commit to user
1
PERANAN SAR (SEARCH AND RESCUE) SEBAGAI ORGANISASI SOSIAL DALAM PENANGANAN BENCANA ALAM
(Deskriptif Kualitatif Mengenai Peranan SAR Sebagai Organisasi yang Bergerak
di Bidang Sosial dalam Penanganan Bencana Alam Tanah Longsor yang Terjadi
di Wilayah Rawan Bencana Kabupaten Karanganyar)
Oleh :
WIWIT DYAN NOVIANTI
D 0305009
S K R I P S I
Disusun untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Jurusan Sosiologi
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, nikmat dan karunia-Nya yang tiada terhingga disepanjang
perjalanan hidup ini. Hanya berkat ridho dan ijin-Nya lah, penulis dapat
menyelesaiakan karya sederhana dengan judul : “PERANAN SAR (SEARCH
AND RESCUE) SEBAGAI ORGANISASI SOSIAL DALAM
PENANGANAN BENCANA ALAM. (Deskriptif kualitatif mengenai peranan
SAR sebagai organisasi yang bergerak di bidang sosial dalam penanganan
bencana alam tanah longsor yang terjadi di wilayah rawan bencana Kabupaten
Karanganyar)
Skripsi ini dipersiapkan dan diajukan sebagai persyaratan untuk
memperoleh gelar kesarjanaan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, jurusan
Sosiologi Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari sepenuhnya
bahwa penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik berkat keterlibatan
banyak pihak yag telah turut membantu selama penulis mengerjakannya. Untuk
itu penulis ingin mengucapkan terimakasih dan penghargaan secara tulus kepada :
1. Bapak Drs. H. Supriyadi, SN selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bapak Drs. Priyanto Susiloadi, selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Poliik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Ibu Dra. HJ. Trisni Utami, selaku Ketua Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu
commit to user
4. Bapak Y. Slamet, M.Sc. Selaku pembimbing akademik
5. Bapak Drs. Jefta Leibo, SU, selaku pembimbing skripsi yang telah denga
sabar memeberikan bimbingan dan arahan selama menyusun skripsi
hingga selesai.
6. Bapak-Ibu Dosen Sosiologi, yang telah berkenan memberikan ilmu dan
pengetahuannya, dan seluruh birokrasi kampus yang telah membantu.
7. Komandan SAR Karanganyar, Muhammad Abdullah, SH, yang telah
memberikan informasi dan data yang peneliti perlukan.
8. Seluruh pengurus dan anggota SAR Karanganyar yang telah sabar
mebantu dan member informasi yang sangat membantu kelancaran
penulisan skripsi ini.
9. Bapak Sukatmo selaku kepala Desa Balong, Kecamatan Jenawi,
Kabupaten Karanganyar.
10. Bapak Sumarno, SE selaku Kepala Desa Nglegok, Kecamatan
Ngargoyoso, Kabupaten Karangnyar.
11. Seluruh warga masyarakat Desa Balong, Kecamatan Jenawi dan warga
masyarakat Desa Nglegok, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten
Karanganyar.
commit to user
13. Keluargaku tercinta, keluarga yang benar-benar hebat yang selalu
memberikan dorongan, Doa dan semangat baik moril dan materiil,
sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dengan baik.
14. Mas Mulyono, S.Hut yang selalu mengajariku menjadi lebih dewasa dan
tegar menjalani apapun. Mas Dullah yang selalu menayakan
perkembangan skripsiku, terima kasih sudah peduli. Terima kasih telah
menjadi dua orang yang luar biasa dalam hidupku.
15. Seseorang yang aku yakin tetap tersenyum untukku meski aku tak lagi
mampu melihat dan menyentuhnya, terima kasih atas segalanya yang
pernah aku rasakan.
16. Orang-orang yang salalu memberikan semangat untukku, Sahabatku
Septriana Wahyu S, terima kasih sudah menemaniku selama ini. De’
Pandu (semangat,lelah, dan persahabatan yang bersaudara, terima
kasih),De’ Abby, De’ Mita, De’ Sukro , De’ Yeni, De’ Arif, De’
Wahyu(wajik), De’ Aji’, Mbak Santi + Ms. Wahyu, terima kasih untuk
segalanya.
17. Sahabatku Novita Dian Anggraini, Niken Hartati SN, Noviyati Endah K,
Dewi, Isti, Mei, Zunita, Fatwa yang sudah banyak membantu selama aku
sakit sampai sekarang, dan teman-teman sosiologi 2005 yang tidak dapat
commit to user
Semoga Allah SWT memberi balasan atas segala bantuan yang
diberikan pada penulis.
Akhirnya penulis berharap tulisan ini dapat memberi manfaat kepada para
pembaca dan pengembangan ilmu pengetahuan. Untuk itu, kritik yang
commit to user DAFTAR ISI
Halaman Judul ... i
Halaman Persetujuan ... ii
Halaman Pengesahan ... iii
Halaman Persembahan ... iv
Motto ... v
Kata Pengantar ... vi
Daftar Isi ... x
Daftar Tabel ... xiii
Abstrak ... xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1
B. Perumusan Masalah... C. Tujuan Penelitian... 10 D. Manfaat Penelitian... 10
E. Landasan Teori... 1. Batasan Konsep... 2. Tinjauan Teori... 3. Tinjauan Pustaka... 11 F. Kerangka Pemikiran... 17
G. DefinisiKonseptual... 18
H. Metode Penelitian... 31
1. Jenis Penelitian... 31
2. Tempat Penelitian... 32
3. Sumber Data... 32
4. Metode Pengambilan Sample... 33
5. Teknik Pengambilan Data... 34
6. Validitas Data... 36
7. Teknik Analisa Data... 37
commit to user
A. Keadaan Umum Kabupaten Karanganyar... 39
1. Gambaran Umum... 3
9 2. Luas dan Batas Wilayah... 40
3. Pembagian Wilayah Rawan Longsor... 41
B. Keadaan Umum Desa Nglegok Kecamatan Ngargoyoso... 42
1. Lokasi Daerah Penelitian... 42
2. Batas Desa... 43
3. Luas dan Pembagian Wilayah... 43
4. Keadaan Penduduk... 44
5. Sarana dan Prasarana... 50
6. Keadaan Wilayah Rawan Bencana... 53
C. Keadaan Umum Desa Balong Kecamatan Jenawi... 54
1. Lokasi Daerah Penelitian... 54
2. Batas Desa... 55
3. Luas dan Pembagian Wilayah... 56
4. Keadaan Tanah... 56
5. Keadaan Penduduk... 57
6. Sarana dan Prasarana... 62
7. Keadaan Wilayah Rawan Bencana... 66
D. Profil SAR Karanganyar... 67
1. Sejarah Singkat Berdirinya SAR Karanganyar... 67
2. Visi dan Misi... 70
3. Asas, Tujuan, Manfaat, Fungsi dan Peran... 70
4. Sifat dan Usaha... 73
5. Keanggotaan, Organisasi dan Pengurus... 75
6. Pendapatan dan Pembiayaan... 81
7. Atribut... 81
8. Musyawarah dan Rapat... 83
9. Kegiatan Rutin dan Non Rutin... 84
commit to user
A. Motivasi Anggota Bergabung dengan SAR Karanganyar... 85
B. Peranan SAR Karanganyar dalam Penanganan Bencana... 88
1. Peran SAR Karanganyar dalam Evakuasi Bencana Tanah Longsor... 89
2. Peran SAR Karanganyar dalam Mitigasi Bencana Tanah Longsor... 98
3. Peran SAR Karanganyar dalam Berbagai Kegiatan Sosial Lainnya... 109
C. Sistem Kerja SAR Karanganyar... 111
D. Penguatan Organisasi... 119
E. Faktor Penghambat Kinerja SAR Karanganyar... 120
F. Analisis Peranan SAR Karanganyar dalam Penanganan Bencana di Kabupaten Karanganyar... 128
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan... 137
B. Saran... 143
Daftar Pustaka... xvii
commit to user DAFTAR TABEL
Desa Nglegok Kecamatan Ngargoyoso Tabel 1.1
Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin... 45
Desa Balong Kecamatan Jenawi Tabel 1.1
commit to user ABSTRAK
WIWIT DYAN NOVIANTI. D 0305009. PERANAN SAR (SEARCH AND
RESCUE) SEBAGAI ORGANISASI SOSIAL DALAM PENANGANAN BENCANA ALAM (Deskriptif kualitatif mengenai peranan SAR sebagai organisasi yang bergerak di bidang sosial dalam penanganan bencana alam tanah longsor yang terjadi di wilayah rawan bencana Kabupaten Karanganyar). Skripsi, Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2010.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan Peranan SAR Karanganyar dalam Penanganan Bencana Alam terutama becana tanah longsor yang terjadi di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Dimana di kabupaten tersebut sering terjadi bencana tanah longsor.
Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif kualitatif yang berusaha untuk memberikan gambaran mengenai Peran SAR Karanganyar dalam Penanganan Bencana Alam di Kabupaten Karanganyar dengan menggunakan kata-kata. Teknik pengumpulan data dengan observasi non partisipan, wawancara mendalam dan dokumentasi. Teknik sampling yang digunakan ialah purposive sampling atau sampel yang bertujuan.
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa SAR Karanganyar selama ini berupaya memainkan perannya yang ditunjukkan dengan keaktifan anggota dan pengurus SAR Karanganyar dalam setiap terjadinya bencana di Kabupaten Karanganyar yang tugas pokoknya adalah menangani bencana mencakup evakuasi hingga mitigasi. Evakuasi merupakan kegiatan yang dilakukan meliputi mencari dan menolong korban bencana alam. Sedangkan mitigasi merupakan kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk meminimalisir jumlah korban dan kerugian yang diakibatkan dari bencana alam yang terjadi tersebut. Mitigasi dapat dilakukan sebelum terjadiya bencana yang merupakan upaya pencegahan ataupun sesudah terjadinya bencana sebagai bentuk pemantauan akan adanya bencana alam yang mungkin terjadi kembali. Selain tugas pokoknya menyelenggarakan operasi di daerah bencana, SAR Karanganyar juga aktif dalam beberapa kegiatan sosial dan aksi penyelamatan lainnya selama masih dalam wilayah jangkauan operasinya.
commit to user ABSTRACT
WIWIT DYAN NOVIANTI. D 0305009. PERANAN SAR (SEARCH AND
RESCUE) SEBAGAI ORGANISASI SOSIAL DALAM PENANGANAN BENCANA ALAM (Deskriptif kualitatif mengenai peranan SAR sebagai organisasi yang bergerak di bidang sosial dalam penanganan bencana alam tanah longsor yang terjadi di wilayah rawan bencana Kabupaten Karanganyar). Skripsi, Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2010.
The purpose of the study was to describe the role of SAR Karanganyar on natural disasters, especially landslides in Karanganyar, Central Java, in those areas where frequent landslides.
The approach that used was the approach of sociology that refers to human action, while the theory used to approach is problem the theory contained is the social definition paradigm is a theory of action. This theory Max Weber’s emphasis on action and considers that humans are creative actors from social reality. Do with human actions that they are required to be creative in dealing with various issues that arise whwn humans are there in and perform the role to be active in handling natural diasters in order to save the life of another person’s life. Deskriptif kualitatif type of research is trying to give description of the role of SAR karanganyar in dealing with natural disasters by using words. Data collection techniques with non participant observation, depth interviews and documentation as well as purposive sampling.
commit to user BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia sebagai Negara kepulaun yang secara geografis terletak di
daerah khatulistiwa, yaitu diantara benua Asia dan Benua Australia, serta
diantara samudra pasifik dan Samudra Hindia. Menurut data geografi Indonesia
juga berada di wilayah dimana tiga lempeng tektonik utara dunia bertemu,
keadaan wilayah teritorial seperti tersebut merupakan wilayah yang rawan
terhadap bencana alam, bencana yang mengancam antara lain adalah bencana
tanah longsor, gempa (yang juga dapat mengakibatkan tanah longsor), tsunami
(yang pada umumnya terjadi karena gempa tektonik), dan luapan air yang
berlebih yang di dataran rendah mengakibatkan adanya banjir. Bencana alam
adalah konsekwensi dari kombinasi aktivitas alami (suatu peristiwa fisik seperti
letusan gunung, gempa bumi, tanah longsor) dan aktivitas manusia. Karena
ketidakberdayaan manusia, akibat kurang baiknya manajemen keadaan darurat,
sehingga menyebebkan kerugian dalam bidang keuangan dan struktural bahkan
sampai kematian. Kerugian yang dihasilkan tergantung pada kemampuan untuk
mencegah atau menghindari bencana dan bagaimana juga tentang daya tahan
mereka. Pada daerah yang memiliki tingkat bahaya tinggi (hazard) serta
memiliki kerentanan atau kerawanan (vulnerability) yang juga tinggi tidak akan
memberi dampak yang hebat atau luas jika manusia yang berada disana
memiliki ketahanan terhadap bencana (disaster resilience). Konsep ketahanan
commit to user
untuk mendeteksi, mencegah dan menangani tantangan-tantangan serius yang
hadir.
Bencana alam yang terjadi secara bertubi-tubi di Negara Republik
Indonesia sejak tsunami 26 Desember 2005 silam terus saja membayangi.
Bencana tahunan yang selalu datang di ibu kota Negara kita yaitu Jakarta adalah
bencana banjir yang tidak bisa lagi dihindarkan. Tahun demi tahun banjir selalu
datang dan banyak menelan korban materi, moral dan bahkan korban jiwa.
Bahkan bencana yang banyak terjadi sejak pertengahan tahun 2009 sampai
sekarang yang masih menjadi kekhawatiran adalah gempa bumi dan tanah
longsor (yang diakibatkan dari gempa). Dalam aksi sosial penyelamatan dan
evakuasi korban yang sangat berperan adalah Tim SAR ( Search And Rescue ),
TNI, POLRI dan beberapa relawan lain dari beberapa organisasi sosial
masyarakat. Sebagai contoh nyata adalah bencana di sepanjang tahun 2007 di
Indonesia berakibat dengan adanya korban jiwa yang meninggal dunia, serta
korban menderita dan mengungsi. Dari data yang diperoleh dari rekapitulasi
data SAR Karanganyar dapat dirinci sebagai berikut :
a. Kejadian Bencana
1). Banjir sebanyak 152 kejadian atau dalam prosentase sebesar 40%
2). Angin topan sebanyak 75 kejadian atau dalam prosentase sebesar 20%
3). Tanah longsor sebanyak 56 kejadian atau dalam prosentase sebesar 15%
4). Banjir dan tanah longsor sebanyak (banjir yang mengakibatkan tanah
commit to user
5). Gelombang pasang/Abrasi sebanyak 29 kejadian atau dalam prosentase
sebesar 8%
6). Gempa bumi sebanyak 12 kejadian atau dalam prosentasi sebesar 3%
7). Kegagalan teknologi sebanyak 6 kejadian atau dalam prosentase sebesar
1%
Total kejadian adalah : 379
b. Korban Meninggal dan Hilang
1). Banjir dan tanah longsor 346 jiwa
2). Kegagalan teknologi 248 jiwa
3). Banjir 122 jiwa
4). Gempa bumi 102 jiwa
5). Tanah longsor 73 jiwa
6). Angin topan 24 jiwa
7). Gelombang pasang/Abrasi 3 jiwa
Total korban meninggal dan hilang adalah : 918 jiwa
c. Korban Menderita dan Mengungsi
1). Banjir sebanyak 1.561.640 jiwa atau dalam prosentasi sebesar 80%
2). Gempa bumi sebanyak 204.447 jiwa atau dalam prosentase sebesar 11%
3). Banjir dan tanah longsor sebanyak 113.367 jiwa atau dalam prosentase
sebesar 6%
4). Gelombang pasang/ Abrasi sebanyak 23.779 jiwa atau dalam prosntase
sebesar 1%
5). Letusan gunung berapi sebanyak 19.818 jiwa atau dalam prosentase
sebesar 1%
commit to user
7). Tanah longsor sebanyak 7.448 jiwa atau dalam prosentase sebesar 0,4%
Total korban menderita dan mengungsi adalah : 1.941.597 jiwa
d. Rumah Rusak Akibat Bencana
1). Akibat dari Gempa bumi sebanyak 145.595 unit
2). Akibat dari Banjir sebanyak 41.301 unit
3). Akibat dari Angin topan sebanyak 9.286 unit
4). Akibat dari Banjir dan Tanah longsor sebanyak 7.883 unit
5). Akibat dari Tanah longsor sebanyak 2.685 unit
6). Akibat dari Gelombang pasang sebanyak 1.713 unit
Total rumah rusak adalah : 208.463 unit
Bencana besar juga terjadi di beberapa wilayah di Indonesia, antara lain
adalah wilayah Propinsi Jawa Tengah yaitu lebih tepatnya Kabupaten
Karanganyar, yang telah kita ketahui bersama akhir-akhir ini sering terjadi
bencana, yang terakhir bencana menimpa adalah tanah longsor di Desa
Nglegok, Kecamatan Ngargoyoso Kabupaten Karanganyar. Kabupaten
Karanganyar sendiri terdiri dari 17 Kecamatan, 177 Desa dan 1091 Dusun,
dengan jumlah penduduk 851.336. yang didalamnya hampir separuh kecamatan
merupakan daerah rawan bencana. Kabupaten Karanganyar juga dikelilingi
kabupaten lain yang juga merupakan daerah rawan bencana yaitu sebelah
selatan adalah Kabupaten Sukoharjo, sebelah barat Kodya Surakarta dan
Kabupaten Boyolali, dan Sebelah utara berbatasan langsung dengan Kabupaten
Sragen serta sebelah timur Propinsi Jawa timur. Bencana yang terjadi di
commit to user
a. Letak geografis berada di dataran tinggi ( pegunungan)
b. Kemiringan tanah hingga mencapai 90 derajat
c. Berkurangnya tanaman keras karena penebangan liar disekitar
hutan ( penggundulan hutan )
d. Curah hujan yang tinggi
e. Penggalian pasir atau batu ( Penambangan teras )
Sedang potensi atau jenis bencana yang mungkin terjadi di Kabupaten
Karanganyar menurut data dari Sat Lak PB (Satuan Pelaksana Penaggulangan
Bencana) Kabupaten Karanganyar terperinci sebagai berikut :
a. Tanah Longsor
Bencana tanah longsor berpotensi terjadi di beberapa daerah seperti berikut
1. Kecamatan Jenawi, yaitu Desa Seloromo, Desa Tengguli, Desa
Gumeng dan Desa Anggrasmanis
2. Kecamatan Kerjo, yaitu Desa Gempolan dan Desa Plosorejo
3. Kecamatan Ngargoyoso, yaitu Desa Berjo, Desa Girimulyo, Desa
Nglegok
4. Kecamatan Tawangmangu, yaitu Desa Tengklik, Desa Gondosuli,
Kelurahan Blumbang dan kelurahan Tawangmangu
5. Kecamatan Karangpandan, yaitu Desa Krang, Desa Karangpandan
dan Desa Gerdu
6. Kecamatan Matesih, yaitu Desa Girilayu dan Desa Koripan
7. Kecamatan Jatiyoso, yaitu Desa Beruk, Desa Wonorejo dan Desa
commit to user b. Banjir
1. Kecamatan Kebakkramat, yaitu Desa pulosari, Desa Malanggaten,
Desa Kaliwuluh dan Desa waru. Sedangkan untuk sunagi adalah
sungai grompol dan sungai bengawan solo.
