• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pabrik Gula Kwala Madu (PGKM) PT Perkebunan IX (1984-1996)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pabrik Gula Kwala Madu (PGKM) PT Perkebunan IX (1984-1996)"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

PABRIK GULA KWALA MADU (PGKM)

PT. PERKEBUNAN IX (1984-1996)

Skripsi

Oleh :

Dedi Surya Darma 060706025

PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH

DEPARTEMEN SEJARAH

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PABRIK GULA KWALA MADU (PGKM)

PT. PERKEBUNAN IX (1984-1996)

Skripsi Sarjana

Dikerjakan Oleh :

Nama : Dedi Surya Darma NIM : 060706025

Pembimbing,

Dra. Junita Setiana Ginting, M.Si. NIP. 19670908 199303 2 002

PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH

DEPARTEMEN SEJARAH

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

Lembar Persetujuan Ujian Skripsi

PABRIK GULA KWALA MADU (PGKM) PT. PERKEBUNAN IX

(1984-1996)

Yang Diajukan Oleh : Nama : Dedi Surya Darma NIM : 060706025

Telah Disetujui Untuk Diajukan Dalam Ujian Skripsi Oleh : Pembimbing

Dra. Junita Setiana Ginting, M.Si. Tanggal, NIP. 19670908 199303 2 002

Ketua Departemen

Drs. Edi Sumarno, M.Hum. Tanggal,

NIP. 19650922 198903 1 001

PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH

DEPARTEMEN SEJARAH

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(4)

Lembar Pengesahan Pembimbing Skripsi

PABRIK GULA KWALA MADU (PGKM) PT. PERKEBUNAN IX

(1984-1996)

Skripsi Sarjana Dikerjakan Oleh :

Dedi Surya Darma 060706025

Pembimbing

Dra. Junita Setiana Ginting, M.Si. NIP. 19670908 199303 2 002

Skripsi Ini Diajukan Kepada Panitia Ujian Fakultas Sastra USU Medan

Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Ujian Sarjana Sastra Dalam Bidang Ilmu Sejarah

DEPARTEMEN ILMU SEJARAH

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(5)

Lembar Persetujuan Ketua Jurusan

Disetujui Oleh :

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

DEPARTEMEN SEJARAH Ketua Departemen,

Drs. Edi Sumarno, M.Hum. NIP. 19650922 198903 1 001

(6)

Lembar Pengesahan Skripsi Oleh Dekan dan Panitia Ujian

PENGESAHAN :

Diterima Oleh :

Panitian Ujian Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Ujian Sarjana Sastra Dalam Bidang Ilmu Sejarah Pada Fakultas Sastra USU Medan

Pada :

Hari :

Tanggal :

Fakultas Sastra USU Dekan,

Dr. Syahron Lubis, M.A.

NIP : 19511013 197603 1 001

Panitia Ujian :

No. Nama Tanda Tangan

1. ……….. ( ……... )

2. ……….. (……….. )

3. ……….. (………)

4. ……… …………. (………)

(7)

KATA PENGANTAR

Dengan Menyebut Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Skripsi ini dibuat untuk memenuhi syarat kelulusan sarjana pada Program Studi Ilmu Sejarah di Universitas Sumatera Utara. Meski didasari hanya untuk memenuhi kewajiban tugas akhir seorang mahasiswa sejarah, namun perjalanan sejak skripsi ini muncul pertama kali sebagai ide sampai selesai ditulis merupakan proses yang sama pentingnya dengan saat duduk di dalam ruangan kelas untuk mengikuti kuliah. Perjalanan ini yang telah memberi pelajaran bahwa sesuatu itu menjadi lebih berharga dan berguna jika kita menganggapnya berarti.

Apa yang tertulis di dalam skripsi ini tidak sepenuhnya baik karena tidak ada karya yang sempurna. Penulis sangat berterima kasih kepada pembimbing dan penguji skripsi ini. Juga kepada orang-orang yang telah meluangkan waktunya dalam membantu penulis mengumpulkan data dan memahami apa yang sebenarnya ditulis. Semoga skripsi ini memberi manfaat dan menjadi berkah bagi kita semua.

Medan, Januari 2011

(8)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis bersyukur kepada Allah SWT yang telah memudahkan usaha penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya.

Selama penulisan skripsi ini penulis telah banyak mendapatkan masukkan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini juga penulis berterima kasih kepada :

1. Kedua orang tua yang senantiasa memberikan dukungan moril, materil dan tak pernah berhenti melimpahkan kasih sayang, cinta, semangat, do’a serta perhatiannya selama ini kepada penulis. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada abang dan adik yang terus bertanya kepada penulis kapan penulis menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih telah terus bertanya.

2. Dekan Fakultas Sastra, Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A. yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk dapat menjalani ujian meja hijau agar mendapatkan gelar kesarjanaan.

3. Ketua Departemen Sejarah, Bapak Drs. Edi Soemarno, M.Hum. yang telah memberikan banyak bantuan, kemudahan serta pengalaman selama penulis mengenyam bangku perkuliahan. Terima kasih juga kepada Sekretaris Departemen Sejarah, Ibu Dra. Nurhabsyah, M.Si. yang terus memacu semangat penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 4. Ibu Dra. Junita Setiana Ginting, M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah banyak

(9)

5. Bapak Drs. Indera Afkhar, M.Hum (Alm.) selaku dosen wali penulis yang telah banyak memberikan nasehat terhadap penulis selama duduk di bangku perkuliahan. Selamat jalan bapak! Semoga Allah memberikan tempat yang mulia di sisi-Nya.

6. Kepada seluruh staf pengajar di Departemen Sejarah penulis sampaikan ucapan terima kasih atas ilmu pengetahuan yang telah kalian diberikan selama ini. Ilmu yang telah diberikan sangat bermanfaat bagi penulis.

7. Seluruh Staff dan Pegawai pada Pabrik Gula Kwala Madu (PGKM) PT. Perkebunan Nusantara II yang telah membantu penulis dalam memberi informasi dan data yang diperlukan oleh penulis.

8. Kepada Bang Ampera Wira yang telah banyak membantu penulis selama menjalani perkuliahan.

9. Terima kasih banyak juga penulis sampaikan kepada teman-teman sejarah Stambuk 2006 yang telah menemani penulis kuliah.

10. Kepada para sahabat penulis Uchi, Icha, Herry, Ones, Kariani, Fadiah dan Dedi yang selalu memberikan dorongan untuk segera menyelesaikan skripsi ini dan juga membantu penulis dalam melakukan penelitian.

(10)

Semoga apa yang telah diberikan kepada penulis mendapat pahala yang setimpal dari Allah SWT. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih semoga kita semua selalu berada dalam lindungan dan rahmat Allah SWT. Amin…!

Medan, Januari 2011

(11)

ABSTRAK

Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX merupakan bagian dari proyek pemerintah dalam upaya mencapai swasembada gula nasional. Pabrik yang didirikan berdasarkan tender internasional ini dalam perjalanannya telah menorehkan banyak kisah. Kebijakan pemerintah dibidang pergulaan benar-benar mempengaruhi semua sektor yang terkait dengan Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX. Namun campur tangan pemerintah ini tidak mengurangi kinerja Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX itu sendiri. Pabrik ini pernah mengalami masa kejayaannya, sama halnya dengan Pabrik Gula Sei Semayang PT. Perkebunan IX, dan menjadi kebanggaan bagi masyarakat Sumatera Utara.

Berbagai upaya dilakukan untuk terus mengembangkan kualitas dan kuantitas dari pabrik itu sendiri. Dari peningkatan mutu bahan baku, karena tidak mungkin lagi melakukan ekstensifikasi lahan, peningkatan profesionalitas kinerja karyawan, hingga pengolahan limbah sisa produksi pengolahan tebu. Pabrik yang dibangun di areal bekas penanaman tembakau ini secara lumrah terus mengalami pasang surut. Meskipun kita tahu dewasa ini lahan perkebunan yang seyogyanya dimiliki oleh PT. Perkebunan cukup banyak yang dialihfungsikan ataupun diambil hak penggunaannya secara sepihak oleh masyarakat.

(12)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

ABSTRAK ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan dan Manfaat ... 4

1.4 Tinjauan Pustaka ... 5

1.5 Metode Penelitian ... 8

BAB II PABRIK GULA KWALA MADU (PGKM) SEBELUM TAHUN 1984 ... 10

2.1 Latar Belakang Berdirinya PGKM ... 10

2.1.1 Kebijakan Pemerintah ... 13

2.1.2 Tujuan Pendirian PGKM ... 16

2.2 Persiapan Produksi Perdana PGKM ... 16

2.2.1 Dana ... 17

2.2.2 Lokasi ... 17

(13)

2.2.4 Pembagian Keuntungan Diawal Produksi ... 23

BAB III PABRIK GULA KWALA MADU (PGKM) TAHUN 1984-1996 ... 24

3.1 Manajemen PGKM PT. Perkebunan IX ... 24

3.1.1 Struktur Organisasi ... 24

3.1.2 Tugas dan Tanggung Jawab ... 27

3.2 Hasil Produksi PGKM ... 34

3.3 Pengembangan Sumber Daya PGKM ... 37

3.3.1 Lahan Perkebunan Tebu ... 37

3.3.2 Bahan Baku ... 38

3.3.3 Modal ... 40

3.3.4 Tenaga Kerja ... 41

3.4 Langkah-Langkah Kebijakan ... 47

BAB IV DAMPAK PELEBURAN PTP IX DAN PTP II TERHADAP MANAJEMEN PGKM ... 49

4.1 Struktur Organisasi PGKM ... 50

4.2 Sumber Daya Manusia PGKM ... 51

BAB V KESIMPULAN ... 52 DAFTAR PUSTAKA

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perkembangan Areal Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI) ... 13 Tabel 2.2 Impor Gula Indonesia ... 14 Tabel 2.3 Komposisi Kandungan Zat yang Terkandung dalam Batang Tebu ... 20 Tabel 3.1 Produksi Gula dan Tetes Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan

IX Tahun 1984 – 1993 ... 35 Tabel 3.2 Areal Perkebunan Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX ... 38 Tabel 3.3 Jumlah Tenaga Kerja Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX

Tahun 1988 – 1992 ... 42 Tabel 3.4 Tingkat Upah Karyawan Pabrik Gula Kwala Madu

(15)

DAFTAR GAMBAR

(16)

ABSTRAK

Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX merupakan bagian dari proyek pemerintah dalam upaya mencapai swasembada gula nasional. Pabrik yang didirikan berdasarkan tender internasional ini dalam perjalanannya telah menorehkan banyak kisah. Kebijakan pemerintah dibidang pergulaan benar-benar mempengaruhi semua sektor yang terkait dengan Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX. Namun campur tangan pemerintah ini tidak mengurangi kinerja Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX itu sendiri. Pabrik ini pernah mengalami masa kejayaannya, sama halnya dengan Pabrik Gula Sei Semayang PT. Perkebunan IX, dan menjadi kebanggaan bagi masyarakat Sumatera Utara.

