• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sejarah PT. Perkebunan IX (Persero) di Sumatera Utara 1974-1996

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Sejarah PT. Perkebunan IX (Persero) di Sumatera Utara 1974-1996"

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR INFORMAN

1. Nama : Dr. Ir. Erwin, MS.

Umur : 60 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Jl. Asoka No. 12 Medan

Pekerjaan : Mantan Kepala Bagian SDM PT. Perkebunan IX

2. Nama : Muhammad Nasir Umur : 57 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Jl. Kapten Muslim No. 144 A Medan

Pekerjaan : Mantan Kepala Bagian Teknik PT. Perkebunan IX

3. Nama : Ir. M.S. Ambarita Umur : 58 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Jl. Sidodadi Komplek Tasri Regency No. A 12 Johor, Asrama Haji Medan

Pekerjaan : Mantan Manager Kebun Helvetia, PT. Perkebunan IX

4. Nama : Julastri

Umur : 47 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan Alamat : Jalan Meteorologi

(2)

5. Nama : Asi Keling

Umur : 48 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan Alamat : Saentis

(3)
(4)

LAMPIRAN I

Peta Perkebunan PT. Perkebunan IX (Persero)

(5)

LAMPIRAN II

(6)

LAMPIRAN III

Daftar Perubahan Nama Perusahaan dan Dewan Direksi PT. Perkebunan IX Dari Tahun 1958-1996

Periode Nama Perusahaan Dewan Direksi Dasar Hukum Luas Areal Jumlah

Perkebunan

11 Januari 1958 s/d 11 November 1958

NV. Verenigde Deli Maatschappij (N.V. V. D. M.)

1. A.C. Hutabarat (Ketua) 2. S.T. Ketaren (Anggota) 3. S. Wardojo (Anggota)

UU No. 86 Tahun

1. Rajamin Lubis (Ketua) 2. S.T. Ketaren (Anggota) 3. S. Wardojo (Anggota)

- - -

1 Juni 1960 s/d 31 Mei 1961

P.P.N. Baru Cabang Sumatera Utara Unit Sumut-I

1. S.T. Ketaren (Ketua) 2. T. Boerhanuddin (Anggota) 3. S. Wardojo (Anggota)

P.P.N. No. 29/1960 101.633 HA. 39 Perkebunan

1 Juni 1961 s/d 30 September 1963

P.P.N. Sumut-I (Khusus Tembakau)

1. S.T. Ketaren (Kuasa Direksi) 2. T. Boerhanuddin (P.K.D. Produksi) 3. J.F. Sinaga (P.K.D. Umum)

4. M.P.L. Toruan (P.K.D. Perbelanjaan)

PP No. 143 Tahun 1961 Tanggal 26-4-1961 dan Lembaran Negara No. 168/1961

Tanggal 26-4-1961

58.539 HA 28 Perkebunan

1 Oktober 1963 s/d 17 April 1968

P.P.N. Tembakau Deli-I 1. Soemadi Wiradikarta (Direktur)

2. D. Pane (Direktur Muda) Tanggal 23-5-1963 PP No. 30/1963 dan Lembaran Negara No. 51/1963

Tanggal 22-5-1963 (Khusus Tembakau)

22.744 HA. 8 Perkebunan

P.P.N. Tembakau Deli-II 1. T. Boerhanuddin (Direktur)

2. Soelaksa Tanuwiharjo (Direktur Muda)

16.623,75

HA. 7 Perkebunan

P.P.N. Tembakau Deli-III 1. SoegijonoHadi (Direktur)

2. M.P.L. Toruan (Direktur Muda) 11.149 HA. 7 Perkebunan

Catatan:

Pada 1 Mei 1966 terjadi perubahan pada P.P.N. Tembakau Deli-II dan P.P.N. Tembakau Deli-III yaitu: P.P.N. Tembakau Deli-II : 1. T. Boerhanuddin (Direktur)

(7)

18 April 1968 s/d 30 April 1969

Perusahaan Negara Perkebunan-IX

1. T. Boerhanuddin (Direktur)

2. Soemadi Wiradikarta (Dir. Produksi) 3. Soelaksa Tanuwiharjo (Dir.

Umum/Komersil)

1. S.T. Ketaren (Direktur Utama) 2. Loe Giok Seng (Dir. Produksi) 3. Soelaksa Tanuwiharjo (Dir.

Umum/Komersil)

- 58.319,75

HA. 22 Perkebunan

Catatan:

Pada tanggal 1 Juli 1969 terjadi penambahan Direksi yaitu Ir. B. Sitompul (Direktur B.P.T.D.)

1 April 1974 s/d 10 November 1977

Perusahaan Perseroan PT. Perkebunan-IX (PTP-IX)

1. Soegijono Hadi (Direktur Utama) 2. Ir. B. Sitompul (Dir. Produksi) 3. D. Pane (Dir Umum/komersil)

PP No. 44 Tahun

1. Soegijono Hadi (Direktur Utama) 2. Ir. B. Sitompul (Dir. Produksi) 3. D. Pane (Dir Umum/komersil) 4. Dr. Asep T. Tojib (Dir.

Penelitian-Pengembangan)

1. Soemadi Wiradikarta (Direktur Utama) 2. Moeljono Tjahjopranoto (Dir.

Produksi)

3. H. Gazali M.Sc. (Dir. Umum/Komersil) 4. Ir. Bastian Sitompul (Dir.

Pengembangan)

58.000 HA. 18 Perkebunan

12 Januari 1984 s/d 12 April 1986

Perusahaan Perseroan PT. Perkebunan-IX (PTP-IX)

1. Ir. B. Sitompul (Direktur Utama) 2. J.A. Ferdinandus (Dir. Produksi) 3. Drs. S.J. Tarigan (Dir.

Umum/Komersil)

SK Menteri Keuangan No.

(8)

12 April 1986 s/d 4 September 1987

P.T. Perkebunan IX (Persero)

1. Ir. Sawarno (Direktur Utama) 2. J.A. Ferdinandus (Dir. Produksi) 3. Drs. S.J. Tarigan (Dir.

Umum/Komersil) 4. Ir. Darsono Ariadi (Dir.

Pengembangan)

- - -

5 September 1987 s/d

-

P.T. Perkebunan IX (Persero)

1. Ir. Sawarno (Direktur Utama) 2. Pamboedijono (Dir. Produksi) 3. Drs. S.J. Tarigan (Dir.

Umum/Komersil) 4. Ir. Darsono Ariadi (Dir.

Pengembangan)

- - -

2 Mei 1994 s/d

1996 P.T. Perkebunan IX (Persero)

1. Ir. Saibun Harahap (Direktur Utama) 2. Ir. Agusni Amin (Dir. Produksi) 3. Drs. Sofyan Raz, Ak. (Dir. Keuangan) 4. Ir. Maman Salman (Dir. Pemasaran) 5. Ir. T.R. Pasaribu (Dir.

Pengembangan/SDM)

6. Ir. S. Perangin-Angin (Kuasa Direksi)

SK Menteri Keuangan RI No. 158/KMK.016/1994 Tanggal 2 Mei 1994

29.436 HA. 16 Perkebunan

(9)

LAMPIRAN IV

Logo PT. Perkebunan IX (Persero)

(10)

LAMPIRAN V

Daftar Nama Pejabat dan Jabatannya di PT. Perkebunan IX (Persero) Periode 11 November 1977 s/d 12 Januari 1981

No. Nama Jabatan

1. Soegijono Hadi Direktur Utama

2. Ir. B. Sitompul Direktur Produksi

3. D. Pane Direktur Komersil

4. Dr. Asep T. Tojib Direktur Penelitian dan Pengembangan

5. E. Sutaddy Atmasasmita Kabag. Tanaman

6. Haluddin Harahap Kabag. Umum

7. A.S.D.L. Tobing Kabag. Komersil

8. Drs. Bing Ghozali Kabag. Pembiayaan

9. Abd. Hakim Siregar Ka. Biro Direksi

10. Drs. Bonar Gultom Ka. Biro Kontrole/Eff.

11. Nurchairat Koord. Dinas Teknik

12. Ir. F.X. Tanoewibowo Pelaksana Harian Bagian Teknologi/Pengolahan

13. B. Bagijo Staf Ahli

14. S.L. Simanjuntak Pelaksana Harian Dinas Teknik

15. B.P.P. Pane Kepala Dinas Traktor

(11)

17. Zachloel Agus Inspektur Daerah II

18. A.S. Masdria Inspektur Daerah III

19. Supratiknjo Inspektur Daerah IV

20. Djohanuddin Administratur Kebun Kwala Bingei

21. T. Sjaiful Azis Administratur Kebun Kwala Begumit

22. Oemar Njotokoeshartono Administratur Kebun Tandem

23. Taswondo Dirdjosaputro Administratur Kebun Tandem Hilir

24. R. Oetojo Administratur Kebun Bulu Cina

25. Gatot Sudijo Pimpinan Kebun Padang Brahrang

26. R. Soeprapto Administratur Kebun Tanjung Jati

27. R.H. Sulistijono Administratur Kebun Timbang Langkat

28. Sudarno Administratur Kebun Sei Semayang A/B

29. Wan Asmaruddin Baroes Administratur Kebun Klambir Lima

30. Dj. D. Saragih Pimpinan Kebun Medan Estate

31. Pambudijono Administratur Kebun Helvetia

32. Bambang Suwarno Administratur Kebun Klumpang

33. Nasrin Ismail Administratur Kebun Mariendal

34. Hasanul Arifin Administratur Kebun Saentis

(12)

36. M.N. Nya’ Oemar Administratur Kebun Tanjung Morawa

37. Awal Siwi Sundoro Administratur Kebun Batang Kwis

38. A. Bastian Badrys Administratur Kebun Pagar Marbau

(13)

DAFTAR PUSTAKA

A. Arsip PT. Perkebunan IX (Persero) Milik Balai Pelestarian Tembakau Deli (BPTD) Sumatera Utara.

Anggaran Dasar PT. Perkebunan IX (Persero).

Arsip PTP-IX, Bagan Organisasi Tahun 1978 PT. Perkebunan-IX, BPTD.

Arsip PTP-IX, Komoditi Gula di PTP IX dan Prospeknya di Masa Mendatang Serta Kendala Yang Dihadapi, BPTD.

Arsip PTP-IX, Konservasi Areal Tembakau, BPTD. Arsip PTP-IX, Pabrik Gula Sei Semayang, BPTD.

Arsip PTP-IX, Profil Perkebunan Kakao Mariendal, BPTD Arsip PTP-IX, Profil Perkebunan Kakao Tanjung Jati, BPTD. Arsip PTP-IX, PT. Perkebunan-IX (Persero), BPTD.

Arsip PTP-IX, Sejarah Singkat PTP-IX (PT. Perkebunan-IX Persero), BPTD.

Surat Keputusan Direksi Perusahaan Perseroan PT. Perkebunan IX No. 09.7/KPTS/2.2/78 tanggal 26 September 1978.

