• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi kebijakan instruksi presiden No.3 Tahun 2003 tentang kebijakan dan strategi nasional pengembangan e-goverment : (suatu studi pada ruang internet publik di Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Jawa Barat)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Implementasi kebijakan instruksi presiden No.3 Tahun 2003 tentang kebijakan dan strategi nasional pengembangan e-goverment : (suatu studi pada ruang internet publik di Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Jawa Barat)"

Copied!
159
0
0

Teks penuh

(1)

Bahwa yang bertanda tangan di bawah ini, penulis dan pihak instansi pemerintahan tempat penelitian, bersedia:

“Bahwa hasil penelitian dapat di onlinekan sesuai dengan peraturan yang berlaku, untuk kepentingan riset dan pendidikan”.

Bandung, 13 September 2013 Peneliti

Friza Firman Hadi NIM. 41709008

(2)
(3)
(4)

164 DATA PRIBADI

Nama : Friza Firman Hadi

Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 23 Juli 1989 Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Telepon : 081 910 424 941

Status : Belum Kawin

Nama Ayah : H. Toto Zaenudin

Pekerjaan Ayah : Wiraswasta

Nama Ibu : Hj. Mur Murniati, AM.Keb Pekerjaan Ibu : PNS

Alamat Orang Tua : Kp. Pangkalan RT 03 RW 07

Desa. Rahayu Kec. Margaasih Kab. Bandung Motto : Hidup hanya sekali, Maka Berkaryalah

Email : Flossive@yahoo.com

PENDIDIKAN FORMAL

No Tahun Uraian Keterangan

1 2009-2013 Program Studi Ilmu Pemerintahan , Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia, Bandung

(5)

3 2005-2008 PPI 34 Cibegol Soreang Berijazah

4 2005-2008 MA. Yuppi Soreang Berijazah

5 2001-2005 PPI 34 Cibegol Soreang Berijazah

6 2001-2005 MTS. Rongga Cililin Berijazah

7 1996-2001 SD Negeri Rahayu I Kabupaten Bandung Berijazah

PENDIDIKAN NONFORMAL

No Tahun Uraian Keterangan

1 2004-2005 Kursus Bahasa Inggris di LPK Queen Bandung

Bersertifikat 2 2007-2008 Kursus Komputer Ms.Office di LPK

Queen Bandung

Bersertifikat 3 2007-2008 Kursus Bahasa Inggris di PQEC Cimindi - 4 2007-2008 Kursus Design Grafis di LPKII

Katapang-Kab. Bandung

- 5 2007-2008 Kursus Musik di Ivano Music Course -

PENGALAMAN ORGANISASI

No Tahun Uraian Keterangan

1 2004-2005 Bidang Sosial Ekonomi Rijalul Ghad PPI No.34 Cibegol-Soreang

- 2 2005-2006 Bidang Sosial Ekonomi Rijalul Ghad PPI

No.34 Cibegol-Soreang

- 3 2009-2010 Anggota Departemen Penalaran dan

Keilmuan Hima Prodi Ilmu Pemerintahan FISIP Unikom

-

4 2010-2011 Koordinator Departemen Penalaran dan Keilmuan Hima Prodi Ilmu Pemerintahan FISIP Unikom

-

5 2011-2012 Ketua Himpunan Mahasiswa Prodi Ilmu Pemerintahan FISIP Unikom

-

PENGALAMAN KEGIATAN

No Tahun Uraian Keterangan

1 2011 Ketua Pelaksana IP On Nature Hima Prodi IP Unikom Bandung

- 2 2011 Tim Protokoler Wisuda Pascasarjana,

Sarjanan dan Diploma Unikom Bandung

(6)

2 2011 Ketua Pelaksana Latihan Dasar Kepemimpinan Hima Prodi IP Unikom Bandung

Bersertifikat

4 2011 Sie Dokumentasi Sosialisasi Buku Pedoman Penulisan Skripsi dan Pelaksanaan Sidang FISIP Unikom

Bersertifikat

5 2011 Sie Acara Diskusi Politik Hima Prodi IP Unikom di Gedung Indonesia Menggugat Bandung

-

6 2011 Tim Protokoler Penerimaan Mahasiswa baru Tahun Akademik 2011-2012

Bersertifikat 4 2012 Penanggung Jawab IP Cup 2 Prodi dan

Hima IP Unikom, Bandung

- 5 2012 Sie Dokumentasi Penandatangan Nota

Kesepahaman Antara Unikom dan Pemerintah Kota Cimahi

-

6 2012 Sie Dokumentasi Pelatihan Aplikasi ICT Dasar (Power point) bagi guru SMPN 1 Cimenyan Bandung

Bersertifikat

7 2012 Sie Logistik Lomba Debat Antar SMA se-Bandung Raya di Fakultas Hukum Unikom Bandung

Bersertifikat

8 2012 Pembicara Diskusi Bulanan Hima Prodi IP Unikom di Ruang 2305 Unikom Bandung

Bersertifikat

9 2012 Pembicara Retorika Mahasiswa Untuk Penerimaan Mahasiswa Baru 2012-2013 di Gor Citra Bandung

Bersertifikat

PELATIHAN DAN SEMINAR

No Tahun Uraian Keterangan

1 2009 Peserta, Ceramah Umum Dekan FISIP Unikom, Bandung

Bersertifikat 2 2010 Peserta, Ceramah Umum Dekan FISIP

Unikom, Bandung

Bersertifikat 3 2011 Peserta, Table Manner Class, Maja House

Bandung

Bersertifikat 4 2011 Peserta, Seminar Nasional Akuntansi, di

Auditorium Miracle Unikom, Bandung

Bersertifikat 5 2011 Peserta Pelatihan Keprotokoleran Tim

Protokoler Unikom di Ruang Auditorium & Seminar Unikom, Bandung

Bersertifikat

(7)

Padjajaran Jati Nangor

7 2011 Peserta Lokakarya pengembangan kurikulum Ilmu Pemerintahan di Ruang Seminar Unikom Bandung

Bersertifikat

8 2011 Peserta Dialog Publik PT. Jasa Raharja di Auditorium Miracle Unikom Bandung

Bersertifikat 9 2012 Peserta Kuliah Umum Motivasi Prodi

Teknik Sipil di auditorium miracle Unikom Bandung

Bersertifikat

10 2012 Peserta Studium General di Auditorium Miracle Unikom Bandung

Bersertifikat 11 2012 Peserta Diskusi Publik Calon Presiden

2014 di Bale Rumawat Universitas Padjajaran Bandung

Bersertifikat

PENGALAMAN KERJA

No Tahun Uraian Keterangan

1 2009 Owner Flossive Design -

2 2012 Surveyor Penelitian Kinerja Aparatur Pemerintah Kota Cimahi

- 3 2012 Kuliah Kerja Lapangan di Dinas

Pendapatan Daerah Kota Bandung

-

KEAHLIAN/BAKAT

No Uraian

1 Operasionalisasi Microsoft Office

2 Operasionalisasi Design Grafis (Photoshop, Corel Draw) 3 Musik

4 Enterpreneurship 5 Photography

Bandung, September 2013 Hormat Saya

(8)

di Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Jawa Barat)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Menempuh Ujian Sarjana

Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia

Oleh:

FRIZA FIRMAN HADI 41709008

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN BANDUNG

(9)

vii

Rahmat dan Hidayah-Nya. Dia telah mencurahkan beragam nikmat yang tidak terhitung jumlahnya. Dialah yang berkehendak sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang diberi judul “Implementasi Kebijakan Instruksi Presiden No.3 Tahun 2003 Tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan e-Government (Suatu Studi Pada Ruang Internet Publik di Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Jawa Barat)”.

Proses penyusunan skripsi ini, peneliti telah berusaha semaksimal mungkin untuk menggunakan data dan informasi yang detil serta akurat meskipun hasilnya tidak sesempurna yang diinginkan.

Peneliti tidak lupa untuk menghaturkan terima kasih tak terkira kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini yaitu Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs.,M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Komputer Indonesia (Unikom), karena semangatnya yang tak lekang oleh waktu menjadi inspirasi peneliti untuk selalu bersemangat.

(10)

viii

Pemerintahan. Tidak lupa kepada Drs. H. Karso Saminnurrahmat, M.M, selaku pembimbing peneliti selama melakukan penelitian di Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Jawa Barat.

Ungkapan terima kasih selanjutnya peneliti haturkan kepada keluarga tercinta yaitu kedua orang tua terhebat, H.Toto Zaenudin dan Hj. Mur-murniati, S.KM yang tidak henti-hentinya memberikan dukungan moril dan materil kepada peneliti. Kakak-kakak tercinta H.Haris Muslim, LC., M.A, Hj.Gyan Puspa Lestari, L.C., M.Pd, Demaz Fauzi Hadi, S.Ikom, Grini Priyanti, S.Pdi, dan juga keponakan tercinta Ghiyats Eddien Zayd El-Harits yang tidak henti-hentinya memberikan semangat kepada peneliti dan juga.

Rekan-rekan peneliti di Seventh To Heaven yaitu Egi, Ihsan, Firdaus, Rizky, Jamal, Mukhlis, Lucky, Miqdam, terimakasih atas dukungan morilnya.