Berbagai upaya dilakukan untuk terus mengembangkan kualitas dan kuantitas dari pabrik itu sendiri. Dari peningkatan mutu bahan baku, karena tidak mungkin lagi melakukan ekstensifikasi lahan, peningkatan profesionalitas kinerja karyawan, hingga pengolahan limbah sisa produksi pengolahan tebu. Pabrik yang dibangun di areal bekas penanaman tembakau ini secara lumrah terus mengalami pasang surut. Meskipun kita tahu dewasa ini lahan perkebunan yang seyogyanya dimiliki oleh PT. Perkebunan cukup banyak yang dialihfungsikan ataupun diambil hak penggunaannya secara sepihak oleh masyarakat.

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pabrik Gula Kwala Madu atau sering disebut orang dengan istilah PGKM

merupakan satu dari dua pabrik gula yang saat ini dimiliki oleh PT. Perkebunan

Nusantara II (PTPN II). Di Sumatera Utara, PT. Perkebunan Negara II merupakan

satu-satunya Badan Usaha Milik Negara di bidang perkebunan yang sampai saat ini

masih memproduksi gula pasir sebagai salah satu komoditinya.

Pabrik Gula Kwala Madu awalnya merupakan salah satu dari unit produksi

PT. Perkebunan IX (PTP IX). Selain Pabrik Gula Kwala Madu, PT. Perkebunan IX

juga memiliki pabrik gula lain yang juga memproduksi gula pasir yaitu Pabrik Gula

Sei Semayang (PGSS) yang terletak di Kabupaten Deli Serdang. Pabrik Gula Sei

Semayang dalam pendiriannya lebih cepat setahun dari Pabrik Gula Kwala Madu.

Oleh sebab itu ketika Pabrik Gula Kwala Madu selesai dibangun pabrik ini

dinamakan Pabrik Gula Sei Semayang II (PGSS II). Namun karena letaknya bukan di

wilayah Kabupaten Deli Serdang melainkan di Kabupaten Langkat dan atas

permintaan dari masyarakat sekitar maka Pabrik Gula Sei Semayang II (PGSS II)

kemudian diubah namanya menjadi Pabrik Gula Kwala Madu.

Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX merupakan proyek pemerintah

(18)

Intensifikasi (TRI) tahun 1975.1

1. Mengalihkan pengusahaan tebu yang semula berada di tangan pabrik gula

dengan sistem sewa, ke tangan petani yang harus mengusahakan sendiri

tanaman tebu di atas lahannya.

Tujuan utama dari sistem Tebu Rakyat Intensifikasi

tersebut adalah:

2. Memperbaiki penghasilan petani tebu dengan meningkatkan produktifitas

melalui pengelolaan usaha tani yang lebih intensif.

3. Menjamin peningkatan dan kemantapan produksi gula.

Di Sumatera Utara, program Tebu Rakyat Intensifikasi mulai diterapkan

sekitar tahun 1986, yaitu di Kabupaten Langkat dan meluas di Kabupaten Deli

Serdang sekitar tahun 1988. Dalam program ini, pemerintah mengalihkan sistem

penyewaan lahan petani menjadi pengusahaan sendiri oleh petani di bawah

bimbingan pabrik gula (PG) dan Bank Rakyat Indonesia sebagai institusi bantuan

permodalan (dalam bentuk kredit).2 Kedua kabupaten ini letaknya bersebelahan dan

terkenal sebagai daerah perkebunan. Di samping sebagai daerah perkebunan tebu,

daerah ini juga merupakan daerah perkebunan karet dan kelapa sawit.3

1

TRI atau Tebu Rakyat Intensifikasi diatur dalam Inpres No. 9 tahun 1975 yang dikeluarkan tanggal 22 April 1975. Lihat dalam Mubyarto dan Daryanti, Gula: Kajian Sosial-Ekonomi, Yogyakarta: Aditya Media, 1991, hal. 14-19

Di antara

2 Roosgandha Elizabeth, Restrukturisasi Ketenagakerjaan dalam Proses Modernisasi

Berdampak Perubahan Sosial pada Masyarakat Petani, Bandung: Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Bogor, 2002, hal. 2

3 Hal ini tidak terlepas dari peran Jacobus Nienhuys yang membuka perkebunan tembakau

(19)

kedua kabupaten inilah terdapat Pabrik Gula Kwala Madu yang letaknya di Kebun

Kwala Begumit Desa Kwala Madu Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat.

Pabrik Gula Kwala Madu dikelola oleh PT. Perkebunan IX dengan tender

internasional. Di mana 40% adalah dana pemerintah sedangkan sisanya dimiliki oleh

Hitachi Ship Building and Engineering Co. Ltd. yang kemudian berganti nama

menjadi Hitachi Zosen. Namun pada tahun 1996 melalui Peraturan Pemerintah No. 6

s.d. 19 tahun 1996 tentang peleburan 26 Badan Usaha Milik Negara Perkebunan

menjadi 14 Badan Usaha Milik Negara Perkebunan maka PT. Perkebunan IX dan PT.

Perkebunan II dilebur dan digabungkan menjadi satu (merger) dengan nama PT.

Perkebunan Nusantara II. Hal ini menjadi salah satu daya tarik bagi penulis untuk

mengetahui mengapa PT. Perkebunan IX di-merger dengan PT. Perkebunan II yang

tentu saja dilihat dari sisi Pabrik Gula Kwala Madu sebagai salah satu unit

produksinya. Alasan lainnya yaitu apakah Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan

IX mengalami perkembangan sejak didirikan tahun 1984 sampai tahun 1996 atau

justru mengalami kemunduran, dan faktor-faktor lain yang menarik untuk melakukan

penelitian dari sudut pandang kesejarahan terhadap Pabrik Gula Kwala Madu PT.

Perkebunan IX.

Oleh sebab itu, untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah disebutkan

di atas maka judul skripsi yang penulis susun adalah Pabrik Gula Kwala Madu

(PGKM) PT. Perkebunan IX (1984–1996). Tahun 1984 dipilih karena pada tahun

(20)

inilah pabrik mulai melakukan produksi untuk pertama kalinya. Sementara tahun

1996 dipilih karena pada tahun ini PT. Perkebunan IX dan PT. Perkebunan II

melakukan merger.

1.2Rumusan Masalah

Dalam sebuah penelitian tentu diperlukan rumusan masalah agar peneliti

dapat mengetahui batasan-batasan dalam penelitian yang dilakukannya. Oleh sebab

itu, permasalahan-permasalahan yang akan dibahas di dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Apa yang melatarbelakangi berdirinya Pabrik Gula Kwala Madu PT.

Perkebunan IX?

2. Bagaimana Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX selama tahun

1984-1996?

3. Bagaimana dampak peleburan PT. Perkebunan IX dan PT. Perkebunan II

(21)

1.3Tujuan dan Manfaat

Setiap penelitian tentu harus memiliki tujuan dan manfaat sebagai titik akhir

dari penelitian itu sendiri. Berikut merupakan tujuan yang ingin dicapai di dalam

penelitian ini:

1. Mengetahui latar belakang berdirinya Pabrik Gula Kwala Madu PT.

Perkebunan IX.

2. Mengetahui keadaan Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX selama

tahun 1984-1996.

3. Mengetahui dampak peleburan PT. Perkebunan IX dan PT. Perkebunan II

terhadap manajemen Pabrik Gula Kwala Madu.

Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini antara lain:

1. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang keberadaan Pabrik Gula

Kwala Madu PT. Perkebunan IX.

2. Sebagai referensi bagi peneliti lain dalam melakukan penelitian yang

berhubungan dengan Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX dan tidak

menutup kemungkinan dilakukannya penelitian lanjutan bila ditemukan fakta

(22)

1.4Tinjauan Pustaka

Kepustakaan sangat diperlukan sebagai sumber pendukung penelitian

sehingga hasil penelitian tersebut sesuai dengan yang diharapkan dan tidak keluar

dari rumusan masalah yang telah dibuat. Oleh sebab itu, relevansi literatur yang

digunakan menjadi tuntutan dalam sebuah penelitian.

