• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antara Dermatitis Kontak Nikel Dengan Kejadian Dermatitis Tangan Pada Pekerja Salon Di Kecamatan Medan Baru

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Antara Dermatitis Kontak Nikel Dengan Kejadian Dermatitis Tangan Pada Pekerja Salon Di Kecamatan Medan Baru"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA DERMATITIS KONTAK NIKEL DENGAN KEJADIAN DERMATITIS TANGAN PADA PEKERJA SALON

DI KECAMATAN MEDAN BARU

T E S I S

NANCY NORA SITOHANG

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

HUBUNGAN ANTARA DERMATITIS KONTAK NIKEL DENGAN KEJADIAN DERMATITIS TANGAN PADA PEKERJA SALON

DI KECAMATAN MEDAN BARU

T E S I S

Diajukan untuk Melengkapi Tugas dan Persyaratan Memperoleh Keahlian dalam Bidang

Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin

NANCY NORA SITOHANG

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

HALAMAN PERSETUJUAN

Judul Tesis : Hubungan Antara Dermatitis Kontak Nikel Dengan Kejadian

Dermatitis Tangan Pada Pekerja Salon Di Kecamatan Medan Baru

Nama : Nancy Nora Sitohang

Nomor Induk : 087105016

Program Studi : Pendidikan Dokter Spesialis

Konsentrasi : Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin

Menyetujui:

Pembimbing I Pembimbing II

(Prof. Dr. dr. Irma D. Roesyanto-Mahadi, SpKK(K)) (dr. Kristo A. Nababan, SpKK)

Ketua Program Studi Kepala Departemen

(dr. Chairiyah Tanjung, SpKK (K)) (Prof. Dr. dr. Irma D. Roesyanto-Mahadi, SpKK(K))

(4)

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Tesis ini adalah hasil karya penulis sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah penulis nyatakan dengan benar

NAMA : Nancy Nora Sitohang NIM : 087105016

(5)

ALERGEN PENYEBAB DERMATITIS KONTAK PADA PEKERJA SALON DI KECAMATAN MEDAN BARU

Nancy Nora Sitohang, Irma D. Roesyanto, Kristo A. Nababan, Arlinda Sari Wahyuni

Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

RSUP Haji Adam Malik Medan – Indonesia Abstrak

Latar Belakang : Dermatitis kontak merupakan suatu proses inflamasi pada kulit yang disebabkan oleh kontak dengan bahan tertentu pada kulit. Pekerja salon merupakan individu yang sering mendapat paparan terhadap bahan-bahan yang dapat merusak kulit. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa hasil uji tempel terhadap pekerja salon yang memiliki riwayat dermatitis kontak tampak bervariasi.

Tujuan : Untuk mengetahui alergen penyebab dermatitis kontak pada pekerja salon di Kecamatan Medan Baru.

Subyek dan metode : Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan rancangan cross-sectional. Lima puluh satu orang pekerja salon dengan riwayat dermatitis kontak diikutsertakan dalam penelitian ini. Terhadap subjek penelitian dilakukan anamnesis dan pemeriksaan dermatologis dan kemudian dilakukan uji tempel dengan 28 alergen standar dari European Baseline Series. Hasil uji tempel dibaca pada jam ke-48 dan 72 sesuai dengan International Contact Dermatitis Research Group (ICDRG). Hasil ditampilkan dalam bentuk tabel frekuensi dan diagram batang.

Hasil : Pada penelitian ini diperoleh data pekerja salon positif terhadap 18 jenis alergen, yang terbanyak yaitu nikel sulfat sebanyak 21 orang (41,2%), PPD sebanyak 7 orang (13,7%), 2-Methoxy-6-n-pentyl-4-benzoquinone sebanyak 5 orang (9,8%), benzocaine sebanyak 4 orang (7,8%).

Kesimpulan : Alergen terbanyak dengan reaksi positif pada penelitian ini adalah nikel dan PPD.

(6)

CAUSATIVE ALLERGEN OF CONTACT DERMATITIS IN SALON WORKERS AT KECAMATAN MEDAN BARU

Nancy Nora Sitohang, Irma D. Roesyanto, Kristo A. Nababan, Arlinda Sari Wahyuni

Department of Dermato-Venereology Medical Faculty of Sumatera Utara University

RSUP Haji Adam Malik Medan – Indonesia Abstract

Background : Contact dermatitis is a process of inflammation on skin due to skin contact to certain substance. Salon workers are often exposed to skin-damaged ingredients. Some studies had represented the variety results of patch test applied to salon workers with contact dermatitis history.

Objective : To reveal allergens that might role as causative agents of contact dermatitis in salon workers at Kecamatan Medan Baru.

Methods : This was a cross-sectional analyses study involving 51 subjects with history of contact dermatitis. History taking by anamneses and dermatological examination were conducted to all subjects. They were all patch tested with standard 28 allergens from European Baseline Series. Patch test results were read after 48 and 72 hours based on International Contact Dermatitis Research Group (ICDRG). Results were presented descriptively.

Results : The patch test results presented positive reaction to 18 allergens in salon workers, most of them are nickel sulphate in 21 subjects (41,2%), PPD in 7 subjects (13,7%), 2-Methoxy-6-n-pentyl-4-benzoquinone in 5 subjects (9,8%), benzocaine in 4 subjects (7,8%).

Conclusion : The most allergens with positive reaction were nickel sulphate and PPD.

(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur, hormat dan kemuliaan penulis panjatkan kehadirat Allah Bapa yang Maha Pengasih, yang telah memampukan penulis dalam menyelesaikan seluruh rangkaian punyusunan tesis yang berjudul: “Alergen penyebab dermatitis kontak pada pekerja salon di Kecamatan Medan Baru” sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar magister kedokteran klinik Kulit dan Kelamin di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyelesaian tesis ini ada banyak pihak yang Tuhan telah kirimkan untuk membantu, memberikan dorongan dan masukan kepada penulis. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, ijinkanlah penulis menyampaikan rasa terima kasih dan perhargaan yang setinggi-tingginya kepada:

(8)

2. Yang terhormat dr. Kristo A. Nababan, SpKK, selaku pembimbing kedua, yang dengan penuh kesabaran membimbing, memberi masukan, koreksi dan dorongan semangat kepada penulis selama proses penyusunan tesis ini.

3. Yang terhormat dr. Chairiyah Tanjung, SpKK (K), selaku Ketua Program Studi Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti pendidikan spesialisasi dan senantiasa mengingatkan dan memberikan dorongan selama mengikuti pendidikan spesialisasi di bidang Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

4. Yang terhormat Bapak Rektor Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk dapat melaksanakan studi pada Universitas yang Bapak pimpin.

5. Bapak Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Prof. dr. Gontar A. Siregar, SpPD,KGEH, yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti Program Magister Kedokteran Klinik dan Program Pendidikan Dokter Spesialis di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

(9)

7. Yang terhormat dr. Donna Partogi, SpKK, sebagai anggota tim penguji yang telah banyak memberikan bimbingan, masukan dan koreksi kepada saya dalam penyusunan tesis ini.

8. Yang terhormat dr. Irwan Fahri Rangkuti, SpKK, sebagai anggota tim penguji yang telah banyak memberikan bimbingan, masukan dan koreksi kepada saya dalam penyusunan tesis ini.

9. Yang terhormat para Guru Besar, Alm. Prof. Dr. dr. Marwali Harahap, SpKK (K), Prof. dr. Mansur A. Nasution, SpKK (K), serta seluruh staf pengajar di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK USU, RSUP. H. Adam Malik Medan dan RSU Dr. Pirngadi Medan yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, yang telah membantu dan membimbing saya selama mengikuti pendidikan ini.

10. Yang terhormat Bapak Direktur RSUP. H. Adam Malik Medan dan Direktur RSU Dr. Pirngadi Medan, yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada saya selama menjalani pendidikan keahlian ini.

11. Yang terhormat Dr. dr. Arlinda Sari Wahyuni, M.Kes selaku konsultan statistik, yang telah banyak membantu penulis dalam hal metodologi penelitian dan pengolahan statistik penelitian ini.

12. Yang terhormat Bapak Kepala Balitbang Kota Medan atas bantuan dan telah memberikan izin kepada saya untuk melakukan penelitian ini.

(10)

14. Yang terhormat seluruh staf/pegawai salon Kecamatan Medan Baru atas bantuan, dukungan, dan kerjasama yang baik selama ini.