2. Kecamatan Jaten, yaitu Desa Ngringo, Desa sroyo, dan Desa Dagen.
Sedangkan untuk sungai adalah sungai siwaluh dan sungai
Bengawan Solo.
3. Kecamatan Gondangrejo,yaitu Desa Kragan, Desa Wonorejo, Desa
Karangturi dan Plesungan. Sedangkan untuk sungai adalah
Bengawan Solo.
4. Kecamatan Tasikmadu, yaitu Desa Buran dan Desa Pandeyan,
sedangkan untuk sungai adalah sungai Siwaluh.
5. Kecamatan Colomadu, yaitu Desa Ngasem, Desa Gawanan dan Desa
Klodran. Sedangkan untuk sungainya adalah Sungai atau kali Pepe
c. Angin Putting Beliung
1. Kecamatan Karanganyar, yaitu Kelurahan Jungke, Kelurahan
Bolong, dan Kelurahan Tegalgede
2. Kecamatan Tasikmadu, yaitu Desa Gaum dan Desa Kalijirak
3. Kecamatan Mojogedang, yaitu Desa Kalibata dan Pojok
4. Kecamatan Gondangrejo, yaitu Desa Kragan dan Desa Wonorejo
5. Kecamatan Jumantono, yaitu Desa Kebak dan Sukosari
d. Kebakaran
commit to user
2. Kecamatan Kebakkramat, yaitu Desa Kemiri dan Desa Nangsri
3. Kecamatan Tawangmangu, yaitu berada disekitar wilayah lereng
gunung lawu
e. Retakan Tanah
Potensi bencana baru yang muncul adalah retakan tanah yang berada di
wilayah Kecamatan Matesih tepatnya di Desa Semiri, hal ini akibat dari
erosi tanah.
Dari beberapa perincian diatas data yang diambil adalah dat berdasarkan
pengamatan tim satuan pelaksana penanggulangan bencana wilayah
karanganyar, yang termasuk didalamnya adalah organisasi SAR Kabupaten
Karanganyar. Disinilah peran SAR sebagai relawan yang bekerja tanpa pamrih
dan tidak mengenal waktu serta lelah sangat penting. Pada umumnya laporan
bencana oleh warga sekitar bencana disampaikan pertama kali kepada SAR
Karanganyar, baru setelah itu SAR berkoordinasi dengan beberapa pihak.
Keberadaan SAR diwilayah Kabupaten Karanganyar sangat berperan penting.
Dari data diatas bencana yang paling dominan ataupun sering melanda
Kabupaten Karanganyar adalah tanah longsor, karena memang dorongan faktor
keadaan wilayah yang sebagian besar adalah dataran tinggi yang sangat
berpotensi menimbulkan longsor. Selain itu masih kurangnya kesadaran
masyarakat, mereka masih menggunakan lahan miring untuk area perkebunan
yang menyebabkan tanah menjadi gembur. Seharusnya lahan seperti itu
ditanami pohon tahunan ataupun yanaman keras, sebagai contoh adalah pinus,
commit to user
melakukan sosialisasi mengenai kerawanan bencana tanah longsor pada lahan
miring dan pemukiman penduduk dilereng bukit.
SAR merupakan kepanjangan dari Search And Rescue yang diartikan
secara sederhana adalah pencarian dan pertolongan. SAR Kabupaten
Karanganyar Sendiri tergolong organisasi muda karena terbentuk baru sekitar 4
tahun. SAR Kabupaten Karanganyar resmi berdiri pada tanggal 14 Desember
2004, dengan akta notaris. Organisasi SAR ini berlindung dibawah Kesbang Pol
dan Linmas Kabupaten Karanganyar. SAR merupakan organisasi sosial
kemanusiaan yang menangani masalah bencana alam (mulai dari mitigasi,
evakuasi dan pembenahan) yang mencakup wilayah seluruh Kabupaten
Karanganyar. Organisasi ini bersifat emergency, yang membutuhkan anggota
yang cepat tanggap dan cekatan, karena tidak mungkin bencana dapat
direncanakan meskipun bencana itu dapat diprediksi, Tetapi pada umumnya
bencana datang secara tiba-tiba. Sebenarnya sistem dari SAR tersebut memang
sudah terkenal di negara-negara besar lain seperti Amerika. SAR merupakan
kegiatan yang dilakukan ketika seseorang membutuhkan bantuan,dan harus
mendapatkan pertolongan dengan segera hal ini diungkapkan dalam Journal of
Homeland Security And Emergency Management (www.bepress.com). Anggota
SAR bukanlah terdiri dari gabungan TNI, Polisi ataupun ormas yang lain seperti
yang sering kita jumpai jika kita melihat tayangan media. SAR berdiri sendiri,
anggotany dipilih berdasarkan beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, bukan
semata-mata relawan biasa karena memang dibutuhkan skill yang tangguh untuk
commit to user
penolong atau rescuer itu sendiri. SAR Karanganyar beberapa tahun belakangan
ini disibukkan dengan berbagai bencana. SAR memegang peranan penting
dalam bencana alam, bahkan memegang peran pokok yaitu sebagai evakuator
pertama. Kegiatan evakuasi sendiri belum tentu dapat dijalankan sendiri oleh
warga sekitar bencana karena berbagai faktor, maka mau tidak mau SAR yang
memegang peran penting ini. Bencana yang paling rawan atau sering terjadi
adalah tanah longsor yang telah memakan korban yang tidak sedikit.
B. Perumusan Masalah
Bagaimanakah peranan SAR sebagai organisasi yang bergerak di bidang
sosial dalam penanganan bencana alam yang terjadi di Wilayah Kabupaten
Karanganyar?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :
a. Tujuan Operasional
1. Mengetahui bagaimana peranan SAR Karanganyar dalam penanganan
bencana alam terutama tanh longsor yang terjadi di wilayah rawan
bencana Kabupaten Karanganyar.
2. Bagaimana cara kerja atau sistem kerja SAR Karanganyar dalam
menjalankan tugasnya di penanganan bencana alam
3. Mengetahui sejauh mana pengertian masyarakat mengenai peranan SAR
Karanganyar dalam penanganan bencana alam.
commit to user
Dengan penelitian ini, apabila memungkinkan hasilnya dapat
dimanfaatkan oleh pihak yang memerlukan baik sebagai ilmu pengetahuan
maupun sebagai dasar untuk mengambil kebijakan, khususnya dalam
bidang penanganan bencana alam.
c. Tujuan Individual
Sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana.
D. Manfaat Penelitian
Diharapkan dari penelitian ini nantinya dapat dimanfaatkan untuk :
a. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini secara teoritis dapat menambah pengetahuan dalam
bidang Ilmu Sosial khususnya Sosiologi.
b.Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai pertimbangan
untuk menentukan kebijakan dalam upaya melebarkan sayap organisasi
SAR Kabupaten Karanganyar, serta kebijakan dalam menentukan langkah
selanjutnya dalam hal penanganan bencana alam di willayah Kabupaten
Karanganyar.
c. Manfaat Metodologis
Penelitian ini dapat digunakan sebagai titik tolak untuk melekukan
penelitian sejenis yang lebih mendalam.
