DAFTAR PUSTAKA
Buku-Buku:
Ali, Zainuddin. 2014. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Sinar Grafika.
Arrasjid, Chainur. 2001. Dasar-Dasar Ilmu Hukum. Jakarta: Sinar Grafika.
Budiono, Herlien. 2006. Asas Keseimbangan bagi Hukum Perjanjian Indonesia
(Hukum Perjanjian Berlandaskan Asas-Asas Wigati Indonesia).
Bandung: PT Citra Aditya Bakti.
Fuady, Munir. 2001. Hukum Kontrak (Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis). Bandung: PT Citra Aditya Bakti.
H.S, Salim. 2003. Hukum Kontrak: Teori & Teknik Penyusunan Kontrak. Jakarta: Sinar Grafika.
---. 2004. Perkembangan Hukum Kontrak Innominaat di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika.
Hernoko, Agus Yudha. 2013. Hukum Perjanjian “Asas Proporsionalitas dalam
Kontrak Komersial”. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Hutabarat, Samuel M.P. 2008. Penawaran dan Penerimaan dalam Hukum
Perjanjian. Jakarta: Grasindo.
Kansil, C.S.T, dan Christine S.T. Kansil. 2004. Modul Hukum Perdata: Termasuk
Asas-asas Hukum Perdata. Jakarta: PT Pradnya Paramita.
Khairandy, Ridwan. 2004. Iktikad Baik dalam Kebebasan Berkontrak. Jakarta: Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia.
M. Zen, A. Patra, dan Daniel Hutagalung. 2007. Panduan Bantuan Hukum di Indonesia:Pedoman Anda Memahami dan Menyelesaikan Masalah
Hukum. Jakarta: YLBHI.
Maerisa, Eka Astri. 2013. Panduan Praktis Membuat Surat-Surat Bisnis dan
Perjanjian. Jakarta: Visimedia.
Miru, Ahmadi. 2008. Hukum Kontrak dan Perancangan Kontrak. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
---. 2013. Hukum Kontrak Bernuansa Islam. Jakarta: Rajawali Pers.
Muljadi, Kartini, dan Gunawan Widjaja. 2006. Perikatan yang Lahir dari
Nashrullah, Khalifa Zain. 2015. Mau Haji & Umrah? Wajib Baca Buku Ini!
Panduan Lengkap & Praktis Ibadah Haji dan Umrah. Yogyakarta:
Sketsa.
Raharjo, Handri. 2009. Hukum Perjanjian di Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Yustisia.
Rijan, Yunirman, dan Ira Koesoemawati. 2009. Cara Mudah Membuat Suatu
Perjanjian/Kontrak dan Surat Penting Lainnya. Jakarta: Raih Asa
Sukses.
Saleh, A. Chunaini. 2008. Penyelenggaraan Haji Era Reformasi: Analisis
Internal Kebijakan Publik Departemen Agama. Tangerang: Pustaka
Alvabet Anggota IKAPI.
Santoso, Lukman. 2012. Hukum Perjanjian Kontrak. Yogyakarta: Cakrawala.
Sari, Elsi Kartika, dan Advendi Simangunsong. 2007. Hukum dalam Ekonomi. Jakarta: PT Grasindo.
Soekanto, Soerjono. 1981. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI Press.
Sukarmi. 2008. Cyber Law: Kontrak Elektronik dalam Bayang-Bayang Pelaku
Usaha. Bandung: Pustaka Sutra.
Syarifuddin, Amir. 2010. Garis-Garis Besar Fiqih. Jakarta: Kencana.
Widjaja, Gunawan. 2006. Seri Hukum Bisnis Memahami Prinsip Keterbukaan
(Aanvullend Recht) dalam Hukum Perdata. Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada.
Artikel Ilmiah dan Skripsi:
Ariani, Savira Rianda, dkk. 2012. Tanggung Gugat terhadap Biro Perjalanan atas Pembatalan Pemberangkatan Haji Plus dan Umrah. Hukum Perdata Ekonomi, Fakultas Hukum, Universitas Jember.. Artikel Ilmiah. [Online]. Tersedia:http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/59146/Savir a%20Rianda.pdf?sequence=1. [24 Februari 2016].
Suyadi. Tanpa Tahun. Kajian Yuridis Terhadap Jemaah Haji sebagai Konsumen Jasa Pelayanan Penyelenggaraan Ibadah Umrah dan Haji Plus Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Dosen Fakultas Hukum, Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Artikel Ilmiah. [Online]. Tersedia:
Data-Data Internet:
http://nasional.tempo.co/read/news/2012/11/15/173441866/jemaah-haji-indonesia
-terbanyak-di-dunia. [27 September 2015].
http://www.beritasatu.com/nasional/144431-jemaah-haji-dari-indonesia-tahun-ini-156467-orang.html. [27 September 2015].
http://www.antaranews.com/berita/455840/seluruh-jamaah-haji-indonesia-tuntas-ke-tanah-suci. [27 September 2015].
http://www.republika.co.id/berita/jurnal-haji/berita-jurnal-haji/15/10/14/nw7l8b31 3-pemerintah-jadi-penyelenggara-umrah-dpr-harus-ada-payung-hukumn ya. [16 November 2015].
http://www.siartour.com/profil.php. [6 Desember 2015].
http://www.dokumenpemudatqn.com/2013/07/persentase-jumlah-umat-islam-berbagai.html?m=1. [16 Januari 2016].
www.aig.co.id [26 November 2015].
Peraturan Perundang-undangan:
Peraturan Menteri Agama Nomor 22 tahun 2011 tentang Standar Pelayanan Minimal Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus.
Peraturan Menteri Agama Nomor 15 tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus.
Peraturan Menteri Agama Nomor 29 tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji Reguler.
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 18 tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 79 tahun 2012 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 13 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji.
Undang-Undang Nomor 13 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji.
BAB III
KETENTUAN YANG MENGATUR PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DAN UMRAH ANTARA BIRO PENYELENGGARA DENGAN JEMAAH
HAJI DAN UMRAH
A. Penyelenggara Ibadah Haji dan Umrah
Secara sederhana perbedaan antara Haji dan Umrah dapat ditemukan dari
definisi kedua kata tersebut. Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 13 tahun
2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji menyebutkan bahwa “Ibadah Haji
adalah rukun Islam kelima yang merupakan kewajiban sekali seumur hidup bagi
setiap orang Islam yang mampu menunaikannya”. Sedangkan mengenai Umrah
disebutkan dalam Pasal 1 angka 16 bahwa “Ibadah Umrah adalah Umrah yang
dilaksanakan di luar musim Haji.
Baik Ibadah Haji maupun Umrah dalam rangka penertiban pelaksanaannya
maka dibutuhkan pihak-pihak yang menyelenggarakan Ibadah Haji dan Umrah
tersebut agar tercipta kepastian, ketertiban, dan keadilan dalam
penyelenggaraannya.
1. Penyelenggara Ibadah Haji
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang dimaksud dengan
penyelenggara adalah orang yang menyelenggarakan, melaksanakan dan
merancang. Secara ringkas penyelenggara Ibadah Haji adalah pihak-pihak yang
Penyelenggara Ibadah Haji terdiri dari dua pihak yaitu:
a. Pemerintah c.q Menteri yang ruang lingkup dan tugasnya dalam bidang
agama sebagai penyelenggara Haji Reguler;
b. Biro Penyelenggara Haji sebagai penyelenggara Haji Khusus.
Dalam pelaksanaan penyelenggaraan Ibadah Haji Reguler, Menteri
berkoordinasi dengan kementerian/instansi terkait dan Pemerintah Kerajaan Arab
Saudi serta bekerja sama dengan masyarakat. Partisipasi masyarakat tersebut
direpresentasikan dalam penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus yang dilaksanakan
oleh biro penyelenggara Haji Khusus dan bimbingan Ibadah Haji yang tumbuh
dan berkembang di dalam masyarakat. Inilah yang menjadi fokus pembahasan
dalam penulisan skripsi ini.
Penyelenggara Ibadah Haji Khusus yang selanjutnya disebut PIHK, adalah
biro perjalanan yang telah mendapat izin Menteri untuk menyelenggarakan Ibadah
Haji Khusus. Dapat kita pahami bahwa PT Siar Haramain International Wisata
adalah biro perjalanan yang telah memperoleh izin dari Menteri sehingga dapat
menyelenggarakan Ibadah Haji Khusus. Untuk memperoleh izin Penyelenggara
Ibadah Haji Khsuus (PIHK) dari Direktur Jenderal yang bertindak atas nama
Menteri, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh biro perjalanan yaitu
sebagai berikut:
a. Memiliki izin sebagai Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah (PPIU) yang masih berlaku;
b. Memiliki izin usaha;
d. Memiliki akta pendirian Perseroan Terbatas (PT) yang telah disahkan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia;
e. Memiliki surat keterangan domisili perusahaan;
f. Memiliki rekomendasi dari instansi pemerintah provinsi yang membidangi pariwisata;
g. Memiliki susunan Pengurus dan Komisaris Perseroan Terbatas; h. Memiliki laporan keuangan satu tahun terakhir yang sudah diaudit;
i. Menyerahkan uang jaminan sebesar Rp500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) dalam bentuk bank garansi yang diterbitkan oleh bank umum milik negara dan berlaku selama 3 (tiga) tahun;
j. Telah menyelenggarakan perjalanan Ibadah Umrah sekurang-kurangnya selama 3 (tiga) tahun dengan jumlah jemaah Umrah paling sedikit 300 (tiga ratus) orang; dan
k. Tidak memiliki catatan negatif dalam penyelenggaraan Ibadah Umrah55. Setelah seluruh persyaratan dilengkapi oleh biro perjalanan, maka untuk
selanjutnya Kementerian Agama melakukan verifikasi terhadap keabsahan
dokumen persyaratan tersebut. Apabila dokumen persyaratan telah diverifikasi
keabsahannya maka Direktur Jenderal atas nama Menteri akan memberikan izin
Penyelenggara Ibadah Haji Khusus (PIHK) kepada biro perjalanan yang
mengajukan permohonan tersebut. Penyelenggara Ibadah Haji Khusus (PIHK)
selanjutnya harus menandatangani surat pernyataan kesanggupan untuk
melaksanakan kewajiban sebagai Penyelenggara Ibadah Haji Khusus (PIHK)
dengan baik.