Di Bawah Asap Pabrik Gula: Masyarakat Desa di Pesisir Jawa Sepanjang

Abad Ke-20 merupakan referensi penting dalam penelitian ini karena isinya

berkonsentrasi pada peranan pabrik gula di daerah Jawa Tengah sepanjang abad 20.

Buku yang diredaksi oleh Hiroyosi Kano, dkk berisi tentang sejarah Pabrik Gula

Comal yang dibangun sejak masa kolonial Belanda. Tentu ini sangat membantu

penulis dalam memahami seluk beluk pabrik gula. Studi gabungan yang terdapat di

dalam buku ini sangat membantu penulis dalam menggunakan pendekatan penelitian

yang dilakukan.

Di dalam buku Ilmu Sejarah dan Historiografi: Arah dan Perspektif yang

diredaksi oleh Taufik Abdullah dan Abdurrachman Surjomihardjo di mana salah satu

tulisan yang ditulis oleh Ralp W. Hidy menjelaskan bahwa sejarah perusahaan

menekankan terutama pada elemen-elemen mikro ekonomi di masa lampau dan

memusatkan perhatian terutama pada proses perubahan dan sumber asal perusahaan.4

4 Lebih jelas lihat Sejarah Perusahaan oleh Ralph W. Hidy dalam Taufik Abdullah dan

Abdurrachman Surjomihardjo, Ilmu Sejarah dan Historiografi: Arah dan Perspektif, Jakarta: PT. Gramedia, 1985, hal. 186

(23)

perkembangan perusahaan, seperti lahan, nilai produksi, modal, pemasaran, pasar,

keuntungan, kebijakan pemerintah serta tenaga kerja dapat menjadi kajian yang ingin

dituliskan dalam sejarah perusahaan. Selain itu, pendekatan yang dipilih menjadi

ukuran dalam memandang pengusaha dan perusahaan di masa lampau. Walaupun

demikian, pendekatan apapun yang dipilih oleh penulis harus tetap berhubungan

dengan masalah yang akan dibahas di dalam penelitian ini.

Selanjutnya buku yang ditulis oleh Haryono Semangun berjudul

Penyakit-Penyakit Tanaman Perkebunan Di Indonesia di mana salah satu isinya membahas

tentang penyakit-penyakit yang menyerang tanaman tebu menjadi referensi bagi

penulis untuk memahami lebih jauh mengenai seluk-beluk tanaman tebu. Tebu yang

notabenenya merupakan salah satu tanaman perkebunan sejak dulu telah diteliti agar

dapat menghasilkan varietas unggul dan tentu berujung pada peningkatan hasil

produksi. Sedikit banyaknya pemahaman ini membantu penulis dalam masalah yang

terdapat di dalam kualitas dan kuantitas produksi gula pasir karena tebu merupakan

bahan utama untuk menghasilkan gula pasir seperti yang diproduksi oleh Pabrik Gula

Kwala Madu PT. Perkebunan IX.

Kemudian Mubyarto dalam bukunya Masalah Industri Gula Di Indonesia

menjadi acuan penting dalam penelitian ini. Walaupun buku tersebut lebih banyak

membahas tentang perjalanan industri gula di Pulau Jawa namun jika dilihat dari

sejarah industri gula itu sendiri maka hal ini wajar terjadi. Kita tahu bahwa eksploitasi

perkebunan tebu untuk industri gula sejak dulu lebih dikembangkan di Pulau Jawa.

(24)

ini mengingat Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX berada di luar Pulau

Jawa.

Buku yang ditulis oleh Beddu Amang yang berjudul Kebijaksanaan

Pemasaran Gula Di Indonesia dapat dijadikan panduan bagi penulis dalam menelaah

pengaruh kebijakan gula nasional terhadap industri gula di Indonesia khususnya pada

masa Orde Baru. Metodologi Sejarah yang ditulis oleh Kuntowijoyo menjadi

referensi tambahan bagi penulis dalam mendapatkan pengetahuan dasar mengenai

kajian sejarah ekonomi sehingga penulis lebih terarah dalam penelitian ini nantinya.

1.5Metode Penelitian

Metode penelitian sejarah lazim juga disebut metode sejarah. Metode itu

sendiri berarti cara, jalan, atau petunjuk pelaksanaan atau petunjuk teknis. Metode di

sini dapat dibedakan dari metodologi, sebab metodologi adalah science of methods,

yakni ilmu yang membicarakan jalan.5

5 Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999, hal. 43 Metode sejarah bertujuan untuk memastikan

dan menganalisis serta mengungkapkan kembali fakta-fakta masa lampau. Sejumlah

sistematika penulisan yang terangkum di dalam metode sejarah sangat membantu

setiap peneliti di dalam merekonstruksi kejadian pada masa yang telah lalu. Istilah

metode dalam arti metode sejarah hendaknya diartikan secara lebih luas, tidak hanya

(25)

yang ada sehingga menjadi penyajian dan kisah sejarah yang dapat dipercaya.6

Heuristik merupakan suatu ketrampilan dalam menemukan, menangani, dan

memerinci bibliografi, atau mengklasifikasi dan merawat catatan-catatan.

Metode sejarah bertumpu pada empat langkah yaitu heuristik, kritik sumber,

interpretasi, dan historiografi.

7

Metode kedua yaitu kritik sumber yang dilakukan untuk menyeleksi

sumber-sumber yang telah didapatkan sebelumnya sehingga dihasilkan sumber-sumber-sumber-sumber yang

paling objektif. Banyaknya sumber yang ditemukan tentu tidak seluruhnya digunakan

oleh peneliti. Oleh karena itu, kritik sumber memainkan peran yang penting dalam

metode sejarah. Metode ini terdiri dari dua jenis yaitu kritik intern yang merupakan

penyeleksian terhadap isi dan kritik ekstern yang merupakan penyeleksian terhadap

bahan.

Metode ini

dilakukan dengan cara studi kepustakaan, observasi lapangan, ataupun studi

wawancara di mana keseluruhannya bertujuan untuk menemukan sumber-sumber

yang diperlukan baik sumber primer maupun sumber skunder. Tidak ada batasan

terhadap pengumpulan sumber selama sumber tersebut masih relevan dengan masalah

penelitian. Sumber-sumber yang dimaksud diantaranya berupa buku-buku, arsip,

data-data resmi yang dikeluarkan oleh Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX,

laporan tahunan, surat kabar, peta lahan bahan baku (tebu), dan sumber-sumber lain

yang diambil dari berbagai dimensi persoalan penelitian.

(26)

Tahapan selanjutnya yaitu interpretasi yang berarti penafsiran ataupun

analisis terhadap sumber atau data yang ditemukan. Hal ini dilakukan untuk meredam

subjektifitas penulis dan menghasilkan fakta sejarah yang objektif. Walaupun

subjektifitas dalam sejarah tidak dapat dihilangkan namun setidaknya hal ini dapat

dikurangi porsinya sehingga lebih banyak ditemukan objektifitas di dalam sejarah itu

sendiri.

Metode keempat adalah historiografi di mana metode ini merupakan langkah

terakhir di dalam metode sejarah. Historiografi merupakan cara penulisan,

pemaparan, atau pelaporan hasil penelitian sejarah yang telah dilakukan.8 Ketika

sejarawan memasuki tahap menulis maka ia mengerahkan seluruh daya pikirannya,

bukan saja ketrampilan teknis penggunaan kutipan-kutipan dan catatan-catatan, tetapi

yang terutama penggunaan pikiran-pikiran kritis dan analisis sejarawan itu sendiri

sehingga menghasilkan suatu penulisan yang utuh.

(27)

BAB II

PABRIK GULA KWALA MADU (PGKM)

SEBELUM TAHUN 1984

2.1 Latar Belakang Berdirinya PGKM

Gula yang dalam hal ini adalah gula pasir merupakan suatu komoditi strategis

yang memiliki kedudukan unik yang berbeda dengan komoditi strategis lain seperti

beras. Mengingat pentingnya peranan gula ini maka pemerintah memberikan

perhatian yang besar terhadap penyediaan bahan ini. Di satu sisi gula merupakan

salah satu bahan kebutuhan pokok yang dikonsumsi masyarakat secara luas. Akan

tetapi di sisi lain komoditi gula juga termasuk dalam jenis komoditi yang masih

terkena cukai. Keadaan ini tentu akan mempengaruhi kebijaksanaan dan sistem

pergulaan yang terjadi baik dari segi produksi, pengolahan dan pemasarannya.

Kebijaksanaan pergulaan pada dasarnya mengandung empat hal yaitu

kebijaksanaan di bidang produksi, pemasaran, harga dan pemenuhan kebutuhan gula.

Di bidang produksi, kebijaksanaan pemerintah untuk mencapai swasembada gula

tidak strategis seperti pada beras, sehingga menempatkan prioritas peningkatan

produksi gula di bawah beras. Situasi demikian mengandung implikasi yang cukup

besar karena gula dan beras merupakan tanaman yang memiliki kompetisi

penggunaan lahan yang tinggi. Baik gula maupun beras, sebagian besar produksi

masih dihasilkan di Pulau Jawa pada lahan pengairan baik. Keadaan ini menyebabkan

(28)

pada faktor keterbatasan lahan. Sesuai dengan keadaan alam Indonesia yang beriklim

tropis di mana tebu tumbuh dengan sangat baik maka pabrik gula di Indonesia

menggunakan tebu sebagai bahan bakunya. Oleh sebab itu, dalam upaya mencapai

swasembada gula tentu sangat diperlukan ekstensifikasi lahan penanaman tebu serta

penambahan jumlah pabrik gula yang tentu saja harus dilakukan di luar Pulau Jawa.