Rekan satu perjuangan dalam susah dan senang selama peneliti menuntut ilmu di Unikom, (ABJA) Anjas Wiguna Priadi, Novia Purnamasari, Siti Hajar Astari, Novi Anna Maria Kaope, Pebriani Laelatus Syadiah dan Karina Nadia Andini terimaksih atas waktu, kesabaran, pengorbanan dan dukungannya.

Rekan kerja di project Flossive Design, Sandi Hasanudin terima kasih atas ilmu designnya. Tidak lupa pula untuk Project music katha Band, Sandi, Jamal, Rizky, atas waktunya sebagai penghibur dikala peneliti jenuh “hayu projectan

(11)

ix

memiliki akal yang digunakan untuk selalu melakukan perbaikan diri. Manusia pun tak pernah lepas dari kesalahan, sayangnya terkadang dari kesalahan itu tak dapat dilihat oleh mata manusia itu sendiri. Peneliti berharap akan ada saran dan kritik tentang skripsi ini agar dapat dilakukan perbaikan lagi diwaktu mendatang. Tak ada sesuatu yang diciptakan sia-sia, begitupun skripsi ini, karena begitu besarnya harapan peneliti dapat berguna bagi civitas akademika Unikom khusunya bagi peneliti sendiri.

Bandung, September 2013

(12)

x

LEMBAR PENGESAHAN... ii

SURAT PERNYATAAN... iii

LEMBAR PERSEMBAHAN... iv

ABSTRAK... v

ABSTRACT………...`vi

KATA PENGANTAR . ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR GRAFIK ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 8

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Kegunaan Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka ... 11

2.1.1 Pengertian Implementasi ... 11

(13)

xi

2.1.6 Faktor Pendukung Implementasi Kebijakan... 31

2.1.7 Faktor Penghambat Implementasi Kebijakan... 32

2.1.8 Electronic Government... 34

2.1.8.1 Pengertian Electronic Government... 34

2.1.8.2 Tujuan Electronic Government... 36

2.1.8.3 Faktor Penentu Penerapan e-Government... 37

2.1.9 Internet Publik... 38

2.1.5.1 Pengertian Internet... 38

2.1.5.2 Pengertian Publik... 39

2.2 Kerangka pemikiran ... 40

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian ... 49

3.1.1 Sejarah Diskominfo Provinsi Jawa Barat ... 49

3.1.2 Visi dan Misi Diskominfo Provinsi Jawa Barat ... 53

3.1.3 Struktur Instansi Diskominfo Provinsi Jawa Barat ... 54

3.1.4 Ruang Internet Publik ... 63

3.2 Metode Penelitian ... 66

3.2.1 Teknik Pengumpulan Data ... 67

3.2.2 Teknik Penentuan Informan ... 68

(14)

xii

Ruang Internet Publik Di Diskominfo Provinsi Jawa Barat... 71 4.1.1 Keidealan kebijakan ruang internet publik dengan

kondisi sosio kultural (sosial budaya) masyarakat di Provinsi Jawa Barat... 76 4.1.2 Realistis (kondisi nyata) kebijakan ruang internet publik

dengan perkembangan teknologi informasi... 79 4.2 Sumber Daya (Resources) Dalam Ruang Internet Publik Di

Diskominfo Provinsi Jawa Barat... 83 4.2.1 Sumber daya manusia dalam ruang internet publik di

Diskominfo Provinsi Jawa Barat... 85 4.2.2 Sumber daya finansial dalam ruang internet publik di

Diskominfo Provinsi Jawa Barat... 88 4.2.3 Sumber daya waktu dalam ruang internet publik di

Diskominfo Provinsi Jawa Barat... 92 4.3 komunikasi Antarorganisasi dan Aktivitas Pelaksana

(interorganizational communication and enforcement

activities) dalam Ruang Internet Publik di Diskominfo

(15)

xiii

publik di Diskominfo Provinsi Jawa Barat... 104 4.3.3Konsistensi dalam ruang internet publik di Diskominfo

Provinsi Jawa Barat... 110 4.4 Karakteristik Agen pelaksana (The Characteristics of the

implementing Agencies) dalam ruang internet publik di

Diskominfo Provinsi Jawa Barat... 112 4.4.1 Karakter agen pelaksana dalam ruang internet publik di

Diskominfo Provinsi Jawa Barat... 115 4.4.2 Perilaku agen pelaksana dalam ruang internet publik di

Diskominfo Provinsi Jawa Barat... 117 4.5 Disposisi (The Disposition Of Implementors) Dalam Ruang

Internet Publik di Diskominfo Provinsi Jawa Barat... 119 4.5.1 Pengaruh disposisi (Effect Of Disposition) dalam ruang

internet publik di Diskominfo Provinsi Jawa Barat... 122 4.5.2 Insentif dalam ruang internet publik di Diskominfo

(16)

xiv

4.6.1 Lingkungan ekonomi dalam ruang internet publik di

Diskominfo Provinsi Jawa Barat... 128

4.6.2 Lingkungan sosial dalam ruang internet publik di Diskominfo Provinsi Jawa Barat... 130

4.6.3 Lingkungan politik dalam ruang internet publik di Diskominfo Provinsi Jawa Barat... 132

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan... 134

5.2 Saran... 136

DAFTAR PUSTAKA... 138

(17)

xv

Tabel 1.1 Data Pengunjung Internet Publik Bulan Mei Tahun 2013... 5

Tabel 3.1 Data Aparatur Bidang SKDI... 57

Tabel 3.2 Data Aparatur Bidang Pengolah Data Elektronik... 60

(18)

xvi

Gambar 2.1 Model Pendekatan Direct and Indirect on Implementation

(George Edward III) ... 24

Gambar 2.4 A Model of The Policy Implementation Process (Van Metter and Van Horn)………... 28

Gambar 2.5 Model Kerangka Pemikiran... 48

Gambar 3.1 Struktur Organisasi Diskominfo Provinsi Jawa Barat... 56

Gambar 3.2 Kondisi didalam Ruang Internet Publik ... 63

Gambar 3.3 Buku Tamu Pengunjung Ruang Internet Publik ... 64

Gambar 3.4 Fasilitas Perputakaan di Ruang Internet Publik ... 65

Gambar 4.1 Tampilan Website Diskominfo Provinsi Jawa Barat ... 105

Gambar 4.2 Tampilan Menu Website Ruang Internet Publik ... 106

Gambar 4.3 Brosur Gapura Warta ... 107

Gambar 4.4 Tampilan Informasi Ruang Internet Publik di Gapura Warta 107 Gambar 4.5 Dokumentasi Buku Tamu ... 108

(19)

xvii

Grafik 3.1 Kriteria Aparatur Bidang SKDI Berdasarkan Golongan ... 58 Grafik 3.2 Kriteria Aparatur Bidang SKDI Berdasarkan Pendidikan ... 59 Grafik 3.3 Kriteria Aparatur Bidang Pengolah Data Elektronik

Berdasarkan Golongan ... 61 Grafik 3.4 Kriteria Aparatur Bidang pengolah Data Elektronik

(20)

xviii

Lampiran 1 : Surat Permohonan Melakukan Penelitian Dari Kampus ... 140

Lampiran 2 : Surat Balasan Melakukan Penelitian ... 141

Lampiran 3 : Surat Keterangan Menyelesaikan Penelitian ... 142

Lampiran 4 : Pedoman Wawancara Aparatur Pelaksana ... 143

Lampiran 5 : Pedoman Wawancara Masyarakat ... 145

Lampiran 6 : Data Informan ... 147

Lampiran 7 : Transkip Wawancara dengan Kabid SKDI ... 149

Lampiran 8 : Transkip Wawancara dengan Aparatur Pengolah Data ... 153

Lampiran 9 : Transkip Wawancara dengan Petugas Internet Publik ... 155

Lampiran 10 : Transkip Wawancara dengan Masyarakat (1) ... 157

Lampiran 11 : Transkip Wawancara dengan Masyarakat (2) ... 161

Lampiran 12 : Dokumentasi ... 163

(21)

138

DAFTAR PUSTAKA

A.Buku-Buku

Abdul Wahab, Solichin. 2008. Analisis Kebijakan dari Formulasi ke Analisis

Kebijaksanaan Negara. Jakarta : PT. Bumi Aksara.

Agustino, Leo. 2012. Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung : CV. Alfabeta. Akadun. 2009. Teknologi Informasi Administrasi. Jakarta: Pustaka Pelajar.

Anwar, Khoirul. 2004. Aplikasi Sistem Informasi Manajemen Bagi Pemerintahan

di Era Otonomi Daerah.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Bardach, Eugene. 1977. The Implementation Game. Cambridge : MIT Press Dye, Thomas, R. 1966. Politics, Economic, and The Publics : Policy Outcomes in

the Fifty State. Chicago : Rand-McNally.

Edward III, George C, 1980. Implementing Public Policy. Washington : Congressional Quarterly Press.

Friedrich, Carl J. 1963. Man and His Government. New York : McGraw-Hill. Grindle, Merille S. (ed). 1980. Politics and Policy Implementation in The Third

World. New Jersey : Princeton University Press.

Febrian, Jack. 2001. Menggunakan Internet. Bandung : CV. Informatika.

Lester, James P, and Joseph Stewart, Jr. 2000. Public Policy : An Evolutionary

Approach. Belmont, CA : Wadsworth.

Mazmanian, Daniel H, and Sabatier, Paul. A. 1983. Implementation and Public

Policy. New York : Harpers Collins.