Izin PIHK tersebut berlaku untuk jangka waktu 3 (tiga) tahun dan dapat
diperpanjang dengan diajukan paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum habis masa
berlaku izin. Perpanjangan izin PIHK dilakukan dengan mengajukan permohonan
kepada Menteri dengan melampirkan fotokopi Keputusan Menteri tentang
Penetapan izin sebagai PPIU yang masih berlaku dan fotokopi Keputusan Menteri
tentang Penetapan izin sebagai PIHK yang masih berlaku56.
Perpanjangan izin tersebut hanya akan diberikan kepada PIHK yang memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
a. Memiliki izin PPIU yang masih berlaku;
b. Telah memberangkatkan jemaah Haji Khusus paling sedikit 135 (seratus tiga puluh lima) orang selama 3 (tiga) tahun;
c. Memiliki kinerja yang baik; dan
d. Tidak melakukan pelanggaran terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku57.
Kinerja dan kualitas pelayanan PIHK akan diketahui pada saat
pengakreditasian yang dilakukan oleh Direktur Jenderal. Penilaian yang dilakukan
meliputi komponen finansial, sarana dan prasarana, administrasi dan manajemen
serta sumber daya manusia. Pengakreditasian dilakukan setiap 3 (tiga) tahun dan
dipublikasikan kepada masyarakat. Hasil akreditasi ini yang dijadikan sebagai
salah satu dasar pertimbangan dalam menetapkan perpanjangan izin PIHK58.
Penyelenggara Ibadah Haji Khusus (PIHK) yang telah mendapatkan izin
berhak untuk mendapatkan beberapa hal sebagai berikut:
a. Pembinaan dari Menteri;
b. Informasi tentang kebijakan penyelenggaraan Haji Khusus;
c. Informasi tentang jemaah Haji khsuus yang memilih PIHK dan masuk dalam alokasi kuota tahun berjalan;
d. Surat rekomendasi untuk pengurusan barcode;
e. Visa Haji, Dokumen Administrasi Perjalanan Ibadah Haji (DAPIH), gelang identitas dan buku manasik;
56Pasal 6 Peraturan Menteri Agama Nomor 15 tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus.
57Pasal 7 Peraturan Menteri Agama Nomor 15 tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus.
f. Menerima dana Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) Khusus sesuai dengan jumlah jemaah Haji Khusus yang akan berangkat melalui PIHK pada tahun berjalan; dan
g. Informasi tentang hasil pengawasan dan akreditasi59.
Disamping memiliki hak, biro perjalanan yang telah memperoleh izin
Penyelenggara Ibadah Haji Khusus (PIHK), dalam pelaksanaan penyelenggaraan
Ibadah Haji, berdasarkan UU No. 13 tahun 2008 sebagaimana telah diubah
dengan UU No. 34 tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang No. 2 tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 13 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji menjadi
Undang-Undang disebutkan bahwa Penyelenggara Ibadah Haji Khusus wajib memenuhi
ketentuan sebagai berikut:
a. menerima pendaftaran dan melayani jemaah Haji Khusus yang telah terdaftar sebagai jemaah Haji;
b. memberikan bimbingan Ibadah Haji;
c. memberikan layanan akomodasi, konsumsi, transportasi dan pelayanan kesehatan secara khusus; dan
d. memberangkatkan, memulangkan dan melayani jemaah Haji sesuai dengan perjanjian yang disepakati antara penyelenggara dan jemaah Haji60.
Berdasarkan pengamatan penulis, Peraturan Menteri Agama Nomor 15 tahun
2012 secara lebih khusus mengatur kewajiban yang harus ditunaikan PIHK diantaranya
59Pasal 5 Peraturan Menteri Agama Nomor 15 tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus.
PIHK wajib memberangkatkan jemaah Haji Khusus paling sedikit 45 (empat puluh
lima) jemaah dan paling banyak 225 (dua ratus dua puluh lima) jemaah, PIHK wajib
menyediakan petugas pembimbing ibadah, petugas kesehatan dan petugas pengelola
perjalanan, memberikan pelayanan bimbingan jemaah, pelayanan dokumen dan
identitas Haji, pelayanan transportasi, akomodasi dan konsumsi, pelayanan kesehatan,
perlindungan jemaah Haji Khusus serta PIHK wajib lapor atas pelaksanaan operasional
penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus kepada Direktur Jenderal.
PIHK yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam
Peraturan Menteri tersebut akan dikenakan sanksi sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan. Peraturan Pemerintah No. 79 tahun 2012 menetapkan
bahwa pemegang izin PIHK yang tidak melaksanakan kewajiban tersebut akan
dikenakan sanksi administratif berupa peringatan tertulis, pembekuan izin
penyelenggaraan atau pencabutan izin penyelenggaraan oleh Menteri61.
Dalam melaksanakan tugasnya, ada hal-hal yang diperbolehkan untuk
diperbuat oleh PIHK dan ada pula hal-hal yang tidak diperbolehkan. Peraturan
perundang-undangan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 79 tahun 2012
menetukan beberapa hal yang dilarang dilakukan oleh PIHK yaitu:
a. memberangkatkan dan memulangkan jemaah Haji Khusus tidak sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan;
b. memungut biaya di bawah besaran minimal Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) Khusus yang ditetapkan oleh Menteri;
c. memalsukan dokumen jemaah Haji Khusus;
d. tidak memenuhi kewajibannya kepada pihak-pihak terkait di tanah air dan di Arab Saudi;
e. menelantarkan jemaah Haji sehingga mengakibatkan jemaah Haji gagal berangkat ke Arab Saudi, melanggar masa berlaku visa, tidak dapat melaksanakan rukun Haji atau terancam keamanan dan keselamatannya62.
Apabila masa berlaku izin PIHK telah habis atau dicabut izinnya,
maka PIHK yang bersangkutan harus menyelesaikan seluruh kewajibannya
kepada jemaah Haji Khusus atau pihak yang terkait baik itu di dalam maupun
di luar negeri63.
Dalam hal ini Menteri mencabut izin penyelenggaraan PIHK, apabila izin
operasional PIHK sebagai biro perjalanan wisata dicabut oleh Menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan dibidang pariwisata, gubernur atau
bupati/walikota.
2. Penyelenggara Ibadah Umrah
Perjalanan Ibadah Umrah dapat dilakukan secara perseorangan atau
rombongan melalui Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah. Undang-Undang
Nomor 13 tahun 2008 melalui Pasal 43 ayat (2) menyebutkan bahwa
“Penyelenggara perjalanan Ibadah Umrah dilakukan oleh Pemerintah dan/atau
biro perjalanan wisata yang ditetapkan oleh Menteri”. Biro perjalanan wisata yang
telah mendapatkan izin sebagai penyelenggara Umrah oleh Peraturan Pemerintah
Nomor 79 tahun 2012 disebut dengan PPIU.
62Pasal 48 dan Pasal 49 Peraturan Pemerintah No. 79 tahun 2012 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 13 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji.
63Pasal 9 Peraturan Menteri Agama Nomor 15 tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Ibadah
Penyelenggaraan Ibadah Umrah yang dilakukan oleh Pemerintah
dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal. Berdasarkan berita online republika.co.id
tanggal 14 Oktober 2015, Ketua komisi VIII DPR Saleh Partaonan Daulay
memastikan bahwa pemerintah belum memiliki payung hukum yang jelas untuk
menjadi penyelenggara Umrah. Hal ini dikarenakan merujuk pada UU No. 13
tahun 2008, tugas pemerintah hanya sebagai pembina, pengawas dan pemberi izin
usaha64.
Penyelenggaraan perjalanan Ibadah Umrah yang dilakukan oleh biro
perjalanan wisata wajib mendapatkan izin operasional sebagai PPIU
(Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah). Izin operasional sebagai PPIU ini
ditetapkan oleh Menteri. Sama seperti halnya izin PIHK, izin operasional PPIU
diberikan oleh Direktur Jenderal atas nama Menteri. Izin PPIU akan diberikan
kepada biro perjalanan wisata yang memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. pemilik dalam akta perusahaan, Warga Negara Indonesia yang beragama Islam dan tidak sebagai pemilik PPIU lain;
b. memiliki susunan kepengurusan perusahaan;
c. memiliki izin usaha biro perjalanan wisata dari Dinas Pariwisata setempat yang sudah beroperasi paling singkat 2 (dua) tahun;
d. memiliki akta notaris pendirian perseroan terbatas dan/atau perubahannya sebagai biro perjalanan wisata yang memiliki bidang keagamaan/perjalanan ibadah yang telah mendapat pengesahan dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia;
e. memiliki surat keterangan domisili perusahaan dari Pemerintah Daerah setempat yang masih berlaku;
64http://www.republika.co.id/berita/jurnal-Haji /berita-jurnal-Haji
f. memiliki surat keterangan terdaftar dari Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan dan Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) atas nama perusahaan dan pimpinan perusahaan;
g. memiliki laporan keuangan perusahaan yang sehat 1 (satu) tahun terakhir dan telah diaudit akuntan publik yang terdaftar dengan opini minimal Wajar Dengan Pengecualian (WDP);
h. memiliki surat rekomendasi asli dari instansi Pemerintah Daerah Provinsi dan/atau Kabupaten/Kota setempat yang membidangi pariwisata yang masih berlaku;
i. memiliki surat rekomendasi asli dari Kanwil setempat yang dilampiri berita acara peninjauan lapangan; dan
j. menyerahkan jaminan dalam bentuk bank garansi atas nama biro perjalanan wisata, yang diterbitkan oleh Bank Syariah dan/atau Bank Umum Nasional disertai surat kuasa pencairan yang ditujukan dan ditetapkan oleh Direktur Jenderal65.