Uraian di atas menjadi faktor yang melatarbelakangi pendirian pabrik gula di

luar Pulau Jawa di mana Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX adalah salah

satu realisasi dari proyek pemerintah ini. Banyak hal yang telah diupayakan

pemerintah mulai dari melakukan kerja sama dengan perusahaan asing untuk

mendapatkan dana pembangunan pabrik gula serta pemberian kredit lunak bagi

masyarakat untuk penambahan jumlah lahan penanaman tebu. Oleh karena itulah

maka selain perusahaan milik negara, rakyat juga ikut dalam membudidaya tebu yang

dikenal dengan nama Tebu Rakyat Bebas (TRB) dan Tebu Rakyat Intensifikasi

(TRI). Tabel 2.1 berikut menerangkan bagaimana perkembangan areal Tebu Rakyat

(29)

TABEL 2.1

Perkembangan Areal Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI)

No. Propinsi Tahun (Ha)

Sumber: A. Moerdokusumo, 1993 : 11

2.1.1 Kebijakan Pemerintah

Besarnya peranan yang dimiliki oleh gula ini maka persediaannya merupakan

faktor yang mempengaruhi stabilitas ekonomi nasional. Dalam kenyataannya

kebutuhan gula nasional masih belum dapat dipenuhi dari produksi gula nasional

sehingga pemerintah harus mengimpor gula dari luar negeri atau dengan kata lain

Indonesia masih tergantung pada negara lain. Tabel 2.2 berikut menerangkan angka

(30)

TABEL 2.2 Impor Gula Indonesia

No. Tahun Nilai US$ Jumlah Impor

Sumber: A. Moerdokusumo, 1993 : 11

Untuk mencegah terus berlangsungnya impor gula yang menelan dana jutaan

dollar AS itu, menjelang akhir PELITA III (1982), pemerintah menetapkan suatu

kebijaksanaan agar kebutuhan gula Indonesia dapat dipenuhi dengan produksi dalam

negeri. Adapun langkah-langkah yang ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut

meliputi 4 program, yaitu:

1. Rehabilitasi dan perluasan kapasitas pabrik gula di Jawa.

2. Membangun pabrik-pabrik gula baru di luar Jawa.

3. Peningkatan Program Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI).

4. Stabilisasi harga gula di dalam negeri.

Hal inilah yang mendasari dibangunnya Pabrik Gula Kwala Madu PT.

Perkebunan IX yang merupakan salah satu dari realisasi proyek pemerintah. Pabrik

(31)

perantaraan Departemen Pertanian dengan Hitachi Zosen yang merupakan

perusahaan kontraktor Jepang. Perjanjian kontrak ditandatangani pada tanggal 23

Nopember 1981 sedangkan masa pembangunan fisik serta pemasangan seluruh

peralatan pabrik mulai dilaksanakan pada tanggal 6 Pebruari 1982. Masa

pembangunan berlangsung selama kurang lebih dua tahun dan menelan biaya sebesar

± Rp. 35.000.000.000,-.

Jika dilihat dari jumlah dana yang dihabiskan hanya untuk pembangunan

Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX tentu sangat mencengangkan bagi kita.

Belum lagi proyek pemerintah lainnya yang dicanangkan pada tahun yang sama

hanya untuk mencapai swasembada gula. Apalagi proyek tersebut dilakukan dengan

bantuan modal asing. Namun perlu kita ketahui bahwa pada dasarnya kebijakan

pergulaan di Indonesia memiliki beberapa tujuan antara lain:

1. Meningkatkan produksi menuju swasembada.

2. Penyerapan tenaga kerja dan meningkatkan kesejahteraan petani.

3. Meningkatkan penggunaan lahan kurang produktif.

4. Sebagai sumber pendapatan untuk mendorong pengembangan industri gula.

5. Meningkatkan penerimaan negara melalui pajak gula/industri pergulaan.

6. Sebagai sarana meningkatkan kemampuan golongan ekonomi lemah.

Dari sini dapat kita lihat bahwa proyek pemerintah ini merupakan proyek

jangka panjang di mana tujuan yang ingin dicapai yaitu pemenuhan kebutuhan gula

(32)

itu, pencapaian swasembada gula tentu akan berujung pada peningkatan devisa

negara.

2.1.2 Tujuan Pendirian PGKM

Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX didirikan selain sebagai

implementasi proyek pemerintah juga memiliki tujuan dasar yaitu:

1. Dapat menyerap tenaga kerja sebanyak-banyaknya.

2. Pengadaan gula untuk wilayah Sumatera Utara dalam usaha swasembada

gula.

3. Memberikan pemasukan kepada kas negara.

4. Meningkatkan pendapatan masyarakat melalui Tebu Rakyat Intensifikasi

(TRI).

Beberapa hal yang disebutkan di atas tentu menyadarkan kita betapa buruknya

pun suatu proyek pemerintah di mata kita namun di sisi lain masih memiliki efek

positif yang terkadang tidak terbesit di dalam nalar kita.

2.2 Persiapan Produksi Perdana PGKM

Keberhasilan proses produksi gula ditentukan baik oleh faktor-faktor yang

bersifat teknis maupun non-teknis. Berkaitan dengan faktor teknis, upaya mencapai

produktifitas dan produksi yang maksimal dapat dilakukan melalui penerapan teknis

budidaya yang tepat. Demikian pula penanganan panen hingga pengolahan tebu

menjadi gula. Dalam hal ini diperlukan teknologi pengolahan gula sehingga produk

(33)

rangkaian kegiatan tersebut yaitu sejak penanaman tebu hingga tahap panen maupun

pasca-panennya merupakan kegiatan yang saling terkait satu sama lain yang pada

prinsipnya setiap tahap kegiatan harus diusahakan sedemikian rupa untuk dapat

memperoleh gula maksimal dengan tingkat kehilangan seminimal mungkin.

2.2.1 Dana

Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX merupakan pabrik gula kedua di

Sumatera Utara setelah Pabrik Gula Sei Semayang (PGSS) PT. Perkebunan IX. Jika

Pabrik Gula Sei Semayang merupakan proyek dengan dana PT. Perkebunan IX

sendiri maka Pabrik Gula Kwala Madu merupakan proyek pemerintah dengan pihak

PT. Perkebunan IX. Di sini pihak PT. Perkebunan IX ditunjuk sebagai agen pelaksana

untuk mengolahnya dengan angka perbandingan 60:40 di mana 40% dana pemerintah

sedangkan 60% merupakan dana PT. Perkebunan IX.

Di sini perlu dijelaskan bahwa Hitachi Zosen yang telah disebutkan

sebelumnya merupakan wakil dari PT. Perkebunan IX dalam hal pemenuhan dana

pembangunan pabrik gula. Setelah pabrik gula selesai dibangun maka pengolahannya

kemudian dipegang oleh PT. Perkebunan IX.

2.2.2 Lokasi

Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX berada ± 4 Km dari jalan utama

diantara Tandem dan Kwala Begumit.17

17 Jalan utama yang dimaksud merupakan jalan yang menghubungkan antara Medan dengan

Pangkalan Berandan. Sementara itu Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX berjarak ± 45 Km dari Medan.

Pabrik ini menempati lokasi seluas ± 2,5 Ha.

(34)

pabrik. Keseluruhan bangunan pabrik merupakan bangunan yang permanen dan

sebagian besar menggunakan kerangka besi. Pabrik Gula Kwala Madu PT.

Perkebunan IX didirikan pada bekas areal penanaman tembakau atau lebih tepatnya

di wilayah Afdeling Pongei Kebun Kwala Begumit PT. Perkebunan IX di Kabupaten

Langkat. Gambar 2.1 berikut merupakan layout dari Pabrik Gula Kwala Madu PT.

Perkebunan IX:

GAMBAR 2.1

Layout Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX

(35)

Keterangan Gambar:

1. Pintu Masuk

2. Boundan Fence Line

3. Weigh Budge

4. Tempat Penampungan Tebu

5. Cane Handling Station

6. Space Parts House

7. Work Shop

8. Molasses Tank

9. Mill House

10. Line House

11. Sulphun House

12. Boiling House

13. Boiler

14. Boiler Control House

15. Power dan W.T. House

16. Factory Office dan Laboratorium

17. Sugar Wake House

18. Condensate Tank

19. Bagasse Storage

20. Oil Tank

(36)

22. Water Treatment Station

23. Drainale

24. Water Intake

2.2.3 Bahan Baku

Bahan baku merupakan bahan yang terlibat langsung dalam proses produksi

atau dengan kata lain bahan yang digunakan langsung sebagai bahan utama dalam

proses produksi. Pengadaan bahan baku Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX

diperoleh dari kebun sendiri, tanaman Tebu Rakyat Bebas dan Tebu Rakyat

Intensifikasi.

Kadar gula dalam batang tebu dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya

iklim, jenis tebu yang ditanam, pemeliharaan tanaman dan jenis tanah. Komposisi

dalam batang tebu dapat dilihat pada Tabel 2.3 berikut:

TABEL 2.3

Komposisi Kandungan Zat yang Terkandung dalam Batang Tebu

No. Kandungan Zat Jumlah

Serat (Cellulosa dan Pentijon)

Zat Anorganik

(37)

Dalam pengadaan bahan baku dalam hal ini adalah tebu, Pabrik Gula Kwala

Madu PT. Perkebunan IX menanam berbagai jenis tebu yaitu B2.110, B2.134, F.171,

F.154, PS.58, dan BM.261 dengan total luas areal kebun 8.434,53 Ha. Saat yang tepat

untuk memanen atau menebang tebu adalah pada tingkat kemasakan yang maksimal

yaitu pada saat kadar sacharosa dalam batang tebu berada pada titik puncaknya.