D. Landasan Teori
commit to user
Dalam penelitian ini permasalahannya akan dikaji dengan pendekatan
sosiologi. Pitirim A. Sorokin menyatakan bahwa sosiologi adalah suatu ilmu
yang mempelajari :
1. Hubungan dan pengaruh timbal balik antar berbagai gejala sosial (misalnya antara gejala ekonomi dengan agama, keluarga dengan moral, hukum dengan ekonomi, gerak masyarakat dengan politik, dan lain sebagainya).
2. Hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dan non sosial (misalnya: gejala geografis, biologis dan lain sebagainya).
3. Ciri- ciri umum semua jenis-jenis gejala sosial (Soekanto, 2003:19)
William F Ogburn dan Meyer F Nimkoff berpendapat bahwa sosiologi
adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya yaitu
organisasi sosial (Soekanto, 2003 : 19-20).
Dari definisi tersebut nampak sebagaimana halnya dengan ilmu-ilmu
sosial lainnya, obyek sosiologi adalah masyarakat yang dilihat dari sudut
hubungan antar manusia, proses dan gejala yang ditimbulkan dari hubungan
tersebut dalam masyarakat dan juga pengaruh hubungan timbal balik antar
gejala sosial dan non sosial.
Sedangkan dalam sosiologi juga dikenal adanya paradigma sosial.
Paradigma menurut Ritzer adalah pandangan yang mendasar dari ilmu tentang
apa yang menjadi pokok persoalan semestinya dipelajari oleh suatu cabang
ilmu pengetahuan (discipline). Jadi sesuatu yang menjadi pokok persoalan
dalam satu cabang ilmu menurut versi ilmuwan tertentu (Ritzer, 2003 : 6-7).
Dalam sosiologi terdapat tiga paradigma yang biasa digunakan dalam
menelaah masalah-masalah sosial yang ada. Ketiga paradigma tersebut adalah
commit to user
sosial. Dalam penelitian ini mengacu pada paradigma definisi sosial. Dimana
exemplar paradigma ini merupakan salah satu aspek yang khusus dari karya
Weber, yaitu dalam analisisnya tentang tindakan sosial (social action). Dalam
paradigma definisi sosial terdapat beberpa teori yang berkembang antara lain
adalah : teori tindakan (teori aksi), interaksionisme simbolik, fenomenologi,
etnometodologi, dan eksistensialisme. Sadangkan yang menjadi pusat dari
penelitian ini berpegang pada teori aksi (Ritzer, 2008 : 699-700).
Weber mengartikan sosiologi sebagai suatu studi tentang tindakan sosial
dan hubungan sosial itu Weber mengemukakan lima ciri pokok yang menjadi
sasaran penelitian sosiologi, yaitu :
1. Tindakan sosial manusia yang menurut si aktor mengandung makna yang subyektif. Ini meliputi berbagai tindakan nyata.
2. Tindakan nyata yang bersifat membatin sepenuhnya dan bersifat subyektif.
3. Tindakan yang meliputi pengaruh positif dari suatu situasi, tindakan yang sengaja diulang serta tindakan dalam bentuk persetujuan secara diam-diam.
4. Tindakan itu diarahkan kepada seseorang atau kepada beberapa individu.
5. Tindakan itu memeperhatikan tindakan orang lain dan terarah kepada orang lain itu ( Ritzer, 203 : 39 ).
Atas dasar rasionalitas tindakan sosial tersebut Weber membedakan ke
dalam empat tipe, dimana semakin rasional tindakan sosial itu maka semakin
mudah untuk dipahami. Ke empat tipe tersebut adalah :
1. Zwerkrational
commit to user 2. Werkrational action
Dalam tindakan tipe ini aktor tidak dapat menilai apakah cara-cara yang dipilihnya itu merupakan yang paling tepat ataukah lebih tepat untuk mencapai tujuan lain. Ini menunjuk pada tujuan itu sendiri.
3 Affectual action
Tindakan yang dibuat-buat. Dipengaruhi oleh perasaan emosi dan kepura-puraan si actor. Tindakan ini sukar dipahami, kurang atau tidak rasional.
4 Traditional action
Tindakan yang didasarkan atas kebiasaan-kebiasaan dalam
mengerjakan sesuatu dimasa lalu saja ( Ritzer, 2003: 40-41 ).
Ada tiga teori yang termasuk dalam paradigma definisi social yaitu
teori aksi, interaksionsme simbolik dan fenomenologi. Sesuai dengan tema
yang diambil dalam penelitian ini, maka teori yang dipergunakan adalah teori
aksi.
Adapun beberapa asumsi fundamental teori aksi dikemukakan oleh Hinkle
dengan merujuk karya Mac Iver, Znanieki, dan parsons adalah :
1. Tindakan manusia muncul dari kesadarannya sendiri sebagai subjek dan dari situasi eksternal dalam posisinya sebagai obyek.
2. Sebagai subyak manusia bertindak atau berprilaku untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Jadi tindakan manusia bukan tanpa tujuan-tujuan.
3. Dalam bertindak manusia menggunakan cara, teknik, prosedur, metode serta perangkat yang diperkirakan cocok untuk mencapai tujuan tersebut. 4. Kelangsungan tindakan manusia hanya dibatasi noleh kondisi yang tidak
dapat diubah dengan sendirinya.
5. Manusia memilih, menilai, dan mengevaluasi terhadap tindakan yang akan, sedang, dan yang telah dilakukan.
6. Ukuran-ukuran, aturan-aturan, atau prinsip-prinsip moral diharapakan timbul pada saat pengambilan keputusan.
7. Studi mengenai antar hubungan social memerlukan pemakaian teknik penemuan yang bersifat subyektif pada metode verstehen, imajinasi,
symphatetic reconstruction, atau seakan-akan mengalami sendiri ( Ritzer,
2003 : 46 ).
Dalam mengkaji permasalahan mengenai peran organisasi SAR Kabupaten
commit to user
dapat ditelaah dengan berbagai teori diantaranya adalah teori aksi dari Talcott
Parsons. Teori aksi yang dikembangkan oleh Talcott Parsons yang merupakan
pengikut Weber yang utama, mendapat sambutan luas. Parsons mengiginkan
pemisahan antara teori aksi dengan aliran behaviorisme karena menurutnya
mempunya arti yang berbeda istilah action menyatakan secara tidak langsung
suatu aktivitas, kreatifitas dan proses penghayatan diri individu. Dari semula
Parson menjelaskan bahwa Teori aksi memang tidak dapat menjelaskan
keseluruhan aspek kehidupan sosial. Walaupun teori aksi berurusan dengan
unsur-unsur yang paling mendasar dari kehidupan sosial, namun ia mengakui bahwa
unsur-unsur mendasar itu tidaklah berurusan dengan keseluruhan struktur sosial.
Parsons menyusun skema unit-unit dasar tindakan sosial dengan karakteristik
sebagai berikut:
1. Adanya individu selaku aktor
2. Aktor dipandang sebagai pemburu tujuan-tujuan tertentu
3. Aktor mempunyai alternatif cara, alat serta teknik untuk mencapai tujuannya
4. Aktor berhadapan dengansejumlah kondisi situasional yang dapat berupa situasi dan kondisi, sebagian ada yang tidak dapat dikendalikan oleh individu. Misalnya kelamin dan tradisi.
5. Aktor dibawah kendali dari nilai-nilai, norma-norma dan berbagai ide abstrak yang mempengaruhinya dalam memilih dan mementukan tujuan serta tindakan alternative untuk mencapai tujuan, contohnya kendala kebudayaan (Ritzer, 2003: 48-49).
Aktor mengejar tujuan dalam situasi dimana norma-norma
mengarahkannya dalam memilih alternatif cara dan alat untuk mencapai
tujuan. Norma-norma itu tidak menetapkan pilihannya terhadap cara atau alat.
Tetapi ditentukan oleh kemampuan aktor untuk memilih. Kemampuan inilah
commit to user
Parsons inilah yang menempatkan teori aksi kedalam paradigma definisi
social. Dimana konsep voluntarisme tersebut adalah kemampuan individu
melakukan tindakan dalam arti menetapkan cara atau alat dari sejumlah
alternatif yang tersedia dalam mencapai tujuannya.
Dalam teori aksi yang dikemukakan oleh Parsons tersebut dijadikan
landasan oleh mereka untuk motivasi dan etos kerja dalam melaksanakan
tugas atau pekerjaannya. Manusia harus aktif dan kreatif serta mempunyai
kemampuan menilai dan memilih dari alternatif tindakan.