15. Yang terhormat semua pekerja salon dengan riwayat dermatitis kontak yang telah terlibat dalam penelitian ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

16. Yang tercinta Ayahanda dr. Ronald Sitohang, SpB, tidak ada kata yang mampu menggantikan rasa terima kasih saya untuk semua pengorbanan, jerih payah dan kasih sayang papa untuk saya selama ini dan kepada Ibunda tersayang Netty Siregar, yang dengan penuh cinta kasih, keikhlasan, doa, kesabaran, dan pengorbanan yang luar biasa untuk mengasuh, mendidik, dan membesarkan penulis. Tiada ungkapan yang mampu melukiskan betapa bersyukurnya saya mempunyai kedua orangtua seperti kalian. Kiranya hanya Tuhan Yang Maha Kuasa yang dapat membalas segala kebaikan kalian. 17. Yang tercinta mertua saya dr. PMT. Mangalindung Ompusunggu, SpB dan

Conny Sirait, terima kasih atas doa dan dukungan yang telah diberikan kepada saya selama ini, kiranya hanya Tuhan Yang Maha Kuasa yang dapat membalas segala kebaikan kalian.

(11)

19. Yang terkasih suamiku dr. Ricky Agave Ompusunggu, terima kasih untuk segala dukungan moril dan materil, perhatian, kebersamaan kita selama ini. Doa dan semangat darimu merupakan salah satu sumber kekuatan saya dalam menjalani suka duka masa pendidikan ini.

20. Teman seangkatan dan sahabat saya tersayang, dr. Zikri Adriman, dr. Erlinta Sembiring, dr. Oliviti Natali, Mked(KK),SpKK, dr. Surya Nola, dr. Cut Yunita, dr. Maulina, dr. Renatha Nainggolan, Mked(PK),SpPK, dr. Poida, Mked(PA) terima kasih untuk kerja sama, kebersamaan, waktu dan kenangan yang tidak akan pernah terlupakan selama menjalani pendidikan ini.

21. Yang terhormat seluruh teman sejawat peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK USU yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu atas segala bantuan, dukungan, dan kerjasama yang telah diberikan kepada saya selama menjalani masa pendidikan dan penyelesaian tesis ini.

Saya menyadari bahwa tesis ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan tesis ini. Kiranya tesis ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

(12)

Dan akhir kata, dengan penuh kerendahan hati, saya panjatkan doa kepada Tuhan Yang Maha Pengasih, agar kiranya berkenan untuk memberkati dan melindungi kita sekalian. Amin.

Medan, Agustus 2014 Penulis

(13)

DAFTAR ISI

2.1.4 Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Dermatitis Kontak ... 9

2.1.5 Diagnosis Dermatitis Kontak ... 10

2.1.6 Bahan-bahan yang Sering Dijumpai di Dalam Industri Salon ... 13

(14)

2.2 Kerangka Teori ... 16

2.3 Kerangka Konsep ... 17

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 18

3.1 Desain Penelitian ... 18

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ... 18

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 18

3.4 Besar Sampel ... 19

3.5 Cara Pengambilan Sampel Penelitian ... 19

3.6 Identifikasi Variabel ... 19

3.7 Kriteria Inklusi dan Kriteria Eksklusi ... 20

3.8 Cara Penelitian ... 20

3.9 Batasan Operasional ... 22

3.10 Kerangka Operasional ... 24

3.11 Pengolahan dan Analisis Data ... 25

3.12 Ethical Clrearance ... 25

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 26

4.1 Karakteristik Subjek Penelitian ... 26

4.2 Alergen Penyebab Dermatitis Kontak pada Pekerja Salon .. 28

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 35

5.1. Kesimpulan ... 35

5.2. Saran ... 35

DAFTAR PUSTAKA ... 37

(15)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

2.1. Gambaran yang Membedakan Dermatitis Kontak Iritan dan Alergi ... 12 2.2. Alergen & Iritan yang Berhubungan dengan Aktivitas di Industri

(16)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Naskah Penjelasan Kepada Pasien/Orang Tua/Keluarga Pasien ... 42

2. Persetujuan Ikut Serta dalam Penelitian... ... 45

3. Status Penelitian... ... 46

4. Health Research Ethical Committee of North Sumatera ... 48

5. Anamnesis Tes Tempel ... 49

6. Hasil Pemeriksaan Tes Tempel ... 56

7. Data Penelitian ... 58

8. Gambar Uji Tempel dan Hasil Pembacaan ... 62

(18)

DAFTAR SINGKATAN

DKI : Dermatitis Kontak Iritan DKA : Dermatitis Kontak Alergi DA : Dermatitis Atopik

EEC-DRG : The European Environmental and Contact Dermatitis Research Group

ICDRG : International Contact Dermatitis Research Group IgE : Immunoglobulin E

IPPD : N-lsopropyl-N-phenyl-4 phenylenediamine MBT : 2- Mercaptobenzothiazole

(19)

ALERGEN PENYEBAB DERMATITIS KONTAK PADA PEKERJA SALON DI KECAMATAN MEDAN BARU

Nancy Nora Sitohang, Irma D. Roesyanto, Kristo A. Nababan, Arlinda Sari Wahyuni

Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

RSUP Haji Adam Malik Medan – Indonesia Abstrak

Latar Belakang : Dermatitis kontak merupakan suatu proses inflamasi pada kulit yang disebabkan oleh kontak dengan bahan tertentu pada kulit. Pekerja salon merupakan individu yang sering mendapat paparan terhadap bahan-bahan yang dapat merusak kulit. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa hasil uji tempel terhadap pekerja salon yang memiliki riwayat dermatitis kontak tampak bervariasi.

Tujuan : Untuk mengetahui alergen penyebab dermatitis kontak pada pekerja salon di Kecamatan Medan Baru.

Subyek dan metode : Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan rancangan cross-sectional. Lima puluh satu orang pekerja salon dengan riwayat dermatitis kontak diikutsertakan dalam penelitian ini. Terhadap subjek penelitian dilakukan anamnesis dan pemeriksaan dermatologis dan kemudian dilakukan uji tempel dengan 28 alergen standar dari European Baseline Series. Hasil uji tempel dibaca pada jam ke-48 dan 72 sesuai dengan International Contact Dermatitis Research Group (ICDRG). Hasil ditampilkan dalam bentuk tabel frekuensi dan diagram batang.

Hasil : Pada penelitian ini diperoleh data pekerja salon positif terhadap 18 jenis alergen, yang terbanyak yaitu nikel sulfat sebanyak 21 orang (41,2%), PPD sebanyak 7 orang (13,7%), 2-Methoxy-6-n-pentyl-4-benzoquinone sebanyak 5 orang (9,8%), benzocaine sebanyak 4 orang (7,8%).

Kesimpulan : Alergen terbanyak dengan reaksi positif pada penelitian ini adalah nikel dan PPD.

(20)

CAUSATIVE ALLERGEN OF CONTACT DERMATITIS IN SALON WORKERS AT KECAMATAN MEDAN BARU

Nancy Nora Sitohang, Irma D. Roesyanto, Kristo A. Nababan, Arlinda Sari Wahyuni

Department of Dermato-Venereology Medical Faculty of Sumatera Utara University

RSUP Haji Adam Malik Medan – Indonesia Abstract

Background : Contact dermatitis is a process of inflammation on skin due to skin contact to certain substance. Salon workers are often exposed to skin-damaged ingredients. Some studies had represented the variety results of patch test applied to salon workers with contact dermatitis history.

Objective : To reveal allergens that might role as causative agents of contact dermatitis in salon workers at Kecamatan Medan Baru.

Methods : This was a cross-sectional analyses study involving 51 subjects with history of contact dermatitis. History taking by anamneses and dermatological examination were conducted to all subjects. They were all patch tested with standard 28 allergens from European Baseline Series. Patch test results were read after 48 and 72 hours based on International Contact Dermatitis Research Group (ICDRG). Results were presented descriptively.

Results : The patch test results presented positive reaction to 18 allergens in salon workers, most of them are nickel sulphate in 21 subjects (41,2%), PPD in 7 subjects (13,7%), 2-Methoxy-6-n-pentyl-4-benzoquinone in 5 subjects (9,8%), benzocaine in 4 subjects (7,8%).

Conclusion : The most allergens with positive reaction were nickel sulphate and PPD.

(21)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Dermatitis akibat kerja merupakan masalah yang dikenal baik di kalangan pekerja salon, baik dermatitis kontak iritan atau dermatitis kontak alergi, atau sering kombinasi keduanya.

Berbagai jenis pekerjaan menyebabkan paparan dengan bahan kimia atau alergik. Salah satu contohnya adalah pekerja salon terpapar dengan berbagai bahan berbahaya di tempat kerja, mencakup uap, larutan, parfum dan debu, yang dapat menyebabkan efek yang tidak diinginkan terhadap kesehatan khususnya masalah kulit dan pernafasan.

1

2

Pekerjaan salon umumnya berhubungan dengan terjadinya kerusakan kulit, khususnya tangan, dengan dermatitis kontak alergi sebagai kelainan yang paling umum. Dikatakan juga bahwa peningkatan sensitisasi terhadap bahan kimia diantara pekerja salon telah dilaporkan akhir-akhir ini.2,3 Selain itu juga dapat dijumpai infeksi bakteri stafilokokus atau streptokokus di kulit pada pekerja salon.4

Salon adalah suatu bentuk bisnis yang memberikan pelayanan kepada konsumen berupa perawatan kecantikan, maupun penataan rambut.