Untuk mengetahui saat tebang yang tepat, kurang lebih tiga bulan sebelum masa

giling dilakukan analisis penetapan kemasakan tebu setiap dua minggu sekali. Dari

hasil analisis tersebut dapat diketahui besarnya angka rendemen sebagai dasar

perhitungan untuk menentukan apakah tanaman tebu dalam satu areal tertentu sudah

tiba saatnya untuk ditebang. Batang tebu hasil tebangan kemudian diangkut ke pabrik

dengan menggunakan truk. Gambar 2.2 berikut merupakan diagram pengolahan tebu

(38)

GAMBAR 2.2

Diaram Alir Pengolahan Tebu Menjadi Gula

Batang Tebu

Penggilingan (Ekstraksi)

Pembersihan (Klarifikasi)

Penguapan (Evaporasi)

Pengkristalan (Kristalisasi)

Pemisahan Kristal

Kristal Gula Air Imbibisi

Bahan Pembersih

Ampas

Blotong

Air

Air

Melasse Nira Mentah

Nira Bersih

Nira Pekat

Masekuit

(39)

2.2.4 Pembagian Keuntungan Diawal Produksi

Sesuai dengan posisinya sebagai agen pelaksana maka PT. Perkebunan IX

tidak sepenuhnya memiliki keuntungan yang diperoleh dari produksi gula di Pabrik

Gula Kwala Madu. Porsinya yang 60:40 mengharuskan PT. Perkebunan IX membagi

keuntungan yang diperoleh untuk diberikan kepada pemerintah setelah dikurangi

biaya produksi. Belum lagi pembayaran kredit kepada pihak Hitachi Zosen atas biaya

yang dikeluarkan untuk pembangunan pabrik. Oleh sebab itu keuntungan di awal

produksi lebih diutamakan untuk pembayaran kredit yang sebelumnya digunakan

(40)

BAB III

PABRIK GULA KWALA MADU (PGKM)

TAHUN 1984 – 1996

3.1 Manajemen PGKM PT. Perkebunan IX

Pada dasarnya pengertian dari manajemen itu adalah kegiatan untuk mencapai

suatu tujuan dengan mengkordinir sejumlah manusia. Oleh karena kegiatan untuk

meningkatkan kegunaan suatu barang atau jasa tidak dapat dilakukan sendiri tetapi

dilakukan bersama-sama dengan orang lain maka dibutuhkanlah kegiatan manajemen.

Kegiatan manajemen ini dilakukan untuk mengatur dan mengkombinasi faktor-faktor

produksi yang dalam kehidupan sehari-hari sering dinyatakan sebagai uang, mesin,

bahan, dan manusia yang kemudian digunakan untuk meningkatkan kegunaan suatu

barang atau jasa secara efisien.

3.1.1 Struktur Organisasi

Struktur organisasi perusahaan merupakan bagian yang menggambarkan pola

hubungan kerja antara satu dengan lainnya di dalam melaksanakan fungsi-fungsi

mereka. Jadi struktrur organisasi perusahaan sangat memegang peranan penting

dalam perkembangan perusahaan dan tanpa organisasi yang baik perusahaan tersebut

tidak akan berkembang. Jika dilihat dari sudut pimpinan maka tipe organisasi yang

digunakan Pabrik Gula Kwala Madu (PGKM) PT. Perkebunan IX adalah organisasi

(41)

Dalam organisasi garis wewenang mengalir dari pimpinan kepada

bawahannya dan dari bawahan ini mengalir kepada bawahannya lagi dan sampai

kepada pekerja dalam lapangannya masing-masing. Jadi dalam pabrik yang

menggunakan sistem garis ini, tugas dan perintah dari direktur melalui berbagai

pemimpin pabrik, pimpinan bagian, mandor-mandor sampai kepada pekerja. Tiap

bawahannya mempunyai seorang atasan yang mengatur pekerjaannya dan

bertanggung jawab kepadanya (one man – one boss). Masing-masing bagian

menjalankan tugasnya sesuai dengan tugas dan fungsinya dan garis perintah berjalan

dari tingkat paling atas hingga paling bawah.

Dalam mengelola untuk mencapai tujuannya, Pabrik Gula Kwala Madu PT.

Perkebunan IX dipimpin oleh seorang Administrateur. Administrateur membawahi

beberapa orang kepala bagian (Kabag) dan Kabag membawahi beberapa Kasubbag

kemudian Kasubbag membawahi seksi-seksi yang langsung memimpin buruh. Untuk

lebih jelasnya struktur organisasi Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX dapat

(42)

GAMBAR 3.1

Struktur Organisasi Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX

ADMINISTRATEUR

KABAG PABRIK

KABAG TANAMAN KABAG TUK/UMUM

KEPALA RAYON/

(43)

3.1.2 Tugas dan Tanggung Jawab

Adapun tugas dan tanggung jawab dari masing-masing bagian adalah :

1. Administrateur

a. Melaksanakan ketetapan yang digariskan Direksi dalam bidang

pengeolaan pabrik, pengelolaan produksi dan pembangunan umum.

b. Melaksanakan kebijakan perusahaan baik ke luar maupun ke dalam.

c. Menyusun rencana kerja perusahaan, anggaran belanja dan rehabilitasi

pembangunan serta pengembangan perusahaan baik jangka panjang

maupun jangka pendek.

d. Mengusahakan keamanan dan keselamatan serta kesejahteraan karyawan

dan keluarganya.

e. Bertanggung jawab kepada Direksi dalam melaksanakan tugas-tugasnya.

2. Kabag Tanaman

a. Menyusun rencana tanaman dan pembibitan serta pelaksanaannya.

b. Mengusahakan tebu agar memenuhi syarat kualitas dan kuantitas sesuai

dengan yang direncanakan.

c. Mengatur penggunaan biaya dalam rangka pengendalian Rancangan

Anggaran Pendapatan dan Belanja (RAPB).

d. Bertanggung jawab kepada Administrateur dalam melaksanakan

(44)

3. Kabag Pabrik

a. Bertanggung jawab penuh atas kelancaran proses di pabrik dan

peralatannya.

b. Mengatur pengeluaran biaya di pabrik.

c. Bertanggung jawab kepada Administrateur dalam melaksanakan

tugas-tugasnya.

4. Kabag TUK/Umum

a. Melaksanakan semua tata usaha atau pembukuan anggaran, korespondensi

secara likuiditas, urusan umum, kepegawaian, surat-surat berharga dan

kas.

b. Membuat perencanaan dan pengawasan anggaran belanja.

c. Mengatur kelancaran jalannya perusahaan.

d. Mengajukan saran demi perbaikan dan membuat laporan secara periodik.

e. Bertanggung jawab kepada Administrateur dalam melaksanakan

tugas-tugasnya.

5. Kepala Rayon/Kordinator

a. Melaksanakan rencana kerja bidang tanaman dan mengusahakan tebu agar

memenuhi syarat kualitas maupun kualitas di daerah satu rayon

masing-masing.

b. Mengawasi pelaksanaan kerja teknis maupun administratif.

(45)

6. Kasubag Percobaan

a. Menyediakan bibit untuk tanaman tebu seperti yang direncanakan.

b. Melaksanakan percobaan pembibitan untuk mendapatkan bibit yang lebih

baik.

c. Bertanggung jawab atas tugas-tugasnya kepada Kabag Tanaman.

7. Kasubag Tebang Angkut

a. Mengawasi kegiatan penebangan dan pengangkutan tebu ke pabrik di

daerah masing-masing.

b. Mencatat jumlah tebu yang ditebang dan yang diangkut di sektor

masing-masing.

c. Mengusahakan kelancaran pengangkutan tebu ke pabrik.

d. Bertanggung jawab atas tugas-tugasnya kepada Kabag Tanaman.

8. Kasubag Alat Pertanian/Bengkel Traktor

a. Membantu tugas Kabag Tanaman dalam bidang mekanik.

b. Merawat mesin dan traktor agar semua siap pakai demi kelancaran

kerjanya.

c. Bertanggung jawab kepada Kabag Tanaman.

9. Kasubag Instalasi

a. Bertanggung jawab penuh atas kelancaran proses peralatan pabrik.

b. Memenuhi permintaan pabrikasi dalam bidang instalasi dan memperbaiki

(46)

c. Mengumpulkan data untuk membuat laporan secara lisan insidetil dan

berkala.

d. Menyusun formasi pegawai di bagian instalasi.

e. Membawahi seksi-seksi yaitu Mill, Boiler, Listrik, Instrumen dan

Workshop yang masing-masing seksi melaksanakan dan mengawasi

kegiatannya.

f. Bertanggung jawab penuh kepada Kabag Pabrik.

10. Kasubag Pabrikasi

a. Bertanggung jawab penuh atas kelancaran proses terutama produksi gula

yang dihasilkan dan menekan kehilangan gula yang sekecil-kecilnya.

b. Mengusahakan akan penghematan pemakaian bahan pembantu

pengolahan dengan kualitas yang tetap dapat diterima pasaran.

c. Menyusun rencana anggaran belanja bagian pabrikasi.

d. Menyusun formasi pegawai di bagian Instalasi.

e. Membawahi seksi-seksi pemurnian, exapont, masakan dan putaran yang

masing-masing seksi melaksanakan dan mengawasi kegiatannya.

f. Bertanggung jawab kepada Kabag Pabrik atas kelancaran tugas-tugasnya.

11. Kasubag Laboratorium

a. Merencanakan pemakaian/penyediaan kebutuhan bahan kimia untuk

pembuatan gula.

b. Mengawasi para analisis dalam menganalisa bahan-baha pembuatan

(47)

c. Menyusun laporan harian, lima belas hari dalam masa giling.

d. Bertanggung jawab kepada Kabag Pabrik.