Mulyana, Deddy. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Nugroho D, Riant. 2003. Kebijakan Publik : Formulasi, Implementasi dan

Evaluasi. Jakarta : Elex Media Komputindo.

(22)

Sunggono, Bambang. 1994. Hukum dan Kebijaksanaan Publik. Jakarta: Sinar Grafika.

Uchana, Onong. 1989. Kamus Komunikasi. Bandung : CV. Mandar Maju

Udoji, Chief J, O. 1981. The African Public Servant : As a Public Policy in Africa. Addis Abba : African Association for Public Administration and Management.

Van Metter, Donald. A and Van Horn, Carl. E. 1975. The Policy Implementation

Process. USA : Sage Publication. Inc.

Widodo, Joko. 2012. Analisis Kebijakan Publik. Malang : Bayumedia Publishing. Winarno, Budi. 2002. Teori Dan Proses Kebijakan Publik. Yogyakarta: Media

Press.

Zainal Abidin, Said. 2006. Kebijakan publik. Jakarta : Suara Bebas.

B.Dokumen-dokumen

Instruksi Presiden No.3 Tahun 2003 Tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan e-Government

Undang-undang No.14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik. Undang-undang No.25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik.

PP No.61 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan Undang-undang No.14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik.

Peraturan Komisi Informasi No.1 Tahun 2010 Tentang Standar Layanan Informasi Publik.

C.Rujukan Elektronik

http://diskominfo.jabarprov.go.id

(23)

1 1.1 Latar Belakang Masalah

Kemajuan teknologi komunikasi dan informasi memberikan manfaat yang sebesar-besarnya untuk masyarakat dalam era globalisasi karena diperlukan dan dimanfaatkan dalam segala bidang. Salah satu bidang yang terkena sentuhan teknologi informasi adalah pelayanan pemerintah kepada publik, dimana di era globalisasi ini rata-rata pelaksanaan pelayanan publik sudah menggunakan dan memanfaatkan teknologi informasi (e-Government), sehingga proses pelayanan publik dapat berjalan lebih efektif dan efisien serta terciptanya transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan.

Keberadaan internet di era globalisasi saat ini merupakan satu diantara sarana yang tidak akan lepas dari kehidupan manusia. Saat ini, teknologi internet sudah sedemikian maju dan terbukti bisa menembus dimensi jarak dan waktu. Internet memiliki kemampuan luar biasa dalam fungsinya sebagai sarana komunikasi publik dan sosial, dimana saat ini tidak perlu hanya mengandalkan telepon untuk sarana komunikasi, namun dengan kemajuan teknologi berbasis internet saat ini sarana komunikasi antar personal dapat diwujudkan dalam bentuk lain berbasis internet, misalnya dalam bentuk chating, dimana aplikasi-aplikasi

chating ini sudah banyak terdapat didalam handphone-handphone canggih

(24)

Perkembangan teknologi internet satu diantaranya adalah teknik digital, dimana sudah bisa mengakomodir semua kebutuhan manusia dibidang audio visual. Untuk menyaksikan tayangan video misalnya, orang tak perlu lagi memiliki televisi ataupun peralatan elektronik lainnya. Cukup dengan menekan beberapa tuts pada keyboard komputer personal (PC), setiap orang bisa dengan cepat, mudah dan praktis memenuhi keinginannya untuk menyaksikan tayangan apapun yang diinginkannya. Bahkan saat ini handphone sekalipun fasilitasnya sudah bisa untuk melihat video melalui internet.

Seiring dengan perkembangannya, handphone ini berkembang sangat pesat mengikuti perkembangan teknologi, dimulai dengan diciptakannya smartphone seperti Blackberry, Android, Windows Phone, dimana fitur-fitur yang disediakannya sedikit banyak sudah mengadopsi Personal Computer, sehingga untuk menikmati fitur-fitur di PC saat ini tidak perlu menunggu untuk berada dirumah, namun dimanapun dan kapanpun fitur-fitur tersebut sebagian besar sudah dapat dirasakan di smartphone, seperti aplikasi Ms.Office, browser, games,

chating, editing foto, dll.

(25)

Perubahan yang dialami masyarakat dunia saat ini yaitu mengalami transformasi menuju era masyarakat informasi. Kemajuan teknologi informasi yang demikian pesat, potensi pemanfaatannya secara luas, dan ketidakmampuan menyesuaikan diri dengan kecenderungan global akan membawa bangsa Indonesia ke dalam jurang digital divide, yaitu keterisolasian dari perkembangan global karena tidak mampu memanfaatkan informasi. Oleh karena itu penataan yang tengah kita laksanakan harus pula diarahkan untuk mendorong bangsa Indonesia menuju masyarakat informasi.

Pada tahun 2003, Presiden Indonesia mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 3 tahun 2003 Tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan

e-Government. Kemunculan Inpres ini tidak saja diartikan sebagai tindak lanjut

Inpres no 6 tahun 2001 tetapi juga merupakan cetusan komitmen untuk menerapkan sebuah konsep tentang pemanfaatan teknologi informasi yang telah dipraktekan di negara-negara maju yang telah melahirkan sebuah bentuk mekanisme birokrasi pemerintahan yang efektif dan efisien, yang diistilahkan sebagai Electronic Government (e-Government).

(26)

Ruang internet publik ini menjadi fasilitas pendukung dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat luas Jawa Barat untuk bisa lebih mengenal penggunaan internet, karena dengan fasilitas dan sarana yang disediakan diruang internet publik tersebut seperti perpustakaan, komputer dengan jaringan internet, dan penggunaannya secara gratis, dapat menjadi bagian dari tujuan mewujudkan masyarakat informasi.

Pelaksanaan ruang internet publik ini dalam kenyataannya banyak yang belum mengetahui keberadaannya, sehingga dapat dikatakan keberadaanya belum sepenuhnya dirasakan manfaatnya oleh masyarakat Jawa Barat. Dilain hal proses penggunaan internet di era globalisasi saat ini yang sangat mudah dan murah digunakan, karena internet dapat diakses melalui handphone, dan lebih lanjut sekarang ini sudah banyak provider telekomunikasi menyediakan benda meyerupai flashdisk yang dapat digunakan sebagai fasilitas langganan internet atau yang lebih populer disebut dengan modem, yang mudah dan murah digunakan sehingga dapat dibawa kemanapun dan tidak perlu repot lagi menggunakan jasa warnet. Sehingga hal tersebut menjadi pembahasanan yang menarik peneliti apakah kebijakan ruang internet publik tersebut masih layak atau tidak.

(27)

dengan masyarakat. Dalam internet publik masyarakat harus mendukung sepenuhnya jika memang kebijakan tersebut memang benar-benar layak untuk dijalankan, sehingga kebijakan tersebut dapat berjalan secara efektif dan efisien. Tercapainya tujuan inipun dapat dilihat dari partisipasi masyarakat terhadap ruang internet publik tersebut. Berikut penulis sajikan hasil observasi lapangan dengan melihat buku absensi pengunjung bulan mei 2013.

Tabel 1.1

Data Pengunjung Ruang Internet Publik Bulan Mei Tahun 2013

No Hari/Tanggal Instansi Keterangan

1 Rabu, 8 Mei 2013 Unikom Searching

2 Selasa, 16 Mei 2013 PT. DAYACITRA Upload LPSE

3 Rabu, 22 Mei 2013 Konsultan Upload

(Sumber: buku tamu pengunjung ruang internet publik tahun 2013)

Buku tamu tersebut menjadikan gambaran bahwa minimnya pengunjung ruang internet publik tersebut dan dapat pula dikatakan bahwa buku tamu yang ada diruang internet publik belum tertata rapih sehingga antara pengunjung yang memiliki kepentingan memakai internet publik dan memiliki kepentingan lain seperti keperluan praktek kerja lapangan, Penelitian dan sebagainya masih belum jelas. Karena bisa saja pengunjung yang bermaksud melakukan penelitian ataupun praktek kerja lapangan menggunakan ruang internet publik pula, namun karena buku tamunya masih dicampur aduk, sehingga tidak terlihat pengunjung ruang internet publik tersebut.

(28)

profesional maka bukanlah asa semata ruang internet publik ini dapat berjalan secara optimal, apalagi perkembangan teknologi komunikasi khususnya internet membutuhkan aparatur/orang-orang yang memang profesional dalam menjalankannya sehingga dapat memberikan penyuluhan dan pendidikan internet sehat kepada masyarakat luas.

Karakteristik dari pada aparatur pelaksana ruang internet publik ini menjadi bagian penting karena haruslah kuat dan berpendirian teguh, apalagi dengan kondisi masyarakat yang semakin cerdas dan dinamis, pemerintah haruslah mempunyai beragam cara agar tujuan kebijakan tersebut dijalankan secara optimal, sehingga kebijakan tersebut dapat dirasakan masyarakat secara keseluruhan baik yang notabene berpendidikan, maupun masyarakat yang tidak berpendidikan.

