujuan penelitan

(43)

Gambar 3 Peneliti memperkenalkan gerakan WSE pada perawat

(44)

Gambar 5 Gerakan WSE ditempel di tempat yang mudah dilihat perawat

Gambar 6 Perawat mempraktikkan WSE di sela-sela waktu kerja

(45)

Gambar 7 Gedung RSIA Badrul Aini tampak depan

(46)
(47)

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, B., 2002. Stretching in the

Office.https://books.google?id=0XyyUtbPgMAC&pg=PP1&lpg=PP1&f ocus=viewport&dq=stretching+in+the+office&hl=id&output=html_text. Diakses 21 Februari 2015.

Anderson, B., 2010. Stretching. https://books.google.co.id/books?id= wzbOq_pWqVYC&pg=PA6&lpg=PP1&focus=viewport&dq=stretching +in+the+office&hl=id&output=html_text. Diakses 21 Februari 2015. Ali, Z., 2001. Dasar-Dasar Keperawatan Profesional. Penerbit Widya Medika,

Jakarta.

Alter, 2003. How to Stretch. http://www.yoga-age.com/article/stretching. Diakses 21 Februari 2015.

Anies, 2014. Kedokteran Okupasi: Berbagai Penyakit Akibat Kerja dan Upaya Penanggulangan dari Aspek Kedokteran. Ar-Ruzz Media. Yogyakarta.

Auliya, A., 2013. Gambaran Posisi Kerja yang Dapat Mempengaruhi Kejadian Musculoskeletal Disorders pada Pekerja Panen Kelapa Sawit PT. Perkebunan Nusantara XIII Kabupaten Sanggau Kalimantan Barat. Skripsi. Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura, Pontianak.

Elyas, Y., 2012. Gambaran Tingkat Risiko Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada Perawat saat Melakukan Aktivitas Kerja di Ruang ICU PJT RSCM Berdasarkan Metode Rapid Entire Body Assesment (REBA). Skripsi. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Depok. Gaffar, LOJ., 1999. Pengantar Keperawatan Profesional. Penerbit Buku

Kedokteran EGC. Jakarta.

Grandjean, E., 1995. Fitting the Task to the Man. A textbook of occupational ergonomic 4th edition. Taylor and Francis. New York.

Judha, M., 2012. Anatomi dan Fisiologi: Rangkuman Sederhana Belajar Anatomi Fisiologi. Gosyen Publishing. Yogyakarta.

(48)

Jurnal Ilmiah. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT),Denpasar.

Kusnanto, 2004. Pengantar Profesi dan Praktik Keperawatan Profesional, Monica Ester (editor). Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Lestari, N., 2014. Pengaruh Stretching terhadap Keluhan Muskuloskeletal pada Perawat di Ruang Ratna dan Medical Surgical RSUP Sanglah. Skripsi. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar.

Manurung, P., 2012. Metodologi Penelitian. Halaman Moeka Publishing. Jakarta.

Najarkola, Moussavi, S., and Mirzaei, R., 2012.Assessment of Musculoskeletal Loads of Electric Factory Workers by Rapid Entire Body Assessment, Journal of Health Scope: 1(2): 71-79

National Institut for Occupational Safety and Health. 1996. A guide to Safety in Confined Space. U.S. Department of Health and Human Service. Amerika.

Nelson, A., 2003. State of The Science in Patient Care Ergonomies: Lesson Learned and Gaps in Knowledge. Presented March 5, 2003, Third Annual Safe Patient Handling and Movement Conference: Clearwater Beach, FL.

Notoatmodjo, S., 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. PT Rinneka Cipta. Jakarta.

Nurhidayah, R.E., 2010. Ilmu Perilaku dan Pendidikan Kesehatan untuk Perawat. USU Press. Medan.

Parker, S., 2007. Ensiklopedia Tubuh Manusia. Penerjemah: dr. Winardini. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Pasiak, T., 2006. Manajemen Kecerdasan. Mizan Pustaka. Bandung.

Setyawati, L., 2007. Patient Safety dan Penyakit Akibat Kerja. Disampaikan pada Pelatihan K3 bagi Paramedis RS Tegalyoso, 25 Juni, Klaten.

Soedirman, Sumakmur, P.K., 2014. Kesehatan Kerja dalam Perspektif Hiperkes dan Keselamatan Kerja. Penerbit Erlangga. Jakarta.

(49)

Tarwaka, B., Sudiajeng, L., 2004. Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas. Uniba Press. Surakarta.

University of Toronto Environment Health and Safety. Workplace Exercises. http://www.ehs.utoronto.ca/services/Ergonomics/exercise.htm. Diakses 3 Februari 2015.

Wahyono, Y., dan Saloko E., 2014. Pengaruh Workplace Exercise terhadap Keluhan Muskuloskeletal pada Pekerja di bagian Sewing CV. Cahyo Nugroho Jati (CNJ) Sukoharjo. Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan. 3 (2): 197-203.

Waikar A.M., and Bradshaw M. E., 1995. Exercises in the Workplace Employee Preferences. Emerald (Internet), October, 16 (9) pp. 16-30. Diakses 21 Februari 2015.

WHO, 2003. Preventing Musculoskeletal Disorders in The Workplace. Lang/Metze Atelier. Berlin.

Yip Yin., andBing, 2001. A Study Of Work Stress, Patient Handling Activities And The Risk of Low Back Pain Among Nurses In Hongkong, Journal of Advanced Nursing 36(6), 794-804.

(50)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat pre eksperimental dengan menerapkan rancangan perlakuan ulang one group pretest and posttest design yaitu rancangan penelitian yang menggunakan satu kelompok subyek yang diamati (pretest). Selanjutnya diberi perlakuan tertentu sesudah itu diamati kembali (posttest). Berdasarkan hasil pengamatan pertama dan hasil pengamatan kedua ditarik kesimpulan (Manurung, 2012).