Surat Keputusan Direksi Perusahaan Perseroan PT. Perkebunan IX No. 9. Dir/KPTS/1343/85 Tanggal 21 Februari 1985 Tentang Penetapan Instruksi Kerja Sebagai Pedoman Dasar Mulai Tahun 1985.

Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor Kep/426/MK/IV/3/1974, tanggal 20 Maret 1974.

Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 838/KPTS/KP.210/12/89 Tentang Peraturan Kepegawaian PN/PT Perkebunan.

(14)

Surat Edaran Ir. M. Bambang Sardjono (Direktur Utama PTP-IX) No. 9.7/SE/37/1994 Tanggal 28 April 1994 Perihal Tata Tertib Pemberian Cuti Tahunan/Cuti Panjang.

Surat Edaran J.A. Ferdinandus (Direktur Utama PTP-IX) No. 9.3/SE/R/17/1990 Tanggal 6 Desember 1990 Perihal Perbaikan/Penyesuaian Tunjangan Santunan Sosial Pegawai Staf.

Surat Edaran J.A. Ferdinandus (Direktur Utama PTP-IX) No. 9.3/SE/R/18/1990 Tanggal 6 Desember 1990 Perihal Penyesuaian Tunjangan Transport, Tunjangan Komunikasi, dan Tunjangan Rekreasi Pegawai Staf PT. Perkebunan-IX.

Surat Edaran J.A. Ferdinandus (Direktur Utama PTP-IX) No. 9.3/SE/33/1991 Tanggal 25 Maret 1991 Perihal Pemberian Gula Cuma-Cuma (Gratis). Surat Edaran P.F. Napitupulu, SE (Direktur Komersil PTP-IX) No. 9.3/SE/55/1991

Tanggal 22 Mei 1991 Perihal Pembayaran Rampung Bonus Tahunan Untuk Tahun Buku 1990 Kepada Karyawan Golongan SKU.

B. Buku, Skripsi dan Tesis

Agustina, Mustika. 2013. “Perkebunan Tembakau Deli di Kebun Buluh Cina PTP IX Kecamatan Hamparan Perak (1974-1996)”. dalam Skripsi S-1 belum diterbitkan. Medan: FIB USU.

Bremen, Jan. 1997. Menjinakkan Sang Kuli: Politik Kolonial, Tuan Kebun, dan Kuli di Sumatra Timur pada Awal Abad Ke-20.Jakarta: PT. Pustaka Utama Grafiti.

BUMN Lingkup Departemen Pertanian. 1992.Statistik 1986-1991. Jakarta: Departemen Pertanian Biro Tata Usaha BUMN.

Cremer, H. 1919. Deli Maatschappij 1869-1919. Amsterdam: Vereenigde Drukkerijen Roeloffzen-Hubner & Van Santen En Gebroeders Binger.

(15)

Devi, T. Keizerina. 2004. Poenale Sanctie: Studi Tentang Globalisasi Ekonomi dan Perubahan Hukum di Sumatera Timur (1870-1950).Medan: Program Pasca Sarjana USU.

Gottchalk, Louis. 1985. Mengerti Sejarah, terjemahan dari Nugroho Notosusanto. Jakarta: UI Press.

Kanumoyoso, Bondan. 2001. Nasionalisasi Perusahaan Belanda di Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Kartodirdjo, Sartono dan Djoko Suryo. 1990.Sejarah Perkebunan Indonesia Kajian Sosial Ekonomi. Jakarta: Aditya Media.

Kuntowijoyo. 1995. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya.

Pelzer, Karl J. 1985. Toean Keboen dan Petani, Politik Kolonial dan Perjuangan Agraria.Jakarta: Sinar Harapan.

___________. 1991. Sengketa Agraria: Pengusaha Perkebunan Melawan Petani. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.1988. Padang Riwayatmu Dulu. Jakarta: PT. Mutiara Sumber Widya Offset.

Rasky, Emelia. 1990. “Perjanjian Kerja Sebagai Jaminan Kedudukan Hukum Bagi Buruh PTP-IX Menurut Hukum Perdata”. dalam Skripsi S-1 belum diterbitkan. Medan: FH UISU.

Roesmanto, Joko. 1991. Kakao: Kajian Sosial-Ekonomi. Yogyakarta: Aditya Media. Rosidah, Iyos. 2012. “Eksploitasi Pekerja Perempuan di Perkebunan Tembakau Deli

Sumatera Timur 1870-1930”, dalam Tesis S-2 belum diterbitkan. Semarang: Universitas Diponegoro.

Said, Muhammad. 1990. Koeli Kontrak Tempo Doeloe Dengan Derita dan Kemarahannya, Cetakan ke II.Medan: PT. Harian Waspada.

Sektor Pertanian. 1986. Statistik 1983-1984/1985. Jakarta: Departemen Pertanian Biro Tata Usaha BUMN.

(16)

Stoler, Ann Laura. 2005. Kapitalisme dan Konfrontasi di Sabuk Perkebunan Sumatra 1870-1979.Yogyakarta: KARSA.

Sub Sektor Perkebunan. 1984. Statistik 1979-1983. Jakarta: Departemen Pertanian Biro Tata Usaha BUMN.

Thaib, Roestam. 1959. Lima Puluh Tahun Kotapraja Medan. Medan: Djawatan Penerangan.

Yasmis. 2008. “Kuli Kontrak di Perkebunan Tembakau Deli Sumatera Timur 1880-1915”, dalam Tesis S-2 belum diterbitkan, Jakarta: Universitas Indonesia.

C. Artikel, Jurnal, dan Laporan

Ikhsan, Edy. “Nasionalisasi Perkebunan Belanda di Sumatera Utara: Diantara Inkonsistensi dan Stigmatisasi” dalam Artikel, hal. 1. (diakses dari

Jaarverslag Deli Planters Vereeniging 1914. Medan: TYP J. Hallermann.

Kalo, Syafruddin. 2004. “Perbedaan Persepsi Mengenai Penguasaan Tanah dan Akibatnya Terhadap Masyarakat Petani Sumatera Timur, Pada Masa Kolonial yang Berlanjut Pada Masa Kemerdekaan, Orde Baru dan Reformasi” dalam Laporan Penelitian, Medan: Program Pasca Sarjana USU.

Napitupulu, W. 1995. “Profil Bengkel Pusat”, Laporan. Medan: PT. Perkebunan-IX. PTP-IX, “Dalam Rangka Kunjungan Kerja DPRD Tingkat II Kabupaten Deli

Serdang Ke PT. Perkebunan-IX”, Laporan. Medan: PTP-IX, 1996.

Purba, P. dan A.U. Lubis. 1981. “Pemetaan Tanah Perkebunan Kelapa Sawit P.T. Perkebunan IX”, Laporan. Pematang Siantar: PNP Marihat Research Station.

Satuan Pengawasan Intern PTP-IX.1989.Analisa Keuangan PTP-IX Tahun 1984 s/d 1988. Medan: PT. Perkebunan IX.

(17)

D.Internet

Peraturan Pemerintah No. 30 tahun 1963, diakses daritanggal 21 April 2016.

Peraturan Pemerintah No. 12 tahun 1969, diakses daritanggal 21 April 2016.

Peraturan Pemerintah No. 44 tahun 1973, diakses daritanggal 21 April 2016.

(18)

BAB III

EKSISTENSI PT. PERKEBUNAN IX (PERSERO) 1974-1996

3.1 Sistem Manajemen Perusahaan

PT. Perkebunan IX (Persero) merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara yang bergerak dibidang pertanian dan perkebunan (agro-industri). Perusahaan ini berkedudukan atau berkantor pusat di Jalan Tembakau Deli No. 4 Medan, Sumatera Utara.

Dalam sistem manajemen PT. Perkebunan IX (Persero) tersebut akan dijelaskan mengenai sumber modal perusahaan, tujuan dan lapangan usaha yang dimiliki perusahaan, dan struktur organisasi perusahaan dalam menjalankan operasionalnya.

3.1.1 Sumber Modal

Dalam mendirikan suatu Perusahaan Perseroan (Persero) tentu memerlukan modal yang tidak sedikit. Begitu juga dengan proses pendirian PT. Perkebunan IX (Persero) yang memerlukan sumber modal. Sumber modal PT. Perkebunan IX (Persero) ini tertera dalam Peraturan Pemerintah No. 44 tahun 1973, pasal 2 ayat (1) dan (2), dan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1973 No. 54, yang berisi sebagai berikut:

(19)

berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan secara bersama oleh Departemen Keuangan dan Departemen Pertanian; Modal Perusahaan Perseroan (Persero) sebagaimana yang dimaksudkan dalam ayat (1) pasal ini terbagi atas saham-saham sesuai dengan ketentuan pasal 1 Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 1972 dengan ketentuan bahwa saat pendirian Perusahaan Perseroan (Persero) tersebut seluruh sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia.”48

Penetapan modal PT. Perkebunan IX (Persero) yang tertera dalam Peraturan Pemerintah No. 44 tahun 1973, pasal 2 ayat (2) dan dikuatkan dengan Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia tanggal 20 Maret 1974, maka jumlah modal PT. Perkebunan IX (Persero) tersebut sebesar Rp. 3.000.000.000.- (tiga milyar rupiah), yang terbagi dalam 600 (enam ratus) saham prioritas dan 2.400 (dua ribu empat ratus) saham biasa. Tiap-tiap saham dari kedua jenis tersebut bernilai pokok Rp. 1.000.000.- (satu juta rupiah).49

Dari modal tersebut telah diambil bagian dan telah disetor penuh dengan uang tunai dengan perantara suatu bank untuk kas persero sebanyak 600 saham prioritas dan 2.400 saham biasa oleh para pendiri. Dengan total jumlah saham PT. Perkebunan IX (Persero) sebesar Rp. 3.000.000.000.- (tiga milyar rupiah), Negara Republik Indonesia memiliki saham sebesar Rp. 2.999.000.000.- (dua milyar sembilan ratus sembilan puluh sembilan juta rupiah) yang dibagi ke dalam 600 saham prioritas dan 2.400 saham biasa.50

48

Peraturan Pemerintah No. 44 tahun 1973, pasal 2 ayat (1), dan (2).

49

Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor Kep/426/MK/IV/3/1974, tanggal 20 Maret 1974.