Untuk mendapatkan rekomendasi dari Kanwil sebagaimana yang
disebutkan dalam syarat huruf i, setidaknya memenuhi beberapa ketentuan:
a. memiliki sumber daya manusia di bidang tiketing, keuangan, akuntansi, pemasaran, dan pembimbing ibadah;
b. memiliki bukti telah melakukan operasional sebagai biro perjalanan wisata paling singkat 2 (dua) tahun;
c. memiliki sarana dan prasarana yang memadai; dan
d. memiliki laporan keuangan perusahaan 1 (satu) tahun terakhir dan telah diaudit akuntan publik yang terdaftar dengan opini minimal WDP66.
Izin operasional PPIU tersebut berlaku untuk jangka waktu 3 (tiga) tahun
dan dapat diperpanjang paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum izin operasional
65Pasal 5 ayat (3) Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 18 tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah.
66Pasal 5 ayat (4) Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 18 tahun 2015
berakhir yang diajukan kepada Direktur Jenderal. Perpanjangan izin hanya dapat
dilakukan dengan persyaratan minimal nilai akreditasi C67.
Terkait pelaksanaaan kewajibannya, PPIU wajib memberikan beberapa
pelayanan antara lain memberikan bimbingan Ibadah Umrah, PPIU wajib
menyediakan transportasi, akomodasi, dan konsumsi jemaah Umrah, memberikan
pelayanan kesehatan, perlindungan untuk jemaah dan petugas Umrah, serta
pelayanan administrasi dan dokumentasi Umrah.
Dalam melaksanakan tugasnya, PPIU dilarang menelantarkan jemaah
Umrah yang mengakibatkan jemaah Umrah:
a. gagal berangkat ke Arab Saudi;
b. melanggar masa berlaku visa; atau
c. terancam keamanan dan keselamatannya68.
Dalam rangka menjamin terselenggaranya Ibadah Umrah dengan baik
dan tertib, Direktur Jenderal atas nama Menteri melakukan pengawasan terhadap
kinerja PPIU. Hasil pengawasan dan pengendalian yang dilakukan oleh Direktur
Jenderal dapat digunakan untuk memberikan akreditasi kualitas pelayanan yang
diberikan oleh PPIU atau digunakan sebagai dasar pertimbangan untuk pengenaan
sanksi. Hasil akreditasi yang didapat berdasarkan pengawasan dan pengendalian
67Pasal 6 Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 18 tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah.
68Pasal 65 Peraturan Pemerintah No. 79 tahun 2012 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 13 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji.
tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu pertimbangan perpanjangan izin PPIU.
Apabila pemegang izin PPIU tidak melaksanakan kewajibannya maka akan
dikenai sanksi administratif oleh Menteri berupa:
a. peringatan tertulis;
b. pembekuan izin penyelenggaraan; atau
c. pencabutan izin penyelenggaraan69.
Mengenai pencabutan izin penyelenggaraan, Menteri akan mencabut izin
penyelenggaraan PPIU apabila izin operasional PPIU sebagai biro perjalanan
wisata dicabut oleh Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang pariwisata, gubernur atau bupati/walikota70.
3. Tips Memilih Biro Perjalanan Haji dan Umrah
Kenyataan dengan terus bertambahnya jumlah jemaah Haji dan Umrah
setiap waktu merupakan suatu peluang bagi para pengusaha untuk mendirikan
biro perjalanan Haji dan Umrah. Terlebih lagi, sebuah kenyataan pula bahwa
Indonesia merupakan negara dengan populasi muslim terbesar di dunia. Peluang
berbisnis dengan menyelenggarakan Haji dan Umrah pun semakin terbuka lebar.
Tidak heran jika biro-biro perjalanan Haji dan Umrah dewasa ini semakin banyak
jumlahnya layaknya cendawan di musim penghujan. Oleh karena itu perlu kiranya
mengetahui bagaimana biro perjalanan yang baik agar tidak merugikan pengguna jasa.
69Pasal 67 Peraturan Pemerintah No. 79 tahun 2012 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 13 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji.
Beberapa indikasi berikut dapat dijadikan petunjuk perihal biro perjalanan Haji
dan Umrah yang baik, di antaranya:
a. Terdaftar Resmi
Salah satu indikasi biro perjalanan Haji dan Umrah yang baik adalah biro
perjalanan yang terdaftar resmi di Kementerian Agama Republik Indonesia.
Biro perjalanan Haji dan Umrah yang resmi akan mencantumkan alamat
kantor serta nomor telepon perusahaan. Selain itu, kepada pengguna jasa
untuk dapat mendatangi kantor Kementerian Agama agar bisa bertanya
kepada petugas perihal biro perjalanan yang resmi terdaftar dan mampu
memberikan pelayanan yang baik.
b. Legalitas
Selain terdaftar resmi, indikasi biro perjalanan Haji dan Umrah yang baik
adalah biro tersebut mempunyai legalitas yang jelas dan masih berlaku yang
menyangkut hal-hal berikut:
1) Surat Izin Usaha Biro Perjalanan Umum; 2) Surat Izin Tetap Usaha Pariwisata; 3) Tanda Daftar Perusahaan;
4) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Perusahaan; 5) Surat Keterangan Domisili Perusahaan;
6) Surat Keterangan Menteri Kehakiman – Akta Pendirian Perusahaan;
7) Surat Keterangan Departemen Agama Direktorat Jenderal
Penyelenggaraan Haji dan Umrah yang menyatakan biro tersebut merupakan penyelenggara perjalanan Ibadah Haji Khusus;
9) Sertifikat Anggota AMPHURI (Asosiasi Muslim Penyelenggara Haji dan Umrah Indonesia) atau yang kini telah berubah menjadi HIMPUH (Himpunan Penyelenggara Umrah dan Haji)71.
c. Telah Berpengalaman
Untuk mengetahui pengalamannya dalam menyelenggarakan perjalanan
Haji dan Umrah, ada beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai tolak ukur
yatitu:
1) Usia berdiri biro perjalanan;
2) Seberapa sering biro perjalanan itu memberangkatkan jemaah;
3) Banyaknya jemaah yang telah diberangkatkan;
4) Pelayanan yang diberikan biro perjalanan kepada jemaah72.
d. Cermati harga yang ditawarkan
Biro perjalanan Haji dan Umrah yang baik akan menawarkan biaya yang
wajar dan masuk akal atas jasa penyelenggaraan yang diadakannya. Wajar
tidaknya biaya yang ditawarkan dapat dilihat dari perbandingan antara harga
yang dibayar dengan fasilitas yang didapatkan jemaah.
Bagi calon pengguna jasa biro perjalanan Haji dan Umrah, penting untuk
melihat dan mempertimbangkan ke empat hal tersebut agar dalam pemilihan biro
perjalanan tidak terdapat kekeliruan dan dapat menjamin keselamatan pengguna
jasa. Keempat indikasi tersebut tidaklah bersifat mutlak, akan tetapi dapat menjadi
71
Khalifa Zain Nashrullah, Mau Haji & Umrah? Wajib Baca Buku Ini! Panduan Lengkap & Praktis Ibadah Haji dan Umrah, Yogyakarta: Sketsa, 2015, hlm. 20.
72Ibid
dasar pertimbangan pengguna jasa dalam memilih biro perjalanan Haji dan Umrah
sebagai penyelenggara Haji dan Umrah.
B. Ketentuan-Ketentuan dalam Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah
1. Ketentuan-Ketentuan Penyelenggaraan Ibadah Haji antara Biro
Penyelenggara Haji dengan Jemaah Haji
Dalam rangka penyelenggaraan Ibadah Haji bagi masyarakat yang
membutuhkan pelayanan khusus, dapat diselenggarakan Ibadah Haji Khusus yang
pengelolaan dan pembiayaannya bersifat khusus. Penyelenggaraan Ibadah Haji
Khusus dilaksanakan oleh Penyelenggara Ibadah Haji Khusus (PIHK) yang telah
mendapat izin Menteri.
Pembentuk undang-undang melalui Pasal 38 UU No. 13 tahun 2008
menginstruksikan kepada Menteri Agama untuk membentuk Peraturan Menteri
terkait penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus. Atas dasar itu, Menteri Agama
Republik Indonesia mengeluarkan Peraturan Menteri Agama Nomor 15 tahun
2012 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus.
Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus adalah penyelenggaraan Ibadah Haji
yang dilaksanakan oleh PIHK dengan pengelolaan, pembiayaan dan pelayanannya
bersifat khusus73. Dalam menyelenggarakan Ibadah Haji Khusus, diperlukan
adanya suatu standar pelayanan minimal yang menjadi tolok ukur pelayanan
minimal yang wajib diberikan PIHK kepada jemaah Haji Khusus dengan tujuan
untuk memberikan kepastian pelayanan minimal oleh PIHK kepada jemaah.
Dalam Pasal 3 Peraturan Menteri Agama Nomor 22 tahun 2011 tentang
Standar Pelayanan Minimal Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus, disebutkan
bahwa ada 7 (tujuh) pelayanan yang wajib diberikan oleh PIHK kepada jemaah
yaitu mulai dari layanan pendaftaran, bimbingan ibadah jemaah Haji Khusus,
transportasi jemaah Haji Khusus, akomodasi dan konsumsi di Arab Saudi,
kesehatan jemaah Haji Khusus, perlindungan jemaah Haji Khusus dan petugas
Haji Khusus serta administrasi dan dokumen Haji. Peraturan Pemerintah No. 79
tahun 2012 juga mengatur hal yang sama seperti yang disebutkan di dalam pasal 3
tersebut.
Kewajiban untuk memberikan pelayanan tersebut di luar pendaftaran,
dituangkan dalam bentuk perjanjian yang disepakati oleh Penyelenggara Ibadah
Haji Khusus (PIHK) dengan jemaah Haji khusus74. Dengan demikian, dapat
dipahami bahwa segala hal yang berkaitan dengan pelayanan yang akan diberikan
oleh PIHK pada saat diselenggarakannya Ibadah Haji terlebih dahulu dilakukan
atas kesepakatan kedua pihak.
a. Pendaftaran
Pendaftaran Haji Khusus dibuka sepanjang tahun setiap hari kerja.
Pendaftaran ini dilakukan oleh jemaah Haji yang bersangkutan. Namun, apabila
jemaah Haji tidak dapat melakukan pendaftaran sendiri maka dapat diwakilkan
oleh PIHK. Pendaftaran dilakukan di Kantor Wilayah Kementerian Agama
Provinsi atau di Direktorat Jenderal, dengan catatan pendaftaran dilakukan di
Direktorat Jenderal bila pendaftaran Haji Khusus tersebut belum/tidak dapat
dilakukan di Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi75.
Pendaftaran Haji khusus dilakukan dengan prinsip pelayanan berdasarkan
nomor urut pendaftaran yang digunakan sebagai dasar dalam pelayanan
pemberangkatan jemaah Haji76.
Jemaah Haji yang telah mendaftar akan memperoleh nomor porsi dari
SISKOHAT Kementerian Agama sesuai dengan urutan pendaftaran. Dalam hal
jemaah Haji Khusus mempunyai hak untuk berangkat pada tahun tertentu, akan
tetapi PIHK pilihan jemaah Haji telah melebihi batas maksimal alokasi, maka
jemaah Haji Khusus dapat dialihkan ke PIHK lain atas pilihan jemaah Haji
Khusus. PIHK pilihan jemaah Haji Khusus semula wajib/harus memfasilitasi
jemaah Haji Khusus dalam memilih PIHK lain. Namun apabila jemaah Haji
Khusus tidak memilih PIHK lain, maka ia akan berangkat di tahun berikutnya
sesuai dengan PIHK pilihannya tersebut dengaan sistem dafar tunggu (waiting
list).
Berkaitan dengan hal ini, terkait kuota Haji Khusus untuk setiap musim Haji
ditentukan oleh Menteri. PIHK wajib memberangkatkan jemaah Haji Khusus
75Pasal 10 dan Pasal 11 Peraturan Menteri Agama Nomor 15 tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus.
paling sedikit 45 (empat puluh lima) jemaah dan paling banyak 225 (dua ratus dua
puluh lima) jemaah. Bila PIHK mendapat kurang dari 45 (empat puluh lima)
jemaah maka PIHK wajib menggabungkan jemaahnya pada pihak lain. Dalam hal
PIHK memperoleh lebih dari 225 (dua ratus dua puluh lima) jemaah, PIHK wajib
melimpahkan kelebihannya kepada PIHK lain. Baik itu penggabungan atau
pelimpahan dilakukan atas persetujuan jemaah yang dibuktikan dengan surat
persetujuan dan dilaporkan ke Direktur Jenderal. Jika jemaah tidak menyetujui,
maka jemaah Haji Khusus akan menjadi daftar tunggu tahun berikutnya77.
b. Pelayanan Bimbingan Jemaah
Dalam hal pelayanan bimbingan jemaah, Penyelenggara Ibadah Haji
Khusus (PIHK) wajib memberikan bimbingan manasik dan perjalanan Haji
kepada jemaah Haji Khusus pada saat sebelum keberangkatan, selama dalam
perjalanan dan selama di Arab Saudi. Bimbingan tersebut berpedoman pada buku
bimbingan manasik dan perjalanan Haji yang diterbitkan oleh Kementerian
Agama yang wajib diserahkan PIHK kepada jemaah Haji Khusus78. Bimbingan
manasik dan perjalanan Haji sebelum keberangkatan diberikan paling sedikit 5
(lima) kali pertemuan79.
77Pasal 21 Peraturan Menteri Agama Nomor 15 tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus.
78Pasal 34 dan Pasal 35 Peraturan Menteri Agama Nomor 15 tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus.
Bimbingan jemaah Haji Khusus dilakukan oleh petugas yang diangkat oleh
PIHK. Terkait dengan petugas ini, PIHK wajib menyediakan petugas pembimbing
ibadah, 1 (Satu) orang petugas kesehatan dan petugas pengelola perjalanan.
Petugas pembimbing ibadah paling sedikit 1 (satu) orang.
Untuk petugas pengelola perjalanan paling sedikit 1 (satu) orang untuk 45
(empat puluh lima) sampai 135 (seratus tiga puluh lima) jemaah Haji Khusus atau
2 (dua) orang untuk 136 (seratus tiga puluh enam) sampai 225 (dua ratus dua
puluh lima) jemaah Haji Khusus.
c. Pelayanan Transporasi
Pelayanan transportasi oleh Penyelenggara Ibadah Haji Khusus (PIHK)
meliputi transportasi udara ke dan dari Arab Saudi serta transportasi darat selama
di Arab Saudi80. Transportasi udara menggunakan penerbangan langsung atau
paling banyak 1 (satu) kali transit dengan maskapai penerbangan yang sama dan
transportasi darat menggunakan bus perusahaan berAC yang diisi paling banyak
45 (empat puluh lima) jemaah untuk setiap bus81.
Transportasi harus memperhatikan aspek kenyamanan, efisiensi rute
perjalanan, keselamatan dan keamanan sesuai standar yang telah ditetapkan oleh
Menteri.
80Pasal 42 ayat (2) Peraturan Menteri Agama Nomor 15 tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus.
Sebagai jaminan kepastian keberangkatan dan kepulangan jemaah Haji
khusus, PIHK wajib menyerahkan bukti tiket dan konfirmasi penerbangan kepada
Menteri82.
d. Pelayanan Akomodasi dan Konsumsi
PIHK wajib memberikan layanan akomodasi dan konsumsi kepada jemaah
Haji Khusus selama di Jeddah, Makkah, Madinah dan Arafah Mina. Penyediaan
akomodasi di Jeddah, Makkah dan Madinah paling rendah berupa hotel
berbintang empat. Akomodasi di Makkah dan Madinah berjarak paling jauh 500
meter dari Masjidil Haram di Makkah dan Asjid Nabawi di Madinah. Dalam
setiap kamar diisi oleh 4 (empat) orang.
Menjelang dan sesudah wukuf di Arafah, PIHK dapat memberikan
akomodasi berupa apartemen transit di Makkah yang digunakan paling lama 5
(lima) hari antara tanggal 3 sampai 15 Dzulhijjah. Setiap kamar paling banyak
diisi oleh 4 (empat) orang. Kualitas akomodasi transit harus memiliki akses
transportasi yang mudah ke Masjidil Haram dengan paling rendah setara dengan
hotel berbintang 4 (empat)83.
Untuk akomodasi di Arafah Mina menggunakan perkemahan yang berAC
yang penggunaannya mempertimbangkan aspek kelayakan, keamanan,
kenyamanan dan sesuai dengan ketentuan Pemerintah Arab Saudi.
82Pasal 40 ayat (3) Peraturan Pemerintah No. 79 tahun 2012 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 13 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji.
Pelayanan konsumsi oleh PIHK waib dilakukan sesuai standar menu,
higienitas dan kesehatan yang telah ditetapkan Menteri. Dalam Peraturan Menteri
Agama Nomor 22 tahun 2011 tentang Standar Pelayanan Minimal
Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus, diatur tentang ketentuan pelayanan
konsumsi yang dapat diberikan oleh PIHK kepada jemaah Haji Khusus yaitu
sebagai berikut:
1) konsumsi di Jeddah, Makkah dan Madinah menggunakan pelayanan dengan standar hotel dan sistem penyajian secara prasmanan dan menu makanan adalah menu Indonesia;
2) konsumsi di Arafah Mina (kawasan Masyair) menggunakan pelayanan dengan sistem penyajian secara prasmanan, menu Indonesia dan pelayanan Coffe Shop;
3) konsumsi di perjalanan atau di airport dapat diberikan dalam bentuk kemasan box84.
e. Pelayanan Kesehatan Jemaah Haji
Pelayanan kesehatan dilakukan oleh petugas yang diangkat oleh PIHK
dengan memberikan layanan kesehatan bagi jemaah Haji Khusus sejak sebelum
keberangkatan sampai kembalinya jemaah ke Tanah Air. Pelayanan kesehatan
sebelum keberangkatan dilakukan dengan memberikan bimbingan kesehatan dan
vaksinasi yang diwajibkan oleh Pemerintah Kerajaan Arab Saudi seperti vaksin
meningitis.