(29)

Komunikasi antarorganisasi dan aktivitas pelaksana dalam ruang internet publik ini pun merupakan salah satu aspek penting dalam mensukseskan kebijakan tersebut, tanpa komunikasi dan koordinasi yang baik maka kebijakan tersebut akan berjalan tidak seimbang dan akan jauh dari tujuan. Di era digital sekarang ini makna komunikasi diartikan beragam, salah satunya digambarkan secara visual, kebijakan-kebijakan yang dijalankan harus terlebih dahulu di informasikan kepada masyarakat luas sehingga tersebar kepada semua pihak, memanfaatkan teknologi internet, kebijakan tersebut dapat dikomunikasikan melalui website dinasnya masing-masing ataupun dapat ditunjukan dengan menggunakan media komunikasi yang lain seperti dengan sebuah spanduk, brosur, dan lain-lain. Fakta dilapangan, Sampai sejauh ini komunikasi yang telah dilakukan Diskominfo dalam ruang internet publik ini adalah penjelasan melaui

website http://diskominfo.jabarprov.go.id/layanan/ dan juga pembuatan brosur

“GAPURA WARTA” tahun 2013 yang didalamnya satu diantaranya

menjelasakan mengenai ruang internet publik sebagi pusat layanan informasi menggunakan layanan internet.

(30)

Lingkungan sosial ini menjadi bagian dimana masyarakat merupakan elemen yang mempunyai keterkaitan, dimana dapat saling membantu dan mempengaruhi satu sama lain. Suatu kebijakan kadang kala haruslah melihat lingkungan sosial yang ada sebagai suatu parameter kebijakan tersebut akan dijalankan. Karena lingkungan sosial yang tidak kondusif dapat menjadi hambatan kebijakan tersebut dapat terlaksana dengan baik.

Politik menjadi bahasa yang tidak asing kita dengar saat ini, karena seringnya dikaitkan dengan berbagai aspek kehidupan kita tidak terlepas dari proses suatu kebijakan, suatu kebijakan adakalanya dibentuk karena berbagai unsur politik didalamnya, sehingga kebijakan tersebut menjadi lain tujuannya ketika ada unsur kekuasaan, kepentingan didalamnya. Namun politik dalam suatu kebijakanpun dapat menjadi bagian yang manis manakala diarahkan kepada hal yang baik dimana tujuan kepentingan secara nasional dan melayani masyarakat menjadi tumpuannya.

Berdasarkan uraian diatas, maka dalam penelitian ini peneliti tertarik untuk mengambil judul “Implementasi Kebijakan Instruksi Presiden No.3 Tahun 2003 Tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan e-Government (Suatu Studi Pada Ruang Internet Publik di Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Jawa Barat)”.

1.2 Rumusan Masalah

(31)

Bagaimana Implementasi Kebijakan Instruksi Presiden No.3 Tahun 2003 Tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan e-Government (Suatu Studi Pada Ruang Internet Publik di Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Jawa Barat)?.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menggambarkan bagaimana implementasi kebijakan ruang internet publik di Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Jawa Barat

Sedangkan tujuanya adalah :

1. Untuk mengetahui ukuran dan tujuan kebijakan (policy standards and

objectives) dalam ruang internet publik di Diskominfo Provinsi Jawa Barat.

2. Untuk mengetahui sumber daya (resources) dalam kebijakan ruang internet publik di Diskominfo Provinsi Jawa Barat.

3. Untuk mengetahui komunikasi antarorganisasi dan aktivitas pelaksana

(interorganizational communication and enforcement activities) dalam

ruang kebijakan internet publik di Diskominfo Provinsi Jawa Barat.

4. Untuk mengetahui karakteristik agen pelaksana (The Characteristics of the

implementing Agencies) dalam kebijakan ruang internet publik di

Diskominfo Provinsi Jawa Barat.

(32)

6. Untuk mengetahui lingkungan ekonomi, sosial dan politik (Economics,

Social, and Political Conditions) dalam kebijakan ruang internet publik di

Diskominfo Provinsi Jawa Barat.

1.4 Kegunaan Penelitian

Sesuatu yang dikerjakan seharusnya mempunyai manfaat baik untuk diri sendiri dan umumnya untuk orang lain. Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan yang bersifat teoritis dan praktis, sebagai berikut :

1. Bagi Kepentingan Peneliti

Penelitian ini dapat berguna untuk menambah wawasan dan pengetahuan peneliti mengenai bagaimana implementasi kebijakan ruang internet publik yang merupakan fasilitas internet gratis bagi masyarakat berbasis pemanfaatan perkembangan teknologi informasi yang didasarkan pada Inpres No.3 Tahun 2003 yang ditinjau dari teori yang peneliti gunakan, studi pustaka, serta kondisi nyata di lapangan.

2. Secara Teoritis

Penelitian ini untuk mengembangkan teori-teori implementasi kebijakan yang peneliti gunakan dalam penelitian ini dan dapat memberikan kontribusi positif bagi perkembangan Ilmu Pemerintahan khususnya mengenai impelementasi kebijakan.

3. Secara Praktis

(33)

11 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Pengertian Implementasi

Implementasi kebijakan publik merupakan satu diantara tahapan dari proses kebijakan publik (public policy process) sekaligus studi yang sangat

crucial. Bersifat crucial karena bagaimanapun baiknya suatu kebijakan,

kalau tidak dipersiapkan dan direncanakan secara baik dalam implementasinya, maka tujuan kebijakan tidak akan bisa diwujudkan. Demikian pula sebaliknya, bagaimanapun baiknya persiapan dan perencanaan implementasi kebijakan, kalau tidak dirumuskan dengan baik maka tujuan kebijakan juga tidak akan bisa diwujudkan. Dengan demikian, jika menghendaki tujuan kebijakan dapat dicapai dengan baik, maka bukan saja pada tahap implementasi yang harus dipersiapkan dan direncanakan dengan baik, tetapi juga pada tahap perumusan atau pembuatan kebijakan juga telah diantisipasi untuk dapat diimplementasikan.

(34)

melaksanakan sesuatu); to give practical effect to (menimbulkan dampak/akibat terhadap sesuatu)", implementasi berarti menyediakan sarana untuk melaksanakan suatu kebijakan dan dapat menimbulkan dampak/akibat terhadap sesuatu tertentu

Defini implementasi lainnya dijelaskan dengan pengertian bahwa: "To understand what actually happens after a program is enacted or formulated is the subject for policy implementation. Those event and activities that occur after the issuing of authoritative public policy directives, which included both the effort to administer and the

substantive impact on people and events" (Mazmanian dan Sabatier,

1983:4)

Hakikat utama implementasi kebijakan adalah memahami apa yang seharusnya terjadi sesudah suatu program dinyatakan berlaku atau dirumuskan. Pemahaman tadi mencakup usaha-usaha untuk mengadministrasikannya dan untuk menimbulkan dampak nyata pada masyarakat atau kejadian-kejadian.

Pengertian lebih lanjut mengemukakan bahwa:

"This definition encompasses not only the behavior of the administrative body which has responsibility for the program and the compliance of target groups, but also the web of direct and indirect political, economic, and social forces that bear intended and

unintended of the program." (Mazmanian dan Sabatier, 1983:4)

(35)

akhirnya berdampak pada yang diharapkan (intended) maupun yang tidak diharapkan (unintended) dari suatu program.

Implementasi merupakan suatu kajian mengenai studi kebijakan yang mengarah pada proses pelaksanaan dari suatu kebijakan. Dalam praktiknya impelentasi kebijakan merupakan suatu proses yang begitu kompleks bahkan tidak jarang bermuatan politis dengan adanya intervensi berbagai kepentingan. Untuk menggambarkan kerumitan dalam proses implementasi tersebut dapat dilihat dari penyataan yang dikemukakan oleh satu diantara seorang ahli studi kebijakan dengan memberikan pengertian sebagai berikut: “Adalah cukup untuk membuat sebuah program dan kebijakan umum yang kelihatannya bagus diatas kertas. Lebih sulit lagi merumuskannya dalam kata-kata dan slogan-slogan yang kedengarannya mengenakan bagi telinga para pemimpin dan para pemilih yang mendengarkannya. Dan lebih sulit lagi melaksanakannya dalam bentuk cara yang memuaskan semua orang termasuk mereka

anggap klien.” (Bardach, 1991:3)

(36)

tersebut sehingga proses berjalannya kebijakan tidak berjalan sinergis antara pemerintah dan masyarakat.

2.1.2 Pengertian Kebijakan

Tanpa disadari kita seringkali membaca surat kabar atau melihat televisi yang berkaitan dengan kebijakan pemerintah. Kita mendengar kebijakan ekonomi, kebijakan sosial, dan sejenisnya, dan berusaha mengubah kebijakan, merevisi kebijakan, mengurangi kebijakan dan mengawasi kebijakan.

Apa yang kita baca, dengar, dan kita lihat seperti contoh tersebut menunjukan bahwa kebijakan memiliki kesamaan posisi dan sudut pandang pada satu sisi dan pada sisi lain menunjuk pada suatu rangkaian tindakan tertentu. Sementara itu, posisi kebijakan hanya sebagai sebuah peraturan semata. Ketiga pengertian kebijakan tersebut dapat dijadikan pedoman

(guide), baik bagi mereka yang mengimplementasikan maupun yang akan

melakukan penelitian atau observasi kebijakan.

Kebijakan publik (public policy) oleh Dye (1992:2) diartikan sebagai “whatever government choose to do or not to do”.Kebijakan publik adalah

(37)

Pengertian lain dikemukakan oleh Kartasasmita (1997:142) bahwa kebijakan diartikan sebagai serangkaian tujuan dan sasaran dari program-program pemerintah. Dari pengertian tersebut, peneliti menggambarkan bahwa suatu kebijakan tidak terlepas dari apa yang pemerintah bentuk dalam sebuah peraturan yang mempunyai sasaran dan tujuan.