Menurut Parsons tindakan seseorang ditentukan oleh hal yang berasal dari
luar dirinya. Aktor dipengaruhi oleh sisitem budaya dan sistem kepribadian.
Namun setelah fase terakhir Parsons, ditandai dengan perluasan penggolongan
teori tindakan hubungan-hubungan baru dan unsure baru ditemukan, seperti
misalnya tambahan sub system keempat dalam system tindakan yaitu:
organisme perilaku, sehingga system tindakan itu kini menjadi system
kepribadian, sistem sosial/pranata sosial, sistem budaya dan organisme
perilaku. Keempat sistem ini dikaitkan secara erat dengan skema A.G.I.L
(Adaption, Goal, Attainment, Integration, Latenty)
Tindakan aktor dipengaruhi oleh sistem yang ada dalam berperilaku.
Pengaruh ini bersifat voluntarisme dan sibernetik. Sibernetik menunjukkan
hubungan antara masing-masing sistem yang mempengaruhinya. Dari
pandangan fungsional, tindakan aktor dimaknai sebagai :
1. Lattern Pattern Maintenance
commit to user 2. Integration
Dalam hal ini berhubungan dengan system social, menunjuk pada koordinasi serta kesatuan bagian-bagian dari system sehingga seluruhnya fungsional
3. Goal Attainment
Berhubungan dengan system kepribadian menunjuk pada pemenuhan tujuan system dan penetapan prioritas diantara tujuan-tujuan tersebut
4. Adaption
Berhubungan dengan system organisme perilaku menunjuk pada kemampuan system menjamin apa yang dibutuhkan dari lingkungan serta mendistribusikan sumber-sumber tersebut kedalam seluruh system (Haryatmoko. B, 1986)
Penelitian social harus mencoba menginterprestasikan tindakan si aktor.
Teori yang relevan untuk digunakan dalam penelitian ini adalah Teori Aksi.
Teori aksi yang juga dikembangkan Oleh Max Weber. Menurutnya individu
melakukan tindakan berdasarkan pengalaman, persepsi, pemahaman, dan
penafsiran atas suatu objek stimulus tertentu. Tindakan individu ini
merupakan tindakan social yang rasional yaitu mencapai tujuan atau sasaran
dengan sarana-sarana yang paling tepat.
Dari beberapa uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa tindakan
sosial merupakan suatu proses dimana aktor terlibat didalam pengambilan
keputusan-keputusan subjektif tentang sarana dan cara untuk mencapai tujuan
tertentu yang telah dipilih, yang kesemuanya itu dibatasi
kemungkinan-kemungkinannya oleh system kebudayaan dalam bentuk norma-norma, ide-ide
dan nilai-nilai sosial. Didalam menghadapi situas-situasi yang bersifat kendala
baginya itu, aktor mempunyai sesuatu didalam dirinya berupa kemauan bebas
commit to user E. Kerangka Pemikiran
Peranan SAR Karanganyar dalam penanganan bencana alam terutama
tanah longsor dapat digambarkan bahwa dalam setiap bencana alam yang
terjadi disetiap wilayah operasi SAR Karanaganyar yaitu Kabupaten
Karanganyar ataupun laporan permintaan bantuan dari luar Kabupaten
Karanganyar, sebagai langkah awal sebelum turun ke lapangan adalah
mengadakan koordinasi. Ini merupakan salah satu sistematisasi kinerja SAR.
Baru setelah terbentuk tim, maka disegerakan turun ke lapangan dan
mulalilah peranan SAR tersebut dijalankan. Mulai dari tahap evakuasi yaitu
mencari dan menolong korban secara langsung. Selain evakuasi SAR
Karanganyar juga melakukan mitigasi sebelum ataupun sesudah terjadinya
bencana alam. Mitigasi dimaksudkan untuk meminimalisir dampak bencana
alam dan jumlah korban bencana alam. Hal tersebut dapat digambarkan
dalam skema berikut
F. Definisi Konsep
1. peranan
adalah perilaku yang diharapkan dari seseorang atau kelompok yang mempunyai
status. Sedangkan status itu sendiri sebagai suatu peringkat atau posisi seseorang
dalam suatu kelompok, atau posisi suatu kelompok dalam hubungannya dengan
kelompok lain. Dalam arti tertentu status dan peranan adalah dua aspek dari gejala
yang sama. Status adalah seperangkat hak dan kewajiban, sedangkan peranan
adalah pemeranan dari perangkat kewajiban dan hak-hak tersebut.
commit to user
Organisasi sosial yang bergerak di bidang kemanusiaan, yang bertugas dalam
penanganan bencana alam secara langsung, yaitu menyelenggarakan operasi SAR
untuk menolong korban bencana alam. Pekerjaan SAR adalah tanpa pamrih dan
mengedepankan kepentingan bersama.
3. organisasi sosial
Kelompok atau orang-orang yang mempunnyai cara tersendiri untuk bergabung
membentuk sebuah sistem yang di dalamnya terdapat tujuan yang sama, dimana
untuk mencapainya terdapat pula cara-cara untuk meraihnya.
4. bencana alam
Terjadinya fenomena alam yang diakibatkan dari beberapa faktor baik dari alam
itu sendiri ataupun dari ulah tangan manusia, terjadi secara tiba-tiba meskipun
sebagian dapat diprediksikan umumnya menelan korban jiwa dan harta benda.
5. penanganan bencana alam
Adalah cara yang dilakukan oleh orang atau sekelompok orang sebagai tindakakn
atas terjadinya bencana alam untuk mengatasi situasi yang terjadi secara cepat.
F. Tinjauan Pustaka
1. Peranan
Secara etimologi peranan berasal dari kata peran yang berarti
sesuatu yang mengambil peran atau yang memegang pimpinan terutama.
Sedangkan secara terminologi peranan berarti aspek dinamis dari suatu
kedudukan , dimana seseorang melaksanakan hak-haknya dan
kewajiban-kewajibannya sesuai dengan kedudukannya. Oleh karena itu
commit to user
sebagai apa dan terhadap siapa. Artinya peranan dapat dilihat sebagai
suatu peran sosial, tetapi bukan individu yang berhenti pada dirinya
(Soekanto, 2003: 243).
Dalam kehidupan bermasyarakat, peranan menentukan bagaimana
seseorang harus bertingkah laku dalam bermasyarakat. Peranan
menentukan bagaimana seorang harus bertingkah laku dalam
masyarakat. Peranan tersebut dirumuskan dan diakui oleh masyarakat
melalui norma sosial yang berlaku dalam masyarakat tersebut.
Menurut Paul B. Horton dan Chester L. hunt dalam buku Sosiologi
Jilid 1, mengartikan peranan sebagai perilaku yang diharapkan dari
seeorang yang mempunyai suatu status. Mempelajari suatu peranan
sekurang-kurangnya melibatkan dua aspek yaitu: pertama, kita harus
belajar untuk melaksanakan kewajiban dan menunut hak-hak suatu
peran; kedua, memiliki sikap, perasaan dan harapan-harapan yang sesuai
dengan peran tersebut. Oleh karena itu, untuk mencapainya seseorang
akan mengadakan interaksi dengan orang lain (baik dengan individu
maupun dengan kelompok) yang dalam interaksi ini akan terjadi adanya
tindakan sebagai suatu rangsangan dan tanggapan sebagai suatu respon
(Horton 1987: 118).
Peranan adalah perilaku yang diharapkan dari sesorang atau
kelompok yang mempunyai status. Sedangkan status itu sendiri sebagai
suatu peringkat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok, atau posisi
commit to user
tertentu, status dan peran adalah dua aspek dari gejala yang sama. Status
adalah seperangkat hak dan kewajiban, sedangkan peranan adalah
pemeranan dari perangkat kewajiban dan hak-hak tersebut.
Kamus Sosiologi karya Soerjono Soekanto memberikan definisi
tentang role atau peranan sebagai berikut:
1). Aspek dinamis dari kedudukan.
2). Perangkat-perangkat dan kewajiban-kewajiban. 3). Perilaku actual dari pemegang kedudukan.
4). Bagian dari aktifitas yang dimainkan oleh seseorang.
Status dan peranan ini mempunyai arti penting dalam sistem sosial
masyarakat. Wujud dari status dan peranan itu adalah adanya tugas-tugas
yang dijalankan oleh seseorang berkenan dengan posisi dan fungsinya
dalam masyarakat. Peranan yang melekat dalam diri seseorang harus
dibedakan dengan status seseorang dalam masyarakat yang merupakan
unsur statis yang menunjukan tempat individu dalam masyarakat. Di
dalam peranan terdapat dua macam peranan:
a. Harapan dari masyarakat terhadap pemegang perana atau kewajiban kewajiban dari pemegang peran.
b. Harapan-harapan yang dimiliki oleh pemegang peran terhadap masyarakat atau terhadap orang-orang yang berhubungan denganya. Dalam menjalankan perannya dan kewajibannya (Soekanto, 2003: 254).