Dalam rangka memberikan pelayanan kesehatan, PIHK menyediakan 1
(satu) orang tenaga dokter untuk paling banyak 90 (sembilan puluh) jemaah. Bagi
jemaah yang membutuhkan pelayanan rawat jalan maupun rawat inap di BPHI
ataupun di Arab Saudi serta dalam hal jemaah ada yang meninggal dunia, maka
PIHK wajib memfasilitasi dan mengurus jemaah tersebut. Tanggung jawab PIHK
dalam memulangkan jemaah Haji yang dirawat inap di Arab Saudi melewati
jadwal kepulangan jemaah Haji85.
Selain hal tersebut, apabila jemaah Haji sakit maka PIHK wajib melayani
dalam bentuk safari wukuf bagi jemaah Haji Khusus yang masih dapat
diberangkatkan ke Arafah dan badal Haji bagi jemaah Haji yang tidak dapat
diberangkatkan ke Arafah86.
f. Perlindungan Jemaah Haji
Dalam rangka memberikan perlindungan kepada jemaah Haji Khusus
Penyelenggara Ibadah Haji Khusus (PIHK) wajib memberikan asuransi jiwa,
kecelakaan dan kesehatan. Mengenai besarnya pertanggungan asuransi jiwa
paling sedikit sebesar minimal BPIH Khusus. Masa pertanggungan asuransi jiwa,
kecelakaan dan kesehatan tersebut diberikan sejak keberangkataan ke Arab Saudi
sampai kembali ke Indonesia87.
g. Pelayanan Dokumen dan Administrasi Haji
Setiap jemaah Haji Khusus yang akan diberangkatkan ke Arab Saudi harus
memiliki paspor yang telah memperoleh visa Haji, DAPIH, stiker barcode, gelang
identitas dan kartu tanda pengenal88. DAPIH dan gelang identitas dikeluarkan
oleh Kementerian Agama serta harus digunakan oleh jemaah Haji Khusus sejak
keberangkatan, selama di Arab Saudi sampai dengan kembali ke Indonesia.
Paspor, DAPIH dan gelang identitas akan diserahkan kepada PIHK setelah
85Pasal 17 ayat (3) dan Pasal 18 Peraturan Menteri Agama Nomor 22 tahun 2011 tentang Standar Pelayanan Minimal Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus.
86Pasal 19 Peraturan Menteri Agama Nomor 22 tahun 2011 tentang Standar Pelayanan Minimal Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus.
87Pasal 45 Peraturan Menteri Agama Nomor 15 tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus.
memenuhi persyaratan yaitu menyerahkan surat perjanjian antara PIHK dengan
jemaah Haji khusus dan rekomendasi dari asosiasi PIHK.
Pelayanan administrasi dan dokumen Haji wajib dilakukan oleh PIHK
dalam bentuk:
1) menyerahkan paspor jemaah Haji Khusus kepada Menteri atau Direktur
Jenderal untuk pengurusan visa, dalam hal mana pengurusan penerbitan
paspor dilakukan oleh jemaah Haji Khusus;
2) menyerahkan barcode PIHK yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kerajaan
Arab Saudi sesuai batas waktu yang ditetapkan oleh Menteri. Pengurusan
stiker barcode ini dilakukan oleh PIHK setelah mendapat rekomendasi
dari Direktur Jenderal. Stiker barcode diserahkan kepada Direktur
Jenderal paling lambat 10 (sepuluh) hari kerja sebelum keberangkatan
jemaah Haji Khusus ke Arab Saudi utnuk dilekatkan pada paspor.
Rekomendasi Direktur Jenderal diberikan kepada PIHK setelah
menyerahkan:
a) Fotokopi kontrak awal hotel, transportasi dan katering di Makkah,
Madinah, Jeddah dan Arafah Mina;
b) Surat jaminan komfirmasi (letter of intent) keberangkatan dan
kepulangan dari maskapai penerbangan yang ditandatangani oleh
pihak penerbangan;
c) Daftar nama jemaah Haji Khusus;
Dalam pengurusan stiker barcode di Arab Saudi, PIHK wajib melapor
kepada Kantor Misi Haji Indonesia di Arab Saudi89.
3) melaporkan keberangkatan jemaah Haji Khusus kepada Menteri;
4) melaporkan kedatangan dan kepulangan kemaah Haji Khusus dari dan ke
Arab Saudi kepada Kepala Kantor Misi Haji Indonesia di Arab Saudi;
dan
5) melaporkan pelaksanaan penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus kepada
Menteri atau Direktur Jenderal90.
h. Lain-Lain Pelayanan
Dalam Peraturan Menteri Agama Nomor 22 tahun 2011 tentang Standar
Pelayanan Minimal Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus, disebutkan mengenai
lain-lain pelayanan yang dapat diberikan oleh PIHK kepada jemaah Haji Khusus,
seperti PIHK wajib memberikan air zam-zam paling sedikit 5 (lima) liter bagi
setiap jemaah pada saat tiba di Tanah Air, PIHK wajib memberikan perlengkapan
jemaah berupa tas besar, tas kecil, tas paspor dan perlengkapan lainnya sesuai
perjanjian, PIHK wajib menyediakan layanan pengangkutan barang bagasi jemaah
Haji.
2. Ketentuan-Ketentuan Penyelenggaraan Ibadah Umrah antara Biro
Penyelenggara Umrah dengan Jemaah Umrah
Penyelenggaraan Ibadah Umrah adalah rangkaian kegiatan perjalanan
Ibadah Umrah yang meliputi pembinaan, pelayanan dan perlindungan jemaah
89Pasal 39 ayat (2) dan (3) Peraturan Menteri Agama Nomor 15 tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus.
90Pasal 44 Peraturan Pemerintah No. 79 tahun 2012 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 13 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji.
Umrah yang dilaksanakan oleh Pemerintah dan/atau penyelenggara perjalanan
Ibadah Umrah. Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah (PPIU) adalah biro
perjalanan wisata yang telah mendapat izin dari Menteri untuk menyelenggarakan
perjalanan Ibadah Umrah. Dengan demikian dapat kita pahami bahwa PT Siar
Haramain International Wisata juga merupakan PPIU yang telah mendapat izin
Menteri sehingga bisa menyelenggarakan Ibadah Umrah.
Untuk melaksanakan ketentuan Pasal 45 ayat (2) Undang-Undang Nomor
13 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Pasal 71 Peraturan
Pemerintah Nomor 79 tahun 2012 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor
13 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji, Menteri Agama perlu
menetapkan Peraturan Menteri Agama Nomor 18 tahun 2015 tentang
Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah.
Penyelenggaraan Ibadah Umrah dilaksanakan berdasarkan asas keadilan,
profesionalitas, transparansi dan akuntabilitas dengan tujuan untuk memberikan
pembinaan, pelayanan dan perlindungan yang sebaik-baiknya kepada jemaah,
sehingga jemaah dapat menunaikan ibadahnya sesuai ketentuan syariat Islam.
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka PPIU wajib memberikan pelayanan berupa
bimbingan Ibadah Umrah, transportasi jemaah Umrah, akomodasi dan konsumsi,
kesehatan jemaah Umrah, perlindungan jemaah Umrah dan petugas Umrah serta
administrasi dan dokumen Umrah. Disamping memberikan pelayanan yang telah
disebutkan, PPIU juga harus melayani jemaah Umrah saat pendaftaran dilakukan.
a. Pendaftaran
Sebelum melaksanakan perjalanan Umrah, calon jemaah terlebih dahulu
harus melakukan pendaftaran. Jemaah yang akan melakukan peerjalanan Ibadah
Umrah wajib mendaftarkan diri kepada PPIU. Kemudian PPIU akan menerima
pendaftaran calon jemaah tersebut sesuai dengan paket layanan yang ditawarkan
dan diterima calon jemaah, utnuk selanjutnya dilaporkan PPIU kepada Direktur
Jenderal.
b. Pelayanan Bimbingan Ibadah Umrah
Pelayanan bimbingan jemaah Umrah diberikan oleh pembimbing ibadah
yang diangkat oleh pimpinan PPIU dengan standar kompetensi yang wajib
dimiliki meliputi pengetahuan di bidang manasik Haji/Umrah dan telah
melaksanakan Ibadah Haji/Umrah. Bimbingan diberikan kepada jemaah Umrah
sebelum keberangkatan, dalam perjalaanan dan selama di Arab Saudi.