Masih banyak jenis pekerjaan lain yang dapat menyebabkan peningkatan risiko untuk mengalami dermatitis kontak, bahkan masyarakat umum juga tidak menutup kemungkinan untuk mengalami penyakit kulit ini.

5

(22)

mengalami sensitisasi, maka bahan pengganti untuk alergen yang terdapat di dalam produk tertentu dapat dipertimbangkan.

F.O. Omokhodion et al melakukan penelitian terhadap pekerja salon dan menyatakan bahwa lingkungan kerja pekerja salon cenderung berbahaya secara mekanis dan kimiawi, dan penggunaan alat pelindung dalam kelompok pekerja ini masih tidak adekuat sehingga dibutuhkan edukasi dan pengawasan kesehatan pada kelompok pekerja.

6

7

Rachel et al melakukan penelitian dengan uji tempel pada pekerja salon dan menyatakan bahwa penting untuk melakukan uji tempel pada pekerja salon dengan riwayat dermatitis, tanpa menghiraukan riwayat atopinya.8 Riwayat atopi dalam hal ini terutama dermatitis atopi, khususnya di dalam bidang pekerjaan dengan kontak yang lama dengan air, sabun, dan deterjen juga berhubungan dengan prognosis yang buruk untuk terjadinya dermatitis kontak.

Kecamatan Medan Baru merupakan salah satu kecamatan di kota Medan dengan luas wilayah 5,41 km

4

2

. Jumlah penduduknya sebanyak 39.516 jiwa (2011). Pada kecamatan ini terdapat berbagai industri kecil dan salon yang cukup beraneka ragam.

Sampai saat ini belum diketahui gambaran alergen penyebab dermatitis kontak pada pekerja salon di Kecamatan Medan Baru sehingga peneliti ingin melakukan penelitian deskriptif pada pekerja salon ini.

9

1.2Rumusan Masalah

(23)

1.3Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui alergen penyebab dermatitis kontak pada pekerja salon dengan riwayat dermatitis kontak di Kecamatan Medan Baru.

1.3.2 Tujuan Khusus

A. Untuk mengetahui karakteristik berdasarkan distribusi kelompok umur, jenis kelamin dan lama bekerja pada pekerja salon dengan riwayat dermatitis kontak di Kecamatan Medan Baru.

B. Untuk mengetahui alergen penyebab yang paling banyak di salon Kecamatan Medan Baru.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat dalam bidang akademik : untuk membuka wawasan mengenai alergen penyebab dermatitis kontak pada pekerja salon.

1.4.2 Manfaat dalam pelayanan masyarakat : menjadi landasan pendekatan dalam meningkatkan perlindungan diri pekerja salon selama bekerja di salon.

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dermatitis Kontak 2.1.1 Definisi

Dermatitis merupakan istilah umum yang menggambarkan suatu inflamasi di kulit. Walaupun dermatitis dapat memiliki banyak penyebab dan terjadi dalam berbagai bentuk, kelainan ini biasanya mencakup adanya ruam yang gatal pada kulit yang membengkak dan memerah. Kulit yang mengalami dermatitis dapat dijumpai lepuh, berair, berkembang menjadi krusta atau mengelupas. Contoh dermatitis mencakup dermatitis atopik, dan ruam yang disebabkan oleh kontak dengan bahan tertentu atau logam tertentu. Dermatitis merupakan keadaan umum yang biasanya tidak mengancam jiwa atau menular. Walaupun demikian, hal ini dapat membuat penderita merasa tidak nyaman.10 Sekitar 75% kasus merupakan dermatitis kontak iritan (DKI), 25% kasus merupakan dermatitis kontak alergi (DKA), dan 1% kasus merupakan urtikaria kontak.11 Penelitian terdahulu yang meneliti 300 pekerja salon menunjukkan 41,6% pekerja salon mengalami masalah kulit dalam 3 tahun setelah memulai pekerjaan mereka, yang menandakan suatu signifikansi dan risiko awal yang tinggi untuk mengalami dermatitis kontak.12

2.1.2 Epidemiologi

(25)

sebanyak 62%, DKI sebanyak 7% dan campuran keduanya sebanyak 26% sejak tahun 1997-1999.13

2.1.3 Etiologi dan Patogenesis

Stratum korneum merupakan hal penting dalam membentuk barrier terhadap lingkungan eksternal dan pencegahan hilangnya air. Lapisan superfisial ini mengandung sel epitel yang tertanam di dalam lipid bilayer yang terdiri dari seramid, asam lemak, dan kolesterol dengan kandungan air antara 20% dan 35%. Hampir semua dermatitis tangan melibatkan terganggunya stratum korneum yang biasanya diikuti, tetapi pada beberapa kasus diawali, oleh respon inflamasi lokal.

Rusaknya stratum korneum menyebabkan sel radang dipanggil ke lokasi tersebut. Aktifitas inflamasi dan hilangnya air secara transepidermal menyebabkan kekeringan, retak, dan inflamasi pada kulit. Lipid stratum korneum kebanyakan bersifat larut air dan paparan air dari “pekerjaan yang bersifat basah” dapat menghilangkan lipid tambahan. Hal ini menjelaskan paradoks mengenai air mengakibatkan tangan lebih kering sehingga dikatakan perlu menggunakan emolien sebagai bentuk pengobatan. Hilangnya air dari stratum korneum menyebabkan retak-retak, fisura, dan kerusakan lebih jauh dari fungsi barrier.

14

Terganggunya lipid bilayer di dalam dermatitis tangan iritan terjadi ketika terpapar dengan deterjen, sabun, dan bahan kimia lain atau iritan. Inflamasi dihasilkan dari iritan baik yang cukup kuat atau yang kontak dengan kulit dalam waktu cukup lama untuk mengerosi barrier. Paparan berulang atau berat menyebar ke lapisan kulit yang lebih dalam dan endotel. Hal ini, sebagai akibatnya, dapat berlanjut ke gejala yang lebih berat dan/atau penyakit berat.

14

(26)

Defisiensi yang mendasari dalam komponen utama lipid bilayer yang menyebabkan hilangnya air terdapat pada individu dengan dermatitis atopik (DA). Defisiensi ini menyebabkan hilangnya air, barrier yang melemah, dan ambang rangsang yang rendah terhadap aktivasi inflamasi. Sebagai hasilnya, pasien memiliki kulit kering dan meningkatkan kerentanan terhadap berbagai pencetus, mencakup iritan dan alergen.

Mekanisme DKA berbeda dengan yang terjadi pada DKI atau DA. DKA melibatkan reaksi hipersensitivitas lambat tipe IV. Induksi terjadi ketika alergen berpenetrasi ke kulit dan diproses oleh sel Langerhans. Alergen kemudian berkonjugasi dengan protein karier untuk membentuk antigen. Antigen yang terkonjugasi bermigrasi ke limfenodus, dimana terjadi sensitisasi. Dalam waktu 12-48 jam setelah paparan ulang, limfokin dilepaskan oleh sel T memori dan menyebabkan respon inflamasi.

14

Suatu penelitian epidemiologi dermatitis tangan mendapatkan data diantaranya 35% dermatitis kontak iritan, 19% dermatitis kontak alergi, dan 22% dermatitis atopik merupakan bentuk klasifikasi yang paling umum; sedangkan 15% pasien memiliki dermatitis yang tidak terklasifikasi.

14

1. Dermatitis Kontak Iritan (DKI)

15

(27)

DKI disebabkan oleh paparan berulang atau paparan yang lama terhadap kontaktan, yang menginhibisi perbaikan barrier epidermal. Bahan-bahan yang dapat menginduksi reaksi: air, sabun, deterjen, pembersih, pelarut, penghilang lemak, lubrikan, minyak, pendingin, produk makanan, debu fiberglass, logam, plastik, dan resin, begitu juga dengan trauma mekanis. Gejala biasanya simetris dan melibatkan ujung jari dorsal dan sela-sela jari.

2. Dermatitis Kontak Alergi (DKA) 15

DKA merupakan reaksi imunitas selular kulit yang bertanggung jawab atas 20% kasus dermatitis akibat kerja. Hal ini terjadi pada beberapa individu dan disebabkan oleh agen kimia atau biologi.16 DKA disebabkan oleh reaksi yang dikenal sebagai hipersensitivitas tipe lambat (respon imunitas tipe IV) terhadap bahan kimia yang kontak dengan kulit dan yang memiliki kemampuan untuk menginduksi reaksi alergi. Reaksi kulit sering terlambat, terjadi sekitar 24-48 jam setelah kontak dengan kulit, dan dapat terjadi setelah beberapa hari atau minggu untuk menetap.