Pengertian kebijakan lainnya digambarkan sebagai berikut:

“Kebijakan sebagai suatu tindakan yang mengarah pada tujuan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam lingkungan tertentu sehubungan dengan adanya hambatan-hambatan tertentu seraya mencari peluang-peluang untuk mencapai tujuan atau

mewujudkan sasaran yang diinginkan”. (Friedrich dalam Wahab

1991:13)

Berdasarkan definisi tersebut peneliti mendapatkan gambaran lebih jauh bahwa sebuah kebijakan dibentuk tidak hanya oleh pemerintah saja namun kelompok-kelompok yang ada dimasyarakatpun dikatakan menjadi sebuah kebijakan, jika mengusulkan dan merumuskan suatu tindakan ataupun peraturan yang mempunyai tujuan dan sasaran yang diinginkan.

2.1.3 Pengertian Implementasi Kebijakan

(38)

Definisi implementasi kebijakan digambarkan sebagai berikut:

”Tindakan-tindakan yang dilakukan oleh organisasi publik yang

diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan-keputusan sebelumnya. Tindakan-tindakan ini mencakup usaha-usaha untuk mengubah keputusan-keputusan menjadi tindakan-tindakan operasional dalam kurun waktu tertentu maupun dalam rangka melanjutkan usah-usaha untuk mencapai perubahan-perubahan besar dan kecil yang ditetapkan oleh keputusan-keputusan kebijakan”. (Van Meter dan Van Horn dalam Winarno, 2005:102)

Menurut pendapat di atas dapat dimengerti bahwa implementasi kebijakan merupakan usaha-usaha berupa tindakan untuk mencapai perubahan-perubahan yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan sebelumnya.

Implementasi kebijakan dikategorikan menjadi dua pilihan untuk mengimplementasikannya, yaitu langsung mengimplementasikannya dalam bentuk program-program dan melalui formulasi kebijakan derivat atau turunan dari kebijakan tersebut (Nugroho, 2003:158). Oleh karena itu, implementasi kebijakan yang telah dijelaskan oleh Nugroho merupakan dua pilihan, dimana yang pertama langsung mengimplementasi dalam bentuk program dan pilihan kedua melalui formulasi kebijakan.

Implementasi kebijakan digambarkan sebagai tindakan-tindakan untuk mencapai tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan. Tindakan tersebut dilakukan baik oleh individu, pejabat pemerintah ataupun pihak swasta. Definisi implementasi kebijakan yang lainnya dijelaskan bahwa:

(39)

peradilan. Lazimnya, keputusan tersebut mengidentifikasikan masalah yang ingin diatasi, menyebutkan secara tegas tujuan atau sasaran yang ingin dicapai, dan berbagai cara untuk menstrukturkan atau mengatur

proses implementasinya”. (Mazmanian dan Sabatier, 1983:61)

Berdasarkan pengertian diatas, peneliti menggambarkan bahwa implementasi kebijakan berupa keputusan-keputusan yang mengidentifikasi masalah yang ingin diatasi, agar proses berjalannya keputusan-keputusan tersebut dapat berjalan sesuai tujuan yang sudah ditetapkan

Definisi implementasi kebijakan lainnya di jelaskan sebagai berikut:

“Tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu atau

pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan

dalam keputusan kebijaksanaan” (Van Meter dan Van Horn:1975)

Berdasarkan uraian tersebut dapat digambarkan bahwa implementasi merupakan suatu proses yang dinamis, dimana pelaksana kebijakan melakukan suatu aktivitas atau kegiatan, sehingga pada akhirnya akan mendapatkan suatu hasil yang sesuai dengan tujuan atau sasaran kebijakan itu sendiri.

Implementasi kebijakan merupakan tahapan yang sangat penting dalam keseluruhan struktur kebijakan, karena melalui prosedur ini proses kebijakan secara keseluruhan dapat dipengaruhi tingkat keberhasilan atau tidaknya pencapaian tujuan. Hal ini dipertegas oleh definisi sebagai berikut: “Pelaksanaan kebijakan adalah sesuatu penting bahkan mungkin jauh lebih penting daripada pembuatan kebijakan. Kebijakan-kebijakan hanya akan sekedar berupa impian atau rencana bagus yang tersimpan

rapi dalam arsip kalau tidak diimplementasikan”. (Udoji, 1981)

(40)

namun untuk diimplementasikan agar dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat luas demi terwujudnya kepentingan nasional.

Penjelasan lain mengenai implementasi kebijakan adalah sebagai berikut:

“Pelaksanaan keputusan kebijaksanaan dasar, biasanya dalam bentuk undang-undang, namun dapat pula berbentuk perintah-perintah atau keputusan-keputusan eksekutif yang penting atau keputusan badan

peradilan”. (Wahab, 2005:68)

Berdasarkan definisi tersebut peneliti menggambarkan bahwa yang perlu dalam pelaksanaan kebijakan adalah bentuk tindakan-tindakan yang sah yang didasarkan pada peraturan-peraturan yang berlaku atau pelaksanaan suatu rencana sesuai dengan peruntukannya. Membuat atau merumuskan kebijakan bukanlah suatu yang mudah dan sederhana, karena banyak faktor hambatan serta pengaruh dalam proses pembuatan kebijakan tersebut sehingga mesti dirumuskan sedemikan rupa agar kebijakan tersebut berjalan sesuai tujuan.

2.1.4 Model Pendekatan Implementasi Kebijakan Publik

Dalam melaksanakan implementasi kebijakan publik terdapat beberapa model sesuai dengan pendekatan implementasi yang digunakan. Model implementasi kebijakan yang berperspektif top down satu diantaranya dikembangkan oleh Edward III. Dengan menamakan model implementasi kebijakan publiknya dengan direct dan indirect impact on

(41)

terdapat empat variabel yang sangat menentukan keberhasilan implementasi suatu kebijakan, yaitu :

1. Communication.

2. Resource.

3. Disposition.

4. Bureauratice Structure.

(Edward III dalam Agustino, 2012:150)

Variabel tersebut menjadikan gambaran untuk peneliti bahwa dibutuhkan komunikasi yang baik agar terciptanya keberhasilan implementasi kebijakan. Para pembuat keputusan harus mengetahui apa yang mereka kerjakan sehingga setiap keputusan kebijakan dan peraturan implementasi harus dikomunikasikan kepada bagian personalia yang tepat. Selain itu, kebijakan yang dikomunikasikanpun harus tepat, akurat, dan konsisten. Komunikasi diperlukan agar para pembuat keputusan di dan para implementator akan semakin konsisten dalam melaksanakan setiap kebijakan yang akan ditetapkan dalam masyarakat.

Terdapat tiga indikator yang dapat dipakai (atau digunakan) dalam mengukur keberhasilan variabel komunikasi tersebut diatas, yaitu : 1) Transmisi, 2)Kejelasan, 3)Konsistensi (Edward III dalam Agustino, 2012:150).

(42)

dan tidak membingungkan agar terjadi keseragaman pemahaman dalam pelaksanaan kebijakan serta perintah yang diberikan dalam pelaksanaan suatu komunikasi haruslah konsisten dan jelas dalam pelaksanaannya. Karena jika perintah yang diberikan sering berubah-ubah, maka dapat menimbulkan kebingungan bagi pelaksana kebijakan di lapangan.

Variabel atau indikator kedua yang mempengaruhi keberhasilan implementasi suatu kebijakan adalah sumber daya. Sumber daya merupakan hal penting lainnya menurut Edward III, dalam mengimplementasikan kebijakan, indikator sumber daya terdiri dari beberapa elemen, yaitu:

1. Staf 2. Informasi 3. Wewenang 4. Fasilitas

(Edward III dalam Agustino, 2012:151)

Indikator-indikator tersebut menjadikan pemahaman kepada peneliti bahwa sumber daya utama dalam implementasi kebijakan adalah staf. Kegagalan yang sering terjadi dalam implementasi kebijakan salah satunya disebabkan karena staf yang tidak mencukupi, memadai, ataupun tidak kompeten dibidangnya. Oleh karena itu, dalam pencapaian tujuan kebijakan diperlukan staf yang mempunyai keahlian dibidang pelaksanaan kebijakan tersebut.

(43)

Wewenang pada umumnya harus bersifat formal atau terlegitimasi bagi para pelaksana dalam melaksanakan kebijakan yang ditetapkan secara politik agar perintah dapat dilaksanakan dengan baik. Namun dalam pelaksanaanya perlu diwaspadai adalah penyalahgunaan wewenang oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab yang dapat merusak pencapaian tujuan kebijakan.

Pendukung dalam keberhasilan implementasi kebijakan adalah fasilitas baik itu sarana maupun prasarana merupakan, karena tanpa fasilitas yang memadai terkadang menjadikan hambatan dalam pencapaian tujuan kebijakan.

Variabel ketiga yang mempengaruhi tingkat keberhasilan implementasi kebijakan publik menurut Edward III, adalah disposisi. Disposisi atau sikap dari pelaksana kebijakan adalah faktor penting ketiga dalam pendekatan mengenai pelaksanaan suatu kebijakan publik. Jika pelaksanaan suatu kebijakan ingin efektif, maka para pelaksana kebijakan tidak hanya harus mengetahui apa yang akan dilakukan tetapi juga harus memiliki kemampuan untuk melaksanakannya, sehingga dalam praktiknya tidak terjadi bias.