Penelitian yang dilakukan yaitu penelitian intervensi (program) pada suatu kelompok partisipan yang memungkinkan peneliti dapat menguji perubahan yang terjadi setelah adanya program (Notoatmodjo, 2003). Penelitian dengan menggunakan intervensi merupakan salah satu strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dalam bentuk proses pengembangan inovatif yang dicoba dalam mendeteksi dan memecahkan masalah.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Badrul Aini Medan, yang terletak di Jalan Bromo Lorong Sukri No. 18 Medan. Lokasi ini dipilih dengan alasan sebagai berikut:

a. Semua perawat Rumah Sakit Badrul Aini Medan memiliki

(51)

gawat dan cukup berat, dengan tindakan perawatan yang dilakukan cukup banyak dan dalam waktu singkat di Unit Gawat Darurat (UGD) b. Berdasarkan survei pendahuluan ditemukan keluhan muskuloskeletal

yang dialami perawat

c. Adanya persetujuan pihak manajemen Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Badrul Aini Medan untuk ikut terlibat dalam pelaksanaan program intervensi yang akan diaplikasikan pada semua perawat d. Belum pernah dilakukan penelitian sehubungan dengan keselamatan

dan kesehatan kerja pada umumnya dan penelitian untuk melihat efektivitas stretching terhadap keluhan muskuloskeletal yang dialami perawat pada khususnya di Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Badrul Aini Medan

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan selama 4 (empat) bulan, dimulai dari Februari sampai dengan Mei 2015. Penelitian dimulai dengan persiapan usulan penelitian dan seminar, selanjutnya pelaksanaan penelitian dan seminar hasil.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat yang bertugas di Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Badrul Aini berjumlah 34 orang.

3.3.2 Sampel

(52)

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer

Data keluhan muskuloskeletal diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner Nordic Body Map (NBM).

3.4.2 Data Sekunder

Data diperoleh melalui bagian administrasi Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Badrul Aini yaitu data mengenai tenaga kerja perawat, jumlah, serta distribusi pembagian tugasnya.

3.5 Definisi Operasional

Definisi operasional variabel penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Keluhan Muskuloskeletal atau gangguan otot rangka adalah

gangguan yang dialami karena kerusakan pada otot, saraf, tendon, ligamen, persendian, kartilago, dan diskus invertebralis. Cara untuk mengukur keluhan muskuloskeletal dapat dilakukan dengan menggunakan kuesioner Nordic Body

Map (NBM) yang menggunakan skor: 1) tidak sakit, 2) agak sakit, 3) sakit, dan 4)

sakit sekali.

b. Workplace Stretching-Exercise (WSE) adalah latihan peregangan

(53)

3.6 Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dibagi dalam 3 tahap, yaitu pretest, Workplace Stretching

Exercise (WSE) dan posttest. Pertama sekali dilakukan perkenalan dan

pendekatan kepada direktur rumah sakit agar bersedia membantu jalannya penelitian. Para perawat diberi pengarahan tentang apa tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan kegiatan yang akan dilakukan sepanjang penelitian.

a. Pretest

Pada pretest, dilakukan pengukuran keluhan muskuloskeletal dengan menggunakan pedoman Nordic Body Map (NBM). Berpedoman pada Yusnani (2012), pengukuran keluhan dilaksanakan 4 jam setelah shift kerja dimulai.

b. Intervensi (Workplace Stretching Exercise)

Pengenalan latihan peregangan atau Workplace Stretching-Exercise(WSE) dilakukan tepat setelah pretest oleh peneliti dan asisten peneliti kepada perawat selama 15 menit dilaksanakan dengan rincian:

(1) gerakan berfokus pada leher, wajah, bahu, lengan, tangan, punggung, dankaki,

(2) setiap gerakan dilakukan penahanan selama 5-10 detik untuk merasakan adanya tarikan pada otot- otot yang difokuskan,

(3) dilakukan pengulangan 3-5kaliuntuksetiap gerakan,

(54)

c. Posttest

Pada posttest, dilakukan pengukuran kelelahan muskuloskeletal dengan menggunakan pedoman Nordic Body Map (NBM) sama seperti pada saat melakukan pretest. Pengukuran dilakukan tepat setelah masa intervensi berakhir. 3.7 Pengolahan Data dan Analisis Data

3.7.1 Pengolahan Data

Dalam mengolah data dilakukan perhitungan statistik dengan menggunakan program SPSS komputer, untuk melihat penurunan keluhan muskuloskeletal pada sampel sebelum dan sesudah mendapatkan perlakuan. 3.7.2 Analisis Data

(55)

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Badrul Aini terletak di Jalan Bromo Lorong Sukri No. 18 Kecamatan Medan Denai, Medan. Rumah sakit ini berdekatan dengan Yayasan Amal dan Sosial Panti Asuhan Mamiyai Al-Ittihadyah dan Rumah Sakit Umum Madani.

Sesuai penamaannya, RSIA Badrul Aini didirikan oleh Hj. Badrul Aini. Awalnya rumah sakit ini merupakan lokasi praktik bidan dengan nama Bidan Berijazah Badrul Aini yang berdiri pada tahun 1970. Kemudian pada 1986 berganti nama menjadi Klinik Bersalin Hj. Badrul Aini. Seiring dengan perkembangan fasilitas tempat tersebut dalam melayani dan menangani bukan hanya terbatas pada masalah kehamilan, maka pada 1990 berdirilah Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Badrul Aini.

Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Badrul Aini merupakan rumah sakit swasta kelas C yang mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis terbatas. Dengan 15 dokter di mana 10 dokter di antaranya adalah dokter spesialis, rumah sakit ini juga menampung pelayanan rujukan dari puskesmas.

(56)

Bagian keperawatan yang kesemua petugasnya adalah wanita dipimpin oleh seorang kepala perawat bernama Hj. Sulastri dan 33 perawat lain terbagi ke 8 unit berbeda, antara lain ruang bersalin, ruang bayi, ruang rawat anak, ruang rawat dewasa, kamar operasi, ruang pemulihan, UGD (unit gawat darurat), dan menko (supervisi keperawatan). Tugas dan waktu kerja perawat diatur berdasarkan shift dan regu, di mana setiap regu perawat pada setiap shift terdiri dari 8 orang perawat.