Bahan kimia yang memiliki potensi untuk menyebabkan reaksi alergi disebut alergen, akan tetapi hanya sekitar 3% dari semua bahan kimia yang merupakan alergen. Terjadinya reaksi alergi terhadap bahan kimia tertentu merupakan mekanisme yang unik terhadap individu tertentu, sedangkan orang-orang dapat mengalami iritasi kulit terhadap paparan yang memadai terhadap iritan. Sensitisasi terhadap suatu bahan dapat terjadi beberapa hari, minggu atau tahun setelah paparan. Sekali seseorang tersensitisasi, alergi cenderung terjadi seumur hidup.

11

(28)

Jika kulit telah rusak atau teriritasi, misalnya dengan didahului oleh DKI, terdapat peningkatan kecenderungan untuk mengalami DKA. Awalnya, ruam dapat muncul hanya pada tempat yang kontak dengan alergen. Ruam dapat muncul di tempat lain sebagai akibat penyebaran melalui tangan yang terkontaminasi dengan alergen atau bahan pada tempat yang belum pernah kontak dengan alergen.

Sulit membedakan diagnosis DKI dan DKA. Reaktivitas (elisitasi) terjadi ketika individu yang sebelumnya tersensitisasi mengalami paparan ulang terhadap antigen. Alergen yang umum mencakup nikel, pewangi, dan bahan pengawet.

11

15,17

Alergen okupasional mencakup agen antibakteri topikal, garam logam (mis. kromat, dan nikel), pewarna organik, tanaman, resin plastik, dan bahan tambahan karet. Kulit bagian dorsal merupakan yang paling sering terkena, khususnya jari-jari.

3. Dermatitis atopik (DA)

15

(29)

2.1.4 Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Dermatitis Kontak 1. Jenis pekerjaan

Contohnya adalah pekerja salon dengan jenis pekerjaan mencuci dan melakukan perawatan rambut cenderung mengalami DKI, DKA, maupun kombinasi keduanya. Pekerja salon dengan jenis pekerjaan menggunting rambut dan menata rambut cenderung mengalami DKA. 2. Riwayat atopi

Orang yang memiliki riwayat atopi memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami dermatitis kontak akibat kerja di bidang pekerjaan yang sering terpapar dengan iritan.

3. Lama paparan dengan air/ lama bekerja 11

Pekerjaan basah diartikan sebagai keadaan kerja yang mana kulit individu mengalami paparan terhadap cairan selama > 2 jam/hari, atau sangat sering mencuci tangan mereka.

4. Sarung tangan

11

(30)

2.1.5 Diagnosis Dermatitis Kontak A. Anamnesis Penyakit

Diagnosis dermatitis kontak dapat ditegakkan melalui anamnesis, seperti riwayat penyakit, riwayat keluarga, observasi klinis dan dikonfirmasi dengan pemeriksaan uji tempel.

Perlu ditanyakan riwayat awitan dermatitis kontak, lokasi awalnya, dan perkembangannya. Informasi penting juga mencakup nama dan alamat pekerja. Pasien harus menyatakan bidang pekerjaannya, menjelaskan tugas-tugas yang dilakukan, dan alat pelindung yang digunakan. Ditanyakan secara spesifik tentang hobi, kebiasaan pribadi, riwayat penyakit kulit yang lampau, penggunaan kosmetik di luar tempat kerja, pelembab protektif, dan obat-obat topikal.

Pengumpulan data dapat dibantu dengan anamnesis. Anamnesis tersebut mencakup keterangan mengenai dermatitis: “Dermatitis merupakan suatu kelainan kulit yang bersifat gatal menunjukkan gambaran kemerahan, kekeringan, dan kemungkinan vesikel dan eksudasi. Dermatitis muncul pada daerah yang sama untuk beberapa waktu.” Adanya riwayat dermatitis tangan yang dilaporkan sendiri oleh pekerja salon ditentukan dengan jawaban setuju terhadap pertanyaan “Apakah anda pernah mengalami dermatitis tangan?”. Dermatitis atopik ditentukan dengan jawaban setuju terhadap pertanyaan “Apakah dokter anda pernah mengatakan bahwa anda menderita dermatitis atopik?”. Terdapatnya dermatitis kontak nikel ditentukan dengan jawaban setuju terhadap pertanyaan “Pernahkah anda mengalami dermatitis di bawah kait tali jam

(31)

tangan, di bawah kancing celana jins atau dari pemakaian anting?” disertai dengan reaksi uji tempel yang positif terhadap nikel sulfat.

Untuk memastikan bahwa suatu dermatitis kontak terjadi akibat kerja, Mathias mengusulkan 7 kriteria objektif yang membentuk kerangka kerja untuk identifikasi dermatitis kontak akibat kerja secara tepat. Jika 4 dari antara kriteria berikut ini, maka klinisi dapat menyimpulkan bahwa dermatitis tersebut kemungkinan berasal dari pekerjaan. Yaitu :

18-20

1. Gambaran klinis sesuai dengan dermatitis kontak.

2. Adanya paparan terhadap iritan atau alergen kulit yang potensial di tempat kerja.

3. Distribusi secara anatomik dermatitisnya sesuai dengan bentuk paparan terhadap kulit dalam hubungan dengan tugas pekerjaannya. 4. Hubungan waktu antara paparan dan awitannya sesuai dengan

dermatitis kontak.

5. Paparan non-pekerjaan telah disingkirkan sebagai penyebab yang mungkin.

6. Menghindari paparan memberikan perbaikan pada dermatitisnya. 7. Uji tempel atau uji provokasi melibatkan suatu paparan pada tempat

kerja yang bersifat spesifik. B. Gambaran Klinis

16

(32)

menyebabkan likenifikasi, fisura, dan penebalan kulit seiring dengan kronisnya keadaan.

Distribusi dan morfologi lesi harus dipertimbangkan, tetapi tidak ada distribusi klasik untuk tipe dermatitis tertentu. Akan tetapi pada beberapa kasus, suatu daerah inflamasi dapat berhubungan dengan regio yang terpapar dengan alergen atau iritan.

14

Tabel 2.1. Gambaran yang Membedakan Dermatitis Kontak Iritan dan Alergi.

14

Gambaran

16

Dermatitis Kontak Iritan Dermatitis Kontak Alergi Patogenesis

Dermatitis subakut atau

kronik dengan

Reaksi imun diperantarai sel T

Sebagian kecil individu 12-48 jam pada individu

yang sebelumnya

Uji tempel atau tusuk

C. Uji Tempel

(33)

adalah The Japanese Standart Series yang ditetapkan oleh The Japanese Society for Contact Dermatitis yang terdiri dari 25 alergen.

Alergen diujikan dengan cara dibiarkan berkontak dengan kulit selama 48-72 jam dan kemudian hasilnya, yaitu berupa reaksi yang terjadi akan diamati, dibaca dan dicatat pada hari ke-2 (48 jam) dan hari ke-3 (72 jam).

21

21

Dengan melakukan uji tempel yang benar, maka kita dapat mengetahui apakah orang yang kita uji pernah mengalami kontak dan sudah tersensitisasi dengan alergen yang diuji. Hasil uji tempel yang positif dibaca dan dinilai relevansinya dengan riwayat dermatitis kontak dan gejala klinis.22

2.1.6 Bahan-bahan yang Sering Dijumpai di dalam Industri Salon

(34)

Tabel 2.2. Alergen & Iritan yang Berhubungan dengan Aktivitas di Industri Salon

Aktivitas

23

Produk Contoh kandungan yang berkontak Iritasi Sensitisasi Alat pelindung Mencuci rambut,

Parfum (seperti cinnamal, eugenol [phenylpropene], hydroxyisohexyl

3-Selenium sulfide +

Formaldehide + +

Paraben + +

Dichloromethane (dalam cat rambut) +

Agen pewarna Pewarna oksidasi p-phenylenediamine (PPD) + + Sarung tangan sekali pakai p-toluylenediamine (PTD),

o-m-toluylendiamine

O-,m-aminophenol + + p-methylaminophenol + + 2-methyl-5-hydroxyethylaminophenol + + m-phenylenediamine +

1-naphtol +

Resorsin +

Agen oksidasi, peluntur warna

Hydrogen peroxide +

Hydrochinone + + Pengeriting Cairan

pengeriting

Pelurus brazilian Formaldehide dan/atau methylene glycol (produk reversible formaldehid dalam air)

+ + Menghindari

(udara; karsinogenik) Sodium hydroxide Iritan

Potassium hydroxide Iritan Sarung tangan nitril sekali pakai Lithium hydroxide Iritan

Pembersih Agen pembersih, agen disinfeksi Perlindungan kulit Sarung tangan

pelindung

Preservative, bahan dasar losion, parfum *Dikutip dari kepustakaan no.23

(35)

yang terdapat di dalam produk pencuci rambut, perawatan rambut, penata rambut, pewarna rambut, pengeriting rambut, pelurus rambut, bahan-bahan yang digunakan untuk membersihkan atau desinfektan dalam suatu produk, alat yang sering berkontak dengan pekerja salon, dan pelindung kulit saat bekerja di salon.23

2.1.7 Pengobatan

(36)

2.2 Kerangka Teori

Gambar 2.1 Kerangka Teori Alergen

Kel. limfe

Sosio demografi Faktor resiko

• Riwayat atopi

• Lama paparan dengan air/lama bekerja • Sarung tangan

(37)

2.3 Kerangka Konsep

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Dermatitis Kontak :

• Dermatitis Kontak Alergi

• Dermatitis Kontak Iritan

(38)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan suatu studi deskriptif dengan rancangan potong lintang (cross sectional).