12. Kasubag Bengkel Umum

a. Membantu tugas Kasubag Instalasi dalam bidang pelajaran reparasi mesin

dan peralatan lainnya.

b. Mengusahakan perbaikan secepatnya sesuai dengan kebutuhan

penggunaan peralatan tersebut.

c. Mengusulkan kebutuhan dalam bidang reparasi sehingga tidak terjadi

kerumitan kegiatan serta bertanggung jawab kepada Kabag Pabrik.

13. Kasubag Kendaraan Bermotor/Bengkel

a. Melaksanakan reparasi dan perbaikan semua kendaraan umum

perusahaan.

b. Bekerja sama dengan Bengkel Umum dalam mereparasi alat-alat berat di

pabrik.

c. Bertanggung jawab kepada Kabag Pabrik.

14. Kasubag Tehnik Sipil

a. Merawat jalan, jembatan dan bangunan di luar pabrik.

b. Membuat rencana atau anggaran dana untuk pemeliharaan bangunan, jalan

dan jembatan.

(48)

15. Kasubag Pein/AB

a. Mengatur dan melaksanakan kelancaran jalannya administrasi dan

pelaksanaan kerja di bidang pembukuan administrasi gudang, administrasi

aktifa benda, administrasi eksploitasi alat angkut dan membuat

laporan-laporan.

b. Bertanggung jawab kepada Kabag TUK/Umum.

16. Kasubag Hak dan Umum

a. Melaksanakan dan mengatur kelancaran administrasi urusan umum seperti

personalia, kesehatan, pendidikan, agama, dan lain-lain.

b. Bertanggung jawab kepada Kabag TUK/Umum atas tugas-tugasnya.

17. Kasir

a. Mencatat atau melaksanakan setiap pengeluaran dan pemasukan uang.

b. Membuat atau menyusun anggaran belanja perusahaan serta

mengusulkannya kepada Kabag TUK dan Kabag TUK mengusulkannya

kepada Administrateur.

c. Membayar gaji pegawai dan mengurus hutang piutang perusahaan.

d. Bertanggung jawab kepada Kabag TUK/Umum.

18. Gudang Matrial

a. Bertanggung jawab atas barang-barang yang disimpan di gudang matrial.

b. Mencatat dan melaporkannya kepada Kabag TUK/Umum setiap barang

yang masuk dan keluar.

(49)

d. Bertanggung jawab kepada Kabag TUK/Umum.

19. Gudang Hasil

a. Bertanggung jawab atas produk yang disimpan di gudang.

b. Mencatat produk yang masuk dan keluar serta membuat laporannya

kepada Kabag TUK/Umum.

c. Membuat laporan bulanan kepada Kabag TUK/Umum dan bertanggung

jawab kepada Kabag TUK/Umum.

20. Jembatan Timbang

a. Mencatat dan melaporkan banyaknya tebu yang masuk kepada Kabag

TUK/Umum.

b. Membuat laporan bulanan tentang bahan baku tebu kepada Kabag

TUK/Umum.

c. Bertanggung jawab kepada Kabag TUK/Umum.

21. Poliklinik

a. Memberikan pelayanan kesehatan kepada pegawai dan keluargannya.

b. Membuat anggaran untuk pengeluaran biaya kesehatan.

c. Merencanakan kebutuhan poliklinik da mengusulkannya kepada Kabag

TUK/Umum.

(50)

22. Tata Usaha

Perusahaan ini mempunyai dua tata usaha yaitu Tata Usaha Pabrik dan Tata

Usaha Bagian Tanaman yang mempunyai tugas masing-masing :

a. Membukukan semua permasalahan dan pengeluaran uang dan barang pada

bagiannya masing-masing.

b. Bertanggung jawab kepada Kabagnya masing-masing.

23. Kepala Keamanan

a. Mengawasi keamanan di lingkungan perusahaan.

b. Melindungi karyawan-karyawan dari ancaman atau gangguan baik dari

luar maupun dari dalam perusahaan.

c. Bertanggung jawab kepada Kabag TUK/Umum.

3.2 Hasil Produksi PGKM

Gula merupakan sacharosa yang terdapat dalam batang tebu.19

19 Sacharosa merupakan salah satu zat yang terkandung dalam batang tebu. Besarnya

kandungan sacharosa dalam sebuah batang tebu berkisar 11 – 19 %. Proses pengolahan tebu menjadi gula yang dilakukan oleh pabrik gula sebenarnya hanya untuk mendapatkan zat ini.

Dengan

pengolahan di pabrik, gula dihasilkan dalam bentuk kristal putih. Pabrik Gula Kwala

Madu PT. Perkebunan IX mampu menggiling tebu 4000 ton per hari dengan

rendemen tebu rata-rata 6,3 – 7 %. Produksi ini lebih sedikit dari Pabrik Gula Sei

(51)

Perlu diketahui bahwa pengolahan tebu menjadi gula selain menghasilkan

produk utama berupa gula pasir juga memberikan hasil samping berupa pucuk tebu,

ampas tebu, blotong dan tetes serta limbah pabrik.20

TABEL 3.1

Produksi gula Pabrik Gula

Kwala Madu PT. Perkebunan IX rata-rata 35.000 ton per tahun. Sedangkan tetes yang

dihasilkan kurang lebih 27.000 ton per tahun. Perkembangan gula dan tetes di Pabrik

Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut:

Produksi Gula dan Tetes

Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX Tahun 1984 – 1993

No. Tahun

Sumber: Manajemen Pabrik Gula Kwala Madu (PGKM) PT. Perkebunan IX

20 Tetes merupakan cairan kental berwarna kecoklatan yang sulit untuk dikristalkan namun

(52)

Berbagai macam limbah pabrik hasil sisa pengolahan tebu menjadi gula yang

dimiliki oleh Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX jika tidak dikelola secara

tepat akan menjadi sumber polusi. Asap cerobong pabrik gula misalnya bisa menjadi

sumber pencemaran udara lingkungan sekitarnya apabila konstruksi cerobong tidak

memenuhi syarat. Kemudian pucuk tebu yang diperoleh sebagai hasil pada waktu

penebangan tebu yang jumlahnya bisa mencapai 14% dari berat tebu dapat

dimanfaatkan sebagai makanan ternak sapi atau kerbau. Namun yang

memanfaatkannya hanya sebatas masyarakat yang tinggal di sekitar lokasi Pabrik

Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX.

Jumlah ampas tebu yang dihasilkan dari Pabrik Gula Kwala Madu PT.

Perkebunan IX cukup besar, bisa mencapai 35 – 40 % dari berat tebu. Namun pihak

pabrik menggunakannya sebagai bahan bakar. Padahal ampas tebu tersebut dapat juga

dimanfaatkan untuk bahan baku industri kertas. Lalu hasil samping lainnya yaitu

blotong yang dihasilkan dari proses pemurnian gula. Blotong merupakan bahan

organik yang dapat mengalami perubahan secara alami. Proses perubahan inilah yang

dapat menjadi sumber pencemaran, antara lain karena bau kurang sedap yang

ditimbulkannya. Cara mengatasi pencemaran blotong secara sederhana adalah dengan

sistem timbunan. Di Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX blotong digunakan

sebagai pupuk tanaman tebu yang ditebarkan diareal kebun sebelum tebu ditanam.

Penggunaan blotong sebagai pupuk organik terbukti berpengaruh baik terhadap

(53)

3.3 Pengembangan Sumber Daya PGKM

Sebagai sebuah unit produksi maka Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan

IX memiliki peranan yang penting dalam peningkatan keuntungan perusahaan. Faktor

ini tentu menjadi hal yang diperhitungkan dalam pengembangan pabrik itu sendiri

dari berbagai sumber daya yang dimilikinya. Oleh sebab itu penanganan yang

profesional terhadap pengembangan sumber daya yang dimiliki oleh Pabrik Gula

Kwala Madu PT. Perkebunan IX menjadi takaran dalam eksistensinya sebagai salah

satu hasil realisasi dalam upaya mencapai swasembada gula. Di samping itu peranan

masyarakat sekitar pabrik gula juga harus dilihat. Karena jika terjadi gesekan dengan

masyarakat tersebut tentu sedikit banyaknya akan mempengaruhi produktifitas Pabrik

Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX.

3.3.1 Lahan Perkebunan Tebu

Lahan perkebunan tebu memiliki peranan yang sangat penting bagi Pabrik

Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX. Selain areal perkebunan milik sendiri, Pabrik

Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX juga mendapatkan pasokan bahan baku dari

Tebu Rakyat Bebas dan Tebu Rakyat Intensifikasi yang dimiliki oleh masyarakat.

Sudah menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan antara perkebunan tebu dengan

pabrik gula sebagai pengolah dari komoditi tersebut. Oleh sebab itu juga letak pabrik

gula selalu berdekatan dengan areal perkebunan tebu itu sendiri.

Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX mengolah tebu dari areal

(54)

TABEL 3.2

Areal Perkebunan Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX

No. Perkebunan Luas (Ha)

Sumber: Manajemen Pabrik Gula Kwala Madu (PGKM) PT. Perkebunan IX

3.3.2 Bahan Baku

Bahan baku menjadi hal terpenting dalam sebuah proses produksi. Walaupun

dalam proses produksi tersebut tentu memerlukan bahan tambahan namun tanpa

adanya bahan baku maka pabrik dalam hal ini tidak akan dapat beroperasi. Adapun

tahapan-tahapan yang dilalui untuk mendapatkan tebu sebagai bahan baku adalah

sebagai berikut :

a. Pembibitan

Bibit tebu yang digunakan beberapa ruas batang tebu atau dapat pula

(55)

pembibitan dibutuhkan kelembaban tanah yang cukup. Sesuai dengan masa

tanam yang baik maka bibit yang telah bertunas dipindahkan ke lapangan.

b. Pemeliharaan

Setelah tebu dipindahkan pada umur 3-4 bulan akan membutuhkan air dalam

jumlah besar. Hal ini harus dipenuhi melalui pengaturan masa tanam yang

sesuai sehingga didapatkan tebu yang kandungan gulanya tinggi.