50

(20)

3.1.2 Tujuan dan Lapangan Usaha

Dalam pengoperasian sebuah perusahan tentu memiliki sebuah tujuan yang ingin dicapai. Begitu juga dengan PT. Perkebunan IX (Persero). Adapun tujuan perusahaan ini tertera dalam pasal 3 ayat (1) Anggaran Dasar PT. Perkebunan IX (Persero), yang berisi sebagai berikut:

“Persero ini bertujuan turut melaksanakan dan menunjang kebijaksanaan dan program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya sektor pertanian khususnya dengan berdasarkan kepada azas: Mempertahankan dan meningkatkan sumbangan bidang perkebunan bagi pendapatan nasional, yang diperoleh dari hasil produksi dan pemasaran dari beberapa jenis komoditi atau produksi untuk konsumsi dalam negeri dan keperluan ekspor; Memperluas lapangan kerja untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat pada umumnya dan meningkatkan taraf hidup petani serta karyawan perkebunan pada khususnya; Memelihara kekayaan alam, khususnya menjaga kelestarian dan meningkatkan kesuburan tanah, sumber serta tata air.”51

“Ayat (2): Untuk mencapai yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini, Perseroan akan mendirikan atau menjalankan perusahaan-perusahaan dan usaha-usaha di bidang perkebunan dalam arti Kutipan di atas menunjukkan tujuan perusahaan selain meningkatkan pendapatan negara juga untuk memperluas lapangan kerja bagi rakyat. Dalam menyediakan lapangan kerja untuk rakyat tentu perusahaan harus memiliki lapangan-lapangan usaha baru, baik usaha dibidang perkebunan maupun usaha-usaha lainnya, yang masih selaras dengan maksud dan tujuan perusahaan. Keputusan pendirian lapangan usaha tersebut tertera dalam pasal 3 ayat (2), dan (3) Anggaran Dasar PT. Perkebunan IX (Persero), yang berisi sebagai berikut:

51

(21)

kata yang seluas-luasnya serta segala sesuatu selaras dengan maksut dan tujuan tersebut, baik secara sendiri atau bersama-sama dengan bahan-bahan lain yang sejenis dengan cara-cara dan bentuk yang sesuai dengan keperluan, asal yang demikian itu tidak melanggar peraturan perundang-undangan yang berlaku. Ayat (3): Perseroan dapat pula mendirikan atau menjalankan perusahaan

dan usaha lainnya yang mempunyai hubungan dengan usaha tersebut di atas, baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama dengan badan-badan lain sepanjang yang demikian itu tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan sesuai dengan ketentuan dalam Anggaran Dasar ini.”52

3.1.3 Struktur Organisasi

Adapun yang dimaksud dengan usaha-usaha lain pada kutipan di atas, ialah unit usaha yang mempunyai hubungan dengan usaha pertanian dan perkebunan, seperti: Pabrik Gula, Pabrik Kelapa Sawit, Rumah Sakit, Bengkel Pusat (Bengkel Sentral), dan lain sebagainya.

Struktur organisasi diperlukan untuk membedakan batas-batas wewenang dan tanggung jawab secara sistematis yang menunjukan adanya hubungan keterkaitan antara setiap bagian untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Suatu instansi atau perusahaan terdiri dari berbagai unit kerja yang berfungsi melaksanakan serangkaian kegiatan tertentu.

Dalam struktur organisasi perusahaan ada yang disebut Good Corporate Governance (GCG). Struktur organisasi GCG ini terdiri dari Organisasi Utama dan Organisasi Pendukung. Organisasi Utama GCG yaitu Rapat Umum Pemegang Saham

52

(22)

(RUPS), Dewan Komisaris dan Direksi, sedangkan Organisasi Pendukung GCG yaitu Sekretaris Perusahaan, Satuan Pengawasan Intern, Komite Audit dan Komite Lainnya.

(23)

BAGIAN

INSPEKTUR TEMBAKAU INSPEKTUR TAN. KERAS INSPEKTUR TEHNIK

INSPEKT

KOMERSIL DIREKTUR LIT. BANG

BIRO DIREKSI

Sumber: Arsip PTP-IX, Bagan OrganisasiTahun 1978,

BPTD.

Gambar 2.

(24)

Gambar bagan stuktur organisasi di atas sesuai dengan Surat Keputusan Direksi Perusahaan Perseroan PT. Perkebunan IX No. 09.7/KPTS/2.2/78 tanggal 26 September 1978, yang disahkan oleh Dewan Direksi PT. Perkebunan IX (Persero). Dalam sistem organisasi tertinggi pada Perusahaan Perseroan (Persero) saham atau aset dimiliki oleh negara yang dikelola oleh Menteri Keuangan dan dapat dikuasakan kepada Menteri Pertanian (Menteri Bidang Teknis). Menteri Keuangan kemudian mengorganisir Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dan membentuk Dewan Komisaris atas pertimbangan dan usul Menteri Pertanian (Menteri Bidang Teknis).53

A.Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)

Dalam struktur organisasi PT. Perkebunan IX (Persero) seperti yang terlihat pada bagan diatas memiliki Job Description (uraian tugas) serta wewenang dari setiap bagian, yaitu:

RUPS adalah organ perseroan yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan Komisaris, dalam batas yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan dan Anggaran Dasar. RUPS terdiri dari dua jenis yaitu: RUPS tahunan dan RUPS lainnya atau luar biasa.

B.Dewan Komisaris

Dewan Komisaris terdiri dari 3 (tiga) orang yaitu satu orang Komisaris Utama dan dua orang Komisaris Anggota. Para anggota Dewan Komisaris diangkat untuk

53

(25)

waktu dua tahun dengan tidak mengurangi kemungkinan pemberhentiannya sewaktu-waktu. Adapun tugas-tugas Dewan Komisaris adalah sebagai berikut:

1. Melakukan pengawasan atas jalannya pengurusan perseroan oleh Direksi. 2. Melakukan tugas-tugas yang secara khusus diberikan kepadanya menurut

Anggaran Dasar.

3. Melakukan pengawasan atas pelaksanaan peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan serta kebijaksanaan pemerintah, terutama dibidang-bidang yang berhubungan dengan tujuan dan lapangan usaha perseroan.54 Adapun wewenang Dewan Komisaris adalah sebagai berikut:

1. Para anggota Dewan Komisaris, baik bersama-sama maupun sendiri-sendiri setiap waktu berhak memasuki bangunan-bangunan dan halaman-halaman atau tempat-tempat lain yang dipergunakan atau dikuasai oleh perseroan dan berhak memeriksa buku-buku, surat-surat bukti, persediaan barang-barang, memeriksa dan mencocokkan uang kas (untuk keperluan verifikasi) dan lain-lain surat berharga serta mengetahui segala tindakan yang telah dijalankan oleh Direksi.

2. Dewan Komisaris atas biaya perseroan dapat meminta bantuan ahli-ahli untuk melakukan pemeriksaan sesuai tugas dan wewenangnya seperti tersebut di atas.

3. Meminta penjelasan segala hal yang berhubungan dengan perseroan.

54

(26)

4. Dewan Komisaris dengan suara terbanyak setiap waktu berhak untuk memberhentikan untuk sementara waktu, seseorang atau lebih anggota Direksi, jikalau mereka bertindak bertentangan dengan Anggaran Dasar, atau melalaikan kewajibannya dan terdapat alasan mendesak bagi perseroan. Pemberhentian sementara itu harus diberitahukan secara tertulis kepada yang bersangkutan disertai alasan yang menyebabkan tindakan tersebut.55

C.Dewan Direksi

Dalam menjalankan organisasinya, PT. Perkebunan IX (Persero) dipimpin oleh suatu Dewan Direksi yang terdiri dari seorang Direktur Utama (Dirut), seorang Direktur Komersil Umum (Dirkom), Direktur Produksi (Dirprod), dan Direktur Pengembangan (Dirbang).

Dalam hal ini, Dewan Direksi yang diangkat harus memiliki suatu keahlian atau pengetahuan teknis yang sesuai dengan bidang usaha yang bersangkutan. Sesuai dengan hal ini, maka pengangkatan Dewan Direksi dilakukan oleh Menteri Keuangan atas usul Menteri Pertanian (Menteri Bidang Teknis).56

55Ibid.,

pasal 11 ayat (2), (3), (4), dan (5).

56

Peraturan Pemerintah No. 12 tahun 1969, pasal 9 ayat (1a).

(27)

yang dilakukan oleh Direksi dan bimbingan yang dilakukan oleh Menteri Bidang Teknis terhadap perusahaan tersebut.57

Direktur Litbang : Dr. Asep T. Tojib

Adapun susunan Dewan Direksi Perusahaan Perseroan PT. Perkebunan IX mulai 1 April 1974, sesuai dengan PP No. 44 tahun 1973 tanggal 6 Desember 1973 sebagai berikut:

Direktur Utama : Soegijono Hadi Direktur Produksi : Ir. B. Sitompul Direktur Komersil : D. Pane

58

Masa jabatan Dewan Direksi selama 5 (lima) tahun. Dalam masa jabatan tersebut tidak menutup kemungkinan terjadi pemberhentian sewaktu-waktu. Pemberhentian masa jabatan tersebut tentu harus memiliki alasan seperti, meninggal dunia, permohonan sendiri, penggantian tugas, cacat fisik atau mental yang mengakibatkan tidak dapat melaksanakan tugas dengan baik, terlibat dengan tindak pidana kejahatan, tidak cukup mampu melaksanakan tugas, tidak melaksanakan tugas dengan baik, tidak melaksanakan ketentuan-ketentuan dalam Anggaran Dasar, dan

57

Emelia Rasky, “Perjanjian Kerja Sebagai Jaminan Kedudukan Hukum Bagi Buruh PTP.IX Menurut Hukum Perdata”, dalam Skripsi S-1, Medan: Fakultas Hukum - Universitas Islam Sumatera Utara, 1990, hal. 38.

58

(28)

alasan-alasan lain.59 Setelah masa jabatannya berakhir, para anggota Direksi dapat diangkat kembali, namun tidak boleh merangkap jabatan lain.60

Adapun tugas direksi yaitu, memimpin dan mengurus perseroan sesuai dengan tujuan perseroan dan senantiasa berusaha meningkatkan efisiensi dan efektivitas perseroan; serta menguasai, memelihara, dan mengurus kekayaan perseroan.61

1. Direksi mewakili Perseroan di dalam dan di luar dan melakukan segala tindakan dan perbuatan baik mengenai pengurusan maupun yang mengenai pemilikan serta mengikat Perseroan dengan pihak lain dan pihak lain dengan Perseroan, demikian dengan pembatasan-pembatasan yang ditetapkan di bawah ini;

Selain tugas-tugas tersebut, Direksi juga mempunyai wewenang. Wewenang Direksi antara lain:

2. (a) Menerima pinjaman jangka pendek dari Bank atau Lembaga Keuangan lain dengan persetujuan Dewan Komisaris; (b) Memberikan pinjaman jangka pendek atas nama Perseroan dengan persetujuan Dewan Komisaris; (c) Mengangkat kepala-kepala cabang dan atau pejabat-pejabat Perseroan yang setingkat di bawah Direksi dengan persetujuan Dewan Komisaris. 3. (a) Melepaskan atau menjamin aktiva tetap Perseroan, dengan persetujuan

Dewan Komisaris; (b) Mengambil bagian, baik sebagian atau seluruhnya atau ikut serta dalam Perseroan atau badan-badan lain atau

59

Peraturan Pemerintah No. 30 tahun 1963, pasal 9 ayat (1), (2), (3).