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2014 sampai Juni 2014, bertempat di salon-salon Kec. Medan Baru, kota Medan.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1 Populasi target

Pekerja salon dengan riwayat dermatitis kontak. 3.3.2 Populasi terjangkau

Pekerja salon dengan riwayat dermatitis kontak yang bekerja di salon-salon Kec. Medan Baru sejak Mei 2014.

3.3.3 Sampel

(39)

3.4 Besar Sampel

Untuk menghitung besar sampel, maka dipergunakan rumus berikut. Rumus

-α/2 : nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada α tertentu. 1

: perkiraan proporsi di populasi. 2 – P0

3.5 Cara Pengambilan Sampel Penelitian

Sampel penelitian diambil dengan cara non-randomized consecutive sampling.

3.6 Identifikasi Variabel 1. Alergen

(40)

3.7 Kriteria Inklusi dan Kriteria Eksklusi A. Kriteria inklusi:

1. Pekerja salon dengan riwayat dermatitis kontak. 2. Umur 15-60 tahun.

3. Bersedia ikut serta dalam penelitian dengan menandatangani informed consent.

B. Kriteria eksklusi

1. Pekerja salon dengan kelainan kulit aktif pada daerah punggung. 2. Dalam keadaan hamil.

3. Sedang menggunakan obat-obatan kortikosteroid topikal pada lokasi uji tempel dalam 2 minggu terakhir.

4. Sedang mengkonsumsi obat-obatan kortikosteroid sistemik dengan dosis diatas 20 mg/ hari dalam 2 minggu terakhir, mendapat pengobatan antihistamin sistemik (antagonis reseptor H1, antagonis reseptor H2, antagonis leukotrien) dan antihistamin topikal (doxepin) dalam waktu 2 minggu terakhir sebelum diikutsertakan dalam penelitian.

3.8 Cara Penelitian 1. Pencatatan data dasar

a. Pencatatan data dasar dilakukan oleh peneliti di salon-salon Kec. Medan Baru.

(41)

c. Diagnosis ditegakkan secara anamnesis berdasarkan riwayat dermatitis kontak oleh peneliti bersama dengan pembimbing.

2. Pemeriksaan uji tempel pada pekerja salon a. Uji tempel dilakukan oleh peneliti. b. Persiapan alat dan bahan :

1. Alergen yang digunakan adalah alergen standar European Baseline Series dari Chemotechnique Diagnostics

2. IQ Ultra® chamber dari Chemotechnique Diagnostics 3. Kapas alkohol 70%

4. Plester

3. Cara Kerja Uji Tempel

a. Bahan alergen yang akan diujikan diisikan pada unit uji tempel dan diberi tanda.

b. Uji tempel dapat dilaksanakan dengan posisi pasien duduk atau telungkup.

c. Dilakukan pembersihan pada kulit punggung bagian atas dengan kain kasa atau jika kulit pasien berminyak dapat dengan kapas alkohol. d. Alergen diisikan pada kit IQ Ultra® chamber, kemudian ditempelkan

di punggung.

e. Unit uji tempel ditempelkan di punggung dan kemudian diberi perekat tambahan berupa plester hipoalergenik.

(42)

berhati-hati bila sedang mandi serta mengurangi melakukan aktivitas yang menimbulkan keringat berlebihan.

g. Pembacaan dilakukan pada jam ke 48, dan 72 (atau dilepas lebih awal jika timbul keluhan sangat gatal atau rasa terbakar pada lokasi uji tempel) menurut International Contact Dermatitis Research Group (ICDRG).

h. Hasil tes tempel yang positif bermakna dinilai relevansinya dengan anamnesis dan gambaran klinis. Hasil relevansi positif dianggap sebagai penyebab. (Pembacaan dilakukan 15 menit setelah plester di lepaskan).

i. Pasien diberi catatan tentang hasil uji tempel yang positif bermakna.

3.9 Batasan Operasional

1. Umur adalah umur pasien yang dihitung berdasarkan tanggal lahir, apabila lebih besar dari 6 bulan dilakukan pembulatan ke atas dan apabila lebih kecil dari 6 bulan dilakukan pembulatan ke bawah.

2. Dermatitis kontak alergi adalah proses peradangan pada kulit karena reaksi hipersensitivitas tipe lambat yang disebabkan karena adanya kontak dengan bahan yang mengandung alergen yang ditegakkan dengan uji tempel.

(43)

4. Uji tempel adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui apakah suatu zat-zat tertentu dapat menyebabkan dermatitis kontak dengan menggunakan alergen dan pembacaan hasil uji tempel tersebut menurut ICDRG, berdasarkan dengan derajat reaksi yang terjadi, yaitu (-) bila negatif (tidak ada reaksi), (+?) bila reaksi meragukan (hanya eritema), (+)bila reaksi positif lemah (eritema, infiltrasi, papel +/-), (++) bila reaksi positif kuat (eritema, infiltrasi, papel, vesikel) dan (+++) bila reaksi positif sangat kuat (reaksi ++ disertai bula).

5. Riwayat atopi adalah riwayat beberapa jenis penyakit yang terdapat pada keluarga atau penderita berupa dermatitis atopik, rhinitis alergi dan atau asma bronkial yang ditegakkan dengan anamnesis. Untuk penelitian ini yang dilihat adalah ada/tidaknya riwayat dermatitis atopik.

(44)

3.10 Kerangka Operasional

Gambar 3.1 Kerangka Operasional

Pekerja salon dengan riwayat dermatitis kontak di salon-salon Kecamatan Medan Baru yang masuk kriteria inklusi dan eksklusi

Uji tempel

Data dianalisis secara deskriptif

Data kepositifan alergen uji tempel pada pekerja salon di Kec. Medan Baru akan disajikan dalam bentuk tabel distributif frekuensi berdasarkan

(45)

3.11 Pengolahan dan Analisis Data

1. Data yang terkumpul ditabulasi dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan diagram batang.

2. Hasil dianalisis secara deskriptif.

3.12 Ethical Clearance

(46)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada penelitian ini telah dilakukan pemeriksaan uji tempel terhadap 28 jenis alergen standar pada 51 orang subjek pekerja salon dengan riwayat dermatitis kontak yang dimulai dari bulan Mei 2014 hingga Juni 2014. Seluruh subjek penelitian telah menjalani anamnesis, pemeriksaan fisik, dan selanjutnya telah dilakukan uji tempel terhadap 51 orang subjek penelitian.

4.1 Karakteristik Subjek Penelitian

(47)

Tabel 4.1. Data Karakteristik Sampel Penelitian

KARAKTERISTIK KETERANGAN N %

USIA

SLTA/Sederajat 43 84,3

(48)

pendidikan pekerja salon yang terbanyak adalah SLTA sebanyak 43 orang (84,3%). Karakteristik subjek penelitian berdasarkan suku dijumpai yang terbesar pada pekerja salon adalah suku Batak sebanyak 38 orang (74,5%). Distribusi berdasarkan status pernikahan dan agama dijumpai pekerja salon terbanyak adalah yang belum menikah yaitu sebanyak 33 orang (64,7%) sedangkan yang telah menikah sebanyak 18 orang (35,3%) dan yang terbanyak adalah agama Protestan sebanyak 33 orang (64,7%). Berdasarkan lama bekerja, dijumpai yang terbanyak adalah lama bekerja di salon selama 1,1-3 tahun yaitu sebanyak 17 orang (33,3%). Hasil penelitian ini sejalan dengan yang diperoleh Tresukosol yang mendapatkan bahwa kelompok lama bekerja di salon terbanyak adalah selama 1-3 tahun sebanyak 12 orang (27,2%).22 Dalam hal riwayat atopi, sebanyak 28 orang (54,9%) pekerja salon tidak dijumpai adanya riwayat atopi sedangkan 23 orang (45,1%) dijumpai adanya riwayat atopi.