Hal-hal penting yang perlu dicermati pada variabel disposisi adalah: 1)Pengangkatan birokrasi, 2)Insentif (Edward dalam Agustino, 2012:152)

(44)

pengangkatan personil pelaksana kebijakan haruslah orang-orang yang memiliki dedikasi pada kebijakan yang telah ditetapkan, lebih khususnya lagi kepada kepentingan nasional. Selanjutnya insentif dapat dikatakan sebagai salah satu teknik yang disarankan untuk mengatasi masalah kecenderungan para pelaksana untuk memanipulasi biaya. Karena dengan insentif sedikit banyak akan mempengaruhi para pelaksana untuk lebih meningkatkan kinerjanya.

Variabel keempat, menurut Edward III, yang mempengaruhi tingkat keberhasilan implementasi kebijakan publik adalah struktur birokrasi. Walaupun sumber-sumber untuk melaksanakan suatu kebijakan tersedia, atau para pelaksana kebijakan mengetahui apa yang seharusnya dilakukan, dan mempunyai keinginan untuk melaksanakan suatu kebijakan, kemungkinan kebijakan tersebut tidak dapat terlaksana atau terealisasi karena terdapatnya kelemahan dalam struktur birokrasi.

Kebijakan yang begitu kompleks menuntut adanya kerjasama banyak orang, ketika struktur birokrasi tidak kondusif pada kebijakan yang tersedia, maka hal ini akan menyebabkan sumber daya-sumber daya menjadi tidak efektif dan menghambat jalannya kebijakan.

Menurut Edward , terdapat dua karakteristik yang dapat meningkatkan kinerja struktur birokrasi/organisasi kearah yang lebih baik, adalah : melakukan Standar Operating Prosedurs (SOPs) dan melakukan

(45)

Penjelasan SOPs tersebut dijelaskan oleh Edward sebagai berikut :

“Standard Operating Procedures (SOP) dikembangkan sebagai

respon internal terhadap keterbatasan waktu dan sumber daya dari pelaksana dan keinginan untuk keseragaman dalam bekerjanya organisasi-organisasi yang kompleks dan tersebar luas. SOP sangat mungkin menghalangi implementasi kebijakan-kebijakan baru yang membutuhkan cara-cara kerja baru atau tipe-tipe personil baru untuk mengimplementasikan kebijakan. Semakin besar kebijakan membutuhkan perubahan dalam cara-cara yang rutin dari suatu organisasi, semakin besar probabilitas SOP menghambat implementasi”. (Edward III dalam Agustino, 2012:153).

Berdasarkan penjelasan tersebut peneliti mendapatkan gambaran bahwa SOPs adalah suatu kegiatan rutin yang memungkinkan para pegawai (atau pelaksana kebijakan/administratur/birokrat) untuk melaksanakan kegiatan-kegiatannya pada setiap harinya sesuai dengan standar yang ditetapkan (atau standar minimum yang dibutuhkan warga).

Selanjutnya perihal penjelasan apa yang dimaksud dengan fragmentasi, Edward menjelaskan sebagai berikut:

“Fragmentasi berasal terutama dari tekanan-tekanan di luar unit-unit birokrasi, seperti komite-komite legislatif, kelompok-kelompok kepentingan, pejabat-pejabat eksekutif, konstitusi Negara dan sifat kebijakan yang mempengaruhi organisasi birokrasi publik. Fragmentasi adalah penyebaran tanggung jawab terhadap suatu wilayah kebijakan di antara beberapa unit organisasi. “fragmentation is the dispersion of responsibility for a policy area among several

organizational units.”. Semakin banyak aktor-aktor dan badan-badan

yang terlibat dalam suatu kebijakan tertentu dan semakin saling berkaitan keputusan-keputusan mereka, semakin kecil kemungkinan keberhasilan implementasi. Edward menyatakan bahwa secara umum, semakin koordinasi dibutuhkan untuk mengimplementasikan suatu kebijakan, semakin kecil peluang untuk berhasil”. (Edward III dalam Agustino, 2012:153).

(46)

aktivitas-aktivitas pegawai diantara beberapa unit kerja agar kebijakan tersebut diminimalisir terhadap tekanan-tekanan eksternal yang ada dan juga memaksimalkan fungsi koordinasi dalam suatu kebijakan. Karena kadangkala koordinasi akan menjadi batu sandungan dalam pencapaian tujuan kebijakan, ketika dijalankan tidak sesuai peraturan.

Gambar 2.1

Model Pendekatan Direct and Indirect on Implementation (George Edward III)

(Sumber : George Edward III dalam Leo Agustino, 2012:150)

Dilihat dari gambar model implementasi kebijakan di atas syarat utama keberhasilan proses implementasi menurut Edward III meliputi komunikasi berkenaan dengan bagaimana kebijakan dikomunikasikan kepada organisasi dan/atau publik, ketersediaan sumber daya untuk melaksanakan kebijakan, sikap, dan tanggapan dari para pihak yang terlibat dan bagaimana struktur birokrasi pelaksanaan kebijakan.

Model pendekatan yang lainnya dirumuskan oleh Van Metter dan Van Horn yang disebut dengan A Model of The Policy Implementation. Proses implementasi ini merupakan sebuah abstarksi atau performansi suatu implementasi kebijakan yang pada dasarnya secara sengaja dilakukan untuk

Komunikasi

Struktur Birokrasi

Sumber Daya

Disposisi

(47)

meraih kinerja implementasi kebijakan publik yang tinggi yang berlangsung dalam hubungan berbagai variabel. Model ini mengandaikan bahwa implementasi kebijakan berjalan secara linier dari keputusan politik yang tersedia, pelaksana, dan kinerja kebijakan publik.

Menurut Van Metter dan Van Horn, terdapat enam variabel yang mempengaruhi kinerja kebijakan publik tersebut, adalah :

1. Standard and Objective.

2. Resources.

3. International Communication and Enforcement Activities.

4. Characteristics of The Implementing Agencies.

5. The Disposition of Implementors

6. Economic, social, and Political Conditions.

(Van Metter dan Van Horn, 1975:463)

Variabel-variabel yang dikemukakan oleh Van Metter dan Van Horn tersebut menjadikan pemahaman bagi peneliti bahwa ukuran dan tujuan implementasi kebijakan dapat diukur tingkat keberhasilannya jika dan hanya kebijakan tersebut memang realistis dengan kondisi sosio kultur yang ada di level pelaksana kebijakan dan juga masyarakat. Berarti suatu kebijakan haruslah disesuaikan dalam proses pembuatannya dengan kondisi sosial dan budaya yang ada baik di tingkat para pelaksana maupun berkaitan dengan masyarakat.

(48)

dengan pekerjaan dan keahlian yang diisyaratkan oleh kebijakan yang telah ditetapkan sebelumnya. Tetapi ketika kapabilitas dari sumber-sumber daya itu nihil, maka kinerja kebijakan publik sangat sulit untuk diharapkan keberhasilannya.

Sumber daya-sumber daya lain yang perlu diperhitungkan juga adalah sumber daya finansial dan sumber daya waktu. Karena mau tidak mau, ketika sumber daya manusia yang kompeten dan kapabel telah tersedia sedangkan anggaran tidak tersedia, maka memang menjadi persoalan pelik untuk merealisasikan apa yang menjadi tujuan kebijakan publik. Demikian pula halnya dengan sumber daya waktu, saat sumber daya manusia giat bekerja dan dana berjalan dengan baik, tetapi terbentur dengan persoalan waktu yang terlalu ketat, maka hal ini pun dapat menjadi penyebab ketidakberhasilan implementasi kebijakan.

Komunikasi Antarorganisasi dan Aktivitas Pelaksana merupakan mekanisme yang ampuh dan sangat diperlukan dalam implementasi kebijakan publik. Karena Semakin baik koordinasi komunikasi diantara pihak-pihak yang terlibat dalam suatu proses implementasi kebijakan, maka asumsinya kesalahan-kesalahan akan sangat kecil untuk terjadi dan memudahkan dalam proses pencapaian tujuan kebijakan.

(49)

berusaha untuk merubah perilaku atau tindak laku manusia secara radikal, maka agen pelaksana projek itu haruslah berkarakteristik keras dan ketat pada aturan serta sanksi hukum. Sedangkan bila kebijakan publik itu tidak terlalu merubah perilaku dasar manusia, maka dapat saja agen pelaksana yang diturunkan tidak sekeras dan tidak setegas pada gambaran yang pertama.

Cakupan atau luas wilayah dalam implementasi kebijakanpun perlu juga diperhitungkan manakala hendak menentukan agen pelaksana. Semakin luas cakupan implementasi kebijakan, maka seharusnya semakin besar pula agen yang dilibatkan dengan karakteristik yang tepat pula.