Setiap 1 orang perawat bertanggung jawab pada 1 unit kerja. Namun dikarenakan perawat saling membantu di tiap unit secara garis besar tidak terdapat perbedaan tugas antara kepala perawat, menko, dan perawat lainnya. Perputaran unit untuk setiap perawat dilaksanakan setiap 6 bulan sekali. Sebagai tambahan, rumah sakit yang memiliki kondisi fisik berlantai 2 ini mengharuskan setiap perawat yang mendapat tanggung jawab tugas pada unit atau tempat tugas di lantai pertama untuk selalu siap siaga membantu perawat yang bertugas di UGD (unit gawat darurat) jika unit tersebut menerima kasus gawat darurat.

Waktu kerja petugas perawat terbagi ke dalam 3 shift per harinya, yaitu

shift pagi antara pukul 08.00-14.30, shift siang antara pukul 14.30-21.00, dan shift

malam antara pukul 21.00-08.00. Setiap regu mengalami pertukaran waktu shift setiap 2 hari dan mendapat jatah libur selama 2 hari setiap waktu selesai melaksanakan shift malam.

(57)

ruang UGD (unit gawat darurat) dan ruang perawat sisanya berada di dekat tangga dan fasilitas mushola. Fasilitas kantin dan apotek berada di luar gedung utama rumah sakit, yakni kantin berada di seberang gedung dan apotek memiliki bangunan tersendiri berdampingan dengan gedung rumah sakit di sisi sebelah kanan. Adapun tempat parkir sepeda motor dan pos satpam berada di sisi sebelah kiri gedung rumah sakit, sedangkan tempat parkir mobil yakni di pelataran depan gedung rumah sakit.

4.2Karakteristik Responden

Responden pada penelitian ini adalah seluruh petugas perawat di RSIA Badrul Aini dengan umur, pendidikan terakhir, status, dan pengalaman kerja yang berbeda. Seluruh responden diberikan perlakuan berupa Workplace

Stretching-Exercise (WSE).

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Perawat Berdasarkan Umur di RSIA Badrul Aini Medan 2015

Karakteristik n (orang) %

Umur (tahun) a. 20-29 b. 30-39 c. 40-49 d.>50

22 6 4 2

64,7 17,6 11,8 5,9

Total 34 100

(58)

Tabel 4.2 Karakteristik Responden Perawat Berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir di RSIA Badrul Aini Medan 2015

Karakteristik n (orang) %

Berdasarkan Tabel 4.2 di atas diketahui bahwa gambaran karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan terakhir adalah sebanyak 31 orang (91,2%) berasal dari akademi dan sebanyak 3 orang (8,8%) berasal dari universitas.

Tabel 4.3 Karakteristik Responden Perawat Berdasarkan Status di RSIA Badrul Aini Medan 2015

Karakteristik n (orang) %

Status a. Menikah

b. Belum menikah

18 16

52,9 47,1

Total 34 100

Berdasarkan Tabel 4.3 di atas diketahui bahwa gambaran karakteristik responden berdasarkan status adalah sebanyak 18 orang (52,9%) telah menikah, dan sebanyak 16 orang (47,1%) belum menikah.

Tabel 4.4 Karakteristik Responden Perawat Berdasarkan Pengalaman Kerja di RSIA Badrul Aini Medan 2015

Karakteristik n (orang) %

(59)

Berdasarkan Tabel 4.4 diketahui bahwa gambaran karakteristik responden berdasarkan pengalaman kerja adalah sebanyak 11 orang (32,4%) telah bekerja selama <5 tahun, sebanyak 11 orang (32,4%) telah bekerja selama 5-10 tahun, dan sebanyak 12 orang (35,3%) telah bekerja selama >10 tahun.

4.3Keluhan Muskuloskeletal Responden Sebelum WSE

(60)

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Keluhan Muskuloskeletal Sebelum Workplace Stretching-Exercise (WSE)

Jenis Keluhan Tidak sakit

(61)

Berdasarkan data yang disajikan dalam Tabel 4.5 di atas, didapatkan gambaran keluhan muskuloskeletal pada perawat setelah 3 jam bekerja pada masa

pretest. Bagian tubuh dengan persentase keluhan agak sakit tertinggi adalah bahu

kiri sebanyak 13 orang (38,2%), bagian tubuh dengan persentase keluhan sakit tertinggi adalah paha kanan sebanyak 7 orang (20,6%), dan bagian tubuh dengan persentase keluhan sakit sekali tertinggi adalah pinggang sebanyak 5 orang (14,7%).

4.4Keluhan Muskuloskeletal Responden SesudahWSE

(62)

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Keluhan Muskuloskeletal Sesudah Workplace Stretching-Exercise (WSE)

Jenis Keluhan Tidak sakit Agak sakit Sakit Sakit sekali

(63)

Berdasarkan data yang disajikan dalam Tabel 4.6 di atas, didapatkan hasil bahwa bagian tubuh dengan persentase keluhan agak sakit tertinggi adalah betis kanan sebanyak 10 orang (29,4%), bagian tubuh dengan persentase keluhan sakit tertinggi adalah lengan atas kanan, pantat, betis kiri, betis kanan, dan kaki kanan masing-masing sebanyak 2 orang (5,9%), dan bagian tubuh dengan persentase keluhan sakit sekali tertinggi adalah pinggang sebanyak 2 orang (5,9%).

Adapun terdapat sejumlah besar jenis keluhan yang mencapai jumlah 0 orang (0%) pada masa posttest, antara lain pada keluhan agak sakit adalah bagian siku kiri, pada keluhan sakit adalah bahu kiri, lengan atas kiri, punggung, bokong, siku kiri, lengan bawah kiri, tangan kiri, tangan kanan, pergelangan kaki kanan, dan kaki kiri. Selanjutnya semua bagian tubuh memiliki jumlah 0 orang (0%) untuk tingkat keluhan sakit sekali kecuali leher bawah sebanyak 1 orang (2,9%), lengan atas kiri sebanyak 1 orang (2,9%), pinggang sebanyak 2 orang (5,9%), dan tangan kanan sebanyak 1 orang (2,9%).