4.2 Alergen Penyebab Dermatitis Kontak pada Pekerja Salon

(49)

Tabel 4.2. Alergen Penyebab Dermatitis Kontak pada Pekerja Salon

No. Alergen standar

Hasil uji tempel 15. Balsam Peru (Myroxylon pereirae

resin)

49 (96,1) 2 (3,9) 51 (100,0) 16. 4- tert- Butylpnenolformaldehyde

resin

23. Methylisothiazolinone +

Methylchloroisothiazolinone

0 0 0

24. Budesonid 50 (98,0) 1 (2,0) 51 (100,0)

25. Tixocortol -21- pivalate 0 0 0

26. Methyldibromoglutaronitrile 0 0 0

27. Fragrance mix II 49 (96,1) 2 (3,9) 51 (100,0)

28. Lyral 0 0 0

(50)

sebanyak 21 orang (41,2%), PPD sebanyak 7 orang (13,7%), 2-Methoxy-6-n-pentyl-4-benzoquinone sebanyak 5 orang (9,8%), benzocaine sebanyak 4 orang (7,8%). Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan O’Connell terhadap 729 orang pekerja salon, yang mendapatkan bahwa alergen yang paling sering menyebabkan reaksi positif adalah nikel sulfat (32,1%) dan diikuti PPD (19,0%). Tingginya reaksi positif terhadap nikel ini kemungkinan berhubungan dengan pelepasan ion-ion nikel pada saat alat-alat salon yang mengandung nikel terpapar dengan asam thioglikolat yang terdapat di dalam larutan untuk keriting permanen rambut. Alasan lain tingginya sensitivitas terhadap nikel ini mencakup banyaknya tindikan telinga/tubuh atau banyaknya penggunaan perhiasan murah.26 PPD merupakan prekursor umum di dalam produk pewarna rambut oksidatif.27 Pekerja salon memiliki frekuensi yang secara signifikan lebih tinggi terhadap sensitisasi PPD, sebagai akibat dari luasnya penggunaan bahan kandungan di dalam pewarna rambut.28 Sosted pada penelitiannya menemukan 4,5% pasien mengalami reaksi positif terhadap PPD dan alergi kontak terhadap PPD merupakan penyebab yang paling sering pada pasien eksema di Eropa.29

Pada penelitian ini, reaksi positif terhadap benzocaine dijumpai pada 4 orang (7,8%) pekerja salon. Hasil ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Schwensen yang mendapatkan hasil positif terhadap benzocaine sebesar

(51)

1,3% dari seluruh pekerja salon yang dilakukan uji tempel dengan alergen standar European baseline series. Hal ini kemungkinan disebabkan adanya reaksi silang antara benzocaine dan senyawa para-amino seperti PPD.30

Dari tabel di atas juga dijumpai 1 orang (2%) positif terhadap colophonium. Bahan ini sering terdapat pada tinta printer, kertas, lem perekat, kosmetika, maupun obat topikal. Pada penelitian ini, selain positif terhadap colophonium, di saat bersamaan subjek ini juga positif terhadap balsam of Peru. Colophonium berasal dari pohon pinus, dan sering mengalami ko-reaksi dengan alergen fragrance karena alergen derivat teroksidasi yang sama juga teridentifikasi di dalam komponen fragrance mix. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Nardelli yang menunjukkan bahwa hasil uji tempel yang positif terhadap marker alergi fragrance, yaitu fragrance mix, balsam of Peru dan colophonium, di dalam seri alergen standar tampak sering berhubungan satu sama lain.

Namun di dalam penelitian ini, pernyataan tersebut tidak dapat dibuktikan sepenuhnya, karena dari 4 pekerja yang positif terhadap benzocaine didapati hanya 2 pekerja yang positif terhadap PPD dalam waktu yang bersamaan.

31

(52)
(53)
(54)

Gambar 4.1 Frekuensi Alergen Penyebab Dermatitis Kontak pada Pekerja Salon

Keterangan:

a. Garis vertikal (sumbu Y) merupakan jumlah subjek. b. Garis horizontal (sumbu X) merupakan alergen (1-28).

PPD dapat ditemukan di dalam pewarna rambut, pewarna serat kain dan pewarna kulit, tinta printer, produk industri karet dan plastik, bahan fotokopi dan bahan pencetak foto. Pekerja salon sebaiknya melindungi diri mereka dengan menggunakan sarung tangan vinyl.35,36 Pada penelitian yang dilakukan Howard sarung tangan ini disebut sebagai sarung tangan non-lateks.37 Pekerja salon juga sebaiknya menghindari benda-benda yang berhubungan dengan pewarna jenis azo seperti kaos kaki dan bahan kulit. Pekerja salon juga sebaiknya berhati-hati ketika mendapat obat anestesi seperti procaine, benzocaine, epoxy resin dan obat-obatan seperti sulfonylurea, p-aminosalicylic acid, p-aminobenzoic acid dan aspirin.22

0 10 20 30 40 50 60

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10111213141516171819202122232425262728

positive

(55)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1.Pd penelitian ini dijumpai hasil uji tempel positif terhadap 18 alergen yaitu nickel sulfate, PPD, 2-methoxy-6-n-pentyl-4-benzoquinone, benzocaine, 4-tert-butylphenolformaldehyde resin, IPPD, lanolin alcohol, mercapto mix, epoxy resin, balsam peru, fragrance mix I & II, neomycin sulfate, colophonium, paraben mix, MBT, formaldehyde dan budesonide.

2. Secara umum tampak mayoritas pekerja salon terbanyak adalah jenis kelamin perempuan dengan kelompok usia terbanyak adalah 16-30 tahun. Lama bekerja di salon yang terbanyak adalah bekerja selama 1,1-3 tahun sebanyak 17 orang.

3. Alergen dengan reaksi positif terhadap uji tempel sebagai penyebab dermatitis kontak terbanyak adalah nikel sebanyak 21 orang, PPD sebanyak 7 orang dan 2-methoxy-6-n-pentyl-4-benzoquinone sebanyak 5 orang.

5.2 Saran

(56)

2. Dengan melihat banyaknya kepositifan terhadap alergen standar, maka disarankan agar pekerja salon menggunakan sarung tangan dari bahan polyvinylchloride (PVC) dengan tepat dan benar untuk meminimalisasi kontak dengan bahan-bahan iritan ataupun sensitizer yang banyak terdapat pada produk kosmetika maupun produk perawatan rambut.

3. Disarankan untuk mengganti alat-alat salon yang terbuat dari bahan logam (seperti gunting, dll) dengan bahan yang terbuat dari baja (stainless steel) untuk meminimalisasi kejadian dermatitis kontak alergi terhadap nikel. 4. Penelitian ini dapat dilanjutkan dengan melakukan penelitian yang lebih

(57)

DAFTAR PUSTAKA

1. Lind M. Dermatitis in hairdressers as a problem in chemical control. Ann. Occup Hyg. 2005; 49(6): 457-9.

2. Bradshaw L, Harris-Roberts J, Bowen J, Rahman S, Fishwick D. Self-reported work-related symptoms in hairdressers. Occup Med (Lond). 2011; 61(5): 328-34.

3. Bregnhoj A, Sosted H, Menne T, Johansen JD. Exposures and reactions to allergens among hairdressing apprentices and matched controls. Contact Dermatitis 2011; 64: 85-9.

4. Taylor JS, Sood A, Amado A. Occupational skin diseases. Dalam: Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. Ed ke-7. New York: McGraw-Hill; 2008. h. 2067-73.

5. Salon. Diunduh dari

Diperbaharui 8 Januari 2014.

6. Leino T. Estlander T, Kanerva L. Occupational allergic dermatoses in hairdressers. Contact Dermatitis 1998; 38: 166-7.

7. Omokhodion FO, Balogun MO, Ola-Olorun FM. Reported occupational hazards and illnesses among hairdressers in Ibadan, South West Nigeria. West African Journal of Medicine 2009; 28(1): 310-3.

(58)

9. Kecamatan Medan Baru. Diunduh dari

10.Dermatitis. Diunduh dari http://www.mayoclinic.com/health/dermatitis-eczema/DS00339. Diperbaharui 29 Juni 2013.

11.Nixon R, Frowen K. Occupational contact dermatitis in Australia April 2006. Australian Safety and Compensation Council; 2005: 1-13.

12.Warshaw EM, Wang MZ, Mathias T, Maibach HI, Belsito DV, Zug KA, et al. Occupational contact dermatitis in hairdressers/cosmetologists: Retrospective analysis of North American Contact Dermatitis Group Data, 1994 to 2010. Dermatitis 2012; 23(6): 258-68.

13.Shum KW, Meyer JD, Chen Y, et al. Occupational contact dermatitis to nickel: experience of the British dermatologists (EPIDERM) and occupational physicians (OPRA) surveillance schemes. Occup Environ Med 2003; 60: 954-7.

14.Perry AD, Trafeli JP. Hand dermatitis: Review of etiology, diagnosis, and treatment. JABFM. 2009; 22(3): 325-30.

15.Thomas DR, Malcolm CE. Update on the management of chronic hand dermatitis. Diunduh dari http://www.skintherapyletter.com/fp/2011/7.3/3.html. Diperbaharui 21 Juni 2012.