Pelayanan bimbingan Ibadah Umrah yag diberikan berupa materi bimbingan
manasik dan perjalanan Umrah yang berpedoman pada bimbingan manasik dan
perjalanan Haji dan Umrah yang diterbitkan oleh Kementerian Agama.
c. Pelayanan Transportasi Jemaah Umrah
Perjalanan Umrah tidak hanya memperhatikan aspek bimbingan semata, tetapi
aspek transportasi juga menentukan kualitas pelayanan Penyelenggara Perjalanan
Pasal 12 Peraturan Menteri Agama Nomor 18 tahun 2015 tentang
Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah memberikan pengaturan mengenai
pelayanan transportasi bagi jemaah Umrah. Pelayanan transportasi bagi jemaah
Umrah diberikan oleh PPIU meliputi pelayanan pemberangkatan ke Arab Saudi,
selama di Arab Saudi dan dari Arab Saudi. Ada 3 (tiga) kriteria bentuk pelayanan
yang diberikan oleh PPIU kepada jemaah yaitu sebagai berikut:
1) transportasi udara jemaah Umrah paling banyak hanya 1 (satu) kali transit
dengan maskapai penerbangan yang sama dan mempunyai izin mendarat
di Indonesia dan Arab Saudi;
2) transportasi darat selama jemaah di Arab Saudi harus memiliki tasreh
atau izin untuk pelayanan Umrah, sehingga pilihan transportasinya adalah
transportasi yang legal;
3) transportasi wajib memperhatikan aspek kenyamanan, keselamatan dan
keamanan91.
d. Pelayanan Akomodasi dan Konsumsi
Penting bagi PPIU untuk memperhatikan penginapan dan konsumsi bagi
jemaah Umrah pada saat di Arab Saudi. PPIU wajib menempatkan jemaah Umrah
di penginapan yang layak dengan ketentuan minimal di hotel bebintang 3 (tiga).
Penempatan jemaah Umrah ini sesuai dengan perjanjian dan pemilihan paket yang
telah disepakati oleh jemaah dan penyelenggara. Sebagaimana diketahui, semakin
mahal biaya yang dikeluarkan tentu pelayanan yang diberikan semakin sebanding
91Pasal 12 Peraturan Menteri Agama Nomor 18 tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah.
dengan uang yang dikeluarkan. Diaturnya tentang akomodasi ini oleh Peraturan
Menteri Agama agar walaupun jemaah memilih paket termurah, tetap akan
memperoleh pelayanan yang baik dan tidak diperlakukan semena-mena oleh
PPIU.
Pelayanan konsumsi diberikan oleh PPIU kepada jemaah pada saat sebelum
berangkat, dalam perjalanan dan selama di Arab Saudi. Konsumsi yang diberikan
haruslah memenuhi 3 (tiga) syarat yaitu:
1) konsumsi yang diberikan harus memenuhi standar menu;
2) konsumsi harus memenuhi standar higienis;
3) konsumsi harus memenuhi standar kesehatan92.
e. Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan perlu diberikan oleh PPIU untuk meningkatkan
kondisi kesehatan jemaah Umrah serta terbebasnya jemaah dari transmisi penyakit
menular yang mungkin terbawa keluar/masuk oleh jemaah Umrah. Sebagimana
diketahui, baik Ibadah Haji maupun Umrah dalam pelaksanaannya biro
penyelenggara harus memberikan pelayanan kesehatan kepada jemaah mengingat
banyaknya tantangan dalam pelaksanaan ibadah itu sendiri seperti kondisi
kesehatan jemaah yang kurang baik, kondisi lingkungan Arab Saudi yang berbeda
dengan kondisi di Tanah Air (perbedaan musim, kelembapan udara yang rendah,
perbedaan lingkungan sosial budaya dan sebagainya).
92Pasal 13 ayat (4) Peraturan Menteri Agama Nomor 18 tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah.
Pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh Panitia Penyelenggara Ibadah
Umrah (PPIU) meliputi penyediaan petugas kesehatan, penyediaan obat-obatan,
dan pelayanan bagi jemaah Umrah yang sakit selama diperjalanan dan di Arab
Saudi.
Setiap jemaah wajib melakukan vaksinasi meningitis. Vaksinasi meningitis
tersebut menjadi tanggung jawab jemaah secara individu. Meskipun demikian,
PPIU dapat memfasilitasi vaksinasi meningitis jemaah dengan mengacu pada
ketentuan peraturan perundang-undangan93.
Di dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 58 tahun 2013 tentang
Pemberian Sertifikat Vaksinasi Internasional disebutkan bahwa dalam rangka
memberikan perlindungan kesehatan bagi pelaku perjalanan internasional perlu
diberikan vaksinasi yang dibuktikan dengan pemberian Sertifikat Vaksinasi
Internasional.
Sertifikat Vaksinasi Internasional adalah surat keterangan yang menyatakan
bahwa seseorang telah mendapatkan vaksinasi dan/atau profilaksis yang
diperlukan untuk sertifikat vaksinasi iternasional perjalanan internasional tertentu.
Pemberian Vaksinasi Meningitis untuk jemaah Umrah selain dilakukan di Kantor
Kesehatan Pelabuhan (KKP) dapat dilakukan di rumah sakit yang ditunjuk oleh
Menteri. Dengan demikian, jemaah yang akan melaksanakan Haji maupun Umrah
yang telah di beri vaksin akan mendapatkan Sertifikat Vaksinasi Internasional
sebagai bukti telah dilakukannya vaksinasi.
f. Pelayanan Perlindungan Jemaah Umrah dan Petugas Umrah
Untuk menjamin terlindunginya jemaah Umrah pada saat melaksanakan
ibadah di Arab Saudi, Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah (PPIU)
bertanggung jawab untuk memberikan perlindungan dengan memberikan asuransi
jiwa, kesehatan, dan kecelakaan kepada jemaah Umrah.
Tidak hanya itu, Peraturan Menteri Agama Nomor 18 tahun 2015 tentang
Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah melalui Pasal 16 mengatur secara
lebih rinci tentang apa yang menjadi tanggung jawab PPIU dalam lingkup
pemberian perlindungan. Perlindungan bukan hanya diberikan kepada jemaah
tetapi juga kepada petugas dalam rangka melaksanakan tugas operasionalnya.
Adapun pelayanan perlindungan tersebut meliputi:
1) asuransi jiwa, kesehatan dan kecelakaan dengan besaran pertanggungan
disesuaikan dengan ketentuan dalam asuransi perjalanan;
2) pengurusan dokumen jemaah yang hilang selama perjalanan ibadah; dan
3) pengurusan jemaah yang meninggal sebelum tiba kembali ditempat
domisili.
g. Pelayanan Administrasi dan Dokumen Umrah
Pelayanan terhadap administrasi dan dokumen Umrah dilakukan oleh
1) Pengurusan dokumen perjalanan Umrah dan visa bagi jemaah;
Pengurusan visa dilakukan oleh PPIU yang memiliki kontrak kerja sama
dengan perusahaan pelayanan Umrah dan telah mendapatkan pengesahan
dari Kementerian Agama. Untuk mendapat pengesahan terlebih dahulu
PPIU harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a) memiliki izin operasional yang masih berlaku;
b) memiliki kontrak kerja sama yang telah ditandatangani oleh pimpinan perusahaan pelayanan Umrah di Arab Saudi dan PPIU yang telah disahkan oleh notaris;
c) memiliki sertifikat International Air Transport Association (IATA); d) memiliki rekomendasi dari Asosiasi Penyelenggara Umrah;
e) memiliki kemampuan finansial yang dibuktikan dengan laporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik; dan
f) memiliki komitmen mentaati peraturan perundang-undangan yang dibuktikan dengan surat pernyataan/pakta integritas94.
PPIU yang memiliki kontrak kerja sama dengan perusahaan pelayanan
Umrah di Arab Saudi tersebut dapat menjadi provider visa yang wajib
mentaati seluruh peraturan yang dilekuarkan Pemerintah Iindonesia dan
Pemerintah Arab Saudi, menjamin pelayanan administrasi akomodasi,
konsumsi dan tranportasi di Arab Saudi, menjamin pengurusan visa
jemaah hanya kepada PPIU yang memiliki izin operasional yang masih
berlaku, menjamin pengurusan jemaah Umrah yang mengalami sakit, dan
dirawat di rumah sakit Arab Saudi sampai kembali ke Tanah Air serta
menjamin tiket jemaah Umrah ke dan dari Arab Saudi.
2) Pengurusan dokumen jemaah sakit, meninggal, dan ghaib/hilang;
94Pasal 18 ayat (3) Peraturan Menteri Agama Nomor 18 tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Perjalanan Ibadah Umrah.
3) PPIU wajib membuat laporan penyelenggaraan Ibadah Umrah yang meliputi
bimbingan Ibadah Umrah, data keberangkatan dan kepulangan jemaah,
penerimaan dan pengeluaran visa jemaah serta permasalahaan dan solusi
jemaah. Laporan disampaikan kepada Direktur Jenderal paling lambat 15
(lima belas) hari setelah jemaah tiba di Tanah Air.
Direktur Jenderal dan Kepala Kanwil melakukan pembinaan dalam
penyelenggaraan perjalanan Ibadah Umrah. Pembinaan penyelenggaraan
perjalanan Ibadah Umrah oleh Direktur Jenderal dilakukan dengan
sosialisasi kebijakan penyelenggaraan Umrah dan akreditasi. Sedangkan
pembinaan oleh Kepala Kanwil dilakukan melalui penyuluhan dan
bimbingan teknis operasional PPIU95.
C. Jemaah Haji dan Umrah sebagai Pengguna Jasa pada PT Siar Haramain International Wisata selaku Penyelenggara Ibadah Haji dan Umrah
Ibadah Haji merupakan rukun Islam yang kelima yang wajib dilaksanakan
oleh setiap orang Islam sekali seumur hidup yang memenuhi syarat istitaah baik
secara finansial maupun mental. Disamping menunaikan Ibadah Haji, setiap
warga negara Indonesia yang beragama Islam dianjurkan menunaikan Ibadah
Umrah dalam rangka meningkatkan kualitas keimanannya. Sehubungan dengan
hal tersebut, baik itu Ibadah Haji maupun Umrah, dalam pelaksanaan
penyelenggaraannya harus bersandarkan pada prinsip keadilan untuk memperoleh
kesempatan yang sama tanpa adanya sikap diskriminasi.