Peranan menunjuk pada fungsi, penyesuaian diri, dan sebagai suatu
proses. Jadi tepatnya seseorang atau kelompok menduduki suatu posisi
dalam masyarakat serta menjalankan suatu peranan. Suatu peranan
setidaknya mencakup tiga unsur, yaitu :
commit to user
rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan.
2. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang didapat dilakukan oleh individu dalam msyarakat sebagai organisasi.
3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur social masyarakat (Soekanto, 2003:224).
Melihat pengertian tersebut di atas, maka perana sebagai sesuatu
yang penting tidak bias dipisahkan dengan masyarakat. Masyarakat
biasanya memberikan fasilitas-fasilitas pada individu untuk menjalankan
peranan. Organisasi social atau lembaga kemasyarakatan merupakan
bagian masyarakat yang banyak menyediakan peluang-peluang untuk
melaksanakan peranan tersebut.
Sedangkan pengertian peranan menurut Bruce J.Colien dalam
bukunya Sosiologi Suatu Pengantar adalah “suatu perilaku yang
diharapkan oleh orang lain dari seseorang yang menduduki status
tertentu.”
Bruce j. Colien membagi peranan menjadi dua macam, yaitu:
1). Prescribed role (peranan yang dianjurkan) yaitu jika dalam
melaksanakan suatu peranan tertentu kita harapkan oleh masyarakat agar menggunakan cara-cara yang sesuai denagn yang mereka harapkan.
2). Enacted role (peranan nyata) yaitu jika orang-orang yang diharapkan melaksanakan suatu peranan tidak berperilaku menurut cara-cara konsisten dengan harapan-harapan orang lain, tetapi mereka masih bisa dianggap menjalankan peranan yang diberikan oleh masyarakat walaupun tidak konsisten dengan harapan-harapan si pemberi peran.
Menurut Hendropuspita dalam buku Sosiologi Sistematik, peranan
adalah suatu konsep fungsional yang menjelaskan fungsi (tugas)
commit to user
Peranan sebagai konsep yang memnunjukan apa yang dilakukan oleh
seseorang atau kelompok.
Wujud dari status dan peran itu adalah adanya tugas-tugas yang
dijalankan oleh seseorang berkaitan dengan posisi atau fungsinya dalam
masyarkat. Salah satunya adalah peranan SAR Karanganyar. Dalam
kaitannya dengan penanggulangan bencana alam yang terjadi di wilayah
Kabupaten Karanganyar.
SAR Karanganyar sebagai wadah dari pemuda dan para pemerhati
lingkungan serta relawan, memiliki status yang keberadaannya diakui
oleh masyarakat lingkungannya serta oleh pemerintah daerah Kabupaten
Karanganyar sendiri, sehingga peranannya dapat dirasakan oleh
masyarakat dan pemerintah.
Wadah dari pemuda, pemerhati lingkungan dan relawan ini
dijadikan sarana untuk penanggulangan bencana manakala saat
mengantisipasi adanya bencana, saat bencana terjadi dan saat setelah
bencana terjadi.
2. Organisasi Sosial
Menurut kamus sosiologi karya Soerjono Soekanto, organisasi
adalah :
1). Sistem sosial yang dibentuk untuk mencapai tujuan tertentu.
2). Suatu kelompok yang mempunyai diferensiasi peranan
3). Sekelompok orang yang sepakat untuk mematuhi sekelompok
commit to user
Sedangkan organisasi sosial sendiri adalah cara-cara perilaku manusia
yang terorganisasikan secara sosial.
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, organisasi sosial adalah
system hubungan antar orang atau antar kelompok berdasarkan jenis
kegiatan dan pembagian fungsional untuk menyelesaikan kewajiban
bersama dalam masyarakat. Sedangkan organisasi adalah kesatuan
yangterdiri atas bagian-bagian dalam perkumpulan dan sebagainya
untik tujuan tertentu atau kelompok kerjasama antara orang-orang
yang diadakannya untuk mencapai tujuan bersama (Depdiknas, 2005 :
803)
Menurut Supriyadi dalam buku Pengantar Sosiologi, organisasi
social dalam arti yang luas dimaksudkan sebagai suatu jaringan tingkah
laku manusia yang berpola kompleks serta luas ruang linkupnya di dalam
setiap masyarakat. Dan jika istilah organisasi social digunakan dalam
penertian khusus, maka yang dimaksudkan adalah tingkah laku dari para
pelaku di dalam sub-sub unit masyarakat misalnya keluarga, bisnis,
sekolah, organisasi pencinta lingkungan.
Menurut Robin Williams yang dikutip dari Supriyadi dalam buku
Pengantar Sosiologi (2000: 37) mengatakan bahwa organisasi social
menunjuk pada tindakan manusia yang saling mempengaruhi dalam arti
ketergantungan. Selanjutnya bahwa orang-orang mengadakan interaksi,
commit to user
di dalam imteraksi ada pola-pola tertentu, maka akan mudah terjadinya
kebingungan walaupun dalam situasi yang sederhana sekalipun.
Organisasi sosial memiliki proses yang dinamis, yaitu pola-pola
antar hubungan manusia yang ada di dalamnya senantiasa mengalami
perubahan. Walaupun pada kenyataannya pola tersebut tetap bersifat
teratur dan dapat diramalkan. Sehingga seorang sosiolog mempelajari
organisasi sosial itu sebagai suatu kondisi dan juga sebagai suatu proses.
Di satu pihak sosiolog memperhatikan bangunan struktur dari tindakan
(social action), tetapi di lain pihak juga memperhatikan proses-proses
perubahan dalam tindakan-tindakan sosial (Supriyadi, 1997:37)
Manusia adalaha makhluk social yang pada hakekatnya tidak dapat
hidup tanpa manusia yang lain. Dalam kehidupannya manusia dituntut
untuk dapat menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap lingkungan
dengan akal pikiran, perasaan dan kehendaknya. Sehingga kondisi ini
menimbulkan kelompok social pada kehidupan manusia. Kelompok social
tersebut merupakan himpunan ataukesatuan manusia oleh karena itu
adahubungan diantara mereka. Hubungan tersebut antara lain :
menyangkut hubungan timbale balik yang saling mempengaruhi, dan juga
adanya satu kesadaran untuk saling tolong menolong.
commit to user
Terbentuknya organisasi sosial dalam bidang kemanusiaan ini ada
karena adanya kesadaran manusia akan perananya dalam hubungan timbal
balik dengan lingkungan. Hubungan antara manusia dan lingkungannya
bersifat timbal balik dan membentuk suatu system yang disebut ekosistem.
Dalam hubungan timbale balik ini, diperlukan adanya keselarasan ekologi,
yaitu suatu kejadian dimana makhluk hidup ada dalam hubungan yang
harmonis dengan lingkungannya, sehingga terjadi keseimbangan interaksi
antar makhluk hidup dan lingkungannya. Manusia sebagai makhluk hidup
selalu berinteraksi dengan lingkungannya. Adanya interaksi antara
manusia dan lingkungannya, mengakibatkan ketidakseimbangan ekologi.
Ketidak seimbangan inilah yang akan mrnimbulkan gejolak dari alam,
yang berakibat lebih jauh adalah munculnya bencana alam.
2. Bencana Alam
Bencana alam adalah konsekwensi dari kombinasi aktivitas alami
(suatu peristiwa fisik, seperti letusan gunung, gempa bumi, tanah longsor)
dan aktivitas manusia. Karena ketidakberdayaan manusia, akibat kurang
baiknya manajemen keadaan darurat, sehingga menyebabkan kerugian
dalam bidang keuangan dan struktural, bahkan sampai kematian. Kerugian
yang dihasilkan tergantung pada kemampuan untuk mencegah atau
menghindari bencana dan daya tahan mereka.
Pada daerah yang memiliki tingkat bahaya tinggi (hazard) serta
memiliki kerentanan/kerawanan (vulnerability) yang juga tinggi tidak akan
commit to user
memiliki ketahanan terhadap bencana (disaster resilience). Konsep
ketahanan bencana merupakan valuasi kemampuan sistem dan
infrastruktur-infrastruktur untuk mendeteksi, mencegah & menangani
tantangan-tantangan serius yang hadir (www.sar nasional.com)
3. Tanah Longsor
Fenomena penyebab tanah longsor adalah karena adanya
perubahan-perubahan secara tiba-tiba ataupun perlahan-lahan dalam
komposisi, struktur, daur hidrologi atau kondisi vegetasi disuatu lereng.