4.5PerbedaanKeluhan MuskuloskeletalSebelum dan SesudahWSE

Workplace Stretching-Exercise (WSE) dipraktikkan oleh peneliti

bersama-sama dengan responden pertama kali tepat setelah pretest dilaksanakan. Total waktu efektif masa intervensi ini adalah 3 minggu (21 hari). Pada minggu pertama peneliti dan asisten peneliti secara langsung mengawasi jalannya pelaksanaan

Workplace Stretching-Exercise (WSE). Pada 2 minggu selanjutnya wewenang

untuk mengawasi diambil alih oleh kepala perawat atau seorang perawat yang menjadi perwakilan pada masing-masing shift dan peneliti hanya mengawasi satu

(64)

posttestmenggunakan kuesioner Nordic Body Map (NBM) yang sama seperti saat

pretest kembali dilakukan.

Hasil distribusi frekuensi keluhan dianalisis dengan menggunakan Paired

Sample T-Test untuk menguji apakah ada perbedaan keluhan responden

(65)

Tabel 4.7 Distribusi Keluhan Responden Sebelum dan SesudahWorkplace

(66)

Dari Tabel 4.7 di atas dapat dilihat bahwa keluhan muskuloskeletal dengan tingkat keluhan tertinggi adalah pada bagian pinggang yaitu dengan mean 2,00 (SD=1,128) saat sebelum Workplace Stretching-Exercise (WSE) dan 1,50 (SD=0,826) saat setelah menerima Workplace Stretching-Exercise (WSE).

Berdasarkan p value, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada semua bagian tubuh setelah menerima perlakuan berupa

Workplace Stretching-Exercise (WSE) kecuali lengan bawah kiri (p=0,059,

(67)

BAB V PEMBAHASAN

5.1 GambaranKeluhan Muskuloskeletal Responden Sebelum WSE

Gangguan muskuloskeletal merupakan masalah penting terutama dalam industri rumah sakit. Gangguan tersebut paling banyak diderita oleh perawat. Dengan adanya gangguan tersebut akan meningkatkan pengeluaran biaya oleh rumah sakit. Biaya yang dikeluarkan berupa biaya pengobatan perawat yang sakit maupun biaya yang hilang akibat perawat yang mangkir atau tidak masuk kerja karena menderita gangguan tersebut (Setyawati, 2007 dan Maniadakins &, Gray, 2000).

Berdasarkan distribusi keluhan yang didapatkan dari hasil pretest, perbandingan keluhan yang dirasakan perawat pada tubuh bagian kanan dan tubuh bagian kiri terlihat mempunyai kemiripan, baik bagian tangan maupun bagian kaki. Keluhan tertinggi untuk tingkat keluhan sakit sekali adalah pinggang. Kondisi ini cukup beralasan, karena perawat sering diharuskan membungkuk saat menangani pasien serta ambulasi (mengangkat dan memindahkan pasien).

Perawat sering melakukan pekerjaan mengangkat, memindahkan atau memposisikan kembali pasien (moving, transfering and repositioning) dengan posisi lengan perawat yang tidak tepat dan sering kali membungkuk terlalu ke depan. Sikap badan tersebut dapat meningkatkan terjadinya gangguan muskuloskeletal (Yip, 2001)

(68)

pasien di tempat tidur; 2) membantu pasien pindah dari dan ke tempat tidur; 3) merubah posisi tempat tidur; 4) mengangkat pasien dari tempat tidur ke brankar dan sebaliknya; 5) memindahkan peralatan medis atau perabot dengan berat lebih dari 15 kg; 6) membungkuk untuk mengangkat sesuatu dari lantai (Nelson, 2003). 5.2GambaranKeluhan Muskuloskeletal Responden SesudahWSE

Setelah diberikan perlakuan berupa Workplace Stretching-Exercise (WSE) dan dilakukan posttest, didapatkan gambaran keluhan pada masing-masing anggota tubuh mengalami penurunan. Pada bagian tubuh tertentu bahkan mengalami penurunan hingga diperoleh hasil keluhan sebesar 0%.

Bagian pinggang masih terlihat memiliki jumlah tertinggi tingkat keluhan sakit sekali yaitu sebanyak 2 orang (5,9%). Namun angka ini mengindikasikan penurunan jika dibanding pada saat pretest di mana keluhan sakit sekali pada pinggang adalah sebanyak 5 orang (14,7%). Pada posttest juga dapat dilihat bahwa semua jenis keluhan baik itu bagian atas, tengah, maupun bawah tubuh menunujukkan penurunan dibandingkan dengan hasil yang didapat saat pretest. 5.3Perbedaan Keluhan Muskuloskeletal Responden Sebelum dan Sesudah

WSE

(69)

sample t-test) untuk melihat apakah ada perbedaan keluhan muskuloskeletal pada

perawat sebelum dan sesudah Workplace Stretching-Exercise (WSE). Hasil uji dijelaskan pada Tabel 5.1 di bawah ini:

Tabel 5.1 Perbedaan Mean Nilai Total Pretestdan Total PosttestKeluhan Muskuloskeletal pada Perawat di RSIA Badrul Aini Medan 2015

Mean (SD) Perbedaan t-hitung p.

Pretest 45,12 (14,270)

11,412 6,196 0,000

Posttest 22,71 (7,082)

Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan uji Paired T Testdiketahui bahwa meankeluhan responden pada pretest adalah 45,12 dan mean pada posttest menjadi 22,71.Hal ini menandakan bahwa mean mengalami penurunan dengan perbedaan 11,412.

Nilai t-hitung adalah (t=6,196) dan nilai probabilitas (p=0,000). Oleh karena nilai t-hitung lebih besar dari nilai t-tabel (t-tabel=0,025)dan (p<0,05) maka H0 ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang

signifikan pada variabel keluhan muskuloskeletal sebelum dan sesudah Workplace

Stretching-Exercise (WSE).

Jika ditilik per bagian tubuh, terlihat bahwa terdapat perbedaan yang signifikan keluhan muskuloskeletal pada semua bagian tubuh melalui hasil pretest dan posttestsetelah menerima perlakuan berupa Workplace Stretching-Exercise (WSE) kecuali lengan bawah kiri, lengan bawah kanan, dan tangan kiri.

1. Lengan bawah kiri dan lengan bawah kanan

(70)

kanan (p=0,292) pada saat sebelum dan sesudah intervensi. Hal ini diperkirakan, sehubungan dengan aktivitas perawat dalam menangani kasus gawat, ambulasi (mengangkat dan memindahkan pasien), dan mengangkat barang, otot-otot pada lengan bagian atas-lah yang lebih dimanfaatkan.