60

Anggaran Dasar PT. Perkebunan IX (Persero), pasal 10 ayat (7).

61

(29)

penyelenggaraan Perusahaan baru, setelah mendapat persetujuan dari Dewan Komisaris; (c) Melepaskan sebahagian atau seluruhnya penyertaan Perseroan dalam Perseroan atau badan lain, setelah mendapat persetujuan dari Dewan Komisaris; (d) Menerima pinjaman jangka menengah atau panjang dan memberikan pinjaman jangka menengah atau panjang serta menerima pinjaman jangka pendek yang tidak bersifat operasional atau melebihi jumlah tertentu yang ditetapkan oleh Rapat Umum Para Pemegang Saham (Menteri Keuangan), setelah mendapat persetujuan dari Dewan Komisaris; (e) Mengadakan perjanjian atau kerjasama lisensi manajemen dan lain perjanjian yang mempunyai sifat yang sama, dengan badan-badan usaha atau pihak lainnya; (f) Mengikat Perseroan sebagai penjamin (Borg atau Avalist) yang mempunyai akibat keuangan melebihi suatu jumlah tertentu yang ditetapkan oleh Rapat Umum Para Pemegang Saham, dengan persetujuan Dewan Komisaris.

(30)

5. Direksi berwenang atas tanggung jawabnya sendiri, mengangkat seseorang atau lebih sebagai wakil atau kuasanya dengan memberikan kepadanya (kepada mereka) kekuasaan bagi tindakan-tindakan tertentu yang diatur dalam surat kuasa.

6. (a) Menetapkan kebijaksanaan dalam pimpinan dan pengurusan; (b) Mengatur ketentuan-ketentuan tentang kepegawaian Perseroan termasuk penetapan gaji, pensiun atau jaminan hari tua, dan penghasilan lain bagi para pegawai Perseroan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku; (c) Mengangkat dan memberhentikan pegawai Perseroan berdasarkan peraturan kepegawaian Perseroan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku; (d) Mengatur penyerahan kekuasaan Direktur untuk mewakili Perseroan di dalam dan di luar pengadilan kepada seseorang atau beberapa pegawai Perseroan baik sendiri maupun bersama-sama atau kepada orang atau badan lain; (e) Menjalankan tindakan-tindakan lainnya, baik mengenai pemilikan, sesuai dengan yang diatur dalam Anggaran Dasar, berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.62

D.Biro Direksi

Biro Direksi memiliki tugas sebagai berikut: (1) Mengkoordinir semua urusan-urusan yang berada di bawah Biro Direksi; (2) Memberikan saran-saran

62

(31)

diminta atau tidak diminta oleh Direksi untuk kebaikan dan kemajuan perusahaan; (3) Menerima dan melayani tamu-tamu Direksi; (4) Mengurus kendaraan Pool Kantor Direksi; (5) Hal-hal lain yang ditugaskan oleh Direksi. Dalam menjalankan tugas-tugas tersebut dibagi ke dalam tiga bagian yaitu Bagian Sekretariat, Bagian Penasehat Hukum, dan Bagian Rumah Tangga.63

E. Biro Efisiensi/Kontrol

Tugas-tugas dari Biro Efisiensi/Kontrol dalam garis-garis besarnya adalah: 1. Menjalankan kebijaksanaan Direksi dalam bidang kontrol dan analisa atas

hasil-hasil perusahaan.

2. Meneliti penggunaan keuangan, barang-barang, alat-alat produksi, dll. apakah efisien dan sesuai dengan peraturan-peraturan atau norma-norma yang dikeluarkan oleh perusahaan.

3. Merencanakan pencegahan penyalahgunaan pemakaian keuangan, barang-barang, alat-alat produksi baik secara preventif maupun represif.

4. Merencanakan cara kerja yang lebih efisien.

5. Mengawasi pelaksanaan instruksi-instruksi dan ketentuan-ketentuan yang dikeluarkan oleh Direksi.

6. Menerima dan mengolah laporan-laporan dari kebun-kebun/dinas/bagian. 7. Melaksanakan tugas-tugas yang diperintahkan oleh Direksi.64

63

Arsip PTP-IX, Bagan Organisasi Tahun 1978 PT. Perkebunan-IX, BPTD.

64

(32)

F. Proyek-Proyek

Job Description atau tugas-tugas pokok dari Proyek-proyek akan dikeluarkan tersendiri sesuai dengan kebutuhan perusahaan.65

G.Bagian Tanaman

Tugas-tugas pokok Bagian Tanaman terdiri dari: (1) Perencanaan pekerjaan, termasuk penyediaan alat-alat yang sehubungan dengan jenis tanaman; (2) Membuat konsep-konsep yang sehubungan dengan kultur teknis tanaman; (3) Memberikan bimbingan yang sehubungan dengan kultur teknis tanaman; (4) Membuat standarisasi tenaga, pekerjaan, dan alat-alat yang sehubungan dengan kultur teknis tanaman; dan (5) Mengawasi segala peraturan yang sehubungan dengan kultur teknis tanaman dalam pelaksanaannya.66

H.Inspektur Teknik

Inspektur Teknik menjalankan kebijaksanaan Direksi dalam bidang penelitian, pengembangan, perencanaan, pengawasan, dan koordinasi kegiatan-kegiatan. Dinas Inspektur Teknik memiliki unit-unit kerja, yaitu: (1) Dinas Traktor; (2) Dinas Teknik termasuk Bengkel Motor; (3) Bagian Teknologi/Pengolahan; (4) Pabrik Pagar Marbau, yang selanjutnya disebut dengan “lingkungan kerja”, dan dalam menjalankan tugas-tugasnya bertanggung jawab kepada Direksi, yaitu Direktur Produksi.67

65Ibid.

66Ibid.

67

(33)

I. Inspektur Tanaman Keras

Inspektur Tanaman Keras menjalankan kebijaksanaan Direksi dalam bidang pengawasan dan koordinasi kegiatan-kegiatan perkebunan di dalam wilayah kerjanya dan dalam menjalankan tugasnya bertanggung jawab kepada Direksi. Inspektur Tanaman Keras terdiri dari Perkebunan Pagar Marbau dan Perkebunan Mariendal.68

J. Inspektur Tembakau

Inspektur Tembakau menjalankan kebijaksanaan Direksi dalam bidang pengawasan dan koordinasi kegiatan-kegiatan perkebunan di dalam wilayah kerjanya dan dalam menjalankan tugasnya bertanggung jawab kepada Direksi. Inspektur Tembakau terdiri dari tiga bagian yaitu Inspektur Tembakau Deli I memiliki 6 perkebunan yaitu Padang Brahrang, Tanjung Jati, Tandem, Tandem Hilir, Kwala Begumit, dan Kwala Bingei; Inspektur Tembakau Deli II memiliki 5 perkebunan yaitu Timbang Langkat, Sei Semayang, Bulu Cina, Klambir Lima, dan Klumpang; Inspektur Tembakau Deli III memiliki 6 perkebunan yaitu Medan Estate, Sampali, Saentis, Helvetia, Bandar Klippa, dan Batang Kwis.69

K.Bagian Pembiayaan

Tugas dari Bagian Pembiayaan terdiri dari: (1) Menyusun anggaran belanja perusahaan; (2) Melaksanakan administrasi keuangan perusahaan; (3) Melaksanakan pemeriksaan penggunaan keuangan perusahaan apakah sesuai dengan peraturan yang dikeluarkan; (4) Menyusun laba/rugi perusahaan setiap tahun; (5) Menyelesaikan

68Ibid.

69

(34)

pajak perusahaan; (6) Melaksanakan administrasi kekayaan perusahaan termasuk penyusutan harga barang-barang; (7) Mengelola dan melaksanakan administrasi pergudangan; dan (8) Mengkoordinir semua urusan yang berada di bawah bagian pembiayaan. Dalam menjalankan tugasnya Bagian Pembiayaan dibagi menjadi lima bagian yaitu Bagian Keuangan, Tata Buku, Anggaran Belanja, Verifikasi, dan Pergudangan.70

L. Bagian Komersil

Tugas dari Bagian Komersil terdiri dari: (1) Mengusahakan dan melakukan pembelian barang-barang yang dibutuhkan oleh perusahaan; (2) Menyelesaikan pesanan barang-barang sehingga sampai ke tujuannya; (3) Memeriksa semua faktur pembelian barang-barang sebelum dibayar oleh bagian pembiayaan; (4) Melaksanakan tender barang-barang yang dibutuhkan oleh perusahaan; (5) Menganalisa harga pasar dari barang-barang yang dibutuhkan oleh perusahaan; (6) Membukukan pengeluaran order; (7) Pembelian barang/penempatan order-order; dan (8) Mengkoordinir segala urusan yang berada di Bagian Komersil. Dalam melaksanakan tugasnya Bagian Komersil dibagi lagi menjadi dua bagian yaitu Bagian Pemasaran dan Bagian Pembelian.71

M.Bagian Umum

Tugas dari Bagian Umum terdiri dari: (1) Menyelesaikan administrasi kepegawaian; (2) Mengurus dan menyelesaikan hal-hal yang menyangkut soal

70Ibid.

71

(35)

ketenagakerjaan; (3) Menyelesaikan persoalan-persoalan tanah areal PTP-IX; (4) Mengurus keamanan perusahaan; dan (5) Mengkoordinir semua urusan-urusan yang berada di bawah Bagian Umum. Dalam menjalankan operasionalnya Bagian Umum dibagi ke dalam lima bagian yaitu Personalia, Hubungan Antara Kerja dan Kesejahteraan, Agraria, Keamanan, dan Humas Pendidikan.72

N.Dinas Kesehatan

Tugas dari Dinas Kesehatan terdiri dari: (1) Mengurus kesehatan karyawan dalam bidang medical cure baik kuratif maupun preventif; (2) Mengurus atau membuat obat-obatan yang diperlukan dan menjaga mutu dan kadar obat-obatan; (3) Melaksanakan keluarga berencana; (4) Mempertanggungjawabkan harta benda ruma sakit; dan (5) Mengkoordinir semua urusan-urusan yang berada di bawah rumah sakit. Dalam menjalankan tugas operasionalnya Dinas Kesehatan terbagi menjadi dua bagian yaitu Rumah Sakit dan KB/BKIA (Keluarga Berencana/Balai Kesejahteraan Ibu dan Anak).73

O.Bagian Penelitian

Bagian Penelitian meliputi enam bidang, dimana setiap bidang bertanggung jawab atas suatu disiplin (cabang ilmu) tertentu. Tugas-tugas dari setiap bidang dibagi atas tugas rutin dan tugas penelitian. Enam bidang tersebut adalah (1) Bidang Pemulihan Tanaman dan Seleksi; (2) Bidang Kesuburan Tanah dan Pemupukan; (3)

72Ibid.