Undang-Undang Nomor 13 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah
Haji, salah satu pasalnya menyebutkan bahwa setiap warga negara yang beragama
Islam berhak untuk menunaikan Ibadah Haji dengan syarat:
1. berusia paling rendah 18 (delapan belas) tahun atau sudah menikah; dan
2. mampu membayar Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH)96.
Frasa “setiap warga negara yang beragama Islam” menunjukkan bahwa
pasal ini berkarakteristik umum nondiskriminatif. Oleh karenanya penyelenggara
Ibadah Haji khususnya Biro Perjalanan Haji dan Umrah harus beriktikad baik
untuk melayani seluruh jemaahnya tanpa memandang suku, ras, warna kulit, strata
sosial, ekonomi sehingga akan terwujud persamaan harkat dan martabat setiap
jemaah yang akan menjalani ibadah tanpa adanya perbedaan dengan jemaah
lainnya.
Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus/plus yang diselenggarakan oleh suatu
Biro Perjalanan Haji dan Umrah harus melaksanakan kewajibannya secara
profesional dan harus mengedepankan kepentingan jemaahnya.
Salah satu bentuk tindakan mengedepankan jemaah ialah dalam hal
pelayanan seperti memberikan fasilitas-fasilitas yang baik misalnya
penginapan/hotel berbintang yang ditempati jarak tempuh paling jauh 1500 meter
dari Masjidil Haram di Makkah, makanan (catering) harus mengandung gizi yang
baik untuk dikonsumsi, mengadakan tour atau rangkaian kegiatan ke berbagai
objek-objek wisata, konsumsi yang memadai serta fasilitas-fasilitas lainnya97.
Pelaksanaaan kewajiban PIHK dan PPIU sebagai Biro Penyelenggara Haji
dan Umrah merupakan tugas tersurat yang disebutkan oleh peraturan
perundang-undang. Sebenarnya dalam pelaksanaan kewajiban tersebut, secara tersirat PIHK
dan PPIU harus memperhatikan hak-hak jemaah sebagai pengguna jasa perjalanan
Haji dan Umrah. Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen menyebutkan ada 9 (sembilan) hak-hak konsumen yaitu sebagai
berikut:
1. hak atas kenyamanan dan keselamatan dalam mengonsumsi barang dan/atau jasa;
2. hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapat barang dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan;
3. hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan yang dijanjikan;
4. hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang digunakan;
5. hak untuk mendapatkan advokasi perlindungan dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut;
6. hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;
7. hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;
8. hak untuk mendapatkan kompensasi ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya;
9. hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya98.
Setiap jemaah Haji maupun Umrah mempunyai beberapa kewajiban yang
harus dijalankannya diantaranya melakukan pendaftaran serta mengisi formulir
pendaftaran di PIHK atau PPIU pilihan jemaah Haji Khusus dan Umrah,
melengkapi dokumen pendaftaran, membayar BPIH Khusus atau BPIU, melunasi
sisa pembayaran BPIH atau BPIU, calon jemaah Haji dan Umrah diwajibkan
untuk melakukan manasik sesuai dengan bimbingan petugas pembimbing,
melakukan vaksinasi, serta memenuhi dan mematuhi segala persyaratan dan
ketentuan yang berlaku dalam penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah.
Disamping kewajiban, jemaah Haji dan Umrah juga mempunyai beberapa
hak yang harus didapatkannya sebagai pengguna jasa Biro Penyelenggara Haji
dan Umrah meliputi memperoleh bimbingan dari petugas Haji dan Umrah baik di
Tanah Air, di perjalanan maupun di Arab Saudi, pelayanan akomodasi, konsumsi,
tansportasi dan pelayanan kesehatan yang memadai dan memenuhi standar serta
ketentuan yang telah ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan, berhak
memperoleh perlindungan sebagai jemaah Haji Khusus dan Umrah, memperoleh
pelayanan akomodasi dan dokumen Haji serta berhak untuk mendapatkan
fasilitas lainnya sesuai dengan apa yang telah diperjanjikan antara Biro
Penyelenggara dengan jemaah Haji dan Umrah.
Pada dasarnya, antara calon jemaah dengan biro penyelenggara sebelum
diselenggarakannya Ibadah Haji maupun Umrah terlebih dahulu sudah ada
kesepakatan yang terbentuk melalui proses penawaran dan penerimaan. PT Siar
Haramain International Wisata selaku penyelenggara menawarkan jasa terkait
penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus dan Umrah dalam beberapa pilihan. Untuk
selanjutnya calon jemaah akan menetukan pilihan atas beberapa penawaran yang
diberikan oleh biro penyelenggara. Sejak saat ditentukannya pilihan paket oleh
calon jemaah yang disertai dengan dilakukannya pembayaran, maka biro
penyelenggara wajib menunaikan seluruh kewajiban yang menjadi hak jemaah99.
Sehubungan dengan jemaah Haji dan Umrah sebagai pengguna jasa PT Siar
Haramain International Wisata, peneliti melakukan tanya jawab kepada beberapa
pengguna jasa yang telah menunaikan Ibadah Haji maupun Umrah melalui PT
Siar Haramain International Wisata untuk melihat tingkat kepuasan pengguna atas
pelayanan yang diberikan oleh pihak penyelenggara. Teknik pengambilan sampel
pengguna jasa yang dimintai pendapatnya terkait pelayanan PT Siar Haramain
International Wisata dilakukan dengan cara purposive sampling.
Berdasarkan tanya jawab terhadap beberapa sampel tersebut, peneliti
menyimpulkan bahwa pelayanan yang diberikan oleh PT Siar Haramain
International Wisata terhadap jemaah sinkron/sesuai dengan apa yang telah
ditawarkan di mana jemaah dilayani secara profesional. Pihak Siar di Saudi
Arabia juga sigap dengan masalah penginapan dan logistik. Sehingga meskipun
terdapat masalah, jemaah tidak sempat direpotkan karena telah diselesaikan secara
cepat oleh pihak Siar. Begitu juga dengan persiapan sebelum keberangkatan ke
tanah suci, para jemaah dibimbing disertai briefing yang detail sekaligus vaksinasi
yang jelas. Demikian juga dalam hal administrasi dan dokumen, pengurusan visa
tidak memakan waktu yang lama sehingga calon jemaah tidak khawatir terkait
keberangkatan, karena salah satu faktor jemaah gagal berangkat ialah dengan
tidak keluarnya visa. Kemudian selama perjalanan dari Indonesia ke Arab Saudi
jemaah dipandu dan dibantu pada saat melewati imigrasi100.
Tanya jawab yang dilakukan oleh peneliti kepada beberapa sampel tersebut
bertujuan untuk melihat gambaran pelaksanaan penyelenggaraan Ibadah Haji dan
Umrah oleh PT Siar Haramain International Wisata sekaligus dapat dijadikan
sebagai deksripsi umum tingkat kepuasan jemaah pengguna jasa Siar Tour.
BAB IV
ASPEK HUKUM DALAM PERJANJIAN PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DAN UMRAH ANTARA PT SIAR HARAMAIN INTERNATIONAL
WISATA DENGAN JEMAAH
A. Keabsahan Perjanjian Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah antara PT Siar Haramain International Wisata dengan Jemaah Ditinjau dari Hukum Perdata
PT Siar Haramain International Wisata merupakan perusahaan biro
perjalanan yang berkantor pusat di Medan dengan ruang lingkup kegiatan usaha
menyelenggarakan paket wisata Umrah, Umrah Plus, Haji Plus dan paket wisata
Islami lainnya. Selain itu, lingkup kegiatan PT Siar Haramain International Wisata
juga meliputi penjualanan semua tiket penerbangan domestik maupun
internasional, pemesanan hotel dalam dan luar negeri, pengurusan
dokumen-dokumen perjalanan (passport/visa/dll) dan penyewaaan bus/mobil101.
PT Siar Haramain International Wisata yang dipimpin oleh Muhammad Nur
Basir beserta jajarannya Alamria Asmardy, Reza Fahlevi, Muhammad Yazid Arif
dan Fahrina Putri, berkantor pusat di Jalan Sisingamangaraja No. 18 Medan
dengan beberapa pusat informasi/kantor cabang antara lain di Jakarta, Padang,
Aceh Singkil dan sekitarnya, Rantau Prapat, Pematang Siantar, Kisaran,
Takengon, Tapak Tuan, Gunung Tua/Palas, Sibuhuan/Palas, Padang Sidempuan
dan Tebing Tinggi.
PT Siar Haramain International Wisata yang berdiri sejak 1999, terbukti
secara legal dan terdaftar sebagai penyelenggara Haji Khusus dan Umrah di
Kementerian Agama dengan adanya izin sebagai penyelenggara dengan nomor
izin Haji Plus PHU/HK/3271/I/2014 dan nomor izin Umrah D/175/2012. Selain
itu, PT Siar Haramain International Wisata juga terdaftar pada IATA
(International Air Transport Association), ASITA (Association of The Indonesian
Tours And Travel Agencies), HIMPUH, Amadeus dan Abacus.
IATA atau yang diartikan dengan Asosiasi Pengangkutan Udara
Internasional adalah sebuah organisasi perdagangan internasional yang terdiri dari
maskapai-maskapai penerbangan yang bermarkas di Montreal, Kanada. Lisensi
IATA ini merupakan syarat mutlak yang harus dimiliki biro haji dan umrah untuk
bisa mengajukan permohonan visa umrah sebagaimana diatur oleh Kerajaan Arab
Saudi.