Dibandingkan lengan atas, lengan bawah diasumsikan kurang dimaksimalkan penggunaannya sehingga keluhan yang tergambar pun tidak terlalu tinggi baik sebelum maupun sesudah Workplace Stretching-Exercise (WSE). Otot-otot pada lengan bawah terdiri atas beberapa otot kecil yang kompleks yang bertugas untuk memutar dan menggerakkan tangan (telapak tangan). Hal ini dapat menjadi dasar mengapa keluhan pada lengan bawah kanan dan lengan bawah kiri tidak memiliki nilai beda yang signifikan.

2. Tangan kiri

Bagian lain yang tidak memiliki nilai beda yang signifikan adalah tangan kiri. Hampir 90% manusia menggunakan tangan kanan. Jika dilihat dari segi sejarah manusia yang dikaji melalui gambar di dinding-dinding gua, alat-alat dari zaman batu, atau pecahan tulang kera dan babon, menunjukkan bahwa mayoritas mereka menggunakan tangan kanan. Penggunan tangan kanan sudah setua usia manusia (Pasiak, 2006). Fakta ini seolah mendukung dominasi aktivitas tangan kanan. Sehingga dapat diasumsikan bahwa keluhan pada tangan kiri rendah baik saat pretest maupun posttest dikarenakan fakta dominasi tersebut.

Workplace Stretching-Exercise (WSE) sebagai upaya interfensi yang

(71)

1 kali pada setiap shift setiap harinya. Sesuai dengan kebijakan pemilik rumah sakit, pengenalan Workplace Stretching-Exercise (WSE) dilakukan 3 jam setelah masing-masing shift dimulai. Latihan di bawah pengawasan langsung peneliti dan asisten peneliti adalah selama minggu pertama sejak dimulainya pretest dan program intervensi. Dua minggu selanjutnya perawat tetap mempraktikkan

Workplace Stretching-Exercise (WSE) di bawah instruksi kepala perawat dan

pengawasan langsung pemilik rumah sakit, sedangkan peneliti memiliki kuasa mengawasi jalannya program intervensi pada 1 shift setiap harinya secara bebas.

Menurut Appleton (1998) seperti yang dikutip oleh Wahyono dan Saloko pada 2014 Workplace Stretching-Exercise (WSE) menggunakanprinsip gerakan peregangan atau stretching pada kelompokototleher sampai dengankelompokototkaki. Menurut penelitian Wahyono dan Saloko pada pekerja bagian sewing, gerakan-gerakan Workplace Stretching-Exercise (WSE) hanya membutuhkan waktu selama kurang-lebih 8 menit pada setiap sesinya.

Perubahan dan penurunan nilai keluhan pada responden dimungkinkankarena berbagai hal yang berkaitan dengan proses intervensi berupa

Workplace Stretching-Exercise (WSE) diantaranya adalah gerakan pada

Workplace Stretching-Exercise (WSE) yang walaupun sederhana dan dapat

(72)

Faktor penyebab tingginya keluhan muskuloskeletal secara subjektif adalah sikap kerja yang lebih banyak membungkuk, sehingga tulang belakang terlalu melengkung atau membungkuk ke depan. Kondisi tersebut mengakibatkanpenimbunan asam laktat akibat kurangnya suplai oksigen pada bagian otot punggung, pinggang, dan bokong. Pheasant (1991) dan Helander (1995) seperti yang dikutip oleh Komang (2011) memperkirakan bahwa 30% cedera otot skeletal khususnya bagian pinggang dan punggung disebabkan karena sikap kerja membungkuk dan memutar badan.

Apabila diperhatikan secara seksama,gerakan yang banyak dolakukan perawat kurang lebih sebagai berikut:

1) Kepala menunduk ke bawah untuk mendapatkan posisi visual yang mantap ketika menangani pasien

2) Dengan sendirinya tubuh akan dipaksa terlalu membungkuk ke depan dengan posisi kepala menunduk, sehinggamengakibatkan otot punggungsebagai penahan posisi tubuh terpaksa harus berkontraksi secara statis.

3) Posisi tangan selalu menggantung karena ketinggian meja yang terlalurendah tidak mampu menopang tangan ketika mengepak jamu, sehinggamengakibatkan otot tangan juga akan mengalami kontraksi secara statis.

(73)

umursetengah baya, kekuatan dan ketahananotot akan mulai menurun sehingga risikoterjadinya keluhan otot akan semakinmeningkat (Tarwaka, 2004).

Najarkola (2012) dalam Auliya (2013) menyatakan bahwa gerakan berulang, posisi janggal dan statis meningkatkan tekanan pada jaringan dan menyebabkannya tidak memiliki cukup waktu untuk mendapatkan pasokan energi kembali dan hal ini dapat memicu atau menyebabkan terjadinya proses patologisyang dapat bermanifestasi pada gangguan muskuloskeletal.

Stretching bertujuan memperkuat otot dan dengan memperkuat otot, maka

kerja tulang dan otot menjadi seimbang. Selain itu dengan dilakukannya

stretching maka secara tidak langsung akan menaikkan suplai oksigen dalam otot

sehingga akan menurunkan tekanan darah yang terlalu tinggi dan rasa nyeripun akan berangsur-angsur berkurang.

Mekanisme penurunanderajat nyeriyang terjadipadaresponden penelitian iniadalahberhubungan dengan menurunnya spasme ototdan peningkatan sirkulasi darah pada otot. Hal ini sejalan dengan teori gerbang kontrol (gate controltheory) yaitu melalui efek stretching dari Workplace Stretching-Exercise (WSE).

(74)

dapat berkurang.

Pemberian stretching dapat mengurangi spasme karena proprioceptor ototatau muscle spindle yang teraktivasi saat stretching terjadi. Muscle spindle bertugas untuk mengatur sinyal ke otak tentang perubahan panjang otot dan perubahan tonus yang mendadak dan berlebihan. Jika ada perubahan tonus otot yang mendadak dan berlebihan, maka muscle spindle akan mengirimkan sinyal ke otak untuk membuat otot tersebut berkontraksi sebagai bentuk pertahanan dan mencegah cedera.