73

(36)

Bidang Hama dan Penyakit; (4) Bidang Umum; (5) Bidang Agronomi; dan (6) Bidang Irigasi dan Pemetaan Tanah.74

P. Bagian Pengembangan

Bagian Pengembangan bekerja secara bersama dengan Bagian Penelitian tetapi terpisah karena memiliki tugas-tugas yang berbeda. Bagian ini pembentukannya masih dalam taraf awal dan akan berkembang selaras dengan perkembangan PTP-IX sendiri.75

3.2 Sistem Pengelolaan Karyawan

Sistem pengelolaan karyawan dalam struktur organisasi PT. Perkebunan IX (Persero) diurusi Unit Personalia di bawah Dinas Bagian Umum yang bertanggung jawab langsung kepada Direksi, yaitu Direktur Komersil. Dalam melakukan pengaturan karyawan Unit Personalia memiliki tugas yaitu mengurus administrasi personalia dan penyusunan rencana karir karyawan, mengurus pengobatan karyawan dan keluarga atas rekening perusahaan, dan mengurus kecelakaan karyawan pekerjaan.76

Karyawan di PT. Perkebunan IX (Persero) terdiri dari staf (karyawan tetap perusahaan), karyawan bulanan, honorer,dan karyawan harian.77

74

Ibid.

75Ibid.

76Ibid.

77

Untuk melihat daftar nama pejabat dan jabatannya PT. Perkebunan IX pada 11 November 1977 – 12 Januari 1981 lihat lampiran V.

(37)

Tabel 3.

Daftar Jumlah Karyawan/Tenaga Kerja PT. Perkebunan IX (Persero) dari Tahun 1979-1985.

Tahun Dewan

Komisaris Direksi Staf Honorer Bulanan

Harian

Sumber: Sub Sektor Perkebunan, Statistik 1979-1983, Jakarta: Departemen Pertanian Biro Tata Usaha BUMN, 1984; dan Sektor Pertanian, Statistik 1983-1984/1985, Jakarta: Departemen Pertanian Biro Tata Usaha BUMN, 1986.

Penerimaan atau perekrutan karyawan terdiri dari dua jenis yaitu berdasarkan rencana kebutuhan karyawan 5 tahunan dan rencana kebutuhan tahunan. Rencana tahunan tercermin dalam penyediaan formasi karyawan, rencana kerja dan anggaran perusahaan.78

78

Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 838/KPTS/KP.210/12/89 Tentang Peraturan Kepegawaian PN/PT Perkebunan Pasal 1 (d, e), dan Pasal 3 ayat (1a,b), (2a,b).

(38)

halnya dengan pengangkatan dan pemberhentian staf dalam golongan/jabatan tertentu.79

Pelamar umum maupun karyawan bulanan setelah diterima sebagai karyawan (staf) wajib melakukan perjanjian kerja perorangan dengan perusahaan. Dalam surat perjanjian tersebut tercantum aturan tentang penentuan pangkat/golongan, gaji pokok dan tunjangan, masa kerja, serta tanggal permulaan kerja. Golongan dan kepangkatan karyawan di PT. Perkebunan IX (Persero) terdiri dari Golongan I hingga Golongan VIIb.80

Golongan atau kepangkatan karyawan ditetapkan sesuai dengan jabatannya. Setiap karyawan berhak atas kenaikan pangkat yang dapat dicapai secara reguler, pilihan, dan istimewa. Karyawan yang mencapai batas usia pensiun, dengan persyaratan tertentu dapat diberikan kenaikan pangkat pengabdian dan karyawan yang meninggal dalam masa kerja dapat diberikan kenaikan pangkat anumerta.81

Gaji pokok karyawan (staf) diberikan sesuai dengan pangkat atau golongannya. Karyawan yang memenuhi persyaratan dapat diberikan kenaikan gaji pokok secara berkala. Selain gaji pokok karyawan juga diberikan tunjangan isteri/suami, tunjangan anak, tunjangan perusahaan, tunjangan emolumen, tunjangan khusus, dan tunjangan representasi (karyawan yang menjabat jabatan tertentu).

79Ibid.,

Pasal 2 ayat (1), (2), (3) dan Pasal 4 ayat (1a,b), (2).

80Ibid.,

Pasal 5, 6, dan 7 ayat (2).

81

(39)

Besaran pemberian tunjangan tersebut berdasarkan pada gaji pokok, yang persentasenya ditetapkan oleh menteri.82

Selain gaji pokok dan tunjangan, karyawan (staf) juga mendapatkan santunan sosial dan jaminan sosial bagi karyawan yang memenuhi persyaratan dengan ketentuan tersendiri.83

1. Tunjangan Pelayan Rumah Tangga (PRT) dan Tukang Kebun (TK). Santunan sosial di PT. Perkebunan IX (Persero) terdiri dari:

2. Tunjangan Transport Dinas bagi Inspektur, Administratur, Ka. Biro/Bagian/Adm, dan Ka. Pegawai.

3. Tunjangan Transport Anak Sekolah.

4. Tunjangan Lumpsum/Uang Saku ke LPP Yogyakarta yaitu pegawai staf yang mengikuti kursus atau seminar yang diselenggarakan oleh LPP Yogyakarta.84

Dalam santunan sosial seorang karyawan tetap perusahaan (staf) juga mendapatkan tunjangan sewa rumah; uang air, listrik, dan bahan bakar; biaya perjalanan dinas; dan jaminan sosial yang besaran jumlah tunjangannya tergantung pada pada pangkat atau golongan karyawan tetap perusahaan (staf) tersebut.85

Surat Edaran Ir. B. Sitompul (Direktur Utama PTP-IX) No. 9.4/R/731/84 Tanggal 23 April 1984 Perihal Santunan Sosial.

85

Surat Edaran J.A. Ferdinandus (Direktur Utama PTP-IX) No. 9.3/SE/R/17/1990 Tanggal 6 Desember 1990 Perihal Perbaikan/Penyesuaian Tunjangan Santunan Sosial Pegawai Staf.

(40)

tunjangan transport, tunjangan komunikasi, dan tunjangan rekreasi yang jumlah besarannya disesuaikan dengan pangkat atau golongan.86

Karyawan pada PT. Perkebunan IX (Persero) juga mendapatkan bonus tahunan yang diberikan setiap setahun sekali. Adapun karyawan yang mendapat bonus tahunan tersebut adalah karyawan bulanan, karyawan SKU harian tetap, karyawan tembakau, dan karyawan musiman yang masing-masing telah mencapai masa kerja satu tahun penuh dengan proporsional. Jumlah besaran bonus yang diterima karyawan tersebut adalah jumlah dua bulan gaji pokok dan jumlah dua kali catu beras.87

Kebijakan rutin yang biasanya dilakukan pimpinan PT. Perkebunan IX (Persero) dan telah berlangsung setiap tahunnya pada Bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri yaitu memberikan gula secara cuma-cuma (gratis) kepada karyawan.88

1. Karyawan Pimpinan (Pegawai Staf) mendapatkan gula sebesar 10 kg jika berkeluarga, dan 5 kg jika masih lajang atau berstatus Staf Honorer.

Adapun besaran pembagian gula tersebut ditetapkan sebagai berikut:

2. Karyawan SKU Bulanan mendapatkan gula sebesar 6 kg jika berkeluarga, dan 3 kg yang berstatus lajang.

86

Surat Edaran J.A. Ferdinandus (Direktur Utama PTP-IX) No. 9.3/SE/R/18/1990 Tanggal 6 Desember 1990 Perihal Penyesuaian Tunjangan Transport, Tunjangan Komunikasi, dan Tunjangan Rekreasi Pegawai Staf PT. Perkebunan-IX.

87

Surat Edaran P.F. Napitupulu, SE (Direktur Komersil PTP-IX) No. 9.3/SE/55/1991 Tanggal 22 Mei 1991 Perihal Pembayaran Rampung Bonus Tahunan Untuk Tahun Buku 1990 Kepada Karyawan Golongan SKU.

88

(41)

3. Karyawan SKU Harian mendapatkan gula sebesar 5 kg jika berkeluarga, dan 3 kg yang berstatus lajang.

4. Karyawan Musiman mendapatkan gula sebesar 3 kg.

5. Karyawan Honorer Non Staf mendapatkan gula sebesar 3 kg. 6. Pensiunan Pegawai Staf mendapatkan gula sebesar 5 kg. 7. Tunjangan Janda Pegawai Staf mendapatkan gula sebesar 4 kg. 8. Pensiunan SKU mendapatkan gula sebesar 3 kg.

9. Tunjangan Janda SKU mendapatkan gula sebesar 2 kg.

10.Honorer PA.PAM/Pembantu PA.PAM mendapatkan gula sebesar 4 kg jika berkeluarga, dan 3 kg yang berstatus lajang.89

Karyawan-karyawan yang mendapat pemberian gula seperti yang diuraikan pada butir-butir di atas harus melakukan permintaan jatah gula terlebih dahulu dan disampaikan kepada Bagian Komersil mengenai pengambilan gula dan kemudian menghubungi Administratur Pabrik Gula Sei Semayang dan Pabrik Gula Kwala Madu. Selanjutnya gula tersebut dapat diambil di kantor-kantor perwakilan yang diatur petugas pergudangan atau bagian akuntansi. Bagi karyawan yang bukan beragama Islam jika yang bersangkutan menginginkan, maka gula tersebut dapat diberikan menurut waktu yang diinginkan sesuai dengan agama dengan kepercayaannya.90

89

Surat Edaran J.A. Ferdinandus (Direktur Utama PTP-IX) No. 9.3/SE/33/1991 Tanggal 25 Maret 1991 Perihal Pemberian Gula Cuma-Cuma (Gratis).

90

(42)

Dalam meningkatkan kesejahteraan, kesehatan, dan jaminan sosial karyawan, PT. Perkebunan IX (Persero) mendaftarkan karyawannya pada Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek). Besaran iurannya didasarkan pada gaji pokok ditambah nilai catu yang diterima karyawan yang disesuaikan dengan pangkat dan golongan karyawan.91

Dalam prosedur Perusahaan Perseroan, karyawan diberikan hak cuti dan izin yang terdiri dari hak cuti tahunan, hak cuti panjang, izin tidak masuk kerja, dan izin melaksanakan kewajiban ibadah agama. Karyawan yang mengambil cuti tahunan atau cuti panjang tetap diberikan tunjangan cuti.92

Dalam usaha meningkatkan disiplin kerja dan tata tertib administrasi, PT. Perkebunan IX (Persero) melakukan pengaturan tata tertib pemberian cuti kepada karyawannya baik staf dan non staf. Dalam pengambilan hak cuti tahunan atau cuti panjang karyawan telah mendapatkan persetujuan direksi terlebih dahulu. Bila cuti tahunan dan cuti panjang karyawan yang bersangkutan perlu ditunda, maka karyawan tersebut harus melapor pada Kepala Bagian untuk diteruskan pada direksi. Penundaan hak cuti harus ditentukan oleh perusahaan dan bukan atas kemauan karyawan yang bersangkutan. Hak cuti tahunan yang tertunda atas kemauan sendiri lewat batas waktu 6 bulan sejak jatuhnya hak cuti tersebut dinyatakan gugur, sedangkan hak cuti panjang yang tertunda atas kemauan sendiri, jika lewat batas waktu 1 tahun setelah

91Wawancara,

dengan Erwin, Jalan Asoka Medan, 20 Juli 2016.