16.Sasseville D. Occupational Contact Dermatitis. Allergy, Asthma, and Clinical Immunology 2008; 4(2): 59-65.

(59)

18.Thyssen JP, Linneberg A, Menne T, Nielsen NH, Johansen JD. The association between hand eczema and nickel allergy has weakened among young women in the general population following the Danish nickel regulation: results from two cross-sectional studies. Contact Dermatitis 2009; 61: 342-8.

19.Nielsen NH, Linneberg A, Menne T, Madsen F, Frolund L, Dirksen A, et al. The association between contact allergy and hand eczema in 2 cross-sectional surveys 8 years apart. Contact Dermatitis 2001; 46: 71-7.

20.Fors R, Persson M, Bergstrom E, Stenlund H, Stymne B, Stenberg B. Nickel allergy – prevalence in a population of Swedish youths from patch test and questionnaire data. Contact Dermatitis 2008; 58: 80-7.

21.Lachapelle JM, Maibach HI. The standart and additional series of patch test. Dalam: Patch test and prick test, a practical guide. Springer-Verlag Berlin 2003: 73-94.

22.Tresukosol P, Swasdivanich C. Hand contact dermatitis in hairdressers: clinical and causative allergens, experience in Bangkok. Diunduh dari http://apjai.digitaljournals.org. Diperbaharui 2 Mei 2012.

(60)

24.Dahlan MS. Menggunakan rumus besar sampel secara benar. Dalam: Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel. Ed ke-3. Jakarta: Salemba Medika; 2010. h. 35-80.

25.Mortz CG, Luritsen JM, Bindslev-Jensen C, Andersen KE. Nickel sensitization in adolescents and association with ear piercing, use of dental braces and hand eczema. Acta Derm Venereol. 2002; 82: 359-64.

26.O’Connell RL, White IR, McFadden JP, White JML. Hairdressers with dermatitis should always be patch tested regardless of atopy status. Contact Dermatitis 2010; 62: 177-81.

27.Thyssen JP, White JML. Epidemiological data on consumer allergy to p -phenylenediamine. Contact Dermatitis 2008; 59: 327-43.

28.Lyons G, Roberts H, Palmer A, Matheson M, Nixon R. hairdressers presenting to an occupational dermatology clinic in Melbourne, Australia. Contact Dermatitis 2012; 68: 300-6.

29.Sosted H, Rustemeyer T, Goncalo M, Bruze M, Goossens A, Gimenez-Arnau AM et al. Contact allergy to common ingrediaents in hair dyes. Contact Dermatitis 2013; 69: 32-9.

(61)

31.Nardelli A, Carbonez A, Ottoy W, Drieghe J, Goossens A. Frequency of and trends in fragrance allergy over a 15-year period. Contact Dermatitis 2008; 58: 134-41.

32.Uter W, Lessmann H, Geier J, Schnuch A. Contact allergy to hairdressing allergens in female hairdressers and clients – current data from the IVDK, 2003-2006. JDDG. 2007; 5: 993-1001.

33.4-tert-Butylpnenolformaldehyde resin. Diunduh dari : http://www.allergeaze.com/PDFs/AC/NA08.pdf

34.Chemotechnique Diagnostics. 2- Methoxy-6-n-pentyl-4-benzoquinone.

Diunduh dari : http:/

35.Walle HB van der, Brunsveld VM. Latex allergy among hairdresser. Contact Dermatitis 1995; 32: 117-78.

36.Uter W, Pfahlberg A, Gefeller O, Schwanitz HJ. Hand dermatitis in a prospectively-followed cohort of hairdressing apprentices: final results of the POSH study. Contact Dermatitis 1999; 41: 180-286.

(62)

LAMPIRAN 1.

NASKAH PENJELASAN KEPADA PASIEN / ORANGTUA / KELUARGA PASIEN

Selamat pagi/siang.

Perkenalkan nama saya dr. Nancy Nora Sitohang. Saat ini saya sedang menjalani Program Pendidikan Dokter Spesialis di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Untuk memenuhi salah satu persyaratan menyelesaikan Program Magister Kedokteran Klinik dengan konsentrasi pada Spesialis Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang sedang saya jalani, saya melakukan penelitian dengan judul “Alergen Penyebab Dermatitis Kontak pada Pekerja Salon di Kecamatan Medan Baru”.

Tujuan penelitian saya adalah untuk mengetahui kepositifan terhadap berbagai alergen uji tempel pada pekerja salon dengan riwayat dermatitis kontak di Kecamatan Medan Baru. Dermatitis kontak dapat berupa dermatitis kontak alergi dan dermatitis kontak iritan. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah untuk membuka wawasan mengenai kepositifan uji tempel pada pekerja salon sehingga nantinya diharapkan dapat dilakukan evaluasi yang bermanfaat untuk mengobati atau mencegah kejadian dermatitis kontak alergi maupun iritan pada pekerja salon. Penelitian ini akan saya lakukan terhadap kelompok pekerja salon yang memiliki riwayat dermatitis kontak.

(63)

dan yang memiliki kemampuan untuk menginduksi reaksi alergi. Reaksi kulit sering terlambat, terjadi sekitar 24-48 jam setelah kontak dengan kulit, dan dapat terjadi setelah beberapa hari atau minggu untuk menetap.

DKI disebabkan suatu kejadian merusak langsung oleh bahan yang bertanggung jawab terhadap sel kulit. Bahan iritan terutama adalah bahan kimia, dalam bentuk padat, cair atau gas, juga mencakup partikel mineral atau tumbuhan yang masuk ke dalam kulit.

Banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadinya dermatitis kontak, seperti jenis pekerjaan di dalam salon, lama paparan dengan bahan tertentu atau paparan dengan air, maupun penggunaan sarung tangan. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk lebih memastikan hal ini.

Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengetahui ada tidaknya sensitisasi terhadap pekerja salon selama bekerja, salah satunya adalah dengan melakukan pengkajian hipersensitifitas dengan menggunakan metode uji tempel kemudian membaca hasilnya. Uji tempel ini reaksinya pada kulit akan positif pada pekerja salon yang sudah pernah mengalami sensitisasi.

(64)

ditempelkan di punggung. Lokasi uji tempel dijaga agar tidak basah kena air, berhati-hati bila sedang mandi serta mengurangi melakukan aktivitas yang menimbulkan keringat berlebihan. Pembacaan dilakukan pada jam ke 48, dan 72 (atau dilepas lebih awal jika timbul keluhan sangat gatal atau rasa terbakar pada lokasi uji tempel). Jika Bapak/Ibu/Kakak/Adik/Saudara/i mengeluh adanya bercak-bercak berwarna merah yang terasa gatal atau nyeri, pusing (sakit kepala), demam, lemas (perasaan ingin pingsan), pada lokasi uji tempel, maka Bapak/Ibu/Kakak/Adik/Saudara/i dapat segera menghubungi saya melalui telepon di 061-7364299, atau 082165382756, atau di alamat : Jl. Bromo No.11 Medan, atau pergi ke rumah sakit terdekat dengan terlebih dahulu menghubungi saya.

Peserta penelitian tidak akan dikutip biaya apapun dalam penelitian ini. Kerahasiaan mengenai penyakit yang diderita peserta penelitian akan dijamin.

Keikutsertaan Ibu/Kakak/Adik/Saudari dalam penelitian ini adalah bersifat sukarela. Bila tidak bersedia, Ibu/Kakak/Adik/Saudari berhak untuk menolak (menolak anaknya) diikutsertakan dalam penelitian ini. Jika /Ibu/Kakak/Adik/Saudari bersedia dan menyetujui pemeriksaan ini, mohon untuk menandatangani formulir persetujuan ikut serta dalam penelitian.

Jika Ibu/Kakak/Adik/Saudari masih memerlukan penjelasan lebih lanjut dapat menghubungi saya.

(65)

LAMPIRAN 2.

PERSETUJUAN IKUT SERTA DALAM PENELITIAN

Setelah mendapat penjelasan, saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : ………

Jenis kelamin* : Laki-laki / perempuan

Umur : ………

Alamat : ………..…………,

dengan ini menyatakan secara sukarela SETUJU untuk ikut serta dalam penelitian dan

mengikuti berbagai prosedur pemeriksaan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.

Demikianlah surat pernyataan persetujuan ini dibuat dengan sebenarnya dalam keadaan

sadar tanpa adanya paksaan dari siapapun.

Medan, 2014

Dokter pemeriksa Yang menyetujui

(dr. Nancy Nora Sitohang) ( )

(66)

LAMPIRAN 3.