Oleh karena itu, saat melakukan stretching dilakukan penahanan beberapa saat dengan tujuan untuk memberikan adaptasipada muscle spindle terhadap perubahan panjang otot yang kita berikan, sehingga sinyal dari otak untuk mengkontraksikan otot menjadi berkurang. Dengan kontraksi otot yang minimal pada saat stretching, akan memudahkan muscle fibers untuk memanjang dan spasme otot dapat berkurang.

Menurut Cameron (1999), bahwa pemberian stretching juga dapat merangsang serabut saraf berpenampang tebal (A alpha dan A beta) sehingga mampu menutup gerbang kontrol nyeri. Mekanisme stretching termasuk dalam kategori stimulasi mekanik yang dapat mengaktivasi fungsi serabut saraf berpenampang tebal non-nociceptif (A alpha dan A beta) dan menutup gerbang kontrol sehingga nyeri yang dibawa serabut saraf berpenampang tipis(A delta dan C) tidak dapat diteruskan keotak.

(75)

mengurangi keluhan muskuloskeletal pada responden.

Perawat melakukan pelayanan kepada pasien dan bersiaga selama waktu

shift dengan kegiatan dalam kategori manual material handling maka sangat

dibutuhkan kondisi tubuh yang maksimal. Ketika terjadi keluhan muskuloskeletal, maka pelayanan oleh perawat yang diberikan kepada pasien tidak maksimal sehingga akan menjadi salah satu faktor berpengaruh dalam kualitas pelayanan rumah sakit. Jadi perlu bagi perawat yang berperan sebagai care giver untuk memperhatikan kebugaran dan kesehatan tubuh dengan melakukan stretching secara rutin untuk mengurangi keluhan muskuloskeletal yang dirasakan dan mengurangi risiko dari gangguan muskuloskeletal yang lebih serius. Workplace

Stretching-Exercise (WSE) ini merupakan tindakan yang sangat praktis dan dapat

(76)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1Kesimpulan

Terdapat perbedaan keluhan muskuloskeletal pada responden sebelum dan sesudah diberi perlakuan berupa Workplace Stretching-Exercise (WSE)

6.2Saran

1. Bagi petugas perawat, disarankan agar menerapkan Workplace

Stretching-Exercise (WSE) atas kesadaran sendiri dalam mencegah dan mengatasi

keluhan sehubungan dengan muskuloskeletal.

2. Bagi pihak rumah sakit, direkomendasikan agar mendukung jalannya penerapan Workplace Stretching-Exercise (WSE) bagi para perawat, baik secara mandiri maupun secara kolektif. Penerapan dapat dilakukan dengan cara memberi waktu khusus bagi perawat pada setiap shift, cukup sekitar 5-10 menit, di mana pada waktu tersebut perawat dianjurkan untuk melakukan gerakan

stretching.

3. Tempat kerja yang memiliki pekerja dengan keluhan

(77)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perawat

Sesuai dengan Kepmenkes RI No. 1239 tahun 2001 tentang Registrasi dan Praktik Perawat, perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan perawat, baik di dalam maupun di luar negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku (Kusnanto, 2004).

Menurut Depkes RI (2007), perawat adalah seorang yang telah dipersiapkan melalui pendidikan untuk turut serta merawat dan menyembuhkan orang yang sakit, usaha rehabilitasi, pencegahan penyakit, yang dilaksanakannya sendiri atau di bawah pengawasan dan supervisi dokter atau suster kepala.

Berdasarkan pemaparan Kusnanto (2004) yang mengutip pendapat Doheny pada 1982 mengidentifikasi beberapa elemen peran perawat, meliputi:

1. Care giver, sebagai pemberi asuhan keperawatan;

2. Client advocate, sebagai pembela untuk melindungi klien;

3. Consellor, sebagai pemberi bimbingan/ konseling klien;

4. Educator, sebagai pendidik klien;

5. Collaborator, sebagai anggota tim kesehatan yang dituntut untuk

dapat bekerja sama dengan tenaga kesehatan lain;

6. Coordinator, sebagai koordinator agar dapat memanfaatkan

sumber-sumber dan potensi klien;

7. Change agent, sebagai pembaru yang selalu dituntut untuk

(78)

8. Consultant, sebagai sumber informasi yang dapat membantu

memecahkan masalah klien.

Peran perawat pada individu sebagai klien adalah memenuhi kebutuhan dasarnya mencakup kebutuhan biologi, psikologi, sosial, dan spiritual karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, kurangnya kemauan menuju kemandirian pasien. Menurut Virginia Henderson, fungsi yang unik dari perawat adalah membantu individu baik sehat maupun sakit agar dapat menggunakan kekuatan, keinginan, dan pengetahuan yang dimilikinya. Dengan demikian individu tersebut mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari, sembuh dari penyakit, atau meninggal dengan tenang (Nurhidayah, 2010).

Perawat merupakan tenaga kerjakategori manual material handling yaitu pekerjaaan yang menggunakan tenaga manusia yang meliputi mengangkat, mendorong, menarik, mengangkut, menaikkan, menurunkan suatu objek dari suatu tempat atau dimensi serta beban tertentu. Salah satu akibat yang ditimbulkan dari manual handling adalah keluhan muskuloskeletal (Tarwaka, dkk. 2004).

2.2 Anatomi Muskuloskeletal

(79)

(penghubung antar tulang), fascia (jaringan pelindung organ dalam), kartilago (tulang rawan), tulang, dan otot.

2.2.1 Sistem Rangka

Tubuh kita tersusun dari kurang lebih 206 tulang. Tulang merupakan jaringan aktif, dan walau hanya mengandung 22% air, tulang sangat kuat juga ringan dan lentur. Struktur tulang memberikan perlindungan terhadap organ-organ penting dalam tubuh seperti jantung, paru, otak. Tulang berfungsi juga memberi bentuk serta tempat melekatnya otot sehingga tubuh kita dapat bergerak, di samping itu tulang berfungsi sebagai penghasil sel darah merah dan sel darah putih (tepatnya di sumsum tulang) dalam proses yang disebut hematopoesis. Tempat dua tulang berhubungan disebut sendi atau artikulasi.