Pemeliharaan tanaman meliputi pemupukan, pembuatan aliran air dan

penimbunan pangkal batang tanah.

Pupuk yang digunakan adalah :

1. Urea, untuk pemupukan I dan II ± 300 Kg/Ha.

2. TSP, untuk pemupukan I ± 260 Kg/Ha.

3. ZK, untuk pemupukan I dan II ± 72 Kg/Ha.

4. MOP, untuk pemupukan I dan II ± 72 Kg/Ha.

Pemberian pupuk I pada lahan/kebun yang siap untuk ditanami. Pemberian

pupuk II setelah ditanam berumur 5-6 bulan di lahan dan tidak termasuk di

pembibitan.

c. Pemotongan

Pemotongan tebu tergantung pada jenisnya. Tanaman tebu umumnya sudah

dipotong/dipanen setelah berumur 8-12 bulan. Batang tebu yang sudah tua

ditandai dengan tidak ada lagi pertumbuhan panjang batang. Pada keadaan ini

(56)

Kadar gula dalam batang tebu yang sudah terlalu tua akan berkurang akibat

proses respirasi.

Cara penebangan dilakuka n dengan memotong batang tebu rata dengan tanah

agar tidak ada batang yang tertinggal. Kemudian batang tersebut dibersihkan

dengan mengisik daun dan kotoran-kotoran lain. Batang bagian atas dipotong

± 20 cm, atau 3 mas dari pucuk terakhir. Potongan ini digunakan untuk bibit

atau makanan ternak. Batang tebu yang sudah bersih diangkut ke Pabrik Gula

Kwala Madu dengan menggunakan truk container dan traktor container.

Selain itu bila dirasa kurang maka digunakan truk umum (milik rakyat).

Setelah tebu tiba di pabrik inilah kemudian proses produksi yang sebenarnya

akan dimulai. Tahap demi tahap akan dilakukan sehingga akhirnya akan dihasilkan

gula. Jumlah gula yang dihasilkan tergantung dari jumlah rendemen tebu itu sendiri.

Oleh karena itu, tebu yang telah dipotong sedapat mungkin harus segera digiling.

Penundaan terhadap penggilingan ini dapat mengurangi kadar gula yang akan

dihasilkan nantinya.

3.3.3 Modal

Mengenai modal Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX, dalam

pengembangannya di tahun 1989 pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah

No. 12 Tahun 1989 yang mengatur tentang penambahan penyertaan modal negara ke

dalam modal saham PT. Perkebunan IX serta perubahan status Pabrik Gula Kwala

Madu dari proyek menjadi unit usaha pada PT. Perkebunan IX. Besarnya

(57)

perhitungan yang dilakukan bersama oleh Departemen Keuangan dan Departemen

Pertanian.

3.3.4 Tenaga Kerja

Sebuah pabrik tentu saja membutuhkan tenaga kerja dalam proses

produksinya. Apalagi jika pabrik tersebut masih menggunakan cara manual dalam

proses tersebut, tentu saja dibutuhkan tenaga kerja dalam jumlah yang tidak sedikit.

Begitu pula dengan Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX. Kita tahu dalam

proses pemenuhan bahan baku yaitu tebu, pabrik ini membutuhkan tenaga kerja yang

cukup banyak. Oleh sebab itu, karyawan musiman akan sangat dibutuhkan pada masa

giling. Karena diwaktu tersebut merupakan masa-masa sibuk bagi pabrik sendiri

karena harus bekerja 24 jam penuh demi mencapai angka produksi yang tinggi tanpa

mengurangi perhatian terhadap kualitas hasil produksi.

Tenaga kerja pada Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX dibagi

menjadi dua golongan, yaitu pegawai staf dan pegawai non staf (terdiri dari pegawai

bulanan, karyawan harian tetap, musiman dan lepas). Untuk lebih jelasnya dapat

(58)

TABEL 3.3

Jumlah Tenaga Kerja Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX Tahun 1988 – 1992 Karyawan Harian Tetap Karyawan Musiman Karyawan Harian Tetap Karyawan Musiman Karyawan Harian Tetap Karyawan Musiman Karyawan Harian Tetap Karyawan Musiman Karyawan Harian Tetap Karyawan Musiman

(59)

Keterangan:

DMG : Dalam Masa Giling

LMG : Luar Masa Giling

Berdasarkan jenis pekerjaan yang ditanggungnya di Pabrik Gula Kwala Madu

berlaku dua macam jam kerja yaitu jam kerja pegawai kantor/umum dan jam kerja

pegawai pabrik.

Jam kerja pegawai kantor seperti berikut ini:

1. Hari Senin s.d. Kamis : Pukul 07.30 – 14.30 WIB

2. Hari Jumat : Pukul 07.30 – 11.00 WIB

3. Hari Sabtu : Pukul 07.30 – 13.00 WIB

Jam kerja pegawai pabrik di luar masa produksi sama dengan jam kerja

pegawai kantor. Sedangkan pada masa produksi, jam kerja pegawai pabrik terbagi

atas tiga shift yaitu:

1. Shift I : Pukul 07.00 – 15.00 WIB

2. Shift II : Pukul 15.00 – 23.00 WIB

3. Shift III : Pukul 23.00 – 07.00 WIB

Tiap shift mendapat waktu istirahat satu jam setelah empat jam pertama

bekerja. Pertukaran shift untuk karyawan dilakukan sekali dalam seminggu.

Sedangkan untuk tingkat staf dilakukan sekali dalam tiga hari dan demikian

(60)

Sistem pengupahan yang berlaku di Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan

IX dibedakan atas dua golongan besar yaitu:21

1. Pegawai staf, sistem upah diatur oleh kantor direksi berdasarkan peraturan

pemerintah melalui Surat Keputusan Bersama (SKB) yang dikeluarkan oleh

Departemen Pertanian dan Departemen Tenaga Kerja.

2. Pegawai non sfat, karyawan harian tetap, musiman dan karyawan lepas,

sistem upah diatur oleh Pabrik Gula Kwala Madu berdasarkan Syarat-syarat

Kerja Umum (SKU) serta Perjanjian Perburuhan antara Departemen

Pertanian, Departemen Tenaga Kerja, dan Buruh.

Setiap tenaga kerja/karyawan yang bekerja di Pabrik Gula Kwala Madu PT.

Perkebunan IX akan mendapatkan upah yang sesuai dengan tingkat kedudukannya

masing-masing. Biasanya upah standar yang diterima karyawan bulanan berbeda

menurut tingkat posisi yang didudukinya seperti tertera di dalam Tabel 3.4 di bawah

ini:

(61)

TABEL 3.4

Tingkat Upah Karyawan Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX

No. Golongan Upah Per Bulan

Sumber: Manajemen Pabrik Gula Kwala Madu (PGKM) PT. Perkebunan IX

Sedangkan upah standar yang diterima karyawan bulanan lainnya adalah

sebagai berikut:

1. Karyawan Lepas Pria Per Hari : Rp. 1.930,-

2. Karyawan Lepas Wanita Per Hari : Rp. 1.750,-

3. Karyawan Musiman Per Hari : Rp. 1.850,-

(62)

Selain upah standar karyawan yang tertera di atas, bila karyawan bekerja di

luar jam kerja yang telah ditentukan maka karyawan tersebut akan mendapatkan upah

lembur yang sesuai dengan Perjanjian Perburuhan Pasal IX yang mengatur upah

lembur sebagai berikut:

1. ...100%

20 / /

3 gaji hari catu hari

KH = × +

2. ...100%

173 / /bulan catu hari gaji

KB= +

Keterangan:

KH : Karyawan Harian

KB : Karyawan Bulanan

Tingkat-tingkatan upah lembur berdasarkan rumus di atas yaitu:

1. Hari Biasa : 150 % (jam pertama)

200 % (jam kedua dan seterusnya)

2. Hari Minggu/Hari Besar Biasa : 200 % (jam pertama – jam ketujuh)

300 % (jam kedelapan – seterusnya)

3. Hari Besar Istimewa : 300 % (jam pertama – jam ketujuh)

400 % (jam kedelapan – seterusnya)

Upah atau gaji akan dibayarkan perusahaan setiap awal bulan sebesar upah

standar ditambah upah lembur bila ada dan pada waktu-waktu tertentu karyawan juga

(63)

1. Upah perangsang berdasarkan prestasi.

2. Pembagian keuntungan, Tunjangan Hari Raya (THR), Tahun Baru, dan

lain-lain.

3. Jaminan untuk hari tua/pensiun.

Salah satu faktor yang mempengaruhi produktifitas karyawan adalah

kesejahteraan karyawan itu sendiri. Untuk itu Pabrik Gula Kwala Madu PT.

Perkebunan IX menyediakan fasilitas-fasilitas sebagai berikut:

1. Perumahan bagi setiap karyawan tetap dan keluarganya.

2. Sarana pendidikan untuk anak-anak karyawan.

3. Sarana kesehatan.

4. Cuti tahunan.

3.4 Langkah-Langkah Kebijakan

Dalam upaya meningkatkan produksi gula nasional khususnya produksi dari Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX, pemerintah melakukan berbagai hal dari mengeluarkan peraturan pemerintah ataupun kebijakan-kebijakan lain yang menyangkut pergulaan. Salah satunya yaitu dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No. 12 Tahun 1989 yang mengatur tentang pengubahan status Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX dari proyek menjadi unit usaha serta penambahan modal Negara Republik Indonesia ke dalam modal saham PT. Perkebunan IX.