Faktor selanjutnya adalah sikap/kecenderungan (Disposition) para pelaksana kebijakan akan sangat banyak mempengaruhi keberhasilan atau tidaknya kinerja implementasi kebijakan publik. Hal ini sangat mungkin terjadi di karenakan kebijakan yang dilaksanakan bukanlah hasil perumusan warga setempat yang mengenal betul persoalan dan permasalahan yang mereka rasakan. Tetapi kebijakan yang akan implementasikan adalah

kebijakan “dari atas” (top down) yang mungkin para pengambil

keputusannya tidak pernah mengetahui bahkan tidak mampu menyentuh kebutuhan, keinginan, atau permasalahan yang warga ingin selesaikan.

(50)

kinerja publik yang telah ditetapkan. Lingkungan sosial, ekonomi, dan politik yang tidak kondusif dapat menjadi penyebab dari kegagalan kinerja implementasi kebijakan. Oleh karena itu, upaya untuk mengimplementasikan kebijakan agar tercapai tujuannya harus memperhatikan kekondusifan kondisi lingkungan eksternal.

Model implementasi kebijakan Van Metter dan Van Horn digambarkan sebagai berikut:

[image:50.595.144.509.348.634.2]

Gambar 2.2

A model of the Policy Implementation process (Van Metter dan Van Horn)

(Sumber : Donald S. Van Metter, Carl E. Van Horn, The Policy Implementation Process, 1975:463)

Model seperti di atas dapat dipahami bahwa sesungguhnya dalam implementasi kebijakan tidak hanya menyangkut perilaku badan-badan administrasi yang bertanggung jawab untuk melaksanakan program meliputi

Policy

Standards and objectives

Resources

(51)

ukuran dan tujuan, sumber daya, melainkan pula menyangkut komunikasi antarorganisasi bahkan menyangkut pula lingkungan ekonomi politik dan sosial.

2.1.5 Unsur-Unsur Implementasi Kebijakan

Buku Implementing Public Policy dari Edward III mengungkapkan dalam komunikasi kebijakan memiliki beberapa macam dimensi diantaranya: dimensi transformasi atau penyampaian informasi kebijakan publik, kejelasan, dan konsistensi (Edward III, 1980:10-11). Dimana dalam hal ini dijelaskan bahwa semakin baik koordinasi komunikasi diantara pihak-pihak yang terlibat dalam suatu proses implementasi kebijakan, maka kesalahan-kesalahan yang terjadi akan kecil terjadi. Begitupun sebaliknya, ketika koordinasi tidak berjalan baik maka kesalahan-kesalahan atau kegagalan dalam proses berjalannya suatu kebijakan akan berpotensi besar terjadi.

Proses implementasi kebijakan diantaranya memiliki tiga unsur penting dan mutlak ketika menjalankannya. Adapun unsur-unsur implementasi kebijakan meliputi:

1. Adanya program yang dilaksanakan

2. Adanya kelompok target, yaitu masyarakat yang menjadi sasaran dan diharapkan akan menerima manfaat dari program tersebut. 3. Adanya pelaksanaan, baik organisasi atau perorangan yang

bertanggung jawab dalam pengelolaan, pelaksanaan maupun pengawasan dari proses penerapan tersebut

(Wahab, 1990:45).

(52)

kelompok target penerima kebijakan dan adanya pelaksanaan kebijakan itu sendiri. Dan hal inilah yang akan menjadi unsur dasar dan perlu diketahui dalam proses berjalannya suatu kebijakan.

Penjelasan daripada unsur-unsur implementasi kebijakan lainnya disampaikan oleh Van Meter dan Van Horn dimana menempatkan beberapa unsur yang mungkin berpengaruh terhadap suatu organisasi dalam proses implementasi kebijakan, diantaranya sebagai berikut:

1. Kompetisi dan ukuran staf suatu badan;

2. Tingkat pengawasan hierarkis terhadap keputusan-keputusan sub-unit dan proses-proses dalam badan-badan pelaksana;

3. Sumber-sumber politik suatu organisasi (misalnya dukungan diantara anggota-anggota legislative dan eksekutif);

4. Vitalitas suatu organisasi;

5. Tingkat komunikasi-komunikasi “terbuka”, yang didefinisikan sebagai jaringan kerja komunikasi horizontal dan vertikal secara bebas serta tingkat kebebasan yang secara relatif tinggi dalam komunikasi dengan individu-individu diluar organisasi;

6. Kaitan formal dan informal suatu badan dengan badan “pembuat

keputusan” atau “pelaksanan keputusan”. (Van Metter dan Van Horn, 1975:471)

(53)

Model pendekatan implementasi kebijakan selanjutnya adalah model

bottom up, dimana model ini memandang implementasi kebijakan

dirumuskan tidak oleh lembaga yang tersentralisir dari pusat (Agustino, 2012:157). Pendekatan bottom up berpangkal dari keputusan-keputusan dan formulasi kebijakan yang ditetapkan dan berada di level masyarakat yang merasakan sendiri permasalahan yang mereka alami. Sehingga dapat lebih memahami dan mampu menganalisis kebijakan-kebijakan apa yang cocok dengan sumber daya yang tersedia, sistem sosio-kultur yang berjalan agar kebijakan tersebut tidak kontraprodutif, yang dapat menunjang keberhasilan kebijakan itu sendiri.

2.1.6 Faktor Pendukung Implementasi Kebijakan

Keberhasilan implementasi kebijakan tidak akan lepas dari faktor kesuksesan suatu lembaga-lembaga atau badan-badan dalam menyelenggarakan suatu kebijakan yang telah ditetapkan. Menurut Winarno, implementasi kebijakan bila dipandang dalam pengertian yang luas, merupakan: “Alat administrasi hukum dimana berbagai aktor, organisasi, prosedur, dan teknik yang bekerja bersama-sama untuk menjalankan kebijakan guna meraih dampak atau tujuan yang diinginkan”. (Winarno, 2002:102).

(54)

pembuat dan pelaksana dari suatu kebijakan dengan masyarakat selaku objek yang akan menjalankan kebijakan tersebut.

Pengertian lain mengenai faktor pendukung keberhasilan implementasi kebijakan dikemukakan oleh Anderson dalam Suggono pada buku Hukum dan Kebijaksanaan Publik, bahwa masyarakat mengetahui dan melaksanakan suatu kebijakanpublik dikarenakan:

1. Respek anggota masyarakat terhadap otoritas dan keputusan-keputusan badan-badan pemerintah;

2. Adanya kesadaran untuk menerima kebijakan;

3. Adanya keyakinan bahwa kebijakan itu dibuat secara sah,konstitusional, dan dibuat oleh para pejabat pemerintah yang berwenang melalui prosedur yang ditetapkan;

4. Sikap menerima dan melaksanakan kebijakan publik karena kebijakan itu lebih sesuai dengan kepentingan pribadi;

5. Adanya sanksi-sanksi tertentu yaang akan dikenakan apabila tidak melaksanakan suatu kebijakan.

(Suggono, 1994:23)

Pengertian tersebut memberikan gambaran kepada peneliti bahwa implementasi kebijakan haruslah didukung, diterima dan dilaksanakan sebaik-baiknya oleh masyarakat melalui kesadarannya dan menerima segala resikonya. Karena pada dasarnya suatu implementasi kebijakan adalah untuk proses memenuhi keinginan dan hak dari masyarakat secara nasional.

2.1.7 Faktor Penghambat Implementasi Kebijakan

(55)

buku Hukum dan kebijakan publik, implementasi kebijakan mempunyai beberapa faktor penghambat, yaitu:

1. Isi kebijakan. 2. Informasi. 3. Dukungan.

4. Pembagian potensi. (Sunggono,1994: 149-153).

Faktor-faktor tersebut menjadikan suatu gambaran untuk peneliti bahwa implementasi kebijakan dikatakan gagal karena masih samarnya isi kebijakan tersebut, maksudnya adalah apa yang menjadi tujuan dari kebijakan tersebut tidak cukup terperinci, sarana-sarana dan penerapan prioritas, atau program-program kebijakan terlalu umum atau sama sekali tidak ada.

selanjutnya dikarenakan kurangnya ketetapan intern maupun ekstern dari kebijakan yang akan dilaksanakan dan penyebab lain dari timbulnya kegagalan implementasi suatu kebijakan publik dapat terjadi karena kekurangan-kekurangan yang menyangkut sumber daya pembantu, misalnya yang menyangkut waktu, biaya/dana dan tenaga manusia.

Implementasi kebijakan publik mengasumsikan bahwa para pelaksana kebijakan yang terlibat langsung mempunyai informasi yang perlu atau berkaitan untuk dapat memainkan perannya dengan baik. Namun dalam realisasinya informasi ini justru tidak ada, misalnya akibat adanya gangguan komunikasi sehingga menjadi penghambat berjalannya kebijakan.

(56)

dari pelaksana kebijakan maupun masyarkat sebagai upaya kerjasama mensukseskan proses berjalannya kebijakan tersebut.

Hal lainnya yang berkaitan dengan gagalnya implementasi suatu kebijakan publik juga ditentukan oleh aspek pembagian potensi diantara para pelaku yang terlibat dalam implementasi kebijakan. Dalam hal ini berkaitan dengan salah pengertian daripada tugas dan wewenang organisasi pelaksana. Struktur organisasi pelaksanaan dapat menimbulkan masalah-masalah apabila pembagian wewenang dan tanggung jawab kurang disesuaikan dengan pembagian tugas atau ditandai oleh adanya pembatasan-pembatasan tugas yang kurang jelas sehingga menjadi penghambat implementasi kebijakan.