Perubahan-perubahan itu terjadi karena :
a) Getaran-getaran bumi karena gempa, peledakan (bom, dll),
mesin-mesin, lalu lintas dan guntur atau petir. Sebagian besar
kelongsoran yang paling parah akibat dipicu oleh gempa bumi.
b) Perubahan-perubahan kadar air dalam tanah akibat hujan lebat
atau kenaikan ketinggian permukaan air.
c) Hilangnya penopang tanah permukaan bumi yang bisa terjadi
akibat erosi, proses pelongsoran tedahulu, pembangunan,
penggalian, penggundulan atau lenyapnya tumbuh-tumbuhan
yang semula akarnya mengikat tanah.
d) Peningkatan beban pada tanah yang disebabkan oleh hujan
deras, salju, penumpukan batu-batu lepas atau bahan-bahan
yang dimuntahkan gunung api, bangunan, sampah/ limbah dan
commit to user
Di kawasan perkotaanpun kadang terjadi longsoran, namun lebih
sering diakibatkan oleh perbuatan manusia itu sendiri, antara lain:
a) Pemotongan atau pembelokan arah aliran air alamiah dan
rekayasa yang menyebabkan perubahan kandungan air.
b) Pembangunan baru yang melibatkan metode-metode ‘tambal
sulam’ sehingga kestabilan lereng terganggu.
Selain itu untuk dapat mengantisipasi dampak yang disebabkan oleh
tanah longsor, masyarakat perlu mengetahui ciri-ciri umum tanah longsor.
Biasanya tanah longsor terjadi sebagai dampak sekunder dari hujan badai
yang lebat, gempa bumi serta letusan gunung api. Bahan-bahan yang
membentuk tanah longsor terbagi menjadi dua jenis lapisan batu atau
lapisan tanah (yang terdiri atas tanah dan berbagai sisa bahan organik).
Berdasarkan corak gerakannya, tanah longsor bisa digolong-golongkan
menjadi :
a) Guguran atau Runtuhan
Suatu guguran atau runtuhan adalah jatuhnya sejumlah
batuan atau bahan lain kearah bawah dengan gerakan meluncur
turun atau melenting di udara. Ini umum terjadi disepanjang
jalan atau jalur kereta api yang kanan kirinya bertebing curam,
atau tebing-tebing karang rendah di wilayah pantai. Tebing
batu atau tanah yang besar dan rapuh bisa menyebabkan
kerusakan besar bila runtuh atau gugur.
commit to user
Bila guguran hanya meluncurkan sejumlah kecil bahan dari
permukaan yang lebih tinggi (hanya rontokan saja), longsoran
atau luncuran besar ini melibatkan sejumlah besar bahan yang
tadinya membentuk permukaan lebih tinggi itu, yang
tergelontor kebawah. Ini terjadi akibat lapuk atau rapuhnya
suatu bagian (atau beberapa bagian) dari permukaan yang lebih
tinggi. Longsoran bisa jatuh kebawah dalam keadaan utuh, bisa
juga lebur berkeping-keping.
c) Robohan
Sesuatu roboh lantaran posisi semula yang membuatnya
berdiri mantap mengalami perubahan sehingga kedudukannya
goyah dan jatuh. Dalam kasusu suatu tebing, keambrukan
terjadi akibat gay-gaya rotasi yang memindahkan posisi
bebatuan. Lantaran perubahan ini, batuan mungkin terdorong
keposisi tidak stabil di puncak tebing. Keseimbangan hanya
bertumpu pada sudut tertentu yang masih terpijak. Bila terdapat
pemicu yanh menyebabkan titik tumpu itu berubahan, maka
tubuh batuan akan terdorong ke depan dan berjatuhan ke
dataran dibawahnya. Batu-batu yang jatuh dalam proses ini
hanya sedikit, hanya yang terletak diposisi genting saja di
pucuk tebing. Robohan ini tidak memerlukan banya gerakan
dan tak harus menyebakan guguran atau longsoran batu.
commit to user
Bongkah- bongkah tanah yang berukuran besar menyebar
melintang (horizontal) dengan retak pusatnya semula. Sebaran
lateral biasanya terjadi di lereng-lereng landai, biasanya kurang
dari 6% dan umumnya mentebar sampai 3-5 meter. Biasanya
mula-mula terjadi patahan atau sesar dari dalam, membentuk
banyak rekahan di pemukiman. Ini bisa tejadi lantaran
pelarutan tanah (misalnya akibat gempa). Pada saat Alaska
diguncang gempa tahun 1964, lebih dari 200 jembatan rusak
atau hancur akibat persebaran lateral delta-delta yang terbuat
dari endapan banjir terdahulu.
e) Aliran Rombakan
Aliran tanah dan bebatuan yang longsor ini menyerupai
cairan kental, kadang bergerak sangat cepat, dan bisa
menjangkau beberapa kilometer. Biasanya terjadi setelah hujan
lebat, meskipun air tidak selalu diperlukan untuk menyebabkan
aliran ini. Aliran lumpur sedikitnya 50% diantaranya berupa
pasir, lempung dan endapan. Bila lumpur mengalir dari letusan
gunung api, namanya lahar, yakni bahan-bahan letusan yang
tertimbun di lereng-lereng dan mendingin, tergelincir turun
akibat hujan deras, pelelehan salju yang mendadak atau luapan
air danau. Aliran limbah murni terdiri atas tanah, batuan, dan
sisa-sisa jasad organik., berpadu dengan air dan udara
commit to user
curam. Aliran rayapan terjadi jika tanah atau bebatuan terkikis
dan mengalir pelan-pelan, hampir tak Nampak perubahannya.
Meski begitu dalm jangka panjang rayapan ini bisa juga
menyebabkan tiang-tiang listrik, telepon dan lain-lain ambruk
meluncur kebawah.
a. Meramalkan terjadinya longsoran.
Kecepatan gerak tanah longsor bermacam-macam antara yang sangat
perlahan (kurang dari 6 centimeter pertahun) hingga yang luar biasa
cepatnya (lebih dari 3 meter per detik). Lantaran inilah barangkali
kemampuan kita untuk melacak gejala dan meramalkannya pun
berbeda-beda. Bila yang dimaksud adalah ramalan akurat dan pasti sangat sulit
dibuat. Kapan dan seberapa besar daya kelongsoran akan sulit
diperkirakan sekalipun adanya situsi pemicu yang kuat ramalan akan
terjadi hujan lebat, adanya kegiatan seismik tersebut. Berpadu dengan
pengamatan kelongsoran tanah mungkin bisa menjadi paduan
memperkirakan kemungkinan waktu (secara garis besar) dan
dampak-dampak yang mungkin timbul.
b. Data geologis
Ada dua aspek geologis yang penting artinya untuk menilai kestabilan
tanah dan meramalkan terjainya kelongsoran :
Litologi adalah kajian tentang batuan dan kandungannya, tampilan
permukaan / teksturnya atau berbagai cirri lain yang akan mempengaruhi
commit to user
bentuk, kepekaan terhadap bahan kimia dan pengolahan fisik serta
berbagai faktor penentu kestabilan lereng. Struktur batuan dan tanah atau
tampilan yang mempengaruhi kestabilannya, termasuk urutan dan corak
lapisan, perubahan-perubahan litologis, bentangan-bentangan titik-titik
pertemuan atau persediaan antar bagian, patahan / sesar dari lipatan.
Geomorfologis
Data geomorfologis terpenting untuk membantu meramalkan tanah
longsor adalah sejarah kelongsoran tanah di daerah yang teliti.
Faktor-faktor lainnya mencakup kemiringan atau kecuraman sehubungan dengan
kekuatan
Untuk memperkirakan terjadinya kelongsoran diperlukan data-data
geologi (kajian tentang bentuk-bentuk permukaan tanah), hidrologi (kajian
tentang daur peredaran air, dan flora di daerah tertentu. Oleh karena itu
masyarakat perlu mewaspadai bencana tanah longsor dengan mengenali
gejala dan cara penanganannya.
G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Berdasarkan masalah yang diangkat yaitu mengenai, peran SAR
(Search And Rescue) sebagai organisasi sosial dalam menangani
bencana alam diwilayah rawan bencana kabupaten karanganyar,
maka jenis penelitian yang dipilih adalah deskriptif kualitatif.
Deskripti kualitatif yaitu suatu bentuk penelitian yang
commit to user
dari orang-orang atau prilaku yang dapat diamati. Jenis penelitian
ini mampu mengungkapkan informasi dengan cara
mendeskripsikan atau mampu memberikan gambaran realitas
social sebagaimana adanya dan relatif utuh.
2. Tempat penelitian
Lokasi penelitian di wilayah rawan bencana yang ada di Kabupaten
Karanganyar. Alasan pemilihan lokasi yaitu bahwa Kabupaten
Karanganyar di beberapa daerah terdapat lokasi rawan bencana dan
yang menangani masalah bencana tersebut adalah organisasi SAR
Karanganyar yang beranggotakan orang-orang yang berdomisili di
sekitar wilayah Karanganyar. Lokasi tersebut adalah merupakan
markas dari SAR Kabupaten Karanganyar. Sedangkan Tempat
lokasi penelitian sebagai daerah bencana adalah Desa Nglegok,
Kecamatan Ngargoyoso, dan Desa Balong, Kecamatan Jenawi.