2.2.2 Sistem Otot

Tubuh pria dewasa biasanya mengandung sekitar 640 otot, yang meliputi hampir dua perlima berat tubuhnya. Jumlah yang sama terdapat pada tubuh wanita dengan proporsi yang lebih kecil. Otot membentang di sebuah sendi dan meruncing pada setiap ujungnya menjadi tendon berserat yang melekat ke tulang. Perlekatan otot yang lebih stabil biasanya lebih dekat ke pusat tubuh, disebut

origo. Ujung ini hanya bergerak sedikit bila otot berkontraksi. Ujung lain,

insersio, berada di tepian tubuh dan lebih banyak bergerak.

Tubuh memiliki tiga jenis utama jaringan otot. Yang biasa kita sebut “otot” adalah otot rangka. Sebagian besar otot ini melekat ke tulang dan

(80)

karena tampilan mikroskopiknya. Jenis kedua yaitu otot polos, yang terdapat di dinding bagian tubuh seperti saluran napas, lambung, dan pembuluh darah. Otot ini disebut otot tak sadar, karena otot ini bekerja secara otomatis dan tanpa kita sadari. Jenis ketiga yaitu otot jantung yang membentuk dinding jantung.

2.2.3 Jaringan Penghubung

Tendon, fascia, ligamen, dan kartilago merupakan jaringan penghubung

yang berfungsi untuk menyokong tubuh, mengirimkan gaya, dan mengontrol kesatuan struktur tubuh. Jaringan penghubung tersusun atas sejumlah sel dan sebuah matriks ekstraseluler. Matriks ekstraseluler tersusun atas serabut dan

ground substance. Terdapat 2 jenis serabut yaitu serabut elastik dan serabut

kolagen. Serabut kolagen lebih banyak ditemukan di jaringan penghubung dibandingkan dengan serabut elastik. Serabut kolagen memiliki daya renggang yang tinggi dan tahan terhadap perubahan bentuk. Sebaliknya serabut elastik hanya memiliki daya renggang yang kecil. Proporsi susunan kedua serabut ini mempegaruhi sifat mekanik dari jaringan penghubung.

2.3 Keluhan Muskuloskeletal

Keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit. Apabila otot menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan sendi, ligamen, dan tendon. Keluhan hingga kerusakan inilah yang biasanya diistilahkan dengan keluhan

musculoskeletal disorders (MSDs) atau cedera pada sistem muskuloskeletal

(81)

2.3.1 Definisi

Keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan mulai dari keluhan sangat ringan sampai berat. Apabila otot menerima beban secara berulang dan dalam waktu lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen, dan tendon. Secara garis besar keluhan otot dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu; 1) Keluhan sementara (reversible), yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat otot menerima beban statis dan dapat segera hilang apabila pembebanan dihentikan, 2) Keluhan menetap (irreversible), yaitu keluhan otot yang bersifat menetap. Sakit pada otot masih dirasakan walaupun pembebanan kerja telah dihentikan.

Keluhan otot skeletal pada umumnya terjadi karena kontraksi otot yang berlebihan akibat pemberian beban kerja yang terlalu berat dengan durasi pembebanan yang panjang. Sebaliknya, keluhan otot tidak akan terjadi apabila kontraksi otot hanya berkisar 15%-20% dari kekuatan otot maksimum. Namun apabila kontraksi otot melebihi 20%, maka peredaran darah ke otot berkurang menurut tingkat kontraksi yang dipengaruhi oleh besarnya tenaga yang diperlukan. Suplai oksigen ke otot menurun, proses metabolisme karbohidrat terhambat dan sebagai akibatnya terjadi penimbunan asam laktat yang menyebabkan timbulnya rasa nyeri otot (Suma’mur, 1982; Grandjean, 1993.

(82)

2.3.2 Faktor-Faktor Penyebab

Faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya keluhan otot skeletal menurut Peter Vi (2000) dalam Tarwaka, dkk (2004) antara lain:

a. Peregangan otot berlebihan

Peregangan otot yang berlebihan terjadi pada saat pekerja melakukan aktivitasnya dengan pengerahan tenaga yang besar seperti aktivitas mengangkat, mendorong, menarik, dan menahan beban yang berat. Peregangan otot ini terjadi karena pengerahan tenaga yang diperlukan melampaui kegiatan umum otot. Apabila aktivitas tersebut sering dilakukan maka akan mempunyai resiko besar terjadinya cedera otot skeletal.

b. Aktivitas berulang

Aktivitas berulang adalah aktivitas yang dilakukan secara terus-menerus. Keluhan otot terjadi karena otot menerima tekanan akibat beban kerja secara terus-menerus tanpa memperoleh kesempatan relaksasi.

c. Sikap kerja tidak alamiah

(83)

d. Faktor penyebab sekunder

Faktor-faktor penyebab sekunder yang dapat mengakibatkan keluhan

musculoskeletal disorders (MSDs) seperti; 1) tekanan langsung pada jaringan otot

yang lunak, 2) getaran dengan frekuensi tinggi yang akan menyebabkan peredaran darah tidak lancar, penimbunan asam laktat meningkat dan akhirnya timbul rasa nyeri otot, 3) mikroklimat, paparan suhu dingin yang berlebihan dapat menurunkan kelincahan, kepekaan, dan kekuatan pekerja sehingga gerakan pekerja menjadi lamban, sulit bergerak yang disertai dengan menurunnya kekuatan otot (Astrand & Rodhl, 1997; Wilson & Corlett, 1992; Tarwaka, dkk, 2004).

e. Penyebab kombinasi

Risiko terjadinya keluhan otot skeletal akan meningkat apabila dalam melakukan tugasnya, pekerja dihadapkan pada beberapa faktor risiko dalam waktu bersamaan. Beberapa ahli menjelaskan bahwa ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi terjadinya keluhan otot skeletal seperti umur, jenis kelamin, kebiasaan merokok, aktivitas fisik, dan ukuran tubuh.

(84)

60 tahun kekuatan otot menurun sampai 20% dan risiko keluhan otot akan meningkat.