2.1.8 Electronic Government

2.1.8.1 Pengertian Electronic Government

Pemerintahan berbasis elektronik atau lebih dikenal dengan

e-Government menjadi populer seiring dengan perkembangan dan kemajuan

teknologi informasi dan komunikasi saat ini. Peran pemerintah sebagai organisasi yang mempunyai kekuasaan seharusnya dapat bersikap inovatif dalam proses pelayanan publiknya, termasuk didalamnya memanfaatkan penerapan e-Government dalam proses pelayanan publiknya dengan tujuan menciptakan pelayanan yang efektif dan efisien.

(57)

Electronic Government memiliki spectrum yang luas. Oleh karena itu perlu dibagi menjadi e-Government dalam level mikro. Pada level makro, kita membicarakan strategi nasional e-Govemnet, kebijkan yang diperlukan. Kaitannya dengan cakupan yang lebih luas (internasional). Keterlibatan multisektor baik nasional maupun internasional, kepentingan nasional, integrasi bangsa. Dalam level mikro adalah strategi instansional, terfokus pada aplikasi, cakupan terbatas, keterlibatan sektor dalam skala lokal. Pusat perhatiannya pada operasi e-Governmnet itu sendiri dan bagaimana model kinerja akan dirancang dan dilaksanakan” (Akadun, 2009:142).

Berdasarkan pengertian diatas, peneliti mendapatkan gambaran bahwa pengertian e-Government dapat dibagi menjadi dua yaitu pengertian secara makro dan mikro. e-Government pada level makro merupakan bagian dari strategi nasional untuk mendukung penyelenggaraan pemerintahan. Sedangkan e-Government pada level mikro merupakan pelaksanaan dari strategi nasional e-Government. Asumsinya diantaranya Pada tingkat instansi dilaksanakan dengan mengembangkan aplikasi yang dapat mendukung tugas dan fungsi masing-masing instansi pemerintahan.

Pengertian lain menjelaskan e-Government sebagai berikut:

e-Government merupakan suatu sistem untuk penyelenggaraan

pemerintahan dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi terutama yang berkaitan dengan pemberian pelayanan

kepada masyarakat” (Anwar dan Oetojo, 2003:136).

Pengertian tersebut merupakan gambaran bagi peneliti bahwa e -Government pada dasarnya merupakan pemanfaatan teknologi informasi oleh pemerintah untuk menunjang proses jalannya pemerintahan agar berjalan lebih efektif dan efisien demi terwujudnya good governance.

(58)

aplikasi sistem informasi dan telekomunikasi dilingkungan pemerintahan (Nugroho, 2008:165).

Pengertian tersebut menggambarkan bahwa penerapan e-Government adalah pemanfaatan perkembangan aplikasi-aplikasi dari sistem informasi dan telekomunikasi yang akan menungjang terhadap proses berjalannya pemerintahan. Aplikasi sistem informasi dan telekomunikasi tersebut dikembangkan dan diterapkan demi mewujudkan pelayanan publik berbasis teknologi yang bertujuan memberikan kepuasan dan kemudahan kepada masyarakat.

2.1.8.2 Tujuan Electronic Government

Pada dasarnya penerapan e-Government mempunyai tujuan-tujuan. Adapun menurut Anwar dan Oetojo dalam rangka penerapan E-Government ini meliputi:

1. Terciptanya hubungan secara elektronik antara pemerintah dengan masyarakatnya sehingga dapat mengakses berbagai informasi dan layanan dari pemerintah;

2. Melaksanakan perbaikan dan peningkatan pelayanan masyarakat ke arah yang lebih baik dari apa yang telah berjalan saat ini;

3. Menunjang good governance dan keterbukaan;

4. Meningkatkan peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD); (Anwar dan Oetojo, 2004:126).

(59)

2.1.8.3 Faktor-Faktor Penentu Penerapan e-Government

Perkembangan dan implementasi teknologi, informasi dan komunikasi pada instansi pemerintahan merupakan sebuah fenomena yang mempengaruhi kinerja dalam memberikan pelayanan publik. Akan tetapi dalam penerapannya banyak instansi yang tidak mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi keberadaan Teknologi dalam sebuah instansi. Faktor-faktor penting dalam penerapan e-Government sebagai berikut: “Secara umum faktor penting yang mempengaruhi implementasi Teknologi

Informasi dan Komunikasi secara optimal adalah infrastruktur dan sumber daya manusia” (Gunawan, 2008:21).

Uraian diatas tersebut memberikan gambaran bagi peneliti bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan Teknologi Informasi dan komunikasi dalam suatu instansi secara umum terdiri dari infrastruktur dan sumber daya manusia. Suatu instansi dalam menerapkan e-Government harus memiliki infrastruktur yang baik dan juga didukung oleh sumber daya manusia yang ahli dalam aplikasi teknologi informasi yang ada guna memanfaatkan infrastruktur yang ada.

Makhdum Priyatno dalam bukunya kebijakan electronic government

menegaskan bahwa: “terkait dengan kerangka dan pelaksanaan

e-Government sebuah instansi harus memahami lebih jauh bahwa sebagai

berikut: “fokus penerapan e-Government bukan pada peralatan atau sarana

(60)

proses manajemen yang seharusnya terjadi didalamnya” (Priyatno,

2002:12).

Berdasarkan penjelasan diatas, bahwa harus adanya perubahan paradigma dalam instansi yang menerapkan e-Government. Penerapan

e-Government harus dipahami lebih jauh dan tidak dianggap hanya

pemanfaatan dan penggunaan elektronik saja, namun harus diikuti pula dengan sumber daya manusia yang mampu bertanggung jawab dalam merealisasikan konsep e-Government agar berjalan dan memberikan pelayanan dengan baik.

2.1.9 Internet Publik 2.1.9.1Pengertian Internet

Sampai saat ini belum ada persetujuan yang pasti yang dapat mendefinisikan pengertian internet. Alasannya mungkin definisi tersebut akan berbeda maknanya antara dahulu, sekarang dan yang akan datang. Hal ini disebabkan kekompleksan yang ada pada internet serta perubahan yang terjadi setiap saat pada sistem dan arsitekturnya. Namun demikian dari beberapa definisi yang ada dapat diambil suatu kesimpulan dasar yang menggambarkan pengertian internet secara umum.

Pengertian internet secara umum didefinisikan sebagai berikut:

(61)

menjadi sedemikian besar dan berdaya sebagai alat informasi dan

komunikasi yang tak dapat diabaikan”. (Laquey dalam Soemirat

1997:1)

Penjelasan tersebut menjadikan gambaran untuk peneliti bahwa perkembangan internet sangat demikian pesatnya dan kegunaanya dapat menjangkau informasi dan dapat menjadi sarana komunikasi dengan beragam orang dari seluruh penjuru dunia, hal ini menjadikan perhatian bahwa pada era globalisasi ini pemanfaatan internet harus seoptimal mungkin, karena dapat menjadi salah satu aspek mencerdaskan kehidupan masyarakat jika diarahkan dengan benar.

2.1.9.2 Pengertian Publik

Istilah “publik” dalam rangkaian kata public policy mengandung tiga

konotasi: pemerintah, masyarakat, dan umum. Ini dapat dilihat dalam dimensi subjek, objek, dan lingkungan dari kebijakan. Dalam dimensi subjek, kebijakan publik adalah kebijakan dari pemerintah. Kebijakan dari pemerintahlah yang dapat dianggap kebijakan yang resmi dan dengan demikian mempunyai kewenangan yang dapat memaksa masyarakat untuk memenuhinya.

(62)

Gambar

Tabel 1.1
A model of the Policy Implementation process (Gambar 2.2 Van Metter dan Van Horn)
Gambar 2.3 Model Kerangka Pemikiran
Gambar 3.1 Struktur Organisasi Diskominfo Provinsi Jawa Barat
+7

Referensi

Dokumen terkait

– Setiap sistem tertutup (mis: sistem yang dibuat oleh manusia) akan mencapai tujuan yang berbeda, meskipun berasal dari “tempat” yang sama. Open systems

Supervizija kaip susitikimo erdvė ir dialogiško proceso profesinės dilemos Supervizijos, kaip socialinių darbuotojų profesinės veiklos dalies, susitikimo erdvę sudaro dvi

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pembelajaran Matematika dengan Penggunaan Media Tiga Dimensi dan untuk mengetahui peningkatan

Untuk menciptakan kinerja guru yang baik, tentu membutuhkan segala sumber daya yang memadai untuk memenuhi kebutuhan guru, serta membutuhkan situasi yang nyaman

Kolagen dan jaringan ikat berwarna biru; otot berwarna orange kemerahan (tergantung fiksasi); eritrosit, nukleus, dan serat glia berwarna merah... Uji Contrast Orthogonal Output

Pada siklus II diperoleh nilai persentase kinerja guru sebesar 61,48 dengan kriteria keberhasilan menunjukkan tingkat kinerja guru tinggi dalam proses pembelajaran PKn

Saya sebagai ketua paguyuban mengayomi 12 Desa mbak di Kecamatan Plantungan, dan jumlah ketua kelompok PKH ada 15 orang di Desa Wonodadi, dan juga jumlah pendamping di

Merujuk pada teori sistem yang menciptakan konsep perubahan sosial yakni berbicara tentang sistem berarti adalah suatu ikatan yang terdiri antar organisme dalam