92

(43)

jatuhnya hak cuti tersebut dinyatakan gugur. Dalam menjalankan cuti tahunan, karyawan tetap mendapatkan gaji pokok dan catu secara penuh tanpa pemotongan.93

1. Karyawan perempuan tetap dan karyawan perempuan musiman tidak diperbolehkan atau diwajibkan bekerja pada hari pertama dan kedua waktu haid (menstruasi). Pada kedua hari tersebut kepadanya harus diberikan istirahat dengan mendapat upah penuh (upah + catu).

Pengaturan izin bagi karyawan perempuan yang sedang mengalami haid (menstruasi) dan cuti hamil (zwangerschapsverlof) di PT. Perkebunan IX (Persero) yaitu:

2. Kepada karyawan perempuan diberikan istirahat cuti hamil 1 ½ bulan (45 hari) sebelum menurut perhitungan melahirkan anak, dan 1 ½ bulan (45 hari) sesudah melahirkan anak atau gugur kandungan dengan mendapat upah penuh (upah + catu). Yang berhak atas cuti tersebut adalah karyawan perempuan bulanan atau harian tetap.94

Dalam regulasi Perusahaan Perseroan karyawan dapat diberhentikan dengan hormat dikarenakan permintaan sendiri, telah mencapai batas usia pensiun, adanya penyederhanaan organisasi perusahaan, tidak cakap jasmani atau rohani sehingga tidak dapat menjalankan tugasnya sebagai karyawan, dan meninggal dunia.95

93

Surat Edaran Ir. M. Bambang Sardjono (Direktur Utama PTP-IX) No. 9.7/SE/37/1994 Tanggal 28 April 1994 Perihal Tata Tertib Pemberian Cuti Tahunan/Cuti Panjang.

94Wawancara,

dengan Julastri, Kantor Perpustakaan BPTD Medan, 25 Juli 2016.

95

(44)

Batas usia pensiun seorang karyawan adalah 55 tahun. Untuk karyawan yang menduduki jabatan Inspektur, Administratur, Ka. Bagian/Biro Kantor Direksi, dan jabatan lain yang setingkat atau lebih tinggi, batas usia pensiunnya dapat diperpanjang sampai usia 57 tahun. Besarnya uang pensiun karyawan disesuaikan dengan besarnya dasar pensiun dan banyaknya masa kerja efektif. Janda atau duda karyawan dapat diberikan pensiun janda atau pensiun duda. Anak dari janda atau duda karyawan yang telah meninggal dunia dapat diberikan tunjangan yatim piatu.96

3.3 Unit-Unit Usaha Perusahaan 3.3.1 Perkebunan-Perkebunan

Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, perkebunan-perkebunan yang menjadi unit usaha PT. Perkebunan IX (Persero) pada awalnya adalah perkebunan-perkebunan yang mengusahakan tanaman tembakau, yang berada di wilayah Deli Serdang dan Langkat. Hal tersebut tentu setelah melewati proses panjang, yang dapat kita gambarkan sebagai berikut:

1. Pada 11 Januari 1958 : Perkebunan NV. Verenigde Deli Maatschappij dinasionalisasi, yang terdiri dari 34 perkebunan (12 Perkebunan Tanaman Keras dan 22 Perkebunan Tembakau). Memasuki 20 November 1958NV. Verenigde Deli Maatschappij diubah nama menjadi PPN Baru tetapi belum memiliki status hukum yang jelas sehingga namanya PPN Baru q.q. V.D.M.

96

(45)

2. Pada 1 Juni 1960 : PPN Baru q.q. V.D.M. diubah menjadi PPN Baru Cabang Sumatera Utara Unit Sumut-I yang terdiri dari 34 Perkebunan dan ditambah 5 Perkebunan milik NV. Senembah Maatschappij.

3. Pada 1 Juni 1961 : PPN Baru Cabang Sumatera Utara Unit Sumut-I diubah nama menjadi PPN Sumut-I (Khusus Tembakau) yang terdiri dari 28 Perkebunan. Kemudian pada 1 Oktober 1963 dibagi menjadi tiga wilayah kerja yakni PPN Tembakau Deli-I dengan 8 Perkebunan, PPN Tembakau Deli-II dengan 7 Perkebunan dan 1 Kantor Kesatuan (Dinas Traktor), dan PPN Tembakau Deli-III dengan 7 Perkebunan.

4. Pada 18 April 1968 : PPN Sumut-I (Khusus Tembakau) diubah menjadi Perusahaan Negara Perkebunan-IX (PNP-IX) yang terdiri dari 22 Perkebunan. 5. Pada 1 April 1974 : PNP-IX diubah nama menjadi Perusahaan Perseroan PT.

Perkebunan-IX (PTP-IX) yang terdiri dari 20 Perkebunan.97

Akan tetapi pada periode selanjutnya, konsentrasi komoditi tanaman di perkebunan-perkebunan di bawah naungan PT. Perkebunan IX (Persero) tidak terbatas pada komoditi tembakau saja, tetapi mulai dikombinasikan atau dialihkan dengan tanaman jenis lain seperti Kelapa Sawit, Kakao, dan Tebu. Pengalihan atau pengkombinasian dari tanaman tembakau ke jenis tanaman lain di beberapa perkebunan milik PT. Perkebunan IX (Persero) tersebut, tentu memiliki alasan-alasan

97

(46)

tersendiri yang akan dibahas pada penjabaran atau penjelasan setiap jenis tanaman berikut ini:

3.3.1.1Tembakau

Seperti yang telah dibahas pada bab sebelumnya, komoditi tembakau merupakan jenis tanaman yang pertama kali diusahakan dalam perkebunan-perkebunan masa kolonial di Sumatera Timur. Perkembangan dan masa keemasan komoditi ini pun tetap menjadi spirit dan acuan pihak perkebunan dalam mengusahakan dan mengembangkan komoditi tembakau di wilayah Sumatera Utara, yaitu perkebunan-perkebunan tembakau yang dibawahi PT. Perkebunan IX (Persero).

Dalam proses perkembangannya, PT. Perkebunan IX (Persero) telah mengekspor tembakau Deli, berupa tembakau cerutu yang menurut kualitasnya dapat dipakai sebagai pembungkus dan pembalut cerutu.98 Dalam pemasaran digunakan sistem pemasaran terpusat di Bremen (Jerman Barat), di bawah koordinasi Badan Pengawasan dan Pemasaran Tembakau Indonesia (BPPTI)di luar negeri.99

Untuk tetap menjaga kestabilan harga tembakau di pasar dunia, PT. Perkebunan IX (Persero) menerapkan beberapa kebijakan perihal produksi tanaman tembakau. Hal ini dikarenakan konsumsi tembakau Deli sebagai pembalut cerutu di pasar dunia menunjukkan tendensi yang menurun. Persentase tingkat konsumsi cerutu

98

Mustika Agustina, “Perkebunan Tembakau Deli di Kebun Buluh Cina PTP IX Kecamatan Hamparan Perak (1974-1996)”, Skripsi S-1 belum diterbitkan, Medan: FIB USU, 2013, hal. 43.

99

(47)

setiap tahunnya terutama di Eropa Barat sebesar 5%, sehingga daya serap pasar menjadi begitu rendah terhadap cerutu.100

Ada beberapa hal yang menyebabkan penurunan daya serap pasar menjadi begitu rendah, yaitu: (1) Tidak ada penambahan pabrik cerutu yang baru di Eropa Barat, bahkan ada yang ditutup; (2) Adanya konsentrasi pada semua tabak fronten; (3) Konsumsi cerutu menurun; (4) Perubahan mengisap cerutu biasa (besar) ke cerutu kecil (cigarette); (5) Adanya mekanisasi/otomatisasi pembuatan cerutu yang menghendaki bahan-bahan yang cocok/sesuai; (6) Kenaikan biaya produksi tidak seimbang dengan kenaikan harga jual, bahkan harga jual statis; (7) Pengaruh resesi yang berkepanjangan; dan (8) Kampanye anti merokok terutama di Eropa Barat.101

Akibat dari penurunan konsumsi dunia ini, maka luas areal tanah penanaman tembakau harus disesuaikan, agar produksi yang dihasilkan tidak melebihi dari daya serap pasar. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi oversupply maupun undersupply, supaya harga jual di pasar dunia tetap bersaing.102 Untuk melihat luas areal tanaman tembakau perhatikan tabel di bawah ini:

100

Arsip PTP-IX, PT. Perkebunan-IX (Persero), BPTD.

101Ibid.

102

(48)

Tabel 4.

Daftar Luas Areal Tanaman Tembakau PT. Perkebunan IX (Persero) dari 1973-1993

No. Tahun Luas Tanaman

(Ha.) No. Tahun

Luas Tanaman (Ha.)

1. 1973 4.703 12. 1984 3.188

2. 1974 4.554 13. 1985 2.800

3. 1975 4.278 14. 1986 2.800

4. 1976 4.254 15. 1987 2.774,4

5. 1977 3.629 16. 1988 2.725,4

6. 1978 3.327 17. 1989 2.775,4

7. 1979 3.256 18. 1990 2.793,5

8. 1980 3.031 19. 1991 2.796,6

9. 1981 3.039 20. 1992 2.825,4

10. 1982 3.364 21. 1993 2.685,6

11. 1983 3.017

Sumber: Arsip PTP-IX, PT. Perkebunan-IX (Persero), BPTD; dan Arsip PTP-IX, Konservasi Areal Tembakau PT. Perkebunan-IX (Persero), BPTD.

(49)

Tabel 5.

Perkembangan Nilai Penjualan Tembakau Deli Melalui Lelang di Bremen dari 1973-1983 (dalam DM. / Deutche Mark103

No.

Sumber: Arsip PTP-IX, PT. Perkebunan-IX (Persero), BPTD.

Dari tabel di atas dan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, luas areal tanaman tembakau mengalami penurunan. Hal ini tentu mempengaruhi jumlah produksi tembakau yang dilelang di pasar dunia (Bremen). Namun, kebijakan tersebut dilakukan agar dapat menjaga kestabilan harga tembakau yang jika dilihat dari tabel di atas pada kolom harga per ½ kg mengalami fluktuasi peningkatan.