3. Sumber Data
a. Data Primer
Yaitu data dan informasi yang diperoleh langsung dengan
melakukan wawancara. Ineorman yang dipilih berasal dari
pihak-pihak yang berkaitan dengan masalah tersebut.
Pihak-pihak yang dimaksud adalah pengurus SAR Karanganyar,
anggota SAR Karanganyar, serta warga masyarakat sekitar
Desa Nglegok, Kecamatan Ngargoyoso, dan Masyarakat
commit to user b. Data Sekunder
Yaitu data dan informasi yang diperoleh secara tidak langsung
dari sumber data melalui data-data tertulis. Dat tersebut antara
lain :
- Data monografi Kabupaten Karanganyar
- Monografi dari maing-masing daerah rawan bencana
yang menjadi obyek penelitian yaitu Desa Nglegok
Kecamatan Ngargoyoso dan Desa Balong, Kecamatan
Jenawi.
- Data dari SAR Karanganyar yang berupa buku, leaflet
maupun data yang berupa foto-foto dari hasil
dokumentasi
- Data dari internet yang berkaitan dengan masalah
penelitian
4. Metode pengambilan Sampel
Dalam memilih sampel yang lebih utama adalah bagaimana
menentukan sevariatif mungkin sehingga dapat dipilih dan digunakan
sebagai informan yang dapat dipercaya dan penting untuk memperluas
informasi.
Teknik yang digunakan adalah purposive sampling yaitu yang
dianggap tahu dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data.
Purposive sampling artinya pengambilan sampel yang berdasarkan
commit to user
Sehingga unit sampel yang diambil disesuaikan dengan kriteria
tertentu yang dianggap mampu memberikan informasi yang jelas dan
tepat sesuai dengan kebutuhan penelitian. Selain itu juga informan
bervariasi dan memiliki karakteristik yang berbeda-beda dilihat dari
usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan pekerjaan (HB. Sutopo,
2002: 36) Dalam penelitian ini terdapat 12 informan. Sepuluh
informan tersebut terdiri dari 4 orang pengurus organisasi sosial SAR
Karanganyar sendiri, 4 orang tokoh masyarakat yang dianaggap
kompeten dalam penggalian data, dan 4 orang dari masyarakat sekitar
lokasi rawan bencana tanah longsor.
5. Teknik Pengambilan Data
a. Observasi non partisipan
Teknik pengumpulan data yang dilakukan secara sistematis dan
sengaja melakukan pengamatan dan pencatatan terhadap gejala
yang diamati. Untuk mendapatkan data dilapangan, maka
peneliti melakukan pengamatan secara langsung.
Peneliti melakukan pengamatan di wilayah pasca bencana.
Antara lain di wilayah Desa Nglegok Kecamatan Ngargoyoso
yang merupakan daerah pasca bencana tanah longsor, serta
hingga kini masih menjadi titik rawan longsor dan wilayah
yang masih dalam panatauan rawan longsor yang lain adalah
commit to user
terdapat beberapa titik retakan tanah yang sewaktu-waktu dapat
mengakibatkan longsor jika hujan lebat turun.
b. Wawancara mendalam
Sumber data yang penting dalam penelitian kualitatif adalah
manusia yang dalam posisi sebagai narasumber atau informan.
Untuk itu diperlukan wawancara yang mendalam yang tidak
menggunakan struktur yang ketat dan formal.
Dengan teknik tersebut diharapkan mampu mendapatkan segala
informasi yang diperlukan. Yaitu mengapa para pemuda
berperan aktif menjadi salah satu anggota SAR Karanganyar
yang bekerja tanpa pamrih dan tanpa mengenal waktu. Yang
menjadi informan disini adalah para pengurus Organisasi SAR
Karanganyar itu sendiri, dan beberapa orang tokoh masyarakat
yang mengenal adanya organisasi sosial ini dan untuk
mengetahui sejauh mana peran dan manfaat adanya SAR juga
dilakukan wawancara terhadap beberapa orang yang menjadi
korban bencana tanah longsor yang bersentuhan langsung
dengan kerja anggota SAR.
c. Dokumentasi
Pengumpulan data untuk memperoleh data sekunder dengan
commit to user
SAR Karanganyar serta warga setempat yaitu warga sekitar
daerah bencana antara lain adalah warga desa Nglegok
Kecamatan Ngargoyoso, dan warga Desa Balong, Kecamatan
Jenawi.
6. Validitas Data
Menggunakan teknik trianggulasi yaitu teknik pemeriksaan keabsahan
data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk
keperluan pengecekan atau sebagai penimbang terhadap data itu. Dezn
(1978) membedakan empat macam triangulasi sebagai teknik
pemeriksaan yang memanfatkan penggunaan sumber, metode,
penyidik dan teori.
Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan adalah
pemeriksaan melalui sumber lainya. Dalam penelitian ini
menggunakan triangulasi sumber yang berarti membandingkan dan
mengecek balik drajat kepercayaan suatu informasi yang telah
diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dlam metode kualitatif
(Patton, 1987:331). Hal tersebut dapat dicapai dengan jalan:
a. Membandingkn data hasil pengamatan dengan hasil wawancara
b. Membandingkan apa yang dikatan orang didepan umum
dengan apa yang dilakukannya secara pribadi
c. Membandingkan apa yang dikatan oang-orang tentang situasi
commit to user
d. Membandingkan kadan perspektif seseorang dengan berbagai
pendapat dan pandangan orang
e. Memebandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen
yang berkaitan (Moleong, 1990:178)
7. Teknik Analisa Data
a. Reduksi Data (Data Reduction)
Komponen pertama dalam analisis yang merupakan proses
seleksi,
proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan,
pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari
catatan-catatan tertulis di lapangan atau yang biasa disebut
fieldnote. Reduksi data berlangsung terus menerus selama
kegiatan penelitian berlangsung dilapangan. Proses
berlangsung sejak peneliti mengambil keputusan tentang
kerangka kerja konseptual, melakukan pemilihan kasus,
penyusunan pertanyaan penelitian dan juga cara pengumpulan
data yang akan digunakan.
Dengan kata lain reduksi data adalah bagian dari proses
analisis yang mempertegas ,memperpendek, membuat focus,
membuang hal yang tidak penting dan mengatur dta
sedemikian rupa sehigga kesmpulan peneitian dapat dilakukan.
commit to user
Komponen analisis kedua adalah sajian data. Penyajian data
merupakan suatu rakitan organisasi informasi atau deskripsi
dalam bentuk narasi yang memungkinkan kesimpulan
penelitian dapat dilakukan.
Penyajian data merupakan komponen analisis kedua yang
penting sehingga kegiatan perencanaan kolom dalam bentuk
matriks bagi data kualitatif dalam bentuknya yang khusus
sudah membawa peneliti memasuki daerah anlisis penelitian.
Kedalaman dan kemantapan hasil analisis sangat ditentukan
oleh kelengkapan sajian datanya.
c. Penarikan Kesimpulan dan verivikasi (Conclution Drawing )
Penrikan kesimpulan dilakukan setelah proses pengumpulan
data benar-benr selesai dan hasil kesimpulan tersebut perlu
diverivikasi agar cukup mntap dan benar-benr dapat
dipertanggung jawabkan. Verivikasi dapat dilakukan dengan
cara melakukan pengulangan-pengulangan dengan cepat
dengan tujuan untuk pemantapan dan penelusuran data
kembali. Pada dasarnya data tersebut harus diuji validitasnya
supaya kesimpulan penelitian menjadi lebih kokoh dan lebih
commit to user
39 BAB II
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
A. Keadaan Umum Kabupaten Karanganyar
Kabupaten Karanganyar terletak di Propinsi Jawa Tengah yang
memiliki banyak wilayah pegunungan yang juga merupakan daerah rawan
bencana terutama tanah longsor karena banyaknya dataran tinggi dan
perbukitan. Dataran tinggi dan perbukitan yang rawan terkena longsor
pada umumnya mengenai wilayah pertanian, karena memang seharusnya
di perbukitan yang tinggi tidak disarankan untuk daerah pertanian atau
perkebunan. Pada akhir tahun 2007 Kabupaten Karanganyar tertimpa
bencana alam yang cukup besar termasuk didalamnya adalah bencana
tanah longsor yang memakan banyak korban jiwa.
1. Batas Wilayah
Kabupaten Karanganyar mempunya batas- batas wilayah, lebih
tepatnya berbatasan dengan beberapa Kabupaten, Kota dan
Propinsi. Sebelah utara dari Kabupaten Karanganyar berbatasan
langsung dengan Kabupaten Sragen. Tidak jarang wilayah operasi
SAR Air dari SAR Karanganyar sering memasuki wilayah
Kabupaten Sragen, karena sungai-sungai besar yang mengalir
menuju di kabupaten terseb