STATUS PENELITIAN Tanggal pemeriksaan :

Nomor urut penelitian : Nomor catatan medik :

Nama :

IDENTITAS

Alamat :

Telp. :

Tempat tanggal lahir (hari, bulan, tahun) :

Jenis kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan

Bangsa/Suku : 1. Batak 2. Jawa 3. Melayu 4. Minangkabau 5. Tionghoa 6. Lainnya

Agama : 1. Islam 2. Kristen Protestan 3. Kristen

Katolik 4. Hindu 5. Budha

Pendidikan : 1. Belum sekolah 2. SD / sederajat 3. SMP / sederajat 4. SMA / sederajat 5. Perguruan tinggi

Pekerjaan : 1. Pegawai Negeri Sipil / TNI / Polri

(67)

Status pernikahan : 1. Sudah menikah 2. Belum menikah

Keluhan utama :

ANAMNESIS

Riwayat perjalanan penyakit : Riwayat penyakit keluarga : Riwayat penyakit terdahulu :

PEMERIKSAAN FISIK

• Lokalisasi : Status dermatologikus

• Efloresensi :

• Pemeriksaan lain :

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

DIAGNOSIS KERJA :

PENATALAKSANAAN :

PROGNOSIS

• Quo ad vitam :

• Quo ad functionam :

(68)
(69)

LAMPIRAN 5.

ANAMNESIS TES TEMPEL ---

Nama : ___________________________ Tanggal : ______ Pekerjaan : ___________________________ Umur : ______tahun Alamat : _______________________________________________________ ========================================================== 3. Dimana lokalisasi lesinya ?

_______________________________________________________________ _______________________________________________________________ 4. Meluas kemana lesinya ?

_______________________________________________________________ _______________________________________________________________ 5. Bagaimaan pengaruh sinar matahari pada keluhan Anda ?

Bertambah jelek……… Perbaikan………. Tidak ada efek……… 6. Apa menurut dugaan Anda penyebabnya ?

_______________________________________________________________ 7. Apakah Anda ada mengoleksi obat-obatan ?

(70)

Tabir matahari………..

Vaporisator……….

8. Obat-obat apa yang telah diberikan oleh dokter sebelumnya ?

a. ____________________________________________________________ b. ____________________________________________________________ c. ____________________________________________________________ d. ____________________________________________________________ e. ____________________________________________________________

9. Apakah Anda juga ada memakan obat-obat lainnya ? a. ___________________________sejak

b. ___________________________sejak c. ___________________________sejak d. ___________________________sejak

e. ___________________________sejak f. ___________________________sejak

10.Dapatkan Anda menentukan obat-obat yang tidak cocok untuk Anda ?

a. __________________________________________efeknya___________ b. __________________________________________efeknya___________ c. __________________________________________efeknya___________ 11.Apakah Anda alergi terhadap ?

Debu rumah………

(71)

Tanggal___________________dimana________________hasilnya_________ 13.Apakah Anda waktu kecil pernah menderita ?

Eczema……….. Asthma ……… Rhinitis ……… Lokalisasi Eczema

_______________________________________________________________ 14.Apakah juga dijumpai pada famili ?

Bila Ya, Pada Siapa ? _______________________________________________________________

15.Apakah Anda pernah menderita ? Eczema pada tangan………

16.Apakah Anda dapat mengetahui perhiasan yang tidak dapat dipakai ? - Anting / Kerabu……….

- Lain – lain yang penting _______________________________________ 17.Apakah Anda memakai Protese ini ?

(72)

- Gigi palsu………. - Lensa kontak………... - Kawat gigi……… - Alat bantu pendengaran…………. - Pen pada tulang……….

- Lain-lain yang penting_________________________________________ 18.Apa pekerjaan Anda ?

a. _____________________________________________sampai_________ 19.Apa pekerjaan Anda sebelumnya ?

_______________________________________________________________ _______________________________________________________________ 20.Apa kelainan kulit yang Anda derita ada hubungan dengan pekerjaan.

a. Apakah ada perbaikan kalau libur

____________________________________________________________ b. Apakah kambuh lagi kalau bekerja

____________________________________________________________ c. Apakah timbul kelainan kulit bila berkontak dengan bahan-bahan baru

____________________________________________________________ Apa___________________________________Kapan________________ d. Apakah ada teman sekerja menderita seperti Anda ?

____________________________________________________________ e. Apakah tangan Anda kotor bila bekerja ?

(73)

21.Apakah dalam bekerja Anda menggunakan ? 24.Kosmetika yang digunakan ?

(74)

Parfum / Eau de toilet……….. Deodoran………. Obat cukur……….. Cat kuku………. Tabir matahari………. Keriting rambut……… 25.Mandi berapa lama

______________________________________________________________ _______________________________________________________________ 26.Hal-hal lain yang penting ?

_______________________________________________________________ _______________________________________________________________ 27.Hubungan dengan lainnya yang penting

_______________________________________________________________ _______________________________________________________________ _______________________________________________________________ 28.Kesimpulan

(75)

29.Lokalisasi Gambar

30.Rencana Tes Tempel

_______________________________________________________________ _______________________________________________________________ _______________________________________________________________ _______________________________________________________________ _______________________________________________________________ 31.Diagnosis

(76)

LAMPIRAN 6.

HASIL PEMERIKSAAN TES TEMPEL

NO ALERGEN Pembacaan

48 jam 72 jam

Tanggal Tanggal

1 Potassium dichromate

2 p-Phenylenediamine (PPD)

3 Thiuram mix

4 Neomycin sulfate

5 Cobalt (II) Chloride hexahydrate

6 Benzocaine

7 Nickelsulfate hexahydrate

8 Clioquinol

9 Colophonium

10 Paraben mix

11 N-lsoprophyl-N-phenyl-4 phenylenediamine

(IPPD)

12 Lanolin alcohol

13 Mercapto mix

14 Epoxy Resin, Bisphenol A

15 Balsam Peru (Myroxylon pereirae) resin 16 4- tert- Butylpnenolformaldehyde resin

17 2- Mercaptobenzothiazole (MBT)

18 Formaldehyde

19 Fragrance Mix 1

20 Sesquiterpene lactone mix

21 Quaternium-15 (Dowicil 200)

22 2- Methoxy-6-n-pentyl-4-benzoquinone

23 Methylisothiazolinone +

Methylchloro-isothiazolinone

24 Budesonid

25 Tixocortol -21- pivalate

26 Methyldibromo glutaronitrile

27 Fragrance mix II

(77)

Interpretasi Hasil Tes Tempel Nama Pasien :

Umur :

(78)
(79)
(80)

LAMPIRAN 8.

Gambar Uji Tempel dan Hasil Pembacaan

Gambar uji tempel pada subjek penelitian

(81)

Lampiran 9.

RIWAYAT HIDUP

I. Identitas

Nama : dr. Nancy Nora Sitohang Tempat/ Tanggal Lahir : Medan/ 11 Juni 1983

Alamat : Jl. Bromo No.11 Medan

Telp/ HP : 082165382756

II. Riwayat Pendidikan

1989-1995 :SD St.Antonius V Medan, tamat tahun 1995 1995-1998 :SMP St.Thomas I Medan, tamat tahun 1998 1998-2001 : SMA Negeri 1 Medan, tamat tahun 2001 2002-2008 : Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera

Utara Medan, tamat tahun 2008

2009-sekarang : PPDS Ilmu Kes. Kulit dan Kelamin Fak. Kedokteran USU

III. Keanggotaan Profesi

2008-sekarang : Anggota IDI Medan

Gambar

Tabel 2.2. Alergen & Iritan yang Berhubungan dengan Aktivitas di Industri Salon23
Gambar 2.1 Kerangka Teori
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
Tabel 4.1. Data Karakteristik Sampel Penelitian
+4

Referensi

Dokumen terkait

Latar Belakang : Getah biji mete memungkinkan terjadinya gangguan kesehatan terhadap pekerja terutama tentang adanya penyakit atau dermatitis kontak alergi pada

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Angka Kejadian Dermatitis Kontak Pada Pekerja Yang Terpajan Dengan Bahan Kimia Di Perusahaan Invar Sin.. FK

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara masa kerja dengan kejadian dermatitis kontak iritan pada pekerja mebel PT X Jepara meski pekerja

4 Dermatitis kontak akibat kerja memiliki angka kejadia yang tinggi dibandingkan semua kasus kulit yang berhubungan dengan pekerjaan9. 5 Hal ini terjadi

Dermatitis Kontak Akibat Kerja: Penyakit Kulit Akibat Kerja Terbanyak di Indonesia.. Majalah Kesehatan

mengenai hubungan insidensi terkenanya dermatitis kontak akibat kerja pada pekerja yang berkontak langsung dengan bahan-bahan alergen dan iritan, menunjukkan bahwa

PENGARUH KEBIASAAN MENCUCI TANGAN TERHADAP KEJADIAN DERMATITIS KONTAK AKIBAT KERJA PADA.. TANGAN PEKERJA BENGKEL

Hubungan antara penggunaan APD dan kejadian dermatitis kontak Terdapat hubungan antara penggunaan APD dengan kejadian dermatitis kontak pada pekerja penyamakan kulit perusahaan VPC