Kekuatan otot akan berbeda sesuai dengan usia dan jenis kelamin di maan secara fisiologis kemampuan otot wanita lebih rendah daripada pria yaitu sekitar 2/3 dari kekuatan pria, sehingga secara umum daya tahan otot pria lebih tinggi dibandingkan wanita. Kebiasaan merokok akan menyebabkan penurunan kapasitas paru-paru, sehingga kemampuan mengkonsumsi oksigen menurun yang menyebabkan tingkat kesegaran tubuh menurun. Orang yang merokok akan merasakan cepat lelah saat melakukan aktivitas karena kandungan oksigen di dalam darah rendah, pembakaran karbohidrat terhambat, terjadi penumpukkan asam laktat dan akhirnya timbul rasa nyeri otot.

Tingkat kesegaran tubuh yang rendah akan mempertinggi risiko terjadinya keluhan otot. Keluhan otot akan meningkat sejalan dengan bertambahnya aktivitas fisik. Setiap orang memiliki kemampuan dan kekuatan fisik yang berbeda, apabila aktivitas kerja melebihi kapasitas kemampuan kekuatan fisik maka akan menyebabkan gangguan pada otot skeletal.

(85)

tulang yang langsing sehingga secara biomekanik rentan terhadap beban tekan dan rentang terhadap tekukan, sehingga mempunyai risiko yang lebih tinggi terhadap terjadinya keluhan otot skeletal.

2.3.3 Jenis-JenisKeluhan Muskuloskeletal

Jenis-jenis keluhan muskuloskeletal antara lain:

a. Sakit leher, peningkatan tegangan otot atau mialgia, leher miring, atau kaku leher.

b. Nyeri punggung, gejala nyeri punggung yang spesifik seperti herniansi lumbal, artritis, ataupun spasme otot.

c. Carpal tunnel syndrom, kumpulan gejala yang mengenai tangan dan

pergelangan tangan yang diakibatkan iritasi dan nervus medianus. Keadaan ini disebabkan oleh aktivitas berulang yang menyebabkan penekanan pada nervus medianus.

d. De quervains tenosynovitis, penyakit ini mengenai pergelangan

tangan, ibu jari, dan terkadang lengan bawah disebabkan oleh inflamasi tenosinovium dan dua tendon yang berada di ibu jari dan pergelangan tangan. Gejala yang timbul antara lain rasa sakit pada sisi ibu jari lengan bawah yang dapat menyebar ke atas dan ke bawah. e. Thoracic outlet syndrom, merupakan keadaan yang mempengaruhi

bahu, lengan, dan tangan yang ditandai dengan nyeri, kelemahan, dan mati rasa pada daerah tersebut.

f. Tennis elbow, suatu keadaan inflamasi tendon ekstensor, tendon yang

(86)

g. Low back pain, salah satu keluhan muskuloskeletal yang paling sering

mempengaruhi kadang-kadang hingga 80%. Umumnya rasa sakit di punggung bawah pada satu atau kedua belah bagian hingga kadang-kadang memperluas ke bokong atau paha. Terjadi apabila ada penekanan pada daerah lumbal, yaitu L4 dan L5. Apabila dalam pelaksanaan pekerjaan posisi tubuh membungkuk ke depan, maka akan terjadi penekanan pada diskus (Soedirman dan Suma’mur, 2014).

2.4 Workplace Stretching-Exercise

Berbagaipenelitian telah dilakukan dalam upayamengatasi penyakit akibat kerja khususnya terkait keluhan muskuloskeletal demi meningkatkan kesehatan dan produktivitas pekerja. Salahsatuupayayang dapat dilakukan untukmencegah dan mengurangikeluhan muskuloskeletal akibatkerja adalahdenganmelakukan

Workplace Stretching-Exercise(WSE) yang didesaindengan prinsipgerakan

peregangan otot, yaitu suatu usaha untukmemperpanjang ototistirahat/ relaksasi (Alter, 2003).

BerdasarkanhasilpenelitianWaikar&Bradshaw (1995) terhadap203tenagakerja(sedentary work)pada level manajerial, staf, dan tenaga teknis, diperoleh hasil bahwa sebagian besar mengalami keluhan muskuloskeletal. Para tenaga kerja ini selanjutnya mengikuti program quick

exercises.Hasil dari penelitian ini adalah sebagian besar dari responden

mengalami penurunan keluhan muskuloskeletal. Penelitian dalam negeri yang dilakukan oleh Wahyono & Saloko(2006) terhadap 64 pekerja wanita bagian

Gambar

Gambar 1 Peneliti menjelaskan tujuan penelitan
Gambar 4 Peneliti mempraktikkan gerakan WSE bersama perawat
Gambar 5 Gerakan WSE ditempel di tempat yang mudah dilihat perawat
Gambar 7 Gedung RSIA Badrul Aini tampak depan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengujian dilakukan untuk mengetahui hasil dari penjejakan bola dan juga respon waktu dari phycore i.mx31 dalam mendeteksi posisi bola dengan euclidean distance

1) Hak kenaikan pangkat reguler* oleh sebab itu apabila seorang Pogawai Kegeri Sipil telah memenuhi syarat-syar- rat yang ditentukan tanpa terikat jabatan dapat dinsdkknn

Pemantauan dilakukan untuk memastikan kualitas pekerjaan setiap bagian dalam pelaksanaan tugas sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan oleh manajemen. Pengendalian

Merupakan sumber dana yang berasal dari luar perusahaan seperti hasil penjualan saham pada masyarakat dipasar modal, pinjaman dari bank atau lembaga keuangan

Penguasaan kosakata merupakan suatu kemampuan seseorang untuk dapat menguasai dan memahami mengenai suatu kata yang menjadi dasar dalam komunikasi yang telah diketahui oleh

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada tokoh masyarakat bahwa remaja dapat melakukan tindak perjudian ini akibat dari pengaruh lingkungan

perilaku seksual wanita pekerja seksual tidak langsung dalam upaya pencegahan HIV/AIDS di Warung Remang-Remang Luwes Surodadi Gringsing Kabupaten Batang. 3)

Persamaan dengan penelitian ini adalah penggunaan media yaitu buku cerita bergambar yang mengangkat sejarah cerita lokal, sedangkan perbedaannya penelitian ini yang lebih fokus pada