103

(50)

Pada awalnya, areal yang disediakan untuk tembakau cukup luas, sedangkan permintaan tembakau mulai terbatas, maka PT. Perkebunan IX (Persero) mencari jalan lain untuk dapat mengoptimalkan tanah-tanah tersebut secara efektif. Akibat dari kebijakan tersebut areal yang diperuntukkan bagi tanaman tembakau mulai dikombinasikan dan dialihkan dengan tanaman lain seperti kelapa sawit, kakao, dan tebu. Sehingga beberapa perkebunan yang pada awalnya khusus menanami tembakau berkurang. Selain itu faktor yang menyebabkan pengalihan dan pengkombinasian areal tanaman tembakau ke tanaman jenis lain juga disebabkan oleh rendahnya produktivitas. Hal ini terjadi karena faktor fisik lingkungan seperti iklim (curah hujan) dan faktor tanah. Ditambah lagi dengan serangan bakteri penyakit layu pada tanaman tembakau dan serangan Nematoda (parasit pada akar tembakau).104

Beberapa perkebunan yang tetap konsisten dalam penanaman tembakau dan dipusatkan sebagai Perkebunan Tembakau Deli dan tidak dicampur dengan budidaya tanaman lain dari tahun 1974 hingga dilakukan merger tahun 1996 yaitu Kebun Bulu Cina, Helvetia, Klumpang, Klambir Lima, Tandem, Kwala Begumit, dan Kwala Bingei. Adapun kebun tembakau lainnya seperti Perkebunan Saentis, Tandem Hilir, Bandar Klippa, Sampali, dan Batang Kwis karena tidak menghasilkan kualitas tembakau yang baik, maka perkebunan-perkebunan tersebut dikombinasikan dan dialihkan dengan tanaman jenis lain seperti kelapa sawit, kakao, dan tebu.105

104

Arsip PTP-IX, Konservasi Areal Tembakau, BPTD.

105

(51)

3.3.1.2Kelapa Sawit

Penanaman kelapa sawit di PT. Perkebunan IX (Persero) dimulai pada tahun 1971. Areal penanaman kelapa sawit tersebut di atas tanah-tanah bekas perkebunan tembakau yang hasil kualitas produksinya kurang baik. Perkebunan kelapa sawit PT. Perkebunan IX (Persero) terdiri dari 4 kebun yaitu Kebun Pagar Merbau, Kuala Namu, Tanjung Morawa, dan Patumbak yang semuanya berada di wilayah Kabupaten Deli Serdang.106

No.

Daftar nama, letak dan batas kebun tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 6.

Daftar Nama Kebun Kelapa Sawit PT. Perkebunan IX (Persero) Tahun 1980

Nama

Beringin Kp. Sekip Kp. Sidodadi

3. Tanjung Sumber: P. Purba dan A.U. Lubis, “Pemetaan Tanah Perkebunan Kelapa Sawit P.T.

Perkebunan IX”, Laporan, Pematang Siantar: PNP Marihat Research Station, 1981, hal. 3.

Kebun-kebun kelapa sawit tersebut terdiri dari 14 Afdeling yaitu, Pagar Merbau (Afd. 1, 2, 3) dengan luas 1.841,60 Ha., Kuala Namu (Afd. 4, 5, 6) dengan

106

(52)

luas 1.605,30 Ha., Tanjung Morawa (Afd. 7, 9, 10, 14) dengan luas 1.992,83 Ha., dan Patumbak (Afd. 8, 11, 12, 13) dengan luas 2.215,87 Ha. Total keseluruhan luas kebun kelapa sawit PT. Perkebunan IX (Persero) tersebut yaitu 7.655,60 Ha.107

No.

Dalam perkembangannya, kebun kelapa sawit milik PT. Perkebunan IX (Persero) mengalami fluktuasi luas areal dalam setiap tahunnya. Hal ini berkaitan dengan pengurangan luas areal penanaman tembakau yang dialihkan menjadi areal kebun kelapa sawit. Adapun luas areal tanaman kelapa sawit PT. Perkebunan IX (Persero) dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 7.

Daftar Luas Areal Tanaman Kelapa Sawit PT. Perkebunan IX (Persero) Tahun

Sumber: P. Purba dan A.U. Lubis, “Pemetaan Tanah Perkebunan Kelapa Sawit P.T. Perkebunan IX”, Laporan, Pematang Siantar: PNP Marihat Research Station, 1981, hal. 3; Satuan Pengawasan Intern PTP-IX, Statistik 1984-1989, Medan: PT. Perkebunan-IX (Persero), hal. 2; dan PTP-IX, “Dalam Rangka Kunjungan Kerja DPRD Tingkat II Kabupaten Deli Serdang Ke PT. Perkebunan-IX” Laporan, Medan: PTP-IX, 1996.

107

(53)

Dari data tabel di atas dapat digambarkan luas areal perkebunan kelapa sawit di PT. Perkebunan IX (Persero) sangat fluktuatif. Keadaan pada 1971 hingga 1982, perkebunan kelapa sawit terdiri dari 4 perkebunan yaitu, Kebun Pagar Merbau, Kuala Namu, Tanjung Morawa, dan Patumbak.108 Pada 1983 tidak ditemukan data atau sumber, sedangkan untuk tahun 1984 hingga 1989 merupakan fase peningkatan luas areal penanaman. Pada periode ini perkebunan yang menanam kelapa sawit terdiri dari 9 perkebunan dan 1 unit usaha yaitu Kebun Kuala Bingei, Klambir Lima, Klumpang, Helvetia, Sampali, Saentis, Bandar Klippa, Batang Kwis, dan Bagian Penelitian.109Pada 1990 tidak ditemukan data pasti. Pada 1991 hingga 1995 luas areal penanaman kelapa sawit cenderung stabil. Hal ini berlangsung sampai dikeluarkan kebijakan tentang merger (peleburan) PT. Perkebunan IX menjadi PT. Perkebunan Nusantara II.110

3.3.1.3Kakao

Kakao mulai dibudidayakan secara luas di Indonesia sejak tahun 1970. Selain ditanam secara swadaya oleh masyarakat, kakao juga ditanam oleh perkebunan-perkebunan besar milik negara maupun swasta. Ada dua macam varietas tanaman kakao yaitu Criollo dan Forastero.

108

Ibid.

109

Satuan Pengawasan Intern PTP-IX, Statistik 1984-1989, Medan: PT. Perkebunan-IX (Persero), hal. 2

110

(54)

Dalam bahasa Spanyol Criollo berarti pribumi, merupakan tipe kakao yang bermutu mulia (choiced cocoa, edel cocoa) dan buahnya berwarna merah. Adapun Forastero dalam bahasa Spanyol berarti pendatang merupakan tipe yang bermutu rendah kakao lindak (bulk cocoa), dan buahnya berwarna hijau.Salah satu perkebunan besar milik negara yang menanam kakao yaitu PT. Perkebunan IX (Persero) dengan jenis kakao lindak (bulk cocoa).111

Penanaman kakao di perkebunan PT. Perkebunan IX (Persero) dimulai pada tahun 1977. Areal penanaman kakao tersebut di atas tanah-tanah bekas perkebunan tembakau yang hasil kualitas produksinya kurang baik. Adapun kebun yang menanami kakao di PT. Perkebunan IX (Persero) pada 1977 adalah Kebun Mariendal. Kemudian pada 1987 Kebun Tanjung Jati dikonversi seluruhnya ke tanaman kakao dengan luas 289,11 Ha. Pada 1989 dilakukan perluasan arel penanaman kakao sesuai Surat Menteri Pertanian No. KB 520/159/Mentan/III/1989 Tanggal 13 Maret 1989 yang ditujukan kepada Menteri Keuangan tentang pemberlakuan konversi sebagian kebun-kebun Tembakau Deli dengan tanaman kakao. Kebun-kebun tersebut yaitu Kebun Sampali, Kwala Bingei, dan Saentis.112

111

Joko Roesmanto, Kakao: Kajian Sosial-Ekonomi, Yogyakarta: Aditya Media, 1991, hal. 2 dan 3.

112

Arsip PTP-IX, Profil Perkebunan Kakao Mariendal, BPTD; dan Arsip PTP-IX, Profil

Perkebunan Kakao Tanjung Jati, BPTD.

(55)

Tabel 8.

Luas Areal dan Jumlah Produksi Kakao PT. Perkebunan IX (Persero) Dari Tahun 1977-1995

Sumber: Arsip PTP-IX, PT. Perkebunan-IX (Persero), BPTD; Arsip PTP-IX, Profil Perkebunan Kakao Tanjung Jati, BPTD; dan PTP-IX, “Dalam Rangka Kunjungan Kerja DPRD Tingkat II Kabupaten Deli Serdang Ke PT. Perkebunan-IX” Laporan, Medan: PTP-IX, 1996.

(56)

3.3.1.4Tebu

Penanaman tebu di PT. Perkebunan IX (Persero) dimulai pada 1982 dengan dua pola yaitu tebu konversi dan tebu rotasi. Tebu konversi adalah penanaman tebu pada tanah-tanah bekas tanaman tembakau yang dikonversikan kepada tanaman tebu secara tetap, sedangkan tebu rotasi yaitu tebu yang ditanam pada tanah-tanah rotasi tembakau, maksudnya di antara dua kali penanaman tembakau diselingi masa rotasi tanah selama lima tahun, di masa rotasi itulah dimanfaatkan untuk menanami tanah tersebut dengan tebu dengan tiga kali masa panen.113

Kebun tebu konversi PT. Perkebunan IX (Persero) terdiri dari Kebun Sei Semayang dan Kebun Kwala Madu yang pada 1982 luas areal tanaman tebunya adalah 9.000 Ha., sedangkan kebun rotasi merupakan seluruh kebun tembakau yang dirotasi ke tebu yang terdiri dari Kebun Sampali, Bandar Klippa, Helvetia, Saentis, Batang Kwis, Klambir Lima, Bulu Cina, Klumpang, Tandem, Tandem Hilir, Kwala Begumit, dan Kwala Bingei. Pada 1984 luas areal tebu rotasi yaitu 8.056 Ha.114

Berdasarkan kepemilikan areal kebun tebu di PT. Perkebunan IX (Persero) terbagi atas dua macam areal yaitu lahan tebu sendiri (TS)/HGU dan lahan Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI). Dalam hal peningkatan lahan tebu, PT. Perkebunan IX (Persero) turut mengembangkan Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI) sebagai pendukung penyediaan tebu untuk digiling di pabrik milik PT. Perkebunan IX (Persero). Adapun

113

Arsip PTP-IX, Komoditi Gula di PTP IX dan Prospeknya di Masa Mendatang Serta

Kendala Yang Dihadapi, BPTD.

114

(57)

luas areal tanaman tebu sendiri PT. Perkebunan IX (Persero) dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 9.

Luas Areal Tanaman Tebu PT. Perkebunan IX (Persero) 1982-1995

No. Tahun Luas Areal (Ha.)

1. 1982 9.000,00 Ha.

2. 1983 5.268,14 Ha.

3. 1984 13.093,62 Ha.

4. 1985 14.228,06 Ha.

5. 1986 16.034,47 Ha.

6. 1987 16.293,17 Ha.

7. 1988 14.761,60 Ha.

8. 1989 13.798,60 Ha.

9. 1990 13.512,91 Ha.

10. 1991 14.012,76 Ha.