ASITA merupakan sebuah asosiasi perusahaan perjalanan wisata Indonesia
yang diluncurkan di Jakarta pada tanggal 7 Januari 1971. PT Siar Haramain
International Wisata menjadi anggota ASITA Sumatera Utara. Pimpinan PT Siar
Haramain International Wisata, Muhammad Nur Basir menjadi Ketua Bidang
SDM/Diklat Dewan Pengurus Daerah Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata
Indonesia.
HIMPUH adalah Himpunan Penyelenggara Umrah dan Haji Khusus. Jumlah
members HIMPUH dari tahun 2010 sampai 2014 terus mengalami peningkatan
International Wisata merupakan anggota HIMPUH dengan nomor anggota
239/HIMPUH/2012.
Perjanjian Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah oleh PT Siar Haramain
International Wisata dengan Jemaah Haji dan Umrah merupakan perjanjian yang
dilaksanakan terkait pelayanan yang akan diberikan pihak travel kepada calon
jemaah. Pasal 36 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 79 tahun 2012
memerintahkan bahwa terkait kewajiban memberikan pelayanan kepada jemaah
dituangkan dalam bentuk perjanjian yang disepakati antara PIHK dengan jemaah
Haji maupun Umrah. Dalam hal ini, perjanjian yang dibuat oleh PT Siar Haramain
International Wisata dengan calon jemaah bukanlah perjanjian tertulis layaknya
kontrak yang ditandatangani oleh pihak pertama dan kedua melainkan berbentuk
perjanjian dengan klausula baku yang dituangkan ke dalam brosur yang telah
ditetapkan oleh PT Siar Haramain International Wisata. Pihak Siar Tour
menentukan pelayanan yang diberikan seperti hotel, konsumsi, transportasi dan
sebagainya beserta biaya yang dibebankan.
Perjanjian Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah oleh PT Siar Haramain
International Wisata dengan Jemaah Haji dan Umrah harus memenuhi syarat sah
perjanjian sebagaimana yang diatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata sebagai dasar,
yaitu sebagai berikut:
1. Kesepakatan
Suatu perjanjian lahir pada saat terjadinya suatu kesepakatan di antara para
pihak seperti yang dijelaskan dalam asas konsensualisme. Sebagaimana yang telah
dilakukan oleh PT Siar Haramain International Wisata dengan jemaah Haji dan
Umrah merupakan perjanjian dengan klausula baku. Perjanjian baku adalah suatu
perjanjian yang isinya telah diformulasikan oleh suatu pihak dalam bentuk
formulir-formulir. Dalam hal ini, PT Siar Haramain International Wisata
memformulasikan perjanjian penyelenggaraan Haji dan Umrah dalam bentuk
brosur-brosur lengkap beserta keterangannya.
Untuk mengetahui apakah suatu perjanjian telah lahir, maka harus
dipastikan terlebih dahulu apakah kesepakatan telah tercapai atau tidak. Muncul
pertanyaan, apakah perjanjian dengan klausula baku memenuhi unsur
kesepakatan? Terkait hal ini, ada dua pendapat. Pertama, perjanjian baku tidak
memenuhi unsur kesepakatan dikarenakan masing-masing pihak tidak bebas
membuat perjanjian jenis apapun, tidak adanya kebebasan dalam mengatur isi
perjanjian dan tidak bebas mengatur bentuk perjanjiannya. Kedua, pendapat yang
menyatakan bahwa perjanjian baku memenuhi syarat kesepakatan yang terdapat
dalam asas konsensualisme.
Apabila diperhatikan, pada dasarnya perjanjian baku memenuhi syarat
sepakat yang diatur pada Pasal 1320 KUHPerdata dengan catatan bahwa
perjanjian yang telah ditentukan salah satu pihak tersebut diterima dengan
kerelaan tanpa adanya unsur paksaan dari pihak mana pun. Dengan kata lain,
kesepakatan akan tercapai ketika pihak yang lain menyetujui perjanjian atas dasar
kemauannya sendiri.
PT Siar Haramain International Wisata yang menjual jasa penyelenggaraan
kepada pengguna jasa. Tidak ada paksaan dari pihak penyelenggara atas pilihan
calon jemaah. Dalam arti bahwa bila jemaah menghendaki menggunakan travel
Siar Tour sebagai penyelenggaranya maka segala ketentuan yang telah ditetapkan
akan berlaku, sebaliknya bila calon jemaah tidak memilih tawaran apapun maka
dapat dikatakan kesepakatan tidak tercapai.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, kesepakatan tercapai antara PT
Siar Haramain International Wisata dengan calon jemaah pada saat dipilihnya
penawaran produk pihak Siar Tour yang ditandai dengan diisinya formulir
pendaftaran yang diteruskan dengan pembayaran oleh calon jemaah. Dengan telah
dilakukannya pembayaran, maka sejak saat itu pihak penyelenggara sudah bisa
menyiapkan segala hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan Haji Khusus dan
Umrah termasuk pelayan dan fasilitas-fasilitas yang telah sepakati tersebut102.
Perjanjian penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus dan Umrah yang dilakukan
oleh PT Siar Haramain International Wisata dengan jemaah apabila dikaitkan
dengan teori tentang lahirnya kesepakatan, maka untuk menunjukkan kapan
perjanjian dikatakan berlaku adalah sesuai dengan Teori Penawaran dan
Penerimaan (offer and acceptance). Kesepakatan kehendak pada prinsipnya baru
tercapai setelah adanya penawaran (offer) dari salah satu pihak yang kemudian
diikuti dengan penerimaan tawaran (acceptance) oleh pihak lain dalam perjanjian
tersebut. Menurut teori ini kesepakatan antara para pihak terjadi pada saat PT Siar
Haramain International Wisata mengajukan penawaran di brosur yang disertai
102Hasil wawancara dengan Bapak Muhammad Nur Basir, SE (Direktur PT. Siar Haramain International Wisata) pada tanggal 4 Desember 2015.
dengan deskripsi tentang pelayanan dan fasilitas yang ditawarkan serta kemudian
pihak pengguna jasa —jemaah Haji Khusus dan Umrah— yang akan melakukan
Ibadah Haji dan Umrah melakukan pendaftaran dengan mengisi dan melengkapi
formulir pendaftaran yang diikuti dengan dilakukannya pembayaran. Saat ini,
calon jemaah tidak lagi mengisi formulir pendaftaran secara manual melainkan
secara online yang dilakukan secara langsung oleh petugas yang ada di PT Siar
Haramain International Wisata maupun melalui website.
Berdasarkan hal tersebut, akibat dari diterimanya tawaran dari pihak
penyelenggara, berarti menunjukkan bahwa kedua belah pihak telah mencapai
kesepakatan yang melahirkan perjanjian yang berisikan hak dan kewajiban
masing-masing pihak. Dengan demikian, syarat kesepakatan menurut Pasal 1320
KUHPerdata dalam perjanjian penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus dan Umrah
yang dilakukan oleh PT Siar Haramain International Wisata dengan jemaah dapat
dipenuhi, sehingga perjanjian tersebut dari perspektif kesepakatan dianggap sah.
2. Kecakapan
Kecakapan merupakan salah satu syarat untuk membuat suatu perjanjian.
Cakap tidaknya seseorang akan menentukan apakah ia memiliki kewenangan
berbuat atau tidak. Dalam hukum perdata, setiap orang pribadi mempunyai hak
yang sama. Setiap orang berwenang untuk berhak akan tetapi belum tentu
berwenang untuk berbuat.
Manusia pribadi memiliki kewenangan berhak sejak ia dilahirkan sampai
menghendaki103. Berbeda halnya dengan kewenangan berbuat yang dibatasi oleh
beberapa faktor antara lain umur, kesehatan dan perilaku. Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata menentukan bahwa usia dewasa ialah 21 (dua puluh satu) tahun
atau telah terlebih dahulu kawin.
Bila dihubungkan dengan perjanjian yang diadakan oleh para pihak, maka
perjanjian sah bila para pihak telah berumur 21 (dua puluh satu) tahun atau telah
terlebih dahulu kawin, memiliki kondisi kesehatan fisik dan mental yang baik
serta tidak dibawah pengampuan. Terkait ketentuan umur ini, untuk Ibadah Haji
Khusus, pada Pasal 12 ayat (3) PMA Nomor 15 tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus, secara tersirat dapat dimaknakan bahwa
calon Jemaah Haji Khusus yang akan mendaftar sebagai Jemaah Haji Khusus
dapat berusia 17 (tujuh belas) tahun ke bawah. Ketentuan ini tidak menetapkan
batasan usia minimal pendafataran Haji Khusus.
Namun, pada tahun 2015 ini, Kementerian Agama telah menerbitkan PMA
No. 29 tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji Reguler yang mengatur
bahwa salah satu syarat mendaftar haji adalah berusia minimal 12 tahun. Aturan
ini merupakan perubahan dari PMA No. 14 tahun 2012 tentang Penyelenggaraan
Ibadah Haji Reguler yang tidak mengatur batasan usia minimal pendaftar haji.
Ketentuan usia tersebut berlaku baik untuk Haji Reguler maupun Haji
Khusus. Dengan demikian, berarti anak usia 12 (dua belas) tahun sudah bisa
melakukan pendaftaran Haji yang mana ini menunjukkan dengan dilakukannya