(64)
(65)

BAB IV

DAMPAK PELEBURAN PTP IX DAN PTP II

TERHADAP MANAJEMEN PGKM

Peleburan PT. Perkebunan IX dan PT. Perkebunan II menjadi PT. Perkebunan Nusantara II diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1996. Dalam bab ini penulis membahas tentang dampak peleburan tersebut terhadap Pabrik Gula Kwala Madu. Namun perlu diketahui karena peleburan tersebut terjadi pada tahun 1996 sedangkan penulis membatasi pembahasan tentang Pabrik Gula Kwala Madu hanya sampai tahun 1996 maka tidak banyak hal yang dapat dilihat dari dampak peleburan tersebut. Artinya penulis tidak mungkin mengulas tentang semua sisi yang berkorelasi langsung ataupun tidak langsung dengan Pabrik Gula Kwala Madu itu sendiri. Walaupun begitu masih ada satu sisi yang dapat dilihat secara nyata sebagai dampak dari peleburan tersebut. Sisi yang dimaksud adalah manajemen Pabrik Gula Kwala Madu.

Perubahan manajemen merupakan sisi utama yang sering dilakukan dalam penentuan kebijakan baru perusahaan. Oleh sebab itu penulis melirik hal tersebut. Konsentrasi penulis tujukan pada perubahan struktur organisasi Pabrik Gula Kwala Madu serta penggunaan sumber daya manusia yang ada. Dari sini kemudian dapat dilihat dominasi karyawan yang ada di Pabrik Gula Kwala Madu. Apakah dari pihak PT. Perkebunan IX atau dari PT. Perkebunan II.

4.1 Struktur Organisasi PGKM

Struktur organisasi menjadi bagian utama dalam birokrasi perusahaan.

(66)

sumber daya manusia yang ada. Pada bab sebelumnya telah dijelaskan bahwa struktur

organisasi pada Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX berbentuk organisasi

garis atau sistem militer. Bentuk ini sebenarnya tidak banyak berubah ketika terjadi

peleburan antara PT. Perkebunan IX dan PT. Perkebunan II menjadi PT. Perkebunan

Nusantara II. Perubahan itu hanya terlihat pada penyebutan nama serta penghapusan

satu bagian dari struktur organisasi sebelumnya.

Penyebutan nama yang dimaksud yaitu jika pada saat sebelum peleburan

pimpinan pabrik disebut administrateur maka setelah peleburan, pimpinan pabrik

disebut menejer. Kemudian penghapusan satu bagian dari struktur organisasi yang

dimaksud adalah ditiadakannya lagi Kepala Bagian Pabrik. Selain itu penyebutan

kepala bagian ataupun kepala sub bagian kemudian diubah menjadi kepala dinas.

Salah satu contoh yaitu Kasubag Laboratorium berubah menjadi Kepala Dinas

Laboratorium.

Mengenai tugas dan tanggung jawab yang dimiliki oleh masing-masing

bagian masih seperti pada saat sebelum terjadi peleburan. Jadi jelas bahwa peleburan

tersebut tidak berdampak besar pada struktur organisasi yang telah ada sebelumnya.

Begitu juga halnya dengan tugas dan tanggung jawab yang diemban oleh setiap

(67)

4.2 Sumber Daya Manusia PGKM

Biasanya ketika terjadi pergantian pimpinan pada suatu perusahaan tentu juga

mempengaruhi terhadap kebijakan perusahaan tersebut. Namun tidak sama halnya

dengan Pabrik Gula Kwala Madu setelah terjadinya peleburan antara PT. Perkebunan

IX dan PT. Perkebunan II menjadi PT. Perkebunan Nusantara II. Pada Peraturan

Pemerintah Nomor 13 Tahun 1996 yang mengatur tentang peleburan tersebut

disebutkan bahwa karyawan pada PT. Perkebunan IX dan PT. Perkebunan II beralih

pada PT. Perkebunan Nusantara II.

Pelimpahan karyawan tersebut tentu menimbulkan tanda tanya bagi kita.

Bagaimana porsi yang digunakan untuk posisi-posisi karyawan yang ada di Pabrik

Gula Kwala Madu. Apakah bekas karyawan PT. Perkebunan IX lebih mendominasi

daripada bekas karyawan PT. Perkebunan II ataupun mereka saling bersinergi satu

sama lain sehingga seimbang porsinya.

Kenyataan yang terjadi adalah PT. Perkebunan Nusantara II tetap

menggunakan sumber daya manusia yang sebelumnya telah ada secara keseluruhan.

Artinya seluruh karyawan Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX tetap

dipekerjakan di pabrik tersebut. Kecuali karyawan musiman yang kita tahu hanya

direkrut pada saat musim giling berlangsung di Pabrik Gula Kwala Madu. Hal ini

tentu menyimpulkan bahwa karyawan PT. Perkebunan IX lebih mendominasi untuk

(68)

BAB V

KESIMPULAN

Swasembada gula yang ingin dicapai pada dekade 80-an merupakan upaya untuk menunjukkan eksistensi bangsa Indonesia. Walaupun sebenarnya program itu ditujukan untuk meniadakan impor gula yang selama ini terus dilakukan bahkan hingga sekarang. Kultur Indonesia sebagai negara agraris tentu membuat ironi terhadap permasalahan ini. Iklim Indonesia sangat mengizinkan untuk budidaya tebu sebagai bahan baku pembuatan gula yang selama ini kita kenal.

Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX didirikan sebagai realisasi upaya pemerintah untuk mencapai swasembada gula. Pabrik gula tersebut adalah bagian dari proyek pemerintah untuk penambahan pabrik gula di luar Pulau Jawa. Karena selama ini produksi gula nasional banyak didominasi oleh pabrik gula yang ada di Pulau Jawa. Sementara jumlahnya kian tahun terus berkurang akibat luas areal perkebunan tebu yang juga terus berkurang.

Sebelumnya pemerintah juga mencanangkan program Tebu Rakyat Intensifikasi (TRI) yang bertujuan untuk meringankan tugas PT. Perkebunan dalam memenuhi kebutuhan akan bahan baku tebu. Program ini juga bertujuan untuk meningkatkan produktifitas masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Sumatera Utara juga tidak luput dari program ini walaupun baru terlaksana pada tahun 1986.

(69)

kontribusi dalam pemenuhan konsumsi gula nasional pada umumnya dan konsumsi gula Sumatera Utara pada khususnya.

Dalam perjalanannya Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan tentu mengalami pasang surut. Walaupun begitu pabrik tersebut terus berupaya untuk meningkatkan kualitas produksinya sehingga eksistensinya di mata masyarakat terus meningkat. Upaya tersebut terdiri dari pemberian pupuk yang tepat, pemilihan bibit tebu yang unggul serta hal lain yang berhubungan dengan peningkatan kualitas bahan baku. Selain itu profesionalitas kinerja dari para staf dan karyawan sangat diperhatikan. Di sini terlihat bahwa peningkatan tersebut terus diupayakan dari masa pra produksi sampai pasca produksi. Artinya sampai proses pemasaran juga menjadi perhatian dari manajemen Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX.

(70)

Namun peleburan tersebut tentu memberikan dampak pada manajemen Pabrik Gula Kwala Madu. Manajemen yang telah ada sebelumnya ternyata mendapatkan sedikit perubahan ketika dipegang oleh PT. Perkebunan Nusantara II. Sedangkan sumber daya manusia yang digunakan ternyata lebih didominasi oleh para karyawan PT. Perkebunan IX yang sebelumnya telah ada di Pabrik Gula Kwala Madu tersebut.

Gambar

TABEL 2.1
Impor Gula IndonesiaTABEL 2.2
LayoutGAMBAR 2.1  Pabrik Gula Kwala Madu PT. Perkebunan IX
TABEL 2.3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Stasiun penguapan pada proses pengolahan gula di Pabrik Gula Kwala Madu. menggunakan empat unit evaporator yang disebut quadruple evaporator yang bertujuan untuk menguapkan air

Adapun bahan baku yang digunakan dalam proses produksi yang terdapat di pabrik gula Kwala Madu adalah tebu.. Tebu yang akan dipanen mempunyai rendemen (kadar gula) rata-rata

PENAMBAHAN PENYERTAAN MODAL NEGARA REPUBLIK INDONESIA KE DALAM MODAL SAHAM PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO).. PT

PENAMBAHAN PENYERTAAN MODAL NEGARA REPUBLIK INDONESIA KE DALAM MODAL SAHAM PERUSAHAAN PERSEROAN

PENAMBAHAN PENYERTAAN MODAL NEGARA REPUBLIK INDONESIA KE DALAM MODAL SAHAM PERUSAHAAN PERSEROAN

PENAMBAHAN PENYERTAAN MODAL NEGARA REPUBLIK INDONESIA KE DALAM MODAL SAHAM PERUSAHAAN PERSEROAN

Dalam kenyataannya kebutuhan gula nasional masih belum dapat dipenuhi dari produksi gula nasional sehingga pemerintah harus mengimpor gula dari luar negeri atau dengan kata lain

Adapun bahan baku yang digunakan dalam proses produksi yang terdapat di pabrik gula Kwala Madu adalah tebu.. Tebu yang akan dipanen mempunyai rendemen (kadar gula) rata-rata