11. 1992 14.496,40 Ha.

12. 1993 15.016,80 Ha.

13. 1994 15.577,00 Ha.

14. 1995 15.192,50 Ha.

(58)

1983. Pertambahan luas areal tanaman tebu yang terus meningkat menandakan tingginya permintaan akan tebu giling di pabrik-pabrik yang memproduksi gula, sehingga jumlah produksi tebu disesuaikan dengan kebutuhan produksi gula di pabrik-pabrik tersebut. Adapun jumlah produksi tebu dan gula dijelaskan pada subbab selanjutnya.

3.3.2 Unit Usaha Lainnya 3.3.2.1Pabrik

PT. Perkebunan IX (Persero) tidak hanya memiliki unit usaha di bidang perkebunan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. PT. Perkebunan IX (Persero) juga memiliki beberapa unit usaha lainnya yang diusahakan untuk meningkatkan pemasukan bagi perusahaan, memperluas lapangan kerja, dan meningkatkan kesejahteraan bagi karyawan. Adapun salah satu unit usaha yang diusahakan PT. Perkebunan IX (Persero) yaitu pabrik gula dan pabrik kelapa sawit. PT. Perkebunan IX (Persero) memiliki 4 pabrik dengan 3 pabrik gula yaitu Pabrik Gula Sei Semayang, Pabrik Gula Kwala Madu, dan Pabrik Gula Cot Girek (Aceh); dan 1 pabrik kelapa sawit yaitu Pabrik Kelapa Sawit Pagar Merbau.

(59)

dari produksi pertama dari Pabrik Kelapa Sawit Pagar Merbau sebanyak 182.062 kg pada Februari 1977.115

Pabrik Gula Cot Girek terletak di Aceh yang merupakan unit usaha dari PTP-XVI. Pada Mei 1981 Pabrik Gula Cot Girek dimasukkan ke unit usaha PT. Perkebunan IX (Persero).116

Pabrik Gula Sei Semayang terletak di Perkebunan Sei Semayang. Pendirian pabrik ini dimulai pada 20 Juni 1981 dan selesai pada 1982, dan diresmikan oleh Presiden Soeharto pada 16 Februari 1983. Pada awalnya kapasitas produksi mencapai 4.000 ton per hari dan kemudian dioptimalkan menjadi 4.500 ton per hari. Untuk memenuhi kebutuhan tebu sesuai dengan kapasitas pabrik, Pabrik Gula Sei Semayang disuplai oleh 7 perkebunan milik PT. Perkebunan IX (Persero) yaitu Kebun Sei Semayang, Klambir Lima, Helvetia, Sampali, Saentis, Bandar Klippa, dan Batang Kwis serta ditambah dengan produksi Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI).117

Pabrik Gula Kwala Madu terletak di Perkebunan Kwala Madu. Pabrik ini selesai dibangun pada Januari 1984. Jumlah kapasitas produksi mencapai 4.000 ton per hari. Untuk memenuhi kebutuhan tebu sesuai dengan kapasitas pabrik, Pabrik Gula Kwala Madu disuplay oleh 7 perkebunan milik PT. Perkebunan IX (Persero) yaitu Perkebunan Kwala Madu, Kwala Begumit, Kwala Bingei, Bulu Cina, Tandem,

115

Arsip PTP-IX, Sejarah Singkat PTP-IX (PT. Perkebunan-IX Persero), BPTD.

116Ibid.

117

(60)

Tandem Hilir, dan Klumpang serta ditambah dengan produksi Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI).118

No.

Pabrik-pabrik gula yang dikelola PT. Perkebunan IX (Persero) menghasilkan gula putih SHS dengan proses sulfitasi dan gula tetes. Peningkatan jumlah produksi tebu tentu dengan sendirinya akan diikuti dengan peningkatan hasil produksi gula. Adapun data produksi tebu dan gula PT. Perkebunan IX (Persero) dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 10.

Daftar Produksi Tebu dan Gula PT. Perkebunan IX (Persero) 1983-1995 Tahun Luas Areal

Dedi Surya Darma, “Pabrik Gula Kwala Madu (PGKM) PT. Perkebunan IX (1984-1996)”

(61)

Sumber: PTP-IX, “Dalam Rangka Kunjungan Kerja DPRD Tingkat II Kabupaten Deli Serdang Ke PT. Perkebunan-IX” Laporan, Medan: PTP-IX, 1996; lihat juga Erwin, Bustami dan Zainal Abidin, “Langkah-Langkah Perbaikan dan Evaluasi Budidaya Tebu PT. Perkebunan-IX (Persero)”, Buletin Perkebunan, Vol. VII No.2 Juni 1993, Medan: PT. Perkebunan IX.

Dari tabel di atas dapat dilihat perkembangan produksi gula PT. Perkebunan IX (Persero) dari tahun 1983 hingga 1995 mengalami peningkatan yang signifikan yaitu sebesar 34,5 %, walaupun hanya diikuti oleh perkembangan luas areal sebesar 1,2 % per tahun. Hal ini disebabkan beberapa langkah perbaikan yang telah dilakukan oleh PT. Perkebunan IX (Persero), baik dalam segi perbaikan kultur teknis, maupun dalam segi perbaikan aspek pengelolaan atau manajemen.

3.3.2.2Rumah Sakit

Rumah sakit yang dimiliki PT. Perkebunan IX (Persero) sebagai aset usaha terdiri dari Rumah Sakit Tembakau Deli di Jalan Putri Hijau, Medan dan Rumah Pembantu Bangkatan di Binjai. Kedua rumah sakit tersebut merupakan bekas aset usaha dari NV. Deli Maatschappij yang ikut dinasionalisasi bersamaan dengan PT. Perkebunan IX (Persero) pada 1958. Kedua rumah sakit ini dibangun pada masa kolonial yakni Rumah Sakit Tembakau Deli pada 1871 yang merupakan rumah sakit pertama perkebunan dan memiliki luas 4,2 Ha. serta Rumah Sakit Bangkatan pada 1921.

(62)

rumah sakit harus dapat membiayai dirinya sendiri dan berusaha agar tidak mengalami kerugian. Dalam meningkatkan keuntungan usaha, pelayanan kesehatan terhadap masyarakat dan memenuhi pembiayaan sendiri, maka rumah sakit PT. Perkebunan IX (Persero) menentukan tarif-tarif dasar pembiayaannya berdasarkan pada: (1) Kedudukan anggotanya, anggota yang membayar iuran secara tetap atau tidak; (2) Biaya pengeluaran rutin rumah sakit; (3) Biaya Operasional Rutin; (4) Perbandingan tarif Rumah Sakit Pemerintah dan tarif Rumah Sakit Swasta.119

1. Tarif – I merupakan tarif yang berlaku khusus untuk karyawan dan tanggungannya dalam lingkungan PT. Perkebunan IX (Persero). Kepada setiap anggota dibebankan iuran tetap menurut tarif yang ditetapkan. Pasien yang operasi atau opname tidak dibebankan honor dokter karena telah membayar iuran tetap. Tarif ini ialah yang terendah.

Dari dasar-dasar penentuan tarif tersebut maka tarif di Rumah Sakit PT. Perkebunan IX (Persero) terbagi dalam 5 macam yaitu:

2. Tarif – II merupakan tarif yang berlaku untuk karyawan dan tanggungannya dalam lingkungan PNP/PTP Wilayah I, kepada setiap anggota dibebankan iuran tetap menurut tarif yang ditetapkan. Pasien yang operasi atau opname tidak dibebankan honor dokter karena telah membayar iuran tetap. Tarif ini lebih mahal dari tarif – I.

119

(63)

3. Tarif – III merupakan tarif yang berlaku untuk Perusahaan Negara Perkebunan di luar wilayah PNP/PTP Wilayah I, yang mendaftarkan diri untuk menjadi anggota. Kepada setiap anggota dibebankan iuran tetap, dan pasien yang operasi atau opname tidak dibebankan honor dokter karena telah membayar iuran tetap. Tarif ini lebih mahal dari tarif – II.

4. Tarif – IV merupakan tarif yang berlaku untuk karyawan dan tanggungannya dari PNP/PTP Wilayah I kecuali PT. Perkebunan IX (Persero) dan Perusahaan-Perusahaan Negara/Swasta yang tidak mendaftarkan diri menjadi anggota tetap. Kepada perusahaan tersebut tidak dibebankan iuran tetap dan pasien yang diopname atau dioperasi dibebankan honor dokter menurut tarif.

5. Tarif – V merupakan tarif yang berlaku untuk umum, dan pembayaran kontan. Pasien yang opname dan opeasi dibebankan honor dokter.120

3.3.2.3Bengkel Pusat

Bengkel Pusat merupakan salah satu unit usaha PT. Perkebunan IX (Persero) yang terletak berdampingan dengan Pabrik Gula Sei Semayang. Luas areal perbengkelan ini 48.000 m2. Pada awalnya Bengkel Pusat merupakan penggabungan dua unit perbengkelan yang dimiliki oleh PT. Perkebunan IX (Persero) yaitu, bekas Dinas Traktor yang terletak di Jalan Gatot Subroto, Sei Sikambing Medan, dan bekas Dinas Teknik yang terletak di Jalan Yos Sudarso, Medan. Kedua unit perbengkelan

120

Gambar

Gambar Kantor PT. Perkebunan IX (Persero)
Gambar 2. RAPAT UMUM
Tabel 3. Daftar Jumlah Karyawan/Tenaga Kerja PT. Perkebunan IX (Persero) dari
Tabel 7.
+7

Referensi

Dokumen terkait

(1) Penambahan penyertaan modal Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 berupa pabrik gula Kwala Madu yang saat ini dikelola oleh Perusahaan Perseroan

pada point II.A, pejabat berwenang (Direktur Utama, Dewan Komisaris, atau RUPS/kuasanya) dapat meminta Tim internal, BPKP dan/atau pihak independen yang kompeten untuk

Didalam Organisasi PT Perkebunan Nusantara III (Persero) sumber wewenang berasal dari RUPS dan kemudian di delegasikan kepada Dewan Komisaris, dan Dewan Komisaris

Bertanggung jawab kepada Rapat Umum Pemegang Saham melalui

Dewan Komisaris bertugas melakukan pengawasan terhadap kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada umumnya baik mengenai Perseroan maupun usaha Perseroan yang dilakukan

Persetujuan Laporan Tahunan Perseroan, termasuk Tugas Pengawasan yang telah dilaksanakan Dewan Komisaris, untuk Tahun Buku 2020 dan Pengesahan Laporan Keuangan Konsolidasian

Tidak Setuju Abstain Hasil RUPS Persetujuan Laporan Tahunan dan Pengesahan Laporan Keuangan Konsolidasian Perseroan, Persetujuan Laporan Pengawasan Dewan Komisaris serta

Dewan Komisaris bertugas melakukan pengawasan terhadap kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada umumnya baik mengenai Perseroan maupun usaha Perseroan yang dilakukan